PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA SMU NEGERI 4 KOTA BENGKULU MELALUI PEMBELAJARAN KREATIF DAN PRODUKTIF Oleh: Osa Juarsa Dosen Universitas Bengkulu
ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah setelah dilaksanakan pembelajaran kreatif dan produktif, kompetensi siswa untuk mengeksplorasi, mengiterpretasi, menyimpulkan data dan mengkreasi konsep serta mengkreasi cara pemecahan atas permasalahan-permasalahan kehidupan sehari-hari akan meningkat?” Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (PTK). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) prestasitasi belajar siswa dalam mata pelajaran sosiologi dapat ditingkatkan melalui penerapan terintegrasi CTL dan model struktur pengetahuan; (2) integrasi model pembelajaran ini dapat dilakukan dengan cara: siswa (a) diberikan penjelasan umum tentang materi pembelajaran; (b) diajak mencari, melihat, memilih dan mengumpulkan fakta-fakta dalam dunia nyata; (c) mengklasifikasi fakta; (d) dibimbing berdiskusi untuk menyusun konsep dan melabeli data yang telah terklasifikasi, (e) menyusun gneralisasi dan teori berdasarkan fakta yang diperoleh. (2) penerapan pendekatan CTL dan struktur pengetahuan secara terintegrasi mampu meningkatkan komptensi kognitif para siswa dalam belajar sosiologi bukan hanya sampai taraf C1, C2 dan C3 namun sampai taraf analsis, sintesis dan evaluasi atas konsep dan generalisasi yang mereka rumuskan. Kata-kata: kreatif, produktif, eksplorasi dan re-kreasi. ABSTRACT The background of the study is “What will students’ competency to create a concept and the solving for the problems of daily life increase after creative and productive learning is done?” the study was conducted by using classroom action reseacrh (PTK). The results showed that (1) students’ learning achievements in sociology subject can be increased through the implementation of CTL integrated and knowledge structure model; (2) this learning model integration can be done by: students (a) are given common explanation about the relevant material; (b) are asked to find out, see, choose and collect the facts in the real life; (c) classify the data; (d) are guided to discuss to arrange the concept and give the classified data; (e) arrange the generealisation and theory based on the obtained facts. (3) the implementation of CTL approach and knowledge structure integratedly is able to increase the students’ cognitive competency in learning sociology not only until C1,C2,C3’s level, but also until analysis, synthesis, and evaluation’s level for concept and generalization that they formulate. Keywords: creative, productive, exploration, and re-creation
PENDAHULUAN
‘pernyataan yang menggambarkan penampilan
Mulai tahun ajaran baru 2004 Departemen
suatu kemampuan tertentu secara bulat yang
Pendidikan Nasional bertekad melaksanakan
merupakan perpaduan antara pengetahuan dan
pendidikan berbasis kompetensi di seluruh
kemampuan yang dapat diamati dan diukur.
Indonesia. Pendidikan ini menekankan pada
Kemampuan (komptensi) lulusan merupakan
kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu
modal utama untuk mampu bersaing di tingkat
jenjang pendidikan (Dirjen Dikdaksmen, 2002).
global. Pada era ini terjadi persaingan antar
Sebagai konsekuensi penerapan pendidikan berbasis
bangsa pada kemampuan sumberdaya manusia.
kompetensi, kurikulum yang diberlakukan adalah
Penerapn pendidikan berbasis kompetensi
kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi adalah
diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang
20
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 12 No. 2, Oktober 2011
memiliki daya kompetisi yang tinggi di tingkat
SMU negeri 4 diperoleh informasi bahwa melalui
global. Termasuk di dalam daya kompetisi
metode kerja kelompok dan diskusi yang dilakukan
ini adalah kemampuan sumber daya manusia
menunjukkan hasil bahwa para siswa yang pintar
dalam memahami dan menelaah secara rasional
(upper group students) semakin pintar dan yang
komponen-komponen individu, kebudayaan dan
bodoh (lower group students) semakin bertambah
masyarakat sebagai suatu sistem. Komptensi yang
bodoh. Prestasi belajar yang diperoleh para siswa
terakhir ini merupkan komptensi yang ingin dicapai
juga menunjukkan gap yang lebar antara siswa
pada mata pelajaran sosilogi SMU. Secara lebih
yang tergolong upper group students dengan
rinci dan paraktis mata pelajaran ini diharapkan
para siswa yang tergolong berkemampuan relatif
mamapu mengembangkan kemampuan lulusan
rendah. Fenomena lain menunjukkan bahwa para
SMU untuk mengembangkan ketrampilan dan
siswa yang tergolong upper group students nampak
perilaku siswa yang secara rasional dan kritis
semakin meningkat prestasi hasil belajarnya,
dalam menghadapi kemajemukan masyarakat,
sementara yang midle group students ke bahwah
kebudayaan, sistuasi sosial serta berbagai masalah
nampak belum ada peningkatan dan bahkan
sosial yang ditemukan dalam kehidupan sehari-
cenderung berprestasi belajar rendah. Hanya
hari (Depdiknas, 2003). Dengan kata lain setelah
mereka yang tergolong upper group students saja
belajar sosiologi para siswa diharapkan memiliki
yang relatif mencapai target kompetensi yang
kompetensi mengeksplorasi, mengiterpretasi,
diharapkan, sementara yang lain cenderung sangat
menyimpulkan data dan mengkreasi konsep serta
rendah. Laporan ini kemudian peneliti telusuri
mengkreasi cara pemecahan atas permasalahan-
lebih dalam dengan cara diskusi dan pengamatan
permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-
di kelas, ternyata proses pembelajaran dengan
hari. Pencapaian tujuan tersebut memerlukan
metode diskusi dan kerja kelompok yang mereka
bebrbagai upaya pendekatan pembelajaran yang
lakukan adalah mereka belum menempatkan
efektif yaitu suatu pendekatan pembelajaran
diri fungsi guru sebagai fasilitator, motivator
yang mamungkinkan siswa untuk mengalami,
dan dinamisator. Di mana setelah memberikan
mengeksplorasi, menginterpretasi, menyimpulkan
materi yang akan didiskusikan, guru langsung
data dan mengkreasi konsep serta mengkreasi
membagi kelompok dan memepersilahkan para
cara pemecahan atas permasalahan-permasalahan
siswa berdiskusi secara berkelompok tanpa diikuti
kehidupan yang dihadapi sehari tidak tercapai.
