PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK ERIKA NADAPDAP Guru SMP Negeri 1 Patumbak Email :
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Aktivitas belajar siswa setelah menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya pada mata pelajaran IPA Terpadu di kelas VII semester Ganjil SMP Negeri 1 Patumbak Tahun Pembelajaran 2013/2014. Model Pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya memiliki dampak positif dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (37,2%), siklus II (85,7%) dan aktivitas siswa yang semakin meningkat. Pada siklus I, aktivitas siswa yang paling dominan yaitu menulis/membaca yaitu 38% dan mengalami penurunan menjadi 23%. Aktivitas mengerjakan LKS meningkat dari 29,5% menjadi 46%, bertanya kepada teman meningkat dari 11% menjadi 15,50%, bertanya kepada guru menurun dari 14,50% menjadi 12% dan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM mengalami penurunan dari 7% menjadi 3,50%. Sebelum dilaksanakan KBM Siklus I, maka peneliti memberikan tes hasil belajar sebagai Pretes dengan hasil rata-rata 44,1 dengan nilai tertingTutor Sebaya 70 dan nilai terendah 25. Peningkatan hasil belajar siswa dari Formatif I dan II menunjukkan rata-rata dari 69,4 menjadi 74,3. Dengan nilai terendah Formatif I dan II yaitu 60 dan 50, dan nilai tertingTutor Sebaya dari 90 menjadi 100. Dengan ketuntasan klasikal pada Siklus I sebesar 37,2% dan pada Siklus II sebesar 85,7% Kata Kunci : Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Tutor Sebaya , Aktivitas
PENDAHULUAN Ciri utama pembelajaran adalah meningkatkan dan mendukung proses belajar siswa. Disamping itu, ciri lain dari pembelajaran adalah adanya interaksi. Interaksi tersebut terjadi antara siswa yang belajar dengan lingkungan belajarnya baik dengan guru, siswa lainnya, tutor, media, dan atau sumber belajar lainnya. Realisasi pencapaian tujuan tersebut, terdapat keTutor Sebaya atan interaksi belajar mengajar terutama yang terjadi di kelas. Dengan demikian, keTutor Sebaya atannya adalah bagaimana terjadi hubungan antara guru/bahan ajar yang didesain dan dengan anak
didik. Interaksi ini merupakan proses komunikasi penyampaian pesan pembelajaran Berdasarkan pengalaman peneliti selama menjadi guru IPA di SMP Negeri 1 Patumbak, pada umumnya nilai ujian siswa pada mata pelajaran IPA Terpadu masih rendah, sehingga masih banyak siswa tidak dapat mencapai KKM yang telah diterapkan. Adapun nilai KKM tersebut adalah 70 Hal ini disebabkan karena pada saat proses pembelajaran IPA Terpadu, Metode pembelajaran yang digunakan guru belum dapat membuat siswa aktif dan hanya menekankan siswa untuk menghafal. Siswa menjadi pasif dan tidak 97
berfikir secara kritis dan kreatif yang memunculkan bahwa pelajaran IPA Terpadu sering membosankan dan menjenuhkan. Berdasarkan pengalaman peneliti selama mengajar sebagai berikut: (1) Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, guru memulai dengan menjelaskan materi, dilanjutkan dengan memberikan latihan soal, sehingga pembelajaran cenderung didominasi oleh guru dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk mendiskusikannya. (2) Dominasi guru menyebabkan siswa menjadi pasif, karena siswa kurang dapat mengemukakan ide-ide dan pendapat yang dimilikinya. (3) Siswa juga masih enggan untuk bertanya kepada guru atau bertanya kepada temannya walaupun tidak bisa memecahkan masalah yang diberikan dan jarang dikelompokkan dalam belajar, sehingga kurang terjadi komunikasi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. (4) siswa juga jarang diminta untuk mengungkapkan alasan dan menjelaskan secara lisan atau tertulis mengapa mereka memperoleh jawaban tersebut sehingga terjadi kesalahan pada siswa itu sendiri serta kurang terbiasa menyimpulkan materi yang telah dipelajari secara sistematis. MenTutor Sebaya ngat bahwa siswa adalah unsur pokok dalam pengajaran maka siswa yang harus menerima dan mencapai berbagai informasi pengajaran yang nantinya dapat mengubah tingkah lakunya sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, siswa
harus dijadikan sebagai sumber pertimbangan di dalam pemilihan sumber pengajaran. Seperti yang dikemukakan Sudirman (Suherman, dkk, 2003 : 277). “Tutor Sebaya adalah sumber belajar selain guru yaitu teman sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah”. Bertolak dari latar belakang ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ”Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tutor Sebaya Di Kelas VII-2 SMP Negeri 1 Patumbak”. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan, yaitu peneliti berusaha untuk menerapkan suatu tindakan sebagai upaya perbaikan untuk mengatasi masalah yang ditemukan. Karena penelitian dilaksanakan dengan setting kelas, maka disebut penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Pengambilan data untuk penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SMP Negeri 1 Patumbak. Waktu penelitian ini direncanakan selama 3 bulan mulai bulan Oktober 2012 sampai dengan Desember 2012. B. Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP
98
Negeri 1 Patumbak . Subjek penelitian ini adalah salah satu kelasVII, yaitu VII-2 SMP Negeri 1 Patumbak yang berjumlah 35 orang.
