PENINGKATAN KUALITAS…..(26):152-159
PENINGKATAN KUALITAS PERTUMBUHAN JENIS-JENIS TANAMAN KEHUTANAN DENGAN PEMANFAATAN MIKROFLORA DAN FAUNA TANAH Oleh/by 1)
DINA NAEMAH1) Program Studi Budidaya Hutan, Fakultas Kehutanan Unlam ABSTRACT
The purpose this research for to know the influence and interaction of usage microorganism in the form mycorrhizae and earth-worm in the case of improvement of quality plant some forestry crops that is Shorea leprosula, Tectona grandis and Dyera polyphyllai. The objective of experiment was to determine the effect from ectomycorrhizae, VAM and earth worm for the growth stomulation of crops. The results of this research indicate that all crop type given respon growths which are positive. Kascing give the contribution accretion of diameter only at Tectona grandis and Dyera polyphyllai Keyword
:
Tectona grandis, Shorea Microrganism, Mycorrhizae
leprosula,
Dyera
polyphyllai,
Penulis untuk korespondensi : Telp.+625117255037,e-mail:
[email protected]
PENDAHULUAN
Kehutanan pada saat sekarang mengalami masa kritis, berbagai tindakan sudah mulai dilaksanakan untuk memperbaiki keadaan hutan seperti revegetasi lahan kritis dan gerakan rehabilitasi lahan yang sudah tentu memiliki konsekuensi akan persediaan bibit berkualitas agar tujuan gerakan tersebut dapat tercapai. Pemilihan jenis tanaman untuk membangun kembali hutan tentunya mempunyai tuntutan yang beragam dari segi fungsi baik ekonomi, sosial, budaya dan estetika. Untuk memenuhi tuntutan ini maka diperlukan bibit-bibit yang berkualitas. Pembinaan hutan umumnya menggunakan bibit-bibit tanaman kehutanan yang berasal dari persemaian. Pengadaan bibit tersebut
seringkali tidak dapat memenuhi jumlah permintaan karena tuntutan kualitas bibit yang semakin meningkat. Untuk mengatasi masalah inilah diperlukan tindakan manipulasi pertumbuhan bibit tanaman hutan dengan menggunakan mikroflora dan fauna tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian mikroflora dan makrofauna terhadap kualitas pertumbuhan tanaman kehutanan Jati, Jelutung dan Meranti merah serta mengetahui interaksi antara media top soil dan mikroflora dan makrofauna. Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat bagi pelaksanaan pembudidayaan jenis tanaman kehutanan sehingga menghasilkan semai yang berkualitas.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
152
PENINGKATAN KUALITAS…..(26):152-159
METODE PENELITIAN
dan penyiangan atau pembersihan dari tanaman pengganggu. Parameter yang diamati dan diukur dalam penelitian ini adalah ketahanan tumbuh semai berupa persentase tumbuh semai sampai akhir penelitian, pertambahan tinggi, pertambahan diameter, perkembangan akar dan kondisi kesehatan semai. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) dengan 9 kombinasi perlakuan, 3 kelompok dan 10 ulangan sehingga terdapat 270 satuan percobaan.
Penelitian ini dilaksanakan di Shade House Fakultas Kehutanan Unlam selama enam bulan. Alat dan bahan yang diperlukan polybag, jangka sorong , mistar, gembor, neraca, semai jati, jelutung, meranti merah, top soil, kascing dan mikoriza. Adapun prosedur pekerjaan yang harus dilakukan sebagai berikut :(1) persiapan medium hidup cacing tanah sampai menghasilkan eksmecat; (2) semai dipindahkan ke dalam media berupa top soil, top soil dan kascing; (3) pemberian mikoriza pada media sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan; dan (4) pemeliharaan, meliputi penyiraman
HASIL DAN PEMBAHASAN Kemampuan Hidup Semai oleh Widyastuti (2004), yang menyatakan bahwa kerusakan yang terjadi bila suhu tempat tumbuh meningkat di atas batas toleransi dapat berupa mati kering baik sebagian atau seluruh tanaman. Pada beberapa semai yang mati dimulai dengan sebagian daun mengering dan pada akhirnya daun rontok serta batang mengering. Tahapan kematian semai dapat diamati pada gambar 1.
Kemampuan hidup suatu tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor yang diduga menjadi penyebab kematian sebagian semai adalah tekanan dari lingkungan yaitu cuaca. Cuaca yang cepat berubah ekstrim seperti kenaikan suhu yang melampaui batas toleransi akan mengakibatkan tumbuhan mengalami penyimpangan fisiologis dan akan mati. Pernyataan ini diperkuat oleh pendapat Smith (1970) yang dikutip
a
b
c
Gambar 1. Gejala kematian semai (a.Bagian tepi daun berwarna cokelat; b.Daun mengering, c. Daun rontok)
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
153
PENINGKATAN KUALITAS…..(26):152-159
menyatakan bahwa senyawa aktif sebagai antipiretik dari ekstrak cacing tanah adalah golongan senyawa alkaloid yang berupa kandungan nitrogen dalam kadar yang sangat tinggi dan jika dikonsumsi secara berlebihan, dapat menjadi racun dan juga dapat mempengaruhi dan menghambat pertumbuhan semai.
