PENINGKATAN KECERDASAN INTERPERSONAL MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF YUSDIANA PAUD PPs Universitas Negeri Jakarta Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur. E-mail:
[email protected]
Abstract: The objective of this research was to improve the interpersonal intelligences improve early childhood learning cooperative at Kindergarten Asy-Syifa West Java city of Serang. The data were collected through participant observation using interview, observation, document study, and recording. The data analysis and interpretation indicates that: The results obtained showed that the increase of 21,15%. In a quantitative comparison of child interpersonal intelligences before and after the action. Informant Number 13; Raw Data Pretest Total Score 858; Average Class Pretest 66; Raw Data posttest Total Score 1184; Average Class posttest 91.08. Based on these results, the researchers suggest: 1) Teachers should create a conducive learning process, comfortable and fun, setting up media which aims to improve the interpersonal intelligences concept in concrete terms so that the child can be stimulated properly, 2) schools, better prepare facilities and varied infrastructure that supports interpersonal intelligences education so as to improve social interaction, communication, socialization, empathy, and collaboration . Keywords: Interpersonal Intelligences, Cooperative Learning, Action Reacrh
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal melalui pembelajaran kooperatif di TK As-Syifa di Serang. Data yang dikumpulkan melalui observasi partisipan dengan wawancara, observasi, studi dokumentasi, dan video rekaman. Analisis data dan interpretasi menunjukkan bahwa hasil peningkatan sebesar 21,05%. Pada satu perbandingan kwantitatif dari inteligen hubungan antar pribadi anak sebelum dan setelah aksi. Angka penutur asli 13; Data mentah Pretest Jumlah Score 858; Merata-ratakan Kelas Pretest 66; Data mentah post test Jumlah Score 1184; Merata-ratakan Kelas posttest 91.08. Berlandaskan hasil ini, peneliti sarankan: (1) Guru harus menciptakan satu belajar mungkinkan berjalan, nyaman dan ceria, membuat media yang mana bertujuan meningkatkan inteligen hubungan antar pribadi anak dapat dirangsang dengan baik; (2) sekolah, persiapkan lebih baik fasilitas dan membedakan infrastruktur dukungan itu untuk mendukung kecerdasan interpersonal untuk meningkatkan interaksi sosial, komunikasi, sosialisasi, empati, dan kerjasama. Kata kunci: Kecerdasan Interpersonal, Pembelajaran Kooperataif, Penelitian Tindakan
Salah satu dari kecerdasan
kemampuan untuk memahami dan
itu adalah kecerdasan interpersonal
menggambarkan perasaan, suasana
yang menggambarkan suatu kemam-
hati, maksud dan keinginan orang
puan seseorang untuk berhubungan
lain. Permasalahan yang dihadapi
dengan
sekitarnya.
yaitu banyak orang tua maupun guru
Kecerdasan interpersonal merupakan
yang masih menganggap kemam-
orang-orang
363
JURNAL PEDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014
puan interpersonal kurang penting.
pekerjaanya tidak akan mempeduli-
Masyarakat pada umumnya berang-
kan pekerjaan temannya sehingga
gapan bahwa anak yang pandai
belum terjalin hubungan sosial antar
secara akademik adalah khususnya
anak. Kegiatan pembelajaran sehari-
yang berhubungan dengan kemam-
hari
puan
duduk
membaca,
menulis,
dan
dilaksanakan anak
dengan
yang
posisi
konvensional
berhitung, maka anak akan mampu
dimana
menemukan kecerdasan atau kemam-
papan tulis dan mendengarkan penje-
puan yang lain termasuk kecerdasan
lasan
interpersonal. Kemampuan akademik
pembelajaran di jenjang pendidikan
lebih diutamakan karena banyaknya
yang lebih tinggi. Kegiatan pembela-
tuntutan syarat masuk sekolah dasar.
jaran yang seperti itu tidak dapat
Anak yang akan memasuki sekolah
mengembangkan kecerdasan inter-
dasar minimal harus bisa membaca,
personal anak karena tidak ada
menulis, dan berhitung yang menye-
kesempatan kepada masing-masing
babkan
anak untuk menjalin interaksi dengan
kecerdasan
interpersonal
terabaikan.
anak
guru
duduk
menghadap
layaknya
kegiatan
teman sebayanya.