tes akhir Siklus I dan Siklus II. 2. Menghitung nilai rata-rata atau persentase hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dan Siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar. 3. Penilaian a. Data nilai hasil belajar (kognitif) diperoleh dengan menggunakan rumus:
C. Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah: a. Tes hasil belajar. b. Lembar aktivitas siswa D. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK pertama kali diperkenalkanoleh psikoloTutor Sebaya sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946 (Aqib, 2006 :13). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau disekolah dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. Menurut Lewin dalam Aqib (2006 : 21) menyatakan bahwa dalam satu Siklus terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). E. Teknik Analisis Data Metode Analisis Data Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa setelah tindakan. Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut: 1. Merekapitulasi nilai pretes sebelum tindakan dan nilai
NilaiSiswa
Jumlah jawaban benar 100 Jumlah seluruh soal
(Slameto,2001:189) b. Nilai rata-rata siswa dicari dengan rumus sebagai berikut:
X
X N
(Subino,1987:80)
Keterangan : X = Nilai rata-rata Σ = Jumlah nilai VII N = Jumlah peserta tes c. Untuk penilaian aktivitas digunakan rumus sebagai berikut: % =
ℎ
ℎ
100%
ℎ
(Majid, 2009:268) d. Ketentuan persentase ketuntasan belajar kelas Ketuntasan belajar kelas
S K
b
100%
ΣSb = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 65 (kognitif) ΣK = Jumlah siswa dalam sampel
99
Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari: hasil tes, jika hasil belajar siswa mencapai KKM secara individual dan 85% secara klasikal. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Setelah mengidentifikasi permasalahan pembelajaran selama peneliti menjadi guru bidang studi IPA Terpadu kelas VII-2 SMP Negeri 1 Patumbak. Peneliti kemudian mendiskusikan permasalahan tersebut bersama pembimbing dan pendamping penelitian dari Universitas Negeri Medan hasilnya adalah tersusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian menerapkan model pembelajaran tutor sebaya. Penelitian tindakan dilakukan dengan menerapkan pembelajaran tutor sebaya. Menurut Hisyam Zaini (dalam Amin Suyitno, 2002:60) mengatakan bahwa metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya. Setelah melakukan Siklus I dan Siklus II, dan diperoleh data-data hasil belajar, aktivitas belajar, dan minat siswa, maka data
tersebut dapat disajikan dalam Tabel. Pengambilan data dilakukan empat kali pertemuan (4 RPP) dibagi menjadi dua Siklus. Pertemuan pertama dan pertemuan kedua disebut Siklus I, dan pertemuan ketiga dan pertemuan keempat disebut Siklus II. Sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar maka dilakukan tes hasil belajar atau disebut Pretes. Análisis data menunjukan hasil pretes siswa rata-rata adalah 44,1. Hal ini menunjukan bahwa rata-rata siswa belum ada persiapan sebelum belajar di sekolah. 1. Siklus I Tahap Observasi Data Hasil Belajar Siswa Akhir Siklus I dilakukan tes hasil belajar atau disebut Formatif I, dengan data dapat dilihat Pada Tabel 1. Merujuk pada kesimpulan ini guru sebagai peneliti berusaha memperbaiki proses dan hasil belajar siswa Melalui Model Pembelajaran Tutor Sebaya. Hasil belajar yang diperoleh pada Siklus I selama dua pertemuan disajikan dalam Tabel berikut: Tabel 1. Distribusi Hasil Formatif I Nilai
Frekuensi
Tuntas Individu
Tuntas Kelas
60
22
-
-
70
11
11
31,4%
80
1
1
2,9 %
90
1
1
2,9%
Jumlah
35
13
37,2%
Nilai ratarata
64,9
Pada tabel 1 tersebut, nilai terendah Formatif I adalah 60
100
