PENINGKATAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG TUNAGRAHITA Kajian Terhadap Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong Bogor
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh: ANDI MAJID 1110054100027
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
ABSTRAK
Andi Majid 1110054100027 Peningkatan Keberfungsian Sosial Penyandang Tunagrahita (Kajian Terhadap Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong Bogor) Anak Tunagrahita berarti anak yang diidentifikasi memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal) ditandai oleh keterbasan intelejensi/cacat pikiran sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus. Layanan rehabilitasi ditujukan bagi individu yang mengalami kecacatan fisik, mental, perkembangan, kognitif, dan emosi untuk mencapai kehidupan yang mandiri dengan cara penerapan layanan pribadi dan vokasional. Agar layanan rehabilitasi yang diberikan terarah dan sistematis perlu adanya metode yang tepat sebagai pelaksanaannya. Untuk itu penting untuk diteliti Dengan menerapkan metode layanan rehabilitasi yang efektif diharapkan kemampuan kerja tunagrahita dapat berkembang secara optimal, sehingga keberfungsian sosialnya juga akan meningkat. Penelitian ini merumuskan beberapa masalah yaitu Bagaimana metode layanan rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor? Bagaimana pencapaian tujuan dari metode rehabilitasi sosial terhadap peningkatan keberfungsian sosial penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor? Dan pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskripstif yakni menjelaskan dan menuturkan data yang ada. Data yang diperoleh dari hasil wawancara terstruktur bertahap dan observasi langsung. Pemilihan informan dengan menggunakan purposive sampling yakni dengan sampel bertujuan. Penulis mengambil informan sebanyak 20 orang dengan sesuai tujuan penelitian. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Dalam penelitian metode rehabilitasi sosial yang digunakan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, menggunakan metode kelompok dengan penilaian pribadi, yaitu dengan menempatkan penerima manfaat melalui bimbingan konseling secara pribadi maupun dengan mendapatkan bimbingan di kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan keberfungsian sosial tunagrahita cukup baik namun belum mencapai optimal, total keberhasilan dari keseluruhan aspek tunagrahita ringan dan sedang mecapai 63%. Hal ini bisa dikatakan belum mencapai hasil yang optimal jika belum mencapai total keseluruhan mencapai 70%, itu terutama dalam bidang kemampuan yang membutuhkan pikiran dalam aspek mental psikologis dan vokasional.
i
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Semesta Alam, Allah SWT yang telah memberi rahmat, karunia, dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta seluruh keluarganya, para sahabatnya, sampai kepada kita selaku umatnya hingga akhir zaman. Amin. Alhamdulillah, penulis telah dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul program rehabilitasi sosial bagi penyandang tunagrahita dalam peningkatan keberfungsian sosial di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing penyusunan skripsi ini, diantaranya: 1. Bapak Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para pembantu Dekan. 2. Ibu Siti Napsiyah, MSW selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial dan Bapak Ahmad Zaki, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Prof. Dr. Syamsir Salam, MS selaku Dosen pembimbing skripsi ini, yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukan, tetapi bersedia memberikan perhatian, arahan dan motivasi yang bermanfaat kepada penulis.
ii
4. Seluruh Dosen Jurusan Kesejahteraan Sosial yang telah mendidik, membimbing dan memberikan ilmu-ilmu bermanfaat selama penulis kuliah di Jurusan Kesejahteraan Sosial. 5. Pimpinan dan staf perpustakaan utama, perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Kementrian Sosial yang telah banyak memberikan fasilitas kepada penulis dalam penyelesaian studi pustaka. 6. Bapak Cecep Sutriaman, S.Sos.MPS.Sp selaku Kepala Panti Sosial Bina Grahita (PSBG), Ibu Dra. Adiningsih selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, Dra. Lisdiana, Msi selaku Kepala Seksi Pegawai Program dan Advokasi Sosial, dan seluruh pegawai Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) yang tidak bisa disebutkan satu persatu tapi tetap tidak mengurangi rasa terimakasih penulis serta anak-anak penerima manfaat di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG), Ciungwanara yang telah mengizinkan, dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Yang tercinta kedua orang tua penulis ayahanda Adin (Alm) dan Ibunda A.Andayani, Spd serta selaku wali ayahanda Arif Ampriawan, yang senantiasa memberikan motivasi, moril dan materil, pengorbanan, doa dan kasih sayang yang tak pernah henti. 8. Adikku tersayang Afifah Ampriyani yang memberikan semangat, bantuan dan hiburan yang bermanfaat sehingga penulis termotivasi untuk menyeselesaikan skripsi ini.
iii
9. Keluarga Besar Bapak H. Muhtar Idris yang selalu memberikan motivasi dan kemudahan dalam bantuan baik secara moril dan material dalam kelancaran skripsi ini. 10. Nur Hikmah yang telah ikut serta dalam membantu penyelesaian skripsi ini dengan memberikan waktu untuk memotivasi, sharing, semangat, canda gurau dan doa-doa untuk sukses bersama. 11. Kawan-kawan seperjuangan www.BASKOM.org (Bryan Petet, Habib Ndut, Soleh Zamet dan Eza Oye). Terima kasih atas segala kebersamaan menggapai cita-cita bersama, dan selalu memberikan pelajaran terbaik disaat bersama. 12. Teman-teman Jurusan Kesejahteraan Sosial yang sudah mau bertukar pikiran dalam penyelesaian skripsi yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya tapi tetap tidak mengurangi kasih sayang penulis. Terima kasih atas kebersamaan dan kekompakkannya.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis dan kepada para pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan. Aamiin Ya Robbal Alamin.
Jakarta, 9 Desember 2014
ANDI MAJID
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ...........................................................................................................v DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1-6 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................. 6-7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................9 D. Tinjauan Pustaka ....................................................................10 E. Metode Penelitian ....................................................................12 F. Sistematika Penulisan .............................................................18
BAB II
KAJIAN TEORITIS A. Tunagrahita ..............................................................................20 1. Pengertian Tunagrahita .........................................................20 2. Klasifikasi Tunagrahita .........................................................22 3. Faktor-faktor Penyebab Tunagrahita ....................................24 B. Rehabilitasi ...............................................................................25 1. Pengertian Rehabilitasi ..........................................................25 2. Metode Rehabilitasi ..............................................................26 3. Jenis Rehabilitasi ............................................................ 30-32 4. Perangkat Rehabilitasi..................................................... 32-34 C. Keberfungsian Sosial ...............................................................34
v
BAB III
PROFIL LEMBAGA A. Gambaran
Umum
Lokasi
Penelitian
PSBG
Ciungwanara Bogor.................................................................37 B. Kondisi Sumber Daya Manusia, Kapasitas dan Fasilitas, Klien dan Dana Penyelenggaraan Panti ................38 C. Proses Rehabilitasi Sosial yang Diselenggarakan di PSBG Ciungwanara Bogor .....................................................47
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Metode Layanan Rehabilitasi Sosial ........................................51 1. Sumber Daya Manusia, Kapasitas dan Fasilitas, Kondisi Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara ............................................................52 2. Proses Rehabilitasi Sosial .....................................................57 B. Peningkatan Keberfungsian Sosial Tunagrahita ....................67 1. Hasil Rehabilitasi Sosial ......................................................81 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial .................................................................85 a. Faktor Pendukung ..........................................................85 b. Faktor Penghambat ........................................................86
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................88 B. Saran ........................................................................................89
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.1 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial .........................................2 2. Tabel 1.2 Tabel Pemilihan Informan .................................................................16 3. Tabel 1.3 Tebel Kegiatan Penelitian ..................................................................17 4. Tabel 3.1 Tabel Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ...........................44 5. Tabel 3.2 Tabel Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan ...............................44 6. Tabel 3.3 Tabel Jumlah Pegawai Berdasarkan Tenaga Profesi .........................45 7. Tabel 4.1 Tabel Alokasi Program Rehabilitasi Sosial .......................................62 8. Tabel 4.2 Alur Pelayanan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara .....63 9. Tabel 4.3 Indikator Keberhasilan Penyandang Tunagrahita Tahun 2014 ..........68 10. Tabel 4.4 Peningkatan Keberfungsian Sosial Penyandang Tunagrahita Tahun 2014 ........................................................................................................79
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Pengajuan Bimbingan Skripsi 2. Surat Izin Penelitian Skripsi di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor 3. Surat Keterangan mengadakan penelitian di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor 4. Jadwal Bimbingan Fisik, Mental, Sosial, dan Keterampilan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor 5. Absensi Penerima Manfaat 6. Rekapitulasi Indikator Keberhasilan Penerima Manfaat 7. Persyaratan Pendaftaran Calon Penerima Manfaat 8. Pedoman Wawancara 9. Identitas Informan 10. Tabel Observasi Penelitian di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat umum mengenai anak berkebutuhan khusus masih sangat minim, kebanyakan mereka menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang tidak memiliki kemampuan apapun. Salah satu dari mereka adalah anak tunagrahita. Tunagrahita yang berasal dari kata tuna berarti merugi, dan grahita berarti pikiran. Anak Tunagrahita berarti anak yang diidentifikasi memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal) ditandai oleh keterbasan intelejensi/cacat pikiran sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus.1 Menurut Sensus Nasional Biro Pusat Statistik Tahun 2006, dari 222.192.572 penduduk Indonesia, sebanyak 0,7% atau 2.810.212 jiwa adalah penyandang cacat, 601.947 anak (21,42%) diantaranya adalah anak cacat usia sekolah (5-18tahun). Sedangkan populasi ADTG (Anak Dengan Tuna Grahita) menempati angka paling besar dibanding jumlah anak dengan kecacatan lainnya. Sementara itu, data Sekolah Luar Biasa Tahun 2006/2007 jumlah peserta didik penyandang cacat yang mengenyam pendidikan baru mencapai 27,35% atau 87.801 anak. Dari jumlah itu, populasi ADTG menrmpati paling besar yaitu 66.610 anak dibanding jumlah anak dengan kecacatan lainnya.
1
Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 9.
1
2
Sekitar 57% dari jumlah itu adalah ADTG ringan dan sedang.2 Data PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) tahun 2012, disablitas menurut usia yakni sebagai berikut3: Tabel 1.1 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Usia <18 Thn 5921
Usia 1824 thn 3869
Usia 2555 thn 46960
Usia 56> thn 86110
7632
4410
17482
7432
36956
Tubuh
32990
18384
129272
83233
263879
Mental retardasi
30460
31821
120737
30015
213033
Gangguan jiwa
2257
5105
44514
13246
65122
19438
9935
47944
24991
102308
PMKS Netra Rungu wicara
Fisik mental
Total 142860
Dari perkembangan data di atas, terdapat perbedaan yang cukup signifikan bagi penyandang tunagrahita dari tahun sebelumnya yaitu mencapai 66.610, kemudian pada tahun 2012 penyandang tunagrahita termasuk paling tinggi ke-2 diantara penyandang yang lainnya. Oleh sebab itu perlu adanya pemberian program rehabilitasi sosial guna mengembalikan kembali keberfungian sosial mereka dalam masyarakat. Undang-Undang No. 4 tahun 1997 menegaskan bahwa penyandang cacat merupakan bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki kedudukan, hak, kewajiban, dan peran yang sama. Mereka juga mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Pada Pasal 6 ayat 5-6, dijelaskan bahwa setiap penyandang cacat berhak memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan
2
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/460-anak-dengan-tunagrahitaperlu-pendekatan-khusus.html (dikutip pada tanggal 23 Januari 2014) 3 Program Perlindungan Sosial PPLS Bappenas 2012
3
sosial; dan hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampuan, dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam lingkungan keluarga dan masyarakat.4 Ketetapan dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1997 itu sangat berarti bagi anak tunagrahita, karena memberi landasan yang kuat bahwa tunagrahita mempunyai hak yang sama untuk peningkatan kesejahteraan sosial di segala aspek kehidupan dan penghidupan dalam rangka terwujudnya kesamaan kedudukan, hak, kewajiban, dan peran. Melihat dari Undang-Undang di atas, untuk mengembalikan fungsi penyandang masalah kecacatan mental/psikotik diperlukan pendekatan secara medis maupun sosial. Penanganan secara medis menjadi kewenangan Kementerian Kesehatan (dalam hal ini Rumah Sakit Jiwa) baik pemerintah maupun swasta dan untuk memulihkan fungsi sosialnya, peran Kementerian Sosial menjadi tumpuan untuk melakukan rehabilitasi. Pemerintah dalam hal ini menyediakan tempat khusus bagi tunagrahita. Tempat khusus ini salah satunya dikenal dengan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Cibinong-Bogor, yang merupakan salah satu unit teknis Kementerian Sosial yang berfungsi memberikan pelayanan sosial untuk penyandang tunagrahita dalam menyelenggarakan pelayanan dalam bentuk rehabilitasi sosial yang bertujuan untuk proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan tunagrahita mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat. Rehabilitasi merupakan istilah yang berakar dari pandangan plato terhadap pelaku kejahatan, namun pada perkembangannya, istilah tersebut 4
Undang-undang Republik Indonesia tentang Penyandang Cacat No. 4 Tahun 1997
4
meluas penggunaannya di berbagai bidang. Tidak hanya oleh mereka yang berkutat dibidang kriminologi saja, tetapi juga pada bidang-bidang medis, sosial, psikologi, dan kesejahteraan sosial. Rehabilitasi menawarkan optimisme dan harapan yang terkait dengan semangat kemanusiaan yang kuat untuk membantu memperoleh kesembuhan dan hidup yang lebih baik. Rehabilitasi mempertemukan keahlian dari tenaga profesional, seperti dokter, psikolog, kriminolog, pendidik, konselor dan pekerja sosial.5 Layanan rehabilitasi ditujukan bagi individu yang mengalami kecacatan fisik, mental, perkembangan, kognitif, dan emosi untuk mencapai kehidupan yang mandiri dengan cara penerapan layanan pribadi dan vokasional. Agar layanan rehabilitasi yang diberikan terarah dan sistematis perlu adanya metode yang tepat sebagai pelaksanaannya. Untuk itu penting untuk diteliti bagaimana metode layanan rehabilitasi guna mengetahui sejauh mana efektivitas dan efisiensi dari metode yang efektif agar dapat meningkatkan keberfungsian sosial tunagrahita secara optimal. Dalam praktiknya terdapat tiga metode layanan rehabilitasi sosial yaitu metode secara pribadi, metode secara kelompok, dan metode layanan yang diberikan oleh masyarakat. Untuk itu perlu adanya penelitian khususnya bagi penyandang tunagrahita, karena tunagrahita menghadapi masalah dalam keberfungsian sosial, maka perlu adanya penentuan metode yang sesuai bagi penyandang tunagrahita. Dengan menerapkan metode layanan rehabilitasi yang efektif diharapkan kemampuan kerja tunagrahita dapat berkembang
5
Philip Bean, Rehabilitation, dalam Adam Kuper, Jessica Kuper, Ensiklopedia ilmu-ilmu sosial Ed1 get7, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 913-914.
5
secara optimal, sehingga keberfungsian sosialnya juga akan meningkat. Terdapat dua jenis layanan program rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh Panti Sosial Bina Grahita (PSBG), yang pertama Program Pelayanan Pokok meliputi: pendekatan awal, penerimaan, pengasramaan, orientasi, asesmen, perumusan rencana intervensi, pelaksanaan intervensi (Bimbingan fisik, mental, sosial, dan keterampilan), resosialisasi, penyaluran, bimbingan lanjut, terminasi. Kedua Pelayanan Penunjang, meliputi: pendataan, sosialisasi program, Rehabilitasi Sosial Berbasis Keluarga (RSBK), Program Pelayanan Jarak Jauh (PPJJ), Pembinaan Persatuan Orang Tua (POT), pengembangan SDM.6 Program pembinaan merupakan bagian yang integral dalam rangkaian proses pelayanan sosial dan tidak dapat dianggap sebagai modalitas treatment yang berdiri sendiri. Hal ini berkaitan dengan pemahaman umum bahwa setelah klien menjalani program rehabilitasi primer di panti rehabilitasi, mereka masih memerlukan perawatan atau bimbingan lanjutan agar proses reintegrasi ke masyarakat dapat berlangsung lancar. Pada kenyataannya treatment tidak berhenti di dalam panti rehabilitasi melainkan terus berlanjut sampai klien kembali ke masyarakat, mampu mengembangkan gaya hidup yang sehat dan menjadi manusia yang produktif (BNN,2008).7 Oleh sebab itu Program Rehabilitasi Sosial di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara itu sendiri adalah bertujuan untuk memulihkan kemauan,
kemampuan
dan
harga
diri
tunagrahita
sehingga
dapat
melaksanakan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari serta dapat bergaul dan 6
Keputusan Menteri Sosial RI. No.59HUK2003 tentang Organisasi dan Tata kerja panti Sosial Bina Grahita Ciungwanara Bogor. 7 Widodo Nurdi, Evaluasi Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Pada Panti Sosial, h. 214.
6
mengembangkan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat, mencegah tumbuh dan berkembangnya pandangan yang negatif dari masyarakat terhadap tuna grahita, dan menumbuhkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang keadaan, permasalahan dan kebutuhan tuna grahita sehingga masyarakat sadar dan mendukung usaha rehabilitasi tuna grahita. Dalam hal ini peningkatan usaha kesejahteraan sosial yang dilakukan oleh Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara dengan mengetahui metode layanan Rehabilitasi Sosial yang tepat diharapkan dapat meningkatkan Keberfungsian Sosial Penyandang Tunagrahita dalam melaksanakan kegiatankegiatan untuk memenuhi hak-hak dasar penyandang tunagrahita. Oleh sebab itu perlu adanya metode layanan rehabilitasi yang komprehensif, direncanakan secara bersama -sama oleh penerima manfaat dan
pelaksana
rehabilitasi,
untuk
memaksimalkan
daya
kerja,
kemandirian, integrasi, partisipasi individu -individu penyandang kecacatan di tempat kerja dan masyarakat sehingga pada akhirnya mereka dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan latar belakang
diatas
maka
penulis
memiliki
judul
“PENINGKATAN
KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG TUNAGRAHITA (Kajian Terhadap Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong Bogor)”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas bahwa Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) mempunyai beberapa layanan program yaitu program
7
pelayanan pokok dan program pelayanan penunjang. Namun karena layanan rehabilitasi sosial yang lebih pokok terdapat dalam kegiatan di dalam panti, maka dalam hal ini peneliti membatasi masalah yang akan diteliti pada salah satu metode pelayanan pokok meliputi: pendekatan awal, penerimaan, pengasramaan, orientasi, asesmen, perumusan rencana intervensi, pelaksanaan intervensi (Bimbingan fisik, mental, sosial, dan keterampilan), resosialisasi, penyaluran, bimbingan lanjut, terminasi yang dilakukan di dalam panti dalam kurun waktu lima bulan, dari bulan Mei sampai dengan bulan September 2014. 2. Perumusan Masalah Selanjutnya berdasarkan batasan masalah di atas maka terlihat bahwa permasalahan pokok dalam penelitian ini meliputi: a. Metode layanan rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor. b. Berdasarkan permasalahan di atas (a), terlihat dengan nyata bahwa hal ini berkesinambungan pada hasil peningkatan keberfungsian sosial penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor. 3. Identifikasi Masalah Untuk menyusun metode layanan rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita
diperlukan
data-data
tentang
kemampuan
tunagrahita,
bimbingan yang telah diberikan, dan faktor pendukung serta faktor penghambatnya. Terdapat beberapa macam identifikasi masalah yang timbul, yaitu: a. Bagaimana kondisi penyelenggaraan, sarana prasarana rehabilitasi
8
sosial? b. Bagaimana proses rehabilitasi sosial yang diselenggarakan melalui panti? c. Seperti apakah bimbingan yang diberikan bagi penyandang tunagrahita dalam panti? d. Bagaimana kondisi anak yang telah menerima pelayanan rehabilitasi di panti? e. Faktor-faktor apa saja yang mendukung peningkatan keberfungsian sosial tunagrahita dalam panti? f. Faktor-faktor apa saja yang menghambat peningkatan keberfungsian sosial tunagrahita dalam panti? g. Bagaimana model pelaksanaan program layanan Rehabilitasi Sosial yang efektif dalam panti yang dilakukan oleh panti? h. Bagaimana pencapaian tujuan dari program layanan Rehabilitasi Sosial terhadap peningkatan keberfungsian sosial penyandang disabilitas intelektual tunagrahita di panti? Oleh karenanya, untuk membatasi masalah sebagaimana dimaksud, maka permasalahan pokok dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Bagaimana metode layanan rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, CibinongBogor? b. Bagaimana pencapaian tujuan dari metode rehabilitasi sosial terhadap peningkatan keberfungsian sosial penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor?
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Secara
umum
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui
pelaksanaan model program rehabilitasi sosial dalam meningkatkan keberfungsian sosial bagi penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Cibinong-Bogor. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan: a. Untuk mengetahui metode layanan rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor. b. Untuk mengetahui hasil dari metode layanan Rehabilitasi Sosial terhadap peningkatan keberfungsian sosial penyandang disabilitas intelektual tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat Praktis 1) Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan kebijakan di bidang Program Rehabilitasi Sosial bagi penyandang tunagrahita. 2) Dapat berkontribusi dalam memberikan gambaran tentang model dan metode peningkatan keberfungsian sosial penyandang tunagrahita. b. Manfaat Akademis
1) Dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau bahan kepustakaan
10
bagi pengembangan ilmu kesejahteraan sosial.
2) Dapat menambah khazanah keilmuan baru dalam program pelayanan masyarakat melalui lembaga dan ilmu kesejahteraan sosial.
3) Dapat menambah wawasan dan pengalaman penulis secara langsung dalam penelitian lapangan melalui penelitian ilmiah. D. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka terhadap beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Adapun beberapa skripsi tersebut antara lain: Nama
: Rian Rusdiyanto
NIM
: 104054002094
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam Judul
: Pemberdayaaan Penyandang Cacat Tunagrahita Oleh Yayasan Wahana Bina Karya Penyandang Cacat di Kelurahan Lebak Bulus Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan Skripsi tersebut membahas tentang pemberdayaan Tunagrahita yang
dilaksanakan oleh Yayasan Wahana Bina Karya. Yang menjadi pembeda dengan skripsi tersebut dengan skripsi penulis yakni skripsi diatas menggunakan variabel konsep pemberdayaan yang diberikaan oleh Yayasan Wahana Bina Karya dalam lingkungan kelurahan, sedangkan skripsi penulis yaitu penulis mengangkat program rehabilitasi sosial yang ada dalam lingkungan panti sosial. Persamaanya yakni skripsi tersebut dan skripsi penulis menggunakan subjek yang sama yaitu penyandang tunagrahita.
11
Nama
: B.Mujiani dan Setyo Sumarno
Jurnal
: Penelitian Kesejahteraan Sosial Vol.11 No.2 2012
Judul
: Kuriusitas terhadap Temanggung: Studi Pekerjaan Sosial Tentang Tunagrahita Curiosity about Temanggung: A Study on Mentally Retardation. Persamaan jurnal di atas dengan skripsi penulis yaitu sama-sama
menggunakan fokus atau kajian pada penyandang tunagrahita. Sedangkan perbedaan jurnal tersebut dengan skripsi penulis yaitu dalam memberikan cakupan layanan yang dijalankan oleh lembaga, yaitu dengan program layanan dalam panti dengan menempatkan penerima manfaat ke dalam asrama untuk mengikuti program-program yang diberikan oleh lembaga. Nama
: Mulia Astuti
Jurnal
: Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol.18 No.01 2013
Judul
: Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan Di Panti Sosial Bina Netra „Tumou Tou Tomohon Manado Dan „Tan Miyat‟ Bekasi Persamaan jurnal di atas dengan skripsi penulis yaitu sama-sama
menggunakan kajian pada pemberian program rehabilitasi sosial. Sedangkan perbedaan jurnal tersebut dengan skripsi penulis yaitu dalam objek sasaran yang diberikan, yaitu jurnal di atas menempatkan penyandang tuna netra sebagai penerima program rehabilitasi sosial, sedangkan penulis menempatkan penyandang tunagrahita sebagai penerima program rehabilitasi sosial.
