School Action Research
PENINGKATKAN DISIPLIN GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR MELALUI PENERAPAN REWARD DAN PUNISHMENT PADA SEKOLAH DASAR DABIN III UPT DINDIKPORA KECAMATAN PANDANARUM KABUPATEN BANJARNEGARA SUDARTO, S.Pd1) 1) Pengawas sekolah Dabin III UPT Dindikpora Kecamatan Pandanarum Abstrak Penelitian tindakan sekolah (PTS) ini dilakukan dalam dua siklus yang masingmasing siklusnya terdiri dari 4 tahapan, yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan perbaikan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Penelitian ini dilatarbelakangi fakta dilapangan bahwa di Sekolah Dasar Daerah Binaan III UPT Dindikpora Kecamatan Pandanarum Kabupaten Banjarnegara masih terdapat guru yang kurang disiplin waktu ternyata disebabkan oleh beberapa hal diantaranya letak geografis, dan kesibukan di rumah misalnya ada yang harus mengantarkan anaknya dulu, guru yang tidak memiliki kendaraan pribadi merasa kesulitan. Hal ini berdampak terjadinya guru kesiangan.Begitu pula dengan jam-jam terakhir, Belum lagi kalau cuacanya buruk, sehingga guru malas untuk ke sekolah.Hal ini berdampak pada stabilitas sekolah seperti alokasi waktu pelajaran jadi berkurang, siswa berkeliaran di lingkungan sekolah, otomatis prestasi belajar siswa rendah.Problem diatas harus segera dicarikan solusi yang tepat agar kegiatan belajar mengajar lebih efektif, sehingga prestasi anak didik meningkat, yakni dengan upaya peningkatkan disiplin guru dalam KBM melalui penerapan reward dan punishment. Hasil pada Siklus I menunjukan yang cukup signifikan baik dalam disiplin waktu kedatangan, disiplin dalam mengadakan perangkat persiapan pembelajaran. Akan tetapi belum mencapai target yang diharapkan yakni sekurang-kurangnya mencapai 85%. Kendala yang ditemukan terhadap guru yang kurang disiplin waktu ternyata disebabkan oleh beberapa hal diantaranya letak geografis, dan kesibukan di rumah. Siklus II menunjukan hasil yang cukup signifikan baik dalam disiplin waktu kedatangan, disiplin dalam mengadakan perangkat persiapan pembelajaran dan secara keseluruhan telah mencapai target yang diharapkan yakni 85%. Kata Kunci: Disiplin Guru, KBM, Reward dan Punishment A. PENDAHULUAN
Pesatnya perkembangan dunia terutama di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, maka pendidikan nasional juga harus terus-menerus dikembangkan seirama dengan zaman.Pada umumnya sebuah sekolah dan pendidikan bertujuan
Al-Qalam Vol.XVI|29
Penelitian Tindakan Sekolah
pada bagaimana kehidupan manusia itu harus ditata, sesuai dengan nilai-nilai kewajaran dankeadaban (civility). Pendidikan adalah upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup baik yang bersifat manual individual maupun sosial (Sagala, 2006 : 1). Upaya sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan siswa tersebut dapat diselenggarakan dalam berbagai bentuk. Ada yang diselenggarakan secara sengaja, terencana, terarah dan sistematis seperti pada pendidikan formal, ada yang diselenggarakan secara sengaja, akan tetapi tidak terencana dan tidak sistematis seperti yang terjadi di lingkungan keluarga (pendidikan informal), dan ada yang diselenggarakan secara sengaja dan berencana, di luar lingkungan keluarga dan lembaga pendidikan formal, yaitu melalui pendidikan non formal.Apapun bentuk penyelenggarannya, secara umum pendidikan bertujuan untuk membantu anak-anak atau peserta didik mencapai kedewasaannya masing-masing, sehingga mereka mampu berdiri dilingkungan masyarakatnya. Ujung tombak pendidikan adalah guru, Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui proses edukatif secara terpola, formal, dan sistematis. Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen (pasal 1) dinyatakan bahwa: “Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. Guru professional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Keahlian yang dimiliki oleh guru profesional adalah keahlian yang diperoleh melalui suatu proses pendidikan dan pelatihan yang diprogramkan secara khusus untuk itu. Keahlian tersebut mendapat pengakuan formal yang dinyatakan dalam bentuk sertifikasi, akreditasi, dan lisensi dari pihak yang berwenang (dalam hal ini pemerintah dan organisasi profesi). Dengan keahliannya itu seorang guru mampu menunjukkan otonominya, baik secara pribadi maupun sebagai pemangku profesinya. Di samping dengan keahliannya, sosok professional guru ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya.Guru professional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, Negara, dan agamanya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, social, intelektual, moral, dan spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya.Tanggung jawab social diwujudkan melalui
30 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif.Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugastugasnya.Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk yang beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dam moral. Terkait dengan norma maka salah satunya adalah norma yang terkait dengan ketentuan waktu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab profesinya. Kapan dia harus mulai masuk, dan keluar berapa lama melaksanakan proses belajar mengajar dan sebagainya, yang kesemuanya itu musti ditaati sebagai salah satu ciri dari guru yang profesional yang memiliki sifat disiplin dalam penggunaan waktu. Dan untuk meningkatkan disiplin tersebut maka direncakan akan diterapkan sistem reward dan punisment terhadap guru dengan harapan disiplin akan menjadi budaya di lingkungan sekolah. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan sekolah dengan judul “Peningkatkan Disiplin Guru dalam Kegiatan Belajar Mengajar Melalui Penerapan Reward danPunishment pada Sekolah Dasar Daerah Binaan III UPT Dindikpora Kecamatan Pandanarum Kabupaten Banjarnegara.” Berdasarkan uraian diatas maka maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Pertama; Apakah penerepan reward dan punishment dapat meningkatkan disiplin guru-guru Sekolah Dasar Daerah Binaan III UPT Dindikpora Kecamatan Pandanarum Kabupaten Banjarnegaradalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar ?, dan Kedua, Apakah disiplin guru-guru memiliki pengaruh terhadap efektifitas kegiatan belajar mengajar di Sekolah Dasar Daerah Binaan III UPT Dindikpora Kecamatan Pandanarum Kabupaten Banjarnegara? Secara umum tujuan dari Penelitian tindakan sekolah (PTS) ini adalah, Pertama, untuk mengetahui cara dalam peningkatan disiplin guru sehingga diharapkan dapat meningkatkan kegiatan belajar mengajar, Kedua, Terciptanya kegiatan proses belajar mengajar yang efektif. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian tindakan ini, setidaknya ada dua, yakni manfaat untuk sekolah dan manfaat untuk siswa/peserta didik, Bagi Sekolah, Ditemukannya suatu cara dalam meningkatkan displin guru guna meningkatakan hasil proses pembelajaran, Terciptanya kegiatan proses belajar mengajar yang efektif, Ketertiban sekolah akan menjadi lebih baik dan bagi bagi Guru, Semakin meningkatnya kesadaran dan tanggung jawab profesi; Semakin memahami pentingnya disiplin dalam melaksanakan tugas prfesi guna meningkatakan hasil proses belajar mengajar; Kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik sehingga target kurikulum dapat tercapai tepat pada waktunya.