Pelaksanaan
pembelajaran
Penelitian yang relevan dari
di Kelompok Belajar As-Syifa masih
Neny Mahyudin berjudul “Pembela-
menitikberatkan pada kemampuan
jaran Berbasis Sentra dalam Aktuali-
akademik seperti menulis, membaca
sasi Kecerdasan Verbal Linguistik
dan berhitung untuk menyiapkan
dan Kecerdasan Interpersonal pada
anak memasuki ke jenjang pendi-
Anak Usia 4–5 Tahun” menunjukkan
dikan yang lebih tinggi. Setiap anak
bahwa pembelajaran berbasis sentra
masih mengerjakan tugas secara
dapat membantu anak untuk berin-
individual
guru.
teraksi dengan baik dengan strategi
Kegiatan menulis pada buku tugas
pembelajaran yang variatif seperti
tidak melibatkan anak bekerja secara
menggunakan
kelompok,
bercakap-cakap,
yang
diberikan
sehingga
kecerdasan
metode bermain
cerita, peran,
interpersonal kurang dikembangkan.
demonstrasi dan study tour. Hasil
Anak
kecerdasan
364
yang
hanya
fokus
pada
interpersonal
adalah
Peningkatan Kecerdasan … Yusdiana
mengerti akibat jika melakukan kesa-
relasi, membangun interaksi sosial-
lahan, menolong teman, mengem-
nya sehingga kedua belah pihak
balikan benda ke tempatnya semula
berada dalam situasi saling mengun-
setelah selesai digunakan, menunjuk-
tungkan (Azwar, 2004: 52).
kan ekspresi yang wajar sesuai perasaan, dapat memilih permainan
Kecerdasan Interpersonal
sendiri, memiliki kebiasaan teratur,
Kecerdasan
Interpersonal
sabar menunggu giliran, mematuhi
antara
etiket makanan, mengerti aturan
mengerjakan suatu proyek, resolusi
permainan, dan mampu memecahkan
konflik, mencapai konsensus, tang-
masalah. Penelitian lain yang relevan
gungjawab pada diri sendiri, berte-
yang berjudul can you come out to
man
play? An examination of the use of
(bersosialisasi), dan atau pengenalan
technology to enhance sosiodramatic
terhadap ekpresi dan emosi orang
play
lain (Sujiono, 2010: 61). Kecerdasan
among
teacher?.
Penelitian
penggunaan yang
early
bermain
digunakan
childhood ini
tentang
sosiodrama
dalam
interpersonal
belajar
kelompok,
kehidupan
merupakan
sosial
kemam-
puan (ability) yang digunakan untuk
paud.
berkomunikasi secara verbal dan non
Kecerdasan interpersonal merupakan
verbal, serta kemampuan yang digu-
kemampuan melihat dan memahami
nakan
perbedaan
temperamen,
mood, temperamen, motivasi dan
motivasi dan hasrat orang lain dan
hasrat orang lain dengan diri sendiri
bekerja sama dengan anak.
(Lazear, 1998: 5). Pendapat lain
mood,
guru
lain:
“interpersonal intellegence
untuk
menjelaskan
melihat
kecerdasan
perbedaan
interper-
is the abillity to perceive and make
sonal merupakan kecerdasan yang
distinction in the moods, intentions,
terkait dengan kepandaian untuk
motivations, and felling of other
melihat sesuatu dari sudut pandang
people (Hal senada dari (Amstrong,
orang lain (Schmidt, 2002: 36). Di
1994: 3). Kecerdasan interpersonal
samping itu sebagai pendukung teori
sebagai kemampuan dan keteram-
di atas, dijelaskan bahwa kecerdasan
pilan seseorang dalam menciptakan
interpersonal merupakan kecerdasan 365
JURNAL PEDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014
untuk mengerti dan peka terhadap
Pembelajaran kooperatif muncul dari
perasaan, intensi, motivasi, watak
konsep bahwa siswa akan lebih
dan
lain
mudah menemukan dan memahami
guru),
konsep yang sulit jika mereka saling
dengan ciri-ciri, sebagai berikut: (1)
berdiskusi dengan temannya. Siswa
menghadapi orang lain dengan penuh
secara rutin bekerja dalam kelompok
perhatian,
untuk saling membantu memecahkan
temperamen
(networker,
kontak
orang
negotiator,
terbuka;
mata
(2)
dengan
menjalin baik;
(3)
masalah-masalah
yang
kompleks
menunjukan empati pada orang lain;
(Trianto, 2007: 41). Belajar kelom-
(4) mendorong orang lain menyam-
pok mempunyai 6 langkah utama
paikan kisahnya.