12
E. Metode Penelitian Sebagai karya ilmiah, setiap pembahasan menggunakan metode untuk menganalisa dan mendeskripsikan suatu masalah. Metode itu sendiri berfungsi sebagai landasan dalam mengelaborasi suatu masalah, sehingga suatu masalah dapat diuraikan dan dijelaskan secara lebih rinci. 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian dikenal dua macam pendekatan penelitian yang dapat dilakukan, yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang informasinya atau datadatanya berbentuk angka (scoring) dan diolah dengan statistik.8 Sedangkan pendekatan kualitatif yaitu upaya untuk memahami makna yang terkandung dalam program ini. Hal ini selaras dengan pandangan Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati.9 Dalam Penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini didapatkan hasil penelitian secara mendalam untuk mengetahui makna dari sesuatu secara jelas dari kondisi sebenarnya. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif. 8
Poerwandari, E.K, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Jakarta: Perfecta, 2005) h.23 9 Lexi. J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2007), h.4.
13
Data tersebut bisa berasal dari wawancara, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan lapangan, dan dokumen resmi lainnya. Penelitian deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan data aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi, juga menentukan apa yang dilakukan oleh orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana yang akan datang.10 3. Metode Penetapan Lokasi Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor, dengan pertimbangan untuk mengetahui upaya penanganan permasalahan sosial rehabilitasi sosial tunagrahita yang dilaksanakan di wilayah pemerintahan daerah, khususnya di wilayah Cibinong Bogor, Provinsi Jawa Barat. Terdapat dua metode dalam menetapkan lokasi, yaitu: a. Random, penetapan lokasi secara acak. b. Purposive, penetapan lokasi secara sengaja atau mempunyai tujuan dan alasan tertentu. Untuk penelitian ini penulis memilih menentuan lokasi secara purposive dengan alasan agar lebih mudah mengenal lokasi penelitian, lebih mudah menjangkau lokasi penelitian guna mendapatkan data yang lebih rinci dan akurat.
10
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), cet. 12, h.25.
14
4. Sumber Data Sumber data terdiri dari dua macam data yaitu: a. Data primer adalah data yang diperoleh pada saat penelitian itu berlangsung, baik melalui observasi, wawancara ataupun dalam materi yang berhubungan dengan masalah penelitian. b. Data Sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan untuk mencari konsep dari teori-teori yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini seperti buku-buku, internet, brosur, serta catatan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. 5. Metode Pengumpulan Data a. Observasi atau pengamatan adalah kegiatan dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. oleh karena itu observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya.11 Dalam penelitian ini diperoleh informasi pelakasanaan observasi atau pengamatan secara langsung pada program rehabilitasi sosial, yang dilakukan oleh pengelola panti, penerima manfaat, fasilitas, proses rehabilitasi dan keberfungsian sosial tunagrahita melalui pencatatan apa yang terlihat, didengar dan diraba kemudian penulis tuangkan dalam laporan penulisan skripsi sesuai data yang dibutuhkan. Dalam hal ini penulis mengamati langsung kegiatan tunagrahita dan pegawai yang ada di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
11
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 115.
15
Ciungwanara, Cibinong-Bogor. b. Wawancara adalah proses memperoleh data dengan cara tanya jawab serta secara langsung, bertatap muka antara penanya dengan pengelola perusahaan.12 Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara bertahap, yakni wawancara yang dilakukan secara bertahap dan pewawancara tidak harus terlibat dalam kehidupan informan. Kehadiran pewawancara sebagai peneliti yang sedang mempelajari objek penelitian yang dapat dilakukan secara tersembunyi atau terbuka. Sistem “datang dan pergi” dalam wawancara ini mempunyai keandalan dalam mengembangkan objek-objek baru dalam wawancara berikutnya karena pewawancara memperoleh waktu yang panjang di luar informan untuk menganalisis hasil wawancara yang telah dilakukan serta dapat mengoreksinya bersama tim yang lain.13 c. Studi Pustaka, studi kepustakaan yang dilakukan guna mendapatkan teori yang akan digunakan sebagai analisis hasil penelitian sosial dalam program rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita. 6. Teknik Pemilihan Informan Berkenaan dengan tujuan penelitian ini maka pemilihan informan menentukan informasi kunci (key informan) tertentu serta informasi sesuai dengan fokus penelitian. Untuk memilih sample (dalam hal ini informan kunci) lebih tepat dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Selanjutnya, apabila dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi 12
Adang Rukhyat, Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta: Dinas Olahraga dan Pemuda, 2003) h.51 13 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h.110.
16
informasi maka peneliti tidak perlu lagi untuk mencari informan baru, proses pengumpulan informasi sudah selesai. Tabel 1.2 Tabel Pemilihan Informan Informan Klien (Penerima
Informasi yang dicari Manfaat Program
Manfaat)
Metode Wawancara
Jumlah
Alasan
10 orang
Sebagai objek
Rehabilitasi yang
(5 ringan)
penerima manfaat
diberikan oleh
(5 sedang)
program
Lembaga
rehabilitasi
Kepala Seksi
Model pelaksanaan
Wawancara
5 orang
Sebagai penentu
Rehabilitasi Sosial
Program Rehabilitasi
kebijakan
dan Pegawai
Sosial dan
pelaksanaan
Rehabilitasi Sosial
peningkatan
program
keberfungsian sosial
rehabilitasi dan beberapa disiplin ilmu Profesional
Pendamping Asrama
Mengetahui
Wawancara
5 orang
Sebagai pihak
dan Warga Sekitar
keberhasilan
netral dan
program dan
sebagai
menguji kebenaran
pihak ke 3
data pihak panti
7. Analisa Data Adapun metode yang penulis gunakan dalam menganalisa data adalah analisis deskriptif. Fungsi analisis deskriptif yaitu memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran umum ini bisa menjadi acuan untuk melihat karateristik data yang kita peroleh.14 Ciri dari analisis ini adalah menitik beratkan pada observasi dan suasana alamiah (naturalistis setting). Peneliti hanya bertindak sebagai 14
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi. 2005, h.25
17
pengamat. Ia hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasinya.15 Secara singkat, hasil penelitian diolah dan disajikan dengan cara melaporkan data dengan menerangkan dan memberi gambaran mengenai data yang terkumpul secara apa adanya, kemudian data tersebut disimpulkan. 8. Waktu Penelitian Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan Februari 2014 dan selesai sampai bulan Agustus 2014. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan proses penelitian, sebagai berikut: Tabel 1.3 Tebel Kegiatan Penelitian BULAN Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus 2014 2014 2014 2014 2014 2014 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
N O
KEGIATAN
1
Penelitian Pendahuluan Pengumpulan Data Pengumpulan data dan analisis data Penulisan dan penyelesaian Bab I Penulisan dan penyelesaian Bab II Penulisan dan penyelesaian Bab III Penulisan dan penyelesaian Bab IV Penulisan dan penyelesaian Bab V
2 3 4 5 6
7
8
15
Ibid., h.25
18
9. Keabsahan Data Untuk memeriksa keabsahan data, penulis menggunakan teknik triangulasi. Teknik ini merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan derajat kepercayaan (kredibilitas/validitas) dan konsistensi (realibilitas) data, serta bermanfaat juga sebagai alat bantu analisis data dilapangan. Keabsahan data yang digunakan penulis adalah triangulasi sumber yakni menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai sumber memperoleh data.16 Penulis menggunakan observasi dan membaca arsiparsip sekolah untuk membandingkan data yang sudah diperoleh dari wawancara 10. Teknis Penulisan Untuk mempermudah dalam penulisan, penulis mengacu pada pedoman karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Develoopment and Assurance) UIN Syarif Hidayatuullah Jakarta tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan Untuk mengetahui secara global tentang penelitian ini, maka sistematika penulisannya ialah sebagai berikut: BAB I
: Berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan
16
Ibid., h. 219
19
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II
: Berisikan landasan teoritis mengenai pokok pembahasan meliputi pengertian tunagrahita, klasifikasi tunagrahita, faktor-faktor penyebab tunagrahita, pengertian rehabilitasi sosial, metode rehabilitasi,
jenis
rehabilitasi,
perangkat
rehabilitasi,
keberfungsian sosial. BAB III
: Memberikan gambaran umum tentang profil lembaga dan sejarah perkembangan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).
BAB IV
: Bab ini merupakan inti penelitian, dijelaskan secara rinci mengenai bagaimana metode pelaksanaan rehabilitasi sosial bagi penyandang tunagrahita dan peningkatan keberfungsian sosial penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).
BAB V
: Merupakan Bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran mengenai metode pelaksanaan program rehabilitasi sosial bagi penyandang tunagrahita dan peningkatan keberfungsian sosial penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).
BAB II KAJIAN TEORETIS A. Tunagrahita 1. Pengertian Tunagrahita Tunagrahita yang berasal dari kata tuna berarti merugi, dan grahita berarti pikiran. Anak Tunagrahita berarti anak yang diidentifikasi memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal) ditandai oleh keterbasan intelejensi/cacat pikiran sehingga untuk meniti tugas perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus.1 Ada beberapa deskripsi tentang konsep dan pengertian tunagrahita dari beberapa ahli, antara lain2: 1. Cacat mental merupakan suatu keadaan dari perkembangan mental yang tidak lengkap, yang menyebabkan individu kurang dapat menyesuaikan diri dengan kawan-kawannya yang normal, sehingga memerlukan pengawasan maupun bantuan khusus. (Tredgold,Hutt, 1976). 2. Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya kendala (impairment) keterampilan (kecakapan, skills) selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia, yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. (WHO, 1992, Lumban Tobing, 1997). 1
Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 9. 2 Mulia Astuti, Rehabilitasi sosial Tunagrahita Melalui Panti Sosial Bina Grahita (Jakarta: P3KS Press, 2010), h.10.
20
21
3. Cacat
mental
retardasi
adalah
seseorang
yang
mengalami
penyimpangan / kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada mental intelektual, yang terjadi sejak bayi dalam kandungan, atau masa bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh faktor organik biologis maupun faktor fungsional. (Depsos, 1999). Istilah anak berkelainan mental subnormal dalam beberapa referensi disebut pula dengan terbelakang mental, lemah ingatan, febleminded, mental subnormal, tunagrahita. Semua makna dari istilah tersebut sama, yakni menunjuk kepada seseorang yang memiliki kecerdasan mental di bawah normal. Seorang dikategorikan
berkelainan mental
subnormal
atau
tunagrahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya
(di
bawah
normal),
sehingga
untuk
meniti
tugas
perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik, termasuk dalam program pendidikannya (Bratanata, 1979). Kecerdasan yang dimiliki seseorang, di samping menggambarkan kesanggupan secara mental seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap situasi dan kondisi yang baru, atau kesanggupan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dalam menghadapi lingkungan secara efektif, juga sebagai kesanggupan untuk belajar dan berpikir secara abstrak. Edgar Doll berpendapat seorang dikatakan tunagrahita jika: (1) secara sosial tidak cakap, (2) secara mental di bawah normal, (3) kecerdasannya terhambat sejak lahir atau pada usia muda, dan (4)
22
kematangannya terhambat (Kirk, 1970). Sedangkan menurut The American Association on Mental Defeciency (AAMD), seseorang dikategorikan tunagrahita apabila kecerdasannya secara umum di bawah rata-rata dan mengalami kesulitan penyesuaian sosial dalam setiap fase perkembangannya (Hallahan dan Kauffman, 1986).3 2. Klasifikasi Tunagrahita Pengelompokan pada umumnya didasarkan pada taraf intelegensi, yang terdiri dari tunagrahita ringan, sedang dan berat. Kemampuan intelegensi anak tunagrahita kebanyakan diukur dengan tes Stanford Binet dan Skala Weschlee (WISC). a. Anak tunagrahita ringan (IQ 50-75) Anak tunagrahita ringan disebut juga debil atau moron. Mereka masih dapat berfungsi secara individu seperti membaca, menulis dan berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, anak terbelakang mental ringan pada saatnya dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri. Akan tetapi anak tunagrahita ringan perlu mendapat bimbingan dalam melakukan penyesuaian sosial secara independent. Seperti contoh ia akan membelanjakan uangnya dengan lugu, tidak dapat merencanakan masa depan, dan bahkan sering melakukan kesalahan. Namun pada umumnya anak tunagrahita ringan tidak mengalami gangguan secara fisik. Kesimpulannya, anak tunagrahita ringan mampu dididik untuk bisa melakukan kegiatan pribadinya seperti bidang akademis, sosial
3
Ibid., h.88-89
23
dan pekerjaan. b. Anak tunagrahita sedang (IQ 30-50) Anak tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Mereka sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca dan berhitung. Tetapi mereka masih dapat dididik untuk mengurus diri seperti mandi, berpakaian, makan minum, mengerjakan pekerjaan rumah dan sebagainya. Namun dalam kehidupan sehari-hari mereka membutuhkan pengawasan terus menerus. Kesimpulannya, anak tunagrahita sedang hanya dapat dilatih untutk mengurusi dirinya sendiri melalui aktifitas sehari-hari (daily living), serta bisa melakukan fungsi sosial kemasyarakatan sesuai kemampuannya. c. Anak tunagrahita berat (0-25) Anak tunagrahita berat sering disebut idiot, adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Untuk mengurus kebutuhan diri sendiri sangat membutuhkan orang lain. Dengan kata lain, anak tunagrahita berat selalu membutuhkan pereawatan sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang lain (totally dependent). Kesimpulannya, anak tunagrahita berat akan selalu memerlukan bantuan perawatan total dalam hal merawat diri, makan dan lainnya.
24
Bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang hidupnnya. 3. Faktor-faktor Penyebab Tunagrahita Menelaah sebab terjadinya ketunagrahitaan pada seseorang menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan lainnya (faktor eksogen). Kirk berpendapat bahwa ketunagrahitaan karena faktor endogen, yaitu faktor ketidaksempurnaan psikobiologis dalam memindahkan gen (Hereditary transmission of psycho-biological insufficiency). Sedangkan faktor eksogen, yaitu faktor yang terjadi akibat perubahan patologis dari perkembangan normal. Dari
sisi
pertumbuhan
dan
perkembangan,
penyebab
ketunagrahitaaan menurut Devenport dapat dirinci melalui jenjang berikut: (1) kelainan atau ketunaan yang timbul pada benih plasma, (2) kelainan atau keturunan yang dihasilkan selama penyuburan telur, (3) Kelainan atau keturunan yang dikaitkan dengan implantasi, (4) Kelainan atau keturunan yang timbul dalam embrio, (5) kelainan atau keturunan yang timbul dari luka saat kelahiran, (6) kelainan atau ketunaan yang timbul dalam janin, dan (7) kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi dan masa kanak-kanak.4 Dari penyebab di atas diketahui bahwa ketidakmampuan anak tunagrahita meraih prestasi yang lebih baik dan sejajar dengan anak
4
Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 91.
25
normal karena keterbatasan fungsi kognitif dan kesetiaan ingatan anak tunagrahita sangat lemah dibanding dengan anak normal. Maka tidak heran jika ada instruksi yang diberikan kepada anak tunagrahita tidak melalui
proses
kognitif,
akibatnya
proses
pemanggilan
kembali
pengalaman atau peristiwa yang lalu, sering mengalami kesulitan.
B. Rehabilitasi 1. Pengertian Rehabilitasi Menurut UU No.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial Bab 1 Pasal 1 ayat 8, Rehabilitasi sosial adalah: “Proses
refungsionalisasi
dan
pengembangan
untuk
memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat” Tujuan rehabilitasi sosial dijelaskan dalam UU No.11 Tahun 2009 Bab III Pasal 7 ayat 1: “Rehabilitasi
sosial
dimaksudkan
untuk
memulihkan
dan
mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar” Rehabilitasi adalah pemulihan kepada kedudukan yang dahulu, perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu (misal pasien rumah sakit, korban bencana) supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat di masyarakat.5 Rehabilitasi sosial mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah sebagai berikut : 5
Pusat Bahasa. “Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-3”. (Jakarta: Balai Pustaka Depdiknas, 2002)., h.940.
26
1.
Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun masyarakat atau lingkungan sosialnya.
2.
Memulihkan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
2. Metode Rehabilitasi Metode yang digunakan dalam pemberian layanan rehabilitasi sosial dan vokasional penyandang cacat antara lain adalah6: 1. Pekerjaan Sosial dengan Individu (Sosial Case Work) a. Pengertian Pekerjaan Sosial dengan individu adalah suatu proses pelayanan profesional yang diberikan oleh pekerja sosial kepada penyandang
cacat
secara
perseorangan
yang
mengalami
permasalahan psikososial yang mengganggu peranan sosialnya. b. Jenis-jenis pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional yang diberikan 1) Intervensi Krisis. 2) Terapi Perilaku (Behavior Therapy). 3) Intervensi Lingkungan (Milieu Treatment). 4) Terapi Bermain (Play Therapy). 5) Terapi Realitas (Reality Therapy). 6) Konseling. 7) Kunjungan Rumah (Home Visit). 6
Haryati Roebyantho, dkk, Penelitian Pola Multi Layanan Pada Panti Sosial Penyandang Cacat, h.13.
27
c. Aplikasi pelayanan individual: 1) Diterapkan pada penyandang cacat yang mempunyai masalah yang bersifat pribadi. 2) Dilakukan
dengan
berbicara
dari
hati
ke
hati,
dapat
mendengarkan cerita penerima manfaat dengan sepenuh hati. 3) Dilakukan
secara
berulang-ulang
dalam
rangka
untuk
mendapatkan informasi yang lebih lengkap. 4) Diterapkan pada masalah yang sulit diungkapkan penyandang cacat dan menggali berbagai hal yang dianggap penting untuk penanganan masalah. 5) Dilaksanakan secara terencana dan sistematis. 6) Dibuatkan kesimpulan hasil dari setiap pertemuan sehingga dapat mengetahui perkembangan penanganan permasalahan penerima manfaat. 2. Pekerjaan Sosial dengan Kelompok (Sosial Group Work) a. Pengertian Pekerjaan sosial dengan kelompok adalah proses pelayanan profesional yang dilakukan pekerja sosial untuk membantu penyandang cacat mengatasi permasalahan psikososialnya dengan memanfaatkan proses dan interaksi kelompok. b. Jenis pelayanan yang diberikan: Pelayanan
(terapi)
yang diberikan
melalui
pendekatan
kelompok dipandang efektif untuk mengatasi masalah psikososial
28
yang dialami penyandang cacat. Terdapat 9 (sembilan) tipe kelompok dalam Group Work: 1) Kelompok Percakapan Sosial (Sosial Conversation). 2) Kelompok Rekreasi (Recreation Group). 3) Kelompok Rekreasi dan Keterampilan
(Recreation & Skill
Group). 4) Kelompok Pendidikan (Educational Group). 5) Kelompok Pemecahan Masalah dan Pembuatan Keputusan (Problem Solving and Decission Making Group). 6) Kelompok Bantu Diri (Self-Help Group). 7) Kelompok Sosialisasi (Sosialization Group). 8) Kelompok Penyembuhan (Therapeutic Group). 9) Kelompok Sensitivitas (Sensitivity Group). c. Aplikasi Pelayanan: 1) Membentuk kelompok penyandang cacat (5-10 orang) sebagai media pelaksanaan pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional. 2) Kegiatan yang dilakukan harus bersifat kreatif dan berorientasi pada pemecahan permasalahan dan kebutuhan penyandang cacat. 3) Setiap anggota kelompok harus diberikan kesempatan yang sama dalam mengungkap permasalahan yang dialami. 4) Diterapkan untuk mengembangkan sikap peniruan terhadap pengalaman positif penyandang cacat yang lainnya. 5) Pekerja sosial berperan sebagai fasilitator dalam kelompok.
29
6) Membuat catatan perkembangan penyandang cacat dari setiap pertemuan yang diadakan. 3. Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat (Community Organization/Community Development) a. Pengertian Pengembangan dan pengorganisasian masyarakat adalah suatu proses pelayanan dan rehabilitasi sosial professional yang dilakukan pekerja sosial bersama profesi lain kepada kelompok-kelompok masyarakat
yang
memiliki penyandang cacat agar mereka
mempunyai kepedulian dan tanggungjawab untuk membantu memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah penyandang cacat. b. Jenis-jenis pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional yang diberikan. 1) Promosi sosial (sosial promotion). 2) Mediasi. 3) Kemitraan (partnership). 4) Penggalangan dana (fundrising). c. Aplikasi pelayanan 1) Perlu dilakukan pemetaan terhadap
kelompok kelompok
masyarakat yang diharapkan mempunyai kepedulian dan dapat berpartisipasi dalam pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional penyandang cacat.
30
2) Perlu diidentifikasi pihak-pihak yang dapat diajak bekerjasama dan bermitra dalam pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional penyandang cacat. 3) Perlu
diidentifikasi
pihak-pihak
penyandang
dana
yang
diharapkan dapat berpartisipasi dalam pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional penyandang cacat. 4) Perlu sosialisasi program pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional penyandang cacat kepada masyarakat luas. Kegiatan yang Dilakukan dalam Rehabilitasi: 1.
Pencegahan; artinya mencegah timbulnya masalah sosial, baik masalah datang dari diri klien itu sendiri, maupun masalah yang datang dari lingkungan klien.
2.
Rehabilitasi; diberikan melalui bimbingan sosial dan pembinaan mental, bimbingan keterampilan.
3.
Resosialisasi; adalah segala upaya bertujuan untuk menyiapkan klien agar mampu berintegrasi dalam kehidupan masyarakat.
4.
Pembinaan tidak lanjut; diberikan agar keberhasilan klien dalam proses rehabilitasi dan telah disalurkan dapat lebih dimantapkan.7
3. Jenis Rehabilitasi Rehabilitasi pada tataran praktik, mempertemukan berbagai disiplin ilmu
mulai
dari
medis,
psikologis,
sosial,
bahkan
pendidikan
multidispliner tersebut menghasilkan proses rehabilitasi yang saling terkait dan mendukung upaya pengembalian fungsi sosial, sehingga individu 7
Muis, Ichwan, Rehabilitasi Sosial, h. 23.
