PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN MELALUI METODE KOLABORASI Supriyono SMP Negeri 2 Purwoharjo Banyuwangi Email:
[email protected] Abstract This study aims to increace teachers performance in teaching and learning at SMP Negeri 2 Purwoharjo in the year 2013 through collaboration, stands for Collaborative Peer Coaching. It is conducted by stages : pre-observation conference, observation, and post-observation conference. The result of the study indicates that the application of collaboration at the stage of pre-observation conference turn better from the criteria C (Enough) into A ( Excellent), at the stage of observation, it turn from B (Good) into A (Excellent) dan at the stage of postobservaton conference it turns from C into A with the conclusion that the process of applying collaboration runs excellently. Meanwhile the teachers performance, from starting condition to the last cycle increases with the average of 70 – 76 – 84 and the criteria of C – B – B with the conclusion that teachers performance in teaching and learning at SMP Negeri 2 Purwoharjo in the year 2013 can be increased through kolaborasi. Keywords: teachers performance, collaborative, peer coaching Tenaga pendidik atau guru merupakan komponen yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Komponen lainnya seperti kurikulum, sarana-prasarana, biaya,dan sebagainya tidak akan banyak berarti apabila esensi pembelajaran yaituinteraksi antara pendidik dan peserta didik kurang berkualitas. Sehingga guru dituntut untuk memiliki empat kompetensi yaitu : (1) pedagogik, (2) kepribadian, (3) sosial, dan (4) profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Kinerja guru dapat dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi atau kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru. Wujud kinerja guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar (Ditendik, 2008 :21). Oleh karena itu tugas kepala sekolah selaku manajer adalah melakukan penilaian terhadap kinerja
guru. Guru yang mempunyai nilai kinerja baik tentu akan berdampak denganhasil kegiatannya terutama berkaitan den gan proses belajar mengajar, dimana output akan meningkat baik secara mutu maupun kuantitas. Dalam melaksanakan tugas pokoknya untuk menilai kinerja guru, kepala sekolah melakukannya melalui supervisi kunjungan kelas menggunakan instrumen tertentu dengan jadwal tertentu pula. Dengan cara inilah kepala sekolah selaku peneliti menemukan beberapa guru dimana pembelajaran yang dilakukan dirasa belum maksimal. Pada umumnya mereka melakukannya dengan cara berceramah di depan kelas dan bahkan ada yang mengajar hanya dengan duduk saja. Setelah mengamati pembelajaran di kelas, penulis mengecek perencanaan yang dimiliki guru-guru tersebut dan melakukan penilaian. Namun untuk memperkuat atau menjaga obyektivitas, penilaian juga dilakukan oleh guru senior yang ditunjuk oleh kepala
886
sekolah. Hasil penilaian Penelitian ini bertujuan untuk 887 Kolaborasi Volume: 1menunjukkan Nomor: 9 Nopember 2015 Hal: 886-899 bahwa kinerja beberapa guru pada SMP Negeri 2 Purwoharjo pada semester sebelumnya dalam merencanakan pembelajaran hasilnya belum maksimal. Data menunjukkan hasil penilaian terhadap RPP awal rata-ratanya adalah 71 dengan kriteria C (Cukup), yang berarti bahwa kinerja guru dalam menyusun perencanaan dan melaksanakan pembelajaran masih perlu mendapatkan perhatian serius. Dengan mencermati kondisi ini penulis melakukan upaya untuk membantu guru agar memiliki kemampuan yang memadai sehingga kinerjanya akan semakin meningkat, minimal dengan kategori B (baik).Untuk mencapai tujuan tersebut guru perlu mendapatkan banyak bimbingan baik dari teman sejawat maupun dari kepala sekolah. Oleh karena ini penulis melakukan penelitian tindakan sekolah melalui collaborative peer coaching yang selanjutnya disebut dengan kolaborasi. Catherine D. Bruce dan John A. Ross (2008:350) menyatakan bahwa dalam rangka untuk membentuk komunitas sekolah yang profesional pendekatan yang sangat baik adalah peer coaching dimana guru-guru yang memiliki pengalaman dan kompetensi yang sama, saling mengobservasi dalam pembelajaran, mengadakan perbaikan tujuan, mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan, saling mengobservasi selama perbaikan pembelajaran, dan memberikan umpan balik. Greece (2004) dalam Bruce dan Ross (2008:350) menemukan bahwa guru-guru yang tercakup dalam program peer coaching lebih berhasil dari pada guru-guru yang tercakup dalam kelompok kontrol dalam mengimplementasikan strategi pembelajaran yang baru, menggunakan strategi baru yang lebih sesuai, mendukung penggunaan strategi baru dan memahami tujuan pembelajaran.
