Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL NUMBEREDS HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI GERAK TUMBUHAN DI KELAS VIII SMP SEI PUTIH KAMPAR **Jumiati **Martala Sari *Dian Akmalia **Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan- Universitas Lancang Kuning *Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan- Universitas Lancang Kuning
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah t-Test jika data normal dan homogen Abstract: The purpose of this study was to improved students’ learning outcome at grade VIII of SMP Sei Putih in plant material movement, the research had been conducted from January to February 2011. The data analysis technique used in this study can be a t-test if the data was normal and homogeneous and Mann-Whitney U test if the data was not normal or not homogeneous. The research methodology used was pretest-posttest quasi-experimental Control Group Design. The samples of this research of students’ at grade VIIIA and VIIIB by using saturated sampling technique. The mean pretest the experimental class was 32.84, while the control class was 31.73. After learning using in NHT model in experimental class the mean obtained in posttest was 67.78 while the control class was 60.37. The improved of learning outcomes can be seen from the mean of N -Gain in experimental class was 0.53 in middle category and the control class was 0.42 in middle category. In control class and experiment class had different learning result significantly. So it can be concluded that this model can increased students’ learning outcome in the eighth grade of junior high school of Sei Putih Kampar in Academic Year 2010-2011. Keywords: Model NHT, Learning Outcomes, Plant Material Movement Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII di SMP Sei Putih Kampar pada materi gerak tumbuhan, dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2011. Teknik dan apabila data tidak normal atau tidak homogen maka digunakan U Mann-Whitney test . Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen PretestPosttest Control Group Design. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIIIA dan kelas VIIIB dengan teknik sampling jenuh. Rerata pretest pada kelas eksperimen adalah 32,84 sedangkan pada kelas kontrol 31,73. Setelah dilakukan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT pada kelas eksperimen diperoleh rerata posttest 67,78 sedangkan pada kelas kontrol 60,37. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari rerata N-Gain pada kelas eksperimen 0.53 kategori sedang dan pada kelas kontrol 0.42 kategori sedang. Pada kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki hasil belajar yang berbeda signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa model ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Sei Putih Kampar Tahun Ajaran 2010-2011.
161
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
dituntut
PENDAHULUAN Biologi merupakan salah satu ilmu pengetahuan
menyampaikan materi yang akan diberikan. Cara guru menciptakan suasana di kelas
penting dalam perkembangan teknologi.
sangat pula berpengaruh pada keadaan yang
Menyadari pentingnya peranan biologi, guru
ditampilkan siswa dalam pembelajaran.
di dalam proses pembelajaran membutuhkan
Apabila guru dapat menciptakan suasana
teknik penyajian yang tepat agar siswa dapat
yang membuat siswa termotivasi dan aktif
memahami
tersebut
dalam pembelajaran kemungkinan hasil
dengan baik. Teknik penyajian pelajaran
belajar siswa meningkat sesuai dengan yang
merupakan
diharapkan (Hidayah, 2009).
ilmu
memegang
keterampilan
peranan
mengajar
yang
memiliki
pengetahuan
pengetahuan
tentang
yang digunakan
guru
cara untuk
Sebagai
menyampaikan bahan pelajaran kepada
berupaya
siswa di dalam kelas sehingga dapat
pengetahuan
dipahami siswa dengan baik (Azizah, 2007).
menguasai
Dalam
untuk
pendidik
meningkatkan
siswa dan
guru
kualitas
sehingga
dapat
memahami
suatu
kegiatan
pembelajaran menjadi lebih bermakna yang
hendaknya
dapat meningkatkan hasil belajar siswa
memilih dan menggunakan strategi yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar baik
ditetapkan oleh kurikulum tingkat satuan
secara mental, fisik maupun sosial. Namun
pendidikan (KTSP). Ada beberapa hal yang
pada kenyataan saat ini secara terus-menerus
harus
sampai sekarang masih berjalan pengajaran
melaksanakan
sains tradisional yang terbatas pada produk
sehingga tercipta hasil belajar yang efektif
atau fakta-fakta, konsep-konsep teori saja
dan efisisen. Hal ini disebabkan gurulah
sehingga kurang cocok digunakan untuk
yang berada dibarisan terdepan dalam
mengembangkan
pelaksanaan
pembelajaran
siswa
karena
pelaksanaan
seorang
sains,
guru
keterampilan siswa
cenderung
berpikir
diperhatikan proses
guru
dalam
belajar
mengajar
pendidikan.
Gurulah
yang
hanya
langsung mentransfer ilmu pengetahuan dan
menerima materi yang disampaikan guru
teknologi sekaligus mendidk dengan nilai-
tanpa harus berpikir untuk menemukan
nilai
konsep dari suatu pokok bahasan. Untuk
keteladanan (Kunandar, 2007). Menurut
menanggulangi
di
Marthin dalam Nurazizah (2006), seorang
samping penguasaan materi seorang guru
guru yang kreatif tidak hanya semata-mata
kesulitan
tersebut
positif
melalui
bimbingan
dan
162
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 memberikan tugas kepada siswa, tetapi ia
situasi
akan mengusahakan berbagai kegiatan yang
Peristiwa
bersifat
untuk
dirancang oleh orang lain di luar diri
sekaligus
individu sebagai pelajar biasa disebut proses
mengaktifkan siswa belajar sambil bekerja.
pembelajaran. Belajar adalah suatu proses
Selain itu, seorang guru dapat melatih
usaha yang dilakukan seseorang untuk
penelitian yang bersifat sederhana, tetapi
memperoleh suatu perubahan tingkah laku
berpola ilmiah.
