PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQIH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS II MI MISBAHUL HUDA PROBOLINGGO Proposal
Oleh : FITRIYATUL INDANIS NIM : D07211005
Dosen Pembimbing : Sihabudin, M. Pd. I, M. Pd.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN PRODI PENDDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH 2014 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah, logis dan memiliki obyek dan kaidah tertentu. Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih merupakan gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti tarekat yang merupakan pelaksanaan ritual-ritual. Fiqih juga bukan seni yang lebih bermain dengan rasa dan keindahan. Pembekalan materi yang baik dalam lingkup sekolah, akan membentuk pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, dan memiliki budi pekerti yang luhur. Sehingga memudahkan peserta didik dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah- masalah muncul yang membutuhkan kajian fiqih dan syari’at. Oleh karena itu, peserta didik membutuhkan dasar ilmu dan hukum Islam untuk menanggapi permasalahan di masyarakat sekitar. Tujuan pembelajaran fiqih adalah untuk membekali peserta didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar.1
1
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 2 tentang Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran pendidikan agama islam dan bahasa arab Madrasah Ibtidaiyah tahun 2008
2
Dalam mempelajari fiqh, bukan sekedar teori yang berarti tentang ilmu yang jelas pembelajaran yang bersifat amaliah, harus mengandung unsur teori dan praktek. Belajar fiqih untuk diamalkan, bila berisi suruhan atau perintah, harus dapat dilaksanakan, bila berisi larangan, harus dapat ditinggalkan atau dijauhi. Pembelajaran fiqih harus dimulai dari masa kanak-kanak yang berada disekolah dasar . keberhasilan fiqih dapat di lihat dalam kehidupan sehari-hari baik di dalam rumah maupun diluar rumah. Contohnya, dalam rumah kecenderungan anak untuk melakukan shalat sendiri secara rutin. Sedangkan diluar rumah misalnya intensitas anak dalam menjalankan ibadah seperti shalat dan puasa dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam kehidupan disekolah. Untuk itu evaluasi pembelajaran fiqh tidak hanya berbentuk ujian tertulis tetapi juga praktek. Banyak peserta didik yang mendapatkan nilai bagus dalam teori ilmu fiqih, Tetapi, dalam kenyataannya banyak peserta didik yang belum mampu melaksanakan teori itu secara praktek, seperti shalat dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman peserta didik tentang fiqih masih kurang. Proses pembelajaran yang sementara ini dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan kita masih banyak yang mengandalkan cara-cara lama dalam penyampaian materinya.
Pembelajaran
yang
baik
adalah
bersifat
menyeluruh
dalam
melaksanakannya dan mencakup berbagai aspek, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, sehingga dalam pengukuran tingkat keberhasilannya selain dilihat dari segi kuantitas juga dari kualitas yang telah dilakukan di sekolah-sekolah. Mengacu dari pendapat tersebut maka pembelajaran yang aktif ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan siswa secara langsung, komprehensif baik fisik, mental 3
maupun emosi. Hal semacam ini sering diabaikan oleh guru karena guru lebih mementingkan pada pencapaian tujuan dan target kurikulum. Salah satu upaya guru dalam menciptakan suasana kelas yang aktif, efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran yakni dengan menggunakan metode yang benar. Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai suatu cara atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode didefinisikan sebagai cara-cara menyajikan bahan pelajaran pada peserta didik untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian, salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam pembelajaran adalah keterampilan memilih metode.2 Pembelajaran fiqih yang ada di MI Misbahul Huda Probolinggo memerlukan suatu model pembelajaran yang mampu menciptakan suasana yang menarik dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah engan memilih model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang sesuai dengan keinginan dan kemampuan siswa salah satunya dengan memeberikan model pembelajaran TGT. Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendapatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4-6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, suku kata atau ras yang
2
Modul strategi pembelajaran pgmi ( Surabaya: LAPIS PGMI 2008)
4
berbeda. Menurut Robert E Slavin terdapat empat komponen utama dalam pembelajaran ini yaitu : prestasi kelas, kerja tim turnamen permainan, dan penghargaan tim.3 Teams Games-Tournaments (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Dalam TGT, para siswa dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang heterogen. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran (Slavi, 2008). Secara umum, pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki prosedur belajar yang terdiri atas siklus regular dari aktivitas pembelajaran kooperatif. Games Tournament dimasukkan sebagai tahapan review setelah setelah siswa bekerja dalam tim (sama dengan TPS). Pembelajaran kooperatif tipe TGT iharapkan dapat memberikan peluang kepada siswa untuk saling berkerjasama, berkomunikasi, bertukar pikiran, dan menjawab atau memberikan pertanyaan. Berdasarkan kondidsi tersebut, peneliti ingin mencoba meningkatkan prestasi belajar fiqih siswa kelas III di MI Misbahul Huda Probolinggo melalui model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT), sehingga perlu diadakan penelitian tindakan. Permasalahan yang dihadapi siswa adalah hasil belajar fiqih yang belum tuntas yakni belum mencapai angka minimal daya serap yang telah ditentukan. Salah satu faktor dalam pembelajaran fiqih guru lebih banyak berceramah, sehingga siswa menjadi cepat bosan, jenuh, dan kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Terlihat dari 25 siswa dalam kelas, hampir semua siswa tidak memperhatikan
3
Muhammad Ali Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004,) hal 67.
5
penyampaian guru, salah satucontoh ada sebagian siswa yang melamun, bermain sendiri, tidur, dan mengerjakan PR waktu jam pelajaran. Pada akhirnya guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya seputar materi pelajaran yang telah dibahas namun siswa lebih memilih diam.4 Berdasarkan pernyataan guru, kenyetaan tersebut dapat di duga bahwa penyebab mengapa sebagian nilai siswa masih rendah pada pembelajaran fiqih antara lain : 1. Siswa kurang termotivasi menyelesaikan tugas-tugas di rumah 2. Minat baca siswa terhadap buku teks fiqih kurang. 3. Siswa jarang berani bertanya pada saat proses belajar mengajar. 5 Diantara permasalahan tersebut, sebenarnya ada satu masalah utama yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan prestasi belajar siswa pada pelajaran fiqih. Sebagian siswa memiliki prestasi rendah dalam pembelajaran fiqih, disebabkan guru yang masih menggunakan metode ceramah sebagai materi yang di ajarkan menjadi verbal atau hafalan. Kita menyadari bahwa salah satu kelemahan metode ceramah jika diterapkan secara murni adalah tidak melibatkan anak didik secara aktif dalam proses pembelajaran, akibatnya materi tersebut menjadi kurang menarik.
4
Hasil observasi kelas II Mi Misbahul Huda Probolinggo pada saat pembelajaran fiqih tanggal 20 november 2013. 5 Hasil wawancara dengan ibu Eli, guru fiqih kelas II MI Misbahul Huda,Probolinngo, 20 november 2013
6
Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajara fiqih. Kriteria keberhasilan pembelajaran fiqih di ukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang dissampaikan oleh guru. Belajar secara optimal dapat dicapai bila siswa aktif dibawah bimbingan guru yang aktif pula.6 Hal itu ditambah dengan pendapat siswa bahwa pelajaran fiqih dianggap sulit, sehingga tidak menarik untuk belajar, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa. Rendahnya hasil belajar siswa juga terjadi pada Ujian Akhir Semester (UAS). Hal tersebut, diperkirakan karena kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep pembelajaran fiqih. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan di MI Misbahul Huda, siswa kelas II kurang antusias dalam menjalani pembelajaran fiqih karena metode pembelajaran yang digunakan guru mata pelajaran fiqih kurang maksimal. Guru hanya menggunakan metode ceramah, padahal dalam pelajaran fiqih, guru memerlukan model TGT untuk menerapkan pada siswa kelas II bagaimana caranya bekerjasama dengan berkelompok, dari 25 siswa hanya 8 siswa (32%) yang mendapat nilai di atas 75, sedangkan 17 siswa (68%) mendapat nilai dibawah 75.7 Dengan adanya fakta tersebut, guru bisa dikatakan kurang berhasil dalam melakukan pembelajaran.