Al-Qalam Vol.XVI|31
Penelitian Tindakan Sekolah B. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
1. Disiplin Guru Disiplin ialah orang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin.Anak yang berdisipilin diri dimaksudkan sebagai keteraturan perilaku berdasarkan nilai moral yang telah mempribadi dalam dirinya tanpa tekanan atau dorongan dari faktor eksternal. Menurut Gnagey (Shochib, 1998: 21) menyatakan bahwa “disipilin diri anak merupakan produk disiplin”. Sementara itu Madson (Shochib, 1998: 21) mengemukakan bahwa “kepemilikan disiplin memerlukan proses belajar. Dan pada awal proses belajar inilah memerlukan kehadiran orangtua. Hal ini dapat dilakukan dengan cara 1) melatih, 2) membiasakan diri berperilaku sesuai dengan nilai-nilai berdasrkan acuan moral, 3) diperlukan juga kontrol untuk mengembangkannya. Menurut Kamus Besar Indonesia (1998) mengandung arti “1 tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dsb) 2.Ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan, tata tertib, dsb”.Dari segi etimologinya disiplin menurut Liang Gie (Martoenoes, 1998: 2) yaitu berasal dari bahasa Yunani yaoitu disciple yang mengandung makna pengikut atau penganut.Berdasarkan makna dari segi etimologi ini, disiplin diartikan sebagai suatu keadaan tertib di mana orang-orang yang bergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan. Dari pengertian yang di atas tampak bahwa disiplin pada dasarnya merupakan tindakan manajemen untuk mendorong agar para anggota organisasi dapat memenuhi berbagai ketentuan dan peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi, yang di dalamnya mencakup: (1) adanya tata tertib atau ketentuanketentuan; (2) adanya kepatuhan para pengikut; dan (3) adanya sanksi bagi pelanggar
2. Pengertian reward Metode reward (hadiah) merupakan suatu bentuk teori penguatan positif yang bersumber dari teori Behavioristik. Menurut teori Behavioristik belajar dalam perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. (Asri Budiningsih, 2005:20) Ganjaran menurut bahasa, berasal dari bahasa Inggris reward yang berarti peghargaan atau hadiah. (Purwono Sastro Amjoyo, 2007:252). Sedangkan reward (hadiah) menurut istilah ada beberapa pendapat yang dikemukakan sebagai berikut diantaranya adalah:Menurut M. Ngalim Purwanto reward (hadiah) ialah alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan.(M. Ngalim Purwanto,
32 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
2011:182). Menurut Amir Daien Indrakusuma reward (hadiah) adalah penilaian yang bersifat positif terhadap belajarnya siswa. (Amir Daien Indrakusuma, 1973: I59).Menurut Charles Schaefer Ph.D reward (hadiah) merupakan pemberian sesuatu yang menyenangkan setelah anak melakukan sesuatu perbuatan yang kita inginkan, sesuatu yang menyenangkan itu biasa berupa benda yang konkrit, misalnya makanan, uang, mainan: dan yang tidak kongrit misalnya pujian, perhatian, dan penghargaan. (Charles Schaefer, 1989: 21) Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa reward (hadiah) adalah segala sesuatu yang berupa penghargaan yang menyenangkan perasaan yang diberikan kepada siswa karena mendapat hasil baik dalam proses pendidikannya dengan tujuan agar senantiasa melakukan pekerjaan yang baik dan terpuji. Dari arti tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian reward (hadiah) dalam konteks pendidik dapat diberikan bagi siapa saja yang berprestasi, dengan adanya reward (hadiah) itu siswa akan lebih giat belajar karena dengan adanya reward (hadiah) itu siswa termotivasi untuk selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik, untuk itulah pentingnya metode reward (hadiah) diterapkan di sekolah. Peranan reward (hadiah) dalam proses pengajaran cukup penting terutama sebagai faktor eksternal dalam mempengaruhi dan mengarahkan perilaku siswa. Hal ini berdasarkan atas berbagai pertimbangan logis, diantanya reward (hadiah) biasanya menimbulkan motivasi belajar siswa, reward (hadiah) juga memiliki pengaruh positif dalam kehidupan siswa. Tujuan yang harus dicapai dalam pemberian reward (hadiah) adalah untuk lebih mengembangkan motivasi yang bersifat instrinsik dari motivasi intrinsik, dalam artian siswa melakukan suatu perbuatan, maka perbuatan itu timbul dari kesadaran siswa itu sendiri. Dan dengan reward (hadiah) itu, juga diharapkan dapat membangun suatu hubungan yang positif antara guru dan siswa, karena reward (hadiah) itu adalah bagian dari pada penjelmaan dari rasa cinta kasih sayang pendidik kepada anak didik. Dalam hal ini, reward (hadiah) diterapkan sebagai upaya motivator bagi peserta didik, untuk itu perlu dibedakan antara reward (ganjaran) dengan suap. Dengan adanya reward (hadiah) anak akan terus melakukan pekerjaannya dan terus berusaha untuk selalu mempertahankan prestasinya, serta meningkatkan kualitas belajarnya. Sedangkan kalau suap, anak akan melakukan perbuatan hanya semata-mata mengharapkan sesuatu reward(hadiah). Jadi perlu diperhatikan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan reward (hadiah) berupa benda yaitu: 1. Hadiah tersebut harus benar-benar berhubungan dengan prestasi yang dicapai.
Al-Qalam Vol.XVI|33
Penelitian Tindakan Sekolah
2. Hadiah tersebut disesuikan dengan kebutuhan peserta didik yang menerima. 3. Hadiah tersebut sebaiknya tidak terlalu mahal. Untuk itu, maksut dari reward (hadiah) itu yang terpenting bukanlah hasil yang dicapai seorang siswa, pendidik bertujuan membentuk kata hati dan kemampuan yang lebih baik dan lebih keras kepada siswa. Seperti halnya telah disinggung di atas, bahwa reward (hadiah) disamping merupakan alat pendidikan represif yang menyenangkan, reward (hadiah) juga dapar menjadi pendorong atau motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik lagi. Reward (hadiah) adalah penilaian yang bersifat pisitif terhadap belajarnya peserta didik. Reward (hadiah) yang diberikan kepada siswa bentuknya bermacammacam, secara garis besar reward (hadiah) dapat dibedakan menjadi empat macam:
a. Pujian Pujian adalah satu bentuk reward (hadiah) yang paling mudah dilakukan. Pujian dapat berupa kata-kata seperti: baik, bagus, bagus sekali dan sebaginya, tetapi dapat juga berupa kata-kata yang bersifat sugesti misalnya: ”Nah,lain kali akan lebih baik lagi.” “Kiranya kamu sekarang sudah lebih rajin belajar” dan sebagainya.Disamping yang berupa kata-kata, pujian dapat pula berupa isyarat-isyarat atau pertanda-pertanda.Misalnya dengan menunjukkan ibu jari (jempol), dengan menepuk bahu anak, dengan tepuk tangan dan sebagainya.
b. Penghormatan Reward (hadiah) yang berupa penghormatan ini dapat dibentuk dua macam:Pertama berbentuk semacam penobatan. Yaitu anak yang mendapat penghormatan diumumkan dan ditampilkan didepan teman-temannya. Dapat juga dihadapan teman-temanya sekelas, teman-teman sekolah, atau mungkin juga dihadapan para teman dan orang tua murid.Misalnya saja pada malam perpisahan yang diadakan pada akhir tahun, murid-murid yang telah berhasil menjadi bintang kelas. Penobatan dan penampilan bintang-bintang pelajar untuk suatu kota atau daerah, biasanya dilakukan dimuka umum. Misalnya pada rangkaian upacara bendera.Kedua, penghormatan yang berbentuk pemberian kekuasaan untuk melakukan sesuatu.Misalnya kepada anak yang berhasil menyelesaikan suatu soal yang sulit, disuruh mengerjakannya di papan tulis untuk dicontoh teman-teman.
c. Hadiah Yang dimaksut dengan hadiah di sini ialah reward (hadiah) yang berbentuk pemberian yang berupa barang. Reward (hadiah) yang berupa pemberian barang ini disebut juga reward (hadiah) materi, yaitu hadiah yang
34 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
berupa barang ini dapat terdiri dari alat-alat keperlian sekolah, seperti pensil, penggaris, buku dan lain sebaginya.