31
dapat menjalankan perannya sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Pada perkembangannya, rehabilitasi terbagi menjadi empat jenis rehabilitasi8 sebagai berikut: a. Rehabilitasi Medis Rehabilitasi ini memberikan berbagai perawatan secara medis dalam upaya untuk memulihkan kondisi fisik klien. Rehabilitasi medis menawarkan pelayanan kesehatan bagi klien, yang mempertemukan tenaga profesional seperti dokter, psikiater, psikolog, bahkan pekerja sosial medis. Umumnya proses rehabilitasi medis berlangsung di rumah sakit, khususnya yang memiliki Instalasi Rehabilitasi Medis (IRM), Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah Sakit Fatmawati merupakan contoh rumah sakit yang telah memiliki (IRM). b. Rehabilitasi Pendidikan Rehabilitasi pendidikan merupakan upaya pengembangan potensi intelektual klien pada setting Sekolah Luar Biasa (SLB). Rehabilitasi ini mengandalkan tenaga pendidik, terutama para pendidik yang menekuni bidang khusus Pendidikan Luar Biasa (PLB). c. Rehabilitasi Vokasional Rehabilitasi ini, memberikan keterampilan-keterampilan khusus pada klien sesuai dengan minat dan kemampuannya, seperti keterampilan dalam bidang musik, pijat, masak, olah raga, komputer, dan lain sebagainya. Rehabilitasi vokasional memerlukan tenaga-tenaga khusus 8
Caroline Nitimiharjo, Rehabilitasi Sosial, dalam Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Departemen Sosial RI, 2004)., h.185.
32
yang menguasai keterampilan-keterampilan tersebut. Sehingga dapat mewujudkan tujuan proses rehabilitasi vokasional yaitu kemandirian ekonomi. d. Rehabilitasi Sosial Proses rehabilitasi sosial mengupayakan agar klien dapat memulihkan fungsi sosialnya di masyarakat. Proses rehabilitasi sosial juga bertujuan untuk mengintegrasikan klien kembali ke lingkungan masyarakat. Pada prosesnya, rehabilitasi sosial mengintervensi klien sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keluarga dan komunitasnya. Dalam hal ini, proses tersebut melibatkan sikap klien terhadap keluarga, komunitas, bahkan masyarakat, juga sebaliknya. Peranan pekerja sosial, psikolog, dan konselor menjadi sangat penting pada proses rehabilitasi ini. 4. Perangkat Rehabilitasi Rehabilitasi merupakan proses pemulihan kepada kondisi yang semula, agar dapat mencapai tujuan tersebut. Rehabilitasi memerlukan serangkaian
perangkat
sebagai
penunjang
berlangsungnya
proses
rehabilitasi yang integratif dan komprehensif. Perangkat tersebut meliputi “sarana dan prasarana” yang menunjang proses rehabilitasi yaitu: a. Program Rehabilitasi Program rehabilitasi mencakup pelaksanaan prosedur rehabilitasi yang terencana, terorganisir, dan sistematis. Umumnya program rehabilitasi menjadi bagian dan sebuah kegiatan organisasional lembaga, baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Jangkauan program
33
dapat meliputi lingkup lokal, nasional, regional. Keterkaitan dan kerjasama
antara
lembaga-lembaga
menyelenggarakan
program
rehabilitasi merupakan hal penting mencapai tujuan rehabilitasi itu sendiri. Dimana, tujuan dan fokus rehabilitasi akan tergantung pada kebijakan lembaga dan dapat bervariasi pada lembaga lain. Seperti pada lembaga yang menyelenggarakan program rehabilitasi bagi penyandang
disabilitas
yang
mengkhususkan
pada
program
rehabilitasinya saja. b. Pelayanan Pelayanan dalam proses rehabilitasi meliputi aktivitas khusus yang dapat memberikan manfaat dan sesuai dengan kebutuhan klien. Penyelenggaraan pelayanan kepada klien mengintegrasikan berbagai pendekatan, disiplin ilmu dan tenaga-tenaga profesional untuk mencapai tujuan dari proses rehabilitasi tersebut. c. Sumber Daya Manusia (SDM) Proses rehabilitasi tidak mungkin berjalan tanpa adanya sumber daya manusia sebagai pelaksana proses tersebut. Pelaksana rehabilitasi melibatkan tenaga-tenaga profesional dari berbagai latar belakang pendidikan dan keterampilan-keterampilan khusus, seperti dokter, pekerja sosial, psikolog, konselor, terapis, edukator, pengajar vokasional, dan lain sebagainya. Sumber daya manusia memegang peranan utama dalam pelaksanaan rehabilitasi. d. Fasilitas Penunjang Rehabilitasi Fasilitas yang dapat menunjang pelaksanaan rehabilitasi meliputi fasilitas tempat sebagai wadah pelaksanaan rehabilitasi, seperti
34
Instalasi Rehabilitasi Medis (IRM) pada rumah sakit, panti sosial binaan pemerintah, dan lembaga sosial yang menyelenggarakan program dan layanan rehabilitasi. Selain tempat pelaksanaan, fasilitas penunjang lainnya adalah peralatan rehabilitasi. Jenis dan jumlah peralatan tersebut, tergantung pada program, dan layanan rehabilitasi yang diselenggarakan. 5. Keberfungsian Sosial Keberfungsian Sosial secara sederhana dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam melaksanakan fungsi sosialnya atau kapasitas seseorang dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya sesuai dengan status sosialnya.9 Menurut Achlis dalam bukunya, Praktek Pekerjaan Sosial I, keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi sosial tertentu yang bertujuan untuk mewujudkan nilai dirinya demi pencapaian kebutuhan hidup. Indikator peningkatan keberfungsian sosial dapat dilihat dari ciriciri seperti yang diungkapkan Achlis:10 1. Individu mampu melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan dan fungsinya 2. Individu intens menekuni hobi serta minatnya 3. Individu memiliki sifat afeksi pada dirinya dan orang lain atau lingkungannya 4. Individu menghargai dan menjaga persahabatan 9
Abu Huraerah, "Pekerjaan Sosial Dalam Menangani Kemiskinan". (Jakarta: Pikiran Rakyat, 2005). 10 Achlis, Praktek Pekerjaan Sosial I, (Bandung: STKS 2011) h.21.
35
5. Individu mempunyai daya kasih sayang yang besar serta mampu mendidik 6. Individu semakin bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya 7. Individu memperjuangkan tujuan hidupnya 8. Individu belajar untuk disiplin dan memanajemen diri 9. Individu memiliki persepsi dan pemikiran yang realistik.
Keberfungsian sosial mengacu pada cara yang dilakukan individuindividu atau kelompok dalam melaksanakan tugas kehidupan dan memenuhi kebutuhannya. Konsep ini pada intinya menunjuk pada “kapabilitas” (capabilities) individu, keluarga atau masyarakat dalam menjalankan peranperan sosial di lingkungannya. Baker, Dubois dan Miley menyatakan bahwa keberfungsian sosial berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar diri dan keluarganya, serta dalam memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.11 Konsep ini mengedepankan nilai bahwa manusia adalah subyek dari segenap proses dan aktifitas kehidupannya. Bahwa manusia memiliki kemampuan dan potensi yang dapat dikembangkan dalam proses pertolongan. Bahwa manusia memiliki dan/atau dapat menjangkau, memanfaatkan, dan memobilisasi asset dan sumber-sumber yang ada di sekitar dirinya. Pendekatan keberfungsian sosial dapat menggambarkan karakteristik dan dinamika kehidupan yang lebih realistis dan komprehensif. Ia dapat menjelaskan bagaimana keluarga merespon dan mengatasi permasalahan
11
Indonesia.
Pekerjaan Sosial Dan Paradigma Baru Kemiskinan. Kementrian Sosial Republik
36
sosial-ekonomi yang tekait dengan situasi lingkungannya. Selaras dengan adagium pekerjaan sosial, yakni “to help people to help themselves”,12 pendekatan ini memandang individu bukan sebagai objek pasif yang hanya dicirikan oleh kondisi dan karakteristik. Melainkan orang yang memiliki
seperangkat
pengetahuan
dan
keterampilan
yang
sering
digunakannya dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial. Dari pemikiran di atas, keberfungsian sosial individu dalam situasi ini seringkali tergantung pada keluarga yang secara bersama-sama dengan jaringan sosial membantu para anggotanya dengan pemberian bantuan ekonomi, tempat tinggal dan bantuan-bantuan mendesak lainnya. Seharusnya konsep keberfungsian sosial lebih menekankan pada “apa yang dimiliki individu”, ketimbang “apa yang tidak dimiliki si individu”.
12
Edi Suharto, Coping Strategies dan Keberfungsian Sosial: Mengembangkan Pendeketan Pekerjaan Sosial dalam Mengkaji dan Menangani Kemiskinan (Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2002).
BAB III PROFIL LEMBAGA
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian PSBG Ciungwanara Bogor Pada tanggal 5 September 1885 diresmikan berdirinya panti yang berlokasi di Jl.SKB No.3 Desa Karadenan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor, dengan nama Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Mental (PRPCM) Retardasi, peresmiannya dilakukan oleh Bupati KDH Tk.II Kabupaten Bogor. Nama Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Mental (PRPCM) diganti nama menjadi Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial RI No.14 Tahun 1994, tanggal 23 April 1994. PSBG Ciungwanara Bogor diklasifikasikan ke dalam Panti Sosial type A
(Eselon
IIIa)
berdasarkan
Surat
Keputusan
Menteri
Sosial
RI
No.59/HUK/2003, tanggal 23 Juli 2003. Visi Misi PSBG Ciungwanara Bogor 1. Visi Mewujudkan
kemandirian
penyandang
cacat
mental
retardasi
(tunagrahita). 2. Misi a. Meningkatkan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat tunagrahita. b. Meningkatkan profesionalisme petugas pelayanan penyandang cacat tunagrahita. c. Menjalin kerjasama dengan organisasi sosial/LSM dan instansi terkait.
37
38
B. Kondisi Sumber Daya Manusia, Kapasitas dan Fasilitas, dan Dana Penyelenggaraan Panti 1. Sumber Daya Manusia (SDM) Dalam penyelenggaraan rehabilitasi sosial di PSBG Ciungwanara Bogor, dilaksanakan oleh 43 orang personil, bila dilihat dari jabatannya, komposisinya adalah sebagai berikut: a. Eselon III (Kepala Panti)
1 orang
b. Eselon IV (Kabag TU, Kasie PAS dan Rehsos)
3 orang
c. Tenaga Fungsional
8 orang
d. Staff
31 orang
Dalam melaksanakan tugasnya kekuatan personil tersebut dapat dilihat dalam struktur organisasi berikut: Kepala Sub Bag Tata Usaha Seksi Program & Advokasi Sosial Seksi Rehabilitasi Sosial
Kelompok Jabatan Fungsional Instalasi Produksi (WorkShop)
a. Kepala panti, bertanggung jawab atas keseluruhan pelaksanaan kegiatan panti. Dalam pelaksanaan tugasnya kepala panti dibantu oleh tiga orang eselon IV atau pejabat struktural beserta stafnya dan delapan orang pejabat fungsional pekerja sosial.
39
Uraian tugas jabatan struktural dapat dilihat dari uraian tugas masing-masing eselon empat sebagai berikut. b. Kasubag TU mempunyai tugas: 1) Mempelajari,
memahami
peraturan
perundang-undangan
ketentuan, yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya. 2) Membagi tugas/kegiatan kepada staff. 3) Melakukan konsultasi kegiatan kepada kepala panti. 4) Urusan cuti, KARIS/KARSU, ASKES dan TASPEN. 5) Menyiapkan usulan diklat pegawai dan kenaikan pangkat serta kenaikan gaji berkala. 6) Membuat LAKIP panti 7) Melakukan persiapan bahan rencana kegiatan tahunan. 8) Melakukan urusan surat menyurat. 9) Melakukan persiapan bahan rencana kegiatan tahunan. 10) Menyiapkan bahan laporan kegiatan panti. 11) Melakukan kegiatan administrasi perkantoran. 12) Menghimpun dan merekapitulasi DP3, DUK dan daftar hadir. 13) Menyiapkan bahan mutasi dan pembinaan pegawai. 14) Melakukan penyusunan dan pembahasan anggaran. 15) Menyiapkan bahan sanksi administrasi kepegawaian. 16) Menyiapkan analisa kebutuhan pegawai. 17) Melakukan urusan gaji dan honor pegawai. 18) Menyiapkan rencana dan analisa penggunaan dana. 19) Menyiapkan laporan realisasi keuangan.
40
20) Melakukan Unit Akuntansi Wilayah (UAW) dan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) mengenai barang dan keuangan (SIMAK BMN). 21) Mengusulkan kepanitiaan pengadaan barang dan jasa. 22) Menyiapkan analisa kebutuhan sarana dan prasarana UPT. 23) Menyelenggarakan
keamanan,
kebersihan,
dan
penerangan
lingkungan panti. 24) Mengelola permakanan dan kebutuhan klien. 25) Melakukan koordinasi dengan pejabat struktural dan fungsional dalam rangka penyusunan laporan kegiatan panti. 26) Menyiapkan bahan kehumasan. 27) Menyiapkan bahan dokumentasi pameran, dan sosialisasi program. 28) Melakukan tugas lain dari kepala panti sesuai dengan pereaturan perundang-undangan yang berlaku. Dari 28 tugas sub bagian tata usaha, pada umumnya adalah tugas-tugas penunjang penyelenggaraan rehabilitasi sosial kecuali mengelola permakanan. c. Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial (PAS), mempunyai tugas: 1) Mempelajari, memahami peraturan perundang-undangan ketentuan yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya. 2) Membagi tugas/kegiatan kepada staff. 3) Melakukan perumusan rencana kegiatan tahunan. 4) Melakukan konsultasi kegiatan kepada pemimpin. 5) Melakukan pengkajian program, penyiapan standarisasi pelayanan, pemantauan dan evaluasi.
41
6) Melakukan penyiapan bahan program, pendampingan yang memerlukan advokasi. 7) Menyiapkan bahan panduan operasional panti. 8) Menyiapkan bahan panduan petugas pelayanan klien. 9) Melakukan program persatuan orang tua klien (POT) keluarga. 10) Melakukan pendistribusian informasi ketentuan/ peraturan/ tata tertib setiap unit pelayanan dan klien yang wajib dipatuhi. 11) Melakukan identifikasi, registrasi, seleksi, dan penerimaan serta penjelasan program kepada calon klien. 12) Melakukan pendampingan penyesuaian bagi setiap klien yang terhambat selama mengikuti tahapan/proses rehabilitasi dalam panti. 13) Melakukan penghimpunan dan pengolahan hasil pelaksanaan kegiatan bidang sebagai bahan laporan. 14) Melakukan penghimpunan, pengolahan perpustakaan. 15) Melakukan penghimpunan, pengolahan, data awal dan informasi klien sebagai bahan penyusunan laporan. 16) Melakukan koordinasi dengan pejabat struktural dan fungsional dalam rangka penyusunan laporan kegiatan panti. 17) Melakukan tugas lain dari atasan/pimpinan sesuai dengan peraturan berlaku. Dari 17 tugas yang harus dilakukan seksi PAS, 10 diantaranya dapat dikategorikan pada kegiatan penunjang dan 7 lainnya dapat dikategorikan kegiatan rehabilitasi sosial (kegiatan pokok).
42
d. Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, mempunyai tugas: 1) Mempelajari,
memahami
peraturan
perundang-undangan,
ketentuan yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya. 2) Membagi tugas/kegiatan kepada staff. 3) Melakukan persiapan rencana kegiatan bimbingan fisik, perawatan kesehatan,
mental,
sosial,
dan
keterampilan
serta
mengkonsultasikan kepada kepala panti. 4) Melakukan koordinasi kegiatan dengan unit terkait. 5) Melakukan penyusunan kurikulum, seleksi penempatan, kegitan bimbingan sosial, mental, fisik, kecerdasan dan keterampilan. 6) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan rehabilitasi sosial termasuk perkembangan klien. 7) Melakukan penyusunan kurikulum, seleksi, kegiatan bimbingan sosial, mental, fisik, Kecerdasan dan keterampilan. 8) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan rehabilitasi sosial termasuk perkembangan klien. 9) Melakukan test awal untuk pengungkapa dan pemahaman masalah (Assesment). 10) Melakukan test penelusuran minat dan bakat termasuk kemampuan didik dan latih. 11) Melakukan penempatan klien pada program. 12) Melakukan pendekatan kepada masyarakat, dunia usaha, dan instansi terkait dalam rangka resosialisasi. 13) Melakukan magang klien pada perusahaan dan atau tempat usaha sesuai jenis keterampilan. 14) Menyiapkan bahan rajukan.
43
15) Melakukan konsultasi keluarga. 16) Menghimpun kelengkapan data/file klien. 17) Melakukan kegiatan ekstra kurikuler. 18) Penempatan klien dalam asmara. 19) Melakukan persiapan kegiatan UEP, magang, wirausaha dan kunjungan keluarga. 20) Melakukan penyiapan bahan keterampilan, bimbingan kepribadian klien. 21) Melakukan peningkatan prilaku, pengetahuan, dan keterampilan klien. 22) Melakukan pembinaan terhadap pengasuh dan instruktur. 23) Melakukan konsultasi kegiatan dengan pemimpin. 24) Melakukan penghimpunan dan pengolahan data sebagai bahan laporan. 25) Melakukan tugas lain dari atasan/pimpinan sesuai peraturan yang berlaku. Dari 25 tugas kepala seksi rehabilitasi sosial, 20 atau 80% diantaranya merupakan kegiatan rehabilitasi sosial yang langsung berhubungan dengan klien dan 20% lainnya merupakan kegiatan penunjang. e. Pekerja Sosial mempunyai tugas secara keseluruhan terlibat dalam kegiatan rehabilitasi sosial mulai dari pendekatan awal sampai bimbingan lanjut kecuali pengarsipan.
44
f. Instalasi Produksi (work shop) Secara fisik unit ini sudah tersedia, namun kegiatannya belum berjalan karena keterampilan bekerja yang diperoleh selama di panti belum bisa diterapkan untuk menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan standar pasar. Jumlah pegawai PSBG Ciungwanara Bogor sebanyak 57 orang dengan klasifikasi sebagai berikut: Tebel 3.1 Tabel jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin di Panti PSBG Ciungwanara Bogor No
Jenis kelamin
ƒ
1
Laki-laki
20
2
Perempuan
26
Total
46
Tebel 3.2 Tabel jumlah pegawai berdasarkan pendidikan di Panti PSBG Ciungwanara Bogor No
Tingkat pendidikan
ƒ
1
SD
3
2
SMP
15
3
SMA
10
4
D III
11
5
D-IV / S I
15
6
S2
4
45
Tebel 3.3 Tabel jumlah pegawai berdasarkan tenaga profesi di Panti PSBG Ciungwanara Bogor Jenis Profesi
ƒ
1
Dokter Umum
1
2
Perawat
2
3
Psikolog
1
4
Pekerja sosial
9
5
Okupasi therapy
1
No
2. Kapasitas dan Fasilitas Panti Kapasitas di PSBG Ciungwanara Bogor dapat menampung 75 orang, yang ditempatkan pada delapan asrama, terbagi atas tiga asrama putra, dan lima asrama putri dalam satu asrama dapat menampungkan sembilan sampai sepuluh klien, pada setiap asrama ditempatkan satu pembimbing asrama. PSBG Ciungwanara Bogor menempati tanah seluas 5,3 Ha dengan luas bangunan 3,888 M2. Fasilitas penunjang berupa bangunan fisik yang tersedia di PSBG Ciungwanara Bogor adalah sebagai berikut: a. Kantor b. Ruang data/Perpustakaaan c. Ruang Kesehatan (Poliklinik) d. Ruang Pamer/show room hasil karya/kerajinan e. Rumah dinas pegawai f. Aula g. Gudang dan garasi h. Ruang observasi
46
i. Lokal pendidikan j. Mushola k. Ruang kesenian l. Asrama Asrama Garuda Asrama Merpati Asrama Parkit Asrama Flamboyan Asrama Melati Asrama Kenanga Asrama Kakatua Asrama Nuri m. Wisma tamu n. Ruang makan dan dapur o. Sarana air bersih p. Sarana penerangan listrik q. Sarana taman bermain r. Sarana olah raga s. Pos satpam 3. Klien Klien yang diterima pada PSBG Ciungwanara Bogor, berasal dari Provinsi Lampung, Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Namun tidak menutup kemungkinan untuk daerah lain seperti dari Jawa Timur, dan
47
Kalimantan Selatan. 4. Dana Penyelenggaraan Panti Sumber dana PSBG Ciungwanara Bogor berasal dari APBN yang tertuang dalam DIPA. Untuk tahun 2014 berjumlah Rp. 5.006.013.000
C. Proses Rehabilitasi Sosial yang Diselenggarakan di PSBG Ciungwanara Bogor 1. Program Pokok Program pokok pelayanan dan rehabilitasi Orang dengan Kecacatan (ODK) Intelektual/ Grahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, meliputi : a. Rehabilitasi sosial 1) Pendekatan awal 2) Penerimaan. Penerimaan calon klien harus memenuhi persyaratan sebagai berikut; a) Orang dengan kecacatan (ODK) Intelektual/grahita: Debil/ mampu didik = IQ antara 50 s/d 70 Imbisil/ mampu latih= IQ antara 30 s/d 49 b) Tidak menderita cacat ganda (tuna netra, bisu tuli) c) Tidak mempunyai penyakit menular/kronis d) Tidak menderita gangguan jiwa e) Tidak mengidap epilepsi f) Mampu mengurus diri
48
g) Usia antara 15 s/d 35 tahun. Perlengkapan persyaratan penerimaan : a) Permohonan pendaftaran calon klien b) Isian formulir pendaftaran c) Isian angket riwayat anak d) Isian anket kepribadian anak e) Surat pernyataan orangtua/wali bermaterai f) Data pengkajian keadaan keluarga dan lingkungan g) Surta keterangan psikolog h) Surat keterangan sehat dari dokter i) Surat keterangan RT/RW domisili j) Pas poto 4x6 sebanyak 5 lembar k) Pas poto seluruh badan ukuran post card sebanyak 1 lembar l) Foto copi KTP orang tua/ wali m) Poto copy kartu keluarga 2 lembar n) Poto copy akte kelahiran 2 lembar o) Hasil rontgen p) Hasil tes psikiater 3) Akomodasi Merupakan kegiatan penyediaan sarana prasarana yang diberikan kepada seluruh klien dengan memperhatikan kondisi masingmasing, berupa: 1) Penempatan di asrama 2) Pemenuhan kebutuhan makan
49
3) Pemenuhan kebutuhan sandang 4) Pemenuhan kebutuhan kebersihan dan pemeliharaan kesehatan 5) Pendampingan penyesuaian diri bagi klien baru 6) Pengisian waktu luang 4) Asesmen Merupakan kegiatan kajian tentang klien, keluarga dan masyarakat. 5) Perumusan rencana intervensi 6) Kontrak pelayanan 7) Pelayanan therapy khusus 8) Bimbingan rehabilitasi. Serangkaian upaya memulihkan dan menumbuh kembangkan kemauan dan kemampuan penerima manfaat yang meliputi:
Bimbingnan fisik (olah raga, kesehatan dan kesenian)
Bimbingan sosial (pramuka, dll)
Bimbingan mental (agama, budi pekerti, kecerdasan, mental psikologis)
Bimbingan keterampilan kerja/ usaha (keterampilan dasar, keterampilan kejuruan dan PBK).
b. Advokasi / perlindungan sosial c. Instalasi produksi d. Resosialisasi Merupakan kegiatan aktualisasi kemampuan fisik, mental, sosial dan keterampilan klien pasca rehabilitasi dan berada ditengah keluarga dan masyarakat, yang meliputi:
50
1) Bimbingan kesiapan dan peran serta keluarga dan masyarakat. 2) Bimbingan sosial hidup bermasyarakat 3) Bimbingan pembinaan bantuan /stimulant usaha produktif 4) Bimbingan usaha ekonomi produktif 5) Penempatan kerja e. Bimbingan lanjut Proses peningkatan dan pemantapan aktualisasi kemampuan fisik, mental, sosial dan keterampilan. 2. Program penunjang a. Pendataan b. Pengkajian evaluatif c. Penyebaran informasi (sosialisasi program) d. Pembinaan Persatuan Orang Tua (POT) e. Penyediaan sarana dan prasarana aksesibilitas f. Rekreasi klien g. Kerjasama instansional h. Pengembangan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). 3. Pengembangan program Pengembangan program mencakup program Pelayanan Panti Jarak Jauh (PPJJ) yang dilaksanakan di lokasi yang terdapat Orang Dengan Kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita.
