0 $1*+ ./ $%-, ( ! ") *+ $%& ' ! "# 2 Bab 2 Orang yang Ditanya tentang Suatu Ilmu dalam Keadaan Sibuk sedang Berbicara, Maka Ia Menyempurnakan Pembicaraannya, baru kemudian Menjawab Pertanyaan Tersebut Penjelasan : Yakni karena begitu pentingnya ilmu, walaupun seseorang sedang dalam keadaan berceramah atau sedang berbicara dengan orang lain, maka setelah ia menyelesaikan pembicaraannya kemudian menjawab pertanyaan tersebut. Nabi pernah ditegur oleh Allah , ketika Beliau sedang memberikan dakwah kepada pembesar Quraisy, lalu datang seorang buta yang tidak termasuk dalam kaum yang sedang Beliau dakwahi, namun ikut nimbrung bertanya-tanya masalah agama, namun Nabi bermuka masam. Allah menegurnya:
< $ / (4) E A? FB*+ > C D A 4?4B! / (3) 4?$@! 4> * ; !<=" ! (2) '*+ 8 :9 . 7 / (1) 4* & 2 3 G H' (9) L ! (8) >1 ! K :9 . $ / (7) 4?$@! 4*/ ; J (6) E$"I & * G H' (5) D + (12) 8 A ? Q :9 P (11) O A ? B & M$HN< 4? (10) $M & D “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedang ia takut kepada (Allah), maka kamu mengabaikannya. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya ”. (QS. Abasa (80) : 1-12)
Imam Syaukani berkata dalam tafsirnya “Fathul Qodiir” :
Sc "R b % J a+ ` ^_D*+ "D +H? ]!AR \+AP/ [ R 7/ : X!Y+ W@H V3 7/ 7A1CU+ ST/ "R
b e? fg ^f/ + J Shi! 7/ % J a+ ` a+ W= 8Ag b fg ^f/ a+ "3 3R' b %M eN d
G*k D jA'
“Para ulama tafsir telah bersepakat, bahwa sebab turunnya ayat ini adalah pada suatu hari para pemuka Quraisy berkumpul bersama Rasulullah , Beliau pada waktu itu sangat berharap sekali mau masuk Islam, tiba-tiba datang Abdullah bin Ummi Maktuum , sehingga Nabi pun merasa tidak nyaman, karena Ibnu Ummi Maktuum memotong pembicaraannya yang sedang berlangsung dengan pemuka Quraisy, sehingga Beliau pun berpaling dari Ibnu Ummi Maktuum , lalu turunlah ayat tersebut”.
Berkata Imam Bukhori :
W R p r J , " $) D-$"# W R =< B D *+ % J + AN<
W R b W R 8 A< g b W R S f< i *+ { > W i b w , x") ! X, H 9 + G
> xJ +Q< » W R . 4*+ W = ! H/ W R . « X $1*+ < , 0 $1*+ 8 + =/, !/ » W R ! "# « X $1*+ A< H / A< J *N< A 9 + " x +QN< » W R M N< J ? W R . « X $1*+ A< H Hadits no. no. 53 “Haddatsanaa Muhammad bin Sinaan ia berkata, haddatsanaa Fulaih” (Ganti sanad) “haddatsanaa Muhammad bin Fulaih ia berkata, haddatsanaa Bapakku ia berkata, haddatsanii Hilaal bin Ali dari Atho’ bin Yasaar dari Abu Huroiroh ia berkata : ‘pada suatu ketika Nabi berada di suatu majelis sedang berceramah dihadapan manusia, lalu datanglah seorang Baduwi yang bertanya, Kapan terjadinya hari kiamat? Namun Beliau tidak menghiraukannya tetap melanjutkan pembicaraannya. Sebagian sahabat berkata, Beliau sebenarnya mendengar apa yang dikatakan Baduwi tersebut, namun Beliau tidak senang dengan apa yang dikatakanya. Sebagiannya lagi berkata, mungkin Beliau tidak mendengarnya, sampai ketika Beliau menyelesaikan pembicaraannya lalu berkata : “Mana orang yang bertanya tadi?”. Berkata Baduwi tadi, saya Wahai Rasulullah. Nabi bersabda : “jika amanah telah disia-siakan, maka tunggulah terjadinya kiamat”. Baduwi tadi menyambung, bagaimana maksudnya disia-siakan?. Rasulullah menjawab : “Jika diserahkan amanat kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah terjadinya kiamat””.