d. Tanda penghargaan Jika hadiah reward (hadiah) yang berupa barang, maka tanda penghargaan adalah kebalikannya. Tanda penghargaan tidak dinilai dari segi harga dan kegunaan barang-barang tersebut,seperti halnya pada hadiah.Melainkan, tanda penghargaan dinilai dari segi “kesan” atau “nilai kenang”nya. Oleh karena itu reward (hadiah) atau tanda penghargaan ini disebut juga rewad (hadiah) simbolis ini dapat berupa surat-surat tanda jasa, sertifikat- sertifikat.(Amir Daien Indrakusuma, 159-161) Dari keempat macam reward (hadiah) seorang pendidik dapat memilih bentuk macam-macam reward (hadiah) yang cocok dengan siswa dan disesuikan dengan situasi dan kondisi, baik situasi dan kondisi siswa atau situasi dan kondisi keuangan bila hal ini masalah keuangan. Dalam memberikan reward (hadiah) seorang pendidik hendaknya dapat mengetahui siapa yang berhak mendapatkan reward (hadiah), seorang pendidik harus selalu ingat akan maksud reward (hadiah) dari pemberian reward (hadiah) itu. Seorang siswa yang pada suatu ketika menunjukkan lebih baik diberi reward (hadiah). Dalam hal ini seorang pendidik hendaklah bijaksana, jangan samapai reward (hadiah) menimbulkan iri hati padasiswa yang lain yang merasa dirinya lebih pandai, tetapi tidak mendapat reward (hadiah). Kalau kita perhatikan apa yang telah diuraikan tentang maksud reward (hadiah) yang baik yang diberikan kepada siswa, ternyata bukanlah soal yang mudah. Ada beberapa syarat yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik sebelum memberikan reward (hadiah) pada siswa yaitu: a) Untuk memberikan reward (hadiah) yang pedagogis perlu sekali pendidik mengenal betul-betul siswanya dan tahu menghargai dengan tepat. Reward (hadiah) dan penghargaan yang salah dan tidak tepat dapat membawa akibat yang tidak dimungkinkan. b) Reward (hadiah) yang diberikan kepada seorang anak didik hendaknya menimbulkan rasa cemburu atau iri hati bagi siswa lain yang merasa pekerjaannya juga lebih baik, tetapi tidak mendapat reward (hadiah). c) Memberireward (hadiah)hendaklah hemat. Terlalu kerap atau terusmenerus memberireward (hadiah) dan penghargaan akan menjadi hilang arti reward (hadiah) itu sebagai alat pendidikan. d) Janganlah memberireward (hadiah) dengan menjanjikan lebih dahulu sebelum siswa menunjukkan prestasi kerjaannya, apalagi reward (hadiah) yang diberikan kepada seluruh kelas. Reward (hadiah) yang telah dijanjikan lebih dahulu hanyalah akan membuat siswa terburu-buru dalam
Al-Qalam Vol.XVI|35
Penelitian Tindakan Sekolah
bekerja dan akan membawa kesukaran – kesukaran bagi beberapa siswa yang kurang pandai. e) Pendidik harus berhati-hati memberikan reward (hadiah),jangan sampai reward (hadiah) yang diberikan pada siswa diterima sebagai upah dari jerih payah yang telah dilakukan. (Ngalim Purwanto:184) Ada beberapa pendapat para ahli pendidikan terhadap reward (hadiah) sebagai alat pendidikan berbeda-beda. Sebagian menyetujui dan menganggap penting reward (hadiah) itu dipakai sebagai alat untuk membentuk kata hati siswa. Sebaliknya ada pula ahli-ahli pendidikan yang tidak suka sama sekali menggunakan reward (hadiah). Mereka berpendapat bahwa reward (hadiah) itu dapat menimbulkan persaingan yang tidak sehat pada siswa. Menurut pendapat mereka, seorang pendidik hendaklah mendidik siswa supaya mengerjakan dan berbuat yang baik dengan tidak mengharapkan pujian atau reward (hadiah), tetapi semata-mata karena pekerjaan atau perbuatan itu memeng kewajibannya. Sedangkan pendapat yang terakhir adalah terletak diantara keduanya, sebagai seorang pendidik hendaknya menginsafi bahwa yang di didik adalah siswa yang masih lemah kemauannya dan belum mempunyai kata hati seperti orang dewasa. Dari mereka belumlah dapat dituntut supaya mereka mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk atas kemauan dan keinsafannya sendiri.Perasaan kewajiban mereka masih belum sempurna, bahkan pada siswa yang masih kecil boleh dikatakan belum ada. Untuk itu,maka pujian dan reward (hadiah) sangat diperlukan pula dan berguna bagi pembentukan kata hati dan kemauan.
3. Punishment (hukuman) Hukuman menurut bahasa berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata Punishment yang berarti Low (hukuman).(Purwono Sastro Amjoyo, ,2007:246). Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan tentang punishment (hukuman) diantaranya,adalah sebagai berikut:Menurut Malik Fadjar”Punishment (hukuman) adalah usaha edukatif untuk memperbaiki dan mengarahkan siswa kearah yang benar, bukan praktik hukuman dan siksaan yang memasung kreatifitas.(Malik Fajar, , 2005, hal:202). Menurut Roestiyah “Punishnent (hukuman) adalah suatu perbuatan yang tidak menyenangkan dari orang yang lebih tinggi kedudukannya untuk pelanggaran dan kesalahan anak.(Y. Roestiyah, 1978: 63). Dari beberapa pendapat diatas,peneliti dapat menarik kesimpulan,bahwa punishment (hukuman) adalah suatu perbuatan yang kurang menyenangkan,yang berupa penderitaan yang diberikan kepada siswa secara sadar dan sengaja,sehingga sadar hatinya untuk tidak mengulangi lagi.Dalam memberikan Punishment (hukuman) pendidik tidak boleh bertindak sewenang-wenang,
36 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
punishment (hukuman) yang diberikan itu harus bersifat pedagogis dan bukan karena balas dendam. Punishment (hukuman) bisa dikatakan berhasil apabila dapat menimbulkan perasaan penyesalan akan perbuatan yang telah dilakukannya. Disamping itu punishment (hukuman) juga mempunyai dampak sebagai berikut: a. Menimbulkan perasaan dendam bagi si terhukum. Ini adalah akibat dari hukuman sewenang-wenang dan tanpa tanggung jawab. b. Menyebabkan siswa menjadi lebih pandai siswa menyembunyikan pelanggaran. c. Dapat memperbaiki tingkah laku si pelanggar. d. Mengakibatkan si pelanggar menjadi kehilangan perasaan salah, oleh karena kesalahannya dianggap telah dibayar dengan punishment (hukuman) yang telah di deritanya. e. Akibat lain adalah memperkuat kemauan si pelanggar untuk menjalankan kebaikannya. Supaya punishment (hukuman) bisa menjadi alat pendidikan, maka seorang pendidik sebelum memberikan punishment (hukuman) pada siswa yang melakukan pelanggaran sebaiknya pendidik memperhatikan syarat-syarat punishment (hukuman) sebagai berikut: a. Tiap-tiap punishment (hukuman) hendaknya dapat dipertanggung jawabkan. Ini berarti punishment (hukuman) itu tidak boleh sewenangwenang. b. Punishment (hukuman) itu dapat bersifat memperbaiki. c. Jangan menghukum pada waktu kita marah. d. Tiap-tiap punishment (hukuman) harus diberikan dengan sadar dan sudah diperhitungkan atau dipertimbangkan terlebih dahulu. e. Punishment (hukuman) tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam yang bersifat perorangan. f. Bagi terhukum (siswa), punishment (hukuman) itu hendaknya dapat dirasakan sendiri sebagai dudukan atau penderitaan yang sebenarnya. g. Jangan melakukan punishment (hukuman) badan sebab pada hakikatnya punishment (hukuman) badan dilarang oleh Negara. h. Punishment (hukuman) tidak boleh merusakkan baik antara si pendidik dan siswa. i. Adanya kesanggupan memberikan manfaat dari si pendidik,sesudah menjatuhkan punishment (hukuman) dan setelah siswa menginsafi kesalahannya. Disamping persyaratan di atas, ada juga pendapat yang mengemukakan tentang syarat-syarat yang diperhatikan dalam memberikan punishment (hukuman), yaitu:
Al-Qalam Vol.XVI|37
Penelitian Tindakan Sekolah
