DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 156
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA TENTANG PERKALIAN BILANGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 2 KALITENGAH Umbar Rumanti*) NIP 19630407 198405 2 004 SD Negeri 2 Kalitengah UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang *)
e-mail:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar Matematika materi perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka di kelas II SD Negeri 2 Kalitengah Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Tujuan penelitian ini yaitu ingin menigkatkan prestasi belajar Matematika di kelas II SD Negeri 2 Kalitengah. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas metode Make A Match. Penelitian dilakukan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah kelas II sebanyak 22 anak terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan, penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun pelajaran 2015/2016 antara bulan Januari s.d April 2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui metode Make A Match dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika materi perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka. Hal ini tampak dari nilai rata-rata kelas yang pada awalnya hanya 59 dengan ketuntasan 27%, padasiklus I nilai rata-rata kelas 68 dengan ketuntasan 64%, kemudian pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 79 dengan ketuntasan belajar juga meningkat menjadi 91%. Kata kunci: Prestasi belajar, Model Make a match.
1.
Pendahuluan
Pada kenyataannya pembelajaran yang dilaksanakan di SD Negeri 2 Kalitengah kurang memperhatikan faktor proses, pembelajaran berpusat ada guru, metode yang digunakan selalu monoton yaitu metode ceramah, alat peraga juga tidak dimanfaatkan secara maksimal, pembelajaran tidak menarik, sehingga perhatian siswa kurang, akibatnya prestasi yang diperoleh siswa sangat rendah. oleh karena itu guru harus memperbaiki keadaan tersebut, membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Sebagaimana pembelajaran Matematika di kelas II SD Negeri 2 Kalitengah Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang pada semester II tahun pelajaran 2015/2016 tentang perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka, prestasi belajar yang diperoleh rendah dan belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal pada pembelajaran awal. Dari 22 siswa hanya 6 siswa yang memperoleh nilai di atas KKM (Kriteria Keuntasan Minimal). Jadi yang mengalami ketuntasan hanya 27%. Sehingga sebagian besar siswa atau 73% siswa masih dinyatakan belum berhasil, karena nilai yang diperoleh di
bawah batas KKM pada mata pelajaran Matematika di SD Negeri 2 Kalitengah Kecamatan Pancur, yaitu 70. Harapan dari peneliti agar dalam pembelajaran Matematika dengan pokok bahasan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka ini siswa dapat tuntas 85% dengan nilai minimal sama dengan atau diatas KKM yaitu 70, dan dapat mengikuti proses pembelajaran dengan senang, menarik, dapat berbuat, berbicara, mengamati, menggambar dan memecahkan masalah dengan baik sesuai yang diharapkan. Untuk memecahkan masalah tersebut, penulis melakukan diskusi dengan teman sejawat yang nanti menjadi rekan kolaborator. Dari hasil diskusi penulis dan rekan kolaborator menemukan solusinya terhadap permasalah pembelajaran perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka di kelas II, dengan metode Make A Match.
2. Materi dan Metode 2.1. Materi Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah dasar yang menekankan pada kemampuan berhitung. Matematika mulai diperkenalkan pada siswa SD sejak dini yaitu mulai dari kelas 1 (satu), mengingat
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 157
begitu pentingnya matematika bagi anak SD. Matematika bagi anak SD berguna untuk kepentingan hidup dalam lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirnya dan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lainnya termasuk permasalahan sosial, ekonomi dan alam. Manfaat lain yang menonjol adalah matematika dapat membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang sistematis, logis dan kritis dengan penuh kecermatan. Namun pengembangan sistem atau model matematika itu tidak sejalan dengan perkembangan berpikir anak terutama pada siswa SD.
beda (tinggi, sedang, rendah). Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran make a match yang memiliki keunggulan siswa belajar mengenai suatu konsep atau topic dengan cara mencari pasangan dimana setiap siswa mendapat sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan yang sesuai kartu yang ia pegang dalam suasana yang menyenangkan.
