Journal Komunikasi Kesehatan Vol.VII No.2 Tahun 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN KADER KESEHATAN DALAM PENGELOLAAN DIABETES MELITUS, DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GATAK KABUPATEN SUKOHARJO Okti Sri Purwanti(*), Andrian Nur Pratama (**), Vinda Yulia Dewi(**)
1. School of Nursing, Faculty of Health Science, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jalan Ahmad Yani, Tromol Post 1 Pabelan Kartasura Sukoharjo 57102 2. Student School of Nursing, Faculty of Health Science, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jalan Ahmad Yani, Tromol Post 1 Pabelan Kartasura Sukoharjo 57102
ABSTRACT Management of diabetes mellitus which is not well can lead to a variety of chronic complications, such as ulcers on the legs, stroke, heart disease, eye, kidney. All the complications can be prevented by increasing the knowledge to manage the DM disease, so that blood sugar levels can be controlled. Increased knowledge can be carried out on persons or health cadres. The purpose of this community service activities is cadre to increase knowledge and skills in the management diabetes mellitus. This writing method with descriptive exploratory, with 20 respondents in total sampling. Activities with counseling on health cadre of 20 people about diabetes mellitus and diabetes nutrition, exercises leg dan examination of blood sugar. The results are increased knowledge of the majority of the 50% pre test enough knowledge, be 70% have a good knowledge, while for gymnastics foot, pre-test post-test exercise less become quite successful foot. Based on the results of blood sugar tests found three people (15%) experienced blood sugar> 200 mg. Suggestions can be submitted, the need for follow-up of the clinic to improve the ability of cadres. Keywords: Diabetes mellitus, Education, Cadre PENDAHULUAN
2013).Diabetes
Diabetes Melitus (DM) atau kencing
dikelola
manis telah menjadi masalah kesehatan
mengakibatkan
dunia. Prevalensi dan insiden penyakit
penyulit menahun, seperti ulkus pada
ini meningkat secara drastis di negara-
kaki
negara industri baru dannegara sedang
vaskuler, penyakit jantung, mata, dll.
berkembang,termasuk
Jika kadar glukosa darah dapat selalu
dengan
diabetes,
Melitus baik
jika
tidak
akan
dapat
terjadinya
penyakit
berbagai
serebro
pola
dikendalikan dengan baik, diharapkan
pertambahan penduduk, diperkirakan
semua penyulit menahun tersebut dapat
pada tahun 2020 terdapat 8,2 juta pasien
dicegah,
diabetes
(Waspadji, 2013). Untuk mencegah
Indonesia.Berdasarkan
berusia
dari 178 juta penduduk diatas
20
tahun
(Suyono,
paling
sedikit
dihambat
penyulit tersebut dibutuhkan pendidikan
Journal Komunikasi Kesehatan Vol.VII No.2 Tahun 2016
kesehatan yang tepat pada penyandang
puskesmas Gatak, untuk konsultasi
diabetes.
terkait penyakit diabetes, mereka harus
Menurut
American
Diabetes
ke puskesmas.
ADA(2013),
Kader kesehatan merupakan sasaran
pendidikan kesehatan kepada pasien
yang tepat dalam pelaksanaan program
Diabetes Melitus merupakan komponen
tersebut karena dianggap sebagai tempat
yang penting, pasien memiliki peran
rujukan pertama pelayanan kesehatan.
yang penting dalam manajemen diri
Kader ini adalah kepanjangan tangan
selain didukung oleh tim kesehatan,
dari puskesmas atau Dinas Kesehatan
keluarga maupun kader kesehatan atau
kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
orang-orang disekitarnya. ADA telah
Kader dianggap sebagai rujukan dalam
mencatat
penanganan berbagai masalah kesehatan
Association
atau
perubahan
perilaku
yang
diharapkan dari adanya pendidikan
termasuk DM
kesehatan (Self-Management Education
Peran perguruan tinggi diantaranya
Programs), yaitu: tingkat pengetahuan,
adalah dalam pengabdian masyarakat
sikap dan keyakinan, status psikologis,
sehingga sesuailah kiranya jika dalam
kondisi fisik, serta pola hidup yang
pembinaan kesehatan masyarakat di
sehat. Penyandang diabetes tipe 2
Puskesmas Gatak mendapat dukungan
umumnya berumur diatas 40 tahun.