Penjelasan biografi perowi hadits : 1. Nama Kelahiran Negeri tinggal Komentar ulama
Hubungan antar perowi 2. Nama Kelahiran Negeri tinggal Komentar ulama
Hubungan antar perowi
: : : :
Abu Bakr Muhammad bin Sinaan Al Baahiliy Wafat 223 H Bashroh Ditsiqohkan oleh Imam Ibnu Ma’in, Imam Daruquthni dan Imam Ibnu Hibban. Imam Abu Hatim menilainya Shoduq. : Fulaih adalah salah seorang gurunya, sebagaimana ditulis oleh Imam Al Mizzi.
: : : :
Abu Yahya Abdul Malik Fulaih bin Sulaiman Wafat 168 H Madinah Ditsiqohkan oleh Imam Imam Ibnu Hibban. Imam AsSaajiy menilainya ia dari kalangan rowi yang jujur, namun memiliki kesalahan. Imam Ibnu ‘Adiy berkata, Fulaih memiliki hadits-hadits yang Sholih (bagus). Imam Al Hakim menilainya, kesepakatan Imam Bukhori dan Imam Muslim berhujjah dengannya, menguatkan statusnya. Imam Ibnu Ma’in, Imam Abu Hatim dan Imam Nasa’I menilainya, Laisa bil Qowwy (tidak kuat). : Hilaal adalah salah seorang gurunya dan tinggal senegeri dengannya, sebagaimana ditulis oleh Imam Al Mizzi.
q (Ganti sanad) 1.
Nama Kelahiran Negeri tinggal Komentar ulama
Hubungan antar perowi
2.
Nama Kelahiran Negeri tinggal
: : : :
Abu Ishaq Ibrohim ibnul Mundzir Wafat tahun 236 H Madinah Ditsiqohkan oleh Imam Ibnu Ma’in, Imam Daruquthni dan Imam Ibnu Hibban. Imam Abu Hatim menilainya. Laisa bihi ba’sun. : Ibnu Fulaih adalah salah seorang gurunya dan tinggal senegri dengannya sebagaimana ditulis oleh Imam Al Mizzi.
: Abu Abdillah Muhammad bin Fulaih bin Sulaiman : Wafat tahun 197 H : Madinah
Komentar ulama
Hubungan antar perowi
: Ditsiqohkan oleh Imam Daruquthni dan Imam Ibnu Hibban. Imam Ibnu Ma’in dan Imam Abu Hatim menilainya, Tidak kuat : Fulaih adalah salah seorang gurunya sekaligus juga ayahnya sebagaimana ditulis oleh Imam Al Mizzi.
3.
Fulaih telah berlalu sebelumnya.
4.
Nama Kelahiran Negeri tinggal Komentar ulama
Hubungan antar perowi
5.
Nama Kelahiran Negeri tinggal Komentar ulama
Hubungan antar perowi
: : : :
Hilaal bin Ali Wafat tahun 113-an H Madinah Tabi’I shogir. Ditsiqohkan oleh Imam Daruquthni dan Imam Ibnu Hibban. Imam Nasa’I menilainya, Laisa bihi ba’sun. sedangkan Imam Abu Hatim menilainya, syaikh yang sholih yang ditulis haditsnya. : ‘Athoo bin Yasaar adalah salah seorang gurunya dan tinggal senegri dengannya sebagaimana ditulis oleh Imam Al Mizzi.
