PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR
PEDOMAN TEKNIS GERAKAN NASIONAL PENINGKATAN PRODUKSI DAN MUTU KAKAO TAHUN 2013
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012
KATA PENGANTAR Pedoman Teknis Daerah Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao tahun 2013 disusun sebagai acuan dalam melaksanakan pembangunan perkebunan khususnya komoditas kakao melalui program Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Kakao). Pedoman ini merupakan acuan teknis dalam melaksanakan Gernas Kakao tahun 2013 yang ditujukan agar para pemangku kepentingan termasuk petani dapat melaksanakan gerakan ini sesuai dengan kelayakan teknis yang telah ditetapkan. Pedoman ini diarahkan untuk menjadi bahan rujukan bagi para pelaksana gerakan di daerah baik di provinsi maupun di kabupaten. Para pelaksana gerakan di provinsi diharapkan menyusun Petunjuk Pelaksanaan sedangkan di tingkat kabupaten menyusun Petunjuk Teknis. Petunjuk Pelaksanaan maupun Petunjuk Teknis yang disusun oleh daerah tersebut merupakan penjabaran dari Pedoman Teknis ini, dengan demikian petunjuk tersebut merinci lebih detail teknis pelaksanaannya dilapangan sesuai dengan kondisi di lapangan terhadap materi yang belum dijabarkan dalam pedoman ini. Pedoman Teknis ini memuat persyaratan teknis kegiatan yang tercantum dalam gerakan ini berupa kegiatan utama yaitu rehabilitasi. Selain itu dalam pedoman ini memuat pula teknis Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
i
pelaksanaan kegiatan pendukung antara lain operasional tenaga pendamping; penguatan substasiun; penguatan laboratorium lapangan; pengembangan sistem database; monitoring dan evaluasi. Diharapkan dengan terbitnya Pedoman Teknis ini, pelaksanaan gerakan dilapangan dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu para pelaksana di lapangan agar mencermatinya dengan seksama dan selanjutnya melaksanakannya di lapangan. Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao tahun 2013 ini tersusun berkat dukungan dan kerjasama yang sinergis dan harmonis berbagai pihak khususnya para pimpinan unit eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih, semoga pedoman ini bermanfaat untuk pelaksanaan pembangunan perkebunan kakao di tanah air khususnya Gernas Kakao. Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal Perkebunan,
Ir. Gamal Nasir, MS NIP 19560728 198603 1 001
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
ii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR......................................
i
DAFTAR ISI..............................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN…...................................
v
BAB I
PENDAHULUAN.............................
1
BAB II
PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
3
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN.................
5
BAB IV
PROSES PENGADAAN BAHAN DAN PERALATAN……………….....................
33
BAB V
PEMBINAAN, PENGENDALIAN DAN PENGAWALAN………………………………………
35
BAB VI
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN……………………………...........
39
BAB VII
PEMBIAYAAN……………………………….……...
40
BAB VIII
PENUTUP.................................
41
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
iii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Daftar Provinsi dan Kabupaten Kegiatan Rehabilitasi Pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Tahun 2013................
44
Lampiran 2
SpesifikasiTeknis Knapsack Sprayer............................
46
Lampiran 3
Jumlah Petani yang dilatih Tahun 2013........................
47
Lampiran 4
Penyediaan Perlengkapan Pelatihan..........................
48
Lampiran 5
Denah Bangunan UPH Kakao....
49
Lampiran 6
Kebutuhan peralatan pengolahan kakao pasca panen beserta spesifikasinya..........
50
Lampiran 7
Peserta Pelatihan Pasca Panen
51
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
iv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2008 diidentifikasi bahwa sekitar 235.000 ha kebun kakao di sentra produksi kakao, kondisi tanamannya sudah kurang produktif dan terserang hama dan penyakit dengan intensitas serangan sedang sehingga perlu dilakukan rehabilitasi kebun. Pada tahun 2009, melalui Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao, telah dilakukan rehabilitasi seluas 60.000 ha dengan cara sambung samping di 7 Propinsi , 38 Kabupaten. Pada tahun 2010 dilaksanakan kegiatan rehabilitasi kebun seluas 28.613 ha di 10 provinsi 38 kabupaten. Pada tahun 2011 seluas74.200 ha di 13 provinsi 58 kabupaten, pada tahun 2012 seluas 28.280 ha di 9 provinsi 33 kabupaten dan pada tahun 2013 seluas 28.280 ha di 5 propinsi 29 kabupaten (lampiran 1). Dalam rangka melaksanakan kegiatan rehabilitasi perlu ditetapkan Pedoman Teknis sebagai acuan teknis bagi Dinas Provinsi Yang Membidangi Perkebunan dalam menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang selanjutnya dipedomani oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan dalam menyusun Petunjuk Teknis (Juknis). Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
1
Bila kegiatan dialokasikan di Provinsi, maka Juklak dan Juknis disusun oleh Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. B. Sasaran Nasional Terlaksananya rehabilitasi kebun kakao yang tanamannya kurang produktif dan terserang OPT (hama, penyakit dan gulma) seluas 28.280 ha di 5 provinsi yang tersebar di 29 kabupaten pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao C. Tujuan Memperbaiki kondisi tanaman kakao pada kebun-kebun yang kurang produktif dan terserang hama dan penyakit dengan intensitas serangan sedang, melalui kegiatan sambung samping.