a) Pemberian punishment (hukuman) harus ditetap dalam jalanan cinta kasih sayang. Kita memberikan punishment (hukuman) kepada siswa, buka karena ingin melampiaskan rasa dendam, dan sebagainya. Kita menghukum siswa demi kebaikan, demi kepentingan siswa, demi masa depan dari siswa. Oleh karena itu, sehabis punishment (hukuman) dilaksanakan, maka tidak boleh berakibat putusnya hubungan cinta kasih sayang tersebut. b) Pemberian punishment (hukuman) harus didasarkan kepada alasan “keharusan”. Artinya sudah tidak ada alat pendidikan yang lain yang bias dipergunakan. Seperti halnya dimuka telah dijelaskan, bahwa punishment (hukuman) merupakan tindakan terakhir kita laksanakan,setelah dipergunakan alat-alat pendidikan lain tidak memberikan hasil. Dalam hal ini kiranya patut diperingatkan bahwa kita hendaknya jangan terlalu terbiasa dengan punishment (hukuman). Kita tidak boleh terlalu murah dengan punishment (hukuman). Punishment (hukuman) kita berikan kalau memang hal ini betul-betul diperlukan, dan harus kita berikan secara bijaksana. c) Pemberian punishment (hukuman) harus menimbulkan kesan pada hati siswa. Dengan adanya kesan itu, siswa akan selalu mengingat pada peristiwa tersebut. Dan kesan itu akan selalu mendorong siswa kepada kesadaran dan keinsyafan. Tetapi sebaliknya punishment (hukuman) tersebut tidak boleh menimbulkan kesan negatif pada siswa. Misalnya saja penyebab rasa putus asa pada siswa memutuskan hubungan akatan batin dengan pendidik. Artinya sudah tidak mau menerima anjuran-anjuran, saran-saran yang diberikan pendidik. d) Pemberianpunishment (hukuman) harus menimbulkan keinsafan dan penyesalan pada siswa. Inilah yang merupakan hakekat dari tujuan pemberian punishment (hukuman). Dengan adanya punishment (hukuman) siswa harus merasa insaf dan menyesali perbuatan yang salah itu. Dan dengan keinsafan ini siwa berjanji di dalam hatinya sendiri tidak mengulangi lagi. e) Pada akhirnya,pemberianpunishment (hukuman)harus diikuti dengan pemberian ampun dan disertai dengan harapan serta kepercayaan. Setelah siswa selesai menjalani hukumannya, maka guru sudah tidak lagi menaruh atau mempunyai rasa ini dan itu terhadap siswa tersebut. Dengan begitu pendidik dapat menunaikan tugas kembali dengan perasaan yang lega, yang bebas, dan penuh denag gairah dan kegembiraan. Disamping itu, kepada siswa harus diberikan kepercaan kembali serta harapan bahwa siswa itu sanggup dan mampu berbuat baik seperti teman-temanya yang lain. Tujuan adalah merupakan salah satu faktor yang harus ada dalam setiap aktivitas, karena aktifitas yang tanpa tujuan tidak mempunyai arti apa-
38 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
apa, dan akan menimbulkan kerugian sert kesia-siaan. Sehubungan dengan punishment (hukuman) yang dijatuhkan kepada siswa, maka tujuan yang ingin dicapai bukanlah untuk menyakiti atau untuk menjaga kehormatan pendidik atau sebaliknya agar pendidik ditaati oleh siswa, akan tetapi tujuanpunishment(hukuman) yang sebenarnya adalah agar siswa yang melanggar merasa jera dan tidak akan mengulangi lagi. Tujuan pemberian punishmet (hukuman) ada dua macam yaitu tujuan dalam jangka pendek dan tujuan dalam jangka panjang.Tujuan dalam jangka pendek adalah untuk menghentikan tingkah laku yang salah, sedangkan tujuan dalam jangka panjang adalah untuk mengajar dan mendorong siswa agar dapat menghentikan sendiri tingkah lakunya yang salah.(Charles Schaefer, 1896: 91).
4. Kegiatan Belajar Mengajar Belajar dan mengajar merupakan dua hal yang berbeda bila ditinjau dari yang melakukannya, sebab proses belajar dilakukan oleh siswa/mahasiswa dan mengajar dilakukan oleh guru/dosen. Namun demikian belajar dan mengajar merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keduanya merupakan kegiatan yang sejalan dan searah, yaitu untuk mencapai hasil belajar sesuai dengan pembelajaran. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik. Seseorang dikatakan sudah belajar apabila dalam dirinya sudah tercermin tingkah laku yang lebih baik dibanding sebelum dia diajar. Seperti yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (1994:44) bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya. Maka dapat dikatakan bahwa dalam belajar diberikan kesempatan seluas-luasnya kepada mahasiswa untuk menguasai konsep materi yang diajarkan dan memiliki keterampilan dalam bidang studi yang dipelajari. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegitan belajar merupakan kegiatan paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa/mahasiswa sebagai peserta didik. Sebagai peserta didik yang mengalami proses belajar maka harus bersifat aktif sedangkan yang mengajar (guru/dosen) mempunyai tugas untuk mendorong dan membimbing serta memberikan fasilitas belajar bagi siswa/mahasiswa agar dapat mencapai tujuan pendidikan. Menurut Syah (2006:63) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bergantung bagaimana cara dan proses belajar peserta didiknya, baik ketika berada di sekolah maupun tatkala berada dirumah.
Al-Qalam Vol.XVI|39
Penelitian Tindakan Sekolah
oleh karena itu, pemahaman dalam proses belajar sangatlah diperlukan karena apabila terjadi kekeliruan dan ketidaklengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar akan mengakibatkan ketidak optimalan hasil dari proses belajar tersebut. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah proses dimana seseorang mentransferkan berbagai bentuk informasi yang terdapat dalam buku kedalam memori atau ingatan mereka. Padahal makna belajar tidak hanya fokus pada hal tersebut. Menurut Gagne dalam Sagala (2003:13) belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah sebagai akibat dari pengalaman. Jadi, belajar merupakan proses yang berkesinambungan dan terus berlanjut yang akan merubah pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Menurut Syah (2006:68) mendefinisikan belajar secara kualitatif merupakan suatuproses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling seorang pelajar. Menurut Skinner dalam Sagala (2003:14) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Belajar juga dipahami sebagai suatu prilaku, pada saat belajar, maka responnya akan menjadi lebih baik. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang sangat menunjang bagi kelancaran dalam proses pembelajaran karena pencapaian tujuan belajar dapat dilihat dari keseriusan peserta didik dalam belajar yang tercermin pada hasil belajar yang diperolehnya pada akhir semester. Dari definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang fundamental dalam diri organisme dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan yang diperoleh melalui proses adaptasi prilaku dan tingkah laku individu berlangsung secara progresif yang diperolehnya melalui lingkungan di sekitarnya sehingga peserta didik dapat mengambil setiap makna dan pemahamannya dari setiap kegiatan yang ia amati maupun yang ia lakukan. Proses belajar mengajar merupakan bagian dari kegiatan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah. Kegiatan pendidikan itu pada dasarnya kegiatan mempengaruhi orng lain yang dilakukan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa, sehingga yang tadinya tidak tahu menjadi tahu dari tidak baik menjadi baik, yang akan berguna bagi peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kebutuhannya
5. Peran Pendidik dalam Proses Belajar-Mengajar Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Karena Proses belajar-mengajar mengandung serangkaian perbuatan pendidik/guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk
40 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar-mengajar ini memiliki arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif.Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Peran guru dalam proses belajar-mengajar , guru tidak hanya tampil lagi sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan beralih sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor) dan manager belajar (learning manager). Hal ini sudah sesuai dengan fungsi dari peran guru masa depan. Di mana sebagai pelatih, seorang guru akan berperan mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan mencapai prestasi setinggi-tingginya. Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran, masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun oleh komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur-unsur manusiawi seperti sikap, sistem, nilai, perasaan, motivasi, kebiasaan dan Iain-lain yang diharapkan merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut.Di sinilah kelebihan manusia dalam hal ini guru dari alat-alat atau teknologi yang diciptakan manusia untuk membantu dan mempermudah kehidupannya. Namun harus diakui bahwa sebagai akibat dari laju pertumbuhan penduduk yang cepat (di Indonesia 2,0% atau sekitar tiga setengah juta lahir manusia baru dalam satu tahun) dan kemajuan teknologi di lain pihak, di berbagai negara maju bahkan juga di Indonesia, usaha ke arah peningkatan pendidikan terutama menyangkut aspek kuantitas berpaling kepada ilmu dan teknologi. Misalnya pengajaran melalui radio, pengajaran melalui televisi, sistem belajar jarak jauh melalui sistem modul, mesin mengajar/ komputer, atau bahkan pembelajaran yang menggunak system E-learning (electronic learning) yaitu pembelajaran baik
secara formal maupun informal yang dilakukan melalui media elektronik, seperti internet, CD-ROM, video tape, DVD, TV, handphone, PDA, dan lainlain (Lende, 2004). Akan tetapi, e-learning pembelajaran yang lebih dominan menggunakan internet (berbasis web). Sungguhpun demikian guru masih tetap diperlukan.Sebagai contoh dalam pengajaran modul, peranan guru sebagai pembimbing belajar justru sangat dipentingkan.Dalam pengajaran melalui radio, guru masih diperlukan terutama dalam menyusun dan mengembangkan disain pengajaran.Demikian halnya dalam pengajaran melalui televisi.
