PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI DELEGAN 2, PRAMBANAN, SLEMAN
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Widi Susanti NIM 12108244013
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA APRIL 2016
i
ii
iii
iv
MOTTO Selama telinga ada dua Seperti semula alasan tiada Tidak menyimak pesan sang khalik (H.G. Tarigan)
Menggenggam dunia dengan memperbanyak menyimak pengetahuan (Penulis)
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini merupakan sebuah karya sebagai ungkapan cinta yang tulus dan penuh kasih untuk: 1. Allah SWT atas limpahan karuniaNya serta menjadi sumber kekuatan saya 2. Kedua orang tua tercinta, Bapak dan Ibu yang selalu mendukung dan mendoakan. Terimkasih atas doa yang tiada hentinya kalian panjatkan. Jasa
kalian
takkan
tergantikan
oleh
apapun,
izinkan
mempersembahkan sebagian dari amanah ini kepada Bapak dan Ibu 3. Almamater tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta 4. Nusa dan bangsa
vi
ananda
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK CERITA ANAK MELALUI PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI DELEGAN 2, PRAMBANAN, SLEMAN Oleh Widi Susanti NIM 12108244013 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri Delegan 2 melalui penggunaan media film animasi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) dengan model Kemmis dan Taggart. Pada model ini terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Delegan 2 yang berjumlah dari 31 siswa. Objek penelitian ini adalah kemampuan menyimak cerita anak. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes, observasi, dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu tes dan lembar observasi. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis data kuantitatif. Teknik analisis data kualitatif yaitu perhitungan analisis persentase aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Teknik analisis data kuantitatif yaitu dengan mencari hasil rerata kemampuan menyimak cerita anak setiap siklus. Berdasarkan hasil analisis data dan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disimpulkan bahwa pembelajaran dengan penggunaan media film animasi dengan prosedur menayangkan cerita anak melalui media film animasi, kemudian menjawab pertanyaan berdasarkan cerita anak tersebut, selanjutnya diskusi dan presentasi, dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak. Secara proses, peningkatan dapat dilihat berdasarkan hasil obervasi. Berdasarkan hasil observasi, siswa lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Siswa tertarik dengan media yang digunakan, sehingga kegiatan belajar lebih kondusif dan menyenangkan. Siswa yang mengangkat tangan ketika guru memberi pertanyaan nampak lebih banyak dan bersemangat saat menjawab pertanyaan dari guru, sehingga suasana pembelajaran di kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Secara produk atau hasil dapat dilihat dari peningkatan hasil rata-rata kemampuan menyimak cerita anak. Peningkatan hasil rata-rata kemampuan menyimak tersebut yaitu pada kondisi awal sebesar 57,41 meningkat menjadi 66,61 (meningkat 9,2) pada siklus I, kemudian meningkat lagi menjadi 83,78 (meningkat 17,17) pada siklus II. Kata Kunci: kemampuan menyimak cerita anak, film animasi
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Melalui Penggunaan Media Film Animasi pada Siswa kelas V SD Negeri Delegan 2, Prambanan, Sleman”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapatkan banyak dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankanlah pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih. Pernyataan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan di UNY. 2. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta
atas
izin
yang
diberikan
untuk
melaksanakan penelitian ini. 3. Bapak Suparlan. M.Pd.I. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar FIP UNY yang telah memberikan motivasi selama penyusunan skripsi ini.
viii
4. Bapak HB. Sumardi, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan nasihat kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 5. Bapak Ikhlasul Ardi Nugroho, M.Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan nasihat dan motivasi selama menempuh studi. 6. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, pengertian, dan doa yang tiada hentinya. 7. Kakak-kakakku tersayang yang telah memberikan semangat, dukungan, serta doa kepada penulis. 8. Bapak Tugiran, S.Pd.I. selaku kepala sekolah SD Negeri Delegan 2 atas izin yang telah diberikan untuk melakukan penelitian ini. 9. Ibu Siti Istiqomah, S.Pd.Sd. selaku guru kelas V SD Negeri Delegan 2 atas partisipasi dan kerjasamanya. 10. Siswa-siswi kelas V SD Negeri Delegan 2 yang telah berpartisipasi dalam pengambilan data. 11. Sahabat-sahabat spesial Agitia Ayu Prastiwi, Luftia Firdausia, dan Muflikh Muhajir atas bantuan, semangat, dan dorongan kalian dalam penyelesaian skripsi ini. 12. Sahabat-sahabat terbaikku Tri Rahmawati, Noorina Silmi, Restu Wijayanti, Rekyan Pandhiga, Astri Prastiwi, dan Husnul Chotimah atas semangat, motivasi dan selalu bersedia menjadi tempat berkeluh kesah. 13. Keluargaku kelas H PGSD 2012 yang telah memberikan pengalaman belajar selama kurang lebih 4 tahun ini.
ix
14. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, April 2016 Penulis
x
DAFTAR ISI hal HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i PERSETUJUAN .............................................. Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN .............................................. Error! Bookmark not defined. PENGESAHAN ............................................... Error! Bookmark not defined. MOTTO......................................................................................................... iv PERSEMBAHAN .......................................................................................... vi ABSTRAK ................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ................................................................................. viii DAFTAR ISI ................................................................................................ xi DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 7 C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 8 D. Perumusan Masalah ................................................................................. 8 E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8 F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 8 1. Manfaat Teoritis....................................................................................... 8 2. Manfaat Praktis ........................................................................................ 9 G. Devinisi Operasional ................................................................................ 9
xi
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak Cerita Anak ......................................................11 1. Pengertian Kemampuan Menyimak .........................................................11 2. Tujuan Menyimak ...................................................................................12 3. Manfaat Menyimak .................................................................................14 4. Jenis-jenis Menyimak..............................................................................15 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menyimak ........................................18 6. Pengertian Cerita Anak ...........................................................................23 7. Unsur-unsur Cerita Anak.........................................................................24 8. Manfaat Cerita Anak ...............................................................................29 9. Kriteria Pemilihan Cerita Anak ...............................................................31 10.Pengertian Kemampuan Menyimak Cerita Anak ...............................................................................................................34 11.Tahap-tahap Menyimak Cerita Anak ...............................................................................................................35 B. Media Film Animasi ...............................................................................37 1. Pengertian Media ....................................................................................37 2. Fungsi dan Manfaat Media ......................................................................39 3. Jenis-jenis Media Pembelajaran ..............................................................41 4. Pengertian Film .......................................................................................43 5. Film Animasi ..........................................................................................44 6. Keuntungan dan Keterbatasan Media Film ..............................................45 7. Media Film Animasi ...............................................................................47 8. Peran Media Fim Animasi dalam Pembelajaran Menyimak .....................47 9. Langkah-langkah Pembelajaran Menyimak Cerita Anak Menggunakan Media Film Animasi ...............................................................................50 C. Karekteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar ............................................50
xii
D. Kerangka Pikir ........................................................................................53 E. Hipotesis .................................................................................................54 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian .......................................................................................55 B. Subjek dan Objek Penelitian ...................................................................56 C. Setting Penelitian ....................................................................................56 D. Model Penelitian .....................................................................................57 E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................61 1. Tes ..........................................................................................................61 2. Observasi ................................................................................................62 3. Dokumentasi ...........................................................................................62 F. Instrumen Penelitian ...............................................................................63 G. Teknik Analisis Data...............................................................................67 H. Kriteria Keberhasilan Tindakan...............................................................70 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian .......................................................................................71 1. Deskripsi Pratindakan .............................................................................71 2. Pelaksanaan Penelitian Menyimak Cerita Anak Melalui Penggunaan Media Film Aanimasi..............................................................................73 B. Pembahasan Hasil Penleitian ...................................................................98 C. Keterbatasan Penelitan .......................................................................... 104 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................................... 105 B. Saran..................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 107 LAMPIRAN ................................................................................................ 109
xiii
DAFTAR TABEL
hal Tabel 1. Kisi-kisi Tes Kemampuan Menyimak .................................................. 65 Tabel 2. Kisi-kisi Observasi Aktivitas Siswa ..................................................... 66 Tabel 3. Instrumen observasi aktivitas siswa ..................................................... 68 Tabel 4. Instrumen tes kemampuan menyimak .................................................. 69 Tabel 5. Hasil tes kemampuan menyimak pratindakan ...................................... 72 Tabel 6. Hasil observasi aktivitas siswa Siklus I............................................. .. 82 Tabel 7. Hasil tes kemampuan menyimak Siklus I............................................. 83 Tabel 8. Hasil observasi aktivitas siswa Siklus II .............................................. 94 Tabel 9. Hasil tes kemampuan menyimak Siklus II ........................................... 95
xiv
DAFTAR GAMBAR hal Gambar 1. Kerangka Pikir ................................................................................. 54 Gambar 2. Proses penelitian tindakan ................................................................ 57 Gambar 3. Diagram hasil tes kemampuan menyimak pratindakan ..................... 73 Gambar 4. Diagram hasil tes kemampuan menyimak Siklus I ........................... 84 Gambar 5. Diagram peningkatan aktivitas siswa ............................................... 94 Gambar 6. Diagram hasil tes kemampuan menyimak Siklus II .......................... 96 Gambar 7. Diagram peningkatan nilai rata-rata tes kemampuan menyimak ....... 97
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
hal Pedoman Observasi Aktivitas Siswa ......................................... 110
Lampiran 2.
Pedoman Penilaian Tes Kemampuan Menyimak ...................... 114
Lampiran 3.
Silabus ..................................................................................... 117
Lampiran 4.
RPP .......................................................................................... 120
Lampiran 5.
Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa ........................... 185
Lampiran 6.
Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Menyimak........................ 194
Lampiran 7.
Surat Keterangan Permohonan Izin Observasi .......................... 200
Lampiran 8.
Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian ....................... 202
Lampiran 9.
Surat Keterangan Validasi Media ............................................. 204
Lampiran 10. Surat Keterangan Izin Penelitian................................................ 206 Lampiran 11. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitia ................................ 209 Lampiran 12. Dokumentasi ............................................................................ 211
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar hakekatnya bertujuan agar siswa terampil menggunakan Bahasa Indonesia untuk berbagai keperluan, terutama untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam standar isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP 2006), dijelaskan bahwa tujuan umum pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah antara lain meningkatkan kemampuan berbahasa siswa. Kemampuan berbahasa (language art, language skill) dalam kurikulum sekolah mencakup empat segi, yaitu kemampuan menyimak (listening skill), kemampuan berbicara (speaking skill), kemampuan membaca (reading skill), dan kemampuan menulis (writing skill). Kemampuan satu dengan yang lain memiliki hubungan yang sangat erat satu sama lain. Dalam memperoleh kemampuan berbahasa, mula-mula seorang individu harus memiliki kemampuan menyimak terlebih dahulu, kemudian kemampuan berbicara, selanjutnya kemampuan membaca dan menulis. Memiliki kemampuan menyimak yang baik sangat penting dimiliki oleh setiap siswa, karena dengan kemampuan menyimak akan mempermudah siswa dalam menguasai tiga kemampuan berbahasa yang lain dan mempermudah memahami setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Kundaru Saddhono (2012:4) mengatakan hal yang sejalan dengan hal tersebut bahwa “kemampuan menyimak adalah kemampuan berbahasa pertama yang dimilki oleh manusia
1
dalam pemerolehan bahasa”. Oleh karena itu kemampuan menyimak merupakan
modal awal seseorang dalam
hal untuk berkomunikasi.
Kemampuan menyimak adalah salah satu kemampuan berbahasa yang diajarkan di Sekolah Dasar sesuai dengan standar isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Ada beberapa macam pengertian menyimak yang dikemukakan para ahli bahasa. Berikut ini beberapa di antara pengertian tersebut yaitu Menurut Kundharu Saddhono (2012:11) menyimak adalah “suatu proses yang menyangkut kegiatan mendengarkan, mengidentifikasi, menginterpretasi, bunyi bahasa, kemudian menilai hasil interpretasi makna dan menanggapi pesan yang tersirat dalam bahan simakkan”. Berdasarkan pengertian menyimak di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah kegiatan mendengarkan yang bertujuan untuk memahami pesan atau isi yang terkandung dalam simakkan. Menyimak sebagai salah satu kegiatan berbahasa merupakan keterampilan yang cukup mendasar dalam kemampuan berkomunikasi. Dalam kehidupannya, manusia dituntut untuk menyimak baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Pentingnya kemampuan menyimak, dapat dilihat pada lingkungan sekolah. Sebagian besar waktu siswa dipergunakan untuk menyimak materi pelajaran. Keberhasilan siswa dalam memahami dan menguasai meteri pelajaran diawali dengan kemampuan menyimak yang baik. Penelitian mengenai menyimak baik dalam kehidupan maupun dalam kurikulum sekolah dapat dikatakan masih langka. Pada penelitian tahun 1929, Paul T. Rankin dari Detroit Public Schools menyelesaikan sebuah survei
2
kepada 68 orang mengenai penggunaan waktu dalam keempat keterampilan berbahasa, bahwa mereka mempergunakan waktu berkomunikasi: 9% untuk menulis, 16% untuk membaca, 30% untuk berbicara, dan 45% untuk menyimak. Dalam kenyataan praktik, survei menyatakan bahwa pada umumnya kita menggunakan waktu untuk menyimak hampir tiga kali sebanyak waktu untuk membaca, namun anehnya sangat sedikit perhatian yang diberikan untuk melatih orang menyimak. Pada sekolah-sekolah di Detroit, Runkin menemukan bahwa dalam penekanan pembelajaran dikelas: membaca memperoleh 52% dan menyimak hanya memperoleh 8% (H.G Tarigan, 2008:140). Pentingnya kemampuan menyimak juga belum disadari sepenuhnya oleh siswa. Hal ini dapat diketahui dengan masih dianggap remeh pembelajaran menyimak di sekolah oleh siswa. Siswa menganggap bahwa kemampuan menyimak pasti dapat dikuasai setiap orang normal tanpa harus melalui proses pembelajaran. Selain itu, siswa banyak yang menganggap kemampuan menyimak akan didapatkan apabila pembelajaran bahasa yang lainnya berlangsung dengan baik. Sebaiknya hal seperti itu dihilangkan dari pikiran kita, karena pada kenyataannnya banyak siswa yang mengeluhkan pada pokok pembelajaran menyimak. Banyak siswa yang masih mengalami kesulitan untuk menyimak pembelajaran. Cerita anak merupakan cerita fiksi baru yang memiliki ciri-ciri tidak jauh berbeda dengan karya sastra lainnya. Cerita anak dibentuk oleh unsur instrinsik seperti tema, latar, tokoh, alur dan amanat. Perbedaan cerita anak
3
dengan cerita fiksi lainnya yaitu letak fokus perhatiannya. Cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit, menggunakan setting yang ada disekitar atau di dunia anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami namun tetap mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak-anak. Cerita anak diciptakan atau dibuat oleh orang dewasa yang seolah-olah mengekspresikan dunia anak yang dituangkan dalam suatu bahasa. Motif dalam cerita anak merupakan unsur yang menonjol. Unsur tersebut berupa benda, binatang yang memiliki kekuatan ajaib, konsep perbuatan, tokoh atau sifat tertentu. Ahmad dan Darmiyati (1999: 98) mengemukakan bahwa “isi cerita anak juga merefleksikan sastra yang telah mereka dengar”. Media film animasi adalah suatu perantara audio visual untuk menyampaikan pesan, informasi, materi ajar kepada peserta didik sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minatnya dalam suatu proses pembelajaran yang dilakukan yang tersusun dari rangkaian gambar tak hidup yang berurutan pada frame yang diproyeksikan secara mekanis elektronis sehingga tampak hidup pada layar. Siswa dapat memahami materi pemahaman menggunakan indera pendengar dan indera pengelihatan sekaligus. Media film animasi dalam pembelajaran menyimak cerita anak dapat meningkatkan rasa ingin tahu, motivasi, serta prestasi belajar siswa. Siswa yang termotivasi akan mengikuti pembelajaran dengan lebih maksimal. Sehingga, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak
4
pada siswa yang dapat diidentifikasi dari hasil belajar siswa dan perupahan sikap siswa kearah yang lebih positif. Kompetensi menyimak cerita anak ini diharapkan mampu mengubah pandangan siswa mengenai pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya keterampilan menyimak yang seringkali diremehkan, dianggap kurang penting, sekaligus dirasa masih menyulitkan siswa. Kompetensi tersebut sesungguhnya sangat dekat dengan dunia siswa yang masih anak-anak, sehingga mampu meningkatkan kemampuan menyimak siswa, khususnya pada menyimak cerita anak. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di kelas V Sekolah Dasar Negeri Delegan 2, masih terdapat berbagai permasalahan khususnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Nilai menyimak siswa masih tergolong rendah, nilai rata-rata kelas sebesar 57,41 dengan jumlah siswa yang belum tuntas sebanyak 24 siswa dengan persentase 77,41 %. Masih terdapat banyak siswa yang mengalami kesulitan menyimak cerita. Hal ini terlihat dari siswa yang belum tepat dan merasa kesulitan dalam mencari unsur intrinsik cerita anak seperti tema, latar, tokoh, dan amanat. Selain permasalah tersebut juga terdapat siswa yang kurang tertarik dan bersemangat dalam menyimak cerita. Kebanyakan dari siswa justru asyik bermain dan mengobrol dengan temannya. Hal ini dikarenakan siswa belum mengerti bagaimana cara menyimak yang efektif, siswa juga belum memahami betapa pentingnya keterampilan menyimak dalam hal menguasai materi pelajaran. Dilihat dari segi pendidiknya, guru di kelas juga belum menggunakan media yang menarik dalam pembelajarn menyimak cerita anak. Media yang digunakan masih media
5
yang konvensional yaitu berupa buku teks. Pembelajaran menyimak cerita anak di kelas masih bersifat monoton, guru hanya membacakan cerita tanpa mnggunakan media yang lebih menarik, sehingga kegiatan pembelajaran belum berjalan dengan maksimal. Guru juga belum menggunakan film animasi untuk membantu pembelajaran menyimak supaya lebih menarik perhatian siswa. Selain itu, di SD Negeri Delegan 2 juga sudah terdapat fasilitas seperti laptop, LCD (Liquid Cristal Display), proyektor, dan speaker. Padahal film animasi ini merupakan media pembelajaran yang murah dan terjangkau (Azhar Arsyad, 2009:148). Usaha untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka penggunaan film animasi diharapkan mampu meningkatkan kemampuan menyimak siswa. Film animasi diharpakan mampu meningkatkan ketertarikan dan motivasi anak untuk meningkatkan perhatian menyimaknya. Siswa akan lebih tertarik menyimak cerita anak yang ditampilkan secara menarik dalam film animasi yang sebelumnya belum pernah disampaikan oleh guru. Dengan adanya ketertarikan dengan media pembelajaran tersebut, siswa diharapkan akan lebih senang mengikuti pembelajaran menyimak isi cerita, dapat memaksimalkan perhatiannya kepada pembelajarn menyimak cerita anak, dapat mengerjakan soal evaluasi, serta meningkatkan nilai siswa. Terkait dengan permasalahan tersebut, perlu dilakukannya perubahan cara mengajar guru dalam pembelajaran menyimak cerita anak. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media film animasi, karena media ini belum digunakan dalam pembelajaran menyimak cerita anak.
6
Dengan film animasi ini diharapkan dapat mempermudah siswa dalam menangkap materi dan informasi yang disampaikan. Selain itu, penggunaan film animasi untuk meningkatkan kemampuan menyimak juga diharapkan dapat memberikan peningkatan proses dan hasil belajar, sehingga kompetensi ini dapat dikuasai siswa dengan maksimal. Siswa yang sebelumnya meremehkan pembelajaran menyimak, bersikap malas-malasan, menganggap menyimak adalah pembelajarn yang kurang penting dapat termotivasi dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran, sehingga akan memperoleh hasil yang maksimal. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Melalui Penggunaan Media Film Animasi pada Siswa Kelas V SD Negeri Delegan 2, Prambanan, Sleman. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Pengajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi keterampilan menyimak di SD Negeri Delegan 2 penyajiannya masih monoton, sehingga siswa kurang tertarik dan termotivasi mengikuti pembelajaran. 2. Kemampuan menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri Delegan 2 tergolong rendah. 3. Kurangnya perhatian siswa dalam menyimak suatu cerita. 4. Belum digunakannya media film animasi dalam pembelajaran menyimak, padahal di SD Negeri Delegan 2 telah tersedia fasilitas yang memadai.
7
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang kompleks di atas, maka penelitian ini akan dibatasi pada kemampuan menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Nederi Delegan 2, Prambanan, Sleman tergolong rendah. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penggunaan media film animasi dapat meningkatkan proses pembelajaran menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri Delegan 2, Prambanan, Sleman?” E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan proses pembelajaran menyimak cerita anak melalui penggunaan media film animasi pada siswa kelas V SD Negeri Delegan 2, Prambanan, Sleman. F. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pengetahuan di dunia pendidikan. b. Dapat
memberikan
pengetahuan
kepada
guru
tentang
media
pembelajaran inovatif serta penerapannya, yaitu media film animasi.
8
2.
Manfaat Praktis a. Untuk Siswa Dengan adanya penelitian tindakan kelas, siswa yang mengalami kesulitan belajar dapat diminimalkan, yang selanjutnya hasil belajar akan mengalami peningkatan. Kemampuan siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya kemampuan menyimak dapat meningkat sehingga ketuntasan dapat meningkat pula. b. Untuk Guru Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas, guru dapat meningkatkan kemampuan mengajarnya dengan strategi pembelajaran yang bervarisai, termasuk dalam memilih media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan materi yang akan diberikan sehingga apa yang diharapkan guru dapat tercapai. c.
Untuk Sekolah Dapat memberikan masukan dalam usaha perbaikan proses
pembelajaran pada guru, sehingga kualitas pendidikan dapat meningkat. G. Devinisi Operasional 1.
Kemampuan menyimak cerita anak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan
lambang-lambang
lisan
dengan
penuh
perhatian,
pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan, yaitu
9
berupa cerita anak yang cerita berisi tentang kehidupan anak-anak di lingkungannya. 2.
Media film animasi adalah suatu perantara audio visual untuk menyampaikan pesan, informasi, materi ajar kepada peserta didik sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minatnya dalam suatu proses pembelajaran yang dilakukan yang tersusun dari rangkaian gambar tak hidup yang berurutan pada frame yang diproyeksikan secara mekanis elektronis sehingga tampak hidup pada layar.
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Menyimak Cerita Anak 1. Pengertian Kemampuan Menyimak Menurut Haryadi dan Zamzani (1997: 19) mendengar merupakan salah satu kegiatan menangkap suara atau bunyi tanpa direncanakan oleh yang melakukan kegiatan tersebut. Mendengarkan memiliki unsur
makna
mendengar, karena orang mendengarkan menggunakan alat yang sama dengan mendengarkan sesuatu dengan sungguh-sungguh (Moeliono dalam Haryadi dan Zamzani, 1997: 20). Perbedaannya terdapat pada tingkat kesadaran seseorang melakukan kegiatan atau perbuatan itu. Bila kegiatan mendengar dilakukan dengan tidak sengaja, maka kegiatan mendengarkan dilakukan dengan disengaja. Kemampuan berasal dari kata mampu. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia mampu berarti kuasa melakukan sesuatu, sanggup, dapat. Kemampuan memiliki arti kesanggupan, kekuatan untuk melakukan sesuatu; kekayaan yang dimiliki (Budiono, 2005: 332). Kata menyimak dalam Bahasa Indonesia memiliki kemiripan makna dengan mendengar dan mendengarkan. Oleh karena itu, ketiga istilah ini sering menimbulkan kekacauan pemahaman, bahakan sering dianggap sama sehingga dipergunakan secara bergantian. Menyimak dapat dilakukan oleh seseorang dengan bunyi bahasa sebagai sasarannya, sedangkan mendengar dan mendengarkan sasarannya dapat berupa bunyi apa saja. Itulah salah satu ciri khas yang ada dalam 11
kegiatan menyimak. Selain itu, kegiatan menyimak dilakukan dengan sengaja atau terencana dan ada usaha untuk memahami atau menikmati apa yang disimaknya (Haryadi dan Zamzani, 1997: 21). Pada pemebelajaran Bahasa Indonesia sering dijumpai istilah menyimak. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia istilah menyimak memliki arti mendengarkan apa yang diucapkan atau dibaca orang lain secara seksama; memeriksa dan mempelajari dengan teliti (Budiono, 2005: 477). Russel dan Russell (dalam H.G Tarigan, 2008: 30) menyatakan bahwa menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi. Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambanglambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (H.G Tarigan, 2008: 31). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah mendengarkan atau memperhatikan secara seksama terhadap sesuatu yang diucapkan atau dibicarakan orang lain. Kemampuan menyimak merupakan suatu kesanggupan atau kekuasaan yang dimiliki untuk mendengarkan apa yang diucapkan orang lain secara seksama dan disengaja. 2. Tujuan Menyimak Ada empat fungsi utama menyimak menurut Hunt (dalam H.G Tarigan, 2008: 59-60), yaitu: 1) Memperoleh informasi yang berkaitan dengan profesi. 2) Membuat hubungan antarpribadi lebih efektif. 3) Mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan yang masuk akal. 12
4) Agar dapat memberikan responsi yang tepat. Sedangkan tujuan menyimak menurut Logan dan Shorpe (dalam H.G Tarigan, 2008: 60-61), antara lain: 1) Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicaraan; dengan perkataan lain, dia menyimak untuk belajar. 2) Ada orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari meteri yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama sekali dalam bidang seni); pendeknya, dia menyimak untuk menikmati keindahan audial. 3) Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai sesuatu yang dia simak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain); singkatnya, dia menyimak untuk mengevaluasi. 4) Ada orang yang menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai sesuatu yang disimaknya itu (misalnya, pembicaraan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan perdebatan); pendek kata, orang itu menyimak untuk mengapresiasi simakan. 5) Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, ataupun perasaanperasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. banyak contoh dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan semua ini merupakan bahan penting dan sangat menunjang dalam mengkomunikasikan ideidenya sendiri. 6) Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti (distingtif), mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya, ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker). 7) Ada lagi orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari pembicara, dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga. 8) Selanjutnya, ada lagi orang yang tekun menyimak pembicara untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan; dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif. Sesuai dengan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan menyimak dalam pembelajaran menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri Delegan 2 adalah menyimak untuk belajar. Hal ini dikarenakan siswa dapat memperoleh pengetahuan dari cerita anak yang disimaknya melalui
13
media film animasi, sehingga setelah menyimak cerita anak siswa dapat menjawab soal-soal yang diberikan terkait cerita tersebut. 3. Manfaat Menyimak Menurut Setiawan (dalam Suratno 2006: 16-18) manfaat menyimak sebagai berikut. 1) Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi keterampilan siswa, sebab menyimak memiliki nilai informatif, yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan kita menjadi berpengalaman. 2) Meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan dan khasanah ilmu kita. 3) Memperkaya kosakata kita, menambah perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu, dan puitis. Orang yang banyak menyimak, komunikasinya menjadi lebih lancar dan kata-kata yang digunakan lebih variatif. 4) Memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta membina sifat terbuka dan objektif. 5) Meningkatkan kepekaaan dan kepedulian sosial. Lewat menyimak kita dapat mengenal seluk beluk kehidupan dengan segala dimensinya. Dengan bahan-bahan semakin baik, dapat membuat kita dalam perenunganperenungan nilai kehidupan sehingga tergugah semangat kita untuk memecahkan problem yang ada, sesuai dengan keterampilan kita. 6) Meningkatkan citra artistik, jika yang kita simak itu merupakan bahan simakan yang isinya halus dan bahasanya indah. Banyak menyimak dapat menumbuhsuburkan sikap apresiatif, sikap menghargai karya atau pendapat orang lain dan kehidupan ini serta meningkatkan selera estetis kita. 7) Menggugah kualitas dan semangat mencipta kita untuk menghasilkan ujaran-ujaran dan tulisan-tulisan yang berjati diri. Jika banyak menyimak kita akan mendapatkan ide-ide cemerlang dan pengalaman hidup yang berharga. Berdasarkan manfaat menyimak di atas dan dilihat dari tujuannya, manfaat menyimak cerita anak dalam penelitian ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi siswa, memperluas wawasan, dan meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial. Dalam hal ini penelitian yang dilaksanakan adalah menyimak cerita anak,
14
maka cerita anak yang termasuk karya sastra perlu diapresiasi dan diambil nilainya. 4. Jenis-jenis Menyimak Terdapat beberapa tujuan menyimak, antara lain untuk memperoleh informasi, untuk menangkap isi, dan untuk memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara melalui ujaran. Hal-hal tersebut merupakan tujuan umum. Disamping tujuan umum terdapat pula berbagai tujuan khusus yang menyebabkan adanya jenis-jenis menyimak. Jenis atau ragam menyimak yang diujarkan oleh H.G Tarigan (2008: 37-53) adalah sebagai berikut. 1) Menyimak Ekstensif Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru. Pada umumnya menyimak ekstensif dapat digunakan untuk dua tujuan yang berbeda. Beberapa jenis menyimak ekstensif antara lain menyimak sosial (social listening), menyimak sekunder (secondary listening), menyimak estetik (aesthetic listening), dan menyimak pasif (passive listening). Penjelasan berbagai jenis menyimak ekstensif adalah sebagai beikut: a) Menyimak Sosial (social listening) adalah kegiatan menyimak yang dilakukan masyarakat dalam kehidupan sosial, seperti pada situasi sosial orang-orang mengobrol dan bercengkrama mengenai hal-hal yang menarik perhatian mereka.