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
membimbing
memproses
siswa
perolehan
Rendahnya hasil belajar biologi ini
yang
tercipta
belajar
pengalamannya
begitu
yang
sendiri
terjadi
dalam
adanya. karena
interaksi
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain
dengan guru dalam proses belajar. Definisi
yaitu: kurangnya antusias siswa untuk
ini menunjukkan bahwa yang aktif adalah
belajar
siswa, yang mengalami proses belajar,
biologi,
mengemukakan
siswa
enggan
pertanyaan
untuk maupun
sedangkan
guru
hanya
membimbing, dengan
pendapat, selain itu di dalam kelompok
menunjukkan
jalan
siswa kurang bekerja sama dan kurang
memperhitungkan
kepribadian
menghargai pendapat orang lain. Dengan
(Slameto, 2003).
memperhatikan kondisi tersebut, maka perlu
Menurut
Winkel
(1996)
siswa
belajar
dilakukan perbaikan strategi pembelajaran
adalah suatu aktifitas mental atau psikis
yang memungkinkan siswa terlibat secara
yang berlangsung dalam interaksi aktif
aktif
dengan
dalam
belajar,
sehingga
dapat
lingkungan
yang
menghasilkan
meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu
perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
alternatifnya adalah dengan menerapkan
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.
model
Maka dapat dikatakan bahwa belajar adalah
pembelajaran kooperatif melalui
Numbereds Heads Together (Fitria, 2009).
kegiatan mental yang berhubungan dengan
Teori Belajar
lingkungan sekitarnya yang dapat mengubah
Belajar pada dasarnya merupakan
intelektual.
peristiwa yang bersifat individual yakni
Teori Piaget berpendapat bahwa
peristiwa terjadinya perubahan tingkah laku
anak membangun sendiri skematikanya dari
sebagai dampak dari pengalaman individu.
pengalamannya sendiri dan lingkungan,
Pengalaman dapat berupa situasi yang
dalam pandangan Piaget pengetahuan datang
sengaja diciptakan oleh orang lain atau
dari
tindakan,
perkembangan
kognitif 163
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 sebagian besar tergantung pada seberapa
mengajar sehingga dapat dikatakan belum
jauh anak aktif memanipulasi dan anak aktif
atau sudah berhasil. Evaluasi yang menjadi
berinteraksi dengan lingkungan Skinner
tolak ukur keberhasilan adalah hasil belajar
berpandangan bahwa belajar adalah suatu
siswa.
prilaku. Pada saat orang belajar, maka
kemampuan internal yang telah menjadi
responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya
milik pribadi seseorang dan memungkinkan
bila ia tidak belajar maka responnya
orang
menurun.
memberikan prestasi tertentu (Pascal dalam
Rogers
berpandangan
bahwa
praktek pendidikan memberatkan pada segi
Hasil
itu
belajar
merupakan
melakukan
sesuatu
suatu
atau
Fitria, 2008).
pengajaran, bukan pada siswa yang belajar.
Dari uraian di atas dapat diambil
Praktek tersebut ditandai oleh peran guru
pengertian mengenai hasil belajar. Hasil
yang
belajar adalah gambaran prestasi belajar
mendominasi
menghafalkan
dan
pelajaran
siswa
hanya
(Dimyati
dan
siswa
yang
mengakibatkan
perubahan
Mudjiono, 2006).
tingkah laku dalam diri siswa sebagai hasil
Hasil Belajar Biologi
dari aktifitas dalam belajar. Jadi, hasil
Hasil belajar merupakan hasil dari
belajar yang dimaksud dalam penelitian ini
suatu interaksi belajar dan mengajar. Dari
adalah hasil belajar siswa dalam mata
sisi guru, mengajar diakhiri dengan proses
pelajaran biologi, yang diperoleh melalui tes
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil
yang diberikan pada sampel penelitian.
belajar
merupakan
puncak
Menurut Baharudin dan Wahyuni
proses belajar (Dimyati dan Mudjiono,
dalam Fitria (2008) faktor-faktor yang
2006).
menpengaruhi hasil belajar dibedakan atas 2 Hasil
berakhirnya
belajar
secara
umum
dipandang sebagai perwujudan nilai-nilai
kategori, yaitu: 1. Faktor internal/ endogen
yang diperoleh siswa melalui proses belajar
Faktor yang berasal dari dalam diri
mengajar. Hasil belajar adalah penguasaan
individu dan dapat mempengaruhi hasil
yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti
belajar individu, yaitu faktor fisiologis
program belajar mengajar sesuai dengan
(kondisi
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
(kecerdasan, motivasi, minat, sikap,
Hasil belajar merupakan gambaran prestasi
bakat).
belajar siswa dalam mengikuti proses belajar
fisik)
dan
psikologis
2. Faktor eksternal/ eksogen 164
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 Selain karakteristik siswa atau faktor
kegiatan belajar. Dalam hal ini, sebagian
endogen, faktor eksternal juga dapat
besar aktifitas pembelajaran berpusat pada
mempengaruhi proses belajar siswa,
siswa,
faktor
berkelompok
ini
digolongkan
menjadi
2
golongan yaitu faktor lingkungan sosial (keluarga,
sekolah,
teman
yakni
mempelajari serta
secara
berdiskusi
untuk
memecahkan masalah.
dan
Menurut
Ibrahim kooperatif
(2000)
masyarakat) dan faktor lingkungan non-
Pembelajaran
sosial (gedung sekolah, tempat tinggal
struktur tugas, tujuan dan penghargaan
siswa, alat-alat praktikum,perpustakaan
kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi
dan lain-lain).
pembelajaran
kooperatif
dicirikan
didorong
oleh
dan
dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas
Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan
bersama
dan
mengkoordinasikan
mereka usahanya
harus untuk
sebuah kelompok strategi pengajaran yang
menyelesaikan tugas. Model pembelajaran
melibatkan siswa bekerja sama secara
kooperatif dikembangkan untuk mencapai
berkolaborasi
sekurang-kurangnya tiga tujuan, yaitu:
untuk
mencapai
tujuan
pembelajaran. Keterampilan sosial
atau
1.
Hasil belajar akademik
kooperatif berkembang secara signifikan
Pembelajaran
dalam
untuk meningkatkan kinerja belajar
pembelajaran
Pembelajaran
kooperatif.
kooperatif
bertujuan
tepat
siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas
digunakan untuk melatih keterampilan-
akademik siswa di sekolah. Selain itu
keterampilan kerjasama dan kolaborasi dan
pembelajaran
juga keterampilan-keterampilan tanya jawab
membantu siswa dalam memahami
(Trianto,
konsep
2007).
kooperatif, para
sangat
kooperatif
Dalam siswa
pembelajaran
dibagi
menjadi
kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi yang ditentukan.
yang
kooperatif
sulit
dalam
dapat
materi
pelajaran. 2.
