i
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYUNTING KARANGAN DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS IX B SMP NEGERI 2 TULIS-BATANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Nama
: Aldila Andhita Nugrahani
NIM
: 2101406009
Prodi
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan
: Bahasa dan Sastra Indonesia
FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011 i
ii
SARI Nugrahani, Aldila Andhita. 2011. “Peningkatan Kemampuan Menyunting Karangan dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ThinkPair-Share pada Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang Tahun Pelajaran 2011/2012”. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Drs. Bambang Hartono, M.Hum., Pembimbing II: Drs. Mukh Doyin, M.Si. Kata kunci : kemampuan menyunting karangan, model pembelajaran kooperatif, metode think-pair-share. Kemampuan menyunting sebagai salah satu keterampilan menulis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengubah atau memperbaiki kesalahan yang ada dalam karangan. Kemampuan menyunting karangan siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang masih rendah. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman siswa tentang ejaan yang disempurnakan (EYD), siswa kurang menguasai tata tulis yang benar, dan siswa kurang tertarik dengan pembelajaran menyunting karangan karena beranggapan bahwa kemampuan menyunting karangan sangat rumit dan membutuhkan pengetahuan yang baik. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan menyunting karangan siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang, diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS). Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) bagaimanakah tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe thinkpair-share (TPS) dalam pembelajaran menyunting karangan?, (2) bagaimanakah peningkatan kemampuan menyunting karangan pada siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS)?, dan (3) bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang setelah mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS)? Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) dalam menyunting karangan dan peningkatan kemampuan mneyunting karangan serta perubahan perilaku siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang setelah mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan tiga siklus yang dilaksanakan pada siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang. Siklus I, siklus II, dan siklus III terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini, yaitu kemampuan menyunting karangan pada siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang. Variabel dalam penelitian ini adalah kemampuan menyunting karangan dan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
ii
iii
think-pair-share (TPS), nilai rata-rata kelas siswa kelas IX B SMP Negeri 2 TulisBatang dari siklus I sampai dengan siklus III mengalami peningkatan. Pada siklus I nilainya sebesar 61 dengan tingkat ketuntasan sebesar 25%, pada siklus II nilainya sebesar 74,75 dengan tingkat ketuntasan sebesar 70%, dan pada siklus III nilainya sebesar 78 dengan tingkat ketuntasan sebesar 80%. Peningkatan kemampuan menyunting karangan siswa ini juga diikuti dengan perubahan perilaku dan juga peningkatan minat siswa terhadap pembelajaran menyunting karangan. Pada siklus III, siswa terlihat lebih siap dan bersemangat mengikuti pembelajaran, semakin aktif, lebih banyak bertanya. Siswa juga semakin senang dan antusias terhadap pembelajaran menyunting karangan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyunting karangan siswa kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS). Adapun saran dalam penelitian ini adalah (1) guru bahasa dan sastra Indonesia dalam proses pembelajaran hendaknya menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe thinkpair-share (TPS) sebagai alternatif untuk pembelajaran menyunting karangan; (2) siswa lebih banyak berlatih menyunting karangan; dan (3) peneliti di bidang pendidikan maupun bahasa hendaknya selalu termotivasi untuk melakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran yang lain sehingga diperoleh alternatif teknik pembelajaran baru, khususnya tentang pembelajaran menulis seperti menyunting karangan.
iii
iv
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang pada hari
: Kamis
tanggal
: 20 Oktober 2011
Panitia Ujian Skripsi Ketua,
Sekretaris,
Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum.
Suseno, S.Pd., M.A.
NIP 196008031989011001
NIP 197805142003121002
Penguji I,
Penguji II,
Penguji III,
Drs. Wagiran, M.Hum.
Drs. Mukh Doyin, M.Si.
Drs. Bambang Hartono, M.Hum.
NIP 196703131993031002
NIP 196506121994121001
NIP 196510081993031002
iv
v
PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi.
Semarang, 12 Oktober 2011
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Drs. Bambang Hartono, M.Hum.
Drs. Mukh. Doyin, M.Si
NIP 196510081993031002
NIP 196506121994121001
v
vi
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang ditulis pada skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 12 Oktober 2011
Aldila Andhita Nugrahani
vi
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto: Sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan (Q.S Al-Insyiroh: 5-6). Kesulitan-kesulitan dan tantangan-tantangan hari ini adalah harga yang harus kita bayar untuk sebuah prestasi dan kemenangan hari esok (William J.H Boeker). Semua orang berbuat salah, tetapi hanya orang bijak yang belajar dari kesalahannya (Sir Winston Churchill). Persembahan: Dengan tidak mengurangi rasa syukur penulis kepada Allah Swt, karya sederhana ini penulis persembahkan untuk Almarhumah Ibu (Sri Maryati), semoga Allah senantiasa menjadikan penulis anak solekhah yang doanya sampai kepadamu; Ayahku tercinta (Dwi Haryana, S.Pd) atas doa yang senantiasa tercurah, kasih sayang dan ketegaran yang engkau ajarkan; Adikku Angga yang selalu memberikan motivasi; Kak Awan tersayang yang selalu memberi dukungan dan motivasi; Mas Ofan, Mas Tian, Mbak Ami, Mas Siyan, Mbak Biyah atas dukungannya; Emy, Siti, Mae, dan Aru sahabat-sahabatku; teman-teman jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, terima kasih untuk persahabatan dan kenangannya; teman-teman kost Rumah Warna, terima kasih atas persaudaraannya; dan almamaterku.
vii
viii
PRAKATA Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis masih diberi kekuatan untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menyunting Karangan dengan Menerapkan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) pada Siswa Kelas IXB SMP Negeri 2 Tulis-Batang”. Penyusunan skripsi ini sebagai syarat akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak yang sangat berguna bagi penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Sudjiono Sastroatmojo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang diberikan untuk belajar di UNNES; 2. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian; 3. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. selaku Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin penelitian; 4. Drs. Bambang Hartono, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini; 5. Drs. Mukh Doyin, M.Si. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini; 6. Dra. Andayani Mugi Lestari selaku Kepala SMPN 2 Tulis-Batang yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian;
viii
ix
7. Bapak Tirtoroso, S.Pd. selaku guru bahasa dan sastra Indonesia di SMPN 2 Tulis-Batang yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian; 8. Bapak Taryoso selaku Tata Usaha di SMPN 2 Tulis-Batang yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian; 9. Keluargaku terkasih yang senantiasa mendukung langkahku dengan iringan doa dan kasih sayang; 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa yang ditulis pada skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan guna sempurnanya skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Semarang, 12 Oktober 2011
Aldila Andhita Nugrahani
ix
x
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................. i SARI ........................................................................................................ ii PENGESAHAN ..................................................................................... iv PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ v PERNYATAAN ..................................................................................... vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................ vii PRAKATA ............................................................................................ viii DAFTAR ISI ........................................................................................... x DAFTAR TABEL ................................................................................ xiv DAFTAR GRAFIK ............................................................................... xv DAFTAR DIAGRAM .......................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xvii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1 1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 4 1.3 Pembatasan Masalah .......................................................................... 6 1.4 Rumusan Masalah .............................................................................. 7 1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................... 8 1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka................................................................................... 10 2.2 Landasan Teori .................................................................................. 13 2.2.1 Hakikat Menyunting Karangan ...................................................... 13 2.2.2 Aspek Penyuntingan Karangan ...................................................... 15
x
xi
2.2.3 Tahap Menyunting ......................................................................... 24 2.2.4 Model Pembelajaran Kooperatif .................................................... 26 2.2.5 Hakikat Think-Pair-Share .............................................................. 29 2.2.6 Pembelajaran Menyunting Karangan dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share ........................................................................... 31 2.3 Kerangka Berpikir ............................................................................. 33 2.4 Hipotesis Tindakan............................................................................ 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ............................................................................... 35 3.1.1 Prosedur Penelitian pada Siklus I................................................... 37 3.1.1.1 Perencanaan................................................................................. 37 3.1.1.2 Tindakan ...................................................................................... 38 3.1.1.3 Observasi ..................................................................................... 39 3.1.1.4 Refleksi ....................................................................................... 41 3.1.2 Prosedur Penelitian pada Siklus II ................................................. 41 3.1.2.1 Perencanaan................................................................................. 42 3.1.2.2 Tindakan ...................................................................................... 42 3.1.2.3 Observasi ..................................................................................... 43 3.1.2.4 Refleksi ....................................................................................... 44 3.1.3 Prosedur Penelitian pada Siklus III ................................................ 44 3.1.3.1 Perencanaan................................................................................. 44 3.1.3.2 Tindakan ...................................................................................... 45 3.1.3.3 Observasi ..................................................................................... 46 3.1.3.4 Refleksi ....................................................................................... 47 3.2 Subjek Penelitian............................................................................... 47 3.3 Variabel Penelitian ............................................................................ 47
xi
xii
3.3.1 Kemampuan Menyunting Karangan .............................................. 47 3.3.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share............... 48 3.4 Instrumen Penelitian.......................................................................... 48 3.4.1 Instrumen Tes ................................................................................. 49 3.4.2 Instrumen Nontes ........................................................................... 50 3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 52 3.5.1 Teknik Tes ...................................................................................... 52 3.5.2 Teknik Nontes ................................................................................ 52 3.6 Teknik Analisis Data ......................................................................... 54 3.6.1 Analisis Kuantitatif ........................................................................ 54 3.6.2 Analisis Kualitatif .......................................................................... 55 3.7 Indikator Keberhasilan ...................................................................... 56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ................................................................................. 57 4.1.1 Hasil Prasiklus................................................................................ 57 4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I ................................................................. 60 4.1.2.1 Hasil Tes Siklus I ........................................................................ 60 4.1.2.2 Perubahan Perilaku pada Siklus I................................................ 66 4.1.2.3 Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyunting Karangan ...... 72 4.1.2.4 Refleksi Siklus I .......................................................................... 79 4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II ................................................................ 81 4.1.3.1 Hasil Tes Siklus II ....................................................................... 81 4.1.3.2 Perubahan Perilaku pada Siklus II .............................................. 87 4.1.3.3 Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyunting Karangan ...... 93 4.1.3.4 Refleksi Siklus II ......................................................................... 99 4.1.4 Hasil Penelitian Siklus III ............................................................. 101 4.1.4.1 Hasil Tes Siklus III .................................................................... 101
xii
xiii
4.1.4.2 Perubahan Perilaku pada Siklus III ............................................ 106 4.1.4.3 Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyunting Karangan ..... 111 4.1.4.4 Refleksi Siklus III ...................................................................... 117 4.2 Pembahasan ...................................................................................... 119 4.2.1 Peningkatan Kemampuan Menyunting Karangan Siswa .............. 121 4.2.2 Perubahan Perilaku Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang .................................................................................. 126 4.2.3 Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyunting Karangan dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share .................................................................. 129 BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan .......................................................................................... 131 5.2 Saran ................................................................................................. 132 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 133 LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................. 134
xiii
xiv
DAFTAR TABEL Tabel 1. Sintaks Pembelajaran ...............................................................................31 Tabel 2. Rubrik Penilaian.......................................................................................49 Tabel 3. Hasil Tes Menyunting Karangan Prasiklus ..............................................58 Tabel 4. Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus I ................................................61 Tabel 5. Hasil Tes Aspek Ejaan dan Tanda Baca ..................................................64 Tabel 6. Hasil Tes Aspek Diksi atau Pilihan Kata .................................................64 Tabel 7. Hasil Tes Aspek Keefektifan Kalimat .....................................................65 Tabel 8. Hasil Tes Aspek Kepaduan Paragraf .......................................................66 Tabel 9. Perubahan Perilaku Siswa pada Siklus I ..................................................67 Tabel 10. Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyunting Karangan Siklus I....73 Tabel 11. Data Hasil Tes Menyunting Karangan ...................................................80 Tabel 12. Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus II .............................................82 Tabel 13. Hasil Tes Aspek Ejaan dan Tanda Baca ..............................................85 Tabel 14. Hasil Tes Aspek Diksi atau Pilihan Kata ...............................................86 Tabel 15. Hasil Tes Aspek Keefektifan Kalimat ...................................................86 Tabel 16. Hasil Tes Aspek Kepaduan Paragraf .....................................................87 Tabel 17. Perubahan Perilaku pada Siklus II .........................................................88 Tabel 18. Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyunting Karangan Siklus II ..94 Tabel 19. Perbandingan Hasil Tes Menyunting Karangan ....................................99 Tabel 20. Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus III .........................................101 Tabel 21. Hasil Tes Aspek Ejaan dan Tanda Baca ..............................................104 Tabel 22. Hasil Tes Aspek Diksi atau Pilihan Kata .............................................105 Tabel 23. Hasil Tes Aspek Keefektifan Kalimat .................................................105 Tabel 24. Hasil Tes Aspek Kepaduan Paragraf ...................................................106 Tabel 25. Perubahan Perilaku Siswa pada Siklus III ...........................................107 Tabel 26. Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyunting Karangan Siklus III ..............................................................................................................................112 Tabel 28. Perbandingan Hasil Tes Tiap Aspek ....................................................118 Tabel 29. Perbandingan Hasil Menyunting Karangan Tiap Siklus ......................122 Tabel 30. Perubahan Perilaku Tiap Siklus ...........................................................127
xiv
xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Hasil Tes Menyunting Karangan Prasiklus ....................................... 60 Grafik 2. Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus I .......................................... 63 Grafik 3. Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus II ........................................ 84 Grafik 4. Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus III ...................................... 103
xv
xvi
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1. Nilai Prasiklus pada Tiap Aspek .................................................... 59 Diagram 2. Nilai Siklus I pada Tiap Aspek ...................................................... 62 Diagram 3. Nilai Siklus II pada Tiap Aspek ..................................................... 83 Diagram 4. Nilai Siklus III pada Tiap Aspek ................................................... 102 Diagram 5. Perbandingan Hasil Tes Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III pada Tiap Aspek ........................................................... 124 Diagram 6. Perbandingan Nilai Rata-rata Tiap Siklus ..................................... 125 Diagram 7. Perbandingan Tingkat Ketuntasan Tiap Siklus ............................. 125 Diagram 8. Perbandingan Hasil Observasi Siklus I, Siklus II, dan Siklus III ................................................................................ 128
xvi
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kegiatan Guru Menyampaikan Materi Pembelajaran ........................ 69 Gambar 2. Aktivitas Siswa Mendengarkan Penjelasan Guru .............................. 70 Gambar 3. Kegiatan Guru Menampilkan Contoh Karangan dan Siswa Memikirkan Kesalahan-kesalahan yang Ada/thinking Siklus I ............................................................................................... 71 Gambar 4.Guru Membagikan Karangan untuk Disunting Siswa ........................ 71 Gambar 5. Siswa Bekerja Sama secara Berpasangan/pairing Siklus I ................ 72 Gambar 6. Kegiatan Awal Pembelajaran Siklus II .............................................. 91 Gambar 7. Antusias Siswa di Kelas ..................................................................... 91 Gambar 8. Guru Membagikan Karangan ............................................................. 92 Gambar 9. Keaktifan Siswa di Kelas ................................................................... 92 Gambar 10. Keaktifan Siswa di Kelas pada Siklus III ........................................ 110 Gambar 11. Guru Membagikan Karangan .......................................................... 110 Gambar 12. Guru Membahas Hasil Menyunting Karangan ............................... 111
xvii
xviii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Nama Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang ........ 135 Lampiran 2. Rencana Pembelajaran Siklus I ...................................................... 136 Lampiran 3. Rencana Pembelajaran Siklus II ..................................................... 139 Lampiran 4. Rencana Pembelajaran Siklus III .................................................... 142 Lampiran 5. Daftar Pasangan Belajar ................................................................. 143 Lampiran 6. Pedoman Observasi ........................................................................ 144 Lampiran 7. Angket Minat .................................................................................. 145 Lampiran 8. Pedoman Wawancara .................................................................... 146 Lampiran 9. Instrumen Tes Siklus I .................................................................... 149 Lampiran 10. Instrumen Tes Siklus II................................................................. 150 Lampiran 11. Instrumen Tes Siklus III ............................................................... 151 Lampiran 12. Hasil Tes Menyunting Karangan Prasiklus .................................. 152 Lampiran 13. Analisis Hasil Tes Menyunting Karangan Prasiklus .................... 153 Lampiran 14. Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus I..................................... 154 Lampiran 15. Analisis Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus I ...................... 155 Lampiran 16. Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus II ................................... 156 Lampiran 17. Analisis Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus I ...................... 157 Lampiran 18. Hasil Tes Manyunting Karangan Siklus III .................................. 158 Lampiran 19. Analisis Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus III .................... 159 Lampiran 20. Hasil Observasi Siklus I ............................................................... 160 Lampiran 21. Hasil Observasi Siklus II .............................................................. 161 Lampiran 22. Hasil Observasi Siklus III ............................................................. 162 Lampiran 23. Hasil Pengamatan Minat Siswa terhadap Pembelajaran............... 163 Lampiran 24. Hasil Wawancara Siklus I............................................................. 164 Lampiran 25. Hasil Wawancara Siklus II ........................................................... 165 Lampiran 26. Hasil Wawancara siklus III........................................................... 166
xviii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, khususnya di SMP/MTs berdasarkan kurikulum 2006 mencakup empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut dalam proses pembelajarannya dilaksanakan secara terpadu dan seimbang, maksudnya antara aspek satu dengan aspek yang lain harus saling mendukung. Menulis adalah salah satu dari keempat keterampilan berbahasa yang harus diajarkan kepada siswa karena keterampilan menulis mempunyai peranan yang penting bagi kehidupan sehari-hari. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara langsung. Kegiatan menulis, penulis harus memperhatikan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus dengan latihan dan praktik yang banyak dan terus-menerus (Tarigan 1986). Machmoed (dalam Harsini 1999:23) menyatakan bahwa keberhasilan dalam dunia pendidikan, perdagangan, dan profesi-profesi lain sangat erat hubungannya dengan keterampilan menulis. Pernyataan ini mengandung pengertian bahwa betapa penting keterampilan menulis bagi kehidupan seharihari. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, setiap siswa dituntut agar lebih menguasai keterampilan menulis sehingga diharapkan siswa dapat mengkomunikasikan gagasannya kepada orang lain. Pada proses penulisan
1
2
melibatkan seluruh penguasaan kebahasaan, baik penguasaan ejaan, bentuk kata, kalimat, dan makna kata. Oleh karena itu, biasanya kepandaian menulis tidak serta merta diperoleh secara langsung, tetapi perlu latihan secara bertahap untuk mengurangi kesalahan dalam pembelajaran menulis. Fenomena yang terjadi adalah kebanyakan siswa yang mempunyai ide bagus dan dituangkan ke dalam tulisan, namun ketika hasil tulisannya dinilai secara teknis terasa janggal, sulit dipahami, dan membosankan. Hal ini disebabkan karena
minimnya
keterampilan
menulis
pada
siswa.
Siswa
cenderung
menganggap remeh mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya menulis, mereka cenderung lebih menyukai pelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya apresiasi sastra. Bisa juga mereka merasa bosan dengan pembelajaran menulis yang dirasa sulit untuk dipahami, namun tidak dapat dipungkiri juga kesalahan yang dilakukan siswa bersumber dari kesalahan yang telah dilakukan di bangku sekolah dasar dan kesalahan itu terbawa hingga ke bangku sekolah menengah pertama. Biasanya, kelemahan siswa yang menonjol dalam hal menulis adalah siswa kurang mampu menerapkan kaidah ejaan secara tepat. Ketika siswa mendapatkan tugas untuk menulis sebuah karangan, tanpa memperhatikan apakah hasil tulisannya sudah benar ataukah masih ada kesalahan, siswa langsung menyerahkan hasil tulisannya itu kepada guru. Siswa tidak menyunting terlebih dahulu hasil tulisannya, sedangkan dari pihak guru hanya melihat hasil akhir tulisan siswa tanpa ada tindak lanjut untuk menganalisis kesalahan penulisan, mengoreksi, dan memberitahukan kepada siswa mengenai tulisan yang benar.
3
Pengembangan kemampuan menyunting karangan perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh karena kemampuan ini melatih siswa untuk menggunakan bahasa dengan benar, khususnya dalam hal menulis. Selain itu, kemampuan ini dapat melatih siswa untuk menjadi seorang penyunting yang dapat menghasilkan karya yang bisa diterbitkan di media massa. Kemampuan menyunting karangan ini tidak akan datang dengan sendirinya secara otomatis, melainkan harus melalui tahap, latihan, praktik yang baik dan teratur. Dalam pelaksanaan pembelajaran menyunting karangan, siswa dalam melaksanakan kegiatan menyunting masih menyimpang, ini terlihat ketika mereka menuliskan idenya yang tidak logis dan sistematis sebagai akibat dari seringnya mengulang kesalahan dalam menulis. Dalam pembelajaran menyunting di sekolah, khususnya di SMP/MTs, hal yang harus dikuasai, yakni penggunaan ejaan dan tata bahasa, diksi, keefektifan kalimat, serta kepaduan paragraf. Mengingat realita yang terjadi, banyak siswa yang belum dapat menyunting karangan dengan baik dan benar sehingga tidak dapat memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah diberlakukan di setiap sekolah maka diperlukan perubahan dalam hal sistem pembelajaran. KKM khususnya mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia harus mencapai nilai 70 atau 75% mata pelajaran harus dapat dikuasai oleh setiap siswa. Setiap siswa harus mampu menguasai kompetensi dasar yang ada tak terkecuali menyunting karangan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP Negeri 2 Tulis, hampir 70% siswa
4
khususnya Kelas IX B belum dapat menyunting dengan baik. Adapun yang menjadikan rendahnya kemampuan siswa dalam menyunting karangan, yaitu (1) kurangnya pemahaman siswa tentang EYD; (2) siswa kurang menguasai tata tulis yang benar; (3) siswa merasa kurang tertarik dengan pembelajaran menyunting karangan karena beranggapan bahwa menyunting karangan sangat rumit dan membutuhkan pengetahuan yang baik. Sehubungan dengan upaya meningkatkan kemampuan menyunting karangan pada siswa, pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan solusi untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Dewasa ini kecenderungan dalam dunia pembelajaran bahwa siswa akan belajar lebih baik apabila pembelajaran diciptakan oleh guru secara menyenangkan. Oleh sebab itu, penelitian ini berusaha menghadirkan model pembelajaran kooperatif tipe thinkpair-share (TPS) yang mengutamakan kerja sama dari semua pihak dalam pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti memilih judul “Peningkatan Kemampuan Menyunting Karangan dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) pada Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang”.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, ada berbagai faktor yang mempengaruhi mutu keterampilan menyunting karangan siswa di
5
antaranya tingkat kemampuan siswa, kemauan, dan motivasi siswa, serta strategi pembelajaran yang dilakukan guru. Pada kenyataannya dalam proses pembelajaran tidak selamanya berjalan dengan lancar, siswa sering mengalami hambatan dalam belajar. Faktor yang menyebabkan hambatan belajar siswa bisa berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (internal) ataupun faktor sekitar di luar siswa (eksternal). Faktor internal tersebut sebagai berikut. (1) Kurangnya pemahaman siswa tentang EYD dan tata tulis yang benar sehingga siswa merasa kesulitan dalam menyunting karangan. (2) Kesalahan yang telah dilakukan siswa sejak duduk di bangku sekolah dasar yang terbawa sampai sekarang. (3) Kurangnya minat siswa dalam pelajaran menyunting karangan karena mereka menganggap pelajaran ini sangat sulit dan membutuhkan ketelitian yang cukup tinggi yang meliputi pemahaman tentang ejaan, pilihan kata, dan keefektifan kalimat. (4) Kemalasan siswa untuk belajar di rumah dan mencoba terus berlatih agar dapat menyunting karangan dengan baik. Selain faktor internal yang mempengaruhi terhambatnya pembelajaran ada pula faktor dari luar (eksternal). Faktor ini bisa berasal dari guru sebagai penyampai materi pelajaran, maupun dari lingkungan di mana siswa tinggal. (1) Faktor dari guru. -
Dewasa ini, peranan guru untuk meningkatkan proses pembelajaran belum begitu maksimal.
6
-
Guru belum bisa menciptakan suasana
pembelajaran yang kondusif
sehingga siswa kurang tertarik dalam proses pembelajaran. -
Guru
belum
dapat
menerapkan
strategi
pembelajaran
(meliputi
pendekatan, metode, teknik, dan media) yang atraktif yang dapat membuat siswa terangsang untuk belajar. -
Guru masih saja menggunakan strategi lama yang lebih menekankan pada metode ceramah sehingga siswa merasa bosan dan kurang tertarik. Selain itu, sikap pasif sering muncul pada diri siswa akibat pembelajaran yang monoton.
(2) Faktor Lingkungan. Lingkungan tempat tinggal siswa juga mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Oleh karena itu, peran orang tua sangat penting sebagai pemberi dorongan dan semangat kepada siswa untuk terus belajar.
1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, terdapatnya beberapa faktor yang menghambat siswa dalam belajar baik faktor internal maupun faktor eksternal, peneliti membatasi permasalahan yang akan menjadi bahan penelitian, yaitu upaya peningkatan keterampilan menyunting karangan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS). Model ini diterapkan sebagai salah satu usaha untuk meminimalkan kesalahan dalam menyunting karangan, seperti penggunaan ejaan, pilihan kata, keefektifan kalimat, dan keterpaduan paragraf.
7
Ada beberapa pertimbangan dipilihnya model pembelajaran kooperatif TPS untuk diterapkan pada siswa kelas IXB SMP Negeri 2 Tulis sebagai berikut. Pertama, model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk bekerja sama. Hal ini karena siswa berpasangan sehingga mereka harus saling membantu untuk mencari informasi tentang materi yang diberikan oleh guru. Kedua, siswa dapat saling memberikan pengetahuan dan berinteraksi. Mereka dapat bertukar pengetahuan karena tidak semua siswa memiliki tingkat pengetahuan yang sama. Ketiga,
kegiatan
penyuntingan
dengan
menggunakan
teknik
ini
akan
mempermudah siswa untuk menemukan kesalahan penulisan ejaan karena tidak harus mencari kesalahan itu sendiri, tetapi dengan bantuan temannya.
1.4 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) dalam pembelajaran mneyunting karangan? 2. Bagaimanakah peningkatan keterampilan menyunting karangan pada siswa kelas IXB SMP Negeri 2 Tulis-Batang
setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS)? 3. Bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas IXB SMP Negeri 2 TulisBatang setelah mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan model pembelajarn kooperatif tipe think-pair-share (TPS)?
8
1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) dalam pembelajaran mneyunting karangan. 2. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menyunting karangan dengan model pembelajaran kooperatif think-pair-share (TPS). 3. Mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas IXB SMP Negeri 2 TulisBatang setelah mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan model pembelajarn kooperatif tipe think-pair-share (TPS).
1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini ada 2 macam, yaitu manfaat secara teoretis dan secara praktis. 1. Secara teoretis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan teori pembelajaran bahasa sehingga dapat dijadikan referensi untuk penelitian yang selanjutnya. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk memperkaya khasanah penelitian, terutama yang berupa penelitian tindakan kelas. 2. Secara praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa, sekolah, dan peneliti sendiri.
9
a. Manfaat bagi guru, yaitu (1) dengan adanya penelitian tentang menyunting karangan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif think-pairshare (TPS) akan dapat dijadikan alternatif pembelajaran; dan (2) memperkaya khasanah teknik dalam pembelajaran menulis. b. Penelitian ini juga dapat memberikan manfaat bagi siswa, yaitu (1) dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif think-pair-share (TPS) akan dapat menumbuhkan semangat siswa untuk belajar menyunting karena diharapkan dengan adanya model ini pembelajaraan menyunting karangan yang dirasa sulit menjadi lebih mudah dan (2) melatih dan memotivasi siswa untuk belajar.