mendeskripsikan bagaimana meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran pada SMP Negeri 2 Purwoharjo tahun 2013 melalui kolaborasi dan untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran pada SMP Negeri 2 Purwoharjo tahun 2013 melalui metode kolaborasi. Dalam Ditendik (2009) dinyatakan bahwa pada hakikatnya kinerja merupakan prestasi yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan untuk pekerjaan itu Dengan demikian, kinerja seorang guru terkait erat dengan unjuk kerja atas hasil pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya yang diperoleh melalui evaluasi kinerja. Menurut Ismail (2010 :44-63) dinyatakan bahwa kinerja adalah terjemahan dari kata performance yang didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target, atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan disepakati. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan unjuk kerja atau prestasi sebagai tingkat keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugasnya atau pekerjaannya selama periode tertentu yang dapat dinyatakan dengan fungsi motivasi dan kemampuan. Artinya motivasi dan kemampuan akan menentukan kinerja seseorang. Kinerja dalam konteks profesi guru adalah kegiatan yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan melakukan penilaian hasil belajar. Dengan banyaknya jenis coaching, yang memiliki sedikit perbedaan tetapi semuanya memiliki
tujuan akhir yang sama yaitu untuk meningkatkan proses pembelajaran dan kesemuanya memberdayakan teman sejawat untuk mencapai tujuannya, maka dalam penelitian ini akan lebih difokuskan pada penggunaan model peer coaching. Mengapa peer coaching karena model ini dipandang lebih sesuai dengan situasi dan kondisi di sekolah. Sutjipto (2007:209) menyatakan peer coaching merupakan suatu program pengembangan profesionalisme guru dimana guru-guru setuju untuk terlibat dan berpartisipasi secara aktif yang bertujuan untuk memberi kesempatan kepada guru-guru untuk saling berbagi pengetahuan, kecakapan profesional, dan lain-lain. Tonkin dan Baker (2005) menyatakan: The peer coaching cycle used for face-to-face instruction consists of three stages: a planning conference, instructional observation, and reflecting conference. The planning conference is structured meeting in which the instructor and his/her peer coach discuss their collaborative effort with a particular focus on the goals of the instructor. Maksudnya bahwa peer coaching yang digunakan secara tatap muka terdiri dari tiga (3) tahapan : a planning conference (pertemuan untuk perencanaan), instructional observation (pengamatan pembelajaran), reflecting conference (pertemuan untuk refleksi). Planning conference adalah suatu pertemuan yang diatur yang mana instruktur dan mitranya melakukan diskusi upaya-upaya yang dilakukan secara kolaborasi dengan fokus pada tujuan pembelajaran. Pada instructional observation, dilakukan pengamatan pembelajaran dikelas oleh instruktur dan pada reflecting conference diadakan kegiatan refleksi secara bersama. Namun Barkley (2010:79-147) menyatakan bahwa proses coaching terdiri dari 3 (tiga) tahapan yaitu preobservation conference, observation, dan
post observation conference. Dalam tahapan Peningkatan pre-observation conference, Supriyono, kinerja guru… 888 diadakan kegiatan penyusunan perencanaan secara bersama-sama. Pada tahapan observation, RPP yang telah disusun dilaksanakan di kelas untuk pembelajaran yang akan diobservasi. Dan pada akhirnya pada postobservation conference diadakan pertemuan untuk membahas atau merefleksi hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Peer coaching pada umumnya melibatkan guru pembimbing untuk melakukan observasi terhadap guru lain. Karenanya, salah satu cara untuk menggolongkan model-model peer coaching yang berbeda yaitu dari informasi apa yang diperoleh selama observasi berlangsung dan apa yang telah dilakukan terhadap informasi tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka peer coaching dibagi atas tiga model : (1) mirror coaching, (2) collaborative coaching dan (3) expert coaching. Dalam model mirror coaching guru pembimbing hanya mengumpulkan data yang diminta guru mitra yang diobservasi. Setelah observasi, guru pembimbing memberikan data tersebut kepada guru mitra agar dianalisis. Dalam collaborative coaching, guru pembimbing masih mengumpulkan data yang diminta oleh guru mitra, tetapi dalam post-observation conference, guru pembimbing dan guru mitra bersamasama menganalisis data. Guru pembimbing memandu guru mitra untuk mengadakan self-reflection dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membantu guru mitra menganalisis apakah tujuan pembelajaran yang dilaksanakan telah tercapai atau apa yang menyebabkan tujuan pembelajaran tercapai. Sedangkan dalam expert coaching, seorang tenaga ahli berlaku sebagai guru pembimbing dan dapat menjadi mentor yang bekerja sematamata untuk guru baru pada suatu