Unsur hara yang dikandung oleh kascing tampaknya sangat berperan karena kandungan unsur hara yang terlalu tinggi menyebabkan dampak terbalik pada semai, hal ini diperkuat dari hasil analisa tanah. Pendapat ini diperkuat oleh pendapat dari Sajuthi, Elly Suradikusumah, dan Marcus Ardian Santoso (2003), yang
Pertambahan Tinggi
Pertambahan Tinggi 20 15 10 5 0 A1B1
A1B2
A1B3
Jati
A2B1
A2B2 A2B3 Perlakuan
Jelutung
A3B1
A3B2
A3B3
Meranti merah
Gambar 2. Rata-rata pertambahan tinggi semai jati, jelutung dan meranti merah Pada semai T. grandis dan S. leprosula tampak berasosiasi baik dengan mikroflora yang diberikan, hal ini menunjukkan terjadinya asosiasi dengan jenis mikroflora yang diberikan, pernyataan ini didukung oleh pernyataan Omon (1996) yang dikutip Naemah (2006), yang menyatakan bahwa kesesuaian jenis jamur mikoriza untuk berasosiasi dengan inangnya akan berpengaruh terhadap besar kecilnya persentase pertumbuhan tanaman. Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tinggi semai jati, jelutung dan meranti merah dapat diketahui dengan melakukan analisis keragaman. Dari hasil analisa dilanjutkan dengan uji beda sehingga diketahui pertambahan tinggi
disumbang besar oleh pemberian mikroflora dalam golongan endomikoriza dengan dosis 5 gram. Pemberian mikoriza membantu tanaman untuk menyerap unsur hara yang lebih banyak untuk pertumbuhan. Menurut pendapat Sajuthi, Elly Suradikusumah, dan Marcus Ardian Santoso (2003), menyatakan bahwa dari serangkaian pengujian kimia diketahui pada kascing ditemui senyawa alkaloid, berupa kandungan nitrogen dalam kadar yang sangat tinggi, seperti halnya senyawa aktif lain, jika dikonsumsi secara berlebihan, dapat menjadi racun dan juga dapat mempengaruhi dan menghambat pertumbuhan semai.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
154
PENINGKATAN KUALITAS…..(26):152-159
Tabel 1. Analisis Keragaman terhadap Pertambahan Tinggi Semai Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Fhitung Significant Keragaman Kuadrat Bebas Tengah 54,397 2,087 20,865a 10 Corrected 0,000 4522,524 0,000 173,470 1 model 173,470 246,780** 0,000 9,466 2 Intercept 18,931 0,141 2 Kelompok 0,027 0,282 3,681* 0,765 2 Mikoriza 0,000 1,530 19,940** 0,015 4 Media 0,816 0,060 0,389ns 0,038 258 Mikoriza*Media 9,896 269 Error 203,925 268 Total 30,761 Corrected Total Keterangan : ** = significant at 1% level; * = significant at 5% level; ns = not significant da Nyata ia terhadap Pertambahan Tinggi
Pertambahan Tinggi
Pertambahan Diameter 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 A1B1
A1B2
A1B3
A2B1 A2B2 A2B3 Perlakuan
Jati
Jelutung
A3B1
A3B2
A3B3
Meranti merah
Gambar 3. Rata-rata pertambahan diameter semai jati, jelutung dan meranti merah Keterangan Gambar 2 dan 3 : A1B1 = Media top soil tanpa pemberian mikoriza; A1B2 = Media top soil 75% + kascing 25% tanpa pemberian mikoriza; A1B3 = Media top soil 50% + kascing 50% tanpa pemberian mikoriza; A2B1 = Media top soil dengan pemberian endomikoriza 5 gram; A2B2 = Media top soil 75% + kascing 25% dengan endomikoriza 5 gram; A2B3 = Media top soil 50% + kascing 50% dengan endomikoriza 5 gram; A3B1 = Media top soil dengan pemberian ektomikoriza 2 gram; A3B2 = Media top soil 75% + kascing 25% dengan ektomikoriza 2 gram; A3B3 = Media top soil 50% + kascing 50% dengan ektomikoriza 2 gram Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan diameter semai jati, jelutung dan meranti merah dapat diketahui dengan melakukan analisis keragaman. Uji lanjut terhadap sumber keragaman menunjukkan
semai yang memiliki pertambahan tinggi terbesar menggunakan media kascing, hal ini terjadi karena tersedianya unsur P dan K dalam jumlah yang besar pada media kascing. Pendapat ini didukung oleh
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
155
PENINGKATAN KUALITAS…..(26):152-159
pernyataan Sambas (1979) yang dikutip oleh Hananti (2006), yang menyatakan bahwa unsur P memegang peranan penting dalam pertambahan diameter. Selain itu,
unsur K juga berperan penting dalam kegiatan pembelahan sel dan perkembangan jaringan meristematik yang berakibat pada pembesaran batang.