6 7
Muhammad Ali, guru dalam proses belajar mengajar , (Bandung Sinar Baru Algesindo, 2004),67 Eli, guru fiqih kelas II MI Misbahul Huda, wawancara pribadi, ,Probolinngo, 20 november 2013.
7
Untuk anak-anak yang taraf berpikirnya masih berada pada tingkat konkret, maka semua yang diamati, diraba, dicium, dilihat, didengar, dan dikecap akan kurang berkesan kalau sesuatu itu hanya diceritakan, karena mereka belum dapat menyerap hal yang bersifat abstrak. Perlu diketahui bahwa tingkat pemahaman tiap-tiap siswa tidak sama, sehingga kecepatan siswa dalam mencerna bahan pengajaran berbeda. Jika dalam proses pembelajaran fiqih kurang adanya penggunaan pendekatan, media dan metode yang tepat, sehingga cenderung guru yang aktif dan siswa pasif. Tugas utama guru adalah mengelola proses belajar dan mengajar, sehingga terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Interaksi tersebut sudah tentu akan mengoptimalkan pencapaian tujuan yang dirumuskan. Proses belajar dan mengajar meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yakni pengajaran.8 Proses belajar dan mengajar yang aktif ditandai adanya keterlibatan siswa secara komprehensif, baik fisik, mental, maupun emosionalnya. Pelajaran fiqih misalnya diperlukan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar dan mengajar sehingga keterlibatan siswa dapat optimal, yang pada akhirnya berdampak pada perolehan hasil belajar. Hal tersebut, sangat penting karena dalam kehidupan seharihari, siswa tidak pernah lepas dengan dunia fiqih, yang dekat dengan aktivitas
8
Suryosubroto,Proses Belajar Mengajar di sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), 19
8
kehidupan mereka. Untuk itu dalam pembelajaran diperlukan metode yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Dengan demikian pemilihan metode yang tepat dan efektif sangat diperlukan. hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. 9 Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran. Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk meneliti penggunaan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT),sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran fiqih yang membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan. Dengan menetapkan judul “ Peningkatan Prestasi Belajar Fiqih Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Kelas II MI Misbahul Huda Probolinggo” B. Rumusan Masalah
9
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hal. 250-251
9
1.Bagaimana hasil belajar siswa kelas II MI Misbahul Huda Probolinggo dalam pembelajara fiqih sebelum menggunakan model kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) ? 2.bagaimana penerapan model kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan hasil belajar fiqih materi sholat siswa kelas II MI Misbahul Huda.? 3.Apakah dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT
dapat
meningkatkan hasil belajar fiqih materi shalat siswa kelas II MI Misbahul Huda? C. Tindakan yang dipilih Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini penulis tertarik untuk meneliti penggunaan model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT),sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran fiqih yang membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan. Dengan menetapkan judul “Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Kelas II MI Misbahul Huda Probolinggo” D. Tujuan Penelitian 1. Mendiskripsikan hasil belajar fiqih siswa kelas II MI Misbahul Huda Probolinggo dalam pembelajaran fiqih sebelum menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT).
10
2. Mendiskripsikan peningkatan hasil belajar siswa kelas II MI Misbahul Huda Probolinggo dalam pembelajaran fiqih setelah menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT). E. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti membahas tentang Peningkatan Prestasi Belajar Fiqih Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Kelas II MI Misbahul Huda Probolinggo. F. Signifikasi Penelitian 1. Ssecara Akademis a. Untuk memberikan kontribusi pemikiran bagi pengelola pendidikan atau guru dalam memilih dan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. b. Diharapkan dapat memecahkan masalah dalam pendidikan yang berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar siswa terhadap pembelajaran fiqih. 2. Secara Praktis a. Bagi guru 1) Dapat memberikan pengalaman bagi guru tentang penggunaan metode yang tepat bagi siswa dalam pelajaran Fiqih.
11
2) Dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan kualitas profesional guru dalam melakukan pembelajaran. b. Bagi siswa 1) Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa 2) Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa 3) Mendapat pengalaman belajar yang menarik dan menyenangkan c. Bagi peneliti Penelitian ini sangat bermanfaat untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan penelitian tindakan kelas serta dapat menjadi rujukan untuk penelitian selanjutnya yang lebih baik fiqih
12
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap, dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sebagaimana yang dikemukakan hamalik(1995: 48) hasil belajar adalah "Perubahan tingkah laku subjek meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang". Pendapat tersebut didukung oleh Sudjana (2005: 3) "hasil belajar ialah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotor yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya". Hasil Belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor. Pendidikan dan pengajaran dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak pada siswa merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang dialaminya yaitu proses yang ditempuhnya melalui program dan kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses pengajarannya. 10
10
Ahmad Susanto, teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar (Jakarta: kencana prenada media group,2013), 5
13
Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.11 2. Jenis-jenis Hasil Belajar Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut: 1. Ranah Kognitif Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2. Ranah Afektif Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. 3. Ranah Psikomotor Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif
11
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Bumi Aksara, 2006), hal. 30.
14
juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.12 Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan.Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar: a. Keterampilan dan kebiasaan b. Pengetahuan dan pengertian c. Sikap dan cita-cita Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut.13 Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang
12
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Bumi Aksara, 2006), hal. 30. Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdikarya,2005), hal. 22 13
15
lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar Hasil belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor external) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya.14 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain, yakni:15 1. Faktor Internal Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi tiga faktor, yakni: 1). Faktor fisiologis (yang bersifat jasmaniah), 2). Faktor psikologis (yang bersifat rohaniah), dan 3).Faktor kelelahan. a. Faktor Fisiologis 1) Faktor kesehatan Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagianbagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. kesehatan seseorang berpengaruh pada belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah
14 15
Abu Ahmadi,Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991),130. Muhibbin Syah,Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001),130.
16
pusing, ngantuk jika badanya lemah, kurang darah atau pun ada gangguangangguan / kelainan-kelainan fungsi alat indranya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah. 2) Cacat tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh, dan lain-lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat manghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu. b. Faktor Psikologis Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor-faktor itu adalah: 1) Inteligensi Inteligensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/ menggunakan konsep17
konsep
yang
abstrak
secara
efektif,
mengetahui
relasi
dan
mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah. Walaupun begitu siswa yang mempunyai inteligensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah sesuatu yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan inteligensi ialah salah satu faktor diantara faktor yang lain. Jika faktor lain itu bersifat menghambat/ berpengaruh negative terhadap belajar, akhirnya siswa gagal dalam belajarnya. Siswa yang mempunyai inteligensi yang normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik, artinya belajar dengan menerapkan metode belajar yang efisien dan faktorfaktor yang mempengaruhi belajarnya (faktor jasmaniah, psikologis, keluarga, sekolah, masyarakat) memberi pengaruh yang positif, jika siswa memiliki inteligensi yang rendah, ia perlu mendapat pendidikan dilembaga pendidikan khusus. 2) Perhatian Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekumpulan
18
objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, ia tidak suka lagi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya. 3) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan belajar yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada gaya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.
