Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 20(2): 129 -138, 2014
ISSN 0852-0151
PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MEMBUAT PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) MELALUI WORKSHOP MODEL P2FR DI SMP NEGERI 43 MEDAN Rasmin Simbolon Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kota Medan Diterima 12 Juli 2014, disetujui untuk publikasi 22 Agustus 2014
Abstrak, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya meningkatkan kompetensi guru membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah kompetensi guru membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat meningkat melalui Workshop Model P2FR. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 43 Medan. Subyek penelitian adalah guru-guru SMP Negeri 43 Medan sebanyak 13 orang. Untuk membuat PTK dilakukan melalui Workshop Model P2FR. Hasil penelitian untuk membuat PTK yaitu membuat Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka pada siklus 1 pertemuan 1 sebesar 31,75% (kurang), pertemuan 2 sebesar 35,24% (kurang), dan pertemuan 3 sebesar 38,46% (kurang). Membuat Bab III Metodologi Penelitian, dan Instrumen Penelitian pada siklus 2 pertemuan 1 sebesar 47,80% (cukup), pertemuan 2 sebesar 54,40% (cukup), dan pertemuan 3 sebesar 58,42% (cukup). Membuat Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, Bab V Simpulan dan Saran, Daftar Pustaka dan Penulisan Laporan Penelitian pada siklus 3 pertemuan 1 sebesar 70,35% (baik), pertemuan 2 sebesar 73,99% (baik), dan pertemuan 3 sebesar 84,90% (sangat baik). Nilai rata-rata kompetensi guru membuat PTK, meningkat dari siklus 1 pertemuan ke 1 ke siklus 3 pertemuan ke 3 yaitu: 31,75 menjadi 84,90. Peningkatan nilai ratarata kompetensi guru adalah = 53,15%. Hasil analisis angket menunjukkan bahwa guru SMP Negeri 43 Medan 96,92% sangat setuju membuat PTK melalui Workshop Model P2FR yang dilakukan oleh peneliti karena kompetensi mereka meningkat.
Kata kunci: Kompetensi Guru, Penelitian Tindakan Kelas, dan Workshop.
Pendahuluan Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, merupakan bukti pengakuan terhadap profesionalitas pekerjaan guru dan dosen semakin mantap. Terlebih lagi di dalam pasal 14 dan 15 Undang-undang tersebut dinyatakan bahwa guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial, meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan yang terkait dengan tugasnya Lembaga Penelitian Universitas Negeri Medan
sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi. Bagi para guru pengakuan dan penghargaan di atas harus diwujudkan dengan meningkatkan profesionalisme dalam bekerja. Guru tidak selayaknya bekerja seperti era sebelumnya, melainkan harus menunjukkan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi. Setiap kinerjanya harus dapat dipertanggung jawabkan baik secara publik maupun akademik. Untuk itu ia harus memiliki landasan teoretik atau keilmuan yang mapan dalam melaksanakan tugasnya mengajar maupun membimbing peserta didik. 129
Rasmin Simbolon
Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru sudah pasti akan berhadapan dengan berbagai persoalan baik menyangkut peserta didik, maupun metode pembelajaran. Sebagai seorang profesional, guru harus mampu membuat yang didasarkan pada data sekaligus teori yang akurat. Selain itu guru juga harus melakukan peningkatan mutu pembelajaran secara terus menerus agar prestasi belajar peserta didik optimal disertai dengan kepuasan yang tinggi. Untuk mewujudkan hal tersebut guru harus dibekali dengan kemampuan meneliti, khususnya Penelitian Tindakan Kelas. Dalam hal ini peran pengawas sebagai pembina dan pembimbing para guru tentu sangat dibutuhkan. Pengawas tidak hanya berperan sebagai pembimbing atau konsultan, bahkan secara kolaboratif dapat bersama-sama dengan guru melakukan penelitian tindakan kelas bagi peningkatan pembelajaran. Berdasarkan data awal hasil supervisi yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru di SMP Negeri 43 Medan diperoleh