PENINGKATAN KUALITAS MINYAK IKAN SARDIN (Sardinella sp.) DENGAN ADSORBEN ALAMI
SITI RAUDOH
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Peningkatan Kualitas Minyak Ikan Sardin (Sardinella sp.) dengan Adsorben Alami adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Siti Raudoh NIM C34080088
ABSTRAK SITI RAUDOH. Peningkatan Kualitas Minyak Ikan Sardin (Sardinella sp.) dengan Adsorben Alami. Dibimbing oleh SUGENG HERI SUSENO dan PIPIH SUPTIJAH. Minyak ikan hasil samping pengalengan dapat dijadikan sebagai sumber ω-3. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas minyak ikan sardin adalah dengan proses pemurnian menggunakan adsorben. Jenis adsorben alami yang digunakan adalah kitosan, sisik ikan, dan cangkang telur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas minyak ikan sebelum dan setelah penambahan adsorben alami. Analisis yang dilakukan adalah analisis gas chromatoghraphy (GC), analisis kadar asam lemak bebas (FFA), bilangan asam (AV), dan bilangan peroksida (PV). Berdasarkan hasil analisis profil minyak ikan sardin, diketahui kandungan asam lemak terbanyak adalah ω-3, dengan EPA 13,31% dan DHA 11,99%. Setelah penambahan adsorben alami, kualitas minyak ikan sardin meningkat. Hasil uji menunjukkan nilai FFA, AV, maupun PV mengalami penurunan. Penambahan cangkang telur 3% yang dapat menurunkan FFA 35,82% dan menurunkan AV 36,10%. Pada uji bilangan peroksida, perlakuan terbaik adalah penambahan adsorben sisik ikan dan cangkang telur yang dapat menurunkan PV sebesar (20,09-23,09)%. FFA dan AV minyak ikan masih memenuhi standar mutu IFOS (International Fish Oil Standard), sedangkan PV melebihi standar. Kata kunci: minyak ikan, adsorben alami, asam lemak, FFA, AV, PV
ABSTRACT SITI RAUDOH. Improvement Quality Sardine (Sardinella Sp.) Fish Oil by Using Natural Adsorbens. Supervised by SUGENG HERI SUSENO and PIPIH SUPTIJAH. Fish oil as by product of sardine canning process was a potential source of ω-3 fatty acids. One method of improving the quality of sardine fish oil is by purification using adsorbens. Type of the adsorben which used in this research was natural adsorbens, such as chitosan, fish scales, and eggshells. The purpose of this study was to determine the quality of fish oil before and after addition of natural adsorben. Several fish oil analysis which used were gas chomatography (GC), free fatty acids (FFA), acid value (AV), and peroxide value (PV). The result of GC showed that ω-3 is the highest fatty acids content in fish oil, which is EPA 13,31% and DHA 11,99%. Then, after addition of natural adsorbens, quality of sardine fish oil was improved. The result showed FFA, AV, PV levels decreased. The best natural adsoben to decrease FFA and AV levels is eggshells 3% which can reduce FFA levels by 35,82% and AV by 36,10%. In the peroxide analysis, the best treatment is the addition of fish scales and eggshells 7% which can reduce AV levels by (21-23)%. FFA and AV levels of fish oil still on International Fish Oil standards (IFOS), whereas the PV levels is exceed from standards. Keywords: fish oil, natural adsorbens, fatty acid, FFA, AV, PV
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENINGKATAN KUALITAS MINYAK IKAN SARDIN (Sardinella sp.) DENGAN ADSORBEN ALAMI
SITI RAUDOH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Teknologi Hasil Perairan
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Peningkatan Kualitas Minyak Ikan Sardin (Sardinella sp.) dengan Adsorben Alami Nama : Siti Raudoh NIM : C34080088 Program Studi : Teknologi Hasil Perairan
Disetujui oleh
Dr Sugeng Heri Suseno, SPi MSi Pembimbing I
Dr Dra Pipih Suptijah, MBA Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Joko Santoso, MSi Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Slaipsi: Peningkatan Kualitas Minyak Ikan Sardin (Sardinella sp.) dengan Adsorben Alami : Siti Raudoh Nama : C34080088 NIM Program Studi : Teknologi Hasil Perairan
Disetujui oleh
Dr Sugeng Heri Suseno, SPi MSi Pembimbing I
Tanggal Lulus: .
Dr Dra Pipih Suptijah, MBA Pembimbing II
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah minyak ikan sardin, dengan judul “Peningkatan Kualitas Minyak Ikan Sardin (Sardinella sp.) dengan Adsorben Alami”. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, terutama kepada : 1. Dr Sugeng Heri Suseno, SPi MSi selaku dosen pembimbing I skripsi, atas segala perhatian, bimbingan, dan pengarahan yang diberikan kepada penulis 2. Dr Dra Pipih Suptijah, MBA selaku dosen pembimbing II, atas segala arahan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis 3. Dr Ir Wini Trilaksani, MSc selaku dosen penguji atas segala saran dan kritik yang diberikan kepada penulis untuk menyempurnakan skripsi 4. Dr Eng Uju, SPi MSi selaku perwakilan komisi akademik Departemen Teknologi Hasil Perairan 5. Dr Joko Santoso, SPi MSi selaku Ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan 6. Staf dosen dan administrasi Departemen Teknologi Hasil Perairan 7. Umi, Abi, Kakak, serta Adik-adik yang telah memberikan cinta, kasih sayang, dukungan materi maupun moril serta doanya kepada penulis 8. Teman seperjuangan THP angkatan 45, 46, dan 47, atas segala bantuan dan motivasinya 9. Keluarga besar Beastudi Etos Bogor atas motivasi dan semangat yang diberikan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Bogor, Februari 2014 Siti Raudoh
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ....................................................................................................x DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................x DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................x PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 Latar belakang ..................................................................................................... 1 Perumusan masalah ............................................................................................. 1 Tujuan penelitian ................................................................................................. 2 Manfaat penelitian ............................................................................................... 2 Ruang lingkup penelitian ..................................................................................... 2 METODE PENELITIAN ........................................................................................ 2 Bahan ................................................................................................................... 3 Alat ...................................................................................................................... 3 Prosedur penelitian .............................................................................................. 3 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 6 Profil asam lemak minyak kan sardin ................................................................. 6 Karakteristik minyak ikan sardin......................................................................... 8 Kadar asam lemak bebas (free fatty acid/FFA) ................................................... 9 Bilangan asam (acid value/AV) ........................................................................ 11 Bilangan peroksida (peroxide value/PV)........................................................... 12 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 144 Kesimpulan ........................................................................................................ 14 Saran .................................................................................................................. 14 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14 LAMPIRAN ...........................................................................................................17 RIWAYAT HIDUP ................................................................................................20
