Triningsih, S.Pd. | 355
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG PENYEBAB PERUBAHAN BENDA MELALUI METODE INKUIRI DI KELAS VIA SD NEGERI BEDAHAN 01 KECAMATAN SAWANGAN KOTA DEPOK Oleh: Triningsih, S.Pd. NIP. 196508282014032001
[email protected] Dinas Pendidikan Kota Depok UPT TK/SD Kecamatan Sawangan Sekolah Dasar Negeri Bedahan 01 ABSTRAK Triningsih , 2017 Peningkatan Hasil Belajar IPA tentang penyebab perubahan benda melalui Penggunaan Metode Inkuiri di Kelas VI SD Negeri Bedahan 01. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Rumusan masalah yang disusun adalah “Apakah penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA terhadap konsep penyebab perubahan benda?” Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas VI melalui penggunaan metode inkuiri dan meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas VI melalui penggunaan metode inkuiri. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan melalui proses beralur terdiri dari 4 tahap, yaitu: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) Observasi; dan 4) refleksi. Dari analisis data diketahui bahwa pada setiap siklus terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal, siswa yang mencapai ketuntasan baru 44,44%. Pada siklus I siswa yang mencapai ketuntasan mengalami kenaikan 50% dari kondisi awal menjadi 66,67%. Pada siklus II mengalami kenaikan 50% menjadi 100%. Hal yang sama juga terjadi pada kesungguhan belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: Penggunaan metode inkuiri mampu mempermudah siswa dalam memahami materi pembelajaran; Penggunaan metode inkuiri mampu meningkatkan kesungguhan siswa dalam belajar; Penggunaan metode inkuiri mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
356 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017
PENDAHULUAN Di era globalosasi sekarang ini, dunia pendidikan Indonesia ikut mendapat pengaruh dari perkembangan yang terjadi di dunia, termasuk model dan pendekatan pembelajarannya. Selama ini sudah berbagai macam model dan pendekatan pembelajaran diterapkan oleh para guru, namun hasilnya tetap belum maksimal. Pada akhirnya diperkenalkan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu konsep yang membantu mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pilar Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah inkuiri atau menemukan yang merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta akan tetapi hasil dari menemukan sendiri, terutama di dalam memecahkan suatu masalah yang diberikan oleh guru sesuai dengan materi pelajaran yang sedang berlangsung. Kemampuan siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Bedahan 01, Kecamatan Sawangan, Kota Depok dalam hal menemukan pengetahuan masih sangat rendah. Permasalahannya adalah rendahnya hasil belajar IPA siswa. Hal ini terbukti dari pelaksanaan tes formatif kondisi awal, hasil yang diperoleh belum mencapai ketuntasan. Dari siswa 37 anak yang mengikuti tes formatif, baru 8 anak (21,62%) yang mencapai ketuntasan dan 29 anak (88,38%) belum tuntas dengan perolehan nilai rata-rata kelas 54,05 ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa tersebut masih rendah. Untuk mengatasi permasalahan di atas, perlu melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana siswa mampu memecahkan masalah mengenai kompetensi dasar menjelaskan faktorfaktor penyebab perubahan benda (pelapukan, perkaratan, pembusukan melalui pengamatan, dengan cara mencari sendiri pemecahannya, sedangkan guru hanya sebagai pembimbing. Berdasarkan observasi dan diskusi dengan teman sejawat diketahui adanya beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya pencapaian kompetensi dasar tersebut. Beberapa kemungkinan penyebabnya adalah: a. Kurangnya kemampuan siswa dalam mencari dan menemukan pengetahuan atau konsep. b. Rendahnya keberanian siswa dalam memberikan pendapat sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Dari pernyataan-pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan beberapa faktor penyebab timbulnya permasalahan, di antaranya: a. Guru belum menerapkan metode yang sesuai dengan pembelajaran yang dilaksanakan. b. Guru belum mengaktifkan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. c. Guru belum memberikan kesempatan pada siswa untuk mencari sendiri konsep materi pelajaran.
