perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI KEBAKKRAMAT
SKRIPSI
OLEH : AMBEG TABAHANA PRAWISMA K 1208062
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama
: Ambeg Tabahana Prawisma
NIM
: K1208064
Jurusan/Program Studi
: PBS/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Menyatakan
bahwa
PEMBELAJARAN
skripsi
saya
yang
APRESIASI
berjudul
CERITA
“PENINGKATAN
PENDEK
DENGAN
MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI KEBAKKRAMAT” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, 12 Juni 2012 Yang membuat pernyataan
Ambeg Tabahana Prawisma
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI KEBAKKRAMAT
Oleh: AMBEG TABAHANA PRAWISMA K 1208062
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 12 Juli 2012
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. Swandono, M.Hum.
Dra. Edy Suryanto, M.Pd.
NIP 19470919 196806 1 001
NIP 19600810 198601 1 001
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
: Kamis
Tanggal : 12 Juli 2012
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Dr. Rr. E. Nugraheni Eko W, S. S., M. Hum.
Sekretaris
: Dra. Raheni Suhinta, M. Hum.
Anggota I
: Drs. Swandono, M. Hum.
Anggota II
: Drs. Edy Suryanto, M. Pd.
Disahkan oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret a.n. Dekan Pembantu Dekan I,
Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si. NIP 19660415 199103 1 002 commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO “dimanapun kamu berada, bagaimanapun keadaan kamu, susah, senang, jangan pernah melupakan sholat, karna sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segalanya” (IBU) “life is not complex, we are complex, life is simple, and the simple thing in the right thing” (Oscar Wilde) “ bagaimanapun keadaan kamu, ingatlah satu hal SEMUA INI PASTI BERLALU” (Penulis)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Teriring
syukurku
kepadaMu
ya
Allah,
kupersembahkan karya ini untuk:
1.
“Bapak, Ibu, dan Danar” Terima kasih atas kasih sayang, dukungan, serta doa yang tidak perlah lelah kalian panjatkan untukku. Kalian lah semangatku hingga sampai sekarang ini;
2.
“Chandra Budi Sheptian” Terima kasih untuk semua ketulusan, kasih sayang, kesabaranmu
membimbing aku,
semoga Allah menuliskan namamu sebagai jodohku; dan 3. “Pepy, Adit, Ayu, Icha, Niken, Kris, dan teman-teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu” Terima kasih atas persahabatan, semangat, ketulusan yang kalian berikan, semoga persahabatan kita awet sampai kakek nenek kelak.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Ambeg Tabahana Prawisma Nim K1208062. PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI KEBAKKRAMAT. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) meningkatan proses apresiasi cerita pendek menggunakan media audio visual; dan (2) meningkatkan hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek menggunakan media audio visual pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat yang berjumlah 36 siswa. Data yang digunakan dalam penelitain ini adalah apresiasi cerita pendek. Sementara itu, untuk sumber data, yang diambil dari (1) informan, (2) tempat, peristiwa, dan perilaku, dan (3) dokumen yang berhubungan dengan masalah penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi observasi, angket, teknik tes, teknik wawancara, dan teknik dokumen. Teknik analisis pengumpulan data, yakni mengunakan analisis model interaktif. Dikatakan berhasil apabila siswa mencapai ketuntasan 80% dari indikator yang diinginkan. Prosedur yang digunakan adalah (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) analisis dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pemanfaatan media audio visual dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat dari prasiklus ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Hal tersebut terbukti dari peningkatan beberapa indikator berikut: (1) meningkatnya keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan apersepsi, yaitu 66% pada siklus I dan meningkat hingga 80% pada siklus II, (2) meningkatnya keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan belajar-mengajar, yaitu 72% pada siklus I dan meningkat hingga 83% pada siklus II, (3) meningkatnya keberanian siswa untuk mengemukakan hasil pekerjaanya dalam forum diskusi yang dibuka guru, yaitu 50% pada siklus I dan meningkat hingga77% pada siklus II, dan (4) meningkatnya nilai ketuntasan siswa dari pratindakan 36%, siklus I 69%, meningkat di siklus II menjadi 80%, dan setelah diadakan remidi meningkat hingga 97%.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur bagiMu ya Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Peningkatan Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek dengan Menggunakan Media Audio Visual pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta; 2. Dr. Muhammad Rohmadi, S. S., M. Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni; 3. Dr. Kundharu Saddhono, S. S., M. Hum., selaku Ketua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta; 4. Drs. Swandono, M.Hum., selaku Pembimbing I, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini; 5. Drs. Edy Suryanto, M. Pd., selaku Pembimbing II, yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini; 6. Kepala SMA Negeri Kebakkramat, yang telah memberi kesempatan dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian; 7. Mutaqin, S.Pd., selaku guru kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat, yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian; commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Para siswa XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini; dan 9. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya. Selain itu, dapat membantu penelitian yang berikutnya, sehingga mencapai hasil yang lebih baik.
Surakarta, Juli 2012
Penulis,
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL……………………………………………………………………
i
PERNYATAAN………………………………………………………….
ii
PENGAJUAN……………………………………………………………
iii
PERSETUJUAN…………………………………………………………
iv
PENGESAHAN…………………………………………………………
v
MOTTO…………………………………………………………………..
vi
PERSEMBAHAN……………………………………………………….
vii
ABSTRAK………………………………………………………………..
viii
KATA PENGANTAR …………………………………………………..
ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………..
xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………
xiii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..
xiv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………..
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................
1
B. Perumusan Masalah .........................................................................
5
C. Tujuan Penelitian .............................................................................
6
D. Manfaat Penelitian ...........................................................................
6
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ..............................................................................
8
B. Penelitian yang Relevan ....................................................................
34
C. Kerangka Berpikir ............................................................................
37
D. Hipotesis Tindakan...........................................................................
39
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................
40
B. Subjek Penelitian ..............................................................................
41
C. Bentuk dan Strategi Penelitian………………………………… commit to user D. Sumber Data Peneliti..................................................................
41
xi
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
43
F. Uji Validitas Data………………………………………….......
44
G. Teknik Analisis Data..................................................................
45
H. Indikator Keberhasilan Penelitian……………………………..
46
I. Prosedur Penelitian……………………………………………...
47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan ......................................................................
50
B. Deskripsi Hasil Penelitian……………..............................................
53
C. Siklus I……………………………………………………………...
53
D. Siklus II……………………………………………………………
59
E. Pembahasan ......................................................................................
66
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ..........................................................................................
71
B. Implikasi ...........................................................................................
71
C. Saran ................................................................................................
82
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 75 LAMPIRAN ....................................................................................................... 79
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Klasifikasi dan Jenis Media ........................................................................
30
2. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ............................................
41
3. Indikator Keberhasilan Tindakan ................................................................
46
4. Persentase Peningkatan Proses dan Hasil Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek .........................................................................................................
commit to user
xiii
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Kerangka Berpikir Penelitian ......................................................................
38
2. Model Analisis Interaktif.............................................................................
45
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1.
Silabus .......................................................................................................
2.
Pedoman Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Apresiasi
79
Cerita Pendek ............................................................................................
81
3.
Catatan Lapangan Suvei Awal ..................................................................
82
4.
Instrumen Angket Untuk Siswa ................................................................
85
5.
Contoh Isian Angket Siswa .......................................................................
88
6.
Pedoman Wawancara Terstruktur dengan Siswa ......................................
94
7.
Hasil Wawancara Terstruktur dengan Siswa ............................................
96
8.
Hasil Wawancara Terstruktur dengan Siswa ............................................
97
9.
Pedoman Wawancara Peneliti dengan Guru Bahasa Indonesia ................
98
10. Hasil Wawancara Peneliti dengan Guru Bahasa Indonesia ...................... 100 11. Daftar Nilai Apresiasi Cerita Pendek Siswa pada Survei awal ................. 103 12. Foto Pratindakan ....................................................................................... 104 13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................................ 106 14. Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek Siklus I ......................................................................................... 114 15. Catatan Lapanan Siklus I .......................................................................... 115 16. Materi Cerita Pendek ................................................................................ 118 17. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus I ................................................................. 123 18. Daftar Nilai Apresiasi Cerita Pendek Siswa pada Siklus I ....................... 126 19. Hasil Wawancara Terstruktur Siswa Siklus I ........................................... 127 20. Foto Siklus I .............................................................................................. 129 21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II........................................... 131 22. Observasi Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek Siklus II ........................................................................................ 140 23. Catatan Lapanan Siklus II ......................................................................... 141 24. Hasil Pekerjaan Siswa Siklus II ................................................................ 144 25. Daftar Nilai Apresiasi Cerita Pendek Siswa pada Siklus II ...................... 147 usersetelah Remidi .................... 148 26. Daftar Nilai Apresiasi Cerita commit Pendek to Siswa
xv
xvi digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
27. Foto Siklus II............................................................................................. 149 28. Daftar Nilai Siswa Tiap Siklus ................................................................ 152
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Pengajaran bahasa Indonesia tidak hanya mengajarkan tentang materi kebahasaan saja, tetapi juga meliputi materi kesastraan. Keduanya diharapkan mendapatkan porsi seimbang sehingga tidak ada salah satu bidang yang dianaktirikan. Kenyataan di lapangan, pengajaran bahasa Indonesia tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan. kebanyakan guru lebih memprioritaskan materi kebahasaan daripada materi kesastraan. Hal tersebut disebabkan adanya anggapan bahwa materi kebahasaan lebih penting daripada materi kesastraan. Guru diperkenalkan kepada kesusastraan agar dapat mengajarkan bahasa tidak hanya ke arah keterampilan berbahasa saja. Pengetahuan tentang sastra bisa dijadikan pemerluas wawasan guru. Pembelajaran sastra memiliki pengaruh yang sangat besar dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan. Sastra dapat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap cara berpikir seseorang mengenai hidup, mengenai baik buruknya, mengenai benar atau salah, serta mengenai cara hidup diri sendiri dan menghayati kehidupan Pengajaran sastra tidak semata hanya untuk mencetak manusia menjadi sastrawan saja, melainkan sastra bisa menjadi medium yang dapat mengasah serta mengembangkan keterampilan berbahasa siswa. Pengajaran apresiasi sastra yang berupa cerita pendek tidak hanya bermanfaat untuk menunjang keterampilan berbahasa siswa, melainkan juga dapat memperkaya pengalaman, pandangan hidup, dan juga mengasah kepribadian siswa. Minat dan apresiasi terhadap karya sastra siswa hendaknya mulai dibangkitkan, ditumbuhkan, dan diasah sejak usia dini, yaitu ketika siswa tersebut masih duduk di bangku sekolah dasar. Akan tetapi membangkitkan minat dan apresiasi terhadap karya sastra pada siswa tersebut tidaklah mudah. Mutu dan commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tingkat pemahaman terhadap apresiasi sastra yang telah dilalui oleh siswa di sekolah akan menjadi modal awal bagi perkembangan lebih lanjut pada saat mereka terjun di masyarakat. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa berasal dari dalam diri siswa itu sendiri dan dari luar dirinya. Guru dipandang dari segi siswa, merupakan faktor dari luar dirinya. Oleh karena itu, guru mempunyai peran yang sangat penting dan menentukan keberhasilan belajar siswa (Arikunto, 1990: 217) . Di sekolah, pelaksanaan pembelajaran apresiasi cerita pendek masih kurang maksimal, sebab masih banyak ditemukan guru yang memakai cara-cara konvensional,
baik
pada
penggunakaan
metode
pembelajaran
maupun
penggunaan media dalam pembelajarannya. Hal tersebut akan berdampak pada menurunnya motivasi siswa dalam mempelajari materi dan akhirnya tidak menutup kemungkinan pembelajaran berjalan monoton dan kurangnya kreativitas siswa. Hal ini juga terjadi pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Kegiatan survei awal peneliti lakukan untuk mendapat gambaran pelaksanan pembelajaran apresiasi cerita pendek mata pelajaran Bahasa Indonesia, yaitu melalui pengamatan selama proses belajar-mengajar berlangsung. Dalam survei awal tersebut peneliti temukan kekurangan sebagai berikut: Pertama, Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran apresiasi cerita pendek. Hal tersebut terlihat ketika siswa mengikuti pembelajaran apresiasi cerita pendek, mereka banyak yang mengalihkan perhatian melalui berbicara dengan teman sebangku, melamun, dan menyandarkan dagu di atas meja. Kedua, Siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek. Kesulitan siswa dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek pada awalnya disebabkan karena siswa cenderung meremehkan pelajaran bahasa Indonesia. Hal tersebut terbukti saat pelajaran berlangsung, banyak siswa yang tidak antusias dalam mengikuti pembelajaran. Mereka mengalihkan perhatian dari penjelasan guru, sehingga pada saat mengerjakan tugas mengapresiasi cerita pendek mereka mengalami kesulitan. Ketiga, Guru kesulitan dalam membangkitkan minat siswa. Pada saat commitdilaksanakan, to user pembelajaran apresiasi cerita pendek siswa menunjukkan sikap
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
yang kurang berminat dan kurang antusias. Hal tersebut disebabkan karena guru masih kurang dalam menunjukkan sikap komunikasi aktif dengan siswa. Keempat, Guru kesulitan dalam mengembangkan metode dan media yang tepat untuk mengajarkan materi apresiasi cerita pendek. Selama ini dalam mengajarkan materi apresiasi cerita pendek, guru menggunakan metode ceramah. Guru terlihat mendominasi pembelajaran yang berlangsung. Di samping itu, guru kurang memanfaatkan media dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek. Wawancara dengan guru bahasa Indonesia menyatakan bahwa nilai apresiasi cerita pendek siswa pada saat ini yang mendapat ketuntasan belajar hanya 13 siswa dari 31 siswa dan nilai rata-rata siswa adalah 6,2. Guru masih kesulitan menghadirkan media dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek. Biasanya guru menugasi salah satu siwa untuk membacakan cerita pendek di kelas atau menugasi siswa untuk membaca sendiri-sendiri di dalam hati. Untuk penugasan, kebanyakan berupa tugas rumah, sehingga di dalam kelas jarang dilakukan praktik apresiasi cerita pendek. Selanjutnya dari hasil observasi, guru kesulitan dalam mengelola materi pelajaran apresiasi cerita pendek. Selama pembelajaran berlangsung, guru menggunakan metode konvensional dengan banyak memberikan ceramah. Hal tersebut berdampak pada kurangnya interaksi antara guru dengan murid karena hanya terjalin komunikasi satu arah. Lain halnya jika pembelajaran di dalam kelas dilaksanakan dengan metode yang inovatif dan juga ditambah menggunakan media yang sesuai dengan pembelajaran, tentu akan meningkatkan kreativitas siswa dan siswa akan lebih terpacu untuk belajar. Pemanfaatan media pembelajaran yang sesuai dengan materi belajar akan memberikan pengalaman belajar yang mengesankan bagi siswa dan juga memberikan pengalaman belajar bagi siswa yang sangat dibutuhkan untuk mengonstruksi sebuah pengetahuan. Sadiman, dkk (2006: 5), berpendapat bahwa proses belajar-mengajar dimungkinkan menggunakan metode belajar tidak langsung. Artinya, siswa secara aktif berinteraksi dengan media atau sumber belajar yang lain. Jadi, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa guru hanyalah salah satu dari sekian banyak sumber to userbelajar. belajar yang dapat memungkinkancommit siswa untuk
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
Experts such as Dyson, Morrow, Owocki and Schickendaz other activity that's speaking and listening of story is a means and media development and use of knowledge about written language and spoken language (Bredekamp, 1992 ). Para ahli seperti Dyson, Morrow, Owocki dan Schickendaz mengatakan bahwa kegiatan berbicara dan mendengarkan dalam bercerita merupakan sarana, media pengembangan serta penggunaan pengetahuan tentang bahasa tulis dan bahasa lisan (Bredekamp, 1992). Cerita pendek atau cerpen ialah salah satu dari sekian karya sastra yang digemari oleh masyarakat. Hal itu disebabkan karena cerita pendek yang berisikan 500-20.000 kata saja atau cerita yang habis dibaca dalam sekali duduk. Akan tetapi berdasarkan pernyataan tersebut akan sangat riskan apabila cerpen di satu sisi sangat digemari tetapi dalam pengajarannya berlalu begitu saja tanpa adanya kreativitas guru dan terkesan membosankan. Cerita mendorong anak untuk belajar mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa, mengidentifikasi kata-kata, dan menarik makna dari konteks. Dialog dalam cerita mendorong anak belajar pragmatika berbahasa tentang bagaimana memulai pembicaraan, memilih sapaan, salam, dan pola pergiliran bicara (Musfiroh, 2003). Bertolak dari permasalahan tersebut di atas, seorang guru dapat memanfaatkan media audio visual sebagai sumber pembelajaran cerita pendek. Pembelajaran apresiasi cerita pendek di dalam kelas dengan menggunakan media yang sesuai dapat memacu kreativitas siswa dan siswa akan lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Guru harus memiliki otoritas untuk memilih media pembelajaran yang sesuai dengan materi belajar. Baik buruknya suatu media sebenarnya tidak bergantung pada mentereng tidaknya peralatan yang dipakai melainkan sejauh mana media itu dapat menyalurkan informasi sehingga informasi tersebut dapat diserap semaksimal mungkin oleh si penerima informasi. Selama ini dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek, siswa diharuskan membaca terlebih dahulu teks cerita pendek. Hal ini bisa menjadikan siswa bosan to user apresiasi cerita pendek. Jadi, dan tidak termotivasi dalam commit pembelajaran
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penggunakan media dapat mengurangi kebosanan siswa dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek yang terkesan monoton. Lewat media pembelajaran, guru dapat membuat variasi pembelajaran semenarik mungkin untuk menarik minat siswa dalam belajar. Dengan adanya media audio visual yang berupa video rekaman cerita pendek, dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek di kelas dapat membawa berbagai manfaat yang positif. Dengan pemanfaatan media audio visual tersebut, siswa dapat menerapkan ilmu yang diperoleh di kelas untuk kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dengan pemanfaatan media audio visual ini membawa unsur kebaruan bagi siswa, sehingga dapat memotivasi siswa dalam belajar. Apabila motivasi belajar sudah terbentuk dalam diri siswa maka pembelajaran akan berjalan lancar dan hasil pembelajaran yang memuaskan. Sejalan dengan hal tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas mengenai penggunaan media audio visual untuk meningkatkan pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2011/2012.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: 1.