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
2
BAB II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan 1. Daerah sasaran kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao tahun 2013 adalah daerah sentra produksi kakao di 5 propinsi yaitu Sulsel, Sulbar, Sultra, Sulteng dan NTT; 2. Petani/kelompok tani sasaran adalah petani/pekebun di daerah sasaran seperti pada butir [1], petani/kelompok tani yang sudah terbentuk dan telah diseleksi. Selanjutnya Calon Petani (CP) yang telah diseleksi ditetapkan oleh Pemerintah Daerah (Bupati) setempat atau Kepala Dinas yang membidangi perkebunan Kabupaten setempat; 3. Calon Lahan (CL) adalah lahan milik petani seperti pada butir [2], yang tidak dalam sengketa dan secara teknis memenuhi persyaratan agroklimat; 4. Untuk mendukung pelaksanaan program rehabilitasi petani/kelompok tani sasaran akan mengikut pelatihan, serta akan didampingi oleh TKP dan PLP-TKP. Selain itu juga dilaksanakan kegiatan penguatan Laratorium Lapang, operasional dan penguatan substation penelitian kakao, pengembangan sistem Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013 3
data base kakao 5. Standar Teknis : Rehabilitasi Kebun dapat dilakukan pada kebun-kebun kakao yang masih produktif namun memiliki produksi rendah di sentra pengembangan kakao B. Spesifikasi Teknis 1. Benih yang digunakan pada kegiatan rehabilitasi kakao tahun 2013 adalah entres yang berasal dari kebun entres yang telah di tetapkan mengunakan klon anjuran. 2. Pupuk yang digunakan adalah pupuk formula khusus mengacu pada rekomendasi dari lembaga penelitian. 3. Pestisida dan sarana yang digunakan adalah pestisida dan sarana dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan.
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
4
BAB III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Rehabilitasi Kebun 1. Tujuan Memperbaiki kondisi tanaman kakao pada kebun-kebun yang kurang produktif dan terserang hama dan penyakit dengan intensitas serangan sedang. 2. Sasaran Terlaksananya rehabilitasi kebun kakao yang tanamannya kurang produktif dan terserang OPT (hama, penyakit dan gulma) seluas 28.280 ha di 5 provinsi yang tersebar di 29 kabupaten pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao. 3. Ruang Lingkup Rehabilitasi kebun adalah upaya perbaikan kondisi tanaman (pertumbuhan dan produktivitas) melalui teknologi sambung samping. 3.1.Persyaratan Kebun Kebun kakao yang akan direhabilitasi adalah kebun hamparan/berkelompok dengan kondisi sebagai berikut :
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
5
- Tanamannya masih umur produktif (umur<15 tahun) dan secara teknis dapat dilakukan sambung samping. - Jumlah tegakan/populasi tanaman antara 70%-90% dari jumlah standar (1.000 pohon/ha). - Produktivitas tanaman rendah (<500 kg/ha/tahun) tetapi masih mungkin untuk ditingkatkan. - Jumlah pohon pelindung>50% dari standar. - Terserang OPT utama (hama PBK, Helopeltis spp., penyakit busuk buah, kanker batang dan penyakit VSD). - Lahan memenuhi persyaratan kesesuaian, meliputi : Curah hujan 1500-2.500 mm (sangat sesuai) dan 1.250-1.500 mm atau 2.500-3.000 mm (sesuai); Lereng 0-8% (sangat sesuai) dan 8-15% (sesuai). 3.2. Entres - Entres harus diambil dari cabang plagiotrop dengan kriteria tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda (semi hardwood). - Stek entres yang akan digunakan untuk sambung samping harus berasal dari cabang plagiotrop. - Untuk kemudahan distribusi dan untuk menjaga kesegaran mata entres, maka cabang plagiotrop yang diambil sebagai Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
6
sumber stek entres dikemas dalam kotak karton yang diberi media serbuk gergaji yang telah dicampur dengan alkosob (5 gram/liter air) atau kemasan dan bahan lain yang memenuhi syarat teknis yang dapat mempertahankan kesegaran cabang plagiotrop yang dikemas tersebut. - Stek entres yang digunakan untuk sambung samping minimal terdiri dari 2 mata. - Entres kakao yang diedarkan harus sudah disertifikasi oleh UPTD/IP2MB/BBP2TP. - Entres pada kegiatan Rehabilitasi Kakao menggunakan klon Sulawesi 1, Sulawesi 2, ICCRI 03, ICCRI 04, dan Scavina 6. Apabila entres tidak tersedia di provinsi/kabupaten yang bersangkutan dapat dipenuhi dari provinsi/kabupaten terdekat dengan menggunakan klon yang sama. 3.3. Pestisida - Menggunakan insektisida dan fungisida yang efektif, efisien terdaftar, dan mendapat izin dari Menteri Pertanian dengan dosis sesuai anjuran. - Pemilihan pestisida didasarkan terhadap hasil pengamatan/ inventarisasi serangan hama dan Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
7
-
-
-
-
penyakit yang dilaksanakan oleh kabupaten. Beberapa pestisida yang efektif untuk dipertimbangkan dalam pengendalian hama hama Helopeltis spp., ulat kilan (Hyposidra talaca) dan PBK adalah insektisida berbahan aktif antara lain lamda sihalotrin+tiamektosam, lamda sihalotrin, alfa sipermetrin, sipermetrin+klorfirifos, abamektin, triazopos dan malation. Insektisida tersebut digunakan untuk mengendalikan hama utama pada tanaman kakao yaitu Helopeltis spp., Conopomorpha cramerella, dan Hyposidra talaca. Penyakit VSD dicegah dengan fungisida berbahan aktif antara lain azoxystrobin, azoxystrobin + difenokonazol, propikonazol + difenokonazol, flutriafol dan hexaconazole. Penyakit kanker batang dikendalikan dengan fungisida berbahan aktif antara lain tembaga oksida dan tembaga hidroksida. Fungisida tersebut digunakan dengan cara pengolesan setelah terlebih dahulu mengerok bagian yang sakit.