Penerimaan
pendapat
yang
pendapat
yang
beranekaragam
Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif
Penerimaan
adalah
kesempatan
beranekaragam yaitu penerimaan yang
kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif
luas terhadap orang yang berbeda
dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-
menurut ras, budaya dan kemampuan.
untuk
memberikan
165
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 Kontak fisik yang terjadi di antara
keterampilan ini sangat penting untuk
orang-orang
ras,
dikembangkan di masyarakat dimana
kelompok etnis tidak cukup untuk
banyak kerja orang dewasa dilakukan
mengurangi kecurigaan dan perbedaan
dalam organisasi yang saling bergantung
ide. Pembelajaran kooperatif memberi
satu sama lain, sehingga siswa dituntut
peluang kepada siswa yang berbeda
untuk
latar belakang dan kondisi untuk saling
mempunyai tanggung jawab terhadap
bekerja sama, saling ketergantungan
beban
atas tugas bersama dan belajar untuk
kepadanya.
yang
berbeda
menghargai satu sama lainnya. 3. Pengembangan keterampilan sosial
saling
bekerja
pekerjaan
Untuk
yang
mencapai
sama
dan
dibebankan
keterampilan
tersebut diperlukan enam langkah utama
Pengembangan keterampilan sosial yaitu mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan berkolaborasi, dimana
atau tahapan yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini (Ibrahim, 2000).
Tabel 1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase Tingkah Laku Guru Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa pembelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa belajar Fase 2 Guru menyajikan informasi kepada siswa Menyajikan informasi dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagimana Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok cara membentuk kelompok belajar dan belajar membantu setiap kelompok Fase 4 Guru membimbing kelompok-kelompok Membimbing kelompok bekerja dan belajar belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar atau Evaluasi masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Fase 6 Guru mencari cara-cara menghargai baik Memberi penghargaan upaya maupun hasil individu dan kelompok Sumber: Ibrahim (2000)
166
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 Menurut Lie (2007) lima unsur model
Unsur ini juga menghendaki agar para
pembelajaran cooperative Learning sebagai
pembelajar dibekali dengan berbagai
berikut:
keterampilan
a. Saling Ketergantungan Positif
semua siswa mempunyai kekeahlian
Keberhasilan bergantung anggotanya.
suatu pada
karya
sangat
mendengarkan
usaha
setiap
Keberhasilan
Untuk
menciptakan
bergantung
berkomunikasi.
dan suatu pada
Tidak
berbicara.
kelompok kesediaan
juga para
kelompok kerja yang efektif, pengajar
anggotanya untuk saling mendengarkan
perlu menyusun tugas sedemikian rupa
dan
sehingga setiap anggota kelompok harus
mengutarakan pendapat mereka.
menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. b. Tanggung Jawab Perseorangan
kemampuan
mereka
untuk
e. Evaluasi Proses Kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus
bagi
kelompok
untuk
Unsur ini merupakan akibat langsung
mengevaluasi proses kerja kelompok dan
dari unsur yang pertama. Jika tugas dan
hasil kerja sama mereka agar selanjutnya
pola penilaian dibuat menurut prosedur
bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
model
pembelajaran
cooperative
learning, setiap siswa akan merasa
Pembelajaran
Numbereds Heads Together (NHT) merupakan jenis pembelajaran kooperatif
c. Tatap Muka Setiap
Tipe
Numbereds Heads Together (NHT)
bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
Kooperatif
yang dirancang untuk mempengaruhi pola
kelompok
harus
diberikan
interaksi
siswa
dan
sebagai
alternatif
kesempatan untuk bertemu muka dan
terhadap struktur kelas tradisional, dimana
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan
guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh
memberikan
untuk
kelas dan siswa memberi jawaban setelah
yang
mengangkat tangan dan ditunjuk. NHT
menguntungkan semua anggota. Inti
pertama kali dikembangkan oleh Kagen
sinergi ini adalah menghargai perbedaan,
(1992)
(2008),
untuk
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi
melibatkan lebih banyak siswa
dalam
kekurangan masing-masing.
menelaah materi yang tercakup dalam suatu
membentuk
para
pelajar
sinergi
dalam
Fitria
d. Komunikasi Antar anggota 167
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
anggota
terhadap isi pelajaran tersebut.
mengerjakan
Dalam
penerapan
model
empat
langkah
atau
dapat mengetahui
jawabannya
pembelajaran kooperatif tipe NHT, guru menggunakan
kelompok
4. Guru memanggil salah satu nomor
sebagai
siswa di dalam kelompok kemudian
berikut :
nomor yang dipanggil melaporkan
1. Penomoran
hasil kerja sama mereka
2. Pengajuan pertanyaan
5. Tanggapan dari teman yang lain,
3. Berpikir bersama
kemudian guru menunjuk nomor
4. Pemberian jawaban.
yang lain di dalam kelompok
Sedangkan di dalam proses belajar mengajar,
dilaksanakan
persiapan, kelompok,
penyajian
melalui kelas,
6. Guru menanggapi hasil diskusi siswa
tahap
dan memberikan informasi yang
kegiatan
melaksanakan
sebenarnya
evaluasi,
7. Kesimpulan.
penghargaan kelompok, dan menghitung skor dasar setiap kelompok (Suprijono, 2010). Selain itu Hanafiah dan Suhana
METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian
(2009) juga menyatakan bahwa langkahlangkah yang dapat ditempuh dalam model pembelajaran NHT sebagai berikut: 1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa
dalam
setiap
kelompok
ini
2. Guru memberikan tugas dan masingmasing kelompok mengerjakannya 3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap
quasi
eksperimen. Kelompok dibagi menjadi 2 kelompok
eksperimen
yaitu
kelompok
eksperimen yang belajar dengan model NHT dan
kelompok
yang
pembelajaran
mendapat nomor
merupakan
Rancangan
secara penelitian
menggunakan konvensional. yang
digunakan
adalah Pretest – Posttest Control Group Design
(Frankel
&
Wallen,
1993).
Rancangan tersebut berbentuk bagan seperti berikut:
Kelompok NHT kontrol
Pretest 01 01
perlakuan X1 X2
Posttest 02 02
168
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 Keterangan: X1: Perlakuan dengan perlakuan model NHT X2: Perlakuan dengan perlakuan teknik konvensional O1: Pemberian pretest O2: Pemberian posttest Penelitian ini dilaksanakan pada
2.
Guru terlebih dahulu memberikan pretest
tersebut
guru
kontrol.
Guru
melaksanakan
kegitan
metode konvensional pada kelas
Kedua kelas ini akan dijadikan sampel
kontrol.
dengan teknik sampling jenuh (Sugiyono,
Setelah
proses
belajar
mengajar berakhir kemudian guru
2007). Parameter pada penelitian ini adalah
memberikan posttest kepada kedua
1) Hasil belajar siswa, 2) Aktifitas guru, 3)
kelas tersebut baik kelas eksperimen
Aktifitas siswa. Instrumen penelitian ini
maupun kelas kontrol. 3.
