BAB I PENDAHULUAN
Cairan amnion mempunyai peranan penting dalam menunjang proses kehamilan dan persalinan. Di sepanjang kehamilan normal.Kompartemen dari cairan amnion menyediakan ruang bagi janin untuk tumbuh bergerak dan berkembang. Tanpa cairan amnion rahim akan mengerut dan menekan janin, pada kasus-kasus dimana tejadi kebocoran cairan amnion pada awal trimester pertama janin dapat mengalami kelainan struktur termasuk distrorsi muka, reduksi tungkai dan cacat dinding perut akibat kompresi rahim.1,2 Menjelang pertengahan kehamilan cairan amnion menjadi semakin penting untuk perkembangan dan pertumbuhan janin, antara lain perkembangan paruparunya, bila tidak ada cairan amnion yang memadai selama pertengahan kehamilan janin akan sering disertai hipoplasia paru dan berlanjut pada kematian. Selain itu cairan ini juga mempunyai peran protektif pada janin.Cairan ini mengandung agen-agen anti bakteria dan bekerja menghambat pertumbuhan bakteri yang memiliki potensi patogen. Selama proses persalinan dan kelahiran cairan amnion terus bertindak sebagai medium protektif pada janin untuk memantu dilatasi servik.1,2 Cairan amnion berperan sebagai sarana komunikasi anatara janin dan ibu.Kematangan dan kesiapan janin untuk lahir dapat diketahui dari hormon urin janin yang diekskresikan ke dalam cairan amnion. Cairan amnion juga dapat digunakan sebagai alat diagnostik untuk melihat adanya kelainan-kelainan pada proses pertumbuhan dan perkembangan janin dengan melakukan kultur sel atau melakukan spektrometer. Jadi, cairan amnion memegang peranan yang cukup penting dalam proses kehamilan dan persalinan. Cairan amnion yang mengelilingi janin dalam kandungan diperlukan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan janin.Cairan ini merupakan pelindung janin dari trauma fisik, membantu pertumbuhan paru janin, dan memberikan penghalang terhadap infeksi.Volume cairan ketuban yang normal bervariasi. Volume rata-rata meningkat dengan usia kehamilan, memuncak sampai 800-1000 ml, yang bertepatan dengan usia kehamilan 36-37 minggu. 1
Peningkatan abnormal dari cairan ketuban, polihidramnion, dapat memperlihatkan suatu anomali janin yang mungkin terjadi.Pada kehamilan yang dipengaruhi oleh polihidramnion, sekitar 20% dari neonatus lahir dengan anomali kongenital, sehingga proses persalinan pada bayi tersebut lebih dipilih dengan perawatan yang lebih intensif. Volume cairan amniotik tidak cukup (oligohidramnion) menjadikan perkembangan jaringan paru-paru janin tidak sempurna dan dapat menyebabkan kematian janin.4Sekitar 8% wanita hamil memiliki cairan ketuban terlalu sedikit.Oligohidramnion dapat terjadi kapan saja selama masa kehamilan, walau pada umumnya sering terjadi di masa kehamilan trimester terakhir. Sekitar 12% wanita yang masa kehamilannya melampaui batas waktu perkiraan lahir (usia kehamilan 42 minggu) juga mengalami oligohidramnion, karena jumlah cairan ketuban yang berkurang hampir setengah dari jumlah normal pada masa kehamilan 42 minggu.1 Hydrops fetalis non imun merupakan keadaan dimana terjadi akumulasi cairan ekstraseluler tanpa disertai adanya antibodi yang menyerang antigen sel darah merah dalam sirkulasi. Akumulasi CES ini terjadi dalam jaringan dan rongga serosa.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1Cairan Ketuban Definisi Cairan ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim.Cairan ini ditampung di dalam kantung amnion yang disebut kantung ketuban atau kantung janin. Cairan ketuban diproduksi oleh buah kehamilan, yaitu sel-sel trofoblas, kemudian akan bertambah dengan produksi cairan janin, yaitu air seni janin. Sejak usia kehamilan 12 minggu, janin mulai minum air ketuban dan mengeluarkannya kembali dalam bentuk air seni. Jadi ada pola berbentuk lingkaran atau siklus yang berulang.6 Anatomi dan Fisiologi Cairan Ketuban Secara mikroskopis, selaput ketuban merupakan suatu struktur berlapis lapis yang didominasi dengan jaringan penyangga dan jaringan epitel.Jaringanjaringan penyangga terdiri dari substrat matriks ekstraseluler kolagen dan non kolagen, seperti fibronectin, integrin, febrilin, laminin dan proteoglican. Dibawah ini digambarkan struktur selaput ketuban yang membentuk kantong kehamilan, yaitu: 1. Lapisan khorion, merupakan lapisan yang terluar berhubungan langsung dengan jaringan desidua maternal. Berfungsi sebagai kerangka dari selaput.
3
Terdiri 4 lapisan : 1.Lapisan Trophoblas. Lapisan ini melekat dengan lapisan sel desidua maternal, terdiri dari 2–10 sel tropoblas dan akan mengalami penipisan sesuai dengan usia kehamilan. 2. Lapisan Pseudobasement membrane.Lapisan tipis jaringan retikulin yang berada antara trophoblas dengan lapisan reticular. 3. Lapisan Reticular. Lapisan jaringan retikulin ini merupakan bagian utama dari membrane khorion yang terdiri dari sel-sel fibroblast dan sel Hofbauer yang bertugas dalam proses transport metabolit aktif dan sebagai makrofag. 4. Lapisan Celular. Merupakan lapisan paling dalam dari membran khorion, berbatasan dan melekat langsung dengan lapisan amnion. 5. Lapisan amnion, merupakan lapisan bagian dalam selaput ketuban serta paling elastis dibandingkan Lapisan khorion. Lapisan ini memiliki 5 lapisan: a. Spongy layer. Lapisan yang berbatasan langsung dengan khorion. Merupakan lapisan reticular yang terdiri dari jaringan kolagen dan mucus. Mempunyai kemampuan bergeser dan meregang.