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
8
3.4.Pupuk - Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk (compound) non subsidi. - Untuk Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara dan NTT menggunakan jenis dan dosis yang telah ditetapkan pada tahun 2009. - Pupuk dikemas dalam kemasan khusus bertuliskan “Pupuk Gernas Kakao Tidak untuk Diperjualbelikan di Pasar” dan harus dilakukan uji mutu dilapangan. - Diaplikasikan 1 (satu) kali, yaitu sebelum atau setelah dilakukan penyambungan. 3.5.Peralatan - Alat semprot (knapsack sprayer), 0,2 unit per hektar. - Knapsack sprayer digunakan untuk aplikasi pestisida (insektisida dan fungisida). - Spesifikasi teknis knapsack sprayer sebagaimana pada Lampiran 2. 3.6. Bantuan Upah Kerja Penyediaan dana APBN sebagai bantuan insentif kerja bagi petani peserta untuk penebangan batang utama kakao sebesar Rp. 750.000.- (tujuh ratus lima puluh ribu) per hektar. Penyaluran bantuan upah kerja dilakukan secara kontraktual Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
9
bersamaan dengan pengadaan sambung samping. 4. Pelaksanaan 4.1.Persiapan a. Sosialisasi Dinas Provinsi dan Kabupaten yang membidangi perkebunan bersama-sama melakukan sosialisasi Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao kepada petani. b. Penetapan petani peserta 1) Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan melakukan inventarisasi CP/CL. Seleksi calon petani peserta dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut : Petani - Pemilik kebun. - Berdomisili di wilayah Gerakan yang dibuktikan dengan identitas lengkap seperti KTP dan Kartu Keluarga (KK). - Bersedia melaksanakan rehabilitasi dan mengikuti ketentuan Gerakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan (membuat pernyataan tertulis). - Berusia 21 tahun ke atas atau telah menikah. Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
10
- Tergabung dalam kelompok tani kakao yang merupakan kelompok sasaran. - Jumlah anggota kelompok sasaran adalah lebih kurang 30 orang. Kebun - Luas pemilikan lahan maksimal 4 (empat) hektar. - Lahan harus dapat disertifikasi. - Memenuhi persyaratan kebun seperti pada butir 4.1. 2) Calon petani peserta hasil inventarisasi diajukan oleh Kepala Dinas Kabupaten/ Kota Yang Membidangi Perkebunan kepada Bupati untuk ditetapkan sebagai petani peserta. c. Pemberdayaan Petani Petani peserta yang sudah ditetapkan, diikutsertakan dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan sesuai kurikulum yang ditetapkan oleh Ditjen Perkebunan. 4.2.Sambung Samping - Sambung samping dilakukan dengan dua sambungan per pohon pada dua sisi batang bawah dengan ketinggian sekitar 50cm dari permukaan tanah. Untuk meningkatkan daya tumbuh Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
11
-
-
-
-
sambung samping agar diberi perlakuan dengan stimulan/perangsang daya tumbuh. Sambungan/tempelan dinyatakan hidup apabila sudah tumbuh tunas dengan dua daun terbuka. Tunas dengan daun terbuka tersebut harus tampak segar. Akan tetapi apabila tunas dengan dua daun terbuka tersebut kering atau busuk berarti sambungan gagal. Tunas yang baru tumbuh harus dilindungi dari serangan OPT dengan aplikasi pestisida yang didasarkan atas hasil pengamatan. Tiga bulan setelah penyambungan apabila entres sudah melekat erat pada batang bawah, maka tali pengikat pertautan baru dibuka. Cabang batang utama yang menaungi tunas hasil sambung samping dipangkas secara bertahap. Batang utama dipotong setelah tunas hasil sambung samping tumbuh. Sambungan/tempelan yang “hidup” yang “dibayar”.
4.3.Penanaman Pohon Pelindung Penanaman pohon pelindung tetap yang dianjurkan adalah tanaman gamal dengan jarak tanam 6m x 6m atau tanaman bernilai ekonomis Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
12
lainnya seperti pohon kelapa, meranti (nyatoh/palupi) dan lain-lain. 4.4.Pemupukan - Diaplikasikan 1 (satu) kali setahun pada awal musim hujan. - Jenis dan dosis pupuk yang dipergunakan merujuk kepada rekomendasi hasil analisa tanah yang dilakukan oleh lembaga penelitian yang ditunjuk oleh Kementerian Pertanian cq. Ditjen Perkebunan. 4.5.Aplikasi Pestisida - Penggunaan pestisida dilakukan apabila hasil pengamatan lapang menunjukkan adanya peningkatan intensitas serangan OPT, dibandingkan dengan hasil pengamatan sebelumnya. - Pengamatan OPT dilakukan oleh kelompok tani atau regu pengendali OPT. 6. Waktu Pelaksanaan sambung samping dilakukan pada awal musim kemarau. 7. Lokasi Kegiatan rehabilitasi tanaman dilaksanakan di 29 kabupaten di 5 provinsi pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao sebagaimana pada Lampiran 1. Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
13
8. Pelaksana Pelaksana kegiatan adalah Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan di 29 kabupaten dan Dinas Provinsi Yang Membidangi Perkebunan di 5 provinsi pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao. 9. Simpul Kritis Simpul kritis kegiatan ini antara lain: a. Invetaris CP/CL; b. Proses pelaksanaan pengadaan di daerah yang berpotensi terjadi sanggah/ gagal lelang c. Kesadaran petani terhadap pemeliharaan kebun
B. Pemberdayaan Petani 1. Tujuan Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani peserta Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao agar mau dan mampu melaksanakan pengelolaan tanaman kakao yang sesuai kaidah budidaya melalui pelatihan.