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis pada siswa telah banyak dilakukan. Hal ini terbukti dengan banyaknya penelitian yang dilakukan oleh para ahli bahasa maupun para mahasiswa. Penelitian tersebut belum semuanya sempurna. Oleh karena itu, penelitian tersebut memerlukan penelitian lanjutan demi melengkapi dan menyempurnakan penelitian sebelumnya. Beberapa penelitian yang terdahulu yang berhubungan dengan topik penelitian ini yaitu penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis yang dijadikan sebagai kajian pustaka dalam penelitian. Penelitian tersebut dilakukan oleh Pralistyawati (2001) dan Sriyati (2005). Pralistyawati (2001) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan Penggunaan Ejaan dalam Mengarang Narasi dengan Teknik Latihan Berjenjang pada Siswa SMPN 1 Ungaran” menjelaskan bahwa teknik latihan berjenjang dapat dijadikan sebagai upaya meningkatkan penggunaan ejaan dalam mengarang narasi. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan mengarang siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil rata-rata peningkatan penggunaan ejaan siswa setelah mengikuti pembelajaran mengarang narasi dengan teknik latihan berjenjang. Teknik ini cukup dapat meningkatkan hasil kerja siswa terutama mengenai penggunaan ejaan dalam mengarang. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih positif.
10
11
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Pralistyawati dengan yang dilakukan oleh peneliti terletak pada desain penelitiannya, yaitu penelitian tindakan kelas. Perbedaannya terletak pada masalah yang dikaji, subjek penelitian, dan metode yang digunakan. Jika dilihat dari variabel penelitian yang ditampilkan peneliti yaitu peningkatan penggunaan ejaan juga berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti karena dalam hal menyunting karangan subbabnya berisi tentang penggunaan ejaan yang baik dan benar sehingga penelitian yang dilakukan oleh Pralistyawati dapat menjadi referensi bagi penelitian ini. Sriyati
(2005)
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
“Peningkatan
Menyunting Karangan dengan Teknik Koreksi Langsung pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Tawang Sari” menjelaskan bahwa teknik koreksi langsung dapat meningkatkan keterampilan menyunting karangan. Hasil peningkatannya dapat diketahui setelah membandingkan hasil tes prasiklus, siklus I, dan siklus II. Hasil tes prasiklus menunjukkan skor rata-rata hanya 52,91 sehingga diperlukan siklus I. Hasil yang diperoleh dari siklus I meningkat menjadi 66,05, namun hasil ini masih kurang sehingga diperlukan peningkatan pada siklus II dan hasilnya meningkat sebesar 70,11. Secara klasikal, jumlah peningkatan hasil rata-rata kelas menunjukkan bahwa teknik koreksi langsung dapat meningkatkan keterampilan menyunting karangan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan perubahan perilaku siswa dalam proses pembelajaran. Siswa terlihat lebih aktif dan lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Sriyati terletak pada masalah yang sedang dikaji dan tindakan yang dilakukan peneliti untuk mengatasi masalah
12
tersebut. Masalah yang diteliti oleh Sriyati adalah apakah teknik koreksi langsung mampu meningkatkan keterampilan menyunting karangan siswa kelas VII F SMPN 1 Tawang Sari? Masalah yang diteliti oleh peneliti adalah apakah penerapan
model
pembelajaran
kooperatif
tipe
think-pair-share
dapat
meningkatkan kemampuan menyunting karangan. Tindakan yang dilakukan Sriyati adalah dengan menggunakan teknik koreksi langsung, sedangkan tindakan yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Adapun persamaan dari skripsi ini dengan skripsi yang ditulis oleh Sriyati hanya terletak pada variabel penelitian yang diangkat yaitu menyunting karangan karena menurut observasi yang dilakukan di SMP/MTs, siswa masih kurang dapat menyunting karangan dengan baik. Berdasarkan kajian pustaka tersebut, dapat diketahui bahwa penelitian tindakan kelas mengenai keterampilan menulis sudah banyak dilakukan namun dengan topik yang berbeda. Hal ini menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian tentang keterampilan menulis khususnya kemampuan menyunting karangan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pairshare pada siswa kelas IXB SMP Negeri 2 Tulis. Kedudukan penelitian ini terhadap penelitian sebelumnya adalah sebagai pelengkap dan penambah referensi. Penelitian tentang menyunting karangan masih sedikit dilakukan sehingga penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang sama, namun dengan metode pembelajaran yang berbeda.
13
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis tidak sebatas menulis karangan dengan metode ceramah yang membuat siswa kurang aktif dan kurang tertarik, namun dengan adanya proses pembelajaran yang berbeda yakni mencoba menerapkan model pembelajaran yang kooperatif dapat meningkatkan kemampuan menyunting karangan. Model pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan minat siswa untuk belajar lebih giat khususnya dalam kemampuan menyunting karangan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi perintis dan pelengkap untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi siswa di sekolah.
2.2 Landasan Teori Dalam skripsi ini akan dibahas tentang pengertian menyunting karangan, aspek yang perlu disunting, tahap menyunting, model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS).
2.2.1
Hakikat Menyunting Karangan Kata menyunting dapat bemakna (1) menyiapkan naskah siap cetak atau
siap terbit dengan memperhatikan segi isi, sistematika penyajian isi dan tata bahasa; (2) mengarahkan dan merencanakan penerbitan; (3) menyusun atau merakit pita rekaman dengan cara memotong-motong dan memasang kembali (KBBI 1989:871). Penyuntingan adalah proses menyelaraskan/menata tulisan agar layak terbit/cetak dengan cara membaca secara teliti, mengoreksi, menandai kesalahan, memperbaiki naskah, dan menentukan kelayakan naskah, baik segi
14
organisasi, kebenaran dan kelayakan isi, ketaatasasan pemakaian bahasa, struktur/sistematika penyajian, kelayakan grafika, dan konteks kebangsaan (Hartono 2010:8). Pada dasarnya kegiatan menyunting perlu mendapatkan perhatian khusus karena dapat melatih siswa untuk menggunakan bahasa dengan baik dan benar khususnya dalam hal menulis. Selain itu, keterampilan menyunting itu dapat melatih siswa untuk menjadi seorang penyunting dalam sebuah agen jurnalistik dan dapat memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menyunting karangan merupakan proses pembenahan sebuah teks karangan sebelum menjadi teks karangan yang siap disajikan, dinilaikan, ataupun diterbitkan (Alief 2010). Marantika (2010) menyatakan bahwa menyunting karangan adalah memperbaiki tulisan atau naskah karangan agar terhindar dari kesalahan sehingga layak baca atau layak terbit. Dari beberapa pengertian di atas, perbaikan dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan berkaitan dengan kaidah penulisan. Perbaikan dapat bersifat menyeluruh atau sebagian. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada kemampuan siswa menyunting karangan dari segi tata bahasa karena berdasarkan kurikulum 2006 disebutkan bahwa pada SMP/MTs kelas IX terdapat kompetensi dasar, yaitu menyunting karangan dengan berpedoman pada ketepatan ejaan, tanda baca, pilihan kata, keefektifan kalimat, kepaduan paragraf, dan kebualatan wacana.
15
Dapat disimpulkan bahwa menyunting karangan merupakan satu bentuk proses untuk memperbaiki tulisan dengan memperhatikan ejaan, diksi, keefektifan kalimat, dan keterpaduan paragraf dalam sebuah karangan sehingga enak dibaca. Setiap penyunting (editor) memiliki tanda-tanda koreksi yang berbedabeda. Berikut merupakan sebagian tanda-tanda yang biasa digunakan penyunting (editor) untuk mengoreksi teks. 1. Tanda × digunakan untuk menghilangkan tanda baca, huruf, kata, atau kalimat yang tidak terpakai. Contoh: Rumah tetangggaku terbakar. 2. Tanda O digunakan untuk mengganti tanda baca, huruf, kata, atau kalimat. Contoh: Rumah Drs. Rudiyanto di Bogor,O 3. Tanda ~ digunakan untuk mengubah posisi huruf, kata, atau kalimat. Contoh: Kamu rusha → harus 4. Tanda
digunakan untuk memulai paragraf baru.
Contoh: . Wahyudi adalah seorang ulama di Desa Rambayan. Gofur adalah seorang pekerja keras. 2.2.2
Aspek Penyuntingan Karangan Menyunting karangan merupakan bagian dari salah satu kompetensi dasar
yang harus dicapai oleh siswa kelas IX SMP/MTs. Kompetensi dasar itu adalah
16
menyunting tulisan sendiri dan tulisan teman, dengan indikator yaitu mampu menyunting karangan dengan memperhatikan penggunaan ejaan yang baik dan benar, pilihan kata yang tepat, keefektifan kalimat, dan keterpaduan paragraf. Dengan demikian, menyunting karangan perlu diajarkan pada siswa khususnya kelas IX SMP/MTs tentunya dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat dan sesuai. Untuk dapat menyunting karangan dengan baik perlu memperhatikan ejaan, pilihan kata (diksi), keefektifan kalimat, dan keterpaduan paragraf. a. Ejaan Tarigan (1984:2) mengemukakan bahwa ejaan adalah cara atau aturan menulis kata-kata dengan huruf menurut disiplin ilmu bahasa. Ejaan berarti tata cara penulisan bahasa, meliputi dua hal pokok, yaitu aksara yang berarti kumpulan huruf yang digunakan untuk melambangkan bunyi-bunyi bahasa, dan tanda baca yang melambangkan unsur-unsur supra-segmental bahasa yang dinyatakan dengan titik, koma, dan tanda tanya. Ejaan yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD). EYD mengatur pemakaian huruf, pemakaian tanda baca, penulisan kata, dan penulisan unsur serapan. Menurut pedoman EYD (2009), ada delapan huruf yang digunakan, yaitu (1) huruf abjad, (2) huruf vokal, (3) huruf konsonan, (4) huruf diftong, (5) gabungan huruf konsonan, (6) huruf kapital, (7) huruf miring, dan (8) huruf tebal. Sedangkan pada penulisan kata dalam EYD mengatur penggunaan kata, antara lain: (1) kata dasar, (2) kata turunan, (3) bentuk ulang, (4) gabungan kata, (5) suku kata, (6) kata depan di, ke, dan dari, (7) partikel, (8) singkatan dan kronim, (9)
17
angka dan bilangan, (10) kata ganti ku-, kau-, -mu, dan –nya, dan (11) kata si dan sang. Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Penggunaan tanda baca yang tercantum dalam kaidah ejaan yang disempurnakan antara lain (1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda hubung, (6) tanda pisah, (7) tanda tanya, (8) tanda seru, (9) tanda elipsis, (10) tanda petik, (11) tanda petik tunggal, (12) tanda kurung, (13) tanda kurung siku, (14) tanda garis miring, dan (13) tanda penyingkat atau apostrop. Dari paparan di atas, dapat kita ketahui bahwa tanda baca sangat banyak dan perlu untuk dipelajari lebih mendalam, namun dalam kegiatan menyunting karangan, tanda baca yang paling dominan digunakan bagi penyunting pemula adalah pengenalan penggunaan tanda baca titik dan koma. Penggunaan tanda titik yang terdapat dalam EYD, antara lain (1) tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan, (2) tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar, (3) tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu, (4) tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu, (5) tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit, (6) tanda titik dipakai untuk memisahkan
18
bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah, dan (7) tanda titik dipakai pada penulisan singkatan. Selanjutnya akan dibahas mengenai penggunaan tanda baca koma yang terdapat dalam EYD, antara lain (1) tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan, (2) tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali, (3) tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya, (4) tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat, seperti kata oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan meskipun begitu, (5) tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seru, seperti o, ya, wah, aduh, dan kasihan, atau kata-kata yang digunakan sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat, (6) tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat, (7) tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, (8) tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan, (9) tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka, (10) tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir, (11) tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
19
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga, (12) tanda koma dipakai di muka angka decimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka, (13) tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi, dan (14) tanda koma dapat dipakai -untuk menghindari salah baca/salah pengertian– di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa ejaan merupakan faktor penting dalam penyuntingan karangan. Seorang penyunting pemula agar dapat menyunting dengan baik, modal utama yang harus dimiliki adalah mampu menguasai EYD karena pada dasarnya tulisan yang baik dan benar yaitu tulisan yang sesuai dengan tata bahasa baku yang disempurnakan. Berikut ini contoh penyuntingan penulisan ejaan. a. Menyunting penulisan ejaan Dia duduk diantara saya dan Melani = salah Dia duduk di antara saya dan Melani = benar b. Menyunting penulisan tanda baca Bagaimana ini Departemen Pendidikan Nasional. (salah) Bagaimana ini Departemen Pendidikan Nasional? (benar)
b. Diksi Diksi atau pilihan kata merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan menyunting karangan. Seorang penyunting yang baik seharusnya mampu memilih mana yang sesuai diterapkan dalam menulis karangan. Ia pun harus mengetahui sinonim, tata perlambangan, akronim, dan singkatan. Selain itu,
20
diperlukan penguasaan kosakata yang lebih dan peristilahan yang terpilih untuk menentukan corak dan mutu keteknisan tulisan. Di sini akan dipaparkan sejumlah kata dalam bahasa Indonesia yang maknanya mirip namun bentuk-bentuk pemakaiannya berbeda. Oleh sebab itu, seorang penyunting naskah seharusnya paham tentang perbendaharaan kata-kata itu. Berikut ini akan dipaparkan lebih lanjut. a. Kata yang sepintas maknanya mirip, tetapi bentuknya berbeda. Segala
:
Film itu untuk segala umur.
Segenap : Segenap lapisan masyarakat ikut merayakan proklamasi kemerdekaan. Seluruh
: Seluruh siswa MTs Negeri Magelang.
Semua
: Semua bertepuk tangan ketika Pak Lurah berpidato.
b. Kata adalah, ialah, dan yaitu. Adalah
: Semarang adalah ibukota Jawa Tengah.
Ialah
: Kata benda ialah …
Yaitu
: Anaknya dua orang, yaitu Dara dan Mita.
c. Kata dan lain-lain (dll) “macam-macam”. Kata dan lain-lain, misalnya dalam kalimat di bawah ini: Ibu membeli sayur, telur, mentega, permen, sabun mandi, dan lain-lain. d. Dan sebagainya (dsb) “satu macam atau jenis”. Kata dan sebagainya, misalnya dalam kalimat di bawah ini: Peralatan tulis ialah pensil, buku, penggaris, pena, dsb. e. Kata tiap dan masing-masing.
21
Tiap
: Tiap hari saya naik bus.
Masing-masing
: Masing-masing anak mempunyai tugas yang berbeda dari dosen.
f. Kata jam dan pukul. Jam
: Perjalanan dari Batang ke Semarang bisa ditempuh dalam
dua
jam. Pukul
: Saya bangun pukul 5 pagi.
g. Kata banyaknya dan jumlah Banyaknya
: Banyaknya ayam kami 120 ekor.
Jumlah
: Jumlah uang saya Rp. 50.000,00.
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa diksi memiliki peranan penting dalam penyuntingan karangan karena apabila seorang editor tidak dapat memilih kata-kata yang tepat berdampak pada hasil karangan yang kurang enak dinikmati pembaca. Berikut ini contoh penyuntingan diksi atau pilihan kata. -
sistim (tidak baku)
sistem (baku)
-
nyambung (tidak baku)
menyambung atau berhubungan (baku)
c. Kalimat Efektif Selain ejaan dan pilihan kata, hal yang harus diperhatikan dalam menyunting karangan adalah memperhatikan keefektifan kalimat. Kalimat yang efektif adalah kalimat yang dapat dengan jelas, tepat, dan cepat mengungkapkan gagasan, pemikiran. Kalimat efektif merupakan suatu perwujudan dari bahasa baku yang berciri kecendikiaan, yaitu mampu mengungkapkan penalaran secara teratur dan logis. Kalimat efektif tidak bertele-tele atau menghamburkan kata yang
22
sebenarnya tidak perlu dan justru dapat mengaburkan maksud kalimat. Suatu kalimat tidak akan efektif mengungkapkan gagasan apabila kata-kata yang digunakan dalam kalimat tersebut dapat menimbulkan kerancuan atau penafsiran ganda (ambigu). Misalnya dalam kalimat di bawah ini. Antara para polisi dan para mahasiswa terjadi aksi dorong-mendorong pintu gerbang gedung DPR/MPR sehingga pintu gerbang yang didorong para polisi dan para mahasiswa itu akhirnya roboh ke bawah. Kalimat di atas terdiri atas dua kalimat, yaitu. (1) Polisi dan mahasiswa saling mendorong pintu gerbang gedung DPR/MPR. dan (2) Pintu gerbang yang didorong polisi dan mahasiswa itu akhirnya roboh. Kalimat efektifnya adalah sebagai berikut. Polisi dan mahasiswa saling mendorong pintu gerbang gedung DPR/MPR sehingga pintu gerbang itu roboh.
Menurut Keraf (2004:40), kalimat efektif adalah yang memenuhi syaratsyarat, yaitu: (1) secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis dan (2) sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis. Apabila kedua syarat tersebut dipenuhi maka tidak mungkin terjadi salah paham antara mereka yang terlibat dalam komunikasi. Selanjutnya menurut Keraf (2004:40-54) ciri-ciri kalimat efektif adalah (1) kalimat efektif mengandung kesatuan gagasan; Kalimat yang baik harus jelas memperlihatkan kesatuan gagasan, mengandung satu ide pokok. Secara praktis, sebuah kesatuan gagasan diwakili
23
oleh subyek, predikat ± obyek. Kesatuan yang diwakili oleh subyek, predikat, dan ± obyek itu dapat berbentuk kesatuan tunggal, kesatuan gabungan, kesatuan pilihan, dan kesatuan yang mengandung pertentangan. (2) kalimat efektif mewujudkan koherensi yang baik dan kompak; Kalimat efektif mewujudkan koherensi yang baik dan kompak. Yang dimaksud koherensi atau kepaduan yang baik dan kompak adalah hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat itu. (3) adanya penekanan dalam kalimat; Inti pikiran yang terkandung dalam tiap klaimat (gagasan utama) haruslah dibedakan dari sebuah kata yang dipentingkan. Kata yang dipentingkan harus mendapat tekanan atau harus lebih ditonjolkan dari unsur-unsur yang lain. (4) variasi; Variasi merupakan suatu upaya yang bertolak belakang dengan repetisi atau pengulangan. Variasi adalah usaha untuk menganeka-ragamkan bentuk bahasa agar tetap terpelihara minat dan perhatian orang. (5) paralelisme; dan Kalimat efektif juga memperhatikan paralelisme, artinya menempatkan gagasan-gagasan yang sama penting dan sama fungsinya ke dalam suatu struktur gramatikal yang sama. Bila salah satu dari gagasan itu ditempatkan dalam struktur kata benda, kata atau kelompok kata yang lain juga menduduki fungsi yang sama harus juga ditempatkan dalam struktur kata benda. (6) penalaran atau logika.
24
Penalaran (jalan pikiran) adalah suatu proses
berpikir yang berusaha
untuk menghubung-hubungkan evidensi menuju pada suatu simpulan yang masuk akal.
Artinya,
kalimat-kalimat
yang
diucapkan
harus
dapat
dipertanggungjawabkan dari segi akal yang sehat. Berikut ini contoh penyuntingan keefektifan kalimat. -
Di sini kita ini berbicara tentang SD Negeri yang notabene 100% mengikuti sistem pendidikan dari pemerintah. (tidak efektif)
-
Kita berbicara tentang SD negeri yang notabene 100% mengikuti sistem pendidikan dari pemerintah. (efektif)
d. Kepaduan Paragraf Pada dasarnya karangan yang baik harus memperhatikan keterpaduan paragraf, dengan tujuan agar tidak terjadi kesalahan penafsiran makna antara pembaca dan penulis. Oleh sebab itu, sebagai penyunting yang baik harus senantiasa memperhatikan kohesi dan koherensi sebagai pendukung keterpaduan itu. Kohesi adalah hubungan perkaitan antara preposisi yang dinyatakan secara eksplisif oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat yang membentuk sebuah paragraf, sedangkan koherensi adalah hubungan perkaitan antara preposisi, tetapi perkaitan tersebut tidak secraa eksplisif. Hal yang paling dominan dalam perpaduan paragraf adalah penggunaan konjungsi yang tepat.
2.2.3
Tahap Menyunting Dalam subbab ini akan dijelaskan mengenai tahapan dalam menyunting
naskah. Menurut Rifai (2004:105-106) ada dua tahap dalam menyunting naskah,
25
yaitu (a) tahap penyuntingan tulisan untuk kejelasan dan (b) tahap penyuntingan bahasa demi kesesuaian. a. Tahap penyuntingan tulisan untuk kejelasan Pada tahap pertama, penyunting biasanya mengorganisasi tulisannya kembali karena jika dilihat dari segi penyajian kurang efektif. Adakala seorang penyunting membuang beberapa paragraf untuk memperlancar hubungan gagasan yang ditampilkan. Hal-hal pokok yang berkaitan dengan penyuntingan pada tahap pertama ini adalah kerangka karangan, penegmbangan karangan, penyusunan paragraf, dan pembentukan kalimat efektif. Penyuntingan isi sering disebut sebagai tahapan menyunting makro karena pada tahap ini tulisan diolah sedemikian rupa sehingga isinya dapat diterima jelas oleh pembaca. b. Tahap penyuntingan demi kesesuaian Pada tahap kedua disebut tahap penyuntingan mikro karena pada dasarnya pada tahap penyuntingan ini difokuskan pada segi bahasa. Hal pokok yang harus dikuasai oleh penyunting adalah masalah yang berhubungan dengan kaidah bahasa yang mencakup tanda baca, ejaan, dan pilihan kata yang tepat, namun perbiakan ini bersifat kecil dan mendasar. Penyuntingan yang baik harus dapat menggunakan ejaan yang baik dan benar seperti penggunaan huruf kapital dan huruf miring, pemakaian kata yang tepat, dan penggunaan unsur serapan yang benar. Selain itu penyunting juga harus jeli dalam penggunaan kalimat efektif sehingga apabila hasil suntingan sudah jadi, dapat dibaca dengan baik karena tidak ada kata-kata yang boros.
26
Dari kedua tahapan itu dapat disimpulkan bahwa sebagai seorang penyunting agar dapat menyunting dengan baik harus memperhatikan benar tentang tahapan menyunting baik segi isi maupun segi bahasa. Maksudnya, dalam penyuntingan karangan agar hasil karangan dapat terbaca dengan baik maka diperlukan ketelitian dalam menyusun karangan berdasarkan isi maupun bahasa.
2.2.4
Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial (Suprijono dalam Setyawan 2010). Menurut Arends (dalam Setyawan 2010) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran,
tahap-tahap
kegiatan
di
dalam
pembelajaran,
lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Macam-macam model pembelajaran, yaitu (1) model pembelajaran langsung, (2) model pembelajaran kooperatif, dan (3) model pembelajaran berdasarkan masalah.
27
Pembelajaran
kooperatif
merupakan
model
pembelajaran
yang
mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
Untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut. Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda, di mana yang diutamakan adalah kerjasama, yakni kerjasama antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran (Depdiknas 2004:1). Bukanlah pembelajaran kooperatif jika para siswa duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil, tetapi menyelesaikan masalah sendirisendiri atau mempersilakan salah seorang di antaranya untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan kelompok.
Tiga tujuan instruksional penting yang dapat dicapai dengan pembelajaran kooperatif adalah (1) hasil belajar akademik, (2) penerimaan terhadap keragaman, dan (3) pengembangan keterampilan sosial.
28
1. Hasil belajar akademik Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit. 2. Penerimaan terhadap keragaman Model kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. 3. Pengembangan keterampilan sosial Pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud antara lain adalah berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan idea tau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya. Menurut Kagan (1994) pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang sukses di mana tim kecil, masing-masing dengan siswa dari tingkat kemampuan yang berbeda, menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu subjek. Setiap anggota tim bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar sehingga menciptakan suasana prestasi bersama-sama. Students work through the assignment until all group members successfully understand and complete it. Siswa bekerja melalui penugasan sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan menyelesaikannya.
29
2.2.5
Hakikat Think-Pair-Share Strategi think-pair-share (TPS) atau berpikir-berpasangan-berbagi adalah
merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Arends (1997) menyatakan bahwa think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon, dan saling membantu. Langkah-langkah dalam think-pair-share sebagai berikut, yaitu (1) berpikir (thinking), (2) berpasangan (pairing), dan (3) berbagi (sharing). Langkah 1: Berpikir (thinking) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Langkah 2: Berpasangan (pairing) Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan da mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru member waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
30
Langkah 3: Berbagi (sharing) Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share adalah suatu model pembelajaran yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi dengan membagi siswa berpasangan untuk saling memecahkan suatu masalah. Adapun kelebihan model pembelajaran think-pair-share adalah sebagai berikut. Pertama, model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk bekerja sama. Hal ini karena siswa berpasangan sehingga mereka harus saling membantu untuk mencari informasi tentang materi yang diberikan oleh guru. Kedua, siswa dapat saling memberikan pengetahuan dan berinteraksi. Mereka dapat bertukar pengetahuan karena tidak semua siswa memiliki tingkat pengetahuan yang sama. Ketiga,
kegiatan
penyuntingan
dengan
menggunakan
teknik
ini
akan
mempermudah siswa untuk menemukan kesalahan penulisan ejaan karena tidak harus mencari kesalahan itu sendiri, tetapi dengan bantuan temannya.
2.2.6
Pembelajaran Menyunting Karangan dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share
31
Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran agar siswa dapat belajar sesuai dengan kebutuhan yang dimiliki. Guru hanya sebagai fasilitator dan motivator sehingga peran siswa yang dominan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini guru hendaknya menciptakan variasi pembelajaran agar siswa tertarik untuk belajar. Salah satu usaha yang dilakukan oleh guru adalah penerapan model pembelajaran efektif dan sesuai. Dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, menyunting karangan adalah salah satu kompetensi dasar yang perlu mendapat perhatian lebih, mengingat hasil
yang dicapai oleh siswa kurang memuaskan. Untuk
menyelesaikan msalah tersebut, penelitian ini berusaha menerapkan model pembelajaran yang efektif sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pembelajaran menyunting karangan, mengingat pembelajaran menyunting karangan merupakan salah satu kompetensi dasar yang sangat sulit dan membutuhkan ketelitian. Model pembelajaran think-pair-share dapat dijadikan alternatif pilihan dalam pembelajaran menyunting karangan. Pada dasarnya, pembelajaran menyunting di sekolah adalah suatu pembelajaran yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan menyunting karangan. Adapun tahap awal yang akan dilakukan adalah menyusun rencana pembelajaran. Dalam rencana pembelajaran memuat pembukaan (skenario pembelajaran) dan penutup. Skenario pembelajaran diawali denngan pengenalan model pembelajaran think-pair-share kemudian dilanjutkan dengan pengenalan konsep yang akan dilakukan oleh siswa dalam menyunting karangan. Guru menjelaskan sistem kerja yang dilakukan siswa. Setelah pembelajaran selesai,
32
guru menutup pembelajaran dengan memberikan simpulan dan refleksi tentang pembelajaran yang telah berlangsung. Sintaks pembelajarannya sebagai berikut. Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Langkah-langkah Langkah 1: Berpikir (thinking)
Kegiatan 1. Siswa
ditempatkan
kelompok-kelompok.
dalam Setiap
kelompok terdiri atas empat anggota/siswa. 2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok. 3. Tiap-tiap anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu. Langkah 2: Berpasangan (pairing)
4. Kelompok membentuk anggotaanggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.
Langkah 3: Berbagi (sharing)
5. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk menshare hasil diskusinya.
