PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DAN TALKING STICK PADA SISWA KELAS VII A MTS MA’ARIF AMBARWINANGUN Anggara Bari Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Email:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penggunaan kombinasi model pembelajaran jigsaw dan talking stick dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa kelas VII A MTs Ma’arif Ambarwinangun. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dan dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Penelitian ini dilakukan di kelas VII A MTs Ma’arif Ambarwinangun tahun pelajaran 2014/2015. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi yang berpedoman pada lembar observasi dan metode tes yang dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Hasil penelitian menunjukan persentase keaktifan belajar dengan kategori minimal baik pada siklus I mencapai 60% dan pada siklus II mencapai 80%. Sedangkan rerata prestasi belajar siswa pada pra siklus yaitu 60,55 dengan ketuntasan belajar 40%. Pada siklus I mencapai 66,7 dengan ketuntasan belajar 70%. Dan pada siklus II mencapai 74,7 dengan ketuntasan belajar 85%. Jadi penggunaan kombinasi model pembelajaran jigsaw dan talking stick dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika siswa kelas VII A MTs Ma’arif Ambarwinangun.
Kata kunci: Kombinasi jigsaw dan talking stick, keaktifan, prestasi belajar PENDAHULUAN Dalam kegiatan sehari-hari baik secara disadari atau tidak, seseorang pasti mengalami sebuah kegiatan yaitu belajar. Belajar secara teori maupun praktek dari lingkungan sekitar. Belajar mengerti arti kehidupan dan belajar menjadi semakin baik. Menurut Gordon More dalam Jumadi Subur (2013), “Buta huruf diabad 21 bukanlah orang yang tidak dapat membaca dan menulis, tetapi orang yang buta huruf di abad 21 menurut Gordon More adalah orang yang tidak mampu untuk belajar, tidak mau belajar, dan tidak mau belajar lagi segala sesuatu yang telah dipelajari.” Hal tersebut menyebabkan kualitas pendidikan di indonesia masih rendah, terutama pada pendidikan matematika.
Ekuivalen: Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Dengan Kombinasi Model Pembelajaran Jigsaw dan Talking Stick
81
Hasil observasi/pengamatan langsung di kelas VII A MTs Ma’arif Ambarwinangun ditemukan beberapa masalah yaitu keaktifan siswa masih kurang dalam mengikuti proses pembelajaran, seperti masih banyak diantara siswa yang asik mengobrol dengan temannya ketika guru sedang menyampaikan materi, siswa kurang antusias bahkan terkesan pasif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, dan jarang sekali siswa yang bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahaminya, bahkan siswa masih takut dan malu-malu ketika disuruh mengerjakan soal ke depan kelas. Selain itu model pembelajaran kelompok yang diterapkan guru cenderung biasa-biasa saja sehingga membuat siswa bosan dan siswa menjadi hanya asik bergurau dengan teman kelompoknya pada saat berdiskusi, dan hanya sebagian siswa saja yang berdiskusi mengenai materi yang diberikan guru. Keaktifan yang masih rendah mengakibatkan prestasi belajar siswapun rendah yaitu dari 20 siswa hanya 8 siswa yang nilainya memenuhi KKM 68. Keaktifan siswa banyak macamnya, para ahli mencoba mengadakan klasifikasi mengenai hal tersebut, antara lain Paul. D. Dierich dalam Ahmad Rohani HM (2010: 10) membagi keaktifan belajar menjadi 8 kelompok, sebagai berikut: a. Visual activities, membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, b. c. d. e. f. g. h.