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
14
2. Sasaran Terlatihnya petani peserta sebanyak 2.828 orang di 29 kabupaten di 5 provinsi pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao sebagaimana pada Lampiran 3. 3. Ruang lingkup Persiapan, pelaksanaan pelaksanaan pelatihan.
dan
evaluasi
4. Pelaksanaan 4.1. Persiapan - Penetapan calon peserta pelatihan (petani peserta dan kriterianya). - Penyediaan nara sumber (pelatih). - Penentuan waktu dan lokasi pelatihan. - Penyediaan perlengkapan pelatihan sebagaimana pada Lampiran 4 4.2.Materi Pelatihan a. Pelatihan tahap pertama - Metode pengamatan, analisis ekosistem kebun kakao dan pengambilan keputusan - Peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi kebun kakao - Motivasi dan dinamika kelompok
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
15
b. Pelatihan tahap kedua: - Panen dan penanganan pasca panen - Pemasaran - Manajemen keuangan keluarga 4.3. Metode pelatihan Pelatihan dilaksanakan dengan metode pendekatan sekolah lapang (teori 25% dan praktek 75%). 5. Waktu Setiap tahap pelatihan dilaksanakan selama 3 (tiga) hari efektif. Pelatihan tahap pertama dilaksanakan pada awal kegiatan tahun 2013 sedangkan tahap kedua dilaksanakan sesuai dengan perkembangan kegiatan. 6. Lokasi Pelatihan petani peserta dilaksanakan di lapangan (lokasi Gerakan). 7. Pelaksana Pelatihan dilaksanakan oleh Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan pelaksana Gerakan di 29 kabupaten di 5 provinsi dengan berpedoman pada kurikulum yang ditetapkan oleh Ditjen Perkebunan.
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
16
8. Simpul Kritis Simpul kritis kegiatan ini antara lain: a. Keterbatasan sumber daya, latar belakang pendidikan petani peserta yang pada umumnya lulusan SD, bahkan masih ada yang buta huruf b. Diperlukan narasumber yang memahami perilaku dan kebiasaan kehidupan pedesaan sehingga materi yang diberikan dapat diserap dan bermanfaat bagi petani
C. Operasionalisasi Substation Penelitian Kakao 1. Tujuan Tujuan kegiatan operasional substasiun penelitian kakao adalah untuk mendukung pengembangan komoditas kakao di wilayah Sulawesi dan sentra-sentra produksi kakao nasional melalui riset untuk penciptaan/penemuan teknologi adaptif dan sebagai fasilitas diseminasi hasil-hasil penelitian maupun pengembangan kakao bagi petani. Tujuan spesifik operasional Substasiun Penelitian Kakao yaitu : - Memperoleh bahan tanaman unggul kakao yang adaptif pada kondisi Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
17
-
-
agroklimat Indonesia Timur khususnya Sulawesi. Memperoleh metode perbanyakan masal bahan tanam kakao unggul. Memperoleh teknologi budidaya dan pasca panen yang efektif dan efisien. Memperoleh teknologi pengendalian OPT utama (PBK dan VSD) yang efektif dan efisien serta sesuai untuk wilayah Indonesia Timur khususnya Sulawesi. Memperoleh model kelembagaan yang sesuai untuk pengembangan kakao.
- Memberikan fasilitas desiminasi dan pelatihan bagi petugas dan petani kakao di Sulawesi. 2. Sasaran Beroperasinya 4 unit Substasiun Penelitian Kakao di Provinsi Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah. 3. Ruang Lingkup - Honorarium petugas/ pengelola substasiun di 4 provinsi (Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara). - Kegiatan operasional kantor dan laboratorium di 4 provinsi (Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara). Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
18
- Operasional laboratorium substasiun penelitian di 4 provinsi yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, meliputi: a) Opersional sub station penelitian b) Eksplorasi dan pengujian bahan tanam unggul lokal tahan penyakit VSD c) Teknologi budidaya kakao pada lahan kering d) Optimalisasi kebun kakao melalui pola tanam konservasi e) Uji adaptasi bahan tanam unggul harapan kakao dengan ternak untuk meningkatkan produktivitas f) Pengembangan teknologi pemanfaatan limbah kulit buah kakao sebagai pupuk dan pakan ternak 4. Pelaksanaan 4.1.Operasional Substasiun Kegiatan operasional substasiun tahun 2013 terdiri dari: - Operasional sub station penelitian - Eksplorasi dan pengujian bahan tanam unggul lokal tahan penyakit VSD - Optimasi kebun kakao tahan PBK
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
19
- Uji adaptasi bahan tanam unggul harapan kakao dengan ternak untuk meningkatkan produktivitas - Pengkajian teknologi budidaya terintegrasi kakao dengan ternak untuk meningkatkan produktivitas - Pengembangan teknologi pemanfaatan limbah kulit buah kakao sebagai pupuk dan pakan ternak - Teknologi budidaya kakao pada lahan kering 5. Waktu Kegiatan operasional dan penguatan Substasiun Penelitian Kakao dilaksanakan pada tahun 2013. 6. Lokasi Kegiatan operasional dan penguatan Substasiun Penelitian Kakao dilaksanakan di 4 provinsi (Sulbar, Sulsel, Sulteng, Sultra) pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao. 7. Pelaksana Pelaksana kegiatan adalah perangkat substasiun penelitian yang terdiri dari koordinator substasiun, pengelola dan pelaksana substasiun.
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
20
8. Simpul Kritis Simpul kritis kegiatan ini antara lain: a. Keterbatasan SDM pengelola laboratorium lapangan b. Kurangnya pengawalan dan pembinaan terhadap pelaksanaan seluruh kegiatan di laboratorium lapangan. c. Kurangnya koordinasi antara kabupaten dan propinsi
D. Operasional Tenaga Pendamping 1. Tujuan Membantu operasional pelayanan, pembinaan dan pendampingan petani peserta kegiatan Gernas Kakao tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 dan 2013. 2. Sasaran Tersedianya biaya operasional pelayanan, pembinaan dan pendampingan petani peserta Gernas Kakao di lapangan. 3. Ruang Lingkup Kegiatan operasional tenaga pendamping, berupa biaya pendukung dalam pelaksanaan kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
21
Tahun 2013 di kabupaten/kota.