33
2.3 Kerangka Berpikir Kemampuan menyunting karangan siswa SMP Negeri 2 Tulis khususnya kelas IX B masih rendah, terbukti dari hasil observasi yang dilakukan, masih banyak siswa yang belum dapat menyunting karangan dengan baik. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share untuk membelajarkan menyunting karangan diharapkan dapat menarik siswa dan memotivasi untuk aktif dalam pembelajaran sehingga kompetensi dasar menyunting karangan dapat meningkat. Penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe thinkpair-share untuk meningkatkan kemampuan menyunting karangan dilakukan dalam beberapa siklus sampai target tercapai. Pada siklus pertama, guru menjelaskan tentang menyunting karangan kepada siswa secara singkat kemudian guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dalam proses pembelajaran. Kemudian, setelah hasil diketahui dan kurang dapat mencapai
target
yang
diinginkan
maka
diperlukan
siklus
dua
memperbaikinya. Bagan kerangka berpikir digambarkan sebagai berikut.
untuk
34
Bagan 1. Kerangka Berpikir Output
Proses
Input
Masalah
Tujuan Model pembelajaran kooperatif tipe think – pair share
Rendahnya kemampuan menyunting karangan
Bukti Siklus I 1. Siswa merasa bosan dan kurang tertarik dengan pembelajaran menyunting 2. Nilai keterampilan menyunting karangan masih rendah
1. Siswa tertarik menyunting karangan 2. Nilai keterampilan menyunting karangan meningkat Perencanaan ulang
Siklus II Bukti Keterampilan menyunting karangan meningkat
2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang hendak dicapai dan dipecahkan. Hipotesis hanya bersifat dugaan yang mungkin benar atau justru mungkin salah. Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share kemampuan menyunting karangan siswa SMP Negeri 2 TulisBatang akan mengalami peningkatan.
35
`BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam penelitian tindakan kelas memuat empat aspek pokok, yaitu: (1) penyusunan rencana; (2) tindakan; (3) observasi; dan (4) refleksi. Keempat aspek pokok tersebut pengkajiannya dilakukan secara bertahap dan sistematis yang diterapkan dalam tiga siklus, yaitu siklus I,siklus II, dan siklus III. Hubungan antara siklus I, siklus II, dan siklus III dapat diterangkan dalam gambar desain menurut Tripp (dalam Subyantoro 2009:27), sebagai berikut.
SIKLUS I PERENCANAAN
REFLEKSI
TINDAKAN
OBSERVASI
SIKLUS II
SIKLUS III
PERENCANAAN
PERENCANAAN
TINDAKAN
REFLEKSI
OBSERVASI
Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan
35
TINDAKAN
REFLEKSI
OBSERVASI
36
Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan Tahap perencanaan merupakan tahap awal yang berupa kegiatan untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti untuk memecahkan masalah yang akan dihadapi. Pada tahap ini, peneliti melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia mengenai waktu pelaksanaan penelitian, materi yang akan diajarkan, dan bagaimana rencana pelaksanaan penelitiannya. Permasalahaan yang muncul berdasarkan hasil wawancara dengan guru Bahasa dan Sastra Indonesia adalah cukup rendahnya kemampuan menyunting karangan. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti berusaha mencari penyelesaian yang baik untuk meningkatkan kemampuan menyunting karangan. Hal yang dilakukan oleh peneliti pada tahap perencanaan ini adalah (1) menyusun rencana pembelajaran; (2) menyusun pedoman observasi, wawancara, dan jurnal; (3) menyusun rancangan evaluasi; dan (4) mempersiapkan alat dokumentasi. 2. Tindakan Tindakan penelitian adalah pelaksanaan dari rencana yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan yang dilakukan adalah pembelajaran menyunting karangan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Tindakan dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.
37
3. Observasi Tahap observasi merupakan kegiatan peneliti dalam mengamati segala perilaku siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar pedoman observasi. Pelaksanaan observasi, peneliti dibantu oleh salah seorang rekannya dan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk mencatat hal-hal yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi dilakukan dari awal sampai akhir pembelajaran. Melalui observasi ini diperoleh data tentang kegiatan siswa selama proses pembelajaran. Data yang diperoleh pada siklus I sebagai acuan dalam perbaikan siklus II, serta dijadikan bahas refleksi. 4. Refleksi Refleksi adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dan atau terjadi, apa yang telah dihasilkan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi ini digunakan untuk menerapkan langkah lebih lanjut sebagai dasar perbaikan pada pembelajaran berikutnya untuk mencapai pembelajaran yang diharapkan.
3.1.1 Prosedur Tindakan Kelas Siklus I Prosedur tindakan kelas dalam siklus I dapat diuraikan sebagai berikut. 3.1.1.1 Perencanaan Perencanaan
ini
dilakukan
sebagai
upaya
memecahkan
segala
permasalahan yang ditemukan pada refleksi awal dan segala sesuatu yang perlu
38
dilakukan pada tahap tindakan. Dengan adanya perencanaan, tindakan pembelajaran yang akan dilakukan akan lebih terarah dan sistematis. Pada tahap perencanaan, peneliti mengadakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut ini: (1) melakukan koordinasi dengan guru kelas mengenai rencana penelitian yang akan dilakukan; (2) menyusun rencana pembelajaran; (3) membuat dan mempersiapkan instrumen penelitian berupa: rubrik penilaian, pedoman observasi, pedoman dokumentasi, dan pedoman wawancara; (4) menyiapkan media pembelajaran berupa segala sesuatu yang diperlukan dalam kegiatan menyunting karangan. 3.1.1.2 Tindakan Pada tahap tindakan, hal yang dilakukan yaitu melakukan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan perencanaan pembelajaran yang matang. Proses tindakan penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. (1) Pendahuluan Tahap pendahuluan merupakan tahap untuk mempersiapkan mental siswa dan mengkondisikan siswa agar mengikuti pembelajaran dengan baik. Persiapan dilakukan dengan cara memberikan apersepsi seputar materi menyunting karangan, apa yang diketahui tentang menyunting dan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam menyunting. (2) Inti Kegiatan inti merupakan tahap melaksanakan kegiatan menyunting karangan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-
39
share. Pada tahap ini, hal-hal yang dilakukan peneliti antara lain: (1) guru mencoba mengubah konsep kelas menjadi forum diskusi; (2) guru menanyakan kendala apa yang dihadapi ketika menyunting karangan; (3) guru menjelaskan cara metode think-pair-share, yaitu siswa berpasangan untuk berdiskusi dalam menyunting karangan; (4) guru memberikan kepada siswa karangan untuk disunting; (5) siswa menyunting karangan berdasarkan aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam menyunting yaitu ejaan, diksi, keefektifan kalimat, dan keterpaduan paragraf; (6) setelah selesai, guru bersama siswa membahas hasil suntingan; (7) guru memberikan prestos sebagai hasil jerih payah penyunting yang mendapatkan nilai paling baik sehingga dapat dijadikan motivasi untuk lebih dapat menyunting dengan benar. (3) Penutup Pada tahap ini, guru bersama siswa mengadakan refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung dan membuat kesimpulan terhadap pembelajaran menyunting karangan. Tujuannya untuk mengetahui kekurangan yang ada dalam siklus I ini. Kemudian, guru meminta siswa mengisi jurnal yang telah dipersiapkan. 3.1.1.3 Observasi Observasi ini dilakukan pada saat proses pembelajaran menyunting karangan berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui semua perilaku atau aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar pedoman observasi siswa yang berisi pernyataan
40
mengenai perilaku siswa selama pembelajaran berlangsung. Peneliti dibantu oleh rekan peneliti dan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam mengobservasi yaitu untuk mencatat hal-hal yang dilakukan siswa baik positif maupun negatif selama pembelajaran dilaksanakan. Observasi dilakukan terhadap data tes dan nontes. Data tes yang diobservasi berupa hasil suntingan siswa dan sikap siswa pada saat menyunting karangan. Hasil observasi ini sebagai bukti observasi terhadap data tes menyunting karangan. Melalui observasi data tes ini dapat diketahui beberapa kekurangan dan kelebihan hasil tes menyunting karangan dengan metode thinkpair-share sehingga kekurangan yang ada pada hasil observasi data tes siklus I dapat diperbaiki pada siklus II dan kelebihan-kelebihannya dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan. Selain itu, data nontes berupa observasi, angket minat, wawancara, dan dokumentasi. Tujuan dilakukannya observasi terhadap data nontes ini adalah untuk mengetahui sikap siswa selama pembelajaran berlangsung. Melalui kegiatan observasi ini dapat diketahui beberapa siswa yang bersikap positif atau negatif pada waktu pembelajaran menyunting karangan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dilaksankan. Dalam proses observasi ini data diperoleh melalui beberapa cara, yaitu: (1) tes yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyunting karangan dengan metode think-pair-share; (2) lembar pedoman observasi; (3) dokumentasi foto digunakan sebagai bukti berupa gambar aktivitas siswa selama
41
pembelajaran; (4) wawancara yang digunakan untuk mengetahui pendapat siswa tentang pembelajaran menyunting karangan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. 3.1.1.4 Refleksi Refleksi dilakukan pada akhir pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya mengkaji segala hal yang telah terjadi pada tahap tindakan. Hasil refleksi ini digunakan sebagai bahan masukan dalam menetapkan langkah selanjutnya. Dalam penelitian tindakan kelas ini, refleksi pada siklus I dijadikan masukan dalam menentukan langkah pada siklus II. Dengan demikian, akan dilakukan perbaikan perencanaan dan tindakan pada siklus II sehingga hasil pembelajaran yang didapatkan semakin meningkat. Dari hasil tes dan nontes (observasi, dokumentasi, dan wawancara) akan diketahui tindakan-tindakan yang kurang mengena kepada sasaran. Kemudian diadakan perubahan-perubahan agar pada siklus II kesalahan tidak terulang lagi, sedangkan kelebihan-kelebihan yang terdapat pada siklus I akan dipertahankan dan ditingkatkan sehingga akan diperoleh hasil pembelajaran yang lebih baik.
3.1.2 Prosedur Tindakan Kelas Siklus II Proses tindakan pada siklus II dilakukan berdasarkan hal-hal yang kurang sesuai pada siklus I. pelaksanaan siklus II ini melalui tahap yang sama dengan siklus I, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
42
3.1.2.1 Perencanaan Perencanaan yang dilakukan pada siklus II ini merupakan perbaikan dan perencanaan pada siklus I. Perubahan perencanaan dilakukan karena guru kurang dapat menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyunting karangan. Adapun perencanaan yang dilakukan pada siklus II adalah (1) membuat perbaikan rencana pembelajaran menyunting karangan berdasarkan refleksi pada siklus I; (2) menyiapkan lembar observasi, pedoman dokumentasi, dan lembar wawancara untuk memperoleh data pada siklus II; (3) menyiapkan perangkat pembelajaran yang sudah diperbaiki. 3.1.2.2 Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II merupakan penerapan dari perencanaan yang sudah diperbaiki. Tindakan ini difokuskan pada hal-hal yang penting dengan peningkatan keterampilan menyunting karangan. Pelaksanaan tindakan pada siklus I yaitu tahap pendahuluan, inti, dan penutup. (1) Pendahuluan Pada pendahuluan siklus II ini, guru melakukan pembaharuan tindakan, yiatu guru menanyakan materi yang telah lalu untuk mengingatkan kembali kesalahan-kesalahan yang ada dalam siklus I agar pada nantinya kesalahan itu tidak terulang pada siklus II. (2) Inti Pada kegiatan inti, tindakan yang dilakukan pada siklus II meliputi beberapa hal, yaitu: (1) guru memaparkan hasil belajar yang telah dinilai berserta kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki dari siklus I; (2) siswa bersama
43
guru berdiskusi tentang kesalahan yang masih dilakukan siswa dan mencari cara memperbaikinya; (3) guru menjelaskan manfaat menyunting; (4) guru memberikan karangan kepada siswa untuk disunting; (5) guru menyampaikan lagi tentang langkah dalam menyunting serta hal-hal yang perlu disunting; (6) siswa mulai menyunting karangan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share, yaitu siswa berdiskusi berpasangan; (7) siswa menukarkan pekerjaannya kepada pasangan lain; (8) siswa bersama guru mencocokkan hasil jawaban; dan (9) guru memberikan penghargaan untuk siswa yang mendapat nilai tertinggi. (3) Penutup Pada tahap ini, guru bersama siswa merefleksi kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Setelah itu, siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran yang berlangsung, yakni penerapan model pembelajaran koooperatif tipe think-pairshare mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menyunting karangan. 3.1.2.3 Observasi Observasi pada siklus II ini bentuknya sama dengan pengamatan pada siklus I. adapun observasi yang dilakukan berupa observasi tes dan nontes. Observasi tes digunakan untuk mengetahui nilai tes menyunting karangan pada siklus II serta melihat perilaku siswa pada saat menyunting karangan. Sedangkan observasi data nontes dilakukan pada observasi perilaku siswa selama pembelajaran menyunting karangan. Observasi nontes digunakan sebagai penguat hasil data tes.
44
Pada tahap observasi data nontes ini, peneliti mempersiapkan lembar observasi yang berisi pernyataan mengenai perilaku siswa, baik yang positif maupun yang negatif selama pembelajaran berlangsung. Observasi pada kegiatan wawancara dilakukan pada akhir pembelajaran. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data berdasarkan pendapat siswa. Observasi pada dokumentasi foto dilakukan untuk mengambil gambar siswa selama pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan sebagai bukti visualisasi pembelajaran menyunting karangan. 3.1.2.4 Refleksi Refleksi pada siklus II merupakan koreksi perenungan akhir dalam penelitian ini. Semua kendala atau kelemahan tentang pembelajaran menyunting yang ditemukan mulai dari awal perencanaan sampai dengan hasil akhir yang berasal dari data tes dan nontes pada siklus I akan diatasi pada siklus II.
3.1.3 Prosedur Tindakan Kelas Siklus III Proses tindakan pada siklus III dilakukan berdasarkan hal-hal yang kurang sesuai pada siklus II. Pelaksanaan siklus III ini melalui tahap yang sama dengan siklus I dan siklus II, yaitu: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. 3.1.3.1 Perencanaan Perencanaan yang dilakukan pada siklus III ini merupakan perbaikan dan perencanaan pada siklus II. Perubahan perencanaan dilakukan karena guru kurang dapat menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyunting karangan. Adapun perencanaan yang dilakukan pada siklus III adalah (1) membuat perbaikan rencana pembelajaran menyunting karangan berdasarkan refleksi pada
45
siklus II; (2) menyiapkan lembar observasi, pedoman dokumentasi, dan lembar wawancara untuk memperoleh data pada siklus III; (3) menyiapkan perangkat pembelajaran yang sudah diperbaiki. 3.1.3.2 Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus III merupakan penerapan dari perencanaan yang sudah diperbaiki. Tindakan ini difokuskan pada hal-hal yang penting dengan peningkatan keterampilan menyunting karangan. Pelaksanaan tindakan pada siklus III yaitu tahap pendahuluan, inti, dan penutup. (1) Pendahuluan Pada pendahuluan siklus III ini, guru melakukan pembaharuan tindakan, yaitu guru menanyakan materi yang telah lalu untuk mengingatkan kembali kesalahan-kesalahan yang ada dalam siklus II agar pada nantinya kesalahan itu tidak terulang pada siklus III. (2) Inti Pada kegiatan inti, tindakan yang dilakukan pada siklus III meliputi beberapa hal, yaitu: (1) guru memaparkan hasil belajar yang telah dinilai berserta kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki dari siklus II; (2) siswa bersama guru berdiskusi tentang kesalahan yang masih dilakukan siswa dan mencari cara memperbaikinya; (3) guru menjelaskan manfaat menyunting; (4) guru memberikan karangan kepada siswa untuk disunting; (5) guru menyampaikan lagi tentang langkah dalam menyunting serta hal-hal yang perlu disunting; (6) siswa mulai menyunting karangan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share, yaitu siswa berdiskusi berpasangan; (7) siswa menukarkan
46
pekerjaannya kepada pasangan lain; (8) siswa bersama guru mencocokkan hasil jawaban; dan (9) guru memberikan penghargaan untuk siswa yang mendapat nilai tertinggi. (3) Penutup Pada tahap ini, guru bersama siswa merefleksi kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Setelah itu, siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran yang berlangsung, yakni penerapan model pembelajaran koooperatif tipe think-pairshare mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menyunting karangan. 3.1.3.3 Observasi Observasi pada siklus III ini bentuknya sama dengan pengamatan pada siklus II. Adapun observasi yang dilakukan berupa observasi tes dan nontes. Observasi tes digunakan untuk mengetahui nilai tes menyunting karangan pada siklus III serta melihat perilaku siswa pada saat menyunting karangan. Sedangkan observasi data nontes dilakukan pada observasi perilaku siswa selama pembelajaran menyunting karangan. Observasi nontes digunakan sebagai penguat hasil data tes. Pada tahap observasi data nontes ini, peneliti mempersiapkan lembar observasi yang berisi pernyataan mengenai perilaku siswa, baik yang positif maupun yang negatif selama pembelajaran berlangsung. Observasi pada kegiatan wawancara dilakukan pada akhir pembelajaran. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data berdasarkan pendapat siswa. Observasi pada dokumentasi foto dilakukan untuk mengambil gambar siswa selama pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan sebagai bukti visualisasi pembelajaran menyunting karangan.
47
3.1.3.4 Refleksi Refleksi pada siklus III merupakan koreksi perenungan akhir dalam penelitian ini. Semua kendala atau kelemahan tentang pembelajaran menyunting yang ditemukan mulai dari awal perencanaan sampai dengan hasil akhir yang berasal dari data tes dan nontes pada siklus II akan diatasi pada siklus III.
3.2
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah kemampuan menyunting karangan siswa kelas
IX B SMP Negeri 2 Tulis-Batang. Penulis memilih kelas ini dengan alasan: (1) berdasarkan kegiatan pembelajaran sehari-hari, kelas ini termasuk kelas yang memiliki prestasi yang rendah dan kurang memiliki motivasi untuk belajar dan (2) kemampuan menyunting karangan kelas IX B paling rendah dibanding kelas lain.
3.3
Variabel Penelitian Variabel yang diungkap dalam penelitian ini ada dua yaitu kemampuan
menyunting karangan dan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. 3.3.1
Kemampuan Menyunting Karangan Kemampuan menyunting karangan adalah salah satu kompetensi dasar
yang ada dalam keterampilan menulis dengan indikator mampu menyunting karangan sendiri atau karangan teman dengan memperhatikan ketepatan ejaan, diksi (pilihan kata), keefektifan kalimat, dan keterpaduan paragraf.
48
Alasan utama diangkatnya penelitian tentang keterampilan menyunting karangan karena dari hasil observasi yang dilakukan peneliti bahwa keterampilan menyunting masih rendah. 3.3.2
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share adalah suatu model
pembelajaran yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi dengan membagi siswa berpasangan untuk saling memecahkan suatu masalah. Adapun kelebihan model pembelajaran think-pair-share adalah sebagai berikut. Pertama, model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk bekerja sama. Hal ini karena siswa berpasangan sehingga mereka harus saling membantu untuk mencari informasi tentang materi yang diberikan oleh guru. Kedua, siswa dapat saling memberikan pengetahuan dan berinteraksi. Mereka dapat bertukar pengetahuan karena tidak semua siswa memiliki tingkat pengetahuan yang sama. Ketiga, kegiatan penyuntingan dengan menggunakan teknik ini akan mempermudah siswa untuk menemukan kesalahan penulisan ejaan karena tidak harus mencari kesalahan itu sendiri, melainkan dengan bantuan temannya. Dengan adanya penerapan model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan hasil siswa dalam menyunting karangan karena model ini menjadikan siswa lebih semangat mengikuti pelajaran menyunting karangan.
3.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini berupa tes dan nontes. Tes digunakan untuk mengumpulkan data
49
tentang kemampuan menyunting karangan siswa, sedangkan nontes berupa lembar observasi, pedoman dokumentasi, dan pedoman wawancara digunakan untuk mengetahui perilaku siswa selama proses pembelajaran. 3.4.1
Instrumen Tes Tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kinerja atau
performansi. Peneliti menilai hasil kerja siswa berdasarkan rubrik penilaian. Rubrik penilaian menyunting karangan dibuat
berdasarkan aspek-aspek
kemampuan menyunting karangan, yaitu yang termuat dalam indikator menyunting karangan dengan memperhatikan ejaan, pilihan kata, keefektifan kalimat, dan keterpaduan paragraf. Tabel 2. Rubrik Penilaian Menyunting Karangan
NO
ASPEK PENILAIAN
SKOR
1.
Penggunaan ejaan
6
2.
Pilihan kata
4
3.
Keefektifan kalimat
5
4.
Kepaduan paragraf
5
Jumlah
20
Keterangan: Skor maksimal yang diperoleh dari hasil pembelajaran menyunting karangan adalah 100, yaitu dari jumlah skor keseluruhan tiap aspek dibagi nilai ideal dikali seratus.
50
3.4.2
Instrumen Nontes Bentuk instrumen nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pedoman observasi, lembar angket, pedoman wawancara, dan dokumentasi foto.
3.4.2.1 Pedoman Observasi Pedoman observasi atau pengamatan berisi aspek yang diamati selama proses pembelajaran menyunting karangan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share, yaitu meliputi: (1) kerja sama dengan pasangannya; (2) antusias siswa mengikuti pembelajaran menyunting karangan; (3) keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menyunting karangan; (4) ketekunan siswa dalam menyunting karangan; (5) tanggapan siswa terhadap pembelajaran menyunting karangan. 3.4.2.2 Lembar Angket Minat Siswa Pada angket minat siswa ini berisi sepuluh pernyataan mengenai pembelajaran menyunting karangan. Siswa bertugas memberikan ceck list (√) pada kolom skor sesuai dengan minatnya. Pernyataan-pernyataan tersebut meliputi: (1) siswa merasa senang mengikuti pelajaran ini; (2) siswa merasa rugi bila tidak mengikuti pelajaran ini; (3) siswa merasa pelajaran ini bermanfaat; (4) siswa berusaha menyerahkan tugas tepat waktu; (5) siswa berusaha memahami pelajaran ini; (6) siswa bertanya kepada guru bila ada yang tidak jelas; (7) siswa mengerjakan soal-soal latihan di rumah; (8) siswa mendiskusikan materi pelajaran
51
dengan teman; (9) siswa berusaha memiliki buku pelajaran ini; dan (10) siswa berusaha mencari bahan di perpustakaan. 3.4.2.3 Pedoman Wawancara Dalam pedoman wawancara ini, peneliti telah menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan. Dalam wawancara, peneliti mengendalikan percakapan sesuai dengan arah pertanyaan. Wawancara tidak dilakukan kepada semua siswa, tetapi hanya kepada siswa yang nilainya tinggi, sedang, dan rendah dalam pembelajaran menyunting karangan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pairshare. Adapun pertanyaan yang diungkapkan melalui wawancara adalah: 1. Bagaimana perasaan Anda terhadap pembelajaran menyunting karangan yang telah berlangsung? 2. Menurut Anda, masih adakah kesulitan-kesulitan yang Anda alami ketika menyunting karangan sekarang? Sebutkan alasannya! 3. Apakah pembelajaran menyunting karangan dengan metode think-pair-share mampu meningkatkan keaktifan Anda di kelas? 4. Apakah Anda sudah puas dengan hasil belajar menyunting karangan? 5. Manfaat apa sajakah yang Anda peroleh setelah mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan metode think-pair-share?
3.4.2.4 Dokumentasi Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah foto. Dokumentasi ini digunakan untuk mengabadikan gambar pada saat proses pembelajaran menyunting karangan
berlangsung. Pengambilan gambar foto
difokuskan pada saat-saat tertentu, yaitu: (1) siswa memperhatikan penjelasan guru; (2) siswa berlatih menyunting karangan; (3) siswa mengajukan pertanyaan; (4) siswa bekerja dengan serius dan sungguh-sungguh, dan sebagainya.
52
3.5
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan nontes.
3.5.1
Teknik Tes Penelitian ini mengumpulkan data tes melalui tes performansi.
Pengumpulan data berupa tes pada penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada siklus I, siklus II, dan siklus III. Teknik tes ini dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, bentuk tes yang digunakan adalah praktik menyunting karangan. Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam melaksanakan tes ini adalah sebagai berikut: (1) siswa diberikan karangan untuk disunting; (2) siswa secara individu menyunting; (3) setelah selesai, hasil suntingan dari siswa diserahkan kepada guru; (4) peneliti bertindak sebagai editor; dan (5) peneliti mengolah data hasil penelitian. 3.5.2
Teknik Nontes Peneliti menggunakan observasi, angket, wawancara, dan dokumentasi
sebagai cara pengambilan data nontes. 3.5.2.1 Observasi Observasi atau pengamatan dilakukan dengan cara mengamati aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran menyunting karangan dengan menerapkan model pembelajaran think-pair-share berlangsung, yaitu sejak pelajaran dimulai sampai akhir pelajaran.
53
Observasi dilakukan dengan cara mengisi skor pada pedoman pengamatan. Pedoman pengamatan memiliki rentang skor 1-5 dengan kategori buruk, kurang, baik, dan baik sekali sesuai keadaan siswa. 3.5.2.2 Angket Untuk memperoleh penilaian minat siswa dilakukan dengan cara membagikan angket yang harus diisi oleh siswa sesuai dengan minatnya. Angket dibagikan setelah pelajaran selesai. 3.5.2.3 Dokumentasi Teknik pengumpulan data yang selanjutnya adalah dengan menggunakan teknik dokumentasi. Dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil gambar berupa foto. Pengambilan gambar foto dilakukan pada saat-saat tertentu selama proses pembelajaran, yaitu siswa memperhatikan penjelasan dari guru, siswa berlatih menyunting karangan, siswa mencocokkan jawaban bersama guru, dan sebagainya. 3.5.2.4 Wawancara Teknik wawancara dilakukan di luar jam pelajaran yaitu pada saat istirahat, di sela-sela pelajaran, atau sepulang sekolah. Wawancara dilakukan kepada kepada 6 siswa, yaitu dua siswa yang dinilai tesnya baik, dua siswa yang hasil tesnya sedang, dan dua siswa yang hasil tesnya kurang. Siswa yang dimaksud dipanggil secara khusus dan diberi pertanyaan. Wawancara dilakukan dengan cara merekam proses wawancara dengan menggunakan tape recorder. Di samping itu, pewawancara juga melakukan pencatatan.
54
3.6 Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan pada penelitian ini adalah secara kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif berasal dari data tes siklus I, siklus II, dan siklus III, sedangkan data kualitatif yakni data yang diperoleh dari deskripsi hasil nontes untuk mendapatkan kualitas perilaku siswa dalam proses pembelajaran menyunting karangan yang telah berlangsung. 3.6.1
Analisis Kuantitatif Analisis data kuantitatif dilakukan dengan cara menghitung data
kuantitatif berdasarkan hasil penelitian diperoleh dari hasil tes maupun nontes siswa sebanyak dua kali, yaitu pada siklus I dan siklus II. Dari data tersebut akan dianalisis menggunakan rumus: a. Rata-rata kelas Untuk mengetahui nilai rata-rata kelas pada masing-masing siklus menggunakan rumus:
Nilai rata-rata
b. Ketuntasan belajar secara klasikal Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara klasikal menggunakan rumus:
55
Hasil penghitungan nilai masing-masing tes direkap. Nilai pembelajaran dari siklus I dirata-rata, demikian juga siklus II. Hasil pembelajaran menyunting karangan melalui model pembelajaran think-pair-share siswa pada siklus I dibandingkan dengan siklus II, apakah ada peningkatan atau tidak. Dinyatakan ada peningkatan apabila siswa berhasil mencapai target yang telah ditetapkan. Dengan cara ini, guru akan lebih tahu kesulitan yang dialami oleh sehingga guru dapat mengatasinya. Nilai masing-masing suatu kelas dijumlahkan (∑N). Kemudian besarnya persentase nilai siswa ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
Ket: Np : Nilai persentase kemampuan siswa ∑N : Jumlah nilai dalam satu kelas s
: Jumlah responden dalam satu kelas
n
: Nilai maksimal tes Hasil persentase kemampuan siswa tiap-tiap tes kemudian dibandingkan
antara hasil tes pada siklus I dengan hasil tes pada siklus II. Hasil ini akan member gambaran mengenai persentase peningkatan keterampilan menyunting karangan dan tingkat keberhasilan penelitian. 3.6.2
Analisis Kualitatif Analisis kualitatif adalah dengan cara menganalisis dan mendeskripsi data
kualitatif. Lembar observasi yang telah diisi saat proses pembelajaran diklasifikasikan dengan pengamat lain kemudian dianalisis dan dideskripsikan.