dari
Puskesmas merupakan ujung tombak
pengamatan
dalam pelayanan kesehatan dan upaya
dilakukan
pembinaan kesehatan pada lanjut usia
Gatak berhasil diidentifikasi beberapa
karena merupakan instansi pelayanan
hal
kesehatan yang membawahi tingkat
bersama yaitu:Masih perlunya upaya
kecamatan.Wilayah Puskesmas Gatak
pembinaan kesehatan masyarakat di
dengan jumlah penderita DM tipe 1
Puskesmas Gatak tentang pengelolaan
yaitu 1
orang,
tipe 2
diabetes mellitus, perlunya pemahaman
sejumlah
386
Kesehatan
dan pelatihan kader kesehatan dalam
Kabupaten Sukoharjo, 2013), dengan
upaya pembinaan kesehatan masyarakat
jumlah kader tercatat lebih dari 100
pengelolaan diabetes mellitus, perlunya
orang. Berdasarkan wawancara dengan
partisipasi instansi lintas sektoral dalam
sedangkan (Dinas
10 penyandang diabetes di wilayah
perguruan
yang
dan dengan
perlu
tinggi.Berdasarkan wawancara staff
menjadi
yang
Puskesmas
perhatian
Journal Komunikasi Kesehatan Vol.VII No.2 Tahun 2016
upaya
pembinaan
kesehatan
masyarakat
mendapatkan
masyarakat.
pengetahuan
dan
Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat
pembinaan
kesehatan
ini
diabetes,
diharapkan:meningkatkan
bekal
wawasan
tentang
pengelolaan
Memberikan
alternatif
pengetahuan dan ketrampilan kader
pemecahan masalah kesehatan yang
dalam pengelolaan dan penyakit DM,
terjadi pada penderita diabetes.
sehingga dapat menyebarluaskan Masalah kesehatan diabetes pada masyarakat Perlu upaya promotif dan preventif Upaya Peningkatan Pengetahuan dan ketrampilan bagi kader
kader kesehatan (sebagai khalayak antara)
Masyarakat
Kesehatan Masyarakat Meningkat Gambar 1. Kerangka pemecahan masalah
kepada masyarakat
luas
khususnya
Berikut ini Kerangka pemecahan yang
penderita DM agar dapat melakukan
dipakai
tindakan preventif, promotif, kuratif
kesehatan
agar tidak terjadi komplikasi.
Pembinaan
Manfaat kegiatan bagi sasaran yaitu
tentang pengelolaan diabetes, Pelatihan
dengan adanya kegiatan pengabdian
pada
masyarakat pendidikan dan pelayanan
pengelolaan
pada masyarakat yang ditujukan pada
kesehatan
masyarakat maka, Kegiatan pembinaan
sebagai alternatif pemecahan masalah
kesehatan
oleh penulis karena dengan pendidikan
terlaksana
masyarakat dengan
akan baik
dapat karena
langsung
dalam
upaya
masyarakat pada
kader
pembinaan meliputi
kader
kesehatan
kesehatan diabetes.
pada
pada
tentang Pendidikan
masyarakat
kader
:
dipilih
kesehatan
Journal Komunikasi Kesehatan Vol.VII No.2 Tahun 2016
manfaatnya akan segera dapat dirasakan
Kegiatan pertama dengan diadakan pre
oleh masyarakat.
test
Khalayak antara dalam upaya pembinan
kesehatan tentang deteksi dini diabetes,
kesehatan
kader
pertemuan kedua dengan melakukan
Gatak.
pendidikan kesehatan tentang nutrisi
Diharapkan dengan Pelatihan tersebut
yang tepat pada penyandang diabetes,
memberi dampak positif pada kader.