DAFTAR TABEL 1 Profil kandungan asam lemak minyak ikan ............................................ 7 2 Karakteristik minyak ikan sardin ............................................................ 9
DAFTAR GAMBAR 1 Diagram alir penggunaan adsorben alami untuk pemurnian minyak ikan sardin ....................................................................................................... 4 2 Pengaruh perbedaan jenis dan konsentrasi adsorben terhadap kadar asam lemak bebas minyak ikan ...................................................................... 10 3 Pengaruh perbedaan jenis dan konsentrasi adsorben terhadap bilangan asam minyak ikan .................................................................................. 11 4 Pengaruh perbedaan jenis dan konsentrasi adsorben terhadap bilangan peroksida minyak ikan .......................................................................... 13
DAFTAR LAMPIRAN 1 Analisis ragam dan uji lanjut duncan kadar asam lemak bebas ................ 17 2 Analisis ragam dan uji lanjut duncan bilangan asam................................ 18 3 Analisis ragam dan uji lanjut duncan bilangan peroksida ......................... 19
PENDAHULUAN Latar belakang Minyak ikan merupakan sumber asam lemak ω-3 berupa EPA (eicosapentaenoic acid) dan DHA (docosahexaenoic acid) yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Berbagai manfaat minyak ikan telah banyak dibuktikan, diantaranya dapat membantu proses tumbuh kembang otak (kecerdasan), membantu perkembangan indra penglihatan, meningkatkan sistem kekebalan tubuh terutama bagi bayi dan balita, bermanfaat untuk menjaga kesehatan jantung, bahkan untuk mecegah tumbuhnya beberapa jenis kanker (Pak 2005). Di Indonesia ada beberapa spesies ikan yang mengandung asam lemak ω-3 dengan kadar tinggi, diantaranya ikan sardin (Sardinella sp.) atau biasa dikenal juga dengan ikan lemuru. Penelitian Estiasih tahun 1996 dan 2003 menunjukkan bahwa minyak hasil samping pengolahan ikan sardin dari daerah Muncar Banyuwangi mengandung asam lemak ω-3 dalam kadar tinggi dan dapat digunakan sebagai sumber asam lemak ω-3. Ikan sardin mempunyai potensi yang besar sebagai bahan baku utama dalam pembuatan minyak ikan (Estiasih et al. 2005). Berdasarkan data statistik Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan (PIPP) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pengambengan, Bali, produksi ikan sardin pada tahun 2013 sejumlah 2.592.214 kg (PIPP KKP 2014). Dari jumlah produksi tersebut, sebanyak 40% digunakan untuk pengalengan, 50% untuk penepungan, dan 10% untuk lain-lain (Estiasih 2010). Proses pengolahan tersebut menghasilkan minyak ikan dengan jumlah yang besar. Namun, pemanfaatan minyak ikan hasil samping ini baru terbatas sebagai pakan ternak. Sedangkan kebutuhan minyak ikan untuk pangan dan kesehatan masyarakat masih bergantung pada impor. Minyak ikan kasar mengandung sejumlah komponen non-trigliserida (Bimbo 1998), seperti kadar asam lemak bebas dan komponen oksidasi yang dapat menurunkan kualitas minyak ikan (Suseno et al. 2011). Semakin lama komponen pengotor ini terdapat dalam minyak ikan, maka semakin besar kemungkinan minyak ikan mengalami kerusakan. Oleh karena itu diperlukan upaya lebih lanjut untuk mendapatkan minyak ikan yang bebas dari komponen yang tidak diinginkan atau komponen pengotor (impurities). Salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kualitas minyak ikan adalah dengan pemurnian minyak ikan. Ada beberapa metode pemurnian yang dapat dilakukan, salah satunya adalah dengan metode adsorpsi menggunakan adsorben. Penelitian terdahulu lebih banyak menggunakan bahan adsorben sintesis yang harganya relatif mahal dan cenderung berbahaya bagi kesehatan mata (Farag dan El-Anany 2006). Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menggunakan bahan alami sebagai adsorben sebagai bentuk pemanfaatan limbah rumah tangga dengan harga murah, tidak berbahaya bagi kesehatan, serta aman bagi lingkungan. Bahan alami yang digunakan diantaranya kitosan, sisik ikan, dan cangkang telur. Perumusan masalah Produksi minyak ikan di Indonesia banyak berasal dari hasil samping pengolahan, yaitu dari penepungan dan pengalengan, sehingga memiliki kualitas yang rendah dan pemanfaatannya pun terbatas. Hal ini karena kandungan asam
2 lemak bebas yang tinggi, sehingga diperlukan proses pemurnian untuk meningkatkan kualitas minyak ikan. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas minyak ikan adalah dengan proses pemurnian menggunakan adsorben. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan lebih banyak mengutamakan bahan adsorben sintesis yang berbahaya bagi kesehatan mata dan harganya relatif mahal. Oleh karena itu, penelitian mengenai penggunaan bahan alami sebagai adsorben perlu dilakukan sebagai upaya untuk memanfaatkan limbah dengan harga yang murah serta aman bagi lingkungan. Bahan alami yang diteliti adalah kitosan, cangkang telur, dan sisik ikan. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas minyak ikan sebelum dan setelah penambahan adsorben, dan mengetahui bahan alami terbaik yang digunakan sebagai adsorben. Manfaat penelitian Manfaat penelitian ini adalah memurnikan minyak ikan hasil samping sehingga kualitas minyak ikan meningkat. Selain itu, dapat memanfaatkan limbah berupa sisik ikan dan cangkang telur menjadi bernilai ekonomis. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup yang mencakup penelitian ini adalah analisis kualitas minyak sebelum dan sesudah penambahan adsorben menggunakan analisis oksidasi primer minyak ikan, seperti analisis kadar asam lemak bebas, bilangan asam, dan bilangan peroksida.
METODE PENELITIAN Pendekatan studi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pemurnian minyak ikan. Data yang didapat kemudian dianalisis dengan program SPSS 1.7. Percobaan dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 3 ulangan. Faktor yang diukur adalah bahan adsorben; kitosan, cangkang telur, dan sisik ikan, serta konsentrasi masing-masing 3%, 5%, dan 7%. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis ragam (anova) dan uji lanjut dengan Duncan. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2012 hingga April 2013. Preparasi sisik ikan dan cangkang telur dilakukan di laboratorium Diversifikasi dan Pegolahan Hasil Perairan, sentrifugasi dilakukan di laboratorium Terpadu, Fakultas Kedokteran Hewan, analisis kimia minyak ikan dilakukan di laboratorium Biokimia Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, dan analisis gas chromatography (GC) di laboratorium Terpadu, Institut Pertanian Bogor.
3 Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak ikan hasil samping pengalengan yang berasal dari daerah indusri pengalengan ikan sardin di Banyuwangi-Jawa Timur, dan adsorben berupa kitosan, cangkang telur, dan sisik ikan. Bahan yang digunakan untuk analisis antara lain alkohol 96% netral, kloroform, indikator PP (fenolftalein) 1%, kalium iodida (KI), kalium hidroksida (KOH) 0,1 N, pati, natrium thiosulfat (Na2SO3), pelarut iso-oktan, dan bahan-bahan analisis kromatografi gas (GC). Alat Alat yang digunakan untuk proses pemurnian minyak ikan diantaranya adalah erlenmeyer, pipet tetes, timbangan digital, alumunium foil, magnetic stirrer, magnetic stirring bar, stop watch, dan high speed refrigerated centrifuge merk HITACHI HIMAC CR 21G. Alat yang digunakan dalam analisis adalah buret, kompor listrik, kromatografi gas (GC) merk SHIMADZU GC2010.