BAB IV METODE DAN PENINGKATAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG TUNAGRAHITA
Pada bab ini akan dipaparkan temuan dan analisis metode rehabilitasi sosial yang digunakan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, yang terdiri
dari
sumber
daya
manusia,
kapasitas
dan
fasilitas,
kondisi
penyelenggaraan, proses rehabilitasi, dan peningkatan keberfungsian sosial yang terdiri dari hasil rehabilitasi serta faktor pendukung dan penghambat rehabilitasi sosial. A. Metode Layanan Rehabilitasi Sosial Dalam teori metode rehabilitasi terdapat tiga model layanan yang tersedia, yaitu metode individu (case work), metode kelompok (grup work) dan pengorganisasian masyarakat (Community Development) bagi penyandang tunagrahita1. Dalam menentukan metode perlu adanya layanan rehabilitasi yang komprehensif, direncanakan secara bersama -sama oleh penerima manfaat dan
pelaksana
rehabilitasi,
untuk
memaksimalkan
daya
kerja,
kemandirian, integrasi, partisipasi individu -individu penyandang kecacatan di tempat kerja dan masyarakat sehingga pada akhirnya mereka dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam penelitian metode rehabilitasi sosial yang digunakan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, menggunakan metode kelompok dengan penilaian pribadi, yaitu dengan menempatkan penerima manfaat 1
Metode layanan rehabilitasi, Lihat Bab 2, h. 26.
51
52
melalui bimbingan konseling secara pribadi maupun dengan mendapatkan bimbingan di kelas.2 Hal ini seperti pernyataan yang diutarakan oleh ibu Wiwik kepada penulis: Dalam pelaksanaan program rehabilitasi, pihak panti menjalankan metode individual (direct service) dengan bimbingan individu dan metode kelasikal yaitu dengan bimbingan kelas atau secara berkelompok.3 Belum terlihat jelas bagaimana bentuk metode rehabilitasi yang digunakan, namun metode rehabilitasi yang digunakan harus memperhatikan beberapa faktor seperti; karakteristik tunagrahita, kurikulum, kondisi guru, dukungan sistem, lingkungan keluarga siswa, dan lingkungan masyarakat. Terlihat pihak panti menggunakan tahap pelaksanaan metode rehabilitasi multi terhadap pemilihan kurikulum yang terstruktur, yaitu metode yang diberikan berupa bimbingan pendampingan pribadi yang dilakukan oleh pekerja sosial yang sesuai dengan standar pelayanan rehabilitasi sosial, baik itu secara langsung maupun secara kelasikal/kelompok.4 Pendampingan yang dilakukan seorang pekerja sosial dengan mengikuti pedoman-pedoman sesuai dengan keputusan Kementrian Sosial yang seolah menjadi acuan pedoman yang digunakan oleh Panti Sosial Bina Grahita (PSBG). 1. Sumber Daya Manusia, Kapasitas & Fasilitas. dan Kondisi Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami gangguan secara mental, sehingga perlu adanya layanan dari penerapan secara individu 2
Hasil Observasi Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara. Bogor, 26 Mei 2014. 3 Wawancara pribadi dengan Ibu Wiwik selaku Seksi Program dan Advokasi Sosial, Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara. Bogor, 8 Juli 2014. 4 Metode rehabilitasi, Lihat Bab 2, h. 26.
53
maupun vokasional. Dalam hal ini dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu memberikan metode layanan rehabilitasi sosial, yaitu dengan proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan tunagrahita mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.5 Penerapan metode layanan rehabilitasi yang didukung dengan adanya perangkat rehabilitasi diharapkan kemampuan kerja tunagrahita dapat berkembang secara optimal, sehingga keberhasilan kerjanya juga sangat ditentukan dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan fasilitas penunjang yang tersedia merupakan salah satu perangkat berjalannya rehabilitasi.6 Dalam menjalankan metode rehabilitasi layanan profesional yang diberikan oleh pekerja sosial kepada penerima manfaat (sedang) sektor mampu latih dengan menggunakan metode individu (case work) yaitu dilakukan secara berulang-ulang dalam rangka untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan diterapkan pada masalah yang sulit diungkapkan penerima manfaat dan menggali berbagai hal yang dianggap penting untuk penanganan masalah. Sedangkan untuk penerima manfaat (ringan) sektor mampu didik dengan metode kelompok (group work) layanan profesional yang diberikan oleh pekerja sosial kepada para tunagrahita yaitu dengan membentuk kelompok atau bimbingan kelas sebagai media pelaksanaan pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional. Kegiatan yang dilakukan bersifat kreatif dan berorientasi pada pemecahan permasalahan dan
5 6
Pengertian rehabilitasi, Lihat Bab 2, h. 25. Perangkat rehabilitasi, Lihat Bab 2, h. 32.
54
kebutuhan penyandang tunagrahita. bisa meningkatkan kebutuhan mereka baik itu secara pribadi maupun secara kehidupan sosial penyandang tunagrahita.7 Sumber daya manusia yang terdapat dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) dalam penyelenggaraan program rehabilitasi sosial berjumlah 43 personil yang terdiri dari pejabat struktural dan fungsional. Dari hasil observasi dan wawancara informan, terlihat masih memiliki kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di dalam panti, seperti psikolog, psikiater, peksos, tenaga perpustakaan, dan supir lembaga.8 Hal ini dikarenakan minimnya dana yang tersedia, karena hanya cukup untuk melaksanakan kegiatan rutin di dalam panti. Tetapi tidak tersedia untuk kegiatan luar panti, seperti ketika mengikuti beberapa undangan jambore pramuka. Lain halnya dalam memenuhi kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam panti, pihak panti harus menyiapkan dana sendiri guna membayar pekerja honorer untuk mendatangkannya. Sebagaimana pernyataan Bapak Jarmadi kepada penulis: Pihak panti kekurangan sumber daya manusianya disini, karena inikan milik Kementrian Sosial, kan setiap tahun ada pendaftaran calon anggota yang baru pada mau masuk, tapi banyak yang tidak sesuai dengan kriteria calon yang diminta, sehingga kadang kita harus menyewa pegawai honorer untuk menutupinya.9 Bertolak belakang dengan permasalahan Sumber Daya Manusia (SDM), justru banyak terdapat fasilitas yang tersedia di dalam panti. Hal 7
Hasil Observasi Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara. Bogor, 26 Mei 2014. 8 Hasil Observasi Pengamatan Keadaan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara. Bogor, 21 Mei 2014. 9 Wawancara pribadi dengan Bapak Jarmadi selaku KA SubBag TU Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Bogor, 21 Mei 2014.
55
ini akan berakibat kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai pengolola mengakibatkan terbengkalainya beberapa fasilitas yang tersedia, seperti mobil dinas, perpustakaan, dan koperasi. Dalam proses penerimaannya terdapat klasifikasi kriteria atau syarat penerimaan bagi penerima manfaat yang baru yaitu harus memiliki IQ 50-75 atau biasa disebut debil, dan paling rendah mencapai IQ 30-50 atau imbesil, dibawah IQ ˂ 30 pihak panti tidak dapat menerima penerima manfaat tersebut, karena dikhawatirkan tidak mampu untuk diberikan bimbingan baik itu secara latih ataupun didik.10 Hal tersebut dikarenakan kapasitas tampung maksimal panti juga hanya bisa menerima 75 orang, sehingga daya tampung yang minim juga menimbulkan banyak penerima manfaat yang baru akan masuk harus menunggu giliran untuk bisa masuk ke panti. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan rehabilitasi sosial bagi penyandang tunagrahita tidak sebanding dengan dengan jumlah panti rehabilitasi yang tersedia. Ditambah lagi adanya kiriman dari instansi lain seperti satpol pp maupun lembaga terkait yang sering mengirimkan beberapa calon penerima manfaat yang baru dari luar daerah ke dalam panti yang sebenarnya daya tampung panti juga sangat terbatas. Untuk mengantisipasi hal di atas, pihak panti berusaha untuk bekerjasama dengan dengan lembaga lain untuk membantu memberikan solusi tentang minimnya tempat penampungan penerima manfaat. Salah satunya yaitu dengan lembaga Pusat Layanan Terpadu Anak Dengan
10
Klasifikasi tunagrahita, Lihat Bab 2, h.23.
56
Kecacatan (PLT-ADK). Salah satunya dengan menyalurkan menerima manfaat baru yang belum bisa masuk ke dalam panti agar bisa mendapatkan tempat sementara sambil menunggu giliran jika ada yang kosong baru akan dipindahkan ke dalam panti. Hal ini diperkuat dari pernyataan Ibu Adiningsih kepada penulis: Kadang kita juga kelimpungan untuk menerima penerima manfaat baru, karena kan kapasitas disini juga terbatas hanya 75 orang, jadi kalo ada penerima manfaat baru dari masyarakat atau kiriman dari satpol pp, kita mengantisipasi bekerja sama dengan PLT-ADK di daerah Ceger untuk penampungan sementara, nanti kalo udah ada yang kosong disini, baru kita konfirmasi kesana unutk memindahkan lagi kesini.11 Namun sayangnya, permasalahan ini tak cukup berhenti disitu saja, lembaga Pusat Layanan Terpadu Anak Dengan Kecacatan (PLT-ADK) hanya menampung penerima manfaat anak dengan batas usia 18 tahun sesuai dengan undang-undang anak, sedangkan PSBG sendiri bisa menampung penerima manfaat dari usia 15-35 tahun. Jadi jika ada penerima manfaat yang melebihi usia di atas 18 tahun, pihak panti memasukkan ke dalam daftar tunggu, yaitu jika ada kekosongan baru akan dipanggil. Kemudian juga adanya sebagian penerima manfaat yang tidak memiliki keluarga, sehingga setelah mendaptkan program rehabilitasi sosial selama 4 tahun, pihak panti harus tetap menahannya di dalam panti sampai ada keputusan dari kementrian sosial atau adanya pihak lembaga tertentu yang bersedia untuk mempekerjakan mereka di dalam instansinya.
11
Wawancara pribadi dengan Ibu Adiningsih selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, Panti Sosial Bina Grahita 21 Mei 2014.
57
2. Proses Rehabilitasi Sosial Dalam
Panti
Sosial
Bina
Grahita
(PSBG)
Ciungwanara,
penyandang tunagrahita diberi nama dengan sebutan “Penerima Manfaat” (PM), dikarenakan mereka adalah objek sasaran dari program rehabilitasi sehingga mereka disebut penerima manfaat di dalam panti. Proses rehabilitasi ini berlangsung dalam panti selama 4 tahun. Program rehabilitasi sosial PSBG merupakan suatu program kegiatan yang berkesinambungan dilakukan oleh pihak panti dan akan diteruskan oleh pihak lain seperti keluarga atau disalurkan ke masyarakat untuk bisa bekerja secara mandiri. Tujuannya agar meningkatnya peran dan partisipasi masyarakat dalam upaya peningkatan usaha kesejahteraan sosial bagi penyandang tunagrahita semakin tumbuh dan berkembang. Dalam menjalankan program rehabilitasi yang dilaksanakan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, pihak panti bertujuan untuk mengintegrasikan penerima manfaat kembali ke lingkungan masyarakat melalui proses rehabilitasi yang saling terkait dan mendukung upaya pengembalian fungsi sosial, sehingga individu dapat menjalankan perannya sesuai dengan tuntutan lingkungannya dengan menggunakan jenis rehabilitasi sosial.12 Akan tetapi dalam hasil observasi program rehabilitasi ini menyangkut pada dua program rehabilitasi, yaitu rehabilitasi sosial dan rehabilitasi vokasional, dikarenakan selain bimbingan sosial, pihak panti juga melakukan bimbungan dalam memberikan pelatihan vokasional guna melatih skill dan keterampilan para
12
Jenis rehabilitasi, Lihat Bab 2, h. 30-32.
58
penerima manfaat.13 Dalam dua bulan pertama, penerima manfaat akan diberikan masa orientasi dan observasi, yaitu dimana penerima manfaat akan selalu diawasi oleh pendamping agar bisa mengikuti program-program yang ada di dalam panti. Tujuan dari adanya orientasi dan observasi ini untuk dapat mengetahui sejauh mana kemampuan, bakat dan minat penerima manfaat baru dalam mengikuti program-program yang diberikan. Kemudian dalam enam bulan sekali mereka akan mendapatkan evaluasi peningkatan keberhasilan kerja, dan bagi mereka yang sudah bisa mendapatkan penempatan program kerja, mereka akan diberikan pelatihan vokasional sesuai minat dan kemampuan dari masing-masing tunaagrahita itu sendiri. Ada juga yang mengalami perubahan keterampilan vokasional karena baru terbentuk atau karena faktor lingkungan teman mereka yang membuat penerima manfaat bisa mengubah minat awal masuk, menjadi sesuai dengan bakat yang mereka miliki setelahnya. Hal ini dapat diperkuat oleh pernyataan Ibu Adningsih kepada penulis: Kita memang melakukan tahapan orientasi dan observasi bagi penerima manfaat yang baru masuk, tujuan yang pertama agar kita bisa mengetahui sejauh mana kemampuan IQ penerima manfaat baru ini, apakaah layak untuk diterima atau tidak? Kemudian setelah itu kita juga sambil menentukan kegiatan apa sih yang disukai awalnya sama anak ini, kemudian kita biarin mereka, nanti setelah enam bulan baru kita evaluasi apa bener ini cocok dengan mereka, klo engga ya kita pindahkan sesuai hasil evaluasi.14 Terlihat bahwa pada proses penerimaan tahap seleksi pihak panti tidak mau kecolongan dengan data yang diberikan dari sumber 13
Hasil Observasi Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara. Bogor, 26 Mei 2014. 14 Wawancara pribadi dengan Ibu Adiningsih selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, Panti Sosial Bina Grahita 21 Mei 2014.
59
sebelumnya seperti keluarga atau masyarakat yang kadang tidak sesuai dengan kenyataan penerima manfaat. Oleh sebab itu diadakan proses orientasi dan observasi yang menentukan apakah penerima manfaat ini layak atau tidak diterima untuk menerima proses rehabilitasi sosial dalam panti. Intervensi yang dilakukan PSBG Ciungwanara selama empat tahun dalam melaksanakan metode rehabilitasi sosial melalui berbagai macam kegiatan bimbingan antara lain; Bimbingan sosial, Bimbingan mental, Bimbingan fisik, dan Bimbingan keterampilan.15 a. Bimbingan Sosial Bimbingan Sosial yang dilakukan dalam metode kelompok dimana
para
penerima
manfaat
dikelompokkan
untuk
saling
berkomunikasi baik itu sesama penerima maupun dengan pegawai panti. Bimbingan ADL (activity day living), yaitu dalam hasil pengamatan terlihat bahwa penerima manfaat diajarkan untuk bisa melakukan
kegiatan
sehari-hari
seperti
mandi,
mencuci
dan
membersihkan lingkungan. Tujuan ini dimaksudkan agar penerima manfaat memiliki kesadaran diri dan tanggung jawab sosial agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya dan dapat membantu dirinya sendiri.16 Dalam bimbingan sosial ini berdampak besar pada kemampuan penerima manfaat dalam peningkatan keberfungsian sosialnya, karena
15
Buku Pedoman Kementrian Sosial Panti Sosial Bina Grahita tentang Penyandang Disabilitas. 16 Hasil Observasi, Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara. Bogor, 11 Juni 2014.
60
mereka akan terbiasa mengurus diri sendiri dan mampu melakukan pergaulan dengan orang lain dengan komunikasi sosialnya sehingga melatih penerima manfaat agar bisa bercakap guna memudahkan interaksi mereka dalam kehidupan bermasyarakat. b. Bimbingan Mental Bimbingan Mental, meliputi bimbingan kecerdasan, bimbingan agama, dan bimbingan budi pekerti. Bimbingan kecerdasan yaitu dari hasil pengamatan, pegawai memberikan materi pelajaran di kelas seperti matematika dasar, bahasa Indonesia dasar, dan bahasa Inggris dasar, kegiatan ini bertujuan untuk melatih kemampuan berfikir penerima manfaat. Dalam bimbingan kecerdasan pembagian kelas dibagi menjadi 6 kelas, yaitu kelas dasar 1,2,3 dan kelas lanjutan 1,2,3. Pembagian kelas berdasarkan tingkat kecerdasan (IQ) dan perilaku yang ditunjukkan oleh penerima manfaat.17 Sedangkan Bimbingan Agama secara metode individu dan kelompok yang diberikan guna mengajak penerima manfaat agar memahami kebutuhan jiwa spiritual mereka, biasanya untuk yang beragama Islam, mereka diajarkan untuk sholat, menghafal doa dalam kegiatan sehari-hari, dan membaca Al-Qur’an. Untuk yang beragama Kristen mereka diajarkan cara berdoa, nyanyian rohani, perjanjian lama, perjanjian baru, dan hukum taurat.
17
Hasil Observasi, Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara. Bogor, 2 Juni 2014.
61
Bimbingan Budi Pekerti dengan metode individu agar penerima manfaat lebih banyak mengenal nilai/norma yang berlaku dalam masyarakat. Seperti sopan santun, tenggang rasa, percaya diri dan harga diri, serta memiliki kondisi psikologi yang sehat dalam berfikir, bersikap, dan bertindak. c. Bimbingan Fisik Bimbingan Fisik dan olahraga yaitu dengan metode kelompok sebagai proses mendidik, mengarahkan secara terencana, terarah, sistematik dan profesional agar dapat menumbuh kembangkan kamauan dan kemampuan penerima manfaat bagi segi fisik dan olahraga sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kegiatan dalam bimbungan fisik antara lain: Senam, Olah raga (sepakbola, volly, bulu tangkis, dan atletik), permainan, jalan sehat, terapi, dan pemeliharaan kesehatan. Hasil pengamatan, kegiatan ini sangat bermanfaat dalam membantu
mengingkatkan
kesehatan
penerima
manfaat
agar
memperoleh kesegaran dan kebugaran. Disamping itu fungsi lain dari bimbingan fisik juga untuk mengajak penerima manfaat agar cepat merespon segala yang ada di sekitar lingkungannya, sehingga cepat tanggap untuk berfikir langkah apa yang selanjutnya mereka akan lakukan. Hal ini sangat berkaitan untuk peningkatan keberfungsian sosial penerima manfaat dalam masyarakat nanti.18
18
Hasil Observasi, Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara. Bogor, 26 Mei 2014.
62
d. Bimbingan Keterampilan Bimbingan Keterampilan dengan mengelompokkan secara minat dengan pengembangan kemampuan secara individu, meliputi keterampilan membuat keset, keterampilan menjahit, menyulam, olah pangan, handicraft, house keeping dan bercocok tanam. Diharapkan dengan
adanya
program
keterampilan
dapat
meningkatkan
kemandirian, mengembangkan potensi dan bakat serta menambah fungsi menerima dalam masyrakat agar bisa bekerja sehingga tidak menjadi beban masyarakat dan keluarga. Terlihat dari hasil pengamatan para penerima manfaat juga dilibatkan dalam kebersihan lingkungan panti, bagi penerima manfaat yang sudah bisa bekerja, dikaryakan untuk membersihkan asrama dan teras-teras panti, dan diberi isentif uang jajan.19 Tabel Alokasi Kegiatan Bimbingan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Tabel 4.1 Tabel Alokasi Program Rehabilitasi Sosial 90 80
70 60
50
Minat
40
Waktu/Minggu
30
Keberhasilan
20 10
0 Bimbingan Sosial
19
Bimbingan Mental
Bimbingan Fisik
Bimbingan Keterampilan
Hasil Observasi Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara. Bogor, 10 Juni 2014.
63
Dalam prosesnya rehabilitasi sosial yang dilaksanakan di panti terdapat beberapa tahapan Tabel 4.2 Alur Pelayanan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara
Dalam tahap pendekatan awal pihak panti, melakukan pendataan
tentang
konsentrasi
tempat/lokasi
potensial
para
penyandang tunagrahita dari dinas sosial dan masyarakat. Kemudian mengetahui kondisi calon penerima manfaat di daerah yang dilakukan penjajakan. Kegiatan ini dilakukan oleh Ketua Panti, Kepala Seksi dan Advokasi Sosial (PAS) dan Pekerja Sosial (PekSos). Dalam hal ini pelaksana melakukan pendataan dan menentukan daerah mana yang memiliki jumlah para penyandang tunagrahita yang potensial. Kemudian melakukan pendekatan kepada keluarga calon penerima
64
manfaat, setelah itu melakukan sosialisasi program panti dan pendidikan, terakhir menentukan penjemputan penerima manfaat baru setelahnya. Hal ini seperti diperkuat oleh pernyataan Ibu Adiningsih kepada penulis: Kita dalam proses pendekatan awal melakukan pendekatan dengan mencari data, kemudian kita tentukan daerah potensial untuk kita datangi nantinya, disana kita bisa bekerja sama dengan pekerja sosial kelurahan untuk melakukan assesment ditempat tinggal klien, kemudian nanti setelah kita dapatkan hasilnya kita kembali pulang, nanti setelahnya kita melakukan menjemputan kalau memang nanti dipanti kita terdapat kekosongan, kalau untuk yang masyarakat umum biasanya mereka langsung datang kemari kemudian nanti kita panggil atau kita hubungi.20 Jadi terdapat dua metode yang dilakukan pihak panti dalam melakukan pendekatan awal, untuk calon penerima manfaat yang didatangi pihak panti dilakukan dengan cara penjemputan, dan untuk masyarakat umum dilakakun dengan cara pemanggilan kembali. Dalam hal ini proses pendekatan harus lebih spesifik lagi mana yang dapat diterima di dalam panti dan mana yang masih bisa dilakukan di dalam keluarga dalam memberikan proses rehabilitasi klien. Hambatan dari proses ini seperti data yang diterima kadang tidak sesuai dengan kondisi penerima manfaat, calon penerima manfaat berat untuk meninggalkan keluarga, komunikasi yang terhambat (perbedaan bahasa), perspektif masyarakat terhadap kehidupan dalam panti.
20
Wawancara pribadi dengan Ibu Adiningsih selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, Panti Sosial Bina Grahita 21 Mei 2014.