Triningsih, S.Pd. | 357
Supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai, perlu adanya perbaikan proses pembelajaran, dalam hal ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui metode inkuiri. Berdasarkan permasalahan di atas, maka perumusan masalah yang akan dikemukakan adalah “Apakah penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA terhadap konsep penyebab perubahan benda?”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas VI melalui penggunaan metode inkuiri. b. Meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran IPA kelas VI melalui penggunaan metode inkuiri Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi siswa, guru, dan sekolah khususnya, dan bagi dunia pendidikan pada umumnya. Manfaat penelitian meliputi manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat penelitian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis 1) Mendapatkan pengetahuan baru tentang cara meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan pengetahuan sendiri melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL) dan metode inkuiri. 2) Memberikan wawasan yang lebih luas tentang penggunaan model Contextual Teaching and Learning (CTL) dan metode inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 3) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengadakan penelitian selanjutnya. b. Manfaat Praktis 1) Bagi siswa Manfaat penelitian bagi siswa adalah: a) Meningkatkan kemampuan siswa dalam menemukan pengetahuan sendiri. b) Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat dan menjawab pertanyaan. c) Meningkatkan hasil belajar siswa. d) Meningkatkan perhatian dan konsentrasi siswa dalam pembelajaran. 2) Bagi Guru Manfaat penelitian bagi guru adalah: a) Memperbaiki kualitas/mutu kegiatan pembelajaran yang dikelolanya. b) Sebagai sarana perbaikan kinerja guru untuk dapat mengembangkan penggunaan metode pembelajaran. c) Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman bagi guru. d) Memberikan solusi kepada guru lain dalam memecahkan masalah pembelajaran. e) Meningkatkan profesionalisme guru.
358 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017
3) Bagi Sekolah Manfaat penelitian bagi sekolah adalah: a) Memberi masukan kepada penyelenggara sekolah dalam upaya memperbaiki dan merumuskan program sekolah ke depan. b) Membantu sekolah untuk maju dan berkembang. c) Meningkatkan kualitas belajar secara umum. KAJIAN PUSTAKA Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam 1) Belajar Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu (1993:13). Pengertian belajar menurut Dosen Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, Suharsimi Arikunto (1993:19) adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya, baik berupa pengetahuan, keterampilan, ataupun sikap. Menurut Morgan (dalam Purwanto, 1997: 84) bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat di sintesiskan bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi karena adanya usaha agar dapat mengubah tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari suatu pengalaman. 2) Hasil Belajar Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal ang disusun sesuai dengan sasaran belajar. (Christiana Demaja WS: 2004). Mulyono Abdurrahman (2003:37) mengemukakan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Anak yang dikatakan berhasil adalah mereka yang dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dimyati dan Mujiono (2006:3) memaparkan bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pengajaran dan kemampuan mental siswa. Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat di sintesiskan bahwa hasil belajar adalah gambaran tingkat penguasaan dan kemampuan anak setelah melakukan interaksi belajar mengajar. 3) Pembelajaran Bruner berpendapat bahwa, salah satu tahap dalam proses pembelajaran yaitu tahap enaktif, yaitu ditandai oleh manipulasi secara langsung objekobjek berupa benda atau peristiwa kongkret. Menurut Sudiarto (1990) pembelajaran adalah upaya penataan lingkungan agar kegiatan belajar tumbuh dan berkembang secara optimal, oleh karena itu, belajar sesungguhnya bersifat internal dari siswa, sedangkan pembelajaran
Triningsih, S.Pd. | 359
bersifat eksternal yaitu keadaan yang disengaja agar proses belajar mengajar terarah dan sistematis. Gagne dan Briggs (1979) berpendapat, pembelajaran adalah suatu rangkaian kegiatan yang mempengaruhi belajar mengajar sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disintesiskan bahwa pembelajaran adalah suatu upaya penataan lingkungan kegiatan belajar dan dilakukan dengan sengaja agar proses belajar terarah dan sistematis. 4) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu, yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode, dan berlaku secara universal”. IPA adalah ilmu tentang fenomena alam semesta. Dalam kurikulum 2004 sains (IPA) diartikan sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta. Menurut Abdullah (1998:18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi, dan demikian seterusnya kait-mengait antara cara yang satu dengan cara yang lainnya”. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat di sintesiskan bahwa IPA a. Penggunaan Metode Inkuiri a. Metode Metode menurut bahasa adalah cara yang teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai hasil yang baik seperti apa yang diinginkan. (Badudu-Zain, 1994:896) dalam Kamus Bahasa Indonesia. Daliman, dkk (1996:99) berpendapat bahwa metode adalah cara yang di dalamnya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Sumantri dan Johar Permana (2001:114) berpendapat bahwa metode merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar mengajar dan tercapainya prestasi belajar anak yang memuaskan. b. Inkuiri Inkuiri berasal dari bahasa Inggris Inquiry, yaitu proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Inkuiri adalah proses memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau Rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Schmidt, 2003).