56
Data dokumentasi diperoleh dengan cara mendeskripsikan hasil dokumentasi foto. Data jurnal dianalisis dengan cara membaca seluruh jurnal siswa dan guru dan mendeskripsikannya. Data wawancara dianalisis dan dideskripsikan berdasarkan rekaman dan catatan wawancara. Hasil analisis berguna untuk mengetahui adanya peningkatan keterampilan dan mengetahui perubahan perilaku belajar siswa. 3.7 Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas adalah nilai rata-rata yang ditetapkan dalam KKM yakni ≥70 dan ketuntasan belajar klasikal minimal 75% dari seluruh siswa yang mencapai ketuntasan. Adapun alat ukurnya adalah dengan menganalisis persentase ketuntasan belajar siswa dari tes siklus yang telah dikerjakan.
57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diperoleh dari tes prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus III. Hasil prasiklus berasal dari hasil tes menyunting karangan siswa tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dan disajikan dalam bentuk data kuantitatif. Adapun hasil tes siklus I, siklus II, dan siklus III berupa
kemampuan
menyunting
karangan
siswa
setelah
mendapatkan
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pairshare dan disajikan dalam bentuk data kuantitatif dan hasil nontes kedua siklus ini disajikan dalam bentuk deskripsi data kualitatif. Sistem penyajian hasil dari siklus I, siklus II, dan siklus III yang berupa angka yang akan disajikan dalam bentuk tabel, kemudian dianalisis dalam bentuk uraian. Adapun perubahan perilaku dan juga minat siswa terhadap pembelajaran diketahui dari hasil observasi, angket minat, dokumentasi, dan wawancara.
4.1.1 Hasil Prasiklus Dari hasil tes prasiklus menunjukkan kondisi awal kemampuan menyunting karangan siswa sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share yang akan disajikan oleh peneliti. Adapun aspek yang dinilai dalam tindakan prasiklus meliputi (1) penggunaan ejaan dan tanda baca, (2) diksi/pilihan kata, (3) keefektifan kalimat, dan (4) kepaduan paragraf.
57
58
Hasil ini menjadi dasar untuk melakukan tindakan pada siklus selanjutnya. Secara umum hasil tes kemampuan siswa dalam menyunting karangan pada prasiklus akan dipaparkan pada tabel berikut ini. Tabel 3. Hasil Tes Menyunting Karangan Prasiklus No. 1 2 3 4 5 6 7
Kategori Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Jumlah siswa tuntas belajar Jumlah siswa tidak tuntas belajar Persentase tuntas belajar Persentase tidak tuntas belajar
Hasil yang Dicapai 70 30 52,5 2 38 5% 95%
Rendahnya kemampuan menyunting karangan siswa tersebut disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi kurangnya pemahaman siswa tentang tata tulis dan EYD yang benar. Hal ini dapat dibuktikan dengan tes prasiklus menyunting karangan siswa menunjukkan sebagian besar siswa atau sebesar 95 % tidak tuntas belajar. Faktor eksternal disebabkan metode yang digunakan guru cenderung mengandalkan pola pembelajaran tradisional. Berdasarkan kondisi dan data awal tersebut, perlu dilakukan tindakan untuk membantu siswa dalam memahami materi dan meningkatkan hasil belajar. Langkah yang diambil dalam penelitian ini, yaitu dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif
tipe
think-pair-share
yang
diharapkan
dapat
meningkatkan peran aktif siswa dalam pembelajaran sehingga akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar.
59
Nilai prasiklus pada setiap aspek dalam menyunting karangan dapat dilihat dalam diagram batang berikut.
NILAI PRASIKLUS PADA TIAP ASPEK 70 60 50 40 30
52.5
61.25
20
Nilai Prasiklus 49
49
3
4
10
0 1
2
Diagram 1. Nilai Prasiklus pada Setiap Aspek Keterangan: 1. Aspek Ejaan dan Tanda Baca 2. Aspek Diksi 3. Aspek Keefektifan Kalimat 4. Aspek Kepaduan Paragraf Diagram batang tersebut merupakan diagram yang menunjukkan hasi tes menyunting karangan prasiklus pada setiap aspeknya. Hasil di atas menunjukkan hasil yang kurang memuaskan sehingga dibutuhkan perbaikan pada siklus I. Adapun hasil tes kemampuan menyunting karangan prasiklus yang diperoleh setiap siswa dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
60
Nilai Siswa pada Prasiklus 80 70 60 50 40 Nilai
30 20 10 R-2 R-4 R-6 R-8 R-10 R-12 R-14 R-16 R-18 R-20 R-22 R-24 R-26 R-28 R-30 R-32 R-34 R-36 R-38 R-40
0
Grafik 1. Hasil Tes Menyunting Karangan Prasiklus Grafik di atas menunjukkan bahwa hanya ada 2 siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar, yaitu dengan nilai 70. Selebihnya masih belum dapat dikatakan tuntas karena nilai yang diperoleh masih di bawah KKM.
4.1.2
Hasil Penelitian Siklus I Penelitian pada siklus I dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan, pada
tanggal 19 Juli 2011. Dari hasil penelitian pada siklus I, diperoleh dari hasil tes dan nontes. Adapun subjek penelitian yang menjadi dasar pemilihan penelitian adalah kelas IXB SMP Negeri 2 Tulis tahun pengajaran 2011/2012.
4.1.2.1 Hasil Tes Siklus I Berdasarkan hasil penilaian menyunting karangan yang telah dilakukan, diketahui bahwa nilai rata-rata secara klasikal sebesar 61. Pada siklus I ini terjadi
61
peningkatan dari prasiklus sebesar 8,5. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada siklus I sebesar 75. Nilai tersebut dicapai oleh 4 siswa. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 45. Sejumlah 4 siswa yang memperoleh nilai tersebut. Hasil tes menyunting karangan siswa kelas IXB pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus I No. 1 2 3 4 5 6 7
Hasil Tes Menyunting Karangan Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Jumlah siswa tuntas belajar Jumlah siswa tidak tuntas belajar Persentase tuntas belajar Persentase tidak tuntas belajar
Hasil yang Dicapai 75 45 61 10 30 25% 75%
Pada siklus I ini, nilai rata-rata yang diperoleh siswa hanya 61 dan belum memenuhi standar kelulusan yang ditentukan. Adapun penyebab dari kelemahan siswa pada siklus ini adalah siswa kurang dapat menguasai ejaan yang baik dan benar, siswa masih bingung dengan penggunaan huruf kapital, tanda baca titik, koma, bahkan penggunaan tanda petik dalam kalimat. Selain itu, keefektifan kalimat pun kurang dapat dikuasai dengan baik. Hal ini disebabkan karena siswa kurang serius dan kurang cermat dalam menyunting karangan serta kurang memperhatikan penjelasan dari guru. Perolehan nilai tes siklus I dari tiap-tiap aspek dapat dilihat pada grafik berikut.
62
Nilai Siklus I 80 70 60 50 40 30
60.83
71.25
Nilai Siklus I
68 51
20 10 0 1
2
3
4
Diagram 3. Nilai Siklus I pada Setiap Aspek Keterangan: 1. Aspek Ejaan dan Tanda Baca 2. Aspek Diksi 3. Aspek Keefektifan Kalimat 4. Aspek Kepaduan Paragraf
Diagram batang tersebut merupakan diagram yang menunjukkan hasil tes menyunting karangan siklus I pada setiap aspek yang diujikan. Pada gambar di atas, terjadi peningkatan hasil tiap aspek dalam menyunting karangan pada siklus I ini dibandingkan dengan nilai pada prasiklus, namun hasil dari siklus I ini masih kurang memenuhi standar ketuntasan yang ada. Adapun nilai kumulatif siklus I yang diperoleh setiap siswa dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
63
Nilai 80 70 60 50 40 Nilai
30 20 10 R-2 R-4 R-6 R-8 R-10 R-12 R-14 R-16 R-18 R-20 R-22 R-24 R-26 R-28 R-30 R-32 R-34 R-36 R-38 R-40
0
Grafik 2. Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus I
Grafik di atas menunjukkan bahwa sejumlah 10 siswa sudah mencapai nilai KKM, yaitu ≥70, namun selebihnya masih mencapai nilai di bawah KKM. Dengan demikian, agar kemampuan menyunting karangan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share siswa kelas IXB SMP Negeri 2 Tulis dapat memenuhi standar ketuntasan belajar maka perlu ditingkatkan. Peningkatan tersebut dapat diwujudkan dengan melakukan tindakan siklus II dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Supaya lebih jelas lagi, di bawah ini akan diuraikan penilaian tiap-tiap aspek dalam keterampilan menyunting karangan. 4.1.2.1.1
Aspek Ejaan dan Tanda Baca
Penilaian ejaan dan tanda baca difokuskan pada penggunaan tanda baca, huruf kapital, penulisan kata dan pemenggalannya. Hasil penelitian pada aspek ejaan dan tanda baca dapat dilihat pada tabel berikut.
64
Tabel 5. Hasil Tes Aspek Ejaan dan Tanda Baca No. 1 2 3 4 5 6 7
Kategori Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Jumlah siswa tuntas belajar Jumlah siswa tidak tuntas belajar Persentase tuntas belajar Persentase tidak tuntas belajar
Hasil yang Dicapai 83,33 33,33 60,83 4 36 10% 90%
Data pada tabel 6 tersebut menunjukkan bahwa siswa yang sudah mencapai KKM pada aspek ejaan dan tanda baca sejumlah 4 siswa atau sebesar 10%, sedangkan 36 siswa belum mencapai KKM. Nilai rata-rata kelas yang dicapai sebesar 60,83. Dengan demikian, kemampuan siswa dalam menggunakan ejaan dan tanda baca secara keseluruhan belum bisa dikatakan berhasil. Kesalahan yang dilakukan siswa berkisar pada masalah penulisan huruf kapital, penggunaan tanda koma, dan pemenggalan kata yang belum benar. 4.1.2.1.2
Aspek Diksi atau Pilihan Kata
Pada aspek pilihan kata atau diksi dalam menyunting karangan, hal yang paling penting yang harus diperhatikan adalah kejelian dalam memilih kata yang tepat agar karangan menjadi enak untuk dibaca. Pilihan kata merupakan salah satu aspek yang penting dalam menyunting karangan. Tabel 6. Hasil Tes Aspek Diksi atau Pilihan Kata No. 1 2 3 4 5 6 7
Kategori Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Jumlah siswa tuntas belajar Jumlah siswa tidak tuntas belajar Persentase tuntas belajar Persentase tidak tuntas belajar
Hasil yang Dicapai 100 25 71,25 28 12 70% 30%
65
Data pada tabel 7 di atas menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan siswa sebesar 70%. Data tersebut dapat meningkat apabila dilakukan tindakan yang lebih matang pada siklus berikutnya. 4.1.2.1.3
Aspek Keefektifan Kalimat
Penilaian aspek keefektifan kalimat difokuskan pada penggunaan kalimat yang efektif dalam karangan. Hasil penilaian aspek keefektifan kalimat dalma menyunting karangan siswa dapat silihat pada tabel berikut. Tabel 7. Hasil Tes Aspek Keefektifan Kalimat No. 1 2 3 4 5 6 7
Kategori Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Jumlah siswa tuntas belajar Jumlah siswa tidak tuntas belajar Persentase tuntas belajar Persentase tidak tuntas belajar
Hasil yang Dicapai 100 40 68 18 22 45% 55%
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa aspek keefektifan kalimat secara klasikal mencapai nilai rata-rata 68 dan tingkat ketuntasan yang dicapai sebesar 45%. 4.1.2.1.4
Aspek Kepaduan Paragraf
Penilaian aspek kepaduan paragraf pada keterampilan mneyunting karangan difokuskan pada kepaduan unsur-unsur pambentuk kalimat sehingga tersusun kalimat-kalimat yang baik dan paragraf yang padu. Hasil penilaian tes kepaduan paragraf dalam menyunting siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini.
66
Tabel 8. Hasil Tes Aspek Kepaduan Paragraf No. 1 2 3 4 5 6 7
Kategori Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Jumlah siswa tuntas belajar Jumlah siswa tidak tuntas belajar Persentase tuntas belajar Persentase tidak tuntas belajar
Hasil yang Dicapai 80 20 51 8 32 20% 80%
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa keterampilan menyunting karangan siswa pada aspek kepaduan paragraph mencapai tingkat ketuntasan sebesar 20%, dengan nilai rata-rata kelas sebesar 51. Data tersebut membuktikan bahwa keterampilan siswa pada aspek kepaduan paragraf masih harus ditingkatkan lagi pada siklus II.
4.1.2.2 Perubahan Perilaku pada Siklus I Perubahan perilaku siswa pada siklus I dapat diketahui melalui hasil observasi dan dokumentasi. Berikut ini akan dipaparkan data yang sudah diperoleh. Observasi digunakan guru untuk mengamati perilaku siswa ketika proses pembelajaran siklus I berlangsung. Aspek yang diamati dalam observasi siklus I ini meliputi empat hal, antara lain (1) kerja sama dengan pasangannya; (2) antusias siswa mengikuti pembelajaran menyunting karangan; (3) keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menyunting karangan; dan (4) ketekunan siswa dalam menyunting karangan.
67
Observasi dilakukan oleh peneliti dan teman peneliti serta guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Pada siklus I ini dideskripsikan mengenai segala perilaku siswa dalam proses pembelajaran menyunting karangan pada siklus I, terlihat respon siswa terhadap materi menyunting karangan. Hasil observasi ini menjadi tolak ukur untuk mengetahui perilaku siswa ketika proses pembelajaran menyunting karangan berlangsung pada siklus I, hasil akumulasi yang diperoleh dari nilai rata-rata empat aspek yang ada dalam lembar observasi. Tabel 9. Perubahan Perilaku Siswa pada Siklus I No.
Skor
Aspek Pengamatan
1
1
2
2
3
3
4
4
F % F % F % F %
1
2
3
4
5
1 2,5 2 5 2 5 2 5
11 27,5 14 35 9 22,5 12 30
20 50 17 42,5 24 60 20 50
6 15 5 12,5 4 10 4 10
2 5 2 5 1 2,5 2 5
Jumlah 40 100% 40 100% 40 100% 40 100%
Jumlah Skor
Nilai Ratarata
Ket.
117
58,5
Kurang
111
55,5
Kurang
113
56,5
Kurang
117
58,5
Kurang
Pada tabel di atas dijelaskan berdasarkan hasil observasi siklus I diperoleh data sebagai berikut. Aspek pertama yang terdapat dalam lembar observasi, yaitu kerja sama siswa dengan pasangannya ketika mengerjakan soal tes siklus I. Dari hasil observasi, dapat dilihat hanya 5% siswa yang bekerja sama dengan baik ketika mengerjakan soal tes, 15% siswa bekerja sama dengan pasangannya, namun kurang aktif, 50% siswa kurang bisa bekerja sama dengan baik, 27,5% siswa hanya berdiam diri, 2,5% siswa sibuk dengan dirinya sendiri.
68
Aspek kedua, yakni antusias siswa ketika prosen pembelajaran berlangsung. Dari hasil observasi yang dilakukan, diperoleh data siswa yang merasa sangat berantusias dalam proses pembelajaran sebesar 5%, dan yang menganggap pembelajaran ini menyenangkan sebesar 12,5%, ada 42,5% siswa menganggap pembelajaran ini biasa saja. Sebesar 35% siswa kurang berantusias, dan 5% siswa sama sekali tidak berantusias dalam pembelajaran menyunting karangan. Dari data yang diperoleh, ada sebagian dari siswa kurang berantusias dalam pembelajaran menyunting karangan. Hal ini karena siswa menganggap pembelajaran menyunting karangan sangat sulit, dibutuhkan ketelitian khusus dalam penggunaan ejaan, diksi, penggunaan kalimat efektif, dan kepaduan paragraf. Dengan alasan semacam ini, tidak lantas mematahkan semangat peneliti untuk mengadakan penelitian, tetapi ini merupakan sebuah tantangan bagaimana memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Aspek yang ketiga, yaitu keaktifan siswa. Pada aspek ini terlihat hanya 2,5% siswa yang sangat aktif dalam pembelajaran. Ini ditunjukkan dengan perhatian siswa ketika guru menyampaikan materi, keaktifan siswa mengajukan pertanyaan, dan kegesitan siswa ketika menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Sebesar 10% siswa aktif menjawab tapi enggan bertanya, sebesar 60% siswa hanya ikut-ikutan menjawab, namun di sisi lain sebesar 27,5% siswa terlihat malas-malasan, bergurau sendiri, dan kurang begitu memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Hal ini berarti dalam siklus I ini keaktifan siswa masih kurang. Oleh sebab itu, diharapkan pada siklus II keaktifan siswa dapat ditingkatkan.
69
Aspek keempat adalah ketekunan dan keseriusan siswa dalam menyunting karangan. Pada siklus I ini sebesar 15% siswa serius menyunting karangan, dan terlihat pula sisanya kurang serius dalam menyunting karangan. Mereka kurang niat dalam mencari dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dalam karangan. Mereka lebih senang mencontek pekerjaan dari pasangan lain dan ada juga yang mengerjakan dengan asal-asalan. Selain itu, perubahan perilaku siswa juga dapat diketahui melalui dokumentasi foto. Dokumentasi foto yang diambil dalam pembelajaran menyunting karangan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share pada siklus I ini meliputi kegiatan-kegiatan siswa ketika pembelajaran berlangsung. Tujuan digunakannya dokumen foto ini adalah sebagai bukti autentik dalam penelitian. Hal-hal yang dapat diabadikan atau momen yang diambil antara lain ketika guru menerangkan, siswa memperhatikan, siswa melakukan aktivitas dalam kelas, dan ketika siswa menyunting karangan. Adapun deskripsi gambar pada siklus I akan dipaparkan secara lengkap berikut ini.
Gambar 1. Kegiatan Guru Menyampaikan Materi Pembelajaran
70
Pada gambar di atas dapat terlihat ketika guru menyampaikan materi yang akan diajarkan yakni menyunting karangan. Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan model pembelajaran dan metode yang digunakan serta manfaat yang diperoleh
dari
pembelajaran
menyunting
karangan.
Setelah
itu,
guru
menyampaikan materi seputar aspek-aspek pentingg dalam menyunting karangan, antara lain ejaan, diksi, keefektifan kalimat, dan kepaduan paragraf.
Gambar 2. Aktivitas Siswa Mendengarkan Penjelasan Guru Gambar 2 di atas menunjukkan aktivitas siswa ketika mendengarkan penjelasan dari guru. Terlihat siswa begitu serius dalam mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru, namun terlihat beberapa siswa sibuk sendiri. Ada yang membaca buku, bahkan ada yang sedang mengganggu teman sebelahnya. Hal ini menjadi perhatian guru untuk lebih bisa memusatkan perhatian dan konsentrasi siswa terhadap penjelasan guru.
71
Gambar 3. Kegiatan Guru Menampilkan Contoh Karangan dan Siswa Memikirkan Kesalahan-Kesalahan yang Ada/thinking Siklus I Pada gambar di atas, terlihat bahwa guru sebelum memberikan tugas kepada siswa untuk dapat menyunting karangan pada siklus I, terlebih dahulu guru menghadirkan contoh karangan untuk dianalisis kesalahannya secara bersama-sama. Siswa memikirkan dan mencari kesalahan-kesalahan yang ada dalam karangan atau tahap ini disebut thinking.
Gambar 4. Guru Membagikan Karangan untuk Disunting Siswa
72
Pada gambar di atas, terlihat bahwa guru membagikan karangan untuk disunting oleh siswa sebagai tes siklus I. Selain karangan, guru juga membagikan lembar kerja yang berisi soal tiap aspek dalam menyunting karangan.
Gambar 5. Siswa Bekerja Sama Secara Berpasangan/pairing Siklus I Pada gambar 5 di atas, terlihat bahwa siswa sedang berdiskusi berpasangan dengan teman sebangku dalam menyunting karangan sesuai dengan yang dimaksudkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share.
4.1.2.3 Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyunting Karangan Minat siswa terhadap pembelajaran dapat diketahui melalui minat dan tanggapan siswa. Di dalam angket minat siswa, ada sepuluh pernyataan mengenai pembelajaran menyunting karangan. Siswa bertugas memberikan ceck list (√) pada kolom skor sesuai dengan minatnya. Pernyataan-pernyataan tersebut meliputi: (1) siswa merasa senang mengikuti pelajaran ini; (2) siswa merasa rugi bila tidak mengikuti pelajaran ini; (3) siswa merasa pelajaran ini bermanfaat; (4)
73
siswa berusaha menyerahkan tugas tepat waktu; (5) siswa berusaha memahami pelajaran ini; (6) siswa bertanya kepada guru bila ada yang tidak jelas; (7) siswa mengerjakan soal-soal latihan di rumah; (8) siswa mendiskusikan materi pelajaran dengan teman; (9) siswa berusaha memiliki buku pelajaran ini; dan (10) siswa berusaha mencari bahan di perpustakaan. Hasil penilaian minat siswa ini menjadi tolok ukur untuk mengetahui seberapa besar minat siswa terhadap pembelajaran menyunting karangan. Nilai rata-rata diperoleh dari akumulasi kesepuluh pernyataan yang ada di dalam lembar angket. Tabel 10. Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyunting Karangan No.
Skor
Aspek Pengamatan
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
Jumlah
1
2
3
4
F
1
2
5
32
40
%
2,5
5
12,5
80
100%
F
2
3
6
29
40
%
5,
7,5
15
72,5
100%
F
1
0
9
30
40
%
2,5
-
22,5
75
100%
F % F
0 0
2 5 6
21 52,5 9
17 42,5 25
40 100% 40
%
-
15
22,5
62,5
100%
F % F % F % F % F %
8 20 9 22,5 3 7,5 4 10,00 11 27,50
5 12,5 9 22,5 8 20 7 17,50 9 22,50
10 25 14 35 10 25 5 12,50 13 32,50
17 42,5 8 20 19 47,5 24 60,00 7 17,50
40 100% 40 100% 40 100% 40 100% 40 100%
Jumlah Skor
Nilai Ratarata
Ket.
148
92,50
Sangat Baik
142
88,75
Sangat Baik
148
92,50
Sangat Baik
135
84,38
Baik
139
86,88
Sangat Baik
116
72,50
Cukup
101
63,13
Cukup
125
78,13
Baik
129
80,63
Baik
96
60,00
Cukup
74
Berdasarkan tabel di atas, aspek pertama adalah pernyataan mengenai perasaan senang siswa mengikuti pembelajaran menyunting karangan. Dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa merasa sangat senang mengikuti pembelajaran menyunting karangan, yaitu sebesar 80% siswa. Sebesar 12,5% siswa merasa senang mengikuti pembelajaran dan 7,5% merasa kurang begitu senang terhadap pembelajaran menyunting karangan, namun sebagian besar siswa merasa bahwa pembelajaran menyunting karangan sangat sulit. Aspek kedua, yaitu pernyataan tentang perasaan rugi siswa bila tidak mengikuti pembelajaran menyunting karangan. Sebesar 72,5% siswa menyatakan bahwa mereka merasa rugi bila tidak mengikuti pembelajaran ini. Sisanya, 27,5% siswa menyatakan bahwa mereka merasa biasa-biasa saja bila tidak mengikuti pembelajaran ini. Dari hasil persentase tersebut, sebagian besar siswa senang terhadap pembelajaran menyunting karangan dan akan merasa rugi bila tidak mengikutinya. Aspek ketiga adalah pernyataan bahwa pembelajaran menyunting karangan sangat bermanfaat. Sebesar 75% siswa menyatakan bahwa pembelajaran ini sangat bermanfaat bagi mereka, sedangkan 25% siswa menganggap biasa saja. Aspek keempat, yakni pernyataan bahwa siswa menyerahkan tugas tepat waktu. Sebesar 42,5% siswa berusaha menyerahkan tugas tepat pada waktunya. Sebesar 52,5% siswa kurang tepat waktu dalam menyerahkan tugas. Sebesar 5% siswa masih kurang begitu memperhatikan waktu penyerahan tugas. Dari data tersebut, lebih dari 50% siswa masih merasa kekurangan waktu dalam mengerjakan tugas sehingga kurang tepat waktu dalam menyerahkan tugas. Hal
75
tersebut disebabkan karena siswa
merasa kesulitan dalam mencari dan
memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam bacaan. Aspek kelima adalah penyataan bahwa siswa berusaha memahami pembelajaran menyunting karangan. Sebesar 62,5% siswa menyatakan bahwa mereka berusaha untuk bisa memahami pembelajaran, sedangkan 37,5% bersikap biasa-biasa saja dan cenderung acuh tak acuh. Aspek keenam, yaitu pernyataan bahwa siswa akan bertanya kepada guru bila ada yang tidak jelas. Sebesar 42,5% siswa mau bertanya kepada guru bila merasa kurang jelas dengan apa yang disampaikan oleh guru. Ada 25% siswa yang kurang begitu aktif bertanya dan sisanya, yaitu 32,5% siswa lebih memilih untuk diam walaupun mereka merasa ada yang belum jelas. Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa masih enggan bertanya kepada guru apabila merasa ada yang belum jelas. Aspek ketujuh adalah pernyataan bahwa siswa mengerjakan soal-soal latihan di rumah. Sebesar 20% siswa mengerjakan soal-soal latihan di rumah, sedangkan 35% siswa mengerjakan soal-soal latihan, namun jarang-jarang. Sebesar 45% siswa tidak mengerjakan soal-soal latihan di rumah. Dari data tersebut menyatakan bahwa hanya sedikit siswa yang rajin mengerjakan soal-soal latihan di rumah, sedangkan sebagian besar siswa malas-malasan untuk mengerjakan soal-soal latihan di rumah. Hal ini disebabkan karena siswa masih belum begitu memahami tentang ejaan dan tanda baca, diksi, keefektifan kalimat, dan kepaduan paragraf.
76
Aspek kedelapan adalah pernyataan bahwa siswa mendiskusikan materi pembelajaran bersama teman. Sebanyak 47,5% siswa berdiskusi dengan teman untuk saling membantu dalam memahami pembelajaran menyunting. Sisanya, yaitu52,5% siswa enggan dan malas-malasan untuk berdiskusi bersama teman. Dari data tersebut, kerja sama dan kemauan untuk berdiskusi dengan teman harus lebih ditingkatkan. Aspek kesembilan, yaitu pernyataan tentang kemauan siswa untuk memiliki buku pelajaran menyunting karangan. Sebesar 60% siswa berusaha untuk bisa memiliki buku pelajaran ini karena mereka merasa bahwa mereka perlu untuk lebih mendalami tentang pembelajaran menyunting karangan, sedangkan sebesar 40% siswa enggan berusaha memiliki buku pelajaran ini. Aspek kesepuluh adalah pernyataan bahwa siswa berusaha mencari bahan di perpustakaan. Hanya sedikit siswa yang mau berusaha mencari bahan di perpustakaan, yaitu sebesar 17,5% saja. Sebagian besar, yaitu 82,5% siswa enggan untuk mencari bahan di perpustakaan. Selain diketahui minat siswa, dapat diketahui pula tanggapan siswa terhadap pembelajaran menyunting karangan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share melalui wawancara. Tanggapan
umum
sebagian
besar
siswa
terhadap
pembelajaran
menyunting karangan adalah siswa merasa senang dengan pembelajaran ini, namun masih kurang memahami dan masih merasa bingung tentang ejaan dan tanda baca, diksi, keefektifan kalimat, dan kepaduan paragraf.