15
b) Menyimak Sekunder (secondary listening) yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan secara kebetulan dan ekstensif. Contohnya adalah ketika sedang belajar kita mendengar suara kendaraan yang sedang lewat, suara radio, suara televisi, atau suara lain yang terdengar di sekitar penyimak. c) Menyimak Estetik (aesthetic listening) merupakan kegiatan menyimak untuk menikmati atau menghayati sesuatu. Misalnya adalah menyimak suatu cerita. d) Menyimak Pasif (passive listening) adalah menyimak suatu bahasan yang dilakukan tanpa sadar. 2) Menyimak Intensif Menyimak intensif merupakan menyimak yang dilakukan untuk memahami sesuatu yang dikehendaki. Menyimak intensif
sering lebih
diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap suatu hal tertentu. Jenis-jenis menyimak intensif, antara lain menyimak kritis (critical
listening),
menyimak
konsentrarif
(concentrative
listening),
menyimak kreatif (creative listening), menyimak eksploratif (exploratory listening), menyimak interogatif (interrogative listening), dan menyimak selektif. Berikut ini penjelasan jenis-jenis menyimak intensif sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya. a) Menyimak Kritis (critical listening) adalah kegiatan menyimak berupa pencarian kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik
16
dan benar dari ujaran seorang pembicara dengan alasan-alasan yang kuat dan dapat diterima oleh akal sehat. b) Menyimak Konsentrarif (concentrative listening) atau sering disebut dengan a study-type listening mencakup bebrepa kegiatan yaitu (1) mengikuti petunjuk-petunjuk dalam pembicaraan; (2) mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan, serta sebab akibat; (3) mendapatkan butir-butir informasi tertentu; (4) memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam; (5) merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran, ataupun pengorganisasiannya; (6) memahami urutan ide-ide sang pembicara; (7) mencari dan mencatat fakta-fakta penting (Dawson dalam H.G Tarigan, 2008: 49). c) Menyimak Kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirang sang oleh sesuatu yang disimaknya (Dawson dalam H.G Tarigan, 2008: 50). d) Menyimak Eksploratif (exploratory listening) merupakan kegiatan menyimak yang bersifat menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit. Dalam kegiatan menyiak seperti ini sang penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menjelajahi serta menemukan: (1) hal-hal baru yang menarik perhatian; (2) informasi tambahan
17
mengenai suatu topik; dan (3) isu, pergunjingan, atau buah mulut yang menarik. e) Menyimak Interogatif (interrogative listening) adalah jenis menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian, dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang pembicara karena penyimak akan mengajukan banyak pertanyaan. f)
Menyimak Selektif adalah menyimak secara cerdas dan cermat aneka ragam ciri-ciri bahasa yang berurutan (nada suara, bunyi, bunyi asing, bunyi-bunyi yang bersamaan, kata dan frase, serta bentuk-bentuk ketatabahasaan). Jadi, berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis
menyimak dibagi menjadi dua yaitu, menyimak intensif dan menyimak ekstensif. Menyimak ekstensif terdiri dari menyimak sosial, sekunder, estetik dan pasif. Sedangkan menyimak intensif terdiri dari menyimak kritis, konsentratif, kreatif, eksplorasif, interogatif dan selektif. Dalam pembelajaran menyimak cerita anak, jenis menyimak yang digunakan adalah jenis menyimak konsentratif karena sudah ditentukan unsur-unsur yang perlu diidentifikasi siswa dalam cerita yang disimak seperti penokohan, tema, latar, dan amanat cerita. 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menyimak Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi menyimak. Menurut Hunt (dalam H.G Tarigan, 2008: 104) faktor yang mempengaruhi menyimak
18
ialah: (1) sikap; (2) motivasi; (3) pribadi; (4) situasi kehidupan; dan (5) peranan dalam masyarakat. Pakar lain mengemukakan hal-hal berikut ini sebagai faktor yang mempengaruhi menyimak, yaitu: (1) pengalaman; (2) pembawaan; (3) sikap atau pendirian; (4) motivasi, daya penggerak, prayojana; dan (5) perbedaan jenis kelamin atau seks (Webb dalam H.G Tarigan, 2008: 104). Ada pula ahli yang menyatakan bahwa faktor pemengaruh menyimak, yaitu: (1) faktor lingkungan, yang terdiri atas lingkungan fisik dan lingkungan sosial; (2) faktor fisik; (3) faktos psikologi; dan (4) faktor pengalaman (Logan dalam H.G Tarigan, 2008: 105). Berdasarkan penuturan tiga ahli tersebut, didapat beberapa persamaan dan perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak. Setelah dibandingkan, maka faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak adalah: 1) Faktor Fisik Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang turut menentukan keefektifan serta kualitas keaktifannya dalam menyimak. Misalnya, seseorang yang memiliki kekurangan dalam mendengar, juga secara fisik dia berada jauh di bawah ukuran gizi yang normal, sangat lelah, serta tingkah polahnya tidak karuan. Lingkungan fisik juga mempengaruhi dalam menyimak, seperti ruangan terlalu panas, lembab atau terlalu dingin, dan suara bising dapat mengganggu orang yang sedang melakukan kegiatan menyimak.
19
2) Faktor Psikologis Menurut H.G Tarigan (2008: 107-108) terdapat faktor-faktor psikologis dalam menyimak. Faktor-faktor tersebut antara lain: (a) prasangka dan kurangnya simpati; (b) keegosentrisan; (c) kepisikan; (d) kebosanan dan kejenuhan; dan (e) sikap yang tidak layak. Misalnya penyimak sedang mengalami masalah berat sehingga kemampuan menyimaknya terganggu. 3) Faktor Pengalaman Latar belakang pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam menyimak. Kurangnya minat dalam menyimak merupakan akibat dari kurangnya pengalaman dalam bidang yang akan disimak tersebut. Sikapsikap yang menentang dan bermusuhan timbul dari pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya, siswa tidak akan “mendengar” ide-ide yang berada di luar jangkauan pengertian serta pemahaman penyimak. 4) Faktor Sikap Setiap orang akan cenderung menyimak secara seksama pada topik-topik atau pokok-pokok pembicaraan yang dapat disetujui dibanding dengan yang kurang atau tidak disetujuinya. 5) Faktor Motivasi Motivasi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan seseorang. Apabila seseorang memiliki motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu, orang tersebut akan berhasil dalam mencapai tujuan. Begitu pula dalam menyimak.
20
6) Faktor Jenis Kelamin Perbedaan dalam menyimak juga disebabkan oleh faktor jenis kelamin. Beberapa penelitian menyatakan bahwa beberapa pakar
menarik
kesimpulan bahwa pria dan wanita pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda dan cara mereka memusatkan perhatian pada sesuatu pun juga berbeda. Silverman dan Webb, misalnya, menemui fakta-fakta bahwa gaya menyimak pria pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau tidak mau mundur, menetralkan, intrusif (bersifat mengganggu), dapat menguasai/mengendalikan emosi; sedangkan gaya menyimak wanita cenderung lebih subjektif, pasif, ramah/simpatik,
difusif,
sensitif,
mudah
dipengaruhi/gampang
terpengaruh, mudah mengalah, reseptif, bergantung (tidak berdikari), dan emosional (H.G Tarigan, 2008: 112). 7) Faktor Lingkungan Faktor lingkungan terdiri atas dua, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Dalam lingkungan fisik, ruangan kelas merupakan faktor penting dalam memotivasi kegiatan menyimak, seperti menaruh perhatian pada masalah-masalah dan sarana-sarana akustik, agar siswa dapat mendengar dan menyimak dengan baik tanpa ketegangan dan gangguan. Guru harus dapat mengatur dan menata letak meja dan kursi sedemikian rupa sehingga memungkinkan setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk menyimak. Lingkungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam menyimak. Anak-anak cepat sekali merasakan
21
suatu suasana dimana mereka didorong untuk mengekspresikan ide-ide mereka, juga cepat mengetahui bahwa sumbangan-sumbangan mereka akan dihargai. 8) Faktor Peranan dalam Masyarakat Kemauan menyimak dapat juga dipengaruhi oleh peranan kita dalam masyarakat. Sebagai guru dan pendidik, penyimak yang ingin menyimak ceramah, kuliah, atau siaran-siaran radio dan televisi yang berhubungan dengan masalah pendidikan dan pengajaran baik di tanah air kita maupun di luar negeri. Mahasiswa diharapkan dapat menyimak lebih saksama dan perhatian daripada kalau seandainya kita merupakan karyawan harian pada sebuah perusahaan setempat. Begitu juga para spesialis, dan pakar dari berbagai profesi, seperti hakim, psikolog, antropolog, sosiolog, linguis, apoteker, pendidik, seniman/seniwati, dan actor/aktris, pasti akan haus menyimak pada hal-hal yang ada kaitannya dengan masyarakat, dengan profesi dan keahlian masyarakat, yang dapat memperluas pengetahuan mereka. Tanpa memperoleh informasi-informasi mutakhir mengenai bidang mereka itu, jelas masyarakat merasa ketinggalan zaman. Perkembangan pesat yang terdapat dalam bidang keahlian masyarakat menuntut mereka untuk mengembangkan suatu teknik menyimak yang baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi menyimak adalah faktor fisik, faktor psikologis, faktor
22
pengalaman, faktor sikap, faktor motivasi, faktor jenis kelamin, faktor lingkungan dan faktor peranan dalam masyarakat. 6. Pengertian Cerita Anak Cerita memiliki makna yang sangat luas bila ditinjau dari segi bentuk dan isi cerita. Muh. Nur Mustakim (2005: 12) menyatakan bahwa dari segi bentuk, dimaknai bahwa cerita merupakan cerita fantasi atau hayalan yang terjadi dalam kehidupan manusia, cerita benar-benar terjadi dalam kehidupan sejarah, cerita merupakan ungkapan imajinasi penulis. Dari segi isi cerita terdapat cerita tentang kepahlawanan, cerita ilmu pengetahuan, cerita keagamaan, dan cerita suka dan duka pengarang. Cerita anak adalah karangan imajinatif menganai kehidupan anak yang dapat ditulis oleh anak-anak ataupun orang dewasa (Muh. Nur Mustakim, 2005: 13). Menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 218) dalam cerita anak, anak haerus menjadi subjek fokus perhatiannya dan hal tersebut harus tercermin dalam isi cerita secara konkret. Aminuddin (dalam Muh. Nur Mustakim, 2005: 14) mengungkapkan bahwa cerita anak ditulis oleh pengarang memiliki nilai fungsional bagi kehidupan anak secara konkret. Anak yang sedang menyimak dan memahami cerita maka terjadi proses transaksional. Dalam proses transaksional tersebut anak dapat menggambarkan berbagai kemungkinan makna yang tersurat dan tersirat dalam cerita, seperti masalah cerita, karakter tokoh-tokoh, alur, setting, dan bahasa. Proses transaksional dapat terjadi bila peran orang dewasa (orang tua atau guru) membantu mengambangkan imajinasi anak dalam berbagai
23
kegiatan, seperti kegiatan menceritakan kembali isi cerita dan memahami isi cerita. “Fungsi utama hasil transaksional yaitu memberikan nilai personal dan pendidikan” (Huck dalam Muh. Nur Mustakim, 2005: 14). Nilai personal dapat memberikan
kenikmatan,
memperkuat
cara
berpikir,
mengembangkan
kemampuan perilaku, dan menyajikan pengalaman yang menyeluruh. Nilai pendidikan dapat mengembangkan bahasa, membantu belajar bahasa, dan membantu belajar menulis. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa cerita anak adalah karangan yang berisi kehidupan anak-anak dalam masyarakat dimana anak sebagai subjek fokus perhatiannya. Cerita anak dapat memberikan nilai personal dan pendidikan bagi anak. Nilai personal dan pendidikan tersebut dapat berkembang dengan maksimal apabila ada pihak lain yang membantu mengembangkan imajinasi anak, yaitu orang tua atau guru. 7.
Unsur-unsur Cerita Anak Pada umumnya cerita yang terdapat pada buku atau melalui layar kaca
atau layar lebar memiliki karakteristik yang sama dalam penyajian ceritanya. Unsur pembentuk cerita pada umumnya memiliki tema yang bervariasi seperti tema tentang pengalaman manusia termasuk kesenangan, kesengsaraan, kebaikan, dan keburukan dalam kehidupan. Unsur alur, karakter tokoh, setting, dan bahasa disesuaikan dengan tema cerita. Antara unsur-unsur cerita tersebut saling mengisi dan memberi kontribusi yang padu dalam pembentukan cerita serta kualitas cerita.
24
Burhan Nurgiyantoro (2005: 221) menyatakan bahwa “unsur intrinsik adalah unsur-unsur cerita fiksi yang secara langsung berada di dalam, menjadi bagian, dan ikut membentuk eksistensi cerita yang bersangkutan”. Unsur fiksi yang termasuk dalam kategori ini misalnya adalah tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan lain-lain. dalam rangka telaah teks-teks fiksi cerita anak, juga fiksi dewasa, unsur intrinsik inilah yang lebih menjadi fokus perhatain. Selain unsur intrinsik, juga terdapat unsur ekstrinsik. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar cerita yang bersangkutan, akan tetapi mempunyai pengaruh terhadap cerita yang dikisahkan secara langsung atau tidak langsung. Hal-hal yang dapat dikategorikan ke dalam bagian ini misalnya yaitu jati diri pengarang yang memiliki ideologi, pandangan hidup serta way of life bangsanya, kondisi kehidupan sosial budaya masyarakat yang dijadikan latar cerita, dan lain-lain. Pembicaraan unsur cerita anak lebih difokuskan terhadap unsur-unsur intrinsik. Cerita anak terdiri dari unsur-unsur pengembang cerita, antara lain: tokoh dan penokohan, alur cerita, latar, tema, dan amanat. Berikut ini akan diuraikan maing-masing unsur tersebut. 1) Tokoh dan Penokohan “Tokoh cerita dimaksudkan sebagai pelaku yang dikisahkan perjalanan hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur baik sebagai pelaku maupun penderita berbagai peristiwa yang diceritakan” (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 222).
25
Muh. Nur Mustakim (2005: 25) menyatakan bahwa tokoh cerita dengan karakteristik cerita anak-anak memberikan gambaran tokoh anak-anak yang sedang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan hidup anak. Biasanya tokoh itu menjadi panutan anak-anak sebagai pejuang kecil atau tokoh yang berbuat baik untuk kepentingan orang lain. Dalam cerita anak, tokoh cerita tidak harus berwujud manusia, seperti anka-anak atau orang dewasa lengkap dengan nama dan karakternya, melainkan dapat berupa binatang atau suatu objek lain. Penokohan atau perwatakan ialah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya (Suharianto 2005: 20). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Penokohan yaitu penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh yang membedakan dengan tokoh yang lain. 2) Alur Cerita Burhan Nurgiyantoro (2005: 237) menyatakan bahwa “alur atau plot dapat dipahami sebagi rangkaian peristiwa yang terjadi berdasarkan hubungan sebab akibat”. Hal tersebut senada dengan pendapat Lukens (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 238) yang menyatakan bahwa “alur merupakan urutan peristiwa sebagaimana ditunjukkan oleh tokoh melalui suatu aksi”.
26
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa alur adalah peristiwa-peristiwa dalam yang tersusun dengan urutan yang baik dan menghasilkan sebuah cerita. 3) Latar “Latar atau setting adalah waktu dan tempat terjadinya cerita secara nyata yang dapat dipercaya kebenarannya” (Muh. Nur Mustakim, 2005: 21). Sedangkan menurut Burhan Nurgiyantoro (2005: 249) latar (setting) dapat dipahami sebagai landas tumpu berlangsungnya berbagai kisah dan peristiwa yang diceritakan dalam cerita fiksi. Burhan Nurgiantoro (2005: 249-250) menyatakan bahwa latar terbagi menjadi dua yaitu latar fisik dan latar spiritual. Latar yang dapat diindera, dapat dilihat kehadirannya, seperti tempat yang berupa sekolah, rumah, jalan, atau tanah lapang disebut sebagai latar fisik. Dipihak lain, latar yang dirasakan kehadirannya tetapi tidak dapat diindera, misalnya nilai-nilai dan aturan yang mesti diikuti baik di rumah, di masyarakat, di sekolah, maupun di tempat lain disebut latar spiritual. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa latar atau setting adalah tempat, waktu, dan suasana yang digambarkan dalam sebuah cerita. Dalam cerita anak, latar fisik dinilai lebih penting dari pada latar spiritual. Sehingga, latar fisik dalam cerita anak sebaknya disampaikan secara jelas dan rinci.
27
4) Tema Secara sederhana tema dapat dipahami sebagai gagasan yang mengikat cerita (Lukens dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005: 260). Tema merupakan dasar pengembangan sebuah cerita. Sebagai sebuah gagasan yang ingin disampaikan, tema dijabarkan dan dikonkretkan melalui unsur-unsur intrinsik yang lain terutama tokoh, alur, dan latar. Pemahaman terhadap tema suatu cerita adalah pemahaman terhadap makna cerita itu sendiri (Burhan Nurgiyantoro, 2005: 260). Tema-tema cerita anak memberikan nilai kejujuran, keadilan, ketakwaan kepada Tuhan, kasih sayang, dan cinta kepada orang tua. Berdasarkan beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tema merupakan pokok permasalahan yang akan diangkat dalam suatu cerita. Dalam cerita anak, tema yang diangkat mengandung nilai-nilai kebaikan yang bertujuan untuk dapat dicontoh oleh anak-anak. 5) Amanat Burhan Nurgiyantoro (2005: 265) mengatakan bahwa amanat adalah sesuatu yang selaluberkaitan dengan berbagai hal yang berkonotasi positif, bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik. Amanat merupakan ungkapan pengarang kepada pembaca. Amanat cerita anak, disampaikan dengan lebih konkret sehingga mudah dipahami. Hal itu disebabkan karena cerita anak hadir dan ditulis sebagai salah satu alternatif memberikan pendidikan kepada anak melalui cerita.
28
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa amanat merupakan pesan yang ingin disampaikan pengarang oleh pendengar atau pembaca secara tersirat maupun tersurat. Dalam cerita anak, amanat yang disampaikan lebih konkret karena bertujuan untuk mendidik. 8.
Manfaat Cerita Anak Muh. Nur Mustakim (2005: 72) menyatakan bahwa terdapat empat
manfaat cerita anak, yaitu: 1) 2) 3) 4)
Manfaat pendidikan Manfaat hiburan Manfaat pengembangan imajinasi Manfaat gemar bercerita
Untuk mendalami pemahaman manfaat cerita anak, akan dijabarkan pada penjelasan berikut ini. 1) Manfaat pendidikan Tema cerita pada anak-anak beraneka ragam sesuai dengan peri kehidupan anak di kota, di desa, dan di rumah. Pengungkapan tema-tema cerita anak itu memberikan pendidikan secara langsung atau tidak langsung kepada pembaca. Kadang pengarang cerita secara eksplisit memberikan pendidikan melalui dialog tokoh-tokoh cerita dan secara implisit lewat pernyataan tokoh, perilaku tokoh, dan ide-ide tokoh cerita. Sisi pendidikan penyimak cerita dapat memetik banyak hal, seperti pengembangan keterampilan bahasa dan interpretasi isi cerita.
29
2) Manfaat hiburan Manfaat hiburan dari cerita ada penyebabnya. Penyebab tersebut lahir dari ucapan-ucapan atau dialog para tokoh, dari gambar-gambar dan ilustrasi yang menonjol, atau dari pencerita yang bertingkah berlebihan hingga anak tahu kapan dan di mana tumbuh rasa gembira dan hiburan anak. Manfaat lain dari memberikan perkembangan emosi hiburan juga mengembangkan imajinasi anak, sekaligus mengajarkan berperilaku terpuji, memotivasi anak untuk aktif berkreasi, dan merangsang perkembangan kognitif anak. Menurut Muh. Nur Mustakim (2005: 83) anak akan mersa bahagia apabila tohok-tokoh dalam cerita selalu mendapat keberhasilan. 3) Manfaat pengembangan imajinasi Cerita anak-anak memberi imajinasi yang kompleks terhadap pembentukan cerita (Muh. Nur Mustakim, 2005: 84). Perkembangan imajinasi anak didukung dengan topik dan kreativitas orang yang melakukan kegiatan. Penggunaan bahasa pengarang melalui dialog-dialog tokoh cerita atau monolog pengarang dalam cerita dapat membangkitkan imajinasi anak untuk berkreatif menggunakan bahasa ungkapan yang tepat atau pribahasa yang cocok dengan situasi dan kondisi cerita. Tema cerita anak yang bervariasi dapat membangkitkan daya imajinasi anak untuk berkreativitas mengembangkan tema-tema yang lain atau tema yang pernah dialami oleh anak. Tema cerita yang disuguhkan penulis serita seperti tema pembentukan budi pekerti, persahabatan, petualangan, atau tema-
30
tema keagamaan ini menjadi bahan pilihan untuk membina imajinasi anak dalm kegiatan bercerita. 4) Manfaat gemar bercerita Anak sering mendengarkan cerita dari orang tua, kakaknya, atau dari gurunya. Apabila diamati petilaku anak ketika mendengarkan cerita tersebut, anak sanagt antusias mengikuti jalan ceritanya (Muh. Nur Mustakim, 2005: 86). Upaya pencerita membangkitkan perhatian anka ketika bercerita ialah mengajukan pertanyaan apa yang pernah diceritakan. Dari sisi lain, apakah cerita itu diikuti dan dipahami oleh anak. Upaya lain untuk membangkitkan daya visual anak tentang cerita anak adalah menyiapkan alat bantu berupa gambar-gambar yang sesuai dengan jalan cerita. Untuk memudahkan pemahaman alur cerita, pencerita menggunakan bahasa sederhana sesuai dengan perkembangan bahasa anak. Cerita anak memiliki banyak manfaat yang sangat berpengaruh bagi pertumbuhan bahasa dan pikiran anak. Berdasarkan uraian di atas, menfaat cerita anak yaitu sebagai pendidikan, sebagai hiburan, sebagai pengambangan imajinasi, dan sebagai manfaat gemar bercerita. 9.
Kriteria Pemilihan Cerita Anak Perkembangan cerita anak yang diterbitkan oleh berbagai penerbit
memberi manfaat bagi orang tua dan guru untuk menambah wawasan tentang masalah terbentuknya cerita dan kandungan isi cerita (Muh. Nur Mustakim, 2005: 91). Perkembangan buku cerita anak sekarang sudah sangat pesat. Buku
31
dicetak dengan ilustrasi yang berwarna dan sangat menarik. Demikian juga dengan penggunaan bahasa cerita bukan saja Bahasa Indonesia, akan tetapi juga terdapat bahasa asing seperti Bahasa Inggris. Zuchdi (dalam Muh. Nur Mustakim, 2005: 92) menyatakan bahwa memiliki buku-buku cerita hendaknya mempertimbangkan kurikulum maupun kebutuhan anak-anak. Menurut Akhdiat (dalam Muh. Nur Mustakim, 2005: 93) kriteria pemilihan cerita anak-anak, kesederhanaan bahasa dan kesederhanaan alur. Kriteria pemilihan cerita yang diungkapkan Tompkins (dalam Muh. Nur Mustakim, 2005: 93) yaitu (1) mempunyai plot yang sederhana dan tersusun baik; (2) mempunyai karakter yang cukup jelas: dan (3) menggunakan bahasa yang hidup. Berikut ini akan dijelaskan karakteristik pemilihan cerita anak menurut Muh. Nur Mustakim (2005: 93-114). 1) Kesederhanaan Bahasa Bahasa cerita dapat memberikan wawasan anak tentang isi cerita. Pengarang memilih bahasa didasarkan pada latar bagaimana perkembangan bahasa anak dan jalan pikiran anak. Kesederhanaan bahasa anak dalam mengutarakan sesuatu pikiran, perasaan, dan keinginan anak dalam berbicara ada;ah hal yang wajar. Perkembangan bahasa anak dan cerita anak sangat diperlukan untuk memilih cerita anak-anak. Cullinan (dalam Muh. Nur Mustakim, 2005: 95) mengemukakan tiga prinsip yang dapat digunakan untuk membahas bahasa dan
32
sastra (cerita). Pertama, anak mengembangkan bahasa secara alami ketika berinteraksi dengan isi cerita. Kdua, dalam perkembangan bahasa secara umum anak sudah dapat memahami kalimat dan menarik makna dari konteks tersebut. Ketiga, anak belajar berbahasa melalui kegiatan bercerita dapat meningkatkan keterampilan bahasanya. 2) Kesederhanaan Alur “Alur cerita adalah jalan cerita atau rentetan berbagai peristiwa yang tersusun
apik
menjadi
cerita”
(Muh.
Nur
Mustakim,
2005:
100).