360 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017
Inkuiri merupakan prosedur yang dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam upaya memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Hebrank, 2000; Budnitz, 2003; Chiapetta & Adams, 2004). Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir seperti uraian di atas, diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut: Penggunaan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil dan motivasi belajar IPA tentang penyebab perubahan benda bagi siswa kelas VI SD Negeri Bedahan 01.” Indikator dan Kriteria Keberhasilan Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa adalah : 1) Siswa dinyatakan tuntas belajar jika telah mencapai tingkat pemahaman materi 70% ke atas yang ditunjukkan dengan perolehan nilai formatif 70 atau lebih (sesuai KKM). 2) Siswa dikatakan telah berhasil secara klasikal jika 75% siswa telah memperoleh nilai sesuai batas tuntas yang telah ditetapkan melalui KKM. 3) Proses perbaikan pembelajaran dikatakan berhasil jika 75% dari jumlah siswa terlibat aktif mengikuti kegiatan pembelajaran. B. METODE PENELITIAN Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PKT). Istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR), yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Menurut Suharsini Arikunto (dalam Rusna RA, 2010:30) di dalam PTK memiliki tiga pengertian, yaitu: 1) Penelitian, yang merupakan suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. 2) Tindakan, merupakan suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Tindakan dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan siswa. 3) Kelas, dalam hal ini tidak terikat dengan ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama, dan guru yang sama pula. Mills (dalam Rusna RA, 2010:31) mendefinisikan penelitian tindakan sebagai “Systematic Inkuiri” yang dilakukan oleh guru, kepada sekolah, atau konsuler untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktek yang dilakukannya. Informasi ini digunakan untuk meningkatkan persepsi serta mengembangkan “Reflective practice” yang berdampak positif pada berbagai praktik persekolahan, termasuk memperbaiki hasil belajar siswa.
Triningsih, S.Pd. | 361
Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat, (Wardani, 2006:1-4). Dalam penelitian tindakan kelas ini strategi yang digunakan mengacu pada model siklus. Lebih lanjut Rusna RA (2007:7-8) mengatakan PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap, yaitu: a. Perencanaan (planning) b. Pelaksanaan (acting), c. Pengamatan (observation), d. Refleksi (reflection). Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilaksanakan akan digunakan untuk merevisi rencana, jika ternyata tindakan yang dilaksanakan belum berhasil memecahkan masalah, seperti tampak pada gambar berikut:
Perencanaan Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan Gambar 3.1 Daur Penelitian Tindakan Kelas Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Cipayung di kelas VI, UPT TK/SD Kec. Kecamatan Cipayung Kota Depok yang berlokasi di Jl H. Sulaeman No 09 kelurahan Bedahan Kecamatan Sawangan Kota Depok. Kelas VI tersebut diambil sebagai subjek penelitian karena rata-rata hasil belajar mereka belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Siswa pada umumnya sulit memahami materi, kurang bersungguh-sungguh, sehingga berimbas pada hasil belajar yang rendah.Subjek penelitian adalah tempat peneliti memperoleh keterangan atau data penelitian. Subjek penelitian ini
362 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017
adalah semua siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri berjumlah 37 anak.
Bedahan 01 yang
Data Jenis Data a. Data Kuantitatif Data Kuantitatif yaitu data tentang hasil tes formatif siswa sebelum dan sesudah diadakan perbaikan, yaitu nilai tes formatif kondisi awal, siklus I dan siklus II. b. Data Kualitatif Data Kualitatif yaitu data tentang keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu data hasil pengamatan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data, dapat berbentuk teknik tes maupun non tes. a. Tes (tertulis, lisan, perbuatan) Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar IPA, setelah dilaksanakan tindakan. Instrumen tes disusun dan diujicobakan pada siswa di luar objek penelitian, dan dianalisis untuk mengetahui validitas, derajat kesukaran, daya beda, dan reliabilitas, sehingga instrumen soal yang digunakan untuk evaluasi di akhir siklus adalah hanya butir soal yang baik. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Siklus I Setelah perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan berdasarkan hasil pengamatan Observer, analisis data diketahui bahwa pembelajaran matematika tentang menentukan volume tabung belum berhasil terbukti dari 37 siswa baru 16 atau 43,32 % siswa yang dapat mencapai nilai tuntas 62 ke atas berarti masih ada 21 atau 56,75 % siswa yang belum tuntas belajar. Sedangkan untuk keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dari 37 siswa yang aktif 17 siswa atau 54,05 % berarti masih ada 20 yang belum aktif atau 54,05 %. Siklus II Setelah perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil pengamatan observer, analisis data diketahui bahwa pembelajaran matematika tentang menentukan volume sudah berhasil karena dari 37 siswa sudah 34 atau 91,89 % siswa yang dapat mencapai yaitu nilai tuntas 62 ke atas berarti yang tidak tuntas 3 siswa atau 8,10 %. Sedangkan untuk keaktifan siswa dalam proses pembelajaran d 37 siswa 35 atau 94,59 % berarti yang tidak aktif 2 siswa atau 5,41%.