kegiatan memonitor dan memfasilitasi mana siswa
Para guru sosilogi SMU Kota Bengkulu
(baik secara individu maupun kelompok) siswa
telah melakukan berbagai upaya pembelajaran
yang telah memahami tugas dan cara melakukan
yang diharapkan mampu mencapai komptensi
tugas. Pada kegiatan pembelajaran, siswa yang
para lulusan. Salah satu upaya pembelajaran
aktif belajar hanya beberapa orang yang termasuk
yang mereka anggap andal adalah diterapkannya
upper group, pada umumnya adalah ketua dan
pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA) dengan
skeretaris kelompok. Sementara yang lain hanya
metode kerja kelompok dan diskusi. Berdasarkan
titip nama pada laporan hasil diskusi. Oleh
laporan keluhan yang dialami para guru Sosiologi
karena yang aktif belajar hanya beberapa
ISSN 1412-565X
21
orang yais siswa upper group, maka tidak aneh
permasalahan
bila yang pintar atau memiliki pretasi belajar yang
kehidupan yang dihadapi sehari tidak tercapai.
baik hanya mereka yang aktif belajar (terutama
Gambaran pengalaman belajar dan prestasi
ketua kelompok dan sekretarisnya). Rendahnya
belajar yang dimiliki siswa tersebut tentunya sangat
hasil belajar ini nampak ketika dihadapkan pada
meprihatinkan untuk memepersiapakan generasi
soal-soal dan tugas-tugas penguasaan pengetahuan
muda yang memiliki kompetensi sebagaimana yang
tingkat C3 ke atas (aplikasi, analisis, sentesa dan
diharapkan dalam tujuan mata pelajaran sosiologi
evaluasi) sangat mengalami kesulitan. Hasil belajar
SMU.
ini nampak pada nilai rapor mereka bahwa siswa
Berdasarkan hasil pembelajaran tersebut,
yang memeperoleh nilai 9 (4 orang), nilai 8 (6
proses pembelajaran dalam mata pelajaran
orang) dan nilai 7 (7 orang) dalam mata pelajaran
sosiologi perlu direkayasa lebih lanjut sampai
sosiologi adalah mereka yang biasanya ditunjuk
prestasi belajar siswa memuaskan atau mencapai
sebagai ketua dan sekretaris kelompok, sementara
kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran
yang lain (anggota kelompok) semuanya hanya
kreatif dan produktif merupakan pendekatan
memiliki nilai 6. Berdasarkan hasil pengamatan
yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
terhadap proses pembelajaran yang dilakukan
secara memuaskan (Numan Somantri, 2000;
guru dan hasil diskusi dengan guru sosiologi
Ditjen Pendikan Dasar dan Menengah, 2003, Igak
bahwa rendahnya prestasi belajar yang mereka
Wardani, 2005). Sehubungan dengan ini peneliti
miliki atau target kompetensi yang diharapkan
ingin mencoba meningkatkan prestasi belajar
disebabkan penerapan metode kerja kelompok dan
siswa SMU dalam mata pelajaran sosilogi melalui
diskusi yang dilakukan memiliki fenomena bahwa
pembelajaran kreatif dan produktif.
proses belajar yang terjadi secara aktif hanya
Pembelajaran kreatif dan produktif merupakan
mereka yang termasuk upper group mulai dari
konsep pembelajaran yang memungkinkan siswa
kegiatan merencanakan, melaksanakan (diskusi)
mampu memahami secara nyata antara konsep
dan melaporkan hasil tugas yang diberikan oleh
dan pengetahuan riil dari hasil pengamatan dan
guru. Sementara mereka yang temasuk midle group
telaahnya serta penerapannya di masyarakat.
ke bawah hanya cenderung sebagai pelengkap
Model ini merupakan model pembelajaran yang
dan titip nama dalam laporan tugas. Para siswa
dikembangkan dengan mengacu kepada berbagai
yang tergolong upper group students nampak
pendekatan pembelajaran yang diasumsikan
memonopoli dalam kerja kelompok dan diskusi.
mampu meningkatkan kualitas proses hasil
Karena guru belum sepenuhnya menempatkan
belajar. Pendekatan pembelajaran tersebut anatara
fungsi sebagai fasilitatosr, dinamisator dan
lain: belajar aktif, kreatif, konstruktif, serta
motivator proses pembelajaran maka upaya
kolaboratif dan kooperatif. (Wardani, 2005)
pencapaian siswa memperoleh kompetensi
Dalam konsep ini siswa diharapkan belajar melalui
mengalami, mengeksplorasi, mengiterpretasi,
kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan
menyimpulkan data dan mengkreasi konsep serta
yang alamiah. Mereka belajar dari mengamati,
mengkreasi cara pemecahan atas permasalahan-
mengumpulkan fakta, mengkonstruksi sendiri
22
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 12 No. 2, Oktober 2011
pengetahuan, kemudian memberi makna pada
condistions of learning) siswa yang berupa kondisi
pengetahuan itu serta mengkreasi pengetahuan
dan proses kognitif siswa (the larner’s insternal
itu sendiri. Dalam proses belajar, para siswa akan
states and cognitive processes) dengan kondisi
melihat, mengumpulkan fakta, menganalisis dan
eksternal belajar (external conditiosn of learning)
menyimpulkan serta memikirkan atau mengkreasi
yang berupa stimulus lingkungan (stimuli from the
bagaimana penerapannya di bawah bimbingan
environment).
guru. Pada konsep ini fungsi guru adalah sebagai
Prestasi belajar rendah akan dapat ditingkatkan
fasilitator dan motivator. Dalam kegiatan
apabila proses pembelajaran yang dilakukan guru
praktisnya guru memberikan pengarahan tentang
mampu meningkatkan motivasi, kemauan, daya
sesuatu yang perlu diipelajari, kemudian siswa
serap dan tingkat konsentrasi siswa. Ini akan terjadi
melihat, mengumpulkan fakta, menganalisis dan
apabila dalam proses belajar siswa memperoleh
meninterpretasi, menyimpulkan dan melakukan/
pengetahuan secara bertahap mulai dari fakta, ke
mengkreasi sendiri sampai diperoleh pengetahuan
konsep dan akhirnya ke generalisasi dan atau teori
kokoh. Model pembelajaran ini berprinsip bahwa
(Savage and Amstrong, 1996; Numan Somantri,
pengetahuan bukanlah seperangkap fakta dan
2001). Dengan cara ini akan memungkinkan
konsep yang siap diterima, tetapi sesuatu yang harus
siswa belajar dengan lebih mudah dan bermakna
dikonstruksi sendiri oleh siswa. Secara singkat
karena ia akan belajar mulai dari konteks riil
model pembelajaran ini memiliki karakteristik
yang dilihat dan didengar dilingkungannya atau
rantai kegiatan pembelajaran berturut-turut:
mulai dari yang kongkret dan secara bertahap
orientasi, eksplorasi, interpretasi dan re-kreasi.