Kesederhanaan alur ecrita adalah perihal jalan cerita atau renteten peristiwa dalam cerita yang sederhana, bersahaja, atau mudah dipahami dengan cepat oleh anak. Dengan sekali membaca atau menyimak cerita, anak-anak dapat dan mudah memehami jalan ceritanya. Kesederhanaan alur cerita memberi peluang kepada anak untuk mengembangkan daya nalarnya. Kesederhanaan alur cerita juga mampu membantu perkembangan kognitif anak, memproduksi cerita, dan menyiapkan pengembangan diri anak. 3) Perwatakan Tokoh Ciri khas unsur cerita anak yang sangat menarik dan disukai anak-anak adalah tokoh cerita. Tokoh anak harus jelas dan dapat dipercaya. Artinya tokoh itu memiliki keperibadian yang jelas digambarkan melalui pikiran, kata-kata, tindakan, dan ekspresi. Tokoh yang tampak dalam pikiran anak ada dua, yaitu tokoh yang baik dan tokoh yang buruk atau jahat. Pelukisan tokoh cerita anak
33
yang demikian itu, adalah anak yang mempercayai tokoh yang baik dan yang jahat. Tokoh yang disukai anak-anka adalah tokoh yang berani, cerdik, dan perkasa (Nuraeni dalam Muh. Nur Mustakim, 2005: 109). Untuk memantapkan pemahaman anak terhadap tokoh-tokoh atau perwatakan pelaku dalam cerita, pihak orang tua dan guru memberikan kegiatan apresiasi kepada cerita anak. 4) Mengandung Pendidikan Moral Ditinjau dari tema cerita anak banyak manfaat yang diperoleh untukn pendidikan anak-anak. Cerita-cerita yang ditulis pengarang menitipkan pesan kepada pembaca secara eksplisit dan implisit tentang moral. Tentang perkembangan moral anak-anak, dalam cerita dilukiskan pengarang menurut perkembnagan moral yang realistis terhadap kehidupan anak. Cerita-cerita yang menyampaikan pesan pendidikan moral dengan label teladan sikap berbudi atau budi pekerti menyajikan cerita yang memuat sikap anak yang berbudi. Cerita tersebut dimaksudkan untuk memberi teladan kepada anak-anak guna membina ptibadinya. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa cerita anak memiliki kriteria. Kriteria cerita anak yaitu mengenai kesederhanaan bahasa, kesederhanaan alur, perwatakan tokoh, dan mengandung pendidikan moral. Kriteria ini sesuai dengan tingkat perkembangan anak-anak. 10. Pengertian Kemampuan Menyimak Cerita Anak Kemampuan berasal dari kata mampu. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia mampu berarti kuasa melakukan sesuatu, sanggup, dapat.
34
Kemampuan memiliki arti kesanggupan, kekuatan untuk melakukan sesuatu; kekayaan yang dimiliki (Budiono, 2005: 332). Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia istilah menyimak memliki arti mendengarkan apa yang diucapkan atau dibaca orang lain secara seksama; memeriksa dan mempelajari dengan teliti (Budiono, 2005: 477). Cerita anak adalah karangan imajinatif menganai kehidupa anak yang dapat ditilis oleh anak-anak ataupun orang dewasa (Muh. Nur Mustakim, 2005: 13). Berdasarkan pengertian kemampuan, menyimak, dan cerita anak di atas dapat disimpulkan pengertian kemampuan menyimak cerita anak adalah suatu kesanggupan atau kekuasaan yang dimiliki untuk mendengarkan apa yang diucapkan orang lain secara seksama dan disengaja pada sebuah cerita yang menggambarkan kehidupan anak-anak. 11. Tahap-tahap Menyimak Cerita Anak Menurut pendapat dari Strickland dan Dawson (dalam H.G Tarigan, 2008: 31-32) menyatakan bahwa terdapat sembilan tahap menyimak, mulai dari yang berketentuan sampai pada yang amat bersungguh-sungguh. Kesembilan tahap tersebut adalah sebagai berikut: 1) Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya; 2) Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicaraan; 3) Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu kesempatan untuk mengekspresikan isi hati serta mengutarakan apa yang terpendam dalam hati sang anak;
35
4) Menyimak sarapan karena sang anak keasyikan menyerap atau mengabsorbsi hal-hal yang kurang penting, hal ini merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya; 5) Menyimak sekali-sekali, menyimpan sebentar-sebentar apa yang disimak; perhatian secara saksama berganti dengan keasyikan lain; hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja; 6) Menyimak asosiatif, hanya mengingat pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan yang mengakibatkan sang penyimak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara; 7) Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar atau mengajukan pertanyaan; 8) Menyimak secara saksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara; 9) Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sang pembicara. Hunt (dalam H.G Tarigan, 2008: 35-36) mengemukakan adanya tujuh tahapan menyimak, yaitu sebagi berikut. 1) Isolasi Pada tahap ini sang penyimak mencatat aspek-asppek individual kata lisan dan memisah-misahkan atau mengisolasikan bunyi-bunyi, ide-ide, faktafakta, organisasi-organisasi khusus, begitupula stimulus-stimulus lainnya. 2) Identifikasi Sekali stimulus tertentu telah dapat dikenal maka suatu makna atau identitas pun diberikan kepada setiap butir yang berdikari itu. 3) Integrasi Menginterpretasikan atau menyatupadukan sesuatu yang
didengar
dengan informasi lain yang telah disimpan dan rekam dalam otak. 4) Inspeksi Informasi baru yang telah diterima akan dikontraskan dan dibandingkan dengan segala informasi yang telah dimiliki mengenai hal tertentu.
36
5) Interpretasi Secara aktif mengevaluasi sesuatu yang didengar dan menelusuri dari mana datangnya semua itu. Penyimak pun menolak dan menyetujui serta mengakui dan mempertimbangkan informasi tersebut dnegan sumbersumbernya. 6) Interpolasi Menyediakan serta memberikan data-data dan ide-ide penunjang dari latar belakang pengetahuan dan pengalaman diri sendri untuk mengisi serta memenuhi butir-butir pesan yang terdengar. 7) Introspeksi Merefleksikan dan menguji informasi baru, penyimak berupaya untuk mempersonalisasikan informasi tersebut dan menerapkannya pada situasi itu sendiri. Jadi, berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tahaptahap menyimak dari beberapa pendapat tersebut yang tepat digunakan dalam penelitian ini adalah tahap mendengar, memahami, menginterpretasi, dan menanggapi. Jadi tahap-tahap menyimak cerita anak yaitu tahap mendengar cerita anak, memahami isi cerita anak, menginterpretasi cerita anak, dan menanggapinya. B. Media Film Animasi 1. Pengertian Media Istilah media pembelajaran menurut Main Sufanti (2010: 61) berdekatan dengan istilah-istilah yang lain, yaitu: sarana, alat peraga, alat
37
bantu, dan sumber belajar. Istilah-istilah tersebut memang secara konseptual bisa dibedakan, namun di dalam proses pembelajaran istila-istilah ini sering memiliki peran yang tumpang tindih bahkan sulit dibedakan. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Azhar Arsyad, 2009: 3). Sehingga, media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar dari pengirim kepada penerima pesan. Media dapat diartikan dengan manusia,
benda,
ataupun
peristiwa
yang
membuat
kondisi
siswa
memungkinkan memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Gerlach dan Ely (dalam Azhar Arsyad, 2009: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Pendapat lain yaitu menurut Bretz (dalam Main Sufanti, 2010: 61-62) mengemukakan bahwa media adalah sesuatu yang terletak di tengah-tengah, jadi suatu perantara. Berdasarkan pengertian ini, maka media dapat dikatakan sebagai perantara pesan.
38
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam proses penyampaian informasi atau perantara untuk menyampaikan pesan, informasi, materi ajar kepada peserta didik sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minatnya dalam suatu proses pembelajaran yang dilakukan. 2.
Fungsi dan Manfaat Media Suatu proses pembelajaran terdapat dua unsur yang amat penting yaitu
metode pembelajaran dan media pembelajaran. Kedua unsur tersebut saling berkaitan. Dalam memilih suatu metide pembelajaran tertentu akan mempengaruhi media pembelajaran yang sesuai, walaupun masih ada unsur lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang diciptakan oleh guru. Menurut Munadi (dalam Main Sufanti, 2010: 64) terdapat lima fungsi media pembelajaran yaitu: (1) Media pembelajaran sebagai sumber belajar, (2) fungsi semantik, (3) fungsi manipulatif, (4) fungsi psikologis, dan (5) fungsi sosio-kltural. Sedangkan Kemp dan Dayton (dalam Azhar Arsyad, 2009: 19) menyatakan bahwa media pembelajaran memiliki tiga fungsi utama , yaitu (1)
39
memotivasi minat atau tindakan, (2) menyajikan informasi, dan (3) memberi instruksi. Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian informasi dihadapan sekelompok siswa. Media berfungsi untuk tujuan instruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat terjadi. Sudjana & Rivai (dalam Azhar Arsyad, 2009: 24-25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: (1) pembelajaran
akan
lebih
menarik
perhatian
siswa
sehingga
dapat
menumbuhkan motivasi belajar; (2) bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran; (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar di setiap jam pelajaran; (4) siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa media berfungsi untuk tujuan instruksi dimana informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental maupun dalam bentuk aktivitas
40
yang nyata, sehingga pembelajaran dapat terjadi. Di samping menyenangkan, media pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan dan memenuhi kebutuhan perorangan siswa. 3.
Jenis-jenis Media Pembelajaran Sri Anitah (dalam Main Sufanti, 2010: 68) mengklarifikasikan media
pembelajaran menjadi tiga yaitu: (1) media visual yang terdiri dari media visual yang tidak diproyeksikan dan media visual yang diproyeksikan, (2) media audio, dan (3) media audiovisual. Selain itu, Munadi (dalam Main Sufanti, 2010: 68) menambahkan jenis media tersebut dengan multimedia. Sedangkan menurut Kemp & Dayton (dalam Azhar Arsyad, 2009: 37) mengelompokkan media ke dalam delapan jenis, seperti berikut. 1) Media cetakan Media cetakan meliputi bahan-bahan yang disiapkan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi. Disamping buku teks atau buku ajar, termasuk pula lembaran penuntun berupa daftar cek tentang langkah-langkah yang harus diikuti ketika mengoperasikan sesuatu peralatan atau memelihara peralatan. Lembaran ini berisi gambar atau foto di samping teks penjelasan. Bentuk lain dari media cetakan adalah brosur dan newsletter. 2) Media pajang Media pajang pada umumnya digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi didepan kelompok kecil. Media ini meliputi papan tulis, gambar, flip chart, papan magnet, papan kain, papan bulletin dan pameran. Media
41
pajang yang paling sederhana dan hampir selalu tersedia adalah papan tulis. 3) Proyektor Transparasi(OHP) Transparasi yang diproyeksikan adalah visual baik berupa huruf, lambang, gambar, grafik atau gabungannya pada lembar bahan tembus pandang atau plastik yang dipersiapkan untuk diproyeksikan ke sebuah layar atau dinding melalui sebuah proyektor. 4) Rekaman Audio-Tape Pesan dan isi pelajaran dapat direkam pada tape magnetik sehingga hasil rekaman itu dapat diputar kembali pada saat diinginkan. 5) Slide Slide (film bingkai) adalah suatu film transparansi yang berukuran 35 mm dengan bingkai 2 x 2 inci. Bingkai tersebut terbuat dari karton atau plastik. Film bingkai diproyeksikan melalui slide projector. 6) Film dan Video Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambaritu hidup. 7) Televisi Televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkangambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang.
42
8) Komputer Komputer adalah mesin yang dirancang khusus untuk memanipulasi informasi yang diberi kode, mesin elektronik yang otomatis melakukan pekerjaan dan perhitungan sederhana dan rumit. Satu unit komputer terdiri atas empat komponen dasar, yaitu input (misalnya keyboard dan writing pad), prosesor (CPU: Unit pemroses data yang diinput), penyimpanan data (memori yang menyimpan data yang akan diproses oleh CPU baik secara permanen (ROM) maupun untuk sementara (RAM), dan output (misalnya layar) monitor, printer atau plotter). Berdasarkan beberapa jenis media yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menggunakan media berupa audio visual yang disesuaikan dengan tema atau materi dan karakteristik siswa. 4.
Pengertian Film Menurut Azhar Arsyad (2009, 49) film atau gambar hidup merupakan
gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan secara mekanis sehingga gambar tampak hidup di layar. Film merupakan gambar hidup yang terlihat pada gambar. Gambar yang terlihat tersebut merupakan hasil proyeksi melalui lensa proyektor secara mekanis. Film itu bergerak dari frame ke frame di depan lensa pada layar, gambar-gambar itu juga secara cepat bergantian dan memberikan proses visual yang kontinyu di antara gambar demi gambar tak ada celah-celah, bergerak dengan cepat dan pada layar terlihat gambar-gambar yang berurutan dan melukiskan suatu peristiwa, cerita-cerita, benda-benda, dan murni seperti pada aslinya (Oemar Hamalik, 1994: 84).
43
Umumnya, film digunakan sebagai sarana hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. menjelaskan
Film
dapat
memberikan
konsep-konsep
yang
informasi,
rumit,
memeparkan
mengajarkan
proses,
konsep-konsep,
memperpanjang atau menyingkat waktu, dan mempengaruhi sikap. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa film merupakan gambar dengan ilusi gerak, sehingga terlihat hidup dalam frame yang diproyeksikan melaui proyektor dan diproduksi secara mekanis sehingga dapat dilihat dan didengar. 5.
Film Animasi Animasi adalah gambar bergerak berbentuk dari sekumpulan objek
(gambar) yang disusun secrara beraturan mengikuti alur pergerakan yang telah ditentukan pada setiap pertambahan hitungan waktu yang terjadi (Muhammad Iqbal, 2012). Animasi berasal dari semua penciptaan kehidupan baik dalam objek mati maupun ke dalam objek yang tidak bernyawa. Menurut Ariesto Hadi Sutopo (2002: 2) animasi menggambarkan objek yang bergerak agar kelihatan hidup. Membuat aniamsi berarti menggerakkan gambar seperti kartun, lukisan, tulisan, dan lain-lain. Animais sangat baik untuk presentasi, pemodelan, dokumentasi, dan lain-lain. Berdasarkan definisi di atas, tampak bahwa animasi sebenarnya merupakan teknik dan proses memberikan gerakan yang tampak pada objek mati. Animasi sering dihasilkan dari seni bentuk yang berurutan. Gerak gambar animasi dihasilkan dari suatu rangkaian gambar tak hidup yang tersusun dengan urut dalam perbedaan gerak. Dengan demikian, dapat disimpulkan
44
bahwa media film animasi adalah media audio visual berupa rangkaian gambar tak hidup yang berurutan yang diproyeksikan secara mekanis elektronis sehingga tampak hidup pada layar. 6.
Keuntungan dan Keterbatasan Media Film Menurut Azhar Arsyad (2009: 49-50) media film dan video memiliki
keuntungan dan keterbatasan sebagai berikut: a. Keuntungan film atau video 1) Film dan video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain-lain. Film
merupakan
pengganti
alam
sekitar
dan
bahkan
dapat
menunjukkan objek yang secara normal tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung ketika berdenyut. 2) Film dan video dapat menggambarkan suaru proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu. Misalnya, langkah-langkah dan cara yang benar dalam berwudhu. 3) Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan video menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya. Misalnya, film kesehatan yang menyajikan proses berjangkitnya penyakit diare atau eltor dapat membuat siswa sadar terhadap pentingnya kebersihan makanan dan lingkungan. 4) Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. Bahkan, film dan
45
video, seperti slogan yang sering di dengar, dapat membawa dunia ke dalam kelas. 5) Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung seperti lahar gunung berapi atau perilaku binatang buas. 6) Film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun perorangan. 7) Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar frame demi frame, film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit. Misalnya, bagaimana kejadian mekarnya kembang mulai dari lahirnya kuncup bunga hingga kuncup itu mekar. b. Keterbatasan film atau video 1) Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang banyak. 2) Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak semua siswa
mampu mengikuti informasi yang ingin
disampaikan melalui film tersebut. 3) Film dan video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali film dan video itu dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri.
46
7.
Media Film Animasi Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam proses
penyampaian informasi atau perantara untuk menyampaikan pesan, informasi, materi ajar kepada siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minatnya dalam suatu proses pembelajaran yang dilakukan. Film sebagai media audio visual merupakan sederetan gambar dengan ilusi gerak, sehingga terlihat hidup dalam frame yang diproyeksikan melaui proyektor dan diproduksi secara mekanis sehingga dapat dilihat dan didengar. Animasi dihasilkan dari suatu rangkaian gambar tak hidup yang tersusun dengan urut dalam perbedaan gerak yang minim pada setiap frame. Frame adalah struktur gambar dasar pada suatu gerakan animasi atau gambar-gambar berkesinambungan sehingga menghasilkan gerak yang baik di dalam film maupun video. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa media film animasi adalah suatu perantara audio visual untuk menyampaikan pesan, informasi, materi ajar kepada peserta didik sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minatnya dalam suatu proses pembelajaran yang dilakukan yang tersusun dari rangkaian gambar tak hidup yang berurutan pada frame yang diproyeksikan secara mekanis elektronis sehingga tampak hidup pada layar. 8.
Peran Media Fim Animasi dalam Pembelajaran Menyimak Peranan media pembelajaran dalam dunia pendidikan khususnya
kegiatan
pembelajaran
bahasa
untuk
47
mendorong
tercapainya
tujuan
pembelajaran yang efektif dan efisien. Jadi dapat dikatakan bahwa media pendidikan merupakan suatu bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan di sekolah, oleh karena itu setiap guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan. Sudjana & Rivai (dalam Azhar Arsyad, 2009: 24-25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: (1) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; (2) bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran; (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar di setiap jam pelajaran; (4) siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. Media pembelajaran dikatakan baik dan dapat digunakan sebagai pembelajaran apabila
media tersebut
bersifat
efektif,
efisisen,
serta
komunikatif. Efisien artinya memiliki daya guna, ditinjau dari segi cara penggunaan waktu dan tempat serta kecepatannya mencapai hasil secara optimal. Efektif apabila penggunaannya mudah dalam waktu singkat dan dapat mencakup isi dan tempat yang diperlukan tidak terlalu luas. Pemanfaatan media secara efektif bukan hal yang mudah. Guru masih berperan untuk membantu pemahaman konsep peserta didik.
48
Beberapa macam media pembelajaran, media film animasi dalam bentuk CD adalah media yang paling lazim dipakai. Hal ini dikarenakan peserta didik lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan yang baik, sudah tentu akan menambah semangat peserta didik dalam memngikuti proses pembelajaran. CD
termasuk
ke
dalam
film
animasi
yakni
media
utuh
yang
mengkolaborasikan bentuk-bentuk visual dengan audio. Film animasi dapat digunakan untuk menyampaikan informasi yang dapat didengar (audio) dan dapat dilihat (visual), sehingga dapat mendeskripsikan suatu masalah, suatu konsep, suatu proses yang bersifat abstrak dan tidak lengkap menjadi lebih jelas dan lengkap. Film animasi mampu menstimulasi beberapa pengertian, menyediakan alat baru yang mampu mengatasi keterbatasan buku teks dan guru. Dalam pembelajaran menyimak cerita anak yang dirasa cukup menarik adalah karena pembelajaran menggunakan media film animasi. Pembelajaran dengan menggunakan media film animasi dapat digunakan untuk menjelaskan suatu pengertian abstrak atau konsep yang sering sulit dijelaskan dengan katakata. Dengan media ini, peserta didik dapat merumuskan pemahaman tentang suatu konsep, kaidah-kaidah asas (prinsip), unsur-unsur pokok, proses, hasil, dampak, dan seterusnya. Dengan demikian, tingkat pemahaman dan penguasaan menyimak cerita anak akan menjadi lebih baik.
49
9.
Langkah-langkah
Pembelajaran
Menyimak
Cerita
Anak
Menggunakan Media Film Animasi Langkah-langkah dalam pelaksanaan pembelajaran menyimak cerita anak menggunakan film animasi adalah sebagai berikut. a. Guru membaca buku pedoman penggunaan media film animasi. b. Guru dan peneliti menyiapkan laptop, LCD, layar proyektor, speaker dan CD cerita anak. c. Siswa ditayangkan film animasi cerita anak. d. Siswa diminta mengidentifikasi unsur intrinsik cerita anak seperti tema, tokoh dan penokohan, latar, dan amanat. e. Siswa mengarjakan LKS. f.
Siswa diminta membacakan hasil kerjanya.
g. Beberapa siswa diminta untuk menceritakan kembali isi cerita anak yang telah disimaknya. h. Siswa mengerjakan soal evaluasi. i.
Guru melakukan tindak lanjut.
C. Karekteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun bagi anak-anak usia 6-12 tahun. Menurut Suharjo (2006:1), pendidikan di sekolah dasar dimaksudkan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada anak didik berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan tingkat perkembangannya, untuk mempersiapkan
50
siswa melanjutkan ke jenjang berikutnya. Pendidikan di sekolah dasar bertujuan untuk menghasilkan masyarakat Indonesia yang berkualitas. Menurut Piaget (Suharjo, 2006: 37) mengatakan bahwa tahap-tahap perkembangan anak secara hierarkis terdiri dari empat tahap yaitu tahap sensori motoris (0-2 tahun), tahap pra operasional (2-6/7 tahun), tahap operasional konkrit (6/7-11/12 tahun), dan tahap operasional formal. Dengan demikian, maka usia anak SD terjadi pada tahap operasional konkrit. Endang Poerwanti dan Widodo (2002: 44) anak pada usia 6-12 tahun merupakan masa kanak-kanak akhir, masa ini juga disebut masa bermain. Cirri-ciri pada masa ini, anak-anak mempunyai dorongan mental untuk memasuki dunia konsep, logika, symbol, dan sebagainya. Menurut Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 116-117) ciri-ciri khas anak masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar adalah: 1. 2. 3. 4. 5.
Perhatiannya tertuju pada kehidupan praltis sehari-hari. Ingin tahu, inin belajar, dan realistis. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah. Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka mambuat peraturan sendiri dalam kelompoknya. Yudrik Jahja (2013: 205-211) menyatakan bahwa ciri khas siswa kelas
tinggi Sekolah Dasar adalah sebagai berikut: 1.
Keterampilan menolong diri sendiri hampir secepat dan semahir orang dewasa.
2.
Memiliki inisiatif sendiri dalam melakukan sesuatu.
51
3.
Anak mengembangkan berbagai keterampilan yang diperlukan untuk menulis, menggambar, menari, mewarnai, dan membuat pekerjaan tangan di sekolah.
4.
Kesalahan dalam pengucapan kata-kata lebih sedikit dibandingkan pada kelas rendah.
5.
Pembentukan kalimat lebih singkat dan padat. Karateristik anak sekolah dasar menurut Angela Aning (dalam Suharjo
2006:36), sebagai berikut: 1. 2.
3. 4. 5. 6.
Kemampuan berfikir anak itu berkembang secara sekuensial dari kongkrit menuju abstrak. Anak harus menuju ke tahap perkembangan berikutnya dan tidak boleh dipaksakan untuk bergerak menuju tahap perkembangan kognitif yang lebih tinggi, misalnya: dalam hal membaca permulaan, mengingat angka, dan belajar konservasi. Anak belajar melalui pengalaman-pengalaman langsung, khususnya melalui aktivitas bermain. Anak memerlukan pengembangan kemampuan penggunaan bahasa yang dapat digunakan secara efektif di sekolah. Perkembangan sosial anak dari egosentris menuju kepada kemampuan untuk berempati dengan yang lain. Setiap anak sebagai seorang individu, masing-masing memiliki cara belajar yang unik. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimulkan bahwa karakteristik siswa
SD kelas tinggi, terutama kelas V adalah berfikir konkret ke abstarak dan senang mencoba hal-hal baru yang menarik. Siswa kelas V membutuhkan belajar secara konkret terlebih dahulu kemudian baru memahami konsep secara abstrak. Dalam pembelajaran menyimak, siswa kelas V masih kesulitan apabila cerita yang disimaknya hanya dibacakan oleh guru karena hal ini masih terlalu abstrak untuk usia anak tersebut. Dengan penggunaan media film animasi,
52
cerita yang disimaknya akan lebih konkret dan menarik, sehingga anak akan termotivasi dan lebih mudah menagkap isi cerita tersebut. D. Kerangka Pikir Kemampuan menyimak merupakan suatu kesanggupan atau kekuasaan yang dimiliki untuk mendengarkan apa yang diucapkan orang lain secara seksama dan disengaja. Kemampuan menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Kemampuan menyimak mempunyai pengaruh terhadap kemampuan berbahasa lainnya seperti berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri Delegan 2 dinilai belum maksimal. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran menyimak belum digunakan secara maksimal. Dalam proses pembelajaran siswa hanya menyimak pembacaan teks yang dilakukan oleh guru. Hal ini menyebabkan siswa bosan dan kurang semangat dalam mengikuti belajar menyimak cerita dan akhirnya berpengaruh pada penguasaan kemampuan menyimak menjadi rendah dan hasil belajar yang kurang memuaskan. Dengan demikian akan dilakukan perbaikan pembelajaran pada saat siswa kelas V, yaitu dengan penggunaan media film animasi. Dengan penggunaan media film animasi ini diharapkan mampu membuat pembelajaran menjadi menyenangkan dan tidak membosankan sehingga siswa dapat berkonsentrasi dalam belajar. Dengan demikian siswa
53
mudah memahami isi yang terkandung dalam cerita anak dan hasil belajar siswa pun dapat meningkat. Manfaat lain selain memberikan perbaikan pada prestasi siswa, penggunaan media film animasi dalam kemampuan menyimak cerita anak juga dapat meningkatkan keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Berikut merupakan gambar kerangka pikir pada penelitian ini. Kemampuan menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri Delegan 2, Prambanan, Sleman masih tergolong rendah, hal ini dibuktikan dengan nilai ketuntasan yang cukup rendah.
Penggunaan media film animasi ketika pembelajaran menyimak cerita anak berlangsung.
Kemampuan menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri Delegan 2, Prambanan, Sleman meningkat.
Gambar 1. Kerangka Pikir E. Hipotesis Berdasarkan kerangka pikir di atas, disusun hipotesis tindakan yaitu, “Media film animasi dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri Delegan 2, Prambanan, Sleman”.
54
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas atau dalam Bahasa Inggris disebut dengan Classroom Action Research (CAR). “Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama” (Suharsimi Arikunto, dkk, 2006: 3). Hal senada juga dikemukakan oleh Suyadi (2013: 22) mengungkapkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah pencermatan yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat di dalamnya (guru, peserta didik, kepala sekolah) dengan menggunakan metode refleksi diri dan bertujuan untuk melakukan perbaikan diberbagai aspek pembelajaran. Zainal Aqib (2006: 13) mengungkapkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan, dan terjadi dalam sebuah kelas. Menurut Kemmis dan McTaggart (dalam H.M Sukardi, 2012: 3) penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi sebuah kondisi dimana kelompok tersebut dapat mempelajari pengalaman mereka dan membuat pengalaman mereka dapat diakses orang lain. Berdasarkan beberapa pengertian tentang penelitian tindakan kelas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dan
55
memiliki tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas praktik pembelajaran. Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian tindakan kelas yang berbentuk kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas tersebut. Dalam penelitian ini, diberikan suatu tindakan dalam situasi sebenarnya. Berdasarkan tindakan tersebut kemudian dilihat kekurangan dan kelebihan kemudian melakukan perubahan yang berfungsi untuk peningkatan. Upaya perbaikan ini dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang ada di kelas. B. Subjek dan Objek Penelitian Subjek yang diteliti adalah siswa kelas V SD Negeri Delegan 2, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang berjumlah 31 siswa terdiri dari 19 siswa putra dan 12 siswa putri. Objek dalam penelitian ini yaitu meningkatkan kemampuan menyimak cerita melalui penggunaan media film animasi pada siswa kelas V SD Negeri Delegan 2. C. Setting Penelitian Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah di SD Negeri Delegan 2, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sekolah tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian karena berdasarkan prasurvei yang telah dilakukukan peneliti di SD Negari Delegan 2, Prambanan, Sleman serta melalui wawancara dengan guru kelas V, ditemukan permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu terkait pembelajaran menyimak cerita anak. Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 atau semester genap tahun
56
pelajaran 2015/2016 terhadap siswa kelas V SD Negeri Delegan 2, Prambanan, Sleman. D. Model Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Pada penelitian tindakan kelas ada tahap-tahap yang harus dilakukan yang disebut siklus. Siklus dalam penelitian ini terdiri dari perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) dan perencanaan kembali (Suharsimi Arikunto, dkk, 2006: 16). Berikut model visualisasi bagan yang disusun oleh Kemmis dan Taggart
. Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan
57
Berikut penjelasan dari proses penelitian tindakan: 1.
Perencanaan Tahap perencanaan dimulai dari mengajukan permohonan ijin kepada
pihak sekolah. Kemudian peneliti bekerja sama dengan guru kelas melakukan penemuan masalah dan kemudian merancang tindakan yang akan dilakukan. Secara lebih rinci, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a.