data awal: 100 % guru-guru belum pernah membuat proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 100 % guruguru belum pernah memperoleh bimbingan membuat PTK. 100 % guru-guru belum pernah melakukan PTK. Dari data awal hasil supervisi tersebut ternyata bahwa guru belum mampu memahami cara membuat PTK. Tindakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru SMP Negeri 43 Medan membuat Penelitian Tindakan Kelas adalah sosialisasi, penataran maupun mengadakan workshop. Selama ini yang pernah diadakan untuk meningkatkan kompetensi guru di SMP Negeri 43 Medan adalah melalui sosialisasi tetapi hasilnya kurang maksimal. Pada sosialisasi narasumber hanya menjelaskan pengertian, manfaat dan perlunya membuat PTK. Hal ini dijelaskan narasumber secara ceramah sedangkan guru hanya mendengarkan dan bertanya jika ada yang kurang jelas dimengerti oleh guru tersebut. Cara membuat PTK dibahas melalui tanya jawab antara peserta dengan nara sumber, guru tidak dibimbing membuat PTK. Kenyataannya setelah selesai sosialisasi maka 130
guru tetap tidak mampu membuat PTK. Penataran guru selama ini dilakukan melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Pada MGMP tersebut narasumber ditugasi untuk membimbing guru membuat prangkat pembelajaran yaitu Program Semester, Silabus, RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan membimbing cara melakukan Model Pembelajaran. Pelaksanaan MGMP belum pernah membuat PTK. Kenyataannya setelah selesai MGMP maka guru tetap belum mampu membuat PTK. Masalah yang dibahas dalam tulisan ini adalah upaya meningkatkan kompetensi guru membuat Penelitian Tindakan Kelas melalui Workshop Model P2FR di SMP Negeri 43 Medan. Guza (2008) mengatakan bahwa standar kompetensi guru meliputi empat kompetensi utama, yaitu (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional. Jika diperhatikan kompetensi guru tersebut ternyata kompetensi yang harus dimiliki oleh guru mempunyai hubungan yang saling berkaitan agar terwujud kompetensi guru yang optimal. Menurut Kemmis (1988), penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang dilakukan sendiri. Dengan demikian, akan diperoleh pemahaman yang komprehensif mengenai praktik dan situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan. Terdapat dua hal pokok dalam penelitian tindakan yaitu perbaikan dan keterlibatan. Hal ini akan mengarahkan tujuan penelitian tindakan ke dalam tiga area yaitu: (1) untuk memperbaiki praktik, (2) untuk pengembangan profesional dalam arti meningkatkan pemahaman para praktisi terhadap praktik yang dilaksanakannya, serta (3) untuk memperbaiki keadaan atau situasi di mana praktik tersebut dilaksanakan. Suharsimi (2002) menjelaskan PTK melalui gabungan definisi dari tiga kata yaitu “Penelitian” + “Tindakan“ + “Kelas”. Makna
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 20 Nomor 2
September 2014
Peningkatan Kompetensi Guru Membuat Penelitian Tindakan Kelas Melalui Workshop Model P2FR
setiap kata tersebut adalah sebagai berikut. Penelitian: kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan cara dan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam memecahkan suatu masalah. Tindakan : sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan yang dilaksanakan dalam PTK berbentuk suatu rangkaian siklus kegiatan. Kelas : sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Siswa yang belajar tidak hanya terbatas dalam sebuah ruangan kelas saja, melainkan dapat juga ketika siswa sedang melakukan karyawisata, praktikum di laboratorium, atau belajar di tempat lain dalam bimbingan dan arahan guru. Menurut Suprijanto (2008) workshop adalah pertemuan orang yang bekerja sama dalam kelompok kecil, biasanya dibatasi pada masalah yang berasal dari mereka sendiri. Peran serta diharapkan untuk dapat menghasilkan produk tertentu. Sedangkan menurut Soeharto (2005) bahwa workshop adalah pertemuan khusus yang dihadiri sekelompok manusia yang bergerak dalam lingkungan bidang kerja yang sejenis.