5
provinsi
dan
29
4. Pelaksanaan Pelaksanaan Operasional Tenaga Pendamping dilakukan secara swakelola di wilayah Gernas Kakao 2009-2013. 5. Waktu Pemanfaatan tenaga TKP dan PL-TKP dilaksanakan sejak bulan FebruariDesember 2013. 6. Lokasi Operasionalisasi tenaga pendamping dilaksanakan di 25 Provinsi pelaksana Gernas Kakao 2009-2013. 7. Pelaksana Pelaksanaan operasionalisasi petugas pendamping dilaksanakan oleh Dinas Provinsi yang Membidangi Perkebunan pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao 2009 – 2013. 8. Simpul Kritis Simpul kritis kegiatan ini antara lain: a. Terjadinya pergantian tenaga pedamping b. Kurangnya optimalisasi peran tenaga pendamping dalam hal melakukan pembinaan terhadap petani Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
22
E. Pembangunan Peningkatkan Mutu Kakao 1. Tujuan - Mendorong peningkatan produksi dan produktivitas kakao ditingkat petani / kelompok tani serta memperbaiki mutu kakao dengan menyediakan biji kakao fermentasi sehingga mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. - Menyediakan biji kakao yang terjamin secara kualitas maupun kuantitas dalam satu kawasan. - Meningkatkan posisi tawar petani sebagai pemasok bahan baku. - Membuka lapangan kerja di pedesaan. 2. Sasaran - Kualitas biji kakao yang lebih baik dan tingkat homogenitas lebih terjamin karena dikelola dalam kawasan yang terintegrasi. - Kuantitas sebanyak 8-10 ton biji kakao kering per bulan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar. - Kontinuitas kebutuhan untuk pasokan industri maupun untuk ekspor dapat terpenuhi.
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
23
3. Ruang Lingkup Ruang lingkup kegiatan pembangunan peningkatan mutu kakao meliputi penyediaan sarana pasca panen beserta bantuan modal kerja dan pelatihan pasca panen dalam suatu unit manajemen. Operasionalisasi unit pengolahan perlu dipantau sesuai dengan tujuan pembangunan unit pengolahan tersebut untuk meningkatkan mutu biji kakao yaitu dari biji kakao non fermentasi menjadi biji kakao fermentasi. 3.1.Penyediaan sarana pasca panen - Kotak fermentasi 3 set @ 2 unit dengan kapasitas 625-650 kg per batch. - Alat ukur kadar air biji kakao tipe digital sebanyak 1 unit. - Bangunan pasca panen (UPH) seluas 96 m2 sebagaimana Lampiran 5. - Lantai jemur seluas 150 m2 (15m X 10m) sebagaimana Lampiran 5. - Bantuan pembelian biji kakao basah sebanyak 11.160 kg. - Timbangan duduk 1 unit kapasitas 250 kg. Adapun spesifikasi sarana tersebut di atas sebagaimana Lampiran 6. 3.2.Pelatihan pasca panen sebanyak 1.525 petani selama 3 (tiga) hari dengan materi peningkatan mutu biji, fermentasi, sistem Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
24
manajemen mutu, kemitraan dan pemasaran. Petani yang dilatih adalah petani peserta tahun 2013 yang melaksanakan kegiatan rehabilitasi. Rincian peserta pelatihan pasca panen sebagaimana Lampiran 7. 4. Pelaksanaan 4.1. Persiapan - Koordinasi dengan pihak terkait (Dinas Perkebunan Provinsi, Puslitkoka) untuk pembangunan unit pengolahan dan pelatihan petani sebagai pendukung pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu. - Koordinasi dengan industri kakao untuk menjalin kemitraan agar mempunyai pasar yang berkelanjutan. 4.2.Pembangunan unit pengolahan dan pelatihan pasca panen - Dilaksanakan pada 29 kabupaten yang membidangi perkebunan yang pada tahun 2013 melaksanakan kegiatan rehabilitasi. - Pembangunan dan operasionalisasi unit pengolahan hasil peningkatan mutu biji kakao dikelola oleh kelompok tani dibawah bimbingan Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan dengan persyaratan kelompok tani sebagai berikut: Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
25
a) Kelompok tani yang anggotanya aktif dan mandiri. b) Kelompok tani telah terbentuk sebagai kelompok tani kakao dan bukan merupakan kelompok tani bentukan baru. c) Kelompok tani terletak pada wilayah kawasan sentra kakao. 5. Waktu Kegiatan ini dilaksanakan pada tahun 2013. 6. Lokasi Kegiatan ini dilaksanakan pada 29 kabupaten yang membidangi perkebunan yang pada tahun 2013 melaksanakan kegiatan rehabilitasi. 7. Pelaksana Pelaksana kegiatan adalah Dinas Kabupaten yang membidangi perkebunan di 29 kabupaten pada tahun 2013 melaksanakan kegiatan rehabilitasi. 8. Simpul Kritis Simpul kritis kegiatan ini antara lain: a. Keterbatasan SDM dalam melakukan pengawalan dan pembinaan b. Kurangnya kesadaran petani dalam melakukan fermentasi biji kakao Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
26
c. Keterbatasan dalam hal pemasaran biji kakao fermentasi
F. Pengambanan Sistem Data Base Kakao 1. Tujuan Untuk memperoleh data dasar dan semua informasi yang berkaitan dengan budidaya kakao dan sebagai bahan pengambil kebijakan pembangunan perkebunan. 2. Sasaran Tersusunnya data base budidaya kakao di 5 provinsi 29 kabupaten dan operasionalisasi sistem database dan sistem monev, serta terbentuknya jejaring komunikasi, data dan informasi antara pusat dan daerah. 3. Ruang Lingkup Ruang lingkup untuk 5 provinsi dan 29 kabupaten pekerjaan pengembangan sistem data base teknologi budidaya kakao, meliputi: - Operasional komputerisasi - Bahan-bahan untuk komputer - Perjalanan dalam rangka pengumpulan data di lapangan.