Tabel 2. Analisis Keragaman terhadap Pertambahan Diameter Semai Sumber Jumlah Derajat Kuadrat Fhitung Significant Keragaman Kuadarat Bebas Tengah 22,032 0,212 2,117a 10 Corrected model 0,000 2838,046 0,000 27,265 1 Intercept 27,265 102,861** 0,000 0,988 2 Kelompok 1,976 0,056 2 Mikoriza 0,113 0,003 5,870** 0,004 2 Media 0,008 0,667 0,405ns 0,005 4 Mikoriza*Media 0,020 0,727 0,512ns 0,010 259 Error 2,488 270 Total 31,870 269 Corrected Total 4,605 Keterangan : ** = significant at 1% level; * = significant at 5% level;ns = not significant Perkembangan Akar Akar merupakan bagian terpenting dalam tanaman karena akar memiliki fungsi sebagai penopang atau untuk memperkuat berdirinya tanaman, serta sebagai pengangkut air dan zat-zat hara dan sebagai tempat penimbunan makanan. Pemberian mikoriza memberikan pengaruh yang cukup terlihat pada panjang akar. Akar yang diberi mikoriza relatif lebih panjang daripada akar yang tidak diberi mikoriza. Naemah, D. (2003) menyatakan bahwa pemberian inokulum mikoriza berpengaruh terhadap panjang akar. Akar semai pada media yang diinokulasi mikoriza selalu lebih panjang dibandingkan akar semai yang terdapat pada media tanpa inokulasi mikoriza. Hal ini bisa terjadi karena kemampuan mikoriza untuk memperbaiki struktur dan agregat tanah sehingga mudah ditembus akar. Semai yang diberi mikoriza cenderung memiliki cabang akar yang lebih banyak dibandingkan dengan
semai yang tidak diberi mikoriza. Jumlah cabang akar menentukan secara tidak langsung besarnya kesempatan akar untuk dikolonisasi oleh jamur mikoriza dan menyebabkan daya hisap daerah permukaan akar bertambah besar dengan bertambahnya jaringan hifa. Kondisi akar semai jati, jelutung dan meranti merah pada berbagai perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4. Dengan semakin panjang akar dan jumlah cabang akar yang semakin banyak, maka pengambilan unsur hara juga bertambah besar. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Pujianto (2001) yang dikutip Naemah (2006) menyatakan bahwa akar yang bermikoriza dapat meningkatkan kapasitas pengambilan unsur hara karena luas permukaan absorbsi diperluas dan akar lebih mampu memasuki ruang pori yang lebih kecil sehingga meningkatkan tanaman untuk menyerap unsur hara. Serangan Hama dan Penyakit Perbedaan media memberikan pengaruh yang cukup tampak pada perbedaan warna daun, demikian juga terhadap resistensi semai terhadap
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
156
PENINGKATAN KUALITAS…..(26):152-159
telur dan larva. Hama yang ditemukan menyerang semai antara lain belalang, kutu putih dan larva Lepidoptera. Hama yang menyerang dapat dilihat pada Gambar 5. Kondisi shade house dengan kelembaban yang cukup tinggi, serta kondisi cuaca yang tidak menentu merupakan faktor yang dapat memudahkan terjadinya serangan hama dan penyakit. Sehingga untuk melindungi semai dari serangan hama masih perlu dilakukan tindakan yang serius.
serangan hama. Hal ini terbukti setelah beberapa minggu penelitian berjalan, semai mulai terserang hama. Serangan hama terjadi pada semai jati dan meranti merah, sedangkan semai jelutung tidak diserang hama. Kemungkinan besar ini terjadi karena semai jelutung mempunyai resistensi alami terhadap hama atau semai jelutung tersebut memiliki sesuatu yang tidak disukai hama Serangan hama ditandai dengan adanya daun yang berlubang, tunas yang hilang dan daun yang dijadikan sebagai tempat menaruh
a
Jati
b
c
d
e
g
h
a
g
h
f
Jelutung
i
c
b
a
e
d
f
i
c
b
d
g
f
e
h
i
Meranti
Gambar 4. Akar semai tanaman kehutanan pada berbagai perlakuan Keterangan : a = top soil tanpa pemberian mikoriza; b = top soil dengan pemberian endomikoriza; c = top soil dengan pemberian ektomikoriza 2 gram; d = top soil 75% + kascing 25% tanpa pemberian mikoriza; e = top soil 75% + kascing 25% dengan pemberian endomikoriza; f = top soil 75% + kascing 25% dengan pemberian ektomikoriza 2 g; g = top soil 50% + kascing 50% tanpa pemberian mikoriza; h = top soil 50% + kascing 50% dengan pemberian endomikoriza 5 gram; i = top soil 50% + kascing 50% dengan pemberian ektomikoriza 2 gram
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
157
PENINGKATAN KUALITAS…..(26):152-159
(a) Gambar 5.
