DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 192
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK MODEL LESSON STUDY DI SD NEGERI KENONGO KECAMATAN SEDAN Suharyati*) NIP 19620517 198201 2 004 SD Negeri Kenongo UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang *)
e-mail:
[email protected]
Abstrak Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah dengan supervisi akademik model lesson study dapat meningkatkan keterampilan mengajar guru di SD Negeri Kenongo UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang pada semester I tahun pelajaran 2015/2016? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan mengajar guru setelah mendapatkan supervisi akademik model lesson study. Pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara, dan penilaian serta dokumen, sedangkan analisis data menggunakan analisis data deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan mengajar guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan Keterampilan mengajar guru dapat dicapai dengan supervisi akademik model lesson study, hal ini dapat dibuktikan dengan hasil refleksi ketuntasan kondisi awal 22,22%, menjadi 55,56% pada siklus I dan menjadi 88,89% pada siklus II. Kata kunci: Keterampilan guru, Supervisi akademik, Model Lesson Study
1. Pendahuluan Dalam upaya meningkatkan kualitas mutu pendidikan, perlu memperhatikan peningkatan kualitas guru. Sebab ”guru merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah.” Sejalan dengan pernyataan tersebut, Wina Sanjaya (2008: 9) menyatakan bahwa ” bagaimanapun sempurna dan idealnya kurikulum, tanpa diimbangi kemampuan guru untuk mengimplementasikannya, maka kurikulum tersebut akan kurang bermakna”. Keberhasilan mengimplementasikan kurikulum sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru. Tidak jarang banyak guru yang gagal dalam mengimplementasikan kurikulum disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas yang akan dilaksanakannya. Agar dapat mengimplementasi kurikulum dengan baik, maka guru harus mampu dalam menyusun program pengajaran, melaksanakan program pengajaran, dan melaksanakan penilaian secara benar. Ketika melaksanakan pembelajaran, ”guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan mengajar secara teori maupun praktik ” (Marno dan M. Idris, 2008: 65). Untuk itu, guru dituntut memiliki sejumlah keterampilan mengajar agar pelaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik. Keterampilan mengajar adalah ” keterampilan yang
harus dimiliki setiap individu yang berprofesi sebagai guru, yang sepintas dapat membedakan mana guru yang profesional dan mana yang bukan guru” (Wina Sanjaya, 2008: 155). Keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh seorang guru menurut Marno dan Idris (2008;75) meliputi : 1) keterampilan dasar membuka dan menutup pelajaran, 2) keterampilan dasar menjelaskan, 3) keterampilan dasar memberikan variasi, 4) keterampilan dasar memberikan penguatan, 5) keterampilan dasar bertanya, 6) keterampilan dasar mengelola kelas, 7) keterampilan dasar membimbing belajar perorangan, 8) keterampilan dasar membimbing kelompok kecil, 9) keterampilan membimbing belajar aktif. Dari uraian tersebut di atas, maka seorang guru yang profesional dituntut mampu menyusun program pengajaran secara benar, memiliki sejumlah keterampilan mengajar agar mampu melaksanakan pembelajaran secara baik, dan melaksanakan penilaian serta menindaklanjuti hasil penilaian secara benar yang digunakan sebagai alat untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran oleh peserta didik. Namun kenyataannya, berdasarkan hasil supervisi akademik yang peneliti lakukan sebagai Kepala Sekolah SD Negeri Kenongo, ditemukan permasalahan bahwa dari
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 193
9 guru yang ada, 8 guru atau 88,89% guru belum membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran secara rutin, 8 guru atau 88,89% guru belum memiliki sejumlah keterampilan mengajar secara baik dan 7 guru atau 77,78% belum melaksanakan analisis hasil evaluasi secara rutin. Sehingga dengan kondisi guru yang demikian, banyak siswa yang belum termotivasi secara baik dalam pembelajaran karena sebagian besar guru belum memiliki keterampilan mengajar secara baik. Penyebab dari masalah tersebut berdasarkan hasil diskusi peneliti dengan guru-guru adalah: 1) rendahnya kesadaran guru untuk belajar lebih lanjut, 2) kurangnya kesempatan para guru mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam meningkatkan profesionalitas, 3) kegiatan KKG belum berjalan secara rutin. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian tindakan sekolah perlu dilaksanakan agar permasalahanpermasalahan tersebut dapat segera diatasi. Jika masalah ini tidak segera diatasi dikhawatirkan berpengaruh terhadap kualitas belajar mengajar di kelas dan pada akhirnya berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