2.2. Metode Matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelahan bentuk-bentuk atau struktur-struktur yang abstrak dan hubungan diantara hal-hal itu.untuk dapat memahami struktur serta hubungan-hubungannya diperlukan penguasaan tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika.matematika juga berkaitan dengan ide abstrak dan penggunaan simbol yang tersusun secara hirearkis dengan penalarannya yang deduktif dalam pembelajarannya menuntut kegiatan mental yang relatif tinggi.sedangkan tahap perkembangan berpikir anak usia SD belum formal dan relatif masih konkret ditambah lagi dengan faktor keanekaragaman intelegensitasinya serta jumlah populasi siswanya yang besar, menyebabkan pelajaran matematika di SD sulit untuk diterima oleh siswa. Perkalian merupakan topik yang sangat penting dalam pembelajaran matematika karena sangat sering dijumpai penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya opreasi yang lain, pembelajaran perkalian dipilih dalam dua hal, yaitu perkalian dasar dan perkalian lanjut. Perkalian dasar yang dimaksud adalah perkalian dari dua bilangan yang masing – masing merupakan bilangan satu angka, sedangkan perkalian lanjut adalah perkalian selain perkalian dua bilangan satu angka. Jadi dapat berupa perkalian bilangan dua angka dengan bilangan satu angka, bilangan satu angka dengan bilangan dua angka, bilangan tiga angka dengan bilangan satu angka, bilangan tida angka dengan bilangan dua angka dan seterusnya ( Marsudi dkk, 2009 ) Metode pembelajaran make a match merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Model pembelajaran make a match yaitu model pembelajaran mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal dari kartu yang dimiliki sebelum batas waktu yang ditetapkan. Pada model pembelajaran make a match sangat diperlukan ketelitian, kecermatan, ketepatan dan kecepatan siswa untuk mencari pasangan dari kartu yang dimilikinya. Make a match termasuk dalam model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-
Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan, mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan April 2016. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada hari efektif sesuai dengan jadwal jam pelajaran. Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Kalitengah Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas II SD Negeri 2 Kalitengah tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 22 siswa. Sumber data adalah siswa, sebagai subjek penelitian. Data yang dikumpulkan dari siswa meliputi data hasil tes tertulis. Tes tertulis dilaksanakan pada setiap akhir siklus yang terdiri atas materi perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka. Selain siswa, penulis juga menggunakan teman sejawat guru kelas sebagai sumber data. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Tes tertulis digunakan pada akhir siklus I dan siklus II, Sedangkan Teknik non tes meliputi teknik observasi dan dokumentasi. Observasi digunakan pada saat pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I dan siklus II. Sedangkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data khususnya nilai mata pelajaran Matematika. Validasi data meliputi validasi hasil belajar dan validasi proses pembelajaran. a. Validasi hasil belajar Validasi hasil belajar dikenakan pada instrumen penelitian yang berupa tes. Validasi ini meliputi validasi teoretis dan validasi empiris. Validasi teoretis artinya mengadakan analisis instrumen yang terdiri atas tampilan tes, validitas isi dan validitas kostruksi. Validitas empiris artinya analisis terhadap butir-butir tes, yang dimulai dari pembuatan kisi-kisi soal, penulisan butir-butis soal, kunci jawaban dan kriteria pemberian skor. b. Validasi proses pembelajaran Validasi proses pembelajaran dilakukan dengan teknik triangulasi yang meliputi yaitu triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber dilakukan dengan observasi terhadap subjek penelitian yaitu siswa kelas II SD Negeri 2 Kalitengah dan kolaborasi dengan guru kelas III.
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 158
Triangulasi metode dilakukan dengan penggunaan metode dokumentasi selain metode observasi. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data pendukung yang diperlukan dalam proses pembelajaran Matematika. Analisis data mwnggunakan teknik analisis dekskriptif, yang meliputi: a. Analisis deskriptif komparatif b. Analisis deskriptif kualitatif Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang ditandai dengan adanya siklus, adapun dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Deskripsi Kondisi Awal Data hasil pembelajaran siswa pra siklus dengan materi perkalian bilangan yang hsilnya bilangan dua angka menunjukkan hasil sebagai berikut: Tabel 1: Analisis Hasil Post Tes Materi Merkalian Bilangan Pra Siklus Nilai
40 50 60 70 80 90 100
Banyak 3 5 8 4 1 1 Siswa
Jml nilai
Rata Taraf K Jml rata Seraf K Siswa Kelas % M
- 1300 22 59 59 70
Ketuntasan Tuntas Belum Jml Jml % % Siswa Siswa
6 27
16 73
Berdasar Tabel 1, tampak bahwa nilai ketuntasan pembelajaran prasiklus adalah 27%, sedangkan siswa yang belum tuntas sebesar 73%.
3.2 Deskripsi Tiap Siklus 3.2.1 Deskripsi Siklus I a. Perencanaan Sebelum pelaksanaan pembelajaran penulis melakukan persiapan sebagai berikut: 1) Menyusun Rencana Pembelajaran dengan metode Make A Match. 2) Menyiapkan kartu angka sebagai alat peraga 3) Menyiapkan Lembar kerja Siswa 4) Menyiapkan Lembar Observasi aktivitas siswa dan guru, serta alat tes akhir. b. Pelaksanaan Pelaksanaan Pembelajaran siklus I diamati dengan lembar pengamatan oleh teman sejawat. Pengamatan difokuskan aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. Aspek-aspek tingkah laku guru dan siswa secara rinci dapat dilihat pada setiap lampiran RPP.