: : : :
Abu Muhammad ‘Athoo’ bin Yasaar Wafat tahun 94 H lebih di Iskandariyah Madinah Tabi’I Kabiir. Ditsiqohkan oleh Imam Malik bin Anas, Imam Ibnu Ma’in, Imam Abu Zur’ah, Imam Nasa’I dan Imam Ibnu Hibban. : Abu Huroiroh adalah salah seorang gurunya dan tinggal senegri dengannya sebagaimana ditulis oleh Imam Al Mizzi.
(Catatan : Semua biografi rowi dirujuk dari kitab tahdzibul kamal Al Mizzi dan Tahdzibut Tahdzib Ibnu Hajar)
Kedudukan sanad : Hadits ini berporos kepada Fulaih bin Sulaiman yang hanya mendapatkan tautsiq dari ulama yang gampang dalam merekomendasikan yaitu Imam Al Hakim dan Imam Ibnu Hibban. Al Hafidz Ibnu Hajar dalam “At Taqriib” mencoba mengkompromikan penilaian ulama terhadapnya dengan memberikannya status “ ” (jujur banyak salahnya). Berdasarkan hal inilah sanad ini layak dihukumi Hasan sebagaimana yang dikatakan
Syaikh Syu’aib Arnauth dalam “Ta’liqnya terhadap Musnad Ahmad”. Dan kami belum menemukan syahid (penguat) untuk riwayat ini. Dalam “Al Fath” Al Hafidz Ibnu Hajar mengomentarinya :
+ *+ + *+ *
A / b J S <& 4*N< fg# '*+ ! "#
^=< L3*+
xAL ! % * “Imam Bukhori tidak mengeluarkan haditsnya dalam masalah hukum, kecuali sekedar sebagai penguat saja. Beliau hanya menulis dalam kitabnya pada permasalahan nasehat dan adab”.
Penjelasan Hadits : 1. Hadits ini menunjukan begitu besarnya kedudukan ilmu, sehingga pertanyaan tentang ilmu sangat diperhatikan oleh Rasulullah . 2. Hadits ini dapat dijadikan dalil bolehnya seorang Da’I setelah menjelaskan materi keagamaan, kemudian membuka session tanya jawab. 3. Hadits ini dapat dijadikan dalil untuk melakukan analisa terhadap haditshadits Nabi , sebagaimana yang dilakukan para sahabat ketika mengomentari diamnya Rasulullah ketika diajukan pertanyaan pada saat beliau sedang berceramah. Kemudian setelah menyebutkan beberapa sisi pandang dari hadits tersebut, perlu diadakan pen-tarjih-an dari pendapat yang berbeda-beda tersebut sesuai dengan petunjukpetunjuk yang dekat sebagaimana hal ini diriwayatkan dengan baik oleh Abu Huroiroh . 4. Sebaiknya adab dalam majelis ilmu bagi seorang pendengar adalah mengajukan pertanyaan setelah disediakan waktu khusus untuk itu. 5. Rasulullah pernah ditanya dengan pertanyaan senada yaitu tentang terjadinya kiamat?, ketika Nabi ditanya kaum Kafir, kapan terjadinya kiamat? Allah mengajarkan kepada Beliau untuk menjawabnya seperti dalam firman-Nya :
4*N< M R * MJFv ! * x= " D M $HN< R, A 7 $!/ X $1*+ < ; H ,*'1 ! “Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia”. (QS. Al A’raaf (7) : 187) Dalam kesempatan lain Rasulullah pernah ditanya oleh seorang laki-laki yang merupakan jelmaan dari Malaikat Jibril , kemudian Beliau menjawabnya :
< 0 $1*+
% '< MD W, ,1 *+
“yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya”. (Muttafaqun ‘Alaih) Kemudian hadits dalam bab ini adalah pertanyaan senada yang diajukan oleh Arab Badui. Dari semua ini sangat jelas sekali bahwa ilmu tentang kapan hari kiamat terjadi hanya diketahui oleh Allah saja, tidak ada satu pun makhluk yang mengetahuinya hatta Malaikat yang dekat maupun Nabi yang diutus. 6. Namun Rasulullah menyebutkan salah satu tanda dekatnya waktu kiamat terjadi, yaitu ketika amanat diserahkan bukan kepada yang berhak yang merupakan penyia-nyianya. 7. Seorang sahabat besar pemegang rahasianya Rasulullah Khudzaifah Ibnul Yaman akan menceritakan kepada kita tentang diangkatnya amanat sebagai berikut :
< ! "# % J a+ ` a+ W= D-"# : W R b D a+ = 7J*+ XC!B# 7Ai*+ W@H $%-, b W.A*+ < R =< B . d G*@ H XH + 7/ D-"# : AY+ A H/ H/ " # / G !/= " R { 3 i X $D*+ , . $A*+ f D! )) : W i b XH + S= D-^"# $%-, b X D1*+ + b 7Ai*+
+> A< -/
A -/ J b 3R
X, H 9 + { 3 i X $D*+ f D! $%-, b G
? *+
A -/ J b 3R
X, H 9 + . A # " O[ I# B / $%-, (( : P J 2 J* +[ D 8 + A b C D ; . =< . A # Ar v ? b < v U + b [DJ / e [ . = 7e, d 47N : W i! $# X H 9 + ^ ! "o #/ g! e b 7 >! 3 ! $D*+ p 3IJ )) . =< . (( 7 N
W A X$3# W, i
3< R d ! i / ! A / ! 8 " . / : < . $A * W i ! $# / [^JH<+AIH 7 ? 7 N b D! $ $H$A J * [ 1 7 ? * : G > ! % g, u!/ * /, 7 $ &/ " i* [He, [He, 4N % g, D
S ! /, G D ?, f J *+ $ / b J $ $H$A J * [! M! “Rasulullah telah menceritakan kepada kami dua buah hadits, saya telah melihat salah satunya dan sekarang saya sedang menunggu yang satunya lagi. Beliau menceritakan kepada kami bahwa amanat ditancapkan didalam lubuk hati seorang, lalu diturunkan Al Qur’an, mereka pun mempelajarinya dan juga mempelajari sunnah, lalu Beliau menceritakan kepada kami bahwa amanat akan dicabut. Beliau bersabda : “seseorang tidur kemudian dalam tidurnya amanat akan dicabut dari hatinya, lalu tinggal sisanya seperti bekas yang berbeda dengan warna sebelumnya. Kemudian ia tidur lagi dalam tidurnya amanat dicabut sehingga tinggal bekasnya seperti bengkaknya nanah, sebagaimana bara api yang diguling-gulingkan di kakimu, sehingga menjadi bengkak,
namun isinya kosong. Nabi mencotohkan dengan mengambil kerikik yang digulinggulingkan di kakinya. Pada keesokannya, manusia pun mengikutinya, hampir didapatkan tidak ada seorang pun yang menunaikan amanat, sampai-sampai dikatakan, bahwa di bani fulan ada seorang yang dapat dipercaya. Akibatnya orang tersebut dikatakan, ‘alangkah tabahnya, alangkah cerdasnya, alangkah pandainya! Padahal dalam hatinya tidak ada sedikitpun keimanam walaupun sebesar biji”. Kata Khudzaifah , telah datang zaman aku tidak perduli dengan siapa aku bertransaksi, kalau orang tersebut Muslim, maka agamanya akan menjaganya, kalaupun ia Nashroni atau Yahudi, maka pemerintah yang akan mengawasinya. Adapun sekarang aku tidak gampang bertransaksi kecuali dengan fulan dan fulan”. (Muttafaqun ‘Alaih)