2. Materi dan Metode 2.1. Materi a. Keterampilan Mengajar Seorang guru dikatakan dapat mengajar dengan baik apabila memiliki sejumlah keterampilan mengajar yang dikuasainya. Jika seorang guru mampu menguasai sejumlah keterampilan mengajar baik secara teori maupun secara praktik maka abilitas seorang guru akan tampak. Menurut Depdiknas (2008: 18) bahwa ”abilitas adalah karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan”. Mengajar bagi seorang guru merupakan keterampilan yang memerlukan keahlian khusus yang ditempuh melalui pendidikan dan pengalaman. Oleh karena itu, tidak semua orang dapat menjadi guru yang baik. Untuk dapat melaksanakan tugas mengajar secara profesional, guru harus memiliki kemampuan dan keterampilan mengajar secara teori dan praktik Menurut pendapat E. Mulyasa (2008: 69) bahwa ”keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh”. Menurut peneliti, guru harus selalu berusaha untuk meningkatkan sejumlah keterampilan mengajarnya sehingga tuntutan sebagai guru profesional dapat dipenuhi. Keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh seorang guru meliputi: 1). Keterampilan dasar membuka dan menutup pelajaran, 2). Keterampilan dasar menjelaskan, 3). Keterampilan dasar memberikan variasi, 4). Keterampilan dasar memberikan penguatan, 5). Keterampilan dasar bertanya, 6). Keterampilan dasar
mengelola kelas, 7). Keterampilan dasar membimbing belajar perorangan, 8). Keterampilan dasar membimbing kelompok kecil, 9). Keterampilan membimbing belajar aktif. Selanjutnya dikatakan pula bahwa minimal seorang guru wajib memiliki lima keterampilan mengajar dari sembilan keterampilan mengajar ” (Marno dan M. Idris, 2008: 75). Menurut Turney dalam E. Mulyasa (2008:69) mengungkapkan delapan keterampilan mengajar yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, serta mengajar kelompok kecil dan perorangan”. Dari sejumlah keterampilan mengajar tersebut, minimal seorang guru mampu menguasai lima keterampilan mengajar yaitu (1) keterampilan membuka dan menutup pelajaran, (2) keterampilan menjelaskan, (3) keterampilan bertanya, (4) keterampilan memberikan penguatan, (5) keterampilan menggunakan variasi. b.
Lesson Study
Lesson study merupakan salah satu model pembinaan profesional guru dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Lesson study merupakan suatu kegiatan pembelajaran dari sejumlah guru dan pakar pembelajaran dan observasi serta refleksi terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Ada tiga tahap kegiatan pelaksanaan lesson study yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap refleksi. 1) Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan dilakukan identifikasi masalah yang dihadapi oleh guru dan perencanaan alternatif pemecahannya yang akan digunakan untuk melakukan kegiatan lesson study. Identifikasi masalah dalam tahap perencanaan tersebut dapat berkaitan dengan pokok bahasan yang relevan dengan kelas dan jadwal pelajaran, karakteristik siswa, suasana kelas, metode/pendekatan pembelajaran, media, alat peraga dan evaluasi proses dan hasil belajar. Pada saat peserta lesson study diskusi, maka akan muncul pendapat dan sumbang saran dari para guru dan pakar dalam kelompok tersebut untuk menetapkan pilihan yang akan diterapkan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Pada tahap ini, pakar dapat mengemukakan hal-hal penting/baru yang perlu diketahui dan diterapkan oleh para guru, seperti pendekatan pembelajaran konstruktif, pendekatan pembelajaran memandirikan belajar siswa, pembelajaran kontekstual, pengembangan life skill atau lainnya yang dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pemilihan tersebut.
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 194
2) Tahap Implementasi dan observasi Pada tahap implementasi dan observasi, seorang guru yang telah ditunjuk oleh kelompoknya, mengimplementasikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di kelas. Pakar dan guru lain melakukan observasi dengan menggunakan lembar obserIVasi yang telah dipersiapkan dan perangkat lain yang diperlukan. Para observer ini mencatat hal-hal positif dan negatif dalam proses pembelajaran, khususnya tentang tingkah laku/belajar siswa. Selain itu dilakukan rekaman video (audiovisual) yang mengclose up kejadian-kejadian khusus kepada siswa atau kelompok siswa selama pelaksanaan pembelajaran. 3) Tahap Refleksi Pada tahap ini, guru yang mengimplementasikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran diberi kesempatan untuk menyatakan kesan-kesannya selama melaksanakan pembelajaran, baik terhadap dirinya maupun terhadap siswa. Selanjutnya observer (guru lain dan pakar) menyampaikan hasil analisis data observasinya, terutama yang menyangkut kegiatan siswa selama kegiatan pembelajaran. Terakhir guru yang melakukan implementasi tersebut memberikan tanggapan balik atas komentar para observer. Hal yang penting dalam tahap refleksi ini adalah memperhitungkan kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun sebagai dasar untuk perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berikutnya. Apakah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tersebut telah sesuai dan dapat meningkatkan performance keaktifan siswa ? Jika belum ada kesesuaian, hal-hal apa saja yang belum sesuai. Apakah metode pembelajarannya, materi dalam lembar kerja siswa, media atau alat peraga, atau lainnya? Pertimbangan-pertimbangan ini selanjutnya digunakan untuk perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk kelas lain oleh guru dalam kelompok tersebut atau untuk perencanaan pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya. 2.2.
untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam menguasai keterampilan mengajar serta hasil penilaian peneliti dan peserta lesson study dalam melaksanakan lesson study oleh teman sejawat. Analisis deskriptif kualitatif dalam penelitian ini menggunakan statistik sederhana yang dipergunakan untuk menghitung nilai kemampuan guru dalam keterampilan mengajar serta penilaian peneliti dan peserta lesson study oleh teman sejawat. Teknik pengumpulan data meliputi panduan observasi, panduan wawancara, panduan penilaian jalannya lesson study dan tes pengukuran hasil belajar siswa. Instrumen pengumpul data meliputi: a. Instrumen observasi, sebagai alat untuk melihat kondisi guru dalam melaksanakan keterampilan mengajar. b. Instrumen wawancara, sebagai alat untuk mengumpulkan data tentang kondisi guru. c. Instrumen penilaian jalannya lesson study untuk melihat pelaksanaan lesson study yang dilakukan oleh peneliti. d. Instrumen hasil pelaksanaan post test, sebagai salah satu indikator keberhasilan belajar mengajar guru. e. Alat-alat dokumentasi seperti kamera dan tape recorder, sebagai perekam data-data penelitian yang dibutuhkan. Indikator kinerja dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini digunakan sebagai pedoman untuk mengukur apakah tindakan yang telah peneliti gunakan telah berhasil atau tidak dalam meningkatkan kemampuan keterampilan mengajar. Untuk itu, penelitian ini dikatakan berhasil jika: a. Minimal 80% dari guru-guru SD Negeri yang mengikuti lesson study mendapatkan rata-rata nilai baik atau amat baik dalam menguasai lima keterampilan mengajar, dengan klasifikasi: 85-100 75-84 65-74 55-64 <54
Metode
Subjek penelitian ini adalah guru-guru di SD Negeri Kenongo UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang pada semester I tahun pelajaran 2015/2016, berjumlah 9 orang. Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 bulan yaitu dimulai pada bulan Juli dan berakhir pada bulan Oktober tahun 2016 pada semester I tahun pelajaran 2015/2016. Observasi awal dilaksanakan pada bulan Juli dan Agustus 2016, Siklus I dilaksanakan pada bulan September 2016 dan Siklus II dilaksanakan pada bulan Oktober 2016. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan
A B C D E
Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
b. Minimal 80% dari siswa-siswa yang menjadi tempat berlangsungnya lesson study mendapat rata-rata nilai post test 60 atau lebih. c. Ada peningkatan rata-rata nilai keterampilan mengajar guru-guru SD Negeri Kenongo yang mengikuti lesson study.
3. 3.1
Hasil dan Pembahasan Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan hasil supervisi akademik yang peneliti laksanakan pada guru SD Negeri Kenongo UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Sedan selama 2 bulan yaitu bulan
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 195
Juli dan Agustus 2016 dengan fokus supervisi pada penguasaan keterampilan mengajar, diperoleh data bahwa sebagaian besar guru belum menguasai keterampilan mengajar sebagaimana yang diharapkan. Adapun hasil penilaian keterampilan mengajar guru pada kondisi awal dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1 Hasil Penilaian Keterampilan Mengajar Guru SD Kenongo Pada Kondisi Awal No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Guru Fakur, S.Pd Prayitno, S.Pd Alimin Huda, S.Pd Zuriyah, S.Pd Partono, S.Pd Winuriyah, S.Pd Suheri Purnomo, S.Pd Nur Hidayah, S.Pd Nasrikah, S.Pd
Nilai Ketrampilan Mengajar yang Diperoleh 1 2 3 4 5 63,2 75 68,3 80 75 68,4 75 73,3 74,3 70 66,3 73,8 76,7 74,3 67,5 57,9 62,5 66,7 65,7 65 75,8 76,3 76,7 74,3 77,5 77,9 78,8 78,3 85,7 77,5 68,4 75 73,3 88,6 62,5 71,6 75 73,3 88,6 60 57,9 82,5 65 65,7 60
Rata- Klasifik rata asi 72,3 72,2 71,7 63,6 76,1 79,6 73,6 73,7 66,2
C C C D B B C C C
Keterangan: 1. Membuka dan menutup pelajaran 2. Mejelaskan 3. Bertanya 4. Memberi Penguatan 5. Mengadakan variasi
Berdasar tabel 1 tampak bahwa hanya 2 guru yang memiliki kelayakan keetrampilan mengajar. Walaupun telah mencapai ketuntasan, Partono masih memiliki kelemahan dalam pemberian penguatan. Guru yang memiliki klasifikasi Baik (B) 2 orang guru atau 22,22%, guru yang memiliki klasifikasi Cukup (C) 6 orang atau 66,67% dan guru yang memiliki klasifikasi D (kurang) adalah 1 orang atau 11,11%.