atau 6 fase di dalam pelajaran yang
Berdasarkan uraian teori di
menggunakan pembelajaran koope-
atas, hal ini dapat disimpulkan
ratif (Trianto, 2007: 48). Dengan
bahwa kecerdasan interpersonal atau
demikian,
kecerdasan sosial adalah kemampuan
adalah suatu model pembelajaran
yang dimiliki seorang anak untuk
yang dilaksanakan dalam bentuk
berinteraksi, bekerjasama, menye-
kelompok kecil, beranggotakan 4-6
suaikan diri dengan lingkungannya
orang yang heterogen (jenis kelamin,
(interaksi sosial), dapat berkomuni-
latar belakang, agama) dengan lang-
kasi
bekerjasama
kah pembelajaran, sebagai berikut:
dengan orang lain, mampu memiliki
(1) menyampaikan tujuan pembela-
banyak teman dalam bersosialisasi,
jaran; (2) menyajikan informasi; (3)
dan kemampuan untuk dapat merasa-
mengorganisasikan siswa dalam ke-
kan perasaan orang lain (empati).
lompok belajar; (4) membimbing
dengan
cara
cooperative
learning
kelompok bekerja dan belajar; (5) memberikan evaluasi; dan (6) pem-
Pembelajaran Kooperatif “In Cooperative learning
berian penghargaan.
methods, students work together in your fuor member teams to masker material initially presented by the teacher” 366
(Slavin,
1995:
15).
METODE PENELITIAN Metode dilakukan
adalah
penelitian
yang
metode
action
Peningkatan Kecerdasan … Yusdiana
research atau penelitian tindakan
yang meliputi tahap–tahap rancangan
yang dilakukan dalam bentuk spiral,
pada setiap putarannya, yaitu (1)
rancangan penelitian yang digunakan
Perencanaan (planning); (2) Tindak-
sesuai dengan kaidah–kaidah peneli-
an (acting); (3) Observasi (observa-
tian tindakan dan disesuaikan dengan
tion); (4) Refleksi (reflection).
kondisi spesifik subjek penelitian serta
kebutuhan
Sesuai
dengan
rancangan
pengukuran
penelitian yang digunakan maka
Desain
analisis data yang dilakukan dengan
penelitian yang digunakan adalah
menggunakan analisis dan refleksi
model dari Kemmis dan Taggart
dalam setiap siklusnya berdasarkan
berupa suatu siklus spiral. Pengertian
hasil observasi yang terekam dalam
siklus disini adalah suatu putaran
catatan lapangan dan format penga-
kegiatan yang meliputi tahap–tahap
matan lainnya.
parameter
penelitian.
rancangan pada setiap putaran-nya, yaitu (1) Perencanaan (planning); (2) Tindakan (acting); (observation);
HASIL PENELITIAN Selama proses penelitian,
(3) Observasi (4)
Refleksi
peneliti mengamati secara seksama dan melakukan dokumentasi selama
(reflection). Sesuai dengan rancangan
dua belas kali pertemuan kepada
penelitian yang digunakan maka
anak-anak yang telah diberi tindakan
analisis data yang dilakukan dengan
mulai dari menyampaikan tujuan
menggunakan analisis dan refleksi
hingga pemberian penghargaan hasil
dalam setiap siklusnya berdasarkan
kegiatan
pembelajaran
hasil observasi yang terekam dalam
tersebut.