Triningsih, S.Pd. | 363
Tabel 1. Analisis Data Pembelajaran Matematika pada Siswa pada Siklus II Siswa yang benar- benar telah NO Pembelajaran menunjukan kesungguhan Prosentase belajar 1 Studi Awal 8 21,62 % 2 Siklus I 17 45,94 % Sumber : Hasil Penelitian (Diolah) Dari tabel di atas dapat diperoleh keterangan sebagai berikut: a. Pada studi awal, siswa yang benar-benar telah menunjukan kesungguhan belajar sebanyak 8 siswa atau 21,62 %. b. Pada siklus I, siswa yang benar-benar telah menunjukan kesungguhan belajar sebanyak 17 siswa atau 45,94 %. c. Dari studi awal ke siklus I, kesungguhan belajar siswa naik 9 (24,32 %). Data Hasil Pengamatan Pada tahap pengamatan diperoleh data sebagai berikut: Tabel 2. Kesungguhan Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran Pada Siklus III Siswa yang benar-benar telah NO Pembelajaran menunjukan kesungguhan Prosentase belajar 1 Siklus I 17 48,57 % 2 Siklus II 35 94,89 % Sumber : Hasil Penelitian (Diolah) Dari tabel di atas diperoleh keterangan sebagai berikut: 1) Pada siklus I, Siswa yang benar-benar telah menunjukan kesungguhan belajar sebanyak 17 siswa atau 48, 57 %. 2) Dari siklus I ke siklus II, kesungguhan belajar siswa naik 24,63 % atau 48,95 % dari studi awal. Data hasil refleksi 1) Pembelajaran berlangsung sangat kondusif dan interaktif. Siswa tampak senang belajar. Hal ini tampak dari kesungguhan siswa dalam melaksanakan tugas yang diberikan guru. 2) Jumlah siswa yang tuntas sudah melampaui kriteria yang ditetapkan bahkan mencapai angka 91,89 %. 3) Sesuai indikator yang ditentukan siswa yang bersungguh-sungguh dalam belajar berjumlah 34 siswa. Ini berarti hanya 3 siswa yang kurang menunjukan kesungguhan dalam belajar. 4) Dari delapan siswa yang diminta komentarnya, seluruh siswa mengatakan bahwa metode demonstrasi yang dilakukan sangat membantu mereka mempermudah dalam memahami materi.