Penyusunan laporan Data hasil pretest dan posttest yang
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP) Lembar observasi
4.
Lembar tes
menggunakan
terkumpul
untuk ini
kemudian
selanjutnya
dianalisis
dengan menggunakan statistik uji-t
Prosedur Penelitian Penelitian
telah
dilaporkan,
3.
parametrik
jika
data
berdistribusi normal dan homogen dilakukan
langkah-langkah
dengan sebagai
berikut: 1.
kelas
eksperimen
pembelajaran dengan menggunakan
Putih Kampar yang terdiri dari 2 kelas.
Rencana
kelas
pada kelas eksperimen dan kemudian
adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Sei
2.
memulai
melaksanakan kegiatan model NHT
ajaran 2010/2011. Populasi penelitian ini
Silabus
baik
maupun
Putih Kampar kelas VIII semester II tahun
1.
sebelum
pembelajaran kepada kedua kelas
bulan Januari-Februari 2011 di SMP Sei
terdiri dari perangkat pembelajaran seperti:
Pelaksanaan
Persiapan
dan U Mann-Whitney test untuk non parametrik
jika
berdistribusi
normal
data atau
tidak tidak
homogen (Sugiyono, 2007).
Peneliti
mengajar di
dengan
merancang
kelas VII pembelajaran
yang menggunakan model NHT pada
Teknik Analisis data Data utama yang dipakai untuk
materi gerak tumbuhan. melihat peningkatan hasil belajar adalah 169
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 data hasil pretest dan posttest. Data tersebut
N Gain
dianalisis untuk melihat skor hasil tes. Selanjutnya hasil tes tersebut dihitung rataratanya. Serta menghitung N- Gain antara
S post S pre S maks S pre
Keterangan: S post : Skor posttest S pre : Skor pretest S maks : Skor maksimum ideal
pretest dan posttest. Untuk menghitung NKriteria perolehan skor N-Gain dapat dilihat Gain dapat digunakan rumus Hake (Meltzer,
pada
tabel
berikut
2002; Archambault, 2008): Tabel 2 Kategori Perolehan Skor N-Gain Kategori
Batasan g > 0,7
Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7
Sedang
g ≤ 0,3
Rendah
Selanjutnya dilakukan pengolahan
dan
homogenitas
dilanjutkan
dengan
data tes awal, tes akhir dan N-Gain dengan
pengujian hipotesis komparatif. Sugiyono
menggunakan Software Statistical Package
(2007)
for Sosial Science (SPSS) versi 15.0
komparatif
Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih
menunujukkan hasil dugaan nilai dalam satu
dahulu dilakukan uji normalitas distribusi
variabel atau lebih pada sampel yang
data dan homogenitas varians data kedua
berbeda.
kelompok. Pengujian normalitas distribusi
komparatif digunakan uji-t (t-test) untuk
data dalam penelitian ini dilakukan dengan
parametrik (jika data berdistribusi normal
menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov (KS
dan homogen) atau U Mann-Whitney test.
-21)
1.
pada
program
SPSS
versi
15.0
mengatakan adalah
Untuk
bahwa
hipotesis
pernyataan
menguji
yang
hipotesis
T-test adalah statistik parameter yang
sedangkan uji homogenitas varian data
digunakan untuk menguji hipotesis,
dilakukan dengan Levene Test.
komparatif rata-rata dua sampel, bila
Perbedaan hasil konsep
menggunakan
tes pemahaman uji
datanya berbentuk interval atau rasio.
statistik
Uji t-test digunakan apabila data normal
inferensial. Setelah dilakukan uji normalitas
dan homogen. Untuk menentukan data 170
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 normal dan homogen digunakan uji
mengikuti
sebaran
normal.
normalitas dan homogenitas.
Sebaliknya jika nilai KS hitung > KS tabel maka tolak H0, artinya data model regresi sederhana
1.1
Uji Normalitas
atau
regresi
mengikuti Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui
distribusi
Kenormalan
data
(Wulandari, 2010).
1.2 Uji Homogenitas Pengujian
merata di setiap nilai (Kriswanto,
dilakukan
2008 dalam Wulansari, 2008).
keseragaman
Salah
Dalam
digunakan
untuk
normal
data.
diketahui
metode
tidak
sebaran
melalui sebaran regresi yang
satu
berganda
yang menguji
homogenitas untuk data
analisis
penelitian
mengetahui
yang
penelitian.
regresi
data
baik
harus
kenormalan data adalah metode
mempunyai sebaran data yang
Kolmogorov Smirnov (KS 21).
homogen
Rumus uji Kolmogorov Smirnov
digunakan
menurut Steel, (1991) dalam
adalah uji Levene (Levene Test).
Wulandari (2010):
Rumus uji Levene (Levene Test)
KS = | Fn(Yi-1) – Fo(Yi) |
dalam Sugiyono (2007) adalah
Keterangan : KS : Nilai KS hitung Fn(Yi-1) : Frekuensi persentase komulatif pada waktu sebelum i Fo(Yi) : Frekuensi data sebaran normal pada saat i
sebagai berikut:
Nilai KS hitung yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan nilai KS tabel. Jika nilai KS hitung < KS tabel maka terima H0 artinya data model regresi sederhana atau regresi berganda
dan
metode
untuk
mengujinya
N k niV v k L 2 k 1 Vij V i
Vij = | Xij –
yang
2
|
Keterangan : L : Nilai Levene hitung X : Nilai data residual : Rata-rata data Residual N : Jumlah sampel K : Jumlah kelompok 171
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 Nilai Levene hitung yang diperoleh
2. U Mann-Whitney test
kemudian dibandingkan dengan Levene
U test ini digunakan untuk menguji
tabel atau dapat juga menggunakan nilai
hipotesis komparatif dua sampel
perbandingan signifikansi dengan α 5%. Jika
independen bila datanya berbentuk
nilai Levene hitung < Levene tabel atau P
ordinal.
value > 5%, maka data regresi sederhana
pengamatan data berbentuk interval,
atau regresi berganda mempunyai ragam
maka perlu diubah dulu ke dalam
yang homogen. Sebaliknya jika nilai Levene
data
besar Levene tabel atau P Value < 5% maka
berbentuk
data regresi sederhana atau regresi berganda
menggunakan
mempunyai ragam yang tidak homogen.
pengujiannya, tetapi bila asumsi t-
Shavelon dalam Surbakti (2006) menyatakan
menguji
hipotesis
t
ordinal.
dalam
suatu
Bila
data
masih
interval,
maka
dapat
t-test
untuk
test tidak dipenuhi (misalnya data
dengan
harus normal), maka test ini dapat
rumus uji-t seperti dibawah ini:
Bila
digunakan (Sugiyono, 2007).