Berikut
catatan
observasi peneliti setelah melakukan
lapangan
dan
format
ini
kooperatif hasil
dari
tindakan, tampak bahwa kecerdasan
pengamatan lainnya. yang
interpersonal, aspek interaksi sosial
dari
pasca tindakan berupa pembelajaran
Kemmis dan Taggart (1988) berupa
kooperatif pada siklus I, semuanya
suatu siklus spiral. Pengertian siklus
telah berada pada tahap berkembang
disini adalah suatu putaran kegiatan
baik dengan rentang rata-rata skor
Desain digunakan
penelitian
adalah
model
367
JURNAL PEDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014
antara 19,38 sampai dengan 28. Dari
baik dibandingkan dengan anak yang
13 orang anak yang menjadi sampel
lainnya.
dalam penelitian ini, tidak ada anak
klasikal, rata-rata skor kecerdasan
yang mendapat nilai rendah. Hal ini
interpersonal dimensi komunikasi di
disebabkan dimensi interaksi sosial
Kelompok Belajar Asy-Syifa pada
anak dapat bersosialisasi dengan
siklus I yang menjadi sampel dalam
temannya. Adapun anak yang memi-
penelitian ini adalah sebesar 21,92
liki skor tertinggi dibanding anak
(tergolong
lainnya adalah P C R, S A-Z, dan N
persentase ketercapaian skor sebesar
L F sangat memperhatikan apa yang
78,30%.
diajari oleh guru. Adapun dilihat
Adapun
pada
Kecerdasan
dilihat
baik)
secara
dengan
interpersonal
secara klasikal, rata-rata skor kecer-
dimensi komunikasi melalui pembe-
dasan interpersonal dimensi interaksi
lajaran kooperatif pada siklus I,
sosial di Kelompok Belajar Asy-
bahwa
Syifa pada siklus I yang menjadi
dimensi sosialisasi pasca tindakan
sampel dalam penelitian ini adalah
berupa pembelajaran kooperatif pada
sebesar 2,77 (tergolong pada tahap
siklus I, rata-rata telah berada pada
berkembang baik) dengan persenta-
tahap
se ketercapaian skor sebesar 69,23%.
rentang rata-rata skor antara 14,77
Kecerdasan
kecerdasan
berkembang
interpersonal,
baik
dengan
interpersonal,
sampai dengan 20. Jumlah total dari
dimensi komunikasi pasca tindakan
13 anak yang menjadi sampel dalam
berupa pembelajaran kooperatif pada
penelitian ini, tidak ada anak yang
siklus I, 4 anak telah berada pada
mendapat nilai rendah. Hal ini
tahap berkembang sangat baik, baik
disebabkan dimensi sosialisasi, anak
8 anak, dan 1 anak cukup baik
sudah dapat bersosialisasi dengan
dengan rentang rata-rata skor antara
baik kepada teman dan gurunya.
21,92 sampai dengan 28. Adapun
Adapun anak yang memiliki skor
anak yang memiliki skor tertinggi
tertinggi dibanding anak lainnya
dibanding anak lainnya adalah SBL
adalah F. Adapun dilihat secara
karena anak ini memiliki kemam-
klasikal, rata-rata skor kecerdasan
puan berkomunikasi yang sangat
interpersonal dimensi sosialisasi di
368
Peningkatan Kecerdasan … Yusdiana
Kelompok Belajar Asy-Syifa pada
dasan interpersonal, dimensi kerja
siklus I yang menjadi sampel dalam
sama pasca tindakan berupa pem-
penelitian ini adaiah sebesar 2,95
belajaran kooperatif pada siklus I,
(tergolong pada tahap berkembang
rata-rata telah berada pada tahap
baik)
dengan persentase keterca-
berkembang baik dengan rentang
paian skor sebesar 73,85%, tampak
rata-rata skor antara 17,46 sampai
bahwa
dengan 20.
dimensi
kecerdasan empati
interpersonal,
pasca
tindakan
Jumlah total dari 13 anak
berupa pembelajaran kooperatif pada
yang menjadi sampel dalam pene-
siklus I, rata-rata telah berada pada
litian ini, tidak ada anak yang
tahap
mendapat nilai rendah. Hal ini
berkembang
baik
dengan
rentang rata-rata skor antara 17,54
disebabkan
sampai dengan 24.
