PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM MENGGALI MATERI KOGNITIF TIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING Siti Rosyidah Guru TIK SMP Negeri 2 Probolinggo
[email protected] Abstract : A teacherplays an important rolein buildingstudents' personalqualityin order tomake students able to construct their knowledgeindependently.Students are often boredwithcognitivelearning materials. Thereforeto improve student’s abilityinbrainstormingintended to tap knowledge independentlybased on theexisting references, theteachers should applieda learning model called Mind Mapping. The research methodapplied wasKurtLewinmodel consisting offourcomponentsof cycle stages, namely planning, acting, observing, and reflecting. The research was made in threecycleson theVII-B studentsof SMPN 2Probolinggo. Based on the observationsduring the research, Mind Mappingcan help studentsfind outnew ideasand tap knowledgemore deeply and independently andmayimprove the student’s learning results. Keywords : improve student’s ability, mind mapping
Pendidikan memegang peranan penting dalam menentukan kualitas suatu bangsa. Dengan pendidikan jua lah bangsa ini akan menghasilkan sumber daya manusia yang cerdas, unggul, kraetiv, dan inovatif. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab bermasyarakat dan berbangsa. Oleh karena itu, upaya peningkatan mutu pendidikan harus terus dilakukan, baik dalam hal kualitas tenaga pengajar maupun kualitas peserta didik. Untuk menumbuhkan kualitas peserta didik yang unggul tidak hanya dilihat dari hasil belajar siswa, tetapi juga dengan tidak mengabaikan interaksi belajar – mengajar antara siswa dan guru dalam kelas. Proses kegiatan belajar mengajar hendaknya mampu menumbuhkan peran aktif siswa dalam menggali informasi yang lebih dalam berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang dipelajarinya. Dalam hal ini, guru memegang peranan penting dalam mengarahkan potensi siswa agar pembelajaran lebih bersifat student centereddaripada bersifat teacher centered(Sardiman, 2010). Seorang guru seyogyanya dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar yang dapat diterapkan dalam setiap situasi dan kondisi yang berbeda dan oleh setiap siswa secara individual.Menurut (Slameto, 2010) prinsip-prinsip belajar yang diperlukan untuk belajar siswa antara lain : (a) dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional; (b) belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional; (c) belajar perlu lingkungan yang menantang dimana siswa dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar secara efektif dan (d) belajar perlu adanya interaksi siswa dengan lingkungannya 1
Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa hendaknya dapat mengalami sendiri proses berpikir dan mampu menggali informasi lebih dalam secara mandiri dan kreatif. Di sisi lain, melalui berbagai referensi belajar, guru dapat mengarahkan dan menambahkan peran aktif siswa untuk mampu memahami ilmu pengetahuan yang didapatkan dari hasil proses berpikirnya sendiri. Hal ini dikarenakanoleh belajar yang baik terletak pada keaktifan dalam membentuk pengetahuan, peran guru di sini adalah sebagai fasilitator dan bukan sebagai pentransfer pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak dapat ditransfer dari guru ke murid tanpa keaktifan murid itu senidiri. Menurut (Suparno, 2001) penyajian pengetahuan yang sudah jadi untuk dihafal, menurut Piaget, bukanlah penyajian yang baik karena murid menjadi pasif di situ. Sebaliknya, cara mengajar yang berbentuk diskusi, tukar pendapat secara bebas, ketidaksetujuan dan konfrontasi gagasan sangat tepat untuk merangsang pemikiran murid. Akan tetapi, seringkali kita menemukan seorang guru mengajar hanya dengan mentransfer pengetahuan yang siap dihafal oleh siswa, tanpa memberi kesempatan siswa untuk menggali lebih jauh tentang materi pelajaran itu sendiri. Siswa cenderung pasif dan nerimo apa yang diberikan oleh guru. Sehingga pengetahuan yang diserap siswa hanya terbatas pada materi yang diberikan oleh guru. Selain itu, dalam kegiatan belajar mengajar guru cenderung hanya menggunakan metode ceramah untuk menjelaskan materi pelajaran. Menurut (Yamin, M. & Maisah, 2009)metode ceramah yang diterapkan guru biasanya tanpa disertai dengan peragaan sehingga mengakibatkan terjadinya verbalisme. Guru yang kurang memiliki kemampuan bertutur dengan baik seringkali dianggap membosankan. Siswa yang mendengarkan penjelasan guru tersebut seringkali mengantuk dan tidak menghiraukan penjelasan dari guru. Akibatnya, metode ceramah ini sangat sulit mengetahui apakah seluruh siswa sudah memahami materi yang sudah dijelaskan oleh guru ataukah belum. Pada materi pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi terdapat materi yang bersifat kognitif (teoritis). Siswa yang memiliki kelemahan dalam hal membaca maupun menghafal akan sangat sulit memahami isi materi