19
Jika terdapat siswa yang kurang berminat dalam belajar, dapatlah diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu. 4) Bakat Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang/tidak berbakat dibidang itu. Dari uraian diatas jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu. Adalah penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa belajar disekolah yang sesuai dengan bakatnya. 16 5) Motivasi Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
16
Slameto,Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2010),54-58.
20
Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) Motivasi intrinsik, Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. 2) Motivasi ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang akan datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru dan seterusnya merupakan contoh-contoh kongkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi, baik yang bersifat
internal
maupun
yang
bersifat
eksternal,
akan
menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik disekolah maupun dirumah. 21
Dalam prespektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relative lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orang tua dan guru.17 6) Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat/ fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan otaknya sudah siap untuk berfikir abstrak, dan lain-lain.kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya
sebelum belajar.
Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi
17
Muhibbin Syah,Psikologi Belajar, Ibid, 137-138.
22
kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar. 7) Kesiapan Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respons atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. c. Faktor Kelelahan Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi sisa pembakaran didalam tubuh, sehingga darah tidak /kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusingpusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan daya untuk bekerja. Kelelahan rohani dapat terjadi terus menerus 23
memikirkan masalah yang dianggap berat tanpa istirahat, menghadapi hal-hal yang selalu sama/konstan tanpa ada variasi, dan mengerjakan sesuatu karena terpaksa dan tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatiannya. Dari uraian diatas dapatlah dimengerti bahwa kelelahan itu mempengaruhi belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan. Kelelahan baik secara jasmani maupun rohani dapat dihilangkan dengan cara-cara sebagai berikut:
Tidur
Istirahat
Mengusahakan variasi dalam belajar, juga dalam bekerja
Menggunakan obat-obatan yang bersifat melancarkan peredaran darah, misalnya obat gosok.
Rekreasi dan ibadah yang teratur
Olahraga secara teratur, dan
Mengimbangi makan dengan makanan yang memenuhi syaratsyarat kesehatan, misalnya yang memenuhi empat sehat lima sempurna.
24
Jika kelelahan sangat serius cepat-cepat menghubungi seorang yang ahli misalnya dokter, konselor dan lain-lain.
2. Faktor Eksternal Faktor Eksternal yang berpengaruh terhadap hasil belajar, dapatlah dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Uraian berikut membahas faktor berikut: 18 1. Faktor keluarga Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Yaitu termasuk faktor ini antara lain adalah:19 1) Faktor orang tua a. Cara mendidik anak Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Sutjipto Wirowidjojo dengan pertanyaannya yang menyatakan bahwa: Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat / besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa,
18 19
Slameto,Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Ibid,58-60. Abu Ahmadi,Psikologi Belajar, Ibid, 81.
25
Negara, dan dunia. Melihat pernyataan diatas, dapatlah dipahami betapa pentingnya peranan keluarga didalam pendidikan anaknya. Cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar.20 Orang tua yang tidak / kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya, akan menjadi penyebab kesulitan belajarnya. Orang tua
yang
bersifat
kejam, otoriter,
akan
menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Hal ini akan berakibat anak tidak dapat tentram, tidak senang dirumah, ia pergi mencari teman sebayanya, hingga lupa belajar. Sebenarnya orang tua mengharapkan anaknya pandai, baik, cepat berhasil, tetapi malah menjadi takut, hingga rasa harga diri kurang. Orang tua yang lemah, suka memanjakan anak, ia tidak rela anaknya bersusah payah belajar, menderita, berusaha keras, akibatnya anak tidak mempunyai kemampuan dan kemauan, bahkan sangat tergantung kepada orang tua, hingga malas berusaha, malas menyelesaikan tugas-tugas sekolah, hingga prestasinya menurun.
20
Slameto,Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Ibid, 60-61
26
Kedua sikap itu pada umumnya orang tua tidak memberikan dorongan kepada anaknya, hingga anak menyukai belajar, bahkan karena sikap orang tuanya yang salah, anak bisa benci belajar. b. Hubungan orang tua dan anak Sifat hubungan otang tua dan anak sering dilupakan. Faktor ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Yang dimaksud hubungan adalah kasih sayang penuh pengertian atau kebencian, sikap keras, acuh tak acuh, memanjakan, dan lain-lain. Kasih sayang dari orang tua, perhatian atau penghargaan kepada anak-anak menimbulkan mental yang sehat bagi anak. Kurangnya kasih sayang menimbulkan emosional insecurity. Demikian juga sikap keras, kejam, acuh tak acuh akan menyebabkan hal yang serupa. Kasih sayang dari orang tua dapat berupa: ➟ Apakah orang tua sering meluangkan waktunya untuk omong-omong bergurau dengan anak-anaknya. ➟ Biasakan orang tua membicarakan kebutuhan keluarga dengan anak-anaknya.
27
Seorang anak akan mengalami kesulitan/kesukaran belajar karena faktor-faktor diatas. 2) Suasana rumah / keluarga Suasana keluarga yang sangat ramai/gaduh, tidak mungkin anak dapat belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu konsentrasinya, sehingga sukar untuk belajar. Demikian juga suasana rumah yang selalu tegang, selalu banyak cekcok diantara anggota keluarga selalu ditimpa kesedihan, antara ayah dan ibu selalu cekcok atau selalu membisu akan mewarnai suasana keluarga yang melahirkan anak-anak tidak sehat mentalnya. Anak tidak akan tahan dirumah, akhirnya mengeluyur diluar bersama anak yang menghabiskan waktunya untuk hilir mudik kesana kemari, sehingga tidak mustahil kalau prestasi belajar menurun. Untuk itu hendaknya suasana dirumah selalu dibuat menyenangkan, tentram, damai, harmonis, agar anak betah tinggal dirumah. Keadaan ini akan menguntungkan bagi kemajuan belajar anak. 3) Keadaan Ekonomi keluarga Keadaan ekonomi digolongkan kedalam:
28
a. Ekonomi yang kurang/miskin Keadaan ini akan menimbulkan: Kurangnya alat-alat belajar Kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua Tidak mempunyai tempat belajar yang baik b. Ekonomi yang berlebihan (kaya) Keadaan ini sebaliknya dari keadaan yang pertama, dimana ekonomi keluarga berlimpah ruah. Mereka akan segan belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang. Mungkin juga ia dimanjakan oleh orang tuanya orang tua tidak tahan melihat anaknya belajar dengan bersusah payah. Keadaan ini akan dapat menghambat kemajuan belajar.21 2. Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi hasil belajar ini mencakup: a. Metode mengajar Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi hasil belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang
menguasai
bahan
pelajaran,
sehingga
guru
tersebut
menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau
21
Abu Ahmadi,Psikologi Belajar, Ibid,81-84.