65
Dari proses penerimaan, pihak panti menentukan kelayakan calon penerima manfaat untuk mendapatkan pelayanan rehabilitasi di panti yang dilakukan oleh Kepala Seksi dan Advokasi Sosial (PAS), Psikolog, beserta Pekerja Sosial (PekSos). Pada tahapan ini calon penerima manfaat mengisi formulir dan mengikuti beberapa seleksi seperti, tes kesehatan, seleksi intelektual (IQ), dan kemampuan mengurus diri sendiri (ADL). Dalam proses penerimaan terkadang orang tua kurang terbuka tentang kondisi kecacatan calon penerima manfaat sehingga para pelaksana mengadakan tahap orientasi selama dua bulan untuk mengetahui langung kondisi calon penerima manfaat dalam proses pengasramaan sebelum dilakukan assesmen dan rumusan rencana intervensi. Resosialisasi adalah suatu kegiatan untuk mempersiapkan peyandang tunagrahita, keluarga dan masyarakat agar dapat menerima penerima
manfaat
setelah
proses
rehabilitasi
sesuai
dengan
kemampuan yang dimilikinya. Kegiatan resosialisasi yang dilakukan diantaranya magang, kegiatan ini bertujuan agar klien siap kembali ke lingkungan masyarakat. Untuk mempersiapkan orang tua/keluarga telah dilakukan pertemuan dan beberapa kegiatan bersama orang tua seperti melibatkan orang tua pada saat kegiatan dalam panti, rekreasi bersama penerima manfaat dengan harapan orang tua mengetahui perkembangan anak selama berada di dalam panti. Sedangkan untuk kegiatan mempersiapkan masyarakat hanya
66
terbatas pada pemilik tempat usaha dimana klien magang, sperti pernyataan yang diutarakan Ibu Agustin kepada penulis: Dalam proses resosialisasi para penerima manfaat diberikan pelatihan magang (PBK) seperti menjahit kita bekerja sama dengan taylor yang ada di masyarakat, kemudian bercocok tanam kita bekerjasama dengan pembibitan pertanian dan pemilik kebun untuk nanti kita jual hasil tanaman dan buah anak-anak dipasar, untuk olah pangan kita bekerja sama dengan pabrik kerupuk, untuk supaya anak-anak bisa bekerja disana dalam jangka waktu satu bulan.21 Dalam hal ini pihak panti bisa memperjuangkan hak penyandang tunagrahita seperti yang tertuang dalam UU No.4 Tahun 1997 pasal 14 tentang Penyaandang Cacat, dimana setiap perusahaan wajib minimal 1% dalam seluruh jumlah karyawan mempekerjakan penyandang cacat. Akan tetapi timbul hambatan dalam hal ini karena lemahnya hukum di Indonesia yang belum sepenuhnya membuat perusahaan di Indonesia mempekerjaan 1% penyandang cacat dari seluruh jumlah karyawannya, jika dibanding dengan Negara Jepang sudah diwajibkan dan jika tidak akan mendapatkan hukuman sangki yang sesuai. Kemudian setelah mendapatkan proses resosialisasi, dilakukan penyaluran penerima manfaat kepada pihak keluarga dan dunia kerja. Penerima manfaat yang sudah selesai mengikuti program rehabilitasi sosial akan mendapatkan bantuan stimulan berupa uang pengembangan usaha dengan syarat bisa mandiri secara ekonomi. Seperti pernyataan Ibu Adiningsih kepada penulis: 21
Wawancara pribadi dengan Ibu Agustin selaku Pekerja Sosial, Panti Sosial Bina Grahita 2 Juni 2014.
67
Kita juga memberikan bantuan stimulan kepada anakanak untuk usaha setelah nanti kembali disalurkan kepada keluarga dengan cacatan mereka yang bisa mandiri secara ekonominya, untuk besarnya bantuan biasanya disesuaikan dengan daerah kondisi dan kemampuan anak itu sendiri.22 Selanjutnya kegiatan pembinaan lanjut dilakukan kepada eks penerima manfaat yang sudah menerima rehabilitasi di panti, dengan kurun waktu satu tahun setelah penyaluran guna memantau keadaan penerima manfaat setelah menerima program rehabilitasi, apakah klien mengalami kemajuan atau kemunduran.
B. Peningkatan Keberfungsian Sosial Tunagrahita Terdapat beberapa indikator pencapaian tujuan dalam keberfungsian sosial tunagrahita, diantaranya: (1) aspek fisik; (2) aspek mental psikologis, meliputi kemampuan intelektual, emosi, dan kemauan; (3) aspek sosial, meliputi pengaturan bahasa, kontak dengan orang lain, mengerti hak milik, dan kerjasama; (4) aspek vokasional, meliputi inisiatif, kreatifitas, kerajinan, kedisiplinan, keterampilan kehidupan sehari-hari, prestasi kerja, penyesuaian dalam pekerjaan, tanggung jawab, dan daya penerimaan instruksi kerja; (5) apek religi. Untuk mengetahui keberhasilan peningkatan keberfungsian sosial tunagrahita, penulis membagi kolom keberhasilan antara penyandang tunagrahita ringan (debil) dan tunagrahita sedang (embisil), untuk mengetahui perbedaan hasil diantara keduanya. Kemudian penulis menyajikan indikator pencapaian tujuan dalam keberfungsian sosial tunagrahita dalam bentuk 18 22
Wawancara pribadi dengan Ibu Adiningsih selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, Panti Sosial Bina Grahita 17 Juni 2014.
68
tabel yang akan dianalisis setiap aspeknya. Dalam setiap tabel yang disajikan terdapat lima pernyataan penilaian yang akan diteliti oleh penulis dalam mengetahui keberhasilan, setiap penerima manfaat (PM) akan dinilai berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Hasil maksimal 25 poin, penilaian akan nyatakan berdasarkan total jumlah keberhasilan dibagi ( : ) 25 poin, presentasi mencapai 70% dinyatakan berhasil dalam meningkatkan keberfungsian sosialnya. Hal ini dapat dilihat dari tabeltabel berikut: Tabel 4.3 Indikator Keberhasilan Penyandang Tunagrahita Tahun 2014 1. Aspek Fisik Berdasarkan aspek fisik tunagrahita, Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor, Tahun 2014. No 1 2 3 4 5
Aspek Fisik Mampu memelihara kesehatan diri dengan baik Mampu memelihara kesehatan diri dengan cukup Mampu memelihara kesehatan diri dengan hasil kurang Mampu memelihara kesehatan diri dengan bantuan orang lain masih kurang Apabila sama sekali tidak bisa mengurus diri Total:
N: 10
Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin (Keberhasilan) Ringan Sedang
Ringan
Sedang
1 orang
-
5
5
-
1 orang
-
4
4
-
3 orang
3 orang
3
9
9
-
2 orang
2
-
4
-
-
1
-
-
5 orang
5 orang
18
13
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan dalam aspek fisik mencapai (72%), keberhasilan penyandang tunagrahita sedang dalam aspek fisik mencapai (52%) dalam memelihara kesehatan diri secara mandiri maupun dengan bimbingan yang amat ringan. 2.
Aspek Mental Psikologis
69
Berdasarkan aspek mental psikologis tunagrahita, Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor, Tahun 2014. A. Kemampuan Intelektual No
Kemampuan Intelektual
N: 10 Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin (Keberhasilan) Ringan Sedang
Ringan
Sedang
1 orang
-
5
5
-
1 orang
-
4
4
-
3
mampu membaca menulis dan berhitung dengan masih banyak memerlukan bantuan orang lain
3 orang
1 orang
3
9
3
4
mampu membaca menulis dan berhitung dengan sederhana dan terbatas
-
4 orang
2
-
8
-
-
1
-
5 orang
5 orang
1 2
5
mampu membaca menulis dan berhitung dengan lancar mampu membaca menulis dan berhitung dengan sedikit bantuan orang lain
tidak mampu membaca menulis dan berhitung Total:
18
11
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan dalam kemampuan intelektual mencapai (72%), keberhasilan penyandang tunagrahita sedang dalam kemampuan intelektual mencapai (44%) dalam kemampuan membaca, menulis dan berhitung secara lancar maupun dengan bimbingan. B. Emosional No
Emosi
N: 10 Penerima Manfaat (PM) Ringan
1
Mempunyai kestabilan emosional secara layak
1 orang
2
Dengan bantuan minimal, mampu mengendalikan emosi
4 orang
3
Dengan bantuan maksimal, mampu mengendalikan emosi
4
Dengan bantuan maksimal, masih kurang mampu mengendalikan emosi
Skor
Sedang
Poin (Keberhasilan) Ringan Sedang
5
5
1 orang
4
16
4
-
1 orang
3
-
3
-
3 orang
2
-
6
70
5
tidak mampu sama sekali mengendalikan emosi Total:
5 orang
1 5 orang
21
13
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan dalam mengontrol emosional mencapai (84%), keberhasilan penyandang tunagrahita sedang dalam mengontrol emosional mencapai (52%) dalam kemampuan kestabilan emosional secara layak. N: 10
C. Kemauan No
1
2
3 4 5
Kemauan Tanpa inisiatif orang lain mampu mengespresikan suatu yang positif Dengan inisiatif yang ringan mampu mengespresikan suatu yang positif Dengan inisiatif yang ringan mampu mengespresikan suatu cukup baik Memerlukan bantuan orang lain dalam mengespresikan suatu Sama sekali tidak mempunyai kehendak Total:
Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin (Keberhasilan) Ringan Sedang
Ringan
Sedang
1 orang
-
5
5
-
2 orang
-
4
8
-
2 orang
2 orang
3
6
6
-
3 orang
2
-
6
-
-
1
-
-
5 orang
5 orang
19
12
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan dalam kemauan mencapai (76%), keberhasilan penyandang tunagrahita sedang dalam kemauan mencapai (48%) dalam memiliki kehendak inisiatif dalam mengespresikan suatu yang positif. 3.
Aspek Sosial Berdasarkan aspek sosial tunagrahita, Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor, Tahun 2014. A. Pengaturan Bahasa
No
Pengaturan Bahasa
N: 10 Penerima Manfaat (PM) Ringan
Sedang
Skor
Poin (Keberhasilan) Ringan Sedang
71
1 2
Dapat menyampaikan kehendak dengan bahasa yang baik Dapat menyampaikan kehendak dengan bahasa yang baik walaupun kurang lancar
3
Masih sukar menyampaikan kehendak dengan ucapan
4
Sukar atau tidak lengkap menyampaikan kehendak dengan ucapan
5
Sama sekali tidak dapat menyampaikan kehendak Total:
1 orang
-
5
5
-
2 orang
-
4
8
-
2 orang
2 orang
3
4
6
-
3 orang
2
-
6
-
-
1
-
5 orang
5 orang
17
12
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan dalam pengaturan bahasa mencapai (68%), keberhasilan penyandang tunagrahita ringan dalam pengaturan bahasa mencapai (48%) dalam kemampuan menyampaikan kehendak dengan bahasa yang baik walaupun kurang lancar. N: 10
B. Kontak dengan orang lain No 1 2
Kontak dengan Orang Lain Dapat menjalin hubungan dengan orang lain dengan baik Dapat menjalin hubungan dengan orang lain dengan cukup
3
Kurang dapat menjalin hubungan dengan orang lain
4
Tidak dapat menjalin hubungan dengan orang lain secara langsung
5
Tidak dapat sama sekali menjalin hubungan dengan orang lain Total:
Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin (Keberhasilan) Ringan Sedang
Ringan
Sedang
2 orang
-
5
10
2 orang
2 orang
4
8
8
1 orang
3 orang
3
3
9
-
-
2
-
-
-
1
-
5 orang
5 orang
21
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan dalam kontak dengan orang lain mencapai (84%), keberhasilan penyandang
17
72
tunagrahita sedang dalam kontak dengan orang lain mencapai (68%) dalam menjalin hubungan dengan orang lain secara baik. C. Mengerti Hak Milik No
Mengerti Hak Milik
N: 10 Penerima Manfaat (PM) Ringan
Sedang
Skor
Poin (Keberhasilan) Ringan Sedang
1
Mengerti hak milik fungsional baik dirinya maupun orang lain
1 orang
-
5
5
-
2
Mengerti hak milik secara fungsional
2 orang
1 orang
4
8
4
3
Ada kemampuan mengerti hak milik dengan sedikit pengertian
2 orang
3 orang
3
6
9
4
Dengan bantuan orang lain baru mengerti hak milik
-
1 orang
2
-
2
5
Tidak sama sekali mengerti hak milik
-
-
1
-
-
5 orang
5 orang
19
15
Total:
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan dalam mengerti hak milik mencapai (76%), keberhasilan penyandang tunagrahita sedang dalam mengerti hak milik mencapai (60%) dalam mengerti hak milik fungsional baik dirinya maupun orang lain. D. Kerja Sama No 1 2 3
4
5
Kerja Sama Berkomunikasi sosial secara baik dan dapat berpartisipasi Berkomunikasi sosial secara baik dan mampu berpartisipasi Dengan bimbingan orang lain mampu berkomunikasi sosial dan dapat berpartisipasi Dengan bimbingan orang lain masih sulit berkomunikasi sosial dan dapat berpartisipasi Tidak sama sekali memiliki kemampuan berkomunikasi sosial dan berpartisipasi Total:
N: 10 Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin (Keberhasilan) Ringan Sedang
Ringan
Sedang
-
-
5
-
2 orang
-
4
8
3 orang
3 orang
3
9
9
-
2 orang
2
-
4
-
-
1
-
-
5 orang
5 orang
17
13
73
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan dalam kerja sama mencapai (68%), keberhasilan penyandang tunagrahita ringan dalam kerja sama mencapai (52%) dalam berkomunikasi sosial secara baik dan dapat berpartisipasi. 4.
Aspek Vokasional Berdasarkan aspek vokasional tunagrahita, Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor, Tahun 2014. A. Inisiatif Kerja
No
Inisiatif Kerja
N: 10 Penerima Manfaat (PM) Ringan
Sedang
Skor
Poin (Keberhasilan) Ringan Sedang
1
Mampu tanpa bimbingan dan bekerja sendiri
1 orang
-
5
5
-
2
Dapat bekerja sendiri dengan bimbingan yang ringan
2 orang
1 orang
4
8
4
3
Dapat bekerja sendiri dengan bimbingan berkelanjutan
2 orang
2 orang
3
6
6
4
Dengan bimbingan yaang ketat baru bisa mengerjakan
-
2 orang
2
-
4
5
Dengan bimbingan yaang ketat masih belum bisa mengerjakan
-
-
1
-
5 orang
5 orang
Total:
19
14
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan dalam inisiatif kerja mencapai (76%), keberhasilan penyandang tunagrahita sedang dalam inisiatif kerja mencapai (56%) dapat bekerja sendiri walaupun dengan bimbingan yang ringan. B. Kreatifitas No 1
Kreatifitas Mempunyai daya cipta dan kreasi yang banyak
N: 10 Penerima Manfaat (PM) Ringan
Sedang
-
-
Skor 5
Poin (Keberhasilan) Ringan Sedang -
-
74
2
Mempunyai daya cipta dan kreasi yang cukup
1 orang
-
4
4
-
3
Mempunyai daya cipta tetapi kreasinya belum menarik
4 orang
2 orang
3
12
6
4
Mempunyai daya cipta kalau dirangsang dan variasinya tidak menarik
-
2 orang
2
-
4
5
Tidak atau belum mempunyai daya cipta dan variasi
-
1 orang
1
-
1
5 orang
5 orang
16
11
Total:
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan dalam kreatifitas mencapai 4 orang (64%), keberhasilan penyandang tunagrahita sedang dalam kreatifitas mencapai (44%) dalam mempunyai daya kreasi walaupun kreasinya belum begitu menarik. C. Kerajinan No
Kerajinan
N: 10 Penerima Manfaat (PM) Ringan
Sedang
Skor
Poin (Keberhasilan) Ringan Sedang
1
Rajin datang dan mau bekerja dengan penuh perhatian
1 orang
-
5
5
2
Rajin datang dan mau bekerja
2 orang
1 orang
4
8
4
3
Kadang-kadang rajin datang dan mau bekerja
2 orang
2 orang
3
6
6
-
1 orang
2
-
2
-
1 orang
1
-
1
5 orang
5 orang
19
13
4 5
Sering tidak mau datang bekerja Sering sekali melalaikan tugas dan tidak menepati waktu dan tata tertib Total:
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan dalam kerajinan mencapai (76%), keberhasilan penyandang tunagrahita sedang dalam kerajinan mencapai (52%) untuk rajin datang dan mau bekerja dengan penuh perhatian. D. Kedisiplinan No
Kedisiplinan
N: 10 Penerima Manfaat (PM) Ringan
Sedang
Skor
Poin (Keberhasilan) Ringan Sedang
75
1 2 3 4 5
Mengetahui tugas yang diberikan dan mengerjakan dengan penuh perhatian Mau mengerjakan tugas yang diberikan Mau mengerjakan tugas tetapi dengan sulit Sering melalaikan tugas Sering kali melalaikan tugas dan tidak menepati waktu dan tata tertib Total:
1 orang
-
5
5
-
2 orang
1 orang
4
8
4
2 orang
1 orang
3
6
3
-
3 orang
2
-
6
-
-
1
-
-
5 orang
5 orang
19
13
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan dalam kedisiplinan mencapai (76%), keberhasilan penyandang tunagrahita sedang dalam kedisiplinan mencapai (52%) dalam mengetahui tugas yang diberikan dan mengerjakan dengan penuh perhatian. E. Keterampilan Kehidupan Sehari-hari No 1 2 3 4 5
Keterampilan sehari-hari Dapat melakukan perawatan diri tanpa bantuan orang lain Dapat melakukan perawatan diri dengan sedikit bantuan orang lain Dapat melakukan perawatan diri dengan bantuan orang lain Melakukan perawatan diri apabila dibantu orang lain Tidak dapat melakukan perawatan terhadap diri sendiri Total:
N: 10
Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin (Keberhasilan) Ringan Sedang
Ringan
Sedang
1 orang
-
5
5
-
2 orang
1 orang
4
8
4
2 orang
2 orang
3
6
6
-
2 orang
2
-
4
-
-
1
-
-
5 orang
5 orang
19
14
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan dalam keterampilan kehidupan sehari-hari mencapai (76%), keberhasilan penyandang tunagrahita sedang dalam keterampilan kehidupan sehari-hari mencapai (56%) dalam melakukan perawatan diri walaupun dengan sedikit bantuan orang lain.
76
F. Prestasi Kerja No
Prestasi Kerja
1 2 3 4
Hasil Pekerjaannya baik sekali Hasil Pekerjaannya baik Hasil Pekerjaannya cukup baik Hasil Pekerjaannya kurang baik Hasil Pekerjaannya kurang sekali Total:
5
N: 10 Penerima Manfaat (PM)
Skor
Ringan 1 orang 2 orang 1 orang
Sedang 1 orang 3 orang
5 4 3 2
1 orang
1 orang
1
5 orang
5 orang
Poin (Keberhasilan) Ringan Sedang 4 6 3 2 6 1
1
13
10
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan dalam prestasi kerja mencapai (52%), keberhasilan penyandang tunagrahita sedang dalam prestasi kerja mencapai (40%) untuk hasil pekerjaan yang baik dan cukup baik dengan bimbingan yang ringan. G. Penyesuaian Dalam Pekerjaan No 1 2 3 4 5
Penyesuaian dalam Pekerjaan Dapat mengikuti tata kerja dengan penuh perhatian Dapat mengikuti tata kerja dengan cukup baik Agak sukar mengikuti tata kerja Kurang mengikuti tata kerja Sulit mengikuti tata kerja dan tidak ada perhatian Total:
N: 10 Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin (Keberhasilan) Ringan Sedang
Ringan
Sedang
-
-
5
-
-
3 orang
1 orang
4
12
4
2 orang -
2 orang 2 orang
3 2
6 -
6 4
-
-
1
-
-
5 orang
5 orang
18
14
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan dalam penyesuaian pekerjaan mencapai (72%), keberhasilan penyandang tunagrahita sedang dalam penyesuaian pekerjaan mencapai (56%) untuk dapat mengikuti tata kerja dengan cukup baik. H. Tanggung Jawab No
1 2
Tanggung Jawab Mentaati peraturan dan perintah serta menjalankan tugasnya dengan baik Mentaati peraturan dan perintah serta menjalankan tugasnya
N: 10 Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin (Keberhasilan) Ringan Sedang
Ringan
Sedang
-
-
5
-
-
1 orang
1 orang
4
4
4
77
3 4 5
Mentaati peraturan dan perintah Kadang-kadang melanggar peraturan dan larangan Tidak mengikuti peraturan dan perintah Total:
2 orang
1 orang
3
6
3
2 orang
3 orang
2
4
6
-
-
1
-
-
5 orang
5 orang
14
13
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan dalam tanggung jawab mencapai (56%), keberhasilan penyandang tunagrahita sedang dalam tanggung jawab mencapai (52%) dalam mentaati peraturan dan perintah serta menjalankan tugasnya walaupun kadang sedikit melanggar. I. Daya Penerimaan Instruksi Kerja No
1
2 3 4 5
Daya Penerimaan Instruksi Kerja Dapat mengikuti tata tertib dan petunjuk kerja dengan penuh perhatian Dapat mengikuti tata tertib dan petunjuk kerja dengan cukup baik Masih agak dapat mengikuti tata tertib dan petunjuk kerja Sukar mengikuti tata tertib lingkungannya Sukar sekali mengikuti tata tertib lingkungannya Total:
N: 10
Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin (Keberhasilan) Ringan Sedang
Ringan
Sedang
-
-
5
-
-
2 orang
1 orang
4
8
4
2 orang
2 orang
3
6
6
1 orang
2 orang
2
2
4
-
-
1
-
-
5 orang
5 orang
16
14
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan dalam daya penerimaan instruksi kerja mencapai (64%), keberhasilan penyandang tunagrahita sedang dalam daya penerimaan instruksi kerja mencapai (56%) dalam mengikuti tata tertib dan petunjuk kerja dengan cukup baik.
78
5.
Aspek Religi Berdasarkan aspek vokasional tunagrahita, Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor, Tahun 2014.
No 1 2 3 4 5
N: 10
Penerima Manfaat (PM)
Aspek Religi Mampu menjalankan ibadah sesuai agamanya dengan benar Mempunyai inisiatif dalam beribadah tetapi belum maksimal Menjalankan ibadah atas bimbingan orang lain Menjalankan ibadah masih sulit walaupun atas bimbingan orang lain Tidak mampu menjalankan ibadah Total:
Skor
Poin (Keberhasilan) Ringan Sedang
Ringan
Sedang
-
-
5
-
-
2 orang
1 orang
4
8
4
2 orang
3 orang
3
6
9
1 orang
1 orang
2
2
2
-
-
1
-
5 orang
5 orang
16
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan dalam aspek religi mencapai (64%), keberhasilan penyandang tunagrahita ringan dalam aspek religi mencapai (60%) untuk mempunyai inisiatif dalam beribadah tetapi belum maksimal. Dari keseluruhan tabel indikator keberhasilan di atas, maka didapatkan hasil
dari
peningkatan keberfungsian sosial
penyandang tunagrahita
berdasarkan 5 aspek yang terbagi dalam 18 indikator pencapaian peningkatan keberfungsian sosial penyandang tunagrahita. Hasil tersebut dipilah menjadi dua bagian, yaitu berdasarkan tingkat kemampuan dan karateristiknya. Untuk yang berada dikriteria ringan (debil) dan embisil (sedang) memiliki penilaian berbeda.
Pada
dikriteria
ringan
(debil)
maka
tingkat
kemampuan
kemandiriannya diukur dengan presentasi 60% - 75% (baik), untuk yang berada dikriteria sedang (embisil) maka tingkat kemampuan kemandiriannya hanya diukur dengan presentasi 40% - 60% (cukup).
15
79
Tabel 4.4 Peningkatan Keberfungsian Sosial Penyandang Tunagrahita Tahun 2014 No.
