Buletin Tiga Bulanan
Volume 24 - Juli 2013 - 24/VII/2013
PENINGKATAN PERAN PASIEN DALAM LAYANAN TB RESISTAN OBAT “EXPERT PATIENT TRAINING”
T
B Resistan Obat adalah TB yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang telah mengalami kekebalan terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT). Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB) atau TB MDR adalah TB resistan Obat terhadap minimal 2 (dua) OAT yang paling poten yaitu INH dan Rifampicin secara bersama sama atau disertai resisten terhadap OAT lini pertama lainnya seperti ethambutol, streptomycin dan pirazinamide. Menurut Global report 2011 angka TB MDR di Indonesia adalah 1,9 % dari kasus TB baru dan 12% dari kasus TB dengan pengobatan ulang. Indonesia menduduki rangking ke 9 dari 27 negara-negara yang mempunyai beban tinggi dan prioritas kegiatan untuk TB MDR. Beban TB MDR di 27 negara ini
sistematis, komprehensif, dan terpadu sesuai dengan kerangka strategi DOTS dalam pengobatan, perawatan dan pengendalian perkembangan TB MDR agar tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat. Pengobatan dan perawatan pada pasien TB MDR meliputi perawatan di rumah sakit, Puskesmas maupun perawatan di rumah yang melibatkan pasien dan keluarga dalam waktu yang cukup lama, kurang lebih 2 (dua) tahun. Lamanya waktu pengobatan TB MDR menuntut adanya perawatan komprehensif yang efektif agar dapat mendukung dan meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan tersebut. Pelatihan komunikasi pada petugas kesehatan merupakan bagian dari program PMDT. Pelatihan ini bertujuan untuk menyiapkan petugas kesehatan
Expert Patient Training, Surabaya, Jawa Timur, 30 April-2 Mei 2013
menyumbang 85% dari beban TB MDR global. Laporan WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2011 kasus TB MDR diantara kasus TB baru yang ternotifikasi di Indonesia sebesar 5700, dan TB MDR di antara kasus TB yang pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya sebesar 920. Faktor utama penyebab terjadinya resistensi kuman terhadap OAT adalah faktor perilaku dan ulah manusia, baik penyedia layanan, pasien maupun program/sistem layanan kesehatan yang berakibat terhadap tatalaksana pengobatan TB yang tidak sesuai dengan standar dan mutu yang ditetapkan. Manajemen program TB resisten obat (PMDT) merupakan program yang
(dokter dan perawat) dalam memberikan edukasi, dukungan psikososial, dan persiapan kepatuhan pada pasien karena komunikasi merupakan alat dan proses untuk menyampaikan pesanpesan tersebut. Terciptanya komunikasi yang efektif dan empati diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan sekaligus kualitas hidup pasien TB MDR dan keluarganya. Sebagai bagian dari pelatihan komunikasi petugas, dilakukan pula Expert Patient Trainers (pelatihan EPT). Dengan pesertanya adalah mantan pasien TB-MDR yang sudah terlatih dan mempunyai pengalaman serta ketrampilan berdasarkan apa yang telah dialami dan dilakukan langsung
oleh mantan pasien selama pengobatan TB MDR. Sebagai mitra diskusi dan komunikasi, EPT sangat diperlukan dalam pelatihan komunikasi petugas untuk dapat berkonstribusi secara maksimal berdasarkan pengalaman dan riwayat kasus yang dihadapi setiap individu. Pelatihan EPT telah dilaksanakan sebanyak 3 kali, yaitu pada 25-28 Pebruari 2013 di Bogor, Jawa Barat, 30 April-2 Mei 2013 di Surabaya, Jawa Timur dan 9 – 14 Juni 2013 di Sulawesi Selatan. Adapun tujuan dari pelatihan ini adalah menyiapkan EPT sebagai mitra diskusi dan praktek konseling sesuai dengan setting pengalaman dan kasus TB-MDR yang dialamai bagi peserta pelatihan, memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan EPT dalam memberikan umpan balik kepada peserta pelatihan konseling TBMDR serta menyiapkan setting peran dan bahan diskusi yang akan dilakukan dalam pelatihan konseling TB-MDR. Untuk itu pelatihan EPT pada pelatihan komunikasi petugas kesehatan TBMDR ini diharapkan dapat memberikan tambahan bekal pengetahuan dan ketrampilan baik dalam memberikan umpan balik, bermain peran maupun mitra berdiskusi peserta dalam masalah TB-MDR. Pada pelatihan EPT ini peserta diberikan materi tentang Tuberkulosis dan komunikasi efektif. Peserta diberikan banyak kesempatan untuk bermain peran dalam memberikan umpan balik kepada petugas kesehatan.
Daftar Isi: Peningkatan Peran Pasien dalam Layanan TB Resistan Obat “Expert Patient Training”
KICK OFF FORUM STOP TB PARTNERSHIP INDONESIA PENCANANGAN PERTAMA MOBILISASI SOSIAL PROGRAM PENGENDALIAN TB DI LINGKUNGAN KEMHAN-TNI MANADO-SULAWESI UTARA 25 MEI 2013 Hasil Riset Operasional Tuberkulosis Tahun 2012/2013 PERTEMUAN SOSIALISASI TB DOTS DI DESA PEKRAMAN KABUPATEN GIANYAR PENCANANGAN GEBYAR PRAMUKA BIDANG PP DAN PL PADA PERKEMAHAN SAKA BHAKTI HUSADA KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT, 27-30 JUNI 2013 PERJALANAN DINAS TEAM PROGRAM TB NASIONAL KE BEBERAPA NEGARA
Dari semua pelatihan EPT yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa peserta EPT yang semula sungkan untuk memberikan umpan balik pada petugas kesehatan menjadi lebih aktif memberikan umpan balik setelah dilakukan pelatihan EPT tersebut. Hal menarik yang di dapat dari pelatihan EPT ini adalah, karakter EPT di masingmasing daerah ternyata berbeda-beda. Pada pelatihan EPT di Jawa Barat, dimana pesertanya sebagian besar dari Ibukota Jakarta tampak lebih hidup dalam memberikan umpan balik kepada petugas, demikian pula dengan pelatihan EPT di Sulawesi Selatan. Berbeda dengan pelatihan EPT di Jawa Timur dimana para peserta
Expert Patient Training, Sulawesi Selatan, 9-14 Juni 2013
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA - Volume 24 - Juli 2013 - 24/VII/2013
1
terlihat lebih pasrah dan menerima dengan rela apapun yang diterimanya dari petugas kesehatan. Hal lain yang menggugah nurani adalah semangat para EPT dalam mencapai kesembuhan dari penyakitnya. Meskipun mereka mengalami banyak kejadian pahit dan penderitaan dari keluarga dan lingkungan sekitar mereka tidak pernah mengeluh dan tetap semangat dalam melanjutkan pengobatan TB MDR yang notabene harus dijalani minimal 2 (dua) tahun. Pelatihan EPT merupakan wujud nyata keterlibatan pasien dalam mendukung keberhasilan program dan pengobatan TB MDR serta keberpihakan kepada pasien. Keberpihakan pada pasien adalah