latihan senam kaki dan pemeriksaan
Adapun berikutnya diharapkan memberi
gula darah. Evaluasi dilakukan secara
contoh bagi masyarakat untuk turut
pre tes dan post tes. Pre tes sebelum
serta membina masyarakat. Sehingga
pendikan kesehatan dan post test setelah
diharapkan kelompok masyarakat di
pendidikan kesehatan. Evaluasi dengan
bagian lain Puskesmas Gatak bisa
menggunakan kuisioner pengetahuan
mengadakan
dengan 25 pertanyaan. Apabila jawaban
masyarakat
kesehatan
di
disini
Puskesmas
kegiatan
pembinaan
dan
melakukan
pendidikan
dari pertanyaan benar, diberi skor 1, bila
kesehatan secara lebih baik.
salah diberi skor 0. Skor maksimal 25 METODE
dengan jumlah 25 pertanyaan. Hasil
Metode kegiatan yang dilaksanakan
tersebut dapat dikategorikan sebagai
adalah
deskriptif ekploratif dengan
berikut:Jika total skor rata-rata > / = 15,
pemberian bekal dan wawasan tentang
dikatakan baik. Penilaian ketrampilan
pembinaan kesehatan pada masyarakat.
senam kaki,Jika total skor rata-rata 12-
Pelatihan ini meliputi berbagai hal,
14, dikatakan cukup, Jika total skor
yaitu:
rata-rata < 11, dikatakan kurang.
Penyakit
diabetes
mellitus,
pengelolaan diabetes mellitus yang
Teknik
meliputi diet/ nutrisi, olah raga, dan
ketrampilan.
pemeriksaan
adalah
gula
darah,
Sehingga
penilaian Kategori
sebagai
peningkatan penilaiannya
berikut:Jika
dapat
dengan bekal informasi dan wawasan
melakukan tindakan sesuai prosedur
tersebut
dan tanpa bantuan, dikatakan baik, Jika
masyarakat
mempunyai
pengetahuan dalam merawat dirinya
dapat
secara optimal.
sedikit bantuan, dikatakan cukup, Jika
Rincian kegiatan kader terdiri dari 2 kali
tidak dapat melakukan tindakan dan
tatap muka bulan Februari-April 2014
dengan
di kelurahan Krajan, Gatak Sukoharjo.
melakukan
bantuan
tindakan
yang
dengan
maksimal,
Journal Komunikasi Kesehatan Vol.VII No.2 Tahun 2016
dikatakan kurang. Pemeriksaan darah
5 orang (25%), berpendidikan diploma/
dengan
sarjana
sejumlah
4
orang
(20%).
Pengetahuan dapat meningkat karena HASIL
ditentukan sumber daya edukasi, materi,
Berdasarkan hasil pre tes dan post tes
ruangan, fasilitas/ media (Soegondo,
peengetahuan tentang diabetes dapat
2013).
dilihat pada tabel 1:
Berdasarkan latihan senam kaki, pre tes
Tabel 1. Hasil pre dan post tes
menunjukkan
pengetahuan: Penget ahuan
Kur ang
Pre Test Post Tes
8
%
tabel
1
belum
post tes menunjukkan kader dapat melakukan senam kaki dengan cukup
1 0 7 0
berhasil yang berarti dapat melakukan senam
Pengetahuan
kaki
dengan
sedikit
atau
sebagian bantuan. Hal ini terjadi karena untuk
Berdasarkan
kader
mengetahui tentang senam kaki. Hasil
% Cu % B kup ai k 4 10 5 2 0 0 0 6 3 14 0
0
semua
mudah,
mengubah
perilaku
tidaklah
karena
setelah
proses
sebelum penyuluhan menunjukkan 8
pengetahuan, harusnya diinternalissai
orang
kurang,
dalam diri baru dapat merubah perilaku.
pengetahuan cukup pada 10 orang
Senam kaki seharusnya dilakukan secar
(50%), sedangkan yang sudah memliki
rutin dan berulang kali agar lebih
pengetahuan baik adalah 2 orang (10%).
menggingatkan kader, meskipun dalam
Hasil
pelaksanaan sudah dilakukan sebanyak
(40%)
post
pengetahuan
tes
menunjukkan
pengetahuan cukup sebesar 6 orang
3 kali.