Al-Qalam Vol.XVI|41
Penelitian Tindakan Sekolah
Dengan demikian dalam sistem pengajaran mana pun, guru selalu menjadi bagian yang tidak terpisahkan, hanya peran yang dimainkannya akan berbeda sesuai dengan tuntutan sistem tersebut. Dalam pengajaran atau proses belajar mengajar guru memegang peran sebagai sutradara sekaligus aktor. Artinya, pada gurulah tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di sekolah. Sebagaimana telah di ungkapkan diatas, bahwa peran seorang guru sangatlah signifikan dalam proses belajar mengajar. Peran guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal seperti sebagai pengajar, manajer kelas, supervisor, motivator, konsuler, eksplorator, dsb. Yang akan dikemukakan disini adalah peran yang dianggap paling dominan dan klasifikasi guru sebagai: Demonstrator, Manajer/pengelola kelas, Mediator/fasilitator, Evaluator C. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan yang difokuskan pada situasi sekolah , atau yang lazim disebut action research (Kemmis, 1982:Suwarsih) Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik kegiatan guru dalam proses pembelajaran di kelas lebih professional (Suyanto, 1997: ) Metode ini dipilih didasarkan atas pertimbangan bahwa : (1) Analisis masalah dan tujuan penelitian yang menuntut sejumlah informasi dan tindak lanjut berdasarkan prinsip “daur ulang” , (2) Menurut kajian dan tindakan secara reflektif, kolanoratif, dan partisipatif berdasarkan situasi alamiah yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan guru dalam rangka melaksanakan kegiatan proses pembelajaran
6. Subjek Penelitian Subjekpenelitian ini adalah seluruh guru kelas pada Sekolah Dasar Daerah Binaan III UPT Dindikpora Kecamatan Pandanarum Kabupaten Banjarnegara yang terdiri atas 26 orang laki-laki dan 12 wanita, sebagai berikut: Tabel 3.1 Daftar Responden Guru Sekolah Binaan NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
NAMA GURU Marnoto, S.Pd.SD Timbul Mulyono Mugiastuti, S.Pd.SD Endi Budi Armanto, S.Pd Subandi, S.pd.Sd Wahyu Hidayati, S.Pd.SD Ndari setiyaningsih, S.pd.SD Juwardi, S.Pd.SD
42 | ISSN: 2356-2447-XVI
UNIT KERJA SDN 1 Lawen SDN 1 Lawen SDN 1 Lawen SDN 1 Lawen SDN 1 Lawen SDN 1 Lawen SDN 1 Lawen SDN 2 Lawen
School Action Research 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38.
Kamijan, S.Pd.SD Sri Suryati, S.Pd.SD Al Ashar, S.Pd.SD Aziz Fanani, S.Pd.SD Sulistiowati, S.Pd.SD Retno Ragil P S.Pd.SD Daryono, S.Pd.SD Bambang Adrianto, S.Pd Kaini, S.Pd.SD Karyono, S.Pd.SD Adhe Benny A, S.Pd.SD Margiati, S.Pd.SD Tri Widiyanto, S.Pd.SD Carto, A.Ma.Pd Eko Haryanto, A.Ma.Pd Wito Sutini, S.Pd.SD Edi Santosa, S.Pd.SD Umi Saidah, S.Pd.SD Sumardi, A.Ma.Pd Ridwan, S.Pd Suwarto, S.Pd.SD Suprayit, S.Pd.SD Subroto, S.Pd.SD Sutanto, S.Pd.SD Siti Mulatsih, S.Pd.SD Leni Puji Rahayu, S.pd.SD Sugeng Sumeri, S.Pd.SD Edi Purwanto, S.Pd.SD Sugiri, S.Pd.SD
SDN 2 Lawen SDN 2 Lawen SDN 2 Lawen SDN 2 Lawen SDN 2 Lawen SDN 2 Lawen SDN 1 Pingitlor SDN 1 Pingitlor SDN 1 Pingitlor SDN 1 Pingitlor SDN 1 Pingitlor SDN 1 Pingitlor SDN 2 Pingitlor SDN 2 Pingitlor SDN 2 Pingitlor SDN 2 Pingitlor SDN 2 Pingitlor SDN 2 Pingitlor SDN 1 Pasegeran SDN 1 Pasegeran SDN 1 Pasegeran SDN 1 Pasegeran SDN 1 Pasegeran SDN 1 Pasegeran SDN 1 Pasegeran SDN 2 Pasegeran SDN 2 Pasegeran SDN 3 Pasegeran SDN 3 Pasegeran SDN 3 Pasegeran
7. Seting Penelitian Tempat penelitian ini tindakan Sekolah ini adalah Sekolah Dasar Daerah Binaan binaan penulis yang terdiri 7 Sekolah dasar, sebagai berikut:
Al-Qalam Vol.XVI|43
Penelitian Tindakan Sekolah
Tabel 3.2 Daftar Jumlah Responden Asal Sekolah Binaan NO
NAMA SEKOLAH
1.
SDN 1 Lawen
2.
SDN 2 Lawen
3.
SDN 1 Pingitlor
4.
SDN 2 Pingitlor
5.
SDN 1 Pasegeran
6.
SDN 2 Pasegeran
7.
SDN 3 Pasegeran
ALAMAT
JUMLAH GURU
Dukuh Kendilwesi, Lawen, Pandanarum Lawen, Pandanarum
7
Dukuh Plipiran, Pingitlor, Pandanarum Pingitlor, Pandanarum
6
Dukuh Karanggondang, Pasegeran, Pandanarum Pasegeran, Pandanarum
7
Dukuh Jumbleng, Pasegeran, Pandanarum
3
7
6
2
8. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Semester Itahun pelajaran 2013/2014mulai bulan September sampai dengan bulan Desember 2013( selamaempat bulan )
9. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: dokumentasi dan observasi dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran hasil belajar siswa sebagai indikator efektifitas proses belajar mengajar guru yang tercermin dalam nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada setiap kali pertemuan. Sedangkan observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan disiplin guru baik disiplin waktu maupun dalam pengadaan administrasi perangkat pembelajaran.Sedang Instrument penelitian atau alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah berupa lembar/format pengamatan dengan menggunakan sistem cheklist untuk memperoleh gambaran data tentang disiplin guru baik dalam penggunaan waktu dan penyelenggaraan administrasi persiapan pembelajaran.
44 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research Tabel 3.3 Format Lembar Pengamatan Disiplin Guru Siklus ke : _________________________ Hari/ Tanggal : _________________________ Nama guru : _________________________ Unit kerja : _________________________ A. DISIPLIN WAKTU No Aspek yang diamati 1. Guru datang 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai 2. Guru datang tepat / bersamaan dengan dimulainya jam pelajaran 3. Guru datang 15 menit setelah jam pelajaran dimulai 4. Guru datang kemudian langsung masuk kelas untuk melaksanakan KBM 5. Guru datang tidak langsung melaksanakan KBM/ masuk kelas 6. Guru melaksanakan KBM dan mengakhirinya 15 menit sebelum waktu habis 7. Guru melaksanakan KBM dan mengakhirinya 10 menit sebelum waktu habis 8. Guru melaksanakan KBM dan mengakhirinya 5 menit sebelum waktu habis 9. Guru melaksanakan KBM dan mengakhiri KBM tepat pada waktunya sesuai jadwal 10. Guru melaksanakan KBM dan mengakhiri KBM melebihi waktu yang disediakan
Ya
Tidak
B. DISIPLIN PENGADAAN PERANGKAT ADMINISTRASI PEMBELAJARAN No Aspek yang diamati Ya Tidak 11. Memiliki Program Tahunan 12. Memiliki Program Semester 13. Memiliki silabus 14. Memiliki RPP 15. Memiliki jadwal tatapmuka
10. Prosedur Tindakan Prosedur penelitian tindakan sekolah ini terdiri atas dua tahapan ( siklus ). Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk mengetahui disiplin waktu guru penulis menerapkan sistem reward dan punishment.