3.2
Deskripsi Tiap Siklus
3.2.1 Deskripsi Siklus I a. Perencanaan Tindakan Pada tanggal 4 dan 5 September 2015, peneliti mengumpulkan guru SD Negeri Kenongo untuk merencanakan pelaksanaan siklus I. Hal-hal yang direncanakan sebelum pelaksanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut : 1) Menyampaikan permasalahan yang telah ditemukan oleh peneliti sewaktu melaksanakan supervisi akademik, yaitu keterampilan mengajar guru masih rendah. 2) Peneliti menjelaskan kepada guru tentang tindakan lesson study yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut. 3) Peneliti menjelaskan kepada guru tentang instrumen penelitian yang akan digunakan.
4) Peneliti bersama peserta lesson study membahas tentang jadwal mengajar bagi peserta lesson study pada siklus I. b. Pelaksanaan Tindakan Peneliti dan peserta lesson study melakukan tindakan sesuai dengan perencanaan tindakan siklus I, yaitu setiap peserta lesson study mengajar di kelasnya masing-masing sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, dan peneliti bersama peserta lesson study yang tidak mengajar melakukan pengamatan terhadap peserta lesson study yang sedang mengajar. Sedangkan teman sejawat mengamati jalannnya pelaksanaan lesson study. Pada akhir pembelajaran, peneliti melaksanakan post test kepada siswa yang dijadikan tempat mengajar peserta lesson study. Tabel 2: Hasil Penilaian Keterampilan Mengajar Guru SD Kenongo Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Guru Fakur, S.Pd Prayitno, S.Pd Alimin Huda, S.Pd Zuriyah, S.Pd Partono, S.Pd Winuriyah, S.Pd Suheri Purnomo, S.Pd Nur Hidayah, S.Pd Nasrikah, S.Pd
Nilai Ketrampilan Mengajar yang Diperoleh 1 2 3 4 5 73,7 75 81,7 82,9 75 74,7 75 78,3 77,1 70 73,7 76,3 76,7 74,3 67,5 63,2 67,5 66,7 65,7 65 75,8 76,3 76,7 74,3 77,5 77,9 78,8 78,3 85,7 77,5 73,7 75 76,7 88,6 62,5 73,7 76,3 73,3 88,6 60 64,2 82,5 65 65,7 62,5
Rata- Klasifik rata asi 77,6 75,0 73,7 65,6 76,1 79,6 75,3 74,4 68,0
B B C C B B B C C
Keterangan: 1. Membuka dan menutup pelajaran 2. Mejelaskan 3. Bertanya 4. Memberi Penguatan 5. Mengadakan variasi
Berdasar tabel 2 tampak bahwa 5 guru telah memiliki kelayakan keetrampilan mengajar. Guru yang memiliki klasifikasi Baik (B) 5 orang guru atau 55,56% dan guru yang memiliki klasifikasi Cukup (C) 4 orang atau 44,44%. c. Observasi/Pengamatan Peneliti mengkoordinir peserta lesson study melakukan pengamatan dan pencatatan KBM yang dilakukan oleh peserta lesson study lainnya. Pengamatan dan pencatatan dilakukan secara bersamaan ketika peserta lesson study sedang mengajar dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah dipersiapkan. Setelah selesai melakukan pengamatan, kemudian dilanjutkan dengan diskusi antara peneliti dengan peserta lesson study tentang pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan oleh peserta lesson study, mencatat semua kelemahan, baik ketidaksesuaian antara tindakan dengan rencana.
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 196
Tabel 3: Hasil Penilaian Kegiatan Supervisi Akademik Model Lesson Study Pada Siklus I No 1 2
Aspek Pengamatan
A
Menentukan identifikasi masalah Menyiapkan rencana supervisi akademik model lesson study 3 Menyampaikan tujuan supervisi akademik mpdel lesson study 4 Pemahaman keterampilan mengajar oleh peserta lesson study 5 Pendalaman materi keterampilan mengajar oleh peserta lesson study 6 Pelaksanaan diskusi peneliti bersama peserta lesson study setelah selesai melakukan observasi/pengamatan 7 Memfasilitasi guru untuk menemukan kelemahan pelaksaaan tindakan dan membuat simpulan 8 Memberikan kesempatan kepada peserta lesson study untuk menemukan gagasan secara leluasa 9 Pemberian penguatan kepada peserta lesson study pada waktu mengerjakan tugas 10 Kerjasama peneliti dan peserta lesson study dalam menentukan langkah selanjutnya Jumlah Nilai = (7x4)+(3x3) x 100 = = 28+9 x 100 = 37 x 100 =74 50 50 50
B x x
Hasil C D
E