Prosedur penelitian Preparasi adsorben Sisik ikan yang digunakan adalah sisik ikan nila (Oreochromis niloticus). Sisik ikan yang telah dipisahkan dari daging dicuci bersih, kemudian dijemur hingga kering. Setelah itu sisik di-blender hingga halus. Cangkang telur yang digunakan adalah cangkang telur ayam. Cangkang telur yang telah dibersihkan, dijemur hingga kering. Setelah itu cangkang dihaluskan dengan menggunakan hammer meal. Kitosan didapat dari Perusahaan X dan sudah berbentuk serbuk. Kitosan, cangkang telur, dan sisik ikan yang digunakan diseragamkan hingga berbentuk serbuk untuk digunakan sebagai adsorben. Preparasi minyak ikan dengan penambahan adsorben Penambahan adsorben sisik ikan, cangkang telur, dan kitosan dilakukan dengan metode yang dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:
4
Minyak ikan
Penambahan adsorben (3, 5, 7)% (b/b)
Dihomogenisasi menggunakan magnetic stirrer selama 20 menit
Sentrifugasi pada pada kecepatan 10.000 rpm selama 10 menit dengan suhu 10 °C
Filtrat minyak ikan Gambar 1. Diagram alir Penggunaan adsorben alami untuk pemurnian minyak ikan sardin (Suseno 2011) Analisis mutu minyak ikan Analisis mutu minyak ikan hasil samping penepungan sardin meliputi Analisis yang dilakukan meliputi Gas Chromatography (GC) (AOAC 2005), analisis asam lemak bebas (AOAC 1995), bilangan asam (AOAC 1995), dan bilangan peroksida (AOAC 1995). Analisis profil asam lemak menggunakan gas chromatography (AOAC 2005, No. Metode 969.33) Sebanyak 20-40 mg contoh lemak atau minyak dalam tabung bertutup teflon ditambah dengan 1 ml NaOH dalam metanol, kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 20 menit. Selanjutnya 2 ml BF3 20% dan 5 mg/ml standar internal ditambahkan ke dalam campuran, lalu campuran dipanaskan lagi selama 20 menit. Campuran didinginkan, kemudian ditambah 2 ml NaCl jenuh dan 1 ml isooktan, lalu campuran dikocok dengan baik. Lapisan iso-oktan yang terbentuk dipindahkan dengan bantuan pipet tetes ke dalam tabung berisi sekitar 0,1 gram Na2SO4 anhidrat, lalu dibiarkan 15 menit. Fasa cair yang terbentuk dipisahkan, sedangkan fasa minyak yang terbentuk diinjeksikan ke instrumen GC sebanyak 1 μL, setelah sebelumnya dilakukan penginjeksian 1 μL campuran standar FAME (Supelco 37 component FAME mix). Waktu retensi dan puncak masing-masing komponen diukur lalu dibandingkan dengan waktu retensi standar untuk mendapatkan informasi mengenai jenis dan komponen-komponen dalam contoh. Adapun cara perhitungan kandungan komponen dalam contoh adalah sebagai berikut:
5 Kandungan komponen dalam contoh =
Keterangan : Ax As Cstandar Vcontoh
Ax/As x Cstandar x Vcontoh/100 Gram contoh
x 100%
: Area sampel : Area standar : Konsentrasi standar : Volume contoh
Bilangan asam dan kadar asam lemak bebas (AOAC 1995) Prinsip bilangan asam dan asam lemak bebas adalah pelarutan contoh lemak atau minyak dalam pelarut organik tertentu (etanol 96%) dilanjutkan dengan penitaran dengan KOH. Contoh yang akan diuji, ditimbang sebanyak 10 gram di dalam erlenmeyer 250 ml, lalu ke dalam contoh ditambahkan etanol 96% sebanyak 25 ml dan dipanaskan sampai mendidih. Larutan ditambahkan 2 tetes indikator PP, kemudian dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N hingga berwarna merah muda (konstan selama 15 detik). Bilangan asam (mg KOH/gram sampel) = Kadar asam lemak bebas (%) =
𝑉𝑥𝑇𝑥56,1
𝑉𝑥𝑇𝑥𝑀
𝑚
10 𝑚
Keterangan : V : Volume KOH untuk titrasi contoh (ml) T : Normalitas larutan KOH M : Bobot molekul asam dominan (asam oleat 282) M : Bobot contoh (gram) 56,1 : Bobot molekul KOH Bilangan peroksida (AOAC 1995) Analisis bilangan peroksida dilakukan dengan menimbang 5 gram contoh dalam Erlenmeyer 250 ml kemudian ditambahkan 30 ml pelarut (60% asam asetat dan 40% kloroform) dan dikocok sampai sampel larut. Selanjutnya ditambahkan 0,5 ml KI jenuh, ditambahkan 30 ml aquades, dan indikator pati 1%. Kemudian titrasi dengan Natriumthiosulfat 0,01 N. Perhitungkan sebagai berikut : Bilangan peroksida (meq/kg) =
𝑚𝑙 𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑛 (𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ−𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜)𝑥 𝑁 𝑁𝑎2𝑂3𝑥 1000 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
Analisis terhadap blanko dilakukan dengan cara yang sama. Sampel diganti dengan akuades sebagai blanko. Rancangan percobaan (Box 1978) Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial, yakni menunjukkan pengaruh perlakuan jenis adsorben dan konsentrasi, serta interaksi keterkaitan antara perlakuan jenis adsorben dan konsentrasi. Setiap interaksi perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini
6 adalah 2 kali ulangan. Model Rancangan Acak Lengkap Faktorial adalah sebagai berikut: Model Matematisnya :
Yijk = µ + Ai + Bj + ABij + єijk i = 1, 2, 3,…………,a j = 1,2,3...........,b dan k =1.2.3,.......u Disini : Yijk : Pengamatan faktor jenis adsorben taraf ke-i, faktor konsentrasi taraf ke-j dan ulangan ke-k
µ Ai Bj ABij
єijk
: Rataan umum : Pengaruh faktor jenis adsorben pada taraf ke-i : Pengaruh faktor konsentrasi pada taraf ke-j : Interaksi antara faktor jenis adsorben dengan faktor konsentrasi : Pengaruh galat pada Faktor bahan taraf ke-i, Faktor konsentrasi taraf ke-j dan ulangan ke-k
Data dianalisis dengan menggunakan analisis ragam oneway ANOVA untuk melihat pengaruh terhadap paramater yang diuji. Apabila hasil analisis ragam memberikan pengaruh yang nyata (tolak Ho), maka dilakukan dengan uji lanjut duncan, untuk melihat adanya perbedaan dari masing-masing perlakuan yang diberikan. Data hasil kadar asam lemak bebas, bilangan asam, dan bilangan peroksida dianalisis menggunakan program Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 17.0.