Al-Qalam Vol.XVI|45
Penelitian Tindakan Sekolah
Reward diberikan kepada guru yang dapat datang sekurang-kurangnya 15 menit sebelum kegiatan proses pembelajaran dan mengakhiri kegiatan KBM tepat pada waktunya, selain itu reward diberikan pula kepada guru yang telah dapat melengkapi perangkat administrasi pembelajaran secara lengkap yang meliputi Program tahunan, Program semester, silabus, dan RPP. Prosedur penelitian tindakan sekolah ini terdiri atas empat tahapan, yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pemantauan (monitoring), (4) analisis hasil dan refleksi. Keempat tahapan ini dilaksanakan dalam satu siklus. Apabila dalam pelaksanaan dalam satu siklus belum menunjukkan disiplin, maka peneliti akan melaksanakan tindakan lagi pada siklus ke 2 dengan mengubah halhal yang dianggap menghambat. Pada awal pelaksanaan siklus, peneliti merancang mengajak guru agar mau meningkatkan disiplin dalam hal waktu dan pengadaan perangkat administrasi pembelajaran melalui brifing. Pada tahap awal sebelum pelaksanaan siklus, peneliti mempersiapkan hal-hal sebagai berikut: 1. Mengadakan format penelitian sebagai mana telah disebutkan di atas 2. Mengamati / mengobservasi waktu kedatangan setiap guru pada awal kegiatan 3. Mengamati penggunaan waktu dalam pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran di kelas 4. Meminta data hasil evaluasi atau ketercapaian target pembelajaran dari masing-masing guru yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata yang dicapai. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan kemudian diadakan analisis terhadap data yang didapat kemudian diadakan tindak lanjut berupa pendekatanpendekatan persuasif (reward dan punishment). D. HASIL PENELITIAN
1. Analisis Pra Siklus Sebelum menganalisis siklus 1, peneliti melakukan observasi awal melalui kegiatan pra siklus, untuk mengetahui keadaan awal guru sebelum diberlakukan reward dan punishment. Adapun data yang dihasilkan melalui angket tentang kedisiplinan waktu, kedispilinan administrasi belajar serta target kurikulum yang ditetapkan sebagai berikut.
N O 1
KOMPONEN Disiplin Waktu
46 | ISSN: 2356-2447-XVI
Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Pra siklus HASIL KATEGORI KONDISI 56 %
KURANG DISIPLIN
Terdapat 21 guru dari jumlah 38 yang kurang displin terhadap waktu
School Action Research 2
3
Disiplin Perangkat Pembelajaran Target Kurikulum
45%
KURANG DISIPLIN
hanya terdapat 17 guru yang tertib administrasi
45%
BELUM MEMENUHI TARGET
belum mencapai target 75
Berdasarkan hasil pada tabel 4.1, menunjukan kondisi guru perlu ditingkatkan agar hasil mecapai target kurikulum serta kedisiplinan meningkat.
2. Analisis Siklus I Setelah diterapkannya reward dan punishment, guru melaksanakan kegiatan belajar penuh semangat meskipun kurang maksimal. Sehingga beberapa guru telah mengalami peningkatan yang signifikan. Adapun hasil siklus 1 dapat disajikan dalam table berikut: Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Ketercapaian Target Kurikulum Siklus 1 No 1.
Nama Guru Marnoto, S.Pd.SD
2.
Timbul Mulyono
3.
Mugiastuti, S.Pd.SD
4.
Endi Budi Armanto, S.Pd Subandi, S.pd.Sd
5. 6.
8.
Wahyu Hidayati, S.Pd.SD Ndari setiyaningsih, S.Pd.SD Juwardi, S.Pd.SD
9.
Kamijan, S.Pd.SD
10.
Sri Suryati, S.Pd.SD
11.
Al Ashar, S.Pd.SD
7.
12. 13.
Aziz Fanani, S.Pd.SD Sulistiowati, S.Pd.SD
Unit Kerja SDN Lawen SDN Lawen SDN Lawen SDN Lawen SDN Lawen SDN Lawen SDN Lawen SDN Lawen SDN Lawen SDN Lawen SDN Lawen SDN Lawen SDN Lawen
1
Target kurikulum 75
Ketercapaian Target kurikulum 40
Skor Ketercapaian 0
1
75
80
1
75
80
1
75
47
1
75
67
1
75
73
1 1 0 0 1 1
75
73
2
75
67
2
75
73
2
75
73
2
75
73
1 0 0 0 1 2
75
67
2
75
53
1 0
Al-Qalam Vol.XVI|47
Penelitian Tindakan Sekolah 14. 15. 16.
Retno Ragil P S.Pd.SD Daryono, S.Pd.SD
17.
Bambang Adrianto, S.Pd Kaini, S.Pd.SD
18.
Karyono, S.Pd.SD
19.
Adhe Benny A, S.Pd.SD Margiati, S.Pd.SD
20. 21. 22. 23.
Tri Widiyanto, S.Pd.SD Carto, A.Ma.Pd
24.
Eko Haryanto, A.Ma.Pd Wito
25.
Sutini, S.Pd.SD
26.
28.
Edi Santosa, S.Pd.SD Umi Saidah, S.Pd.SD Sumardi, A.Ma.Pd
29.
Ridwan, S.Pd
30.
Suwarto, S.Pd.SD
31.
Suprayit, S.Pd.SD
27.
32.
Subroto, S.Pd.SD
33.
Sutanto, S.Pd.SD
34.
Siti Mulatsih, S.Pd.SD Leni Puji R, S.Pd.SD
35. 36. 37.
Sugeng Sumeri, S.Pd.SD Edi Purwanto,
48 | ISSN: 2356-2447-XVI
SDN Lawen SDN Pingitlor SDN Pingitlor SDN Pingitlor SDN Pingitlor SDN Pingitlor SDN Pingitlor SDN Pingitlor SDN Pingitlor SDN Pingitlor SDN Pingitlor SDN Pingitlor SDN Pingitlor SDN Pasegeran SDN Pasegeran SDN Pasegeran SDN Pasegeran SDN Pasegeran SDN Pasegeran SDN Pasegeran SDN Pasegeran SDN Pasegeran SDN Pasegeran SDN
2
75
53
1
75
67
1
75
80
0 1 1 1
75
53
1
75
80
1
75
60
1
75
73
2
75
87
0 1 0 1 1 2
75
93
2
75
60
2
75
80
2
75
73
2
75
80
1 0 1 1 0 1
75
87
1
75
60
1
75
67
1
75
73
1
75
93
1 0 0 1 1 1
75
67
1
75
67
2
75
67
2
75
53
3
75
80
0 0 0 0
3
75
67
1 0
School Action Research
38.