X 1 X 2 HASIL DAN PEMBAHASAN
S12 S 22 n1 n2
Pretest Dari hasil penelitian yang dilakukan
Keterangan : : Rata-rata posttest kelompok eksperimen : Rata-rata posttest kelompok kontrol : Varians posttest kelompok eksperimen : Varians posttest kelompok kontrol : Jumlah sampel
pada bulan Februari 2011 didapatkan data pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:
No
Kelas
1.
Eksperimen
Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Pretest Nilai n Skor Nilai Nilai ideal minimum maksimum 27 100 23,33 43,33
2.
Kontrol
27
100
20,00
40,00
Rerata 32,84 31,73 172
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
Hasil data rerata pretest yang didapatkan pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dilihat pada diagram batang sebagai berikut:
Gambar 1: Diagram batang skor rerata pretest Berdasarkan diagram batang di atas
SPSS (Software Statiticial Package for
dapat dilihat rerata pretest kelas eksperimen
Social Science) untuk menguji kenormalan
adalah 32,84 dan kelas kontrol adalah 31,73.
data, sehingga diperoleh hasil uji normalitas
Data
pada
Tabel
2
kemudian
dianalisis dengan menggunakan program
pretest kelas ekperimen dan kelas kontrol pada tabel berikut:
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen Kontrol
Asymp. Sig(2Tailed) 0,427 0,699
α
Keputusan
Keterangan
0,05 0,05
Terima H0 Terima H0
Normal Normal
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa untuk
masing-masing kelas terima H0 yang artinya
uji normalitas pretest pada kelas eksperimen
data berdistribusi normal.
dan kelas kontrol dengan taraf kepercayaan
Selanjutnya
dilakukan
uji
5% (α 0,05), nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
homogenitas dengan menggunakan Levene
untuk kelas kontrol 0,699 > 0,05 dan nilai
test,
Asymp. Sig. (2-tailed) kelas eksperimen
sampel. Berdasarkan hasil uji pretest pada
0,427 > 0,05 diperoleh keputusan untuk
kelas
untuk
menentukan
eksperimen
dan
kehomogenan
kelas
kontrol,
173
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 diperoleh hasil yang tertera dalam tabel di
bawah ini :
Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data Pretest Jenis Data
Based on trimmed mean
α
Keputusan
Keterangan
0,034
0,05
Tolak H0
Tidak Homogen
Pretest
Dari Tabel 4 di atas dapat kita lihat, untuk
hipotesis komparatif ini berguna untuk
uji homogenitas nilai Based on trimmed
mengetahui apakah data berbeda signifikan
mean pretest adalah (0,034) dengan taraf
atau tidak. Nilai yang dilihat pada uji ini
kepercayaan 5% (α 0,05). Keputusan yang
adalah
diperoleh adalah tolak H0 karena nilai Based
dibandingkan dengan taraf kepercayaan 5%
on trimmed mean adalah 0,034 < 0,05, maka
(α 0,05). Jika nilai sig. (2-tailed) < 0,05
dapat dikatakan data pretest baik untuk kelas
maka data berbeda signifikan, jika nilai sig.
kontrol maupun kelas eksperimen berasal
(2-tailed) > 0,05 maka data tidak berbeda
dari varian yang tidak homogen.
signifikan. Berikut adalah hasil uji U Mann-
Setelah data diketahui normal dan tidak
homogen,
maka
dapat
nilai
Sig.
(2-tailed)
kemudian
Withney data pretest:
diambil
keputusan untuk melakukan uji hipotesis komparatif yaitu uji U Mann-Withney. Uji Tabel 5 Hasil Uji U Mann-Whitney data Pretest Sig. (2 tailed) α Keputusan Keterangan 0,617 0,05 Tolak H0 Tidak berbeda signifikan
Jenis data Pretest
Dari tabel di atas untuk nilai Sig. (2-tailed)
tumbuhan tidak berbeda signifikan atau
pretest pada kelas kontrol dan eksperimen
mempunyai pengetahuan awal yang sama.
diperoleh
hasil
0,617
dengan
taraf
Dari
hasil
pengamatan di atas,
kepercayaan 5% (α 0,05). Keputusan yang
terlihat bahwa pada Tabel 4.1 nilai pretest
diperoleh adalah tolak H0, yang artinya
minimum kelas kontrol adalah 20,00 dan
siswa pada kelas kontrol dan pada kelas
nilai pretest minimum kelas eksperimen
eksperimen
adalah 23,33 sedangkan nilai maksimum
pada
materi
gerak
pada
174
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 hasil pretest kelas kontrol adalah 40,00 dan
salah satu caranya yaitu dengan apersepsi.
nilai
kelas
Jika siswa diberi soal yang mereka belum
eksperimen adalah 43,33. Rerata pretest
pelajari maka mereka bisa mengaitkannya
pada kelas kontrol adalah 31,73 dan pada
dengan pengetahuan yang mereka dapatkan
kelas eksperimen adalah 32,84.
sebelumnya. Siswa dituntut untuk aktif dan
maksimum
hasil
pretest
Setelah itu dilakukan uji normalitas
kreatif dalam mengembangkan pengetahuan
dan homogenitas serta uji U Mann-Withney,
yang telah dimiliki sebelumnya, sehingga
hasil yang didapat adalah nilai pretest pada
apabila materi tersebut diberikan siswa
kelas kontrol dan eksperimen menunjukan
sudah paham tentang apa yang akan
tidak adanya perbedaan yang signifikan. Ini
dipelajarinya.
artinya pada kelas kontrol dan eksperimen
Berdasarkan penelitian dari beberapa
tidak mempunyai kemampuan awal materi
ahli,
Pintrinch
dalam
Astuti
(2011)
gerak pada tumbuhan yang berbeda.