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
27
4. Pelaksanaan 4.1.Pusat (Ditjen Perkebunan) a. Metode Pelaksanaan - Desk study untuk: 1) Analisis interpretasi pemetaan perkebunan kakao. 2) Analisis sumber daya lahan dan iklim untuk potensi lahan. 3) Penyusunan peta sebaran perkebunan kakao. 4) Penyusunan peta serangan dan tingkat serangan. - Kunjungan lapang dilakukan untuk: 1) Konsultasi; 2) Verifikasi lapang; 3) Koleksi data petani, perkebunan kakao dan potensi lahan b. Hasil Yang Diharapkan - Sistem data base sumberdaya petani, lahan dan perkebunan kakao di lokasi Gerakan. - Peta sebaran kakao beserta karakteristiknya di lokasi Gerakan. - Peta sebaran, tingkat serangan dan kehilangan hasil kakao akibat serangan OPT utama di lokasi Gerakan.
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
28
d. Waktu Kegiatan dilaksanakan pada bulan Februari – November tahun 2013. e. Pelaksana Kegiatan dilaksanakan oleh Ditjen Perkebunan dan Dinas Provinsi dan Kabupaten yang Membidangi Perkebunan. 4.2.Provinsi a. Persiapan - Perbanyakan dan pengiriman formulir pengambilan data ke Dinas yang membidangi perkebunan di Kabupaten/ Kota. - Penjelasan tata cara kompilasi data dari Kabupaten menggunakan ”sistem data base” (soft ware) yang diterima dari Ditjenbun. b. Metode Pelaksanaan - Formulir pengambilan data disampaikan dan dijelaskan kepada petugas Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan. - Menerima data primer dan sekunder yang sudah dikompilasi dari Kabupaten. - Melakukan verifikasi data ke lapangan (Kabupaten). Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
29
- Mengkompilasi data dari setiap Kabupaten/ Kota menggunakan ”sistem data base” (software) yang diterima dari Ditjenbun. - Mengirimkan data dari Kabupaten yang sudah dikompilasi ke Ditjenbun. c. Hasil Yang Diharapkan - Sistem data base sumberdaya petani, lahan dan perkebunan kakao di Provinsi pelaksana Gerakan. - Peta sebaran kakao beserta karakteristiknya di Provinsi pelaksana Gerakan. - Peta sebaran, tingkat serangan dan kehilangan hasil kakao akibat serangan OPT utama di Provinsi pelaksana Gerakan. d. Waktu Kegiatan dilaksanakan pada Februari-November tahun 2013.
bulan
e. Pelaksana Kegiatan dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi perkebunan di 5 provinsi dan 29 kabupaten pelaksana Gerakan. 4.3.Kabupaten a. Persiapan - Penjelasan tata cara pengumpulan data kepada petugas lapangan (coaching enumerator). Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
30
- Penjelasan tata cara kompilasi data dari lapangan kepada petugas menggunakan ”sistem database” (software) yang diterima dari Ditjenbun. b. Metode Pelaksanaan - Petugas (enumerator) mengumpulkan data primer dan sekunder dari lapangan. - Mengkompilasi data primer dan sekunder menggunakan ”sistem data base” (software) yang diterima dari Ditjenbun. - Mengirimkan data primer dan sekunder yang sudah dikompilasi ke Dinas yang membidangi perkebunan di provinsi. c. Hasil Yang Diharapkan - Sistem data base sumberdaya petani, lahan dan perkebunan kakao di Kabupaten pelaksana Gerakan. - Peta sebaran kakao beserta karakteristiknya di Kabupaten/Kota pelaksana Gerakan. - Peta sebaran dan tingkat serangan di Kabupaten pelaksana Gerakan. d. Waktu Kegiatan dilaksanakan pada Februari–November tahun 2013. Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
bulan
31
e. Pelaksana Kegiatan dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi perkebunan di 5 provinsi dan 29 kabupaten pelaksana Gerakan. 5. Simpul Kritis Simpul kritis kegiatan ini antara lain: a. Keterbatasan SDM dalam mengelola sistem database di tingkat Kabupaten dan Propinsi b. Keterbatasan jaringan internet di daerah c. Terjadi pergantian petugas karena perubahan instansi kerja
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
32
BAB IV. PROSES PENGADAAN BAHAN DAN PERALATAN Pengadaan bahan, alat dan jasa rehabilitasi dilaksanakan oleh Panitia Pengadaan yang dibentuk oleh Kepala Dinas Provinsi dan Kabupaten yang membidangi perkebunan mengacu kepada PERPRES No. 70 Tahun 2012. A. Pelaksanaan sambung samping - Pelelangan kegiatan sambung samping dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi perkebunan di Kabupaten. - Entres yang diadakan sesuai dengan butir 4.2. B. Pupuk Pengadaan pupuk untuk rehabilitasi dilaksanakan oleh Dinas Provinsi Membidangi Perkebunan sesuai POK. C. Peralatan Pengadaan peralatan dilaksanakan oleh Dinas Kabupaten Yang Membidangi Perkebunan. D. Pestisida - Pengadaan pestisida untuk kegiatan rehabilitasi dilaksanakan oleh Dinas Yang Membidangi Perkebunan sesuai POK Tahun 2011. Pemilihan pestisida didasarkan terhadap hasil Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
33
pengamatan/inventarisasi serangan hama dan penyakit. - Pestisida yang diadakan adalah insektisida untuk mengendalikan hama penghisap daun/buah Helopeltis spp., ulat kilan (Hyposidra talaca), fungisida untuk mengendalikan penyakit VSD. - Bahan aktif pestisida yang akan diadakan seperti pada butir 4.3. E. Gedung dan prasarana UFBK Pengadaan gedung dan prasarana UFBK untuk kegiatan peningkatan mutu kakao dilaksanakan oleh Dinas Yang Membidangi Perkebunan di Kabupaten.