x x x x x x x x 7
3
-
-
Dari hasil pengamatan teman sejawat kepada peneliti, ditemukan beberapa kekurangan-kekurangan aktivitas peneliti dalam melaksanakan lesson study yaitu: 1) Penjelasan tentang keterampilan mengajar oleh peneliti masih ada yang belum dipahami oleh para peserta lesson study, dan belum ada upaya yang efektif dalam meningkatkan pemahaman materi keterampilan mengajar oleh peneliti. 2) Peserta lesson study masih ada perasaan sungkan untuk menemukan kekurangan-kekurangan temannya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. d. Refleksi Setelah observasi/pengamatan selesai dilaksanakan, maka langkah selanjutnya adalah peneliti bersama peserta lesson study mengadakan refleksi. Refleksi pada siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, 12 September 2015, diisi dengan kegiatan mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan. Dari hasil evaluasi ditemukan hal-hal sebagai berikut : 1) Guru-guru SD Negeri Kenongo yang memiliki keterampilan mengajar dengan kategori baik sebanyak 5 orang guru (55,56%) dan yang memiliki keterampilan mengajar dengan kategori cukup baik sebanyak 4 orang guru (44,44%). 2) Rata-rata hasil post test siswa belum 80% dari seluruh mendapatkan rata-rata di atas 70 atau lebih, meskipun demikian ada peningkatan ratarata hasil post test antara kondisi awal dengan siklus I sebesar 4,2 atau 11,8 %. Sesuai dengan indikator kinerja dalam penelitian ini, maka:
a. Peningkatan keterampilan mengajar guru belum sesuai dengan indikator kinerja penelitian yang pertama yaitu minimal sebanyak 80 % guru yang menjadi peserta lesson study memperoleh nilai baik atau amat baik. b. Peningkatan nilai rata-rata post test siswa belum sesuai dengan indikator kinerja penelitian yaitu minimal 80% dari siswa-siswa mendapat rata-rata nilai post test 60 atau lebih. c. Jika dilihat dari indikator kinerja penelitian yang ketiga, maka hasil siklus I dikatakan berhasil karena ada peningkatan nilai rata-rata keterampilan mengajar bila dibandingkan dengan kondisi awal. Hal-hal yang menyebabkan penguasaan keterampilan mengajar pada siklus I belum berhasil adalah: a. Persiapan para peserta lesson study dalam menerapkan keterampilan mengajar masih kurang dikarenakan pemahaman peserta lesson study terhadap keterampilan mengajar kurang maksimal. b. Belum adanya latihan keterampilan mengajar yang intens dari para peserta lesson study sebelum maju di depan kelas. c. Menurut penilaian peneliti oleh teman sejawat bahwa dalam pelaksanaan lesson study, peserta masih belum memahami dan mendalami materi keterampilan mengajar secara optimal serta belum leluasa untuk menemukan kelemahan dari peserta lesson study yang lain. Dari hasil evaluasi dan refleksi siklus I, direncanakan untuk melakukan perbaikan pada siklus II.
3.2.2
Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan Tindakan Perencanaan tindakan siklus II dilaksanakan pada tanggal 8, 9 dan 10 Oktober 2015. Hal-hal yang direncanakan secara matang sebelum pelaksanaan tindakan siklus II oleh peneliti bersama peserta lesson study adalah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi permasalahan yang telah ditemukan oleh peneliti pada pelaksanaan siklus I. Dari hasil identifikasi tersebut, selanjutnya dirumuskan solusi untuk mengatasinya, yaitu: a) Pertanyaan-pertanyaan yang akan disampaikan pada siswa dipersiapkan secara tertulis oleh peserta lesson study. b) Melaksanakan latihan keterampilan mengajar dari para peserta lesson study sebelum maju di depan kelas. Pelaksanaan latihan disepakati pada Hari Selasa, 13 Oktober 2015. c) Peneliti mempersiapkan secara menarik materi pembinaan keterampilan mengajar dan lesson study dalam power point yang akan disampaikan pada siklus II. 2) Mengkaji lebih mendalam tentang instrumen lembar observasi keterampilan mengajar serta lembar penilaian peneliti oleh teman sejawat agar lebih dipahami oleh peserta lesson study.
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 197
3) Peneliti bersama peserta lesson study membahas tentang jadwal mengajar bagi peserta lesson study pada siklus II. b. Pelaksanaan Tindakan Peneliti dan peserta lesson study melakukan tindakan sesuai dengan skenario tindakan siklus II yaitu setiap peserta lesson study mengajar di kelasnya masingmasing sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, dan peneliti bersama peserta lesson study yang tidak mengajar melakukan pengamatan terhadap peserta lesson study yang sedang mengajar. Sedangkan teman sejawat mengamati jalannnya pelaksanaan lesson study. Pada akhir pembelajaran, peneliti melaksanakan post test kepada siswa yang dijadikan tempat mengajar peserta lesson study. Tabel 4: Hasil Penilaian Keterampilan Mengajar Guru SD Kenongo Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Guru Fakur, S.Pd Prayitno, S.Pd Alimin Huda, S.Pd Zuriyah, S.Pd Partono, S.Pd Winuriyah, S.Pd Suheri Purnomo, S.Pd Nur Hidayah, S.Pd Nasrikah, S.Pd
Nilai Ketrampilan Mengajar yang Diperoleh 1 2 3 4 5 74,7 76,3 85 82,9 77,5 74,7 78,8 78,3 80 70 74,7 78,8 80 74,3 70 73,7 75 78,3 74,3 75 75,8 76,3 76,7 74,3 77,5 77,9 78,8 78,3 85,7 77,5 73,7 78,8 76,7 91,4 65 74,7 78,8 75 88,6 60 65,3 82,5 66,7 65,7 65
Rata- Klasifik rata asi 79,3 76,4 75,6 75,3 76,1 79,6 77,1 75,4 69,0
B B B B B B B B C
Keterangan: 1. Membuka dan menutup pelajaran 2. Mejelaskan 3. Bertanya 4. Memberi Penguatan 5. Mengadakan variasi
Tabel 4 menunjukkan bahwa 8 guru telah memiliki kelayakan keetrampilan mengajar. Guru yang memiliki klasifikasi Baik (B) 8 orang guru atau 88,89% dan guru yang memiliki klasifikasi Cukup (C) hanya 1 orang atau 11,11%. c. Observasi/Pengamatan Pengamatan keterampilan mengajar dilakukan ketika peserta lesson study sedang mengajar dengan menggunakan instrumen pengamatan yang digunakan pada siklus II. Setelah selesai melakukan pengamatan, kemudian dilanjutkan dengan diskusi antara peneliti dengan peserta lesson study tentang pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan oleh peserta lesson study, mencatat semua kelemahan, baik ketidaksesuaian antara tindakan dengan rencana. Sedangkan hasil penilaian pelaksanaan lesson study oleh teman sejawat pada siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5 Hasil Penilaian Kegiatan Supervisi Akademik Model Lesson Study Pada Siklus II No 1 2
Aspek Pengamatan
A x x
B
Hasil C D
Menentukan identifikasi masalah Menyiapkan rencana supervisi akademik model lesson study 3 Menyampaikan tujuan supervisi akademik x mpdel lesson study 4 Pemahaman keterampilan mengajar oleh x peserta lesson study 5 Pendalaman materi keterampilan mengajar x oleh peserta lesson study 6 Pelaksanaan diskusi peneliti bersama peserta x lesson study setelah selesai melakukan observasi/pengamatan 7 Memfasilitasi guru untuk menemukan x kelemahan pelaksaaan tindakan dan membuat simpulan 8 Memberikan kesempatan kepada peserta x lesson study untuk menemukan gagasan secara leluasa 9 Pemberian penguatan kepada peserta lesson x study pada waktu mengerjakan tugas 10 Kerjasama peneliti dan peserta lesson study x dalam menentukan langkah selanjutnya Jumlah - 8 2 Nilai = (9x5)+(1x4) x 100 = = 45+4 x 100 = 49 x 100 = 98 50 50 50
-
E
-
d. Refleksi Kegiatan refleksi pada siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, 17 Oktober 2015 diisi dengan kegiatan mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada siklus II. Dari hasil evaluasi ditemukan hal-hal sebagai berikut: 1) Guru yang mendapatkan nilai keterampilan mengajar dengan kategori amat baik (A) sebanyak 0 orang (0 %), kategori baik (B) sebanyak 8 orang (88,89%) dan kategori kurang (C) sebanyak 1 orang (11,11%). 2) Rata-rata hasil post test siswa telah 100% dari seluruh kelas IV mendapatkan rata-rata di atas 60 atau lebih. 3) Ada peningkatan yang signifikan kemampuan guru dari setiap siklusnya. Sesuai dengan indikator kinerja dalam penelitian ini, maka: a. Peningkatan keterampilan mengajar pada siklus II telah sesuai dengan indikator kinerja penelitian yang pertama yaitu minimal sebanyak 80% guru yang menjadi peserta lesson study memperoleh nilai baik atau amat baik. b. Peningkatan nilai rata-rata post test siswa telah sesuai dengan indikator kinerja penelitian yang kedua yaitu minimal 80% dari siswa-siswa mendapat rata-rata nilai post test 60 atau lebih.
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 198
c. Jika dilihat dari indikator kinerja penelitian yang ketiga, maka hasil setiap siklusnya terjadi peningkatan nilai keterampilan mengajar yang signifikan. Hal yang menyebabkan keterampilan mengajar pada siklus II telah berhasil sebab pada siklus II adalah pembekalan ulang tentang materi keterampilan bertanya, dan lesson study, ada latihan keterampilan mengajar sebelum mengajar di depan kelas, dan pertanyaanpertanyaan yang akan disampaikan telah dipersiapkan secara tertulis. Di samping itu, menurut penilaian oleh teman sejawat bahwa penampilan peneliti dalam pelaksanaan lesson study pada siklus II, sangat berhasil dan menarik dalam menjelaskan tentang keterampilan mengajar, dan pelaksanaan lesson study.
3.3 Pembahasan Berdasarkan diskripsi pada hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa dengan melaksanakan supervisi akademik model lesson study pada guru, terbukti meningkatkan keterampilan mengajarnya, yang selanjutnya berdampak pada peningkatan kualitas hasil belajar peserta didik. Pembahasan hasil penelitian oleh peneliti didasarkan atas pengalaman peneliti sebagai kepala sekolah, dan didasarkan pada teori-teori yang sudah ada, baik pada buku-buku referensi maupun pendapat dari orang yang ahli dalam bidang penelitian ini. Adapun pembahasan hasil penelitian adalah sebagai berikut: Hasil penelitian pertama bahwa keterampilan mengajar guru meningkat dengan penerapan supervisi akademik model lesson study. Hal ini terjadi karena dalam pelaksanaan lesson study “telah terjadi pengkajian pembelajaran antara kepala sekolah selaku peneliti dengan para guru secara kolaboratif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community” (Tim Lesson Study LPMP Jawa Tengah, 2007:1). Lesson study merupakan suatu kegiatan pembelajaran dari sejumlah guru dan pakar pembelajaran dan observasi serta refleksi terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Sehingga dalam pelaksanaan lesson study, kepala sekolah tidak berperan sebagai atasan tetapi berperan sebagai mitra dalam memecahkan masalah yang dihadapi guru, sedangkan guru peserta lesson study lebih aktif memecahkan permasalahan-permasalahan bersama rekan guru yang lain atas bimbingan kepala sekolah. Dengan kegiatan lesson study semacam itu, guru akan timbul kesadarannya untuk melakukan perubahanperubahan demi peningkatan kemampuannya. Perubahan peningkatan guru yang didasarkan atas kesadaran sendiri lebih baik dari pada perubahan karena pengaruh/dorongan
dari luar. Menurut pendapat Dwi Sugianto (2014:47) menyatakan bahwa “bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.” Dengan demikian kegiatan lesson study akan sangat berpengaruh bagi suksesnya pembinaan yang dilakukan oleh pengawas sekolah terhadap guru-gurunya. Dalam kegiatan lesson study, ada tiga tahap kegiatan pelaksanaan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap refleksi. Di mana, masing-masing tahap tersebut semua guru peserta lesson study ikut terlibat sehingga dari sejak awal guru-guru tersebut mengetahui rencana apa yang akan ditingkatkan berkaitan dengan peningkatan kemampuannya, kemudian dia melaksanakannya di depan kelas tentang rencana yang akan dilakukan, dan rekan guru lain ikut mengawasi dan menilai pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya serta melaksanakan refleksi bersama rekan guru yang lain terhadap kegiatan yang telah dilakukan, sedang peran pengawas sekolah lebih berperan sebagai konsultan yaitu memberikan jalan keluar terhadap permasalahanpermasalahan yang belum bisa dipecahkan oleh guru. Dari tahap kegiatan lesson study semacam itu, sangat sejalan dengan prinsip-prinsip pelaksanaan supervisi klinis. Dalam supervisi klinis, ada enam prinsip yang harus dilaksanakan yaitu “a) hubungan konsultatif, kolegial, dan bukan hirarkis; b) dilaksanakan secara demokratis; c) terpusat pada guru; d) didasarkan pada kebutuhan guru; e) umpan balik didasarkan data hasil observasi; dan e) bersifat bantuan profesional” (Depdikbud, 1999: 132). Salah satu ciri keberhasilan seorang kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik bila dalam supervisi tersebut, pengawas sekolah mampu meningkatkan kesadarannya untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya. Peningkatan kesadaran tersebut, ternyata dapat dicapai lewat pelaksanaan lesson study. Di samping itu, dengan pengawas melaksanakan supervisi akademik model lesson study berarti pengawas sekolah menerapkan pendekatan kolaboratif dalam pembinaan kepada guru-guru yang dibinanya. Dalam pendekatan ini, baik supervisor maupun guru bersama-sama untuk sepakat menetapkan struktur proses dan kriteria dalam melaksanakan proses itu. Dengan guru dilibatkan dalam proses tersebut, maka terjadi hubungan dua arah yaitu hubungan antara kepala sekolah dengan guru dan hubungan guru dengan guru. Dengan demikian penerapan model lesson study dapat meningkatkan peran serta guru dalam memecahkan masalah yang ada pada dirinya, yang secara otomatis akan menimbulkan tanggung jawab yang besar untuk memperbaiki dirinya berdasarkan kesadaran bukan paksaan. Hal ini sejalan dengan pandangan psikologi kognitif bahwa belajar adalah perpaduan antara
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 199
kegiatan individu dengan lingkungan yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap pembentukan aktivitas individu. Hasil penelitian kedua bahwa dengan meningkatnya keterampilan mengajar guru meningkat pula kualitas hasil belajar anak. Hal ini dapat dipahami karena jika guru meningkat dalam keterampilan mengajarnya akan terjadi pembelajaran yang efektif dengan kualitas belajar yang optimal aktif, sehingga peserta didik memiliki daya serap yang optimal terhadap pelajaran yang diikuti dan pada akhirnya hasil belajar peserta didik menjadi lebih optimal. Jika seorang guru telah menguasai keterampilan mengajar secara baik berarti guru tersebut telah mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran secara baik. Guru yang mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran secara baik berarti guru tersebut telah mampu membuat siswa aktif, baik aktif fisik maupun mental dan pada gilirannya dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa yang bermakna. Hal ini sejalan dengan pendapat Marno dan M. Idris (2008:170) bahwa“ ada korelasi signifikan antara kegiatan mengajar guru dan kegiatan belajar siswa.” Dengan demikian bila keterampilan mengajar guru meningkat maka meningkat pula kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran.
4. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, ternyata telah terjadi: 1). Peningkatan kemampuan guru SD Negeri Kenongo dalam menguasai keterampilan mengajar akibat dari tindakan pelaksanaan supervisi akademik model lesson study dari siklus I ke siklus II dan mencapai target minimal yang telah ditetapkan dalam indikator kinerja penelitian yaitu minimal 80% guru peserta lesson study telah mendapatkan nilai keterampilan mengajar baik atau amat baik, dan 2). Peningkatan prestasi belajar siswa sebagai akibat peningkatan keterampilan mengajar gurunya dari siklus I ke siklus II, dan mencapai terget minimal yang telah ditetapkan dalam indikator kinerja penelitian yaitu 80% rata-rata post test siswa mendapatkan rata-rata nilai minimal 60, serta 3). Peningkatan rata-rata nilai keterampilan mengajar guru yang mengikuti kegiatan lesson study pada setiap siklusnya. Dengan terpenuhinya semua indikator keberhasilan kinerja penelitian, maka disimpulkan bahwa dengan pelaksanaan supervisi akademik model lesson study secara tepat dapat meningkatkan keterampilan mengajar bagi guru SD Negeri Kenongo UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Pancur Tahun pelajaran 2015/2016. Pada akhir pelaksanaan kegiatan lesson study, semua peserta lesson study memberikan respon yang positif terhadap kegiatan supervisi akademik model lesson study
dan mereka mengharapkan agar pelaksanaan lesson study diterapkan pada masalah-masalah lain yang dihadapi oleh teman-teman guru SD Lain. Dengan demikian kegiatan supervisi akademik model lesson study memberikan dampak yang positif terhadap usaha peningkatan profesional guru. Di samping itu, pelaksanaan supervisi akademik model lesson study dapat menciptakan hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkhis antara pengawas sekolah dengan peserta lesson study. Hubungan semacam itu diharapkan terwujud dalam setiap pelaksanaan supervisi akademik sebab jika hubungan semacam itu terwujud dalam pelaksanaan supervisi akademik, maka guru akan tergugah kesadarannya untuk meningkatkan kinerjanya tanpa ada paksaan dari orang lain. Melakukan suatu pekerjaan tanpa paksaan dari orang lain lebih berhasil dari pada melakukan pekerjaan karena diperintah oleh pengawas sekolah atau atasannya. Peningkatan kualitas hasil belajar siswa akibat peningkatan keterampilan mengajar seorang guru adalah hal yang logis dan pasti ada korelasinya antara peningkatan keterampilan mengajar guru dengan peningkatan kualitas hasil belajar siswa. Sebab guru yang termotivasi dengan baik atas kesadarannya sendiri dan memiliki keterampilan mengajar yang baik akan berpengaruh terhadap kinerjanya dalam hal perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian hasil pembelajaran. Jika kinerja guru terpenuhi dengan baik maka akan berdampak pada kualitas proses pembelajaran dan pada akhirnya berdampak pada kualitas hasil pembelajaran.
Referensi Akbar, Sakdun. 2009. Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Tuban: Universitas PGRI Ronggolawe Tuban. Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung: Irama Widya. Arifin, Zaenal. Metodologi Penelitian Pendidikan: Filosofi, Teori dan Aplikasinya. Surabaya: Lentera Cendikia. -------------. 2009. Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Bandung: Irama Widya. Aqib, Zainal dan Rohmanto, Elham. 2007. Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah. Bandung: Irama Widya. Depdikbud. 1999. Panduan Manajemen Sekolah. Jakarta Depdiknas. 2008. Petunjuk Teknis Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research) Peningkatan Kompetensi Supervisi Pengawas Sekolah SMA/SMK. Jakarta. -----------. 2008. Penilaian Kinerja Guru. Jakarta. -----------. 2009. Dimensi Kompetensi Penelitian dan Pengembangan. Jakarta. -----------. 2009. Dimensi Kompetensi Supervisi Akademik. Jakarta. Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, M. Sobry. 2007. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung: PT Refika Aditama. Isjoni, dkk. 2007. Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
DIDAKTIKA PGRI, 2, (1), 2016, 200
Kamilah. 2008. Upaya Peningkatan Kinerja Guru Melalui Supervisi Akademik Model Lesson Study di SD Kaliboyo 1 dan 2 Kecamatan Tulis Kabupaten Batang. Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Randung: PT Remaja Rosdakarya. Marno dan Idris, M. 2008. Strategi & Metode Pengajaran: Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Group. Subyantoro. 2009 . Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Universitas Diponegoro.. Sugianto, Dwi. Belajar dan Pembelajaran 1. Tuban: Universitas PGRI Ronggolawe Tuban. Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.