(30%), sedangkan pengetahuan baik sebanyak 14 orang (70%).
Berdasarkan hasil pemeriksaan gula
Pengetahuan kader sangat ditentukan
darah menunjukkan terdapat 3 orang
tingkat pendidikan dan keingiintahunan
(15%) dengan kadar gula darah sewaktu
untuk mencari informasi. Berdasarkan
> 200mg, sedangkan 17 orang (85%)
data bahwa kader yang berpindidikan
gula darah sewaktu < 200mg. Hal ini
sekolah dasar adalah 8 orang (40%),
terjadi,
SMP sejumlah 3 orang (15 %), tingkat
penyandang
pendidikan SMA/SMK/ STM sejumlah
kader, sebelumnya belum pernah cek
dari
1
kader
diabetes,
memang
sedangkan
2
Journal Komunikasi Kesehatan Vol.VII No.2 Tahun 2016
gula darah. Tentu saja, inimerupakan
Diabetes Melitus (DM) merupakan
screening awal agar menjadi perhatian
penyakit
bagi para kader untuk lebih menjaga
metabolisme karbohidrat, lemak dan
kesehatan dan pola hidupnya.
protein yang memunculkan adanya
kronis
akibat
gangguan
hiperglikemia. Komplikasi yang dapat muncul
pada penderita DM
komplikasi
DISKUSI Berdasarkan
tabel
1
menunjukkan
akut,
mikrovaskuler.
yaitu
makrovaskuler Untuk
mencegah
bahwa hasil pre tes 50% pengetahuan
terjadinya
responden
diabetes mellitus, perlunya managemen
cukup,
sedangkan
40%
komplikasi
&
penyakit
pengetahuan baik, hal ini menunjukkan
perilaku pasien untuk dapat mematuhi
kader sebagian sudah terpapar dengan
pengobatan (Soegondo.S, Soewondo.P,
informasi
&Subekti, I., 2009).
memahami
tentang
dengan
pasien
pengetahuan kurang dan 10% memiliki
dan
DM
pada
diabetes, sedangkan sebagian lainnya
Pendidikan
sudah pernah terpapar tetapi belum
komprehensif pada pasien DM dapat
memahami ataupun belum terpapar
meningkatkan motivasi, pemberdayaan
informasi secara intensif. Hasil pos tes
diri, melalui partisipasi aktif pada
menunjukkan peningkatan pengetahuan
individu, keluarga dan masyarakat, dan
kader kesehatan tentang diabetes dan
keberhasilan merubah perilaku pasien
nutrisi DM. Berdasarkan hasil Sebelum
DM (PERKENI, 2011). Peran edukator
pendidikan
kaki
diabetes sangat penting dalam edukasi
diabetes, responden belum mengetahui
dan manajemen diri melalui diskusi
tentang senam kaki, setelah dilakukan
support dalam segala aspek. Tahap
pendidikan kesehatan dengan ceramah
support ini sangat penting meliputi
dan demonstrasi, responden mampu
pengambilan
melakukan cukup baik. Hal ini terjadi
manajemen diri (American Association
karena
of Diabetes Edukators, 2004).
kesehatan
untuk
senam
merubah
perilaku
kesehatan
mengubah
keputusan
yang
dalam
dibutuhkan waktu berulang kali dan
Pengelolaan diri pada penyandang DM
lama
tidak efektif karena faktor lupa atau
untuk
menginternalisasikan
pengetahuan yang didapatkan.