Apakah dengan menggunakan media audio visual dapat meningkatkan proses pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2011/2012?
2.
Apakah dengan menggunakan media audio visual dapat meningkatkan hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2011/2012?
commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas dapat disusun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini untuk: 1.
meningkatkan proses pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2011/2012.
2.
meningkatkan hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat tahun ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalam manfaat praktis dan manfaat teoretis. 1.
Manfaat Teoretis Secara teoretis hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk: a. memberikan inovasi penggunaan media belajar dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek. b. pengembangan bahan ajar apresiasi cerita pendek dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
2.
Manfaat Praktis a. Bagi siswa 1) Dapat meningkatkan prestasi siswa dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek. 2) Memberikan pengalaman belajar yang menarik dan berkesan pada siswa, sehingga siswa mudah menerima pengetahuan yang diberikan guru dengan baik. b. Bagi guru 1) Dapat digunakan sebagai media dalam mengajar apresiasi cerita pendek. 2) Media audio visual tersebut dapat dijadikan modelling dalam kegiatan belajar-mengajar. commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Media audio visual tersebut dapat juga digunakan guru sebagi sarana untuk memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran apresiasi cerita pendek. c. Bagi sekolah 1) Meningkatkan kualitas pembelajaran apresiasi cerita pendek baik proses maupun hasil, sehingga meningkatkan prestasi siswa di sekolah tersebut. 2) Memberikan kontribusi dalam pengembangan kurikulum sekolah berdasarkan
indikator-indiktor
pembelajaran
apresiasi
cerita
pendek yang telah ditentukan. d. Bagi peneliti 1) Mendapatkan sebuah fakta bahwa dengan menggunakan media audio
visual
dapat
meningkatkan
prestasi
siswa
dalam
pembelajaran apresiasi cerita pendek. 2) Mengembangkan wawasan mengenai penerapan pembelajaran apresiasi cerita pendek yang lebih inovatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Landasan Teori 1. Hakikat Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction”, yang banyak dipakai dalam dunia pendidikan di Amerika Serikat. Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif, yang menempatkan siswa sebagai sumber dari kegiatan. Selain itu, istilah ini juga dipengaruhi oleh perkembangan teknologi yang diasumsikan dapat mempermudah siswa mempelajari segala sesuatu lewat berbagai macam media seperti bahan-bahan cetak, program televisi, gambar, audio dan lain sebagainya, sehingga semua itu mendorong terjadinya perubahan peranan guru dalam mengelola proses belajar mengajar, dari guru sebagai sumber belajar menjadi guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajarmengajar (Sanjaya, 2008: 78). Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan stimulus kepada siswa agar menimbulkan respons yang tepat seperti yang diinginkan. Atau dapat juga diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja oleh guru untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor internal dan eksternal dalam kegiatan belajar-mengajar. Para ahli kognitif berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu usaha untuk mengaktifkan indera siswa agar memeroleh pemahaman. Cara yang dilakukan untuk mengaktifkan indera siswa dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu belajar atau media belajar yang berupa media cetak atau media elektronik yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Menurut Gagne (dalam Sanjaya, 2008: 78), mengajar atau teaching merupakan bagian dari pembelajaran (instruction), di mana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu. Pembelajaran itu sendiri memiliki tujuan yang ingin dicapai, commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
yaitu suatu kompetensi oleh siswa setelah menyelesaikan suatu konsep pembelajaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mencapai tujuan tersebut ialah salah satunya unsur-unsur yang terkait dalam proses belajar. Unsur-unsur tersebut, antara lain: motivasi siswa, alat bantu belajar, bahan ajar, suasana belajar, dan kondisi siswa belajar. Kelima unsur tersebut saling terkait satu sama lain dan juga saling memengaruhi proses pembelajaran. Menurut Hamalik (1995:55-57), pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film, audio, dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya. Rumusan tersebut tidak terbatas dalam ruang saja. Sistem pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau disekolah, karena diwarnai oleh organisasi dan interaksi antara berbagai komponen yang saling berkaitan, untuk pembelajaran peserta didik. Berdasarkan pasal 1 butir 20 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam konsep pembelajaran tersebut terkandung 5 konsep yaitu: (1) interaksi, (2) peserta didik, (3) pendidik, (4) sumber belajar, (5) lingkungan belajar. b. Komponen-komponen Pembelajaran Hamruni ( 2008:10), berpendapat bahwa pembelajaran merupakan suatu sistem instruksional yang mengacu pada seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem pembelajaran meliputi suatu komponen antara lain, tujuan, bahan, peserta didik, guru, metode, situasi, dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antar sesama komponen terjadi kerja commit to user sama. Oleh karena itu, guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
komponen tertentu saja misalnya metode, bahan dan evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan. 1) Guru Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor yang terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran. Komponen guru tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa oleh komponen lain, dan sebaliknya guru mampu memanipulasi atau merekayasa komponen lain menjadi bervariasi. Komponen lain tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Tujuan rekayasa pembelajaran oleh guru adalah membentuk lingkungan peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik memperoleh suatu hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu dalam merekayasa pembelajaran, guru harus berdasarkan kurikulum yang berlaku. 2) Peserta didik Peserta didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar untuk mengembangkan potensi kemampuan menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar. Komponen peserta didik ini dapat dimodifikasi oleh guru. 3) Tujuan Tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasasan untuk menentukan strategi, materi, media dan evaluasi pembelajaran. Untuk itu dalam strategi pembelajaran, penentuan tujuan merupakan komponen yang pertama kali harus dipilih oleh seorang guru, karena tujuan pembelajaran merupakan target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran. 4) Bahan pelajaran Bahan
pelajaran
merupakan
medium
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran yang berupa materi yang tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
11 digilib.uns.ac.id
5) Kegiatan pembelajaran Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses pembelajaran. 6) Metode Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. penentuan metode yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran akan sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung. 7) Alat Alat yang dipergunakan dalam pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat dipergunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran alat memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat verbal dan alat bantu nonverbal. Alat verbal dapat berupa globe, peta, papan tulis, slide, dan lainlain. 8) Sumber belajar Sumber belajar adalah sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau rujukan di mana bahan pembelajaran bisa diperoleh. Sumber belajar itu sendiri dapat berasal dari masyarakat, lingkungan, dan kebudayaan, misalnya, manusia, buku, media massa, musium, dan lain-lain. 9) Evaluasi Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga bisa berfungsi sebagai umpan balik untuk perbaikan strategi yang telah ditetapkan. Kedua fungsi evaluasi tersebut merupakan evaluasi sebagai fungsi sumatif dan formatif. 10) Situasi atau lingkungan Lingkungan sangat mempengaruhi guru dalam menentukan strategi pembelajaran. Lingkungan yang dimaksud adalah situasi dan keadaan fisik ( misalnya iklim, letak sekolah dan sebagainya ), dan hubungan antar insani, misalnya dengan teman, dan peserta didik dengan orang lain. Contoh keadaan commit to user ini misalnya menurut isi materinya seharusnya pembelajaran menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
media masyarakat untuk pembelajaran, karena kondisi masyarakat sedang rawan, jadi diubah dengan menggunakan metode lain, misalnya membuat kliping. Berdasarkan definisi-definisi pembelajaran yang diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah interaksi aktif antara guru dengan siswa, dengan mengoptimalkan faktor internal maupun eksternal untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran Bahasa Indonesia diharapkan mampu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam kegiatan berpikir kreatif, bernalar, berimajinasi, mempertajam kepekaan sosial dan kepekaan perasaan siswa, serta dapat menghayati dan menikmati keindahan bahasa melalui karya-karya sastra. Pembelajaran yang terjadi dalam proses belajar-mengajar hendaknya dapat dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh agar tujuan dari setiap pembelajaran dapat mencapai hasil akhir yang memuaskan. c. Unsur-unsur Pembelajaran Unsur-unsur pembelajaran pada hakikatnya merupakan penunjang dalam proses pembelajaran. Besar dan kualitas dukungan unsur-unsur yang ada turut menentukan tingkat efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Maksudnya ialah besarnya dukungan unsur pembelajaran tersebut dapat menentukan
tingkat
keefektivan pembelajaran. Adapun unsur-unsur pembelajaran menurut Hamalik (dalam Ellykasus, 2012) meliputi hal-hal berikut: (1) motivasi belajar siswa, (2) bahan pelajaran, (3) alat bantu pelajaran, (4) suasana pembelajaran, (5) keadaan subjek/kondisi subjek. Secara lebih terperinci berbagai unsur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Unsur pertama adalah mengenai motivasi belajar. Mc Donald (2012) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Pengertian ini menunjukkan bahwa seorang siswa akan belajar dengan
baik apabila ada faktor pendorongnya (motivasi). Dengan demikian,
antara motivasi dengan pencapaian tujuan belajar berhubungan erat. Artinya, seseorang melakukan sesuatu kalau memiliki tujuan yang jelas itu maka akan bangkit dorongan untuk mencapainya. Motivasi akan menyebabkan terjadinya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia baik yang menyangkut kejiwaan, perasaan dan emosi untuk bertindak atau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Unsur kedua, yaitu bahan belajar. Bahan belajar merupakan unsur belajar yang penting mendapat perhatian guru. Dengan bahan itu, para siswa dapat mempelajari hal-hal yang diperlukan dalam upaya mencapai tujuan belajar. Menurut Imron (2012) dalam menyediakan bahan belajar ini sangat tergantung pada tujuan pembelajaran, karakteristik siswa, siasat pembelajaran yang harus ditempuh siswa dan ketersediaan bahan pembelajaran. Sebab, dalam komunitas kelas kemampuan antara siswa satu dengan siswa yang lain berbeda. Siswa lebih mudah memahami bahan pelajaran yang disampaikan menggunakan lisan atau cenderung menggunakan daya pandangan siswa. Adapun tipe visual tersebut siswa lebih mudah memahami bahan pelajaran yang berbentuk tulisan atau gambar yang lebih menekankan pada penglihatan. Unsur ketiga, alat bantu pembelajaran adalah alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa melakukan perbuatan belajar, sehingga kegiatan belajar menjadi lebih efisien dan efektif. Dengan bantuan berbagai alat tersebut maka pembelajaran akan lebih menarik, menjadi konkret, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga, dan hasil belajar lebih bermakna. Alat bantu belajar disebut juga alat peraga atau media belajar, misalnya dalam bentuk bahan tercetak, alatalat yang dapat dilihat (media visual), alat yang dapat didengar (media audio), dan alat-alat yang dapat didengar dan dilihat (audio visual), serta sumber-sumber masyarakat yang dapat dialami secara langsung. Unsur keempat, suasana pembelajaran adalah keadaan atau situasi pada saat proses pembelajaran. Dalam pandangan tradisional, suasana pembelajaran yang kondusif adalah jika dalam ruang kelas terasa tenang sementara siswa bisa mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Pada umumnya, model pembelajaran seperti ini siswa tidak berani mengajukan pertanyaan terhadap halhal yang kurang jelas pada saat guru menyampaikan bahan pelajaran, terkecuali jika guru telah memberikan kesempatan. Namun pandangan sekarang, suasana commit to user pembelajaran yang kondusif adalah suasana yang mendukung terciptanya kegiatan
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belajar yang aktif, baik fisik maupun sosial, dan motivasi belajar siswa yang besar. Unsur kelima, yaitu keadaan atau kondisi subjek belajar. Keadaan diri subjek peserta didik (siswa) yang berperan dalam proses pembelajaran mencakupi, antara lain: keadaan jasmani dan keadaan mental psikologis, pengalaman latar belakang keluarga dan lingkungan masyarakat. Kondisi subjek belajar turut menentukan kegiatan dan keberhasilan belajar. Siswa dapat belajar secara efisien dan efektif apabila berbadan sehat, memiliki intelegensi memadai, siap untuk melakukan kegiatan belajar, memiliki bakat khusus, dan pengalaman yang bertalian dengan pelajaran, serta memiliki minat untuk belajar. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan unsur-unsur pembelajaran ialah berbagai
komponen
yang
dapat
menunjang
pembelajaran
serta
dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Hakikat Apresiasi Sastra Cerita Pendek a. Pengertian apresiasi sastra Menurut Suroto (1990: 157), kata apresiasi dalam bahasa Indonesia berasal dari kata appreciation, yang berarti penghargaan. Tepatnya penghargaan yang didasarkan pada pemahaman. Apresiasi sastra meliputi berbagai aktivitas seseorang ketika terlibat kontak dengan sebuah karya sastra. Apresiasi ini berlangsung saat penikmat karya sastra melakukan pemahaman terhadap suatu karya sastra yang meliputi bunyi, pemahaman diksi, pemahaman kalimat, gagasan, wacana yang utuh, hingga pengungkapan suatu respons terhadap teks sastra yang telah ia nikmati. Pembelajaran sastra dimaksudnya untuk meningkatkan kemampuan siswa mengapresiasi karya sastra. Kegiatan mengapresiasi karya sastra berkaitan erat dengan pelatihan mempertajam perasaan, penalaran, dan daya khayal serta kepekaan terhadap masyarakat, budaya, dan lingkungan hidup. Berdasarkan batasan-batasan apresiasi yang telah diuraikan tersebut dapat disampaikan bahwa apresiasi sastra dapat dimaknai dengan kegiatan memahami commit to user karya sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan,
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Adapun langkah-langkah dalam apresiasi sastra menurut Sayuti (dalam Nugrahani, 2012: 23) meliputi: (1) interpretasi atau penafsiran, yaitu upaya memahami karya sastra dengan memberi tafsiran berdasarkan sifat karya itu; (2) analisis, yaitu penguraian karya sastra atas bagian-bagian atau norma-normanya; dan (3) penilaian, yaitu menentukan kadar keberhasilan atau keindahan karya sastra yang diapresiasi. Kurikulum berbasis kompetensi menuntut pembelajaran sastra yang apresiatif, agar wawasan dan kepekaan perasaan siswa dapat dikembangkan. Melalui pembelajaran sastra yang apresiatif diharapkan siswa memiliki rasa cinta terhadap sastra, dan sampai pada kesadaran yang lebih baik terhadap diri dan masyarakat sekitarnya.