menuju ke abstrak, dari sederhana menuju
Dengan cara ini akan memungkinkan siswa
ke yang komplek. Dengan demikian, melalui
memperoleh pengetahuan bukan hanya tahu dan
Pembelajaran kreatif dan produktif ini para siswa
faham dari apa yang diberikan oleh guru tetapi
akan mengalami proses belajar sendiri mulai dari
sampai mereka mampu menerapkan, menganalisis,
melihat atau mendengar fakta, mengumpulkan
mengorganisir dan mengevaluasi apakah suatu
fakta, menganalisis, mengkonstruksi fakta menjadi
konsep, generalisasi dan teori itu sesuai dengan
konsep, bahkan sampai generalisasi dan teori
fakta atau data di lapangan atau tidak. (Numan
sebagai cermin produk hasil pemahamannya
Somantri, 2001). Dengan pembelajaran kreatif dan
terhadap masalah yang dikaji, dan bahkan menilai
produktif siswa akan mudah mencerna materi dan
konsep, generalisasi dan teori itu sesuai dengan
lama tersimpan dalam memori. Hal ini disebabkan
faktanya atau tidak serta memeikirkan bagaimana
siswa belajar mulai dari yang mudah ke yang sulit,
penerapannya dalam memecahkan permasalahan-
dan dari yang kongkret ke yang abstrak.
dalam kehidupan sehari-hari.
Gagne (1985) dan Bandura (1986) mengatakan bahwa hasil belajar siswa (the out come of learning) yang berupa perkembangan kemampuan dan ketrampilan siswa akan ditentukan oleh hasil interaksi antara kondisi internal belajar (internal ISSN 1412-565X
METODE PENDEKATAN PENELITIAN Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kaji tindak latar kelas atau clasroon
23
action research yang dikembangkan oleh Kemmis
1. Pengembangan Tindakan dalam Penelitian
dan Mc. Taggart (1993) yaitu melalui siklus: (a)
Pengembangan tindakan dalam penelitian ini
Plan, (b) Act & observe, (c). Reflect (Lihat gambar
dilakukan dengan cara ketua peneliti (dosen) datang
1).
ke SMU Negeri 4 Kota Bengkulu untuk menerima Penelitian ini dirancang 3 (tiga) siklus dengan
keluhan proses pembelajaran yang dilakukan guru,
menggunakan pendekatan partisipatori kolaboratif
melakukan observasi pembelajaran yang dilakukan
(Oja dan Smulyan, 1989) untuk melakukan
guru. Selanjutnya ketua ketua peneliti bersama dua
perubahan konstruktif secara sistematik, melalui
guru sosiologi (sebagai anggota peneliti) melakukan
kerjasama antara ketua peneliti dengan guru-guru
diskusi tentang permasalahan-permasalahan yang
SMU (anggota peneliti) agar terjadi perubahan
dihadapi dalam meningkatkanan prestasi atau
dalam melakukan pendekatan pembelajaran
kompetensi belajar siswa dalam mata pelajaran
terutama dalam meningkatkan prestasi belajar
Sosiologi dan kemungkinan upaya meningkatkan
atau kompetensi siswa SMU dalam mata pelajaran
prestasi belajarnya. Setelah itu ketua peneliti
Sosiologi. Perubahan yang diharapkan dalam
bersama anggota peneliti (2 guru mata pelajaran
penelitian ini tidak hanya guru saja tetapi juga
Sosiologi) menyepakati dan merancang bersama
siswa. Perubahan yang diharapkan pada guru
upaya perbaikan prestasi belajar para siswa melalui
adalah perubahan kemampuan melaksanakan
pembelajaran kreatif dan produktif.
proses pembelajaran mampu mengubah perilaku
2. Rancangan Tindakan dalam Penelitian
Gambar 2: The individual aspek in Action
Rencana Tindakan (Plan): (1) memberikan pelatihan guru-guru mata pelajaran sosiologi tentang
research
pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kreatif dan produktif dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Sosiologi; (2) bersama-sama dengan para guru (anggota peneliti), ketua peneliti merancang pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kreatif dan produktif untuk meningkatkan prestasi Sorce: Kemmis & Taggart, 1982, p.10
belajar para siswa dalam mata pelajaran sosiologi. Pembelajaran pada siklus pertama dengan
siswa dalam proses belajar yang partisipatif,
materi menentukan topik penyusunan rancangan
kreatif dan memiliki komptensi yang produktif dari hasil belajarnya dalam mata pelajaran sosiologi. Sementara perubahan yang diharapkan pada siswa adalah terjadinya proses belajar yang partisipatif, kontektual, konstruktif, kreatif dan produktif serta terjadinya hasil belajar yang berupa kompetensi secara meningkat dalam mata pelajaran sosiologi.
24
penelitian dengan sub materi (a) menentukan topik penelitian, (b) merumuskan masalah penelitian (c) memeilih sample penelitian (d) jenis data, siklus 2 dengan materi pengumpulan data dengan sub materi (a)metode pengumpulan datal, (2) pemilihan metode pengumpulan datai, dan pada Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 12 No. 2, Oktober 2011
siklus 3 dengan materi analisa data dan penyusunan
dengan menggunakan pembelajaran kreatif dan
laporan.
produktif dan mengamati perilaku siswa dalam P e l a k s a n a a n Ti n d a k a n ( A c t i o n ) :
proses belajar. Tes Hasil Belajar digunakan untuk
pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh guru-
mengumpulkan data tentang kemampuan siswa
guru berdasarkan scenario pembelajaran yang
dalam menguasai pelajaran. Dokumentasi: metode
disepakati bersama untuk masing-masing siklus.
ini digunakan untuk mengunpulkan data tentang
Observasi dan Evaluasi (Observe &
karya siswa. Wawancara digunakan untuk membantu
Evaluation): pada tahap observasi, kegiatan yang
mengumpulkan data yang berkaitan dengan respon
dilakukan ketua peneliti dan seorang anggota
siswa terhadap PBM yang ditampilkan guru.
peneliti (guru) adalah mengamati kegiatan seorang
Subyek Penelitian: yang menjadi subyek
guru dalam melaksanakan pembelajaran yang
penelitian ini adalah siswa-siswa kelas I SMU
menggunakan pembelajaran kreatif dan produktif
Negeri 4 Kota Bengkulu yang belajar Sosiologi
dan aktivitas siswa dalam proses belajar.
dan guru-guru mata pelajaran sosiologi yang
Evaluasi:dilakukan untuk mengukur
melaksanakan pembelajaran di kelas tersebut.
kemampuan siswa dalam menyerap pelajaran.