tersebut. Selain itu, rendahnya minat membaca siswa akan semakin mempersulit mereka untuk memahami pengetahuan yang didapat dari materi pelajaran. Siswa merasa tidak bergairah ketika guru menyajikan materi pelajaran yang bersifat teoritis.Pada kenyataannya materi pelajaran yang diberikan guru ditelan mentah-mentah oleh siswa tanpa dikaji lebih dalam. Siswa tidak memiliki kreatifitas dalam mengeluarkan ide-ide segar tentang materi yang dipelajari. Akibatnya, siswa kurang optimal dalam menyelesaikan soal ulangan harian yang bersifat essay dan nilai yang didapatkan cenderung di bawah standard Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Untuk mengatasi hal tersebut, guru menerapkan model pembelajaran Mind Mapping (Peta Pikiran) dalam menjelaskan materi pelajaran yang bersifat teoritis. Sehingga, penerapan metode Mind Mapping diharapkan dapat juga bermanfaat bagi seorang pendidik untuk lebih kreativ dalam melakukan model pembelajaran yang inovatif, interaktif dan menarik minat belajar siswa di kelas. Menurut (Buzan, 2006) konsep mind mapping sangat efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di antara ide tersebut. Mind mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki. Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain. Teknik ini dapat membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum dengan menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Berdasarkan metode mind mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.Model pembelajaran mind
2
mappingini memiliki beberapa manfaat, antara lain : (a) mudah merencanakan; (b) mudah untuk berkomunikasi; (c) siswa menjadi kreatif; (d) menghemat waktu; (e) mudah menyelesaikan masalah; (f) mudah memusatkan perhatian (focus) terhadap suatu topik; (g) mudah menyusun dan menjelaskan ide-ide; (h) dapat mengingat pengetahuan lebih baik; (i) belajar lebih cepat dan efisien dan (j) dapat melihat gambar secara keseluruhan Cara membuat mind mappingadalahterlebih dahulu siapkan selembar kertas kosong yang diatur dalam posisi landscape kemudian tempatan topik yang akan dibahas di tengah-tengah halaman kertas dengan posisi horizontal. Usahakan menggunakan gambar, simbol atau kode pada mind mapping yang dibuat. Melalui visualisasi kerja otak kiri yang bersifat rasional, numerik dan verbal bersinergi dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi, kreativitas dan seni. Dengan ensinergikan potensi otak kiri dan kanan, siswa dapat dengan lebih mudah menangkap dan menguasai materi pelajaran. Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi terhadap suatu ide pada setiap cabang pemikiran berupa sebuah kata tunggal serta bukan kalimat. Setiap garis-garis cabang saling berhubungan hingga ke pusat gambar dan diusahakan garis-garis yang dibentuk tidak lurus agar tidak membosankan. Garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis begitu bergerak menjauh dari gambar utama untuk menandakan hirarki atau tingkat kepentingan dari masing-masing garis. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah: (a) guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; (b) guru menyajikan materi sebagaimana biasa; (c) guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 4 orang; (d) setiap kelompok melakukan telaah dengan mempelajari materi pelajaran pada berbagai sumber referensi; (e) hasil telaah setiap kelompok dituangkan dalam bentuk mind map; (f) selama diskusi berlangsung, guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran; (g) kemudian, setiap kelompok secara bergiliran mempresentasikan gambar mind map yang telah dibuat; (h) guru melakukan refleksi kembali terhadap materi yang sekiranya belum dipahami siswa; (i) guru bersama siswa menarik suatu kesimpulan tentang materi pelajaran tersebut. Metode Penelitian Metode penelitian dilakukan dalam 3 siklus dengan mengacu pada model Kurt Lewin, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahapan yakni : perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observating), dan refleksi (reflecting). Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Probolinggo, Jalan Dr. Moch. Saleh nomor 7 kota Probolinggo Jawa Timur. Adapun subyek penelitian adalah siswa kelas VII-B SMP Negeri 2 Probolinggo yang berjumlah 28 siswa, semester genap tahun pelajaran 2014-2015. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap proses belajar mengajar. Guru dan observer melakukan pengamatan secara kualitatif deskriptif terhadap faktor-faktor : (a)aktivitas siswa dalam diskusi kelompok; (b) aktifitas siswa dalam diskusi kelas; (c) detail gambar Mind Map dan (d) hasil presentasi siswa dengan Mind Map. Jika hasil pengamatan menunjukkan keaktifan siswa mencapai 75% maka penelitian ini dikatakan berhasil.Sealiln itu, di akhir setiap siklus guru memberikan post test untuk mengukur tingkat hasil belajar siswa. Jika ketuntasan klasikal mencapai 78% maka penelitian ini dianggap berhasil.