sebanyak 22 orang dan nilai tertinggi adalah 90 sebanyak 1 orang, dengan 22 orang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan dan ketuntasan klasikal adalah sebesar 37,2%. Dengan nilai KMM sebesar 70. Nilai ini berada di bawah kriteria keberhasilan klasikal sehingga dapat dikatakan KBM Siklus I kurang berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 64,9 belum tuntas KKM. Data hasil Formatif I ini dapat disajikan kembali dalam grafik histogram sebagai berikut. 25
diserahkan kembali kepada peneliti. Hasil analisis rekaman aktivitas siswa dari kedua pengamat selama 4 kali dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Skor aktivitas belajar siswa No
1 2 3 4 5
Aktivitas Menulis, membaca Mengerjakan Bertanya pada teman Bertanya pada guru Yang tidak relevan
Siklus I Jmlh RataRata
Proporsi
76
19
38,00%
59
14,75
29,50%
22
5,5
11,00%
29
7,25
14,50%
14
3,5
7,00%
Data pada Tabel 2 dapat disajikan dalam bentuk diagram batang atau histogram sesuai gambar berikut.
20 15 10
Grafik Aktivitas 35,0% siklus I 40,0%
5 0 Frekuensi
60
70
80
90
30,0%
22
11
1
1
25,0%
Gambar 1. Grafik data hasilFormatifI
Data Aktivitas Belajar Siswa Setelah guru selesai menyajikan materi pembelajaran, maka siswa disuruh bekerja berkelompok untuk mengerjakan LKS. Siswa bekerja dalam kelompok, peneliti memberikan instrument aktivitas siswa kepada pengamat. Untuk merekam aktivitas siswa dilakukan oleh dua pengamat sesuai dengan instruksi oleh peneliti. Kedua pengamat melakukan pengamatan selama 4 kali atau Siklus I dan Siklus II. Hasil rekaman yang dilakukan oleh kedua pengamat
20,0% 15,0% 10,0% 5,0% 0,0% Siklus 1 38,0 29,5 11,0 14,5 7,0%
Gambar 2. Grafik aktivitas siswa Siklus I Keterangan: 1. Menulis,membaca 2. Mengerjakan 3. Bertanya pada teman 4. Bertanya pada guru 5. Yang tidak relevan dengan KBM
101
Tahap Refleksi I Berdasarkan data Tabel 1 diperoleh bahwa rata-rata Formatif 64,9 pada Siklus I dengan persentase adalah 37,2%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada Siklus I secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya sebesar 37,2% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih bingung dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan model pembelajaran Tutor sebaya. Belum tercapainya standar ketuntasan tersebut tidak terlepas dari rendahnya aktivitas belajar siswa. Merujuk pada Tabel 4.2, pada Siklus I rata-rata aktivitas I yakni menulis dan membaca memperoleh proporsi 38%. Aktivitas mengerjakan dalam diskusi mencapai 29,5%. Aktivitas bertanya pada teman sebesar 11%. Aktivitas bertanya kepada guru 14,50% dan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM sebesar 7%. Aktivitas membaca memperoleh proporsi lebih besar dibandingkan aktivitas mengerjakan. Hal ini berarti siswa belum mempersiapkan diri dari rumah, sehingga pada saat diskusi siswa masih banyak yang membaca dibandingkan mengerjakan LKS. Pada proses pembelajaran masih ditemukan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian berkaitan dengan penelitian tindakan kelas yaitu :
a. Suasana diskusi antar siswa masih kurang. Masih banyak siswa yang mencoba mengerjakan LKS secara individual dan tidak bertanya pada tutor jika ada hal yang mereka tidak mengerti. Terdapat anggota dalam kelompok itu mereka hanya melamun dan mengandalkan tutor saja . b. Anggota kelompok masih enggan dan malu bertanya pada temannya (tutor) dan cenderung bertanya kepada guru karena ada anggota dalam kelompok yang masih belum sepenuhnya percaya pada tutor-tutor yang telah ditunjuk. c. Suasana pembelajaran kurang kondusif terlihat dari aktivitas tidak relevan yang mencapai 7% yang cukup menonjol mengingat aktivitas ini seharusnya tidak perlu ada. Terlihat pada dokumentasi penelitian pada pertemuan 1 saat masing-masing kelompok sedang melakukan praktikum untuk menyelidiki perubahan wujud zat ada siswa yang mengganggu temannya yang sedang melakukan praktikum. Siswa tersebut sambil tertawa dan memegang kepala temannya. d. Alat dan media yang digunakan guru saat pratikum pada kegiatan belajar mengajar 1 dan 2 cukup bagus. Pada kegiatan belajar mengajar 3 dan 4 harus lebih diperhatikan lagi sesuai dengan indikator pada pembelajaran agar siswa lebih aktif lagi