diantara anak terjalin dengan sangat
dimensi
kerja
sama
Jumlah total dari 13 anak
baik. Adapun anak yang memiliki
menjadi
dalam
skor tertinggi dibanding anak lainnya
penelitian ini, tidak ada anak yang
adalah Fra dengan skor 20. Adapun
mendapat nilai rendah. Hal ini
dilihat secara klasikal, rata-rata skor
disebabkan dimensi empati, anak
kecerdasan
sudah empati yang baik kepada
sosialisasi di Kelompok Belajar Asy-
teman. Adapun anak yang memiliki
Syifa pada siklus I yang menjadi
skor tertinggi dibanding anak lainnya
sampel dalam penelitian ini adaiah
adalah Sbl Azh dan Nw L F. Adapun
sebesar 3,49 (tergolong pada tahap
dilihat secara klasikal, rata-rata skor
berkembang baik) dengan persenta-
kecerdasan
dimensi
se ketercapaian skor sebesar 87,31%.
sosialisasi di Kelompok Belajar Asy-
Berdasarkan hasil penelitian
Syifa pada siklus I yang menjadi
di atas, interaksi sosial yang yang
sampel dalam penelitian ini adalah
paling tinggi peningkatannya dari
sebesar 2,92 (tergolong pada tahap
sebelum dengan sesudah dilakukan
berkembang baik) dengan persenta-
tindakan kelas pada siklus I adalah P
se ketercapaian skor sebesar 73,08%.
yakni
Hal ini menunjukan bahwa kecer-
sebelum diberikan tindakan skornya
yang
sampel
interpersonal
interpersonal
sebesar
32,14%
dimensi
dimana
369
JURNAL PEDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014
sebesar 53,57%, namun setelah dibe-
PCR yakni sebesar 25% dimana
rikan tindakan kelas berupa pembela-
sebelum diberikan tindakan skornya
jaran kooperatif, skornya maningkat
sebesar 39,29%, setelah diberikan
menjad 85,71%. Kenaikan skors
tindakan kelas berupa pembelajaran
yang tinggi dilihat dari kemampuan
kooperatif, skornya meningkat men-
P
jadi 64,29%.
dalam.
Adapun
kecerdasan
interpersonal anak yang tidak ada peningkatan
dibanding
Kenaikan skors yang tinggi
anak-anak
dilihat dari observasi yang dilakukan
lainnya dari sebelum dengan sesudah
peneliti terhadap kecerdasan inter-
dilakukan siklus adalah Fy dimana
personal yang dilakukan oleh anak.
skor sebelum dilakukan pembela-
Adapun
jaran koperatif sebesar 57,14% sesu-
anak yang mengalami penurunan
dahnya pun tetap menjadi 57,14%.
adalah
Komunikasi
SA
interpersonal
dimana
sebelum
paling
dilakukan tindakan memperoleh skor
tinggi peningkatannya dari sebelum
57,14%, setelah dilakukan tindakan
dengan sesudah dilakukan tindakan
menjadi
kelas pada siklus I adalah SBL dan
tersebut tampak bahwa empati yang
AKJ yakni sebesar 35,71% dimana
paling tinggi peningkatannya dari
sebelum diberikan tindakan skornya
sebelum dengan sesudah dilakukan
sebesar 57,14% dan 53,57%, setelah
tindakan kelas pada siklus I adalah
diberikan
berupa
PCR yakni sebesar 39,29% dimana
skornya
sebelum diberikan tindakan skornya
tindakan
pembelajaran meningkat
yang
kecerdasan
kelas
kooperatif,
92,86%
Jumlah
skor
dan
sebesar 35,71%, setelah diberikan
89,29%. Kenaikan skors yang tinggi
tindakan kelas berupa pembelajaran
dilihat dari observasi yang dilakukan
kooperatif, skornya meningkat men-
peneliti terhadap kecerdasan inter-
jadi 75,00%. Kenaikan skors yang
personal yang dilakukan oleh anak
tinggi dilihat dari observasi yang
tampak bahwa sosialisasi yang pa-
dilakukan peneliti terhadap kecer-
ling
dasan interpersonal yang dilakukan
tinggi
menjadi
53,57%.
peningkatannya
dari
sebelum dengan sesudah dilakukan tindakan kelas pada siklus I adalah 370
oleh anak.