3
Guru dapat menilai kemampuan brain storming siswa dalam menggali pengetahuan dengan mengamati hasil gambar Mind Mapping beserta presentasinya di depan kelas. Tingkat keakuratan dan ke-detail-an gambar Mind Mapping menggambarkan tingkat pemahaman siswa. Semakin banyak cabang dalam gambar Mind Mapping maka akan semakin lengkap pengetahuan materi pelajaran yang diperolehnya. Hasil Penelitian Penelitian ini secara keseluruhan dilaksanakan dalam 3 siklus dimana setiap siklus dilaksanakan dengan 2 x tatap muka dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. Pada setiap siklus guru bersama siswa membahas tentang materi pelajaran dengan melalui pembuatan gambar Mind Mapping dan dilanjutkan dengan presentasi setiap kelompok. Kegiatan untuk melaksanakan tahapan siklus I, guru melakukan berbagai persiapan, diantaranya : (a) menganalisis indikator dan cakupan materi pada SK dan KD yang akan dipelajari; (b) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang akan dilaksanakan dengan model pembelajaran mind mapping; (c) membuat ringkasan materi sebagai tambahan referensi siswa untuk mengatasi keterbatasan sumber belajar siswa; (d) menyiapkan kertas dan spidol sebagai peralatan yang digunakaan untuk menggambar mind map; (e) membuat alat evaluasi (post test ); (f) membuat instrumen lembar observasi guru dan siswa untuk mengetahui keaktifan siswa selama pembelajaran dan (g) membuat instrumen lembar penilaian gambar mind mapdan pengamatan presentasi setiap kelompok. Pada pelaksanaan siklus I pertemuan 1, guru membagi siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan 4 siswa. Susunan anggota kelompok bersifat heterogen dalam hal jenis kelamin dan kemampuan akademik siswa. Setiap kelompok membawa 4 buah spidol beraneka warna. Kemudian guru membagikan ringkasan materi tentang peranan penggunaan peralatan TIK dan menjelaskan tentang model pembelajaran mind mapping. Setiap kelompok berdiskusi untuk membuat gambar Mind map sesuai dengan materi yang dibahas dan sumber belajar lainnya lalu menyiapkan bahan presentasi di depan kelas. Guru bertindak sebagai fasilitator dan mengamati jalannya diskusi kelompok bersama observer. Selanjutnya pada pelaksanaan siklus I pertemuan 2, masing-masing kelompok mempresentasikan gambar mind map yang telah dibuat. Guru menilai presentasi tersebut dan observer juga mengamati jalannya presentasi setiap kelompok. Di akhir siklus, guru memberikan post test untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang dibahas. Hasil post test menunjukkan jumlah siswa yang nilainya tuntas dengan batas KKM 72 adalah sebanyak 11 siswa, tidak tuntas 17 siswa. Hal ini menunjukkan persentase ketuntasan klasikal sebesar 40% (masih sangat rendah). Setelah selesai pelaksanaan siklus I, guru bersama observer membahas temuan-temuan yang dihasilkan selama pengamatan dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan sebagai bahan refleksi untuk memperbaiki permasalahan yang muncul pada siklus I. Adapun temuan-temuan yang muncul pada siklus I diantaranya : (a) situasi kelas masih gaduh, diskusi kelompok berjalan ramai, dan beberapa siswa masih banyak membicarakan hal-hal diluar materi pelajaran serta bersenda gurau; (b) siswa masih bingung membuat gambar mind map yang disesuaikan dengan materi pelajaran; dan (c) dalam diskusi kelompok terdapat beberapa siswa pintar yang mendominasi kerja kelompok dan siswa yang kurang mampu merasa acuh dengan tugas kelompok.