77
Pada siklus I, wawancara dilakukan setelah kegiatan pembelajaran menyunting karangan berakhir. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran menyunting karangan yang baru saja berlangsung. Dalam wawancara ini, ada lima pertanyaan yang diajukan, antara lain (1) bagaimana perasaan siswa terhadap pembelajaran menyunting karangan yang baru saja berlangsung, (2) bagaimana pendapat siswa mengenai pembelajaran menyunting karangan dengan metode think-pair-share, (3) apa sajakah kesulitankesulitan yang dihadapi oleh siswa ketika menyunting karangan, (4) bagaimana cara siswa untuk mengatasi kesulitan dalam menyunting karangan, dan (5) bagaimana saran siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran menyunting karangan yang akan datang. Terjadi kendala dalam pelaksanaan wawancara ini karena siswa merasa malu untuk berbicara langsung dalam mengungkapkan pendapat mereka. Siswa tidak mau direkam dalam mengungkapkan pendapat, mereka hanya mau mengungkapkan pendapat mereka secara tertulis. Berdasarkan analisis data, dapat dijelaskan bahwa siswa merasa senang mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Perasaan senang diungkapkan oleh sebagian besar siswa. Mereka menyatakan bahwa dengan adanya pembelajaran menyunting karangan, mereka mendapatkan pengetahuan baru yaitu bagaimana tata tulis yang benar sesuai dengan EYD.
78
Diungkapkan kesulitan-kesulitan dalam menyunting karangan antara lain: kesulitan siswa dalam mencari dan menggunakan huruf kapital, kesalahan penggunaan tanda baca, menghilangkan kata yang membuat kalimat menjadi tidak efektif dan kepaduan paragraf, selain itu kebingungan siswa dalam memahami aspek-aspek menyunting karangan. Berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe thinkpair-share, sebagian besar siswa merasa senang karena dengan bekerja sama secara berpasangan dengan teman, siswa dapat berdiskusi dalam mengerjakan soal-soal tes menyunting karangan, namun ada juga siswa yang masih merasa bingung dan belum begitu memahami manfaat yang dapat diambil dari pembelajaran ini. Adapun cara untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam menyunting karangan mayoritas dengan bertanya kepada guru, namun ada yang berusaha memahami tentang aspek-aspek dalam menyunting karangan. Sedangkan saran yang diberikan siswa sangat beraneka ragam. Ada saran yang bersifat kritik membangun dan ada pula saran yang asal-asalan. Adapun paparan dari saran yang diungkapkan dari hasil wawancara adalah (1) pembelajaran menyunting karangan sudah cukup menyenangkan, namun masih perlu ditingkatkan lagi, (2) kurangnya waktu dalam mengerjakan sehingga hasil suntingan kurang maksimal, (3) jumlah soal yang terlalu banyak dalam lembar kerja disertai banyaknya kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam karangan yang membuat siswa merasa pusing ketika mengerjakan, dan (4) supaya guru dalam menjelaskan lebih banyak contoh yang diberikan.
79
Dari hasil wawancara, tampak bahwa dalam pembelajaran menyunting karangan dalam siklus I ini masih banyak kekurangan sehingga diperlukan pembaharuan dan pemecahan masalah dalam siklus II mendatang. Diharapkan dalam siklus berikutnya mampu mengubah perilaku siswa untuk dapat menjadi lebih baik.
Setelah dilakukan pembelajaran menyunting karangan pada siklus I ini ternyata hasil dari menyunting siswa masih belum mencapai KKM yang ditentukan. Jika dilihat dari nilai rata-rata 61 masih jauh dari harapan. Hal tersebut disebabkan ada aspek tertentu dalam rubrik penilaian kurang diperhatikan oleh siswa, padahal bobot skor yang ada sangat tinggi. Hal ini menyebabkan hasil akhir dari menyunting karangan siswa sangat sedikit. Siswa belum mencapai ketuntasan belajar disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang ejaan yang baik dan benar, dangkalnya pengetahuan tentang cara menulis yang baik sehingga dampaknya pada hasil yang diperoleh siswa kurang memuaskan.
4.1.2.4 Refleksi Siklus I Penelitian siklus I menunjukkan hasil yang diperoleh siswa sudah mengalami peningkatan dibandingkan hasil prasiklus. Hal ini disebabkan karena dalam siklus I ini, guru sudah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe thinkpair-share. Berdasarkan hasil tes menyunting karangan secara klasikal memperoleh rata-rata sebesar 61. Peningkatan yang terjadi sebesar 8,5
80
dibandingkan prasiklus. Dalam setiap aspek penilaian seperti penggunaan ejaan, diksi, keefektifan kalimat, dan kepaduan paragraf mengalami peningkatan, namun hasil tersebut
masih kurang memuaskan. Perbandingan hasil tes menyunting
karangan prasiklus dan siklus I dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 11. Data Hasil Tes Menyunting Karangan Siswa IXB No.
Kategori
Prasiklus
Siklus I
1
Nilai tertinggi
70
75
2
Nilai terendah
30
45
3
Rata-rata nilai
52,5
61
4
Persentase ketuntasan
5%
25%
Berdasarkan tabel di atas, diketahui adanya peningkatan hasil tes menyunting karangan pada prasiklus dan siklus I. Persentase ketuntasan secara klasikal sudah meningkat, yaitu dari 5% menjadi 25%. Akan tetapi, tingkat ketuntasan yang mencapai 25% tersebut belum memenuhi kriteria indikator keberhasilan ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan, yaitu 75% sehingga perlu perbaikan pada siklus berikutnya. Perilaku siswa pada siklus I yang diketahui melalui observasi dan wawancara juga menunjukkan hasil yang belum memuaskan. Beberapa perilaku siswa yang kurang baik harus dikurangi agar siswa mencapai hasil yang lebih baik dalam pembelajaran menyunting karangan. Dengan angket minat siswa dan wawancara, dapat diketahui bahwa minat siswa terhadap pembelajaran menyunting karangan juga belum menunjukkan hasil
81
yang memuaskan. Beberapa siswa masih enggan dan kurang bersemangat mengikuti pembelajaran. Berdasarkan hasil tes, perubahan perilaku, dan minat siswa pada siklus I, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran siklus II harus dilakukan karena siswa kelas IXB belum mencapai hasil yang memuaskan dan siswa masih menunjukkan perilaku-perilaku yang kurang baik. Pembelajaran berikutnya juga akan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share karena pembelajaran tersebut terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menyunting karangan.
4.1.3
Hasil Penelitian Siklus II Siklus I merupakan pemberlakuan tindakan penelitian dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Tindakan siklus II ini dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki dan memecahkan masalah yang muncul
pada
siklus
I.
pelaksanaan
pembelajaran
menyunting
dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Siklus II terdiri atas data tes dan data perubahan perilaku serta minat siswa terhadap pembelajaran. Data tes diperoleh dari tes menyunting karangan.
4.1.3.1 Hasil Tes Siklus II Hasil tes menyunting karangan siklus II ini merupakan data setelah diterapkannya tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Tujuan dari siklus II ini, yakni memperbaiki kesalahan dan
82
kekurangan yang ada dalam siklus I. Kriteria penilaian siklus II ini masih tetap sama seperti pada tes siklus I yang meliputi empat aspek penilaian, yaitu (1) ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca, (2) ketepatan diksi atau pilihan kata, (3) penggunaan kalimat efektif, dan (4) kepaduan paragraf. Secara umum, hasil tes kemampuan menyunting karangan pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 12. Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus II No. 1 2 3 4 5 6 7
Kategori Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Jumlah siswa tuntas belajar Jumlah siswa tidak tuntas belajar Persentase tuntas belajar Persentase tidak tuntas belajar
Hasil yang Dicapai 90 55 74,75 28 12 70% 30%
Data pada tabel 13 di atas menunjukkan bahwa hasil tes kemampuan menyunting karangan siswa pada siklus II secara klasikal mencapai nilai rata-rata 74,75. Skor rata-rata tersebut sudah mengalami peningkatan sebesar 13,75 dari hasil tes siklus I. Tingkat ketuntasan secara klasikal pun meningkat dari 25% menjadi 70%, namun hasil itu belum memenuhi kriteria indicator keberhasilan ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan, yaitu 75% sehingga perlu perbaikan pada siklus berikutnya. Adapun penyebab dari kelemahan siswa dalam siklus ini masih sama dengan siklus I, yaitu siswa masih merasa bingung dalam mencari kesalahan-kesalahan
yang ada pada bacaan
dan juga bingung dalam
memperbaikinya karena siswa masih belum dapat menguasai ejaan dan tata tulis dengan baik dan benar.
83
Lain halnya siswa yang sudah berhasil mendapatkan nilai lebih baik. Mereka sudah bisa lebih teliti dan peka dalam penggunaan ejaan sehingga mereka mampu meminimalkan kesalahan yang ada.
Nilai Siklus II 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
91.25
65.83
1
Nilai Siklus II
82 65
2
3
4
Diagram 5. Nilai Siklus II pada Setiap Aspek Keterangan: 1. Aspek Ejaan dan Tanda Baca 2. Aspek Diksi atau Pilihan Kata 3. Aspek Keefektifan Kalimat 4. Aspek Kepaduan Paragraf Diagram di atas menunjukkan hasil tes tiap aspek dalam menyunting karangan siklus II. Dalam siklus II ini, hasil yang diperoleh belum memuaskan sehingga masih diperlukan peningkatan pada siklus III untuk memperbaiki nilai hasil menyunting karangan. Rata-rata skor dalam aspek ejaan dan tanda baca
84
sebesar 65,83, aspek diksi 91,25, aspek keefektifan kalimat 82, dan aspek kepaduan paragraf sebesar 65. Sedangkan nilai kumulatif siklus II yang diperoleh setiap siswa dapat dilihat pada grafik berikut.
Nilai 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 R-2 R-4 R-6 R-8 R-10 R-12 R-14 R-16 R-18 R-20 R-22 R-24 R-26 R-28 R-30 R-32 R-34 R-36 R-38 R-40
Nilai
Grafik 3. Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus II
Pada grafik di atas, dapat dilihat bahwa sebanyak 28 siswa sudah mencapai KKM, yaitu dengan memperoleh nilai ≥70. Hasil siklus II tersebut merupakan jumlah skor empat aspek dalam menyunting karangan yang diujikan, meliputi: (1) ejaan dan tanda baca; (2) diksi atau pilihan kata; (3) keefektifan kalimat; dan (4) kepaduan paragraf. Penelitian pada siklus II ini lebih baik dibandingkan dengan hasil nilai pada siklus I. Adapun hasil dari masing-masing aspek dijelaskan sebagai berikut.
85
4.1.3.1.1
Aspek Ejaan dan Tanda Baca
Penilaian aspek ejaan dan tanda baca difokuskan pada pemakaian huruf kapital, pemenggalan kata, tanda baca titik, dan tanda baca koma dalam menyuntig karangan. Hasil penilaian tes ejaan dan tanda baca dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 13. Hasil Tes Aspek Ejaan dan Tanda Baca Siklus II No. 1 2 3 4 5 6 7
Kategori Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Jumlah siswa tuntas belajar Jumlah siswa tidak tuntas belajar Persentase tuntas belajar Persentase tidak tuntas belajar
Hasil yang Dicapai 83,33 50 65,83 8 22 20% 80%
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa menyunting karangan dalam menggunakan ejaan dan tanda baca, secara klasikal memperoleh nilai rata-rata 65,83. Tingkat ketuntasan mencapai 20%. Dari hasil yang didapat pada siklus II, terjadi peningkatan dari 56,68 menjadi 65,83. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan ejaan dan tanda baca siswa sedikit lebih baik. Masih diperlukan lagi siklus untuk meningkatkan hasil menyunting karangan aspek ejaan dan tanda baca. 4.1.3.1.2
Aspek Diksi atau Pilihan Kata
Pada penilaian siklus II masih sama dengan penilaian aspek diksi pada siklus I. penilaian ini didasarkan pada pemilihan kata, kata baku atau tidak baku yang digunakan dalam karangan.
86
Tabel 14. Hasil Tes Aspek Diksi atau Pilihan Kata No. 1 2 3 4 5 6 7
Kategori Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Jumlah siswa tuntas belajar Jumlah siswa tidak tuntas belajar Persentase tuntas belajar Persentase tidak tuntas belajar
Hasil yang Dicapai 100 50 91,25 38 2 95% 5%
Data pada tabel menunjukkan bahwa aspek diksi atau pilihan kata pada siklus II ini sudah mencapai 95%. Hai ini menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh sudah mencapai lebih dari standar yang ditentukan, yaitu 75%. 4.1.3.1.3
Aspek Keefektifan Kalimat
Penilaian aspek keefektifan kalimat difokuskan pada penggunaan kalimat yang efektif dalam karangan. Hasil penilaian tes keefektifan kalimat dalam menyunting karangan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 15. Hasil Tes Aspek Keefektifan Kalimat No. 1 2 3 4 5 6 7
Kategori Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Jumlah siswa tuntas belajar Jumlah siswa tidak tuntas belajar Persentase tuntas belajar Persentase tidak tuntas belajar
Hasil yang Dicapai 100 60 82 26 14 65% 35%
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa tes aspek keefektifan kalimat secara klasikal mencapai nilai rata-rata 82 dengan tingkat ketuntasan sebesar 65%.
87
4.1.3.1.4
Aspek Kepaduan Paragraf
Hasil penilaian tes kepaduan paragraf dalam menyunting karangan siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 16. Hasil Tes Aspek Kepaduan Paragraf No. 1 2 3 4 5 6 7
Kategori
Hasil yang Dicapai 100 40 65 16 24 40% 60%
Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Jumlah siswa tuntas belajar Jumlah siswa tidak tuntas belajar Persentase tuntas belajar Persentase tidak tuntas belajar
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan menyunting karangan aspek kepaduan paragraf memperoleh nilai rata-rata sebesar 65 dengan tingkat ketuntasan mencapai 40%.
4.1.3.2 Perubahan Perilaku Siswa pada Siklus II Perubahan perilaku pada keterampilan menyunting karangan siklus II ini didapatkan dari data hasil observasi dan dokumentasi foto. Kegiatan
observasi
pada
siklus
II
dilaksanakan
selama
proses
pembelajaran menyunting karangan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share di kelas IXB SMP Negeri 2 Tulis-Batang. Pada siklus II ini, terdapat beberapa perilaku siswa yang terdeskripsi melalui kegiatan observasi. Selama melakukan kegiatan pembelajaran menyunting karangan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share, guru merasakan adanya perubahan pada perilaku siswa. Pada saat guru mengulas
88
materi menyunting karangan, sebagian besar siswa terlihat antusias dan bersemangat mengikuti pembelajaran tersebut. Frekuensi siswa yang bertanya juga semakin meningkat. Meskipun ada beberapa siswa yang kurang merespon penjelasan guru, mereka asyik mengobrol dan bercanda dengan teman, namun dari beberapa perilaku yang ada, perilaku positiflah yang mendominasi keadaan di kelas saat itu. Seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 17. Perubahan Perilaku Siswa pada Siklus II No.
Skor
Aspek Pengamatan
1
1
2
2
3
3
4
4
f % f % f % f %
1
2
3
4
5
0 0 0 0 -
1 2,5 2 5 2 5 3 7,5
10 25 12 30 8 20 5 12,5
21 52,5 19 47,5 20 50 20 50
8 20 7 17,5 10 25 12 30
Jumlah 40 100% 40 100% 40 100% 40 100%
Jumlah Skor
Nilai Ratarata
Ket.
156
78
Baik
151
75,5
Baik
160
79
Baik
161
80,5
Baik
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil observasi siswa pada siklus II secara klasikal mencapai nilai 78. Hasil tersebut diperoleh dari pemberian skor aspek yang diamati pada kondisi siswa saat mengikuti proses pembelajaran menyunting karangan dengan metode think-pair-share. Aspek yang diamati dalam lembar observasi pada siklus II sama seperti dalam siklus I meliputi lima aspek, yaitu (1) kerja sama dengan pasangannya; (2) antusias siswa mengikuti pembelajaran menyunting karangan; (3) keaktifan siswa dalam proses pembelajaran menyunting karangan; (4) ketekunan siswa dalam menyunting karangan; dan (5) tanggapan siswa terhadap pembelajaran menyunting karangan.
89
Aspek pertama yang terdapat dalam lembar observasi, yaitu kerja sama siswa dengan pasangannya ketika mengerjakan soal tes siklus II. Dari hasil observasi, dapat dilihat hanya 2,5% siswa yang tidak mau bekerja sama dan sibuk dengan dirinya sendiri ketika mengerjakan soal tes, 25% siswa bekerja sama dengan pasangannya, namun kurang aktif, 72,5% siswa sudah bekerja sama dengan baik. Aspek kedua, yakni antusias siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Dari hasil observasi yang dilakukan, diperoleh data siswa yang merasa sangat berantusias dalam proses pembelajaran sebesar 17,5%, dan yang menganggap pembelajaran ini menyenangkan sebesar 47,5%, ada 30% siswa menganggap pembelajaran ini biasa saja. Sebesar 5% siswa sama kurang berantusias dalam pembelajaran menyunting karangan. Dari data yang diperoleh, sebagian dari siswa sudah mulai berantusias dalam pembelajaran menyunting karangan, namun masih ada siswa yang kurang berantusias. Hal ini karena siswa menganggap pembelajaran menyunting karangan sangat sulit, dibutuhkan ketelitian khusus dalam penggunaan ejaan, diksi, penggunaan kalimat efektif, dan kepaduan paragraf. Aspek yang ketiga, yaitu keaktifan siswa. Pada aspek ini terlihat 25% siswa yang sangat aktif dalam pembelajaran. Ini ditunjukkan dengan perhatian siswa ketika guru menyampaikan materi, keaktifan siswa mengajukan pertanyaan, dan kegesitan siswa ketika menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Sebesar 50% siswa aktif menjawab tapi enggan bertanya, sebesar 20% siswa hanya ikut-ikutan menjawab, namun di sisi lain sebesar 5% siswa terlihat malas-
90
malasan, bergurau sendiri, dan kurang begitu memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Hal ini berarti dalam siklus II ini keaktifan siswa mulai meningkat dibanding dengan siklus I. Aspek keempat adalah ketekunan dan keseriusan siswa dalam menyunting karangan. Pada siklus II ini, sebesar 80% siswa serius menyunting karangan, dan terlihat pula sisanya yakni 20% siswa kurang serius dalam menyunting karangan. Mereka kurang niat dalam mencari dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada dalam karangan. Mereka lebih senang mencontek pekerjaan dari pasangan lain dan ada juga yang mengerjakan dengan asal-asalan. Berdasarkan pengamatan secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa senang mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Perilaku negatif pun telah tergeser menjadi perilaku positif. Perubahan perilaku siswa ini dianggap sebagai prestasi yang patut dibanggakan. Perubahan perilaku ke arah positif juga dapat dilihat melalui dokumentasi foto. Pada siklus II ini, dokumentasi foto yang diambil masih sama dengan siklus I. Pengambilan foto difokuskan pada kegiatan selama proses pembelajaran menyunting karangan. Dokumentasi foto ini digunakan sebagai bukti visual kegiataan pembelajaran selama penelitian berlangsung. Deskripsi gambar pada siklus II akan dipaparkan sebagai berikut.
91
Gambar 6. Kegiatan Awal Pembelajaran Siklus II Berdasarkan gambar di atas, tampak guru sedang mengawali kegiatan pembelajaran menyunting karangan dengan mengulas kembali materi sebelumnya dan mendemonstrasikan bagaimana cara menyunting karangan yang baik dan benar.
Gambar 7. Keaktifan Siswa di Kelas Gambar di atas menunjukkan bahwa siswa sudah lebih siap mengikuti pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan siswa dengan serius mempelajari buku
92
tentang menyunting. Dengan kegiatan semacam ini, guru mengharapkan siswa dapat lebih memahami tentang cara menyunting karangan.
Gambar 8. Guru Membagikan Karangan Pada gambar di atas, terlihat bahwa guru membagikan karangan untuk disunting oleh siswa sebagai tes siklus II. Selain karangan, guru juga membagikan lembar kerja yang berisi soal tiap aspek dalam menyunting karangan. Diharapkan, hasil tes siklus II ini lebih baik dari siklus I.
Gambar 9. Keaktifan Siswa
93
Siswa terlihat sungguh-sungguh mempelajari materi tentang menyunting. Beberapa siswa mengajukan pertanyaan yang bagi mereka kurang jelas. Hal ini menunjukkan bahwa keaktifan siswa meningkat.
4.1.3.3 Minat Siswa Terhadap Pembelajaran Menyunting Karangan Siklus II Masih sama dengan siklus I, pada siklus II ini data tentang minat siswa terhadap pembelajaran menyunting karangan yang diperoleh dari minat siswa dan tanggapan siswa. Di dalam angket minat siswa, ada sepuluh pernyataan mengenai pembelajaran menyunting karangan. Siswa bertugas memberikan ceck list (√) pada kolom skor sesuai dengan minatnya. Pernyataan-pernyataan tersebut meliputi: (1) siswa merasa senang mengikuti pelajaran ini; (2) siswa merasa rugi bila tidak mengikuti pelajaran ini; (3) siswa merasa pelajaran ini bermanfaat; (4) siswa berusaha menyerahkan tugas tepat waktu; (5) siswa berusaha memahami pelajaran ini; (6) siswa bertanya kepada guru bila ada yang tidak jelas; (7) siswa mengerjakan soal-soal latihan di rumah; (8) siswa mendiskusikan materi pelajaran dengan teman; (9) siswa berusaha memiliki buku pelajaran ini; dan (10) siswa berusaha mencari bahan di perpustakaan. Hasil penilaian minat siswa ini menjadi tolok ukur untuk mengetahui seberapa besar minat siswa terhadap pembelajaran menyunting karangan. Nilai rata-rata diperoleh dari akumulasi kesepuluh pernyataan yang ada di dalam lembar angket.
94
Tabel 18. Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyunting Karangan No.
Skor
Aspek Pengamatan
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
Jumlah
F
1 1
2 2
3 5
4 32
%
2,5
5
12,5
80
100%
F
2
3
6
29
40
%
5
7,5
15
72,5
100%
F
1
0
9
30
40
%
2,5
-
22,5
75
100%
F % F
0 0
2 5 6
21 52,5 9
17 42,5 25
40 100% 40
%
-
15
22,5
62,5
100%
F % F % F % F % F %
2 5 1 2,5 3 7,5 4 10 8 20
11 27,5 10 25 8 20 7 17,5 9 22,5
10 25 19 47,5 10 25 5 12,5 16 40
17 42,5 10 25 19 47,5 24 60 7 17,5
40 100% 40 100% 40 100% 40 100% 40 100%
40
Jumlah Skor
Nilai Rata-rata
Ket.
148
92,50
Sangat Baik
142
88,75
Sangat Baik
148
92,50
Sangat Baik
135
84,38
Baik
139
86,88
Sangat Baik
122
76,25
Baik
118
73,75
Cukup
125
78,13
Baik
129
80,63
Baik
102
63,75
Cukup
Berdasarkan tabel di atas, aspek pertama adalah pernyataan mengenai perasaan senang siswa mengikuti pembelajaran menyunting karangan. Dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa merasa sangat senang mengikuti pembelajaran menyunting karangan, yaitu sebesar 80% siswa. Sebesar 12,5% siswa merasa senang mengikuti pembelajaran dan 7,5% merasa kurang begitu senang terhadap pembelajaran menyunting karangan, namun sebagian besar siswa merasa bahwa pembelajaran menyunting karangan sangat sulit. Aspek kedua, yaitu pernyataan tentang perasaan rugi siswa bila tidak mengikuti pembelajaran menyunting karangan. Sebesar 72,5% siswa menyatakan bahwa mereka merasa rugi bila tidak mengikuti pembelajaran ini. Sisanya, 27,5%
95
siswa menyatakan bahwa mereka merasa biasa-biasa saja bila tidak mengikuti pembelajaran ini. Dari hasil persentase tersebut, sebagian besar siswa senang terhadap pembelajaran menyunting karangan dan akan merasa rugi bila tidak mengikutinya. Aspek ketiga adalah pernyataan bahwa pembelajaran menyunting karangan sangat bermanfaat. Sebesar 75% siswa menyatakan bahwa pembelajaran ini sangat bermanfaat bagi mereka, sedangkan 25% siswa menganggap biasa saja. Aspek keempat, yakni pernyataan bahwa siswa menyerahkan tugas tepat waktu. Sebesar 42,5% siswa berusaha menyerahkan tugas tepat pada waktunya. Sebesar 52,5% siswa kurang tepat waktu dalam menyerahkan tugas. Sebesar 5% siswa masih kurang begitu memperhatikan waktu penyerahan tugas. Dari data tersebut, lebih dari 50% siswa masih merasa kekurangan waktu dalam mengerjakan tugas sehingga kurang tepat waktu dalam menyerahkan tugas. Hal tersebut disebabkan karena siswa
merasa kesulitan dalam mencari dan
memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam bacaan. Aspek kelima adalah penyataan bahwa siswa berusaha memahami pembelajaran menyunting karangan. Sebesar 62,5% siswa menyatakan bahwa mereka berusaha untuk bisa memahami pembelajaran, sedangkan 37,5% bersikap biasa-biasa saja dan cenderung acuh tak acuh. Aspek keenam, yaitu pernyataan bahwa siswa akan bertanya kepada guru bila ada yang tidak jelas. Sebesar 42,5% siswa mau bertanya kepada guru bila merasa kurang jelas dengan apa yang disampaikan oleh guru. Ada 25% siswa yang kurang begitu aktif bertanya dan sisanya, yaitu 32,5% siswa lebih memilih
96
untuk diam walaupun mereka merasa ada yang belum jelas. Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa masih enggan bertanya kepada guru apabila merasa ada yang belum jelas. Aspek ketujuh adalah pernyataan bahwa siswa mengerjakan soal-soal latihan di rumah. Sebesar 25% siswa mengerjakan soal-soal latihan di rumah, sedangkan 47,5% siswa mengerjakan soal-soal latihan, namun jarang-jarang. Sebesar 27,5% siswa tidak mengerjakan soal-soal latihan di rumah. Dari data tersebut menyatakan bahwa hanya sedikit siswa yang rajin mengerjakan soal-soal latihan di rumah, sedangkan sebagian besar siswa malas-malasan untuk mengerjakan soal-soal latihan di rumah. Hal ini disebabkan karena siswa masih bingung tentang ejaan dan tanda baca, diksi, keefektifan kalimat, dan kepaduan paragraf. Aspek kedelapan adalah pernyataan bahwa siswa mendiskusikan materi pembelajaran bersama teman. Sebanyak 47,5% siswa berdiskusi dengan teman untuk saling membantu dalam memahami pembelajaran menyunting. Sisanya, yaitu52,5% siswa enggan dan malas-malasan untuk berdiskusi bersama teman. Dari data tersebut, kerja sama dan kemauan untuk berdiskusi dengan teman harus lebih ditingkatkan. Aspek kesembilan, yaitu pernyataan tentang kemauan siswa untuk memiliki buku pelajaran menyunting karangan. Sebesar 60% siswa berusaha untuk bisa memiliki buku pelajaran ini karena mereka merasa bahwa mereka perlu untuk lebih mendalami tentang pembelajaran menyunting karangan, sedangkan sebesar 40% siswa enggan berusaha memiliki buku pelajaran ini.