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
34
BAB V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, DAN PENGAWALAN A. Pembinaan Pembinaan kelompok dilakukan secara berkelanjutan sehingga kelompok mampu mengembangkan usahanya secara mandiri. Untuk itu diperlukan dukungan dana pembinaan lanjutan yang bersumber dari APBD. Tanggung jawab teknis pelaksanaan berada pada Dinas yang membidangi Perkebunan di tingkat kabupaten/Kota. Tanggung jawab koordinasi pembinaan program ada pada Dinas Perkebunan atau Dinas yang membidangi perkebunan di tingkat provinsi. Tanggung jawab atas program dan kegiatan adalah Direktorat Jenderal Perkebunan. B. Pengendalian Pengendalian melalui jalur struktural dilakukan oleh Tim Teknis Kabupaten/Kota, Tim Pembina Provinsi dan Pusat, sedangkan pengendalian kegiatan dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (P2K) dan Kepala Dinas. Proses pengendalian di setiap wilayah direncanakan dan diatur oleh masing-masing dinas yang membidangi perkebunan/yang membidangi perkebunan kabupaten. Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
35
Pengawasan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku agar penyelenggaraan kegiatan dapat menerapkan prinsip-prinsip partisipatif, transparansi dan akuntabel. Pengawasan dilakukan oleh Pemerintah melalui aparat pengawas fungsional (Inspektorat Jenderal, Badan Pengawas Daerah maupun Lembaga Pengawas lainnya) dan oleh masyarakat. 1. Pengawalan Pengawalan kegiatan Gerakan Nasional Peningkatkan Produksi Kakao tahun 2013 dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas yang membidangi perkebunan tingkat provinsi dan Dinas yang membidangi perkebunan tingkat kabupaten/kota dengan kegiatan sebagai berikut : 1.1.
Pengawalan Pusat
Kegiatan pengawalan yang dilaksanakan oleh Direktorat Tanaman Rempah dan Penyegar meliputi: a. Pertemuan persiapan, pelaksanaan dll. b. Administrasi, pengadaan barang dan jasa. c. Perjalanan pengawalan, bimbingan, monitoring dan evaluasi ke daerah.
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
36
1.2.
Pengawalan Provinsi
Kegiatan pengawalan yang dilakukan oleh Dinas provinsi yang membidangi perkebunan untuk kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao tahun 2013 meliputi: a. Konsultasi ke pusat; b. Pertemuan dalam rangka kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao tahun 2013; c. Penyediaan ATK, dll; Perjalanan dalam rangka pembinaan ke kabupaten. 1.3.
Pengawalan Kabupaten
Kegiatan pengawalan yang dilakukan oleh Dinas kabupaten yang membidangi perkebunan untuk kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao tahun 2013 meliputi: a. Penetapan CP/CL; b. Sosialisasi kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao; c. Konsultasi ke provinsi; d. Konsultasi ke pusat; e. Pengawalan ke lokasi; f. Pertemuan dalam rangka kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao; Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
37
g. Penyediaan ATK 2. Pendampingan Pendampingan kegiatan dilakukan oleh pendamping yang ditunjuk oleh Dinas yang membidangi perkebunan dari Dinas Provinsi dan atau Direktorat Jenderal Perkebunan, untuk ikut mengawasi dan memberikan petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan serta memberikan arahan inovasi kegiatan yang lebih menguntungkan bagi peningkatan dan pengembangan usaha kelompok/gabungan kelompok untuk meningkatkan kesejahteraan anggota.
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
38
BAB VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Dalam pelaksanaan kegiatan monitoring, evalauasi dan pelaporan memperhatikan SK Menteri Pertanian RI tentang SIMONEV. Tim Teknis Kabupaten dan Tim Pembina Provinsi wajib melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara berjenjang dilaporkan ke Pusat, meliputi : A. Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai indikator kinerja; B. Perkembangan kelompok sasaran dalam pengelolaan kegiatan lapangan berikut realisasi fisik dan keuangan; C. Permasalahan yang dihadapai dan upaya penyelesaian di tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi; D. Format pelaporan menggunakan format yang telah disepakati dan dituangkan dalam Juklak dan Juknis.
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
39
BAB VII. PEMBIAYAAN Pembiayaan kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao tahun 2013 bersumber dari dana APBN, dan dilakukan pengawalan, pembinaan oleh Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dianggarkan melalui DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan, Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan Berkelanjutan Tahun Anggaran 2013.
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
40
BAB VIII PENUTUP
Komitmen pemerintah untuk meningkatkan ekspor komoditas perkebunan serta peningkatan kesejahteraan petani pekebun telah ditunjukkan dengan adanya Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao yang dimulai tahun 2009. Gerakan ini timbul karena di waktu lampau pengembangan kakao belum dilakukan secara menyeluruh hanya menyentuh pada wilayah-wilayah tertentu yang relatif kecil. Gerakan ini telah menyentuh pada sentra-sentra kakao di seluruh tanah air, pada tahun 2013 ini lokasinya mencakup 5 provinsi. Secara nasional masih banyak masalah yang dihadapi dalam pengembangan kakao di Nusantara, namun masalah ini seharusnya menjadi tantangan bagi para pelaksana baik di tingkat pusat maupun didaerah. Pedoman ini merupakan wujud tanggung jawab pemerintah khususnya pemerintah Pusat untuk berkomitmen mensukseskan gerakan ini secara menyeluruh. Pedoman ini disusun sebagai salah satu acuan yang digunakan bagi para pelaksana di daerah. Pedoman ini disusun khusus untuk mendukung pelaksanaan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Kakao). Pedoman ini seyogyanya secara konsisten dapat menjadi acuan bagi seluruh petugas yang Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
41
menangani Gernas Kakao baik di Pusat maupun di Daerah dengan tetap memberi ruang yang cukup memadai untuk melakukan penyesuaian dan inovasi dalam mengikuti perubahan yang akan dihadapi baik yang bersifat internal maupun eksternal di lapangan. Semoga buku pedoman ini dapat bermanfaat bagi petugas yang menangani Gernas Kakao dalam melaksanakan tugasnya. Untuk itu diperlukan komitmen, tekad dan upaya yang sungguh-sungguh secara proposional dan profesional sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsi serta peran dari semua petugas di semua lini baik Pusat maupun Daerah. Jakarta,
Pedoman Teknis Daerah Gernas Kakao Tahun 2013
Desember 2012
42
LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Provinsi dan Kabupaten Kegiatan Rehabilitasi Pelaksana Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Tahun 2013 No
Provinsi
1. Sulsel (6.930 Ha)
2. Sulbar (5.100 Ha)
3. Sulteng (8.550 Ha)
No
Kabupaten
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 17. 18. 19. 20.