menyimpulkan pengetahuan awal yang tidak
Tidak adanya perbedaan hasil belajar
akurat dapat menghalangi perkembangan
disini terjadi karena saat menjawab soal
siswa dan kekurangan pengetahuan awal
mereka
dengan
tidak memungkinkannya untuk maju. Chan,
lebih
et al, dalam Astuti (2011) membuktikan
teman
pengetahuan awal memainkan peran mediasi
tidak
mengerjakannya
sungguh-sungguh, banyak
mereka
bertanya
malah
kepada
disebelahnya, hal ini bisa terjadi karena
dalam
mereka belum mempelajari materi yang
konstruktif. Penelitian Barclay dalam Astuti
mereka kerjakan. Akan tetapi, jika siswa
(2011) menunjukkan bahwa pemahaman
tersebut bisa mengaitkan materi yang ada
terhadap
dalam
penerapan pengetahuan awal yang relevan
soal
pretest
tersebut
dengan
pengetahuan yang telah mereka dapat sebelumnya
maka
siswa
akan
menggerakkan
suatu
teks
aktifitas
tergantung
yang
pada
yang tidak ada di dalam teks.
bisa
menjawab soal tersebut tanpa harus bertanya
Posttest
kepada temannya. Di dalam kegiatan belajar mengajar,
Berdasarkan
penelitian
yang
kebanyakan guru belum bisa atau kurang
dilakukan didapatkan data rerata posttest
dalam membangun pengetahuan awal pada
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
siswa.
sebagai berikut:
Untuk
itu
guru
harus
bisa
memperbanyak pengetahuan awal siswa, 175
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
No
Kelas
1.
Eksperimen
Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Posttest Nilai n Skor Nilai Nilai ideal minimum maksimum 27 100 50,00 83,33
2.
Kontrol
27
100
46,67
76,67
Rerata 67,78 60,37
Jika dilihat dengan diagram batang hasil posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sebagai berikut:
Gambar 3: Diagram batang skor rerata posttest Dari diagram di atas rerata untuk
dan
kelas
kontrol
untuk
mengetahui
kelas eksperimen adalah 67,78, sedangkan
normalitas data. Berikut adalah hasil uji
rerata untuk kelas kontrol adalah 60,67. Dari
normalitas data posttest kelas eksperimen
data tersebut selanjutnya diuji normalitas
dan kelas kontrol:
untuk data posttest siswa kelas eksperimen
Kelas Eksperimen Kontrol
Tabel 7 Hasil Uji Normalitas Data Posttest Asymp.Sig(2α Keputusan tailed) 0,588 Terima H0 0,05 0,051 Terima H0
Keterangan Normal Normal
Dari data di atas dapat dilihat bahwa untuk
adalah terima H0 untuk kelas kontrol
uji normalitas keputusan yang didapat
maupun kelas eksperimen dengan taraf 176
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 kepercayaan 5% (α 0,05). Karena nilai
test untuk menentukan kehomogenan data.
Asymp.Sig(2-tailed) untuk kelas kontrol
Berdasarkan hasil uji posttest pada kelas
0,051 > 0,05 dan nilai Asymp.Sig(2-tailed)
kontrol maupun kelas eksperimen diperoleh
kelas eksperimen 0,588 > 0,05.
hasil dalam tabel berikut:
Selanjutnya
dilakukan
uji
homogenitas dengan menggunakan Levene Tabel 8 Hasil uji Homogenitas data Posttest Jenis Data
Based on trimmed mean
α
Keputusan
Keterangan
Posttest
0,667
0,05
Terima H0
Homogen
Berdasarkan tabel di atas hasil uji
keputusan untuk melakukan uji lanjutan
homogenitas didapat nilai Based on trimmed
yaitu uji-t Independent 2 Samples. Uji
mean pada levene test adalah 0,667.
lanjutan ini berguna untuk mengetahui
Keputusan yang diambil adalah terima H0
apakah data posttest kelas kontrol dan kelas
karena 0,667 > 0,05. Maka dapat dikatakan
eksperimen berbeda signifikan atau tidak.
bahwa data posttest kelas kontrol dan kelas
Hasil
eksperimen
eksperimen tertera pada tabel berikut:
berasal
dari
varian
yang
uji-t
kelas
kontrol
dan
kelas
homogen. Setelah data posttest diketahui data normal dan homogen, maka dapat diambil
Jenis Data Posttest
Tabel 9 Hasil uji-t data posttest Sig.(2-tailed) α Keputusan 0,000
0,05
Terima H0
Keterangan Berbeda signifikan
Tabel 9 menunjukkan hasil uji-t
artinya siswa pada kelas kontrol dan kelas
dimana nilai Sig. (2-tailed) untuk data
eksperimen memiliki hasil belajar tentang
posttest adalah 0,000. Keputusan yang
gerak pada tumbuhan yang berbeda.
diperoleh adalah terima H0 karena 0,000 < 0,05, maka data berbeda signifikan. Ini
Setelah
dilakukan
proses
pembelajaran dengan menggunakan model 177
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 NHT pada kelas eksperimen dan pada kelas
ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti
kontrol
cara
berubah pengetahuannya, pemahamannya,
konvensional (ceramah). Dengan adanya
sifat dan tingkah lakunya, daya penerimanya
perbedaan metode belajar ini ternyata
dan pada individu, oleh sebab itu belajar
memberikan pengaruh yang baik. Hasilnya
adalah proses aktif.
tetap
menggunakan
terlihat pada Tabel 6 dengan rerata posttest
Menurut Slameto (2003) belajar
kelas kontrol 60,37 dan kelas eksperimen
adalah suatu proses usaha yang dilakukan
67,78. Setelah dilakukan uji normalitas,
seseorang
homogenitas dan uji-t keputusan yang
perubahan tingkah laku yang baru secara
diambil adalah terima H0, ini artinya pada
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki
sendiri
hasil belajar pada materi gerak tumbuhan
lingkungannya. Sedangkan Sardiman (2007)
yang berbeda.
mendefinisikan
Dengan adanya perubahan strategi
untuk
dalam
memperoleh
suatu
interaksi
belajar
dengan
sebagai
suatu
perubahan tingkah laku atau penampilan
belajar memberikan pengaruh yang baik
dengan
serangkaian
kegiatan,
bagi hasil belajar siswa. Ini terbukti dengan
dengan
naiknya hasil posttest siswa. Ini artinya
mendengarkan, meniru dan sebagainya.
membaca,
misalnya
mengamati,
terjadi suatu proses yang dinamakan proses belajar. Menurut Sudjana (2000) belajar
N-Gain
merupakan suatu proses yang ditandai dengan
adanya
perubahan
pada
diri
seseorang. Perubahan sebagai proses belajar
Di bawah ini merupakan hasil NGain pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol adalah sebagai berikut:
No
Kelas
1.
Eksperimen
Tabel 10 Rekapitulasi Hasil N-Gain Nilai n Skor Nilai Nilai ideal minimum maksimum 27 100 0,29 0,71
2.