keputusan dengan sengaja mengabaikan pengelolaan DM, hal ini mengakibatkan
Journal Komunikasi Kesehatan Vol.VII No.2 Tahun 2016
intrapersonal:
umur,
DM. Mengkaji efektifitas pengelolaan
penghargaan
terhadap
diri
disiplin
meningkatnya prevalensi
diabetes
komplikasi
merupakan
tanggung
diri,
jenis
kelamin,
diri
stress,
sendiri,
depresi,
jawab perawat (Smeltzer, et al., 2010).
penyalahgunan
Nilai HbA1c dan depresi merupakan
interpersonal: kualitas hubungan antara
indikator
dan
pasien dengan petugas kesehatan dan
pendidikan kesehatan. (Sturt, Taylor,
dukungan keluarga. Lingkungan yaitu
Docherty, Dale, & Louise, 2006).
sistem lingkungan (misalnyafast food,
Masalah pada penyandang diabetes ini
perubahan system transportasi fisik
perlu
pemberian
sehingga mengurangi aktivitas fisik)
informasi yang lengkap dan evaluasi
dan situasi (seperti saat liburan, maka
penyandang
pola makan berlebih dengan risiko
pengelolaan
diperbaiki
diri
dengan
diabetes
memahami
alcohol.
dan
tentang apa yang dipelajari. Fokus
tinggi
pendidikan
kesehatan
kepatuhan pasien diabetes mellitus).
pemberdayaan
atau
yaitu
empowerment.
mengakibatkan
Faktor
buruknya
Menurut WHO (2003) Hal-hal yang
untuk
perlu dipahami untuk meningkatkan
bermanfaat
tingkat kepatuhan pengelolaan diabetes
gunameningkatkan self efficacy dan
melitus adalah: pasien memerlukan
merubah perilaku (Smeltzer, et al.,
dukungan
2010).
konsekuensi
Menurut WHO (2003) Faktor-faktor
terhadap terapi jangka panjang adalah
yang mempengaruhi terhadap perilaku
tidak tercapainya tujuan terapi dan
kepatuhan pada pasien diabetes melitus
meningkatnya
dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis
kesehatan,
meliputi
dan
pasien dapat meningkatkan keamanan
intrapersonal,
penggunaan obat, kepatuhan merupakan
faktor interpersonal, faktor lingkungan.
faktor penentu yang cukup penting
Karakteristik
dalam mencapai efektifitas suatu sistem
Pendidikan
kesehatan
penyandang
DM
karakteristik
pengobatannya,
faktor
dari
penyakit
penyakit
dan
dan
bukan dari
disalahkan,
ketidakpatuhan
biaya peningkatan
kepatuhan
pengobatannya ada 3 elemen dari
kesehatan,
pengobatan:
kompleksitas
dapat merupakan intervensi terbaik
pengobatan, lamanya penyakitnya dan
dalam penangan secara efektif suatu
cara
penyakit
yaitu
pemberian
pelayanan.
Faktor
memperbaiki
pelayanan
kronis
seperti
kepatuhan
diabetes
Journal Komunikasi Kesehatan Vol.VII No.2 Tahun 2016
mellitus, diperlukan pendekatan secara
Gatak Kabupaten Sukoharjo adalah
multidisiplin
adanya peningkatan pengetahuan dari
dalam
menyelesaikan
masalah ketidakpatuhan.
pre tes mayoritas 50% pengetahuan
Hasil pemeriksaan gula darah sewaktu
cukup,
menunjukkan gula darah lebih 200 mg
pengetahuan baik, sedangkan untuk
sebesar 15%. Diagnosis DM dapat
senam kaki, pre tes kurang menjadi post
ditegakkan selain keluhan fisik, hasil
tes
pemeriksaan gula darah sewaktu klasik
Berdasarkan hasil pemeriksaan gula
lebih dari 200 mg cukup menegakkan
darah
diabetes
mengalami gula darah > 200mg.
melitus.