29
terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik. Sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode harus diusahakan yang setepat, seefisien, dan seefektif mungkin. b. Kurikulum Kurikulum diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu. Jelaslah bahan pelajaran itu mempengaruhi siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. c. Relasi guru dengan siswa Didalam relasi guru dengan siswa yang baik, siswa akan menyukai gurunya, juga menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci gurunya, ia segan mempelajari
mata
pelajaran
yang
diberikannya,
akibatnya
pelajarannya tidak maju. d. Relasi siswa dengan siswa Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa. e. Disiplin sekolah
30
Agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin dalam belajar baik disekolah, dirumah, dan diperpustakaan. Agar siswa disiplin haruslah guru beserta staf yang lain disiplin pula. f. Alat pelajaran Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah perlu agar guru dapat menajar dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik serta dapat belajar dengan baik pula. g. Waktu sekolah Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar disekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore, malam hari. Misalnya biasanya sekolah masuk pagi hari, dan pada waktu itu pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi baik. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh yang positif terhadap belajar. h. Tugas rumah Waktu belajar terutama adalah disekolah, disamping untuk belajar waktu dirumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang harus dikerjakan dirumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.22 3. Faktor masyarakat
22
Slameto,Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Ibid,64-69
31
Faktor masyarakat, tetangga, serta teman-teman sepermainan disekitar
perkampungan
siswa
tersebut.
Kondisi
masyarakat
dilingkungan kumuh (slum area) yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur, misalnya akan sangat mempengaruhi aktifitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimilikinya.23 3. Indikator Hasil Belajar Indikator adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Pada dasarnya, pengungkapan hasil belajar meliputi segenap aspek psikologis, dimana aspek tersebut berangsur berubah seiring dengan pengalaman dan proses belajar yang dijalani siswa. Akan tetapi tidak dapat semudah itu, karena terkadang untuk ranah afektif sangat sulit dilihat hasil belajarnya. Hal ini disebabkan karena hasil belajar itu ada yang bersifat tidak bisa diraba. Maka dari itu, yang dapat dilakukan oleh guru adalah mengambil cuplikan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari belajar yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan hasil dari belajar tersebut, baik dari aspek cipta (kognitif), aspek rasa (afektif), aspek karsa (psikomotorik).
23
Muhibbin Syah.,Psikologi Belajar, Ibid, 138.
32
Salah satu langkah penting yang harus dipahami oleh seorang guru adalah merumuskan indikator, karena kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai di atas adalah dengan mengetahui garis-garis indikator. Adapun indikator sangat berhubungan dengan kompetensi dasar. Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa indikator sendiri adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Kata-kata yang harus digunakan dalam merumuskan indikator haruslah kata-kata yang bersifat operasional. Pada komponen indikator, hal – hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut : a. Indikator merupakan penjabaran dari KD yang menunjukkan tanda-tanda, perbuatan atau respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik. b. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik pendidikan, potensi daerah dan peserta didik c. Rumusan indikator menggunakan kata kerja operasional yang terukur atau dapat diobservasi. d. Indikator digunakan sebagai bahan dasar untuk menyusun alat penilaian.
33
Kemudian setelah indikator hasil belajar dari kompetensi dasar yang akan diajarkan telah diidentifikasi, selanjutnya dikembangkan dalam kalimat indikator yang merupakan karakteristik kompetensi dasar. 24 Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik setelah ia menerima pengalaman pembelajaran. Sejumlah pengalaman yang diperoleh peserta didik mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran karena akan memberikan sebuah informasi kepada guru tentang kemajuan peserta didi dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui proses kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya setelah mendapat informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatankegiatan peserta didik lebih lanjut baik untuk individu maupun kelompok belajar. 25 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar Menurut Munadi (Rusman, 2012:124) antara lain meliputi faktor internal dan faktor eksternal:
Faktor Internal
Faktor Fisiologis. Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan
24
Lihat http://blogsayasaja.wordpress.com/2011/03/13/komponen-indikator-hasil-belajar ( 27 oktober 2013) 25 Rusman. (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: ALFABETA s
34
cacat jasmani dan sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi peserta didik dalam menerima materi pelajaran.
Faktor Psikologis. Setiap indivudu dalam hal ini peserta didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, tentunya hal ini turut mempengaruhi hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motif, motivasi, kognitif dan daya nalar peserta didik.
Faktor Eksternal
Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengurhi hasil belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembaban dan lain-lain. Belajar pada tengah hari di ruangan yang kurang akan sirkulasi udara akan sangat berpengaruh dan akan sangat berbeda pada pembelajaran pada pagi hari yang kondisinya masih segar dan dengan ruangan yang cukup untuk bernafas lega.
Faktor Instrumental. Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai
35
sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini berupa kurikulum, sarana dan guru .
Menurut Utami Munandar dkk ( 1985 : 18 ) faktor-faktor itu adalah keadaan lingkungan, seperti kesempatan, sarana dan prasarana yang tersedia, dorongan dan dukungan orang tua, taraf sosial ekonomi orang tua, tempat tinggal didaerah perkotaan atau pedesaan. Sebagian besar faktor ini ditentukan oleh keadaan dalam diri anak itu sendiri seperti minatnya terhadap sesuatu bidang, keinginan untuk berprestasi. Oleh karena itu minat juga perlu dikembangkan sejak dini.26 Menurut Sumadi Suryabrata ( 1984 : 253 ) Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu 27 1 Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar yang dapat digolongkan menjadi 2 golongan yaitu : a) Faktor-faktor non sosial, seperti keadaan udara, suhu,udara, cuaca, waktu ( pagi, atau siang, ataupun malam ), tempat (letakn, pergedungannya ), alat-alat yang dipakai untuk belajar. b) Faktor-faktor sosial dalam belajar, seperti kehadiran orang atau orang-orang lain pada waktu sedang belajar, banyak sekali mengganggu belajar . Selain
26
S.C. Utami Munandar. 1985. Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah, petunjuk bagi para guru dan orang tua. Jakarta, Gramedia 27 Sumadi Suryabrata, 1984. Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rajawali
36
kehadiran yang langsung , mungkin juga yang hadir secara tidak langsung misalnya , potret, nyanyian lewat radio, dll , kehadirannya bersifat mengganggu proses belajar dan prestasi-prestsi belajar. Dengan berbagai cara faktor-faktor tersebut harus diatur , supaya belajar dapat berlngsung dengan sebaik-baiknya. 3. Faktor-faktor yang berasal dari diri si pelajar , yang digolongkan menjadi 2 golongan yaitu : a. Faktor-faktor fisiologis atau jasmaniah individu baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh pada umumnya sangat berpengaruh terhadap belajar seseorang., seperti penyakit kronis sepert pilek, influensa, sakit gigi, batuk , dan hal lain yang tidak kalah pentingnya adalak kondisi pancaindra terutama penglihatan dan pendengaran. b. Faktor-faktor Psikologis dalam belajar, seperti kebiasaan-kebiasaan yang buruk yang mengganggu, seperti frustrasi, konflik psychis, motivasi yang lemah. Selain itu ada beberapa faktor lain yang mendorong seseorang untuk belajar.diantaranya : - Adanya sifat ingin tahu dan menyelidiki dunia yang lebih luas. - Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju. - Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan temanteman.
37
- Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran - Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar. - Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu. B. Tinjauan Model kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) 1.Pengertian Model Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara 4-6 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akdemik, jenis kelamin ras, atau suku yang berbeda.28 Adapun sistem penilaian dilakukan dengan kelompok, setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang disyaratkan. Oleh karena itu setiap kelompok akan mempunyai ketergantungan itu akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok. Terdapat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah : a. Prinsip ketergantungan positif (positive independence) Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan penyelesaian suatu tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. b. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability) Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prisip pertama. Oleh karena itu keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. c. Interaksi Tatap Muka (face to face promotion interaction)
28
Wina Sanjaya,strategi pembelajaran, hal.424.