(b)
(c)
Hama Yang Menyerang Semai (a dan b Larva Lepidoptera; c Kutu putih) KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1) Pemberian mikoriza memberikan pengaruh yang nyata pada pertambahan tinggi dan diameter; (2) interaksi antara media dan mikoriza tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi maupun diameter semai jati, jelutung dan meranti merah; (3) Komposisi media dan mikoriza yang memberikan rata-rata pertambahan tinggi terbaik berbeda untuk tiap jenis tanaman, demikian juga pada rata-rata pertambahan
diameter; dan (4) Pemberian mikoriza memberikan kontribusi terhadap panjang akar dan banyaknya cabang akar pada tiap jenis tanaman. Saran. Kascing tidak perlu diberikan dalam jumlah besar karena kascing memiliki kandungan unsur hara yang sangat tinggi sehingga penggunaannya dapat lebih efisien dan perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mencari komposisi kascing dan mikoriza yang tepat untuk mencapai pertumbuhan optimal.
UCAPAN TERIMAKASIH memberikan saran dan kritik untuk Terimakasih yang sebesar-besarnya kesempurnaan penelitian. Semoga dan penghargaan setingginya buat amal dan keikhlasan mendapatkan Desy R. yang bersedia membantu ganjaranNYA…. pelaksanaan penelitian ini dan juga Ibu Hj. Normela R. yang telah
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
158
PENINGKATAN KUALITAS…..(26):152-159
DAFTAR PUSTAKA
Bowen, G.D. 1980. Mycorrhizal Roles in Tropical Plants Ecosystem. Dalam : Mikola (eds.). Tropical Mycorrhiza Research. Academic Press. London. Hanafiah, K.A. 2005. Biologi Tanah Ekologi & Makrobiologi Tanah. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Kartasapoetra, A.G. dan Mul Mulyani Sutedjo. 1991. Mikrobiologi Tanah. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Naemah, D. 2003. Pengaruh Trichoderma Terhadap Perkembangan Mikoriza Pada Akar Pinus merkusii Jungh. Et De Vriese. Jurnal Agrosains Volume 16 (2), Mei 2003 ISSN 1411-6170 (Akreditasi DitJen Dikti No 118/DIKTI/Kep/2001) Naemah, D. 2006. Inokulasi Dua Tipe Mikoriza Pada Pertumbuhan Anakan Jati (Tectona grandis LF.) Jurnal Hutan Tropis Borneo 2006, Nomor 19 edisi September 2006 Tahun VII :47-60. ISSN 1412-4645 Riflle, I.W. dan R.W. Tinus. 1982. Ectomycorrhizae and Charahteristics Growth, and Survival of Artificially Inoculated Pinus ponderosa and Scot Pine in a Greenhouse and Plantation. Forest Sci.
Setiadi, Y. 1999. Pengembangan Cendawan Mikoriza Arbuskular Sebagai Pupuk Biologis Dalam Bidang Kehutanan. Makalah Workshop Mikoriza “Aplikasi Cendawan Mikoriza Pada Tanaman Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan” IPB. Bogor. Syekhfani. 1994. Sifat Kimia Tanah (Hubungan Tanah Air dan Hara Tanaman). Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. Widyastuti, S.M. dan Sumardi. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Hutan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Widyastuti, S.M., Sumardi dan Harjono. 2005. Patologi Hutan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. www.goggle.co.id. Pemanfaatan Mikoriza Untuk Penanggulangan Lahan Kritis oleh Subiksa IGM. 2002. Makalah Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana/S3. Institut Pertanian, Bogor. Akses terakhir : 15 Januari 2006. www.IPTEKnet.id. Pupuk Hayati Mikoriza untuk Pertumbuhan dan Adaptasi Tanaman di Lahan Marginal oleh Dudi Iskandar. 2002. Sentra Informasi IPTEK. Cetak : Senin, 16 Januari 2006. Akses terakhir : 15 Januari 2006.
Jurnal Hutan Tropis Borneo No. 26, Edisi Juni 2009
159