Metode Analisis Data. Analisis data tentang
Eavaluasi dilakukan baik dari segi hasil belajar
hasil belajar siswa digunakan dengan penilaian
maupun aktivitas belajar dan karya siswa. Ketua
acuan patokan (PAP). Analisis data hasil sebelum
peneliti dan anggota peneliti (guru) bersama-sama
dan sesudah perlakuan/treatment digunakan rumus
mendiskusikan rekaman hasil dari pengamatan dan
Mean atau pencarian nilai rata-rata. Data yang
hasil evaluasi belajar siswa.
tidak bisa dianalisis dengan rumus statistik akan
Refleksi (Reflect): Pada tahap ini, kegiatan
dinarasikan kemudian diberi argumen.
yang dilakukan peneliti dan guru-guru adalah mengidentifikasi hal-hal yang telah dicapai dan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
yang belum dicapai. Ketua peneliti dan anggota
1. Penentuan Lokasi Penelitian
peneliti (guru-guru sosiologi) menelaah terjadinya
Tema utama penelitian ini adalah
kekurangan dan merumuskan kembali cara
peningkatan prestasi belajar sosiologi melalui
memperbaiki hal-hal yang kurang berhasil dalam
pembelajaran kreatif produktif. Peneliti menetapkan
melaksanakan pembelajaran sosiologi dengan
lokasi penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
pembelajaran kreatif dan produktif. Berdasarkan
pada siswa kelas IIII SMUN 4 Kota Bengkulu.
kekurangan pelaksanaan pembelajaran yang
Lokasi ini dipilih karena mitra peneliti (praktisi)
dilakukan, Ketua peneliti bersama anggota peneliti
mengajar pada sekolah dan kelas tersebut.
(guru sosiologi) melakukan revisi dan atau replaining pelaksanaan pembelajaran untuk siklus berikutnya Metode Pengumpulan Data: metode
2. Merencanakan Skenario Tindakan Pembelajaran Berdasarkan hasil wawancara dengan para
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
guru sosiologi SMU Kota Bengkulu, mereka telah
ini adalah: Observasi, Tes Hasil belajar, dokumentasi.
melakukan berbagai upaya pembelajaran yang
Observasi digunakan untuk mengumpulkan data
diharapkan mampu mencapai komptensi para
tentang tampilan guru saat melakukan pembelajaran
lulusan. Salah satu upaya pembelajaran yang mereka
ISSN 1412-565X
25
(termasuk guru mata pelajaran Sosiologi SMUN 4
yang tergolong upper group students nampak
Kota Bengkulu) anggap andal adalah diterapkannya
memonopoli dalam kerja kelompok dan diskusi.
pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA) dengan metode kerja kelompok dan diskusi. Berdasarkan
Siklus I
hasil wawancara dan diskusi dengan para guru
Pada siklus I, materi pembelajaran yang
Sosiologi SMU tersebut diperoleh informasi bahwa
dipelajari adalah tentang “hakekat penelitian,
melalui metode kerja kelompok dan diskusi yang
topik penelitian, perumusan masalah penelitian
dilakukan menunjukkan hasil bahwa para siswa
dan sampel penelitian”. Dalam siklus I ini skenario
yang pintar (upper group students) semakin pintar
model pendekatan pembelajaran kreatif produktif
dan yang bodoh (lower group students) semakin
dilakukan dengan langkah-langkah sebagi berikut.
bertambah bodoh. Prestasi belajar yang diperoleh
Kegiatan Pendahuluan.guru memberikan gambaran
para siswa juga menunjukkan gap yang lebar antara
secara singkat tentang hakekat penelitian, topik
siswa yang tergolong upper group students dengan
penelitian, perumusan masalah penelitian dan
para siswa yang tergolong berkemampuan relatif
sampel penelitian. Tahap orientasi dan eksplorasi:
rendah. Fenomena lain menunjukkan bahwa para
(1) siswa diberi tugas secara kelompok menggali
siswa yang tergolong upper group students nampak
pengertian topik penelitian, rumusan masalah,
semakin meningkat prestasi hasil belajarnya,
cara-cara pengambilan sampel dalam buku-buku
sementara yang midle group students ke bahwah
penelitian; (2) siswa dibagai ke dalam kelompok
nampak belum ada peningkatan dan bahkan
dengan masing-masing kelompok beranggotakan
cenderung berprestasi belajar rendah. Hanya mereka
6 sampai dengan 8 orang. Dalam kelompok siswa:
yang tergolong upper group students saja yang
(a) menggali informasi dari buku tentang pengertian
relatif mencapai target kompetensi yang diharapkan,
topik penelitian, rumusan masalah, syarat-syarat
sementara yang lain cenderung sangat rendah. Hal
perumusan masalah, cara-cara pengambilan sampel
ini nampak ketika dihadapkan pada soal-soal dan
dalam buku-buku penelitian; (b) mengerjakan tugas
tugas-tugas penguasaan pengetahuan tingkat C3
untuk memilih masalah penelitian yang menarik
ke atas (aplikasi, analisa, sentesa dan evaluasi)
minat dan merumuskannya; (c) memilih teknik
sangat mengalami kesulitan. Rendahnya prestasi
pengambilan sampel. Tahap Interpretasi: (a) dalam
belajar yang mereka miliki atau target kompetensi
kelompok siswa mencari contoh-contoh topik
yang diharapkan disebabkan penerapan metode
penelitian, rumusan masalah, cara-cara pengambilan
kerja kelompok dan diskusi memiliki fenomena
sampel dalam buku-buku penelitian; (b) siswa
bahwa proses belajar yang terjadi secara aktif hanya
memaparkan hasil kerja kelompok; (c) siswa
mereka yang termasuk upper group mulai dari
lain menanggapi hasil kerja tiap-tiap kelompok.
kegiatan merencanakan, melaksanakan (diskusi)
Tahap Re-kreasi: (a) siswa mencari contoh-contoh
dan melaporkan hasil tugas yang diberikan oleh
topik penelitian, rumusan masalah, cara-cara
guru. Sementara mereka yang temasuk midle group
pengambilan sampel yang terjadi di masyarakat;
ke bawah hanya cenderung sebagai pelengkap
(b) siswa mendiskusikan di kelas contoh-contoh
dan titip nama dalam laporan tugas. Para siswa
yang dibuat oleh masing-masing siswa; (c) siswa
26
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 12 No. 2, Oktober 2011
secara bersama menyimpulkan mana-mana contoh-
antara mereka kurang aktif, kurang mampu menilai
contoh yang dibuat dirasakan benar. (d) siswa
apakah rumusan masalah dan teknik pengambilan
bersama guru menilai kebenaran contoh-contoh
sampel yang dilakukan itu suadah benar atau
yang disimpulkan berdasarkan konsep dan teori
belum serta kurang mampu mengembangkan
yang dipelajari. Kegiatan penutup dan evaluasi:
rumusan-rumusan masalah yang lain. Siswa yang
(a) bersama guru, siswa menyimpulkan hasil kerja;
aktif berdiskusi adalah mereka yang benar-benar
(b) memberi kesempatan siswa untuk menanggapi
melakukan penggalian informasi dari berbagai
proses pembelajaran yang baru saja dilakukan; (c)
buku, surat kabar atau majalah yang berkaitan
evaluasi hasil belajar yang dilakukan selama proses
dengan perumusa masalah penelitian. Demikian
dan pada akhir pembelajaran.