Merupakan lapisan
“stress absorber” yang terdiri kolagen tipe III. Walaupun lapisan amnion lebih tipis dbanding lapisan korion, lapisan tersebut lebih elastis. b. Fibroblast layer. Lapisan ini terdiri dari sel-sel mesenkimal yang berasal dari mesoderm discus embrionik. Didapat banyak makrofag yang sering terlibat dalam proses penipisan selaput ketuban. c. Compact layer. Merupakan bagian yang paling tebal dan mengandung kolagen interstisiial tipe I, kolagen tipe III dan kolagen tipe V. Bersama dengan membran basal merupakan kerangka jaringan ikat yang kokoh. d. Basement membrane. Merupakan bagian yang terdiri dari jaringan fibroblast kompleks dalam jaringan retikulin. Memisahkan lapisan epithelial dengan jaringan selaput ketuban lainnya. Didapatkan sel Hofbauer. Sangat kaya serabut kolagen tipe III dan IV. e. Epithelial lining. Merupakan lapisan terdalam dari selaput ketuban. Terdiri dari selapis sel kuboid yang tidak bersilia. Permukaan bebas dari sel ini ditutupi oleh mikrovili. Antar sel dihubungkan dengan desmosom. Embriologis berasal dari ektoderm. Pada lapisan ini disekresi kolagen tipe 4
III, IV dan glikoprotein nonkolagen (laminin, nidogen, fibronektin) yang membentuk membran basal4 Embriologi Cairan Ketuban Hari ke 6–7 setelah fertilisasi, embrio akan nidasi kedalam endometrium. Sel-sel stroma endometrium mengalami perubahan yang disebut Decidual reaction, yang ditandai dengan pembengkakan sel akibat akumulasi glikogen dan lipid kedalam sitoplasmanya.Tujuan perubahan ini guna menyiapkan tempat untuk nidasi dari embrio.Sel yang mengalami perubahan ini disebut Sel desidua.Setelah proses nidasi, bagian sel desidua yang menutupi lapisan atas dari kantong khorionik disebut Lapisansel desidua kapsularis, sedangkan lapisan yang membatasi antara kantong khorionik dengan dinding endometrium uterus
disebutLapisansel
desidua basalis.Jaringan endometrium yang mengalami desidualisasi selain ditempat nidasi blastokist disebut Lapisan sel desidua parietalis. Dinding khorion yang
berbatas
dengan
Lapisan
desidua
basalis
disebut
Khorion
frondusum.Sedangkan dinding khorion yang berbatasan dengan Lapisan desidua kapsularis yang nantinya mengalami regresi disebut Khorion laeve.Akibat perkembangan yang progresif pada trimester pertama, kantong khorion akan memenuhi seluruh rongga kavum uteri dan menyebabkan Lapisan sel desidua kapsularis terdorong menjauhi pasokan darah dari dinding endometrium sehingga Lapisan desidua kapsularis mengalami degenarasi menjadi lebih tipis. Berikutnya, Khorion laeve akan kontak langsung dengan Desidua parietalis dan berfusi menjadi satu pada pertengahan trimester kedua membentuk Membran khorion amnion(selaput ketuban).Selaput Ketuban merupakan membran yang avaskuler tetapi secara aktif terlibat dalam pengaturan jumlah cairan ketuban serta memproduksi zat-zat bioaktif berupa peptida vasoaktif, faktor pertumbuhan dan sitokin5.
5
Volume Cairan Ketuban Cairan amnion pada keadaan normal berwarna putih agak keruh karena adanya campuran partikel solid yang terkandung di dalamnya yang berasal dari lanugo, sel epitel, dan material sebasea. Volume cairan amnion pada keadaan aterm adalah sekitar 800 ml, atau antara 400 ml -1500 ml dalam keadaan normal. Pada kehamilan 10 minggu rata-rata volume adalah 30 ml, dan kehamilan 20 minggu 300 ml, 30 minggu 600 ml. Pada kehamilan 30 minggu, cairan amnion lebih mendominasi dibandingkan dengan janin sendiri. Cairan amnion diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya memiliki peran tersendiri pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan amnion sebagian besar diproduksi oleh sekresi epitel selaput amnion. Dengan bertambahnya usia kehamilan, produksi cairan amnion didominasi oleh kulit janin dengan cara difusi membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit janin mulai kehilangan permeabilitas, ginjal janin mengambil alih peran tersebut dalam memproduksi cairan amnion. Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari cairan amnion di sekresikan dari urin janin dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada penelitian dengan menggunakan radioisotop, terjadi pertukaran sekitar 500 ml per jam antara plasma ibu dan cairan amnion. Pada kondisi dimana terdapat gangguan pada ginjal janin, seperti agenesis ginjal, akan menyebabkan oligohidramnion dan jika terdapat gangguan menelan pada janin, seperti atresia esophagus, atau anensefali, akan menyebabkan polihidramnion Volume cairan amnion pada setiap minggu usia kehamilan bervariasi, secara umum volume bertambah 10 ml per minggu pada minggu ke-8 usia kehamilan dan meningkat menjadi 60 ml per minggu pada usia kehamilan 21 minggu, yang kemudian akan menurun secara bertahap sampai volume yang tetap setelah usia kehamilan 33 minggu. Normal volume cairan amnion bertambah dari 50 ml pada saat usia kehamilan 12 minggu sampai 400 ml pada pertengahan
6
gestasi dan 1000 – 1500 ml pada saat aterm. Pada kehamilan postterm jumlah cairan amnion hanya 100 sampai 200 ml atau kurang. Brace dan Wolf menganalisa semua pengukuran yang dipublikasikan pada 12 penelitian dengan 705 pengukuran cairan amnion secara individual. Variasi terbesar terdapat pada usia kehamilan 32-33 minggu. Pada saat ini, batas normalnya adalah 400 – 2100 ml1,2,3,4.
Gambar 2. Grafik yang menunjukkan perubahan volume cairan amnion sesuai dengan penambahan usia gestasi. dikutip dari Gilbert 5
Faktor utama yang mempengaruhi volume air ketuban : 1. Pengaturan fisiologis aliran oleh fetus 2. Pergerakan air dan larutan didalam dan yang melintasi membran 3. Pengaruh maternal pada pergerakan cairan transplasenta Volume air ketuban merupakan prediktor kemampuan janin menghadapi persalinan, karena kemungkinan tali pusat terjepit antara bagian bayi dan dinding rahim meningkat tatkala air ketuban sedikit. Hal ini akan menimbulkan gawat janin serta persalinan diakhiri dengan bedah cesar.