97
Aspek kesepuluh adalah pernyataan bahwa siswa berusaha mencari bahan di perpustakaan. Hanya sedikit siswa yang mau berusaha mencari bahan di perpustakaan, yaitu sebesar 17,5% saja. Sebesar 40% siswa hanya kadang-kadang mencari bahan di perpustakaan. Selebihnya, yaitu 42,5% siswa enggan untuk mencari bahan di perpustakaan. Tanggapan
umum
sebagian
besar
siswa
terhadap
pembelajaran
menyunting karangan adalah siswa merasa senang dengan pembelajaran ini, namun masih kurang memahami dan masih merasa bingung tentang ejaan dan tanda baca, diksi, keefektifan kalimat, dan kepaduan paragraf. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran dapat diketahui melalui wawancara. Pada siklus II ini masih sama seperti pada siklus I. Siswa tidak mau mengungkapkan pendapatnya secara langsung, sehingga hasil wawancara hanya diperoleh dari wawancara tertulis. Ini merupakan suatu kendala dalam penelitian ini, namun hal itu tidak mempengaruhi jalannya tes menyunting karangan pada siklus II. Dalam wawancara ini, ada lima pertanyaan yang diajukan, antara lain (1) bagaimana perasaan siswa terhadap pembelajaran menyunting karangan yang baru saja berlangsung, (2) apakah masih ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa ketika menyunting karangan, (3) apakah pembelajaran menyunting karangan dengan metode think-pair-share mampu meningkatkan keaktifan siswa di kelas, (4) apakah siswa sudah puas dengan hasil belajar menyunting karangan, dan (5) manfaat apa saja yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan metode think-pair-share.
98
Dari data yang diperoleh, untuk pertanyaan pertama, hampir semua siswa menjawab bahwa mereka senang dengan pembelajaran menyunting karangan yyang telah berlangsung. Mereka senang karena mendapat pengetahuan atau pembelajaran baru, yaitu tentang menyunting karangan. Untuk pertanyaan kedua, sebagian besar siswa masih merasa ada kesulitan, seperti kesulitan dalam mencari ejaan yang salah, menentukan kalimat yang efektif dan yang tidak, serta kesulitan dalam mencari ide pokok paragraph, namun beberapa siswa juga merasa sudah paham dan tidak merasa kesulitan dalam menyunting karangan. Siswa merasa puas dengan pembelajaran menyunting karangan yang diterapkan oleh guru, namun karena masih ada beberapa kesulitan, siswa merasa belum puas dengan hasil yang mereka peroleh. Untuk pertanyaan kelima, sebagian siswa menjawab bahwa mereka merasa memperoleh banyak manfaat setelah mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan metode think-pair-share. Alasannya, mereka memperoleh pengetahuan baru, yaitu mereka menjadi tahu tentang menyunting karangan, mereka menjadi lebih tahu mengenai ejaan dan tata tulis yang benar. Mereka juga dengan bekerja berpasangan, mereka lebih mudah dalam mencari dan memperbaik kesalahan-kesalahan yang ada di dalam bacaan. Meskipun ada beberapa siswa yang merasa lebih senang bekerja sendiri. Jadi, berdasarkan hasil wawancara pada siklus II, dapat disimpulkan bahwa siswa semakin senang menyunting karangan dan hasil belajar yang
99
diperoleh semakin meningkat walaupun belum mencapai standar, sehingga masih diperlukan lagi siklus III untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
4.1.3.4 Refleksi Siklus II Penelitian siklus II menunjukkan hasil yang diperoleh sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I, namun hasil siklus II ini belum mencapai hasil yang memuaskan. Nilai rata-rata kelas yang dicapai pada siklus II ini sebesar 74,75 dan dapat dikatakan sudah mencapai KKM yang ditentukan, yaitu ≥70, namun untuk tingkat ketuntasan belum mencapai standar yang ditentukan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa dalam beberapa aspek penilaian. Dalam aspek diksi atau pilihan kata sudah mencapai persentase ketuntasan yang ditentukan, yaitu >75%. Akan tetapi, kelemahan terjadi pada aspek penggunaan ejaan, keefektifan kalimat, dan kepaduan paragraf yang masih mencapai persentase ketuntasan di bawah standar yang ditentukan sehingga masih diperlukan perbaikan pada siklus berikutnya. Data tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 19. Perbandingan Hasil Tes Menyunting Karangan Tiap Aspek
No. 1 2 3 4
Aspek yang Dinilai Ejaan dan Tanda Baca Diksi/Pilihan Kata Keefektifan Kalimat Kepaduan Paragraf
Siklus I Nilai Ketuntasan Rata-rata (%) 60,83 10 71,25 68 51
70 45 20
Siklus II Nilai Rata- Ketuntasan rata (%) 65,83 20 91,25 82 65
95 65 40
100
Nilai rata-rata kelas pada tiap-tiap aspek dalam siklus II ini mengalami peningkatan dari siklus I. Aspek ejaan dan tanda baca meningkat dari 60,83 menjadi 65,83, dengan tingkat ketuntasan dari 10% menjadi 20%. Aspek diksi atau pilihan kata mengalami peningkatan nilai rata-rata dari 71,25 menjadi 91,25, dengan tingkat ketuntasan dari 70% menjadi 95%. Aspek keefektifan kalimat mencapai bilai rata-rata dari 68 menjadi 82, dengan tingkat ketuntasan dari 45% menjadi 65%. Pada aspek kepaduan paragraf mencapai nilai rata-rata dari 51 menjadi 65, dengan tingkat ketuntasan dari 20% menjadi 40%. Hasil perubahan perilaku siswa pada siklus II yang meliputi observasi dan dokumentasi juga menunjukkan hasil yang lebih baik. Perilaku-perilaku negatif yang dilakukan siswa dalam pembelajaran sebelumnya berangsur-angsur dapat dikurangi. Minat siswa terhadap pembelajaran pun semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan data angket minat siswa dan wawancara yang lebih baik, namun kelemahan ditunjukkan oleh ketidakberanian siswa dalam mengungkapkan pendapat atau tanggapan secara langsung/lisan. Berdasarkan hasil tes dan perubahan perilaku serta minat pada siklus II, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran siklus III masih perlu dilakukan karena nilai yang diperoleh siswa kelas IXB masih belum mencapai hasil yang sesuai dengan standar dan masih ada perilaku siswa yang masih harus lebih diperbaiki.
101
4.1.4
Hasil Penelitian Siklus III Tindakan siklus III ini dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki dan
memecahkan masalah yang muncul pada siklus II. Pelaksanaan pembelajaran menyunting dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-pairshare. Siklus III terdiri atas data tes dan data perubahan perilaku serta minat siswa. 4.1.4.1 Hasil Tes Siklus III Hasil tes menyunting karangan siklus III ini merupakan data setelah diterapkannya tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Tujuan dari siklus III ini, yakni memperbaiki kesalahan dan kekurangan yang ada dalam siklus II. Kriteria penilaian siklus III ini masih tetap sama seperti pada tes siklus II yang meliputi empat aspek penilaian, yaitu (1) ketepatan penggunaan ejaan dan tanda baca, (2) ketepatan diksi atau pilihan kata, (3) penggunaan kalimat efektif, dan (4) kepaduan paragraf. Secara umum, hasil tes kemampuan menyunting karangan pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 20 . Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus III No. 1 2 3 4 5 6 7
Kategori Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Jumlah siswa tuntas belajar Jumlah siswa tidak tuntas belajar Persentase tuntas belajar Persentase tidak tuntas belajar
Hasil yang Dicapai 95 60 78 32 8 80% 20%
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa hasil tes kemampuan menyunting karangan siswa pada siklus III secara klasikal mencapai nilai rata-rata
102
78 dengan tingkat ketuntasan klasikal mencapai 80%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada siklus III ini hasil tes menyunting karangan sudah memenuhi kriteria ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan, yaitu 75% siswa tuntas belajar. Nilai siklus III pada setiap aspek dalam menyunting karangan dapat dilihat dalam diagram batang berikut ini. NILAI SIKLUS I PADA TIAP ASPEK 100 90 80 70 60 50 40 30
93.75 70.83
83
Nilai Siklus III 70
20 10 0 1
2
3
4
Diagram 7. Nilai Siklus III pada Setiap Aspek
Keterangan: 1. Aspek Ejaan dan Tanda Baca 2. Aspek Diksi atau Pilihan Kata 3. Aspek Keefektifan Kalimat 4. Aspek Kepaduan Paragraf Diagram di atas menunjukkan hasil tes tiap aspek dalam menyunting karangan siklus III. Dalam siklus III ini, hasil yang diperoleh cukup memuaskan
103
karena dapat dikategorikan baik. Rata-rata skor dalam aspek ejaan dan tanda baca sebesar 70,83, aspek diksi 93,75, aspek keefektifan kalimat 83, dan aspek kepaduan paragraf sebesar 70. Dengan demikian, hasil tes kemampuan menyunting karangan pada siklus III ini, secara klasikal menunjukkan kategori baik dan meraih target yang ditentukan, yaitu 75. . Perolehan nilai siklus III dari masing-masing siswa dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Nilai Siklus III 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 R-2 R-4 R-6 R-8 R-10 R-12 R-14 R-16 R-18 R-20 R-22 R-24 R-26 R-28 R-30 R-32 R-34 R-36 R-38 R-40
Nilai
Grafik 4. Hasil Tes Menyunting Karangan Siklus III
Pada grafik di atas, dapat dilihat bahwa sebanyak 32 siswa sudah memperoleh nilai ≥70. Hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 32 siswa sudah mencapai ketuntasan yang telah ditetapkan. Hasil siklus III tersebut merupakan jumlah skor empat aspek dalam menyunting karangan yang diujikan, meliputi: (1) ejaan dan tanda baca; (2) diksi
104
atau pilihan kata; (3) keefektifan kalimat; dan (4) kepaduan paragraf. Penelitian pada siklus III ini lebih baik dibandingkan dengan hasil nilai pada siklus II. Adapun hasil dari masing-masing aspek dijelaskan sebagai berikut.
4.1.4.1.1
Aspek Ejaan dan Tanda Baca
Penilaian aspek ejaan dan tanda baca difokuskan pada pemakaian huruf kapital, pemenggalan kata, tanda baca titik, dan tanda baca koma dalam menyuntig karangan. Hasil penilaian tes ejaan dan tanda baca dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 21. Hasil Tes Aspek Ejaan dan Tanda Baca Siklus III No. 1 2 3 4 5 6 7
Kategori Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Jumlah siswa tuntas belajar Jumlah siswa tidak tuntas belajar Persentase tuntas belajar Persentase tidak tuntas belajar
Hasil yang Dicapai 100 50 70,83 14 26 35% 65%
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan siswa menyunting karangan dalam menggunakan ejaan dan tanda baca, secara klasikal memperoleh nilai rata-rata 70,83. Nilai rata-rata siklus III ini meningkat dari siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan ejaan dan tanda baca siswa makin baik. Mereka lebih teliti mencari kesalahan yang berupa ejaan dan tanda baca.
105
4.1.4.1.2
Aspek Diksi atau Pilihan Kata
Pada penilaian siklus III masih sama dengan penilaian aspek diksi pada siklus I dan II. penilaian ini didasarkan pada pemilihan kata, kata baku atau tidak baku yang digunakan dalam karangan. Tabel 22. Hasil Tes Aspek Diksi atau Pilihan Kata No. 1 2 3 4 5 6 7
Kategori Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Jumlah siswa tuntas belajar Jumlah siswa tidak tuntas belajar Persentase tuntas belajar Persentase tidak tuntas belajar
Hasil yang Dicapai 100 75 93,75 40 0 100% 0%
Data pada tabel menunjukkan bahwa aspek diksi atau pilihan kata mencapai 100% ketuntasan. Nilai rata-rata klasikal yang diperoleh 93,75. Hal ini menunjukkan hasil yang sangat memuaskan. 4.1.4.1.3
Aspek Keefektifan Kalimat
Penilaian aspek keefektifan kalimat difokuskan pada penggunaan kalimat yang efektif dalam karangan. Hasil penilaian tes keefektifan kalimat dalam menyunting karangan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 23. Hasil Tes Aspek Keefektifan Kalimat No. 1 2 3 4 5 6 7
Kategori Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Jumlah siswa tuntas belajar Jumlah siswa tidak tuntas belajar Persentase tuntas belajar Persentase tidak tuntas belajar
Hasil yang Dicapai 100 60 83 26 14 65% 35%
106
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa tes aspek keefektifan kalimat secara klasikal mencapai nilai rata-rata 83. Tingkat ketuntasan mencapai 65%. 4.1.4.1.4
Aspek Kepaduan Paragraf
Hasil penilaian tes kepaduan paragraf dalam menyunting karangan siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 24. Hasil Tes Aspek Kepaduan Paragraf No. 1 2 3 4 5 6 7
Kategori
Hasil yang Dicapai 100 40 70 22 18 55% 45%
Nilai tertinggi Nilai terendah Nilai rata-rata Jumlah siswa tuntas belajar Jumlah siswa tidak tuntas belajar Persentase tuntas belajar Persentase tidak tuntas belajar
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kemampuan menyunting karangan aspek kepaduan paragraf mencapai tingkat ketuntasan sebesar 55%. Nilai rata-rata kelas mencapai 70. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus III ini lebih baik dari siklus II.
4.1.4.2 Perubahan Perilaku Siswa pada Siklus III Perubahan perilaku pada keterampilan menyunting karangan siklus III ini didapatkan dari data hasil observasi dan dokumentasi foto. Kegiatan observasi pada siklus
III dilaksanakan selama proses
pembelajaran menyunting karangan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share di kelas IXB SMP Negeri 2 Tulis-Batang.
107
Pada siklus III ini, terdapat beberapa perilaku siswa yang terdeskripsi melalui kegiatan observasi. Selama melakukan kegiatan pembelajaran menyunting karangan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share, guru merasakan adanya perubahan pada perilaku siswa. Pada saat guru mengulas materi menyunting karangan, sebagian besar siswa terlihat antusias dan bersemangat mengikuti pembelajaran tersebut. Frekuensi siswa yang bertanya juga semakin meningkat. Meskipun ada beberapa siswa yang kurang merespon penjelasan guru, mereka asyik mengobrol dan bercanda dengan teman, namun dari beberapa perilaku yang ada, perilaku positiflah yang mendominasi keadaan di kelas saat itu. Seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 25. Perubahan Perilaku Siswa pada Siklus III No.
Skor
Aspek Pengamatan
1
1
2
2
3
3
4
4
f % f % f % f %
1
2
3
4
5
0 0 0 0 -
0 0 0 1 2,5
9 22,5 13 32,5 10 25 6 15
23 57,5 20 50 20 50 21 52,5
8 20 7 17,5 10 25 12 30
Jumlah 40 100% 40 100% 40 100% 40 100%
Jumlah Skor
Nilai Ratarata
Ket.
159
79,5
Baik
154
77
Baik
160
79
Baik
164
82
Baik
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil observasi siswa pada siklus III secara klasikal mencapai nilai 79,1. Hasil tersebut diperoleh dari pemberian skor aspek yang diamati pada kondisi siswa saat mengikuti proses pembelajaran menyunting karangan dengan metode think-pair-share. Aspek yang diamati dalam lembar observasi pada siklus III sama seperti dalam siklus I dan siklus II meliputi lima aspek, yaitu (1) kerja sama dengan pasangannya; (2) antusias siswa mengikuti pembelajaran menyunting karangan; (3) keaktifan siswa dalam proses
108
pembelajaran menyunting karangan; dan (4) ketekunan siswa dalam menyunting karangan. Aspek pertama yang terdapat dalam lembar observasi, yaitu kerja sama siswa dengan pasangannya ketika mengerjakan soal tes siklus II. Dari hasil observasi, dapat dilihat 22,5% siswa bekerja sama dengan pasangannya, namun kurang aktif, 77,5% siswa sudah bekerja sama dengan baik. Aspek kedua, yakni antusias siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Dari hasil observasi yang dilakukan, diperoleh data siswa yang merasa sangat berantusias dalam proses pembelajaran sebesar 17,5%, dan yang menganggap pembelajaran ini menyenangkan sebesar 50%, ada 32,5% siswa menganggap pembelajaran ini biasa saja. Dari data yang diperoleh, sebagian dari siswa sudah mulai berantusias dalam pembelajaran menyunting karangan, namun masih ada siswa yang kurang berantusias. Hal ini karena siswa menganggap pembelajaran menyunting karangan sangat sulit, dibutuhkan ketelitian khusus dalam penggunaan ejaan, diksi, penggunaan kalimat efektif, dan kepaduan paragraf. Aspek yang ketiga, yaitu keaktifan siswa. Pada aspek ini terlihat 25% siswa yang sangat aktif dalam pembelajaran. Ini ditunjukkan dengan perhatian siswa ketika guru menyampaikan materi, keaktifan siswa mengajukan pertanyaan, dan kegesitan siswa ketika menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Sebesar 50% siswa aktif menjawab tapi enggan bertanya, sebesar 25% siswa
109
hanya ikut-ikutan menjawab. Hal ini berarti dalam siklus III ini keaktifan siswa mulai meningkat dibanding dengan siklus II. Aspek keempat adalah ketekunan dan keseriusan siswa dalam menyunting karangan. Pada siklus II ini, sebesar 82,5% siswa serius menyunting karangan, dan terlihat pula sisanya yakni 17,5% siswa kurang serius dalam menyunting karangan. Mereka kurang niat dalam mencari dan memperbaiki kesalahankesalahan yang ada dalam karangan. Mereka lebih senang mencontek pekerjaan dari pasangan lain dan ada juga yang mengerjakan dengan asal-asalan. Berdasarkan pengamatan secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa senang mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Perilaku negatif pun telah tergeser menjadi perilaku positif. Perubahan perilaku siswa ini dianggap sebagai prestasi yang patut dibanggakan. Hal itu juga dapat dilihat melalui hasil dokumentasi foto. Pada siklus III ini, dokumentasi foto yang diambil masih sama dengan siklus I dan siklus III. pengambilan foto difokuskan pada kegiatan selama proses pembelajaran menyunting karangan. Dokumentasi foto ini digunakan sebagai bukti visual kegiataan pembelajaran selama penelitian berlangsung. Deskripsi gambar pada siklus III akan dipaparkan sebagai berikut.
110
Gambar 10. Keaktifan Siswa di Kelas Gambar di atas menunjukkan bahwa siswa sudah lebih siap mengikuti pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan siswa dengan serius memperhatikan contoh yang diberikan oleh guru. Dengan kegiatan semacam ini, guru mengharapkan siswa dapat lebih memahami tentang cara menyunting karangan.
Gambar 11. Guru Membagikan Karangan
111
Pada gambar di atas, terlihat bahwa guru membagikan karangan untuk disunting oleh siswa sebagai tes siklus III. Selain karangan, guru juga membagikan lembar kerja yang berisi soal tiap aspek dalam menyunting karangan. Diharapkan, hasil tes siklus III ini lebih baik dari siklus I dan siklus II.
Gambar 13. Guru Membahas Hasil Menyunting Karangan Siswa bersama dengan guru, membahas hasil menyunting karangan yang sudah mereka kerjakan. Siswa memperhatikan dengan baik penjelasan dari guru. Terlihat perilaku positif ditujukkan oleh siswa pada siklus III ini. Siswa bersama guru juga merefleksi pembelajaran yang baru saja berlangsung.
4.1.4.3 Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyunting Siklus III Minat siswa terhadap pembelajaran dapat diketahui melalui pernyataanpernyataan berikut: (1) siswa merasa senang mengikuti pelajaran ini; (2) siswa merasa rugi bila tidak mengikuti pelajaran ini; (3) siswa merasa pelajaran ini bermanfaat; (4) siswa berusaha menyerahkan tugas tepat waktu; (5) siswa
112
berusaha memahami pelajaran ini; (6) siswa bertanya kepada guru bila ada yang tidak jelas; (7) siswa mengerjakan soal-soal latihan di rumah; (8) siswa mendiskusikan materi pelajaran dengan teman; (9) siswa berusaha memiliki buku pelajaran ini; dan (10) siswa berusaha mencari bahan di perpustakaan. Hasil penilaian minat siswa ini menjadi tolok ukur untuk mengetahui seberapa besar minat siswa terhadap pembelajaran menyunting karangan. Nilai rata-rata diperoleh dari akumulasi kesepuluh pernyataan yang ada di dalam lembar angket. Tabel 26. Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyunting Karangan Siklus III No.
Skor
Aspek Pengamatan
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
Jumlah
F
1 1
2 2
3 5
4 32
%
2,5
5
12,5
80
100%
F
2
3
6
29
40
%
5
7,5
15
72,5
100%
F
1
0
9
30
40
%
2,5
-
22,5
75
100%
F % F
0 0
2 5 6
21 52,5 9
17 42,5 25
40 100% 40
%
-
15
22,5
62,5
100%
F % F % F % F % F %
2 5 1 2,5 3 7,5 4 10 8 20
11 27,5 10 25 8 20 7 17,5 9 22,5
10 25 19 47,5 10 25 5 12,5 16 40
17 42,5 10 25 19 47,5 24 60 7 17,5
40 100% 40 100% 40 100% 40 100% 40 100%
40
Jumlah Skor
Nilai Rata-rata
Ket.
148
92,50
Sangat Baik
142
88,75
Sangat Baik
148
92,50
Sangat Baik
135
84,38
Baik
139
86,88
Sangat Baik
122
76,25
Baik
118
73,75
Cukup
125
78,13
Baik
129
80,63
Baik
102
63,75
Cukup
113
Berdasarkan tabel di atas, aspek pertama adalah pernyataan mengenai perasaan senang siswa mengikuti pembelajaran menyunting karangan. Dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa merasa sangat senang mengikuti pembelajaran menyunting karangan, yaitu sebesar 80% siswa. Sebesar 12,5% siswa merasa senang mengikuti pembelajaran dan 7,5% merasa kurang begitu senang terhadap pembelajaran menyunting karangan, namun sebagian besar siswa merasa bahwa pembelajaran menyunting karangan sangat sulit. Aspek kedua, yaitu pernyataan tentang perasaan rugi siswa bila tidak mengikuti pembelajaran menyunting karangan. Sebesar 72,5% siswa menyatakan bahwa mereka merasa rugi bila tidak mengikuti pembelajaran ini. Sisanya, 27,5% siswa menyatakan bahwa mereka merasa biasa-biasa saja bila tidak mengikuti pembelajaran ini. Dari hasil persentase tersebut, sebagian besar siswa senang terhadap pembelajaran menyunting karangan dan akan merasa rugi bila tidak mengikutinya. Aspek ketiga adalah pernyataan bahwa pembelajaran menyunting karangan sangat bermanfaat. Sebesar 75% siswa menyatakan bahwa pembelajaran ini sangat bermanfaat bagi mereka, sedangkan 25% siswa menganggap biasa saja. Aspek keempat, yakni pernyataan bahwa siswa menyerahkan tugas tepat waktu. Sebesar 42,5% siswa berusaha menyerahkan tugas tepat pada waktunya. Sebesar 52,5% siswa kurang tepat waktu dalam menyerahkan tugas. Sebesar 5% siswa masih kurang begitu memperhatikan waktu penyerahan tugas. Dari data tersebut, lebih dari 50% siswa masih merasa kekurangan waktu dalam mengerjakan tugas sehingga kurang tepat waktu dalam menyerahkan tugas. Hal
114
tersebut disebabkan karena siswa
merasa kesulitan dalam mencari dan
memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam bacaan. Aspek kelima adalah penyataan bahwa siswa berusaha memahami pembelajaran menyunting karangan. Sebesar 62,5% siswa menyatakan bahwa mereka berusaha untuk bisa memahami pembelajaran, sedangkan 37,5% bersikap biasa-biasa saja dan cenderung acuh tak acuh. Aspek keenam, yaitu pernyataan bahwa siswa akan bertanya kepada guru bila ada yang tidak jelas. Sebesar 42,5% siswa mau bertanya kepada guru bila merasa kurang jelas dengan apa yang disampaikan oleh guru. Ada 25% siswa yang kurang begitu aktif bertanya dan sisanya, yaitu 32,5% siswa lebih memilih untuk diam walaupun mereka merasa ada yang belum jelas. Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa masih enggan bertanya kepada guru apabila merasa ada yang belum jelas. Aspek ketujuh adalah pernyataan bahwa siswa mengerjakan soal-soal latihan di rumah. Sebesar 25% siswa mengerjakan soal-soal latihan di rumah, sedangkan 47,5% siswa mengerjakan soal-soal latihan, namun jarang-jarang. Sebesar 27,5% siswa tidak mengerjakan soal-soal latihan di rumah. Dari data tersebut menyatakan bahwa hanya sedikit siswa yang rajin mengerjakan soal-soal latihan di rumah, sedangkan sebagian besar siswa malas-malasan untuk mengerjakan soal-soal latihan di rumah. Hal ini disebabkan karena siswa masih bingung tentang ejaan dan tanda baca, diksi, keefektifan kalimat, dan kepaduan paragraf.
115
Aspek kedelapan adalah pernyataan bahwa siswa mendiskusikan materi pembelajaran bersama teman. Sebanyak 47,5% siswa berdiskusi dengan teman untuk saling membantu dalam memahami pembelajaran menyunting. Sisanya, yaitu 52,5% siswa enggan dan malas-malasan untuk berdiskusi bersama teman. Dari data tersebut, kerja sama dan kemauan untuk berdiskusi dengan teman harus lebih ditingkatkan. Aspek kesembilan, yaitu pernyataan tentang kemauan siswa untuk memiliki buku pelajaran menyunting karangan. Sebesar 60% siswa berusaha untuk bisa memiliki buku pelajaran ini karena mereka merasa bahwa mereka perlu untuk lebih mendalami tentang pembelajaran menyunting karangan, sedangkan sebesar 40% siswa enggan berusaha memiliki buku pelajaran ini. Aspek kesepuluh adalah pernyataan bahwa siswa berusaha mencari bahan di perpustakaan. Hanya sedikit siswa yang mau berusaha mencari bahan di perpustakaan, yaitu sebesar 17,5% saja. Sebesar 40% siswa hanya kadang-kadang mencari bahan di perpustakaan. Selebihnya, yaitu 42,5% siswa enggan untuk mencari bahan di perpustakaan. Tanggapan
umum
sebagian
besar
siswa
terhadap
pembelajaran
menyunting karangan adalah siswa merasa senang dengan pembelajaran ini, namun masih kurang memahami dan masih merasa bingung tentang ejaan dan tanda baca, diksi, keefektifan kalimat, dan kepaduan paragraf. Pada siklus III ini masih sama seperti pada siklus II. Siswa tidak mau mengungkapkan pendapatnya secara langsung, sehingga hasil wawancara hanya diperoleh dari wawancara tertulis. Ini merupakan suatu kendala dalam penelitian
116
ini, namun hal itu tidak mempengaruhi jalannya tes menyunting karangan pada siklus III. Dalam wawancara ini, ada lima pertanyaan yang diajukan, antara lain (1) bagaimana perasaan siswa terhadap pembelajaran menyunting karangan yang baru saja berlangsung, (2) apakah masih ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa ketika menyunting karangan, (3) apakah pembelajaran menyunting karangan dengan metode think-pair-share mampu meningkatkan keaktifan siswa di kelas, (4) apakah siswa sudah puas dengan hasil belajar menyunting karangan, dan (5) manfaat apa saja yang diperoleh setelah mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan metode think-pair-share. Dari data yang diperoleh, untuk pertanyaan pertama, hampir semua siswa menjawab bahwa mereka senang dengan pembelajaran menyunting karangan yang telah berlangsung. Mereka senang karena mendapat pengetahuan atau pembelajaran baru, yaitu tentang menyunting karangan. Untuk pertanyaan kedua, hanya beberapa siswa yang masih merasa ada kesulitan, seperti kesulitan dalam mencari ejaan yang salah, menentukan kalimat yang efektif dan yang tidak, serta kesulitan dalam mencari ide pokok paragraf. Namun, sebagian besar siswa juga merasa sudah paham dan tidak merasa kesulitan dalam menyunting karangan. Siswa merasa puas dengan pembelajaran menyunting karangan yang diterapkan oleh guru, namun karena masih ada beberapa kesulitan, siswa merasa belum puas dengan hasil yang mereka peroleh.