102
a. Revisi Dari paparan deskripsi penelitian tindakan kelas siklus I, maka di dalam refleksi diupayakan perbaikan untuk meningkatkan proses pembelajaran dan aktivitas belajar siswa pada Siklus II, beberapa perbaikan pembelajaran dilakukan antara lain: 1) Guru memilih wakil tutor pada setiap kelompok agar anggota dalam satu kelompok yang belum memahami materi yang diajarkan dapat bertanya kepada tutor atau wakilnya sehingga ketika ditunjuk oleh guru melakukan persentase di depan kelas seluruh anggota dalam kelompok harus siap mempersentasekannya. Tidak hanya bergantung pada kemampuan tutor atau wakilnya saja. 2) Dibuat aturan 30 menit pertama tutor dan wakilnya serta anggotanya harus bekerjasama semaksimal mungkin untuk menyelesaikan tugas praktikum dan laporannya. Selanjutnya waktu berikutnya boleh meminta bantuan dengan guru. 3) Tugas-tugas dikumpulkan dengan cara penagihan tiap individu ini untuk meningkatkan partisipasi dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas. 4) Dalam pembahasan materi ajar, guru menggunakan aturan seperti pada pertemuan sebelumnya, tetapi pada pembelajaran kali ini guru membenahi gaya mengajarnya seperti melakukan pendekatan dan perhatian lebih
kepada siswa yang memiliki kompetensi yang rendah dan siswa yang suka mengganggu temannya , pada saat pelajaran berlangsung. 5) Guru juga memberikan kata-kata pujian, semangat agar siswa menjadi lebih aktif dan menimbulkan keberanian siswa mengerjakan tugas di depan kelas. 6) Peneliti menginformasikan bahwa di akhir pertemuan Siklus II akan ada tes Formatif, dengan harapan agar siswa lebih aktif dalam belajar. 7) Guru menggunakan alat dan bahan yang lengkap seperti tabung reaksi, air dan minyak goreng untuk mengamati meniskus pada permukaan zat cair pada pertemuan ke 3 siklus ke 2. pada pertemuan ke 4 guru menggunakan alat dan bahan seperti gelas ukur, neraca, batu kali batu bata, kelereng dan pecahan genteng untuk dapat memahami pengukuran massa jenis pada benda yang memiliki bentuk tidak teratur. Dengan alat pratikum yang lengkap siswa dapat lebih memahami terhadap apa yang telah dilaksanakan. 2. Siklus II Tahap Observasi Data Hasil belajar siswa Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang
103
digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada pad siklus II datanya dapat dilihat Pada Tabel 3 adalah sebagai berikut: Tabel 3. Distribusi Hasil Formatif II Nilai
Frekuensi
Tuntas Individu
Tuntas Kelas
50
1
-
-
60
4
-
-
70 80
18 7
18 7
51,4% 20%
90
1
1
2,9%
100
4
4
11,4%
Jumlah
35
30
85,7%
Ratarata
74,3
Nilai terendah untuk Formatif II adalah 50 sebanyak 1 orang dan tertinggi adalah 100 sebanyak 4 orang. Dengan 5 orang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 85,7%. Nilai ini berada di atas kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM Siklus II berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata rata kelas adalah 74,3. Data hasil Formatif II ini dapat disajikan kembali dalam grafik histogram sebagai berikut:
pada materi pelajaran Memahami Wujud Zat dan Perubahannya dengan kompetensi dasar mendeskripsikan konsep massa dalam kehidupan sehari sehari-hari adalah aktivitas mengerjakan, bertanya kepada guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan atakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif. Penskoran dilakukan dan dijabarkan dalam data berupa Tabel aktivitas oleh pengamat I dan II untuk Siklus II sebagai berikut: Tabel 4. Skor aktvitas vitas belajar siswa No
1 2 3 4 5
Aktivitas Menulis, membaca Mengerjakan Bertanya pada teman Bertanya pada guru Yang tidak relevan Jumlah
Siklus II Jumlah
RataRata
Proporsi
46 92
11,5 23
23,00% 46,00%
31
7,75
15,50%
24
6
12,00%
7 200
1,75 50
3,50% 100%
Data pada Tabel 4.4 dapat disajikan dalam bentuk diagram batang atau histogram sesuai gambar 50,0%
20