HASIL DAN PEMBAHASAN Profil asam lemak minyak ikan sardin Minyak ikan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan minyak ikan hasil samping industri pengalengan ikan sardin (Sardinella sp.) yang baru diambil dari proses pengalengan tahapan pre-cooking. Minyak ikan diambil dari PT. X, Banyuwangi-Jawa Timur pada bulan November 2012. Minyak ikan disimpan dalam wadah (jerigent) yang tidak tembus cahaya dan tertutup rapat, dimasukkan dalam boks sterofoam kemudian disimpan dalam suhu 0 oC. Perbedaan antara minyak ikan dengan minyak lain adalah kandungan berbagai macam asam lemak dalam minyak ikan. Minyak ikan merupakan sumber polyunsaturated fatty acids (PUFA) yang sangat baik bagi kesehatan. Profil asam lemak yang terkandung dalam minyak ikan dilakukan dengan menggunakan uji gas chomatoghraphy (GC). Tabel 1 berikut menunjukkan profil kandungan asam lemak minyak ikan sardin hasil samping pengalengan ikan.
7 Tabel 1 Profil kandungan asam lemak minyak ikan Jenis Asam Lemak Total Asam Lemak (%) Asam Lemak Jenuh (SFA) 28,66 Laurat 0,06 Miristat 8.12 Pentadekanoat 0,41 Palmitat 15,69 Heptadekanoat 0,42 Stearat 3,46 Arasidat 0,31 Behenat 0,14 Heneikosanoat 0,03 Trikosanoat 0,02 Asam Lemak Tidak Jenuh Tunggal (MUFA) 18,24 Miristoleat 0,02 Palmitoleat 7,06 Elaidat 0,1 Oleat 9,56 Nervonat 0,24 Cis-11-Eikosenoat 1,07 Erucat 0,19 N3-Asam Lemak Tidak Jenuh Jamak (PUFA) 26,02 Linolenat 0,72 Cis-5, 8, 11, 14, 17-Eicosapentaenoat 13,31 Cis-4, 7, 10, 13, 16, 19-Dokosaheksaenoat 11,99 N6-Asam Lemak Tidak Jenuh Jamak (PUFA) 4,34 0,29 ƴ-Linolenat 0,16 Cis-11, 14-Eikosedienoat 0,24 Cis-8, 11, 14-Eikosetrienoat 0,05 Cis-13, 16-Dokosadienoat 0,99 Linoleat 2,61 Arakhidonat N9-Asam Lemak Tidak Jenuh Jamak (PUFA) Linolelaidat Jumlah Asam Lemak Total Tidak teridentifikasi
0,03 0,03 77,29 22,71
Kandungan asam lemak terbanyak yang diketahui dari hasil analisis profil asam lemak minyak ikan sardin adalah asam lemak tidak jenuh, yaitu 48,73% dari seluruh total asam lemak. Jenis asam lemak tidak jenuh dalam minyak ikan terdiri dari asam lemak tidak jenuh dengan satu ikatan rangkap (MUFA, monounsaturated fatty acids) sebesar 18,24%, asam lemak tidak jenuh dengan banyak ikatan rangkap (PUFA, polyaunsaturated fatty acids) sebesar 30,39%, yang terdiri atas asam lemak omega-3 (26,02%), asam lemak omega-6 (4,34%); dan asam lemak omega-9 (0,07%). Sementara jumlah asam lemak jenuh (SFA, saturated fatty acid) teridentifikasi sebesar 28,85%. Profil asam lemak yang paling banyak adalah asam palmitat (15,69%), EPA (13,31%), DHA (11,99%), asam oleat (9,56%), dan miristat (8,21%).
8 Aursand et al. (2011) menyebutkan, kecuali asam linoleat dan linolenat, manusia dan hewan dapat mensintesis hampir semua asam lemak yang dibutuhkan. Oleh karena itu, dua asam lemak ini disebut asam lemak essensial, yaitu asam lemak yang harus didapatkan dari asupan diet sehari-hari. Omega-3 rantai panjang PUFA pada minyak ikan berasal dari lipid mikro alga fotosintetik dan merupakan fitoplankton (Haraldsson dan Hjaltason 2001 dalam Gunstone 2006). Fitoplankton melewati rantai makanan melalui zooplankton hingga sampai kepada ikan (Henderson 1999). Minyak ikan merupakan jenis minyak yang banyak mengandung asam lemak tidak jenuh. Jenis asam lemak yang mendominasi pada minyak ikan adalah dari jenis asam lemak EPA (C20:5 ω-3) dan DHA (C22:6 ω-3). Jenis asam lemak ini mudah teroksidasi bila terdapat banyak oksigen. Menurut Raharjo (2004), asam lemak tidak jenuh dengan ikatan rangkap lebih dari satu (PUFA) lebih rentan terhadap oksidasi yang dipicu radikal dibandingkan asam lemak tidak jenuh dengan ikatan rangkap tunggal (MUFA), hal ini terutama disebabkan lebih rendahnya energi aktivasi untuk awal pembentukan radikal bebas pada PUFA dibandingkan asam lemak tidak jenuh ikatan rangkap tunggal. Karakteristik minyak ikan sardin Minyak ikan sardin (Sardinella sp.) yang belum ditambahkan adsorben dianalisis karakeristiknya untuk mengetahui kualitas minyak ikan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara karakteristik minyak ikan sebelum dan sesudah pemurnian dengan adsoren alami. Beberapa karakteristik yang dijadikan dasar dalam penentuan kualitas minyak ikan adalah kadar asam lemak bebas (FFA, free fatty acid), bilangan asam (AV, acid value), dan bilangan peroksida (PV, peroxide value). Standar yang digunakan untuk mengukur kualitas minyak ikan adalah standar IFOS (International Fish Oil Standard). IFOS merupakan standar uji dan sertifikasi yang berfokus pada kandungan omega-3 minyak ikan, khususnya untuk tujuan konsumsi (IFOS 2014). Berdasarkan uji yang telah dilakukan, dapat diketahui kadar asam lemak bebas dan bilangan asam minyak ikan memenuhi standar ketentuan mutu minyak ikan komersial menurut IFOS, sedangkan bilangan peroksida melebihi standar. Artinya, minyak ikan hasil samping pengalengan sardin memiliki jumlah kandungan asam lemak yang cukup baik, namun minyak ikan telah mengalami sedikit kerusakan oksidasi primer. Hasil analisis mutu minyak ikan hasil samping pengalengan sardin beserta standar ketentuan mutu IFOS disajikan pada Tabel 2.