Peningkatan Kecerdasan … Yusdiana
Kecerdasan
interpersonal
menunjukkan
peningkatan
skor
anak yang mengalami peningkatan
14,84% dimana sebelum tindakan
paling rendah adalah MA dimana
dimensi interaksi sosial memiliki
sebelum dilakukan tindakan mem-
skor rata-rata 15,23 dan setelah
peroleh skor 50,00%, setelah dilaku-
dilakukan tindakan menjadi 19,38.
kan
57,14%.
Pada dimensi komunikasi terjadi
Besarnya presentase di atas tampak
peningkatan sebesar 23,08% di mana
bahwa kerja sama yang paling tinggi
sebelum tindakan dimensi komu-
peningkatannya dari sebelum dengan
nikasi memiliki skor rata-rata 15,46
sesudah dilakukan tindakan kelas
dan
pada siklus I adalah FFF yakni
menjadi 21,92. Pada dimensi sosi-
sebesar 35,71% dimana sebelum
alisasi terjadi peningkatan sebesar
diberikan tindakan skornya sebesar
16,54% di mana sebelum tindakan
35,71%, setelah diberikan tindakan
dimensi sosialisasi memiliki skor
kelas berupa pembelajaran koope-
rata-rata 11,46 dan setelah dilakukan
ratif,
tindakan
tindakan
maka
menjadi
skornya
meningkat
setelah
dilakukan
menjadi
tindakan
14,77.
Pada
menjad 71,43%. Kenaikan skor yang
dimensi empati terjadi peningkatan
tinggi dilihat dari observasi yang
sebesar 22,44% di mana sebelum
dilakukan peneliti terhadap kecerdas-
tindakan dimensi empati memiliki
an interpersonal yang dilakukan oleh
skor rata-rata 12,15 dan setelah
anak. Adapun kecerdasan interperso-
dilakukan tindakan menjadi 17,54.
nal anak yang mengalami pening-
Dan Pada dimensi kerja sama terjadi
katan paling kecil adalah NLF
peningkatan sebesar 28,85% di mana
dimana sebelum dilakukan tindakan
sebelum tindakan dimensi kerja sama
memperoleh skor 53,57%, setelah
memiliki skor rata-rata 11,69 dan
dilakukan tindakan menjadi 64,29%.
setelah dilakukan tindakan menjadi 17,46.
SIMPULAN Hasil tes kecerdasan interpersonal terhadap dimensi interaksi sosial setelah diadakan tindakan
DAFTAR PUSTAKA Armstrong, Thomas. Multiple Intelligences in the Class Room. USA: ASCD, 1994. 371
JURNAL PEDIDIKAN USIA DINI Volume 8 Edisi 2, November 2014
Catron, Carol E. dan Jan Alien. Early Chilhood Curriculum: A Creative Play Model. New Jersey:Meriil, 1999. Kemmis, Stephen and R. Mc. Taggart. The Action Research Planner. 3rd. Edition. Victoria: Deakin University, 1988. Lazear, David. Pathways of learning Teaching Students and Parents About Mutliple. Nugraha, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Jilsi Foundation, 2008. Schmidt, Laurel. Jalan Pintas Menjadi 7 kali Lebih Cerdas: 50 Aktivitas, Permainan, dan
372
Prakarya Untuk Mengasah Tujuh Kecerdasan Mendasar Pada Anak Anda. Bandung : Kaifa, 2002. Slavin, Robert E. Cooperative Learning: Theory, Research, and Practice. Michigan: Allyn and Bacon, 1995. Sujiono, Yuliani Nurani dan Bambang Sujiono. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta : PT. Indeks, 2010. Trianto. Model-model Pembelajaran Inovasi Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007.