b. Pengertian Cerita Pendek Cerita pendek atau sering disingkat cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan dengan karya-karya fiktif yang lebih panjang, seperti novel. Menurut Wahyudi (2011: 90), cerita pendek merupakan salah satu jenis fiksi yang banyak ditulis orang. Cerita pendek memiliki pembaca dan pendengar yang setia. Sifat cerita pendek itu pendek, cerita pendek biasanya dapat dibaca dalam waktu singkat. Cerita pendek menjadi satu menu istimewa dalam media massa cetak, sebuah stasiun radio, dan majalah. A. Bakar Hamid berpendapat (dalam Layun Rampan, 1995: 10) bahwa yang disebut cerita pendek itu harus dilihat dari kuantitas, yaitu banyaknya perkataan yang dipakai antara 500-20.000 kata, adanya satu plot, adanya satu watak, dan adanya satu kesan. Yudiono Ks berpendapat (dalam Layun Rampan, 1995: 10) bahwa yang disebut cerita pendek itu adalah cerita yang bersumber pada suatu persoalan kehidupan, suatu nilai kehidupan, yang menjadi tema cerita. Senada dengan pendapat tersebut, Mohammad Diponegoro (dalam Layun Rampan, 1995: 11) disederhanakan seperti berikut: (1) cerita pendek harus pendek; (2) cerita pendek commit efek to user mengalir dalam arus untuk menciptakan tunggal dan unik; (3) cerita pendek
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
harus ketat dan padat; (4) cerita pendek harus mampu meyakinkan pembacanya bahwa ceritanya benar-benar terjadi, bukan suatu kinan atau rekaan; dan (5) cerita pendek harus menimbulkan kesan yang selesai tidak lagi mengusik dan menggona, karena ceritanya seperti masih berlanjut. Jamalus dan Hasan (1974: 3) mengemukakan bahwa pada cerpen biasanya pengarang tidak melukiskan seluruh masa kehidupan pelakunya, yang dipilih ialah sebagian saja, yang benar-benar mempunyai arti untuk ditampilkan. Bagian yang dipilih memperlihatkan bahwa tokoh cerita tersebut menghadapi suatu pertikaian conflict, serta bagaimana akhirnya pertikaian itu diselesaikan. Suroto (1990:18) berpendapat bahwa cerpen atau cerita pendek adalah suatu prosa yang berisi cerita sebuah peristiwa kehidupan manusia pelaku/tokoh dalam cerita tersebut. Dalam karangan tersebut terdapat peristiwa lain tetapi peristiwa tersebut tidak dikembangkan sehingga kehadirannya sekedar sebagai pendukung peristiwa pokok agar cerita tampak wajar. Ini berarti hanya dikonsentrasikan pada suatu peristiwa yang menjadi pokok ceritannya. HB. Yasin (dalam Suroto, 1990:18), juga mengemukakan bahwa ukuran fisik secara nyata akan panjang pendeknya sebuah cerpen emang tidak akan ada tetapi “sebuah cerita yang memakan seratus halaman tentu bukan sebuah cerpen”. Ukuran yang dipergunakan hanyalah kesingkatan dan kepadatan ceritannya serta penonjolan satu peristiwa yang benar-benar dianggap penting oleh pengarang. Dengan kata lain apa yang hendak disampaikan pengarang lewat cerpen benarbenar terasa. Kesingkatan sebuah cerpen benar-benar pendek. Pendek peristiwa dan penyampaiannya. Jadi, peristiwa yang disampaikan itu terasa sepintas sekalipun dalam kesepintasannya itu menampilkan berbagai kemungkinan tafsir yang berangkali bisa panjang, sedangkan keterpaduan dan keutuhan antara unsurunsur yang membangun dalam bentuk yang pendek merupakan kepadatan sebuah cerpen. Berdasarkan beberapa pendapat ahli bahasa di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa cerita pendek adalah salah satu jenis karya sastra hasil interpretasi pengarang yang pendek, singkat, padat, dan padu sehingga memberikan kesan tunggal bagi pembacanya, yang berarti menampilkan satu commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kebulatan ide. Sebuah cerita pendek yang utuh dan bulat yang tidak mungkin atau dimungkinkan dalam bentuk yang panjang seperti roman atau novel. c. Struktur Cerita Pendek Struktur ialah keseluruhan relasi antara berbagai unsur sebuah teks. Dalam sebuah struktur terdiri dari beberapa unsur pembentuk yang saling berkaitan atau saling berhubungan. Sementara itu, dalam sebuah cerita pendek terdapat beberapa unsur pembentuk cerita. Menurut unsur-unsur pembangun fiksi meliputi fakta cerita, sarana cerita, dan tema. Fakta cerita merupakan hal-hal yang akan diceritakan di dalam sebuah karya fiksi, yang mengandung unsur plot, tokoh, dan latar. Sarana cerita merupakan hal-hal yang dimanfaatkan oleh pengarang dalam memilih dan menata detail-detail cerita. Sarana cerita melibatkan unsur judul, sudut pandang, gaya, dan nada. Tema biasanya berpangkal pada alasan tindak atau motif tokoh. 1) Plot/Alur Cerita Salah satu elemen terpenting dalam pembentuk karya fiksi adalah plot cerita. Dalam analisis cerita, plot sering pula disebut dengan istilah alur. Dalam pengertiannya yang paling umum, Sundari, dkk berpendapat (dalam Fananie, 2000: 93), plot atau alur sering diartikan sebagai keseluruhan rangkaian peristiwa yang terdapat dalam cerita. Plot adalah ruangan dalam dari jalan cerita, atau suatu perkembangan jalan cerita dan kejadian yang disebabkan suatu konflik. Oleh sebab itu, plot sendiri muncul karena adanya suatu peristiwa, dan peristiwa tersebut ada sebabnya, di dalam sebab tersebut ada sebuah konflik. Ada pun timbulnya konflik ialah, konflik memuncak, konflik klimaks, dan pemecahan masalah (Layun Rampan, 1995: 61). Stanton berpendapat (dalam Nurgiyantoro, 1995: 113) bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun setiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat saja, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Pengembangan plot ditentukan oleh tiga faktor esensial, yaitu: peristiwa, konflik, dan klimaks. commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Peristiwa merupakan peralihan dari suatu keadaan ke keadaan yang lain. Konflik merujuk pada suatu peristiwa atau kejadian yang tidak menyenangkan yang dialami oleh para tokoh cerita. Konflik dapat berupa suatu peristiwa dramatik pertarungan antara dua kekuatan seimbang. Konflik yang telah mencapai titik intensitas tertinggi disebut klimaks. Klimaks sangat menentukan arah perkembangan plot. Keberadaan klimaks menentukan bagaimana permasalahan atau konflik bisa diselesaikan. Plot tidak hanya dilihat dari jalannya suatu peristiwa akan tetapi perlu dianalisis bagaimana peristiwa-peristiwa yang muncul mampu membangun satu tegangan atau konflik tokohnya. Propp berpendapat (dalam Fananie, 2000: 94) bahwa yang dimaksud fungsi plot adalah aktivitas dramatik tokoh (act dramatic persona) yang didasarkan atas signifikansi sudut pandang dari sejumlah peristiwa yang membangun cerita secara keseluruhan. 2) Tema Setiap cerita mempunyai tema atau dasar, yang merupakan tujuan. Penulis melukiskan watak para pelaku dalam ceritanya dengan tema tersebut. Tema merupakan hal yang paling penting dalam seluruh cerita. Walaupun penulis tidak menjelaskan apa tema ceritanya, secara eksplisit, namun tema dapat dirasakan oleh pembaca sesuai membacanya. Layun Rampan (1995: 86) menyatakan bahwa tema dalam sebuah cerita pendek bisa disamakan dengan fundamen sebuah bangunan. Tentu saja tidak mungkin mendirikan sebuah bangunan tanpa fundamen. Dengan kata lain, tema adalah ide pokok sebuah cerita pendek. Tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup yang melatarbelakangi penciptaan karya sastra. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu (Nurgiyantoro, 1995: 68). Dari berbagai pendapat pakar di atas dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan utama yang menjiwai seluruh gagasan utama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
19 digilib.uns.ac.id
3) Penokohan/Perwatakan Penokohan adalah proses penciptaan citra tokoh yang terdapat dalam sebuah karya sastra, pembaca cenderung mengklasifikasikan tokoh antagonis dan protagonis. Senada dengan pendapat di atas, Jones (dalam Nurgiyantoro, 1995: 165) menyatakan “penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita”. Orang-orang yang ditampilkan dalam cerita disebut tokoh cerita. Watak atau karakter menurut Layun Rampan (1995: 45) merupakan pelukisan manusia pelaku yang memiliki keistimewaan dan kelemahan. Menurut R. V. Cassill (dalam Layun Rampan, 1995: 45) menjelaskan watak atau karakter adalah pelukisan kepribadian manusia yang mengambil peranan dalam suatu kejadian. Di dalam cerita pendek berhasil tidaknya sebuah cerita banyak ditentukan oleh berhasil tidaknya penciptaan watak atau karakter tersebut. Perwatakan dari seorang tokoh dapat dilihat dari deskripsi yang diberikan oleh pengarang secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung, artinya pengarang mendeskripsikan watak tokoh, dan secara tidak langsung, artinya tokoh dapat dicerminkan dari setiap dialog yang berlangsung. 4) Setting/Latar Setting atau latar, yaitu tempat terjadinya peristiwa dalam sebuah cerita. Layun Rampan (1995: 42) menjelaskan bahwa latar atau setting bertumpu pada tempat dan waktu. Latar tempat merujuk pada suatu kawasan secara geografik, konkret, dan setting waktu merujuk pada suatu waktu tertentu. Latar dalam cerita pendek sastra tidak hanya menjadi latar belakang, akan tetapi ia harus mendukung cerita secara keseluruhan. Abrams berpendapat (dalam Fananie, 2000: 97), setting merupakan satu elemen pembentuk cerita yang sangat penting, karena elemen tersebut akan dapat menentukan situasi umum sebuah karya. Wahyudi (2011: 70), membedakan latar menjadi tiga, yaitu: latar tempat, latar waktu, dan latar commit to tempat user atau ruang cerita terjadi. Latar sosial. Latar tempat menunjuk pada
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
waktu menunjuk pada kapan cerita terjadi. Latar sosial, yaitu suasana kehidupan masyarakat dan kebiasaan. Jadi, keberadaan sebuah setting hakikatnya tidaklah hanya sekedar menyatakan di mana, kapan, dan bagaimana situasi peristiwa tersebut berlangsung, melainkan berkaitan juga dengan gambaran tradisi, karakter, perilaku sosial, dan pandangan masyarakat pada saat cerita ditulis. Dari kajian setting akan dapat diketahui sejauh mana kesesuaian dan korelasi antara perilaku dan watak tokoh dengan kondisi masyarakat, situasi sosial, dan pandangan masyarakatnya. Fungsi setting dalam sebuah karya tidak bisa dilepaskan dari masalah yang lain seperti tema, tokoh, bahasa, medium sastra yang dipakai, dan persoalan-persoalan yang muncul yang kesemuanya merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan (Fananie, 2000: 98). 5) Point of View (Sudut Pandang) Sudut pandang ialah pandangan seorang pengarang untuk menyajikan tokoh tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa dalam cerita. Jadi sudut pandang ini erat hubungannya dengan teknik bercerita dari pengarang, sebagaimana yang ditampilkan ke dalam diri tokoh itu adalah sikap si pengarang dalam memandang masalah hidup dan kehidupan ini (Layun Rampan, 1995: 39). Abram berpendat (dalam Nurgiyantoro, 1995: 248), Sudut pandang, point of view, menyarankan pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Booth berpendapat (dalam Nurgiyantoro, 1995: 249), Sudut pandang bagaimanapun merupakan sesuatu yang menyaran pada masalah teknis, sarana untuk menyampaikan maksud yang lebih besar daripada sudut pandang itu sendiri. Sudut pandang merupakan teknik yang dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan karya commit user artistinya, untuk dapat sampai danto berhubungan dengan pembaca.
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) Gaya Pada dasarnya penggunaan gaya bahasa sastra berangkat dari tiga hal pokok, yaitu pilihan kata, pembentukan kata di dalam kalimat, dan nada (tone) (Layun Rampan, 1995: 63). Gorys Keraf berpendapat (dalam Layun Rampan, 1995: 63) bahwa “gaya merupakan bagian pilihan kata yang mempersoalkan cocok-tidaknya pemakaian kata, frasa, atau klausa tertentu untuk mengahapi situasi-situasi tertentu … karena persoalan gaya bahasa meliputi semua hierarki kebahasaan: pilihan kata secara individual, frasa atau klausa, dan kalimat, atau mencakup sebuah wacana secara keseluruhan”. Gaya ditandai oleh ciri-ciri kebahasaan seperti pilihan kata/diksi, struktur kalimat, bentuk-bentuk bahasa figuratif, penggunaan kohesi, dan sebagainya. 7) Suasana Cerita Layun Rampan (1995: 69) berpendapat bahwa suasana dalam cerita pendek dapat dibagi menjadi dua, yaitu suasana yang bermakna atmosphere, yang berarti warna setempat, dan suasana yang bermakna mood yang mengacu pada cita rasa yang diperoleh seorang pembaca kala ia menikmati cerita pendek yang dibacanya. Suasana yang bermakna atmosphere merupakan cakrawala pandangan yang dikemukakan seorang pengarang, yaitu yang berhubungan dengan setting/latar, yang bertujuan untuk menghidupkan cerita. Suasana yang bermakna mood atau suasana hati adalah suatu kenyataan yang dibentuk pengarang agar pembacanya larut di dalam cerita, dengan segala kekaguman oleh unsur yang dianggap agung atau mulia, baik, benar, dan berguna bagi kehidupan. Memang suasana tidak digambarkan secara khusus, karena suasana harus menyatu di dalam jalan cerita dan plot, akan tetapi ada bagian tertentu yang dideskripsikan, yaitu berupa panorama fisik atau batin, sehingga mampu menggambarkan ketrenyuhan pembaca.
commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d. Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek Dalam penelitian ini akan membahas apresiasi sastra prosa, yaitu membaca dan mendengarkan cerita pendek. Sejalan dengan pentahapan dalam kegiatan apresiasi sastra, maka tahap pertama adalah tahap penikmatan. Pada tahap ini penikmat melakukan kegiatan membaca, melihat, menonton atau mendengarkan cerita pendek. Tahap kedua adalah penghargaan, tahap ini penikmat melakukan tindakan melihat kebaikan dan manfaat yang diperoleh dari cerita pendek tersebut. Tahap ketiga adalah pemahaman, tahap ini penikmat melakukan tindakan meneliti, menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik serta menyimpulkan secara keseluruhan isi cerita pendek. Tahap keempat adalah penghayatan, tahap ini penikmat mencari hakikat atau makna dalam cerita pendek tersebut. Tahap terakhir, tahap kelima adalah implikasi atau penerapan, tahap ini penikmat menemukan ide gagasan dari pembacaan cerita pendek tersebut.
e.
Pedoman Penilaian dalam Apresiasi Cerita Pendek Culen melalui Fatul Himam berpendapat (dalam Kunandar 2009: 379),
penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Kunandar (2009: 379) menjelaskan penilaian adalah kegiatan menafsirkan hasil pengukuran, misalnya tinggi, rendah, baik, buruk, indah, jelek, lulus belum lulus, dan sejenisnya. Penilaian secara singkat dapat diartikan sebagai proses pengumpulan informasi untuk mengetahui pencapaian belajar perserta didik. Kunandar (2009: 380) juga menjelaskan bahwa prinsip penilaian
yang penting adalah akurat,
ekonomis, dan mendorong peningkatan kualitas pembelajaran. Akurat, berarti hasil belajar mengandung kesalahan sekecil mungkin. Ekonomis, berarti sistem penilaian mudah dilakukan dan murah. Sistem yang digunakan harus mendorong peningkatan kualitas pembelajaran. Penilaian dapat diukur dengan menggunakan tes. commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pernyataan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait, atribut pendidikan, psikologik atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atu ketentuan yang dianggap benar. Pengukurang diartikan sebagai pemberian angka pada status atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Penilaian dimaksudkan untuk memberi nilai tentang kualitas hasil belajar. Secara klasik, tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk membedakan kegagalan
dan
keberhasilan
seorang
perserta
didik.
Namun
dalam
perkembangannya, tujuan evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik kepada peserta didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk melakukan perbaikan. Dalam penelitian ini, alat ukur yang berupa tes digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman apresiasi cerita pendek siswa. Tes dibagi menjadi dua, yaitu tes subjektif atau sering disebut juga esai (uraian) dan tes objektif. Bentuk tes yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah tes subjektif atau esai (uraian). Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Keunggulan dari tes uraian adalah: (1) dapat mengukur aspek kognitif yang lebih tinggi; (2) dapat mengembangkan kemampuan berbahasa; (3) dapat melatih kemampuan berpikir yang teratur; dan (4) dapat mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem sorving), Kunandar (2009: 408). Dalam menyusun soal-soal bentuk tes uraian hendaknya diperhatikan kaidah sebagai berikut (Kunandar, 2009: 408-409): 1) Batasi ruang lingkup materi dengan memilih materi/bahan pelajaran yang esensial yang dapat mewakili materi lainnya. 2) Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah dipahami dan dimengerti siswa. 3) Jangan mengulang-ulang pertanyaan commit terhadap to user materi yang sama. 4) Tulislah jawaban (kunci) yang ideal sebelum menulis soal.
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Gunakan kata-kata kerja perintah, misalnya: hitunglah, jelaskanlah, buktikanlah, uraikanlah, berikanlah, dan sebagainya. 6) Tulislah skor untuk masing-masing soal bagi jawaban yang benar. Dalam tes uraian tidak ada jawaban yang pasti, kita akan menemukan beraneka ragam jawaban dari siswa satu dengan siswa lainnya. Beberapa langkah yang tepat untuk mengatasi hal tersebut, yaitu: (1) membaca setiap jawaban yang diberikan oleh siswa dan dibandingkan dengan kunci jawaban yang telah kita susun; (2) membubuhkan skor di sebelah kiri setiap jawaban. Ini dilakukan per nomor soal; (3) menjumlahkan skor-skor yang telah dituliskan pada setiap soal, dan terdapatlah skor untuk bagian soal yang berbentuk uraian.