1) Kegiatan awal a) Guru mengondisikan siswa lalu menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka b) Guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab yang berkaitan dengan materi perkalian bilangan c) Guru menghubungkan apersepsi dengan materi yang akan disampaikan d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai 2) Kegiatan inti a) Guru mengelompokkan peserta didik menjadi beberapa kelompok yang heterogen (beragam). Tiap kelompok terdiri atas 4-6 siswa. b) Guru membagikan bahan ajar untuk didiskusikan oleh kelompok. c) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisikan beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lain kartu jawaban. d) Pecahkan siswa menjadi dua kelompok, misalnya menjadi kelompok A dan kelompok B. e) Bagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B. f) Setiap siswa mendapat sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. g) Tiap siswa memikirkan jawaban /soal dari kartu yang dipegang. h) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. i) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. j) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan soal atau kartu jawaban) akan mendapat hukuman, yang telah disepakati bersama. k) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya demikian seterusnya l) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. m) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran. 3) Kegiatan penutup a) Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas. b) Guru dan siswa melakukan refleksi. c) Guru memberikan informasi tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 159
c. Pengamatan Tahap observasi Siklus I dilakukan bersamaan dengan tahap tindakan. Dalam tahap ini guru berperan sebagai penyampai materi sekaligus sebagai objek pengamatan. Selain sebagai observer aktifitas siswa guru merupakan objek pengamatan dari observer teman sejawat. Hal ini dilakukan agar obyektifitas penelitian ini memiliki kredibilitas yang tinggi. Pengamatan pada siswa difokuskan pada aktifitas siswa selama mengikuti pembelajaran. Sebab sikap siswa yang ditunjukkan akan mempengaruhi perolehan hasil belajarnya. Demikian pula motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran juga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran. Pengamatan oleh observer dilakukan pada teknik dan strategi pembelaran yang diterapkan guru. Kekurangan dan kelebihan pelaksanaan pembelajaran oleh guru data diketahui dari hasil pengamatan oleh teman sejawat sebagai observer. Hasil pengamatan tersebut dijadikan dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya. d. Refleksi Refleksi merupakan langkah instrospeksi terhadap kelemahan pembelajaran yang telah dilakukan. Tahap refleksi siklus I ini dilakukan dengan mengadakan diskusi dari peneliti, guru observer maupun pembimbing. Materi diskusi difokuskan pada kekurangan dan kelebihan tindakan yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran. Pada tahap refleksi ini juga dilakukan analisis terhadap data temuan selama observasi untuk mengetahui sejauh mana pencapaian tujuan telah dapat dicapai. Kegiatan refleksi akan terus dilakukan selama hasil perbaikan pembelajaran belum memenuhi tujuan yang diharapkan. Tahap refleksi ini juga digunakan untuk menyusun perencanaan pembelajaran pada siklus selanjutnya dengan menyempurnakan perencanaan pembelajarn pada siklus sebelumnya. Refleksi akan berakhir apabila tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai sesuai dengan harapan Hasil belajar siswa dalam post tes tampak dalam tabel tabel berikut Tabel 2: Analisis Hasil Post Tes Materi Merkalian Bilangan Siklus I NO
Tahap
1. SIKLUS I
Jumlah Siswa Yang Mendapat Nilai JumlNi Ratarata 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 lai -
-
-
-
3
5
9
3
2
-
1500
Persentase nilai a. Siswa yang belum tuntas 8 x 100% = 36 % 22
b. Siswa yang tuntas =
14 22
x 100% = 64 %
68
Berdasarkan tabel diatas, hasil belajar siswa melalui tes formatif ada peningkatan. Terlihat dari siswa yang mendapat nilai tuntas sebesar 64%, sedangkan yang belum tuntas berkurang menjadi 36%. Sedangkan ratarata nilai kelas mencapai 68. Walaupun demikian, tujuan penelitian ini belum tercapai, yaitu ketuntasan mencapai 75%. Hal ini juga didapat dari refleksi yang menyatakan hal-hal sebagai berikut: a. Nilai hasil belajar siswa siklus I, menjadi lebih meningkat. b. Nilai ketuntasan belajar siswa dari 27%, menjadi 64% hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan guru dalam perbaikan pembelajaran menunjukkan perubahan positif. Perbaikan pembelajaran pada penelitian ini akan dilanjutkan pada siklus II, karena tujuan penelitian belum berhasil mencapai tuntas 75%.