Menemukan masalah penelitian yang ada di lapangan. Pada fase ini dilakukan melalui diskusi dengan guru dan siswa melalui observasi di dalam kelas.
b.
Merencanakan langkah-langkah pembelajaran (menyusun RPP) untuk materi mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerita anak pada siklus I. Perencanaan yang dibuat bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan dalam pelaksanaannya.
c.
Menyiapkan media, yaitu berupa film animasi.
d.
Menyusun instrumen tes dan observasi. Instrumen tes yaitu soal pilihan ganda beserta penilaiannya. Instrumen lainnya yaitu berupa lembar observasi.
e.
Melakukan kolaborasi dengan guru kelas dan mengumpulkan informasi dari kelas tersebut.
2.
Tindakan dan Observasi Tahap tindakan dan observsai dilakukan dalam satu waktu, pada saat
guru melakukan tindakan disitupula obsrevan melakukan kegiatan observasi terhadap kegiatan pembelajaran.
58
Pada langkah ini merupakan langkah pelaksanaan dari perencanaan yang telah disiapkan. Tindakan yang akan dilakukan dalam pembelajaran menyimak cerita anak menggunakan media film animasi pada penelitian ini sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Tindakan yang akna dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut. a.
Pendahuluan atau persiapan Langkah awal pada tahap ini adalah guru mengkondisikan siswa agar
siap mengikuti pembelajaran dan memberikan apresepsi dengan melakukan tanya jawab tentang cerita anak yang diketahui siswa. Tujuan dari apresepsi ini adalah untuk menggali pengetahuan siswa tentang cerita anak. Selanjutnya guru memberikan penjelasan mengenai kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan yaitu menyimak cerita anak menggunakan media film animasi. Selain itu, guru juga menyampaikan manfaat pembelajaran. Hal ini dilakukan sebagai upaya menumbuhkan minat belajar siswa supaya mulai dari awal siswa telah termotivasi mengikuti pembelajaran. b.
Inti atau pelaksanaan Pada tahap ini, guru memberikan penjelasan tentang unsur intrinsik
cerita anak dengan tujuan agar lebih mudah dipahami siswa. Siswa menyimak cerita anak melalui proyektor yang disambungkan ke layar. Selama kegiatan menyimak berlangsung, guru meminta siswa untuk melakukan pengamatan dan diperbolehkan menulis nama-nama tokoh yang dianggap penting. Setelah selesai menyimak, kegiatan selanjutnya adalah siswa berdiskusi kemudian mengerjakan soal yang diberikan oleh guru terkait cerita anak yang telah
59
disimaknya. Siswa diberi pertanyaan mengenai tema, tokoh dan penokohan, setting atau latar dan amana dari cerita yang telah disimak. Guru meminta siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya untuk diberi penilaian. Beberapa siswa diminta menyampaikan hasil pekerjaannya di depan kelas secara bergiliran dan siswa lain dapat memberikan masukannya. c.
Penutup atau akhir Guru bersama siswa melkukan refleksi terkait pembelajaran yang telah
berlangsung.
Pada akhir
pembelajaran,
siswa dengan
bantuan guru
menyimpulkan cerita anak yang telah dilihatnya. Disamping tindakan yang dilakukan guru, observan juga melakukan observasi.
Pengamatan
atau
observasi
merupakan
upaya
mengamati
pelaksanaan tindakan. Hal yang diamati dalam pembelajaran menyimak cerita anak ini kinerja siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi dari kegiatan awal pembelajaran, kegiatan menyimak, kegiatan mengerjakan soal sampai kegiatan akhir pembelajaran. Selain itu aktivitas pengajaran yang dilakukan oleh guru kelas juga diamati. 3.
Refleksi Refleksi adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang
diperoleh dari pengamatan sesuai dengan hasil tes dan hasil observasi. Data atau hasil perubahan setelah adanya tendakan dianalisis kemudian dijadikan acuan perubahan atau perbaikan tindakan yang dianggap perlu pada tindakan selanjutnya.
60
Apabila pada tindakan pertama belum mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka dapat dilakukan perubahan rencana tindakan pada siklus selanjutnya dengan mengacu pada hasil evaluasi sebelumnya. Dalam upaya memperbiki tindakan pada siklus selanjutnya perlu menganalisis hasil tes dan hasil observasi. Analisis hasil tes siswa dilakukan dengan menentukan nilai rata-rata kelas. Hasil analisis digunakan sebagai kajian dan bahan pembanding terhadap hasil siklus selanjutnya. E. Teknik Pengumpulan Data Salah satu hal penting dalam penelitian adalah teknik pengumpulan data, yaitu untuk mengumpulkan data yang diperlukan guna tercapainya penelitian yang akurat. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah metode tes, observasi, dan dokumentasi. Tes digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam menyimak cerita anak, sedangkan observasi digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menyimak cerita anak melalui penggunaan media film animasi. Dokumentasi dalam penelitian ini memberikan bukti-bukti terkait penelitian yang telah dilakukan. Dokumen yang digunakan yaitu dokumen tulis dan dokumen gambar. 1.
Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan
untuk
mengukur
keterampilan,
pengetahuan
intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi Arikunto, 2006: 53). Senada dengan Hamzah B. Uno, dkk (2011: 104) yang menyatakan bahwa tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan
61
kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka. Tes dilakukan pada tiap skiklus setelah siswa selesai menyimak cerita anak melalui media film animasi. Pengumpulan data tes untuk mengungkapkan pemahaman siswa terhadap materi simakan serta mengetahui ketercapaian indikator menyimak cerita anak. Soal digunakan untuk mengetahui ketercapaian indikator. Dari hasil analisis tes tersebut, akan diketahui peningkatan kemampuan menyimak cerita anak pada siswa. 2.
Observasi Observasi atau pengamatan diperlukan untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan dalam penelitian ini. Observasi dilkukan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Nana Syaodih Sukmadinata, 2013: 220). Observasi dilakukan terhadap siswa dan guru untuk mengetahui interaksi proses belajar mengajar, sikap positif dan negatif siswa terhadap kemampuan menyimak. Observasi dilakukan berdasarkan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aspek yang dinilai dalam lembar observasi adalah hal-hal yang terdapat pada kegiatan awal, inti, dan akhir. 3.
Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berupa tulisan, gambar, atau karya-karya menumental dari seseorang
62
(Sugiyono, 2013: 329). Dokumen yang berbentuk tulisan antara lain catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi, peraturan, dan kebijakan. Dokumen yang berbeentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni. Studi dokumen atau dokumentasi merupakan pelangkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam suatu penelitian. F. Instrumen Penelitian Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun fenomena alam. Meneliti adalah melakukan pengukuran, sehingga harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya disebut dengan instrumen penelitian (Sugiyono, 2013: 148). Instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian harus sesuai dengan teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data. Dalam penelitian ini menggunakan teknik tes, observasi, dan dokumentasi, sedangkan instrumen yang digunakan adalah soal tes, lembar observai, dan dokumen (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran,
catatan-catatan
yang
berhubungan
dengan
penilaian, data hasil observasi siswa, data nilai siswa, dan foto-foto saat proses pembelajaran berlangsung). 1.
Tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alatblain yang
digunakan
untuk
mengukur
keterampilan,
pengetahuan
intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi
63
Arikunto, 2006: 53). Soal tes digunakan untuk mengukur pengetahuan dan kemampuan menyimak cerita anak. Peneliti membuat lambar penilaian untuk mengukur kemampuan menyimak cerita anak. Dalam meneliti kemampuan menyimak cerita anak, peneliti menggunakan aspek-aspek kemampuan menyimak yang diuraikan dalam kisi-kisi. Dalam pemberian nilai, peneliti membuat pedoman pemberian nilai untuk mengukur kemampuan menyimak. Soal tes yang diberikan berupa soal pilihan ganda dengan jumlah 20 soal. Soal tersebut dibuat peneliti dan telah divalidasi oleh dosen ahli materi melalui expert judgment. Untuk mengukur kemampuan menyimak pada siswa, maka dilakukan tes kemampuan menyimak yang sudah disiapkan oleh guru. Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 239) penyusunan tes kemampuan menyimak yang menyangkut aspek kognitf hendaknya dibuat secara berjenajang, jika dimungkinkan mulai dari tingkat ingatan samapi dengan tahap evaluasi. Kisikisi pedoman pemberian nilai kemampuan menyimak permulaan dapat dilihat pada tabel berikut.
64
Tabel 1. Kisi-kisi tes kemampuan menyimak Standar Kompetensi
Nomor Soal Kompetensi Dasar
Indikator
5. Memahami 5.2 Mengidentifikasi Menyebutkan cerita tentang unsur cerita (tokoh, nama-nama suatu tema, latar, amanat) tokoh cerita anak peristiwa dan yang cerita pendek diperdengarkan. anak yang disampaikan Menyebutkan secara lisan. sifat-sifat tokoh dalam cerita anak Menentukan tema cerita anak
C2
3
6
4,14
C3
2
9,10, 15,19
6
1
2
11
3
Menentukan latar cerita anak.
16,17
5,12
7
5
Menentukan amanat yang terkandung dalam cerita anak.
18
13
8,20
4
5
7
8
20
Total item
2.
C1
Jumlah Soal
Observasi Lembar observasi yang digunakan peneliti sebagai petunjuk dalam
mengamati kegiatan siswa. Dalam lembar observasi peneliti akan memperoleh data aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran menyimak cerita anak menggunakan media film animasi. Kisi-kisi observasi terhadap akivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut.
65
Tabel 2. Kisi-kisi observasi aktivitas siswa No.
Aspek
Indikator Siswa sangat pembelajaran.
1.
bertanya
saat
Keaktifan siswa Siswa aktif bertanya saat pembelajaran. dalam bertanya Siswa kurang aktif bertanya saat saat pembelajaran. pembelajaran. Siswa tidak aktif bertanya saat pembelajaran. Siswa menjadi pembelajaran.
2.
aktif
Skor
sangat
tertarik
dalam
Motivasi siswa dalam mengikuti Siswa menjadi tertarik dalam pembelajaran. pembelajaran. Siswa kurang tertarik dalam pembelajaran. Siswa tidak tertarik dalam pembelajaran.
3.
4.
5.
Siswa sangat memperhatikan guru saat Perhatian siswa mengajar. saat Siswa memperhatikan guru saat mengajar. pembelajaran Siswa kurang memperhatikan guru saat menggunakan media film mengajar. animasi. Siswa tidak memperhatikan guru saat mengajar.
Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
Siswa merasa kegiatan pembelajaran sangat menyenangkan.
4
Siswa merasa menyenangkan.
3
kegiatan
pembelajaran
Siswa merasa kegiatan pembelajaran kurang menyenangkan.
2
Siswa tidak senang mengikuti pembelajaran.
1
Siswa sangat diajarkan.
4
merespon
materi
yang
Respon siswa Siswa merespon materi yang diajarkan. dalam kegiatan Siswa kurang merespon materi yang pembelajaran. diajarkan. Siswa tidak diajarkan.
merespon
66
materi
yang
3 2 1
No.
6.
7.
Aspek
Indikator
Skor
Siswa sangat bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya.
4
Siswa bertanggung jawab dalam Tanggung jawab menyelesaikan tugasnya. siswa Siswa kurang bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya.
Percaya siswa
3 2
Siswa tidak bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya.
1
Siswa sangat percaya menyelesaikan tugasnya.
4
diri
saat
Siswa percaya diri saat menyelesaikan diri tugasnya. Siswa kurang percaya menyelesaikan tugasnya.
diri
saat
Siswa tidak percaya diri saat menyelesaikan tugasnya.
3 2 1
3. Dokumentasi Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), catatan-catatan yang berhubungan dengan penilaian, data hasil observasi siswa, data nilai siswa, dan fotofoto saat proses pembelajaran berlangsung. G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Observasi menggunakan analisis data secara kualitatif. Data hasil observasi yang didapat melalui lembar observasi aktivitas siswa digunakan untuk melihat proses pembelajaran menyimak cerita anak. Data yang terkumpul diolah dan dianalisis dengan membuat tabel dan
67
persentase. Rumus perhitungan analisis persentase aktivitas siswa dalam proses pembelajaran yang digunakan adalah rumus persentase yang dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto (2002:102) sebagai berikut.
100%
Nilai rata-rata (NR) =
Dalam menentukan kriteria penilaian tentang hasil observasi aktivitas siswa, maka dilakukan pengelompokkan atas 5 kriteria penilaian yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Adapun kriteria persentase tersebut menurut Ngalim Purwanto (2002: 103) adalah sebagai berikut: Tabel 3. Kriteria Penilaian Hasil Observasi Aktivitas Siswa Presentase (%)
Keterangan
86-100
Sangat Baik
76-85
Baik
60-75
Cukup
55-59
Kurang
≤ 54
Sangat Kurang
Sedangkan analisis data secara kuantitatif pada penelitian ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyimak cerita anak yaitu dengan membandingkan perolehan hasil menyimak cerita anak sebelum tindakan dengan hasil perolehan nilai menyimak cerita anak setelah tindakan. Data dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Menghitung nilai menyimak pratindakan, siklus I dan siklus II.
68
2.
Menghitung nilai rata-rata (mean) kelas menyimak cerita anak pada pratindakan, siklus I dan siklus II. Nilai rata-rata dihitung dengan rumus: Mx=
ƩX
Keterangan: MX
= Mean yang kita cari
ƩX
= Jumlah dari skor atau nilai yang dicari
N
= Number of Cases (banyaknya skor) (Anas Sudijono, 2010: 81)
Dalam menentukan kriteria penilaian hasil kemampuan menyimak cerita anak pada siswa setiap siklus, maka dilakukan pengelompokkan atas 5 kriteria penilaian yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat kurang. Kriteria penilaian menurut Suharsimi Arikunto (2006: 245) adalah sebagai berikut. Tabel 4. Kriteria Penilaian Kemampuan Menyimak Cerita Anak Nilai
Keterangan
80-100
Sangat Baik
66-79
Baik
56-65
Cukup
40-55
Kurang
30-39
Sangat Kurang
69
H. Kriteria Keberhasilan Tindakan Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan, keberhasilan penelitian tindakan ini ditandai dengan adanya perubahan kearah perbaikan, baik terkait dengan suasana belajar dan pembelajaran. Sebagai indikator keberhasilan tindakan ini, dikatakan berhasil jika 75% atau lebih jumlah siswa mengikuti pembelajaran telah mencapai taraf keberhasilan minimal. Sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan untuk siswa kelas V SD Negeri Delegan 2, maka siswa dikatakan berhasil apabila memiliki nilai ratarata kelas menyimak cerita anak minimal 73.
70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1.
Deskripsi Pratindakan Hal pertama yang dilakukan sebelum penelitian, peneliti melakukan
studi awal dalam permasalahan pembelajaran. Berdasarkan pengamatan dan data-data yang diperoleh, ditemukan suatu permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam hal menyimak. Permasalahan pembelajaran tersebut terjadi di kelas V SD Negeri Delegan 2. Dalam proses pembelajaran menyimak, guru biasanya membacakan suatu bacaan dan meminta siswa untuk menyimaknya dengan seksama, kemudian siswa diminta untuk menjawab pertanyaan terkait bacaan yang telah disimaknya. Kemampuan menyimak siswa kurang berkembang sehingga belum mampu memahami bacaan sepenuhnya. Selain permasalahan tersebut, siswa juga kurang berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa agar dapat lebih mengembangkan kemampuan menyimaknya dan dapat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran menyimak. Berdasarkan data awal yang diperoleh, diketahui bahwa kemampuan menyimak siswa masih kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari tes kemampuan menyimak yang dilakukan di kelas V SD Negeri Delegan 2. Tes pratindakan diikuti oleh seluruh siswa kelas V yang berjumlah 31 siswa. Hasil tes kemampuan menyimak dapat dilihat dalam tabel berikut:
71
Tabel 5. Tabel Hasil Tes Kemampuan Menyimak Pratindakan Ketuntasan
Nilai RataNilai Nilai Belum Tertinggi terendah rata Tuntas Persentase Persentase Kelas Tuntas 7
22,59%
24
77,41%
90
20
57,41
Berdasarkan hasil nilai pratindakan di atas diperoleh rata-rata kelas 57,41 (pada klsifikasi “cukup”). Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa skor tertinggi sebesar 90, skor tereendah sebesar 20. Jumlah siswa yang berhasil mencapai nilai sesuai KKM yang ditentukan adalah 7 siswa, sedangkan jumlah siswa yang belum berhasil mencapai KKM adalah 24 siswa. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tabel tersebut bahwa siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM atau tuntas sebanyak 7 siswa dengan presentase sebesar 22,59% dan siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM atau belum tuntas sebanyak 24 dengan presentase sebesar 77,41%.
72
Kemampuan menyimak cerita anak pratindakan dapat dilihat pada diagram di bawah ini.
77,41% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00%
Nilai Rata-rata Kelas Pratindakan
22,59%
Tuntas
Belum Tuntas
Gambar 3. Diagram Kemampuan Menyimak Cerita Anak pada Hasil Pratindakan Dengan berbekal data awal hasil tes kemampuan menyimak siswa dari tes pratindakan dan observasi terhadap proses pembelajaran menyimak, disusunlah rencana perbaikan pembelajaran, sehingga nantinya dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa. Melalui rencana perbaikan yang dilakukan, diharapkan siswa yang mengalami kesulitan dalam menyimak dapat dapat mengikuti pembelajaran menyimak dengan lebih optimal. Selain itu, dengan rencana perbaikan pembelajaran ini diharapkan siswa yang belum berhasil mencapai KKM yang ditetapkan di sekolah dapat mencapainya. 2.
Pelaksanaan Penelitian Menyimak Cerita Anak Melalui Penggunaan Media Film Animasi
73
Pelaksanaan tindakan kelas dengan penggunaan media film animasi dilakukan dalam dua siklus yang tiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan, setiap pelaksanaan memiliki alokasi waktu 2 jam pelajaran atau 70 menit. Pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada tanggal 9 dan 10 Februari 2016, sedangkan siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 dan 15 Februari 2016. Penelitian ini dilaksanakan pada semester dua sesuai dengan materi yang terdapat pada kurikulum pembelajaran yang digunakan, yaitu KTSP. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam bentuk proses pengkajian berdaur yang terdiri atas empat tahapan dalam tiap siklus. Tahapan-tahapan tersebut yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Semua tahapan tersebut dilaksanakan dalam setiap siklus, baik siklus I maupun siklus II. Dari tahapan perencanaan sampai dengan refleksi dilakukan dengan sebaik-baiknya agar mencapai hasil yang maksimal. Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: a.
Siklus I
1) Perencanaan Siklus I Tahap pertama dalam penelitian ini yaitu perencanaan. Tahap perencanaan dimulai dari penemuan masalah dan kemudian merancang tindakan yang akan dilakukan. Setelah peneliti menegetahui kondisi pembelajaran menyimak cerita anak di kelas V SD Negeri Delegan 2, peneliti bekerjasama dengan guru kelas V untuk mengatasi permasalahan tersebut. Permasalahan yang ada di kelas telah teridentifikasi dengan baik oleh peneliti
74
dan guru, yaitu siswa mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dalam cerita anak yang disimaknya dan kurangnya motivasi siswa dalam pembelajaran menyimak. Setelah memiliki persamaan presepsi terhadap permasalahan siswa dalam pembelajaran menyimak cerita anak, peneliti dan guru meracang pelaksanaan pemecahan masalah. Berdasarkan kondisi siswa dan permasalahan yang ada di kelas V SD Negeri Delegan 2, peneliti dan guru kelas V memutuskan untuk meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak dan meningkatkan motivasi dalam pembelajaran menyimak cerita anak melalui penggunaan media film animasi. Dari diskusi yang telah dilakukan dengan guru kelas V SD Negeri Delegan 2 memperoleh hasil perencanaan siklus I sebagai berikut: a)
Peneliti dan guru menetapkan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas yaitu pada hari Selasa dan Rabu sesuai dengan jadwal pelajaran siswa kelas V SD Negeri Delegan 2.
b)
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan dalam meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak pada siswa kelas V melalui penggunaan media film animasi dengan pertimbangan dosen pembimbing dan guru. RPP ini berguna sebagai pedoman pengajar dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. RPP divalidasikan kepada dosen ahli materi yaitu Ibu Murtiningsih,M.Pd.
c)
Setelah menyusun RPP, peneliti menyiapkan sarana dan peralatan untuk pelaksanaan tindakan.
75
d)
Mempersiapkan pembelajaran
di
lembar kelas.
observasi Lembar
aktifitas observasi
siswa
saat
divalidasi
proses
oleh
Ibu
Murtiningsih, M.Pd. selaku dosen ahli materi. e)
Menyusun soal post test untuk mengetahui kemampuan menyimak cerita anak. Soal post test dibuat oleh peneliti dengan pertimbangan dosen ahli materi dan guru kelas. Tes dilakukan setiap akhir pertemuan.
2) Pelaksanaan Siklus I Tahap kedua dalam siklus ini adalah pelaksanaan. Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan menggunakan perencanaan yang telah dibuat dan dalam pelaksanaannya bersifat fleksibeldan terbuka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan oleh guru kelas dalam dua kali pertemuan dalam satu siklus. Berikut uraian tahap pelaksanaan dalam siklus I. a)
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 9 Februaru 2016. Pelaksanaan dimulai dari pukul 08.30 WIB hingga pukul 09.20 WIB pada materi cerita anak yang berjudul “Si Luncai”. (1) Deskripsi kegiatan awal: Sebelum pelajaran dimulai, peneliti melakukan persiapan berupa menyiapkan laptop, LCD, speaker, dan CD cerita anak yang akan digunakan untuk menampilkan film animasi. Setelah pergantian jam pelajaran, guru meminta siswa menyiapkan buku pelajaran Bahasa Indonesia dan menyiapkan kembali kondisi siswa hingga kondusif. Pada kegiatan awal ini, guru melakukan apresepsi dengan mengajukan
76
pertanyaan kepada siswa, “Anak-anak apakah suka membaca cerita atau menonton film?”. Semua siswa menjawab dengan lantang. Selain itu, guru melakukan tanya jawab terkait dengan materi. (2) Deskripsi kegiatan inti: Guru melakukan tanya jawab kepada siswa dan menjelaskan macammacam cerita anak beserta unsur intrinsiknya, seperti tema, tokoh dan perwatakan, latar tempat, latar waktu, latar suasana, dan amanat. Setelah diberi penjelasan tentang unsur-unsur intrinsik cerita, guru menayangkan film animasi dengan cerita berjudul “Si Luncai” yang berdurasi 21:12 menit dan meminta siswa untuk menyimak cerita tersebut dengan penuh perhatian. Setelah film animasi ditayangkan, guru membagi siswa menjadi kelompok 8 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa. Guru meminta siswa untuk duduk sesuai kelompoknya kemudian diminta mendiskusikan unsur intrinsik dari cerita yang telah disimaknya, seperti tema, tokoh dan perwatakan, latar tempat, latar waktu, latar suasana, dan amanat secara berkelompok. Setelah selesai berdiskusi, siswa diminta menuliskan di LKS yang telah dibagikan. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan,
guru
meminta
perwakilan
tiap
kelompok
untuk
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru meminta semua siswa duduk ditempatnya masing-masing seperti semula. Salah satu siswa diminta menceritakan kembali isi cerita yang berjudul “Si Luncai” dengan bahasanya sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya hal-hal yang
77
belum dipahami. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran hari ini. (3) Deskripsi kegiatan akhir: Guru membagikan soal evaluasi. Siswa diminta mengerjakan soal evaluasi terkait dengan cerita yang telah disimaknya secara individu. Siswa mengumpulkan hasil kerjanya. Siswa diberi motivasi supaya belajar lebih giat. Siswa diperbolehkan untuk istirahat. b) Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 Februaru 2016. Pelaksanaan dimulai dari pukul 07.00 WIB hingga pukul 08.10 WIB pada materi cerita anak yang berjudul “Badang dan Jembalang”. (1) Deskripsi kegiatan awal: Sebelum bel masuk, peneliti melakukan persiapan berupa menyiapkan laptop, LCD, speaker, dan CD cerita anak yang akan digunakan untuk menampilkan film animasi. Pada tahap ini terjadi kendala karena speaker yang biasa digunakan, sedang dipakai oleh guru lain sehingga peneliti harus mencari speaker pengganti. Setelah bel masuk, peneliti dan guru memasuki ruang kelas. Guru membuka pelajaran dengan salam. Seorang siswa memimpin do’a di depan kelas. Setelah itu, guru mempresensi siswanya. Kemudian pada kegiatan awal ini, guru melakukan apresepsi dengan bertanya tentang isi cerita “Si Luncai” yang telah disimak sebelumnya. Semua siswa menjawab dengan berebutan.
78
(2) Deskripsi kegiatan inti: Guru melakukan tanya jawab kepada siswa tentang unsur intrinsik cerita, hal ini untuk mengecek apakah siswa masih mengingat materi yang telah dijelaskan sebelumnya. Masih ada beberapa siswa yang belum bisa menyebutkan unsur-unsur intrinsik cerita, kemudian guru menjelaskan kembali unsur intrinsik cerita, seperti tema, tokoh dan perwatakan, latar tempat, latar waktu, latar suasana, dan amanat. Guru menayangkan film animasi dengan cerita berjudul “Badang dan Jembalang” yang berdurasi 21:56 menit dan meminta siswa untuk menyimak cerita tersebut dengan penuh perhatian. Setelah film animasi ditayangkan, guru membagi siswa menjadi kelompok 8 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-4 siswa. Guru meminta siswa untuk duduk sesuai kelompoknya kemudian diminta mendiskusikan unsur intrinsik dari cerita yang telah disimaknya, seperti tema, tokoh dan perwatakan, latar tempat, latar waktu, latar suasana, dan amanat secara berkelompok. Setelah selesai berdiskusi, siswa diminta menuliskan di LKS yang telah dibagikan. Setelah semua kelompok selesai mengerjakan,
guru
meminta
perwakilan
tiap
kelompok
untuk
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Guru meminta semua siswa duduk ditempatnya masing-masing seperti semula. Salah satu siswa diminta menceritakan kembali isi cerita yang berjudul “Badang dan Jembalang” dengan bahasanya sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya
hal-hal
yang
belum
dipahami.
menyimpulkan materi pembelajaran hari ini.