Ciri-ciri workshop yaitu: (1) Masalah yang dibahas bersifat life centred dan muncul dari masalah peserta sendiri. (2) Selalu berusaha menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik dalam kegiatannya sehingga tercapai taraf pertumbuhan profesi yang lebih tinggi dan lebih baik dari semula. Terjadi perubahan yang berarti pada diri mereka setelah mengikuti kegiatan workshop. (3) Metode yang digunakan dalam bekerja adalah metode pemecahan masalah, musyawarah, dan penyelidikan. (4) Diadakan dalam kebutuhan bersama. (5) Menggunakan narasumber resource person dan resource material yang memberi bantuan yang besar dalam mencapai hasil. (6) Senantiasa memelihara kehidupan yang seimbang disamping mengembangkan pengetahuan, kecakapan, dan perubahan tingkah laku. Tujuan workshop adalah memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada guru agar meningkat kompetensinya membuat media pembelajaran. Berbagai pengalaman yang digali dari para peserta akan dijadikan sumber inspirasi, manakala para peserta diajak untuk berdiskusi berdasarkan pada pengalaman. Proses workshop dibentuk sedemikian rupa, seperti yang terlihat pada gambar 1
+
PENGETAHUAN
PENGALAMAN
AKTIVITAS PRAKTIK/APLIKASI
REFLEKSI/EVALUASI
Gambar 1. Proses Pembelajaran Dalam Workshop
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 20
Nomor 2
September 2014
131
Rasmin Simbolon
Gambar 1 menunjukkan bahwa dalam workshop yang dilaksanakan adalah mamadukan antara pengetahuan dan pengalaman, baik yang dimiliki oleh peserta maupun peneliti. Dari perpaduan antara kedua itu, peserta diminta untuk merefleksi atau menimbang-nimbang perihal apa yang mereka dapatkan ketika mengikuti workshop. Oleh sebab itu, untuk menerima atau menolak semua yang diberikan selama workshop, dilakukan setelah melalui pemikiran dan perenungan. Sebagai konsekuensi logis dari pendekatan yang dilakukan dalam workshop, metode ceramah digunakan seminimal mungkin. Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru sudah pasti akan berhadapan dengan berbagai persoalan baik menyangkut peserta didik, subject matter, maupun metode pembelajaran. Sebagai seorang profesional, guru harus mampu membuat prefessional judgement yang didasarkan pada data sekaligus teori yang akurat. Selain itu guru juga harus melakukan peningkatan mutu pembelajaran secara terus menerus agar prestasi belajar peserta didik optimal disertai dengan kepuasan yang tinggi. Untuk mewujudkan hal tersebut guru harus dibekali dengan kemampuan meneliti, khususnya Penelitian Tindakan Kelas. Dalam hal ini peran pengawas sebagai pembina dan pembimbing para guru tentu sangat dibutuhkan. Pengawas tidak hanya berperan sebagai resources person atau konsultan, bahkan secara kolaboratif dapat bersama-sama dengan
guru melakukan penelitian tindakan kelas bagi peningkatan pembelajaran. Untuk mencapai hal tersebut maka guru harus ditingkatkan kompetensinya membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Selama ini karena kurangnya pemahaman guru membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menjadi alasan bagi guru SMP Negeri 43 Medan tidak membuat penelitian tersebut, padahal yang diharapkan guru harus mampu membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Oleh karena itu, peneliti melalui workshop membimbing guru SMP Negeri 43 Medan membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 43 Medan yang beralamat di Jl. Kota Bangun Medan. Subyek penelitian adalah guru SMP Negeri 43 Medan sebanyak 13 (tiga belas) orang. Obyek penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Untuk membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan melalui Workshop Model P2FR. Model yang digunakan dalam workshop ini adalah Model Kemmis yang dirancang dengan proses siklus (cylical) yang terdiri dati 4 (empat) fase kegiatan yaitu: merencanakan (planning), melakukan tindakan (action), mengamati (observatian), dan merefleksi (reflektif). Tahap-tahapan ini terus berulang sampai permasalahan dianggap telah teratasi.