3.2.2 Deskripsi Siklus II 1. Perencanaan Sebelum pelaksanaan pembelajaran penulis melakukan persiapan sebagai berikut: 1) Menyusun Rencana Pembelajaran, yang menggunakan metode Make A Match 2) Menyiapkan kartu angka sebagai alat peraga. 3) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa 4) Menyiapkan Lembar Observasi aktivitaas guru dan siswa, dan alat tes akhir 2. Pelaksanaan 1) Kegiatan awal a) Guru mengondisikan siswa lalu menuliskan topik yang akan dipelajari yaitu perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka b) Guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab yang berkaitan dengan materi perkalian bilangan c) Guru menghubungkan apersepsi dengan materi yang akan disampaikan d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai 2) Kegiatan inti a) Guru membagikan bahan ajar untuk masingmasing siswa. b) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisikan beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lain kartu jawaban. c) Pecahkan siswa menjadi dua kelompok, misalnya menjadi kelompok A dan kelompok B. d) Bagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban kepada kelompok B. e) Setiap siswa mendapat sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. f) Tiap siswa memikirkan jawaban /soal dari kartu yang dipegang.
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 160
g) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. h) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin. i) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan soal atau kartu jawaban) akan mendapat hukuman, yang telah disepakati bersama. j) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya demikian seterusnya k) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok. l) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran. 3) Kegiatan penutup a) Guru membimbing siswa untuk merangkum materi yang telah dibahas. b) Guru dan siswa melakukan refleksi. c) Guru memberikan tes akhir siklus 2 kepada siswa d) Guru meminta lembar jawab siswa 3. Pengamatan Fokus observasi oleh guru pada siklus II diarahkan pada siswa yang pada uji kompetensi siklus I belum mencapai ketuntasan belajar. Perhatian ini ditujukan untuk mengetahui penyebab siswa tersebut mengalami kegagalan. Hal tersebut dilakukan agar guru segera dapat melakukan tindakan perbaikan pembelajaran secara tepat. Sedangkan observasi oleh observer dalan siklus II berfokus pada pengubahan strategi pembelajaran yang disampaikan oleh guru 4. Refleksi Refleksi siklus II dilakukan setelah guru melaksanan tindakan perbaikan pada siklus I. Refleksi dilaksanakan dengan melakukan analisa data-data temuan pada siklus I. Refleksi dilakukan dengan melibatkan teman sejawat yang telah melakukan observasi terhadap tindakan pada siklus I . Dalam refleksi siklus II ini akan dibahas perlu tidaknya dilakukan siklus III Secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus II berjalan cukup baik. Pengamatan hasil belajar siswa melalui tes formatif dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3: Analisis Hasil Post Tes Materi Merkalian Bilangan Siklus II NO
Tahap
1.
Siklus II
Jumlah Siswa Yang Mendapat Nilai JumlNi Ratarata 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 lai -
-
-
-
-
2
Persentase nilai a. Siswa yang belum tuntas b.
Siswa yang tuntas =
20 22
8 2 22
5
4
3
1740
x 100% = 9 %
x 100% = 91 %
79
Berdasarkan table di atas, hasil belajar siswa melalui tes formatif ada peningkatan. Terlihat dari siswa yang mendapat nilai tuntas sebesar 91%, sedangkan yang belum tuntas berkurang menjadi 9%. Sedangkan rata-rata nilai kelas mencapai 79. Tujuan penelitian ini sudah tercapai, yaitu ketuntasan mencapai 91%. Hal ini juga didapat dari refleksi yang menyatakan hal-hal sebagai berikut : a. Nilai hasil belajar siswa siklus II, menjadi meningkat. b. Nilai ketuntasan belajar siswa dari 64%, menjadi 91% hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan guru dalam perbaikan pembelajaran menunjukkan perubahan positif. c. Perbaikan pembelajaran pada penelitian ini akan selesai sampai pada siklus II, karena tujuan penelitian telah berhasil mencapai tuntas 91%.