4
Perbaikan temuan-temuan yang muncul pada siklus I, guru bersama observer mencoba beberapa solusi konkrit diantaranya: (a) guru tidak mengubah komposisi anggota kelompok siswa untuk menghemat waktu dan menghindari kegaduhan sehingga setiap anggota kelompok sudah beradaptasi dengan anggota lainnya, sehingga memudahkan kinerja diskusi tim; (b) guru mengatur ulang posisi tempat duduk siswa untuk menghindari dominasi diskusi kelompok; (c) guru membuat ringkasan materi dengan format yang lebih mudah dipahami siswa; (d) guru membagi setiap kelompok menjadi 2 sub kelompok, dimana setiap 2 orang siswa dalam kelompok yang sama ditugaskan untuk membuat 1 gambar mind map; (e) guru sering memantau setiap kelompok dan memperingatkan siswa untuk tidak membicarakan hal-hal di luar materi pelajaran dan bersenda gurau dalam diskusi kelompok; (f) guru menekankan kembali tentang pentingnya kekompakan kelompok, saling membantu sesama anggota untuk memahami materi diskusi dan (g) guru memberikan reward untuk meningkatkan semangat dan motivasi siswa dengan cara menyebutkan tim mana yang mendapat julukan The best team, Good Team, dan the Lowest Team. Pada pelaksanaan siklus II pertemuan 1, guru menerapkan beberapa solusi untuk memperbaiki hasil temuan yang dihasilkan dari refleksi siklusI. Guru membagikan ringkasan materi tentang keuntungan penggunaan peralatan TIK dan menjelaskan kembali tentang model pembelajaran mind mapping serta cara membuat gambar mind map. Ringkasan materi yang diberikan guru dibuat dengan format yang lebih mudah dipahami siswa. Setiap kelompok berdiskusi untuk membuat gambar Mind map sesuai dengan materi yang dibahas dan sumber belajar lainnya lalu menyiapkan bahan presentasi di depan kelas. Selain itu, pada siklus II ini setiap kelompok berdiskusi untuk membuat 2 buah gambar mind map sesuai dengan materi yang dibahas dan menyiapkan bahan presentasi di depan kelas. Hal ini diharapkan siswa yang kurang aktif dalam diskusi dapat lebih memiliki rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas kelompok. Guru bertindak sebagai fasilitator dan mengamati jalannya diskusi kelompok bersama observer.Guru sering memantau setiap kelompok dan memperingatkan siswa untuk tidak membicarakan hal-hal di luar materi pelajaran dan bersenda gurau dalam diskusi kelompok. Selanjutnya pada pelaksanaan siklus II pertemuan 2, masing-masing kelompok mempresentasikan gambar mind map yang telah dibuat. Guru menilai presentasi tersebut dan observer juga mengamati jalannya presentasi setiap kelompok. Di akhir siklus, guru memberikan post test untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang dibahas. Hasil post test siklus II menunjukkan jumlah siswa yang nilainya tuntas dengan batas KKM 72 adalah sebanyak 21 siswa, tidak tuntas 7 siswa. Hal ini menunjukkan persentase ketuntasan klasikal sebesar 72%. Setelah selesai pelaksanaan siklus II, guru bersama observer membahas temuan-temuan yang dihasilkan selama pengamatan dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan sebagai bahan refleksi untuk memperbaiki permasalahan yang muncul pada siklus I. Adapun temuan-temuan yang muncul pada siklus II diantaranya: (a) situasi kelas mulai kondusif meski masih ada beberapa siswa yang bersenda gurau; (b) beberapa kelompok membuat gambar mind map yang belum detail dan sesuai denga ringkasan materi yang dipelajari; (c) siswa kurang mampu mempresentasikan gambar mind map yang telah dibuat dan (d) siswa mulai menyadari pentingnya membantu teman yang kesulitan belajar materi pelajaran.