Gambar 2. Siklus Model Kemmis (Sukardi, 2005)
132
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 20 Nomor 2
September 2014
Peningkatan Kompetensi Guru Membuat Penelitian Tindakan Kelas Melalui Workshop Model P2FR
Pada tahap perencanaan siklus 1 pertemuan 1 workshop ini, peneliti beserta kepala SMP Negeri 43 Medan mengadakan pertemuan untuk merencanakan workshop membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang akan dilaksanakan peneliti. Kepala sekolah akan menugaskan guru SMP Negeri 43 Medan mengikuti workshop sesuai dengan waktu yang disepakati. Peneliti menyiapkan materi cara membuat Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka yang akan dipaparkan pada saat pelaksanaan workshop. Peneliti merencanakan untuk menugaskan guru membuat Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka. Peneliti berkolaborasi dengan pengawas sekolah yang bertugas di SMP Negeri 43 Medan untuk memberikan penugasan tersebut. Pada tahap perencanaan siklus 1 pertemuan 2 workshop ini, peneliti merencanakan feed back pembuatan Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka untuk mengetahui sejauh mana penguasaan guru tentang tugas membuat Pendahuluan dan Kajian Pustaka. Menjelaskan apa yang sudah bagus dan apa yang belum bagus. Menanyakan apa kendala yang dialami oleh masing-masing guru dan peneliti memberikan solusi untuk mengatasinya. Peneliti berkolaborasi dengan pengawas sekolah yang bertugas di SMP Negeri 43 Medan untuk melakukan feed back tersebut. Pada tahap perencanaan siklus 1 pertemuan 3 workshop ini, peneliti merencanakan revisi pembuatan Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka. Revisi tersebut adalah untuk memperbaiki apa yang belum bagus tentang Pendahuluan dan Kajian Pustaka. Peneliti berkolaborasi dengan pengawas sekolah yang bertugas di SMP Negeri 43 Medan untuk melakukan revisi tersebut. Pada tahap pelaksanaan siklus 1 pertemuan 2 workshop ini, peneliti melakukan feed back tentang tugas guru membuat Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka untuk
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 20
Nomor 2
mengetahui sejauh mana penguasaan guru tentang tugas membuat Pendahuluan dan Kajian Pustaka. Menjelaskan apa yang sudah bagus dan apa yang belum bagus. Menanyakan apa kendala yang dialami oleh masing-masing guru dan peneliti memberikan solusi untuk mengatasinya. Peneliti berkolaborasi dengan pengawas sekolah yang bertugas di SMP Negeri 43 Medan untuk melakukan feed back tersebut. Pada tahap pelaksanaan siklus 1 pertemuan 3 workshop ini, peneliti melakukan Revisi pembuatan Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka. Revisi tersebut adalah untuk memperbaiki apa yang belum bagus tentang Pendahuluan dan Kajian Pustaka. Peneliti berkolaborasi dengan pengawas sekolah yang bertugas di SMP Negeri 43 Medan untuk melakukan revisi tersebut. Pada tahap observasi siklus 1 pertemuan 1 workshop ini, peneliti bersama pengawas sekolah melakukan observasi mengamati guru-guru SMP Negeri 43 Medan membuat Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka. Mencatat semua pelaksanaan pembuatan Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka tersebut. Indikator yang digunakan sebagai ukuran keberhasilan terhadap tindakan yang dilakukan dalam setiap siklus penelitian menggunakan dua