Pemerikasan
penyaring
dapat
dilakukan
pemeriksaan
sewaktu
dan
senam
kaki
ditemukan
70%
cukup
3
memiliki
berhasil.
orang
(15%)
dengan
Saran yang dapat diajukan, perlunya
gula
darah
follow up dari pihak puskesmas untuk
darah
puasa
meningkatkan
dilakukan
gula
menjadi
kemampuan
kader
(PERKENI, 2011). Gula darah yang
tentang senam kaki agar kader dapat
tidak
menjadi
terkontrol
menyebabklan
perpanjangan
tangan
komplikasi pada pasien DM, salah
puskesmas. Perlunya pertemuan kader
satunya ulkus relatif buruk (Nyamu,
yang rutin dengan diisi penyuluhan atau
Otieno,
berbagi informasi untuk meningkatkan
Amayo,
Mcligeyo,
2003;
Registered
Nurses’
Association
Ontario,
2005).
Lebih
lanjut
gula
darah
peningkatan
kadar
of
menghambat kerja leucosit sehingga memudahkan terjadinya infeksi dan perluasaan infeksi sampai ke tulang/ osteomielitis (Tambunan & Gultom, 2013).
SIMPULAN Simpulan yang dari kegiatan kegiatan peningkatan
kemampuan
kader
kesehatan dalam pengelolaan diabetes melitus, di wilayah kerja Puskesmas
pengetahuan kader khususnya tentang DM dan kesehatan DAFTAR PUSTAKA AmericanDiabetes Association. (2011).Diabetes Statistics. http://www.diabetes.org/diabet es-basics/diabetes-statistics/. Tanggal akses 12 Desember 2013 Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo (2013) Profil Kabupaten Sukoharjo 2011. http://dkk.sukoharjokab.go.i d/ tanggal akses 30 september 2013
Journal Komunikasi Kesehatan Vol.VII No.2 Tahun 2016
Nyamu, P. N., Otieno, C.F., Amayo, E.O, Mcligeyo, S.O., (2003), Risk Factors and Prevalence of Diabetic Foot Ulcers at Kenyatta National Hospital, Nairobi. East African Medical journal. 80, 1. Januari Registered Nurses’ Association of Ontario. (2005). Assesment and Management of Foot ulcers for People with Diabetes. Nursing Best Practice Guideline Shaping the Future of Nursing, March. Toronto, Ontario PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe 2 di Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia Smeltzer, S., Bare, B.G., Hinkle, J.L., Ceever, K., H. (2010). Brunner & Suddart’s Texbook of Medical Surgical Nursing, (12th ed). Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia Soegondo, S. (2013). Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus Terkini, dalam S. Soegondo., P., Soewondo., & I. Subekti. (Ed), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: FKUI Stuart, J., Taylor, H., Docherty, A., Dale, J and Louise., (2006 ). A Psychological Approach to Providing Self-Management Education for People With Type 2 Diabetes: The Diabetes Manual. BMC Family Practice 2006, 7:70. Suyono,
S. (2013). Patofisiologi Diabetes Mellitus, dalam S.
Soegondo., P., Soewondo., & Subekti. (Ed), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: FKUI Suyono, S. (2013). Kecenderungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes. dalam S. Soegondo., P., Soewondo., & I. Subekti. (Ed), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: FKUI Soegondo.S, Soewondo.P, &Subekti, I., 2009, Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: FKUI Fakultas kedokteran Universtas Indonesia Tambunan, M & Gultom, Y. (2013). Perawatan kaki Diabetes, dalam S. Soegondo., P., Soewondo., & Subekti. (Ed), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: FKUI Waspadji, S. (2013). Diabetes Melitus: Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya yang Rasional. dalam S. Soegondo., P., Soewondo., & I. Subekti. (Ed), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: FKUI Waspadji, S (2013)Diabetes Melitus, Penyulit Kronik dan Pencegahan dalam S. Soegondo., P., Soewondo., & I. Subekti. (Ed), Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: FKUI WHO.(2003).Adherence to Long Term Therapies Evidance for Action, WHO, Geneva, Switzerlad
Journal Komunikasi Kesehatan Vol.VII No.2 Tahun 2016