3. Hakikat Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran Media pembelajaran, secara harfiah berarti perantara yang diperlukan dalam pembelajaran. Sulistyo, Edi Tri, Sunarmi, Jumiyanto widodo. (2011: 1), berpendapat bahwa media (dalam bahasa latin adalah bentuk jamak dari kata median), yakni dapat berupa alat/bahan yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima pesan. Dalam proses belajar-mengajar yang dimaksud adalah pesan/materi pembelajaran yang disampaikan baik oleh pendidik, dosen, tutor kepada peserta didik. Gagne berpendapat (dalam Sulistyo, Sunarmi, dan Widodo, 2011: 2) bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang dapat merangsang untuk belajar. Senada dengan pendapat tersebut, Briggs (dalam Sulistyo, Sunarmi, dan Widodo, 2011: 2) berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar. Mudhoffir (1990: 81) menjelaskan bahwa media adalah sumber belajar. Secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang membuat kondisi siswa untuk memungkinkan memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
Sedikit berbeda dengan batasan yang diberikan oleh Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) (dalam Sulistyo, Sunarmi, dan Widodo, 2011: 2), media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dan dibaca. Walaupnya banyak batasan mengenai media, tetapi sekian banyak batasan tersebut pada intinya adalah segala sesuatu yang dapat digunakan menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perhatian, dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi, Arief S Sadiman (dalam Sulistyo, Sunarmi, dan Widodo, 2011: 2). Arti media menurut New by (dalam Prawiradilaga, 2008: 64) adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media pembelajaran adalah media yang dapat menyampaikan pesan pembelajaran atau mengandung muatan untuk membelajarkan seseorang. Selanjutnya menurut Hamalik (1989: 127), media adalah alat yang membantu siswa belajar untuk mencapai tujuan-tujuan instruksional dalam ruang lingkup materi pengajaran tertentu. Media dalam dunia pendidikan
ialah
seperangkat alat bantu atau perlengkatan yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik. Ragam dan jenis media pun cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan kondisi waktu, keuangan, maupun materi yang akan disampaikan. Setiap jenis media memiliki karakteristik dan kemampuan dalam menayangkan pesan dan informasi (Hamzah dan Lamatenggo, 2010:116). Pemilihan media yang tepat menurut (Prawiradilaga, 2008: 66), yang tepat ditentukan oleh: (1) situasi pembelajaran. Apakah sistem penyampaian ditujukan untuk seorang peserta didik atau pebelajar, kelompok kecil peserta didik, kelas konvensional atau belajar jarak jauh; (2) peserta didik atau pebelajar berikut karakteristiknya seperti tipe belajar, usia, dan minat; (3) tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dipelajari oleh peserta didik; (4) ketersediaan media dan sumber belajar itu sendiri di lokasi belajar; (5) kemampuan pengajar untuk menggunakannya. commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media haruslah memenuhi kriteria untuk mengomunikasikan bahan ajar kepada peserta didik. Penggunaan media dalam pembelajaran diharapkan menjadi stimulus bagi perkembangan kreativitas peserta didik dalam belajar. Penggunaan media dalam pembelajaran diharapkan dapat mengkonkretkan informasi yang dikomunikasikan sehingga informasi tersebut dapat diterima dan diserap semaksimal mungkin oleh penerima informasi tersebut. Pemilihan media sangatlah penting. Media yang digunakan tidak harus mahal dan mentereng tetapi media yang dapat mengantarkan informasi kepada si penerima informasi. Dengan kata lain media yang digunakan dalam pembelajaran harus menunjang proses belajar siswa sehingga siswa mampu menguasai indikator pembelajaran dalam sebuah standar kompetensi. Berdasarkan batasan-batasan mengenai media seperti tersebut di atas dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang menyangkut software dan hardware yang dapat digunakan untuk meyampaikan isi materi ajar dari sumber belajar ke pebelajar (individu atau kelompok), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat pebelajar sedemikian rupa sehingga proses belajar (di dalam/di luar kelas) menjadi lebih efektif.
b. Fungsi Media Pembelajaran Dalam
proses
pembelajaran,
media
memiliki
kontribusi
dalam
meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran. Kehadiran media tidak saja membantu pengajar dalam menyampaikan materi ajar, tetapi memberikan nilai tambah kepada kegiatan pembelajaran. Hal ini berlaku bagi segala jenis media, baik yang canggih dan mahal, ataupun media yang sederhana dan murah. Selanjutnya diungkapkan bahwa penggunaan media pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian informasi (pesan dan isi pelajaran) pada saat itu. Kehadiran media dalam pembelajaran juga dikatakan
dapat
membantu
peningkatan
pemahaman
siswa,
penyajian
data/informasi lebih menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memadatkan informasi. Jadi, dalam hal ini dikatakan bahwa fungsi media adalah sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar. Sadiman, dkk (1990) berpendapat (dalam Warpala, 2012) bahwa fungsi media (media pendidikan) secara umum adalah sebagai berikut: (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat visual; (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misal objek yang terlalu besar untuk dibawa ke kelas dapat diganti dengan gambar, slide, dan sebagainya, peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat film, video, foto atau film bingkai; (3) meningkatkan
kegairahan
belajar,
memungkinkan
siswa
belajar
sendiri
berdasarkan minat dan kemampuannya, dan mengatasi sikap pasif siswa; dan (4) memberikan rangsangan yang sama, dapat menyamakan pengalaman dan persepsi siswa terhadap isi pelajaran. Fungsi media, khususnya media visual memiliki empat fungsi, yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. Dalam fungsi atensi, media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Fungsi afektif dari media visual dapat diamati dari tingkat “kenikmatan” siswa ketika belajar (membaca) teks bergambar. Dalam hal ini gambar atau simbul visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Berdasarkan temuan-temuan penelitian diungkapkan bahwa fungsi kognitif media visual melalui gambar atau lambang visual dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan mengingat pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau lambang visual tersebut. Fungsi kompensatoris media pembelajaran adalah memberikan konteks kepada siswa yang kemampuannya lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi dalam teks. Dengan kata lain bahwa media pembelajaran ini berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dalam bentuk teks (disampaikan secara verbal). Dengan menggunakan istilah media pengajaran, Sudjana dan Rivai (2009) mengemukakan beberapa manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu: (1) dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih menarik commit to userakan menjadi lebih jelas sehingga perhatian mereka; (2) makna bahan pengajaran
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
dapat dipahami siswa dan memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian tujuan pengajaran; (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata didasarkan atas komunikasi verbal melalui kata-kata; dan (4) siswa lebih banyak melakukan aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan memerankan. Kemp, dkk (dalam Hamzah dan Lamatenggo, 2010: 124) menjabarkan sejumlah kontribusi media dalam kegiatan pembelajaran antara lain sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Penyajian materi ajar menjadi lebih standar. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik. Kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif. Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi. Kualitas belajar dapat ditingkatkan. Pembelajaran dapat disajikan di mana dan kapan saja sesuai dengan yang diinginkan. 7) Meningkatkan sifat positif peserta didik dalam proses belajar menjadi lebih kuat/baik. 8) Memberikan nilai positif bagi pengajar.
Peran media pembelajaran menurut Smaldino (dalam Prawiradilaga, 2008: 64), di antaranya: 1) Diatur Pengajar (instructor-directed) Media pembelajaran yang difungsikan oleh pengajar dan menjadi bagian dari penyajian materi yang disajikan oleh pengajar tersebut. 2) Diatur Peserta Didik (learner-directed) Media pembelajaran yang difungsikan oleh peserta didik itu sendiri karena ia merasa bahwa ia ingin terlibat langsung dalam kegiatan belajarnya. Sarana laboratorium, modul adalah media pembelajaan yang memang khusus pemanfaatannya diatur oleh siswa sendiri. 3) Belajar Jarak Jauh (distance-educated) Belajar jarak jauh memerlukan telekomonikasi yang memadai baik untuk interaksi yang bersifat sinkron atau asinkron. Berdasarkan atas beberapa fungsi media pembelajaran yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam kegiatan belajarmengajar memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat indera. Terhadap pemahaman isi pelajaran, secara nalar dapat dikemukakan bahwa dengan penggunaan media akan lebih menjamin terjadinya pemahaman yang lebih baik commit to user pada siswa. Pebelajar yang belajar lewat mendengarkan saja akan berbeda tingkat
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemahaman dan lamanya “ingatan” bertahan, dibandingkan dengan pebelajar yang belajar lewat melihat atau sekaligus mendengarkan dan melihat. Media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa pebelajar ke dalam suasana rasa senang dan gembira, di mana ada keterlibatan emosianal dan mental. Tentu hal ini berpengaruh terhadap semangat mereka belajar dan kondisi pembelajaran yang lebih hidup, yang nantinya bermuara kepada peningkatan pemahaman pebelajar terhadap materi ajar.
c. Jenis Media Pembelajaran Secara umum jenis media dalam pembelajaran bahasa kedua dibedakan menjadi 2 (dua), yakni: (1) media alami (natural) dan (2) media buatan (artifisial). Media alami (natural) dibatasi bahwa media tersebut sudah ada demikian adanya (tanpa harus dibuat atau diciptakan) dan tinggal digunakan dalam pembelajaran. Misalnya: lingkungan, peristiwa, dan fenomena alam. Lain halnya media alam, media buatan (artifisial) dibatasi bahwa media tersebut belum ada namun dibuat atau diciptakan sebelum media tersebut digunakan dalam pembelajaran. Misalnya: gambar, film, video, buku, kamus atau ensiklopedi. Kedua media tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran bahasa (Indihadi, 2009:6). Jenis media yang dimanfaatkan dalam pembelajaran cukup banyak ragamnya, mulai dari media yang sederhana, sampai media yang cukup rumit dan canggih. Penggolongan jenis media pembelajaran ialah berdasarkan teknologi yang digunakan, mulai media yang teknologinya rendah (low technology) sampai pada media yang menggunakan teknologi tinggi (high technology). Apabila penggolongan
media
ditinjau
dari
teknologi
yang
digunakan,
maka
penggolongannya sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Dengan demikian penggolongan media dapat berubah dari waktu ke waktu. Misalnya dalam era tahun 1950 media televisi dikategorikan sebagai media berteknologi tinggi, tetapi kemudia pada era tahun 1970/1980 media tersebut bergeser dengan kehadiran media komputer. Pada masa tersebut komputer digolongkan sebagai media dengan teknologi yang paling tinggi. Tetapi kemudian commit to user pada tahun 1990 tergeser kedudukannya dengan kehadiran media komputer
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
conferencing melalui internet. Kondisi seperti ini berlangsung selama ilmu dan teknologi terus berkembang. Salah satu bentuk klasifikasi media pembelajaran yang disusun oleh Hinichi, dkk (dalam Hamzah dan Lamatenggo, 2010: 123) dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Klasifikasi dan Jenis Media KLASIFIKASI
JENIS MEDIA
Media yang tidak diproyeksikan (non Realita, model, bahan grafis (graphic projecded media)
material), display
Media yang diproyeksikan (projecded OHT, slide, Opaque media) Media video (video)
Audio kaset, audio vision, active audio vision
Media video (video)
Video
Media berbasis komputer (computer Computer Assisted instruction (CAI) based media)
computer managed instruction (CMI)
Multimedia kit
Perangkat praktikum
Pengklasifikasian yang dilakukan oleh Heinichi ini pada dasarnya adalah penggolongan media berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu apakah media tersebut masuk dalam golongan media yang tidak diproyeksikan/diproyeksikan, atau apakah media tertentu masuk dalam golongan media yang dapat didengar lewat audio atau dapat dilihat secara visual, dan seterusnya. Penggunaan media dalam pembelajaran bahasa kedua hendaknya disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas. Langkah-langkah penggunaan media tersebut harus sudah dirumuskan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut. Langkah-langkah penggunaan tersebut berfungsi sebagai pedoman atau acuan guru menggunakan media di kelas. Apabila penggunaan tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, maka efektivitas media menjadi di luar harapan oleh karena jenis media apapun yang akan digunakan perlu dirumuskan
langkah-langkah penggunaannya dalam RPP (Rencana commit to user Pelaksanaan Pembelajaran) bahasa (Indihadi, 2009:7).
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut (Prawiradilaga, 2008: 66), pemilihan media dan sumber belajar yang tepat ditentukan oleh : 1) Situasi pembelajaran Apakah sistem penyampaian ditujukan untuk seorang peserta didik atau pebelajar, kelompok kecil peserta didik, kelas konvensional atau belajar jarak jauh. 2) Peserta didik atau pebelajar berikut karakteristiknya seperti tipe belajar, usia dan minat. 3) Tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dipelajari oleh peserta didik. 4) Ketersediaan media dan sumber belajar itu sendiri di lokasi belajar. 5) Kemampuan pengajar untuk menggunakannya jika akan digunakan dalam KBM dengan pola konvensional. Dalam penelitian ini menggunakan jenis media media buatan (artifisial) yaitu media pembelajaran audio visual/video yang memiliki unsur gerakan dan suara. Pemilihan media pembelajaran yang berupa audio visual ini dipilih karena beberapa pertimbangan, Pertama, ialah bahwa media pembelajaran audio visual ini dapat digunakan sebagai alat bantu mengajar pada berbagai bidang studi. Kedua, dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek membutuhkan keterampilan menyimak yang banyak mengandalkan keterampilan motorik siswa dan untuk mengoptimalkan keterampilan mencermati siswa, peneliti mencoba menerapkan media audio visual yang berupa rekaman pembecaan cerita pendek yang dikemas dalam CD (compact disc). d. Pengertian Media Audio Visual Prastowo (2011: 264) memaparkan bahwa bahan ajar audio merupakan salah satu jenis bahan ajar noncetak yang di dalamnya mengandung suatu sistem yang menggunakan sinyal audio secara langsung, yang dapat dimainkan atau diperdengarkan oleh pendidik kepada peserta didiknya guna membantu mereka dalam menguasai kompetensi tertentu. Media visual, artinya semua alat peraga yang digunakan dalam proses belajar yang bisa dinikmati lewat panca indera mata. Media visual adalah alat atau sarana komunikasi yang dapat dilihat dengan indera penglihatan (Daryanto, 2011). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
32 digilib.uns.ac.id
Sebagai media audio visual dengan memiliki unsur gerakan dan suara, video dapat digunakan sebagai alat batu mengajar pada berbagai bidang studi. Kemampuan video untuk memanipulasi waktu dan ruang dapat mengajak peserta didik untuk melanglang buana kemana saja walaupun dibatasi dengan ruang kelas. Objek-objek yang terlalu kecil, terlalu besar, berbahaya atau bahkan tidak dapat dikunjungi oleh peserta didik karena lokasinya yang sangat jauh, dapat dihadirkan melalui media audio visual. Keterampilan yang dapat dilatihkan melalui media audio visual yang berupa video ini tidak hanya berupa keterampilan fisik saja, tetapi juga keterampilan interpersonal seperti keterampilan dalam psikologi dan hubungan dengan masyarakat. Di samping itu keterampilan manajerial juga dapat dilatihkan melalui pemanfaatan media audio visual. Pengajar dapat memilih programprogam video yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, menyaksikan bersama di ruang kelas dan kemudian membahas serta mendiskusikannya. Teachers have begun to understand how using audio visual cassettes or CDs in the classroom can increase the circle of readers by engaging learners with auditory and spatial intelligence learning styles. Through the use of audio cassettes or CDs in classes, these students can use their own learning styles (Reissman, 2011). Guru mulai memahami bagaimana menggunakan kaset audio visual atau CD di dalam kelas dapat meningkatkan lingkaran pembaca dengan melibatkan peserta didik menggunakan pendengaran dan gaya belajar kecerdasan spasial. Melalui penggunaan kaset audio atau CD di kelas, para siswa dapat menggunakan gaya belajar mereka sendiri (Reissman, 2011). Pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menggunakan media audio visual ini dapat meningkatkan minat siswa dalam mencermati sebuah cerita pendek. Karena cerita pendek yang disajikan dapat dilihat dan didengar sekaligus, sehingga siswa tidak merasa jenuh dalam mencermati cerita pendek. Penyajian cerita pendek dengan menggunakan media audio visual juga lebih mudah diingat oleh siswa sehingga siswa tidak perlu mendengarkan cerita pendek untuk yang commit to user kedua dan ketiga kalinya.
perpustakaan.uns.ac.id
e.
33 digilib.uns.ac.id
Kelebihan dan Kekurangan Media Audio Visual Anderson (2012) berpendapat bahwa dalam media audio visual terdapat
kelebihan dan kekurangan. Kelebihan media audio visual menurut Anderson (2012), di antaranya: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
Dapat digunakan untuk klasikal atau individual Dapat digunakaan seketika. Digunakan secara berulang. Dapat menyajiakan materi secara fisik tidak dapat bicara kedalam kelas Dapat menyajikan objek yang bersifat bahaya Dapat menyajikan obyek secara detail Tidak memerlukan ruang gelap Dapat di perlambat dan di percepat Menyajikan gambar dan suara
Kekurangan/kelemahan media audio visual antara lain sebagai berikut: 1) Media audio visual tidak dapat digunakan dimana saja dan kapan saja, karena media audio visual cenderung tetap di tempat 2) Biaya pengadaannya relatif mahal 3) Memerlukan keahlian khusus Jadi, penggunaan media audio visual dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya dalam penyajian video rekaman pembacaan cerita pendek dapat disajikan gambar dan suara sekaligus serta video tersebut juga dapat diperlambat dan dipercepat. Kelemahan penggunaan media audio visual ini dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek ialah penggunaan media ini memerlukan keahlian khusus, tidak semua guru mata pelajaran bisa menggunakan media yang memerlukan LCD ini untuk menayangkan di depan kelas dan media audio visual tidak dapat digunakan dimana saja dan kapan saja, karena cenderung tetap di tempat.
f.
Penggunaan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek Menurut Anderson (2012), ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam penggunaan media audio visual untuk pembelajaran, yaitu: 1) Guru harus mempersiapkan unit pelajaran terlebih dahulu, kemudian baru memilih media audio visualcommit yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran to user yang diharapkan.