S.Pd.SD Sugiri, S.Pd.SD
Pasegeran SDN 3 Pasegeran
75
80 1
Resp Menyatakan YA Resp Menyatakan TIDAK PROSENTASE RATA-RATA
19 19 50% 50%
Sedangkan hasil kedisplinan waktu dan tertib administrasi pembelajaran dapat disajikan dalam table berikut: Tabel 4.3 Hasil Dispilin Waktu dan Tertib Administrasi Tertib Adminstrasi
Disiplin Waktu Kode Responden
JUML AH
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 0
1 1
1 2
1 3
1 4
1 5
R_1
1
1
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
6
R_2
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
12
R_3
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
12
R_4
0
0
0
1
1
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
7
R_5
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
10
R_6
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
11
R_7
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
11
R_8
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
10
R_9
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
11
R_10
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
11
R_11
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
11
R_12
1
0
1
1
1
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1
10
R_13
0
1
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
8
R_14
0
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
0
1
8
R_15
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
10
Al-Qalam Vol.XVI|49
Penelitian Tindakan Sekolah
R_16
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
12
R_17
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
1
8
R_18
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
12
R_19
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
9
R_20
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
11
R_21
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
13
R_22
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
14
R_23
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
9
R_24
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
12
R_25
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
11
R_26
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
12
R_27
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
13
R_28
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
9
R_29
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
1
10
R_30
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
11
R_31
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
14
R_32
1
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
10
R_33
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
1
10
R_34
1
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
10
R_35
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
8
R_36
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
12
R_37
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
0
10
R_38 Resp Menyatakan YA Resp Menyatakan TIDAK PROSENTASE
1 2 6 1 2 6 8
1 2 8 1 0 7 4
1 2 5 1 3 6 6
1 2 6 1 2 6 8
1 2 8 1 0 7 4
1 3 2
1 2 9
1 3 1
0 3 2
1 2 9
9 7 6
7 8 2
6 8 4
9 7 6
1 2 5 1 3 6 6
1 2 1 1 7 5 5
0 2 3 1 5 6 1
1 2 3 1 5 6 1
12
6 8 4
0 2 2 1 6 5 8
RATA-RATA
50 | ISSN: 2356-2447-XVI
75
60
School Action Research
1. Berdasarkan hasil observasi didapat 29 orang guru atau sekitar 76,32% (rata-rata 75%) dapat melakukan disiplin waktu kedatangan disetiap kegiatannya. Yakni mereka dapat hadir sekurang-kurangnya 15 menit sebelum waktu pembelajaran di mulai sedangkan sisanya yaitu 9 orang guru atau sekitar 23,68% masih kurang disiplin waktu, datang terlambat dan kurang tepat waktu dalam melakukan kegiatan proses belajar mengajar. 2. Berdasarkan hasil obsevasi menunjukan bahwa 60% guru belum mengadakan perangkat administrasi perersiapan pembelajaran, 3. Berdasarkan dokumen evaluasi berupa ketercapaian kurikulum yang didapat dari setiap guru diperoleh data sebagai berikut: 19 guru atau 50 % guru merespon Ya dalam melaksanakan target kurikulum. Hasil siklus 1 dapat disajikan dalam gambar rekapitulasi berikut:
Gambar 4.1 Rekapitulasi Hasil Siklus 1 Keterangan : 1. 75 % guru yang memiliki disiplin waktu kedatangan pada setiap kegiatan proses pembelajaran 2. 60 % guru yang memiliki disiplin dalam mengadakan perangkat persiapan proses pembelajaran 3. 50 % guru merespon Ya dalam mencapai target kurikulum dalam setiap kali melaksanakan kegiatan proses pembelajaran. Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus I menunjukan bahwa disiplin waktu guru sudah mengalami peningkatan yang pada awalnya hanya sekitar 56% saja pada siklus I ini sudah mencapai 75 %, demikian halnya dalam disiplin dalam mengadakan persiapan perangkat pembelajaran yang tadinya hanya 45% dari jumlah guru pada siklus ini sudah dapat mencapai 60%. Hal ini ternyata memiliki
Al-Qalam Vol.XVI|51
Penelitian Tindakan Sekolah
dampak terhadap kegiatan proses pembelajaran di kelas, hal ini tercermin dari ketercapaian target kurikulum yang menstandarkan pada KKM tiap mata pelajaran masing-masing. Pada awal siklus rata-rata ketercapaian target kurikulum hanya berkisar pada 45% saja, sedangkan pada siklus ini mencapai 50%. Ini menunjukkan kenaikan yang cukup memuaskan walaupun belum mencapai target yang diinginkan yakni sekurang-kurangnya mencapai 85%. Mengacu pada data yang diperoleh pada Siklus I menunjukan hasil yang cukup signifikan baik dalam disiplin waktu kedatangan, disiplin dalam mengadakan perangkat persiapan pembelajaran. Akan tetapi belum mencapai target yang diharapkan yakni sekurang-kurangnya mencapai 85%. Kendala yang ditemukan terhadap guru yang kurang disiplin waktu ternyata disebabkan oleh beberapa hal diantaranya letak geografis, dan kesibukan di rumah misalnya ada yang harus mengantarkan anaknya dulu, memasak (guru perempuan) dan transportasi Untuk mengatasi kekurang berhasilan tindakan pada Siklus I, peneliti merancang suatu tindakan berupa pemberian arahan dan reward terhadap guru yang telah disiplin waktu, disiplin pengadaan perangkat pembelajaran dan mencapai target kurikulum. Reward yang diberikan berupa pujian dan dijadikan sebagai contoh bagi guru lain dengan harapan yang lain dapat mengikuti jejaknya sehingga diharapkan sekurang-kurangnya 85% guru dapat melakukan disiplin baik dalam waktu maupun dalam melaksanakan kegiatan proses pembelajaran dan mencapai target kurikulum yang diharapkan.
3. Analisis Siklus II Setelah mengetahui hasil siklus 1 namun masih belum maksimal target yang telah dicapai yaitu sekurang kurangnya 85% memenuhi target. Maka dari itu siklus 2 diberlakukan untuk meningkatkan kembali. Adapun hasil siklus 2 sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil observasi dan pengamatan sepanjang siklus II ini diperoleh data sebagai berikut :33 orang guru atau sekitar 87% dapat melakukan disiplin waktu kedatangan disetiap kegiatannya. Yakni mereka dapat hadir sekurangkurang 15 menit bahkan ada yang 5menit sebelum waktu pembelajaran di mulai sedangkan sisanya yaitu 5 orang guru atau sekitar13 % masih kurang disiplin waktu, datang terlambat dan kurang tepat waktu dalam melakukan kegiatan proses belajar mengajar 2. Berdasarkan hasil obsevasi menunjukan bahwa 32 orang guru atau sekitar 84% telah dapat berusaha dan mengadakan perangkat administrasi persiapan pembelajaran, sedangkan yang lainnya yaitu 6 orang atau sekitar 16 % masih belum dapat melakukan pengadaan administrasi perangkat
52 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
3. Berdasarkan dokumen evalusi berupa ketercapaian kurikulum yang didapat dari setiap guru diperoleh data sebagai berikut : 33 orang atau sekitar 87% dapat mencapai target kurikulum, dan 5orang (13% ) tidak mencapai target kurikulum minimal, lebih jelas dapat terlihat dalam tabel hasil obsevasi di bawah ini. Tabel 4.4 Hasil Evaluasi Ketercapaian Target Kurikulum Siklus 2 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Nama guru
Unit kerja
Target kurikulum
Marnoto, S.Pd.SD Timbul Mulyono Mugiastuti, S.Pd.SD Endi Budi Armanto, S.Pd Subandi, S.pd.Sd Wahyu Hidayati, S.Pd.SD Ndari setiyaningsih, S.Pd.SD Juwardi, S.Pd.SD Kamijan, S.Pd.SD Sri Suryati, S.Pd.SD Al Ashar, S.Pd.SD Aziz Fanani, S.Pd.SD Sulistiowati, S.Pd.SD Retno Ragil P, S.Pd.SD Daryono, S.Pd.SD
SDN 1 Lawen SDN 1 Lawen SDN 1 Lawen SDN 1 Lawen
85 85 85 85
Ketercapaian Target kurikulum 73 87 87 93
SDN 1 Lawen SDN 1 Lawen
85 85
80 87
SDN 1 Lawen
85
73
SDN 2 Lawen SDN 2 Lawen SDN 2 Lawen SDN 2 Lawen SDN 2 Lawen SDN 2 Lawen SDN 2 Lawen
85 85 85 85 85 85 85
100 87 73 87 73 73 80
SDN 1 Pingitlor SDN 1 Pingitlor SDN 1 Pingitlor SDN 1 Pingitlor SDN 1 Pingitlor SDN 1 Pingitlor SDN 2 Pingitlor SDN 2 Pingitlor SDN 2
85
73
85
93
85
93
Bambang Adrianto, S.Pd Kaini, S.Pd.SD
18.
Karyono, S.Pd.SD
19.
Adhe Benny A, S.Pd.SD Margiati, S.Pd.SD
20. 21. 22. 23.
Tri Widiyanto, S.Pd.SD Carto, A.Ma.Pd Eko Haryanto,
Skor ketercapaian 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1
85
80
85
87
85
87
85
93
85
100
1 1 1 1
85
73
1 1
Al-Qalam Vol.XVI|53
Penelitian Tindakan Sekolah
24.
A.Ma.Pd Wito
25.
Sutini, S.Pd.SD
26.
Edi Santosa, S.Pd.SD
27.
Umi Saidah, S.Pd.SD
28.
Sumardi, A.Ma.Pd
29.
Ridwan, S.Pd
30.
Suwarto, S.Pd.SD
31.
Suprayit, S.Pd.SD
32.
Subroto, S.Pd.SD
33.
Sutanto, S.Pd.SD
34.
Siti Mulatsih, S.Pd.SD
35.
Leni Puji R, S.Pd.SD
36. 37. 38.