889 Kolaborasi 1 observation Nomor: 9 Nopember Hal: sekolah. SelamaVolume: post-observation ini dan2015 memiliki iliki886-899 tugas untuk menyusun conference tenaga ahli tersebut RPP, melaksanakan pembelajar pembelajaran, dan memandu dan memimpin mpin diskusi melakukan refleksi terhadap (Sucipto, 2007:216) pembelajaran yang telah dilakukan. Collaborative peer eer coaching sering juga disebut juga dengan collaborative coaching.. Starr (2006:20) METODE PENELITIAN menyatakan bahwa yang dimaksud Penelitian dilaksanakan di SMP dengan collaborative coaching adalah Negeri 2 Purwoharjo bulan mulai bahwa pembimbing dan orang yang Februari sampai dengan April 2013 dibimbing bekerja untuk menciptakan terhadap 7 guru yang masih memerlukan suatu perubahan bersamadalam dalam rangka perbaikan dalam menyusun perencanaan memperbaiki kesempatan belajar siswa. dan melaksanakan pembelajaran di Untuk itu perlu adanya suatu kelas. sistem yang diatur oleh kepala sekolah Data berasal dari berbagai agar guru dapat saling membantu dalam sumber yaitu kepala sekolah berupa hasil meningkatkan kemampuannya. Tidak observasi pembelajaran di kelas dan salah apabila kepala sekolah menyusun hasil penilaian RPP guru, dari dariguru suatu sistem secara collaborative seperti seniorberupa berupa hasil penilaian RPP dan gambar berikut ini. hasil observasi pembelajaran yang dilakukan bersama dengan kepala sekolah, dan dari guru uru mata Kepala pelajaranberupa berupa hasil refleksi Sekolah pembelajaran yang telah dilakukan. Teknik pengumpulan data dilakukan lakukan dengan tiga cara yaitu (a) Guru Guru melakukan penilaian terhadap Mapel senior perencanaan pembelajaran pembelajaran, (b) melakukan akukan penilaian pelaksanaan Gambar 1. Kolaborasi asi antara Kepala pembelajaran yang dilakukan ilakukan dengan sekolah, guru senior, dan guru mata tiga cara yaitu (1) melaksanakan elaksanakan pelajaran. observasi dan mencatat hal hal-hal yang terjadi dalam pembelajaran (2) Gambar di atas menunjukkan melakukan penilaian terhadap kolaborasi tiga komponen yaitu kepala pelaksanaan pembelajaran yang sekolah, guru senior, dan guru mata dilakukan kukan oleh guru mata pelajaran, (3) pelajaran yang memiliki peran masingmenilai proses pelaksanaan kolaborasi kolaborasi. masing namun untuk tujuan yang sama. Alat yang digunakan untuk Kepala epala sekolah berperan untuk mengumpulkan data ta adalah: (a) mendesain rencana kegiatan karena instrumen nstrumen penilaian perencanaan dan kepala sekolah disini adalah sebagai pelaksanaan pembelajaran, (b) iinstrumen peneliti. Guru senior bertugas tugas membantu penilaian pelaksanaan kolaborasi yang kepala sekolah dalam membimbing terdiri darii tiga aspek yaitu preguru-guru mata pelajaran ajaran dalam observation conference yang terdiri dari menyusun perencanaan, melakukan 7 indikator, observation terdiri dari 6 observasi pembelajaran di dalam kelas, indikator, dan post-observation observation dan melakukan penilaian terhadap RPP conference terdiri dari 4 indikator, (c) dan pembelajarannya. lembar embar pengamatan pembelajaran pembelajaran, (d) Guru mata pelajaran adalah guru lembar refleksi pembelajaran. yang menjadi subyek dalam penelitian
Untuk melakukan validasi data, digunakan teknik triangulasi data yaitu menggunakan data lebih dari satu sumber. Disamping itu validasi data dilakukan dengan melakukan cross check, membandingkan data yang diperoleh dengan data lain yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan penulis sendiri dan data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari guru senior yang diberi tugas untuk membantu dalam penilaian. Untuk menvalidasi penilaian dokumen RPP penulis meminta bantuan 4 orang guru senior sebagai penilai kedua agar hasil penilaian lebih objektif. Disamping itu penulis menyiapkan instrumen untuk penilaian terlebih dahulu yaitu instrumen penilaian perencanaan, instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran dan instrumen penilaian pelaksanaan kolaborasi. Analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan perubahan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan proses pelaksanaan tindakan dengan menggunakan kolaborasi. Adapun analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui keberhasilan guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran di kelas. Untuk memperoleh data digunakan instrumen penilaian yang terdiri dari tiga jenis yaitu instrumen penilaian perencanaan, instrumen penilaian pelaksanaan pembelajaran dan instrumen penilaian pelaksanaan kolaborasi. Adapun langkah-langkah menganalisis data sebagai berikut : 1. Memberikan skor 1 – 4 pada setiap aspek penilaian dalam instrumen penilaian. 2. Menghitung nilai penilaian perenca-naan (R) dengan rumus berikut : Nilai (R) = jml skor perolehan x 100 20
3.
Menghitung
nilai pembelajaran (T=penampilan) dengan Supriyono, Peningkatan kinerja guru… rumus 890 sebagai berikut: Nilai (T) = jml skor perolehan x 100 32
4.