salah satu prinsip penting dalam Stop TB Strategy. Mengadopsi keberpihakan pada pasien menjadi penting jika kita ingin mencapai target lebih dari yang ditetapkan oleh global yaitu 70% Case Detection Rate (CDR) dan 85% untuk Succes Rate (SR) serta ketercapaian universal acces. Keberpihakan pada pasien memungkinkan terjadinya kemitraan antara pasien dengan penyedia layanan kesehatan yang akan menghasilkan kualitas pelayanan terbaik berdasarkan kebutuhan dan pengalaman individu, yang akhirnya akan meningkatkan kepatuhan dan kesembuhan. Ketika pasien terberdayakan, mereka menjadi bagian penting dalam mendukung strategi pengendalian
TB, termasuk dalam penemuan kasus, dukungan sosial dan advokasi. Pasien pun menjadi mitra yang setara dalam pengendalian TB secara global. Di waktu yang sama, penyedia layanan kesehatan juga terberdayakan dan dapat berhubungan dengan pasien sebagai mitra yang ahli dan setara sehingga kualitas layanan yang mereka berikan juga meningkat secara signifikan. Keberpihakan terhadap pasien sangat penting dalam pengendalian TB karena hal tersebut adalah titik dimana pendekatan tradisional (top down) bertemu dengan pendekatan bottom up.(Nenden)
KICK OFF FORUM STOP TB PARTNERSHIP INDONESIA
S
aat ini penyakit TB masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Setiap hari, 178 atau 65.000 orang setiap tahun meninggal karena TB. Setiap hari ditemukan lebih dari 1.230 atau 450.000 kasus baru setiap tahun. Sebagian besar pasien TB adalah usia produktif (15-55 tahun). Ironis sekali, karena penyakit ini dapat dicegah dan disembuhkan dengan teknologi pengobatan TB yang sudah berkembang pesat. Hal itu disampaikan Arifin Panigoro, Ketua Forum Stop TB Partnership Indonesia dalam acara “Kick Off” yang dihadiri Wakil Menteri (Wamen) Kesehatan RI Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D di Gedung Energy Jakarta pada 30 Mei 2013. Mengingat hal itu, sejak hari ini mari singsingkan lengan baju sesuai dengan ruang lingkup dan kemampuan masing-masing untuk “berjuang” tercapainya Indonesia bebas TB sebelum 2050. Bebas TB atau TB Free artinya jumlah kasus baru TB adalah 1 kasus per sejuta penduduk, imbuh Arifin Panigoro. Dukungan dan peran seluruh komponen bangsa gerakan memerangi TB, harus menjadi komitmen semua pihak. Karena itu Forum Stop TB Partnership Indonesia (FSTPI) lahir untuk bersama dengan pemerintah bekerja keras mempercepat penanggulangan TB. Saat ini ada 65 anggota FSTPI terdiri dari 8 kelompok, yaitu pemerintah,organisasi berbasis masyarakat, akademis, ikatan profesi, sektor swasta, institusi pelayanan kesehatan, mitra internasional dan perorangan. Diharapkan dalam waktu dekat keanggotaan Forum bertambah yaitu kaum kawula muda sebagai penerus bangsa. Sebelum “Kick Off” dibuka Wamen, dibacakan deklarasi FSTPI oleh Dr. Adi Mawardi, Ketua Lembaga Kesehatan Cuma-Cuma Dompet Dhuafa didampingi 8 kelompok anggota FSTPI. Deklarasi FSTPI terdiri dari 7 hal penting yang mendasari dan 11 langkah-langkah nyata sebagai berikut: 1. TB dapat dicegah dan disembuhkan 2. TB adalah masalah kesehatan masyarakat 3. Beban TB bertambah akibat kebal obat, TBHIV, TB Diabetes Mellitus dan Merokok 4. Komitmen politik masih rendah 5. Anggaran pengendalian TB dari Pemerintah Pusat dan Daerah sangat terbatas 6. Fasilitas layanan TB belum memadai 7. Pemahaman dan peran aktif masyarakat tentang TB masih rendah.
2
Peserta Pertemuan “Kick Off”
Untuk mengatasi hal itu, FSTPI akan melaksanakan langkah-langkah nyata sebagai berikut : 1. Bekerja sama dan berperan aktif mengendalikan TB sesuai potensi masing-masing. 2. Mendesak Pemerintah Pusat dan Daerah segera menambahkan anggaran pengendalian TB 3. Mendorong Pemerintah Pusat dan Daerah segera menyusun kebijakan yang mendukung upaya pengendalian TB dan menjamin pelaksanaanya dengan tepat. 4. Mendorong dan memfasilitasi terlaksananya pelayanan TB standar di semua fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta. 5. Meningkatkan penanggulangan TB di lingkungan khusus, seperti tempat kerja, lembaga pemasyarakatan, dan wilayah kumuh-miskin serta kelompok rentan TB. 6. Menyebarluaskan informasi tentang TB kepada masyarakat dan stakeholder 7. Menghimbau berbagai pihak untuk menjadi anggota kontribusi dana, sarana, prasarana, sumber daya manusia dan pemikiran/ide untuk peningkatan pengendalian TB. 8. Meningkatan penelitian dan pemanfaatan hasil untuk mendukung kemajuan program pengendalian TB
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA - Volume 24 - Juli 2013 - 24/VII/2013
9. Forum Stop TB Partnership Indonesia segera mengembangkan dan membentuk forum serupa di setiap provinsi sebelum 2016. 10. Saling memberikan bantuan teknis untuk meningkatkan kemampuan anggota forum. 11. Berperan aktif dalam jejaring nasional dan kerjasama global untuk mewujudkan “Zero TB Death, Zero New TB Infection, Zero TB Suffering and Stigma” Forum Stop TB Partnership Indonesia (FSTPI) diharapkan dapat menjadi advocator, baik bagi masyarakat terdampak TB maupun bagi masyarakat pada umumnya serta turut mengkonfirmasi apakah kebijakan yang dihasilkan Pemerintah benar-benar tepat dan memungkinkan masyarakat mengakses pencegahan dan pengendalian TB di Indonesia. Target menuju Indonesia bebas TB pada 2050 masih panjang, karena itu tidak mungkin pemerintah berlari sendiri tanpa adanya mitra yang tangguh. Dengan adanya forum ini, didukung keberadaan mitra yang kuat, diharapkan akan terjadi sinergi untuk menutup kekurangan dan keterbatasan pemerintah dalam melaksanakan amanah untuk melayani masyarakat dalam pengendalian TB. (Devi)
PENCANANGAN PERTAMA MOBILISASI SOSIAL PROGRAM PENGENDALIAN TB DI LINGKUNGAN KEMHAN-TNI MANADO-SULAWESI UTARA 25 MEI 2013
D
alam penyelenggaraan upaya kesehatan masyarakat masih belum menyentuh masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, tertinggal, kepulauan dan perbatasan. Untuk itu dibutuhkan adanya upaya kesehatan melalui pemberdayaan masyarakat, agar kesehatan masyarakat tercapai, terjangkau dan berkualitas. Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya fasilitasi, agar masyarakat tahu, mau dan mampu untuk hidup sehat, berdasar potensi yang dimilikinya.