indikator, yaitu : Indikator pertama yang digunakan untuk menunjukkan suksesnya proses membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah hasil kompetensi guru. Rencana tindakan dianggap sukses untuk meningkatkan kompetensi guru apabila nilai rata-rata guru SMP Negari 43 Medan membuat Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka; Membuat Bab III Metode Penelitian, dan Instrumen Penelitian; dan Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, Bab V Simpulan dan Saran, Daftar Pustaka Dan Penulisan Laporan Penelitian adalah skor 75,00 dan yang memperoleh skor
September 2014
133
Rasmin Simbolon
75,00. Hal ini mengacu kepada kriteria ketuntasan minimal sebagaimana yang dikatakan Arikunto (2007). Indikator kedua yang digunakan untuk menunjukkan keberhasilan proses pembuatan PTK adalah suksesnya seorang guru dalam melaksanakan proses membuat Penelitian Tindakan Kelas. Hal ini dapat dilihat dari terlaksananya rencana tindakan. Rencana tindakan dianggap terlaksana, apabila pelaksanaan guru selama kegiatan dengan lancar. Guru tidak menjumpai masalah yang serius berkaitan dengan fasilitas, materi, dan prosedur. Suksesnya guru dalam mengikuti kegiatan membuat Penelitian Tindakan Kelas tersebut dilihat dari senang tidaknya guru dalam mengikuti kegiatan tersebut. Di dalam workshop yang dilaksanakan tidak dikenal istilah lulus dan tidak lulus. Untuk mengetahui apakah peserta telah mengikuti kegiatan dengan baik atau tidak, digunakan evaluasi atas hasil kerja peserta dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh peneliti. Agar evaluasi ini dapat dipahami dengan baik oleh peserta, semua penjelasan disampaikan di awal pertemuan, yaitu semua peserta diharuskan membuat Penelitian Tindakan Kelas sehingga dapat dilihat tingkat kompetensinya. Penilaian membuat Penelitian Tindakan Kelas pada workshop ini ada dua macam, yaitu: (1) Penilaian kompetensi membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Siklus 1 workshop ini dilakukan membuat BAB I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka ada 11 (sebelas) aspek, yang jumlah skornya 55 (lima puluh lima). Maka skor maksimal adalah 55. Sedangkan skor perolehan bergantung kepada jumlah jawaban dari kelima komponen tersebut. Nilai dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Skor perolehan Nilai = X 100 % Skor maksimal Penilaian membuat PTK adalah: Aspek: 1 = Kemampuan membuat Judul PTK 2 = Kemampuan membuat Latar Belakang
134
Masalah 3 = Kemampuan membuat Identifikasi Masalah 4 = Kemampuan membuat Pembatasan Masalah 5 = Kemampuan membuat Rumusan Masalah 6 = Kemampuan membuat Tujuan Penelitian 7 = Kemampuan membuat Manfaat Penelitian 8 = Kemampuan membuat Kajian Teoretis 9 = Kemampuan membuat Temuan Hasil Penelitian yang Relevan 10 = Kemampuan membuat Kerangka Berpikir 11 = Kemampuan membuat Hipotesis Tindakan Skor: Nilai: 5 = Sangat baik = 81 - 100 4 = Baik = 61 - 80 3 = Cukup = 41 - 60 2 = Kurang = 21 - 40 1 = Sangat Kurang = 1 - 20 Siklus 2 workshop ini dilakukan membuat Bab III Metodologi Penelitian, dan Instrumen Penelitian ada 9 aspek, yang jumlah skornya 42. Maka skor maksimal adalah 42. Sedangkan skor perolehan bergantung kepada jumlah jawaban dari ke lima komponen tersebut. Nilai dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Skor perolehan Nilai = X 100 % 42 Penilaian membuat PTK adalah: Aspek: 1 = Kemampuan membuat Lokasi dan Waktu Penelitian Tindakan 2 = Kemampuan membuat Subyek dan Obyek Penelitian 3 = Kemampuan membuat Desain Penelitian 4 = Kemampuan membuat Teknik dan Alat Pengumpul Data 5 = Kemampuan membuat Analisis Data