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Guru juga harus mengetahui durasi media audio-visual misalnya dalam bentuk film ataupun video, dimana keduanya yang harus disesuaikan dengan jam pelajaran. 3) Mempersiapkan kelas, yang meliputi persiapan siswa dengan memberikan penjelasan global tentang isi film, video atau televisi yang akan diputar dan persiapan peralatan yang akan digunakan demi kelancaran pembelajaran. 4) Aktivitas lanjutan, setelah pemutaran film atau video selesai, sebaiknya guru melakukan refleksi dan tanya jawab dengan siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut. Dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek guru mempersiapkan materi unsur-unsur cerita pendek terlebih dahulu, kemudian guru memilih media audio visual yang berupa pembacaan cerita pendek untuk digunakan dalam pembelajaran. Guru juga harus memperhitungkan durasi waktu video pembacaan cerita pendek tersebut dengan jam pelajaran. Selanjutnya, guru mempersiapkan kondisi kelas dalam keadaan yang tenang untuk mencermati video pembacaan cerita pendek. Setelah pemutaran video rekaman pembacaan cerita pendek sebaiknya guru melakukan refleksi dan tanya jawab untuk mengetahui sejauh mana siswa menyerap video pembacaan cerita pendek tersebut.
g.
Keunggulan Penggunaan Media Audio Visual dalam Apresiasi Cerita Pendek Keunggulan penggunaan media audio visual dalam pembelajaran apresiasi
cerita pendek ialah: (1) pembelajaran apresiasi cerita pendek lebih menarik dan menyenangkan; (2) cerita pendek yang ditayangkan dengan gambar dan suara lebih mudah diingat oleh siswa; dan (3) dengan audio visual dapat memutarkan video-video lucu yang dapat menyegarkan pikiran siswa dan memberikan pesan moral bagi siswa.
B. Penelitian yang Relevan Utama (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Peranan Media Pengajaran dalam meningkatkan Mutu Pendidikan pada Program Manajemen Bisnis Jurusan Pendidikan Ekonomi FPIPS UPI menjelaskan bahwa media to user pengajaran pada Program Studi commit Manajemen Bisnis mempunyai hubungan yang
perpustakaan.uns.ac.id
35 digilib.uns.ac.id
erat dengan mutu pendidikan mahasiswa. Data tersebut diperoleh dengan menggunakan survei melalui penyebebaran kuesioner terhadap mahasiswa program studi Manajemen Bisnis dari berbagai angkatan. Dari data yang diperoleh tersebut terlihat bahwa banyak mahasiswa program studi Manajemen Bisnis dari berbagai angkatan yang mengisi “setuju” bahwa media pengajaran berperang penting dalam ada meningkatkan mutu pendidikan pada Program Manajemen Bisnis Jurusan Pendidikan Ekonomi FPIPS UPI. Afriyani (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Pemanfaatan Media Lagu dalam Upaya Meningkatkan Pembelajaran Menulis Narasi (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas 1 SMPN 22 Bandung Tahun Ajaran 2005/2006). Dalam penelitian ini untuk melihat apakah pemanfaatan media lagu dapat meningkatkan pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas 1 SMPN 22 maka dimulai langkah-langkah penelitian tindakan kelas sederhana, yaitu siklus 1 sampai siklus 3. Mencari modifikasi baru bagi perbaikan metode yang digunakan dalam penyajian materi pelajaran menulis narasi yang dilakukan pada siklus 2. Dari pelaksanaan dua siklus pembelajaran menulis narasi yang dilakukan maka dilanjutkan pada pengolahan data dengan mencari rata-rata nilai yang diperoleh siswa. Rumus sederhana yang digunakan untuk melihat nilai rata-rata siswa adalah indikator keberhasilan. Kriteria ketuntasan yang penulis tetapkan adalah minimal mencakup 75%. Setelah dilakukan dua siklus untuk melihat dari hasil proses pembelajaran ternyata peningkatan rata-rata masih dirasa kurang cukup untuk mencapai target KKM jadi dilanjutkan dengan siklus 3. Pada siklus 3 perubahan yang terjadi cukup besar dimana pencapaian penguasaan siswa telah mencapai KKM. Rata-rata nilai siswa 78,75%. Dari hasil ini peneliti melihat bahwa perencanaan pembelajaran menulis dengan menggunakan media lagu dapat membantu dan memotivasi siswa dalam menulis karangan narasi. Dengan pembelajaran tersebut, siswa terlihat lebih aktif dan memberikan respons positif terhadap setiap pembelajaran yang telah berlangsung. Kemampuan siswa menulis karangan narasi dengan menggunakan media lagu meningkat mulai dari siklus I sampai dengan siklus III dan nilai ratacommit to user rata siswa pun meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
Wicaksono (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Kualitas Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek dengan Media Audio: Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas XI IA 2 SMA Batik 1 Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007 menjelaskan bahwa dengan pemanfaatan media audio dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek dapat meningkatkan kegitan belajarmengajar. Melalui media audio siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Keaktifan itu disebabkan media audio mengandung unsur kebaruan dalam pembelajaran. Penelitiannya ini dilaksanakan dalam 3 siklus, yaitu siklus 1 sampai siklus 3. Dalam tindakan siklus pertama dan kedua dilaksanakan di ruang kelas. Ketika itu, hasil yang didapat masih kurang optimal. Hal ini disebabkan pelaksanaan pembelajaran apresiasi pembecaan cerita pendek membutuhkan lingkungan yang terkondisi dengan baik. Sehingga dalam tindakan siklus yang ketiga dilaksanakan di ruang multimedia, ruang tersebut terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran apresiasi cerita pendek. Keberhasilan pemanfaatan media audio dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran apresiasi cerita pendek ini dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut. Siswa lebih aktif dalam mengikuti apersepsi. Hal ini terbukti dalam siklus I sebanyak 46% (14 siswa dari 31 siswa), siklus II sebanyak 71% (22 siswa dari 31 siswa, dan siklus III sebanyak 81% (25 siswa dri 31 siswa) mengikuti apersepsi. Siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Hal ini dilihat dari siklus I keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar sebesar 61% (19 dari 31 siswa, siklus II sebesar 75% (23 dari 31 siswa) dan siklus III sebesar 87% (27 dari 31 siswa). Peningkatan hasil dapat dilhat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus satu ke siklus berikutnya. Pada siklus I persentase ketuntasan hasil belajar siswa dalam apresiasi cerita pendek sebesar 46% (14 dari 31 siswa), siklus II sebesar 64% (20 dari 31 siswa, dan pada siklus III sebesar 75% ( 23 dari 31 siswa). Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, peneliti menerapkan media audio visual dengan tujuan untuk meningkatkan pembelajaran apresiasi commit to user kelas. Hasil refleksi maupun cerita pendek siswa melalui penelitian tindakan
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
saran-saran dari peneliti terdahulu dapat dijadikan dasar dalam melakukan penelitian tindakan kelas. Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu dapat dijadikan pedoman agar penelitian yang dilakukan dapat meningkatkan pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat.
C. Kerangka Berpikir Sekolah sebagai institusi penyelenggara pendidikan sering kali masih mengesampingkan pembelajaran tentang sastra. Hal tersebut mengundang berbagai pendapat bahwa pembelajaran sastra seolah dianaktirikan dari mata pelajaran Bahasa Indonesia karena kurangnya minat siswa untuk mempelajari sastra. Sementara itu, kurikulum dalam pembelajaran Bahasa Indonesia mengintegrasikan setiap bahasan atau tema kemampuan berbahasa maupun kemampuan bersastra. Pengajaran apresiasi sastra khususnya cerita pendek sejauh ini masih mengalami banyak kesulitan. Hal tersebut tidak luput dari metode pembelajaran dan media pembelajarannya yang kurang mendukung proses belajar. Metode dan media pembelajaran yang terkesan monoton, yaitu cara pengajaran apresiasi cerita pendek yang hanya diberikan sepintas lalu diberi tugas oleh guru. Permasalahan tersebut mengakibatkan siswa menjadi kurang berminat dan kurang termotivasi untuk mempelajari sastra, terutama cerita pendek. Menyadari akan hal tersebut, peneliti berusaha menawarkan sebuah inovasi pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menggunakan audio visual. Dalam penelitian yang telah dilaksanakan pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat dengan menggunakan media audio visual, yaitu proses kegiatan belajar-mengajar siswa lebih aktif dan dari hasil evaluasi apresiasi cerita pendek siswa lebih meningkat dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak menggunakan media audio visual. Penulis berpendapat bahwa minimnya bahan ajar dalam pembelajaran apresiasi sastra khususnya cerita pendek merupakan salah satu faktor kurangnya minat siswa dalam belajar sastra yang berakibat commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dianaktirikannya pengajaran sastra, khususnya apresiasi cerita pendek dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Media audio visual dipilih dengan pertimbangan peneliti bahwa konsep belajar pada dasarnya mengkonstruksi lingkungannya. Banyak kita jumpai bahwa kebiasaan bercerita dalam kehidupan sehari-hari secara lisan lebih diminati oleh masyarakat daripada cerita secara tertulis. Akhirnya pemanfaatan media audio visual yang berupa video rekaman cerita pendek dapat dijadikan media dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek di sekolah. Selain itu alasan lain digunkannya media audio visual ini dengan pertimbangan bahwa penyajian cerita pendek dengan melibatkan indera pendengaran dan penglihatan memudahkan siswa untuk mengingat cerita tersebut. Secara singkat kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini. Kondisi Awal
Tindakan
Guru menyampaikan materi pelajaran hanya dengan menggunakan metode ceramah, pembelajaran terkesan monoton dan kurang menarik.
Siswa kurang termotivasi dalam mempelajari materi pelajaran sehingga kemampuan apresiasi cerita pendek rendah
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan media audio visual sehingga pembelajaran terkesan menarik
Siswa
termotivasi
dalam
mempelajari
materi pelajaran
peningkatan kemampuan apresiasi cerita pendek Kondisi Akhir
siswa Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Hipotesis Tindakan Berbagai tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini diharapkan dapat membawa suatu perubahan kearah yang lebih baik dan peningkatan hasil prestasi siswa dalam pembelajaran apresiasi ceita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat Tahun Ajaran 2011/2012. Pendapat tersebut disusun dalam sebuah hipotesis tindakan sebagai berikut: 1. Penggunaan media audio visual dapat meningkatkan proses pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat Tahun Ajaran 2011/2012. 2. Penggunaan media audio visual dapat meningkatkan hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat Tahun Ajaran 2011/2012.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri Kebakkramat yang beralamatkan di Nangsari Kebakkramat, Karanganyar. Kelas yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah kelas XI IPA 1. Di kelas ini sarana penunjang pembelajaran apresiasi cerita pendek yang tersedia adalah, buku paket Bahasa Indonesia, dan LKS Bahasa Indonesia. Alasan pemilihan sekolah ini sebagai lokasi penelitian adalah (1) sekolah ini berdekatan dengan tempat kost peneliti; (2) peneliti memiliki kedekatan yang cukup baik dengan guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia di sekolah tersebut; dan (3) sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian yang sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang. Menurut guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia, yaitu bapak Mutaqin, S. Pd., siswa kelas XI IPA 1 merupakan siswa yang kooperatif dalam proses belajar dan juga tidak berbeda dengan kelas XI yang lain. Rencana tahap persiapan hingga pelaporan hasil penelitian dilaksanakan selama empat bulan, yaitu bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012. Kegiatan perencanaan (penyusunan proposal) dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret pelaksanaan. Pelaksanaan pembelajaran pada bulan Maret sampai April, sedangkan penyusunan laporan pada bulan Mei. Jadwal kegiatan penelitian yang meliputi persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
commit to user
40
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2 . Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
Kegiatan
Februari
Waktu
Maret
April
Mei
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A. Persiapan 1.
Menyusun proposal
x x x x
2.
Koordinasi dengan guru dan KS
3.
Menyusun instrumen
B. Pelaksanaan Pembelajaran 1.
Siklus I
2.
Siklus II
3.
Siklus III
4.
Analisis data
x x x
C. Penyusunan laporan
x x x
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat yang berjumlah 36 siswa dan terdiri dari 6 siswa laki-laki, 30 sisa perempuan, dengan diperkuat informasi dari guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia sebagai guru kolaborator yaitu bapak Mutaqin, S. Pd. Pengumpulan data dari siswa dilakukan dengan cara membagikan angket dan soal-soal tes untuk kemudian dianalisis sebagai sumber data.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas, yaitu sebuah penelitian yang merupakan kerjasama antara peneliti, guru, siswa, dan staf sekolah yang lain untuk menciptakan suatu kinerja sekolah yang lebih baik. Peneliti berusaha mengamati dan mendeskripsikan permasalahan yang dialami guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek. Selanjutnya, peneliti berusaha memberikan solusi dan alternatif guna mengatasi permasalahan tersebut. Alternatif tersebut diharapkan mampu memberikan commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kontribusi ke arah perbaikan pembelajaran apresiasi cerita pendek di kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Dalam penelitian ini peneliti bersama-sama guru Bahasa Indonesia menyusun
rencana tindakan bersama. Kemudia peneliti
bersama guru
melaksanakan tindakan berdasarkan rencana tindakan yang telah disepakati bersama. Kegiatan pelaksanaan tersebut diikuti pula dengan kegiatan pemantauan segala kejadian di dalam kelas. Apabila dirasa kurang maksimal, peneliti mulai menentukan perencanaan selanjutnya untuk siklus berikutnya. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan realita yang ada dalam data tertulis.
D. Sumber Data Peneliti Ada tiga sumber data peneliti yang dijadikan sasaran penggalian, pengumpulan data, dan informasi dalam penelitian. Sumber data tersebut meliputi: 1. Informan Dalam penelitian ini menggunakan informan guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia dan juga siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Sumber data informan digunakan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia dan juga siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. 2. Tempat dan Peristiwa Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data dalam penelitian ini yaitu, kegiatan pembelajaran aspresiasi cerita pendek di dalam kelas yang dialami siswa denan menggunakan media audio visual. 3. Dokumen Dokumen yang berupa rekaman video cerita pendek, hasil tes siswa, rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat oleh guru dan peneliti, kurikulum yang ditentukan oleh pihak sekolah, dan daftar nilai siswa.
commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan dalam rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Observasi Teknik ini dipilih untuk mengamati kegiatan pembelajaran apresiasi cerita pendek yang sedang berlangsung di dalam kelas. Observasi ini dilakukan untuk mengamati perkembangan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas. Sprandley berpendapat (dalam Sutopo, 2002: 65), bahwa pelaksanaan teknik dalam observasi dapat dibagi menjadi: tak berperan sama sekali dan observasi berperan, yang terdiri dari (1) berperan pasif, (2) berperan aktif, dan (3) berperan penuh, dalam arti peneliti benar-benar menjadi warga (bagian) atau anggota kelompok yang sedang diamati. Dalam observasi atau pengamatan ini, peneliti hanya berperan pasif yang hanya mengamati jalannya pembelajaran di dalam kelas yang dipimpin oleh guru bidang studi. Peneliti mengambil posisi tempat duduk paling belakang, mengamati jalannya pembelajaran serta mencatat segala sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan berada di tempat duduk paling belakang, peneliti memiliki kesempatan untuk mengamati
keseluruhan
proses
pembelajaran
dengan
leluasa
tanpa
mengganggu proses pembelajaran yang berlangsung. 2. Angket Teknik ini digunakan untuk mengetahui pendapat siswa tentang kekurangan, kelebihan, dan harapan siswa tentang pembelajaran apresiasi cerita pendek.Teknik pengumpulan data dengan angket dilakukan dengan cara meminta informan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan penelitian yang digunakan. Angket dalam penelitian ini diterapkan pada siswa kelas XI IA yang berjumlah 36 siswa. 3. Teknik Tes Teknik tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah commit to user diadakan pembelajaran apresiasi cerita pendek melalui media audio visual
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang berupa remakan video cerita pendek. Langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam pengambilan data dengan teknik tes ini adalah dengan menyiapkan perangkat bahan tes, menilainya serta mengolah data dari hasil kegiatan pembelajaran 4. Teknik Wawancara Teknik wawancara ini digunakan untuk memeroleh data guru dan siswa berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran apresiasi cerita pendek di dalam kelas. Wawancara mendalam (in depth interview) digunakan untuk mencari informasi mengenai kesulitan yang dialami oleh guru dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek dan faktor-faktor penyebabnya. Wawancara yang digunakan ialah wawancara secara langsung dan tertulis. 5. Analisi Dokumen Teknik ini digunakan untuk menganalisis dokumen yang telah terkumpul yang di dapat dari hasil observasi. Dokumen yang dimaksud berupa berbagai catatan lapangan pembelajaran apresiasi cerita pendek oleh guru di dalam kelas.
F. Uji Validitas Data Untuk memeroleh data yang valid perlu dilakukan teknik-teknik sebagai berikut: 1. Triangulasi Metode Triangulasi
metode
dilakukan
oleh
seorang
peneliti
dengan
mengumpulkan data sejenis, tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda (Sutopo, 2002: 80). Teknik ini digunakan untuk membandingkan data yang telah diperoleh dari hasil observasi dengan data yang diperoleh dari wawancara dan angket siswa. Data yang berasal dari siswa diperoleh melalui observasi, angket, dan wawancara berstruktur. Data yang berasal dari guru diperoleh melalui wawancara mendalam. Data yang berasal dari siswa tersebut diperoleh melalui observasi yaitu berupa nilai evaluasi siswa, data tersebut dibandingkan dengan data yang diperoleh commit to userdari hasil wawancara dan angket.