7
Kandungan Cairan Ketuban Pada awal kehamilan, cairan amnion adalah suatu ultrafiltrat plasma ibu. Pada awal trimester kedua, cairan ini terdiri dari cairan ekstrasel yang berdifusi melalui kulit janin sehingga mencerminkan komposisi plasma janin. Namun setelah 20 minggu, kornifikasi kulit janin menghambat difusi ini dan cairan amnion terutama terdiri dari urin janin. Urin janin mengandung lebih banyak urea, kreatinin, dan asam urat dibandingkan plasma. Selain itu juga mengandung sel janin yang mengalami deskuamasi, verniks, lanugo dan berbagai sekresi. Karena zat-zat ini bersifat hipotonik, maka seiring bertambahnya usia gestasi, osmolalitas cairan amnion berkurang. Cairan paru memberi kontribusi kecil terhadap volume amnion secara keseluruhan dan cairan yang tersaring melalui plasenta berperan membentuk sisanya. 98% cairan amnion adalah air dan sisanya adalah elektrolit, protein, peptid, karbohidrat, lipid, dan hormon.3,7,8 Terdapat sekitar 38 komponen biokimia dalam cairan amnion, di antaranya adalah protein total, albumin, globulin, alkalin aminotransferase, aspartat aminotransferase, alkalin fosfatase, γ-transpeptidase, kolinesterase, kreatinin kinase,
isoenzim
hidroksibutirat,
keratin
amilase,
kinase, glukosa,
dehidrogenase kolesterol,
laktat,
trigliserida,
dehidrogenase High
Density
Lipoprotein (HDL), low-density lipoprotein (LDL), very-low-density lipoprotein (VLDL), apoprotein A1 dan B, lipoprotein, bilirubin total, bilirubin direk, bilirubin indirek, sodium, potassium, klorid, kalsium, fosfat, magnesium, bikarbonat, urea, kreatinin, anion gap , urea, dan osmolalitas.3,7,8 Faktor pertumbuhan epidermis (epidermal growth factor, EGF) dan factor pertumbuhan mirip EGF, misalnya transforming growth factor-α, terdapat di cairan amnion. Ingesti cairan amnion ke dalam paru dan saluran cerna mungkin meningkatkan pertumbuhan dan diferensiasi jaringan-jaringan ini melalui gerakan inspirasi dan menelan cairan amnion.1-7
8
Beberapa penanda (tumor marker) juga terdapat di cairan amnion termasuk α-fetoprotein (AFP), antigen karsinoembrionik (CEA), feritin, antigen kanker 125 (CA-125), dan 199 (CA-199). 1,2,3,5,7
α-fetoprotein (AFP)
Merupakan suatu glikoprotein yang disintesa yolk sac janin pada awal kehamilan Konsentrasinya dalam cairan amnion meningkat sampai kehamilan 13 minggu dan kemudian akan berkurang. Jika kadar AFP ini meningkat dan diiringi dengan peningkatan kadar asetil kolin esterase menunjukan adanya kelainan jaringan syaraf seperti neural tube defect atau defek janin lainnya. Jika peningkatan kadar AFP tidak diiringi dengan peningkatan kadar asetilkolinesterase menunjukan adanya kemungkinan etiologi lain atau adanya kontaminasi dari darah janin.1
Lesitin – Sfingomielin
Lesitin ( dipalmitoyl phosphatidycholine) merupakan suatu unsur yang penting dalam formasi dan stabilisasi dari lapisan surfaktan yang mempertahankan alveolar dari kolaps dan respiratori distress, sebelum minggu ke 34 kadar lesitin dan sfingomielin dalam cairan amnion sama konsentrasinya. Setelah minggu ke 34 konsentrasi lesitin terhadap sfingomielin relatif meningkat. Jika konsentrasi lesitin dalam cairan amnion lebih dari dua kali kadar sfingomielin ( L/S Ratio ), menunjukan resiko terjadinya gawat nafas pada janin sangat rendah. Tetapi jika perbandingan kadar lesitin sfingomielin kecil dari dua resiko terjadinya gawat nafas pada janin meningkat. Karena lesitin dan sfingomielin juga ditemukan pada darah dan mekonium, kontaminasi oleh kedua substansi tersebut dapat membiaskan hasil. Selama kehamilan sejumlah agen bioaktif bertumpuk di cairan amnion, kompartemen cairan amnion merupakan suatu tempat penyimpanan yang luar biasa yang khususnya bermanfaat dalam kehamilan dan persalinan.
9
Banyaknya agen bioaktif yang terakumulasi dalam cairan amnion selama kehamilan merupakan suatu hal yang tipikal dari inflamasi jaringan. Suatu hal yang unik dari agen agen bioaktif ini adalah bersifat uterotonik seperti PGE2 , PGF2 , PAF dan endothelin-1, produk-produk ini dapat dilihat pada vagina dan cairan amnion setelah proses persalinan dimulai. Agen-agen inflamasi ini penting peranannya dalam proses dilatasi servik. 1,6,8,9
Sitokin
Makrofag terdapat dalam cairan amnion dalam jumlah yang kecil sebelum proses persalinan, sebenarnya leukosit tidak dapat melakukan penetrasi normal melalui membran janin baik secara in vivo atau in vitro, tetapi dengan adanya inflamasi dari desidua pada partus preterm, leukosit ibu akan diambil menuju cairan amnion, fenomena juga pada partus yang aterm, aktivasi leukosit diakselerasi oleh inflamasi dan memungkinkan melewati membran janin.1,6,8
Interleukin -1β
Interleukin -1β merupakan sitokin primer, yang diproduksi secara cepat sebagai respon dari infeksi dan perubahan imunologi dan Interleukin -1β akan merangsang sitokin lain dan mediator inflamasi lainnya. Interleukin -1β secara normal tidak terdeteksi sebelum proses persalinan, Interleukin -1β baru akan muncul pada cairan amnion pada persalinan yang preterm atau sebagai reaksi dari infeksi pada cairan amnion. Pada kehamilan aterm, seperti prostaglandin, Interleukin -1β diproduksi pada desidua setelah induksi persalinan atau dilatasi servik, yang kemudian akan didistribusikan pada cairan amnion dan vagina. Sitokin lainnya yang terdapat dalam cairan amnion adalah Interleukin -6 atau Interleukin – 8. 1,6,8
Prostaglandin
Prostaglandin terutama PGE2 juga PGF2α di dapatkan pada cairan amnion pada semua tahap persalinan . Sebelum proses persalinan dimulai prostanoid dalam cairan amnion dihasilkan dari ekskresi urine janin dan mungkin juga oleh kulit , 10
paru-paru dan tali pusat. Seiring dengan pertumbuhan janin , kadar prostaglandin dalam cairan amnion meningkat secara bertahap. Walaupun demikian tidak ada pertambahan kadar prostaglandin yang dapat dihubungkan atau diinterprestasikan sebagai pertanda pre partus. Faktanya jumlah total kadar prostaglandin dalam cairan amnion pada saat kehamilan cukup bulan sebelum persalinan dimulai sangat kecil (sekitar 1µg) , karena waktu paruh prostaglandin dalam cairan amnion sangat lama yaitu 6 – 12 jam jumlah dari prostaglandin yang memasuki cairan amnion sangat kecil. Hubungan antara peningkatan kadar prostaglandin dalam cairan amnion dan inisiasi dari persalinan menjadi suatu tanda tanya selama lebih 30 tahun terakhir. 1,6,8 Keadaan Normal Cairan Ketuban
Pada usia kehamilan cukup bulan volume 1000-1500 cc
Keadaan jernih agak keruh
Steril
Bau khas, agak manis dan manis
Terdiri dari 98-99% air, 1-2% garam-garam anorganik dan bahan organic (protein terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, vernix caseosa dan selsel epitel
Cirkulasi sekitar 500 cc/jam10
Fungsi Cairan Ketuban Cairan amnion merupakan komponen penting bagi pertumbuhan dan perkembangan janin selama kehamilan. Pada awal embryogenesis, amnion merupakan perpanjangan dari matriks ekstraseluler dan di sana terjadi difusi dua arah antara janin dan cairan amnion. Pada usia kehamilan 8 minggu, terbentuk uretra dan ginjal janin mulai memproduksi urin. Selanjutnya janin mulai bisa menelan. Eksresi dari urin, sistem pernafasan, sistem digestivus, tali pusat dan permukaan plasenta menjadi sumber dari cairan amnion. Telah diketahui bahwa cairan amnion berfungsi sebagai kantong pelindung di sekitar janin yang memberikan ruang bagi janin untuk bergerak, tumbuh meratakan tekanan uterus pada partus, dan mencegah trauma mekanik dan trauma termal. 11
Cairan amnion juga berperan dalam sistem imun bawaan karena memiliki peptid anti mikrobial terhadap beberapa jenis bakteri dan fungi patogen tertentu. Cairan amnion adalah 98% air dan elektrolit, protein , peptide, hormon, karbohidrat, dan lipid. Pada beberapa penelitian, komponen-komponen cairan amnion
ditemukan
memiliki
fungsi
sebagai
biomarker
potensial
bagi
abnormalitas-abnormalitas dalam kehamilan. Beberapa tahun belakangan, sejumlah protein dan peptide pada cairan amnion diketahui sebagai faktor pertumbuhan atau sitokin, dimana kadarnya akan berubah-ubah sesuai dengan usia kehamilan. Cairan