9 Tabel 2. Karakteristik Minyak Ikan Sardin Adsorben Stardar IFOS Kitosan
Cangkang telur
Sisik ikan
A* (%)
FFA (% oleic)
B* (%)
Maks 1,5 0 3 5 7 0 3 5 7 0 3 5 7
1,20±0,04 0,83±0,07 0,79±0,13 0,97±0,21 1,20±0,04 0,77±0,04 1,08±0,15 1,14±0,08 1,20±0,04 1,12±0,00 1,10±0,07 1,14±0,07
AV (mgKOH/g)
B* (%)
Maks 3,0 30,82 34,83 19,17 35,82 10 5 6,67 8,33 5
2,05±0,07 1,42±0,13 1,35±0,25 1,64±0,39 2,05±0,07 1,31±0,06 1,83±0,26 1,94±0,13 2,05±0,07 1,90±0,00 1,86±0,12 1,94±0,13
PV (meq/kg)
B* (%)
Maks 5,00 30,73 34,15 20 36,10 10,73 5,37 7,32 9,27 5,37
15,98±0,02 15,66±0,57 15,33±1,15 16,65±1,13 15,98±0,02 15,30±1,15 16,64±1,14 12,64±1,15 15,98±0,02 15,32±1,17 15,30±1,15 12,19±1,68
2,02 4,04 +4,21 4,24 +4,16 20,88 4,11 4,24 23,72
A*) Konsentrasi B*) Reduksi ***) Perlakuan masing-masing menggunakan tiga kali ulangan
Kadar asam lemak bebas (free fatty acid/FFA) Kadar asam lemak merupakan indikator terbaik untuk mengetahui banyaknya kadar asam lemak pada minyak ikan. Nilai asam lemak bebas yang tinggi menunjukkan bahwa minyak ikan mempunyai kualitas yang buruk. Asam lemak bebas dihasilkan dari proses hidrolisis yang dipacu oleh enzim lipase atau pemanasan. Kadar asam lemak bebas minyak ikan sardin yang diperoleh adalah 1,2%±0,04. Hasil ini masih sesuai standar IFOS (International Fish Oil Standard) yang disyaratkan untuk minyak ikan yaitu 1,5%. Setelah penambahan adsorben bahan alami, kadar asam lemak minyak ikan mengalami penurunan antara (535,82)%. Hasil analisis ragam (Lampiran 1) menggunakan selang kepercayaan 95% menunjukkan interaksi perlakuan penambahan adsorben berupa kitosan, cangkang, dan sisik ikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p≤0,05) terhadap nilai kadar asam lemak bebas. Perlakuan penambahan masing-masing bahan dan konsentrasi adsorben juga memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p≤0,05) terhadap kadar asam lemak bebas. Hasil analisis kadar asam lemak minyak ikan sardin dengan penambahan adsorben dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:
10 C.a
1,2
B.b C.b
B.ab C.ab A.b
% FFA
1
A.a
B.a
A.ab
0,8 0,6 0,4 0,2 0 3%
5% Konsentrasi adsorben
7%
Gambar 3 Pengaruh perbedaan jenis dan konsentrasi adsorben terhadap kadar asam lemak bebas minyak ikan; huruf-huruf yang berbeda (Aa, Ba, ..., p) menunjukkan beda nyata, kontrol, kitosan, cangkang telur, sisik ikan Berdasarkan Gambar 2 diketahui perlakuan penambahan adsorben kitosan, cangkang telur, dan sisik mempunyai nilai kadar asam lemak bebas yang lebih rendah dibanding kontrol, sehingga dapat dikatakan perlakuan penambahan adsorben dapat menurunkan kadar asam lemak bebas minyak ikan sardin antara (5-35,82)%. Adsorben alami terbaik yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar asam lemak bebas minyak ikan adalah cangkang telur 3%. Penambahan adsorben cangkang telur 3% dapat menurunkan kadar asam lemak bebas minyak ikan hingga 35,82%, dengan nilai 0,07±0,04. Hasil ini lebih baik dibandingkan penelitian Ahmadi dan Mushollaeni (2007) yang menunjukkan bahwa penambahan zeolit teraktivasi pada minyak ikan sardin hanya dapat menurunkan jumlah asam lemak bebas sebesar 4,92%. Asam lemak adalah asam organik yang terdiri atas rantai karbon lurus yang salah satu ujungnya memiliki gugus karboksil (-COOH) dan ujung lainnya mengandung gugus metil (-CH3). Asam lemak biasanya terikat sebagai trigliserida. Terjadinya proses hidrolisis bisa menyebabkan rantai asam lemak dapat terlepas dari rantai gliserol menjadi asam lemak bebas. Asam lemak bebas merupakan asam lemak yang tidak terikat sebagai trigliserida (Kusnandar 2011). Peningkatan hidrolisis terhadap minyak akan meningkatkan jumlah asam lemak bebas yang dihasilkan. Peningkatan jumlah asam lemak bebas menurunkan mutu minyak dan meningkatkan potensi terjadinya kerusakan minyak. Kerusakan minyak dapat mempengaruhi aroma karena minyak berbau tengik. Apabila jenis asam lemak bebas yang dihasilkan adalah dari jenis asam lemak tidak jenuh akan memperbesar terjadinya oksidasi bila tersedia cukup oksigen. Reaksi antara asam lemak bebas tidak jenuh dengan oksigen menghasilkan hidroperoksida sebagai produk antara. Selanjutnya akan menghasilkan produk oksidasi sekunder yang berpengaruh terhadap aroma (Ahmadi dan Mushollaeni 2007).
11 Cangkang telur tersusun oleh kalsium karbonat (94%), kalsium fosfat (1%), material organik (4%), dan magnesium karbonat (1%). Keberadaan kalsium karbonat (CaCO3) pada cangkang telur berpotensi digunakan sebagai penyerap ion dengan proses pertukaran ion kalsium (Charlena et al. 2012). Rantai asam lemak bebas dapat terikat dengan cangkang telur melalui ikatan ionik antara ion kalsium dan rantai asam lemak bebas. Reaksi adsorpsi seperti ini biasa disebut kemisorpsi, yaitu reaksi antara zat padat dan zat terlarut yang teradsorpsi melalui pembentukan ikatan kimia. Hann (2008) menyebutkan, pada reaksi adsorpsi kimia (kemisorpsi) biasanya terjadi interaksi ikatan yang lebih kuat dibanding adsorpsi secara fisika. Bilangan asam (acid value/AV) Bilangan asam merupakan indikator awal terjadinya kerusakan minyak atau lemak karena proses hidrolisis. Biasanya digunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak atau lemak. Bilangan asam dapat diketahui dari jumlah milligram KOH/NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam-asam lemak bebas dari satu gram minyak atau lemak. Hasil uji bilangan asam minyak ikan sardin 2,05±0,04. Setelah penambahan adsorben bahan alami mengalami penurunan. Hasil analisis ragam (Lampiran 2) menggunakan selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa interaksi perlakuan penambahan jenis adsorben dan konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p≤0,05) terhadap nilai bilangan asam. Perlakuan penambahan jenis bahan adsorben dan konsentrasi adsorben yang berbeda juga memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p≤0,05) terhadap bilangan asam yang dihasilkan. Hasil analisis asam minyak ikan sardin dengan penambahan adsorben dapat dilihat pada Gambar 3. 2,5 C.a
Bilangan asam
2
C.b
A.b A.a
1,5
B.b
B.ab C.ab
B.a
A.ab
1 0,5 0 3%
5% Konsentrasi adsorben
7%
Gambar 3 Pengaruh perbedaan jenis dan konsentrasi adsorben terhadap bilangan asam minyak ikan; huruf-huruf yang berbeda (Aa, Ba, ..., p) menunjukkan beda nyata, kontrol, kitosan, cangkang telur, sisik ikan Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa cangkang telur 3% merupakan adsorben terbaik untuk menurunkan nilai bilangan asam yang terdapat dalam minyak ikan. Cangkang telur 3% dapat menurunkan nilai bilangan asam hingga