Kontrol
27
100
Berdasarkan data yang diperoleh pada tabel di atas dapat dilihat nilai
0,24
0,68
Rerata 0,53 0,42
minimum, nilai maksimum dan rerata NGain
kelas
eksperimen
lebih
tinggi 178
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 dibandingkan dengan kelas kontrol. Dimana
Maka dapat disimpulkan bahwa N-Gain
nilai minimum pada kelas eksperimen
pada
adalah 0,29 sedangkan pada kelas kontrol
dibandingkan dengan N-Gain pada kelas
adalah 0,24. Nilai maksimum pada kelas
kontrol.
kelas
eksperimen
lebih
tinggi
eksperimen adalah 0,71 sedangkan pada
Perbandingan hasil data N-Gain
kelas kontrol adalah 0,68. Nilai rerata N-
kelas eksperimen dengan kelas kontrol dapat
Gain pada kelas eksperimen adalah 0,53
dilihat dari diagram batang di bawah ini:
sedangkan pada kelas kontrol adalah 0,42.
0.53
0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
0.42
Eksperimen
Kontrol
Gambar 4: Diagram batang rerata N-Gain Berdasarkan Gambar 4 di atas, dapat
Berikut ini merupakan data hasil N-
dilihat rerata N-Gain kelas eksperimen lebih
Gain per siswa pada kelas eksperimen dan
tinggi dibandingkan dengan rerata N-Gain
kontrol yang ditunjukkan oleh gambar
kelas kontrol. Rerata N-Gain untuk kelas
diagram garis berikut :
eksperimen adalah 0,53 sedangkan rerata NGain kelas kontrol adalah 0,42.
179
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
Gambar 5:
Diagram garis N-Gain per siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
Dari diagram di atas dapat kita lihat
parametrik yaitu dengan menggunakan uji-t,
N-Gain masing-masing siswa, baik pada
tetapi apabila data tidak berdistribusi normal
kelas kontrol maupun kelas eksperimen.
dan homogen, maka digunakan statistik non
Pada kelas kontrol N-Gain minimum adalah
parametrik, yaitu salah satunya dengan
adalah
menggunakan U Mann-Whitney test.
0,24
sedangkan
N-Gain
maksimumnya adalah 0,68 sedangkan pada
Untuk menguji kenormalan data
kelas eksperimen N-Gain minimumnya
harus
dilakukan
adalah 0,29 dan N-Gain maksimumnya
merupakan
salah
satu
adalah 0,71. Secara keseluruhan terlihat nilai
menentukan
uji
lanjutan
N-Gain persiswa pada kelas eksperimen
statistik parametrik atau parametrik. Pada
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
penelitian
kontrol.
menggunakan rumus Kolmogorov Smirnov
ini
uji
uji
normalitas syarat
yang untuk
menggunakan
normalitas
dengan
Data N-Gain kelas kontrol dan kelas
(KS-21). Berikut ini adalah tabel uji
eksperimen kemudian dianalisis dengan
normalitas N-Gain kelas eksperimen dan
melakukan uji normalitas, uji homogenitas
kelas kontrol.
dan uji lanjutan. Jika data berdistribusi normal dan homogen maka uji hipotesis komparatif
menggunakan
statistik
180
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011
Tabel 11 Rekapitulasi Uji Normalitas Data N-Gain Kelas Eksperimen Kontrol
Asym.sig(2tailed) 0,687 0,612
α
Keputusan
Keterangan
0,05 0,05
Terima H0 Terima H0
Normal Normal
Berdasarkan Tabel 4 di atas uji normalitas
berarti data pada kelas kontrol dan kelas
N-Gain dengan taraf kepercayaan 5% (α
eksperimen berdistribusi normal.
0,05) diperoleh nilai Asym. Sig (2-tailed)
Selanjutnya peneliti melakukan uji
untuk kelas kontrol adalah 0,612 sedangkan
homogenitas data N-Gain. Uji homogenitas
pada kelas eksperimen 0,687. Untuk kelas
ini berguna untuk menguji kehomogenan
kontrol diperoleh keputusan terima H0
data. Analisis data uji homogenitas dengan
karena nilai Asym. Sig (2-tailed) 0,612 >
menggunakan
0,05 dan untuk kelas eksperimen juga
homogenitas kelas eksperimen dan kelas
diperoleh keputusan terima H0 karena
kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
uji
Levene.
Hasil
uji
Asymp. Sig (2-tailed) 0,687 > 0,05. Hal ini
Jenis data N-Gain
Tabel 12 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data N-Gain Based on α Keputusan Keterangan trimmed mean 0,078
0,05
Terima H0
Berdasarkan Tabel 12 di atas hasil uji
Setelah
Homogen data
N-Gain
kelas
homogenitas data N-Gain dengan taraf
eksperimen dan kelas kontrol diketahui
kepercayaan 5% (α 0,05) diperoleh nilai
0,078 maka dapat diambil keputusan untuk
Based on trimmed mean 0,078. Keputusan
melakukan uji lanjutan. Uji lanjutan yang
yang diperoleh adalah H0 diterima karena
digunakan yaitu uji-t untuk mengetahui
nilai Based on trimmed mean 0,078 < 0,05.
apakah data berbeda signifikan atau tidak.
Maka dapat dikatakan data N-Gain kelas
Analisis data uji-t ini yang dilihat adalah
kontrol dan kelas eksperimen berasal dari
nilai
varian yang homogen.
dibandingkan dengan taraf signifikan 0,05.
Asymp
Sig.
(2-tailed)
yang
181
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 Jika nilai Asymp Sig.(2-tailed) < 0,05 maka
berbeda signifikan. Hasil uji-t data N-Gain
data berbeda signifikan, jika nilai Asymp
seperti pada tabel berikut :
Sig. (2-tailed) > 0,05 maka data tidak Tabel 13 Rekapitulasi Hasil uji-t Data N-Gain Jenis data
Asymp Sig. (2tailed)
α
Keputusan
Keterangan
N-Gain
0,001
0,05
Terima H0
Berbeda signifikan
Dari tabel di atas dapat dilihat hasil
biologi dan model ini dapat membantu
uji-t untuk data N-Gain kelas kontrol dan
keterampilan sosial dalam diri siswa untuk
kelas eksperimen dengan taraf kepercayaan
bekerjasama.
5%
(α 0,05) diperoleh nilai Asymp Sig.