amnion juga diduga memiliki
potensi dalam
pengembangan medikasi stem cell1,2,3,4
Ada beragam fungsi cairan ketuban, antara lain sebagai bantalan atau peredam atau pelindung yang menjaga janin terhadap benturan dari luar. Cairan ketuban juga memungkinkan janin leluasa bergerak sekaligus tumbuh bebas ke segala arah.Selain itu sebagai benteng terhadap kuman dari luar tubuh ibu dan menjaga kestabilan suhu tubuh janin. Cairan ketuban juga merupakan alat bantu diagnosis dokter pada pemeriksaan amniosentesis. 12
Perlu diketahui, air ketuban tidak membuka apalagi mendorong janin keluar. Yang bertugas untuk itu adalah kontraksi rahim (his). Jadi walaupun ketuban sudah pecah atau kadar airnya sedikit , pembukaan mulut rahim dan dorongan bayi untuk lahir tetap akan terjadi selama ada kontraksi. Pada kehamilan normal, cairan amnion memberikan ruang bagi janin untuk tumbuh, bergerak, dan berkembang. Tanpa cairan amnion, uterus akan berkontraksi dan menekan janin. Jika terjadi pengurangan volume cairan amnion pada awal kehamilan, janin akan mengalami berbagai kelainan seperti gangguan perkembangan anggota gerak, cacat dinding perut, dan sindroma Potter , suatu sindrom dengan gambaran wajah berupa kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang. Pada pertengahan usia kehamilan, cairan amnion menjadi sangat penting bagi perkembangan paru janin. Tidak cukupnya cairan amnion pada pertengahan usia kehamilan akan menyebabkan terjadinya hipoplasia paru yang dapat menyebabkan kematian. Selain itu cairan ini juga mempunyai peran protektif pada janin, cairan ini mengandung agen-agen anti bakteria dan bekerja menghambat pertumbuhan bakteri yang memiliki potensi patogen. .Selama proses persalinan dan kelahiran cairan amnion terus bertindak sebagai medium protektif pada janin untuk memantau dilatasi servik. Selain itu cairan amnion juga berperan sebagai sarana komunikasi antara janin dan ibu. Kematangan dan kesiapan janin untuk lahir dapat diketahui dari hormon urin janin yang diekskresikan ke dalam cairan amnion. Cairan amnion juga dapat digunakan sebagai alat diagnostik untuk melihat adanya kelainan-kelainan pada proses pertumbuhan dan perkembangan janin dengan melakukan kultur sel. Jadi cairan amnion memegang peranan yang cukup penting dalam proses kehamilan dan persalinan. 11
13
Distribusi Cairan Ketuban
Urin Janin
Sumber utama cairan amnion adalah urin janin. Ginjal janin mulai memproduksi urin sebelum akhir trimester pertama, dan terus berproduksi sampai kehamilan aterm. Wladimirof dan Campbell mengukur volume produksi urin janin secara 3 dimensi setiap 15 menit sekali, dan melaporkan bahwa produksi urin janin adalah sekitar 230 ml / hari sampai usia kehamilan 36 minggu, yang akan meningkat sampai 655 ml/hari pada kehamilan aterm. Rabinowitz dan kawan-kawan, dengan menggunakan teknik yang sama dengan yang dilakukan Wladimirof dan Campbell, namun dengan cara setiap 2 sampai 5 menit, dan menemukan volume produksi urin janin sebesar 1224 ml/hari. Pada tabel menunjukkan rata-rata volume produksi urin per hari yang didapatkan dari beberapa penelitian. Jadi, produksi urin janin rata-rata adalah sekitar 1000-1200 ml/ hari pada kehamilan aterm.1,2,3,5,7,8
Cairan Paru
Cairan paru janin memiliki peran yang penting dalam pembentukan cairan amnion. Pada penelitian dengan menggunakan domba, didapatkan bahwa paruparu janin memproduksi cairan sampai sekitar 400 ml/hari, dimana 50% dari produksi tersebut ditelan kembali dan 50% lagi dikeluarkan melalui mulut. Meskipun pengukuran secara langsung ke manusia tidak pernah dilakukan, namun data ini memiliki nilai yang representratif bagi manusia. Pada kehamilan normal, janin bernafas dengan gerakan inspirasi dan ekspirasi, atau gerakan masuk dan keluar melalui trakea, paru-paru dan mulut. Jadi jelas bahwa paru-paru janin juga berperan dalam pembentukan cairan amnion. 1,2,3,5,7,8
Gerakan menelan
Pada manusia, janin menelan pada awal usia kehamilan. Pada janin domba, proses menelan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya usia kehamilan. Sherman dan teman-teman melaporkan bahwa janin domba menelan secara bertahap dengan volume sekitar 100-300 ml/kg/hari.
14
Banyak teknik berbeda yang dicoba untuk mengukur rata-rata volume cairan amnion yang ditelan dengan menggunakan hewan, namun pada manusia, pengukuran yang tepat sangat sulit untuk dilakukan. Pritchard meneliti proses menelan pada janin dengan menginjeksi kromium aktif pada kompartemen amniotik, dan menemukan rata-rata menelan janin adalah 72 sampai 262 ml/kg/hari. 1,2,4,5,7,8 Abramovich menginjeksi emas koloidal pada kompartemen amniotik dan menemukan
bahwa
volume
menelan
janin
meningkat
seiring
dengan
bertambahnya usia kehamilan. Penelitian seperti ini tidak dapat lagi dilakukan pada masa sekarang ini karena faktor etik, namun dari penelitian di atas jelas bahwa kemampuan janin menelan tidak menghilangkan seluruh volume cairan amnion dari produksi urin dan paru-paru janin, karena itu, harus ada mekanisme serupa dalam mengurangi volume cairan amnion. 1,2,5,7,8
Gambar 3. Distribusi cairan amnion pada kehamilan. Dikutip dari Gilbert5
Absorpsi Intramembran
Satu penghalang utama dalam memahami regulasi cairan amnion adalah ketidaksesuaian antara produksi cairan amnion oleh ginjal dan paru janin, dengan konsumsinya oleh proses menelan. Jika dihitung selisih antara produksi dan konsumsi cairan amnion, didapatkan selisih sekitar 500-750 ml/hari, yang tentu saja ini akan menyebabkan polihidramnion. Namun setelah dilakukan beberapa penelitian, akhirnya terjawab, bahwa sekitar 200-500 ml cairan amnion diabsorpsi melalui intramembran. Gambar menunjukkan distribusi cairan amnion pada fetus. 15
Dengan ditemukan adanya absorbsi intramembran ini, tampak jelas bahwa terdapat keseimbangan yang nyata antara produksi dan konsumsi cairan amnion pada kehamilan normal. 5 Pengukuran Cairan Ketuban Terdapat 3 cara yang sering dipakai untuk mengetahui jumlah cairan amnion, dengan teknik single pocket ,dengan memakai Indeks Cairan Amnion (ICA), dan secara subjektif pemeriksa. Pemeriksaan dengan metode single pocket pertama kali diperkenalkan oleh Manning dan Platt pada tahun 1981 sebagai bagian dari pemeriksaan biofisik, dimana 2ccm dianggap sebagai batas minimal dan 8 cm dianggap sebagai polihidramnion. Metode single pocket telah dibandingkan dengan AFI menggunakan amniosintesis sebagai gold standar. Tiga penelitian telah menunjukkan bahwa metode pengukuran cairan ketuban dengan teknik Indeks Cairan Amnion (ICA) memiliki korelasi yang lemah dengan volume amnion sebenarnya (R2 dari 0.55, 0.30 dan 0.24) dan dua dari tiga penelitian ini menunjukkan bahwa teknik single pocket memiliki kemampuan yang lebih baik. Kelebihan cairan amnion seperti polihidramnion, tidak mempengaruhi fetus secara langsung, namun dapat mengakibatkan kelahiran prematur. Secara garis besar, kekurangan cairan amnion dapat berefek negatif terhadap perkembangan paru-paru dan tungkai janin, dimana keduanya memerlukan cairan amnion untuk berkembang 6,7
16
Gambar 4. Pengukuran cairan amnion berdasarkan empat kuadran. dikutip dari Gilbert5 Bagaimana mengetahui kecukupan jumlah cairan ketuban? Jumlah cairan ketuban dapat dipantau melalui USG, tepatnya menggunakan parameter AFI (Amniotic Fluid Index). Pada dasarnya, cairan ketuban sudah bisa dideteksi begitu seorang ibu terlambat haid dan dengan USG sudah terlihat kantung janin karena itu berarti sudah terbentuk cairan ketuban. Pada kehamilan normal, saat cukup bulan, jumlah cairan ketuban sekitar 1000 cc. Cairan ketuban dikatakan kurang bila volumenya lebih sedikit dari 500 cc. Hal ini diketahui dari hasil pemeriksaan USG. Istilah medisnya oligohidramnion. Ibu harus curiga jika ada cairan yang keluar secara berlebih atau sedikit tetapi terus menerus melalui vagina. Biasanya berbau agak anyir, warnanya jernih dan tidak kental. Sangat mungkin itu adalah cairan yang keluar atau merembes karena ketuban mengalami perobekan. Tanda lainnya adalah gerak janin menyebabkan perut ibu terasa nyeri12.