12 36,10%, dengan nilai 1,31±0,06. Nilai bilangan asam dan kandungan asam lemak bebas pada minyak ikan terbilang rendah, baik setelah penambahan adsorben maupun sebelum penambahan adsorben. Hal ini diduga karena minyak ikan yang diperoleh dari perusahaan telah mengalami proses pemurnian sebelumnya. Proses pemurnian minyak ikan yang dilakukan di perusahaan biasanya meliputi proses degumming, refining, netralisasi dan bleaching. Bilangan asam yang tinggi disebabkan oleh tingginya kadar air dari minyak tersebut. Adanya air dalam minyak membuat minyak mudah terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Hidrolisis minyak dapat disebabkan adanya sejumlah air dalam minyak, sehingga mempengaruhi bilangan asam minyak. Semakin tinggi kadar air dalam minyak, semakin tinggi pula bilangan asamnya. Proses hidrolisis dapat dipengaruhi oleh lamanya waktu penyimpanan minyak. Semakin lama minyak disimpan, kemungkinan minyak terhidrolisis akan semakin besar (Sangi 2011). Dapat dilihat pada Gambar 3, penambahan kitosan 3%, 5%, dan 7% mempunyai aktivitas yang cukup baik dan stabil dalam menurunkan nilai bilangan asam minyak ikan. Muzarelli (1973) dalam Hu et al. (2004) menyebutkan kitosan telah diketahui sebagai adsorben yang sangat baik untuk mengadsorpsi logam berat dan sebagai pengkelat polimer yang baik. Dalam kondisi asam berair, gugus amino (-NH2) kitosan akan menangkap H+ dari lingkungannya, sehingga gugus aminonya terprotonasi menjadi –NH3+. Gugus –NH3+ inilah yang menyebabkan kitosan bertindak sebagai garam, sehingga dapat larut dalam air dan dapat dimanfaatkan untuk adsorpsi (penyerapan) zat anionik (bermuatan negatif) (Sugita et al 2009). Selain itu, adanya grup amina yang banyak pada rantai kitosan meningkatkan kapasitas adsorpsi pada kitosan dibandingkan dengan kitin, yang hanya mempunyai sedikit grup amina (Lu et al. 2001 dalam Ngah et al. 2005). Bilangan peroksida (peroxide value/PV) Analisis bilangan peroksida dilakukan untuk melihat seberapa besar kerusakan lemak oleh proses oksidasi yang terjadi. Bilangan peroksida ditentukan berdasarkan jumlah iodin yang dibebaskan setelah lemak atau minyak ditambahkan kalium iodide (KI). Iodin yang terbentuk ditentukan dengan titrasi menggunakan natrium thiosulfat (Na2SO3). Bilangan peroksida yang semakin tinggi menunjukan tingkat oksidasi yang semakin tinggi dan kerusakan pada minyak ikan. Bilangan peroksida minyak ikan sardin yang diperoleh adalah 15,31±1,16 meq/kg. Angka ini melebihi standar yang ditetapkan IFOS, yaitu maksimal 5 meq/kg. Artinya minyak ikan telah mengalami aktivitas oksidasi yang tinggi. Setelah penambahan adsorben bahan alami mengalami penurunan. Hasil analisis ragam (Lampiran 3) menggunakan selang kepercayaan 95% menunjukkan bahwa interaksi perlakuan penambahan jenis adsorben dengan konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p≤0,05) terhadap bilangan peroksida. Masing-masing perlakuan penambahan jenis dan konsentrasi adsorben yang berbeda juga memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p≤0,05) terhadap bilangan peroksida yang dihasilkan. Hasil analisis bilangan peroksida minyak ikan sardin dengan penambahan adsorben dapat dilihat pada Gambar 4.
13 20 18 Bilangan peroksida
16
A.a A.ab
B.ab B.ab
B.b A.b
B.b B.a
14
B.a
12 10 8 6 4 2 0 3%
5% Konsentrasi
7%
Gambar 3 Pengaruh perbedaan jenis dan konsentrasi adsorben terhadap bilangan peroksida minyak ikan; huruf-huruf yang berbeda (Aa, Ba, ..., p) menunjukkan beda nyata, kontrol, kitosan, cangkang telur, sisik ikan Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa semua perlakuan dapat menurunkan bilangan peroksida kecuali penambahan cangkang telur 5% dan kitosan 7%. Terjadi penurunan bilangan peroksida yang signifikan pada penambahan konsentrasi adsorben 7% pada cangkang telur dan sisik ikan. Dari bilangan peroksida kontrol, penurunan yang dihasilkan oleh cangkang telur dan sisik ikan 7% ini adalah (20,88-23,72)%. Sisik ikan mengandung kitin (Khanafari et al. 2007) dan kolagen tipe I (Ikoma et al. 2003). Penelitian terdahulu menyebutkan kitin mempunyai sifat yang cukup baik untuk mengadsorpsi logam berat, diantaranya besi (Karthikeyan et al. 2005), cadmium (Xiong 2010), limbah radioaktif cair (Moattar dan Hayeripour 2004), dll. Karakteristik kitin sebagai adsorben disebutkan dalam Moattar dan Hayeripour (2004) diantaranya struktur serat yang baik (20-50 mesh atau 297-840 mikron), permukaan spesifik yang luas, kemampuan pertukaran kation, dan biaya produksi yang rendah. Asam amino penyusun kolagen yang paling melimpah dalam sisik ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah glisin, yaitu 33,6% (Ikoma et al. 2003). Kolagen dalam sisik mengandung protein yang bersifat zwitterion. Pada protein, gugus karboksilnya cenderung membentuk ion negatif, sedang gugus aminanya membentuk ion positif. Hal inilah yang memungkinkan sisik ikan dapat menarik radikal bebas dan senyawa hidroperoksida yang dihasilkan dari proses oksidasi. Lemak yang mengandung PUFA yang tinggi sangat mudah mengalami oksidasi dan terjadi pembentukan komponen yang tidak diinginkan selama penyimpanan. Oksidasi pada asam lemak tidak jenuh sebetulnya merupakan proses oksidasi pada struktur asam lemak tidak jenuh. Hal ini dapat terjadi melalui fotooksidasi, autooksidasi, dan oksidasi dengan katalis enzim. Autooksidasi merupakan proses yang paling sering terjadi. Autooksidasi dapat terjadi hanya
14 dengan melibatkan asam lemak tidak jenuh dan oksigen tanpa cahaya dan katalis (Sun et al. 2011). Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa aktivitas kitosan untuk menurunkan bilangan peroksida tidak sebaik dalam menurunkan kadar asam lemak bebas dan bilangan asam. Hal ini berhubungan dengan sifat aktivitas kitosan dalam proses adsorpsi, yaitu porositas adsorben. Kitosan memiliki berbagai ukuran pori yang memungkinkan terjadinya efek saringan molekul parsial, jika kedua komponen larutan memiliki ukuran berbeda. Faktor ini meningkatkan adsorpsivitas adsorben pada komponen larutan yang ukurannya lebih kecil, sedangkan adsorpsivitas molekul yang lebih besar diabaikan (Sugita et al. 2009). Oleh karena itu, permukaan kitosan lebih mudah menangkap asam lemak bebas yang polimernya lebih kecil dibanding senyawa hidroperoksida dan senyawa lain hasil reaksi oksidasi. Penambahan cangkang telur 5% dan kitosan 7% justru terjadi peningkatan bilangan peroksida. Hal ini diduga karena adanya peningkatan kelarutan oksigen selama proses agitasi sehingga terjadi oksidasi minyak dan menyebabkan terjadi peningkatan bilangan peroksida.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Adsorben alami yang digunakan, yaitu kitosan, cangkang telur, dan sisik ikan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas minyak ikan. Perlakuan penambahan adsorben terbaik untuk menurunkan kadar asam lemak bebas dan bilangan asam adalah penambahan cangkang telur 3% yang dapat menurunkan kadar asam lemak bebas sebesar 35,82% dan 36,10%. Pada uji bilangan peroksida, perlakuan terbaik adalah penambahan adsorben sisik ikan dan cangkang telur 7% yang dapat menurunkan bilangan peroksida sebesar (20,88-23,72)%. Kadar asam lemak bebas dan bilangan asam masih memenuhi standar yang ditetapkan IFOS, sementara bilangan peroksida melebihi standar. Saran Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah perlu dilakukan uji lanjutan, yaitu analisis gas cromatography minyak ikan setelah penambahan adsorben dan analisis oksidasi sekunder minyak ikan dan. Selain itu perlu juga dilakukan uji efektifitas dari kombinasi adsorben alami untuk meningkatkan performa adsorben dalam aktivitas adsorpsi komponen pengotor minyak ikan.