Grafik Aktivitas 40,0% siklus I
15
30,0%
10 20,0%
5 0
10,0%
50
60
70
80
90
100
Gambar 3. Grafik data hasil Formatif II Data Aktivitas Belajar Siswa Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPA Terpadu
0,0% Siklus 1 23,0% 46,0% 15,5% 12,0% 3,5%
Gambar 4. Grafik aktivitas siswa Siklus II
104
Keterangan: 1. Menulis,membaca 2. Mengerjakan 3. Bertanya pada teman 4. Bertanya pada guru 5. Yang tidak relevan dengan KBM Tahap Refleksi II Hasil belajar siswa diakhir Siklus II telah mencapai ketuntasan klasikal 85,7%, yang berarti hampir seluruh siswa telah memperoleh nilai tuntas dengan 5 orang siswa yang belum mendapatkan nilai di atas KKM. Dengan demikian tindakan yang diberikan pada Siklus II telah berhasil memberikan perbaikan hasil belajar pada siswa. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut: a. Siswa sudah mulai terbiasa dengan bekerja secara kelompok. b. Keberanian siswa untuk berinteraksi berjalan dengan baik karena siswa sudah mulai terbiasa untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya kepada sesama teman lainnya dalam menyelesaikan masalah. c. Siswa mulai aktif dan tahu akan tugasnya sehingga tidak menggantungkan permasalahan yang dihadapi kepada tutor dalam kelompoknya. d. Siswa sudah lebih aktif karena pada saat pembelajaran guru memberikan pujian dan
penghargaan kepada kelompok yang baik sehingga kelompok lain termotivasi untuk lebih aktif lagi. Pada Siklus II, pelaksanaan pembelajaran Tutor sebaya, tindakan berupa menampilkan alat Praktikum, peraga dan pemberian penugasan yang memunculkan banyak aktivitas sudah efektif. a. Revisi Pelaksanaan Pada siklus II guru telah menerapkan model pembelajaran Tutor sebaya dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan Tindakan perbaikan terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran Tutor sebaya dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. B. Pembahasan Dari data hasil penelitian yang telah tersaji pada tabel tersebut dengan jelas diketahui bahwa aktivitas belajar siswa dalam segala aspek pengamatan mengalami peningkatan yang sangat berarti dari siklus I ke siklus II. Penerapan model pembelajaran tutor sebaya melalui tindakan guru yang berupa
105
pembentukan kelompok belajar secara acak terstruktur ditambah dengan pemberian dan penyematan tanda nomor identifikasi selama proses belajar untuk memudahkan observasi dan penilaian sepertinya cukup ampuh untuk menggugah motivasi dan gairah belajar siswa. Siswa seolah menjadi sangat terkesan dengan penciptaan suasana belajar dan proses penilaian yang tampak serius dan resmi dari guru. Mereka berusaha untuk tampil sebaik mungkin dalam rangka mendapat penilaian yang terbaik dari guru selama proses pembelajaran. Apalagi setelah mereka mengetahui tentang aturan main dalam penilaian proses maupun penilaian hasil. Merujuk pada Tabel 4.1, nilai terendah formatif I adalah 60 dan tertinggi adalah 80. Merujuk pada KKM sebesar 70 maka 22 dari 35 orang siswa mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal tercapai sebesar 37,2%. Nilai ini berada di bawah kriteria ketuntasan klasikal sebesar 85% sehingga dapat dikatakan KBM Siklus I gagal memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 64,9. Dengan demikian maka peneliti berusaha melakukan tindakan perbaikan dalam melaksanakan pembelajaran Siklus II yang dirasa perlu. Merujuk pada Tabel 4.3, nilai terendah untuk formatif II adalah 50 dan tertinggi adalah 100 dengan 5 orang siswa mendapat nilai dibawah KKM atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 85,7%. Nilai ini berada di