juga yang mampu merumusakn masalah, mencari
Berdasarkan skenario yang disepakti
contoh masalah, dan menerapkan teknik-teknik
bersama, praktisi (guru/peneliti anggota) melakukan
pengambilan sampel berdasarkan masalah yang
pembelajaran sementara peneliti melakukan
dirumuskan. Mereka yang berprestasi adalah
pengamatan. Setelah evaluasi formatif dilaksanakan,
mereka yang benar-benar melakukan penggalian
peneliti bersama praktisi/anggota peneliti melakukan
informasi dari berbagai sumber. Kesulitan secara
refleksi atas kegiatan dan hasil pembelajaran yang
umum adalah terdapat kegiatan siswa untuk
telah dilakukan. Adapun rata-rata hasil evaluasi
melakukan rekreasi dalam merumuskan masalah
pembelajaran (baik hasil penilaian atas hasil kerja
dan menerakpkan teknik pengambilan sampel
siswa dari hasil pengamatan lapangan, keaktifan
atas dasar masalah yang mereka rumuskan sendiri
individu dalam diskusi kelompok, hasil kerja
atas data perisstiwa di masyarakat. Pada siklus 1
kelompok, maupun hasil tes) hanya mencapai
ini peneliti bersama praktisi menemukan sesuatu
rata-rata nilai 71,52. Hasil ini secara lengkap dapat
yang sangat penting untuk diperhatikan bahwa (1)
dilihat pada tabel 1.
partisipasi siswa dalam kerja kelompok atau dalam
Berdasarkan refleksi yang dilakukan,
proses masyasrakat belajar (learning community)
ditemukan informasi sebagai berikut. Para siswa
akan terbentuk apabila para siswa memiliki berbagai
melakukan pengamatan menyimpang dari perintah
pengalaman fakta yang ia temukan dan hayati secara
peneliti/guru yakni satu kelompok terdiri dari 6-8
langsung dari hasil kerja penggalian informasi pada
orang. Hanya beberapa siswa yang benar-benar
berbagai sumber informasi; (2) para siswa yang
melakukan penggalian informasi dari buku tentang
memiliki berbagai pengalaman dalam penggalian
pengertian topik penelitian, rumusan masalah,
informasi dari berbagai sumber lebih mampu
syarat-syarat perumusan masalah, cara-cara
me-rekreasi secara produktif dan mengevaluasi
pengambilan sampel dalam buku-buku penelitian.
atau menilai suatu hasil kerja itu telah benar
Para siswa melakukan pennggalian
atau belum dibandingkan dengan mereka yang
informasi secara tidak cermat, akibatnya mereka
tidak memiliki berbagai pengalaman penggalian
kurang menguasai bagaimana merumuskan
informasi dari berbagai sumber; (3) Para siswa
masalah, memilih teknik pengambilan sampel
mengalami kesulitan untuk mngembangkan contoh-
sehingga ketika diskusi kelompok, banyak di
contoh perumusan masalah dan penerapan teknik
ISSN 1412-565X
27
pengambilan sampel di luar yang ia pelajari dari Tahap Re-kreasi: (a) secara individul, siswa buku atau sumber informasi. Dengan kata lain
mencari contoh-contoh jenis data, dan memilih
mereka mengalami kesulitan untuk me-rekreasi
metode pengumpulan data yang mereka lakukan
contoh-contoh baru di luar yang ada di buku atau
di masyarakat; (b) di dalam kelompoknya, siswa
sumber informasi yang ia pelajari. Berdasarkan
mendiskusikan di kelas contoh-contoh yang dibuat
hasil refleksi yang telah dilakukan, peneliti
oleh masing-masing siswa; (c) siswa secara bersama
bersama praktisi menyusun skenario tindakan
menyimpulkan mana-mana contoh-contoh yang
proses pembelajaran uktuk sikulus II dengan materi
dibuat dipandang benar; (d) siswa bersama guru
pembelajaran tentang “data, jenis data, syarat-
menilai kebenaran contoh-contoh yang disimpulkan
sayarat data, dan metode pengumpulan data.”
berdasarkan konsep dan teori yang dipelajari. Sementara guru mamantau ketika siswa belajar
Siklus II
(baik secara individu maupun kelompok) dan
Berdasarkan hasil pengamatan, penilaian
memberikan bimbingan ketika mereka mengalami
dan refleksi pada siklus I, penelitian dilanjutkan
kesulitan. Kegiatan penutup dan evaluasi: (a)
pada siklus II dengan skenario tindakan proses
bersama guru siswa menyimpulkan pelajaran; (b)
pembelajaran sebagai berikut. Kegiatan
memberi kesempatan siswa untuk menanggapi
Pendahuluan: guru memberikan gambaran secara
proses pembelajaran yang baru saja dilakukan; (c)
singkat tentang hakekat data, jenis data, syarat-
evaluasi hasil belajar yang dilakukan selama proses
sayarat data, dan metode pengumpulan data. Tahap
dan pada akhir pembelajarann dengan menggunakan
orientasi dan eksplorasi: (a) siswa diberi tugas
instrumen sebagaimana terlampir.
secara individual menggali pengertian data, jenis
Berdasarkan skenario yang dispakati,
data, syarat-sayarat data, dan metode pengumpulan
praktisi melaksanakan pembelajaran, sementara
data dalam buku-buku penelitian; (b) siswa
peneliti melakukan pengamatan. Selanjutnya
dibagai ke dalam kelompok dengan masing-masing
praktisi bersama peneliti melakukan refleksi dan
kelompok beranggotakan 6 sampai dengan 8 orang;
evaluasi. Berdasarkan refleksi dan evaluasi yang
(c) dalam kelompok siswa berdiskusi tentang hasil
dilakukan bersama, ditemukan informasi bahwa
penggalian pengertian jenis data, syarat-sayarat
dalam proses diskusi para siswa nampak serius
data, dan metode pengumpulan data. Tahap
dan aktif, partisipasi setiap siswa dalam diskusi
Interpretasi: (a) secara individu, siswa mencari
cukup tinggi, suasana diskusi hidup, karena
contoh-contoh jenis data, syarat-sayarat data, dan
setiap siswa melihat, menginterpretasi, mencerna,
metode pengumpulan data yang dicontohkan dalam
memperoleh konsep dan contoh dari hasil usaha
buku; (b) dalam kelompoknya siswa berdiskusi
dan pencarian yang dilakukan sendiri, siswa lebih
tentang hasil pencarian contoh-contoh jenis data,
mudah mengaplikasi dan mengkreasi konsep
syarat-sayarat data, dan metode pengumpulan
serta contoh, serta menilai kebenaran contoh dan
data yang dicontohkan dalam buku; (c) siswa
hasil re-kreasi konsep yang mereka lakukan, hasil
memaparkan hasil kerja kelompok; (d) siswa
evaluasi meningkat dibanding hasil tes pada siklus
lain menanggapi hasil kerja tiap-tiap kelompok.