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 20 Nomor 2
September 2014
Peningkatan Kompetensi Guru Membuat Penelitian Tindakan Kelas Melalui Workshop Model P2FR
6 = Kemampuan membuat Prosedur Penelitian 7 = Kemampuan membuat Indikator Keberhasilan 8 = Kemampuan membuat dan menggunakan Evaluasi 9 = Kemampuan membuat Instrumen Penelitian Siklus 3 workshop ini dilakukan membuat Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, Bab V Simpulan dan Saran, Daftar Pustaka Dan Penulisan Laporan Penelitian ada 11 aspek, yang jumlah skornya 69. Sedangkan skor perolehan bergantung kepada jumlah jawaban dari kelima komponen tersebut. Nilai dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti di atas. Penilaian membuat PTK adalah: Aspek: 1 = Kemampuan membuat Deskripsi Hasil Siklus I 2 = Kemampuan membuat Pembahasan/Diskusi Siklus I 3 = Kemampuan membuat Deskripsi Hasil Siklus II 4 = Kemampuan membuat Pembahasan/Diskusi Siklus II 5 = Kemampuan membuat Deskripsi Hasil Siklus III 6 = Kemampuan membuat Pembahasan/Diskusi Siklus III 7 = Kemampuan membuat Hasil Penelitian 8 = Kemampuan membuat Simpulan 9 = Kemampuan membuat Saran 10 = Kemampuan membuat Daftar Pustaka 11 = Kemampuan membuat Laporan Penelitian Nilai kompetensi masing-masing guru membuat Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka 1 siklus terdiri dari 3 kali pertemuan yatu siklus 1 (Penugasan), siklus 2
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 20
Nomor 2
(Feed back), dan siklus 3 (revisi). Nilai kompetensi masing-masing guru membuat Bab III Metode Penelitian, dan Instrumen Penelitian 1 siklus terdiri dari 3 kali pertemuan yatu siklus 1 (Penugasan), siklus 2 (feed back), dan siklus 3 (revisi). Begitu pula Nilai kompetensi masingmasing guru membuat Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, Bab V Simpulan dan Saran, Daftar Pustaka dan Penulisan Laporan Penelitian 1(satu) siklus terdiri dari 3 (tiga) kali pertemuan yatu siklus 1 (Penugasan), siklus 2 (feed back), dan siklus 3 (revisi). Penilaian sikap guru membuat Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penilaian sikap guru membuat Penelitian Tindakan Kelas ada 4 aspek, masing-masing aspek skornya 5 (lima). Maka skor maksimal adalah 20 (dua puluh). Sedangkan skor perolehan bergantung kepada jumlah jawaban dari kelima komponen tersebut. Aspek yang diamati terhadap sikap guru membuat Penelitian Tindakan Kelas adalah : a) Menarik untuk dilakukan b) Mudah melakukannya c) Menyenangkan d) Termotivasi untuk membuat beberapa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Banyaknya guru yang ikut workshop pada SMP Negeri 43 Medan ada 13 orang, maka nilai sikap adalah rata-rata nilai dari tiga belas orang guru tersebut.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Dari hasil observasi, kompetensi guru membuat Penelitian Tindakan Kelas dengan mengadakan workshop Model P2FR, dari 13 orang guru SMP Negeri 43 Medan peserta workshop adalah seperti Tabel 1 berikut ini:
September 2014
135
Rasmin Simbolon
Tabel 1.