79
Guru
bersama
siswa
(3) Deskripsi kegiatan akhir: Guru membagikan soal evaluasi. Siswa diminta mengerjakan soal evaluasi terkait dengan cerita yang telah disimaknya secara individu. Siswa mengumpulkan hasil kerjanya. Siswa diberi motivasi supaya belajar lebih giat. Siswa mengikuti pelajaran berikutnya yaitu mata pelajaran IPA. 3) Observasi Tahap ketiga dari penelitian tindakan kelas adalah pengamatan atau observasi. Observasi dilaksanakan bersamaan dengan berlangsungnya tindakan yang diberikan kepada siswa. Tahap observasi ini mengungkapkan berbagai aktivitas siswa dalam pembelajaran menyimak cerita anak melalui penggunaan media film animasi. Kegiatan observasi ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan dan keadaan siswa selama proses pembelajaran. Kegiatan observasi ini menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pada observasi ini terdapat dua jenis data yang dikumpulkan, yaitu tentang proses perubahan kinerja pembelajaran akibat implementasi tindakan (keberhasilan proses) dan hasil kegiatan pembelajaran setelah pelaksanaan tindakan (keberhasilan produk). a)
Keberhasila Proses Pada keberhasilan proses ini dapat dilihat dari aktivitas siswa saat
proses pembelajaran menyimak cerita anak melalui penggunaan media film animasi. Pada pertemuan pertama siklus I, siswa memberikan respon yang baik dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini ditunjukkan dengan keterlibatan siswa dalam berbagai tahapan kegiatan menyimak cerita
80
anak. Aktifitas siswa yang lain juga dapat dilihat dari bagaimana siswa menemukan tema, tokoh dan perwatakan, latar tempat, latar waktu, latar suasana, dan amanat pada cerita yang disimaknya. Meskipun, siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran. Masih sedikit siswa yang bersedia menceritakan kembali isi cerita yang telah disimaknya di depan kelas. Kekurangaktifan siswa ini disebabkan oleh kurangnya kepercayaan diri siswa untuk mengungkapkan ide atau gagasannya, sehingga siswa yang berani mengangkat
tangan untuk
Kemampuan
menyimak
menyampaikan gagasannya siswa
mengalami
masih
peningkatan
sedikit. meskipun
peningkatannya masih sedikit. Perhatian siswa dalam menyimak sudah baik, hanya saja masih terdapat gangguan dari luar seperti, siswa dari kelas lain yang sedang berolahraga mengganggu siswa di dalam kelas, sehingga perhatian siswa terpecah. Pertemuan kedua siklus I, aktifitas siswa masih sama seperti pada pertemuan pertama. Aktifitas siswa mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan siswa merespon baik materi yang disampaikan guru dengan terlibat dalam setiap pembelajaran. Siswa terlihat lebih menikmati pembelajaran menyimak menggunakan media film animasi. Siswa yang mengalami kesulitan dalam menyimak juga memperhatikan dengan cukup antusias. Sedikit demi sedikit mulai menjawab pertanyaan dari guru terkait dengan pembelajaran menyimak cerita anak, meskipun masih tampak sedikit ragu-ragu dalam menjawab. Dalam pertemuan ini hampir separuh siswa mengangkat tangan ketika guru memberi pertanyaan yang berhubungan dengan
81
cerita anak yang telah disimak siswa. Meskipun masih sedikit siswa yang bersedia menceritakan kembali isi cerita di depan kelas. Dalam pertemuan pertama dan kedua pada siklus I dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan aktivitas siswa dalam menyimak cerita anak melalui penggunaan media film animasi. Siswa yang sebelumnya kurang aktif dan kurang antusias dalam pembelajaran menyimak cerita anak, dengan penggunaan media film animasi tampak lebih aktif dan antusias mengikuti pelajaran. Walaupun belum semua siswa aktif dalam pembelajaran, namun lebih baik dibandingkan dengan aktivitas siswa pada pertemuan pertama. Suasana pembelajaran pun tampak lebih menyenangkan bagi siswa, sehingga mereka lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran menyimak cerita anak. Berikut ini merupakan hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada siklus I dapat dilihat dalam tabel brikut. Tabel 6. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Menyimak Cerita Anak Melalui Penggunaan Media Film animasi pada Siklus I Aspek yang dinilai
Aktivitas siswa
Presentase (%)
Pertemuan I
Pertemuan II
Rata-rata
61%
68%
64,5%
Berdasarkan tabel 6, hasil observasi aktivitas siswa masih tergolong rendah. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan hasil observasi aktivitas siswa sebesar 64,5%. (pada klasifikasi “cukup”).
82
b) Keberhasilan Produk Keberhasilan produk dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil tes kemampuan menyimak cerita anak. Setelah siswa selesai menyimak cerita anak yang telah ditayangkan melalui media film animasi, kemudia siswa diminta mengerjakan soal evaluasi secara individu yang dibagikan oleh guru. Secara singkat hasil kemampuan menyimak cerita anak pada siklus I dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 7. Hasil Perolehan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Melalui Penggunaan Media Film animasi pada Siklus I Ketuntasan Nilai RataPertemuan Belum Tuntas Persentase Persentase rata Kelas Tuntas I
9
29,03%
22
70,97%
61,45
II
13
41,93%
18
58,07%
71,77
Jumlah
22
70,96%
40
129,04%
133,22
Rata-rata
11
35,48%
20
64,52%
66,61
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama nilai rata-rata kelas menyimak cerita anak yang diperoleh yaitu 61,45 atau meningkat 4,04 dari hasil pratindakan yang rata-rata nilai menyimak cerita anak sebesar 57,41. Hasil nilai rata-rata kelas pada pertemuan kedua sebesar 71,77 meningkat 14,36 dari hasil rata-rata pratindakan. Untuk persentase ketuntasan KKM pun setiap pertemuannya meningkat, namun belum seluruh siswa yang memenuhi ketuntasan KKM yaitu 73 untuk pelajaran Bahasa Indonesia. Pada pertemuan pertama masih 70,97% atau sabanyak 22 siswa yang belum mencapai KKM, jumlah ini menurun dari hasil pratindakan yang berjumlah 24 Untuk pertemuan kedua sebanyak 58,07% atau sebanyak 18 83
siswa belum mencapai KKM dari keseluruhan siswa yang berjumlah 31. Tiap pertemuan terlihat peningkatan yang sangat baik, terlihat dari nilai rata-rata kelas selama satu siklus mencapai 66,61 (pada klasifikasi “baik”). Peningkatan kemampuan menyimak cerita anak pada siklus I dapat digambarkan dalam diagram berikut ini. 77,41% 80,00%
64,52%
60,00% 40,00%
35,48% 22,59%
Tuntas Belum Tuntas
20,00% 0,00% Pratindakan
Siklus I
Gambar 4. Diagram Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Anak pada Siklus I 4) Refleksi Tahap keempat dari penelitian tindakan kelas yaitu refleksi. Refleksi merupakan kegiatan untuk mengungkapkan kembali apa yang sudah dilakukan, menguraikan informasi, mengkaji secara mendalam kekurangan dan kelebihan tindakan tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan menyimak cerita anak melalui penggunaan media film animasi. Berdasarkan hasil siklus I, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak cerita anak melalui penggunaan media film animasi menunjukan peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas yang meningkat 9,2 dari 57,41 menjadi 66,61 dan persentase siswa yang memperoleh nilai di atas
84
KKM juga mengalami peningkatan sebesar 12,89% dari sebelum tindakan mendapatkan persentase 22,59% menjadi 35,48%. Hasil tersebut tentu saja belum mencapai target yang sudah ditetapkan sebelumnya dengan pencapaian 75% dari seluruh siswa yang mendapatkan nilai minimal 73. Meskipun sudah terjadi kenaikan, tetapi hasil tersebut belum optimal. Salah satu indikator yang menunjukan bahwa proses pembelajaran belum optimal yaitu hasil observasi menunjukan bahwa proses pembelajaran belum berjalan maksimal. Masih ada beberapa siswa yang masih asyik berbicara dengan siswa yang lain, bermain sendiri saat pembelajaran berlangsung, dan kurang memperhatikan guru saat menjelaskan materi. Kepercayaan diri siswa juga tergolong masih rendah, hal ini terlihat dari sedikitnya siswa yang bersedia menceritakan kembali isi cerita di depan kelas. Sebagian besar siswa sudah dapat menentukan tokoh beserta perwatakannya dan juga tema dari cerita, tapi beberapa siswa masih mengalami kesulitan dalam menentukan latar dan amanat cerita. Dari segi peralatan yang digunakan dalam pembelajaran juga terdapat beberapa kekurangan, pada silus I pertemuan kedua speaker yang akan digunakan untuk menyimak cerita anak sedang digunakan oleh guru lain, sehingga peneliti harus mencari speaker pengganti. Hal ini mengganggu proses pembelajaran dan waktu pembelajaran yang telah ditentukan. Oleh karena itu, diperlukan upaya perbaikan pembelajaran pada siklus II.
85
Ada beberapa hal yang direfleksikan untuk diperbaiki pada tindakan Siklus II, yaitu: a)
Sebagian siswa masih kurang memperhatikan saat guru menjelaskan materi.
b) Masih terdapat gangguan dari luar, sehingga konsentrasi siswa untuk mneyimak menjadi terpecah. c)
Sebagian siswa masih belum aktif saat proses pembelajaran.
d) Sebagian
besar
siswa
sudah
dapat
menentukan
tokoh
beserta
perwatakannya dan juga tema cerita, tapi beberapa siswa masih mengalami kesulitan dalam menentukan, latar dan amanat cerita. e)
Beberapa siswa masih ragu-ragu atau kurang percaya diri saat diminta untuk menjawab pertanyaan dari guru.
f)
Terjadi kendala pada peralatan saat pembelajaran akan dimulai. Dalam mengatasi masalah tersebut, peneliti juga harus cermat karena
jika permasalahan tersebut sulit diatasi maka akan menghambat pada pelaksanaan tindakan selanjutnya. Meskipun demikian, secara keseluruhan pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar menyimak cerita anak melalui penggunaan media film animasi berjalan dengan lancar. Disisi lain, beberapa hal yang positif juga telah diraih oleh siswa dalam proses tindakan siklus I ini. Beberapa hal positif itu antara lain: a)
Siswa mulai tampak senang dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran menyimak cerita.
86
b) Siswa mulai aktif dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran terutama pada saat guru melakukan tanya jawab. b. Siklus II 1) Perencanaan Siklus II Tahap pertama dalam siklus ini adalah perencanaan. Perencanaan yang disusun merupakan rencana perbaikan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan dengan guru kelas V SD Negeri Delegan 2 memperoleh hasil berikut: a)
Guru memberikan motivasi pada siswa dengan memberikan reward berupa tepuk tangan pada siswa yang berani menjawab pertanyaan dengan tepat.
b) Pembelajaran menyimak cerita anak dilakukan lebih santai tetapi harus dapat menyelesaikan tugas yang diberikan. c)
Guru menjelaskan kembali unsur-unsur intrinsik cerita anak.
d) Peneliti dan guru mengupayakan cara untuk mengurangi gangguangangguan dari luar yang dapat mengganggu aktivitas siswa dalam menyimak cerita anak. e)
Peneliti
dan
guru
merancang
skenario
pembelajaran,
perangkat
pembelajaran dan instrumen penelitian. f)
Peneliti dan guru lebih mempersiapkan peralatan pendukung media naimasi audio visual.
g) Menyusun soal evaluasi untuk mengetahui kemampuan menyimak cerita anak. Soal evaluasi disusun peneliti dengan pertimbangan dosen ahli materi dan guru kelas. Tes dilaksanakan setiap akhir pertemuan.
87
2) Pelaksanaan Siklus II Tahap kedua dalam siklus ini adalah pelaksanaan. Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan menggunakan perencanaan yang telah dibuat dan dalam pelaksanaannya bersifat fleksibeldan terbuka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan oleh guru kelas dalam dua kali pertemuan dalam satu siklus. Berikut uraian tahap pelaksanaan dalam siklus II. a)
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 Februaru 2016. Pelaksanaan dimulai setelah pelaksanaan upacara bendera dari pukul 07.30 WIB hingga pukul 08.40 WIB pada materi cerita anak yang berjudul “Si Pembuat Tembikar”. (1) Deskripsi kegiatan awal: Setelah upacara bendera, siswa masuk kelas. Sebelum pelajaran dimulai, peneliti melakukan persiapan berupa menyiapkan laptop, LCD, speaker, dan CD cerita anak yang akan digunakan untuk menampilkan film animasi. Guru mengucapkan salam, kemudian salah satu siwa memimpin berdo’a. Guu melakukan presensi kehadiran siswa. Guru bertanya kepada siswa tentang cerita yang disimaknya pada pertemuan sebelumnya. Para siswa menjawab dengan lantang judul dari cerita tersebut. Guru menanyakan kembali apa saja unsur-unsur intrinsik cerita anak. Sebagian siswa tidak menjawab pertanyaan guru.
88
(2) Deskripsi kegiatan inti: Guru menjelaskan kembali unsur-unsur intrinsik cerita anak supaya siswa mengingatnya kembali. Setelah diingatkan kembali tentang unsur-unsur intrinsik cerita, guru menayangkan film animasi dengan cerita berjudul “Si Pembuat Tembikar” yang berdurasi 21:08 menit dan meminta siswa untuk menyimak cerita tersebut dengan penuh perhatian. Setelah film animasi ditayangkan, guru membuat sebuah kuis. Kuis ini dilakukan dengan cara mula-mula guru membacakan sebuah pertanyaan terkait cerita yang telah disimak siswa. Siswa yang dapat menjawab dengan benar diminta maju dan mengambil kertas undian yang berisi pertanyaan. Siswa tersebut membacakan pertanyaan dan memilih salah satu temannya untuk menjawab. Siswa yang dapat menjawab dengan benar diminta maju dan mengambil undian yang berisi pertanyaan, dan seterusnya sampai undian habis terjawab. Siswa yang berhasil menjawab dengan benar mendapat reward. Guru meminta semua siswa duduk ditempatnya masing-masing seperti semula. Salah satu siswa diminta menceritakan kembali isi cerita yang berjudul “Si Pembuat Tembikar” dengan bahasanya sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya hal-hal yang belum dipahami. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran hari ini. (3) Deskripsi kegiatan akhir: Guru membagikan soal evaluasi. Siswa diminta mengerjakan soal evaluasi terkait dengan cerita yang telah disimaknya secara individu. Siswa mengumpulkan hasil kerjanya. Siswa diberikan tugas rumah untuk
89
menyimak dan mengidentifikasi unsur-unsur cerita anak seperti, tema, tokoh dan perwatakan, latar tempat, latar waktu, latar suasana, dan amanat dari cerita anak yang tayang di televisi. Siswa diberi motivasi supaya belajar lebih giat. Siswa diperbolehkan untuk istirahat. b) Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa
tanggal 16 Februaru
2016. Pelaksanaan dimulai dari pukul 08.10 WIB hingga pukul 09.20 WIB pada materi cerita anak yang berjudul “Awang Kenit”. (1) Deskripsi kegiatan awal: Sebelum pelajaran dimulai, peneliti melakukan persiapan berupa menyiapkan laptop, LCD, speaker, dan CD cerita anak yang akan digunakan untuk menampilkan film animasi. Setelah pergantian jam pelajaran, guru meminta siswa menyiapkan buku pelajaran Bahasa Indonesia dan menyiapkan kembali kondisi siswa hingga kondusif. Pada kegiatan awal ini, guru menanyakan kembali tentang isi cerita yang disimak pada pertemuan sebelumnya. (2) Deskripsi kegiatan inti: Guru menanyakan tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Beberapa siswa diminta menceritakan cerita anak yang telah disimaknya ditelevisi serta menyebutkan unsur-unsur intrinsiknya. Semua siswa sudah paham apa saja unsur-unsur intrinsik dari cerita anak. Setelah diberi penjelasan tentang unsur-unsur intrinsik cerita, guru menayangkan film animasi dengan cerita berjudul “Awang Kenit” yang berdurasi 21:17 menit dan meminta siswa untuk menyimak cerita tersebut dengan penuh
90
perhatian. Setelah film animasi ditayangkan, guru membuat suatu permainan. Permainan tersebut bernama stop lagu. Pada permainan ini, guru memutarkan lagu anak-anak. Pada saat lagu diputar, siswa memutar suatu benda berupa penghapus. Ketika lagu di stop maka siswa yang sedang memegang penghapus harus menjawab pertanyaan dari guru terkait dengan cerita yang telah disimaknya. Dalam permainan ini siswa terlihat antusias dan senang. Guru meminta semua siswa duduk ditempatnya masing-masing seperti semula. Salah satu siswa diminta menceritakan kembali isi cerita yang berjudul “Awang Kenit” dengan bahasanya sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya hal-hal yang belum dipahami. Guru bersama siswa menyimpulkan materi pembelajaran hari ini. (3) Deskripsi kegiatan akhir: Guru membagikan soal evaluasi. Siswa diminta mengerjakan soal evaluasi terkait dengan cerita yang telah disimaknya secara individu. Siswa mengumpulkan hasil kerjanya. Siswa diberi motivasi supaya belajar lebih giat. Siswa diperbolehkan untuk istirahat. 3) Observasi Tahap ketiga dari penelitian tindakan kelas adalah pengamatan atau observasi. Observasi dilaksanakan bersamaan dengan berlangsungnya tindakan yang diberikan kepada siswa. Tahap observasi ini mengungkapkan berbagai aktivitas siswa dalam pembelajaran menyimak cerita anak melalui penggunaan media film animasi. Kegiatan observasi ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan dan keadaan siswa selama proses pembelajaran. Kegiatan observasi
91
ini menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Pada observasi ini terdapat dua jenis data yang dikumpulkan, yaitu tentang proses perubahan kinerja pembelajaran akibat implementasi indakan (keberhasilan proses) dan hasil kegiatan pembelajaran setelah pelaksanaan tindakan (keberhasilan produk). 1)
Keberhasilan Proses Pada keberhasilan proses ini dapat dilihat dari aktivitas siswa saat
proses pembelajaran menyimak cerita anak melalui penggunaan media film animasi. Pada pertemuan pertama siklus II, siswa memberikan respon yang baik dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini ditunjukkan dengan keterlibatan siswa dalam berbagai tahapan kegiatan menyimak cerita anak. Aktifitas siswa yang lain juga dapat dilihat dari bagaimana siswa menemukan tema, tokoh dan perwatakan, latar tempat, latar waktu, latar suasana, dan amanat pada cerita yang disimaknya. Meskipun, siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran. Kekurangaktifan siswa ini disebabkan oleh kurangnya kepercayaan diri siswa untuk mengungkapkan ide atau gagasannya, sehingga siswa yang berani mengangkat tangan untuk menceritakan kembali isi cerita masih sedikit. Kemampuan menyimak siswa mengalami peningkatan yang cukup baik. Perhatian siswa dalam menyimak sudah baik, gangguan dari luar juga sudah berkurang, sehingga perhatian siswa sudah terfokus untuk menyimak cerita anak. Pertemuan kedua siklus II, aktifitas siswa masih sama seperti pada pertemuan pertama. Aktifitas siswa mengalami perubahan kearah yang lebih
92
baik. Hal ini ditunjukkan siswa merespon baik materi yang disampaikan guru dengan terlibat dalam setiap pembelajaran. Siswa terlihat lebih menikmati pembelajaran menyimak menggunakan media film animasi. Siswa yang mengalami kesulitan dalam menyimak juga memperhatikan dengan cukup antusias. Sedikit demi sedikit mulai menjawab pertanyaan dari guru terkait dengan pembelajaran menyimak cerita anak, meskipun beberapa siswa masih tampak sedikit ragu-ragu dalam menjawab. Dalam pertemuan ini hampir semua siswa mengangkat tangan ketika guru memberi pertanyaan yang berhubungan dengan cerita anak yang telah disimak siswa. Dalam pertemuan pertama dan kedua pada siklus II dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan aktivitas siswa dalam menyimak cerita anak melalui penggunaan media film animasi. Siswa yang sebelumnya kurang aktif dan kurang antusias dalam pembelajaran menyimak cerita anak, dengan penggunaan media film animasi tampak lebih aktif dan anyusias mengikuti pelajaran. Walaupun masih ada siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran, namun lebih baik dibandingkan dengan aktivitas siswa pada siklus I. Suasana pembelajaran pun tampak lebih menyenangkan bagi siswa, sehingga mereka lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran menyimak cerita anak. Berikut ini merupakan hasil observasi terhadap aktivitas siswa pada siklus II dapat dilihat dalam tabel brikut.
93
Tabel 8. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Menyimak Cerita Anak Melalui Penggunaan Media Film animasi pada Siklus II
Aspek yang dinilai
Presentase (%)
Pertemuan I
Pertemuan II
Rata-rata
82%
89%
85,5%
Aktivitas siswa
Berdasarkan tabel 8, hasil observasi aktIvitas siswa tergolong tinggi. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan hasil observasi aktivitas siswa sebesar 85,5%. (pada klasifikasi “baik”). Aktivitas siswa selama siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Secara lebih jelas, peningkatan aktivitas siswa pada siklus II dapat dilihat pada diagram berikut.
Aktivitas siswa selama pembelajaran 100,00% 80,00%
85,50% 64,50% Aktivitas siswa selama pembelajaran
60,00% 40,00% 20,00% 0,00% Siklus I
Siklus II
Gambar 5. Diagram peningkatan aktivitas siswa
94
2) Keberhasila Produk Keberhasilan produk dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil tes kemampuan menyimak cerita anak. Setelah siswa selesai menyimak cerita anak yang telah ditayangkan melalui media film animasi, kemudia siswa diminta mengerjakan soal evaluasi secara individu yang dibagikan oleh guru. Secara singkat hasil kemampuan menyimak cerita anak pada siklus II dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 9. Hasil Perolehan Kemampuan Menyimak Cerita Anak Melalui Penggunaan Media Film animasi pada Siklus II Ketuntasan Rata-rata Pertemuan Belum Kelas Tuntas % % Tuntas I
25
80,64%
6
19,36%
82,41
II
27
87,09%
4
12,91%
85,16
Jumlah
52
167,73%
10
32,27%
167,57
Rata-rata
26
83,86%
5
16,14%
83,78
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa pada pertemuan pertama nilai rata-rata kelas menyimak cerita anak yang diperoleh yaitu 82,41 atau meningkat 15,8 dari hasil pada siklus I yang rata-rata nilai menyimak cerita anak sebesar 66,61. Hasil nilai rata-rata kelas pada pertemuan kedua sebesar 85,16 meningkat 18,55 dari hasil rata-rata pada siklus I. Untuk persentase ketuntasan KKM pun setiap pertemuannya meningkat, namun belum seluruh siswa yang memenuhi ketuntasan KKM yaitu 73 untuk pelajaran Bahasa Indonesia. Pada pertemuan pertama masih 19,36% atau sebanyak 6 siswa yang belum mencapai KKM, jumlah ini menurun dari hasil tindakan pada siklus I yang berjumlah 20 siswa. Untuk pertemuan kedua sebanyak 12,91% atau 4 95
siswa belum mencapai KKM dari keseluruhan siswa yang berjumlah 31. Dari tiap pertemuan terlihat peningkatan yang sangat baik, terlihat dari rata-rata ketuntasan KKM selama satu siklus mencapai 83,78 (pada klasifikasi “sangat baik”). Peningkatan ketercapaian KKM kemampuan menyimak cerita anka pada siklus II lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut.
100,00%
83,86%
77,41%
80,00%
64,52%
60,00% 40,00%
Tuntas
35,48% 22,59%
16,14%
20,00%
Belum Tuntas
0,00% Pratindakan
Siklus I
Siklus II
Gambar 6. Diagram peningkatan kemampuan menyimak cerita anak pada siklus II
4) Refleksi Tahap keempat dalam penelitian tindakan kelas ini adalah refleksi. Refleksi merupakan kegiatan untuk mengungkapkan kembali apa yang sudah dilakukan, menguraikan informasi, mengkaji secara mendalam kekurangan dan kelebihan tindakan tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan kemampuan menyimak cerita anak melalui penggunaan media film animasi. Berdasarkan hasil siklus II, dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak cerita anak melalui penggunaan media film animasi menunjukan 96
peningkatan. Nilai rata-rata tes menyimak cerita anak pada siklus II adalah 83,78 yakni meningkat 17,17 dari siklus I. Seiringnya dengan peningkatan nilai rata-rata, peningkatan juga terjadi pada persentase siswa yang mencapai KKM. Pada siklus II ini, siswa yang telah mencapai KKM juga mengalami peningkatan sebesar 48,38% dari siklus I sehingga menjadi 83,86%. Hasil dirasa sudah cukup memuaskan, karena indikator keberhasilan dalam penelitian ini sudah tercapai yakni siswa mengalami peningkatan kemampuan menyimak cerita anak dengan memperoleh nilai rata-rata kelas mencapai 83,78 (pada klasifikasi “sangat baik”). Peningkatan nilai rata-rata kelas kemampuan menyimak cerita anak pada pratindakan, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada diagram berikut ini.
90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
83,86 66,61 57,41
Nilai rata-rata kelas
Gambar 7. Diagram Peningkatan Nilai Rata-rata Kelas selama Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II
97
B. Pembahasan Hasil Penleitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan observasi dan pengamatan terhadap kemampuan menyimak cerita anak. Pada siklus I, aktivitas siswa saat mengikuti proses pembelajaran menyimak cerita anak masih rendah. Siswa masih belum sepenuhnya memperhatikan penjelasan dari guru. Siswa masih kurang bersemangat ketika proses pembelajaran. Beberapa siswa masih terlihat ramai dengan teman sebangkunya, ada yang sibuk dengan aktivitasnya sendiri, bahkan ada yang melamun. Siswa yang diminta menyampaikan pendapatnya terkait cerita anak yang telah disimaknya juga masih merasa ragu-ragu. Hanya sedikit siswa yang berani mengangkat tangan ketika diminta guru menjawab pertanyaan dan menceritakan kembali isi cerita di depan kelas. Sebagian besar siswa merasa kesulitan saat menyimak cerita anak yang ditayangkan. Hal ini disebabkan karena terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi menyimak. Menurut Hunt (dalam H.G Tarigan, 2008: 104) faktor yang mempengaruhi menyimak ialah: (1) sikap; (2) motivasi; (3) pribadi; (4) situasi kehidupan; dan (5) peranan dalam masyarakat. Selain kurangnya motivasi dan siswa belum paham bagaimana sikap menyimak yang baik juga terdapat gangguan dari luar. Saat siswa sedang menyimak, terdapat gangguan dari luar yaitu siswa kelas lain yang sedang berolah raga mengganggu siswa di dalam kelas yang sedang menyimak. Hal ini 98
menyebabkan konsentrasi siswa untuk menyimak menjadi terpecah. Setelah selesai ditayangkan cerita anak, siswa diminta mengerjakan soal evaluasi, beberapa siswa tidak dapat menyelesaikan soal sampai waktu habis. Hal ini juga dikarenakan speaker yang akan digunakan ketika akan dilakukan proses pembelajaran sedang digunakan oleh guru lain, sehingga peneliti harus mencari speaker lain yang menyebabkan waktu pembelajaran menjadi terganggu. Pada siklus II, aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menyimak cerita anak sudah baik. Siswa sangat aktif dan bersemangat ketika proses pembelajaran berlangsung. Siswa bersemangat untuk menjawab pertanyaan dari guru, mengerjakan LKS, sampai mengerjakan soal evaluasi. Siswa sudah berani bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang belum dipahami tentang cerita anka yang disimaknya. Siswa yang berani menceritakan kembali isi cerita di depan kelas juga sudah bertambah, meskipun masih terlihat ragu-ragu. Siswa sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyimak cerita anak dengan baik. Sebagian besar siswa menuliskan hal-hal penting terkait cerita anak yang disimaknya. Keberanian siswa untuk menjawab pertanyaan dari guru sudah meningkat dengan baik. Siswa dapat menyelesaikan soal evaluasi sesuai dnegan waktu yang ditentukan guru. Kendala yang terdapat pada siklus I, seperti kendala penggunaan speaker sudah diantisipasi dengan menyiakan jauh sebelum pembelajaran dimulai, sehingga waktu pembelajaran tidak terganggu.