38
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. d. Partisipasi dan Komunikasi (Parisipation Communication) Pembelajaran
kooperatif
melatih
siswa
untuk
dapat
mampu
berpartisipasi aktif dan berkomunikasi.29 4. Teams Games Tournament (TGT) Teams Games Tournament pada mulanya dikembangkan oleh David Devries dan Keit Edward, ini merupakan pembelajaran metode pertama dari Johns Hopkins.30 Pada dasarnya pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh aktivitas siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan Reinforcement (penguatan). Aktifitas
belajar
dengan
permaian
yang
dirancang
dalam
pembelajajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa belajar lebih Rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. Ad 5 komponen utama dalam TGT yaitu : a. Penyajian Kelas Pada awal guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan denagan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi dipimpin guru.pada saat penyajian ini siswa harus benar-benar
29
Ibid, hal. 246-247 Robert E Slavin, cooperative learning teori riset, practice dan diterjemahkan oleh Nurulita, cooperative learning teori, risetdan praktik.(Bandung : Nusa Media, 2008), hal.13. 30
39
memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan oleh guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok. Dan pada saat game, karena skor game akan menentukan skor kelompok. b. Kelompok (Team) Kelompok biasanya terdiri dari 2-6 siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, maupun ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk mendalami materi bersama teman kelompoknya lebih khusus untuk mempersiapkan anggotanya agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. c. Permainan Game Game terdiri dari pertanyaan – pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari pengajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game teriri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomer. Siswa memilih kartu nomer dan mencoba menjawab dengan sesuai nomer itu. Siswa yang benar menjawab pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang natinya dikumpulkan siswa untuk tournament mingguan. d. Kompetensi (Tournament) Pada tahap ini biasanya tournament dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap nit setelah guru melakukan presentasi kelas atau kelompok sesudah mengerjakan lembar kerja. Tournament pertama guru membagi 40
siswa dalam beberapa meja turnamen. Kelompok siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja 1, kelompok siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya. e. Penghargaan Kelompok (Team Recognition) Pada tahap ini guru mengumumkan kelompok yang menag, masingmasing team akan mendapat hadian apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan team mendapat julukan “ Super team” jika ratarata skor 45 atau lebih,” great team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “ good team “ apabila rata-rata 30-40” Menurut Slavin, dalam penerapan di kelas metode Teams Games Tournamen (TGT) meliputi 3 tahap yaitu : a. Tahap Mengajar (Teaching) Tahap ini guru mengajarkan materi pelajaran yang akan digunakan dalam kompetisi. Materi yang akan di ajarkan hanya secara garis besarnya saja suatu pokok pelajaran fiqih. Tahap ini meliputi pembukaan yang dapat memotivasi siswa dalam belajar fiqih, membangun suatu pengetahuan awal mengenai materi terrsebut dan memberikan petunjuk pelkaksanaan metode TGT termasuk pembentukan kelompok. Tahap ini dilaksanakan dalam satu kali pertemuan. b. Tahap Belajar Dengan Kelompok (Team study) Tahap ini anggota kelompok mempunyai tugas untuk mempelajari materi tersebut. Setiap kelompok harus membuat pertanyaan dan jawaban dari 41
pertanyaan tersebut, masing-masing pertanyaan dan jawaban ditulis dalam lembar yang berbeda. Selama tahap ini guru membuat aturan-aturan antara lain: 1. Setiap anggota kelompok harus sudah mempelajari materi yang telah diberikan sebelumnya. 2. Tidak boleh selesai belajar sampai semua anggota kelompok mempelajari materi sampai tuntas. 3. Semua anggota kelompok harus saling membantu dalam mempelajari materi. Jika ada kesulitan harus di diskusikan terlebih dahulu sebelum bertanya pada guru. 4. Setiap anggota kelompok dalam diskusi hendaknya dilakukan dengan suara perlahan, sehingga kelompok lain tidak mengetahui hasil diskusi tersebut. f. Tahap Kompetisi (Tournament) Tahap ini setiap kelompok mewakili anggotanya untuk maju kemeja kompetisi, di atas meja tersebut telah tersedia kartu, kemudian siswa mengambil sebuah kartu dan membacanya keras-keras. Kelompok yang mengambil pertanyaan tersebut harus menjawab, jika jawaban salah atau ada jawaban yang alain maka kelompok lawan dapat mengajukan jawaban kemudian setelah masing-masing kelompok berusaha menjawab, maka dibuka kartu jawabannya kelompok yang benar diberi
42
poin atau skor, dan skor-skor tersebut dijumlah sebagai skor kelompok.31 2. Tujuan Penggunaan Model Kooperatif Tipe TGT TGT merupakan salah satu jalan keluar yang dapat mengatasi permasalahan potensi penghalang keberhasilan pembelajaran kooperatif, yang mana dominasi salah satu anggota kelompok yang berpotensi tinggi akan menjadikan anggota lainnya hanya akan menjadi pendamping dan membonceng keberhasilan rekan sekelompoknya. Akan tetapi dengan TGT hal ini tidak akan terjadi, sebab setiap anggota kelompok harus bertanggungjawab penuh atas keberhasilan individunya di meja turnamen, dan setiap anggota kelompok akan merasa mendapat kesempatan untuk berkontribusi dalam keberhasilan kelompoknya.32
Menurut Slavin (2008), perspektif motivasional pada pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan di mana para siswa bekerja. Deutsch (1949) dalam Slavin (2008) mengidentifikasikan tiga struktur tujuan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: 1. kooperatif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi konstribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain.
31
Deleware sosial studies education project (DSSEP),lihat http://udel.edu/dssep/teaching_coop.htm, diakses pada tanggal 15 februari 2009. 32
Slavin, Robert E., Cooperative Learning, Review of Educational Research, vol. 50, no. 2, Johns Hopkins University : Sage Publications, 1980.
43
2. kompetitif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya. 3. individualistik, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak memiliki konsenkuensi apa pun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya .33
3. Langkah-langkah Model Kooperatif Tipe TGT Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya
dan
mengandung
unsur
permainan
dan
reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Ada 5 langkah dalam TGT yaitu: 1. Penyajian kelas Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan
33
Slavin, Robert E., Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik, terj. Narulita Yusron, cet.VI, Bandung : Penerbit Nusa Media, 2010
44
membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok. 2.
Kelompok
(team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan ras atau etnik. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. 3. Game Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan. 4. Turnamen Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen. Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan pada meja I, tiga siswa selanjutnya pada meja II dan seterusnya. 45
5.
Team
recognize
(penghargaan
kelompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team” apabila rata-ratanya 30-40 4.
Kelebihan dan Kelemahan Model Kooperatif Tipe TGT Tidak ada metode pembelajaran terbaik. Setiap metode pembelajaran pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Bisa jadi, suatu metode pembelajaran cocok untuk materi dan tujuan tertentu, tetapi kurang cocok untuk materi atau tujuan lainnya. Model kooperatif tipe teams games tournament demikian juga, mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan Model kooperatif Tipe TGT a. Siswa tidak terlalu bergantung kepada guru, dan akan menambahkan rasa kepercayaan dengan kemampuan diri untuk berfikir mandiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar bersama siswa lainnya. b. Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan secara verbal dan membandingkan dengan ide-ide orang lain. c. Menumbuhkan sikap respek pada orang lain, dengan menyadari keterbatasannya dan bersedia menerima segala perbedaan.
46
d. Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar. e. Meningkatkan prestasi akademik dan kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal, ketrampilan mengelola waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. f. Mengambangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahaman siswa, serta menerima umpan balik. g. Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan mengubah belajar abstrak menjadi riil. h. Meningkatkan motivasi belajar dan melahirkan rangsangan untuk berfikir, yang akan sangat berguna bagi proses pembelajaran jangka panjang.34
Slavin (2008), melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, sebagai berikut:
34
Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan, Yogyakarta : Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, 2009.