17
2.2 Kelainan Cairan Ketuban
Hidramnion (polihidramnion) Air ketuban berlebihan, diatas 2000 cc. Dapat mengarahkan kecurigaan
adanya disertai kelainan kongenital susunan saraf pusat atau sistem pencernaan, atau gangguan sirkulasi, atau hiperaktifitas sistem urinarius janin.
Oligohidramnion Air ketuban sedikit, dibawah 500 cc, umumnya kental, keruh, berwarna
kuning kehijauan4
Hydrops Fetalis Non Imun Merupakan keadaan dimana terjadi akumulasi cairan ekstraseluler tanpa adanya antibodi yang menyerang antigen sel darah merah dalam sirkulasi. Akumulasi CES ini terjadi dalam jaringan dan rongga serosa.
2.2.1 Polihidramion (hidramnion) Defenisi Polihidramnion(hidramnion) adalah kondisi medis pada kehamilan berupa kelebihan cairan ketuban dalam kantung ketuban.Hal ini biasanya didiagnosis jika indeks cairanamnion(AFI) dari pemeriksaan USG lebih besar dari 20cm(≥ 20cm). Di mana volume dari air ketuban > 2000 ml. 2,3
Gambar 2.1: Polihidramnion Patofisiologi Integrasi dari aliran cairan yang masuk dan keluar dari kantung ketuban menentukanvolume cairan ketuban. Urine janin, produksi cairan paru-paru, proses menelan, penyerapan intramembranous (ke dalam kompartemen vaskulerjanin) memberikan kontribusi penting terhadap pergerakan cairan diakhir kehamilan, faktor lain (misalnya, produksi air liur) memberikan kontribusi minimal. 18
Kontribusi relative dari setiap rute pertukaran cairan bervariasi pada setiap kehamilan.Variasi dalam cairan tubuh janin atau homeostasis endokrin juga mempengaruhi volume produksi urin janin, menelan, dan sekresi paruparu.Selama trimester terakhir, output urin setara sekitar 30 persen dari berat badan janin, proses menelan sekitar 20 sampai 25 persen,sekresi paru-paru10 persen(satu-setengah dari sekresi paru-paru tertelan oleh dan setengah lainnya diekskresikan ke dalam cairan ketuban), sedangkan sekresi oral-nasal dan aliran transmembranous (langsung ke dalam kompartemen ibu) mewakili sekitar<1 persen dari berat badan janin. Janin yang hampir cukup bulan mengeluarkan5001200mL urin dan menelan 210-760ml cairan ketuban setiap hari. Jadi, perubahan harian yang relative kecil dalam produksi urin janin atau proses menelan dapat menyebabkan perubahan volume cairan amnion. Akumulasi cairan amnion yang berlebihan biasanya berhubungan dengan penurunan proses menelan janin atau meningkatnya urine janin. 5 Etiologi Pada polihidramnion, penyebab yang mendasari volume cairan amnion berlebihan bisa diketahui dalam beberapa kondisi klinis dan tidak sepenuhnya dapat diketahui pada beberapa kondisi klinis lainnya.Penyebabnya dapat meliputi: -
Kehamilan kembar dengan sindrom transfusi antar janin kembar (peningkatan cairan ketuban pada janin kembar penerima dan penurunan cairan ketubanpada janin kembar pendonor) atau kehamilan multipel.
-
Anomali janin, termasuk atresia esophagus (biasanya berhubungan dengan fistula trakeoesofageal), atresia duodenum, dan atresia usus lainnya.
-
Kelainan SSPdan penyakit neuromuskuler yang menyebabkan disfungsi menelan
-
Anomali irama jantung kongenital terkait dengan hidrops, perdarahan janin-ke-ibu, dan infeksi parvovirus
-
Diabetes mellitus tidak terkontrol pada ibu
-
Kelainan kromosom, trisomyi 21 yang paling umum, diikuti dengan trisomi18 dantrisomi13.
-
Sindroma kinesia janin dengan tidak adanya proses menelan pada janin.4
19
Epidemiologi Di Amerika Serikat, polihidramnion terjadi pada 1% kehamilan. Sebuah studi retrospektif tentang hasil USG pasien yang dating klinikantenatal secara rutin di Inggris menunjukkan prevalensi 0,15% terjadinya polihidramnion. Evaluasi angka kematian perinatal (PMR) menggunakan ultrasonografi Chamberlin pada 7562 pasien dengan risiko tinggi kehamilan. PMR pada pasien dengan volume cairan normal adalah 1,97 kematian per 1000 pasien. PMR meningkat menjadi 4,12 kematian per 1000 pasien dengan polihidramnion, dan 56,5 kematian per 1000 pasien dengan oligohidramnion. Persalinan prematur terjadi pada sekitar 26% dari ibu dengan polihidramnion. Komplikasi lain termasuk ketuban pecah dini (KPD), lepasnya plasenta, malpresentasi janin, SC, dan perdarahan postpartum. Penelitian menunjukkan adanya peningkatan risiko anomali janin yang terkait dalam bentuk yang lebih parah akibat polihidramnion.Dalam tahun 1990, 20% kasus polihidramnion mengakibatkan anomali janin, termasuk masalah sistem Gastrointestinal (40%), SSP (26%), sistem kardiovaskular (22%), atau sistem genitourinari (13%).