Ibrahim (2000) mengatakan bahwa
(2tailed) 0,001 < 0,05, berbeda signifikan.
model
Ini artinya siswa pada kelas kontrol dan
membantu siswa memahami konsep-konsep
kelas eksperimen mempunyai perbedaan
yang sulit, juga berguna untuk membantu
hasil belajar gerak pada tumbuhan.
siswa
Terjadinya peningkatan nilai N-Gain pada Tabel 10 menunjukan terjadinya
pembelajaran
kooperatif
menumbuhkan
selain
keterampilan
kerjasama, berpikir kritis, dan kemampuan membantu teman.
peningkatan hasil belajar pada materi gerak
Menurut Sardiman (2007) aktifitas
pada tumbuhan, hasil yang didapat adalah
merupakan bagian dan dasar-dasar mengajar
antara kelas kontrol dan kelas eksperimen
yang paling penting yang merupakan faktor
memiliki perbedaan hasil belajar pada
penentu
materi gerak pada tumbuhan. Dimana kelas
interaksi antara siswa dan guru. Aktifitas
eksperimen yang menggunakan model NHT
merupakan prinsip yang sangat penting di
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
dalam interaksi belajar mengajar. Tanpa
kontrol yang menggunakan pembelajaran
adanya
secara konvensional. Peningkatan ini terjadi
mungkin terjadi.
karena pada kelas eksperimen menggunakan
terhadap
aktifitas
Secara
keberhasilan
proses
belajar
keseluruhan
proses
tidak
penerapan
model NHT merupakan salah satu model
pembelajaran biologi dengan model NHT
yang diterapkan dalam mata pelajaran
pada materi gerak tumbuhan berpengaruh 182
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 positif terhadap proses pembelajaran karena
1.
Pembelajaran dengan model NHT dapat
selain membantu siswa lebih aktif juga dapat
dijadikan salah satu alternatif bagi guru
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
untuk
menunjukkan bahwa model pembelajaran
mengajar dalam meningkatkan hasil
NHT efektif diterapkan pada materi gerak
belajar
tumbuhan kelas VIII di SMP Sei Putih
tumbuhan
Kampar.
2.
menambah
siswa
pada
variasi
materi
model
gerak
Guru dapat mengembangkan lagi pola pikir siswa dengan menggunakan model NHT pada materi lain
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
dapat
disimpulkan
bahwa
penggunakan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi gerak tumbuhan pada siswa kelas VIII SMP Sei Putih Kampar. Hal ini dapat dilihat dari hasil N-Gain. N-Gain pada kelas eksperimen yaitu sebesar 0,53 termasuk kedalam kategori sedang dan N-Gain kelas kontrol yaitu sebesar 0,42 termasuk dalam kategori sedang. Selain itu model ini juga dapat meningkatkan aktifitas siswa dan guru dalam
proses
belajar
mengajar
Anni, C. T. 2004. Psikologi Belajar. UPT MKK Universitas Negeri Semarang, Semarang. Archambault, J. 2008. “The Effect of Developing Kinematics Concepts GraphicallyPrior to Introducing Algebraic Problem Solving Techniques”. Action Research Reguared for the Master of Natural Science Degree with Concentration in Physics. Arizona State University. Arends, R. 1997. Classroom Intruction and Management. Mc Grow. Hill Comparies Inc, New York.
atau
pembelajaran sehingga model ini efektif digunakan pada materi gerak tumbuhan kelas VIII
DAFTAR PUSTAKA
di SMP Sei Putih Kampar.
Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait sebagai berikut:
Astuti, T. 2011. Pembelajaran [online]. Tersedia: http. www. Poojetz. Wordspress. Com// 2011/ 01/ 13/ analisis-tentang-membangunpengetahuan-awal-atau-apersepsisiswa-dalam-kegiatanpembelajaran/.[06 Januari 2011]. Azizah, Noor. 2007. Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran 183
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 NHT. Universitas Negeri Semarang , Semarang. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka cipta, Jakarta. Djamarah, S. B. 2002. Psikologi Belajar. Rineka Cipta, Jakarta. Djamarah, S. B. dan Zein A. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Banjarmasin. Fraenkel & Wallen. 1993. How To Design and Evaluate Reaserch In Education: McGRAW-HILL. Singapore. Fitria,
R. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Pendekatan Struktur NHT . Universitas Riau, Pekanbaru.
Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara, Jakarta. Hanafiah dan Suhana. 2007. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama, Bandung. Hidayah, R. 2009. Pendekatan Struktural TPS dan NHT. Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. Ibrahim, M. 2000. Pembelajaran Kooperatif. UNESA-UNIVERSITY Press, Surabaya. Ishaq. 2002. Mengajar Efektif. UNRI Press, Pekanbaru. Kunandar. 2007. Guru Profesional (Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru). PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Lie,
A. 2005. Cooperatif Grasindo, Jakarta.
Learning.
Meltzer, D.E. 2002. “The Relationsip Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning gains in Physics: Posisible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores”. American Journal of Physics. 70(7). Nasution. 1995. Dikdakktik Asas-asas Mengajar. Bumi Aksara, Jakarta. Nurazizah. 2006. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif Model NHT. Universitas Riau, Pekanbaru. Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada, Bandung. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Bina Aksara Pustaka, Jakarta. Sudjana, N. 2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru. Bandung. Sugiyono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. CV. Alfabeta, Bandung. Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning. Pustaka Belajar, Yogyakarta. Surbakti, A. 2006. Pengaruh Metode Inkuiri Pada Pokok Bahasan Lingkaran dalam Matematika terhadap Prestasi Balajar Siswa Kelas II SMP HKBP Perdamean Medan Tahun Ajaran 2005/2006. Medan: Universitas Medan.
184
Lectura Volume 02, Nomor 02, Agustus 2011 Suyabrata, S. 1997. Metode Penelitian. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suyitno, A. 2004. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1. Jurusan Matematika FMIPA UNNES, Semarang. Syamsuri, I. 2002. IPA Biologi. Erlangga, Jakarta. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Prestasi Pustaka, Jakarta.
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Gramedia, Jakarta. Wulandari, A. 2010. Metode Penelitian [online]. Tersedia http://www. Trinoval. web. id /2010/04/jenis-ujistatistik. html [17 September 2010]. Wulansari, E. 2008. Uji Noormalitas dengan Kolmogorov Smirnov [online], Tersedia. http: jonikriswanto. blogspot. com/2008/10/ujinormalitas dengan-kolmogorov. html. Akses (04 Oktober 2010).
Wayan. 1992. Evaluasi Pendidikan. Usaha Nasional, Surabaya.
185