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Data yang sudah terkumpul digunakan untuk menguji peningkatan pembelajaran apresiasi cerita pendek siswa. Juga dapat digunakan untuk menentukan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran, sumber data dari siswa selaku informan dengan sumber data dokumen yang berupa catatan lapangan. G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam jenis penelitian tindakan sama halnya dengan teknik analisis data pada penelitian kualitatif. Salah satu modelnya adalah teknik analisis interaktif. Analisis interaktif terdiri atas tiga komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain yaitu: reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan ( Sutopo, 2002: 94). Penelitian ini reduksi dan sajian data diperoleh dengan cara menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang ada pada catatan lapangan dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek. Berbagai data tentang pembelajaran apresiasi cerita pendek yang telah direduksi dibeberkan dengan tertata rapi dalam bentuk narasi atau pun tabel. Pembeberan data tersebut akan mempermudah penarikan kesimpulan atau menentukan tindakan selanjutnya. Pengumpulan data
Sajian data
Reduksi data
Penarikan simpulan/verifikasi
Gambar 2. Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2002: 96)
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H. Indikator Keberhasilan Penelitian Secara garis besar, indikator yang ingin dicapai dalam rancangan penelitian ini adalah meningkatnya pembelajaran apresiasi cerita pendek siswa kelas XI IPA SMA Negeri Kebakkramat. Secara terperinci, indikator keberhasilan tindakan dalam rancangan ini dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Indikator Keberhasilan Tindakan
No
1
Aspek yang
Persentase Siswa yang
Di Ukur
Di Targetkan
Aktif selama
80%
apersepsi
Cara Mengukur
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan kesungguhan dalam pelajaran.
2
Aktif selama
80%
Diamati saat pembelajaran
mengikuti
dengan menggunakan lembar
pelajaran
observasi oleh peneliti dan dihitung dari jumlah siswa yang menampakkan kesungguhan dalam pelajaran.
3
Berani
75%
Diamati saat pembelajaran
membacakan
dengan menggunakan lembar
hasil pekerjaan
observasi oleh peneliti dan
dalam forum
dihitung dari jumlah kelompok
diskusi
yang mampu menjalin kerja sama dalam kelompoknya dan commit to user
berani membacakan pekerjaan
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4
Ketuntasan hasil
75%
Dihitung dari jumlah siswa
belajar (mendapat
yang memeroleh siswa nilai 6,5
nilai ≥ 6,5)
ke atas berdasarkan lembar penilaian terhadap hasil kerja siswa dalam mengapresiasikan cerita pendek.
Persentase yang ditargetkan dalam Tabel 3 indikator keberhasilan tindakan di atas adalah merupakan hasil diskusi yang ditatapkan bersama-sama oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan dan peneliti.
I. Prosedur Penelitian Prosedur dasar penelitian tindakan kelas didasarkan atas menyusun rencana tindakan bersama, bertindak dan mengamati secara individu dan bersamasama pula, kemudian mengadakan refleksi atas berbagai kegiatan yang telah dilakukan. Proses dasar tersebut terealisasi dalam prosedur penelitian ini dari awal hingga akhir. 1. Perencanaan Tindakan Pada tahap ini berupa penyusunan rancangan tindakan yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan kelas tersebut akan dilakukan (Suhardjono, 2006:75). Dari hasil identifikasi dan penetapan masalah oleh peneliti kemudian peneiti mengajukan suatu solusi atau alternatif melalui media berupa audio visual, yaitu berisi rekaman video cerita pendek dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek. Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus pertama dengan menggunakan media audio visual berupa rekaman video cerita pendek. Pengerjaan tugas pada siklus pertama dilakukan secara individu. Pada siklus pertama,
siswa
diharapkan
mampu
meningkatkan
kualitas
proses
pembelajaran apresiasi cerita pendek dalam melakukan kegiatan eksplorasi, commit to user ketepatan waktu, keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan, serta
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemampuan siswa dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek yang dipertontonkan. Siklus kedua dilaksanakan sesuai dengan hasil refleksi dan evauasi dari pelaksanaan siklus pertama. Pengerjaan tugas pada siklus kedua dilaksanakan secara diskusi kelompok. Tindakan pada siklus kedua ini mempunyai sasaran untuk meningkatkan proses yang berupa keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, ketepatan waktu dalam eksplorasi, keaktifan siswa dalam
mengajukan
pertanyaan,
dan
kemampuan
siswa
dalam
mengungkapkan hasil diskusi kelompok berupa nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek. Dalam siklus kedua ini diharapkan bisa mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan. Berbagai perkembangan proses belajar siswa terus diamati dan dicatat pada catatan lapangan yang akan dilakukan setiap kali pengambilan data dilaksanakan. Hasil belajar siswa dapat direpresentasikan melalui pembuatan daftar nilai pada tiap siklus. 2. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini, rancangan, strategi, dan scenario penerapan pembelajaran yang diterapkan. Rancangan tindakan tersebut sebelumnya sudah dilatihkan si pelaksana tindakan (guru) untuk dapat diterapkan di dalam kelas sesuai dengan skenarionya. Skenario tindakan harus dilaksanakan dengan baik dan wajar. Secara keseluruhan tindakan yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini mempunyai tujuan untuk optimisasi terhadap pembelajaran apresiasi cerita pendek yang selama ini dirasa kurang efektif. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini berupa pemberian media audio visual yang berisi rekaman video cerita pendek untuk mempermudah siswa dalam melakukan apresiasi. 3. Observasi atau Pengamatan Pada tahan ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan. Observasi atau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berjalan pada waktu yang bersamaan. Pada commit to userpengamatan serta mencatat semua tahapan ini peneliti melakukan melakukan
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan tersebut berlangsung. Dalam tahapan ini, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif yang mengamati jalannya pembelajaran di dalam kelas yang dipimpin oleh guru. Setelah itu peneliti mengadakan pertukaran pendapat dengan guru yang bersangkutan mengenai hasil pengamatan peneliti. Dalam kegiatan tukar pendapat tersebut saling mengungkapkan kelebihan dan kelemahan proses pembelajaran yang telah berlangsung dengan memfokuskan penampilan guru di dalam kelas dan respons siswa terhadap materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. 4. Refleksi Pada tahapan ini dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan-tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan data yang telah terkumpul yang kemudian dilakukan evaluasi yang berfungsi untuk menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi pada tindakan kelas ini mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Hasil dari evaluasi kemudian dianalisis untuk menentukan langkah-langkah perbaikan selanjutnya sehingga akan didapat solusi untuk semua permasalahan yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menggunakan media audio visual yang berupa rekaman video cerita pendek. Tahapan berikutnya peneliti mampu mengambil sebuah kesimpulan yang berupa hasil dari pelaksanaan penelian. Dari hasil pengambilan kesimpulan ini akan dapat diketahui apakah peneliti berhasil atau tidak sehingga dapat menentukan langkah berikutnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal (Pratindakan) Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan survei awal. Kegiatan survei awal dimaksudkan untuk mengetahui keadaan awal yang ada di lapangan mengenai pembelajaran apresiasi cerita pendek. Pemahaman akan kondisi awal dari kegiatan survei awal ini menjadi dasar untuk menentukan siklus yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang dialami guru maupun siswa, khususnya dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek. Peneliti melakukan kegiatan observasi lapangan, yaitu wawancara dengan guru Bahasa Indonesia, wawancara dengan siswa, dan angket. Survei awal dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 Maret 2012. Survei awal ini dilaksanakan untuk melihat proses pembelajaran apresiasi cerita pendek yang berlangsung di kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat dan melakukan wawancara dengan guru Bahasa Indonesia yaitu Bapak Mutaqin, S.Pd. Hasil dari kegiatan suvei awal tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Siswa Kurang Antusias dalam Mengikuti Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek Survei awal menunjukkan bahwa siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, khususnya pembelajaran apresiasi cerita pendek. Hal ini terbukti pada saat peneliti melakukan pengamatan. Siswa terlihat pasif saat pembelajaran berlangsung. Ada beberapa siswa yang tampak memperhatikan penjelasan guru, namun ada pula siswa yang ramai sendiri berbicara dengan temannya. Siswa yang aktif saat pembelajaran berbicara ditunjukkan dengan antusias mendengarkan penjelasan guru dan terkadang menanggapi pertanyaan yang diberikan guru, tidak sedikit pula siswa yang hanya diam saat diberi pertanyaan oleh guru. Observasi awal juga dilakukan melalui wawancara, yaitu wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan dua orang siswa. usermata pelajaran Bahasa Indonesia Wawancara yang dilakukan commit dengan toguru
50
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yaitu bapak Mutaqin, menyatakan bahwa pelajaran Bahasa Indonesia masih mengalami kesulitan dalam melakukan pembelajaran yang menarik di kelas XI IPA 1 terutama pelajaran menyimak cerita pendek. Kebanyakan siswa merasa bosan dan jenuh saat dibacakan cerita pendek oleh salah satu temannya. Hasil wawancara yang dilakukan dengan dua orang siswa menyatakan bahwa mereka senang saat pelajaran apresiasi cerita pendek, akan tetapi saat pembacaan cerita yang dibacakan oleh salah satu temannya, teman yang lain justru berbicara sendiri sehingga cerita yang dibacakan kurang begitu jelas. 2.
Siswa Kurang Mampu Mengapresiasi Cerita Pendek Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran apresiasi cerita pendek yang dilakukan oleh guru, kenyataan di lapangan masih banyak siswa yang merasa kesulitan dalam tugasnya mengapresiasi cerita pendek yang dibacakan oleh teman sebangkunya. Hal tersebut karena teman yang lain berbicara sendiri menjadikan suasana ramai dan pembacaan cerita pendek oleh salah satu temannya tidak begitu terdengar. Oleh sebab itu, siswa kurang begitu berkonsentrasi dan memahami isi dalam cerita pendek yang dibacakan tersebut.
3.
Guru Kesulitan dalam Membangkitkan Minat Belajar Siswa Berdasarkan
pengamatan
peneliti
selama
proses
pembelajaran
berlangsung, terlihat siswa kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru hanya berada di depan kelas saat menjelaskan materi pelajaran sehingga proses pembelajaran terkesan tegang. Posisi guru saat menjelaskan materi lebih banyak berdiri di depan kelas saja akibatnya siswa yang duduk di belakang cenderung tidak memperhatikan pelajaran. Guru juga belum bisa membangkitkan semangat siswa dalam menyampaikan pendapat dalam diskusi. Siswa yang diberi kesempatan untuk menyampaikan pekerjaanya secara sukarela justru siswa diam saja, siswa hanya mau menyampaikan pekerjaanya bila disuruh langsung oleh guru. commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Guru Kesulitan Menggunakan Media yang Tepat dalam Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek Selama ini pembelajaran apresiasi cerita pendek banyak didominasi oleh materi, pembacan cerita pendek oleh salah satu teman sekelas, dan tugas. Setelah cerita dibacakan siswa lalu diberi tugas oleh guru. Hal tersebut seringkali membuat siswa bosan kurang termotivasi dalam pembelajaran mencermati cerita pendek. Seharusnya siswa lebih digali kemampuannya untuk mengapresiasi cerita pendek dan siswa lebih termotivasi untuk menyampaikan pendapat atau hasil pekerjaanya secara sukarela.
5.
Fasilitas yang Disediakan Sekolah Belum Dimanfaatkan Secara Maksimal Selama ini guru belum memanfaatkan fasilitas yang disediakan sekolah untuk menunjang proses pembelajaran. Ketersediaan LCD, sarana dan prasarana belum diaplikasikan dalam proses belajar-mengajar. Guru masih terpaku pada metode pembelajaran ceramah dan penugasan saja. Fasilitas yang disediakan di sekolah seharusnya dapat bermanfaat apabila dikelola dan digunakan dengan baik oleh guru.
6.
Proses Pelaksanaan Pembelajaran Menyimak Berdasarkan
pengamatan
peneliti
pada
survei
awal,
proses
pembelajaran mencermati, khususnya apresiasi cerita pendek belum mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas proses pembelajaran dinilai dari perhatian, aktif selama mengikuti pelajaran, keberanian membacakan hasil pekerjaan dalam forum diskusi, dan ketuntasan hasil belajar. Berdasarkan seluruh aspek penilaian tersebut diperoleh data, yaitu berupa persentase keberhasilan 36% (13 siswa dari 36 siswa). Berdasarkan
fakta
pada
survei
awal
yang
peneliti
lakukan,
membuktikan bahwa proses maupun hasil pembelajaran mencermati, khususnya apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat masih kurang memuaskan. Dilihat dari proses pembelajaran yang berlangsung masih kurang kondusif. Dilihat dari hasil pekerjaan siswa mengapresiasi cerita pendek masih banyak yang belum mencapai batas tuntas commit to user yang telah ditentukan. Jadi, perlu adanya solusi untuk mengatasi
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
permasalahan tersebut, yaitu berupa penggunaan media pembelajaran yang tepat. Media pembelajaran tersebut ialah media audio visual yang berupa video rekaman pembacaan cerita pendek, yang diharapkan siswa lebih maksimal lebih termotivasi dalam mencermati cerita pendek yang diperdengarkan.
B. Deskripsi Hasil Penelitian Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi dan interpretasi; dan (4) analisis dan refleksi
1. Siklus I a. Perencanaan Tindakan Siklus I Peneliti perlu mengatur jadwal tindakan penelitian terlebih dahulu dengan tujuan agar tindakan dalam penelitian ini tidak mengganggu agenda pembelajaran guru yang bersangkutan. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 31 Maret 2012 di SMA Negeri Kebakkramat saat istirahat sekolah dengan guru yang bersangkutan. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus pertama ini akan dilaksanakan pada hari Selasa, 10 April 2012 dan hari Sabtu, 14 April 2012 masing-masing selama dua jam pelajaran. Tahap perencanaan tindakan 1 meliputi kegiatan berikut: 1) Peneliti bersama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia merancang skenario pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan menggunakan media audio visual. Langkah-langkah yang ditempuh, antara lain: a) Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan tentang kabar dan kesiapan siswa belajar hari ini. b) Guru memberi motivasi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. c) Guru menyampaikan materi unsur-unsur intrinsik dalam cerita commit to user pendek.
perpustakaan.uns.ac.id
54 digilib.uns.ac.id
d) Guru membuka sesi tanya jawab berkaitan dengan materi yang telah dijelaskan. e) Guru memutar video rekaman pembacaan naskah cerita pendek f) Siswa secara individu mengapresiasi unsur-unsur intrinsik cerita pendek g) Guru bersama siswa membahas hasil pekerjaan siswa. h) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar mengajar yang telah dilakukan. 2) Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk materi apresiasi cerita pendek berdasarkan silabus dari sekolah. 3) Peneliti memberikan video rekaman pembacaan cerita pendek yang akan dipakai dalam tindakan penelitian pertama. Pada kegiatan ini guru bersama peneliti menyimulasikan penggunaan media audio visual tersebut sebelum dipakai dalam tindakan penelitian pertama. Simulasi dilakukan dengan terlebih dahulu memutar rekaman video tersebut.
b. Pelaksanan Tindakan Siklus I Pelaksanaan tindakan I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa, 10 April 2012 selama dua jam pelajaran (2 x 45 menit) di ruang kelas XI IPA 1. Dalam pelaksanaan tindakan I pertemuan pertama ini, guru bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan belajar-mengajar, sedangkan peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai partisipan pasif, yaitu peneliti mengambil posisi di kursi paling belakang untuk mengamati jalannya pembelajaran. Adapun urutan pelaksanaan tindakan tersebut sebagai berikut: 1) Guru memberikan apersepsi dengan menanyakan tentang kabar dan kesiapan siswa belajar hari ini. 2) Guru memberi motivasi dengan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. 3) Guru menyampaikan materi unsur-unsur intrinsik dalam cerita pendek. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
55 digilib.uns.ac.id
4) Guru membuka sesi tanya jawab berkaitan dengan materi yang telah dijelaskan. 5) Guru menutup pelajaran tersebut. Pelaksanaan tindakan I pertemuan kedua dilakukan pada hari Sabtu, 14 April 2012 selama dua jam pelajaran (2 x 45 menit) di ruang kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Di ruangan kelas tersebut telah dipersiapkan instrumen-instrumen yang akan digunakan sebagai media pembelajaran apresiasi cerita pendek. Media tersebut berupa kepingan kaset yang berisi video rekaman pembacaan cerita pendek, spiker, LCD, dan laptop. Video rekaman pembacaan cerita pendek tersebut berjudul “Sebuah Arti” karya Anas Ariffudin. Adapun urutan pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan kedua adalah sebagai berikut: a) Peserta didik digali dengan pertanyaan yang berkaitan dengan pelajaran minggu lalu yaitu tentang unsur-unsur intrinsik dalam cerita pendek b) Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran dalam pertemuan ini c) guru memutarkan video rekaman pembacaan cerita pendek yang berjudul “Sebuah Arti” karya Anas Ariffudin sebagai bahan simakan serta modelling dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek. d) Siswa mencermati rekaman pembacaan cerita pendek. e) Siswa mengapresiasi unsur-unsur intrinsiknya secara individu. f) Siswa mendiskusikan unsur-unsur intrinsik cerita pendek yang sudah diidentifikasi. g) Siswa membacakan hasil identifikasi alur, penokohan, dan latar cerita pendek yang sudah diperbaiki. h) Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa. i) Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan terhadap hasil kerja siswa. commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
j) Guru bersama siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan belajarmengajar yang telah berlangsung.
c. Observasi dan Interpretasi Peneliti mengamati proses pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan memanfaatkan media audio visual berupa video rekaman pembacaan cerita pendek di kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Pengamatan dilaksanakan pada hari Selasa, 10 April 2012 dan Sabtu, 14 April 2012. Dari berbagai kegiatan tersebut diperoleh deskripsi tentang jalannya proses pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan memanfaatkan media audio visual berupa video rekaman pembacaan cerita pendek, sebagai berikut: 1) Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, guru membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar. RPP tersebut sesuai dengan kurikulum yang berlaku, yakni KTSP. 2) Guru telah melaksanakan kegiatan pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan baik, serta mengajarkannya dengan arah dan tujuan yang jelas dan
terencana.