Adapun tahap-tahap persiapan mobsos dimulai dengan assessment ke provinsi yang ditunjuk (Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau dan Papua) untuk menetapkan DTPK terpilih dan pengumpulkan data kader mobsos TNI (AD, AL dan AU) dan tenaga kesehatan dari fasyankes TNI yang ditunjuk sebagai jejaring program dalam kegiatan mobsos yang berkelanjutan untuk dilatih, kelompok masyarakat yang diundang (Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Organisasi Wanita, Lembaga Swadaya Masyarakat) untuk mendapatkan sosialisasi tentang
Pencanangan Mobilisasi Sosial TNI
Salah satu potensi yang dikembangkan Kementerian Kesehatan (Sub Direktorat TB, Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Direktur Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan/Subdit TB, Dit. PPML, Ditjen PP dan PL) bekerjasama dengan Kementerian Pertahanan (Direktorat Kesehatan, Direktorat Jenderal Kekuatan Pertahanan/DirkesDitjen Kuathan) adalah Mobilisasi Sosial (Mobsos) melalui pemberdayaan Kader Mobsos TNI seperti Bapinsar di daerah teritorial khususnya Daerah Tertinggal Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) sebagai penyuluh tentang TB dan pencegahan dalam even-even yang ada dalam masyarakat, penemu suspek dan mengarahkan ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes seperti puskesmas), pengawasan pengobatan pasien TB, sebagai motivator PMO dan pasien TB terutama yang mangkir. Persiapan Mobsos Persiapan Mobsos dimulai sejak ditandatanganinya Naskah “Sub Grant Agreement” Nomor : HK.06.01/III.1/1812/2011; Nomor : PKS/01/IX/2011 pada 16 September 2011 tentang penunjukkan Dirkes Ditjenkuathan Kemhan selaku Sub Recipient GF ATM dan ini merupakan salah satu wujud Kerjasama di Bidang Kesehatan antara Kemhan dan Kemenkes melalui nota kesepakatan bersama Nomor: 276/Menkes/SKB/ II/2010; Nomor: MOU.01/ M/II/2010 tanggal 12 Februari 2010. Disamping itu Perintah Pelaksanaan DOTS di Fasyankes TNI telah dikeluarkan melalui Peraturan Panglima berdasarkan dokumen: “Perpang/92/XII/2010 tentang Juklak pada 17 Desember 2010 dan Perpang/93/XII/ 2010 tentang Juknis pada 17 Desember 2010”.Oleh karena itu Fasyankes TNI yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia termasuk di wilayah DTPK sudah harus masuk dalam jejaring program TB. Fasyankes TNI khususnya di DTPK dalam hal ini sebagai rujukan kasus TB oleh Kader Mobsos TNI, sudah harus terlatih dan bagi yang belum harus siap dilatih tenaganya oleh Tim Pelatih Provinsi (TPP) yang terkait.
TB dan pencegahaannya yang diharapkan dapat meneruskan pesan-pesan yang disampaikan Kader Mobsos TNI kepada keluarga dan masyarakat lainnya. Para pemangku kebijakan mulai dari lingkungan TNI, pejabat di Dinas Kesehatan dan Pemerintah Daerah turut di advokasi untuk meminta dukungan pelaksanaan mobsos agar dapat dikembangkan menjadi suatu even daerah. Semaraknya Pencanangan Mobsos KemhanTNI Minahasa Utara-Sulawesi Utara Sebelum hari Pencanangan Mobsos, TVRI dan media setempat menggelar talkshow dengan Dirjen Kuathan, Laksamana Muda TNI Agus Purwoto dan Kepala Sub Direktorat TB, drg. Dyah Erti Mustikawati, MPH. Pada 25 Mei 2013 diselenggarakan Pencanangan Mobsos Program Pengendalian TB dilingkungan Kemhan dan TNI dengan tema ”Melalui Peran Serta Kemhan dan TNI Pengendalian TB dengan Strategi DOTS kita wujudkan Indonesia bebas TB”. Pada hari Pencanangan dipertunjukan Tari Cakalile sebagai ucapan selamat datang kepada tamu kehormatan dan undangan. Sebelum acara dibuka oleh Dirjen Kuathan, didahului sambutan Selamat Datang oleh Bupati Minahasa Utara (Minut) Bapak Sompi S.F Singal dan apresiasinya kepada kegiatan mobsos TNI sebagai pemberdayaan
masyarakat untuk menjangkau masyarakat di daerah terpencil dikepulauan dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian karena TB. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu dari 8 perioritas pembangunan daerah Kabupaten Minut. Kata sambutan Gubernur Sulawesi Utara (Sulut) disampaikan oleh direktur RSUD Provinsi Sulut. Diantara pesan yang disampaikan bahwa orang yang tidak sehat akan menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara serta mengingatkan bahwa penyakit TB tidak boleh diacuhkan, Dirjen PPPL yang disampaikan oleh Direktur PPML diantaranya menyampaikan bahwa saat ini yang menjadi tantangan adalah belum seluruh fasyankes melaksanakan strategi DOTS dan kuman TB yang kebal dengan obat (MDR) serta rendahnya akses pelayanan pada kelompok rentan seperti kelompok anak, penghuni lapas dan penduduk terpencil. Menurut Dirjenkuahan dipilihnya Kabupaten Minut karena memiliki 4 pulau terluar dan jalur strategis kepulauan dalam negeri sebagai pencitraan Negara Kesesatuan serta berbatasan dengan negara luar. Acara pembukaan ditandai pemukulan “Teng Teng Koreng” yang dipimpin oleh Bupati Kabupaten Minut bersama Dirjen Kuathan Kemhan diikuti wakil Gubernur Sulut dan Direktur PPML. Dalam acara ini dilakukan penyematan pin “STOP TB” oleh para pejabat yang hadir termasuk Kapolda Sulut kepada Kader Mobsos TNI dan penyerahan sertifikat dari pelatihan kader yang telah mereka ikuti. Kemudian Penyerahan Buku Peraturan Panglima TNI Nomor: 92 dan 93 tentang pelaksanaan Pengendalian TB di Lingkungan Fasyankes TNI dari Dirjen Kuathan Kemhan kepada “Danrem 131/ Santiago”, “Danlantamal VIII”, “Danlanud Sam Ratulangi”. Acara yang cukup menarik juga adalah Penyuluhan Kesehatan dan Testimoni oleh Kader Mobsos TNI untuk berbagi pengalaman dikaitkan dengan tugas Bapinsar. Terakhir penyerahan Kapal KUR dari TNI untuk mengakses kepualauan yang diserahkan oleh Dirjen Kuathan kepada Pemerintahan Sangihe. Acara ditutup oleh Dirjenkuathan Kemhan dan peninjauan langsung bersama-sama para undangan ke stand yang digelar, sbb: n %DNVRV71,3HPHULNVDDQGDQ3HQJREDWDQ7% + Umum) n 3DPHUDQWHQWDQJ7%SHOD\DQDQGLNOLQLN'276 RS TNI Samratulangi. n %D]DUSDVDUPXUDK
Penyematan PIN STOP TB Pencanangan tonggak STOP TB
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA - Volume 24 - Juli 2013 - 24/VII/2013
3
Pada kunjungan ke stand bazar pasar murah, Dirjenkuathan Kemhan dan Bupati Kabupaten Minut diwawancarai oleh TVRI setempat. Dalam wawancara Dirjenkuathan Kemhan mengatakan bahwa kewajiban Kemhan-TNI mensejahterakan masyarakat dan keluarga dengan keterampilan menjaga kesehatan. Saat ini yang ditugaskan tidak dari komun itas medis tapi oleh para kader TNI yang bertugas di perbatasan, pulau terpencil dan pulau terluar. Menurut Bupati masyarakat Minut banyak yang menderita TB. Harapan agar kepedulian Kemhan-TNI dan Kemenkes ini tidak hanya untuk saat ini tapi juga untuk seterusnya sehingga masyarakat sehat dan sejahtera. Kegiatan ini tentu saja diharapkan tidak hanya berlanjut tapi juga terus dapat ditingkatkan ke daerah DTPK lain di provinsi Sulut dalam pendanaan daerah (exit strategi) baik pelatihan Kader Mobsos TNI oleh TPP, maupun dukungan bagi kader dalam pelacakan suspek/ pasien TB. Acara dilengkapi ramah tamah dan hiburan kesenian daerah Minut dari group Musik Kolintang. Pada gambar terlihat Bupati Kabupaten Minut ikut bernyanyi memeriahkan acara kesenian. Diakhir ramah tamah toss bersama atas kerjasama antara Kemhan-TNI dan Kemenkes yang di dukung Pemda Kabupaten Minut dan Provinsi Sulut. Kesibukan di depan Kantor Danramil Kabupaten Minut Sulut Salah satu rangkaian kegiatan Mobsos TNI adalah penemuan suspek TB sebanyak 250 orang yang dilakukan oleh para kader mobsos TNI. Semua suspek dikumpulkan di depan Kantor Danramil untuk pengambilan sputum pemeriksaan mikroskopik TB yang kemudian sputumnya di rujuk ke Puskesmas Kecamatan Wori yang terletak di depan kantor Danramil tersebut.