3.3
Pembahasan
Hasil penelitian tentang hasil belajar siswa melalui tes formatif, pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru dalam materi perkalian bialngan yang hasilnya bilangan dua angka pada siswa kelas II SD Negeri 2 Kalitengah Kecamatan Pancur Kabupaten Rembang pada semester 2 tahun pelajaran 2015/2016, penulis paparkan sebagai berikut. a. Pengamatan tingkah laku siswa Hasil pengamatan tingkah laku siswa selama proses pembelajaran dapat dilihat dirinci menurut jenis-jenis prilaku menyimpang yang diamati oleh guru dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Siswa yang belum siap pembelajaran di dalam kelas pada Awal sebesar 45%, siklus I sebesar 23% dan pada siklus II sebesar 0%, artinya siswa berubah tingkah lakunya menjadi siap dalam pembelajaran di alam. 2) Siswa yang tidak aktif dalam kegiatan di dalam kelas pada Awal sebesar 36%, siklus I menjadi 18%, dan siklus II menjadi 9%, artinya siswa berubah tingkah lakunya menjadi aktif kegiatan di dalam kelas. 3) Siswa yang tidak aktif dalam kerja kelompok pada Awal sebesar 36%, siklus I menjadi 18%, sedang siklus II menjadi 0%, artinya siswa sadar akan pentingnya kerja kelompok dan keuntungan kerja kelompok bagi siswa. 4) Siswa yang tidak memperhatikan instruksi guru dalam mengerjakan LKS pada Awal sebesar 27%, siklus I menjadi 9%, siklus II menjadi 0%, artinya sisa sadar akan pentingnya instruksi guru dalam mengerjakan LKS. 5) Siswa yang tidak melaporkan hasil diskusi pada Awal sebesar 0%, siklus I menjadi 18%, dan siklus II menjadi 0%, artinya siswa makin berani dalam meyampaikan pendapat.
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 161
6) Siswa tidak bisa mengerjakan tugas dari guru pada Awal sebesar 36%, siklus I sebesar 18% dan siklus II menjadi 9%, artinya ada perubahan hasil belajar siswa menuju perbaikan. b. Pengamatan Aktivitas Guru Hasil pengamatan aktivitas guru yang diamati oleh teman sejawat dalam proses pembelajaran pada Pembelajaran Awal, siklus I, dan silklus II dapat dilihat pada table berikut : Tabel 4: Perubahan pembelajaran guru dalam materi perkalian bilangan pada Pembelajaran Awal, Siklus I, Siklus II No
Awal Ya Tidak sarana √ -
Prilaku yang Diamati
1 Mempersiapkan pembelajaran 2 Memberikan apersepsi yang menarik 3 Memotivasi siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran 4 Menggunakanvkartu angka dengan maksimal 5 Membentuk kelompok secara seimbang 6 Menyiapkan LKS yang terstruktur 7 Membimbing diskusi kelompok 8 Memberikan kegiatan di kelas yang bervariatif 9 Melibatkan siswa dalam proses pembelajaran 10 Mengajukan pertanyaan secara merata 11 Membimbing siswa dalam menyimpulkan materi pembelajaran 12 Melaksanakan evaluasi 13 Memberikan tindak lanjut Jumlah Persentase
Siklus I Ya Tidak √ -
Siklus II Ya Tidak √ -
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
-
√
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
√
-
√ -
√
√ √
-
√ √
-
-
√
-
√
√
-
-
√
-
√
√
-
-
√
-
√
√
-
√ √ 8 61
5 39
√ √ 10 77
3 23
√ √ 13 100
0 0
Sedangkan hasil belajar siswa melalui post tes pada materi perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka, tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah:
Tabel 5: Perbandingan tingkat Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa antara pra siklus, siklus I dan siklus II No 1 2 3
Kegiatan Pembelajaran Awal Siklus I Siklus II
Persentase Ketuntasan 27% 64% 91%
Berdasarkan tabel 5 tampak bahwa ketuntasan belajar siswa secara klasikal meningkat. Hal ini disebabkan oleh model pembelajaran yang menyenangkan dan dilakukan di dalam kelas dengan model Make A Match dan kartu angka sebagai alat peraga. Siswa selalu dalam kondisi yang menyenangkan sehingga senang melaksanakan tugas-tugas dan berkreasi dengan kartu angka. Dari 27% pada pembelajaran awal menjadi 64% pada siklus I, dan meningkat lagi menjadi 91% pada siklus II.
4. Simpulan Berdasarkan pemaparan pada hasil penelitian tindakan kelas ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Make A Match pada pelajaran Matematika dengan materi perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka dan kartu angka sebagai alat peraga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Peningktan prestasi itu ditandai dengan peningkatan rata-rata prestasi siswa dari 59 pada awal, menjadi 68 pada siklus I, dan 79 pada siklus II. Demikian juga tingkat ketuntasan belajar secara klasikal dari 27% menjadi 64%, dan akhirnya 91%.
Referensi Arikunto Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo Ketut Sukardi, Dewa. 2010. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Poerwadarminta, WJS. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Roestiyah, NK, 1985 Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara