Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
Peningkatan Kemantapan Agregat Tanah pada Ultisol melalui Aplikasi Ara Sungsang (Asystasia gangetica (L.) T. Anders.) Improvement of Aggregate Stability in Ultisol through Application of China Violet (Asystasia gangetica (L.) T. Anders.) Heri Junedi1*) Nyimas Myrna Elsa Fathia1) 1 Fakultas Pertanian , Universitas Jambi, Mendalo Darat, Jambi 36361, Indonesia *) Corresponding author:
[email protected] ABSTRACT This study aimed to examine the effect of china violet on soil aggregate stability of Ultisol and to identify the appropriate dose of china violet to increase the the soil aggregate stability of Ultisol. The experiment was conducted at the experimental station of the Faculty of Agriculture, University of Jambi. The polybag treatments were arranged in a completely rondomized design consisting of 5 treatments giving of china violet 0 %, 0.25 %, 0.50 %, 0.75 %, and 1.00 %. Observed variables including soil organic matter content, soil bulk density, soil total porosity, percent soil aggregation, and soil aggregate stability. The results of study showed that the application of china violet can improve the soil aggregate stabilityof Ultisol. The best result was achieved by application of 1 % of china violet equal to 20 Mg ha-1 of china violet. Keywords: china violet, soil aggregate stability, planting season,Ultisol ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menelaah pengaruh ara sungsang terhadap kemantapan agregat tanah pada Ultisol dan mengidentifikasi takaran ara sungsang yang tepat untuk meningkatkan kemantapan agregat tanah pada Ultisol. Penelitian dalam polibag dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan pemberian ara sungsang yaitu 0 %; 0,25 %; 0,50 %; 0,75 %; 1,00 % dengan 4 ulangan. Variabel yang diamati meliputi kandungan bahan organik tanah, bobot isi tanah, total ruang pori tanah, persen agregat tanah terbentuk, dan kemantapan agregat tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ara sungsang mampu meningkatkan kemantapan agregat Ultisol. Perlakuan terbaik adalah dengan pemberian ara sungsang sebanyak 1 % atau setara dengan 20 ton ara sungang ha-1 . Kata kunci: ara sungsang, kemantapan agregat, musim tanam,Ultisol PENDAHULUAN Luas lahan kering di Indonesia diperkirakan mencapai 148 juta ha (Abdurachman et al.(2008) yang mempunyai potensi besar untuk menunjang pembangunan pertanian di Indonesia (Dariah et al., 2004). Hal ini didukung oleh Santoso dan Sofyan (2005), bahwa salah satu alternatif pilihan yang diharapkan dapat meningkatkan potensi produksi tanaman dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan adalah pendayagunaan lahan kering. Dari beberapa ordo tanah, terdapat tiga ordo tanah yang mendominasi lahan kering di Indonesia yaitu Inceptisol, Oxisol, dan Ultiso dimana menurut Prasetyo et al. (2005), Ultisol
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
merupakan ordo tanah yang penyebarannya tergolong paling luas di Indonesia yaitu mencapai 45,79 juta ha. Ditinjau dari segi luasnya, Ultisol memang mempunyai potensi yang cukup besar dalam pengembangan budidaya pertanian, akan tetapi dalam pengelolaannya Ultisol menghadapi kendala baik sifat fisik, kimia maupun biologi. Kendala sifat fisik pada Ultisol adalah kemantapan agregat yang rendah sehingga tanah mudah padat, total ruang pori yang rendah, permeabilitas yang lambat, dan daya pegang air yang rendah. Kemantapan agregat tanah dapat didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk bertahan terhadap gaya-gaya yang akan merusaknya. Agregat tanah yang mantap akan mempertahankan sifat-sifat tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman, seperti porositas dan ketersediaan air lebih lama dibandingkan dengan agregat tanah tidak mantap (Rachman dan Abdurachman, 2006). Agregat yang stabil dapat menciptakan lingkungan fisik yang baik untuk perkembangan akar tanaman. Tanah yang agregatnya kurang stabil bila terkena gangguan maka agregat tanah tersebut akan mudah hancur. Butir-butir halus hasil hancuran akan menghambat pori-pori tanah sehingga bobot isi tanah meningkat, aerasi buruk dan permeabilitas menjadi lambat (Santi et al., 2008). Mengingat pentingnya kemantapan agregat dalam tanah, maka perlu upaya untuk memperbaikinya. Salah satu upaya untuk memperbaiki kemantapan agregat adalah dengan pemberian bahan organik. Menurut Suryani (2007), bahan organik berperan terhadap proses pembentukan dan mempertahankan kestabilan struktur tanah, menciptakan drainase yang baik sehingga mudah melalukan air, dan mampu memegang air lebih banyak. Refliaty dan Marpaung (2010) berpendapat bahwa, bahan organik sangat berperan pada proses pembentukan dan pengikatan serta penstabilan agregat tanah. Sedangkan Lumbanraja (2012) menyatakan bahwa bahan organik merupakan pemantap agregat tanah, pengatur aerasi dan cenderung meningkatkan jumlah air tersedia bagi tanaman. Lebih dari itu, bahan organik tanah berfungsi sebagai pengikat butiran primer tanah menjadi butiran sekunder dalam pembentukan agregat yang mantap (Nurhayati dan Salim, 2012). Salah satu sumber bahan organik adalah pupuk hijau yang telah terbukti meningkatkan kemantapan agregat tanah dan sifat fisik tanah lainnya. Pupuk hijau dapat bersumber dari sisa-sisa tanaman, baik ditanam secara khusus ataupun yang tumbuh secara liar. Beberapa tanaman pupuk hijau yang telah terbukti dapat meningkatkan kemantapan agregat tanah antara lain adalah Gamal (Gliricia sepium) dan Mucuna sp. Gamal dapat meningkatkan persen agregat terbentuk (Yulnafatmawita et al., 2008), stabilitas agregat, dan permeabilitas tanah (Muchtar dan Soelaeman, 2010). Sedangkan Mucuna sp. dapat meningkatkan kemantapan agregat tanah (Refliaty dan Zurhalena, 2011). Ara sungsang (Asystasia Gangetica (L.) T. Anderson), gulma yang sering mengganggu perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu alternatif lain yang dapat digunakan sebagai pupuk hijau karena kandungan bahan organiknya yang cukup tinggi yakni sekitar 65%. Selain itu tumbuhan ini juga mengandung 2,06% N, dan 1,57% K (Islamiyah (2011). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ara sungsang mampu meningkatkan permeabilitas tanah (Pasaribu, 2012) dan ketersediaan air tanah (Junedi, 2014). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ara sungsang mampu memperbaiki beberapa sifat fisik tanah. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah apakah ara sungsang juga berpengaruh terhadap sifat fisik tanah lain seperti kemantapan agregat Ultisol dan tujuan penelitian ini juga mengidentifikasi takaran ara sungsang yang tepat untuk meningkatkan kemantapan agregat Ultisol.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi menggunakan polibag dari bulan Agustus 2013 sampai dengan Januari 2014. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan pemberian ara sungsang dengan dosis ) 0,00 %; 0,25 %; 0,50 %; 0,75 %; dan 1,00 % dari berat media tanam dengan 4 ulangan, sehingga terdapat sebanyak 20 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan dibuat 3 seri, dimana polibag pertama dan polibag kedua tanpa tanaman sedangkan polibag ketiga ditanami kacang tanah. Penelitian ini merupakan rangkaian penelitian yang mengamati sifat fisik dan sifat kimia tanah serta hasil kacang tanah. Polibag pertama mewakili musim tanam pertama dan polibag kedua mewakili musim tanam kedua. Akan tetapi tulisan ini hanya mengamati dan membahas sifat fisik tanah pada musim tanam pertama sehingga pengamatan dan pembahasan hanya dilakukan untuk polibag pertama, sedangkan polibag kedua akan dilakukan pengamatan saat panen musim tanam kedua. Ultisol. Ultisol diambil dari tempat yang sudah lama tidak mendapat perlakuan pemberian pupuk dan atau amelioran lainnya. Tanah terlebih dahulu dibersihkan dari penutupan vegetasi, akar-akar tanaman atau serasah. Tanah yang digunakan diambil dari permukaan tanah (top soil) dari lapisan 0-30 cm secara komposit kemudian dikering anginkan dan diayak dengan ayakan tanah ukuran 2 mm. Perlakuan pemberian ara sungsang dengan takaran berat kering mutlak (tanpa air), sedangkan ara sungsang yang diberikan dalam keadaan segar (mengandung air). Oleh karena itu sebelum perlakuan diberikan, terlebih dahulu ditentukan kadar air ara sungsang. Banyaknya ara sungsang yang diberikan pada setiap polibag untuk masing-masing perlakuan adalah a1 = 109 gram, a2 = 218 gram, a3= 327 gram, dan a4 = 436 gram. Untuk perlakuan a0 = tanpa pemberian ara sungsang. Penelitian ini menggunakan tanah sebanyak 12,5 kg kering mutlak atau 14 kg kering angin. Tanah dan ara sungsang dicampur rata, lalu dimasukkan ke dalam polibag ukuran diameter 25 cm tinggi 40 cm dengan tinggi tanah dalam polibag 30 cm. Tanah dalam polibag kemudian ditambahkan air sampai tanah jenuh air. Selanjutnya setelah dua hari dilakukan penyiraman setiap hari berdasarkan kehilangan air pada tiap polibag per hari sebanyak 245 ml. Pengambilan sampel tanah dilakukan pada saat 104 hari setelahpemberian perlakuan. Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan variabel tanah berikut metode yang digunakan yaitu: C-organik (Walkley and Black); bobot isi (ring sampel); total ruang pori (gravimetri); persen agregat tanah terbentuk (pengayakan kering), kemantapan agregat tanah (pengayakan tunggal). Analisis data. Analisis data dilakukan dengan sidik ragam pada taraf kepercayaan 95 % (α = 5%) untuk melihat pengaruh aplikasi ara sungsang. Perbedaan antar perlakuan diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf kepercayaan 95 % untuk mendapatkan takaran ara sungsang yang terbaik untu. HASIL 1. Pengaruh aplikasi ara sungsang terhadap kandungan bahan organik tanah, bobot isi tanah, dan total ruang pori tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ara sungsang ke dalam tanah berpengaruh terhadap bahan organik tanah, bobot isi tanah, dan total ruang pori tanah. Pemberian ara sungsang dengan berbagai takaran mengakibatkan peningkatan bahan
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
organik tanah, bobot isi tanah, dan total ruang pori tanah (Tabel 1). Semakin tinggi takaran ara sungsang yang diaplikasikan ke dalam tanah, semakin tinggi bahan organik tanah dan total ruang pori tanah serta semakin rendah bobot isi tanah. Tabel 1. Pengaruh ara sungsang terhadap kandungan bahan organik tanah, bobot isi tanah, dan total ruang pori tanah Takaran ara sungsang (%) 0,00 0,25 0,50 0,75 1,00
bahan organik (%) 3,09 a 3,39 a 3,72 b 3,94 b 4,07 b
total ruang pori (%) 55,57 a 57,21 b 57,58 b 58,29 b 58,83 b
bobot isi (g cm-3) 1,15 a 1,11 ab 1,09 bc 1,07 c 1,06 c
Keterangan: Angka-angka di dalam kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf 5%.
2. Pengaruh applikasi ara sungsang terhadap persen agregat terbentuk dan kemantapan agregat 1-2 mm Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pemberian ara sungsang dapat meningkatan persen agregat terbentuk dan kemantapan agregat tanah ukuran 1-2 mm (Tabel 2). Semakin tinggi takaran ara sungsang yang diaplikasikan ke dalam tanah, semakin tinggi pula persen agregat terbentuk dan kemantapan agregat ukuran 1-2 mm. Tabel 2. Pengaruh ara sungsang terhadap persen agregat terbentuk dan kemantapan agregat tanah ukuran 1-2 mm Takaran ara sungsang (%) 0,00 0,25 0,50 0,75 1,00
Persen Agregat Terbentuk 9,37 a 16,02 b 26,95 c 35,00 d 44,48 e
Kemantapan Agregat Tanah 1-2 mm 70,51 a 79,73 b 83,03 bc 86,04 cd 88,96 d
Keterangan: Angka-angka di dalam kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT pada taraf 5%.