364 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017
Setelah diadakan analisis terhadap data yang diperoleh, hasil penelitian ini dapat dirangkumkan sebagai berikut: Kemudahan belajar berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, didapatkan hasil sebagai berikut. Tabel 3. Komentar Siswa penerapan metode demonstrasi No Siklus Membantu Tidak Tidak Bingung Membantu Komentar 1 Siklus I 5 2 3 1 2 Siklus II 8 2 Sumber : Hasil Penelitian (Diolah) Dari hasil refleksi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa tindakan perbaikan yang dilakukan telah berhasil. Meski masih ada hal-hal yang harus diperbaiki. Berarti upaya perbaikan pembelajaran berakhir di siklus kedua. Pembahasan Hasil Penelitian Alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi rendahnya pemahaman siswa terhadap konsep menentukan volume tabung dan rendahnya kesungguhan belajar siswa dengan menggunakan penerapan metode demonstrasi pada pembelajaran menentukan volume tabung di kelas VI SD Negeri Cipayung 4, ternyata memberikan kenaikan hasil belajar dan kesungguhan belajar yang signifikan jika dibandingkan dengan studi sebelumnya. Berdasarkan hasil diskusi dengan observer atau teman sejawat, dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran yang dilakukan dalam tiga siklus perbaikan pembelajaran ternyata menunjukan peningkatan hasil belajar siswa yang sangat menggembirakan. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel rekapitulasi peningkatan ketuntasan belajar siswa yang jelas memperlihatkan peningkatan ketuntasan belajar siswa tiap siklusnya. Pada tindakan perbaikan pembelajaran siklus I tertera angka ketuntasan siswa ada 16 siswa ( 43,24 %), padahal pada studi awal ada 8 siswa (21,62 %). Ini menunjukan pelaksanaan perbaikan pembelajaran mengalami kenaikan 21,64 %. Sedangkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran mengalami peningkatan 24,76 %, karena siklus I siswa yang aktif ada 17 atau (45,92 %) dari studi awal yang baru 8 siswa (21,62 %). Peningkatan ini terjadi disebabkan oleh adanya penerapan metode demonstrasi dan media yang ada di lingkungan kehidupan siswa dalam pembelajaran. Pada tindakan pembelajaran siklus II, nilai yang tuntas dari siswa semakin meningkat dari 21 siswa (56,75%) di siklus II menjadi 34 siswa (91,89%), atau mengalami kenaikan 21,62%. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran pun kian meningkat dengan persentase kenaikan 45,94%. Di siklus II siswa yang aktif 17 siswa (45,92%) dan pada siklus II siswa yang aktif menjadi 35 siswa (94,59%). Peningkatan ketuntasan keaktifan siswa di siklus II di sebabkan adanya penerapan metode demonstrasi dan media yang ada di lingkungan kehidupan
Triningsih, S.Pd. | 365
siswa dengan bimbingan pada kelompok kecil yaitu siklus III di buat 9 kelompok dengan anggota setiap kelompok 4 sampai 5 siswa. Disinilah peran guru dituntut dalam membantu siswa mengatasi masalahmasalah yang dihadapi baik secara individu maupun secara kelompok untuk mencapai keberhasilan kegiatan pembelajaran. Dengan demikian hasil belajar siswa meningkat lebih baik lagi seperti yang diharapkan. Untuk memperjelas tentang gambaran peningkatan hasil belajar matematika tentang menentukan volume tabung pada siklus I dan siklus II dibandingkan dengan kondisi awal dapat dijelaskan oleh tebel berikut: Hasil Belajar Tabel 4. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa pada setiap Siklus Kegiatan Perbaikan Pembelajaran Hasil belajar siswa Nilai No Pembelajaran RataTuntas Persentase Belum Persentase rata kelas 1 Studi Awal 54,05 8 21,62 29 88,38 2
Siklus I
62,43
16
43,32
21
56,68
3
Siklus II
75,89
34
91,89
3
8,11
Sumber : Hasil Penelitian (Diolah) Kesungguhan Belajar Dari hasil analisis, peningkatan kesungguhan belajar siswa pada setiap siklus kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5. Rekapitulasi Peningkatan Kesungguhan Belajar Siswa untuk setiap Siklus Kegiatan Perbaikan Pembelajaran Siswa yang benar-benar No Pembelajaran telah menunjukan Prosentase kesungguhan belajar 1 Studi Awal 8 21,62 % 2 Siklus I 17 45,94 % 3 Siklus II 35 94,89 %
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan temuan yang diperoleh pada kondisi awal siklus I, dan siklus II dapat ditarik kesimpulan bahwa:
366 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017
a. Penggunaan metode pembelajaran inkuiri dengan metode bervariasi dari diskusi, penugasan, peragaan, dan pengamatan pada pembelajaran IPA konsep penyebab perubahan benda dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran. b. Penggunaan metode pembelajaran inkuiri dengan metode bervariasi dari diskusi, penugasan, peragaan, dan pengamatan pada pembelajaran IPA konsep penyebab perubahan benda dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Saran a. Bagi Guru/Peneliti 1) Guru perlu meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan metode yang tepat. 2) Guru hendaknya menggunakan model dan metode yang bervariasi pada setiap kegiatan pembelajaran, misalnya metode inkuiri. 3) Guru hendaknya memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan dan mengolah pengetahuannya sendiri. 4) Sebagai seorang pendidik yang selalu harus berinovasi untuk mendapatkan pengetahuan yang memadai agar tidak tertinggal dengan perkembangan pengetahuan yang semakin pesat. 5) Guru hendaknya selalu aktif, kreatif, dan bekerja sama dengan teman sejawat dalam menemukan dan memecahkan masalah bersama. b. Bagi Siswa 1) Siswa harus aktif dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajarnya. 2) Siswa hendaknya berani dalam bertanya, mengemukakan pendapat, atau menanggapi pendapat siswa lain dalam proses diskusi kelompok. 3) Siswa harus selalu melatih keterampilan mengamati agar hasil belajarnya bisa meningkat. c. Bagi Sekolah 1) Sekolah harus menyediakan sarana dan prasarana misalnya alat peraga dalam kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Sekolah harus memberikan kesempatan kepada guru seluas-luasnya untuk mengembangkan kreatifitasnya dengan kegiatan pendidikan dan pelatihan peningkatan profesionalisme guru. 3) KKG/MGMP yang telah lama ada agar diberdayakan lagi, kegiatan lesson study juga merupakan tempat yang sangat baik guna meningkatkan kemampuan guru dalam peningkatan kualitas pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Badudu Zain. (1992). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Belen, S. (2003). Belajar Aktif dan Terpadu. Surabaya: Duta Graha Pustaka.