pekerjaan orang lain, dan sebagainya. Oral activities, menyatakan merumuskan, bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interviu, diskusi, interupsi, dan sebagainya. Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, music, pidato, dan sebagainya. Writing activities, menulis: cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin, dan sebagainya. Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya. Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya. Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya. Kombinasi model pembelajaran jigsaw dan talking stick adalah suatu gabungan
model pembelajaran antara model pembelajaran tipe jigsaw dengan model pembelajaran tipe talking stick. Tujuan dari pengabungan kedua model pembelajaran
82
Ekuivalen: Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Dengan Kombinasi Model Pembelajaran Jigsaw dan Talking Stick
kooperatif ini adalah untuk mengupayakan terbentuknya suatu model pembelajaran yang dapat saling melengkapi dan saling menutupi kekurangan-kekurangan dari model pembelajaran jigsaw dan talking stick dengan kelebihan-kelebihan yang di miliki kedua model pembelajaran tersebut. sehingga menjadi model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar matematika METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) menurut Arikunto (2010: 131) ada empat tahapan penting dalam Penelitian tindakan, yaitu perencanaan (Plenning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). penelitian ini dilaksanakan di MTs Ma’arif Ambarwinangun dengan subyek penelitian kelas VII A yang terdiri dari 20 siswa. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2014/2015. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, tes dan dokumentasi. Instrumen pengumpulan data berupa tes dan dan lembar observasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan persentase ketuntasan belajar. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan Hasil observasi dan evaluasi selama pelaksanaan siklus I, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dan diperbaiki untuk rencana tindakan pada siklus berikutnya. Dari Hasil siklus I ada beberapa kekurangan sebagai berikut: (1) Masih adanya siswa yang menggunakan kesempatan berdiskusi hanya untuk bercanda dan membuat keributan; (2) Siswa masih malu-malu dan tidak percaya diri ketika persentasi di depan kelas maupun ketika mempersentasikan hasil dari diskusi kelompok ahli ke anggota kelompok asal; (3) Siswa masih jarang yang bertanya dan mengemukakan pendapatnya serta memberikan sangahan atau tanggapan; (4) Waktu yang kurang mencukupi membuat tidak semua kelompok asal mendapatkan kesempatan untuk mempersentasikan hasilnya didepan kelas; (5) Pada saat tes akhir siklus masih banyak siswa yang meminta jawaban pada siswa lain; (6) Persentase keaktifan belajar kategori minimal baik pada siklus I adalah 60%. Hasil tersebut belum memenuhi target yang ditetapkan yaitu 75% siswa mempunyai tingkat keaktifan
Ekuivalen: Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Dengan Kombinasi Model Pembelajaran Jigsaw dan Talking Stick
83
minimal kategori baik; (7) Prestasi belajar siswa pada siklus I Ketuntasan belajar klasikal yang baru mencapai 70%. Berdasarkan hasil pada siklus I, dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh belum sesuai dengan harapan. Oleh karena itu, peneliti melanjutkan pembelajaran pada siklus II. Agar tidak terjadi masalah, maka guru melakukan upaya untuk meminimalisir terjadinya masalah pada saat proses pembelajaran berlangsung seperti yang telah di paparkan diatas yaitu dengan cara sebagai berikut. (1) Pada saat diskusi kelompok, guru lebih sering melakukan pengecekan kepada setiap kelompok untuk memastikan bahwa siswa tersebut mengerti apa yang harus dilakukan dalam kelompoknya serta memberikan teguran kepada siswa yang hanya becanda dan membuat keributan ketika diskusi kelompok berlangsung; (2) Guru memberikan motivasi/dorongan kepada siswa agar percaya diri dan tidak takut ataupun malu ketika persentasi didepan kelas maupun persentasi didalam kelompok asalnya; (3) Guru selalu memberikan apresiasi kepada setiap siswa yang mau bertanya ataupun siswa yang melakukan sanggahan dengan cara memberikan tepuk tangan ataupun pujian; (4) Mengurangi jumlah kelompok asal yang pada siklus I terdiri dari 5 kelompok asal, pada siklus II dibuat menjadi 4 kelompok asal guna untuk keefektifan waktu agar semua kelompok mendapatkan kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya didepan kelas; (5) Untuk menghindari bentuk kecurangan-kecurangan dalam tes evaluasi guru memberi jarak tempat duduk siswa satu dengan yang lainnya, dan meminta observer Fuad Muwafig untuk membantu mengawasi jalannya tes evaluasi; (6) Untuk memenuhi target indikator keaktifan siswa, guru melihat hasil skor keaktifan siswa pada siklus I yang masih rendah, setelah itu peneliti mencoba memberikan solusi untuk meningkatkan indikator-indikator keaktifan yang masih rendah tersebut. Seperti pada siklus I indikator keaktifan bertanya siswa masih kurang solusinya adalah guru memberikan motivasi khusus untuk siswa yang belum aktif bertanya.