I. Pada siklus I, prestasi belajar para siswa (baik
28
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 12 No. 2, Oktober 2011
hasil penilaian atas hasil kerja dalam penggalian
dicontohkan dalam buku; (b) dalam kelompoknya
konsep, interpreatsi dan re-kreasi, keaktifan
siswa berdiskusi tentang hasil pencarian contoh-
individu dalam diskusi kelompok, hasil kerja
contoh pengelolahan data dan penyusunan
kelompok, maupun hasil tes) hanya mencapai rata-
laporan yang dicontohkan dalam buku; (c) siswa
rata nilai 71,52 sedangkan pada siklus II prestasi
memaparkan hasil kerja kelompok; (d) siswa lain
belajar mereka meningkat menjadi 78, 82. Namun
menanggapi hasil kerja tiap-tiap kelompok. Tahap
demikian hasil belajar siswa belum juga memuaskan
Re-kreasi: (a) secara individul, siswa mencari
karena para siswa masih mengalami kesulitan
contoh-contoh pengelolahan data dan penyusunan
dalam menilai kebenaran hasil kerja mereka. Oleh
laporan yang mereka lakukan di masyarakat; (b)
karenanya setelah praktisi melihat para siswa
dalam kelompoknya, siswa mendiskusikan di kelas
masih mengalami kesulitan dalam menilai hasil
contoh-contoh yang dibuat oleh masing-masing
kerja mereka guru memberikan bimbingan. Hasil
siswa; (c) siswa secara bersama menyimpulkan
evaluasi belajar para siswa pada siklus II juga dapat
mana-mana contoh-contoh yang dibuat dipandang
dilihat pada tabel 1. Berdasarkan hasil refleksi
benar; (d) siswa bersama guru menilai kebenaran
pada siklus II, peneliti bersama anggota peneliti
contoh-contoh yang disimpulkan berdasarkan
menyusun perbaikan pembelajaran untuk siklus III.
konsep dan teori yang dipelajari. Sementara guru
Materi pembelajaran pada siklus III adalah tentang
mamantau ketika siswa belajar (baik secara individu
“ Pengelolahan Data dan Penyusunan Laporan.”
maupun kelompok) dan memberikan bimbingan ketika mereka mengalami kesulitan dalam mere-
Siklus III
kreasi contoh-contoh dan aplikasi serta menilai hasil
Berdasarkan hasil pengamatan, penilaian
re-kreasi mereka. Kegiatan penutup dan evaluasi:
dan refleksi pada siklus II, penelitian dilanjutkan
(a) bersama guru siswa menyimpulkan pelajaran;
pada siklus III dengan skenario tindakan
(b) Memberi kesempatan siswa untuk menanggapi
proses pembelajaran sebagai berikut. Kegiatan
proses pembelajaran yang baru saja dilakukan.
Pendahuluan: guru memberikan gambaran secara
Berdasarkan skenario yang dispakati,
singkat tentang pengelolahan data dan penyusunan
praktisi melaksanakan pembelajaran, sementara
laporan. Tahap orientasi dan eksplorasi: (a)
peneliti melakukan pengamatan. Selanjutnya
siswa diberi tugas secara individual menggali
praktisi bersama peneliti melakukan refleksi dan
pengertian pengelolahan data dan penyusunan
evaluasi. Berdasarkan refleksi dan evaluasi yang
laporan dalam buku-buku penelitian; (b) siswa
dilakukan bersama, ditemukan informasi bahwa
dibagai ke dalam kelompok dengan masing-
dalam proses diskusi para siswa nampak serius
masing kelompok beranggotakan 6 sampai dengan
dan aktif, partisipasi setiap siswa dalam diskusi
8 orang; (c) dalam kelompok siswa berdiskusi
cukup tinggi, suasana diskusi hidup, karena
tentang hasil penggalian pengertian pengelolahan
setiap siswa melihat, menginterpretasi, mencerna,
data dan penyusunan laporan. Tahap Interpretasi:
memperoleh konsep dan contoh dari hasil usaha
(a) secara individu, siswa mencari contoh-contoh
dan pencarian yang dilakukan sendiri, siswa lebih
pengelolahan data dan penyusunan laporan yang
mudah mengaplikasi dan mengkreasi konsep serta
ISSN 1412-565X
29
contoh, serta menilai kebenaran contoh dan hasil re-
contoh dan aplikasi serta menilai kebenaranan
kreasi konsep yang mereka lakukan, hasil evaluasi
hasil re-kreasi yang mereka lakukan. (3) Melalui
meningkat dibanding hasil tes pada siklus I dan II.
pendekatan pembelajaran kreatif dan produktif
Pada siklus I, prestasi belajar para siswa (baik hasil
dalam pembelajaran Sosiologi secara terbimbing,
penilaian atas hasil kerja dalam penggalian konsep,
diskusi kelompok maupun diskusi kelas nampak
interpreatsi dan re-kreasi, keaktifan individu dalam
lebih hidup, partispasi masing-masing anggota
diskusi kelompok, hasil kerja kelompok, maupun
kelompok dalam diskusi cukup tinggi, siswa lebih
hasil tes) hanya mencapai rata-rata nilai 71,52
mudah merekreasi konsep, contoh, aplikasi dan
sedangkan pada siklus II prestasi belajar mereka
menilai kenberannya. Pendekatan pembelajaran
meningkat menjadi 78,82. Sedangkan pada siklus III
kreatif dan produktif yang dilakukan secara
rata-rata prestasi belajar mereka meningkat menjadi
terbimbing para siswa juga mampu menilai hasil
82,45 . Hasil evaluasi belajar pada siklus III juga
rekreasi yang mereka lakukan secara secara lebih
dapat dilihat pada tabel 1.
mudah.
PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh bahwa prestasi belajar siswa kelas XII.1 SMUN 4 Kota Bengkulu pada mata pelajaran sosiologi dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kreatif dan produktif. Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi bersama antara peneliti dan praktisi ditemukan bahwa (1) partisipasi siswa dalam kerja kelompok akan terbentuk apabila para siswa memiliki berbagai pengalaman penggalian sendiri dari berbagai sumber belajar yang ia temukan dan hayati secara langsung terkait dengan topik yang dibicarakan dalam kerja/diksusi kelompok atau masyarakat belajar; (2) para siswa yang memiliki berbagai pengalaman interpretasi atas hasil penggalian sendiri lebih mampu mere-kreasi konsep, contoh dan aplikasi serta menilai hasil re-kreasi yang mereka lakukan. Oleh karenanya para siswa perlu benar-benar melakukan penggalian sendiri secara lebih serius apabila para siswa benarbenar diharapkan mampu mere-kreasi konsep,
30
Melalui pendekatan CTL dan struktur pengetahuan dalam pembelajaran prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dari rata-rata hasil belajar kelas berkisar 62 sampai dengan 63 menjadi 85,2. Ini berarti bahwa para guru tidak boleh puas dengan prestasi belajar para siswa yang dicapai selama ini yakni rata-rata prestasi belajar mereka hanya mencapai 62 sampai dengan 63. Seorang guru bisa merekayasa proses pembelajaran atau menciptakan kondisi belajar yang mereka lakukan sedimikian rupa untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
hasil pembelajaran yang dilakukan.
Prestasi belajar siswa akan meningkat apabila guru mampu menciptakan kondisi atau lingkungan belajar atau proses pembelajara yang kondusif. (Gagne, 1985). Proses pembelajaran dikatakan kondusif apabila proses pembelajaran yang diterima siswa itu menarik, tidak membosankan dan peserta didik aktif terlibat dalam proses belajar. Peserta didik tidak hanya mendengar informasi, tetapi ia aktif terlibat melihat, mencari dan menemukan informasi. Selain itu ia juga terlibat secara dalam Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 12 No. 2, Oktober 2011
menyusun informasi menjadi konsep, meningkat
dari yang kongkret menuju ke abstrak, sehingga
ke generalisasi dan teori. Melalui proses ini
memudahkan siswa dalam belajar yang sesuai
pencapaian kognitif hasil beljar siswa tidak hanya
dengan taraf dan proses belajar manusia. Melalui
sampai pada C1 (pengetahuan yang bersifat recall
pendekatan ini para siswa mengalami proses belajar
), C2 (pemahaman) maupun C3 (aplikasi) namun
sendiri untuk mengkonstruksi pengetahuan.
lebih jauh dari itu. Perkembangan kognitif mereka
Melalui pendekatan CTL dan struktur
mampu sampai pada taraf C4 (anlisis), C5 (sinteses)
pengetahuan dalam pembelajaran memungkinkan
dan bahkan sampai C6 (evaluasi). Proses-proses
siswa mampu memhami secara nyata antara
itu semua terjadi dalam proses pembelajaran
pengetahuan riil dalam dunia nyata (kehidupan
yang menggunakan pendekatan CTL dan struktur
di masyarakat) dengan pengetahuan konseptual
pengetahuan yang diterapkan dalam penelitian.
yang diperoleh di sekolah dan penerapannya di
Pada proses pembelajaran yang
masyarakat. Dalam konsep ini siswa belajar melalui
menggunakan pendekatan CTL dan struktur
kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan
pengetahuan yang diterapkan pada penelitian
yang alamiah. Mereka belajar dari mengamati,
tindakan kelas ini mampu membuktikan bahwa
mengumpulkan fakta, mengkonstruksi sendiri
perkembangan kognitif siswa mampu ditingkatkan
pengetahuan, kemudian memberi makna pada
sampai taraf C6 (evalausi). Pada penelitian ini
pengetahuan itu. Dalam proses belajar, para siswa
skenario pembelajaran dilakukan sebagai berikut:
akan melihat, mengumpulkan fakta, menganalisa
(a) Penjelasan umum materi pembelajaran yang
dan menyimpulkan serta memikirkan bagaimana
akan disampaikan; (b) para siswa disuruh melakukan
penerapannya di bawah bimbingan guru. Pendekatan
pengamatan di lapangan (dengan pedoman
pembelajaran ini pengetahuan yang dikuasai anak
pengmatan yang telah disediakan oleh peneliti)
bukanlah seperangkap fakta dan konsep yang siap
secara individual di lingkungan tempat tinggalnya;
diterima, tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi
(c) siswa mengumpulkan hasil pengmatan ke
sendiri oleh siswa. Dengan cara ini memungkinkan
peneliti/guru; (d) hasil pengamatan di lapangan
siswa memeperoleh pengetahuan bukan hanya tahu
didiskusikan secara kelompok untuk membentuk
dan faham dari apa yang diberikan oleh guru tetapi
konsep dan generalisasi. Dengan bimbingan guru,
sampai mereka mampu menerapkan, menganalisa,
siswa secara berkelompok diajak berdiskusi untuk
mengorganisir dan mengevaluasi apakah suatu
mengkonstruksi konsep dan generalisasi materi
konsep, generalisasi dan teori itu sesuai dengan
pembelajaran. Pada tahap ini guru mengajak
fakta atau data di lapangan atau tidak. (Numan
masing-masing kelompok berdiksusi secara lebih
Somantri, 2001). Dengan pembelajaran model
intensif bukan hanya sampai mengklasifikasi data
CTL siswa telah mudah mencerna materi dan lama
dan membuat generalisasi namun diharapkan
tersimpan dalam memori. Hal ini disebabkan siswa
masing-masing kelompok sampai memperoleh
belajar mulai dari yang mudah ke yang sulit, dan
label-label yang kokoh atas data yang telah
dari yang kongkret ke yang abstrak.
ISSN 1412-565X
31
diklasifikasikan. Pada saat siswa berdiskusi secara
Temuan dalam proses pembelajaran ini
berkelompok guru membantu para siswa yang
sesuai dengan pendapat Gagne (1985) dan Bandura
mengalami kesulitan untuk membentuk konsep
(1986) yang mengatakan bahwa hasil belajar
atas data yang telah diklasifikasikan dengan cara
siswa (the out come of learning) yang berupa
memancing-mancing, memebrikan instilah-istilah
perkembangan kemampuan dan ketrampilan siswa
yang serupa atau bahasa yang sederhana agar
akan ditentukan oleh hasil interaksi antara kondisi
mereka memperoleh padanan kata dengan label-
internal belajar (internal condistions of learning)
label yang tepat terhadap data-data yang telah
siswa yang berupa kondisi dan proses kognitif
diklasifikasikan. Melalui cara ini diharapkan para
siswa (the larner’s insternal states and cognitive
siswa terbentuk insight untuk mampu menemukan
processes) dengan kondisi eksternal belajar
istilah-istilah yang tepat dalam memberikan label
(external conditiosn of learning) yang berupa
terhadap data yang telah diklasifikasikan; (e)
stimulus lingkungan (stimuli from the environment).