Sugeng Sumeri, S.Pd.SD Edi Purwanto, S.Pd.SD Sugiri, S.Pd.SD
Pingitlor SDN 2 Pingitlor SDN 2 Pingitlor SDN 2 Pingitlor SDN 1 Pasegeran SDN 1 Pasegeran SDN 1 Pasegeran SDN 1 Pasegeran SDN 1 Pasegeran SDN 1 Pasegeran SDN 1 Pasegeran SDN 2 Pasegeran SDN 2 Pasegeran SDN 3 Pasegeran SDN 3 Pasegeran SDN 3 Pasegeran
85
87
85
87
1 1 85
87
85
93
85
60
85
80
85
80
1 1 0 1 1 85
100
85
93
85
87
85
100
85
87
1 1 1 1 1 85
93
85
93
85
93
1 1 1 33
Resp Menyatakan YA Resp Menyatakan TIDAK PROSENTASE RATA-RATA
5 87% 87%
Tabel 4.5 Hasil Dispilin Waktu dan Tertib Administrasi Pembelajaran Disiplin Waktu
Kode Responden
R_1
Tertib Adminstrasi
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
54 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
R_2
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
R_3
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
R_4
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
R_5
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
R_6
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
R_7
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
R_8
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
R_9
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
R_10
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
R_11
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
R_12
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
R_13
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
R_14
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
R_15
1
0
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
R_16
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
R_17
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
R_18
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
R_19
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
1
1
1
1
R_20
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
R_21
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
R_22
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
R_23
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
R_24
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
R_25
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
R_26
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
R_27
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
R_28
0
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
0
R_29
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
Al-Qalam Vol.XVI|55
Penelitian Tindakan Sekolah
R_30
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
R_31
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
R_32
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
R_33
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
R_34
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
R_35
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
R_36
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
R_37
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
R_38 Resp Menyatakan YA Resp Menyatakan TIDAK prosentase
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
27
34
34
32
36
35
34
35
32
30
31
34
32
35
29
11
4
4
6
2
3
4
3
6
8
7
4
6
3
9
71
89
89
84
95
92
89
92
84
79
82
89
84
92
76
rata-rata
87
Grafik 4.2: Rekapitulasi Hasil Siklus 2
56 | ISSN: 2356-2447-XVI
85
School Action Research
Keterangan : 1. 87 % guru yang memiliki disiplin waktu kedatangan pada setiap kegiatan proses pembelajaran 2. 85% guru yang memiliki disiplin dalam mengadakan perangkat persiapan proses pembelajaran 3. 87% guru yang mencapai target kurikulum dalam setiap kali melaksanakan kegiatan proses pembelajaran Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus II menunjukan bahwa disiplin waktu guru sudah mengalami peningkatan yang signifikan pada akhir siklus I hanya sekitar 63 % meningkat menjadi 87%, demikian halnya dalam disiplin dalam mengadakan persiapan perangkat pembelajaran yang tadinya hanya 60% dari jumlah guru pada siklus ini sudah dapat mencapai 85%. Hal ini ternyata memiliki dampak terhadap kegiatan proses pembelajaran di kelas, hal ini tercermin dari ketercapaian target kurikulum yang menstandarkan pada KKM tiap mata pelajaran masing-masing. Pada akhir siklus I rata-rata ketercapaian target kurikulum mencapai 50% saja, sedangkan pada siklus ini mencapai 87%. Ini menunjukkan kenaikan yang cukup memuaskan sesuai dengan target yang diinginkan. Mengacu pada data yang diperoleh pada Siklus II menunjukan hasil yang cukup signifikan baik dalam disiplin waktu kedatangan, disiplin dalam mengadakan perangkat persiapan pembelajaran dan secara keseluruhan telah .mencapai target yang diharapkan yakni sekurang-kurangnya mencapai 85%. Kendala yang ditemukan terhadap guru yang kurang disiplin waktu ternyata disebabkan oleh beberapa hal diantaranya letak geografis, dan kesibukan di rumah misalnya ada yang harus mengantarkan anaknya dulu, memasak (guru perempuan). Sehinggaa dengan pemberian reward dan punisment ternyata dapat menimbulkan kesadaran guru atas tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru yang profesiaonal. E. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus II menunjukan bahwa disiplin waktu guru sudah mengalami peningkatan yang signifikan pada akhir siklus I hanya sekitar 75% meningkiat menjadi 87%, demikian halnya dalam disiplin dalam mengadakan persiapan perangkat pembelajaran yang tadinya hanya 60% dari jumlah guru pada siklus ini sudah dapat mencapai 85%. Hal ini ternyata meimiliki dampak terhadap kegiatan proses pembelajaran di kelas, hal ini tercermin dari ketercapaian target kurikulum yang menstandarkan pada KKM tiap mata pelajaran masing-masing. Pada akhir siklus I rata-rata ketercapaian target kurikulum mencapai 50% saja, sedangkan pada siklus ini mencapai 87%. Inimenunjukkan
Al-Qalam Vol.XVI|57
Penelitian Tindakan Sekolah
kenaikan yang cukup memuaskan sesuai dengan target yang diinginkan yakni sekurang-kurangnya mencapai 85%. Untuk lebih jelasnya kami sajikan rekap data dari pra siklus sampai dengan siklus 2, untuk mengetahui peningkatan dari setiap kegiatan. Tabel 4.5 Rekap data hasil Pra Siklus, Siklus 1 dan siklus 2 Prosentase Komponen Pra Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Disiplin Waktu
56
75
87
Disiplin Perangkat Pembelajaran
45
60
85
Target Kurikulum
45
50
87
Gambar 4.3 Rekap data Hasil Penelitian
F. P E N U T U P
1. Kesimpulan a. Peranan guru dalam mengelola waktu dapat meningkatkan kinerja dan pada akhirnya secara keseluruhan meningkatkan kinerja sekolah. b. Kesadaran guru dalam disiplin waktu dapat meningkatkan hasil belajar siswa, terlihat pada hasil penilitian Pra siklus, siklus 1 s/d 2, kinerja guru dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan sangat signifikan.
58 | ISSN: 2356-2447-XVI
School Action Research
c.
Kemampuan guru dalam mengelola waktu berdampak pada suksesnya program-program sekolah seperti program tahunan, program semester, dan rencana pengajaran. d. Tingkat kesadaran guru tentang pentingnya disiplin waktu belajar pada siklus 1 masih lemah, namun setelah siklus ke-2 semua guru yang menjadi sampel sudah memiliki kinerja dalan kategori baik.
2. Saran Dengan mandasarkan pada hasil penelitian tindakan seperti yang telah diuraiakan diatas, maka peneliti selaku pengawas sekolah memberikan beberapa rekomendasi/saran sebagai berikut: d. Kesadaran guru dalam disiplin waktu mutlak diperlukan, sehingga proses pembelajaran berjalan dengan baik. e. Kesadaran guru dalam disiplin waktu diharapkan tidak hanya berjalan pada saat penelitian berlangsung, tetapi harus menjadi kebiasaan bahkan menjadi budaya/kultur sekolah.
DAFTAR PUSTAKA Abu Ahmadi dan Abu Uhbiyati,Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hal. 150 Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya 1973, Anggoro, Mohammad Toha. 2001. “Tutorial Elektronik melalui Internet dan Fax Internet” dalam Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Volume 2, No. 1, Asri Budiningsih, Belajar Dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hal.20 Asri Budiningsih, Belajar Dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hal. 29 BSNP.(2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.Jakarta : BSNP. Charles Schaefer,Bagaimana Mendidik Dan Mendisiplinkan Anak, Kesain Blanc, Jakarta, 1896 Purwono Sastro Amjoyo,Inggris Indonesia Indonesia Inggris, CV.Widya Karya Semarang ,2007 Kartono, Kartini. 1997. Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta : Anem Kosong Anem
Al-Qalam Vol.XVI|59
Penelitian Tindakan Sekolah
M. Artiyah al-Abrasi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1993, M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, PT Remaja Rosda Karya, Bandung, 2011 Mahfudh Shalahudin, dkk. Metodologi Pendidikan Agama, Bina Ilmu, Surabaya, 1987, Makmun, Syamsudin Abin. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Nana Sudjana, 2004, Proses Belajar Mengajar, Bandung: CV Algesindo Sagala, H. Syaiful. (2006). Administrasi Pendidikan Kontemporer.Bandung : Alfabeta. Sidi, Djati Indra. 2003. Menuju Masyarakat Belajar. Jakarta : Paramadina Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada Sutrisno. (2007). E-learning di Sekolah dan (sumber dari Internet: 17 Agustus 2007). Tirtarahardja, Umar. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Th. 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta : Cemerlang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Wardani, IGAK, dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Buku Materi Pokok IDIK4008/2SKS/MODUL 1-6. Jakarta : Universitas Terbuka. Y. Roestiyah, Didaktik Metodik, Rineka Cipta, Jakarta, 1978
60 | ISSN: 2356-2447-XVI