Mengkonversi nilai yang diperoleh dengan standar kompetensi guru yang telah ditetapkan oleh Ditendik Depdiknas (2009:92) sebagai berikut : a. Nilai 86 –100 = Amat baik (A) b. Nilai 76–85 = Baik (B) c. Nilai 66–75 = Cukup (C) d. Nilai 56–65 = Kurang (D) e. Nilai 46–55 = Buruk (E)
Karena penilaian dilakuan oleh dua penilai yaitu kepala sekolah selaku dan guru, maka diambil nilai dirataratanya. Untuk mengetahui kinerja guru secara keseluruhan digunakan rumus sebagai berikut : Nilai Kinerja = 5
2R + 3T
dimana R adalah nilai perencanaan dan T adalah nilai penampilan pembelajaran. Sedangkan untuk menilai pelaksanaan kolaborasi juga digunakan instrumen penilaian pelaksanaan kolaborasi dengan skala 1 – 4 yang terdiri dari 3 aspek yang mencakup 17 indikator sehingga skor maksimal 68. Berdasarkan keseluruhan data yang terkumpul digunakan untuk menentukan indikator kinerja penelitian yaitu (a) tercapainya kinerja guru dalam pembelajaran dengan kriteia nilai minimal Baik (nilai 76 – 85) bagi semua guru (100%) dan (b) tercapainya proses pelaksanaan tindakan dengan menggunakan kolaborasi dengan hasil minimal Baik. Penelitian tindakan sekolah ini dilakukan secara kolaboratif antara kepala sekolah, guru senior, dan guru mata pelajaran selaku subyek dalam penelitian ini. Daryanto (2011:229) mengatakan bahwa penelitian tindakan
sekolah terdiri rangkaian empat kegiatan memberikan kesempatan kepada guru yang dilakukan dalam siklus yaitu : (a) tersebut untuk menyampaikan perencanaan, (b) pelaksanaan, (c) keberhasilan dan kekurangannya dalam pengamatan, dan (d) refleksi. Adapun9 Nopember pembelajaran 891 Kolaborasi Volume: 1 Nomor: 2015 Hal:serta 886-899rencana tindak kegiatan sebagai berikut : lanjut.Berdasarkan hasil dari refleksi ini Perencanaan pada siklus I penulis bersama guru melakukan revisi dilakukan dengan kegiatan yaitu (a) atau perbaikan terhadap RPP yang telah menyusun skenario kegiatan, (b) disusun agar sesuai dengan masukan menyusun jadwal pelaksanaan tindakan, atau saran-saran dari guru lain sebagai (c) menyusun instrumen penilaian upaya perbaikan. perencanaan, instrumen penilaian Perencanaan pada siklus II pembelajaran dan instrumen lainnya dan merupakan tindakan lanjutan dari siklus (d) menyiapkan materi untuk presentasi. I dengan kegiatan yaitu : (a) menyusun Pelaksanaan tindakan ulang skenario tindakan yang telah dilakukandengan tiga tahapan kolaborasi dilaksanakan pada siklus I dengan yaitu pre-observation conference, mengadakan beberapa perubahan, (b) observation dan post-observation melakukan harmonisasi jadwal conference yang dilaksanakan dalam tiga pelaksanaan tindakan agar tidak pertemuan. Pada pertemuan I dilakukan mengganggu kegiatan guru, dan (c) tahapan pre-observation conference menyusun instrumen penilaian yaitu kepala sekolah menjelaskan tujuan perencanaan dan pembelajaran. tindakan kemudian melakukan tanya Pelaksanaan tindakan pada siklus jawab dan memaparkan rambu-rambu II menggunakan tahapan kolaborasi penyusunan RPP secara singkat. Setelah seperti pada siklus I. Pada tahap preitu guru menyusun RPP berdasarkan observation conference kegiatan awali rambu-rambu yang telah diberikan oleh kepala sekolah dengan secara individu namun dalam kelompok menyampaikan tujuan tindakan siklus II dengan dibimbing oleh guru senior.Pada dan merevieu kembali tentang pertemuan II dilakukan tahapan penyusunan perencanaan dan observationdimana guru mata pelajaran pelaksanaan pembelajarannya di kelas melaksanakan pembelajaran di kelas pada siklus sebelumnya. Kegiatan masing-masing dengan diamati kepala dilanjutkan oleh guru untuk menyusun sekolah dan guru senior. Sedangkan RPP kedua secara individu, namun pada pertemuan III dilakukan tahapan mereka dapat mengerjakannya dalam post-observation conference dimana kelompok mata pelajaran yang sejenis guru melakukan refleksi dengan dipandu dengan maksud guru dapat saling oleh guru senior dan merevisi kembali berbagi dengan rekan sejawatnya. Pada RPP yang telah dibuatnya untuk tahap observation, guru mata pelajaran dikumpulkan dan dinilai oleh kepala melaksanakan pembelajaran di kelas sekolah dan guru senior. untuk mengimplementasikan RPP yang Pengamatan dilakukan pada saat telah disusunnya dan diobservasi oleh guru sedang melakukan pembelajaran di kepala sekolah dan guru senior. kelas untuk melihat apakah perencanaan Sedangkan pada tahapan postyang telah disusun oleh guru pada observation conference, guru melakukan tahapan pre-observation conference refleksi tentang keberhasilan dan dapat dilaksanakan dengan baik di dalam kekurangan dari pembelajaran yang kelas. dilakukannya dengan dipandu oleh guru Refleksi dilakukan dengan senior. Setelah itu guru diminta untuk mengumpulkan refleksi diri dari guru merevisi kembali RPP yang telah mata pelajaran yang mengajar dan juga
dibuatnya dengan memperbaiki kekurangan yang ada. Pengamatan pada siklus II dilakukan oleh kepala sekolah dan guru mata pelajaran di kelas untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama pembelajaran dilakukan. Refleksi pada siklus II dilakukan dengan memberi kesempatan pada guru untuk menyampaikan keberhasilan dan kekurangannya dari pembelajaran yang dilakukan. Berdasarkan hasil dari refleksi ini guru perlu melakukan revisi atau perbaikan terhadap RPP yang telah disusun.