Pada
awal
pembelajaran
guru
terlebih
dahulu
mengemukakan materi yang hendak dipelajari pada hari itu. Guru memberikan teori yang berkaitan tentang apresiasi cerita pendek, yaitu materi tentang unsur-unsur intrinsik cerita pendek yang terdiri dari alur, penokohan, dan latar. Pada pertemuan pertama siswa mengapresiasi video rekaman yang berjudul “Sebuah Arti” karya Anas Ariffudin. Kegiatan selanjutnya, siswa ditugasi mengapresiasi unsur intrinsik berkaitan dengan materi yang telah diperdengarkan secara individu. Pada kegiatan inti siswa bersama guru guru mendiskusikan pekerjaan tentang identifikasi alur, penokohan, dan latar cerita pendek dan kemudian siswa diminta membacakan hasil pekerjaan individunya tentang identifikasi alur, penokohan, dan latar cerita pendek ke depan kelas. 3) Guru telah memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dan commit to user berani memberikan pendapat dalam diskusi dan berani membacakan hasil
perpustakaan.uns.ac.id
57 digilib.uns.ac.id
pekerjaan individu mereka tentang identifikasi alur, penokohan, dan latar cerita pendek ke depan kelas. Guru memberikan teknik pancing untuk memunculkan pendapat siswa secara spontanitas. Namun, masih sedikit siswa yang enggan memberikan komentar. Hasil observasi menunjukkan siswa yang berani membacakan hasil pekerjaannya secara sukarela hanya 50% (18 dari 36 siswa). Akhirnya, guru menunjuk beberapa siswa lain untuk membahas dan mengomentari pekerjaan temannya. Berdasarkan hasil pengamatan selama proses kegiatan belajarmengajar berlangsung ditemukan hal-hal sebagai berikut: Siswa yang aktif selama apersepsi berlangsung sebesar 66% (24 siswa dari 36 siswa), sedangkan lainnya tampak diam dan melamun. Siswa yang aktif selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung sebesar 72% (26 siswa dari 36 siswa), sedangkan siswa yang lain hanya diam dan melamun serta tidak memperhatikan penjelasan guru. Siswa yang terlihat tidak aktif tersebut kebanyakan yang berada di bangku bagian belakang. Hal tersebut terjadi karena guru hanya berada di depan selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Guru ke belakang hanya pada saat siswa sedang mengerjakan soal. Siswa yang berani menyampaikan hasil pekerjaan dalam forum diskusi secara sukarela hanya 50% (18 dari 36 siswa), sedangkan siswa yang lain hanya mau membacakan hasil pekerjaan individu mereka apabila disuruh oleh guru yang bersangkutan. Pendapat tersebut berdasarkan hasil observasi selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Berdasarkan hasil pekerjaan individu siswa dapat diidentifikasi bahwa 69% siswa (25 dari 36 siswa) mendapatkan nilai di atas batas tuntas yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil wawancara berstruktur yang diperoleh dari siswa menyatakan bahwa rekaman pembacaan cerita pendek tersebut terlalu cepat dan suaranya kurang keras. Keadaan tersebut menjadi sebuah kendala bagi siswa dalam melakukan apresiasi terhadap materi pembacaan cerita pendek yang dipertontonkan. commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Beberapa kelemahan yang dimiliki oleh guru yang terlihat dalam kegiatan siklus 1 adalah sebagai berikut: Posisi guru selalu berada di depan sehingga ia tidak dapat memantau siswa yang duduk di bagian belakang. Hal tersebut membuat siswa kurang berantusias terhadap materi belajar. Guru masih belum bisa membangkitkan semangat siswa untuk memberikan komentar dari hasil pekerjaannya dalam sebuah forum diskusi. Teknik pancing dari guru kurang mendapat sambutan yang baik dari siswa. Dari sisi siswa ditemukan beberapa kekurangan, antara lain: Siswa kurang berkonsentrasi
dalam mendengarkan rekaman
pembcaan cerita pendek yang diperdengarkan. Berdasarkan hasil observasi selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung, siswa
yang berani
menyampaikan hasil pekerjaanya dalam forum diskusi secara sukarela hanya 50% (18 dari 36 siswa), sedangkan siswa yang lain hanya mau membacakan hasil pekerjaan individu mereka apabila disuruh oleh guru yang bersangkutan. Hasil pekerjaan individu siswa hanya 69% siswa (25 dari 36 siswa) yang mendapat nilai di atas batas tuntas yang telah ditentukan Adapun respons siswa terhadap pemanfaatan media audio visual dalam siklus I antara lain: Siswa menyukai pemanfaatan video rekaman pembacaan cerita pendek sebagai media dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang menyatakan bahwa siswa
menyukai
pembelajaran
mencermati
cerita
pendek
dengan
memanfaatkan media audio visual. Siswa menyukai pemanfaatan video rekaman pembacaan cerita pendek dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek namun mereka menyayangkan adanya kualitas suara yang kurang bagus. Hasil wawancara berstruktur dengan siswa menyatakan bahwa mereka menganggap rekaman tersebut terlalu cepat dan kurang keras. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
59 digilib.uns.ac.id
d. Analisis dan Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan tindakan yang peneliti lakukan pada tahap siklus 1, guru dan peneliti melakukan analisis dan refleksi sebagai berikut: 1) Guru sebaiknya tidak hanya berada di depan kelas saat memberikan penjelasan kepada siswa. Guru juga harus memonitor siswa yang berada di kursi bagian samping, tengah, dan belakang agar mereka juga ikut aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. 2) Guru sebaiknya memberikan sedikit hiburan dengan memutarkan video kartun lucu kepada siswa agar pembelajaran tidak berlangsung tegang. 3) Siswa perlu dikondisikan agar tercipta ketenangan dalam mendengarkan materi pembacaan cerita pendek sehingga konsentrasi mereka bertambah. 4) Guru sebaiknya selalu memantau dan mengingatkan siswa yang tidak mau memperhatikan atau bercanda dengan temannya. 5) Agar siswa lebih berantusias dan aktif dalam melakukan diskusi untuk membahas hasil pekerjaan mereka, sebaiknya guru memanfaatkan teknik pembelajaran bekerja kelompok. Pembuatan kelompok belajar juga dimaksudkan agar guru mudah memonitor terhadap keaktifan siswa karena hanya terbagi dalam beberapa kelompok. Selain itu, guru juga sebaiknya memberikan reward kepada setiap pertanyaan yang diberikan kepada siswa agar siswa lebih terpacu dalam menjawab. 6) Sebaiknya kualitas media pembelajaran dapat ditingkatkan. Peranan video rekaman pembacaan cerita pendek sebagai media dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek sangat vital sehingga keberhasilan pemanfaatan rekaman sebagai media belajar sangat ditentukan oleh kualitas rekaman pula.
2.
Siklus II a. Perencanaan Tindakan Siklus II Berdasarkan hasil analisis dan refleksi tindakan pada siklus I maka commit to user pada siklus II ini, peneliti bersama dengan guru yang bersangkutan
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengadakan diskusi untuk mengatasi kekurangan yang ada pada siklus pertama. Kegiatan diskusi dilaksanakan pada hari Selasa, 17 April 2012 di SMA Negeri Kebakkramat saat jam istirahat sekolah dengan guru yang bersangkutan. Untuk mengatasi kekurangan pada siklus sebelumnya, akhirnya peneliti mengambil keputusan sebagai berikut: 1) Pekerjaan apresiasi cerita pendek siswa sebaiknya dikerjakan secara berkelompok. Hal ini dilakukan agar siswa dapat berkolaborasi aktif membahas materi pembacaan cerita pendek yang telah diperdengarkan. Selain itu, pengerjaan secara berkelompok dapat membangkitkan keaktifan siswa dalam berdiskusi membahas hasil simakan tiap-tiap kelompok. 2) Kualitas video rekaman yang sebelumnya terlalu cepat dan kurang jelas suaranya, akan ditingkatkan dengan memperlambat pembacaan cerita pendek dan menambah pengeras suara agar video rekaman pembacaan cerita pendek suaranya lebih jelas. 3) Guru memberikan waktu yang sekiranya cukup untuk melakukan diskusi kelompok serta diskusi pembahasan pekerjaan siswa. 4) Guru lebih fleksibel dalam menentukan posisinya agar dapat memonitor kerja siswa dalam melakukan diskusi kelompok. 5) Guru akan memberikan reward bagi siswa atau pun kelompok yang aktif dan dapat mengapresiasi materi pembacaan cerita pendek dengan benar. Agar siswa lebih bersemangat dalam mengapresiasi cerita pendek yang diperdengarkan. 6) Guru akan memberikan sedikit hiburan dengan memutarkan video kartun lucu agar tidak terkesan kaku dan tegang dalam penyampaian materi. 7) Guru mengondisikan siswa dalam keadaan tenang dan penuh konsentrasi pada saat diperdengarkan materi pembacaan cerita pendek.
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tahap perencanaan tindakan pada siklus II meliputi kegiatan sebagai berikut: 1) Peneliti bersama guru merancang skenario pembelajaran apresiasi cerita pendek. Langkah-langkah yang ditempuh, antara lain: a) Guru memberikan apersepsi untuk menggali ingatan siswa pada pembelajaran lalu. Apersepsi berkisar pada materi unsur-unsur yang terkandung dalam cerita pendek. b) Guru menjelaskan mengenai materi apresiasi cerita pendek yang akan diajarkan pada hari itu, yaitu tentang nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam cerita pendek. c) Guru membuka sesi tanya jawab seputar materi yang telah dijelaskan. d) Guru memimpin pembentukan kelompok belajar. e) Guru memberikan modelling berupa video rekaman pembacaan cerita pendek sebagai bahan apresiasi cerita pendek siswa. f) Guru membentuk forum diskusi untuk membahas hasil pekerjaan kelompok siswa. g) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses belajar-mengajar yang telah dilakukan. 2) Peneliti mendemonstrasikan video rekaman pembacaan cerita pendek yang akan digunakan sebagai media pembelajaran dalam siklus II kepada guru. 3) Guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk materi apresiasi cerita pendek. 4) Peneliti beserta guru menyusun instrumen penelitian, yakni berupa tes dan nontes. Instrumen tes untuk mengetahui keberhasilan siswa untuk mengapresiasi materi pembacaan cerita pendek. Instrumen nontes dibuat berdasarkan
pedoman
observasi
selama
kegiatan
berlangsung dan hasil wawancara peneliti dengan siswa.
commit to user
pembelajaran
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Pelaksanaan Tindakan II Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan, yakni pada hari Sabtu, 21 April 2012 dan hari Selasa, 24 April 2012 di ruang kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Dalam kegiatan ini guru mengaplikasikan solusi yang telah disepakati dengan peneliti untuk mengatasi kekurangan pada proses pembelajaran apresiasi cerita pendek dalam siklus II. Pada pertemuan pertama (Sabtu, 21 April 2012 selama 2x45 menit) kegiatan belajar-mengajar diawali dengan pemberian apersepsi dan menyegarkan ingatan siswa mengenai penjelasan guru pada pertemuan sebelumnya, tentang unsur-unsur intrinsik cerita pendek. Pada pertemuan ini, sesekali diselingi dengan sedikit hiburan yaitu guru memutarkan video kartun lucu yang sarat akan nilai moral dan dapat memotivasi siswa. Selanjutnya, guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari pada pertemuan ini yaitu tetang nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek. Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek, yaitu nilai moral, budaya, dan sosial. Kemudian guru membuka sesi tanya jawab berkaitan dengan materi yang telah diberikan. Siswa dan guru bersama-sama menemukan
nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam cerita pendek.
Selanjutnya, siswa diberi kesempatan
untuk bertanya tentang kesulitan
materi yang dihadapi. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 24 April 2012. Pada pertemuan kedua ini guru sedikit mengulas pelajaran pada pertemuan pertama, yaitu tentang nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek. Kemudian guru membuka sesi tanya jawab berkaitan dengan materi yang telah diberikan Setelah sesi tanya jawab selesai, guru menugasi siswa untuk membentuk sebuah kelompok yang terdiri dari 4 orang siswa sehingga terbentuk 9 kelompok dalam kelas tersebut. Guru memutarkan video rekaman pembacaan cerita pendek yang sama dengan siklus yang pertama, commit user Anas Ariffudin sebagai materi yaitu yang berjudul “Sebuah Arti”tokarya
perpustakaan.uns.ac.id
63 digilib.uns.ac.id
apresiasi cerita pendek siswa. Pada pertemuan ini siswa terlihat antusias karena video rekaman yang dipertontonkan lebih pelan dan suara lebih jelas. Siswa menyimak secara berkelompok dan menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam dalam cerita pendek. Guru memonitor keaktifan siswa dengan mendatangi kelompok-kelompok tersebut. Kemudian guru beserta siswa berdiskusi membahas hasil pekerjaan masing-masing kelompok. Guru memberika reward kepada siswa yang mau berkomentar dalam diskusi tersebut. Setelah itu, guru bersama dengan siswa melakukan refleksi terhadap keseluruhan materi pembelajaran apresiasi cerita pendek. Sebelum ditutup, guru masih memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. Setelah semua terlaksana, guru menutup pelajaran pada hari itu.
c. Observasi dan Interpretasi Seperti pada siklus sebelumnya, kegiatan observasi ini dimaksudkan untuk mendiskripsikan apakah kekurangan yang terdapat dalam siklus I sudah dapat diatasi atau belum. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksakanan dalam dua kali pertemuan yakni Sabtu, 21 April 2012 dan hari Selasa, 24 April 2012 di ruang kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Pertemuan tersebut berlangsung selama 4x45 menit. Peneliti mengambil posisi pada bangku paling belakang sebagai partisipan pasif untuk mengamati proses pembelajaran. Pada pertemuan pertama, guru mengawali tatap muka pada hari itu dengan memberikan apersepsi dan menyegarkan kembali ingatan siswa mengenai penjelasan guru pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan awal tersebut dilakukan dengan cara membuka tanya jawab kepada siswa. Guru memberi umpan-balik tentang materi yang sudah dijelaskan pada pertemuan yang lalu, yaitu tentang unsur-unsur intrinsik cerita pendek yang sesekali diselingi dengan sedikit hiburan dengan memutarkan video kartun lucu yang sarat akan nilai moral agar siswa tidak merasa jenuh. Siswa menyimak penjelasan guru tentang tujuan pembelajaran dalam pertemuan ini, yaitu commit to user dalam cerita pendek yang menemukan nilai-nilai yang terkandung
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dibacakan. Kemudian guru membuka sesi tanya jawab berkaitan dengan materi yang telah diberikan. Siswa dan guru bersama-sama menemukan nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam cerita pendek. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang kesulitan materi yang dihadapi. Pada pertemuan kedua, guru sedikit mengulas pelajaran pertemuan pertama, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek. Sebagai media pada hari itu, guru memutarkan video rekaman pembacaan cerita yang sama dengan pertemuan yang lalu, yaitu karya Anas Ariffudin yang berjudul “Sebuah Arti”. Pemutaran video rekaman yang sama dikarenakan untuk memudahkan mencari data yang benar-benar valid. Siswa antusias mencermati video pembacaan cerita pendek yang sudah diputarkan. Setelah siswa mencermati, mereka ditugasi mencari nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek tersebut secara berkelompok. Guru memonitor pekerjaan kelompok siswa dengan berjalan mendatangi tiap kelompok di kelas tersebut. Siswa aktif dalam kelompok masing-masing dan sesekali menanyakan sesuatu yang belum jelas kepada guru. Setelah pekerjaan kelompok selesai, guru membuka forum diskusi untuk membahas hasil pekerjaan siswa. Guru bertindak sebagai koordinator yang mengarahkan jalannya diskusi tersebut. Guru juga sudah menerapkan reward kepada siswa yang aktif sepanjang jalannya diskusi. Reward tersebut diberikan dalam bentuk applause pada setiap penampilan siswa. Guru juga memberikan reward berupa pujian “bagus sekali, beri tepuk tangan untuk teman kalian!”. Suasana diskusi tampak lebih hidup dan semangat antusiasme siswa yang tinggi. Pada kegiatan akhir guru bersama siswa melakukan
refleksi
mengenai
jalannya
pembelajaran
yang
telah
berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar-mengajar apresiasi cerita pendek diperoleh gambaran tentang motivasi dan aktivitas siswa selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut: commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Siswa yang aktif selama apersepsi berlangsung sebesar 80% (29 siswa dari 36 siswa). Hasil ini banyak menunjukkan peningkatan dibanding tindakan pada siklus I. 2) Siswa yang aktif selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung sebesar 83% (30 siswa dari 36 siswa). Pendapat tersebut berdasarkan observasi selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Hasil ini menunjukkan peningkatan dibanding tindakan dalam siklus sebelumnya. Hal ini disebabkan karena guru lebih fleksibel dalam menyampaikan materi dan tidak terpaku pada posisi di muka kelas. Selain itu dengan penambahan speaker aktif sebagai pengeras suara menjadikan video rekaman pembacaan cerita pendek itu lebih jelas dan jernih didengarkan. 3) Siswa yang berani menyampaikan hasil pekerjaan kelompok dan menyampaikan pertanyaan dalam forum diskusi secara sukarela sebesar 77% (28 siswa dari 36 siswa), sedangkan siswa yang lain hanya mau berpendapat apabila disuruh oleh guru yang bersangkutan. Akan tetapi hasil tersebut sudah banyak menunjukkan peningkatan dibanding tindakan pada siklus I. Pendapat ini berdasarkan observasi selama kegiatan
belajar-mengajar
berlangsung.