117
Untuk pertanyaan kelima, sebagian siswa menjawab bahwa mereka merasa memperoleh banyak manfaat setelah mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan metode think-pair-share. Alasannya, mereka memperoleh pengetahuan baru, yaitu mereka menjadi tahu tentang menyunting karangan, mereka menjadi lebih tahu mengenai ejaan dan tata tulis yang benar. Mereka juga dengan bekerja berpasangan, mereka lebih mudah dalam mencari dan memperbaik kesalahan-kesalahan yang ada di dalam bacaan. Meskipun ada beberapa siswa yang merasa lebih senang bekerja sendiri. Jadi, berdasarkan hasil wawancara pada siklus III, dapat disimpulkan bahwa siswa semakin senang menyunting karangan dan hasil belajar yang diperoleh semakin meningkat dan mencapai standar.
4.1.4.4 Refleksi Siklus III Penelitian siklus III menunjukkan hasil yang diperoleh sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I dan siklus II. Hasil siklus III ini sudah mencapai hasil yang memuaskan karena telah mencapai standar. Nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 78, dengan tingkat persentase ketuntasan 80%. Dalam setiap aspek penilaian seperti penggunaan ejaan, diksi atau pilihan kata, keefektifan kalimat, dan kepaduan paragraf, juga menunjukkan peningkatan. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 28.
118
Tabel 28. Perbandingan Hasil Tes Menyunting Karangan Tiap Aspek No. 1 2 3 4
Aspek yang Dinilai Ejaan dan Tanda Baca Diksi/Pilihan Kata Keefektifan Kalimat Kepaduan Paragraf
Nilai Rata-rata 70,83 93,75 83 70
Siklus III Ketuntasan (%) 35 100 65 55
Nilai rata-rata kelas pada tiap-tiap aspek dalam siklus III ini mengalami peningkatan dari siklus II. Aspek ejaan dan tanda baca meningkat dari 65,83 menjadi 70,83, dengan tingkat ketuntasan dari 20% menjadi 35%. Aspek diksi atau pilihan kata mengalami peningkatan nilai rata-rata dari 91,25 menjadi 93,75, dengan tingkat ketuntasan dari 95% menjadi 100%. Aspek keefektifan kalimat mencapai bilai rata-rata dari 82 menjadi 83, dengan tingkat ketuntasan masih tetap 65%. Pada aspek kepaduan paragraf mencapai nilai rata-rata dari 65 menjadi 70, dengan tingkat ketuntasan dari 40% menjadi 55%. Perubahan perilaku dan juga minat serta tanggapan siswa terhadap pembelajaran pada siklus III juga menunjukkan hasil yang lebih baik. Perilakuperilaku negatif yang dilakukan siswa dalam pembelajaran sebelumnya berangsurangsur dapat dikurangi. Minat siswa terhadap pembelajaran menyunting karangan juga mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil tes dan nontes pada siklus III, dapat disimpulkan bahwa nilai yang diperoleh siswa kelas IXB sudah mencapai hasil yang sesuai dengan standar dan perilaku serta minat siswa sudah menunjukkan perubahan ke arah positif.
119
4.2
Pembahasan Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam tiga siklus, dan masing-
masing siklus dilakukan melalui empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian diperoleh dari data tes dan nontes pada siklus I, siklus II, dan siklus III. Dari hasil siklus I, siklus II, dan siklus III tersebut dapat diketahui peningkatan kemampuan siswa dalam menyunting karangan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dan untuk mengetahui perubahan perilaku siswa selama mengikuti pembelajaran. Berikut ini uraian pelaksanaan perolehan data pada prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus III. Prasiklus dilakukan untuk mengetahui kemampuan dasar siswa dalam menyunting karangan. Adapun nilai rata-rata yang diperoleh dalam prasiklus ini, yaitu hanya 52,5. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa siswa kurang berminat dalam pembelajaran menyunting karangan karena mereka menganggap pembelajaran itu sangat sulit dan membosankan. Pada siklus I, proses pembelajaran diawali dengan mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran menyunting karangan. Setelah itu, guru menyampaikan tujuan pembelajaran serta manfaat metode think-pair-share. Kegiatan selanjutnya, guru menjelaskan materi menyunting beserta contohnya. Setelah itu, guru menghadirkan contoh karangan, siswa mencoba mencari kesalahan yang ada dalam bacaan (siswa berpikir/thinking) kemudian bersama dengan guru memperbaikinya. Setelah semua bisa, guru menghadirkan karangan untuk disunting sebagai penilaian siklus I. Siswa menyunting karangan secara berpasangan (pairing). Setelah semua selesai, siswa membagi atau mengoreksi
120
hasil bersama dengan seluruh siswa di kelas (sharing). Berdasarkan hasil tes siklus I ini, peneliti dapat mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menyunting karangan dan mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran siklus II hampir sama dengan proses pembelajaran siklus I. Guru mengkondisikan siswa agar siap untuk mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan menanyakan materi yang lalu. Guru kembali menerangkan materi yang telah lalu dan membahas kesalahan yang ada pada siklus I. Setelah semua jelas, guru membagikan karangan untuk disunting. Sama seperti siklus I, siswa mengerjakan secara berpasangan sesuai dengan metode think-pair-share. Setelah selesai, dibahas bersama. Pada siklus II ini ternyata hasil yang dicapai siswa lebih baik dari siklus I dan mengalami peningkatan, namun hasil pada siklus II belum mencapai standar yang ditentukan sehingga diadakan siklus III. Proses pembelajaran siklus III, sama seperti siklus I dan siklus II. Pada awal pembelajaran, guru mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pembelajaran mneyunting karangan dengan membahas kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa pada saat menyunting karangan siklus I dan siklus II. Guru kembali menerangkan sedikit materi tentang menyunting karangan dan memberikan lebih banyak contoh penggunaan ejaan dan tata tulis yang benar. Setelah semua jelas, guru membagikan karangan untuk disunting sebagai penilaian siklus III. Secara
121
berpasangan, siswa menyunting karangan. Setelah selesai semuanya, bersamasama siswa, guru membahas dan merefleksi pembelajaran yang telah berlangsung. Dapat disimpulkan bahwa pembahasan hasil penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Adapun masalah yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu peningkatan kemampuan menyunting karangan siswa kelas IXB SMP Negeri 2 Tulis-Batang setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dan perubahan perilaku siswa kelas IXB SMP Negeri 2 Tulis-Batang setelah mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. 4.2.1 Peningkatan Kemampuan Menyunting Karangan Siswa Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil prasiklus, tindakan siklus I, tindakan siklus II, dan hasil tindakan siklus III. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III dan diawali oleh data prasiklus untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam menyunting karangan. Pembahasan hasil penelitian ini meliputi hasil tes dan hasil nontes dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Pembahasan hasil tes berpedoman pada pemerolehan skor yang dicapai siswa dalam menyunting karangan dengan topik yang berbeda pada tiap siklusnya. Aspek-aspek yang dinilai dalam menyunting karangan meliputi empat aspek, yaitu (1) ejaan dan tanda baca, (2) diksi atau pilihan kata, (3) keefektifan kalimat, dan (4) kepaduan paragraf. Dari hasil keempat aspek ini diakumulasikan menjadi satu untuk mendapatkan hasil tes
122
menyunting karangan siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III. Untuk lebih jelas lagi akan dipaparkan tabel perbandingan hasil nilai siswa pada siklus I, siklus II, dan siklus III. Tabel 29. Perbandingan Hasil Menyunting Karangan
No.
Pembanding
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
Peningkatan
Siklus III
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1
Nilai rata-rata
52,5
61
74,75
78
8,5
22,25
25,5
2
Tingkat ketuntasan
5%
25%
70%
80%
20%
65%
75%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menyunting karangan siswa kelas IXB SMP Negeri 2 Tulis-Batang meningkat setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe think-pairshare. Pada kegiatan prasiklus, nilai rata-rata siswa sebesar 52,5. Sedangkan pada siklus I terlihat bahwa kemampuan siswa dalam menyunting karangan kurang dan belum bisa memenuhi arget yang ditentukan, yaitu 70. Nilai rata-rata pada siklus I mencapai nilai 61. Meskipun pembelajaran menyunting karangan pada siklus I telah dioptimalkan perencanaan dan pelaksanaannya dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share, namun hasil yang diperoleh siswa belum memuaskan dan belum memenuhi target. Hal ini dikarenakan sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan menyunting karangan. Setelah
dilaksanakan
pembelajaran
dengan
menerapkan
model
pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share pada siklus II dengan topik yang
123
lebih sederhana lagi, ternyata kesulitan-kesulitan yang dialami siswa sedikit teratasi dan hasil siklus II mengalami peningkatan dari hasil tes siklus I. Pada siklus III, masih dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dan dengan topik yang lebih sederhana lagi dari siklus II, kesulitan-kesulitan siswa semakin teratasi. Hasil siklus III mengalami peningkatan lagi dari hasil tes siklus II. Data pada tabel di atas merupakan rekapitulasi hasil tes menyunting karangan prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus III. Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa kemampuan siswa dalam menyunting karangan mengalami peningkatan. Uraian tabel di atas dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut. Hasil tes menyunting karangan siklus I rata-rata skor klasikal mencapai 61 dengan tingkat ketuntasan sebesar 25% . Hasil tersebut belum memenuhi target nilai yang telah ditentukan. Skor rata-rata tersebut diakumulasikan dari beberapa aspek penilaian. Setelah diakumulasikan, dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menyunting karangan secara klasikal masih belum bisa dikatakan tuntas, namun sudah mengalami peningkatan dari hasil prasiklus sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Berikutnya, hasil tes menyunting siklus II didapat skor rata-rata 74,75 dan mengalami peningkatan sebesar 22,25 dari hasil prasiklus. Tingkat ketuntasan yang diperoleh sebesar 70% dan mengalami peningkatan 65% dari prasiklus.
124
Pada hasil tes menyunting siklus III, di dapat skor rata-rata 78 dan mengalami peningkatan sebesar 25,5 dari hasil prasiklus. Tingkat ketuntasan diperoleh sebesar 80% dan mengalami peningkatan sebesar 75% dari prasiklus. Berikut ini akan disajikan diagram perbandingan tes menyunting karangan pada prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus III. Terlihat peningkatan hasil menyunting karangan siswa dari empat siklus yang berbeda.
100 90 80 70 60
Prasiklus
50
Siklus I
40
Siklus II
30
Siklus III
20 10 0 1
2
3
4
Diagram Perbandingan Tes Prasiklus, Siklus I, Siklus II, dan Siklus III pada Tiap Aspek Grafik ini menunjukkan perbandingan hasil menyunting karangan pada prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus III. Aspek penilaian meliputi empat aspek, antara lain: (1) ejaan dan tanda baca, (2) diksi atau pilihan kata, (3) keefektifan kalimat, dan (4) kepaduan paragraf. Dari nilai rata-rata kelas dan ketuntasan klasikal dapat disajikan dalam diagram batang berikut.
125
Perbandingan Nilai Rata-rata Tiap Siklus 80 70 60 50 74.75
40 30
52.5
78
61
Nilai rata-rata
20 10 0 Prasiklus
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Tingkat Ketuntasan 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00%
70.00%
80.00%
Tingkat Ketuntasan
30.00% 20.00% 10.00% 0.00%
25.00% 5.00% Prasiklus
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Peningkatan kemampuan menyunting karangan ini merupakan prestasi siswa setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share pada siklus I sampai siklus III. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) mampu meningkatkan kemampuan menyunting karangan.
126
4.2.2
Perubahan Perilaku Siswa Kelas IXB SMP Negeri 2 Tulis-Batang Peningkatan kemampuan siswa dalam menyunting karangan diikuti pula
dengan adanya perubahan perilaku siswa dari siklus I sampai siklus III. Pada prasiklus dan siklus I, sikap dari sebagian siswa masih menunjukkan perilaku negatif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan beberapa siswa terlihat kurang bersemangat mengikuti proses pembelajaran. Siswa tampak belum paham dengan pola pembelajaran yang diterapkan guru praktikan. Kenyataan ini merupakan hal yang wajar karena selama ini guru lebih cenderung menggunakan pendekatan tradisional dalam melaksanakan pembelajaran. Kondisi yang tergambar pada siklus I ini merupakan permasalahan yang harus dihadapi dan dicarikan solusinya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti sengaja merevisi dan mematangkan rencana pembelajaran pada siklus II. Pada siklus II tergambarkan suasana kelas lebih kondusif. Siswa tampak siap megikuti pembelajaran dan lebih aktif dibanding dengan siklus I. Kegiatan bertanya dalam pembelajaran pun semakin meningkat. Pada siklus III menunjukkan bahwa kondisi siswa lebih baik dan lebih siap mengikuti pembelajaran dan keaktifan meningkat. Perubahan perilaku siswa dari siklus I ke siklus II ke siklus III dapat dilihat pada tabel berikut.
127
Tabel 30. Perubahan Perilaku pada Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
No.
Aspek Penilaian
1
Kerja sama
2
Antusias
3
Keaktifan
4
Ketekunan
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Jumlah
Jumlah
Jumlah
Nilai
Nilai
Nilai
58,5
78
79,5
55,5
75,5
77
56,5
79
79
58,5
80,5
82
Peningkatan
I-II
II-III
19,5
1,5
20
1,5
22,5
0
22
1,5
Berdasarkan data hasil observasi siklus I, siklus II, dan siklus III dapat dikatakan perilaku siswa meningkat. Pada siklus I, aspek pertama yaitu kerja sama siswa ketika menyunting karangan berlangsung, terlihat nilai rata-rata 58,5 dan siklus II sebesar 78, peningkatan sebesar 19,5. Sedangkan pada siklus III nilai rata-rata sebesar 79,5 dan mengalami peningkatan sebesar 1,5 dari siklus II. Pada aspek kedua, yaitu antusias siswa ketika mengikuti pembelajaran, dari hasil siklus I diperoleh nilai rata-rata 55,5, pada siklus II meningkat menjadi 75,5, dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 77. Peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 20 dan dari siklus II ke siklus III sebesar 1,5. Aspek ketiga, yaitu keaktifan, terlihat pada siklus I diperoleh nilai sebesar 56,5, siklus II sebesar 79, dan pada siklus III sebesar 79. Terjadi peningkatan sebesar 22,5 dari siklus I ke siklus II, sedangkan dari siklus II ke siklus III tidak mengalami peningkatan. Aspek keempat, yaitu ketekunan siswa dalam menyunting karangan. Dari hasil siklus I nilai rata-rata sebesar 58,5, pada siklus II sebesar 80,5, dan siklus III
128
sebesar 82. Peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 22 dan peningkatan dari siklus II ke siklus III sebesar 1,5. Grafik Perbandingan Hasil Observasi Siklus I, Siklus II, dan Siklus III
90 80 70 60 50
Siklus I
40
Siklus II
30
Siklus III
20 10 0 Aspek 1
Aspek 2
Aspek 3
Aspek 4
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa terjadi perubahan perilaku siswa dari siklus I ke siklus II ke siklus III. Selain diamati perubahan perilaku siswa juga dapat dilihat tanggapan siswa terhadap pembelajaran melalui wawancara. Berdasarkan hasil wawancara pada siklus I, siklus II, dan siklus III, terungkap bahwa siswa labih mudah menyunting
karangan
dengan
metode
think-pair-share,
yaitu
berpikir-
berpasangan-berbagi. Siswa lebih senang mengerjakan tes menyunting karangan secara berpasangan karena mereka dapat bekerja sama dan berdiskusi bersama mencari kesalahan-kesalahan yang ada dalam bacaan. Mereka juga bisa saling bertukar pendapat mengenai perbaikan dari kesalahan-kesalahan tersebut. Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dapat meningkatkan kemampuan
129
siswa dalam menyunting karangan siswa kelas IXB SMP Negeri 2 Tulis-Batang. Hal
ini
disebabkan
karena
suasana
pembelajaran
yang
menarik
dan
menyenangkan, akhirnya berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa dan perubahan perilaku siswa. Dari setiap pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa ini, ternyata siswa semakin senang dengan pola pembelajaran yang diterapkan guru.
4.2.3
Minat Siswa terhadap Pembelajaran Menyunting Karangan dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share Selain adanya perubahan perilaku siswa, peningkatan kemampuan
menyunting karangan diikuti pula dengan peningkatan minat siswa terhadap pembelajaran menyunting karangan. Pada prasiklus dan siklus I, siswa terlihat masih kurang berminat mengikuti pembelajaran menyunting. Hal ini dibuktikan dengan kurang antusias dan kekurangaktifan siswa dalam berdiskusi secara berpasangan. Kondisi tersebut berangsur-angsur meningkat pada siklus II dan siklus III. Minat
siswa
terhadap
pembelajaran
menyunting
karangan
mengalami
peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan antusias yang semakin meningkat serta kerja sama dengan pasangan yang semakin baik. Hal ini dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran menyunting karangan.
130
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share mampu meningkatkan kemampuan menyunting karangan siswa kelas IXB SMP Negeri 2 Tulis-Batang. Selain itu, model pembelajaran ini mampu mengaktifkan siswa dalam belajar di kelas.
131
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Kemampuan menyunting karangan siswa kelas IXB SMP Negeri 2 TulisBatang
setelah
mengikuti
pembelajaran
dengan
menerapkan
model
pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share mengalami peningkatan. Hasil analisis data siklus I sampai dengan siklus III terus meningkat. Hasil tes pada siklus I rata-rata kelas sebesar 61, pada siklus II sebesar 74,75, dan pada siklus III sebesar 78. Hal ini menunjukkan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 13,75 dan mengalami peningkatan lagi dari siklus II ke siklus III sebesar 3,25. Perolehan hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran menyunting karangan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dapat dikatakan berhasil. 2. Perilaku siswa kelas IXB SMP Negeri 2 Tulis-Batang setelah mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share mengalami perubahan. Perubahan tersebut terlihat pada siklus II dan siklus III, yaitu siswa terlihat siap dan bersemangat mengikuti pembelajaran, semakin aktif dalam kegiatan pembelajaran, lebih banyak bertanya, dan mereka semakin senang dengan kegiatan menyunting karangan dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share.
131
132
3. Minat siswa kelas IXB SMP Negeri 2 Tulis-Batang terhadap pembelajaran menyunting karangan mengalami peningkatan setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share. Hal ini terlihat dengan adanya kerja sama dengan pasangan yang semakin baik serta antusias siswa yang meningkat.
5.2 Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian tersebut, saran yang diberikan adalah sebagai berikut. 1. Guru Bahasa dan Sastra Indonesia dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share sebagai alternatif untuk pembelajaran menyunting karangan. 2. Siswa hendaknya lebih banyak berlatih menyunting karangan, khususnya berlatih menggunakan ejaan yang baik dan benar. 3. Peneliti di bidang pendidikan maupun bahasa hendaknya selalu termotivasi untuk melakukan penelitian tentang penerapan teknik-teknik pembelajaran yang lain sehingga diperoleh alternatif teknik pembelajaran baru, khususnya tentang pembelajaran menulis.
133
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi dan Prasetyo, 1997. Metode Pembelajaran. Jakarta: Gramedia. Akhadiah, Sabarti, dkk. 1998. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Ali, Lukman. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul. 1993. Pembakuan Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Djajadisastra, Jusuf. 1982. Metode-metode Mengajar. Bandung: Angkasa. Eneste, Pamusuk. 2005. Buku Pintar Penyunting Naskah Edisi II. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hartono, Bambang. 2010a. Dasar-dasar Penyuntingan. Semarang: UNNES. Hartono, Bambang. 2010b. Pengajaran Mikro. Semarang: Widya Karya. Hastuti, Sri. 1997. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Dasar Menengah. Hermarita. 2006. “Peningkatan Menulis Artikel Jurnalistik dengan Pendekatan Kontekstual Elemen Inkuiri SMP N 38 Semarang”. Skripsi Universitas Negeri Semarang. Iskandarwassid dan Dadang. 2009. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosda. Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Ende Florest Nusa Indah. Marantika, Riky. 2010. Menyunting Karangan. http://rikymarantika.blogspot.com/2010/04/pantai-panjang-bengkulu.html. Diunduh pada tanggal 5 Desember 2010. Rifai, Mijen A. 2004. Pegangan Gaya Penulis Penyuntingan dan Penerbitan. Jakarta: Gramedia. Subyantoro. 2009. Diponegoro.
Penelitian
Tindakan
Kelas.
Semarang:
Universitas
Suparyo, Yossy. 2009. Penyuntingan Naskah. http://yossysuparyo.dagdigdug.com/2009/10/07/penyuntingan-naskah. Diunduh pada tanggal 5 Desember 2010.
133
134
Suseno, Slamet. 1997. Teknik Penulisan Ilmiah Populer. Jakarta: Gramedia. Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC. Tarigan. 1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tim Penyusun. Bahasa Indonesia Kelas IX. Klaten: Mitra Sekawan. Widiastuti, Udiati. 1995. Kalimat Efektif Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Widyamartya. 1997. Seni Menggayakan Kalimat. Yogyakarta: Kanesius.
135
136
DAFTAR NAMA SISWA KELAS IXB SMP NEGERI 2 TULIS-BATANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
NAMA Erna Wati Meylla Eka R. Desi Sulistia Rini Friska Lestianingrum Ayikul Jiana Reni Fitrianah Pinky Apriyani Nardika W. Kurnia Sandi Novan Setiawan Jocky Sadewa Feb Fahrudin Wahyu Aji Prasetyo Yuliwiharso Nur Faijar Ayun Suharyono Nafilah Khairunnisa Eka Lestari Anggit Arya P.P. Panji Wicaksono Amat Akbar W. Aris Setyawan Nizar A.A. Jinten Imam S. Ekawati Turis Arum Sari Purwani Urip Wahyu Ningsih Susi Susanti Lilis Aryani Ndofriyanto Wisnu Puji Nugroho Agus Setiawan Aji Prastiyo Kusmi Jumi Arum Yusri Agustina Umariyah Anissatul Munawaroh Nur Kholimah Khoirul Huda
JENIS KELAMIN P P P P P P P P L L L L L L L L P P L L L L L L P P P P P P L L L L P P P P P L
137
RENCANA PEMBELAJARAN SIKLUS 1 Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Tema
: Menyunting Karangan
Jenjang
: SMP/MTs
Kelas/Semester
: IX/1
Alokasi Waktu
: 2x45 menit (1xpertemuan)
A. STANDAR KOMPETENSI Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan: menulis buku harian, surat pribadi dan resmi, teks pengumuman, menyunting karangan sendiri atau orang lain, menulis pengalaman, mengubah teks wawancara menjadi bentuk naratif, menulis berbagai bentuk surat resmi, dan menulis memo atau pesan singkat. B. KOMPETENSI DASAR Menyunting karangan sendiri maupun teman. C. INDIKATOR Mampu menyunting karangan dengan memperhatikan ejaan, pilihan kata, keefektifan kalimat, dan kepaduan paragraf. D. MATERI POKOK Teks karangan E. SKENARIO PEMBELAJARAN NO KEGIATAN 1. Pendahuluan - Guru menanyakan keadaan siswa. - Guru memberikan apersepsi. - Guru menyampaikan tujuan dan manfaat pembelajaran pada hari itu. - Guru menyampaikan deskripsi materi. 2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi - Guru menjelaskan empat aspek yang ada dalam menyunting karangan. - Siswa dan guru bertanya jawab tentang cara menyunting. - Siswa berpasangan
WAKTU 10’
METODE Tanya jawab Ceramah Ceramah
Ceramah 70’ Ceramah
Tanya jawab Diskusi
138
3.
b. Elaborasi - Guru menghadirkan contoh teks karangan yang salah kepada siswa. - Secara berpasangan siswa mencermati dan berdiskusi mencari kesalahan yang ada dalam karangan itu. - Siswa memperbaiki teks karangan itu. c. Konfirmasi - Siswa menukarkan hasil suntingan kepada pasangan lain untuk dikoreksi bersama-sama. - Siswa bersama guru membahas hasil suntingan yang telah dilakukan. Penutup - Guru bersama-sama siswa merefleksi hasil pembelajaran pada hari ini yaitu tentang menyunting karangan. - Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini. - Guru memberikan dorongan kepada siswa untuk terus belajar.
Pemodelan
Diskusi
Penugasan
Penugasan
Diskusi 10’ Tanya jawab
Tanya jawab
F. MEDIA/SUMBER 1. Media : teks karangan 2. Sumber Pembelajaran : buku paket dan pelengkap bahasa dan sastra Indonesia kelas IX SMP G. TES Suntinglah karangan berikut ini dengan memperhatikan empat aspek yang ada dalam menyunting karangan! H. PENILAIAN 1. Proses Penilaian proses dilakukan dengan mengamati aktivitas dan keseriusan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. 2. Hasil Penilaian hasil dilihat berdasarkan hasil tes menyunting karangan dengan empat aspek dalam menyunting.
139
NO 1.
2.
ASPEK PENILAIAN Proses a. Keaktifan siswa pembelajaran Hasil a. Ejaan dan tanda baca b. Pilihan kata c. Keefektifan kalimat d. Kepaduan paragraf
SB
KATEGORI B C K
dalam
Guru Mata Pelajaran,
Batang, 19 Juli 2011 Peneliti,
Tirtoyoso, S.Pd. NIP. 19640211 200701 1 004
Aldila Andhita Nugrahani NIM. 2101406009
Mengetahui, Kepala SMP Negeri 2 Tulis
Dra. Andayani Mugi Lestari NIP. 19680807 199702 2 002
SK
140
RENCANA PEMBELAJARAN SIKLUS II Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Tema
: Menyunting Karangan
Jenjang
: SMP/MTs
Kelas/Semester
: IX/1
Alokasi Waktu
: 2x45 menit (1xpertemuan)
A. STANDAR KOMPETENSI Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan: menulis buku harian, surat pribadi dan resmi, teks pengumuman, menyunting karangan sendiri atau orang lain, menulis pengalaman, mengubah teks wawancara menjadi bentuk naratif, menulis berbagai bentuk surat resmi, dan menulis memo atau pesan singkat. B. KOMPETENSI DASAR Menyunting karangan sendiri maupun teman. C. INDIKATOR Mampu menyunting karangan dengan memperhatikan ejaan, pilihan kata, keefektifan kalimat, dan kepaduan paragraf. D. MATERI POKOK Teks karangan E. SKENARIO PEMBELAJARAN NO KEGIATAN 1. Pendahuluan - Guru menanyakan keadaan siswa. - Guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang materi sebelumnya. - Guru bertanya kepada siswa masihkan mereka mengalami kesulitan dalam menyunting karangan? 2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi - Guru bersama siswa kembali membahas hasil suntingan pada siklus 1. - Siswa berdiskusi untuk memecahkan masalah yang
WAKTU 10 menit
METODE Tanya jawab Tanya jawab
Tanya jawab
70 menit Pemodelan
Diskusi
141
3.
dihadapi atau kesulitan menyunting karangan untuk ditanyakan kepada guru. b. Elaborasi - Guru menghadirkan teks karangan yang salah kepada siswa. - Siswa mencermati dengan sungguh-sungguh tiap kata dan mencermati kesalahan apa saja yang ada dalam karangan itu. - Secara berpasangan, siswa mulai menyunting karangan sebagai penilaian siklus II. c. Konfirmasi - Siswa menukarkan hasil suntingan kepada pasangan lain untuk dikoreksi bersama-sama. - Siswa bersama guru membahas hasil suntingan yang telah dilakukan. - Guru memberikan penghargaan berupa prestis bagi pasangan siswa yang dapat memperoleh nilai tertinggi. Penutup - Guru bersama siswa merefleksi hasil pembelajaran pada hari ini yaitu tentang menyunting karangan. - Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini. - Guru memberikan dorongan kepada siswa untuk terus belajar.