PEMBAHASAN Peningkatan kandungan bahan organik anah seperti yang terlihat pada Tabel 1 ada kaitannya dengan takaran ara sungsang yang diberikan ke dalam tanah. Hasil penelitian Zhang et al. (2007), Mosavi et al. (2009) dan Talgre et al. (2009) menunjukkan bahwa pemberian pupuk hijau mampu meningkatkan bahan organik tanah. Peningkatan kandungan bahan organik tanah ini seiring dengan peningkatan total ruang pori tanah dan berbanding terbalik dengan bobot isi tanah. Hal ini karena pemberian ara sungsang dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah. Hasil penelitian Zeng et al. (2012) dan Hababi et al. (2013) menunjukkan bahwa, pemberian bahan organik berupa pupuk hijau mampu menurunkan bobobt isi tanah dan meningkatkan total ruang pori tanah. Menurut Zulkarnain et al. (2013) bahwa bahan organik dalam tanah semakin lama akan mengalami dekomposisi dan menghasilkan humus. Humus berperan dalam
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
pengikatan partikel-partikel tanah didalam proses agregasi tanah, sehingga dapat mengubah susunan padatan tanah. Adanya perubahan volume tanah yang semakin ringan, sehingga berpengaruh terhadap berat volume/bobot isi tanah. Hal ini memperkuat hasil penelitian Lumbanraja (2012) yang menyatakan dengan adanya aplikasi bahan organik berupa pupuk kandang sapi 7,5 ton ha-1 mampu menurunkan berat volume tanah dari 1,13 g cm-3 menjadi 1,08 g cm-3. Tabel 2 menunjukkan terjadinya peningkatan pembentukan agregat tanah dan kemantapan agregat tanah ukuran 1-2 mm. Pembentukan agregat tanah ini erat kaitannya dengan penambahan bahan organik tanah sebab tingkat agregasi tanah sangat dipengaruhi oleh pemberian bahan organik. Hasil penelitian Albiach et al. (2001), bahan organik tanah merupakan pengikat tanah yang baik sehingga terbentuk agregat. Penelitian Wei et al. (2006) menunjukkan bahwa sisa tanaman dapat meningkatkan agregasi tanah. Menurut Lumbanraja (2012) bahwa bahan organik berperan dalam merangsang granulasi agregat tanah dan pembentukan struktur mikro atau struktur kersai tanah. Selanjutnya, Zulkarnain et al. (2013) menyatakan bahwa bahan organik yang ditambahkan ke tanah mengalami proses dekomposisi dan menghasilkan substansi organik yang berperan sebagai “perekat” dalam proses agregasi tanah. Humus mempunyai gugus fungsional yang bermuatan negatif dan dapat berikatan dengan partikel tanah yang bermuatan positif, membentuk agregat tanah. Peningkatan kemantapan agregat tanah ukuran 1-2 mm karena kandungan bahan organik dalam ara sungsang mampu mempengaruhi kemantapan agregat tanah. Suriadikarta dan Simanungkalit (2006) menyatakan bahwa bahan organik dapat berperan sebagai “pengikat” butiran primer menjadi butir sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Menurut Wuddivira dan Camps (2007) dan Yulnafatmawita et al. (2008), peningkatan bahan organik akan mengakibatkan agregat tanah menjadi mantap. Sutedjo dan Kartasapoetra (2010) juga menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam tanah-tanah mineral pada umunya hanya menunjukkan kadar persentase yang sedikit, namun peranannya tetap besar dalam mempengaruhi sifat fisika tanah, antara lain kemantapan agregat tanah. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan adalah ara sungsang mampu meningkatkan persen agregat terbentuk dan kemantapan agregat Ultisol setelah ara sungsang diaplikasikan ke dalam tanah selama 104 hari, yang didukung oleh menurunnya kepadatan tanah yang tergambar dari penurunan bobot isi tanah dan peningkatan total ruang pori tanah. Takaran ara sungsang 1,00 % dari berat tanah atau setara dengan 20 ton ara sungsang ha-1 merupakan takaran terbaik untuk meningkatkan persen agregat terbentuk dan kemantapan agregat Ultisol DAFTAR PUSTAKA Abdurachman A, Dariah A, Mulyani A. 2008. Strategi dan teknologi pengelolaan lahan kering mendukung pengadaan pangan nasional. Jurnal Litbang Pertanian 27(2): 4349. Albiach R, Canet R, Pomares F, Ingelmo F. 2001. Organic matter components and aggregate stability after the application of different amandemants to a horticultural soil. Bioresource Techno 76: 125-129. Dariah A, H Subagyo, C Tafakresnanto dan S Marwanto. 2004. Kepekaan tanah terhadap erosi. Dalam Kurnia U, A Rachman dan A Dariah (editor). Teknologi Konservasi
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