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jlh Rt
Data Kompetensi Guru Membuat PTK Melalui Workshop Model P2FR di SMP Negeri 43 Medan
Bab I Pendahuluan, dan Bab II Kajian Pustaka
1 27,27 38,18 25,45 32,73 36,36 27,27 34,55 21,82 36,36 30,91 29,09 36,36 36,36 412,71 31,75
Siklus 1 2 29,09 45,45 27,27 34,55 41,82 29,09 40,00 27,27 41,82 30,91 29,09 40,00 41,82 458,18 35,24
Bab III Metode Penelitian, dan Instrumen Penelitian
3 30,91 47,27 30,91 36,36 43,64 30,91 41,82 32,73 43,64 34,55 38,18 45,45 43,64 500,01 38,46
1 38,10 64,29 35,71 45,24 54,76 38,10 52,38 38,10 52,38 42,86 45,24 59,52 54,76 621,44 47,80
Siklus 2 2 47,62 71,43 50,00 52,38 57,14 42,86 52,38 50,00 59,52 50,00 47,62 64,29 61,90 707,14 54,40
3 52,38 73,81 52,38 54,76 61,90 47,62 59,52 52,38 61,90 54,76 52,38 69,05 66,67 759,51 58,42
Bab V Simpulan dan Saran, Daftar Pustaka dan Penulisan Laporan Penelitian Siklus 3 1 2 3 65,45 72,73 81,82 85,45 85,45 94,55 63,64 70,91 80,00 65,45 69.09 81,82 76,36 78,18 87,27 65,45 69,09 78,18 74,55 74,55 87,27 60,00 67,27 78,18 74,55 78,18 89,09 63,64 70,91 81,82 67,27 69,09 81,82 74,55 76,36 92,73 78,18 80,00 89,09 914,54 961,81 1.103,64 70,35 73,99 84,90
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Siklus 1
Pertemuan 1
Gambar 3.
136
Siklus 2
Pertemuan 2
Siklus 3
Pertemuan 3
Kompetensi Guru Membuat PTK Melalui Workshop Model P2FR di SMP Negeri 43 Medan.
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 20 Nomor 2
September 2014
Peningkatan Kompetensi Guru Membuat Penelitian Tindakan Kelas Melalui Workshop Model P2FR
Hasil angket sikap guru membuat PTK dari 13 (tiga belas) orang guru SMP Negeri 43 Medan peserta workshop adalah seperti Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Data Sikap Guru Membuat PTK Melalui Workshop Model P2FR di SMP Negeri 43 Medan. Guru No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jumlah Nilai maximal Presentase (%)
1 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 4 61 65 93,85
Aspek Sikap 2 3 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 61 65 65 65 93,85 100
4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65 65 100
Jumlah 20 18 18 20 20 20 20 20 18 20 18 20 18 252 260 96,92
Keterangan aspek sikap : 1. Menarik untuk dilakukan 2. Mudah melakukannya 3. Menyenangkan 4. Termotivasi untuk membuat beberapa Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Gambar 4
Data Sikap Guru Membuat PTK Melalui Workshop Model P2FR di SMP Negeri 43 Medan.
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 20
Nomor 2
September 2014
137
Rasmin Simbolon
Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa temuan dalam penelitian tindakan sekolah ini yaitu kompetensi guru membuat Penelitian Tindakan Kelas meningkat setelah mengikuti Workshop Model P2FR. Nilai rata-rata kompetensi guru dalam membuat PTK meningkat dari siklus 1 sebesar 31,75 menjadi 84,90 pada siklus 3. Sikap Guru SMP Negeri 43 Medan 96,92% sangat setuju membuat Penelitian Tindakan Kelas melalui workshop Model P2FR. Saran agar semua guru dapat membuat Penelitian Tindakan Kelas yang akan digunakan untuk perbaikan dalam mengajar. Semua kepala SMP dapat memfasilitasi guru untuk membuat Penelitian Tindakan Kelas melalui workshop Model P2FR bekerja sama dengan Pengawas Sekolah.
Daftar Pustaka Aqib Zainal. 2008. Standar KualifikasiKompetensi- Sertifikasi Guru- Kepala
138
Sekolah- Pengawas. Bandung: CV. Yrama Widya. Arikunto S., Suhardjono dan Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Depdikbud. 1994. Pedoman Supervisi Pengajaran. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Guza Afnil. 2008. Himpunan Permendiknas Tentang Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakart: Penerbit Asa Mandiri. Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Predana Media Group. Sukardi. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara. Suprijanto. 2008. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Zaini, dkk. 2002. Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi.Yogyakarta: CYDS IAIN Sunan Kali Jaga.
Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan
Volume 20 Nomor 2
September 2014