HASIL PENELITIAN Hasil Penelitian Kondisi Awal. Hasil supervisi menunjukkan bahwa Supriyono, guru… belum 892 kinerja Peningkatan beberapakinerja guru memuaskan. Pada umumnya mereka masih mengalami kesulitan dalam menyusun perencanaan (RPP). Hasil rata-rata penilaian perencanaan yang dilakukan kepala sekolah dan guru senior adalah 71 dengan kriteria C (Cukup) bahkan ada seorang guru yang mendapatkan 65 dengan kriteria D (Kurang) seperti dalam tabel berikut ini.
Tabel 1. Hasil Penilaian RPP Kondisi awal Penilai
Kode Guru
I 75 70 65 70 75 75 75 72.14
G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 Rata-rata
II 70 70 65 65 75 75 70 70
Sedangkan hasil penilaian pembelajaran yang dilakukan oleh seorang kepala sekolah menunjukkan bahwa hasil
Rata-rata (bulat)
Kriteria
73 70 65 68 75 75 73 71
C C D C C C C C
penilaian pembelajaran dengan rata-rata yaitu 69 dengan kriteria C (Cukup) seperti dalam tabel berikut ini.
Tabel 2. Hasil Penilaian Pembelajaran Kondisi awal Kode Guru G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 Rata-rata
Penilai I 69 66 72 63 69 75 72 69
II -
Dari hasil penilaian terhadap perencanaan dan pembelajaran tersebut dapat ditentukan nilai kinerja guru pada kondisi awal. Hasil Penelitian Siklus I. Pengamatan terhadap pelaksanaan kolaborasi dilakukan oleh penulis untuk mengetahui bagaimana proses
Rata-rata (bulat)
Kriteria
69 66 72 63 69 75 72 69
C C C D C C C C
pelaksanaan tindakannya, sedangkan pengamatan pembelajaran dilakukan oleh kepala sekolah dan guru senior. Pengamatan difokuskan pada dua hal yaitu pengamatan terhadap guru dan pengamatan terhadap siswa. Pada kegiatan ini, observer melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang terjadi selama pembelajaran
berlangsung untuk mengetahui atau mengetahui bagaimana proses merekam proses terjadinya pelaksanaan tindakan dari awal sampai 893 Kolaborasi Dari Volume: Nomor: 9 Nopember 886-899 pembelajaran. hasil1 pengamatan akhir2015 siklusHal: yang dilakukan oleh kepala diperoleh hasil sebagai berikut : sekolah. Hasil pengamatan terhadap tiga a. Nilai pelaksanaan kolaborasi siklus I aspek pengamatan adalah sebagai Pengamatan terhadap berikut : pelaksanaan kolaborasi adalah untuk Tabel 3. Nilai pelaksanaan kolaborasi siklus I No 1. 2. 3.
Aspek Pre-observation conference Observation Post-observation conference
b. Nilai Perencanaan siklus I Untuk mendapatkan penilaian kinerja guru juga dilihat dari penilaian perencanaan yang disusun
Nilai 75,00 79,17 75,00
Kriteria C B C
sebelumnya. Penilaian dilakukan oleh kepala sekolah dan guru senior. Hasil penilaian dari masing-masing penilai dijumlahkan dan dirata-rata seperti berikut ini.
Tabel 4. Hasil penilaian perencanaan pada siklus I Kode Guru G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 Rata-rata
Penilai I 80 75 75 80 75 85 80 78.57
II 80 75 75 80 75 90 80 79.29
Hasil penilaiandi atas menunjukkan bahwa rata-rata nilai adalah 79 yang dikonversikan dengan kriteria B (Baik), namun masih ada tiga guru yang nilainya dibawah rata-rata. Tiga dari tujuh guru tersebut mendapat kriteria C (Cukup), satu orang guru mendapat kriteria A (Amat baik)
Rata-rata (bulat)
Kriteria
80 75 75 80 75 88 80 79
B C C B C A B B
dan yang lainnya mendapatkan kriteria B (Baik). c. Nilai Pembelajaran siklus I Selain terhadap perencanaan, penilaian juga dilakukan terhadap pelaksanaan pembelajaran dan hasilnya sebagai berikut.
Tabel 5. Hasil penilaian pembelajaran pada siklus I Kode Guru G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 Rata-rata
Penilai I 75.00 75.00 68.75 65.63 71.88 90.63 78.13 75.00
II 71.88 75.00 62.50 62.50 71.88 90.63 81.25 73.66
Rata-rata (bulat)
Kriteria
73 75 66 64 72 91 80 74
C C C D C A B C
Hasil penilaian pembelajaran diatas menunjukkan bahwa rata-rata nilai adalah 74 dengan kriteria (C). Kriteria penilaian terdiri dari kriteria A : 1 orang, B : 1 orang, C : 4 orang dan D : 1 orang. Hasil Penelitian Siklus II. Pengamatan dilakukan terhadap pelaksanaan kolaborasi, guru yang mengajar, dan juga terhadap siswanya. Adapun hasil pengamatan pembelajaran adalah sebagai berikut : a. Nilai pelaksanaan kolaborasi siklus 2
Pengamatan dilakukan oleh kepala terhadap pelaksanaan Supriyono, sekolah Peningkatan kinerja guru… 894 kolaborasi untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan tindakan dari awal siklus I sampai akhir siklus IIdengan melihat tiga aspek yaitu pre-observation conference, observation dan postobservation conference. Dari ketiga aspek tersebut mencakup 17 indikator pengamatan. Hasil dari penilaian adalah sebagai berikut.