Hasil
ini
mengalami
peningkatan dibanding siklus sebelumnya. Adapun berdasarkan hasil pekerjaan siswa dapat diidentifikasi bahwa 80% siswa (29 siswa dari 36 siswa) mendapat nilai di atas batas tuntas yang ditentukan dan setelah diadakan remidi meningkat hingga 97% siswa (35 siswa dari 36 siswa). Berdasarkan hasil angket yang dibagikan kepada siswa menyatakan bahwa 83% siswa (30 siswa dari keseluruhan siswa yang berjumlah 36 orang) dengan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran menyimak cerita pendek kali ini dapat meningkatkan keterampilan menyimak mereka. Adapun respons siswa terhadap media audio visual berupa video rekaman pembacaan cerita pendek dalam siklus II, antara lain siswa menyukai pemanfaatan video rekaman pembacaan cerita pendek sebagai commit tocerita user pendek. Hal ini dapat dibuktikan media dalam pembelajaran apresiasi
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melalui hasil angket siswa yang menyatakan bahwa 80% siswa (30 siswa dari 36 siswa) berpendapat bahwa video rekaman pembacaan cerita pendek sangat sesuai untuk dijadikan modelling dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek.
d. Analisis dan Refleksi Secara
umum
semua
kelemahan
yang
ada
dalam
proses
pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siklus sebelumnya telah dapat diatasi. Guru telah berhasil membangkitkan semangat siswa untuk mengikuti kegiatan belajar-mengajar dengan tertib. Guru telah mampu memancing siswa dengan stimulus yang diberikannya. Siswa terlihat sangat antusias mengikuti pembelajaran apresiasi cerita pendek yang sedang berlangsung meskipun ada di antara mereka yang masih pasif ketika mengikuti pelajaran maupun saat diskusi. Guru juga telah mampu mengubah penampilannya di hadapan siswa yang semula kaku menjadi lebih akrab, fleksibel dan humoris terhadap siswa. Pada saat media audio visual yang berupa video rekaman cerita pendek diputarkan, siswa sudah dapat berkonsentrasi dengan baik. Penambahan speaker aktif juga dapat dapat menunjukkan hasil yang optimal. Hasil video rekaman yang diputarkan dengan menambah spiker aktif suara yang diperdengarkan menjadi lebih jelas dan jernih.
C. Pembahasan Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas baik proses maupun hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat dengan memanfaatkan media audio visual yang berupa video rekaman pembacaan cerita pendek. Dengan demikian, pembelajaran apresiasi cerita pendek yang semula bersifat membosankan yang bersifat teori dan penugasan, akan lebih menyenangkan, apresiatif, dan membangkitkan minat siswa terhadap karya sastra khususnya cerita pendek. commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keberhasilan proses belajar-mengajar dapat ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku atau sikap pada diri siswa terhadap suatu materi. Penggunaan media pembelajaran yang tepat sangat menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. Hal ini disebabkan karena setiap media pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda. Pemanfaatan media audio visual dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek, ternyata dapat meningkatkan kegiatan belajar-mengajar. Melalui media audio
visual,
siswa
menjadi
lebih
aktif
dalam
kegiatan
belajar-
mengajar.Keaktifan itu disebabkan media audio visual mengandung unsur kebaruan dalam pembelajaran dan juga media audio visual ini tidak hanya bisa didengar, tetapi juga ditonton. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Purwati (2004: 257) yang menyatakan bahwa dengan menonton maka siswa dapat mengamati dan mengalami sendiri dalam perolehan konsep/pengetahuan yang diperoleh tersebut lebih lama tersimpan dalam ingatan. Selama penelitian, mulai dari siklus pertama hingga siklus kedua, media audio visual yang berupa video rekaman pembacaan cerita pendek selalu mengalami perbaikan. Hingga akhirnya di siklus kedua kualitas media audio visual tersebut semakin mendekati sempurna. Langkah perbaikan ini dilakukan sesuai dengan pendapat Soeparno (1980: 12-13) yang menyatakan bahwa baik buruknya suatu media tidak diukur dari mentereng atau tidaknya peralatan yang digunakan, akan tetapi diukur seberapa jauh media itu dapat menunjang tercapainya instruksional. Adapun cara peneliti untuk mengetahui baik buruknya media tersebut adalah melalui wawancara terstruktur kepada siswa yang dilakukan pada tiap akhir pertemuan. Selain media yang dapat menunjang pembelajaran, guru juga turut memberikan peran dalam keberhasilan pembelajaran apresiasi cerita pendek. Hal ini telah terbukti dalam penelitian. Adapun beberapa peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai berikut: Pertama, penentuan posisi guru yang fleksibel dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif untuk pembelajaran. Kedua, pemberian reward kepada siswa commit to user yang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar dapat memotivasi siswa untuk lebih
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
aktif. Ketiga, sikap guru yang terbuka dan tidak kaku menciptakan suasana kelas yang tidak tegang. Dalam tindakan siklus pertama, pembelajaran dilaksanakan di ruang kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Ketika itu, hasil yang didapat kurang optimal. Hal ini disebabkan karena kualitas gambar yang terlalu cepat dalam pembacaan cerita dan kualitas suara yang kurang keras sehingga siswa kurang maksimal dalam mencermati cerita pendek yang dipertontonkan. Tindakan siklus kedua, kualitas gambar dalam pembacaan cerita diperlambat dan kualitas suara diperkeras dengan menambah speaker aktif sebagai pengeras suara agar terdengar jelas dan jernih. Tindakan tersebut terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran apresiasi cerita pendek. Berdasarkan hasil pengamatan pada tindakan siklus pertama dan kedua dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan kualitas pembelajaran (baik proses maupun hasil) kemampuan apresiasi cerita pendek bermedia audio visual berupa video rekaman pembacaan cerita pendek dari siklus satu sampai dengan siklus dua. Adapun pembahasan peningkatan kualitas pembelajaran apresiasi cerita pendek adalah sebagai berikut: 1.
Peningkatan Proses Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek Keberhasilan pemanfaatan media audio visual dalam meningkatkan proses pembelajaran apresiasi cerita pendek ini dapat dilihat dari indikatorindikator sebagai berikut: a) Siswa lebih aktif dalam mengikuti apersepsi Selama pelaksanaan penelitian sejak siklus pertama hingga siklus kedua, terjadi peningkatan yang signifikan dalam hal antusias siswa dalam mengikuti kegiatan apersepsi. Hal ini terbukti bahwa dalam siklus pertama sebanyak 66% (24 siswa dari 36 siswa) mengikuti apersepsi. Keaktifan tersebut semakin meningkat dalam pelaksanaan siklus yang kedua, yaitu sebanyak 80% (29 siswa dari 36 siswa) mengikuti apersepsi. b) Siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar-mengajar Pemanfaatan video rekaman pembacaan cerita pendek sebagai commitpembelajaran to user media pembelajaran dalam apresiasi cerita pendek
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan hal yang baru bagi siswa di SMA Negeri Kebakkramat. Oleh karena itulah, inovasi dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek tersebut disambut dengan antusias yang tinggi oleh siswa. Tolok ukur yang menyatakan tingginya antusias siswa tersebut adalah hasil observasi selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung yang menunjukkan peningkatan pada tiap siklus. Pada siklus pertama keaktifan siswa sebesar 72% (26 siswa dari 36 siswa). Keaktifan siswa tersebut semakin meningkat pada siklus yang kedua, yaitu sebesar 83% (30 siswa dari 36 siswa). c) Siswa tidak merasa malu menyampaikan hasil pekerjaan mereka dalam forum diskusi Selama
pembelajaran
apresiasi
cerita
pendek
dengan
memanfaatkan media audio visual yang berupa video rekaman pembacaan cerita pendek berlangsung, siswa merasa terpacu untuk berkompetisi dengan siswa lain. Kondisi ini membuat siswa tidak lagi enggan untuk menyampaikan hasil pekerjaannya dalam forum diskusi yang dibuka guru. Pertanyaan tersebut terbukti dengan meningkatnya keberanian siswa beraktualisasi dalam mengikuti diskusi. Pada siklus pertama siswa yang berani beraktualisasi dalam diskusi sebesar 50% (18 dari 36 siswa). Pada siklus yang kedua mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu sebesar 77% (28 siswa dari 36 siswa). 2.
Peingkatan Hasil Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek Peningkatan hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus pertama sampai dengan siklus kedua. Pemanfaatan media audio visual berupa video rekaman pembacaan cerita pendek dapat meningkatkan jumlah siswa yang mendapat ketuntasan hasil belajar. Pada siklus pertama persentase ketuntasan hasil belajar siswa dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek sebesar 69% siswa (25 dari 36 siswa). Pada siklus kedua persentase ketuntasan hasil belajar siswa dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek mengalami user 80% siswa (29 siswa dari 36 peningkatan yang signifikan,commit yaitu to sebesar
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa). Bagi 7 siswa yang belum bisa mencapai batas tuntas akan diadakan remidi dengan soal tes yang sama dan dikerjakan secara individu. Setelah diadakan remidi meningkat hingga 97% siswa (35 siswa dari 36 siswa). Satu siswa yang masih belum mendapat nilai batas tuntas setelah peneliti mencari tahu kepada guru bahasa Indonesia yang bersangkutan ternyata satu anak tersebut memang memiliki riwayat nilai yang selalu rendah. Pernyataan tersebut secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 4. Persentase Peningkatan Proses dan Hasil Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek No
Kegiatan Siswa
Persentase Siklus I
Siklus II
1
Aktif selama apersepsi
66%
80%
2
Aktif
72%
83%
50%
77%
69%
97%
selama
mengikuti
pelajaran 3
Berani
membacakan
hasil
pekerjaan dalam forum diskusi 4
Ketuntasan
hasil
belajar
(mendapat nilai ≥ 6,5)
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pada Bab IV, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemanfaatan media audio visual berupa video rekaman pembacaan cerita pendek dapat meningkatkan proses pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Hal tersebut terefleksi dari peningkatan beberapa indikator di bawah ini: a. Meningkatnya keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan apersepsi dari siklus ke siklus, yaitu 66% pada siklus I dan meningkat hingga 80% pada siklus II. b. Meningkatnya keaktifan siswa selama mengikuti kegiatan belajarmengajar dari siklus ke siklus, yaitu 72% pada siklus I dan meningkat hingga 83% pada siklus II. c. Meningkatnya keberanian siswa untuk mengemukakan hasil pekerjaanya dalam forum diskusi yang dibuka guru dari siklus ke siklus, yaitu 50% pada siklus I dan meningkat hingga77% pada siklus II. 2. Pemanfaatan media audio visual yang berupa video rekaman pembacaan cerita pendek dapat meningkatkan hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat. Peningkatan hasil pembelajaran apresiasi cerita pendek tersebut dapat dilihat dari nilai siswa dalam mengerjakan tugas dari guru, yaitu 36% pada pratindakan, 69% pada siklus I, meningkat hingga 80% pada siklus II dan setelah diadakan remidi meningkat hingga 97%.
B. Implikasi Penelitian ini berimplikasi pada terbukanya wawasan dan khasanah ilmu commit to visual user dalam pembelajaran. Penelitian pengetahuan tentang manfaat media audio
71
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ini telah memberikan gambaran yang jelas bahwa keberhasilan pembelajaran tergantung pada beberapa faktor yang saling berhubungan satu sama lain. Faktorfaktor tersebut berasal dari guru, siswa, dan media belajar. Faktor dari guru antara lain:
kemampuan
kemampuan
mengembangkan
mengembangkan
strategi
dan
dan
menyajikan
metode materi,
pembelajaran, kemampuan
mengembangkan media pembelajaran, serta kemampuan mengelola kelas. Faktor dari siswa, di antaranya adalah antusias dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Faktor media belajar, yaitu terciptanya media yang tidak membosankan dan bersifat baru bagi siswa sehingga siswa lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajaran dan dapat meningkatankan konsentrasi dan pemahaman siswa dalam menyimak. Faktor-faktor yang telah disebutkan di atas hendaknya diupayakan dengan maksimal agar kegiatan belajar-mengajar mengalami peningkatan baik dalam proses maupun hasilnya. Apabila guru memiliki kemampuan yang dalam menyampaikan materi, mengelola kelas, menerapkan metode belajar yang sesuai, memanfaatkan media yang sesuai maka guru akan dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik. Siswa juga akan termotivasi untuk mengikuti kegiatan belajar-mengajar dengan aktif. Imlikasi yang didapat dari penelitian ini adalah: 1. Konteks Pendidik/Guru Penelitian ini membuka cakrawala baru tentang pembelajaran apresiasi cerita pendek melalui pemanfaatan media audio visual. Pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini melibatkan peran aktif guru sebagai pemegang otoritas di dalam proses pembelajaran. Peningkatan proses dalam penelitian ini salah satunya dipicu oleh kemampuan guru dalam mengelola kelas, menyampaikan materi, penggunaan metode, serta pemanfaatan media yang relevan dengan materi pelajaran. 2. Konteks Siswa Siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat tergolong siswa yang memiliki minat dan bakat yang cukup besar. Hanya saja, selama ini guru commit totersebut user belum mampu menggali potensi terkait dengan pelaksanaan
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran yang menggunakan metode konvensional. Metode tersebut tidak mampu memerankan dirinya sebagai siswa secara utuh. Selain itu, penerapan metode tersebut tidak memberikan ruang bagi siswa untuk beraktualisasi terhadap materi yang diberikan oleh guru. Siswa hanya sebagai objek yang terus-menerus dijejali materi-materi tanpa ada upaya untuk mengembangkan, dan merealisasikan di kehidupan sehari-hari. 3. Konteks Media Pembelajaran Audio Visual Pemanfaatan media audio visual dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek mengikutsertakan keterlibatan siswa sebagai subjek yang harus mampu mengonstruksikan materi yang disampaikan. Hal tersebut membuat siswa terpacu untuk aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif dalam meningkatkan upaya pengembangan potensi yang ada dalam diri siswa. 4. Konteks Tempat (SMA Negeri Kebakkramat) SMA Negeri Kebakkramat adalah sekolah Negeri yang mempunyai predikat akreditasi A. sekolah tersebut mempunya beberapa sarana dan prasarana untuk menunjang pembelajaran. Selain itu, sekolah tersebut juga memiliki siswa-siswi yang cukup kreatif dan berpotensi. Hanya saja, pembelajaran yang selama ini dilakukan kurang dapat menggali potensi, minat, dan bakat yang sebenarnya dimiliki oleh siswa. Proses belajarmengajar menjadi lebih bermakna dengan pemanfaatan media audio visual dalam pembelajaran apresiasi cerita pendek. Hal tersebut disebabkan karena pemanfaatan media audio visual memadukan keterlibatan aktif guru dan siswa serta optimalisasi fasilitas sekolah yang tersedia. Penelitian ini terbukti dapat meningkatkan pembelajaran apresiasi cerita pendek pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri Kebakkramat sehingga dapat dijadikan suatu strategi baru dalam pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.
commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti dapat merumuskan beberapa saran kepada beberapa pihak sebagai berikut: 1. Bagi Kepala Sekolah a. Hendaknya memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan penelitian dan mengikutsertakan guru dalam forum-forum ilmiah, seperti seminar pendidikan, diklat, dan sebagainya. 2. Bagi Guru a. Guru hendaknya terus berupaya untuk meningkatkan pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan mengembangkan strategi pembelajaran, mengembangkan
dan
menyampaikan
materi
dengan
jelas,
mengembangkan media pembelajaran, serta mampu mengelola kelas agar selalu tercipta lingkungan belajar yang kondusif. b. Guru hendaknya mengoptimalkan peranan media baik di dalam maupun di luar kelas sebagai penunjang pembelajaran apresiasi cerita pendek pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. c. Guru hendaknya mengikuti forum-forum ilmiah atau membaca buku yang berkaitan dengan penerapan metode dan pemakaian media yang kreatif dan inovatif lalu menerapkannya dalam pembelajaran. 3. Bagi Siswa a. Siswa hendaknya ikut membangun kesadaran dalam menciptakan kegiatan belajar-mengajar yang kondusif, khususnya ketika pembelajaran apresiasi cerita pendek berlangsung. b. Keaktifan siswa hendaknya tidak hanya selama kegiatan belajar-mengajar berlangsung di kelas melainkan aktif belajar mandiri dengan banyak menyaksikan maupun mendengarkan pembacaan cerita pendek. 4. Bagi Sekolah a. Pihak sekolah hendaknya memfasilitasi media LCD di setiap ruang kelas, hal ini untuk mempermudah guru menggunakan media tersebut. commit to user