Triningsih, S.Pd. | 367
Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Dahar, R.W. (1996). Teaching Science Through Discovery. New York: Macmillan Publishing Company. Demaja, Christiana. (2004). Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar. Artikel. http://artikel1.us/christiana6-04.html/ Depdiknas. (2003). Kegiatan Belajar Mengajar yang efektif. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Dimyati dan Mujiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Direktorat Jenderal Pendidiakn Dasar dan Menengah. (2004). Pedoman Pembelajaran Tuntas. Jakarta: Depdiknas Gagne, RM., Briggs, L.J. (1979). Principles of Instructional Design. Holt. Rinehart and Winston. Hamalik, Oemar. (2004). Media Pendidikan. Bandung: PT Aditya Bakti. Hernawan, A.H. (2007). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka. Haryanto. (2007). Sain untuk SD Kelas 3. Jakarta. Erlangga. Hilgard, Ernest R. (1948). Theories of Learning. East Norwalk, CT, US: AppletonCentury-Crofts. http://www.igh.org/triangulation/ Institute Global Tech yang tersedia secara online diunduh pada tanggal 8 April 2015, Pukul 13.35 WIB. Kemmis & Mc. Taggart. (1994). The Action Research Planner. Geelong: Deaken University Press. Mikarsa, H.L., Taufik, A., Prianto, P.L. (2007). Pendidikan Anak SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Millis, G.E. (2000). Action Research; A Guide for the Teacher Research. Columbus: Merrill’s Am Imprint of Prentice Hill. Priyono, dkk. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam 3 untuk SD dan MI Kelas III. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Purwadarminta. (1994). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Purwanto, M. Ngalim, MP. (1997). Psikologis Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka. Revans, Reg. (1998). Action Learning. New York: Hart Publishing Co. Ristasa, R dan Prayitno. (2006). Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Purwokerto: UPBJJ Purwokerto. Ristasa, R.A. (2009). Perspektif Pendidikan IPA. Hand Out Pembimbing TAP di UPBJJ Purwokerto. Ristasa, R.A. (2010). Pedoman Penyusunan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Purwokerto: Departemen Pendidikan Nasional, Universitas Terbuka, UPBJJ Purwokerto. Sudiarto. (1990). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Dirjend Dikti. Suharsimi Arikunto. (1993). Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sumantri M. Dan Syaodih, N (2006). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
368 | e-jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 4, Juni 2017
Sutarno, Nono, dkk. (2007). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas Terbuka Trihartanto, S.I (2007). Media Pembelajaran Bahasa Indonesia. Makalah Disajikan dalam Workshop Pengembangan Model Pembelajaran Mapel Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam bagi Guru Sekolah Dasar Provinsi Jawa Tengah. LPMP Jawa Tengah. Semarang 22-31 Oktober 2007. Wardani, IGAK. Julaeha. Siti & Marsianah, Ngadi. (2007). Pemantapan Kemampuan Profesional. Jakarta: Universitas Terbuka Wardani, IGAK. Wihardi: K & Nasoetion, N. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Winataputra Udin, S. (1997). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Univertas Terbuka.