S
Di depan Kantor Danramil Kecamatan Wori Kabupaten Minut berdiri tonggak “Stop TB” sebagai lambang telah dicanangnya mobilisasi TNI yang digerakkan oleh Kader Mobsos TNI. Tonggak Stop TB juga dipasang pada kantor Danramil lainnya di Kabupaten Minut. Pemasangan di kantor Danramil Kecamatan Wori dilakukan langsung oleh Direktur PPML bersama Letnan Kolonel drg. Iria Rizal (PMU SR-GF Kemhan-TNI). Pada gambar terlihat antusias masyarakat yang menunggu giliran untuk diperiksa sputumnya. Pesan Dalam Sekuntum Mawar Kuning di Hari TB-Manado. Pencanangan mobsos di Provinsi Sulut diselenggarakan dalam rangka merayakan TB Day. Sehari setelah pencanangan Mobsos TNI, 26 Mei 2013 dilakukan gerak jalan oleh para TNI, PPNI dan
staf Dinkes serta Dinkesyah Provinsi Sulut. Gerak jalan tersebut dimulai dari Kantor Dinkes Provinsi Sulut dan berakhir di Kantor Dinkesyah (TNI), kemudian diteruskan senam bersama dan foto bersama panitia dengan menyerukan yel-yel. Untuk menosialisasikan TB kepada masyarakat Manado-Sulut, para relawan membagikan bunga mawar kuning yang berisikan pesan kepada masyarakat tentang “TB Bisa Sembuh dengan berobat secara teratur…Ayo!!! Ke Puskesmas atau rumah sakit terdekat tersedia obat TB gratis…!!!” Kegiatan ini cukup praktis dalam penyampaian pesan dan sangat dinamis. (Munziarti, Eka Sulistiany)
HASIL RISET OPERASIONAL TUBERKULOSIS TAHUN 2012/2013
alah satu upaya yang dipercaya dapat meningkatkan capaian program TB, adalah dengan peningkatan kapasitas sumber daya dan keterlibatan universitas di daerah, bersama-sama mengendalikan masalah TB melalui riset operasional. Diharapkan setiap provinsi pada akhirnya secara independen dapat mengevaluasi dan memberikan masukan kepada pengembangan program, mengenai langkah optimasi yang sesuai dengan daerah masing-masing. Pentingnya riset operasional dalam upaya pengendalian penyakit telah diakui oleh para ahli. Banyak provinsi sebenarnya memiliki sumber daya yang cukup untuk dapat melaksanakan riset operasional dan mendukung program agar lebih intensif. Potensi ini dapat ditingkatkan melalui kerjasama antara perguruan tinggi dan petugas pelaksana program. Masukan dari perguruan tinggi akan dapat memperkaya program dengan ide dan terobosan baru, sementara keterlibatan pelaksana program akan mempertajam pemilihan prioritas masalah dan juga meningkatkan komitmen pelaksana program dalam menerapkan rekomendasi hasil riset operasional. Dalam memberikan kapasitas menyusun laporan hasil penelitian kepada staf provinsi/ kabupaten/kota, serta peningkatan kepedulian dan pemahaman masalah dalam program pengendalian TB oleh tenaga peneliti di universitas setempat, dilaksanakan workshop penyusunan laporan riset operasional TB
4
Panitia Mobsos
Peserta workshop berjumlah 20 orang, terdiri dari staf program TB Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah; dan staf peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. Sebagai fasilitator dari anggota Pokja Riset Operasional TB (Tuberculosis Operational Research Group/ TORG). Sedangkan nara sumber yang hadir dalam workshop ini dari perwakilan WHO, FHI, dan NTP (National TB Program).
Modul yang digunakan dalam workshop ini adalah “Designing and conducting health system research projects, volume 2, Data analysis and report writing”, Corlien M. Varkevisser, Indra Pathmanathan, Ann Brownlee, KIT Publishers International Development Research Centre Riset operasional TB hasil workshop, sebagai berikut: n Implementasi Kolaborasi TB-HIV di RS dr.Hasan Sadikin Bandung: Persepsi dan Hambatan
dr.Yovita Hartantri, SpPD; dr.Bony Wiem Lestari, MSc.; dr. Intan Meilana; dr. Dedi Suyanto, dr. Basti Andriyoko, SpPK; Ibu Annyk, dr. Rudi Wisaksana, SpPD-KPTI, PhD; Fakultas Kedokteran UNPAD-RS Hasan Sardikin, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA - Volume 24 - Juli 2013 - 24/VII/2013
Selama ini pencapaian indikator program TBHIV masih di bawah standar, sehingga tim mengkaji lebih lanjut mengenai hambatanhambatan yang dijumpai dalam upaya implementasi kolaborasi TB-HIV di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Berdasarkan analisis data dari para pemegang kebijakan, belum adanya tujuan yang dirumuskan bersama antara tim TB dan tim HIV; pengaturan wewenang terapi; rapat koordinasi; serta sistem monitoring dan evaluasi yang belum berjalan merupakan hambatan yang dirasakan dalam kolaborasi ini. Sementara dari tenaga kesehatan, pembekalan tentang TB-HIV; supervisi pada kegiatan ini dan pengakuan serta penghargaan sebagai konselor untuk para perawat khususnya dinilai sebagai hambatan bagi kolaborasi ini di lapangan. Selain itu, keterbatasan SDM dan infrastruktur serta belum terintegrasinya sistem pencatatan dan pelaporan untuk TBHIV merupakan hambatan yang dihadapi oleh sistem pelayanan kesehatan di RS. Sebagai tindak lanjut, tim peneliti sudah melakukan sosialisasi kepada seluruh tim yang terlibat dalam kolaborasi TB-HIV ini di bulan Maret yang lalu. Serangkaian pertemuan juga sudah dilakukan oleh tim peneliti dengan para pemegang kebijakan di unit TB dan unit HIV. Saat ini, sejumlah tim kecil sedang bekerja untuk memperbaiki SOP dan alur layanan untuk meningkatkan kolaborasi ini.