47
a. Para siswa di dalam kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional. b. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan. c. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka. d. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit) e. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak. f. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.35
Kelemahan Model Kooperatif Tipe TGT
a. Dibutuhkan waktu yang relatif lama untuk memahami filosofi pembelajaran tim, sehingga siswa yang memiliki kemampuan lebih akan merasa terhambat oleh siswa lainnya yang memiliki kemampuan dibawahnya.
35
Slavin, Robert E., Cooperative Learning : Teori, Riset dan Praktik, terj. Narulita Yusron, cet.VI, Bandung : Penerbit Nusa Media, 2010.
48
b. Dengan diciptakannya kondisi saling membelajarkan antara siswa, bisa jadi dapat menimbulkan pemahaman yang tidak seharusnya atau tidak sesuai dengan harapan. c. Penilaian yang didasarkan pada kinerja kelompok, seharusnya dapat disadari oleh guru bahwa sebenarnya hasil dan prestasi yang diharapkan adalah prestasi dari setiap individu siswa. d. Dan bukan merupakan pekerjaan yang mudah, untuk mengkolaborasikan kemampuan indivudial siswa bersamaan dengan kemampuan kerjasamanya.36 C. Tinjauan Tentang Fiqih 1. Pengertian dan hukum mempelajari Fiqih Bidang studi atau mata pelajaran adalah “pengetahuan dan pengalaman masa lalu yang disusun secara sistematis, logis melalui proses dan metode keilmuan”. Kata fiqih ( )ﻓﻘﮫsecara bahasa punya dua makna. Makna pertama adalah al fahmu al mujarrad ()اﻟﻔﮭﻢ اﻟﻤﺠﺮد, yang artinya adalah mengerti secara langsung atau sekedar mengerti saja.37 Makna yang kedua adalah al fahmu ad daqiq ()اﻟﻔﮭﻢ اﻟﺪﻗﯿﻖ, yang artinya adalah mengerti atau memahami secara mendalam dan lebih luas.
36
Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan, Yogyakarta : Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, 2009. 37
Muhammad bin Mandhur, Lisanul Arab, madah: fiqih Al Mishbah Al Munir
49
Kata fiqih yang berarti sekedar mengerti atau memahami, disebutkan di dalam ayat Al Quran Al Karim, ketika Allah menceritakan kisah kaum Nabi Syu’aib ‘Alaihis Salam yang tidak mengerti ucapannya.
“Mereka berkata, ‘Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan itu.’” (QS Hud: 91)
Di ayat lain juga Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman menceritakan tentang orang-orang munafik yang tidak memahami pembicaraan.
“Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah.” Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun?” (QS An Nisa: 78)
Sedangkan makna fiqih dalam arti mengerti atau memahami yang mendalam, bisa temukan di dalam Al Quran Al Karim pada ayat berikut ini:
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya. Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS At Taubah: 122)
50
Dalam prakteknya, istilah fiqih ini lebih banyak digunakan untuk ilmu agama secara umum, dimana seorang yang ahli di bidang ilmu-ilmu agama sering disebut sebagai faqih, sedangkan seorang yang ahli di bidang ilmu yang lain, kedokteran atau arsitektur misalnya, tidak disebut sebagai faqih atau ahli fiqih . 38
Sedangkan secara istilah, kata fiqih didefinisikan oleh para ulama dengan berbagai definisi yang berbeda-beda. Sebagiannya lebih merupakan ungkapan sepotong-sepotong, tapi ada juga yang memang sudah mencakup semua batasan ilmu fiqih itu sendiri. Al Imam Abu Hanifah punya definisi tentang fiqih yang unik, yaitu: Mengenal jiwa manusia terkait apa yang menjadi hak dan kewajibannya.39
Sebenarnya definisi ini masih terlalu umum, bahkan masih juga mencakup wilayah akidah dan keimanan bahkan juga termasuk wilayah akhlaq. Sehingga fiqih yang dimaksud oleh beliau ini disebut juga dengan istilah Al Fiqhul Akbar.
Ada pun definisi yang lebih mencakup ruang lingkup istilah fiqih yang dikenal para ulama adalah:40 ا ْﻟﻌِﻠﻢ ﺑﺎ ﻷﺣﻜﻢ اﻟﺸﺮﻋﯿﺔ اﻟﻌﻤﻠﯿﺔ اﻟﻤﻜﺘﺴﺐ ﻣﻦ أدﻟﺘﮭﺎ اﻟﺘﻔﺼﯿﻠﯿﺔ ”Ilmu yang membahas hukum-hukum syariat bidang amaliyah (perbuatan nyata) yang diambil dari dalil-dalil secara rinci,”
38
Muhammad bin Abu Bakar bin Abdul Qadir Ar Razi, Mukhtar Ash Shihah, jilid 1 hal. 213 Ubaidillah bin Mas’ud Al Mahbubi Al Bukhari Al Hanafi, At Taudhih ‘ala At Tanqih, jilid 1 hal. 10 40 Adz Dzarkasyi, Al Bahrul Muhith, jilid 1 halaman 21 39
51
Penjelasan definisi:
a. Ilmu:
Fiqih adalah sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah, logis dan memiliki obyek dan kaidah tertentu.
Fiqih tidak seperti tasawuf yang lebih merupakan gerakan hati dan perasaan. Juga bukan seperti tarekat yang merupakan pelaksanaan rituAl ritual. Fiqih juga bukan seni yang lebih bermain dengan rasa dan keindahan.
Fiqih adalah sebuah cabang ilmu yang bisa dipelajari, didirikan di atas kaidahkaidah yang bisa dipresentasikan dan diuji secara ilmiyah.
Selama ini fiqih sudah menjadi fakultas yang diajarkan di berbagai universitas sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang bersifat akademis dan diakui secara ilmiyah di dunia international.
b. Hukum-hukum
Ilmu fiqih adalah salah satu cabang ilmu, yang secara khusus termasuk ke dalam cabang ilmu hukum. Jadi pada hakikatnya ilmu fiqih adalah ilmu hukum.
52
Kita mengenal ada banyak cabang dan jenis ilmu hukum, misalnya hukum adat yang secara tradisi berkembang pada suatu masyarakat tertentu. Selain hukum adat, kita juga mengenal hukum barat yang umumnya hasil dari penjajahan Belanda.
c. Syariat
Hukum yang menjadi wilayah kajian ilmu fiqih adalah hukum syariat, yaitu hukum yang bersumber dari Allah Subhanahu wa Ta’ala serta telah menjadi ketetapan Nya, dimana kita sebagai manusia, telah diberi beban mempelajarinya, lalu menjalankan hukum-hukum itu, serta berkewajiban juga untuk mengajarkan hukum-hukum itu kepada umat manusia.
Dengan kata lain, ilmu fiqih bukan ilmu hukum yang dibuat oleh manusia. Fiqih adalah hukum syariat, dimana hukum itu 100% dipastikan berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Keterlibatan manusia dalam ilmu fiqih hanyalah dalam menganalisa, merinci, memilah serta menyimpulkan apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala firmankan lewat Al Quran Al Karim dan juga lewat apa yang telah Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam sampaikan berupa sunnah nabawiyah atau hadits nabawi.
d. Amaliyah
53
Yang dimaksud dengan amaliah adalah bahwa hukum fiqih itu terbatas pada hal-hal yang bersifat amaliyah badaniyah, bukan yang bersifat ruh, perasaan, atau wilayah kejiwaan lainnya.