5
Perbaikan temuan-temuan yang muncul pada siklus II, guru bersama observer mencoba beberapa solusi konkrit diantaranya: (a) komposisi kelompok tidak berubah karena diskusi kelompok berjalan kondusif; (b) guru membuat ringkasan materi dengan format yang lebih mudah dipahami siswa; (d) guru membagi setiap kelompok menjadi 2 sub kelompok, dimana setiap 2 orang siswa dalam kelompok yang sama ditugaskan untuk membuat 1 gambar mind map; (e) guru sering memantau setiap kelompok dan memperingatkan siswa untuk tidak membicarakan hal-hal di luar materi pelajaran dan bersenda gurau dalam diskusi kelompok; (f) guru menekankan kembali tentang pentingnya kekompakan kelompok, saling membantu sesama anggota untuk memahami materi diskusi dan (g) guru memberikan reward untuk meningkatkan semangat dan motivasi siswa dengan cara menyebutkan tim mana yang mendapat julukan The best team, Good Team, dan the Lowest Team. Pada pelaksanaan siklus III pertemuan 1, diskusi kelompok mulai terlihat berjalan kondusif. Siswa telah terbiasa dengan kerja kelompok dan lebih manmbah kekompakan kelompok. Setiap anggota kelompok peduli dan mau mengajari temannya yang kesulitan belajar. Guru hanya mengatur ulang posisi tempat duduk siswa untuk menghindari dominasi diskusi kelompok. Kemudian guru membagikan ringkasan materi tentang dampak negatif penggunaan peralatan TIK dan menjelaskan tentang model pembelajaran mind mapping. Ringkasan materi yang diberikan guru dibuat dengan format yang lebih mudah dipahami siswa. Setiap kelompok berdiskusi untuk membuat gambar Mind map sesuai dengan materi yang dibahas dan sumber belajar lainnya lalu menyiapkan bahan presentasi di depan kelas. Selanjutnya pada pelaksanaan siklus III pertemuan 2, masing-masing kelompok mempresentasikan gambar mind map yang telah dibuat. Guru menilai presentasi tersebut dan observer juga mengamati jalannya presentasi setiap kelompok. Di akhir siklus, guru memberikan post test untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang dibahas. Hasil post test siklus III menunjukkan jumlah siswa yang nilainya tuntas dengan batas KKM 72 adalah sebanyak 26 siswa, tidak tuntas 2 siswa. Hal ini menunjukkan persentase ketuntasan klasikal sebesar 89%. Untuk lebih memotivasi siswa, gurutetap memberikan reward dengan cara menyebutkan tim mana yang mendapat julukan The Best team, The Good Team, dan the Lowest Team. Berdasarkan data hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran siklus III, terdapat temuan-temuan diantaranya: (a) tingkat keaktifan siswa mengalami kemajuanl; (b) kinerja kelompok semakin baik dan siswa sudah memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan guru; (c) hasil telaah mind mapping terlihat detail dan sesuai materi pelajaran; (d) presentasi telaah Mind Mapping berjalan terarah dalam diskusi kelas dan (e) persentase ketuntasan klasikal telah menunjukkan angka yang diharapkan yaitu sebesar 89%. Pembahasan Penelitian yang telah dilaksanakan dengan 3 siklus menghasilkan beberapa temuan penting, diantaranya: (a) pada awal pelaksanaan model pembelajaran Mind mapping, respon siswa masih kurang dan belum memahami cara pembuatan mind map yang bersumber dari ringkasan materi dan sumber belajar lainnya; (b) di sisi lain, siswa merasa antusias menggambar mind map dengan aneka warna dan bentuk, sehingga secara tidak langsung menarik minat siswa untuk membaca berbagai sumber belajar; (c) dengan mind map akan mempermudah siswa untuk memahami materi pelajaran yang
6
bersifat kognitif yang selama ini mereka merasa jenuh dan sulit menghafalnya dan (d) dalam diskusi kelompok setiap siswa belajar saling membantu temannya yang kesulitan materi pelajaran. Selain itu, kemajuan hasil belajar siswa meningkat secara significan dari siklus I hingga siklus III. Hal ini menunjukkan penerapan model pembelajaran mind mapping mampu meningkatkan daya kognitif siswa khususnya pada materi pelajaran yang bersifat teoritis. Pembuatan gambar mind map yang berwarna warni siswa antusias untuk mempelajari lebih dalam tentang materi pelajaran yang dibahas tanpa merasa jenuh dan bosan akan materi yang bersifat teoritis. Gambar mind map mampu menguraikan infomasi pengetahuan yang lebih luas ke dalam otak siswa untuk dipresentasikan di depan kelas tanpa teknik menghafal yang rumit sebagaimana mereka keluhkan selama ini. Berdasarkan tabel di bawah ini dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan persentase keaktifan siswa dalam penerapan model pembelajan mind mapping. Pengamatan dilakukan pada aspek : (a) detail cabang gambar; (b) kesesuaian gambar mind map dengan materi pelajaran; (c) kerapian gambar mind map dan (d) keaktifan siswa dalam diskusi kelompok.