n Implementasi Sistem Skoring TB Anak Indonesia di Puskesmas DKI Jakarta, 2012-2013 dr. Nastiti Kaswandani, SpA(K), dr. Wahyuni Indawati, SpA, Ida Kurniawati, SKM, dr. Hanif Sri Utami; Divisi Respirologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM Tujuan umum penelitian ini: 1) Meningkatkan implementasi sistem skoring TB anak di Puskesmas dengan mengadakan pelatihan bagi dokter umum di Puskesmas; 2) Meningkatkan akurasi sistem skoring TB anak dengan memberikan umpan balik mengenai implementasi sistem skoring hasil penelitian kepada Program TB Nasional. Tujuan khusus: 1) Mendeskripsikan karakteristik tenaga kesehatan di Puskesmas; 2) Mengetahui pengetahuan dan perilaku dokter umum mengenai sistem skoring TB anak; 3) Menentukan akurasi sistem skoring TB anak oleh dokter umum Puskesmas di DKI Jakarta setelah diberikan pelatihan khusus dan panduan teknis. Hasil/ Kesimpulan dan Saran: 23 dokter umum dari 12 Puskesmas di DKI Jakarta yang terlibat dalam penelitian ini berusia 27-57 tahun (median 38.5). Pengetahuan dan perilaku dokter umum dinilai suboptimal. Setelah diberikan pelatihan selama 2 hari pengetahuan dokter umum mengalami peningkatan. Pasien TB anak dalam penelitian ini sebanyak 64 pasien, terdiri atas 35 (54.7%) laki-laki dan 29 (45.3%) perempuan, dengan rentang usia 6 bulan hingga 13 tahun (median 3 tahun 11 bulan). Akurasi diagnosis TB oleh dokter umum dibandingkan dengan dokter spesialis anak adalah 75%, dengan sensitivitas 88.9% dan spesifisitas 64.9%. Kesesuaian yang
T
paling rendah antara lain poin mengenai batuk kronik, limfadenopati, demam, dan rontgen toraks. Kami menyarankan untuk meningkatkan implementasi sistem skoring melalui pemberian pelatihan dan panduan teknis, dengan fokus utama pada poin-poin sistem skoring dengan akurasi terendah. Rencana tindak lanjut: Jumlah subjek penelitian saat ini belum memenuhi target sampel, yaitu 105 pasien. Oleh karena itu, proses pengambilan sampel masih terus dilanjutkan. ,QWHUYHQVL 3HQGLGLNDQ .HVHKDWDQ 0HODOXL 606 6KRUW 0HVVDJH 6HUYLFH untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Kepatuhan Minum Obat pada Pasien TB \DQJ 'LUDZDW GL 5XPDK 6DNLW GL 3URYLQVL Jawa Tengah Dyah Anantalia Widyastari1, Kusyogo Cahyo2, Sri Winarni2, Siswandi3, Heri Purnomo4, M.Noor Farid5, Bagoes Widjanarko2, Chatarina Umbul Wahyuni6 1. Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro Semarang 2. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang 3. Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten 4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 5. Universitas Indonesia 6. Universitas Airlangga Tujuan penelitian: Evaluasi hasil pengobatan TB di provinsi Jawa Tengah telah menunjukkan hasil yang optimal sejak diterapkannya strategi DOTS, meskipun angka kesembuhan dan success rate yang tinggi tersebut sebagian besar merupakan kontribusi puskesmas. Tingginya angka “drop out” pada pasien TB yang dirawat di rumah sakit salah satunya
disebabkan olehpanjangnya rantai komunikasi antara petugas TB di rumah sakit dengan pasien yang menunjukkan indikasi tidak patuh. SMS merupakan teknologi informasi yang telah dibuktikan efektifitasnya dalam perubahan perilaku, termasuk meningkatkan kepatuhan minum obat.Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan minum obat dengan memberikan pendidikan kesehatan yang disampaikan melalui SMS kepada PMO.
Hasil: Penelitian ini membuktikan bahwa SMS dapat meningkatkan pengetahuan dasar dan komprehensif pasien TB. Dengan SMS, pasien pada kelompok intervensi mempunyai kemungkinan 11 kali lebih besar untuk mengalami peningkatan pengetahuan komprehensif dan 2 kali lebih besar untuk peningkatan pengetahuan dasar. PMO lakilaki mempunyai kemungkinan 4 kali lebih besar untuk meningkatkan pengetahuan komprehensif pasien dibandingkan PMO perempuan. Setelah dilakukan penyesuaian berdasarkan grup, jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan, pasien dengan pengetahuan komprehensif mempunyai kemungkinan 2 kali lebih besar untuk patuh minum obat dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai pengetahuan komprehensif.
Rekomendasi: SMS dapat dipergunakan sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan kepatuhan minum obat dengan terlebih dahulu mengintervensi aspek pengetahuan pasien. Untuk intervensi pendidikan kesehatan dengan menggunakan teknologi informasi, laki-laki dapat diprioritaskan sebagai Pengawas Minum Obat (PMO). (Retno Budiati)
PERTEMUAN SOSIALISASI TB DOTS DI DESA PEKRAMAN KABUPATEN GIANYAR
uberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang saat ini masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia termasuk di Bali. TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya sehingga disebut sebagai kasus TB Ekstra Paru, misalnya pada kelenjar, tulang, mata, kulit dan otak. Berdasarkan hasil survei Pengetahuan, Sikap dan Perilaku (PSP) yang dilaksanakan oleh Badan Litbangkes 2004, antara lain dalam pola pencarian pelayanan 40%56% masyarakat pergi ke dokter umum dan rumah sakit yang sebagian belum melaksanakan DOTS (Directly Observed Treatments = pengawasan langsung kepatuhan pasien menelan obat oleh seorang Pengawas Menelan Obat), sehingga kemungkinan putus pengobatan tinggi; 13% masyarakat masih merahasiakan TB yang diderita; 19,1% masyarakat yang tahu tentang obat TB gratis. Hal ini disampaikan dalam pertemuan sosilalisasi TB DOTS melalui Desa Pekraman Tingkat Kabupaten/Kota yang di buka oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Gianyar, dr. Pande Putu Wirbuana, M.Kes. di Ruang Pertemuan Dinkes Kabupaten Gianyar pada Senin, 3 Juni 2013. Pertemuan ini menghadirkan Tim dari Dinkes Propinsi Bali dan Perkumpulan Pemberantasan
Pertemuan sosilalisasi TB DOTS melalui Desa Pekraman Tingkat Kabupaten/Kota di Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar, Minggu 3 Juni 2013.
Tuberkulosis Indonesia (PPTI) Wilayah Bali dengan peserta dari Dinkes Kabupaten Gianyar, Majelis Madya Desa Pekraman (MMDP) Kabupaten Gianyar, PPTI Cabang Gianyar, Puskesmas di wilayah Kecamatan Gianyar dan Sukawati. Menurut dr. I Ketut Subrata, M.Kes. sebagai Ketua Tim Dinkes Propinsi Bali, memaparkan bahwa dengan keterbatasan pemerintah dan besarnya tantangan
TB saat ini diperlukan peran aktif dengan semangat kemitraan dari berbagai insitusi dan semua pihak yang terkait, salah satu organisasi kemasyarakatan yang menjadi bagian dari kehidupan adat, budaya dan agama yaitu Desa Pakraman sangat potensial untuk menjadi pengerak dan motivator bagi anggotanya termasuk dalam penanggulangan TB.