Tanah pada Lahan Kering Berlereng. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor, 7-30. Hababi A, Javanmard A, Mosavi SB, Rezaei M, Sabaghnia N. 2013. Effect of green manure on some soil physicochemical characteristics. International Journal of Agronomy and Plant Production 4 (11): 3089-3095. Junedi H. 2014. Pengaruh Ara Sungsang (Asystasia gangetica (L.) T. Anders.) terhadap kadar air tersedia dan hasil kacang tanah pada Ultisol. Dalam: Herlinda S, Suwandi, FH Taqwa, Tanbiyaskur, E Handayanto, HM Sarjan, N Aini, Rajiman, Mardhiana (eds.). Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Pengembangan Teknologi Pertanian yang Inklusif untuk Memajukan Petani Lahan Suboptimal. Palembang, 26-27 September 2014, 400-407. Islammiyah. 2011. Penggunaan Asystasia gangetica (L.) T. Anderson sebagai pupuk hijau untuk memperbaiki beberapa sifat kimia Ultisol dan hasil kedelai (Glycine max (L.) Merill). [skripsi. Jambi: Universitas Jambi. Lumbanraja, P. 2012. Pengaruh pemberian pupuk kandang sapi dan jenis mulsa terhadap kapasitas pegang air tanah dan pertumbuhan tanaman kedelai (Glicine max L) Var. Willis pada tanah Ultisol Simalingkar. JURIDIKTI 5(2): 58-72. Mosavi SB, Jafarzadeh AA, Neishabori MR, Ostan SH, 2009. Application of rye green manure in wheat rotation system alters soil water content and chemical characteristics under dryland condition in Maragheh. Pak. J. Biol. Sci., 12(2):178182. Muchtar and Soelaeman Y. 2010. Effects of Green manure and Clay on the Soil Characteristics, Growth and Yield of Peanut at the Coastal SandySoil. Jurnal Tanah Tropika 139-146.http://journal.unila.ac.id/index.php/tropicalsoil. [diakses 18 Agustus 2014]. Nurhayati dan A Salim. 2012. Pemanfaatan produk samping pertanian sebagai pupuk organik berbahan lokal di Kota Dumai Provinsi Riau. Dalam Putu Wigena IG, NL Nurida, D Setyorini, Husnain, E Husen, E Suryani (eds.). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pemupukan dan Pemulihan Lahan Terdegradasi. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor, 29-30 Juni 2012, 551-560. Rachman A dan Abdurachman A. 2006. Penetapan Kemantapan Agregat Tanah. Dalam Kurnia U, F Agus, Abudarachman A dan A Dariah (eds.). Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor, 6374. Refliaty dan Marpaung EJ. 2010. Kemantapan agregat Ultisol pada beberapa penggunaan lahan dan kemiringan lereng. J. Hidrolitan 1(2): 35-42. Refliaty dan Zurhalena. 2011. Pengaruh pemberian pupuk hijau (Mucuna sp dan Laucaena glauca) terhadap sifat fisik Ultisol dan hasil jagung. Di dalam: Zulkifli, Zulkarnain, D Napitupulu, M Latief (eds.). Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Dosen Pertanian. Jambi, 19 Februari 2011, 183 – 192. Prasetyo BH, Subardja D, Kaslan B. 2005. Ultisols bahan volkan andesitik : diferensiasi potensi kesuburan dan pengelolannya. J. Tanah dan Iklim,23:1-12. Prasetyo BH dan Suriadikarta DA. 2006. Karakteristik, potensi, dan teknologi pengelolaan tanah Ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. J. Litbang Pertanian 25(2): 39-47. Santi LP, Dariah A dan Goenadi DH. 2008. Peningkatan kemantapan agregat tanah mineral oleh bakteri penghasil eksopolisakarida. Menara Perkebunan 76(2): 93-103.
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015 ISBN: 979-587-580-9
Santoso D dan Sofyan A. 2005. Pengelolaan hara tanaman pada lahan kering. Dalam Adimihardja A, Mappaona, dan A Saleh (eds.). Teknologi Pengelolaan Lahan Kering: Menuju pertanian produktif dan ramah lingkungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor, 73−100. Suryani, A. 2007. Perbaikan Tanah Media Tanaman Jeruk dengan Berbagai Bahan Organik dalam Bentuk Kompos. [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Talgre L, Lauringson E, Roostalu H, Astover A, 2009. The effects of green manures on yields and yield quality of spring wheat. Agron. Res. 7(1): 125-132. Wei C, Gao M, Shao J, Xie D, Pan G. 2006. Soil aggregate and its response to land management practices. China Part 4: 211-219. Wuddivira MN and Camps-Roach G. 2007. Effects of organic matter and calcium on soil structural stability. Euro J Soil Sci 58: 722-727. Yang Zeng-ping XU, Ming-gang, ZHENG Sheng-xian, NIE Jun, GAO Ju-sheng, LIAO Yu-lin, Jian XIE, 2012. Effects of l ong-term w inter p lanted g reen m anure on physical p roperties of r eddish p addy s oil under a double-rice cropping system. Journal of Integrative Agriculture 2012 11(4): 655-664. Yulnafatmawita, Adrinal, Daulay AF. 2008. Pengaruh pemberian beberapa jenis bahan organik terhadap stabilitas agregat tanah Ultisol Limau Manis. J Solum, V(1): 7-13. Zhang MK and Fang LP, 2007. Effect of tillage, fertilizer and green manure cropping on soil quality at an abandoned brick making site. Soil & Tillage Research 93: 87–93.