Pemodelan
Penugasan
Penugasan
Penugasan
Tanya jawab
10 menit Tanya jawab
F. MEDIA/SUMBER 1. Media : teks karangan 2. Sumber Pembelajaran : buku paket dan pelengkap bahasa dan sastra Indonesia kelas IX SMP G. TES Suntinglah karangan berikut ini dengan memperhatikan empat aspek yang ada dalam menyunting karangan!
142
H. PENILAIAN 1. Proses Penilaian proses dilakukan dengan mengamati aktivitas dan keseriusan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. 2. Hasil Penilaian hasil dilihat berdasarkan hasil tes menyunting karangan dengan empat aspek dalam menyunting. KATEGORI NO ASPEK PENILAIAN SB B C K SK 1. Proses a. Keaktifan siswa dalam pembelajaran 2. Hasil a. Ejaan dan tanda baca b. Pilihan kata c. Keefektifan kalimat d. Kepaduan paragraf
Guru Mata Pelajaran,
Batang, 21 Juli 2011 Peneliti,
Tirtoyoso, S.Pd. NIP. 19640211 200701 1 004
Aldila Andhita Nugrahani NIM. 2101406009
Mengetahui, Kepala SMP Negeri 2 Tulis
Dra. Andayani Mugi Lestari NIP. 19680807 199702 2 002
143
RENCANA PEMBELAJARAN SIKLUS III Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Tema
: Menyunting Karangan
Jenjang
: SMP/MTs
Kelas/Semester
: IX/1
Alokasi Waktu
: 2x45 menit (1xpertemuan)
I. STANDAR KOMPETENSI Mampu mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan dalam berbagai ragam tulisan: menulis buku harian, surat pribadi dan resmi, teks pengumuman, menyunting karangan sendiri atau orang lain, menulis pengalaman, mengubah teks wawancara menjadi bentuk naratif, menulis berbagai bentuk surat resmi, dan menulis memo atau pesan singkat. J. KOMPETENSI DASAR Menyunting karangan sendiri maupun teman. K. INDIKATOR Mampu menyunting karangan dengan memperhatikan ejaan, pilihan kata, keefektifan kalimat, dan kepaduan paragraf. L. MATERI POKOK Teks karangan M. SKENARIO PEMBELAJARAN NO KEGIATAN 1. Pendahuluan - Guru menanyakan keadaan siswa. - Guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang materi sebelumnya. - Guru bertanya kepada siswa masihkan mereka mengalami kesulitan dalam menyunting karangan? 2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi - Guru bersama siswa kembali membahas hasil suntingan pada siklus II. - Siswa berdiskusi untuk memecahkan masalah yang
WAKTU 10 menit
METODE Tanya jawab Tanya jawab
Tanya jawab
70 menit Pemodelan
Diskusi
144
3.
dihadapi atau kesulitan menyunting karangan untuk ditanyakan kepada guru. - Guru bersama siswa bertanya jawab tentang contoh-contoh penggunaan ejaan dan tata tulis yang tepat supaya siswa lebih paham. b. Elaborasi - Guru menghadirkan teks karangan yang salah kepada siswa. - Siswa mencermati dengan sungguh-sungguh tiap kata dan mencermati kesalahan apa saja yang ada dalam karangan itu. - Secara berpasangan, siswa mulai menyunting karangan sebagai penilaian siklus III. c. Konfirmasi - Siswa menukarkan hasil suntingan kepada pasangan lain untuk dikoreksi bersama-sama. - Siswa bersama guru membahas hasil suntingan yang telah dilakukan. - Guru memberikan penghargaan berupa prestis bagi pasangan siswa yang dapat memperoleh nilai tertinggi. Penutup - Guru bersama siswa merefleksi hasil pembelajaran pada hari ini yaitu tentang menyunting karangan. - Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini. - Guru memberikan dorongan kepada siswa untuk terus belajar.
Tanya jawab
Pemodelan
Penugasan
Penugasan
Penugasan
Tanya jawab
10 menit
Tanya jawab
N. MEDIA/SUMBER 3. Media : teks karangan 4. Sumber Pembelajaran : buku paket dan pelengkap bahasa dan sastra Indonesia kelas IX SMP
145
O. TES Suntinglah karangan berikut ini dengan memperhatikan empat aspek yang ada dalam menyunting karangan! P. PENILAIAN 3. Proses Penilaian proses dilakukan dengan mengamati aktivitas dan keseriusan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. 4. Hasil Penilaian hasil dilihat berdasarkan hasil tes menyunting karangan dengan empat aspek dalam menyunting. KATEGORI NO ASPEK PENILAIAN SB B C K SK 1. Proses a. Keaktifan siswa dalam pembelajaran 2. Hasil e. Ejaan dan tanda baca f. Pilihan kata g. Keefektifan kalimat h. Kepaduan paragraf
Guru Mata Pelajaran,
Batang, Juli 2011 Peneliti,
Tirtoroso, S.Pd. NIP. 19640211 200701 1 004
Aldila Andhita Nugrahani NIM. 2101406009
Mengetahui, Kepala SMP Negeri 2 Tulis
Dra. Andayani Mugi Lestari NIP. 19680807 199702 2 002
146
DAFTAR PASANGAN BELAJAR KELAS IX B SMP NEGERI 2 TULIS-BATANG
Erna & Meylla
Amat & Aris
Desi & Friska
Nizar & Jinten
Ayi & Reni
Turis & Annis
Pinky & Nardika
Purwani & Urip
Sandi & Novan
Susi & Lilis
Jocky & Feb
Ndofri & Wisnu
Wahyu & Yuliwi
Agus & Aji
Nur & Suharyono
Kusmi & Yusri
Nafilah & Eka L.
Umariyah & Nur Kh.
Anggit & Panji
Khoirul & Eka W.
147
PEDOMAN OBSERVASI SIKLUS I, SIKLUS II, DAN SIKLUS III Hari, tanggal : Waktu
:
Kelas
:
Topik
:
Observasi ke : Petunjuk pengisian! Berilah tanda check list (v) di kolom yang telah tersedia! No.
Nama Siswa
Perilaku/Sikap yang Diamati 1 2 3 4
5
Catatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5.
Kerja sama Antusias Keaktifan Ketekunan Tanggapan siswa terhadap pembelajaran Batang,
Juli 2011
Pengamat,
Aldila Andhita Nugrahani NIM.2101406009
148
LEMBAR PENILAIAN MINAT SISWA PADA PEMBELAJARAN MENYUNTING KARANGAN
No.
Skor
Pernyataan
1
1.
Saya senang mengikuti pelajaran ini
2.
Saya rugi bila tidak mengikuti pelajaran ini
3.
Saya merasa pelajaran ini bermanfaat
4.
Saya berusaha menyerahkan tugas tepat waktu
5.
Saya berusaha memahami pelajaran ini
6.
Saya tanya guru bila ada yang tidak jelas
7.
Saya mengerjakan soal-soal latihan di rumah
8.
Saya mendiskusikan materi pelajaran dengan teman
9.
Saya berusaha memiliki buku pelajaran ini
10.
Saya berusaha mencari bahan di perpustakaan
2
3
4
Jumlah
Tanggapan umum: ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………
Siswa, ………………….. …………………………..
149
PEDOMAN WAWANCARA SIKLUS I
Responden yang diwawancarai : Waktu
:
Tempat
:
Masalah
:
Jalannya wawancara
:
1. Bagaimana perasaan Anda terhadap pembelajaran menyunting karangan yang baru saja berlangsung?
2. Bagaimana pendapat Anda mengenai pembelajaran menyunting karangan dengan metode think-pair-share?
3. Menurut Anda, apa sajakah kesulitan-kesulitan ketika menyunting karangan?
4. Bagaimana cara Anda untuk mengatasi kesulitan dalam menyunting karangan?
5. Bagaimana saran Anda tentang pelaksanaan pembelajaran menyunting karangan yang akan datang?
150
PEDOMAN WAWANCARA SIKLUS II
Responden
:
Waktu
:
Tempat
:
Masalah
:
Jalannya wawancara
:
1. Bagaimana perasaan Anda terhadap pembelajaran menyunting karangan yang telah berlangsung?
2. Menurut Anda, masih adakah kesulitan-kesulitan yang Anda alami ketika menyunting karangan sekarang? Sebutkan alasannya! 3. Apakah pembelajaran menyunting karangan dengan metode think-pair-share mampu meningkatkan keaktifan Anda di kelas? 4. Apakah Anda sudah puas dengan hasil belajar menyunting karangan? 5. Manfaat apa sajakah yang Anda peroleh setelah mengikuti pembelajaran menyunting karangan dengan metode think-pair-share?
151
gnota pusat sumbang 2551 siswa di bantul gnota (Gerakan Nasional Orang Tua Asuh) Pusat akan memberikan sejumlah sumbangsih kepada 2.551 anak asuh bagi siswa sd dan smp di kabupaten bantul. Para siswa-siswa tersebut merupakan korban musibah bencana gempa bumi pada tanggal 27 mei 2006 lalu. Bantuan tersebut diberikan secara simbolis oleh Ketua Umum GNOTA Pusat Ny. indira s. pulungan kepada Sekda Bantul Drs. Gendut sudarto Kd, mewakili pejabat bupati bantul diteruskan kepada para siswa di smp Negeri 2 pundong hari selasa (18/7). paket bantuan sumbangan berupa beberapa perangkat alat-alat kebutuhan belajar antara lain alat tulis seragam sekolah dan seragam pramuka serta 20 buah tenda belajar. Bantuan tersebut dibagikan masing-masing untuk smpn 2 pundong, sdn belan, sdn tulasan dan sd muhammadiyah di kecamatan bambanglipuro, sdn 1 turen, sdn 1 jejeran dan sdn 2 jejeran di kecamatan pleret, sdn timbulharo dan sdn widorocandran di kecamatan sewon serta sdn 1 sawahan, sdn kembangsongo, sd muhammadiyah blawong dan SD muhammadiyah tonjong di kecamatan jetis. Ketua Umum GNOTA Pusat yaitu Ny. indira s. pulungan dalam sambutannya mengatakan bahwa GNOTA senantiasa mengajak warga masyarakat untuk peduli terhadap penderitaan masyarakat lainnya. Khususnya para siswa di daerah bencana, agar mereka terhindar dari ancaman putus sekolah dengan harapan pada tahun ajaran baru mereka tetap dapat belajar sementara dengan baik sambil menunggu selesainya gedung sekolah direhabilitasi. Sementara itu Sekda Bantul drs. gendut sudarto Kd, BSc, MMA mewakili bupati bantul dalam sambutannya selain mengucapkan terima kasih kepada gnota pusat, juga mengharapkan para siswa dan guru tetap semangat dalam melaksanakan proses belajar mengajar pasca gempa. kita jangan terlalu dibebani oleh kepedihan masa yang lalu, biarlah yang lalu telah berlalu. Kita harus berusaha untuk bangkit guna meraih masa depan yang lebih baik,” tandasnya. banyak
para peserta yang hadir dalam kesempatan tersebut antara lain
Kepala Dines P dan K Kabupaten Bantul Drs. sudarman, MM, camat pundong M. irsyad, Kepala SMPN 2 Pundong Drs. ponidi, perwakilan sekolah penerima bantuan serta guru dan siswa smpn 2 pundong. (Bn)
152
Kijang tabrak truk 3 penumpang tewas
Tiga orang tewas dan tiga lainnya luka berat dalam peristiwa kecelakaan di jalan tol cikampek Km 69 di daerah Klari, kabupaten karawang, Jawa Barat, Minggu (10/7) pagi. Semua para korban-korban semuanya adalah penumpang toyota kijang LL 1752 OB yang sedang dalam perjalanan dari Jakarta kembali ke Surabaya. Seorang korban luka, Bambang Irwanto (51), menduga kecelakaan akibat sopir kelelahan kerena telah beberapa hari berkendaraan Tiga korban tewas adalah Benny Sunarto (69), Prajitno S (52) dan Sunaryo (63) sedangkan tiga korban luka adalah Moch Prasetio U (58), Bambang Irwanto, dan Koeswandi (70). Ketiganya saat ini dirawat di Rumah Sakit Karya Husada, Cikampek. Mengutip keterangan pertugas derek dan ambulan, petugas yunit gawat darurat Rs Karya Husada, Mercis, menyatakan, truck sudah tidak ada dilokasi kecelakaan saat para korban diefakuasi. Sopir bersama truk yang ditubruk bagian belakangnya oleh Kijang itu dilaporkan kabur kea rah pintu Tol Cikampek, Purwakarta. Menurut Bambang Irwanto kendaraan dalam kondisi baik-baik sejak berangkat dari Surabaya menuju Jakarta Rabu malam pekan lalu hingga pulang pada Minggu dini hari. Dia menduga, Sunaryo sangat kelelahan sekali karena bersama lima penumpang lain berkendara menempuh rute Surabaya, Jakarta, Banten, dan akan kembali ke Surabaya. “awalnya, Prasetio yang mengemudi. Karena dia mengantuk Sunaryo mengambil alih kemudi dalam perjalanan dari Banten menuju Jakarta. Saya tidak tahu pasti penyebabnya, karena tidur saat kejadian,” Kata Bambang. Bambang bersama 5 kawannya mengunjungi teman lama di Jakarta dan Banten. Selain Kamis malam dan Jumat malam, sebagian besar waktu habis di perjalanan. Mereka sesekali singgah ditempat peristirahatan untuk melepas lelah atau makan dan minum. Kasus itu kini ditangani Unit Lalu Lintas Kepolisian Resor Karawang. (Sumber: Kompas, 11 juli 2011)
153
Kejuaraan Junior Sepatu Roda 2011
Dunia Inline Skate Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta mengadakan kejuaraan yunior sepatu roda seri II, sabtu (9/7). Kejuaraan itu melombakan lomba kelas pemula, standart, serta speed untuk putra dan putri. Menurut ketua lomba Shinta Septerina, kelas pemula melombakan nomer 100 meter dan 200 meter. Kelas standar melombakan kelompok umur (KU) A (6-7 tahun), B (8-9 tahun), C (10-11 tahun) nomor 100 meter dan 500 meter. Kelas speed melombakan KU A, B, C nomor 500 meter dan 1000 meter. Adi dan teman-temannya sedang membersihkan ruang kelas Sekitar 200 peserta datang dari klub-klub di Jakarta, Bandung, Bekasi dan Karawang. club jakarta roller flash yang mengirim tiga belas atlit membawa pulang dua piala atas nama Revan PK dan 3 medali atas nama Areta, Asya, dan Dika.
(Sumber: Kompas, 11 juli 2011, dengan pengubahan)
154
HASIL TES MENYUNTING KARANGAN PRASIKLUS No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
No. Responden R-1 R-2 R-3 R-4 R-5 R-6 R-7 R-8 R-9 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28 R-29 R-30 R-31 R-32 R-33 R-34 R-35 R-36 R-37 R-38 R-39 R-40 Jumlah Rata-rata
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 1 1 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 126 52,50
Aspek penilaian 2 3 4 3 4 3 4 3 4 3 2 4 2 4 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 1 1 1 2 3 2 3 3 2 3 2 1 3 1 3 3 1 3 1 3 3 3 3 4 3 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 98 98 61,25 49,00
4 4 4 2 2 1 1 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 1 1 3 3 1 1 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 98 49,00
Jumlah Skor 14 14 12 12 10 10 12 12 11 11 12 12 10 10 8 8 13 13 9 9 10 10 6 6 13 13 13 13 10 10 10 10 9 9 9 9 9 9 10 10 420
Nilai 70 70 60 60 50 50 60 60 55 55 60 60 50 50 40 40 65 65 45 45 50 50 30 30 65 65 65 65 50 50 50 50 45 45 45 45 45 45 50 50 2100
155
ANALISIS HASIL TES MENYUNTING KARANGAN PRASIKLUS Nilai tertinggi
: 70
Nilai terendah
: 30
Siswa tuntas
:2
Siswa tidak tuntas
: 38
Analisis data 1. Rata-rata kelas Nilai rata-rata
2. Ketuntasan belajar klasikal Tingkat ketuntasan x 100% 5% 3. Ketidaktuntasan belajar klasikal Tingkat ketidaktuntasan x 100% 95%
156
HASIL TES MENYUNTING KARANGAN SIKLUS I No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
No. Responden R-1 R-2 R-3 R-4 R-5 R-6 R-7 R-8 R-9 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28 R-29 R-30 R-31 R-32 R-33 R-34 R-35 R-36 R-37 R-38 R-39 R-40 Jumlah Rata-rata
1 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 4 4 3 3 3 3 4 4 146 60,83
Aspek penilaian 2 3 3 3 3 3 2 4 2 4 3 4 3 4 2 4 2 4 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 2 2 2 2 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 5 3 5 3 4 3 4 3 5 3 5 1 4 1 4 3 5 3 5 3 4 3 4 2 2 2 2 2 3 2 3 4 2 4 2 114 136 71,25 68,00
4 4 4 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 4 4 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 3 102 51,00
Jumlah Skor 13 13 12 12 14 14 11 11 12 12 13 13 14 14 11 11 15 15 11 11 11 11 13 13 14 14 15 15 9 9 11 11 13 13 9 9 10 10 12 12 486
Nilai 65 65 60 60 70 70 55 55 60 60 65 65 70 70 55 55 75 75 55 55 55 55 65 65 70 70 75 75 45 45 55 55 65 65 45 45 50 50 60 60 2440
157
ANALISIS HASIL TES MENYUNTING KARANGAN SIKLUS I Nilai tertinggi
: 75
Nilai terendah
: 45
Siswa tuntas
: 10
Siswa tidak tuntas
: 30
Analisis data 1. Rata-rata kelas Nilai rata-rata
2. Ketuntasan belajar klasikal Tingkat ketuntasan x 100% 25% 3. Ketidaktuntasan belajar klasikal Tingkat ketidaktuntasan x 100% 75%
158
HASIL TES MENYUNTING KARANGAN SIKLUS II No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
No. Responden R-1 R-2 R-3 R-4 R-5 R-6 R-7 R-8 R-9 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28 R-29 R-30 R-31 R-32 R-33 R-34 R-35 R-36 R-37 R-38 R-39 R-40 Jumlah Rata-rata
1 4 4 4 4 5 5 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 158 65,83
Aspek penilaian 2 3 4 5 4 5 4 5 4 5 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 5 4 5 4 3 4 3 4 3 4 3 3 5 3 5 4 5 4 5 4 5 4 5 2 4 2 4 4 3 4 3 4 5 4 5 3 5 3 5 4 5 4 5 3 3 3 3 146 164 91,25 82
4 4 4 4 4 3 3 2 2 3 3 5 5 4 4 2 2 4 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 5 5 4 4 5 5 130 65
Jumlah Skor 17 17 17 17 15 15 12 12 14 14 16 16 16 16 13 13 18 18 13 13 13 13 14 14 15 15 16 16 11 11 13 13 15 15 18 18 18 18 15 15 598
Nilai 85 85 85 85 75 75 60 60 70 70 80 80 80 80 65 65 90 90 65 65 65 65 70 70 75 75 80 80 55 55 65 65 75 75 90 90 90 90 75 75 2990
159
ANALISIS HASIL TES MENYUNTING KARANGAN SIKLUS II Nilai tertinggi
: 90
Nilai terendah
: 55
Siswa tuntas
: 28
Siswa tidak tuntas
: 12
Analisis data 1. Rata-rata kelas Nilai rata-rata
2. Ketuntasan belajar klasikal Tingkat ketuntasan x 100% 70% 3. Ketidaktuntasan belajar klasikal Tingkat ketidaktuntasan x 100% 30%
160
HASIL TES MENYUNTING KARANGAN SIKLUS III No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
No. Responden R-1 R-2 R-3 R-4 R-5 R-6 R-7 R-8 R-9 R-10 R-11 R-12 R-13 R-14 R-15 R-16 R-17 R-18 R-19 R-20 R-21 R-22 R-23 R-24 R-25 R-26 R-27 R-28 R-29 R-30 R-31 R-32 R-33 R-34 R-35 R-36 R-37 R-38 R-39 R-40 Jumlah Rata-rata
1 4 4 5 5 5 5 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 6 6 4 4 4 4 4 4 3 3 5 5 3 3 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 170 70,83
Aspek penilaian 2 3 4 5 4 5 4 5 4 5 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 3 3 5 3 5 4 5 4 5 4 5 4 5 3 4 3 4 4 3 4 3 4 5 4 5 3 5 3 5 4 5 4 5 3 3 3 3 150 164 93,75 83
4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 5 5 4 4 2 2 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 2 2 2 2 2 2 5 5 4 4 5 5 140 70
Jumlah Skor 17 17 18 18 16 16 13 13 14 14 16 16 16 16 14 14 19 19 16 16 13 13 15 15 16 16 16 16 12 12 13 13 16 16 18 18 18 18 15 15 624
Nilai 85 85 90 90 80 80 65 65 70 70 80 80 80 80 70 70 95 95 80 80 65 65 75 75 80 80 85 85 60 60 65 65 80 80 90 90 90 90 75 75 3120
161
ANALISIS HASIL TES MENYUNTING KARANGAN SIKLUS III Nilai tertinggi
: 95
Nilai terendah
: 60
Siswa tuntas
: 32
Siswa tidak tuntas
:8
Analisis data 1. Rata-rata kelas Nilai rata-rata
2. Ketuntasan belajar klasikal Tingkat ketuntasan x 100% 80% 3. Ketidaktuntasan belajar klasikal Tingkat ketidaktuntasan x 100% 20%
162
HASIL OBSERVASI SIKLUS I No.
No. Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Perilaku/Sikap yang Diamati 1 2 3 4 5 4 3 3 3 3 4 3 3 5 3 3 4 3 3 2 3 4 3 4 3 5 4 3 5 3 5 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 1 3 2 3 1 2 2 2 3 3 2 2 1 3 2 5 5 3 3 3 2 3 1 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 4 3 4 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 1 2 2 3 3 2 2 1 3 3 2 2 2 4 2 5 3 3 4 4 3 4 5 3 2 3 4 4 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 3 4 3 2 2 1 3 3
Keterangan 1. Kerja sama 2. Antusias 3. Keaktifan 4. Ketekunan 5. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran
163
HASIL OBSERVASI SIKLUS II No.
No. Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Perilaku/Sikap yang Diamati 1 2 3 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 4 4 5 3 4 4 4 5 4 4 5 5 5 3 4 5 5 4 3 4 5 4 4 4 4 5 4 2 4 2 3 3 3 3 3 2 2 4 3 3 2 3 4 4 3 4 4 3 3 2 4 4 3 4 3 4 4 4 5 4 3 5 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 2 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 3 5 3 4 3 4 4 4 3 4 5 3 5 4 4 4 3 5 4 4 3 4 5 4 4 3 3 5 4 3 3 5 4 4 3 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4
Keterangan 6. Kerja sama 7. Antusias 8. Keaktifan 9. Ketekunan 10. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran
164
HASIL OBSERVASI SIKLUS III No.
No. Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Perilaku/Sikap yang Diamati 1 2 3 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 3 4 4 5 3 4 4 4 5 4 4 5 5 5 3 4 5 5 4 3 4 5 4 4 4 4 5 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 5 4 3 5 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 3 5 3 4 4 4 4 4 3 4 5 3 5 4 4 4 3 5 4 4 3 4 5 4 4 3 3 5 4 4 3 5 4 4 3 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 4
Keterangan 11. Kerja sama 12. Antusias 13. Keaktifan 14. Ketekunan 15. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran
165
MINAT SISWA PADA PEMBELAJARAN MENYUNTING KARANGAN SIKLUS I
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
No. Pernyataan Ket. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 5 4 4 3 3 2 2 1 3 4 2 6 4 4 3 3 2 2 1 3 4 2 7 2 2 3 2 2 1 3 2 2 1 8 2 2 3 3 2 1 1 3 2 1 9 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 10 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 11 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 12 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 13 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 14 4 1 4 3 4 4 1 2 2 3 15 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 16 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 18 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 19 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 20 4 4 4 3 4 3 3 4 2 3 21 4 4 3 4 3 3 2 2 2 1 22 4 4 3 3 2 1 3 3 3 2 23 4 4 4 2 2 1 3 3 4 2 24 4 4 4 4 4 4 1 4 3 2 25 4 3 4 3 4 4 2 4 1 1 26 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 27 3 3 4 3 3 4 1 2 3 2 28 3 3 3 3 3 4 1 1 1 1 29 4 1 4 3 4 4 2 4 4 4 30 1 2 1 3 4 1 2 3 2 1 31 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 32 3 4 4 3 4 2 3 2 4 2 33 4 4 4 4 4 2 3 3 4 2 34 4 4 3 4 3 4 3 4 4 2 35 4 4 4 3 4 3 1 2 1 1 36 4 4 4 3 4 1 3 2 1 1 37 4 4 4 3 3 1 2 1 4 1 38 4 4 4 3 3 1 2 1 4 1 39 3 3 4 4 4 3 1 2 3 1 40 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 Jumlah 148 142 148 135 139 116 101 125 129 96
166
MINAT SISWA PADA PEMBELAJARAN MENYUNTING KARANGAN SIKLUS II
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Jumlah
1 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 1 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 148
2 4 4 4 4 4 4 2 2 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 142
3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 148
Pernyataan 4 5 6 7 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2 4 3 2 2 4 2 2 1 3 3 2 1 2 4 4 4 2 3 3 3 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 2 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 4 4 4 3 3 4 4 2 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 2 3 4 2 2 4 4 2 4 3 4 2 3 4 4 2 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 4 4 3 1 3 3 3 4 135 139 122 118
Ket. 8 4 4 3 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 2 1 4 3 4 2 3 4 2 2 1 1 2 3 125
9 4 4 4 3 4 4 2 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 2 3 4 3 1 4 3 1 4 2 4 4 4 4 1 1 4 4 3 3 129
10 3 3 3 3 2 2 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 1 3 2 1 4 1 3 2 2 2 1 1 1 1 1 4 102
167
MINAT SISWA PADA PEMBELAJARAN MENYUNTING KARANGAN SIKLUS III No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Jumlah
1 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 1 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 148
2 4 4 4 4 4 4 2 2 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 142
3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 148
4 4 4 3 3 3 3 2 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 135
Pernyataan 5 6 7 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 2 2 4 2 2 4 2 1 3 2 1 2 4 4 2 3 3 4 4 4 2 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 4 4 3 4 4 2 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 2 4 2 2 4 2 4 4 2 3 4 2 3 3 4 3 4 3 3 4 2 3 3 2 2 3 2 2 4 3 1 3 3 4 139 122 118
Ket. 8 4 4 3 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 2 3 3 4 4 4 2 1 4 3 4 2 3 4 2 2 1 1 2 3 125
9 4 4 4 3 4 4 2 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 2 3 4 3 1 4 3 1 4 2 4 4 4 4 1 1 4 4 3 3 129
10 3 3 3 3 2 2 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 1 3 2 1 4 1 3 2 2 2 1 1 1 1 1 4 102
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179