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
Prestasi belajar rendah menjadi meningkat karena
diskusi; (f) guru bersama siswa menyusun simpulan;
pendekatan CTL dan struktur pengetahuan dalam
(g) peneliti melakukan pengamatan, evaluasi (tes)
proses pembelajaran yang dilakukan guru mampu
dan sekaligus refleksi.
meningkatkan motivasi, kemauan, daya serap dan
Skenario pembelajaran yang demikian mampu
tingkat konsentrasi siswa. Ini terjadi karena dalam
menumbuhkan semangat siswa untuk belajar
proses belajar siswa memperoleh pengetahuan
karena mereka secara bersama-sama tidak hanya
secara bertahap sebagaimana halnya model struktur
mendengar informasi tetapi ia secara aktif melihat
pengetahuan itu terbentuk yaitu mulai dari fakta, ke
dan berbuat langsung atas fakta yang mereka
konsep dan akhirnya ke generalisasi dan atau teori
pelajari. Dengan bimbingan guru para siswa
(Savage and Amstrong, 1996; Numan Somantri,
memproses sendiri fakta ke dalam bentuk klasifikasi
2001). Dengan cara ini memungkinkan siswa
menjadi konsep, generalisasi dan teori. Dengan
belajar dengan lebih mudah dan bermakna karena
kata lain proses pembelajaran ini tidak hanya
ia belajar mulai dari konteks riil yang dilihat dan
mengaktifkan sebagian diri siswa yang belajar
didengar dilingkungannya atau mulai dari yang
tetapi mereka belajar secara total atas dirinya yang
kongkret dan secara bertahap menuju ke abstrak,
dilakukan sendiri. Proses didukung oleh teori gestalt
dari sederhana menuju ke yang komplek. Dengan
yang menyatakan bahwa proses belajar dilakukan
demikian, melalui pendekatan pembelajaran CTL
secara total oleh yang belajar akan meningkatkan
dan model struktur pengetahuan sosial ini para
pemahaman secara utuh. Hal ini disebabkan karena
siswa mengalami proses belajar sendiri mulai dari
seluruh indra siswa sebagai pintu gerbang masuknya
melihat atau mendengar fakta, mengumpulkan
dan terbentuknya pengetahuan dalam diri siswa
fakta, menganalisa, mengkonstruksi fakta menjadi
bekerja belajar. Selain itu melalui pendekatan
konsep dan generalisasi serta teori dan bahkan
pembelajaran ini siswa mengalami proses belajar
menilai konsep, generalisasi dan teori itu sesuai
32
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 12 No. 2, Oktober 2011
dengan faktanya atau tidak. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan pembahasan temuan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Preatsi belajar siswa dapat ditingkatkan prestasi belajarnya dengan integrasi penerapan CTL dan model struktur pengetahuan; (2) Integrasi model pembelajaran ini dapat dilakukan dengan cara: siswa (a) diberikan penjelasan umum tentang materi pembelajaran; (b) diajak mencari, melihat, memilih dan mengumpulkan fakta-fakta dalam dunia nyata; (c) mengklasifikasi fakta; (d) dibimbing berdiskusi untuk menyusun konsep dan melabeli data yang telah terklasifikasi, (e) menyeusun gneralisasi dan teori berdasarkan fakta yang diperoleh. (3) melalui integrasi pendekatan CTL dan struktur pengetahuan dalam pembelajaran mampu meningkatkan komptensi kognitif para siswa dalam belajar sosiologi bukan hanya sampai taraf C1, C2 dan C3
atas konsep dan generalisasi yang mereka rumuskan. SARAN Dalam rangka meningkatkan kompetensi kognitif siswa dalam belajar sosiologi sampai pada taraf analisis, sintesis dan evaluasi, para guru sosiologi dapat menerapkan pendekatan integrasi CTL dan struktur pengetahuan dengan skenario sebagai berikut: (1) penjelasan umum materi pembelajaran yang akan disampaikan; (2) para siswa melakukan pengamatan di lapangan (dengan pedoman pengmatan yang telah disediakan oleh peneliti) secara individual di lingkungan tempat tinggalnya; (3) siswa mengumpulkan hasil pengmatan ke peneliti/guru; (4) hasil pengamatan di lapangan didiskusikan secara kelompok untuk membentuk konsep dan generalisasi; (5) dengan bimbingan guru, para siswa menyusun konsep dan generalisasi; (6) masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi; (7) guru bersama siswa menyusun simpulan.
namun sampai taraf analsis, sintesis dan evaluasi
DAFTAR PUSTAKA A. Forum Brieft, 1999. Contextually Based Learning: Fad or Proven Practice. Tttp;/www.aypf.org/forumbreif/1999/ fbo70999.htm
Badeni dan Sri Lestari, 2004. Peningkatan Prestasi Belajar Sosiologi Melalui Pendekatan Contextual Teaching Learning (CTL) dan Model Struktur Pengetahuan Para Siswa SMU. Laporan Penelitian (tidak dipublikasikan) Bandura, A., 1982b. Self-efficay mecahanism of agenscy. American Psychologist, 37, 122-147. Baron, A.E, Et.al. (2002). Technologies for Education: A Practical Guide. 4th.Ed. Greenwood Village,CO. Libraries Limited. Black, S. (2003). The Creative Classroom. American School Board Journal September 2003, p.68-70 Coopersmith, S dan Ronald Feldman, 1983. Fostering a Positive Self-Concept and High Self-Esteem in The Clasroom, New York: Harper and Row Publishers. ISSN 1412-565X
33
Depdiknas Ditjen Pendidikan Dasar dan Menegah, 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching Learning), Jakarta: Depdiknas. Gagne, R.M., 1985. The Condition of Learning , New York: Gagne, R.M. and Briggs, L.J., 1979. Principles of Instructional Design, New York: Holt, Rinerhart, and Winston. Mc. Taggart R., 1993. Action Research a Shot Modern History, Victoria : Deakin University Press Muhamad Numan Somantri, 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: Rosda Karya. Murphy, E. (1997). Constructivisme from Philoshopy to Practice, Available at http:/www.stemnef.nf.cal/-emurphy/ cle.html. Nana Sudjana & Daeng Arifin, 1988. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Nur’ani, 1997. Intervensi Dini Bagi Anak Bermasalah, Jakarta, PT Rineka Cipta. Oja S.N. & Smulyan L., 1989. Collaborative Action Research: a Developmental Approach, London: The Falmer Press Robert D. Carpenter MD, 1991. Cerdas : Cara Mengatasi Problema Belajar, Semarang: Dahara Prize Rochmat Wahab dan Solehuddin, 1999. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik, Jakarta : Departemen pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar Muhamad Numan Somantri, 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: Rosda Karya. Savage, Tom V. And Amstrong, David G, 1996. Effective Elementary Social Studies, New Jersey : Prentice Hall Sri Anitah & Noorhadi, 1990. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Penerbit Karunia Jakarta Universitas Terbuka. Sunaryo Karta Dinata dkk, 1999. Bimbingan di Sekolah Dasar, Jakarta : Departemen pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar
BIODATA SINGKAT Penulis adalah Dosen Universitas Bengkulu
34
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 12 No. 2, Oktober 2011