atas 85% sehingga dapat dikatakan KBM Siklus II telah berhasil memberi ketuntasan belajar pada siswa dalam kelas. Dengan demikian pembelajaran menggunakan model tutor sebaya memberikan ketuntasan belajar IPA Terpadu siswa pada Siklus II. Pembelajaran tutor sebaya selain meningkatkan hasil belajar siswa ternyata juga telah mampu menumbuhkan sikap kooperatif disamping tumbuhnya aktivitas belajar siswa terhadap pembelajaran IPA Terpadu yang berimplikasi pada meningkatnya hasil belajar siswa. Siswa sudah bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya dipimpin siswa terpandai sebagai tutor. Dengan Kelompok belajar dibentuk dari siswa yang heterogen (memiliki kemampuan, jenis kelamin, budaya dan suku yang berbeda). Pada model pembelajaran tutor sebaya, Peranan guru hanya pembentukan kelompok, memilih anak terpandai (sebagai tutor) dan penjelasan, merencanakan tugas kelompok, membimbing, mengarahkan dan mengevaluasi. Selanjutnya kelompok yang terbaik akan diberikan penghargaan yang berorientasi kepada kelompok ketimbang individu. Disini sudah terlihat siswa sudah mulai aktif, pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru tetapi kepada siswa. Penerapan model pembelajaran tutor sebaya pada pembelajaran IPA Terpadu, khususnya pada materi memahami wujud zat dan perubahannya
106
terbukti dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa Kelas VII Semester I SMP Negeri 1 Patumbak Tahun Pelajaran 2013/2014 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah data-data tes hasil belajar, dan aktivitas belajar siswa terkumpul kemudian dianalisis sehingga dapat disimpulkan antara lain: 1. Data aktivitas siswa menurut kedua pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain: menulis/membaca (38%), bekerja (29,50% ), bertanya sesama teman (11%), bertanya kepada guru (14,50%), dan yang tidak relevan dengan KBM (7%). Data aktivitas siswa menurut pengamatan pada Siklus II antara lain: menulis/membaca (23%), bekerja (46%), bertanya sesama teman (15,50%), bertanya kepada guru (12%), dan yang tidak relevan dengan KBM (3,50%). 2. Dengan meningkatnya aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II, maka berdampak pada hasil belajar siswa dalam belajar IPA Terpadu juga meningkat. Hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran tutor sebaya pada Formatif I dan Formatif II menunjukkan 13 orang siswa tuntas secara individu, sedangkan kelas
tidak tuntas. Pada Siklus II, tuntas secara individu sebanyak 30 orang siswa, sedangkan kelas adalah tuntas dengan rata-rata siklus I dan siklus II adalah 64,9 dan 74,3 dengan ketuntasan klasikal sebesar 37,2% pada siklus I dan 85,7% pada Siklus II. Saran Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka ada beberapa saran yang diajukan yaitu: 1. Kepada siswa mereka para siswa hendaknya lebih meningkatkan kerjasamanya dalam kegiatan pembelajaran, terutama dalam mengerjakan tugas-tugas kelompok yang diberikan oleh guru. 2. Pemanfaatan LKS dapat digunakan guru-guru agar siswa termotivasi selama bekerja dalam kelompok. 3. Diharapkan bagi guru memperhatikan pengetahuan awal, bakat dan kecerdasan yang dimiliki siswa sebelum pembelajaran diberikan. Untuk melaksanakan model pembelajaran tutor sebaya memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan tutor dan memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model tutor sebaya dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
107
RUJUKAN Arikunto, S., (2007), Prosedur Penelitian, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. (2006). StarteTutor Sebaya Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sagala, S., (2009), Konsep Dan Makna Pembelajaran, Alfabeta, Bandung Slameto., (2003), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Trianto, (2007), Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta. Wena, M., (2009), StrateTutor Sebaya Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara, Jakarta S.Sadiman. A, dkk. (2005), Media Pendidikan Pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya. Pt. Raja grafindo Persada. Jakarta. Slameto., (2003), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta Sardiman, A. M., (2006), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
108