Penerima Manfaat (PM) Ringan Sedang 72% 52%
ITEM
Keberhasilan Setiap Aspek Penerima Manfaat (PM) Ringan Sedang 72% 52%
1
Aspek Fisik
2
Aspek Mental Psikologis A. Kemampuan Intelektual B. Emosi C. Kemauan
72% 84% 76%
44% 52% 48%
77%
48%
3
Aspek Sosial A. Pengaturan Bahasa B. Kontak dengan orang lain C. Mengerti Hak Milik D. Kerja Sama
68% 84% 76% 68%
48% 68% 60% 52%
74%
57%
Total Keberhasilan Seluruh Aspek Ringan Sedang
71%
4
Aspek Vokasional A. Inisiatif Kerja B. Kreatifitas C. Kerajinan D. Kedisiplinan E. Keterampilan sehari-hari F. Prestasi Kerja G. Penyesuaian Pekerjaan H. Tanggung Jawab I. Daya Penerimaan Instruksi Kerja
76% 64% 76% 76% 76% 52% 72% 56% 64%
56% 44% 52% 52% 56% 40% 56% 52% 56%
68%
52%
5
Aspek Religi
64%
60%
64%
60%
Dari tabel diatas dapat dipaparkan keberhasilan dari setiap aspek berdasarkan klasifikasi kemampuan tunagrahita ringan dan sedang. (1) aspek fisik total keberhasilan klasifikasi tunagrahita ringan mencapai 72% dengan penilaian baik, sedangkan untuk klasifikasi tunagrahita sedang mencapai 52% dengan penilaian cukup. Oleh sebab itu untuk aspek fisik peningkatan keberfungsian bisa dikatakan baik namun belum optimal. (2) aspek mental psikologis, total keberhasilan klasifikasi tunagrahita ringan mencapai 77% dengan penilaian baik, sedangkan untuk klasifikasi
54%
80
tunagrahita sedang mencapai 48% dengan penilaian cukup. Sehingga peningkatan keberfungsian aspek mental psikologis bisa dikatakan cukup baik namun belum optimal. (3) aspek sosial, total keberhasilan klasifikasi tunagrahita ringan mencapai 74% dengan penilaian baik, sedangkan untuk klasifikasi tunagrahita sedang mencapai 57% dengan penilaian cukup. Sehingga peningkatan keberfungsian aspek sosial bisa dikatakan sangat baik dan cukup optimal. (4) aspek vokasional, total keberhasilan klasifikasi tunagrahita ringan mencapai 68% dengan penilaian baik, sedangkan untuk klasifikasi tunagrahita sedang mencapai 52% dengan penilaian cukup. Sehingga peningkatan keberfungsian aspek vokasional bisa dikatakan cukup baik namun masih belum optimal. (5) apek religi, total keberhasilan klasifikasi tunagrahita ringan mencapai 64% dengan penilaian baik, sedangkan untuk klasifikasi tunagrahita sedang mencapai 60% dengan penilaian cukup. Sehingga peningkatan keberfungsian aspek religi bisa dikatakan cukup baik dan cukup optimal. Total dari keberhasilan seluruh aspek klasifikasi tunagrahita ringan mencapai 71% dan untuk keberhasilan seluruh aspek klasifikasi tunagrahita sedang mencapai 54% sehingga jika diakumulasikan memiliki nilai 63% dengan penilaian cukup baik. Namun hal ini bisa dikatakan belum mencapai hasil yang optimal jika total akumulasi keduanya belum mencapai total keseluruhan 70%. Waktu maksimal yang diberikan tunagrahita dalam mencapai keberfungsian sosial selama 4 tahun di panti, bukan menjadikan salah satu
81
batas ukuran dalam pencapaian tujuan, karena dalam jangka waktu 2 tahun sebenarnya anak sudah bisa dikembalikan ke dalam keluarga, dengan indikator pencapaian tujuan di atas. Dalam permasalahan sosial yang berkaitan dengan penyandang disabilitas tunagrahita, pencapaian keberfungsian sosial dapat dilihat dari tingkat kemandiriannya, karena suatu perkembangan kemandirian tunagrahita menjadi nilai utama yang difokuskan dalam meningkatkan keberfungsian tunagrahita dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat kemandirian seorang tunagrahita berbeda dengan seseorang pada umumnya, tingkat kemandirian seseorang dinilai berdasarkan tingkat kemampuan dan karateristiknya, yaitu untuk yang berada dikriteria embisil (sedang) maka tingkat kemampuan kemandiriannya hanya diukur untuk sebatas mampu latih, yaitu dengan melatihnya berulang kali untuk mengerjakan kegiatan pribadi sehari-hari tunagrahita seperti, mandi, memakai baju, mengenal beberapa fungsi benda dan ruangan. Bagi tunagrahita yang berada dikriteria debil (ringan) maka tingkat kemandiriannya lebih meningkat lagi, yaitu ditambah untuk belajar bersosialisasi, berkomunikasi, dan pengembangan keterampilan sesuai bakat dan minat yang dimilikinya. 1. Hasil Rehabilitasi Sosial a. Klien (Penerima Manfaat) Dari jumlah penerima manfaat 75 orang selama 4 tahun, jumlah ini merupakan maksimal penempatan dalam panti untuk mendapatkan program rehabilitasi sosial. Hasil rehabilitasi sosial dari 6 indikator
82
keberhasilan yaitu: melakukan kegiatan sehari-hari (ADL), relasi sosial, kemampuan berfikir, kemampuan keterampilan, penyaluran, kemampuan kemandirian. Dari hasil pengumpulan data dan penelitian penulis diketahui bahwa hanya tiga indikator yang dapat dilakukan oleh klien yaitu; ADL, relasi sosial, dan kemampuan berfikir sesuai dengan derajat kemampuannya. Sedangkan untuk kemampuan keterampilan dan kemampuan kemandirian belum sepenuhnya mampu dilakukan sendiri oleh
penerima
manfaat,
keterampilan
dan
kemandirian
yang
dimaksudkan adalah keterampilan yang bertujuan untuk bekerja dan kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Proses rehabilitasi hanya tergantung pada input penerimaan yang baik kepada klien atau yang mampu latih dan dapat dilihat dari kemampuan awal klien yang baik, kemudian proses rehabilitasi bisa berjalan dengan baik dan sehingga menghasilkan kemampuan baru yang dimiliki klien setelahnya. Sebaliknya jika terdapat klien yang tidak bisa mampu latih, maka proses rehabilitasi sosial juga terhambat sehingga tidak menimbulkan keberfungsian sosial klien yang diharapkan. Seperti pernyataan dari Ibu Azmi kepada penulis: Proses rehabilitasi dipanti tergantung pada kemampuan calon penerima manfaat di awal, klo dia mampu latih, maka proses rehabilitasinya bisa berjalan dan menghasilkan hasil yang diharapkan, walaupun kadang tidak jauh berbeda dengan hasil awalnya.23
23
Wawancara pribadi dengan Ibu Azmi Rahmi Deni Aziz selaku Pekerja Sosial, Panti Sosial Bina Grahita 8 Juli 2014.
83
Dalam penyaluran, baru dapat dilakukan penyaluran kepada keluarga saja, karena keterampilan yang dimiiliki penerima manfaat belum dapat memenuhi standar yang dibutuhkan oleh dunia usaha. b. Keluarga Keluarga adalah faktor utama yang seharusnya bertanggung jawab penuh terhadap keberfungsian sosial klien, karena keluarga yang lebih mengetahui apa yang dibutuhkan klien dan pengembangan diri seperti apa yang ada dalam diri klien. Keluarga belum siap atau enggan menerima kembali anaknya keluar dari panti, hal ini di sebabkan karena kurangnya pemahaman keluarga dalam membimbing anak dengan tunagrahita, pada saat bimbingan lanjut petugas telah memberikan edukasi kepada keluarga, tetapi belum dilengkapi dengan pemberian panduan praktis dengan cara membimbing anak dengan tunagrahita. Adanya program Pembinaan Persatuan Orang Tua (POT) juga terlihat belum maksimal, karena hanya sebatas ceremony atau sebatas temu kangen keluarga dengan klien, namun tidak menanyakan perkembangan klien kepada salah satu peksos yang bertanggung jawab terhadap peningkatan kemampuan klien. Kedepan seharusnya perlu adanya penggalakan program Pembinaan Persatuan Orang Tua (POT) untuk meningkatkan peran keluarga dalam membantu perkembangan anak yang dilakukan pihak panti dengan mewajibkan orangtua untuk datang dalam jangka waktu tertentu dan wajib untuk dipertemukan dengan peksos guna mencari solusi bersama baiknya untuk perkembangan anak selanjutnya.
84
Untuk selanjutnya, program rehabilitasi terbaik ada di dalam lingkungan keluarga, sedangkan pihak panti hanya berperan sebagai advokasi dan fasilitator bagi keluarga. Sehingga penyandang tunagrahita merasakan dirinya diterima di dalam keluarga sebelum mereka mengenal lingkungan masyarakat nantinya. c. Masyarakat Masyarakat
belum
memberikan
dukungan
kepada
para
tunagrahita yang telah memperoleh rehabilitas sosial di panti, hal ini di sebabkan masih kurangnya sosialisasi tentang tunagrahita, disamping itu kemampuan yang diperoleh selama empat tahun di panti belum maksimal untuk disalurkan ke dunia usaha. Secara konseptual kegiatan penyaluran dilakukan kepada dunia kerja dan keluarga, namun sampai saat ini hanya 1% yang bisa masuk dalam dunia kerja dan sisanya sebatas penyaluran kepada keluarga. Di samping itu juga penulis melihat masyarakat luas dan dunia usaha pada umumnya belum bisa menerima keberadaan penyandang tunagrahita dalam perusahaan mereka karena belum adanya kepercayaan pihak luar terhadap penyandang tunagrahita dalam bekerja. Hal ini disebabkan karena kemampuan hasil yang bisa diberikan penerima manfaat atau penyandang tunagrahita belum dapat memenuhi standar yang dibutuhkan pasar dan dunia usaha. Sebagian dari penerima manfaat masih selalu membutuhkan bimbingan dalam proses dalam mencapai tujuan akhirnya, sehingga sulit bagi mereka untuk bisa bersaing dalam dunia kerja yang ada di masyarakat.
85
Terlihat bahwa belum maksimalnya peran masyarakat dalam menerima keberadaan penyandang tunagrahita, sehingga menghambat keberfungsian sosialnya, perlu adanya penyadaran dan perubahan perspektif dari masyarakat bahwa penyandang tunagrahita untuk mendukung
segala
usaha-usaha
yang
dilakukan
penyandang
tunagrahita dalam melakukan tugasnya. 2. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial a. Faktor Pendukung PSBG berada dibawah naungan Kementrian Sosial RI sehingga memiliki payung hukum dan lembaga cukup besar. Sehingga memudahkan PSBG untuk melakukan kerjasama dengan instansi terkait guna membantu proses rehabilitasi sosial. Salah satunya seperti bekerjasama untuk melakukan bimbingan lanjut sebelum melakukan terminasi. Penerima manfaat dipindah ke dalam rumah bekerja yang bekerjasama
dengan
PSBG
utuk
memantau
kemajuan
atau
kemunduran penerima manfaaat selama mendapatkan program rehabilitasi sosial di PSBG. Faktor pendukung lainnya program rehabilitasi sosial di PSBG salah satunya adalah sarana dan prasarana yang sudah cukup memadai dan memiliki halaman yang luas, sehingga penerima manfaat dapat melakukan ekspresi dirinya sesuai minat dan bakat penerima manfaat. Dengan adanya beberapa alat keterampilan yang ada, sangat memudahkan proses belajar penerima manfaat guna meningkatkan
86
keberhasilan kerja tunagrahita. Adanya upaya pegawai untuk meningkatkan keberhasilan peningkatan keberfungsian sosial tunagrahita, antara lain: mencari informasi tentang jenis-jenis pekerjaan, kondisi dan tuntutan pekerjaan serta latihan kerja, menetapkan pilihan bidang pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat siswa, memahami persyaratan kerja tentang jenis pekerjaan yang diminati, dan memantapkan keterampilan yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang dipilihnya. b. Faktor Penghambat Temuan
penelitian
menggambarkan
bahwa
kurangnya
pemahaman pegawai akan keadaan penerima manfaat sehingga dapat mempengaruhi keterarahan program yang sesuai dengan kebutuhan penerima manfaat. Pegawai merumuskan program belum berdasarkan hasil asesmen, pandangan masyarakat, dan orang tua sehingga program ini tidak dapat dimanfaatkan tunagrahita untuk menggalang masa depannya. Temuan ini juga menggambarkan bahwa lemahnya dukungan sistem dari beberapa sumber kemungkinan disebabkan pegawai panti dan anggota masyarakat lainnya belum memahami apa yang dapat dilakukan oleh tunagrahita. Sementara program rehabilitasi bagi penerima manfaat masih terpaku pada pedoman pelaksanaan rehabilitasi lembaga yang hanya melakukaan pendekatan kuratif semata dan bukan mengarah pada pengembangan semua aspek baik ia sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial.
87
Faktor penghambat program rehabilitasi lembaga lainnya adalah orang tua kilen yang kurang terbuka tentang kondisi kecacatan klien, karena kondisi keadaan klien yang sebenarnya tidak sesuai dengan data yang diisikan dalam formulir sehingga rencana intervensi yang dibuat tidak sesuai dengan kenyataan klien. Kepercayaan pihak luar (dunia usaha) terhadap klien kurang, karena keterampilan klien belum memenuhi standart yang dibutuhkan, sehingga penyaluran hanya terbatas pada pihak keluarga dan hanya sebagian kecil yang bisa diterima dalam dunia kerja.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian penulis dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumen di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwana, CibinongBogor dalam menjawab perumusan masalah yang sudah diuraikan pada bab sebelumnya yaitu bagaimana metode layanan rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, CibinongBogor, maka dengan menggunakan metode rehabilitasi sosial, dapat terlihat pencapaian tujuan dari layanan Rehabilitasi Sosial terhadap peningkatan keberfungsian sosial penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, temuan penelitian menunjukkan bahwa dalam teori metode rehabilitasi terdapat tiga model layanan yang tersedia, yaitu metode individu (case work), metode kelompok (grup work) dan pengorganisasian masyarakat (Community Development) bagi penyandang tunagrahita. Dalam menentukan metode perlu adanya layanan rehabilitasi yang secara
bersama -sama
oleh
komprehensif,
penerima manfaat dan
direncanakan pelaksana
rehabilitasi, untuk memaksimalkan daya kerja, kemandirian, integrasi, partisipasi individu -individu penyandang kecacatan di tempat kerja dan masyarakat sehingga pada akhirnya mereka dapat melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam penelitian metode rehabilitasi sosial yang digunakan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
88
89
Ciungwanara, menggunakan metode kelompok dengan penilaian pribadi, yaitu dengan menempatkan penerima manfaat melalui bimbingan konseling secara pribadi maupun dengan mendapatkan bimbingan di kelas. 2. Peningkatan keberfungsian sosial; Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan keberfungsian sosial tunagrahita belum mencapai optimal, Total keberhasilan dari keseluruhan aspek menjadi 63%. Hal ini bisa dikatakan belum mencapai hasil yang optimal jika belum mencapai total keseluruhan mencapai 70% baik dilihat dari perilaku kerja maupun dari hasilnya walaupun penyandang tunagrahita telah mendapatkan program rehabilitasi sosial dalam waktu yang cukup lama jika dibandingkan
rehabilitasi dalam lembaga lainnya. Penambahan bobot
waktu ini didasarkan pada tujuan peningkatan keberfungsian sosial tunagrahita. Pencapaian yang belum optimal itu terutama dalam bidang kemampuan yang membutuhkan pikiran dalam beberapa aspek, seperti: (2) aspek mental psikologis, meliputi kemampuan intelektual, emosi, dan kemauan; (2) aspek vokasional, meliputi inisiatif, kreatifitas, kerajinan, kedisiplinan,
keterampilan
kehidupan
sehari-hari,
prestasi
kerja,
penyesuaian dalam pekerjaan, tanggung jawab, dan daya penerimaan instruksi kerja. Kemampuan ini bersifat semi skills, yang kesemuanya itu seharusnya dapat dilakukan oleh siswa tunagrahita yang telah mengikuti program rehabilitasi sosial.
B. Saran Dari hasil penelitian dan informasi yang sudah dapatkan, penelitian ini hanya terbatas pada pelayanan yang diselenggarakan panti dan keluaran
90
(output) saja, maka penelitian ini perlu ditindak lanjuti dalam mengkaji hasilnya (outcome dan dampaknya). Ada beberapa cacatan yang menjadikan dasar penulis memberikan saran atau usulan untuk meningkatkan rehabilitasi sosial di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor: a. Pemerintah sebagai penentu kebijakan utama perlu mengkaji kebijakan terhadap pemenuhan hak-hak penyandang tunagrahita dan perlu adanya ajuan
untuk
pemerintah
membuat
peraturan
tentang penerimaan
rehabilitasi panti sosial yang sesuai dengan Undang-Undang Penyandang Cacat No.4 Tahun1997. b. Pihak Panti Sosial dalam proses penerimaan perlu adanya pendekatan pada sumber penerima manfaat, seperti keluarga atau masyarakat umum untuk mengidentifikasi lebih jauh alasan keluarga mememasukkan salah satu anggota keluarga atau saudaranya ke dalam panti. Perlu adanya proses, kajian metode yang jelas dalam proses kegiatan program Rehabilitasi Sosial yang dilakukan lembaga. c. Peran orang tua yang masih mampu untuk mengurusnya alangkah lebih baiknya bimbingan dilakukan dalam keluarga karena lebih memiliki kedekatan emosional dan mengetahui permasalahan yang dihadapi klien. Keberadaan penyandang tunagrahita dalam panti yang seharusnya menjadi solusi akhir keluarga jika memang benar-benar tidak mampu untuk memenuhi segala kebutuhan yang harus didapatkan klien. d. Masyarakat ikut memperhatikan penyandang tunagrahita dan memberikan dukungan bagi yang telah memperoleh rehabilitasi sosial dengan memberikan kesempatan yang sama seperti pada masyarakat umumnya.
DAFTAR PUSTAKA A. Buku Arikunto, Suharsimi. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008. Astuti, Mulia. Penelitian Tentang Rehabilitasi Sosial di PSBG. Jakarta: P3KS Press 2010. Bean, Philip. Rehabilitation, dalam Adam Kuper, Jessica Kuper, Ensiklopedia ilmu-ilmu sosial Ed1 get7, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000. Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2007. Efendi, Mohammad. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara, 2006. Maleong, Lexi. J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2007. Nitimiharjo, Caroline. Rehabilitasi Sosial, dalam Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial Konsepsi dan Strategi. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Departemen Sosial RI, 2004. Nurdi, Widodo. Evaluasi Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Pada Panti Sosial. Poerwandari, E.K. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Perfecta, 2005. Pusat Bahasa. “Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-3”. (Jakarta: Balai Pustaka Depdiknas, 2002). Rukhyat, Adang. Panduan Penelitian Bagi Remaja. Jakarta: Dinas Olahraga dan Pemuda, 2003. Soetarso. Standardisasi Perlindungan Sosial dan Aksesibilitas Lanjut Usia. Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 1997. Wirawan. Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi Dan Profesi; Contoh Aplikasi Evaluasi Program Pengembangan Sumber Daya Manusia, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat, Mandiri Pedesaan, Kurikulum, Perpustakaaan dan Buku Teks. Jakarta: Rajawali Press, 2011.
B. Jurnal, Buku Panduan, dan Undang-Undang B Mujiyadi dan Setyo Sumarno “Kuriusitas terhadap Temanggung: Studi Pekerjaan Sosial Tentang Tunagrahita Curiosity about Temanggung: A Study on Mentally Retardation”. Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial Volume 11, No 2 Juni 2012. Mulia Astuti “Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan Di Panti Sosial Bina Netra „Tumou Tou Tomohon Manado Dan „Tan Miyat‟ Bekasi ”. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Volume 18, No 01 April 2013. Program Perlindungan Sosial PPLS Bappenas 2012. Undang-undang Republik Indonesia tentang Penyandang Cacat No. 4 Tahun 1997. Undang-undang No.11 tentang Kesejahteraan Sosial Tahun 2009. C. Internet Departemen Kesehatan. Anak dengan tunagrahita perlu pendekatan. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/460-anakdengan-tunagrahita-perlu-pendekatan-khusus.html. Artikel ini diakses pada tanggal 23 Januari 2014. Keputusan Menteri Sosial RI. No.59HUK2003 tentang Organisasi dan Tata kerja panti Sosial Bina Grahita Ciungwanara Bogor. Pekerjaan Sosial Dan Paradigma Baru Kemiskinan. Kementrian Sosial. (Diakses pada tanggal 17 Juni 2014).
Pedoman Wawancara
1. Jumlah informan
: 20 orang
2. Status
: 10 penerima manfaat, 5 pegawai, 5 warga sekitar
3. Jenis kelamin
: 8 laki-laki, 12 perempuan
Meliputi : 1.
Kondisi penyelenggaraan, sarana dan prasarana rehabilitasi sosial.
2.
Proses rehabilitasi sosial dalam panti.
3.
Kondisi anak yang telah menerima pelayanan rehabilitasi di panti.
4.
Pola pengasuhan yang diberikan.
5.
Keterkaitan Program Rehabilitasi dengan Kondisi Klien di Asrama.
6.
Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyandang Tunagrahita.
7.
Faktor-faktor yang
mendukung
peningkatan
keberhasilan
sosial
menghambat
peningkatan
keberhasilan
sosial
tunagrahita. 8.
Faktor-faktor yang tunagrahita.
9.
Model pelaksanaan program layanan Rehabilitasi Sosial yang efektif dalam panti.
10. Peningkatan tunagrahita.
keberfungsian
sosial
penyandang
disabilitas
intelektual
I
KBMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTASDAKWAH qAN ILMU KOMUNIKASI Jl. lr. H. Juanda No.95 Ciputat15412Indonesia
Telepon/Fax: (021) 7432728/ 74703580 E-mail : dakwah(rDl'dk.uinjakarta.ac.id
Website:www.fdkuiniakarta.ac.id
N o m o r : Un.01/F5/PP.00.9/2393120| 4 Lamp : I ( satu)bundel Hal : BimbinganSkripsi
Jakarta. 26 Maret2}l4
KepadaYth. Prof.Dr. SyamsirSalam,MS DosenFakultasDakwahdanIlmu Komunikasi UIN SyarifHidayatullahJakarta Assalamu' alaikumWr. Wb. Bersamaini kami sampaikan outlinedannaskahproposalskripsiyangdiajukanoleh mahasiswa Fakultas Dakwah danIlmuKomunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakartasebagai berikut, Nama NomorPokok Jurusan Semester JudulSkripsi
Andi Majid 1110054100027 Kesejahteraan Sosial(Kessos) VIII (Delapan) Program RehabilitasiSosial bagi PenyandangTunagrahita dalamPeningkatan Keberfungsian Sosialdi PantiSosialBina Grahita(PSBG)Ciungwanara, Cibinong-Bogor.