Pada kasus-kasus polihidramnion tersebut, 7,5%
terjadi pada kehamilan multipel, 5% karena diabetes pada ibu, dan 8,5% sisanya karena penyebab lain. Namun, setidaknya 50% dari pasien tidak memiliki faktor risiko yang terkait. 4,6 Gejala Klinis Tanda – tanda dan gejala polihidramnion merupakan hasil dari tekanan yang diberikan dalam uterus dan pada organ terdekat. Tanda-tanda yang didapatkan dapat berupa :
Ukuran uterus lebih besar dibanding yang seharusnya
Identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit dilakukan
Denyut Jantung Janin (DJJ) sulit terdengar
Balotemen janin jelas Polihidramnion
ringan
menujukkan
sedikit
tanda
atau
gejala.
Polihidramnion berat dapat menyebabkan: -
Sesak napas atau ketidakmampuan untuk bernapas, kecuali ketika berdiri 20
-
Pembengkakan pada ekstremitas bawah, vulva dan dinding perut
-
Penurunan produksi urin
-
Gangguan pencernaan
-
Edema
-
Bila polihidramnion terjadi antara minggu ke 24 – 30 maka keadaan ini sering berangsung secara akut dengan gejala nyeri abdomen akut dan rasa seperti “meledak” serta rasa mual.
-
Kulit abdomen mengkilat dan edematous disertai striae yang masih baru4,5,6
Gambar 2.2: Abdomen ibu dengan polihidramnion
Diagnosis Pemeriksaan Fisik -
Pada inspeksi dapat memperlihatkan rahim yang cepat membesar pada ibu hamil.
-
Kehamilan multiple yang berhubungan dengan polihidramnion.
-
Kelainan janin yang berhubungan dengan polihidramnion meliputi makrosomia neonatal, hidrops janinatau neonates dengan anasarca, asites, efusi pleura atau perikardial, dan obstruksi saluran gastrointestinal (misalnya, atresia duodenum, fistula trakeoesofageal).
-
Malformasi skeletal juga dapat terjadi, termasuk dislokasi pinggul kongenital dan cacat tungkai.
21
-
Kelainanpada gerakan janin menandakan kelainan neurologis primer atau dalam hubungannya dengan sindrom genetik. 4,5,6
Pemeriksaan Laboratorium -
Tes toleransi glukosa untuk ibu yang dengan diabetes mellitus tipe2
-
Tes hidrops janin: Jika adanya hidropsjanin, imunologi dan infeksi janin harus diselidiki. Termasuk skrining untuk anti bodi ibu ke antigen D, C, Kell, Duffy, dan Kidd untuk menentukan produksi anti bodi ibu terhadap sel darah merah janin. Infeksi janin dapat meliputi cytomegalovirus (CMV), toksoplasmosis, sifilis, dan Parvovirus B19. Pemeriksaan harus mencakup sebagai berikut:
Tes Venereal Disease Research Laboratories(VDRL) untuk tessifilis
Titer Imunoglobulin G (IgG) dan immunoglobulin M (IgM) untuk mengevaluasi paparan terhadap rubella, CMV, toksoplasmosis dan parvovirus
Tes
untuk
virus
bawaan
dalam
cairan
ketuban
dengan
menggunakan polymerase chain reaction (PCR) -
Tes Kleihauer-Betke untuk mengevaluasi perdarahan janin-ibu
-
Hemoglobin Bartpada pasien keturunan Asia (yang mungkin didapatkan heterozigot pada alfa-thalassemia)
-
Karyotyping Janin untuk trisomy 21, 13d
Pemeriksaan Ultrasonografi Operator
berpengalaman
dapat
mendeteksi
polihidramnion
secara
subyektif .Suatu pendekatan kuantitatif dapat dilakukan dengan membagi rongga rahim menjadi empat kuadran atau kantong. Kantong vertical terbesar diukur dalam sentimeter dan volume total dihitung dengan mengalikan tingkat ini dengan 4. Hal ini dikenal sebagai Amnion Fluid Index(AFI). Polihidramnion didefinisikan sebagai AFI lebih dari 24 cm atau kabtong tunggal cairan minimal 8cm yang menghasilkan volume cairan total lebih dari 2.000 mL. AFI adalah salah satu dari lima cara untuk menilai komponen dari profilbio fisik (tes non-invasif yang dapat mendeteksi ada atau tidak adanya
22
asfiksia janin). Komponen lainnya adalah gerakan pernapasan janin, gerakan tubuh, nada janin dan monitoring jantung janin. Prenatal ultrasonografi pada polihidramnion dapat berupa: -
Evaluasi proses menelan janin. Penurunan tingkat menelan janin terjadi pada anencephaly, trisomi 18, trisomi 21, distrofi otot, dan displasia tulang.
-
Evaluasi anatomi janin; menilai hernia diafragma, massa paru-paru, dan tidak adanya gelembung perut (yang berhubungan dengan atresia esofagus). Tanda gelembung ganda atau duodenum melebar menunjukkan kemungkinan atresia duodenum.
-
Test untuk aritmia dan malformasi janin yang menyebabkan kegagalan jantung dan hidrops.
-
Lingkar perut besar yang abnormal dapat diamati dengan ascites dan hidrop janin.
-
Janin makrosomia diamati dalam kaitannya dengan diabetes ibu yang tidak terkontrol.
-
Menilai kecepatan aliran darah pada arteri serebral anterior janin untuk melihat adanya anemia janin.
Penatalaksanaan -
Langkah pertama adalah untuk mengidentifikasi apakah penyebab yang mendasari.
-
Polihidramnion ringan dapat cukup dipantau dan diobati secara konservatif.
-
Persalinan prematur biasa dilakukan karena overdistensi dari rahim, dan langkah-langkah harus diambil untuk meminimalkan komplikasi ini. Termasuk pemeriksaan antenatal yang teratur dan pemeriksaan rahim dan bedrest sampai cukup bulan.
-
Steroid intramuskular harus diberikan kepada ibu pada antenatal jika dipertimbangkan untuk dilakukannya persalinan prematur. Hal ini membantu untuk meningkatkan kematangan paru-paru.
-
Scan ultrasound serial harus dilakukan untuk memantau AFI dan monitor pertumbuhan janin. 23
-
Anemia hidrops janin diobati dengan transfusi eritrosit, baik intravaskular atau melalui perut janin. Hal ini mengurangi kemungkinan kegagalan kongestif janin, sehingga memungkinkan perpanjangan kehamilan dan meningkatkan kelangsungan hidup.
-
Jika didiagnosis adanya diabetes kehamilan, kontrol glikemik yang ketat harus dipertahankan. Hal ini biasanya dilakukan dengan manipulasi diet dan insulin jarang dibutuhkan.
-
Indometacin adalah obat pilihan untuk pengobatan medis polihidramnion. Hal ini sangat efektif, terutama dalam kasus dimana kondisi ini terkait dengan peningkatan produksi urin janin. Mekanisme aksi menjadi efek pada produksi urin oleh ginjal janin, mungkin dengan meningkatkan efek dari vasopresin. Hal ini tidak efektif dalam kasus di mana penyebab yang mendasari adalah penyakit neuromuskuler yang mempengaruhi proses menelan janin, atau hidrosefalus. Tapi hal ini merupakan kontraindikasi pada sindrom kembar-ke-kembar atau setelah 35 minggu, karena efek samping yang ditimbulkan lebih besar daripada manfaat dalam kasus ini.