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA - Volume 24 - Juli 2013 - 24/VII/2013
5
Pemaparan dr. I Ketut Subrata, M.Kes. dan dr. I Made Suarnawa, Tim Dinas Kesehatan Propinsi Bali Pertemuan sosialisasi TB DOT melalui desa pekraman Tingkat Kecamatan di Gedung PPTI Cabang Gianyar Jumat, 7 Juni 2013.
Permasalahan yang ada saat ini diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis, terjadi pada negaranegara berkembang. Pasien TB diperkirakan 75% adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat. Fakta menunjukkan bahwa TB masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. TB merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran
S
Pemaparan dr. I Ketut Subrata, M.Kes. dan dr. I Made Suarnawa, Tim Dinas Kesehatan Propinsi Bali Pertemuan sosialisasi TB DOT melalui desa pekraman Tingkat Kecamatan di Gedung PPTI Cabang Gianyar Jumat, 7 Juni 2013.
PEMBENTUKAN KADER TB YANG AKTIF DAN TERAMPIL
aat ini pemerintah melakukan akselerasi pencapaian Program Pengendalian TB dengan melakukan ekspansi strategi DOTS pada semua Fasilitas Pelayanan dengan melibatkan semua sektor terkait dalam suatu bentuk kemitraan. Ini sangat penting mengingat pemahaman di masyarakat masih belum sesuai harapan karena rendahnya pengetahuan masyarakat tentang TB, bagaimana penularannya, kriteria pasien tersangka TB serta upaya pencegahan. Pendampingan aktif kepada pasien selama pengobatan TB membutuhkan waktu yang lama, terkadang merupakan salah satu faktor penghambat yang memungkinkan terjadinya ketidakpatuhan pasien dalam pengobatan. Disamping itu, masih adanya stigma/cap buruk tentang TB, serta terbatasnya informasi, bagaimana pelayanan dan pengobatan TB di masyarakat mempengaruhi motivasi pasien untuk sembuh. Untuk itu dibutuhkan peran masyarakat sebagai Kader Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan menjadi tenaga penyuluh dan melacak serta mendampingi pasien serta keluarganya. Hal ini disampaikan dalam Pelatihan TB DOTS Bagi Kader Desa Pakraman Kabupaten Gianyar yang diselenggarakan pada 17-20 Juni 2013 dan di buka oleh Kepala Dinkes Kabupaten Gianyar, dr. Pande Putu Wirbuana, SH, M.Kes. di Restaurant Padi Saba Blahbatuh Gianyar. Pelatihan ini diikuti oleh 30 orang kader TB yang berasal dari Kecamatan Gianyar dan Sukawati dengan narasumber dari Dinas Kesehatan Propinsi Bali. Menurut Tim Narasumber Dinkes Propinsi Bali, tujuan pelaksanaan pelatihan ini adalah untuk
6
pernafasan pada semua kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Selanjutnya telah dilaksanakan kegiatan Pertemuan Sosialisasi Tingkat Kecamatan pada Jumat, 7 Juni 2013 di Gedung PPTI Cabang Gianyar dan akan dilaksanakan Pelatihan kader di masingmasing kecamatan terpilih yaitu Kecamatan Gianyar dan Kecamatan Sukawati sebanyak 30 Kader yang direncanakan selama 4 hari pada 17 – 20 Juni 2013. Hasil pelatihan Kader TB ini akan dilanjukan dengan kegiatan Implementasi TB DOTS melalui Desa Pekraman, dengan tujuan setiap kader TB Desa Pekraman dapat membantu melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang TB, membantu penjaringan suspek TB dan membantu melacak suspek/pasien TB mangkir serta monitoring dan evaluasi kegiatan. (Penulis : Tim TB Kabupaten Ginyar, Provinsi Bali)
Pelatihan TB DOTS Bagi Kader Desa Pakraman Kabupaten Gianyar, Restaurant Padi Saba Blahbatuh Gianyar, 17-20 Juni 2013
Diskusi Kelompok pada Pelatihan TB DOTS Bagi Kader Desa Pakraman Kabupaten Gianyar, Restaurant Padi Saba Blahbatuh Gianyar, 17-20 Juni 2013
membentuk Kader TB yang aktif dan terampil dalam pendampingan di masyarakat dengan harapan akan meningkatkan penemuan dan kesembuhan kasus TB di wilayahnya, menurunkan angka pasien yang mangkir dan putus berobat (dropout), serta membantu menghilangkan persepsi dan sikap masyarakat yang menghambat program
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA - Volume 24 - Juli 2013 - 24/VII/2013
Pengendalian TB. Ditambahkan juga bahwa dalam pengendalian TB membutuhkan kerjasama yang terpadu dan berkesinambungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat sehingga tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. (Penulis : Tim TB Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali)
PENCANANGAN GEBYAR PRAMUKA BIDANG PP DAN PL PADA PERKEMAHAN SAKA BHAKTI HUSADA KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT, 27-30 JUNI 2013
K
erjasama antara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kwartir Nasional (Kwarnas) terealisasi dengan dibentuknya Satuan Karya Pramuka Husada kemudian disingkat menjadi Saka Bakti Husada (SBH) pada 1985. Berdasarkan Keputusan Ketua Kwarnas No. 53 tahun 1985 tentang SBH, dibentuknya SBH bertujuan untuk mewujudkan tenaga kader pembangunan dalam bidang kesehatan, yang dapat membantu melembagakan norma hidup sehat bagi semua anggota Gerakan Pramuka dan masyarakat di lingkungannya. SBH lahir pada 17 Juli 1985 dan dicanangkan pada 12 November 1985 oleh Menteri Kesehatan di Magelang.