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalam penyusunandan penyelesaian skripsinyaselama6 (enam)bulan dari tanggal24 Maret s.d. 24 September2014. Demikian, atasperhatiandan kesediaannya kami sampaikanterima kasih. ll/assalamu'alaikun Ih. Wb. an. Dekan, Wakil Dekan Bidang Akademik
' Ph.Do1 199803/1 004 Tembusan: l. Dekan 2. KetuaJwusanKesejahteraan Sosial(Kessos)
,/
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIi9 SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTASDAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI iI
w xaw,
wwww
Telepon/Fax : (021)7432728 | 747 03590
Jl. Ir. H. JuandaNo. 95 Ciputat15412Indonesia
Nomor Lampiran Hal
Website:www.fdkuiniakarta.ac.idE-mail :
[email protected]
Jakarta,30 April2014
Un.OI lF5lPP.00.9I 4265I 2014 Izin Penelitian(Skripsi) KepadaYth, KepalaPantiSosialBina grahita(PSBG) Ciungwanara-Bogor di Tempat Assalamu'alaikumWr.Wb.
Dekan Fakultas Dakwah dan IJmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa: Nama Nomor Pokok Tempat/TanggalLahir Semester Jurusan/Konsentrasi Alamat Telp.
Andi Majid 1I 10054100027 Jakarta,07 November 1992 VIII (Delapan) Kesejahteraan Sosial RoosII RT 010/05No. 30 Jl. Lapangan 081299222971
adalah benar nahasiswa Fakultas Dakwah dan Ihnu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakartayang akan melaksanakanpenelitian/mencari data dalam rangka penulisan skripsi berjudul Program Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang Tunagrahita dalam PeningkatanKeberfungsian Sosial di Panti Sosial Bins Grahita (PSBG) Ciungwanara - Bogor. Kegiatan penelitian akan dilakukan dari bulan Mei sampaidenganJuli 2014. Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/Ibu/Sdr. dapat menerima/mengizinkanmahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaankegiatan dimaksud. Demikian,ataskerjasamadan bantuannyakami rnengucapkanterima kasih. Wassalamu' alaikum Wr.Wb.
Tembusan 1. Wakil DekanBidangAkademik 2. Ka/Sekorodi
N
th
W
KEMENTERIAN SOSIALRI PANTISOSIALBINA GRAHITACIUNGWANARA JI.SKBNo.3KaradenanCibinongBogor.Telp/Fax:(0251)8652979-8661832
SURATKETERANGAN Nomor:77? PSBG-TU/KS.01/1O12014
Yangbertandatangandi bawahini, Nama
: Dra.TriSukreni,M.Si
NIP
: 19620928 19870320O2
Jabatan
: KepalaPSBGCiungwanara
Menerangkan dengansesungguhnya bahwa: Nama
:A n d iMajid
NIM
:111005410027
Umur Mahasiswa
:2?Tahun : UINSyarifHidayatullah FakultasDakwahdan llmuKomunikasi JurusanKesejahteraan Sosial
penelitiandi PantiSosialBinaGrahitaCiungwanara telahmelaksanakan Bogordaribulan Meis.dAgustus2014. DemikianSuratketerangan ini dibuatuntukdapatdigunakansebagaimana mestinya:
:-*"{
I
. Ewr
,
rif .
falnMoE[l
P E P . S Y A R A T A NP E N D A F T A R A N I
pendaftaran t , Permohonan CalorrpM
A d a / B e l u ma d a l s i a nF o r m u l i rp e n r j a f l a r a n A d a / B e l u ma d a l s i a nA n g k q tR i w a y a tA n a k Ada/Belum'ada l s i a nA n g k e tk e p r i b a d i a A n nak Ada/Belumada l s i a nS u r a t P e r n y a t a a n A d a B e l u ma d a D a t a P e n g k a j i a nK e a d a a nK e l t a r g a d a n L i n g k u n g a n A d a B e l u ma d a S u r a tK e i e r a n g a rP. ls i k o i o g A d a / B e l u ma d a $urat Keterar.lgar.l Dokter ,{da/Belumada S u r a tK e t e r a n g a nr . (t / K w A d a / B e l u ma d a 't0, P a s P h o t o4 x 6 c m s e j u m l a , 5 r l e n r b a rd e n g a n k l i s e n y a A d a / B e l u ma d b 1 1 , P a s P h o t oB e r d i r u i k u r a np o s c a r s e i u m l a h1 l e m b a r Acia/Belumada i2. Plroto Copy l(Tp Orang TuaA//ali Caton pM 2lembar A d a / B e l u r na d a '13,
4. Alrunar I D E N T I T A SO R A N GT I J A WALI l, Narnc
Lahir j i. Pr..ku'r.jarrr
P h o t oC o p y K a r t uK e l u a r g a ( K K ) 2 L e m b a r
"
.. .''t,: z
a
I .'.
A d a / B e l u ma d a '14. P h o t oC o p y A t ( t eK e l a h i r a n2 l e n r b a r A d a / B e l u ma d a 1 5 H a s i lR o u n t g e n r \ d a / B e l u ma d a 1 6 .H a s i lt e s p s i k i a t e r Ada/Belum..rda
5,,Tar g ga.lpencJa tiiuiur
6. Tanggalpenerirrraan l'trN
BerkasPendaftarur
A S P E R S A R A AN PENDAFTARAN Lengkap
B e l u mL e n g k a p Nomor:
PFFF
P E } . ] D\ F T A , R A N
-
Lengrap B e l u ml e n g k i r p f.lomor:
PersyaratanpenOaftaEndilengkapi T a n g ; g a l: =_-_-r e n y e r a h a nB e r k a sP e n d a f t a r a n d i Tim Rehabilitasi Tanggal [:
svr\Rrr
I €'
r- (il tt ldl
; P e rmo h o n aPendaflaran n Calon PM PSBG C i u n g w a n a rBao g o r
Lampiran
Kepada Yth KepalaPantiSosial BinaGr alr itaCiungwanar a Bogor.
berl
M e n g a j u l < aP n e r m c r r o n a np e n d a f t a r a nc a l o n p M , J e n g a r r i d e n t i t a s: Nanra T e m p a V t a n g g al al h i r Alamat
S ta tu s : Ar r al< : l( andung/ Angl
I J
| !
r(
q, \
,
,,i:;'tt,
/f.
t'.'it--
\'ri?-
KErvlEN-t-ERtANSOSTAL Rt
-
PANTISOSIAL BIUN,CH,iHITA CIUNGWANAR,A. J I , S K BN o . 3 K a r a d e n a nC i b i n o n g B q g ; r , r e r p i F a x : ( 0 2 5 1 )1 J 6 5 2 9 7 9
I I .F O R , M U L I R PENDAFTARAN j,"]l_lhformulir:Cibarvahini s e s u a i d en g a n k o a d a a n ttdak p€rrlu. a n a l
dan cororah yang
A . . "l d e n t i t a s C a l o n p M ]., Nama Longkap panggilbn !, Na.na 3 Jenis Kelamin
:
fufo3u.rrtLahir/unrur
:o,. : y K U b a n g s a status Kevrargcnegaraan V\/NI/WN ( ^?i," WNt ketirunan ., WNA harapdilampirl
Desa,/Kel i k o d e p o s ) KecamaLan Kabupaten propinsi 9, Tetepon/Hp 1 0 ,P e n d i d i k a n
: Bolum. pern"n'sf iioi;h:;ps;
l(elas S D I - B / S L Bk e l a s: 1 1 .P e r n a hd i a s u h a t a u d i d i d i ko a l am p a n t i A s u h a n / p e n y atnu n a n l d e n t i t a sO r a n gT u a r, Ayan a. Nanra T e m p d ti a n g g a l a h i r I pendidikan q o. pokerjaan .e. Alamat
H
\).
f.
No telepon/Hp
a. b,
Nama lahir I!95;*-nn"'
e.
Pekerjaan Alamat
f.
No telepon/Hp
en b/rva Ii :1" " ^iit:l3 anssungiarva t, Tempatranggat lahir Hub keluardJshtus
: :d . e.
Alamat
r.
No telepon/Hp
pekerjaan'vwer€rr'us
:
tJ )i
t ! l
K E M E N T E R I A N S O S I A LR I
PANrj
IuNGWANARA s?p,.:l*L,ptxAq-nAnITec i.;ri; }d##
Jl.sKsNo,3Karadenan Crblnone B;s;.'i.jpA;
iII, a n s k e td i i b a vra ihn i
sl re] lr:tfa c o r o t l a hy a n g
R I W A Y A TC A L O NK L I E N
j u jur /seuuoi dengenr iv,,ayat calonpM ycr .r sesung g gul r r r y o,
t i d a , (JJri ,a .tu
A . l d o r i t i L aC s alon pM I .; ]' ,
Nama Longkap
: """'
T j j : " ,Kl lo"lea smiitna n
..:,...,,
lenig
l!*:o3.n{"u-''|,v|||lJI;...-,,...'...::::':. 6. ,Slq,tr:xuil.isaneearaan; i;.,"ii** k o t i r u n'ea rr n
w vv'Y N A Ah a , a p d i r a m p i r l < a n t u r . r - r n sur a c ,n, r at . , kewar r , ^ . . , ^ .sa' . r osar aan)
7. !3Xily"'
'" :'' :' 1 :.' l:- o' ' ]:u' ,1:..:nun
l. i,]il?
---
Kecamatai Kabupaten
t--" 7
1 0 ,P e n d i d i k a n
; ..,,. :
.
1 1 ,p e r n a hi i a suh -, . , ^ , .atau
F_,. i.,...
.,.
s e k o: i a n ' n i < l sr coe i a.s. . . . . . . . . . . : , . : . . : . . : . . J:','3,3":"an
cjididik oJril'"i""iixl',]'il;,,penvanrun3n - " r - t ' ' s r i s " :. ., "" "
B. Sgvraktu Dalam K a n r { , , A A a _/ ^
1 . U m u,ru , lmengandr:ne g u n g a(nP r a n a t)a l ".,1,f z, 5"rr,.,..'. ilw'oi'itU fr pernah r, #11i: ng,naPaka :
Yaltidak 3 S a k i ta p a U . B e r a p al a n r a n y a . y r r i k a n d u n g a nk e t i k a : : , _ J" ' 1 p * : h i ' b u p e r n a h j a t u h ; ' ; ^ . ,s;a, :r.r]t; ' . , . . , . . . '
a'^€agaimono;utliiv"u'
4 t,
: Ya/tidak
pernah terg";Jg,
;1,11l K e t e n t r a m u nb u u n n y a ., Apakah I ^ j??kah .se,babnya5.
. yattidak \ , ^ / , : r ,_ :.
riri,il"'""to
A F!y;r;,r';T!?iif;i[iJ," : ter usnr ener us/l< adang- lcadan;ir ictal< te ta ka u yi
J" i u i l ," '" -7 ' F : : n ; : a s e n a n g [ a h ' l bdue n g a n : N o r n r a l / t i dnaokr m a l to rse b u t o o' 11?du.ngan t-ernahkah tbu, penBnang/oba minum obat, pil
^ s. apar<"niB;;|:-Y"nisnya
saIami u - i. " " TrT 'rq I n",g_ri3"n"J""#,i
I
leraOakali
,l n oaeynbep a bbanbynayaap a uo. ^l -^e ,J-falfilny ada
; Yaltidck
: yal tidal< :Pernah/tidakpernaS
,
; saat mengandung: ..,,,. : .,,. "rJ-rl^^^^_,
per r ah
,,J .1
S e w a k t uA n a k L a h i r( N a t a l 1 . L a h i rd i
; l R u n r a h / r u m aSha k i V R u m a hb e r s a l i n /
? , Y a n gm e m b e r i K any uanrr t nr vl rnvnr t n\ j caU^I W aktume l a l ri rka n Dol
d . .O O T r a s i e . d e n g a n d i p e i : u I. t-et1c_lranan
alat
A p a k a hw a k t ul a h i rl a n g s u n g d a p a tm e n a n g i s Ya/tidak U s i ak a n d u n g a ns a a tm e l a h i r k a n: B e r a t d a n p a n j a n gs a a t l a h i r K e t a t n a ns a a t l a h i r
:....,..
D . S e t e l a hL a h i r(. p o s t l . J a t a)l
1 , A p a k a ht b u m e m b e r A i SI a . D a r iu m u r b e r a p a b . S a m p a iL n n u rb e r a p a c . B i l at i d a kd i b e r A i SI apa sebabnya
2 , A p a k a hi t r up e r n a hs a k i tw a k t u m e n v u s u i
Ya /tidak
a. Apa sakitnya b . B e r a p al a m a s a k i t n y a c . W a k t ui b u s a k i ta n a k u n r u rb e r a p a d , S e w a k t us a k i ti b u m a s i hm e n y u s u i S e w a k t um a s i hk e c i la p a k ? l rp g p n s 6. u L ' t
: Pernah/tidak
a, Apa sakitnya b.
P a d a L Jm U f I o' srf acnr l o. / c l c) cnl nt zt iU{ ^t y,i ,: i^
c , A p a k a hp e r n a hm e n g a l a m i _ k e k u r a n g a nV i t a m i n / g i z i d . A p a . l < atha m p a k g e j a l a _ g e j a lkae m u n d r r r a n s e t e l a hs e m b u h . 4 , A p a k a l rp e r n a hS t e p ( k e j a n g) a . K a r e n aa o a
: P e r n a h / t i d a kp e r n a n
, B e r a p ak a l iS t e p c , W a k t u u m u r b e r a p as a j a U m u r b e r a p aa n a k d a p a tc J u d u k a , U m u r b e r a p ec a l o n p M d : l p e tb e r d i r i b . U m u r b e r a p ae a l o n p ( t t d a p a th c r i n l n . r c . U m u r b e r a p ac a l o n p M d a p a tb i c a r a B a g a im a n a p e r k e m b a n g a bn i c a r a S e j a k k a p a n / u m u rb e r a p ac a t o n p M tidak n g o m o tl a g i A p a k a h p e r n a hj a t u h
l a n c a r / s e dnag / k u r a n gl a n c a r
P e r n a i r / t i d apke r n a h
a . B a g a i m a n aj a t u l n n y a b . w a k t uj a t u h u m u r D e r a D a P e r n a hm a i n - m a i nd e n g a np e r m a i n a n A t a u a l a ty a n g t e r b u a td a r i t i m a h
P e r n a h/ t i d a kp e r n a h
r' F J p
^
tr i
'fWrAf,##ffiffififrU msksnsn,lyeceharl_hari S u r d a se h i mb a n g 't I r r , AA -p- taka, .hca v s , vl o , r n rpr vl v r memlllki
r
a _ l_e, r*o, vi , tr ee r_f(ror n i ttl ,[ UI
: ..,
,r-: I
)
CATATAN:
Bogor, Y a n g m e n g i s ia n g k e t .
\
,J
,;;- i{fq t,. 'l
v, o cl
s
6IE
E g.
ot Y 6 -t
IL
tg
tn
s x {tr
x |u .g
g
F
-v, f,
F E
ET
(D
(D
"gs ' g ' 9
oo o-E
Ir:
5s E
e
_iq
jttr (E A
a
v
E {} fa
t
.la
-f
v ut
o
ac
CD G
ctt c .ct
a tu
a
gf
s* 5' E
ir
r0 .v
n
E'Hg F
F
'& $
&
a;
'o
F e
I
aH #s
&
il
+
-E
!'
3g #H gd
a c E
ft
{s
E t<
Ea ?E d E (-1
CE
.oco
.E
g
tl,
I d -{t =
a
z,
itrr I
G -Grt
b
c
ir
ifr
f,
E
tt
SEFg
H6
J-6.
qc
gE EE
Fi5
H# $s frg E$
$t o,
v
$E ES
md ct
o a.{
6
6 cl
di E I
cc
6 cq oi G I
*
d
I
c
lDr ttt I
l;
ffi o
6.t o I
4't
E
d
o ta
q tt el
Fir
(a
rtf
r*?
(l'
a a
!(tr t.ct .o0
(')
.g co
E
o)
EP
o. rE 5
dE {e
co
PE
D' c
-(o E9
c (o
.&E
(E TE
E
rD
;
.q
o c?
tr7
ql
o)
r
E
ia
E qt .Y q,
t=
C
c t[ o.
E E at
o. !, 5
ot
o c o
v q ([ or c
l',
c
ll
E
g)
E
o o-
cD
rt
o o f''
E
to
CL E
t!
($ E
E
o
Y c
€
,EI
o
(! 9l c
G
I
!.}
(t q
c\t
E
g
X E (E
cn
E (t 6
(u
g
E 6
s
F .* E
Efi.E
e
o o r.l (:t f I
I
6
6
I
q ary
e 3
E g (J(5' ec g E L G
@
f,
s I c
{
E €E
a
ol
t! E
x
co
I
.E
E
E
o
.E
I
.g .a
.E ID
tc
E
ltr
cl c(c
E
:l
o (rt to
o
.c
g
g
E {!
g
c) :< c (E
E (E
.E
IIl
a
d, $ Y G TE Gt,
c o
E
E 6
ll)
:E E to
F
c b
lt
ot c
$
g (g (t
sE
c -gl oE (o
;z,
fi
!t 5
a{}
rf' !f
E o
[) c) x
in
(\l
E
I
3t
(E
o,
E co
E ln
FIE
(s
F
ol E .cl
E
c
Fls plE
tt
E fit
f;E
(U qr
Efs
'El s
&
E co
6
(T
E (o
C}
o c) Y c (E
E
co
a
5
o
G o &
o o
e
fr
EE
gr
E E
ffts
Ee (E
E (E
(!
I
I
a
E
.!. E
6f
c4 lt- B
M
a
I
6 8 fct); 8
ct) c
(D
f;
rt)
t
E E a
o o, tt, TL o-
xo
I I 6t 6 is Y'6 v'6
c(u (t, c -o
g t[ ctt
E i6
o
c fit t't
E o
C Itl (Jl E ,GI F
'a
e,
'= ..Y
F rta
c'
E ia
E
ir
f; ct
:( :(.
v. c(! It c E
c o E gt
E (E p g
E (o
t', .E
ffi
o co c|
:(
6 ctt
..o
Fdl
G
a0 ct
(! .E
E o .A
.D att
o,
.ct
E (E
E o
ID
(EU' cD(E
E -(o u,
g
o c (!
I
c E
,!
a!
v,
eo to
l!!
c o
. g Eqt
E -g o
.t:l
(t o
q (E (E
:oo
:E € iE
P
Y -G, TLM
E
@
fs JA eo
E E ct
(E
E .D
lP , F . i f- E
o tn
q
.J
EE .oE c o IE tg .g
fiH
c(E
c(t,
c
Ea
g
E-tr 'F _9
5e ?g ?g c
E
EE E€ iE
.o-
fi,t frE
q
at
c tt
cL tl
z'
I
E (g
sr
G" G
xt E F e
F6 EE
00
EE
t3
s8
b"E
Y. Y. c(q F
FF€ :cg (g art c0(o
-tl E
AR $€ -=H
ffi
m
.F€ EE
-c, 1a(/) CD
.IU I
E
(o
E ifi
J.ct
Eg H5 $a $"A
4
€
E 'A
g
6
([
c
c
t! 'T
H s $ (D |t) o
.o
oo
ss SF b^E
?s
gE E. €$ €s FS F$ ris €t E$FE
(l. o'
Y'fr'
E
E
E
iad
J
E
gt
Ea adgct n
c-
'6 -to
x'6
c
(! 'l-
g's
3E
F O([
-o 6 cr)
I
t{
;'6.
I
e
c
E E E
g-s FR EE EE
(t .Y
F c'(E
E'
E {n
CD IE
?
t E
F I 6
$B ES ;EE trE
ta .t!
= € E r F
A
'a
o q)
P
65 .E o
SF
BE'
(t 6
E {u
P. ti ;'tu
Se tsq,
?a
{I (g .g
,g
E E
AQ
"$$
(/I
fis #n e
F
E
{u
a! .9 g
gt
Fsg
0a
fl8 HE g<
O(l
o-E
th
1f
-u
W 6 E
E (!
.E8* a6
E m
.6
rD
g* .EF :o .€P
tu
l!
4 -J &.
o(!
c(!
(o tt, (u E -c (B
c o
8E
.E co
a
|l' CD (lt G.
U'
E
c
(! g,
'pp 'pP
F.g
.g
€
tu a
(|t ID
5
c(u
c
c
..v o o
.Y o A
firrt
tl nll dt
I
r= @ q a.
(q
rr? (ri
rrf
+
r*? 6
,N
aa
t
rl!
IB
li*
{[ g' {, g
s?l-
KIe El -
#1fi sle
*tF
$s
I
ft€I(IPTTUIASI INDItfiTO* IGSERHASII.ANPEI\TIRTMAMAHFAAT I
PADA PSEGCIUHGWAITIARABOGOR NAMA PTilIRIMA MANFA,AT
TRIWULAN;
TH..,.........
Aspek Pslkologi A. Kcmam uen Intefisktual B. Erno$i C. l(ernauan A*pak Sosfal A. PengaturanBahasa B. Kontak dengan orang lain C. Mengarti ltak Milik AspekVokasiormt A- lnisiatif Kerja S. KreatMtas C. Keraiinan D. Kedisiplinan E. RetrarnpilanKehidupan seharihari F. frestasi Kerja l.Kualltatlf 2. Kuantitatif G, Penyusuaiandalam pekerjaan H. TanggungJawab l. Daya PenerimaanInstruksi Kerja
Mengetahui Kepata Panti
I
Bogor, PekerJaSosial
/\ ar
INDIKATORKEBERHASILANPENERIMAMANFAAT I
NO.
ITEM
I
Aspek .tstK 1. Apabilamarnpu memeliharakesehatandiri atas inisiatif sendiri,dengan hasilbaik 2. Apabilarnarnpumemeliharakesehatandiri sendiri,denganhasil cukup a. Apabilarnampumemeliharakesehatandiri denganhasilkurang 4. Apabllamampu memellharakesehatandirisendlrl,denganbatuanorang fain masih kurans 5. Apabilasamasekalitidakbisamensurusdiri sendiri
tf
NIIAI
5 4
3 2 1
AspekMental Psikologis A
B
c
Kemampuanlntelektual denganlancar 1 . Apabilamampu dan dapat membaca,menulis,berhitung serta memilikipengetahuanurnumsecarapraktisfungslonaldandapat menerapkandalam kebutuhansehari-hari 2. Apabifadapat mernbaca,menulis,berhitung dengan lancarserta merniliki pengetahuanumum secarapraktisfungsionaldengansedikitmemerlukan bantuanorans lain, 3. Apabitadapat membaca,menulis,berhltung denganlancarserta memilikl pengetahuanumum secarapraktisfungsionalsecarasederhanadan masih banyakmemerlukanbantuan orans lain 4. Apabiladapat membaca,menulis,berhitungdenganlancarserta memiliki pengetahuanumum secarapraktisfungsionalsederhanasekaliterbatas hanya bisa bacatulis nama sendiri berhitungdengan 5, Apabilatidak memilikikemampuanmembaca,rnenulis, lancar serta memillkl penBertahuanumum secarapraktls fungsional Emosi 1". Apabilamempunyai kestabilanemosional,dapat mengendali kan emoslnya dari luar secaralavak terhadao ranssansan-ranssansan 2. Denganbantuan rninimat, dapat mengendalikanemosi terhadap -rangsanganemosi dari luar ranfiSanflan ernoslterhadap 3. Denganbantuanmaksimal, dapat mengendalaikan dari luar rangsanf,an-rangsanRan 4. Derrganbantuan maksimal, masih kurang dapat mengendalikanemosi dari luar terhadaoranssansan-rangsangan 5. Apabilasama sekalitidak dapat mengendalikanemositerhadap rangsangan-rangsangan dari luar Kernauan 1 . Tanpainisiatiforang lain bisa mengekspresikansuatu kehendakpositif vane kreatif 2. Apabila atas pengalarnanfilasa lampau mempunyal kemampuan dapat mengekspreslkansuatu kehendakyang posltif walaupun denganInislatif vans minim 3. Apabila mampu rnengekspresikansuatu kehendak yang positif dengan cukup baik, tetapi dengan bantuan inisiatiforang lain 4. Apabila dalam rnengekspresikankehendaknyamasih memertukan bantuan orans lain 5. Apabilasamasekalitidak mempunyaikehendak
5
4
3 2
1
5 4
3 2 I
5 4
3
2 I
4/
ill
AspekSosial A
PengaturanBahasa L, Apabila rlapat menyampaikan kehendaknya kepada orang lain dengan 2.