-
Amniosentesis direkomendasikan dalam kasus di mana indometacin menjadi suatu kontraindikasi, pada polihidramnion berat, atau pada pasien yang simptomatik. Ini menjadi kontraindikasi pada ketuban pecah dini atau pelepasan plasenta, atau korioamnionitis (peradangan selaput chorioamniotic dan cairan - biasanya infektif).
-
Induksi persalinan harus dipertimbangkan jika gawat janin berkembang. Di atas 35 minggu mungkin lebih aman untuk dilahirkan. Induksi dengan ruptur buatan pada membran (ARM) harus dikontrol, dilakukan oleh dokter kandungan dan dengan persetujuan untuk melanjutkan dengan sectio caesar jika diperlukan. 4,6
Komplikasi -
Risiko dan komplikasi amnio infusi, termasuk emboli cairan amnion, gangguan pernapasan ibu, peningkatan tekanan rahim ibu, dan gangguan pernapasan sementara janin.
-
Risiko amnio sentesis termasuk kehilangan janin (1-2%). Komplikasi lainnya adalah terlepasnya plasenta, persalinan prematur, perdarahan 24
janin-ibu, sensitisasi rahim ibu, dan pneumotoraks pada janin. Risiko infeksi janin dapat sedikit meningkat. 4 Prognosis -
Jika kondisi ini tidak terkait dengan temuan lain, prognosis biasanya baik.
-
Menurut Desmedt dkk, PMR pada polihidramnion yang berhubungan dengan malformasi janin atau plasenta adalah sekitar 61%.
-
Seperti disebutkan sebelumnya, 20% dari bayi dengan polihidramnion memiliki beberapa anomali. Dalam hal ini, prognosis tergantung pada beratnya anomali.
-
Penelitian menunjukkan bahwa, jika keparahan polihidramnion meningkat, kemungkinan untuk menentukan etiologi akan meningkat.
-
Dalam kasus polihidramnion ringan, kemungkinan adanya masalah yang signifikan hanya sekitar 16,5%; hal ini harus dikomunikasikan kepada orang tua. 4
2.2.2 Oligohidramnion Defenisi Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc. Definisi lainnya menyebutkan sebagai AFI yang kurang dari 5 cm. Karena VAK tergantung pada usia kehamilan maka definisi yang lebih tepat adalah AFI yang kurang dari presentil 5 ( lebih kurang AFI yang <6.8 cm saat hamil cukup bulan). 13 Patofisiologi Mekanisme atau patofisiologi terjadinya oligohidramnion dapat dikaitkan dengan adanya sindroma potter dan fenotip pottern, dimana, Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit). Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada.Oligohidramnion 25
menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap dinding rahim.Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah yang khas (wajah Potter).Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal. Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pada sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi. Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter. Gejala Sindroma Potter berupa :
Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang).
Tidak terbentuk air kemih
Gawat pernafasan14.
Epidemiologi Sekitar 8% wanita hamil memiliki cairan ketuban terlalu sedikit. Olygohydramnion dapat terjadi kapan saja selama masa kehamilan, walau pada umumnya sering terjadi di masa kehamilan trimester terakhir. Sekitar 12% wanita yang masa kehamilannya melampaui batas waktu perkiraan lahir (usia kehamilan 42 minggu) juga mengalami olygohydramnion, karena jumlah cairan ketuban yang berkurang hampir setengah dari jumlah normal pada masa kehamilan 42 minggu1 Etiologi Penyebab oligohydramnion tidak dapat dipahami sepenuhnya. Mayoritas wanita hamil yang mengalami tidak tau pasti apa penyebabnya. Penyebab oligohydramnion yang telah terdeteksi adalah cacat bawaan janin dan bocornya kantung/ membran cairan ketuban yang mengelilingi janin dalam rahim.Sekitar 7% bayi dari wanita yang mengalami oligohydramnion mengalami cacat bawaan, 26
seperti gangguan ginjal dan saluran kemih karena jumlah urin yang diproduksi janin berkurang. Masalah kesehatan lain yang juga telah dihubungkan dengan oligohidramnion adalah tekanan darah tinggi, diabetes, SLE, dan masalah pada plasenta. Serangkaian pengobatan yang dilakukan untuk menangani tekanan darah tinggi, yang dikenal dengan namaangiotensin-converting enxyme inhibitor (mis captopril), dapat merusak ginjal janin dan menyebabkan oligohydramnion parah dan kematian janin.Wanita yang memiliki penyakit tekanan darah tinggi yang kronis seharusnya berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli kesehatan sebelum merencanakan kehamilan untuk memastikan bahwa tekanan darah mereka tetap terawasi baik dan pengobatan yang mereka lalui adalah aman selama kehamilan mereka. Fetal : Kromosom Kongenital Hambatan pertumbuhan janin dalam rahim Kehamilan postterm Premature ROM (Rupture of amniotic membranes)
Maternal : Dehidrasi Insufisiensi uteroplasental Preeklamsia Diabetes Hypoxia kronis
Induksi Obat : Indomethacin and ACE inhibitors Idiopatik2
Faktor Resiko Wanita dengan kondisi berikut memiliki insiden oligohidramnion yang tinggi : 27
Anomali kongenital ( misalnya : agenosis ginjal,sindrom patter ).
Retardasi pertumbuhan intra uterin.
Ketuban pecah dini ( 24-26 minggu ).