99
Dalam penelitian ini, siswa dinyatakan berhasil apabila siswa telah mencapai KKM yang ditetapkan yaitu 73. Indikator keberhasilan pembelajaran pada penelitian ini jika 75% dari jumlah siswa telah mencapai KKM yang ditetapkan. Pada pratindakan, hanya 7 siswa atau sekitar 22,59% yang sudah mencapai KKM. Sedangkan, siswa yang belum mencapai nilai 73 sebanyak 24 siswa atau sebanyak 77,41%. Pada siklus I, siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 11 siswa atau sebanyak 35,48%. Sedangkan, siswa yang belum mencapai nilai 73 sebanyak 20 siswa, yaitu sebnyak 64,52%. Pada siklus II, siswa yang sudah mencapai nilai minimal 73 sebanyak 26 siswa atau sebnyak 83,86%. Sedangkan, siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 5 siswa atau sebanyak 16,14%. Hasil dari penelitian ini sudah mencapai indikator yang ditetapkan yaitu 83,86% (lebih dari 75%) siswa telah mencapai KKM. Seiring dengan peningkatan KKM, nilai rata-rata kelas juga mengalami peningkatan yang signifikan. Pada pratindakan nilai rata-rata kelas yaitu 57,41. Pada siklus I nilai rata-rata sebesar 66,61, angka meningkat sebanyak 9,2 dari pratindakan. Pada siklus II, nilai rata-ratanya yaitu 83,78 (pada klasifikasi “sangat baik”). Nilai rata-rata siklus II meningkat 17,17 dari nilai rata-rata siklus I. Pada siklus I masih terdapat siswa yang belum mencapai KKM sebanyak 20 siswa, hal ini disebabkan belum maksimalnya proses pembelajaran seperti, terdapat gangguan dari luar, beberapa siswa masih asyik berbicara dengan temannya, bermain sendiri saat pembelajaran berlangsung, dan kurang memperhatikan guru saat menyampaikan materi. Pada siklus II masih terdapat 5 siswa yang belum mencapai KKM. Kekurangan dari siklus I
100
sudah diperbaiki, seperti meminimalkan gangguan dari luar, membuat pembelajaran yang lebih menyenangkan dengan membuat kuis saat mengerjakan LKS supaya siswa lebih aktif dan antusias mengikuti pembelajaran, dan lebih mempersiapkan peralatan pendukung media film animasi supaya kegiatan pembelajaran tidak terganggu. Namun, masih terdapat siswa yang belum fokus saat menyimak cerita, hal ini menyebabkan masih ada siswa yang belum mencapai KKM. Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa klasifikasi nilai kemampuan menyimak cerita anak mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Siswa yang mendapat nilai kurang pada kondisi awal meningkat menjadi baik pada kondisi akhir. Hal tersebut dikarenakan penggunaan media film animasi dalam pembelajaran menyimak cerita anak dapat membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran, sehingga mempermudah siswa dalam menyimak. Seperti yang dikemukakan Sudjana & Rivai (dalam Azhar Arsyad, 2009: 24-25) bahwa manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: (1) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar; (2) bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran; (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar di setiap jam pelajaran; (4) siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru,
101
tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, terbukti bahwa penggunaan media, khususnya media film animasi dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Pada awalnya yang siswa merasa kesulitan untuk menyimak dan merasa kurang percaya diri untuk mengemukakan jawabannya
ketika
guru
memberi
pertanyaan.
Namun,
ketika
guru
menggunakan media film animasi, siswa memperhatikan dengan sungguhsungguh sehingga siswa dapat menyimak cerita anak dengan baik. Penggunaan media film animasi dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri Delegan 2 karena media film animasi memiliki beberapa keunggulan, yaitu sebagai berikut. 1) Film dan video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan lain-lain. Film merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek yang secara normal tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung ketika berdenyut. 2) Film dan video dapat menggambarkan suaru proses secara tepat yang dapat disaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu. Misalnya, langkah-langkah dan cara yang benar dalam berwudhu. 3) Disamping mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan video menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya. Misalnya, film kesehatan yang menyajikan proses berjangkitnya penyakit diare atau eltor dapat
102
membuat siswa sadar terhadap pentingnya kebersihan makanan dan lingkungan. 4) Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. Bahkan, film dan video, seperti slogan yang sering di dengar, dapat membawa dunia ke dalam kelas. 5) Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat secara langsung seperti lahar gunung berapi atau perilaku binatang buas. 6) Film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok kecil, kelompok yang heterogen maupun perorangan. 7) Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar frame demi frame, film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat ditampilkan dalam satu atau dua menit. Misalnya, bagaimana kejadian mekarnya kembang mulai dari lahirnya kuncup bunga hingga kuncup itu mekar (Azhar Arsyad, 2009: 49-50). Meskipun kemampuan menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri Delegan 2 telah mengalami peningkatan, namun masih terdapat 5 siswa yang belum tuntas atau nilainya masih di bawah KKM. Hal ini menunjukkan bahwa media film animasi belum dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak dengan maksimal dikarenakan media tersebut masih memiliki beberapa kekurangan, yaitu sebagai berikut. 1) Pengadaan film dan video umumnya memerlukan biaya mahal dan waktu yang banyak.
103
2) Pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambar bergerak terus sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut. 3) Film dan video yang tersedia tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan belajar yang diinginkan kecuali film dan video itu dirancang dan diproduksi khusus untuk kebutuhan sendiri (Azhar Arsyad, 2009: 49-50). Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, kemampuan menyimak cerita anak dapat ditingkatkan dengan media film animasi. Sudah lebih dari 75% siswa kelas V SD Negeri Delegan 2 mencapai KKM, sehingga penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus III dan dihentikan disiklus II. C. Keterbatasan Penelitan Penelitian yang dilakukan di kelas V SD Negeri Delegan 2 ini memiliki beberapa kekurangan dan keterbatasan. Kekurangan dan keterbatasan tersebut diantaranya adalah: 1.
Masih ada siswa yang memiliki nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 73.
2.
Peralatan pendukung media film animasi yang terdapat di sekolah masih minim.
104
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media film animasi dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak pada siswa kelas V SD Negeri Delegan 2. Secara proses, peningkatan dapat dilihat berdasarkan hasil obervasi. Berdasarkan hasil observasi, siswa lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Siswa terlihat tertarik dengan media yang digunakan, sehingga kegiatan belajar lebih kondusif dan menyenangkan. Siswa yang mengangkat tangan ketika guru memberi pertanyaan nampak lebih banyak dan bersemangat saat menjawab pertanyaan dari guru, sehingga suasana pembelajaran di kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan. Secara produk, meningkatnya kemampuan menyimak cerita anak dapat dilihat berdasarkan analisis data peningkatan nilai kemampuan menyimak cerita anak. Hasil nilai rata-rata kemampuan menyimak cerita anak pada pratindakan sebesar 57,41. Pada tindakan siklus I nilai rata-rata meningkat 9,2 menjadi 66,61 dan pada siklus II juga mengalami peningkatan sebesar 17,17 menjadi 83,78. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh, maka dapat disampaikan beberapa saran sebagai berikut. 1. Bagi Siswa 105
a. Agar kemampuan belajar khususnya kemampuan menyimak cerita dapat meningkat siswa dapat melatihnya dengan sering atau membiasakan untuk menyimak. b. Pada saat menyimak sebaiknya memperhatikan dengan sebaik-baiknya agar mampu menjawab pertanyaan dengan benar dan dapat meningkatkan kemampuan menyimak cerita anak. 2. Bagi Guru a. Setelah mengetahui peningkatan kemampuan menyimak cerita anak menggunakan media film animasi ini, maka bagi guru yang yang belum menggunakan media dalam pembelajaran menyimak dapat menggunakan media khususnya media film animasi. b. Apabila guru menggunakan media film animasi, hendaknya guru mempersiapkan media tersebut dengan baik, mempertimbangkan kelas yang akan digunakan dan jam pelajaran yang tersedia. Hal ini perlu diperhatikan supaya pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan tidak mengganggu pembelajaran yang lain.
106
DAFTAR PUSTAKA Agus N. Cahyo. (2011). Berbagai Cara Latihan Otak dan Daya Ingat dengan Menggunakan Ragam Media Audio Visual. Yogyakarta: Diva Press. Ahmad Rofi’uddun dan Darmiyati Zuhdi. (1998/1999). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan direktorat jendral pendidikan tinggi. Anas Sudijono. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Ariesto Hadi Sutopo. (2002). Animasi dengan Macromedia Flash. Jakarta: Penerbit Salemba Infotek. Azhar, Arsyad. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Budiono. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Agung. Burhan Nurgiyantoro. (2005). Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: UGM Press. _________________. (2001). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. Endang Poerwanti & Nur Widodo. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Malang: UMM Press. H.M Sukardi. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas Implementasi dan Pengambangannya. Yogyakarta: Bumi Aksara. Hamzah B. Uno, dkk. (2011). Menjadi Peneliti PTK yang Profesianal. Jakarta: Bumi Aksara.` Haryadi dan Zamzani. (1996/1997). Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan direktorat jendral pendidikan tinggi. Henry Guntur Tarigan. (2008). Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa. Kundharu, Saddhono. (2012). Meningkatkan Keterampilan Berbahasa Indoneria. Bandung: Karya Putra Darwati. Main Sufanti. (2010). Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta: Yuma Pustaka. 107
Muhammad Iqbal. (2012). Pengertian Animasi. Diakses https://muhammadiqbalm.wordpress.com/2012/08/08/pengertiananimasi/ pada tanggal 28 Februari 2016 pukul 8:55.
dari
Muh. Nur Mustakim. (2005). Pemahaman Cerita dalam Pembentukan Perkembangan Anak TK. Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan direktorat jendral pendidikan tinggi. Nana Syaodih Sukmadinata. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ngalim Purwanto. (2010). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Oemar Hamalik. (1994). Media Pendidikan. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Rita E. Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Suharianto. (2005). Dasar-Dasar Teori Sastra. Semarang: Rumah Indonesia. Suharjo. (2006). Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar Teori dan Praktek. Jakarta: Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan. Suharsimi Arikunto. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Suharsimi Arikunto, dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Suratno. (2006). Peningkatan Menyimak Berita melalui Media Audio Visual dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiri pada Siswa Kelas VIIA SMP N I Tarub Kabupaten Tegal Tahun Pelajaran 2005/2006. Skripsi: UNNES. Suyadi. (2013). Penelitian Tindakan Kelas Buku Panduan Wajib bagi Para Pendidik. Yogyakarta: Diva Press. Yudrik Jahja. (2013). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenamedia Grup. Zainal Aqib. (2006). Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama Widya. 108
LAMPIRAN
109
Lampiran 1. Pedoman Observasi Aktivitas Siswa
LAMPIRAN PEDOMAN OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
110
Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus
:
Pertemuan ke
:
Hari, tanggal
:
Subjek
:
PETUNJUK
:
Berilah tanda centang (√) pada kolom yang sesuai dengan pengamatan anda! No. 1. 2.
3.
4. 5. 6. 7.
Skor
Aspek yang diamati
1
Keaktifan siswa dalam bertanya saat pembelajaran. Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Perhatian siswa saat pembelajaran menggunakan media film animasi. Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Respon siswa dalam kegiatan pembelajaran. Tanggung jawab siswa. Percaya diri siswa. Jumlah skor Sleman,
Februari 2016
Observer
........................
111
2
3
4
No.
Aspek
Indikator Siswa sangat pembelajaran.
1.
aktif
Skor bertanya
saat
Keaktifan siswa Siswa aktif bertanya saat pembelajaran. dalam bertanya Siswa kurang aktif bertanya saat saat pembelajaran. pembelajaran. Siswa tidak aktif bertanya saat pembelajaran. Siswa menjadi sangat tertarik dalam pembelajaran.
2.
3.
4.
Motivasi siswa Siswa menjadi dalam pembelajaran. mengikuti Siswa kurang pembelajaran. pembelajaran.
Perhatian siswa saat pembelajaran menggunakan media film animasi.
Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.
tertarik
dalam
tertarik
dalam
3 2 1 4 3 2
Siswa tidak tertarik dalam pembelajaran.
1
Siswa sangat memperhatikan guru saat mengajar.
4
Siswa memperhatikan mengajar.
3
guru
saat
Siswa kurang memperhatikan guru saat mengajar.
2
Siswa tidak memperhatikan guru saat mengajar.
1
Siswa merasa kegiatan pembelajaran sangat menyenangkan.
4
Siswa merasa kegiatan pembelajaran menyenangkan.
3
Siswa merasa kegiatan pembelajaran kurang menyenangkan.
2
Siswa tidak pembelajaran.
1
senang
mengikuti
Siswa sangat merespon materi yang diajarkan. 5.
4
Respon siswa Siswa merespon materi yang diajarkan. dalam kegiatan Siswa kurang merespon materi yang pembelajaran. diajarkan. Siswa tidak diajarkan. 112
merespon
materi
yang
4 3 2 1
6.
7.
Tanggung jawab siswa
Percaya siswa
Siswa sangat bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya.
4
Siswa bertanggung jawab menyelesaikan tugasnya.
3
dalam
Siswa kurang bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya.
2
Siswa tidak bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya.
1
Siswa sangat percaya menyelesaikan tugasnya.
4
diri
saat
Siswa percaya diri saat menyelesaikan diri tugasnya. Siswa kurang percaya diri saat menyelesaikan tugasnya. Siswa tidak percaya menyelesaikan tugasnya.
113
diri
saat
3 2 1
Lampiran 2. Pedoman Penilaian Tes Kemampuan Menyimak
LAMPIRAN PEDOMAN PENILAIAN TES KEMAMPUAN MENYIMAK
114
Pedoman Penilaian Tes Kemampuan Menyimak No.
1.
2.
3.
Indikator
5.2.1 Menyebutkan nama-nama tokoh cerita anak yang diperdengarkan.
Nomor Soal
Deskripsi Penilaian
Skor Maksimal
3
Siswa Dapat Mengyebutkan tokoh utama dalam cerita.
1
6
Siswa dapat menyebutkan beberapa tokoh dalam cerita.
1
4
Siswa dapat menyebutkan salah satu sifat tokoh dalam cerita.
1
9
Siswa dapat mengidentifikasi sifat tokoh berdasarkan kalimat atau perilaku tokoh dalam cerita.
1
10
Siswa dapat menyebutkan sifat tokoh berdasarkan kalimat soal.
1
14
Siswa dapat melengkapi kalimat berdasarkan sifat tokoh yang sesuai.
1
15
Siswa dapat menentukan kesamaan sifat tokoh pada suatu kalimat dengan sifat tokoh pada cerita.
1
19
Siswa dapat melengkapi kalimat dengan jawaban yang sesuai dengan sifat tokoh pada cerita.
1
1
Siswa dapat menyebutkan penegrtian tema cerita.
1
2
Siswa dapat menentukan tema cerita dari cerita anak yang disimaknya.
1
11
Siswa dapat mengidentifikasi tema cerita yang memiliki kesamaan dengan tema cerita yang telah
1
5.2.2 Menyebutkan sifat-sifat tokoh dalam cerita anak.
5.2.3 Menentukan tema cerita anak
115
disimaknya.
4.
5.
5.2.4 Menentukan latar cerita anak.
5.2.5 Menentukan amanat yang terkandung dalam cerita anak.
5
Siswa dapat melengkapi kalimat berdasarkan latar dalam cerita.
1
7
Siswa dapat menetukan kalimat yang menentukan latar dalam cerita.
1
12
Siswa dapat menentukan latar (tempat, waktu, suasana) sesuai dalam cerita.
1
16
Siswa dapat menentukan latar berdasarkan kalimat soal.
1
17
Siswa dapat menentukan latar (tempat, waktu, suasana) sesuai dalam cerita.
1
8
Siswa dapat menetukan amanat sesuai dengan kalimat soal.
1
13
Siswa dapat menyebutkan manfaat dari amanat cerita.
1
18
Siswa dapat menyebutkan pengertian dari amanat cerita.
1
20
Siswa dapat menyebutkan hikmah/amanat dari cerita yang disimaknya.
1
Jumlah keselurahan skor
Nilai =
ℎ
100
116
20
Lampiran 3. Silabus
LAMPIRAN SILABUS
117
SILABUS MATA PELAJARAN
: BAHASA INDONESIA
JENJANG
: SD
KELAS/SEMESTER
: V (LIMA)/2 Sarana
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Indikator
Materi Pokok
Kegiatan
Alokasi
Teknik
dan
Pembelajaran
Waktu
Penilaian
Sumber Belajar
Mendengarkan 5.2
5.2.1 Menyebutkan
Cerita
pendek
Mendengarkan
4
jam Objektif
Memahami Mengidentifikasi cerita cerita tentang unsur
nama-nama tokoh
cerita Unsur-unsur
mengenai unsur-
tema, suatu peristiwa (tokoh, dan cerita latar, amanat)
anak
yang
cerita
unsur
(tokoh,tema,latar
cerita
cerita
,alur,
(rekaan/fiksi).
pendek
5
pendek
anak
anak-anak.
diperdengarkan. 5.2.2 Menyebutkan
yang
sifat-sifat tokoh
disempaikan
dalam
secara lisan
anak.
intrinsik
penjelasan
amanat).
cerita Contoh pembahasan
5.2.3 Menentukan
pelajaran
Buku
dan
intrinsik
Membaca cerita pendek. Mencatat
hal-
hal pokok dari 118
dan
panduan,
subjektif
buku kumpulan
anak-anak.
tema
cerita
cerita pendek.
anak.
Menentukan
5.2.4 Menentukan
unsur
latar cerita anak.
Menulis amanat
yang
yang terkandung
terkandung dalam
intrinsik
cerita pendek.
5.2.5 Menentukan amanat
cerita pendek.
dalam cerita. cerita
anak.
119
Lampiran 4. RPP
LAMPIRAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
120
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan
: SDN Delegan II
Kelas/ Semester
: 5/ II
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Pertemuan Ke-
:1
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
Hari/Tanggal
: 9 Februari 2016
A. Standar Kompetensi 5. Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan. B. Kompetensi Dasar 5.2 Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat). C. Indikator 5.2.1
Menyebutkan nama-nama tokoh cerita anak yang diperdengarkan.
5.2.2
Menyebutkan sifat-sifat tokoh dalam cerita anak.
5.2.3
Menentukan tema cerita anak.
5.2.4
Menentukan latar cerita anak.
5.2.5
Menentukan amanat yang terkandung dalam cerita anak.
D. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa dapat menyebutkan nama-nama tokoh cerita anak dengan tepat. 2. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa dapat menyebutkan sifat-sifat tokoh dalam cerita anak dengan benar.
121
3. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa dapat menentukan tema cerita anak dengan tepat. 4. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa dapat menentukan latar cerita anak dengan benar. 5. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa dapat menentukan amanat cerita anak dengan benar. E. Materi Pembelajaran Unsur intrinsik cerita anak F. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Tanya Jawab G. Kegiatan Pembelajaran 1.
Pendahuluan (5 menit) a. Siswa menjawab salam dari guru sebagai pembuka dalam kegiatan
belajar mengajar dan menjawab sapaan guru. b. Siswa terkondisi untuk memulai pelajaran serta guru bersama siswa
mengulang inti pembelajaran yang telah lalu dengan cara tanya jawab. c. Siswa merespon apersepsi guru dengan menjawab pertanyaan seputar
materi yang diketahui siswa mengenai cerita anak. d. Siswa memperhatikan guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu
menyimak cerita anak melalui media film animasi untuk menentukan tokoh, tema, latar dan amanat cerita anak.
122
2.
Kegiatan Inti (45 menit) Eksplorasi a. Siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru tentang
unsur-unsur cerita. b. Siswa dikondisikan secara fisik dan mental untuk menyimak cerita
anak. c. Guru menyiapkan media film animasi dengan membaca buku petunjuk
penggunaan. d. Siswa diminta menyimak cerita anak melalui media film animasi yang
berjudul Si Luncai. Elaborasi e. Siswa dibagi kedalam kelompok kecil. f. Siswa dalam kelompok mengerjakan LKS.
Konfirmasi g. Salah satu siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas
secara bergiliran, sedangkan siswa lain dapat memberikan masukan ataupun sanggahan kepada siswa yang sudah mengemukakan hasil kerjanya tadi. h. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum
dipahami. 3.
Penutup (20 menit) a.
Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran.
b.
Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu. 123
c.
Siswa diberi tugas untuk mempelajari kembali materi yang telah mereka terima.
d.
Guru menutup pelajaran dengan salam.
H. Media dan Sumber Pembelajaran 1. Compact Disc (CD) berisi cerita anak berjudul Si Luncai. 2.
Proyektor.
3.
Laptop.
4. Speaker 5. Alat tulis di kelas. 6. Buku Bahasa Indonesia kelas V 7. https://www.youtube.com/watch?v=WR64WLBPKv8
I.
Penilaian 1. Penilaian Sikap (terlampir) 2. Penilaian Pengetahuan (terlampir) 3. Penilaian Keteramoilan (terlampir)
124
125
LAMPIRAN A. Ringkasan Materi Cerita anak terdiri dari unsur-unsur pengembang cerita, antara lain: tokoh dan penokohan, alur cerita, latar, tema, dan amanat. 1. Tokoh cerita dimaksudkan sebagai pelaku yang dikisahkan perjalanan hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur baik sebagai pelaku maupun penderita berbagai peristiwa yang diceritakan. 2. Penokohan atau perwatakan ialah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya. 3. Latar atau setting adalah waktu dan tempat terjadinya cerita secara nyata yang dapat dipercaya kebenarannya. Latar dibagi menjadi latar waktu, latar tempat, dan latar suasana. 4. Tema merupakan dasar pengembangan sebuah cerita. Sebagai sebuah gagasan yang ingin disampaikan, tema dijabarkan dan dikonkretkan melalui unsur-unsur intrinsik yang lain terutama tokoh, alur, dan latar. 5. Amanat adalah sesuatu yang selaluberkaitan dengan berbagai hal yang berkonotasi positif, bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik. B. Lembar Kerja Siswa Kerjakan soal di bawah ini secara berkelompok! Prosedur kerja: 1. Duduklah bersama teman sekelompokmu 2. Ingatlah kembali jalan cerita “Si Luncai” yang telah kalian simak!
126
3. Diskusikan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita 4. Isilah tabel di bawah ini No
Unsur Intrinsik Keterangan
1.
Tokoh
2.
Latar Tempat
3.
Latar Waktu
4,
Latar Suasana
5.
Amanat
C. Kunci Jawaban LKS No
Unsur Intrinsik Keterangan
1.
Tokoh
Luncai, baginda raja, pengawal, saudagar tamak
2.
Latar Tempat
Kerajaan, hutan, laut
3.
Latar Waktu
Pagi hari, siang hari, malam hari
4,
Latar Suasana
Mengecewakan, menyedihkan, menegangkan
5.
Amanat
Jangan melakukan hal tidak baik kepada orang lain karena akan mendapat balasan atau ganjaran.
D. Soal Evaluasi Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang benar! 1. Yang dimaksud dengan tema cerita adalah... a. Tempat terjadinya cerita b. Pemain cerita c. Pokok permasalahan cerita d. Waktu terjadinya cerita 2. Tema pada cerita yang berjudul “Si Luncai” adalah...
127
a. Ketuhanan b. Budi Pekerti c. Binatang d. Bencana alam 3. Tokoh utama dalam cerita “Si Luncai” yaitu... a. Baginda Raja b. Luncai c. Perdana Menteri d. Labu 4. Luncai memiliki satu sifat buruk, sifat buruk luncai yang tepat yaitu... a. Malas b. Licik c. Pemarah d. Pendendam 5. Luncai merasa... ketika keinginannya bertemu Baginda Raja ditolak dan diusir oleh pengawal kerajaan. a. Sedih, cemas b. Senang, lega c. Sedih, kecewa d. Marah, kecewa 6. Tokoh-tokoh yang memerankan dalam cerita “Si Luncai” adalah... a. Luncai, Baginda Raja, saudagar dan para pengawal b. Luncai, pedagang, pengawal dan rakyat
128
c. Luncai, saudagar, ayah, dan ibu d. Luncai, Baginda raja, ayah dan ibu 7. Kalimat yang menunjukkan latar tempat pada cerita “Si Luncai”yaitu... a. Baginda Raja merasa sangat marah ketika Luncai mengutarakan niat untuk menemuinya b. Pada malam hari Luncai mencoba berfikir bagaimana cara membalas dendam perlakuan Baginda Raja kepadanya. c. Luncai mengajak para pengawal menyanyi supaya ia bisa melarikan diri d. Luncai meninggalkan Baginda Raja yang berada di dalam kotak kaca ketika sampai di tengah laut 8. Perbuatan yang tidak baik akan mendapatkan balasannya dikemudian hari. Seperti cerita Baginda Raja yang sombong dan suka merendahkan. Balasan yang diperoleh Baginda Raja yaitu... a. Menderita sakit b. Kehilangan kekayaan c. Kerajaannya hancur d. Tenggelam di laut 9. “Aku tidak suka jika ada pengemis datang kesini. Hanya bangsawan, saudagar, dan orang-orang kaya saja yang layak menemuiku.” Kalimat Baginda Raja tersebut menunjukkan bahwa ia memiliki sifat... a. Sombong b. Dermawan
129
c. Iri hati d. Dendam 10. Saudagar tamak mendapat balasan atas sifat buruknya, ia berada didalam karung dan akan dibuang ke laut. Sifat buruk sudagar yaitu... a. Mencuri b. Durhaka c. Berbohong d. Sombong 11. Cerita di bawah ini memiliki tema yang sama dengan cerita “Si Luncai” yaitu... a. Kancil yang mencuri timun pak tani b. Bawang Merah yang jahat pada akhirnya mendapat balasan yang setimpal seperti apa yang telah diperbuatnya c. Malin Kundang anak yang durhaka, ia dikutuk menjadi batu oleh ibunya. d. Candi Prambanan merupakan bangunan sejarah yang dibangun oleh Bandungbandawasa. 12. Luncai akan dibuang ke laut pada... hari. A. Pagi B. Malam C. Siang D. Sore 13. Kita perlu mengambil amanat suatu cerita supaya...
130
a. Dapat diceritakan lagi b. Dapat dibuang c. Dipuji orang lain d. Dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 14. Sifat Luncai yang... mampu mengalihkan perhatian para pengawal sehingga ia dapat melarikan diri dari kapal. a. Sombong b. Jujur c. Cerdik d. Iri hati 15. Dibawah ini yang memiliki kesamaan dengan sifat Luncai adalah... a. Ani setiap hari bangun pagi kemudian membantu ibunya memasak sarapan. b. Rudi ingin membalas dendam kepada Andi yang kemarin lusa merusakkan mainan kesayangannya. c. Setiap mendapatkan tugas dari guru, Sinta selalu menundanya sehingga ia sering mendapat hukuman karena lupa mengerjakan tugas. d. Setiap ada teman yang memerlukan bantuan, Nanda selalu siap untuk membantunya dengan ikhlas. 16. Perasaan Baginda Raja ketika Luncai mengatakan bahwa wajahnya mirip seperti wajah ayah Luncai yang telah meninggal adalah... a. Marah b. Senang
131
c. Sedih d. Malu 17. Para pengawal meninggalkan Luncai yang terikat di dalam karung untuk mengejar rusa yang berada di ... a. Sawah b. Kebun binatang c. Hutan d. Kandang 18. Hikmah atau pelajaran yang dapat diambil dari suatu cerita adalah... a. Latar b. Tema c. Tokoh d. Amanat 19. Sebagai seorang Raja yang baik, seharusnya Baginda Raja bersikap... kepada Luncai. a. Ramah b. Jujur c. Berani d. Sopan 20. Hikmah yang dapat kita ambil dari cerita “Si Luncai” adalah... a. Setiap perbuatan pastia akan mendapat balasannya dikemudian hari. b. Jangan suka berbohong kepada siapapun. c. Hendaknya selalu berkata jujur meskipun kejujuran itu menyakitkan.
132
d. Sikap sombong tidak disukai oleh orang-orang disekeliling kita. E. Kunci Jawaban Soal Evaluasi 1. C
6. A
11. B 16. A
2. B
7. D
12. C 17. C
3. B
8. D
13. D 18. D
4. D 9. A
14. C 19. A
5. C
10. C 15. B 20. A
F. Lembar Penilaian 1. Penilaian Sikap No.
1.
Aspek
Indikator
Siswa sangat aktif bertanya saat pembelajaran. Keaktifan siswa dalam bertanya Siswa aktif bertanya saat pembelajaran. saat Siswa kurang aktif bertanya saat pembelajaran. pembelajaran. Siswa tidak aktif bertanya saat pembelajaran. Siswa menjadi pembelajaran.
2.