DAFTAR PUSTAKA [AOAC] Association of Official Analytical Chemistry. 1995. Officials Methods of Analysis of AOAC Internasional. Virginia (US): The Association of Analytical Chemist, inc.
15 [AOAC] Association of Official Analytical Chemistry. 2005. Official Method of Analysis of the Association of Official Analytical of Chemist. Virginia (US): The Association of Analytical Chemist, inc. Aursand M, Mozuraityte R, Hamre K, Knutsen H, Maage A, Arukwe A. 2011. Description of the processes in the value chain and risk assessment of decomposition substances and oxidation products in fish oils. Vitenskapskomiteen for mattrygghet (VKM) (NO): Norwegian Scientific Committee for Food Safety. Ahmadi K, Mushollaeni W. 2007. Aktivasi Kimiawi Zeolit Alam untuk Pemurnian Minyak Ikan dari Hasil Samping Penepungan Ikan Sardin (Sardinella Longiceps). Jurnal Teknologi Pertanian 8 (2): 71 – 79. Bimbo AP. 1998. Giudlines for Characterising Food Grade Oil. Inform 9 (5): 473483. Box GEP, Hunter WG, Hunter JS. 1978. Statistics for Experiments. New York (US): Jhon Wiley & Son. Charlena, Purwaningsih H, Hafid R. 2012. Fosfatisasi Kalsium Karbonat Cangkang Telur Ayam dan Kajiannya pada Proses Adsorpsi Logam Timbal. Prosiding Seminar Nasional Sains 5: 645-660. Estiasih, T. 2010. Optimasi Kristalisasi Urea pada Pembuatan Konsentrat Asam Lemak ω-3 dari Minyak Hasil Samping Penepungan Ikan Lemuru (Sardinella longiceps). Jurnal Teknologi Pertanian 11 (1): 37-46. Estiasih T, Nisa F C, Ahmadi Kgs, dan Umiatun. 2005. Optimasi Pemadatan Cepat pada Pengayaan Minyak Ikan Hasil Samping Pengalengan Lemuru dengan Asam Lemak ω-3 Menggunakan Metode Permukaan Respon. Jurnal Teknologi dan Industri Pagan XVI (3). Farag RS, dan El-Anany AM. 2006. Improving the quality of fried oils by using different filter aids. Journal of Science of Food and Agriculture 86: 2228-2240. Gunstone FD. 2006. Modifying Lipids For Use In Food. Cambridge (GB): Woodhead Publishing Limited. Hann JC. 2008. The Adsorption of Fatty Acids Using Metal Silica Complexes from Rice Husk Ash. [Disertasi] Penang (MY): Universiti Sains Malaysia. Henderson RJ. 1999. The Production of n-3 Polyunsaturated Fatty Acids in Marine Organisms. Lipid Technoll 11: 5-10. Hu KJ, Hu JL, Ho KP, Yeung KW. 2004. Screening of Fungi for Chitosan Producers, and Copper Adsorption Capacity of Fungal Chitosan and Chitosanaceous Materials. Carbohydrate Polymers 58: 45–52. IFOS. 2014. About IFOS. [internet]. [diacu 18 Februari 2014] Penghubung berkala [www.ifosprogram.com/about-ifos.aspx] Ikoma T, Kobayashi H, Takana J, Walsh D, dan Mann S. 2003. Physical Properties of Type I Collagen Extracted from Fish Scales of Pagrus major and Oreochromis niloticas. International Journal of Biological Macromolecules 32 (3-5): 199-204. Karthikeyan G, Muthulakshmi A N, dan Anbalagan K. 2005. Adsorption Studies of Iron (III) on Chitin. Journal Chemistry Science 117 (6): 663-672. Khanafari A, Marandi R, Sanatei Sh. 2008. Recovery of Chitin and Chitosan from Shrimp Waste by Chemical and Microbial Methods. Journal Environment Health Science Eng. 5 (1): 19-24. Kusnandar F. 2011. Kimia Pangan: Komponen Makro. Jakarta (ID): Dian Rakyat.
16 Moattar F dan Hayeripour S. 2004. Application of Chitin and Zeolite Adsorbents for Treatment of Low Level Radioactive Liquid Wastes. International Journal of Environmental Science & Technology 1 (1): 45- 50. Ngah WSW, Ghani S A, Kamari A. 2005. Adsorption Behaviour of Fe (II) And Fe (III) Ions in Aqueous Solution on Chitosan and Cross-Linked Chitosan Beads. Bioresource Technology (96): 443–450. Pak CS. 2005. Stability and Quality of Fish Oil During Typical Domestic Application. Reykjavik (IS): The United Nations University. [PPIP KKP] Pusat Informasi Pelabuhan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Produksi Ikan di PPN Pengambengan Berdasarkan Jenis Kapal. [internet]. [diacu 3 Februari 2014] Penghubung berkala [www.ppip.kkp.go.id/plb_produksi.html?idplb=140303&id_submenu=9&tabel _produksi=jenis_kapal&tahun=2013&bulan=09] Raharjo, S. 2004. Kerusakan Oksidatif pada Makanan. Yogyakarta (ID): Pusat Studi Pangan dan Gizi. Sangi MS. 2011. Pemanfaatan Ekstrak Batang Buah Nenas untuk Kualitas Minyak Kelapa. Jurnal Ilmiah Sains 11(2): 211-218. Sugita P, Wukisari T, Sjahriza A, Wahyono D. 2009. Kitosan: Sumber Biomaterial Masa Depan. Bogor (ID): IPB Pr. Sun YE, Wang WD, Chen HW, dan Li C. 2011. Autooxidation of Unsaturated Lipids in Food Emulsion. Food Science and Nutrition 51: 453-466. Suseno SH. 2011 Production Of High Quality Fish Oil: Screening for Potential Sources and Value Addition Through Physical Treatments. [Disertasi] Penang (MY): Universiti Sains Malaysia. Suseno SH, Tajul AY, Wan Nadiah WA. 2011. Improving the Quality of Lemuru (Sardinella lemuru) Oil Using Magnesol XL Filter Aid. International Food Research Journal 18: 255-264. Xiong C. 2010. Adsorption of Cadmium (II) by Chitin. Journal Chemistry Social Pak. 32 (4): 429-435.