Sebagaimana kita tahu hukum syariah itu cukup banyak wilayahnya, ada wilayah akidah yang lebih menekankan pada wilayah keyakinan dan pondasi keimanan. Ada hukum yang terkait dengan akhlak dan etika.
Dalam hal ini ilmu hukum fiqih hanya membahas hukum-hukum yang bersifat fisik berupa perbuatan-perbuatan manusia secara fisik lahiriyah. Tegasnya, fiqih itu hanya menilai dari segi yang kelihatan saja, sedangkan yang ada di dalam hati, atau di dalam benak, tidak termasuk wilayah amaliyah.
e. Yang di ambil dari dalil-dalilnya yang rinci
Banyak orang beranggapan bahwa ilmu fiqih itu sekedar karangan atau logika para ulama, yang menurut bahwa ulama itu manusia juga. Sedangkan yang berasal dari Allah hanyalah Al Quran, dan yang berasal dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah Al Hadits.
2. Tujuan Fiqih Mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat :
54
a.
Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar.
b.
Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
c.
Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum islam dengan baik dan benar, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT dengan diri manusia itu sendiri. 41
41
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 2 tentang Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran pendidikan agama islam dan bahasa arab Madrasah Ibtidaiyah tahun 2008
55
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode penelitian Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bermakna penelitian yang di desain untuk membantu guru mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelasnya. Informasi ini bermanfaat untuk mengambil keputusan yang bijak tentang metode yang tepat digunakan dalam proses pembelajaran demi peningkatan profesionalisme guru, prestasi siswa, kelas dan sekolah secara keseluruhan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas atau classroom Action Research (CAR), yang dilakukan secara kolaboratif artinya peneliti bekerjasama dengan guru guru fiqih kelas II MI Misbahul Huda. Partisipatif artinya teman peneliti dibantu teman sejawat.penelitian ini brtujuan untuk mengatasi suatu permasalahan di dalam kelas, yaitu kurangnya potensi siswa mengikuti pelajaran fiqih.
56
Penekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah konstruktifisme. Salah satu konsep dasar pendekatan kontruktifisme dalam belajar adalah adanya interaksi sosial individu dan lingkungannya.42 Kontruktifisme dalam belajar menekankan pada empat komponen dasar: a. Pengetahuan ditemukan, dibentuk dan dikembangkan oleh siswa. b. Siswa membangun pengetahuan secara aktif. c. Pengajar perlu usaha untuk mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa. d. Pendidikan adalah interaksi pribadi antara para siswa dan interaksi anatara guru dan siswa.43 B. Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian 1. Setting penelitian Setting dalam penelitian ini meliputi : tempat penelitian, waktu penelitian dan siklus PTK sebagai berikut : a. Tempat penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Misbahul Huda Probolinggo tepatnya di kelas II.
42
Baharuddin dan Nur Wahyuni, teori belajar dan pembelajarannya, (yogyakarta: Ar-Ruzz Media,2007), hal.124. 43 Anita Lie, cooperatif learning: memperaktikkan cooperatif learning di ruang-ruang kelas, (jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana, 2007),hal.5.
57
b. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 november sampai 15 februari tahun ajaran 2013/2014 c. Siklus PTK PTK model Kemmis dan Mc Taggart ini dilaksanakan melalui dua siklus, setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Melalui dua siklus tersebut dapat di amati prestasi belajar siswa kelas II MI Misbahul Huda. 2. Subjek penelitian Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II MI Misbahul Huda tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 25 siswa terdiri dari 12 siswa perempuan dan 13 siswa laki-laki. C. Variabel yang diselidiki Variabel penelitian yang dijadikan titik pusat untuk menjawab permasalahan yang dihadapi yaitu : 1. Variabel input
: siswa kelas II MI Misbahul Huda
2. Variabel proses
: strategi pembelajaran kooperatif tipe TGT
3. Variabel output
: peningkatan prestasi belajar fiqih.
D. Rencana tindakan
58
Adapun rancangan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam beberapa siklus. Dengan catatan: Apabila siklus I berhasil sesuai kriteria yang diinginkan, maka tetap dilakukan siklus II untuk pemantapan, tetapi kalau siklus I tidak berhasil, maka dilakukan siklus II dengan cara menyederhanakan materi. Secara rinci prosedur pelaksanaan rancangan penelitian tindakan kelas untuk setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut : Siklus I a. Perencanaan Pada tahap ini peneliti merumuskan dan mempersiapkan: rencana jadwal pelaksanaan tindakan, rencana pelaksanaan pembelajaran, materi/bahan pelajaran sesuai dengan pokok bahasan, lembar tugas siswa, lembar penilaian hasil belajar, instrumen lembar observasi, dan mempersiapkan kelengkapan lain yang diperlukan dalam rangka analisis data. Adapun rincinya sebagai berikut : a) Peneliti membuat kesepakatan bersama guru untuk menetapkan materi pokok. b) Menentukan hari dan tanggal penelitian c) Peneliti menentukan scenario pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Tentang materi yang akan di ajarkan dengan Model Kooperatif Tipe TGT.
59
d) Persiapan sarana dan media yang akan digunakan e) Persiapan lembar observasi pembelajaran untuk setiap berlangsungnya pembelajaran fiqih f) Menyusun pedoman wawancara dan angket siswa untuk mengetahui pembelajaran fiqih g) Persiaan soal tes yang akan diberikan pada awal penelitian dan setiap siklus h) Pembentukan kelompok berdasarkan heterogenitas, hal ini dapat dilihat dari hasil tes siswa pada awal penelitian. Hasil skor siswa akan di urutkan dari yang tertinggi ke rendah, apabila terdapat nilai yang sama maka daapt dilihat dari rangking mata pelajaran fiqih siswa dikelas. Adapun embagian kelompok ini dilaksanakan pada siklus 1 kemudian digunakan selama kegiatan penelitian. Jumlah tiap kelompok terdiri dari 5-6 orang. i) Persiapan soal untuk games dan tournament j) Persiapan permainan games dan tournament yang dilaksanakan pada akhir minggu. b. PelaksanaanTindakan Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan setting tindakan yang telah ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). c. Pengamatan Pengamatan
saat
proses
pembelajaran 60
berlangsung
dilakukan
pengamatan terhadap perilaku dan kerja sama anatar siswa. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui sikap dan perilaku siswa terhadap pembelajaran fiqih dengan Model Kooperatif Tipe TGT. Pelaksanaan pengamatan mulai awal pembelajaran ketika guru melakukan apersepsi sampai akhir pembelajaran dengan menggunakan lembar pengamatan. d. Refleksi Refleksi merupakan kegiatan menganalisis semua data atau informasi yang dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan, sehingga dapat diketahui berhasil atau tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang diharapkan. Siklus II Berdasarkan refleksi pada siklus I, diadakan kegiatan-kegiatan untuk memperbaiki rencana dan tindakan yang telah dilakukan. Langkah-langkah kegiatan pada siklus II pada dasarnya sama seperti langkah - langkah pada siklus I, tetapi ada beberapa perbedaan kegiatan pembelajaran pada siklus II. a. Perencanaan Sebagai tindak lanjut siklus I, dalam siklus II dilakukan perbaikan. Peneliti mencari kekurangan dan kelebihan pada pembelajaran membuat ringkasan wacana pada siklus I. Kelebihan yang ada pada siklus I dipertahankan pada siklus II, sedangkan kekurangannya diperbaiki. Peneliti memperbaiki rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan siklus I. peneliti juga