Skor
sangat
tertarik
dalam
Motivasi siswa dalam mengikuti Siswa menjadi tertarik dalam pembelajaran. pembelajaran. Siswa kurang tertarik dalam pembelajaran.
3.
4.
Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.
Siswa sangat mengajar.
memperhatikan
guru
memperhatikan
guru
2 1 4
2 1 saat
Siswa memperhatikan guru saat mengajar. Siswa kurang mengajar.
3
3
Siswa tidak tertarik dalam pembelajaran. Perhatian siswa saat pembelajaran menggunakan media film animasi.
4
4 3
saat
2
Siswa tidak memperhatikan guru saat mengajar.
1
Siswa merasa kegiatan pembelajaran sangat menyenangkan.
4
Siswa merasa menyenangkan.
3
kegiatan
pembelajaran
Siswa merasa kegiatan pembelajaran kurang menyenangkan. 133
2
5.
Siswa tidak senang mengikuti pembelajaran.
1
Siswa sangat merespon materi yang diajarkan.
4
Respon siswa Siswa merespon materi yang diajarkan. dalam kegiatan Siswa kurang merespon materi yang diajarkan. pembelajaran. Siswa tidak merespon materi yang diajarkan.
3
Siswa sangat bertanggung menyelesaikan tugasnya.
6.
dalam
Siswa bertanggung jawab dalam menyelesaikan Tanggung jawab tugasnya. siswa Siswa kurang bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. Siswa tidak bertanggung menyelesaikan tugasnya.
7.
jawab
Percaya siswa
diri
jawab
dalam
2 1 4 3 2 1
Siswa sangat percaya diri saat menyelesaikan tugasnya.
4
Siswa percaya diri saat menyelesaikan tugasnya.
3
Siswa kurang percaya diri saat menyelesaikan tugasnya.
2
Siswa tidak percaya diri saat menyelesaikan tugasnya.
1
2. Penilaian Pengetahuan a. Prosedur Penilaian
: Proses, Produk, Post test
b. Jenis Penilaian
: Tes Tertulis
c. Bentuk Penilaian
: Pilihan Ganda
d. Jumlah Soal
: 20
Skor maksimal tiap nomor
:1
Total skor
: 20 x 1 = 20
Nilai
:
134
ℎ
100
e. Kriteria Ketuntasan Minimal Siswa dikatakan berhasil mengikuti pelajaran jika siswa memperoleh nilai > 73. 3. Penilaian Keterampilan No
1.
2.
Kriteria
Kemampuan memberikan tanggapan terhadap jawaban teman
Baik Sekali
Baik
Cukup
Perlu Bimbingan
4
3
2
1
Tanggapan siswa tidak simakan dari video, serta menggunaka n bahasa yang santun, suara yang kurang lantang dan intonasi kurang jelas.
Belum mampu memberikan tanggapan.
Memerlukan bantuan guru.
Belum menunjukkan kepercayaan diri.
Tanggapan siswa sesuai dengan simakan dari video, disampaikan dengan bahasa yang santun, suara yang lantang dan intonasi yang jelas.
Tanggapan siswa sebgaian besar sesuaisimak an dari video, disampaikan dengan bahasa yang santun, suara yang kurang lantang dan intonasi kurang jelas. Kepercayaan Tidak terlihat ragu- Terlihat diri dalam ragu. ragu-ragu. memberikan tanggapan terhadap gamber keluarga besar
135
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan
: SDN Delegan 2
Kelas/ Semester
: 5/ II
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Pertemuan Ke-
:2
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
Hari/Tanggal
: 10 Februari 2016
A. Standar Kompetensi 5. Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan. B. Kompetensi Dasar 5.2 Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat). C. Indikator 5.2.1
Menyebutkan nama-nama tokoh cerita anak yang diperdengarkan.
5.2.2
Menyebutkan sifat-sifat tokoh dalam cerita anak.
5.2.3
Menentukan tema cerita anak.
5.2.4
Menentukan latar cerita anak.
5.2.5
Menentukan amanat yang terkandung dalam cerita anak.
. D. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa dapat menyebutkan nama-nama tokoh cerita anak dengan tepat. 2. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa dapat menyebutkan sifat-sifat tokoh dalam cerita anak dengan benar.
136
3. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa dapat menentukan tema cerita anak dengan tepat. 4. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa dapat menentukan latar cerita anak dengan benar. 5. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa dapat menentukan amanat cerita anak dengan benar. E. Materi Pembelajaran Unsur intrinsik cerita anak F. Metode Pembelajaran 1.
Ceramah
2.
Diskusi
3.
Tanya Jawab
G. Kegiatan Pembelajaran 1. Pendahuluan (5 menit) a. Siswa menjawab salam dari guru sebagai pembuka dalam kegiatan belajar mengajar dan menjawab sapaan guru. b. Siswa terkondisi untuk memulai pelajaran serta guru bersama siswa mengulang inti pembelajaran yang telah lalu dengan cara tanya jawab. c. Siswa merespon apersepsi guru dengan menjawab pertanyaan seputar materi yang diketahui siswa mengenai cerita anak. d. Siswa memperhatikan guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu menyimak cerita anak melalui media film animasi untuk menentukan tokoh, tema, latar dan amanat cerita anak.
137
2. Kegiatan Inti (45 menit) Eksplorasi a. Siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru tentang unsur-unsur cerita. b. Siswa dikondisikan secara fisik dan mental untuk menyimak cerita anak. c. Guru menyiapkan media film animasi dengan membaca buku petunjuk penggunaan. d. Siswa diminta menyimak cerita anak melalui media film animasi yang berjudul Badang dan Jembalang. Elaborasi e. Siswa dibagi kedalam kelompok kecil. f. Siswa dalam kelompok mengerjakan LKS. Konfirmasi g. Salah satu siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas secara bergiliran, sedangkan siswa lain dapat memberikan masukan ataupun sanggahan kepada siswa yang sudah mengemukakan hasil kerjanya tadi. h. Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. 3. Penutup (20 menit) a. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran. b. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu. 138
c. Siswa diberi tugas untuk mempelajari kembali materi yang telah mereka terima. d. Guru menutup pelajaran dengan salam. H. Media dan Sumber Pembelajaran 1. Compact Disc (CD) berisi cerita anak berjudul Badang dan Jembalang. 2.
Proyektor.
3.
Laptop.
4. Speaker 5. Alat tulis di kelas. 6. Buku Bahasa Indonesia kelas V 7. https://www.youtube.com/watch?v=YvG9eoH_Qs8 J.
Penilaian 1. Penilaian Sikap (terlampir) 2. Penilaian Pengetahuan (terlampir) 3. Penilaian Keterampilan (terlampir)
139
140
LAMPIRAN A. Ringkasan Materi Cerita anak terdiri dari unsur-unsur pengembang cerita, antara lain: tokoh dan penokohan, alur cerita, latar, tema, dan amanat. 1. Tokoh cerita dimaksudkan sebagai pelaku yang dikisahkan perjalanan hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur baik sebagai pelaku maupun penderita berbagai peristiwa yang diceritakan. 2. Penokohan atau perwatakan ialah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya. 3. Latar atau setting adalah waktu dan tempat terjadinya cerita secara nyata yang dapat dipercaya kebenarannya. Latar dibagi menjadi latar waktu, latar tempat, dan latar suasana. 4. Tema merupakan dasar pengembangan sebuah cerita. Sebagai sebuah gagasan yang ingin disampaikan, tema dijabarkan dan dikonkretkan melalui unsur-unsur intrinsik yang lain terutama tokoh, alur, dan latar. 5. Amanat adalah sesuatu yang selaluberkaitan dengan berbagai hal yang berkonotasi positif, bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik. B. Lembar Kerja Siswa Kerjakan soal di bawah ini secara berkelompok! Prosedur kerja: 1. Duduklah bersama teman sekelompokmu 2. Ingatlah kembali jalan cerita “Si Luncai” yang telah kalian simak!
141
3. Diskusikan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita 4. Isilah tabel di bawah ini No
Unsur Intrinsik Keterangan
1.
Tokoh
2.
Latar Tempat
3.
Latar Waktu
4,
Latar Suasana
5.
Amanat
C. Kunci Jawaban LKS No
Unsur Intrinsik Keterangan
1.
Tokoh
Badang, Jemabalang, Baginda Raja
2.
Latar Tempat
Kerajaan, peternakan, sungai, hutan
3.
Latar Waktu
Pagi hari, siang hari, malam hari
4,
Latar Suasana
Menengangkan, menjijikkan, membanggakan
5.
Amanat
Keberanian dan kepercayaan diri membawa kita ke jalan yang berhasil.
akan
D. Soal Evaluasi Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang benar! 1. Cerita berjudul “Badang dan Jembalang” bercerita tentang keberanian dan kekuatan Badang untuk membantu sesama, sehingga... cerita adalah tentang budi pekerti. a. tema b. latar c. tokoh d. alur
142
2. Tema cerita “Badang dan Jembalang” adalah tentang budi pekerti, karena... a. Tokohnya adalah binatang b. Tokohnya baik c. Menceritakan tentang sifat yang berani dan memiliki kekuatan untuk membantu sesama d. Menceritakan tentang sejarah 3. Tokoh utama dalma cerita “Badang dan Jembalang” adalah... a. Raja b. Badang c. Jembalang d. Raksasa 4. Watak atau karakter dari tokoh utama dalam cerita “Badang dan Jembalang” adalah... a. Sombong dan tamak b. Jujur dan rendah hati c. Iri dan dengki d. Pemberani dan suka menolong 5. Badang merasa... ketika mengetahui pencuri ikan-ikannya selama ini adalah Jembalang. a. senang b. marah c. terkejut
143
d. takut 6. Di bawah ini yang bukan tokoh pada cerita “Badang dan Jembalang” adalah... a. Raja b. Badang c. Jembalang d. Ratu 7. Kalimat berikut yang menunjukkan latar waktu dalam cerita “Badang dan Jembalang” yaitu... a. Badang mengangkat pohon besar yang menimpa rumah seorang nenek. b. Raja merasa kagum dengan kekuatan yang dimiliki Badang. c. Di siang hari yang terik, Badang melawan para perampok yang berniat merampok wanita muda. d. Jembalang adalah seorang raksasa pencuri ikan. 8. Apabila kita menemui seseorang yang membutuhkan bantuan kita, sebaiknya kita... a. Menolongnya b. Melihatnya c. Mengacuhkannya d. Merasa kasihan 9. Badang mampu menunjukkan sifatnya yang... dengan mengangkat batu besar di halaman istana. a. suka menolong
144
b. kuat c. berani d. jujur 10. Meskipun suka mencuri, namun Jembalang tidak... untuk memenuhi permintaan Badang sebagai ganti rugi setelah mencuri ikan. a. mengingkari janji b. berani c. melarikan diri d. bosan 11. Cerita di bawah ini yang memiliki tema yang sama dengan cerita “Badang dan Jembalang” ialah... a. Kancil yang mencuri timun pak tani b. Bawang Merah yang jahat pada akhirnya mendapat balasan yang setimpal seperti apa yang telah diperbuatnya c. Malin Kundang anak yang durhaka, ia dikutuk menjadi batu oleh ibunya. d. Seorang petani yang dengan keberaniannya mengusir seekor harimau yang mengganggu warga di desanya. 12. Badang bersembunyi di... untuk mengintai pencuri ikan. a. semak-semak b. balik pohon c. balik batu d. rumah kosong
145
13. Kita perlu mengambil amanat suatu cerita supaya... a. Dapat diceritakan lagi b. Dapat dibuang c. Dipuji orang lain d. Dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 14. Sifat Jembalang yang...merupakan sifat yang merugikan orang lain. a. memiliki kekuatan b. tidak mengingkari janjinya c. sombong d. suka mencuri 15. Tokoh dibawah ini yang memiliki kesamaan sifat dengan Badang yaitu... a. Setiap ada teman yang memerlukan bantuannya, Dito selalu berusaha menolongnya dengan percaya diri. b. Maman anak yang berbakti kepda orang tuanya. Ia selalu menaati perintah ayah dan ibunya. c. Pak tani bekerja pagi hingga petang, ia tidak pernah mengeluh meskipun hidupnya susah. d. Raja memimpin kerajaan dengan bijaksana. Semua rakyatnya rukun, damai, dan makmur. 16. Badang mencari ikan di... a. Kolam b. Laut c. Sungai
146
d. Danau 17. Pohon yang menimpa rumah nenek ternyata adalah pohon yang dibuang Badang pada...ketika sinar bulan menerangi hutan itu. a. pagi hari b. siang hari c. sore hari d. malam hari 18. Pesan yang dapat kita ambil dari suatu cerita supaya dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari disebut... a. Tema b. Amanat c. Ajakan d. Himbauan 19. Sifat yang dapat kita teladani dari Badang pada cerita “Badang dan Jembalang” adalah... a. Berani, kuat, dan suka menolong b. Sombong, pendendam, dan pemarah c. Jujur, rendah hati, dan tidak sombong d. Kuat, sombong, dan percaya diri. 20. Hikmah yang dapat kita ambil dari cerita “Badang dan Jembalang” adalah... a. Setiap perbuatan pastia akan mendapat balasannya dikemudian hari. b. Jangan suka berbohong kepada siapapun.
147
c. Keberanian, kekuatan, dan kepercayaan diri akan membawa kita menuju keberhasilan. d. Sikap sombong tidak disukai oleh orang-orang disekeliling kita. E. Kunci Jawaban Soal Evaluasi 1. A
6. D
11. C 16. C
2. B
7. C
12. C 17. D
3. B
8. A
13. D 18. B
4. D
9. B
14. D 19. A
5. C
10. A 15. A 20. C
F. Lembar Penilaian 1. Penilaian Sikap No.
1.
Aspek
Indikator
Siswa sangat aktif bertanya saat pembelajaran. Keaktifan siswa dalam bertanya Siswa aktif bertanya saat pembelajaran. saat Siswa kurang aktif bertanya saat pembelajaran. pembelajaran. Siswa tidak aktif bertanya saat pembelajaran. Siswa menjadi pembelajaran.
2.
Skor
sangat
tertarik
dalam
Motivasi siswa dalam mengikuti Siswa menjadi tertarik dalam pembelajaran. pembelajaran. Siswa kurang tertarik dalam pembelajaran. Siswa tidak tertarik dalam pembelajaran.
3.
4.
Siswa sangat memperhatikan guru saat Perhatian siswa mengajar. saat pembelajaran Siswa memperhatikan guru saat mengajar. menggunakan media film Siswa kurang memperhatikan guru saat mengajar. animasi. Siswa tidak memperhatikan guru saat mengajar. Kegiatan pembelajaran
Siswa merasa kegiatan pembelajaran sangat menyenangkan.
148
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 4
yang menyenangkan.
5.
Siswa merasa menyenangkan.
kegiatan
2
Siswa tidak senang mengikuti pembelajaran.
1
Siswa sangat merespon materi yang diajarkan.
4
Respon siswa Siswa merespon materi yang diajarkan. dalam kegiatan Siswa kurang merespon materi yang diajarkan. pembelajaran. Siswa tidak merespon materi yang diajarkan.
3
jawab
dalam
Siswa bertanggung jawab dalam menyelesaikan Tanggung jawab tugasnya. siswa Siswa kurang bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. Siswa tidak bertanggung menyelesaikan tugasnya.
7.
3
Siswa merasa kegiatan pembelajaran kurang menyenangkan.
Siswa sangat bertanggung menyelesaikan tugasnya.
6.
pembelajaran
Percaya siswa
diri
jawab
dalam
2 1 4 3 2 1
Siswa sangat percaya diri saat menyelesaikan tugasnya.
4
Siswa percaya diri saat menyelesaikan tugasnya.
3
Siswa kurang percaya diri saat menyelesaikan tugasnya.
2
Siswa tidak percaya diri saat menyelesaikan tugasnya.
1
2. Penilaian Pengetahuan a. Prosedur Penilaian
: Proses, Produk, Post test
b. Jenis Penilaian
: Tes Tertulis
c. Bentuk Penilaian
: Pilihan Ganda
d. Jumlah Soal
: 20
Skor maksimal tiap nomor
:1
Total skor
: 20 x 1 = 20
149
Nilai
ℎ
:
100
f. Kriteria Ketuntasan Minimal Siswa dikatakan berhasil mengikuti pelajaran jika siswa memperoleh nilai > 73. 3. Penilaian Keterampilan No
1.
2.
Kriteria
Kemampuan memberikan tanggapan terhadap jawaban teman
Baik Sekali
Baik
Cukup
Perlu Bimbingan
4
3
2
1
Tanggapan siswa tidak simakan dari video, serta menggunaka n bahasa yang santun, suara yang kurang lantang dan intonasi kurang jelas.
Belum mampu memberikan tanggapan.
Memerlukan bantuan guru.
Belum menunjukkan kepercayaan diri.
Tanggapan siswa sesuai dengan simakan dari video, disampaikan dengan bahasa yang santun, suara yang lantang dan intonasi yang jelas.
Tanggapan siswa sebgaian besar sesuaisimak an dari video, disampaikan dengan bahasa yang santun, suara yang kurang lantang dan intonasi kurang jelas. Kepercayaan Tidak terlihat ragu- Terlihat diri dalam ragu. ragu-ragu. memberikan tanggapan terhadap gamber keluarga besar
150
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan
: SDN Delegan II
Kelas/ Semester
: 5/ II
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Pertemuan Ke-
:3
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
Hari/Tanggal
: 15 Februari 2016
A. Standar Kompetensi 5. Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan. B. Kompetensi Dasar 5.2 Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat). C. Indikator 5.2.1 Menyebutkan nama-nama tokoh cerita anak yang diperdengarkan. 5.2.2 Menyebutkan sifat-sifat tokoh dalam cerita anak. 5.2.3 Menentukan tema cerita anak. 5.2.4 Menentukan latar cerita anak. 5.2.5 Menentukan amanat yang terkandung dalam cerita anak. D. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa dapat menyebutkan nama-nama tokoh cerita anak dengan tepat. 2. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa dapat menyebutkan sifat-sifat tokoh dalam cerita anak dengan benar.
151
3. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa dapat menentukan tema cerita anak dengan tepat. 4. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa dapat menentukan latar cerita anak dengan benar. 5. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa dapat menentukan amanat cerita anak dengan benar. E. Materi Pembelajaran Unsur intrinsik cerita anak F. Metode Pembelajaran 1.
Ceramah
2.
Diskusi
3.
Tanya Jawab
G. Kegiatan Pembelajaran 1. Pendahuluan (5 menit) a. Siswa menjawab salam dari guru sebagai pembuka dalam kegiatan belajar mengajar dan menjawab sapaan guru. b. Siswa terkondisi untuk memulai pelajaran serta guru bersama siswa mengulang inti pembelajaran yang telah lalu dengan cara tanya jawab. c. Siswa merespon apersepsi guru dengan menjawab pertanyaan seputar materi yang diketahui siswa mengenai cerita anak. d. Siswa memperhatikan guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu menyimak cerita anak melalui media film animasi untuk menentukan tokoh, tema, latar dan amanat cerita anak.
152
2. Kegiatan Inti (45 menit) Eksplorasi a. Siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru tentang unsur-unsur cerita. b. Siswa dikondisikan secara fisik dan mental untuk menyimak cerita anak. c. Guru menyiapkan media film animasi dengan membaca buku petunjuk penggunaan. d. Siswa diminta menyimak cerita anak melalui media film animasi yang berjudul Si Pembuat Tembikar. Elaborasi e. Siswa menjawab pertanyaan terkait cerita dengan kuis. f. Siswa yang dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan tepat dan cepet diminta meju ke depan untuk mengambil undian kemudian membacakan pertanyaannya. g. Siswa memilih salah satu temannya untuk menjawab pertanyaan, yang dapat menjawab pertanyaan diminta maju untuk mengambil undian. Begitu seterusnya samapi undian habis. Konfirmasi h. Salah satu siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas secara bergiliran, sedangkan siswa lain dapat memberikan masukan ataupun sanggahan kepada siswa yang sudah mengemukakan hasil kerjanya tadi. 153
i.
Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
3. Penutup (20 menit) a. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran. b. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu. c. Siswa diberi tugas rumah untuk menyimak cerita anak yang ditayangkan ditelevisi. d. Guru menutup pelajaran dengan salam. H. Media dan Sumber Pembelajaran 1. Compact Disc (CD) berisi cerita anak berjudul Si Pembuat Tembikar. 2. Proyektor. 3.
Laptop.
4. Speaker 5. Alat tulis di kelas. 6. Buku Bahasa Indonesia kelas V
154
155
LAMPIRAN A. Ringkasan Materi Cerita anak terdiri dari unsur-unsur pengembang cerita, antara lain: tokoh dan penokohan, alur cerita, latar, tema, dan amanat. 1. Tokoh cerita dimaksudkan sebagai pelaku yang dikisahkan perjalanan hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur baik sebagai pelaku maupun penderita berbagai peristiwa yang diceritakan. 2. Penokohan atau perwatakan ialah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya. 3. Latar atau setting adalah waktu dan tempat terjadinya cerita secara nyata yang dapat dipercaya kebenarannya. Latar dibagi menjadi latar waktu, latar tempat, dan latar suasana. 4. Tema merupakan dasar pengembangan sebuah cerita. Sebagai sebuah gagasan yang ingin disampaikan, tema dijabarkan dan dikonkretkan melalui unsur-unsur intrinsik yang lain terutama tokoh, alur, dan latar. 5. Amanat adalah sesuatu yang selaluberkaitan dengan berbagai hal yang berkonotasi positif, bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik. B. Lembar Kerja Siswa Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan cepat dan tepat! Prosedur kerja: 1. Duduklah dengan rapi dibangkumu! 2. Dengarkan dengan baik pertanyaan yang dibacakan gurumu!
156
3. Jawab dengan cepat dan tepat pertanyaan tersebut!
PERTANYAAN: Sebutkan tokohtokoh yang ada pada cerita “Si Pembuat Tembikar”!
PERTANYAAN: apa saja sifat yang dimiliki Bhonalat?
PERTANYAAN: Sebutkan latar tempat yang ada pada cerita “Si Pembuat Tembikar”!
PERTANYAAN: apa amanat yang terdapat pada cerita “Si Pembuat Tembikar”?
157
PERTANYAAN: jika dilihat dari latar tempat dan pakaian yang digunakan para tokoh, cerita “Si Pembuat Tembikar” memiliki latar tempat di negara mana?
PERTANYAAN: Bhonalat memiliki sifat yang suka berbohong. Apa kebohongan Bhonalat yang terdapat dalam cerita “Si Pembuat Tembikar”?
PERTANYAAN: Apa yang dimaksud dengan tema cerita? Apa tema yang terdapat dalam cerita “Si Pembuat Tembikar”?
PERTANYAAN: Sebutkan tiga macam latar dalam cerita! Berilah contoh masing-masing satu pada cerita “Si Pembuat Tembikar”!
158
C. Kunci Jawaban LKS 1. Bhonalat, Istri Bhonalat, Raja, Harimau, Vellu, prajurit, penduduk. 2. suka berbohong, sombong, penakut 3. pasar, rumah Naini, Hutan, Rumah Bhonalat, Kerajaan, Medan perang 4. kebohongan yang kita buat akan membawa kita dalam kesengsaraan 5. India 6. Bhonalat mengaku telah menyelamatkan Naini dari serangan harimau, sehingga para tetangganya kagum pada Bhonalat 7. tema cerita adalah pokok permasalahan cerita. Tema dari cerita “Si Pembuat Tembikar” adalah budi pekerti. 8. latar tempat. Contoh:di pasar, latar waktu. Contoh: siang hari, latar suasana: terkejut. D. Soal Evaluasi Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang benar! 1. Yang dimaksud dengan tema cerita adalah... a. Tempat terjadinya cerita b. Pemain cerita c. Pokok permasalahan cerita d. Waktu terjadinya cerita 2. Cerita “Si Pembuat Tembikar” mengisahkan tentang kejujuran. Sehingga tema ceritanya adalah... a. Budi pekerti b. Ketuhanan
159
c. Binatang d. Bencana alam 3. Tokoh utama dalam cerita “Si Pembuat Tembikar” adalah... a. Bhonalat b. Keledai c. Raja d. Harimau 4. Salah satu sifat Bhonalat pada cerita “Si Pembuat Tembikar” yang tidak patut kita contoh yaitu... a. Rajin b. Suka berbohong c. Ramah d. Penakut 5. Istri Bhonalat merasa... ketika melihat ada harimau di halaman rumahnya. a. marah b. sedih c. jijik d. takut 6. Bhonalat menitipkan tembikarnya pada seseorang ketika hendak mencari keledainya. Orang itu bernama... a. Peru b. Vellu c. Naini
160
d. Whisnu 7. Kalimat berikut yang menunjukkan latar tempat pada cerita “Si Pembuat Tembikar” adalah... a. Harimau merasa ketakutan mendengar suara dari dalam rumah ketika berteduh. b. Bhonalat tiba di rumahnya pada malam hari dengan membawa seekor harimau yang tertutup kain lebar. c. Bhonalat mencari keledainya sampai di rumah Naini. d. Bhonalat merasa sangat takut ketika diperintahkan raja untuk berperang. 8. Bhonalat mengarang cerita yang tidak benar. Karena telah berbohong ia menjadi tidak tenang karena... a. Diperintahkan raja untuk menjadi pang lima perang b. Dikejar-kejar harimau c. Keledainya hilang d. Dikucilkan 9. Sifat sombong Bhonalat adalah... a. Membawa harimau pulang b. Diangkat menjadi panglima perang c. Menunggang kuda yang larinya sangat kencang d. Mengaku telah menolong Naini dari serangan harimau 10. Berikut ini yang bukan sifat Bhonalat adalah... a. Sombong
161
b. Suka berbohong c. Ingkar janji d. Penakut 11. Cerita di bawah ini yang memiliki tema yang sama dengan cerita “Si Pembuat Tembikar” ialah... a. Seorang petani yang dengan keberaniannya mengusir seekor harimau yang mengganggu warga di desanya. b. Awang Kenit seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, meskipun diminta hidup di istana ia tidak mau meninggalkan orang tuanya yang telah merwatnya sejak kecil. c. Seorang pemuda yang gagah dan berani melawan pasukan perampok yang datang ke perkampungan. d. Raja yang mengumumkan berita palsu supaya kedudukannya sebagai raja tidak digantikan oleh adiknya. 12. “Oh dingin sekali. Aku harus mencari tempat untuk berteduh.” Kalimat yang diucapkan harimau tersebut menunjukan suasana pada saat... a. Hujan b. Panas c. Banjir d. Kebakaran 13. Salah satu manfaat dari memahami amanat cerita yaitu... a. Dapat diceritakan kembali b. Dapat mengambil hikmah cerita
162
c. Dipuji orang d. Menjadi pintar 14. “Kalau orang sombong beginilah akibatnya. Makanya kalau bicara jangan sembarangan. Sakitmu itu bukan karena kau menjadi seorang pahlawan, tetapi karena kau pandai menipu.” Kalimat yang diucapkan istri Bhonalat tersebut menunjukkan bahwa ia tidak menyukai sifat Bhonalat yang... a. Sombong dan suka berbohong b. Sombong dan penakut c. Penakut dan suka berbohong d. Suka berbohong dan pandai berperang 15. Tokoh dibawah ini yang memiliki kesamaan sifat dengan Bhonalat yaitu... a. Andi berani melapor kepada guru ketika ada temannya yang sedanga berkelahi. b. Ida anak yang paling pandai di kelasnya, meskipun begitu ia tidak sombong. Ida siap membantu temannya yang belum memahami pelajaran. c. Rino bercerita bahwa minggu lalu ia bertamasya ke luar negeri, hal itu dilakukan Rino supaya mendapat pujian dari teman-temannya meskipun sebenarnya Rino hanya pergi ke rumah neneknya di Jakarta. d. Anggi tidak suka membaca. Setiap disuruh belajar ia selalu beralasan ini dan itu. Sehingga, ia mendapat nilai paling rendah dalam ulangan bahasa indonesia. 16. Bhonalat adalah seorang pembuat tembikar. Ia menjual tembikarnya di...