17
LAMPIRAN Lampiran 1. Analisis ragam dan uji lanjut duncan kadar asam lemak bebas Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:FFA Type III Sum of Squares
Source
df
,594a
Mean Square
Corrected Model Intercept perlakuan konsentrasi perlakuan * konsentrasi Error
26,621 ,299 ,143 ,152
8 1 2 2 4
,074 26,621 ,150 ,071 ,038
,217
18
,012
Total
27,432
27
,811
26
Corrected Total a.
R Squared = ,732 (Adjusted R Squared = ,613) FFA
Duncan Subset Perlakuan
N
1
9
2
9
3
9
Sig,
1
2
3
,8633 ,9944 1,1211 1,000
1,000
1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed, Based on observed means, The error term is Mean Square(Error) = ,012,
FFA Duncan konsent rasi
Subset N
1
2
1
9
,9067
2 3
9
,9878
Sig,
9
,9878 1,0844
,135
,078
Means for groups in homogeneous subsets are displayed, Based on observed means, The error term is Mean Square(Error) = ,012,
F
Sig.
6,143 2,204E3 12,380 5,903 3,145
,001 ,000 ,000 ,011 ,040
18 Lampiran 2. Analisis ragam dan uji lanjut duncan bilangan asam Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:Bilangan Asam Type III Source
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig,
Corrected Model
1,699a
8
,212
5,995
,001
Intercept
76,980
1
76,980
2,173E3
,000
perlakuan
,849
2
,425
11,991
,000
konsentrasi
,409
2
,204
5,774
,012
perlakuan * konsentrasi
,440
4
,110
3,107
,041
Error
,638
18
,035
Total
79,316
27
2,336
26
Corrected Total
a, R Squared = ,727 (Adjusted R Squared = ,606)
Bilangan Asam Duncan Subset
perlaku an
N
1
1
9
2
9
3
9
Sig,
2
3
1,4700 1,6911 1,9044 1,000
1,000
1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed, Based on observed means, The error term is Mean Square(Error) = ,035, Bilangan Asam Duncan konsent rasi
Subset N
1
2
1
9
1,5422
2 3
9
1,6800
Sig,
9
1,6800 1,8433
,138
,082
Means for groups in homogeneous subsets are displayed, Based on observed means, The error term is Mean Square(Error) = ,035,
19 Lampiran 3. Analisis ragam dan uji lanjut duncan bilangan peroksida Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Peroksida Source
Type III Sum of
df
Mean Square
F
Sig.
Squares 78,971a
8
9,871
6,427
,001
6260,901
1
6260,901
4076,215
,000
Absorban
25,095
2
12,547
8,169
,003
Konsentrasi
13,681
2
6,841
4,454
,027
Absorban * Konsentrasi
40,194
4
10,049
6,542
,002
Error
27,647
18
1,536
Total
6367,519
27
106,618
26
Corrected Model Intercept
Corrected Total
a. R Squared = ,741 (Adjusted R Squared = ,625) Peroksida Duncan Absorban
N
Subset 1
2
Sisik ik
9
14,2722
Cangkang
9
14,8633
Khitosan
9
16,5478
Sig.
,325
1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 1,536. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9,000. b. Alpha = ,05. Peroksida Duncan Konsentrasi
N
Subset 1
7 3 5 Sig.
9 9 9
2
14,2733 15,4278
15,4278 15,9822
,064
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means. The error term is Mean Square(Error) = 1,536. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9,000. b. Alpha = ,05.
,355
20
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada 11 Januari 1991. Penulis merupakan anak kedua dari tiga belas bersaudara pasangan H. Muslih dan Titin. Penulis memulai jenjang pendidikan formal di SDN Cihideung Ilir 04 (1996-2002), SMPN I Ciampea (2002-2005), SMAN I Leuwiliang (2005-2008). Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 di Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan, Departemen Teknologi Hasil Perairan melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Tingkat Persiapan Bersama IPB sebagai bendahara departemen Kewirausahaan (2008-2009), anggota Klub Pecinta Lingkungan Asrama TPB IPB (2008-2009), BEM FPIK kabinet ”Penakluk Samudera” sebagai staf Departemen Pengembangan Sumberdaya Manusia (2009-2010), BEM FPIK kabinet ”Ekspansi Biru” sebagai Bendahara umum (2010-2011), BEM KM IPB Kabinet ”Berkarya” sebagai staf Kementrian Kebijakan Publik (2011-2012). Penulis aktif menjadi panitia dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan di Institut Pertanian Bogor, serta aktif menjadi asisten praktikum beberapa mata kuliah, di antaranya Ekologi Perairan (2010). Semasa berkuliah, penulis juga mendapatkan pernah beberapa penghargaan, diantaranya sebagai Penerima Dana Hibah Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (2009-2011), Juara Kedua Lomba Karya Tulis RISTEK-Martha Tilaar Innovation Centre (MTIC) Kategori Umum dengan judul “Buah Pedada: Bahan Alami Kaya Vitamin Sebagai sumber Antioksidan” (2012), Finalis Bussines Plan Competition Pengembangan Industri Berbahan Baku Lokal Departemen Industri Provinsi Jawa Barat (2012), Peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional XXIV Makassar Bidang Penelitian dengan judul “Efektivitas Kitosan Mikrokristalin Dari Cangkang Rajungan Dalam Mouthwash Untuk Meminimalisasi Kasus Periodental Disease Pada Remaja” dan Karya Tulis Bidang Kelautan dengan judul “Kebijakan Pengelolaan Pulau Kecil Terluar Dengan Model Konservasi Berbasis Masyarakat dan Sumberdaya Alam dalam Menjaga Kedaulatan Bangsa” (2011), serta Finalis Indonesian Youth Festival of Science (INOVASI) dengan judul “Kebijakan Sistem Ko-manajemen Berbasis Kearifan Lokal Dalam Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut Berkelanjutan Di Indonesia: Studi Kasus Awig-awig Di Lombok Barat” UKM Keilmuan dan Penalaran Ilmiah (KPI) Universitas Hasanuddin (2011).