Tabel 6. Nilai pelaksanaan kolaborasi siklus II No 1. 2. 3.
Aspek Pre-observation conference Observation Post-observation conference
Nilai 89,29 95,83 93,75
Hasil penilaian di atas menunjukkan bahwa masing-masing aspek penilaian dengan kriteria A artinya pelaksanaan kolaborasi berjalan dengan Amat baik. b. Nilai perencanaan siklus II Penilaian perencanaan dilakukan oleh dua orang yaitu kepala sekolah dan guru
Kriteria A A A
senior yang dinilai mempunyai kemampuan dan dipandang mampu untuk melakukan penilaian. Hal ini dilakukan untuk memotret seberapa jauh kemampuan guru dalam menyusun RPP dengan baik dan benar. Hasil rata-rata dari kedua penilai ini merupakan hasil kinerja guru dalam perencanaan. Adapun hasilnya sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Penilaian perencanaan pada siklus II Kode Guru G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 Rata-rata
Penilai I 85 80 85 85 85 90 90 85.71
Hasil penilaiandi atas menunjukkan bahwa rata-rata nilai adalah 86 dengan kriteria A (Amat baik) dimana 2 (dua) dari 7 (tujuh) guru memperoleh nilai A (Amat baik) dan lima 5 (lima ) guru yang lain mendapat nilai B (baik). c. Nilai pembelajaran siklus II
II 85 80 85 85 85 95 90 86.43
Rata-rata (bulat)
Kriteria
85 80 85 85 85 93 90 86
B B B B B A A A
Penilaian pembelajaran dilakukan oleh kepala sekolah dan guru senior yang ditunjuk sesuai dengan mata pelajaran dari guru yang mengajar. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh lebih rinci karena guru senior yang ditunjuk tentu lebih memahami mata pelajarannya dibandingkan dengan kepala sekolah. Hasil penilaian
pembelajaran dari kedua penilai berikut
guru dalam pelaksanaan pembelajaran.
895 Kolaborasi hasil Volume: 1 Nomor: 9 Nopember 2015 Hal: 886-899 ini merupakan penilaian kinerja
Tabel 8. Tabel penilaian pembelajaran pada siklus II Kode Guru G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 Rata-rata
Penilai I 87.50 81.25 71.88 78.13 87.50 96.88 90.63 84.82
II 84.38 78.13 68.75 75.00 84.38 93.75 87.50 81.70
Hasil penilaiandiatas menunjukkan bahwa rata-rata nilai adalah 83 dengan kriteria B. Penilaian dengankriteria A : 4 orang, B : 2 orang, dan C : 1 orang. Dengan nilai seperti ini pembelajaran sudah semakin baik dibandingkan dengan sebelumnya. Berdasarkanpengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa kegiatan siswa semakin baik dan kegiatan yang dilakukan guru juga semakin baik. PEMBAHASAN Berdasarkan data diketahui bahwa pada kondisi awal guru masih belum mampu menyusun RPP dan melaksanakan pembelajaran dengan baik atau dapat dikatakan bahwa kinerja guru belum sesuai yang diharapkan. Rendahnya kinerja guru dalam pembelajaran dapat juga dilihat dari hasil penilaian terhadap dokumen RPP yang menunjukkan bahwa nilai rata-ratanya adalah 71 dengan kriteria C (Cukup). Kemampuan guru diharapkan mencapai kriteria B (Baik)
Rata-rata (bulat)
Kriteria
86 80 70 77 86 95 89 83
A B C B A A A B
atau mendapat nilai minimal 76.Namun setelah diadakan tindakan kemampuan guru lambat laun mengalami perubahan. Penyajian hasil penelitian di dibagi menjadi empat bagian yaitu penyajian hasil pelaksanaan kolaborasi, hasil perencanaan pembelajaran dan hasil pelaksanaan pembelajaran, dan perubahan nilai kinerja. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut : Pelaksanaan kolaborasi. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kolaborasi untuk meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran diadakan penilaian terhadap tiga aspek yaitu preobservation conference, observation dan post-observation conference yang mencakup 17 indikator penilaian. Dimana masing-masing aspek secara berturut-turut adalah 7, 6 dan 4 indikator. Setiap indikator diberikan skor maksimal 4 sehingga jumlah skor maksimal adalah 68. Hasil penilaian pelaksanaan kolaborasi adalah sebagai berikut.
Tabel 9. Perbandingan nilai pelaksanaan kolaborasi No
Aspek
Siklus I
Siklus II
Nilai perolehan
1. 2. 3.
Pre-observation conference Observation Post-observation conference
75.00 79.17 75.00
89.29 95.83 93.75
14.29 16.66 18.75
Data di atas menunjukkan bahwa pada masing-masing aspek mengalami
peningkatan, sebagai contoh pada aspek pre observation conference dari 75 (C)
Supriyono, Peningkat
menjadi 89,29 (A), pada observation dari 79,17 (B) menjadi 95,83 (A), dan pada post-observation conference dari 75 (C) menjadi 93,75 (A). Penilaian pelaksanaan kolaborasi dari ketiga aspek penilaian mendapatkan nilai A, artinga bahwa pelaksanaan tindakan Amat baik.