163
a. Warung b. Pasar c. Mall d. Toko 17. Dilihat dari latar tempat dan pakaina yang digunakan para tokoh dalam cerita “Si Pembuat Tembikar”, latar tempat cerita tersebut berada di negara... a. Indonesia b. Malaysia c. Amerika d. India 18. Pesan yang dapat kita ambil dari suatu cerita supaya dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari disebut... a. Tema b. Amanat c. Ajakan d. Himbauan 19. Sifat yang tidak dimiliki oleh Bhonalat adalah... a. Sombong b. Penakut c. Suka berbohong d. Pendendam 20. Hikmah yang dapat kita ambil dari cerita “Si Pembuat Tembikar” adalah...
164
a. Setiap perbuatan pastia akan mendapat balasannya dikemudian hari. b. Keberanian, kekuatan, dan kepercayaan diri akan membawa kita menuju keberhasilan. c. Kebohongan yang kita buat akan membawa kita dalam kesengsaraan. d. Sikap sombong tidak disukai oleh orang-orang disekeliling kita E. Kunci Jawaban Soal Evaluasi 1. C
6. B
11. D 16. B
2. A
7. C
12. A 17. D
3. A
8. A
13. B 18. B
4. B
9. D
14. A 19. D
5. D
10. C 15. C 20. C
F. Lembar Penilaian 1. Penilaian Sikap No.
1.
Aspek
Indikator
Siswa sangat aktif bertanya saat pembelajaran. Keaktifan siswa dalam bertanya Siswa aktif bertanya saat pembelajaran. saat Siswa kurang aktif bertanya saat pembelajaran. pembelajaran. Siswa tidak aktif bertanya saat pembelajaran. Siswa menjadi pembelajaran.
2.
Skor
sangat
tertarik
dalam
Motivasi siswa dalam mengikuti Siswa menjadi tertarik dalam pembelajaran. pembelajaran. Siswa kurang tertarik dalam pembelajaran.
3.
Siswa sangat mengajar.
memperhatikan
guru
165
memperhatikan
guru
2 1 4
2 1 saat
Siswa memperhatikan guru saat mengajar. Siswa kurang mengajar.
3
3
Siswa tidak tertarik dalam pembelajaran. Perhatian siswa saat pembelajaran menggunakan media film animasi.
4
4 3
saat
2
4.
5.
Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.
Siswa tidak memperhatikan guru saat mengajar.
1
Siswa merasa kegiatan pembelajaran sangat menyenangkan.
4
Siswa merasa menyenangkan.
3
kegiatan
Siswa merasa kegiatan pembelajaran kurang menyenangkan.
2
Siswa tidak senang mengikuti pembelajaran.
1
Siswa sangat merespon materi yang diajarkan.
4
Respon siswa Siswa merespon materi yang diajarkan. dalam kegiatan Siswa kurang merespon materi yang diajarkan. pembelajaran. Siswa tidak merespon materi yang diajarkan.
3
Siswa sangat bertanggung menyelesaikan tugasnya.
6.
jawab
dalam
Siswa bertanggung jawab dalam menyelesaikan Tanggung jawab tugasnya. siswa Siswa kurang bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. Siswa tidak bertanggung menyelesaikan tugasnya.
7.
pembelajaran
Percaya siswa
diri
jawab
dalam
2 1 4 3 2 1
Siswa sangat percaya diri saat menyelesaikan tugasnya.
4
Siswa percaya diri saat menyelesaikan tugasnya.
3
Siswa kurang percaya diri saat menyelesaikan tugasnya.
2
Siswa tidak percaya diri saat menyelesaikan tugasnya.
1
2. Penilaian Pengetahuan a. Prosedur Penilaian
: Proses, Produk, Post test
b. Jenis Penilaian
: Tes Tertulis
c. Bentuk Penilaian
: Pilihan Ganda
d. Jumlah Soal
: 20
166
Skor maksimal tiap nomor
:1
Total skor
: 20 x 1 = 20
Nilai
:
ℎ
100
e. Kriteria Ketuntasan Minimal Siswa dikatakan berhasil mengikuti pelajaran jika siswa memperoleh nilai > 73. 3. Penilaian Keterampilan No
Kriteria
Baik Sekali
Baik
Cukup
4
3
2
Perlu Bimbingan 1
1.
Kemampuan memberikan tanggapan terhadap jawaban teman
Tanggapan siswa sesuai dengan simakan dari video, disampaikan dengan bahasa yang santun, suara yang lantang dan intonasi yang jelas.
Tanggapan siswa sebgaian besar sesuaisimak an dari video, disampaikan dengan bahasa yang santun, suara yang kurang lantang dan intonasi kurang jelas.
167
Tanggapan siswa tidak simakan dari video, serta menggunaka n bahasa yang santun, suara yang kurang lantang dan intonasi kurang jelas.
Belum mampu memberikan tanggapan.
2.
Kepercayaan Tidak terlihat ragu- Terlihat diri dalam ragu. ragu-ragu. memberikan tanggapan terhadap gamber keluarga besar
168
Memerlukan bantuan guru.
Belum menunjukkan kepercayaan diri.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan
: SDN Delegan II
Kelas/ Semester
: 5/ II
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Pertemuan Ke-
:4
Alokasi Waktu
: 2 x 35 menit
Hari/Tanggal
: 16 Februari 2016
A. Standar Kompetensi 5. Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan. B. Kompetensi Dasar 5.2 Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat). C. Indikator 5.2.1 Menyebutkan nama-nama tokoh cerita anak yang diperdengarkan. 5.2.2 Menyebutkan sifat-sifat tokoh dalam cerita anak. 5.2.3 Menentukan tema cerita anak. 5.2.4 Menentukan latar cerita anak. 5.2.5 Menentukan amanat yang terkandung dalam cerita anak. D. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa dapat menyebutkan nama-nama tokoh cerita anak dengan tepat. 2. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa dapat menyebutkan sifat-sifat tokoh dalam cerita anak dengan benar.
169
3. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa dapat menentukan tema cerita anak dengan tepat. 4. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa dapat menentukan latar cerita anak dengan benar. 5. Setelah menyimak cerita anak melalui media anaimasi audio visual, siswa dapat menentukan amanat cerita anak dengan benar. E. Materi Pembelajaran Unsur intrinsik cerita anak F. Metode Pembelajaran 1.
Ceramah
2.
Diskusi
3.
Tanya Jawab
G. Kegiatan Pembelajaran 1. Pendahuluan (5 menit) a. Siswa menjawab salam dari guru sebagai pembuka dalam kegiatan belajar mengajar dan menjawab sapaan guru. b. Siswa terkondisi untuk memulai pelajaran serta guru bersama siswa mengulang inti pembelajaran yang telah lalu dengan cara tanya jawab. c. Siswa merespon apersepsi guru dengan menjawab pertanyaan seputar materi yang diketahui siswa mengenai cerita anak. d. Siswa memperhatikan guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu menyimak cerita anak melalui media film animasi untuk menentukan tokoh, tema, latar dan amanat cerita anak.
170
2. Kegiatan Inti (45 menit) Eksplorasi a. Beberapa siswa membacakan hasil tugas rumahnya di depan kelas. b. Siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru tentang unsur-unsur cerita. c. Siswa dikondisikan secara fisik dan mental untuk menyimak cerita anak. d. Guru menyiapkan media film animasi dengan membaca buku petunjuk penggunaan. e. Siswa diminta menyimak cerita anak melalui media film animasi yang berjudul Awang Kenit. Elaborasi f. Siswa melakukan permainan stop lagu. g. Siswa bernyanyi Lagu Lihat Kebunku sembari menerima kemudian menyerahkan ppenghapus kepada temannya. h. Siswa yang menerima penghapus ketika lagu berhenti maka harus menjawab pertanyaan dari guru terkait cerita yang telah disimaknya. Konfirmasi i.
Salah satu siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas secara bergiliran, sedangkan siswa lain dapat memberikan masukan ataupun sanggahan kepada siswa yang sudah mengemukakan hasil kerjanya tadi.
171
j.
Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
3. Penutup (20 menit) a. Siswa bersama guru menyimpulkan materi pelajaran. b. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu. c. Siswa diberi tugas untuk mempelajari kembali materi yang telah mereka terima. d. Guru menutup pelajaran dengan salam. H. Media dan Sumber Pembelajaran 1. Compact Disc (CD) berisi cerita anak berjudul Awang Kenit. 2. Proyektor. 3.
Laptop.
4. Speaker 5. Alat tulis di kelas. 6. Buku Bahasa Indonesia kelas V
172
173
LAMPIRAN A. Ringkasan Materi Cerita anak terdiri dari unsur-unsur pengembang cerita, antara lain: tokoh dan penokohan, alur cerita, latar, tema, dan amanat. 1. Tokoh cerita dimaksudkan sebagai pelaku yang dikisahkan perjalanan hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur baik sebagai pelaku maupun penderita berbagai peristiwa yang diceritakan. 2. Penokohan atau perwatakan ialah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya. 3. Latar atau setting adalah waktu dan tempat terjadinya cerita secara nyata yang dapat dipercaya kebenarannya. Latar dibagi menjadi latar waktu, latar tempat, dan latar suasana. 4. Tema merupakan dasar pengembangan sebuah cerita. Sebagai sebuah gagasan yang ingin disampaikan, tema dijabarkan dan dikonkretkan melalui unsur-unsur intrinsik yang lain terutama tokoh, alur, dan latar. 5. Amanat adalah sesuatu yang selaluberkaitan dengan berbagai hal yang berkonotasi positif, bermanfaat bagi kehidupan, dan mendidik. B. Lembar Kerja Siswa Kerjakan soal di bawah ini secara berkelompok! Prosedur kerja: 1. Duduklah dibangkumu! 2. Dengarkan lagu yang diputar guru dengan baik!
174
3. Terima penghapus dari temanmu lalu serahkan kepada temanmu yang lain! 4. Apabila lagu berhenti saat penghapus kamu pegang, kamu harus menjawab pertanyaan dari guru! 1. Sebutkan tokoh-tokoh dalam cerita “Awang Kenit” ! 2. Dimana Pak Tumin menemukan Awang Kenit? 3. Apa amanat yang dapat diteladani dalam cerita “Awang Kenit”? 4. Apa sifat yang dimiliki Awang Kenit? 5. Apa tema dari cerita “Awang Kenit”? C. Kunci Jawaban LKS 1. Awang Kenit, Pak Tumin, Bu Kintan, Raja, Tuan Putri, penduduk 2. Di sungai 3. Berbagi
kebahagiaan
kepada
orang
lain
akan
memebrikan
keberuntungan yang berlipat ganda pada diri kita sendiri 4. Ceria, pandai bergaul, pandai bernyanyi, patuh, dan suka menghibur 5. Budi pekerti D. Soal Evaluasi Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang benar! 1. Cerita berjudul “Awang Kenit” bercerita tentang kepatuhan dan kasih sayang Awang terhadah orang tuanya, sehingga... cerita adalah tentang budi pekerti. a. tema b. latar
175
c. tokoh d. alur 2. Tema cerita “Awang Kenit” adalah tentang budi pekerti, karena... a. Tokohnya adalah binatang b. Tokohnya baik c. Menceritakan tentang anak yang patuh kepada orang tuanya d. Menceritakan tentang sejarah 3. Tokoh utama dalam cerita “Awang Kenit” adalah... a. Bu Kintan b. Pak Tumin c. Merbu d. Awang 4. Pak Tumin dan Bu Kintan merupakan orang tua yang... anaknya. a. menyayangi b. membenci c. mengasihani d. membuang 5. Pak Tumin dan Bu Kintan merasa... karena diusianya yang sudah tua, mereka belum juga mempunyai anak. a. bangga b. kesepian c. bosan d. marah
176
6. Di bawah ini yang bukan merupakan tokoh dalam cerita “Awang Kenit” yaitu... a. Awang b. Bu Kintan c. Tuan Putri d. Pak tani 7. “Hai Merbu, terimakasih telah menemaniku. Hanya kau lah yang memahami kesunyianku.” Kalimat yang diucapkan Bu Kintan tersebut menunjukkan suasan... a. haru b. sepi c. ramai d. sedih 8. Meskipun telah hidup bahagia, kita seharusnya... kedua orang tua. a. Mengingat jasa b. Melupakan c. Menjenguk d. Tinggal bersama 9. Sifat Awang yang senang berbagi kebahagiaan ditunjukkan pada... a. Awang mengajak kedua orang tuanya tinggal di istana b. Awang menyesal telah meninggalkan ayah dan ibunya yang berada di kampung
177
c. Awang menghibur hati tuan putri yang sedang bersedih, hingga tuan putri dapat bahagia kembali d. Awang kenit bermain bersama tuan putri di taman istana 10. Berikut merupakan sifat yang dimiliki oleh Pak Tumin yaitu... a. Jujur dan dermawan b. Sabar dan penyayang c. Pemarah dan pembangkang d. Penyayang dan pandai bernyanyi 11. Cerita di bawah ini yang memiliki tema yang sama dengan cerita “Awang Kenit” ialah... a. Seorang petani yang dengan keberaniannya mengusir seekor harimau yang mengganggu warga di desanya. b. Seorang pemuda yang gagah dan berani melawan pasukan perampok yang datang ke perkampungan. c. Raja yang mengumumkan berita palsu supaya kedudukannya sebagai raja tidak digantikan oleh adiknya. d. Meskipun sudah sukses dan menjadi orang kaya, Whisnu tidak pernah sedikitpun merasa sombong dan melupakan jasa kedua orangtuanya. 12. Awang Kenit adalah anak yang ditemukan Pak Tumin di dalam buah kelapa raksasa. Pak Tumin menemukan Buah kelapa tersebut di... a. Hutan b. Sawah c. Sungai
178
d. Pasar 13. Kita perlu mengambil amanat suatu cerita supaya... a. Dapat diceritakan lagi b. Dapat dibuang c. Dipuji orang lain d. Dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 14. Tuan Putri yang semula sedih dan sering menangis kini sudah kembali ceria. Hal ini karena ia telah dihibur Awang. Awang memiliki sifat... a. Lucu b. Sabar c. Penyayang d. Dermawan 15. Tokoh di bawah ini yang memiliki kesamaan sifat dengan Awang yaitu... a. Ketika diminta ibu membantu membersihkan rumah, Budi selalu menolak dengan berbagai alasan seperti sedang sibuk mengerjakan tugas atau sedang sakit kepala. b. Winda anak yang lucu dan ceria. Setiap ada teman yang bersedih ia segera menghibur dengan tingkahnya yang lucu. c. Andi berani melapor kepada guru ketika ada temannya yang sedanga berkelahi. d. Ida anak yang paling pandai di kelasnya, meskipun begitu ia tidak sombong. Ida siap membantu temannya yang belum memahami pelajaran.
179
16. Pada... hari Pak Tumin bermimpi bertemu dengan lelaki tua yang mengatakan bahwa tidak lama lagi ia akan memiliki seorang anak. a. pagi b. siang c. sore d. malam 17. Tuan putri merasa... ketika Awang diambil dan dibawa pergi oleh elang. a. bingung b. marah c. sedih d. takut 18. Pesan yang dapat kita ambil dari suatu cerita supaya dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari disebut... a. Tema b. Amanat c. Ajakan d. Himbauan 19. Sifat yang dapat kita teladani dari tokoh Awang dalam cerita “Awang Kenit” adalah... a. Jujur, pandai, dan lugu b. Rendah hati, dermawan, dan tidak sombong c. Penyayang, pandai bergaul, dan jujur d. Pandai menghibur, penyayang, dan patuh
180
20. Hikmah yang dapat kita ambil dari cerita “Awang Kenit” adalah... a. Setiap perbuatan pasti akan mendapat balasannya dikemudian hari. b. Keberanian, kekuatan, dan kepercayaan diri akan membawa kita menuju keberhasilan. c. Kebohongan yang kita buat akan membawa kita dalam kesengsaraan. d. Berbagi
kebahagiaan
kepada
orang
lain
akan
memebrikan
keberuntungan yang berlipat ganda pada diri kita sendiri. E. Kunci Jawaban Soal Evaluasi 1. A
6. D
11. D 16. D
2. C
7. B
12. C 17. C
3. D
8. A
13. D 18. B
4. A
9. C
14. A 19. D
5. B
10. B 15. B 20. D
F. Lembar Penilaian 1. Penilaian Sikap No.
1.
Aspek
Indikator
Siswa sangat aktif bertanya saat pembelajaran. Keaktifan siswa dalam bertanya Siswa aktif bertanya saat pembelajaran. saat Siswa kurang aktif bertanya saat pembelajaran. pembelajaran. Siswa tidak aktif bertanya saat pembelajaran. Siswa menjadi pembelajaran.
2.
Skor
sangat
tertarik
dalam
Motivasi siswa dalam mengikuti Siswa menjadi tertarik dalam pembelajaran. pembelajaran. Siswa kurang tertarik dalam pembelajaran. Perhatian siswa Siswa sangat saat pembelajaran mengajar. 181
memperhatikan
guru
3 2 1 4 3 2
Siswa tidak tertarik dalam pembelajaran. 3.
4
1 saat
4
menggunakan Siswa memperhatikan guru saat mengajar. media film Siswa kurang memperhatikan guru animasi. mengajar.
4.
5.
Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan.
2 1
Siswa merasa kegiatan pembelajaran sangat menyenangkan.
4
Siswa merasa menyenangkan.
3
kegiatan
pembelajaran
Siswa merasa kegiatan pembelajaran kurang menyenangkan.
2
Siswa tidak senang mengikuti pembelajaran.
1
Siswa sangat merespon materi yang diajarkan.
4
Respon siswa Siswa merespon materi yang diajarkan. dalam kegiatan Siswa kurang merespon materi yang diajarkan. pembelajaran. Siswa tidak merespon materi yang diajarkan.
3
jawab
dalam
Siswa bertanggung jawab dalam menyelesaikan Tanggung jawab tugasnya. siswa Siswa kurang bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. Siswa tidak bertanggung menyelesaikan tugasnya.
7.
saat
Siswa tidak memperhatikan guru saat mengajar.
Siswa sangat bertanggung menyelesaikan tugasnya.
6.
3
Percaya siswa
diri
jawab
dalam
2 1 4 3 2 1
Siswa sangat percaya diri saat menyelesaikan tugasnya.
4
Siswa percaya diri saat menyelesaikan tugasnya.
3
Siswa kurang percaya diri saat menyelesaikan tugasnya.
2
Siswa tidak percaya diri saat menyelesaikan tugasnya.
1
2. Penilaian Pengetahuan a. Prosedur Penilaian
: Proses, Produk, Post test
b. Jenis Penilaian
: Tes Tertuli
c. Bentuk Penilaian
: Pilihan Ganda 182
d. Jumlah Soal
: 20
Skor maksimal tiap nomor
:1
Total skor
: 20 x 1 = 20
Nilai
:
ℎ
100
e. Kriteria Ketuntasan Minimal Siswa dikatakan berhasil mengikuti pelajaran jika siswa memperoleh nilai > 73. 3. Penilaian Keterampilan No
1.
Kriteria
Kemampuan memberikan tanggapan terhadap jawaban teman
Baik Sekali
Baik
Cukup
Perlu Bimbingan
4
3
2
1
Tanggapan siswa sesuai dengan simakan dari video, disampaikan dengan bahasa yang santun, suara yang lantang dan intonasi yang jelas.
Tanggapan siswa sebgaian besar sesuaisimak an dari video, disampaikan dengan bahasa yang santun, suara yang kurang lantang dan intonasi kurang jelas.
Tanggapan siswa tidak simakan dari video, serta menggunaka n bahasa yang santun, suara yang kurang lantang dan intonasi kurang jelas.
Belum mampu memberikan tanggapan.
183
2.
Kepercayaan Tidak terlihat ragu- Terlihat diri dalam ragu. ragu-ragu. memberikan tanggapan terhadap gamber keluarga besar
184
Memerlukan bantuan guru.
Belum menunjukkan kepercayaan diri.
Lampiran 5. Rekapitulasi hasil observasi aktivitas siswa
LAMPIRAN REKAPITULASI HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
185
REKAPITULASI HASIL OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN PADA SIKLUS I PERTEMUAN 1 Skor Tiap Aspek yang Diobservasi
No
Subjek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22
Keaktifan siswa dalam bertanya saat pembelajaran
Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
Perhatian siswa saat pembelajaran menggunakan media film animasi
Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan
Respon siswa dalam kegiatan pembelajaran
Tanggung jawab siswa
Percaya diri siswa
Jumlah
3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
18 17 18 17 17 17 17 17 17 15 17 17 17 18 17 17 17 17 17 17 17 17
186
23 24 25 26 27 28 29 30 31
S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31 Jumlah Rata-rata
Persentase =
17x 100% 28
3 2 2 2 3 2 2 2 2 67 2
3 3 2 2 3 3 3 3 3 90 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 62 2
2 2 3 3 2 2 2 2 2 65 2
3 3 2 2 3 3 3 3 3 90 3
= 61% (cukup) Mengetahui,
Observer 1
Observer 2
Luftia Firdausia
Widi Susanti
187
3 3 2 2 3 3 3 3 3 90 3
2 2 2 2 2 2 2 2 2 62 2
18 17 15 15 18 17 17 17 17 526 17
REKAPITULASI HASIL OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN PADA SIKLUS I PERTEMUAN 2 Skor Tiap Aspek yang Diobservasi
No
Subjek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19
Keaktifan siswa dalam bertanya saat pembelajaran
Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
Perhatian siswa saat pembelajaran menggunakan media film animasi
Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan
Respon siswa dalam kegiatan pembelajaran
Tanggung jawab siswa
Percaya diri siswa
Jumlah
3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3
3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2
20 19 19 19 19 20 20 19 20 17 19 20 19 21 18 19 19 19 19
188
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31 Jumlah Rata-rata
Persentase =
19x 100% 28
3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 87 3
3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 91 3
2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 85 3
2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 72 2
3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 91 3
= 68% (cukup) Mengetahui,
Observer 1
Observer 2
Luftia Firdausia
Widi Susanti
189
3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 90 3
2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 71 2
18 18 19 20 19 17 17 21 18 20 17 18 587 19
REKAPITULASI HASIL OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN PADA SIKLUS II PERTEMUAN 1 Skor Tiap Aspek yang Diobservasi
No
Subjek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17
Keaktifan siswa dalam bertanya saat pembelajaran
Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
Perhatian siswa saat pembelajaran menggunakan media film animasi
Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan
Respon siswa dalam kegiatan pembelajaran
Tanggung jawab siswa
Percaya diri siswa
Jumlah
4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4
4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4
3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4
3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3
4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3
25 23 25 24 23 24 23 24 24 21 24 24 24 27 22 25 25
190
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31 Jumlah Rata-rata
Persentase =
23x 100% 28
4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 114 4
4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 115 4
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 99 3
4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 99 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 102 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 100 3
= 82% (baik) Mengetahui,
Observer 1
Observer 2
Luftia Firdausia
Widi Susanti
191
3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 97 3
24 23 24 22 24 21 22 23 21 26 21 24 21 23 726 23
REKAPITULASI HASIL OBSERVASI PROSES PEMBELAJARAN PADA SIKLUS II PERTEMUAN 2 Skor Tiap Aspek yang Diobservasi
No
Subjek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18
Keaktifan siswa dalam bertanya saat pembelajaran
Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
Perhatian siswa saat pembelajaran menggunakan media film animasi
Kegiatan pembelajaran yang menyenangkan
Respon siswa dalam kegiatan pembelajaran
Tanggung jawab siswa
Percaya diri siswa
Jumlah
4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3
4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4
4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4
4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4
4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3
28 26 27 27 25 25 25 24 26 24 27 25 25 27 24 27 25 25
192
19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31
Jumlah Rata-rata
Persentase =
25x 100% 28
4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 118 4
3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 119 4
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 110 4
3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 112 4
4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 118 4
4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 112 4
3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 98 3
= 89% (baik) Mengetahui,
Observer 1
Observer 2
Luftia Firdausia
Widi Susant
193
25 25 25 25 26 25 24 25 26 25 26 23 25 787 25
Lampiran 6. Rekapitulasi nilai tes kemampuan menyimak
LAMPIRAN REKAPITULASI NILAI TES KEMAMPUAN MENYIMAK
194
REKAPITULASI NILAI MENYIMAK CERITA ANAK PRATINDAKAN No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah Rata-rata
Subjek
Nilai
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31
55 40 20 70 80 60 65 60 85 30 85 75 70 50 30 60 70 65 50 45 60 50 55 30 60 50 75 30 75 80 50 1780
57, 41
195
Ketuntasan Belum Tuntas tuntas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 7 24
REKAPITULASI NILAI MENYIMAK CERITA ANAK SIKLUS I PERTEMUAN 1 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah Rata-rata
Subjek
Nilai
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31
50 45 35 70 90 70 55 60 90 35 85 90 65 50 30 55 80 50 55 50 85 65 50 45 65 50 80 45 75 85 50 1905
61,45
196
Ketuntasan Belum Tuntas tuntas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 9 22
REKAPITULASI NILAI MENYIMAK CERITA ANAK SIKLUS I PERTEMUAN 2 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah Rata-rata
Subjek
Nilai
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31
75 60 55 80 90 70 70 65 90 70 85 95 70 70 50 65 85 70 65 70 85 85 50 55 75 55 100 50 80 85 55 2225
71,77
197
Ketuntasan Belum Tuntas tuntas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 13 18
REKAPITULASI NILAI MENYIMAK CERITA ANAK SIKLUS II PERTEMUAN 1 No
Subjek
Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah Rata-rata
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31
80 90 60 95 85 85 85 75 95 80 85 90 70 85 65 85 95 95 80 70 90 75 80 90 80 80 100 65 95 65 85 2555
82,41
198
Ketuntasan Belum Tuntas tuntas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 25 6
REKAPITULASI NILAI MENYIMAK CERITA ANAK SIKLUS II PERTEMUAN 2 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Jumlah Rata-rata
Subjek
Nilai
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31
75 95 75 100 95 90 90 80 80 50 90 85 90 95 80 90 95 95 95 75 95 85 90 90 70 60 100 85 95 70 80 2640
85,16
199
Ketuntasan Belum Tuntas tuntas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 27 4
Lampiran 7. Surat Keterangan Permohonan Izin Observasi
LAMPIRAN SURAT KETERANGAN PERMOHONAN IZIN OBSERVASI
200
201
Lampiran 8. Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian
LAMPIRAN SURAT KETERANGAN VALIDASI INSTRUMEN PENELITIAN
202
203
Lampiran 9. Surat Keterangan Validasi Media
LAMPIRAN SURAT KETERANGAN VALIDASI MEDIA
204
205
Lampiran 10. Surat Permohonan Izin Penelitian
LAMPIRAN SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
206
207
208
Lampiran 11. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian
LAMPIRAN SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN PENELITIAN
209
210
Lampiran 12. Dokumentasi
LAMPIRAN DOKUMENTASI
211
Gambar 1. Proses pembelajaran Siklus I pertemuan 1
Gambar. Proses pembelajaran Siklus I pertemuan 2
Gambar 2. Proses pembelajaran Siklus II pertemuan 1
212
Gambar 3. Proses pembelajaran Siklus II pertemuan 2
Gambar 4. Guru menjelaskan unsur-unsur intrinsik pada cerita
Gambar 5. Siswa berdiskusi dalam kelompok
213
Gambar 6. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya
Gambar 7. Siswa membacakan kuis
Gambar 8. Guru menjelaskan materi pada siswa yang masih belum paham
214
Gambar 9. Siswa mengerjakan soal evaluasi
Gambar 10. Observer mengisi lembar observasi
Gambar 11. Media Film animasi
215