Dirjen PPPL beserta team memasuki halaman upacara
Aktivitas Perkemahan Saka Bhakti Husada
Pramuka merupakan salah satu elemen yang potensial dalam mendukung pengendalian TB. Dengan anggota yang tersebar sampai ke tingkat akar rumput, berpotensi untuk dilibatakan dalam mendukung program pengendalian TB. Diharapkan pramuka dapat terlibat sebagai mitra petugas kesehatan dalam rangka penyebaran informasi TB,
D
merujuk suspek ke layanan TB serta pendampingan pengobatan pasien TB hingga sembuh. Tujuan dari kegiatan pencanangan ini adalah menjadikan kader pramuka sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan program bidang PP dan PL. Berbagai kegiatan telah disusun dalam acara kemah bakti SBH, diantaranya upacara pembukaan,
sarasehan, temu wicara, pameran, kunjungan lokasi bakti sosial, pembekalan materi (Krida PPM, Krida Bina Lingkungan, Krida Bina Gizi, Krida Bina PHBS, Krida Balai Teknis Kesehatan Lingkungan), tabligh akbar dan doa bersama, senam pagi, bakti sosial (penanaman 1000 pohon, pembangunan sarana sanitasi bersama, sistem teknologi sanitasi, beach clean bersama TPPPTP, penyuluhan TB di pemukiman masyarakat, pemberantasan sarang nyamuk), pengenalan SAR, kunjungan wisata, perlombaan (lomba cipta yel-yel, lomba puisi, lomba mengisi kuesioner tentang HIV/AIDS, lomba menggambar kasus rabies, lomba penyuluhan TB, lomba memasak, lomba pentas seni), pencanangan gebyar pramuka PP dan PL Nasional, api unggun, hiburan wayang golek, operasi semut, cerdas cermat olympiade, upacara penutupan. Untuk mendukung kegiatan ini Direktorat Jenderal PP dan PL, dikordinir oleh Subdit Penyakit Matra, mengirimkan timnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Tim terdiri dari Subdit Matra, Subdit TB, Subdit AIDS dan PMS, Subdit PSKD, Subdit HSP, Subdit Diare, Subdit Pengendalian vektor, Subdit Malaria, Subdit Arbovirosis, Subdit Zoonosis serta Subdit Filariasi dan kecacingan. Pembukaan acara dilakukan oleh Bupati Sukabumi. Dalam pidatonya, Bupati Sukabumi mendukung kegiatan pencanangan gebyar pramuka bidang PP dan PL untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sedangkan upacara Pencanangan Gebyar Pramuka PP dan PL dilakukan oleh Dirjen PP dan PL Kementerian Kesehatan RI, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama. Dalam kegiatan pencanangan tersebut dilakukan penyematan Pin TB, pemberian Rompi dan buku krida PP dan PL. (Crysti & Nenden)
PERJALANAN DINAS TEAM PROGRAM TB NASIONAL KE BEBERAPA NEGARA
alam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah berhasil mengembangkan program pengendalian TB. Pengembangan kemitraan yang kuat dengan masyarakat sipil dan organisasi non-pemerintah (LSM) yang bekerja di tingkat masyarakat menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan tersebut. Salah satu bentuk pengembangan kemitraan yang dilakukan adalah dengan mengirimkan staf Program TB Nasional untuk mengikuti kegiatan pelatihan, pertemuan dan konferensi ke beberapa negara di dunia. Selain itu, kegiatan ini dilakukan juga
dalam rangka peningkatan kapasitas staf program TB Nasional dan belajar dari keberhasilan negara-negara lain dalam kegiatan pengendalian TB. Tahun ini, beberapa kegiatan pelatihan, pertemuan dan konferensi dilakukan di beberapa negara di dunia antara lain adalah sbb: 1. TB Demand Forecast 2014-2016 Kegiatan ini dilakukan di Geneva, Switzerland, pada 28 Januari sd 1 Februari 2013 yang dihadiri oleh PMU Kordinator GFATM komponen TB. Kegiatan ini bertujuan untuk Meningkatkan “current global
estimates” dana yang dibutuhkan untuk perawatan TB dan kontrol dari Global Fund selama periode 2014-2016. Adapun hasil dari kegiatan ini adalah sbb:
n 0HQLQMDX GDQ PHPSHUEDUXL WDUJHW VSHVLILN dari kegiatan pengendalian TB untuk periode 2014-2016, dengan memberikan perhatian khusus pada target diagnosis MDR-TB dan pengobatan, penerapan rapid diagnostics yang baru dan prioritas lain untuk intervensi yang
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA - Volume 24 - Juli 2013 - 24/VII/2013
7
diperlukan serta yang substansial di 9 negara dengan beban TB tertinggi n 0HQLQMDX GDQ PHPSHUEDUXL SHUNLUDDQ \DQJ tepat dari anggaran yang dibutuhkan pada tahun 2014, 2015 dan 2016, dengan perhatian khusus pada MDR-TB dan diagnostik baru dan setiap intervensi prioritas yang diperlukan, di 9 negara dengan beban TB tertinggi n 0HQLQMDX GDQ PHPSHUEDUXL SHUNLUDDQ \DQJ ada sesuai dengan dana yang tersedia dan kesenjangan pendanaan yang tersisa pada tahun 2014, 2015 dan 2016, dengan perhatian khusus pada MDR-TB dan rapid diagnostics baru dan setiap prioritas intervensi yang diperlukan serta yang substansial, di 9 negara dengan beban TB tertinggi
2. 3DWLHQW&HQWHUHG$SSURDFK3&$ Kegiatan ini dilakukan di Maputo, Mozambique pada 2-8 Maret 2013 yang dihadiri oleh Kasi Standarisasi & TO HSS KNCV, membahas mengenai penulisan laporan dan abstrak tentang implementasi kegiatan PCA di masing-masing Negara (Indonesia, Zambia, Nigeria, Mozambique, Cambodia). Adapun kegiatan yang dilakukan berupa:
a) Hari 1: penyegaran dan brainstorming konsep pendekatan pasien, presentasi hasil awal dari masing-masing negara b) Hari 2: Identifikasi topik pembahasan (berupa peran penyedia layanan TB dalam memperkuat pengetahuan pasien TB, penyediaan layanan kesehatan gratis untuk pasien TB, Stigma TB di masyarakat) c) Hari 3: Konteks mekanisme penulisan (berupa bagaimana program TB berlangsung saat pelaksanaan intervensi, secara umum bagaimana sikap penyedia layanan kesehatan terhadap pasien, apakah penyedia layanan kesehatan bersedia bekerja berpusat pada pasien, apakah ada kepemimpinan dan komitmen, bagaimana gambaran secara umum lingkungan yang kondusif, pendanaan, kemitraan dan stakeholder dan pengamatan mencolok lainnya) d) Hari 4: Penulisan abstrak (berupa peningkatan kualitas perawatan pasien TB dari sudut pandang pasien)
3. )LIWK *OREDO /DERUDWRU\ ,QLWLDWLYH */, $QQXDO Meeting. “Transforming TB Care & Control” Global Laboratory Initiative (GLI) adalah mitra jejaring laboratorium TB international yang didedikasikan untuk mempercepat dan memperluas akses pelayanan laboratorium TB yang bermutu dalam diagnostik TB, terutama yang terkait HIV dan TB resisten terhadap obat. Untuk pertemuan GLI tahun ini, negara-negara dan mitra teknis datang untuk berbagi pelajaran dan tantangan dalam implementasi teknologi dengan fokus pada evidence based dan menghubungkan percepatan diagnosis dengan akses yang ditingkatkan dan diperluas untuk peningkatan pengobatan pasien. Kegiatan ini dilakukan di Annecy, France pada 15-18 April 2013 yang dihadiri oleh Focal Point PPM Subdit TB, Kasi Standarisasi Subdit Mikrobiologi dan Imunologi, Dit. BPPM. 4. TB Modelling Analysis and Consortium. “Impact DQG &RVWHIIHFWLYHQHVV RI FXUUHQW DQG IXWXUH diagnostics for TB” Kegiatan ini dilakukan di Amsterdam, Netherland pada 22-25 April 2013 yang dihadiri oleh Ketua TORG Subdit TB. Adapun hasil kegiatan ini adalah pengembangan, penyebaran, dan evaluasi diagnostik TB adalah bidang yang terus berkembang. Banyak tes diagnostik baru dikembangkan, direkomendasikan, dilaksanakan. Pada pengguna dan pembuat kebijakan harus memutuskan mana yang harus digunakan dan pengaturan mana yang sesuai. Pengambil keputusan membutuhkan pemodelan manfaat dalam penggunaannya. Pemodelan yang meliputi perhitungan tidak hanya akurasi dan biaya, tetapi juga dampak terhadap
8
pengobatan dan kejadian akhirnya lebih rendah dan terjadinya kasus baru, kontribusi pemodelan pada proses pengambilan keputusan sangat diperlukan. Oleh karena itu TB modeling & analysis consortium melakukan pertemuan berfokus pada TB diagnostik sebagai topik utama. Agenda yang dibahas dalam pertemuan TB-MAC adalah informasi mengenai Xpert MTB / RIF, pengembangan dan pemilihan profil produk target (TPP) untuk tes TB, pemahaman mengenai role of drug susceptibility testing (DST) dalam rejimen obat TB yang ada, menggambarkan kebutuhan empiris dan analitis untuk model diagnosa TB yang lebih akurat
7. :RUNVKRS0RQLWRULQJ (YDOXDWLRQIRU1730 ( 2IÀFHUVDQG7%&$5(0 (2IÀFHUs Kegiatan training dan workshop yang diselenggarakan oleh TB CARE I untuk staf Monitoring dan Evaluasi dan staf TB Care. Training dan workshop ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan sebelumnya yang telah dilakukan di Hague pada 2011. Training dan workshop ini fokus pada peningkatan kualitas data, data analisis dan presentasi serta pertukaran informasi proses manajemen data di masing-masing negara. Kegiatan ini diadakan di Nairobi, Kenya pada 15-21 Juni 2013 dan dihadiri oleh Staf Monitoring dan Evaluasi.