Perencanaan Pembelajaran. Hasil penilaian perencanaan mengalami perubahan yang semakin baik seperti terlihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.10. Perbandingan Nilai RPP kondisi awal dan siklus I No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kode Guru G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 Rata-rata
Kondisi awal
Siklus I
Nilai perolehan
73 70 65 68 75 75 73 71
80 75 75 80 75 88 80 79
7 5 10 12 0 13 7 8
Data di atas menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan kemampuan guru dalam menyusun perencanaan dimana pada kondisi awal nilai rata-ratanya adalah 71 dan pada siklus I meningkat menjadi 79 sehingga didapat nilai perolehan (gain score) 8.Dalam perolehan gain score ada seorang guru yang mendapatkan nilai 0 artinya tidak mengalami perubahan dari kondisi awal sampai pada siklus I. Hal ini disebabkan guru mengumpulkan RPP awal hasil copy paste saja dari guru lain, sehingga ketika diminta untuk menyusun yang baru atau merevisi masih tidak mengalami perubahan. Di samping itu hasil pada siklus I ini menunjukkan bahwa tindakan belum sepenuhnya berhasil karena masih ada tiga guru yang mendapatkan nilai 75 dengan kriteria C (cukup). Jika dilihat dari peningkatannya, enam guru mengalami peningkatan nilainya, kecuali yang satu orang yang dijelaskan di atas.
Dalam perencanaan pembelajaran pada siklus sebelumnya guru ini memiliki kelemahan pada kegiatan inti yaitu pada pengelolaan pembelajarannya. Pada saat memberikan tugas kelompok, siswa diminta membentuk kelompok terlebih dahulu, kemudian diberikan tugas dan diberikan petunjuk untuk mengerjakannya. Namun pada siklus II, perencanaan pembelajaran sudah diperbaiki yaitu sebelum membentuk kelompok guru menjelaskan secara klasikal terlebih dahulu apa yang harus dikerjakan siswa sehingga siswa akan memahami apa yang harus dikerjakan pada saat bekerja dalam kelompok. Kemudian membentuk kelompok dan memberikan tugas kepada setiap kelompok. Setelah menerima tugas siswa bisa langsung bekerja karena mereka sudah memahami apa yang harus dikerjakan. Adapun hasil penilaian pada perencanaan (RPP) yang kedua seperti dalam tabel berikut ini.
897
Kolaborasi Volume: 1 Nomor: 9 Nopember 2015 Hal: 886-899
Tabel 11. Perbandingan Nilai RPP pada siklus I dan siklus II No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kode Guru G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 Rata-rata
Siklus I 80 75 75 80 75 88 80 79
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil penilaian perencanaan pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan dari rata-rata 79 menjadi 86 dengan nilai perolehan 7. Kriteria nilai rata-rata pada siklus II ini adalah A (Amat baik). Peningkatan rata-rata nilai dari siklus I ke siklus II sedikit menurun dibandingkan dengan peningkatan yang terjadi pada kondisi awal ke siklus I.Pada kondisi awal ke siklus I peningkatan nilai rata-rata adalah 8 sedangkan pada siklus I ke siklus II adalah 7. Data di atas juga sangat jelas menunjukkan bahwa nilai rata-rata 79 dengan kriteria B (baik) pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 86 dengan kriteria A (Amat baik). Yang lebih menggembirakan lagi adalah adanya 2 (dua) guru yang mampu memperoleh nilai dengan kriteria A (Amat baik). Hal ini dapat diartikan bahwa kemampuan guru dalam menyusun perencanaan (RPP) mengalami perubahan yang sangat baik mulai dari kondisi awal sampai pada siklus terakhir. Faktor yang menyebabkan keberhasilan ini adalah bahwa guru sudah bisa menemukan kekurangannya pada RPP sebelumnya sehingga dapat diperbaiki lagi dengan adanya bimbingan dari guru senior. Sehingga pada saat menyiapkan perencanaan (RPP) selanjutnya kesalahan-kesalahan sebelumnya tidak terulang kembali. Seperti dijelaskan di atas bahwa penilaian pembelajaran hanya dilakukan
Siklus II 85 80 85 85 85 93 90 86
Nilai perolehan 5 5 5 5 5 5 10 7
pada pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II. Sehingga di sini hanya dipaparkan perbandingan hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dengan siklus II ditinjau dari segi proses pembelajaran dan nilai pembelajaran. Hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran menunjukkan bahwa pada kondisi awal secara umum pembelajaran belum begitu baik karena guru masih banyak mendominasi pembelajaran dengan metode andalannya yaitu ceramah. Namun pada pada siklus I pembelajaran telah mengalami perubahan yang sangat baik. Guru mulai mengelola kelas dengan berbagai variasi : ada yang diajar dengan cara berpasangan, berkelompok, berdiskusi, dan lain sebagainya. Namun pada siklus I ini masih terdapat beberapa kekurangan. Sebagai contoh, siswa diatur secara berkelompok namun dalam kelompok kerja siswa belum menunjukkan kooperatifnya karena belum semua siswa ikut terlibat dalam mengerjakan tugas. Sedangkan pada siklus II pembelajaran berjalan lebih baik lagi karena kekurangan pada siklus I sudah banyak yang diperbaiki, pembelajaran secara kooperatif sudah banyak yang dikembangkan. Terkait dengan pemanfaat media atau sumber belajar, pada kondisi awal guru cenderung LKS minded, artinya pada saat mengajar guru masih menjadi LKS sebagai kitab sucinya yang harus diajarkan kepada siswa. Belum banyak guru yang memanfaatkan media atau
Supriyono, Peningkatan kinerja guru… 898
sumber lain. Namun pada siklus berikutnya telah terjadi perubahan meskipun tidak banyak guru yang melakukannya. Sebagai contoh guru menggunakan LCD, memanfaatkan alat peraga, membawa contoh-contoh model dalam pembelajaran. Hasil penilaian pembelajaran pada siklus I diperoleh nilai dengan ratarata 74 dengan kriteria C (cukup). Namun demikian ada 2 guru yang telah memperoleh nilai 91 dan 80 dengan kriteria A dan B. Sedangkan hasil penilaian pada siklus II diperoleh nilai dengan rata-rata 83 dengan kriteria B
sehingga nilai peningkatan atau perolehan dari siklus I dan siklus II adalah 9. Berdasarkan hasil-hasil penilaian perencanaan dan penilaian pembelajaran di atas akan digunakan untuk menentukan penilaian kinerja guru dimana penilaian kinerja ini diperoleh dengan perhitungan rata-rata dua kali nilai perencanaan ditambah dengan tiga kali nilai pembelajaran. Berdasarkan analisis perghitungannya telah diperoleh hasil penilaian kinerja siklus I sebagai berikut :
Tabel 12. Hasil Penilaian Kinerja pada siklus I No 1 2 3 4 5 6 7
Kode Guru G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 Rata-rata
Rata-rata Nilai RPP 80 75 75 80 75 88 80 79
PBM 73 75 66 64 72 91 80 74
Nilai kinerja
Kriteria
76 75 69 70 73 89 80 76
B C C C C A B B
masih terdapat 4 guru dengan kinerja Data diatas menunjukkan bahwa yang belum seperti yang diharapkan rata-rata penilaian perencanaan 79 dan secara berurutan yaitu 69, 70, 73, dan 75 penilaian pembelajaran 74 sehingga nilai serta semuanya dengan kriteria C. kinerja guru pada siklus I adalah 76 Sedangkan penilaian kinerja guru pada dengan kriteria B. Namun demikian siklus II dengan hasil sebagai berikut : Tabel 13. Hasil Penilaian Kinerja pada siklus II No 1 2 3 4 5 6 7
Kode Guru G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 Rata-rata
Rata-rata Nilai RPP PBM 85 86 80 80 85 70 85 77 85 86 93 95 90 89 86 83
Data di atas menunjukkan bahwa rata-rata penilaian perencanaanpada siklus II adalah 86 dan nilai pembelajaran 83 sehingga diperoleh nilai
Nilai kinerja
Kriteria
86 80 76 80 86 94 89 84
A B B B A A A B
kinerja guru 84 dengan kriteria B. Dari hasil ini ada empat guru yang telah mencapai nilaia dengan kriteria A, masing-masing dengan nilai 86, 86, 94, 89.
899
Kolaborasi Volume: 1 Nomor: 9 Nopember 2015 Hal: 886-899
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan di atas menunjukkan bahwa kinerja guru yang dinilai melalui penilaian perencanaan dan penilaian pembelajaran mengalami peningkatan yang sangat baik setelah diadakan penelitian tindakan sekolah melalui kolaborasi atau Collaborative Peer Coaching yang dilakukan dalam dua siklus. Dari kondisi awal dengan rata-rata nilai 70dengan kriteria C (cukup), kemudian pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 76 dengan kriteria B (baik) dan pada siklus II juga meningkat lagi menjadi 84 dengan kriteria (B). Oleh karena itu, dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) proses pelaksanaan melalui kolaborasi dapat dilaksanakan dengan Amat baik untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran pada SMP Negeri 2 Purwoharjo tahun 2013 dan (2) kinerja guru dalam pembelajaran pada SMP Negeri 2 Purwoharjo tahun 2013 dapat ditingkatkan melalui kolaborasi. DAFTAR PUSTAKA Daryanto. 2011.Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta Contohcontohnya. Yogyakarta : Penerbit Gava Media Direktorat Tenaga Kependidikan. 2009. Kepemimpinan Pembelajaran: Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah, Jakarta: Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan Nasional
Direktorat Tenaga Kependidikan. 2009. Evaluasi Kinerja Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan (PMPTK), Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Tenaga Kependidikan. 2009. Pelaksanaan Proses Pembelajaran, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional Ismail. Muh. Ilyas. 2010. Kinerja dan Kompetensi Guru dalam Pembelajaran. Jurnal Lentera Pendidikan, Vol.13 No. 1 Juni 2010 (44-63) Nugroho, Riadi. 2012. Pelatihan In-OnIn Service Sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Melaksanakan Paikem Bagi Guru Matematika SMK Dabin Kecamatan Margoyoso Pada Semester Genap Tahun 2011/2012. Penelitian Tindakan Kelas. Sutjipto. 2009. Peer coaching sebagai wahana guru untuk berkolaborasi melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No 065 Tahun ke13 Maret 2007.