Bone Soppeng Luwu Luwu Utara Luwu Timur Bulukumba Sinjai Polewali Mandar Mamasa Majene Mamuju Mamuju Utara Donggala Parigi Moutong Poso Morowali Toli-toli Buol Sigi
Luas (Ha) 500 700 1.630 1.000 2.000 500 600 500 2.000 500 1.100 1.000 950 600 1.000 750 2.250 1.000 2.000
44
Lanjutan… No
Provinsi
4. Sultra (7.400 Ha)
5.
NTT (300 Ha)
No 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. TOTAL
Kabupaten Konawe Kolaka Kolaka Utara Konawe Selatan Konawe Utara Bombana Buton Buton Utara Sikka Ende
Luas (Ha) 3.400 100 100 3.400 100 100 100 100 200 100 28.280
45
Lampiran 2. Spesifikasi Teknis Knapsack Sprayer No. 1.
Nama Peralatan Knapsack sprayer
Spesifikasi Teknis -
Berat kosong : 4,5 – 5,0 kg Berat isi : 5,0 – 6,0 kg Kapasitas tanki :15 – 20 ltr Debit penyemprotan : 1 – 4 bar Ukuran droplet : 220x380x515 mm Kebocoran : tidak ada Lengkap dengan peralatan pendukung
46
Lampiran 3. Jumlah Petani yang dilatih Tahun 2013
No
Provinsi
1. Sulsel (693 Ha)
2. Sulbar (510 Ha)
3. Sulteng (855 Ha)
4. Sultra (7.400 Ha)
5.
NTT (300 Ha)
No
Kabupaten
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Bone Soppeng Luwu Luwu Utara Luwu Timur Bulukumba Sinjai Polewali Mandar Mamasa Majene Mamuju Mamuju Utara Donggala Parigi Moutong Poso Morowali Toli-toli Buol Sigi Konawe Kolaka Kolaka Utara Konawe Selatan Konawe Utara Bombana Buton Buton Utara Sikka Ende
23. 24. 25. 26. 27. TOTAL
Petani (org) 50 70 163 100 200 40 60 50 200 50 110 100 95 60 100 75 225 100 200 340 10 10 340 10 10 10 10 20 10 2.828
47
Lampiran 4. Penyediaan Perlengkapan Pelatihan No.
Perlengkapan Pelatihan
1.
Buku
Panduan Teknis Budidaya Kakao
2.
Poster
3.
Leaflet
4.
DVD
- Tanaman Kakao Harus Dipangkas - Pohon Pelindung Mutlak Bagi Tanaman Kakao - Tingkatkan Produksi dengan Sambung Samping - Kendalikan Kanker Batang - Kendalikan Penyakit Pembuluh Kayu - Kendalikan Hama PBK - Tingkatkan Produksi Kakao dengan Klon Tanaman Unggul. - Standar Mutu Kakao Indonesia SNI 01-23232008 - Lakukan Panen dan Pasca Panen Kakao yang Tepat - Gambaran Umum Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao 2009 – 2011 - Rehabilitasi Tanaman Kakao dengan Teknik Sambung Samping - Pentingnya Pohon Pelindung Untuk Kebun Kakao - Penanganan Helopeltis spp - Waspada Penggerek Buah Kakao - Pengendalian Penyakit Pembuluh Kayu VSD - Pemangkasan Kakao - Pemupukan Kakao - Perawatan Kebun Kakao - Penyakit Busuk Buah Kakao - Penyakit Kanker Batang - Penyakit Bercak Daun - Penanganan Perkebunan Kakao (PSPSP) - Cara Mengatasi Hama dan Penyakit Kakao - Cara Panen yang Baik, Penanganan Hasil Panen dan Mutu Biji Kakao - Rehabilitasi Tanaman Kakao Melalui Sambung Samping
48
Lampiran 5.Denah Bangunan UPH Kakao
49
Lampiran 6.
No 1
Kebutuhan peralatan pengolahan kakao pasca panen beserta spesifikasinya
Jenis Peralatan Kotak Fermentasi Tipe Bak Kayu
Spesifikasi Kapasitas 625-650 kg/batch Ukuran 160 cmx100 cm x 50cm (P x L x T) Tebal 20-30 mm
2
Lantai Jemur
Lantai semen Ukuran 15 m x 10 m (P X L)
3
Terpal
Bahan plastik sebagai penutup lantai jemur Ukuran 15 m x 10 m
4
Alat ukur kadar air biji kakao
Digital
5
Timbangan duduk
Kapasitas: minimal 150 Kg
50
Lampiran 7. Peserta Pelatihan Pasca Panen No Propinsi 1. Sulsel
Kabupaten 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
2.
3.
4.
5.
Bone Soppeng Luwu Luwu Utara Luwu Timur Bulukumba Sinjai
Sulbar 8. Mamasa 9. Mamuju 10. Mamuju Utara
275 50 150 75
11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
500 25 150 50 75 100 50 50
Sulteng Donggala Parigi Moutong Poso Morowali Toli-toli Buol Sigi
Sultra 18. Konawe 19. Konawe Selatan
200 100 100
20. Sikka 21. Ende
100 50 50
NTT
Jumlah
Total 450 50 50 50 50 125 50 75
1.525
51