5. ISTC edisi 3 Steering Committee, ATS International Conference Kegiatan ini dilakukan di Philadelphia, USA pada 16-22 Mei 2013 yang dihadiri oleh Kasubdit TB. Agenda kegiatan yang dilakukan adalah penyusunan Internasional Standart Tuberculosis Care (ISTC) edisi ketiga. Setelah mengikuti pertemuan penyusunan ISTC edisi 3, seluruh tim ekspert sekaligus diundang untuk mengikuti Konferensi American Thoracic Society (ATS). Konferensi ini diselenggarakan setiap tahun secara bergiliran, tahun 2010 di New Orleans, tahu 2011 di Denver, tahun 2012 di San Francisco, tahun 2013 di Philadelphia dan tahun 2014 direncanakan diselenggarakan di San Diego USA. Adapun yang menjadi agenda konferensi ATS adalah: n 0HL 5DSDW GHQJDQ WLP NRQVXOWDQ $76 (Lisa Chen, Philip Hopewell, Fran Du Melle, Baby Djoyonegoro, Erlina Burhan dan Dyah Erti), membahas tentang rencana tindak lanjut technical assistance ATS untuk bisa segera mendorong realisasi sertifikasi Dokter Praktek Swasta (DPS) yang menjadi tanggung jawab Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Strategy dan perencanaan disusun termasuk rencana untuk mendorong membuat concept note ke Global Fund dalam rangka pengajuan reprogramming pendanaan yang ada di IDI n 0HL 5DSDW GHQJDQ WLP 0(&25 membahas tentang pelatihan advance MECOR Indonesia yang baru selesai dilaksanakan di April. Tim mengevaluasi hasilnya serta memberikan masukan-masukan untuk dapat memperbaiki pelaksanaan pelatihan MECOR tahap 2
8. Regional Meeting on Combating Drug-Resistant TB Pertemuan ini membahas mengenai kemajuan dan tantangan dalam penanganan kasus TB M/XDR di tingkat regional dan masing-masing negara. Adapun tujuan khusus pertemuan ini adalah mereview status dan respon negara terhadap pencegahan dan manajemen TB resistan obat (MDR dan XDR), meningkatkan kesadaran tentang pengendalian TB resistan Obat dan pengaruhnya kepada masyarakat dan sistem kesehatan, untuk mengidentifikasi administrasi, mekanisme keuangan dan teknis untuk menjamin akses universal terhadap perawatan yang berkualitas tinggi untuk semua orang dengan TB, untuk mengidentifikasi rencana ke depan untuk masing - masing negara dan dukungan yang mungkin dari mitra internasional. Pertemuan ini diadakan di Bangkok, Thailand pada 24-27 Juni 2013 dan dihadiri oleh Kasubdit TB, Kasi Bimbingan dan Evaluasi, Kasubdit RS Rujukan, RSPI Sulianti Saroso. (Crysti)
6. 7KLUG 0HHWLQJ RI WKH 5HJLRQDO $GYLVRU\ &RPPLWWHH RQ 0'57% 5HJLRQDO $GYLVRU\ Group Green Light Committee (rGLC Kegiatan ini diadakan di Thimpu, Bhutan, 29-30 April 2013 yang dihadiri oleh Kasubdit TB. Tujuan pertemuan ini adalah memberikan masukan kepada WHO-SEAR dalam hal pengembangan Programmatic Management of Drug-resistance TB (PMDT) di regional SEAR, Mengkaji dan memberi masukan terkait strategi dan rencana aksi pengembangan PMDT di tingkat regional, mengkaji dan menganalisis hasil laporan misi global-GLC dan data surveilans TB Resisten Obat, memberikan arahan/pandangan kepada donor/ agensi, melalui sekretariat g-GLC, terkait dengan permintaan dukungan teknis dan pendanaan pengembangan layanan PMDT dari berbagai negara SEAR, melakukan pengawasan dan mendukung misi global dalam upaya pemantauan dan asistensi teknis terhadap pelaksanaan PMDT yang dilakukan di negara-negara SEAR, bekerja sama dengan g-GLC dan saling berbagi informasi terkait dengan kegiatan dan rencana aksi pengembangan PMDT di SEAR, berkonsultasi dan meminta nasihat ke g-GLC bilamana diperlukan, serta menginformasikan ke g-GLC bilamana ada isu-isu teknis atau politis yang terkait dengan pencegahan dan pengendalian TB atau TB resisten Obat, bekerjasama dengan WHOSEAR dan para mitra untuk melakukan upaya-upaya advokasi dalam rangka perluasan/ekspansi PMDT. Akses terhadap penggunaan obat yang rasional dan mengkordinasikan serta melaporkan perkembangan terkait pengumpulan data kolektif di tingkat regional.
WARTA TUBERKULOSIS INDONESIA - Volume 24 - Juli 2013 - 24/VII/2013
Warta
TUBERKULOSIS INDONESIA
Wadah Informasi Gerakan Terpadu Nasional TB
Pelindung:
Prof. dr Tjandra Yoga Aditama (Direktur Jenderal PP dan PL)
Penasehat:
dr. Slamet, MHP (Direktur PPML)
Penanggung Jawab:
Drg. Dyah Erti Mustikawati, MPH (Ka Subdit TB)
Dewan Redaksi: Ketua Redaksi dr. Dyah Armi Riana, MARS. Redaksi dr. Triya Novita Dinihari Drg. Siti Nur Anisah Budiarti, S, SKM, M. Kes Crysti Mei Manik, SKM drg. Devi Yuliastanti Nenden Siti Aminah, SKM Ketua Kehormatan: Prof. Dr. dr. Sudijanto Kamso
Administrasi Harsana, SE
Alamat Redaksi:
Subdit TB, Dit PPML, Ditjen PP dan PL, DEPKES RI Gedung B Lantai 4 Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560 Indonesia Telp/Fax: (62 21) 42804154 website: www.tbindonesia.or.id Email:
[email protected]