Tabel 1 Pembahasan Hasil Pengamatan Kualitatif Deskriptif
Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Aspek detail cabang gambar
Aspek kesesuaian dengan materi pelajaran
Cukup baik 57% dan Belum Lengkap dan detail 43 % Cukup baik 57%, Belum Lengkap 14%, dan Lengkap 28% Lengkap 71% dan cukup baik 28%
Belum sesuai 29% dan sudah sesuai materi 71 % Belum sesuai 29% dan sudah sesuai materi 71 % Sudah sesuai materi 100%
Aspek Kerapian Mind map
Rapi 43 % dan belum Rapi 57% Rapi 57 % dan belum Rapi 43% Kerapian 100%
Aspek diskusi kelompok
Diskusi belum terarah 57% dan diskusi terarah 43% Diskusi belum terarah 28% dan diskusi terarah 71% Diskusi berjalan terarah 100%
Selain itu, pada tabel di bawah ini juga dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan persentase ketuntasan klasikal dalam penerapan model pembelajan mind mapping. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada post test individual yang didapatkan siswa setiap akhir siklus. Tabel 2 Pembahasan Hasil Belajar Siswa Kuantitatif Siklus
% ketuntasan klasikal
Siklus 1
40%
7
Siklus 2
72%
Siklus 3
89%
Penerapan model pembelajaran Mind Mapping terbukti mampu meningkatkan keaktifan siswa hingga 100% dan hasil beljar siswa hingga 89%. Hal ini sudah melampaui dari konsep Tony Buzan yang mengatakan bahwa penerapan model Mind Mapping dapat meningkatkan daya kognitif siswa hingga 78%. Kesimpulan Berdasarkan analisis pembahasan hasil penelitian tindakan kelas ini, dapat disimpulkan bahwa dengan Implementasi model pembelajaran Mind Mapping : (a) dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran siswa kelas VII-B SMP Negeri 2 Probolinggo; (b) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini terlihat persentase ketuntasan klasikal yang menunjukkan % ketuntasan klasikal 89 %.; (c) dalam pembelajaran setiap siklus siswa terlibat aktif sehingga pembelajaran lebih bersifat student centered dan guru berperan sebagai fasilitator dan motivator dan (d) siswa mampu menggali pengetahuan terhadap materi pelajaran secara mandiri dan lebih mudah memahami materi pelajaran. Saran Berdasarkan analisis hasil penelitian penelitian tindakan kelas maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: (a) guru dapat menggunakan model pembelajaran Mind Mapping pada materi pembelajaran yang bersifat teoritis dan dapat digunakan sebagai bahan diskusi secara tim; (b) guru hendaknya lebih banyak memberikan penguatan baik yang bersifat pujian, reward, maupun motivasi lain sehingga siswa dapat lebih termotivasi dalam mengikuti pembelajarn di kelas dan (c) guru hendaknya lebih memperhatikan pembagian struktur anggota tim yang disesuaikan dengan kemampuan akademis dan perilaku siswa. Hal ini dikarenakan siswa dalam kelas bersifat heterogen sehingga mempengaruhi kinerja tim.
Daftar Pustaka Buzan, T.(2006). Buku Pintar Mind Map. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Sadirman A.M. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Slameto. (2010).Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi.Jakarta : Rineka Cipta Suparno, P.(2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius. Yamin, M. & Maisah.(2009). Manajemen Pembelajaran Kelas.Jakarta : Gaung Persada.
8