B
4
Apabilamaslh sukaratau tidak mampu m€yarnpaikankehendaknyakepada oranglain denganucapan, artikulasiatau dalam menggunakansimbolstmbol
3
4,
Apabilasukardan tidak lengkapdalam meyampaikankehendaknyakepada orang lain denganucapan,artikulasidalammenggunakansirnbol-simbol
2
5,
Apabilasamasekalitidakdapatmenyampaikan kehendaknya dengan bahasa
7
Kontakdenganoranglain
2.
3, 4.
5"
Apabiladapatmenjalinhubungandenganoranglain, denganpenuh rlengertian, kehangatan, dan konstruktif Apabitadapat menjalinhubungandenganorang lain , dengancukup pengertlan,kehansatan,dan konstruktif Apablfakurangdapat menjalinhubungandenganorang lain dengan pengertlan,danrelativekonstruktif Tldak dapat berhubungandenganorang lain denganpengerttandan konstruktlf, sertatidak dapat merasakankehangatan(kaku,dingln) sepertf ada tirai pemisah. Apabilasamasekalitidak dapat berhubuneandensan oranc lain
5 4
3 7
L
Mengerti Hak Milik
t.
z, 3.
D
5
3.
t.
c
ucapanartikulasl atau simbol-simbol bahasa vanc baik,betul dan lance Apabila dapat menyampaikan kehendaknya kepada orang lain dengan ucapan ,betul walaupun kurang lancer
Apabllarnengertihak mifik secarafungsionalbaik dirinyamaupunorang lain Apabilarneneertihak milik secarafunssional Apabilaada kemampuanmengertihak milik dengansedikitpengertian fungsional
5
4 3
4.
Apabila dengan bantuan orang lain , baru mengerti hak milik sedikit fungsional
2
5.
Apabilasama sekalitidak men*erti hak miliknya
L
KerJaSama L.
z. 3, 4, 5.
Apabilaada kemampuanberkomunikasisocialsecarabaik dan dapat berpartislpasisecarakonstruktif dalam linckunsannva Apabilamemilikikemampuanberkomunikasisocialdan mampu beroartisipasisecarakonstruktif dalam linskunsannva Apabiladengan bimbinganorang lain mampu berkomunikasisocialdan mampu berpartisipasi secarakonstruktifdalamlingkungannya Apabiladenganbimbinganorang lain masihsulit berkomunikasisocialdan kurangrnampuberpartlsipasi secarakonstruktifdalam lingkungannya Apabilasamasekalttidak memilikikemampuanberkomunikasisosia
5 4
3 2 !
#
AspekVokaslonal
IV
lnlsiatifKerJa
A
L,
Apabila mampu tanpa bimbingandan bekerja sendirisesuaidengan pekeriaanyans di tusaskan
5
2.
Apabila dapat bekeria sendiri dengan bimbinsan vans ringan
4
3.
Apabiladapat bekerja sendlritetapi perfu pengawasandan bfmbingan secara bsrkefanjutan Apabiladenganbimbinganyang ketat baru dapat bekeria DenEanbimbineanvanEketat rnasihbelum mau bekeria
3
4, 5. I
Kreativitas
t. 2. 3. 4. 5.
c
D
E
Apabila rn€mpunyaidaya cipta dan variasivans benvak Apabilamempunvaidaya ciptadan variasivans cukuo Apabllamernpunyaldayacipta tetapl varlasinyabelum menarlk Mempunyai daya cipta kalau dirangsangdan dibimbing tetapr:variasinya tidak menarik Apabitatldak/ belum mempunvaidayaciptadan variasi
Keraiinan 3., Apabila rajin datang ke tempat kerja dan mau bekerja dengan penuh perhatian 2. Apabila railn datang ke tempat keria dan mau bekeria 3. Apabilarnau datang ke tempat kerja tetapi kadang-kadangtidak mau bekerjaatau kadang-kadane tidak mau dataneke tempat keria 4. Seringtldak datang ketempat kerja dan seringtidak mau bekerja 5. Serlngsekalimelalaikantusasdan tidak meneoatiwaktu dan tata tertlb Kedisiolinan L, Apabila tahu tugas-tugasnyayang diberikandan mengerjakan dengan pengertiansertamematuhitata tertib keria 2. Apablla mau menserkakantusas-tupasvans diberikan 3. Apabilamau mengerjakantetapi dengansulit, kadang-kadangmelalaikan tugas-tugasnya 4. Apabila sering melalaikan tugasnya 5. Seringsekalimelalalkantugasdan tidak menepatiwaktu dan tata tertib Ketrampilankehiduoansehari-hari
t. 2. 3. 4, 5. F
2 1
Apabila dapat melakukan perawatan diri tanpa bantuan orang lain Apabila dapat melakukan perawatan diri dengan sedikit bantuan orang lain Apabila dapat rnelakukan perawatan diri denqan bantuan orane lain
Melakukanperawatan diri apabiladibantu orang lain Tidakdapat metakukanp€rawatanterhadap diri sendiri denganatau tanpa banttranorans lain
5 4 3
z 1
5 4 3 2 t
I
5 4 3 2 1 5 4
3 2 1
PrestasiKerja t Kualitatif
2.
n, Apabitamutu pekerjaannyabaik sekafi(melebihitemannya)
5
b. Apabila mutu pekeriaannva baik c. Apabila mutu pekerjaannya cukup baik
4
d, Apabifa mutu pekeriaannva kurang baik e. Apbilamutu pekerjaannyakurangsekali Kuantltatlf a. Apabifa hasil pekerjaannva banyak sekali (melebihi ternannyal b. Apabila hasil pekerjaannya banyak c. Apabila hasil pekeriaanrrya cukup banvak
d. Apabilahasil pekerlaannvakurans banvak e. Apabilahasil pekerjaannyakurang sekali
3 2 1 5 4
3 2 L
a/
PenyuEualan dalalr pekerJaan
G
1.
Apqlita dapat mengikutltata kerja dengan penuh perhatian
5
2- ipablla dapat mengikuti tata kerja dengancukup batk 3. Apabilaagaksukarmensikutitata keria 4. Apablfakurang mengikuti tata keria 5 Sulitmengikutitata kerjadan tidak ada perhatian
L
TanggungJawab
H
x,
z.
V
4 3 2
Apabilamentaatiperaturan danperintahdenganmenjalankan tugasnya dengansebaik-baiknva
5
Apabita mentaati peraturan dan perintah serta menialankan tugasnva
4
3.
Apabila mentaati peraturandan perintah
4,
Apabila kadang-kadang melanggar peraturan dan larangan
3 2
5. Apabilatidak mengikutiperaturandan perintah(menolak) DayaPenerimaanlnstruksiKeria L, Apabila dapat mengikutitata tertib lingkungandan petunjuk kerja dengan penuhperhatian 2. Apabila dapat mengikutitata tertib lingkungandan petunjukkerjadengan cukup baik 3 . Apabila sukar mensikuti tata tertib linekunsannva 4, Apabila dapat mensikuti tata tertib linskuneannvadan Detuniukkeria 5. Sukarsekalimengukutitata tertib dan menolakpetunjuk Aspek Religi
t, 2, 3. 4.
Penerimamanfaatrnarnpumenjalankanibadahsesuaidenganagarnadan kepercayannva atas inisiatifsendiridenganbenar Mempunyai inisiatif dalam beribadahtetapi belum maksimal Menjalankan ibadah atas bimbingan orang lain
Menjalankanibadahmasih sulit walaupun atas bimbinganorang lain
5. 1Tidakmampumenjalankan ibadah
Tot Nilai KE'TERANGAN TENTANG GRAFIK PENTLAIAN
1
5 4
3 2 I
5 4 3 2 1 100
1, Jenis/ iternpenifeian 2. Eesartlya {angka ) Nifai(1)jumlah item kurangsekali Nitai {2 } jumlah item kurang ' Nilai {3 } jumlah item cukup Nilai (4) jumalah item baik Nitai (5 ) jumtah item baik sekali 3. Kplom angkaromawi (l s/d ff ) = jumlah angkaselama1 (satu ) bulan dari 19 item 4. Jumlahangkapenllafan(score)= Jumlahangkayangdlcapaldalam 1 (satu) bulandarl 19 lt6m Antara O- 19 = kurang sekali Antara 2$38 = kurang Antera 39 - 57 : cukup Antara 58 -75 = baik Antara 77 -95 = baik sekali ' 'Bogor, Mengetahui: Kepala Panti,
Pekerja Sosial,
Nip.
Nip.
Identitas Informan A. Pegawai Lembaga Nama Status NIP Jenis Kelamin Status Pendidikan Pangkat / golongan
: Dra. Adiningsih : Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial : 19660430 199102 2 003 : Perempuan : PLS, STKS D-IV : III.a
Nama Status NIP Jenis Kelamin Status Pendidikan Pangkat / golongan
: Burhanudin, SST,MPS.Sp : Pekerja sosial : 19780210 200604 1 012 : Laki-laki : Pekerja Sosial Klinis, STKS-S2 : III.c
Nama Status NIP Jenis Kelamin Status Pendidikan Pangkat / golongan
: Agustin Indriyani : Pekerja Sosial : 19650802 198803 2 002 : Perempuan : PLB, SGPLB-DII : II.b
Nama Status NIP Jenis Kelamin Status Pendidikan Pangkat / golongan
: Dra.Wiwik Kusdiyanti : Seksi Program Dan Advokasi Sosial : 19640322 199102 2 001 : Perempuan : Kesejahteraan Sosial, STKS-S1 : III.a
Nama Status NIP Jenis Kelamin Status Pendidikan Pangkat / golongan
: Azmi Rahmi Deni Aziz, SST : Pekerja sosial : 19770824 200502 2 002 : Perempuan : Pekerjaan Sosial, STKS D-IV : III.a
B. Pembina Asrama dan Masyarakat Nama Pegawai Jabatan
: Ibu Wiwin : Pembina Asrama
Nama Pegawai Jabatan
: Ibu Een : Pembina Asrama
Nama Pegawai Jabatan
: Ibu Lena : Pembina Asrama
Nama Pegawai Jabatan
: Pak Ade : Pembina Asrama
Nama Pegawai Jabatan
: Pak Udin : Pembina Asrama
Nama Warga Profesi
: Ibu Dedah : Penjual warung sembako disekitar lembaga
Nama Warga Profesi
: Pak Farhan : Penjual warung soto mie disekitar lembaga
Nama Warga Profesi
: Pak Jarwo : Penjual buah disekitar lembaga
C. Penerima Manfaat Nama : RY Daerah Asal (Usia) : Padang (18th) Nama Daerah Asal (Usia)
: KR : Cilacap (19th)
Nama Daerah Asal (Usia)
: AN : Tanggerang, Banten (18th)
Nama Daerah Asal (Usia)
: II : Cilegon, Banten (18th)
Nama Daerah Asal (Usia)
: NN : Tasik, Jawa Barat (37th)
Nama Daerah Asal (Usia)
: KS : Serang, Banten (15th)
Nama Daerah Asal (Usia)
: EN : Subang, Jawa Barat (28th)
Nama Daerah Asal (Usia)
: RG : Bekasi (25th)
Nama Daerah Asal (Usia)
: LL : Karawang, Jawa Barat (23th)
Nama Daerah Asal (Usia)
: RZ : Tanggerang, Banten (23th)
Tabel Observasi Penelitian Skripsi PSBG Ciungwanara No
Hari/Tanggal
Kegiatan Observasi Harian
1
Rabu, 21 Mei 2014
a. Mengamati keadaan lembaga PSBG Ciungwanara Penulis mengamati setiap lokasi dan isi ruangan terdiri dari 19 ruangan dan 8 diantaranya ruang asrama. Kemudian penulis juga melihat struktur pegawai PSBG dan membuat denah peta lokasi di dalam PSBG b. Mengamati kegiatan pegawai PSBG Penulis berkenalan dengan pegawai yang bertemu hari ini di kantor salah satunya kepada bapak Jarmadi dengan memberitahukan tujuan penulis untuk melakukan kegiatan penelitian skripsi di lembaga. Penulis juga mengamati keberedaan pegawai dan jumlah fasilitas yang tersedia di lembaga, banyak fasilitas yang tidak digunakan karena kurangnya pegawai yang tersedia di lembaga. c. Mengamati Kegiatan Rehabilitasi Sosial Setelah berkenalan dengan pegawai, penulis mengikuti Bimbingan Agama Islam yang diajarkan oleh bapak Burhanuddin yang sedang belajar menghafal doa-doa harian. Kemudian setelah itu penulis mengikuti Bimbingan Komunikasi yang sedang diisi oleh siswa praktikum dengan mengajak bercakap dan berkomunikasi para penerima manfaat. Pada kegiatan terakhir penulis mengisi Program Bimbingan Budi Pekerti yang diisi oleh penulis sendiri, penulis mengajarkan tentang sopan santun dan tata krama.
2
Senin, 26 Mei 2014
a. Pengamatan Perilaku Penerima Manfaat Mengikuti kegiatan pribadi penerima manfaat: sholat Dzuhur dan piket, penulis mengetahui kemampuan bekerja dan aspek religius penerima manfaat hari itu. Penerima manfaat yang masih dalam kategori debil (ringan) mampu mengerjakan tugas piket dan mengerjakan sholat, sedangkan untuk yang embisil (sedang) hanya mampu mengerjakan sekedarnya saja. b. Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Hari ini penulis mengamati metode rehabilitasi panti dengan mengikuti Bimbingan Kesehatan, disitu PM diajarkan untuk menjaga pola hidup sehat dan bersih
seperti mengenal makanan 4 sehat 5 sempurna, serta mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Kegiatan ini harus rutin dilakukan agar PM terbiasa dengan pola hidup yang sudah diajarkan dalam panti ketika mereka sudah berada di luar panti. Kemudian penulis juga mengikuti Bimbingan Keterampilan pada hari itu dengan mengamati setiap kegiatan keterampilan yang diberikan petugas seperti keterampilan, olah pangan, menjahit, menyulam, membuat keset, handicraft, dan bercocok tanam. Sore harinya penulis mengikuti kegiatan Olah raga yang hanya diikuti oleh anak lelaki, karena memang sedang melakukan olahraga futsal dan bulutangkis. Terlihat anak-anak bisa mengekspresikan hobi dan kemampuannya dari olahraga yang mereka ikuti. Terlihat dengan menggunakan metode rehabilitasi pribadi dan kelompok penerima manfaat melalui sektor kemampuan latih dan kemampuan didik para tunagrahita bisa meningkatkan kebutuhan mereka baik itu secara pribadi maupun secara kehidupan sosial penyandang tunagrahita. 3
Senin, 2 Juni 2014
a. Mengamati Kegiatan Rehabilitasi Sosial Penulis mengikuti Mengikuti Bimbingan Kecerdasan yang diadakan panti pada pagi hari sekitar jam 7 sampai jam 9. Pada kesempatan kali ini penulis mengamati cara penerima manfaat menerima bimbingan kecerdasan melalui pendidikan di dalam kelas seperti murid pada umumnya, kemampuan penerima manfaat bermacam-macam dan tingkatannya disesuikan berdasarkan kemampuan IQ bukan dari umurnya. Bimbingan kecerdasan ini memiliki fungsi untuk melatih daya pikir penerima manfaat. Pada pukul 10 pagi, penulis kemudian Mengikuti Bimbingan Kesehatan. Dari hasil pengamatan penulis penerima manfaat diajarkan untuk menjaga kesehatan diri seperti menggunting kuku dan mencukur rambut oleh pegawai. Kemudian pada siang harinya penulis Mengikuti Bimbingan Agama Islam yaitu pegawai yang kebetulan sedang diisi oleh bapak Burhan kembali mengajarkan penerima manfaat untuk belajar sholat bagi yang beragama Islam. Kemudian penulis juga mengamati Kegiatan Makan
Siang Penerima Manfaat, mulai dari cara makan mereka yang mampu menggunakan sendok sampai yang langsung menggunakan tangan mereka sendiri untuk makan, pola makan mereka berbeda pada masyarakat pada umumnya, mereka tidak mengenal istilah jijik dan aneh terhadap makanan sisa temannya, jika tidak cepat dibereskan oleh pegawai, maka makanan sisa temannya bisa di makan sampai tak tersisa. 4
Selasa, 10 Juni 2014
a. Mengamati manfaat
biodata
masing-masing
penerima
Pada hari ini penulis mengamati hasil case conference guna mengetahui biodata penerima manfaat yang sudah masuk dalam data panti, berbagai latar belakang penulis temui, mulai dari anak yang kurang mampu sampai anak yang mampu, namun sayangnya ada keengganan orang tua untuk merawat anaknya dalam lingkungan keluarga, karena menganggap bahwa anak mereka memiliki kekurangan. b. Mengamati manfaat
kegiatan
keterampilan
penerima
Kemudian penulis juga mengamati hasil pembagian kemampuan dasar keterampilan penerima manfaat, disini penulis bisa mengetahui kemampuan pola pikir dari masing-masing penerima manfaat. 5
Rabu, 11 Juni 2014
a. Mengamati kegiatan ADL penerima manfaat di pagi hari Penulis mengamati pelatihan ADL oleh pembina dari mulai bangun tidur sampai penerima manfaat mandi piket dan membersihkan lingkungan di pagi hari, ada penerima manfaat yang mampu bergereak tanpa harus diinstruksikan namun ada juga dari mereka yang perlu bimbingan dan instruksi khusus dari pembina asrama. Penulis juga mengamati kegiatan apel pegawai dan penerima manfaat yang bertujuan untuk menjadikan penerima manfaat menjadi pemimpin kelak, disana pegawai menjadikan penerima manfaat sebagai pemimpin upacara. b. Mengamati kegiatan bimbingan agama Penulis juga mengetahui cara belajar sholat penerima manfaat dan mengetahui cara bersuci penerima
manfaat (wudhu) pada hari itu. 6
Kamis, 12 Juni 2014 a. Mengamati kegiatan persami PSBG Pada hari ini penulis Mengikuti kegiatan persami yang berlangsung selama dua hari (bermalam di lembaga), penulis mengamati bagaimana pembekalan jiwa mandiri yang bisa diterapkan dalam ilmu pramuka kepada para penerima manfaat yang mampu mengikuti, karena tidak semua dari penerima manfaat yang mampu mengikuti kegiatan yang diadakan oleh panti.
7
Selasa, 17 Juni 2014
a. Mengamati proses kerja pegawai rehsos Penulis hari ini mengamati pembuatan laporan pertanggung jawaban dinas oleh pegawai, dimana setiap pegawai diwajibkan untuk melaporkan hasil kegiatan mereka selama beberapa bulan kepada pembuat kebijakan. b. Mengamati kegiatan penerima manfaat Penulis Mengikuti kegiatan olah vokal (karokean), disini penulis mengamati bahwa penerima manfaat sangat cepat dan mudah untuk menghafal lagu-lagu yang mereka suka, seharusnya ini bisa dijadikan bahan referensi untuk dijadikan metode dalam pengajaran oleh pegawai kepada penerima manfaat.
8
Rabu, 25 Juni 2014
a. Mengamati lingkungan asrama penerima manfaat Penulis Mengamati kegiatan penerima manfaat di asrama, pada hari ini terlihat sedang tidak ada kegiatan yang dilaksanakan oleh pegawai. Oleh sebab itu, penulis manfaatkan untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh penerima manfaat jika mereka sedang tidak mengikuti kegiatan. Kebanyakan dari mereka bercanda dengan teman-temannya layaknya anak kecil yang bermain dengan teman sebayanya sambil berlari dan mengejar satu sama lain. Bagi penerima manfaat yang kurang aktif dalam bersosialisasi biasanya mereka berdiam diri atau akan mencari sesuatu untuk mereka bisa mainkan sendiri. Pada hari ini, penulis juga mengamati kerja pramu saji yang berada ditengah asrama penerima manfaat. Penulis menanyakan perihal makanan dan asupan gizi yang diberkan untuk penerima manfaat guna meningkatkan kemampuan berfikir penerima manfaat.
b. Mengamati lingkungan sekitar lembaga Penulis juga mengamati kegiatan para petugas keamanan dan lingkungan di daerah sekitar lembaga, tidak ada kegiatan yang mereka lakukan selain menunggu kedatangan tamu dan menemani penerima manfaat jika ingin pergi ke warung untuk membeli sesuuatu yang mereka butuhkan. 9
Jum’at, 27 Juni 2014 a. Mengamati kegiatan lembaga Penulis hari ini Mengikuti kegiatan munggahan (sedang berlangsung) karena untuk menyambut datangnya bulan ramadhan, pegawai dan penerima manfaat duduk bersama dalam aula untuk mendengarkan tausiyah yang diisi oleh ustad yang diundang oleh pihak panti untuk mengisi acara. Kemampuan para penerima manfaat untuk mendengarkan terlihat sulit karena keterbatasan mereka dalam menangkap tujuan dalam bicara dalam proses seperti ini, cara yang efektif sepertinya pengajak mereka untuk ikut berkomunikatif. b. Mengamati kerja pegawai lembaga Kemudian setelahnya penulis mengamati laporan susunan pegawai panti, mulai dari struktur, latar belakang, sampai posisi dari masing-masing pegawai. Penulis juga mengamati proses pendanaan lembaga, namun tidak bisa secara rinci karena memang ada kewenangan khusus yang diberlakukan jika ingin mengetahui lebih detail.
10
Selasa, 8 Juli 2014
a. Mengamati kegiatan pegawai Advokasi Sosial (PAS)
Program
dan
Pada hari ini penulis mengamati proses kerja pegawai program dan advokasi sosial, dimana biasanya mereka yang menerima penerima manfaat di awal proses penerimaan untuk dilakukan tahapan asessmen dan menjangkau kondisi lingkungan keluarga penerima manfaat. Penulis mengamati laporan hasil kerja pegawai advokasi melalui program layanan jarak jauh yang melakukan kadernisasi kepada warga sekitar untuk dijadikan pekerja sosial kecamatan guna pendampingi penyandang tunagrahita yang ada di lingkungan mereka, salah satunya di Indramayu. b. Mengamati Kegiatan Penerima Manfaat Penulis juga kembali mengikuti kegiatan penerima
manfaat yang sedang mendapatkan bimbingan keterampilan, masing-masing penerima manfaat mengikuti kegiatan bimbingan keterampilan sesuai dengan bakat dan minat yang sudah ditentukan pada tahapan asessmen. 11
Jum’at, 11 Juli 2014
a. Mengamati kegiatan pegawai Rehabilitasi Sosial (Rehsos) Pada hari ini penulis mengamati proses kerja pegawai rehabilitasi sosial, di dalam ruangan kebanyakan para pegawai membuat data sesuai dengan tanggung jawab mereka masing-masing, pegawai rehabilitasi sosial terdiri dari beberapa disiplin ilmu diantaranya pekerja sosial, psikologi, perawat sosial dan pengembangan masyarakat.