61
menyiapkan lembar observasi untuk mengetahui kemampuan siswa dalam prestasi belajar dengan Model Kooperatif Tipe TGT. b. PelaksanaanTindakan Proses tindakan pada siklus II dengan melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan pada pengalaman hasil dari siklus I. Dalam tahap ini peneliti melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan Tindakan pada siklus I, perbedaannya adalah pada siklus II dilaksanakan dengan cara menyederhanakan materi pembelajaran. c. Pengamatan Adapun yang diobservasi pada siklus II sama seperti siklus I, meliputi: hasil tes dan nontes. Pedoman pengamatan pada siklus II memperhatikan instrumen serta kriteria seperti yang terdapat pada siklus I. d. Refleksi Refleksi merupakan kegiatan menganalisis semua data atau informasi yang dikumpulkan dari penelitian tindakan yang dilaksanakan, sehingga dapat diketahui berhasil atau tidaknya tindakan yang telah dilaksanakan pada siklus II dengan tujuan yang diharapkan. E. Data Dan Cara Pengumpulannya 1. Data a. Data Kuantitatif : data hasil pengamatan / observasi terhadap kegiatan guru dan siswa. Mencatat hasil tersebut dalam lembar observasi berupa catatan check list. 62
b. Data Kualitatif : data hasil belajar siswa yakni dari hasil tes atau evaluasi digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa sebagai patokan untuk mengukur kemampuan dan ketuntasan belajar siswa dalam menguasai pelajaran fiqih. 2. Cara Pengumpulan Data a. Lemba Observasi Lembar observasi yang digunakan oleh peneliti adalah lembar observasi pembelajaran yang berisi pedoman dalam melaksanakan pengamatan selama proses pembelajaran fiqih. Data yang dikumpulkan adalah data mengenai pelaksanaan pembelajaran dan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran fiqih. Lembar observasi digunakan peneliti sebagai pedoman ketika melakukan pengamatan untuk mendapatkan data yang akurat dalam pengamatan.penelitian ini menggunakan 2 pedoman observasi yaitu, pedoman observasi belajar siswa dan pedoman observasi pembelajaran fiqih dengan Model Kooperatif Tipe TGT. b. Catatan lapangan Catatan lapangan adalah catatan tertulis yang terjadi selama proses pembelajaran fiqih ketika melakukan observasi. c.
Wawancara Wawancara ini berbentuk pertanyaan – pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui hal-hal yang kurang jelas pada saat observasi.
d. Dokumentasi 63
Dokumentasi ini digunakan untuk untuk mengetahui suasana kelas saat pembelajaran fiqih menggunakan Model Kooperatif Tipe TGT, peristiwa-peristiwa penting yang terjadi. Adapun dokumentasi yang dipakai adalah (1) kamera, yang digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan siswa selama proses pembelajaran fiqih dengan menggunakan Model Kooperatif Tipe TGT. (2) alat tulis yang digunakan saat berlangsungnya wawancara. F. Tehnik Analisis Data Teknik analisi data yang ditetapkan terdiri dari analisis kualitatif dan kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini dari teknik analisis data kualitatif dari Miles Huberman yang meliputi 4 langkah yaitu : o Pengumpulan data Proses ini dimulai sejak peneliti memulai penelitian. Data yang diperoleh masih dalam bentuk kasar sehingga masih diperlukan pemilihan data. o Reduksi Data Proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan informasi data kasar yang muncul dari catatan – catatan tertulis dilapangan , peneliti memilah hal pokok atau data yang sesuai dengan focus penelitian. o Display data data yang telah disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, grafik sehingga mudah dibaca dan dipahami baik secara keseluruhan. o Pengambilan Kesimpulan 64
data yang diperoleh, kemudian diambil kesimpulan aakah tujuan dari penelitian sudah tercapai atau belum. Jika belum maka dilaksanakan tindakan selanjutnya. Jika tercapai, maka penelitian diberhentikan. Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah menghitung rata-rata skor kelompok Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut. Lembar penghargaan dicetak dalam kertas HVS, dimana penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang memenuhi kategori rata-rata poin sebagai berikut: Tabel 1. Kriteria Penghargaan Kelompok Rerata Kelompok
Predikat
30 sampai 39
Tim Kurang baik
40 sampai44
Tim Baik ( Good Team)
45 sampai 49
Tim Baik Sekali ( Great Team)
50 ke atas
Tim Istimewa ( Super Team)
Adapun perhitungan tiap aspek yaitu : Presentase tiap aspek = Jumlah skor diperoleh
X 100
Banyaknya kelompok x Skor maks
65
Adapun hasil observasi yaitu: No
Resentase
Kualifikasi
1
75% - 100%
Sangat Baik
2
50% - 74,99%
Baik
3
25% - 49,99%
Kurang
4
0 – 24,99%
Sangat Kurang
Tabel II. Kriteria Belajar Siswa Adapun criteria analisis angket yaitu : No
Resentase
Kualifikasi
1
P>80%
Sangat Tinggi
2
60%
Tinggi
3
40%
Sedang
4
20%
Rendah
5
P<20%
Sangat Rendah
Tabel III. Kriteria Analisis Angket G. Indikator Kinerja 66
Dalam PTK ini yang akan dilihat indikator kinerjanya selain siswa adalah guru, karena guru merupakan fasilitator yang sangat berpengaruh terhadap kinerja siswa. Hasil penelitian tindakan kelas ini tercapai sesuai dengan harapan bila dalam penelitian ini: 1. Peningkatan prestasi belajar fiqih II MI Misbahul Huda pada akhir penelitian ini meningkat hingga mencapai 90%. Siswa telah mencapai nilai diatas batas ketuntasan minimal. 2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai model pembelajaran merupakan model yang efektif untuk peningkatan prestasi belajar fiqih, dalam hal ini ditandai dengan peningkatan prestasi belajar siswa. H. Tim Peneliti Dan Tugasnya Dalam penelitian ini, peneliti adalah perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis data, di samping itu kehadiran peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh kepala sekolah dan guru-guru yang terdapat di MI Misbahul Huda.
67
DAFTAR PUSTAKA Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 2 tentang Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran pendidikan agama islam dan bahasa arab Madrasah Ibtidaiyah tahun 2008 Muhammad Ali.2004.Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, bandung: Sinar Baru Algesindo. Modul strategi pembelajaran pgmi ( Surabaya: LAPIS PGMI 2008). Suryosubroto,2002. Proses Belajar Mengajar di sekolah, .Jakarta: Rineka Cipta. Dimyati dan Mudjiono,1999. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Ahmad Susanto,2013. teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar .Jakarta: kencana prenada media group. Oemar Hamalik,2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Nana Sudjana,2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdikarya. Abu Ahmadi,1991.Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Muhibbin Syah,2001.Psikologi Belajar, Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Slameto,2010.Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: PT.Rineka Cipta. S.C. Utami Munandar. 1985. Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah, petunjuk bagi para guru dan orang tua. Jakarta, Gramedia Sumadi Suryabrata, 1984. Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rajawali
68
Deleware
sosial
studies
education
project
(DSSEP),
http://udel.edu/dssep/teaching_coop.htm diakses pada tanggal 15 februari 2009. Slavin, Robert E.,1980. Cooperative Learning, Review of Educational Research, vol. 50, no. 2, Johns Hopkins University : Sage Publications.
69