keaktifan
kerjasama siswa dalam diskusi kelompok masih kurang solusinya adalah peneliti harus lebih giat lagi mendatangi kelompok yang sedang berdiskusi. Keaktifan menjawab pertanyaan siswa masih kurang sehinga perlu perhatian khusus untuk siswa yang kurang aktif dalam menjawab pertanyaan; (7) Untuk lebih meningkatkan prestasi siswa
84
Ekuivalen: Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Dengan Kombinasi Model Pembelajaran Jigsaw dan Talking Stick
guru memberikan lebih banyak lagi soal soal-soal soal latihan untuk dikerjakan di rumah. Peneliti menyimpulkan pembelajaran dengan lebih banyak melibatkan siswa. Dan siswa diminta membuat pertanyaan/soal untuk dit ditanyakan anyakan kepada anggota kelompok yang persentasi. Berikut adalah gambar diagram peningkatan keaktifan dan prestasi belajar siswa.
Keaktifan Belajar Klasikal Siswa Keaktifan Siswa Kategori Minimal Baik
80%
Persentase
80%
60%
60% 40% 20% 0% SIKLUS I
SIKLUSII
Gambar 1 Diagram Peningkatan Keaktifan Klasikal Kategori Minimal Baik Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan yaitu pada siklus I persentase siswa memperoleh keaktifan dengan kategori minimal baik yaitu mencapai 60% meningkat menjadi 80% pada siklus II. Dan Prestasi siswa meningkat dengan ketuntasan belajar pada pra siklus yaitu 40%, pada siklus I mencapai 70% dan 85% pada siklus II.
Ketuntasan Belajar Klasikal Siswa Tuntas Belajar
100%
Persentase
80% 60% 40%
Belum Tuntas Belajar
85% 60%
70%
40% 30% 15%
20% 0% Pra Siklus Siklus I Siklus II SIMPULAN DAN SARAN Gambar 3 Grafik Persentase Peningkatan Ketuntasan Belajar Klasikal
Ekuivalen: Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Dengan Kombinasi Model
85
Berdasarkan data hasil penelitian maka dapat dikemukakan kesimpulan bahwa Keaktifan belajar siswa mengalami peningkatan setelah dilaksanakan kombinasi model pembelajaran jigsaw dan talking stick yaitu banyaknya siswa yang memiliki keaktifan belajar dengan kategori minimal baik yaitu dari 60% pada siklus I meningkat menjadi 80% pada siklus II. Dan Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan yaitu dari 40% siswa tuntas belajar pada pra siklus, meningkat menjadi 70% pada siklus I, dan meningkat menjadi 85% pada siklus II. Berdasarkan pada kesimpulan penelitian diatas ada beberapa saran yaitu: dalam proses pembelajaran dikelas hendaknya guru menggunakan model pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak merasa bosan dan jenuh sehingga keaktifan siswapun akan meningkat. Kombinasi model pembelajaran jigsaw dan talking stick dapat dijadikan salah satu model dalam pembelajaran matematika.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Kumaidah, Anik 2013. Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Materi Logika Matematika Kelas X-B MAN Kunir Wonodadi Blitar. Dalam http://repo.iaintulungagung.ac.id/401/. Diakses Tanggal 5 Oktober 2014 Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Subur, Jumadi. 2013. Buta Huruf Abad 21. www.tentangkarir.com/2013/09/butahuruf-abad-21.html. Diakses Tanggal 2 September 2014 Winarsih. 2013. Upaya Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa Menggunakan Metode Pembelajaran Talking Stick pada Siswa Kelas V SD Negeri Miritpetikusan, Mirit, Kebumen Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi. Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo.
86
Ekuivalen: Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Matematika Dengan Kombinasi Model Pembelajaran Jigsaw dan Talking Stick