Sindrom pasca maturitas15
Manifestasi Klinis Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak. Sering berakhir dengan partus prematurus. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas. Persalinan lebih lama dari biasanya. Sewaktu his akan sakit sekali. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar16. Diagnosis dan Pemeriksaan Pemeriksaan dengan USG dapat mendiagnosa apakah cairan ketuban terlalu sedikit atau terlalu banyak. Umumnya para doketer akan mengukur ketinggian cairan dalam 4 kuadran di dalam rahim dan menjumlahkannya. Metode ini dikenal dengan nama Amniotic Fluid Index (AFI). Jika ketinggian amniotic fluid (cairan ketuban) yang di ukur kurang dari 5 cm, calon ibu tersebut didiagnosa mengalami oligohydramnion. Jika jumlah cairan tersebut lebih dari 25 cm, ia di diagnosa mengalami poluhydramnion17 Penatalaksanaan Sebenarnya air ketuban tidak akan habis selama kehamilan masih normal dan janin masih hidup. Bahkan air ketuban akan tetap diproduksi, meskipun sudah pecah berhari-hari. Walau sebagian berasal dari kencing janin, air ketuban berbeda dari air seni biasa, baunya sangat khas.Ini yang menjadi petunjuk bagi ibu hamil untuk membedakan apakah yang keluar itu air ketuban atau air seni. Supaya volume cairan ketuban kembali normal, dokter umumnya menganjurkan ibu hamil untuk menjalani pola hidup sehat, terutama makan dengan asupan gizi berimbang. Pendapat bahwa satu-satunya cara untuk 28
memperbanyak cairan ketuban adalah dengan memperbanyak porsi dan frekuensi minum adalah ”salah kaprah”. Tidak benar bahwa kurangnya air ketuban membuat janin tidak bisa lahir normal sehingga mesti dioperasi sesar. Bagaimanapun, melahirkan dengan cara operasi sesar merupakan pilihan terakhir pada kasus kekurangan air ketuban. Meskipun ketuban pecah sebelum waktunya, tetap harus diusahakan persalinan pervaginam dengan cara induksi yang baik dan benar. Studi baru-baru ini menyarankan bahwa para wanita dengan kehamilan normal tetapi mengalami oligohydramnion dimasa-masa terakhir kehamilannya kemungkinan tidak perlu menjalani treatment khusus, dan bayi mereka cenderung lahir denga sehat. Akan tetapi wanita tersebut harus mengalami pemantauan terusmenerus. Dokter mungkin akan merekomendasikan untuk menjalani pemeriksaan USG setiap minggu bahkan lebih sering untuk mengamati apakah jumlah cairan ketuban terus berkurang. Jika indikasi berkurangnya cairan ketuban tersebut terus berlangsung, dokter mungkin akan merekomendasikan persalinan lebih awal dengan bantuan induksi untuk mencegah komplikasi selama persalinan dan kelahiran. Sekitar 40-50% kasus oligohydramnion berlangsung hingga persalinan tanpa treatment sama sekali. Selain pemeriksaan USG, dokter mungkin akan merekomendasikan tes terhadap kondisi janin, seperti tes rekam kontraksi untuk mengganti kondisi stress tidaknya janin, dengan cara merekam denyut jantung janin. Tes ini dapat memberi informasi penting untuk dokter jika janin dalam rahim mengalami kesulitan. Dalam kasus demikian, dokter cenderung untuk merekomendasikan persalinan lebih awal untuk mencegah timbulnya masalah lebih serius. Janin yang tidak berkembang sempurna dalam rahim ibu yang mengalami oligohydramnion beresiko tinggi untuk mengalami komplikasi selama persalinan, seperti asphyxia (kekurangan oksigen), baik sebelum atau sesudah kelahiran. Ibu dengan kondisi janin seperti ini akan dimonitor ketat bahkan kadang-kadang harus tinggal di rumah sakit. Jika wanita mengalami oligohydramnion di saat-saat hampir bersalin, dokter mungkin akan melakukan tindakan untuk memasukan laruran salin melalui leher rahim kedalam rahim. Cara ini mungkin mengurangi komplikasi selama 29
persalinan dan kelahiran juga menghindari persalinan lewat operasi caesar. Studi menunjukan bahwa pendekatan ini sangat berarti pada saat dilakukan monitor terhadap denyut jantung janin yang menunjukan adanya kesulitan. Beberapa studi juga menganjurkan para wanita dengan oligohydramnion dapatmembantu meningkatkan jumlah cairan ketubannya dengan minum banyak air. Juga banyak dokter menganjurkan untuk mengurangi aktivitas fisik bahkan melakukan bedrest18 Prognosis Semakin awal oligohidramnion terjadi pada kehamilan, semakin buruk prognosisnya Jika terjadi pada trimester II, 80-90% mortalitas3 Komplikasi Kurangnya cairan ketuban tentu aja akan mengganggu kehidupan janin, bahkan dapat mengakibatkan kondisi gawat janin. Seolah-olah janin tumbuh dalam ”kamar sempit” yang membuatnya tidak bisa bergerak bebas. Malah pada kasus extrem dimana suah terbentuk amniotic band (benang atau serat amnion) bukan tidak mustahil terjadi kecacatan karena anggota tubuh janin ”terjepit” atau ”terpotong” oleh amniotic band tersebut. Efek lainnya janin berkemungkinan memiliki cacat bawaan pada saluran kemih, pertumbuhannya terhambat, bahkan meninggal sebelum dilahirkan.Sesaat setelah dilahirkan pun, sangat mungkin bayi beresiko tak segera bernafas secara spontan dan teratur. Bahaya lainnya akan terjadi bila ketuban lalu sobek dan airnya merembes sebelum tiba waktu bersalin. Kondisi ini amat beresiko menyebabkan terjadinya infeksi oleh kuman yang berasal daribawah.Pada kehamilan lewat bulan, kekurangan air ketuban juga sering terjadi karena ukuran tubuh janin semakin besar. Masalah-masalah yang dihubungkan dengan terlalu sedikitnya cairan ketuban berbeda-beda tergantung dari usia kehamilan. Oligohydramnion dapat terjadi di masa kehamilan trimester pertama atau pertengahan usia kehamilan 30
cenderung berakibat serius dibandingkan jika terjadi di masa kehamilan trimester terakhir. Terlalu sedikitnya cairan ketuban dimasa awal kehamilan dapat menekan organ-organ janin dan menyebabkan kecacatan, seperti kerusakan paru-paru, tungkai dan lengan. Olygohydramnion yang terjadi dipertengahan masa kehamilan juga meningkatkan resiko keguguran, kelahiran prematur dan kematian bayi dalam kandungan. Jika ologohydramnion terjadi di masa kehamilan trimester terakhir, hal ini mungkin berhubungan dengan pertumbuhan janin yang kurang baik. Disaat-saat akhir kehamialn, oligohydramnion dapat meningkatkan resiko komplikasi
persalinan
dan
kelahiran,
termasuk
kerusakan
pada
ari-ari
memutuskan saluran oksigen kepada janin dan menyebabkan kematian janin. Wanita yang mengalami oligohydramnion lebih cenderung harus mengalami operasi caesar disaat persalinannya19. 2.2.3 Hydrops Fetalis Non Imun Definisi Merupakan keadaan dimana terjadi akumulasi cairan ekstraseluler tanpa disertai adanya antibodi yang menyerang antigen sel darah merah dalam sirkulasi. Akumulasi CES ini terjadi dalam jaringan dan rongga serosa. Etiologi a. Kelainan kardiovaskuler : aritmia, congestive heart failure. b. Idiopatik c. Kelainan kromosom : trisomi 21, turner’s syndrome, trisomi 13, 16, 18. Mekanisme terjadinya karena kelainan kardiovaskuler. a. Higroma b.
Kelainan hematologi : ά thalasemia major yang disertai dengan anemia janin dan cardiac failure.
31
c.
Kelainan paru : cystic adenomatoid, hematoma pada dinding dada, hernia diafragma congenital.
d.
Infeksi : pavovirus, rubella, HIV, toxoplasma, CMV, sifilis.
e.
Lain-lain
:
kembar,
displasia
skelet,
kelainan
gastrointestinal.
Diagnosis USG adanya polihidramnion. Kulit edema, ascites, plasenta besar, efusi pleura, dan kardiomegali. Gejala paling menonjol pada umumnya adalah ascites dan ascites janin tidak dapat diketahui bila tidak dilakukan USG.
Prognosis Mortalitas perinatal sebesar 40-90% tergantung penyebabnya. Bila terdapat kelainan anatomi, prognosisnya jelek.
Penatalaksanaan Penanganan hydrops fetalis non imun bersifat individual tergantung penyebabnya dan pertimbangan orang tua. Bila kelainan berat dan bayi tidak mungkin hidup, maka dilakukan terminasi kehamilan. Jika bayi diperkitakan mampu hidup, maka penanganannya dilakukan sesuai dengan penyebab dan prognosisnya. Bila diperkirakan janin sudah cukup matang untuk dilahirkan, maka persalinan
segera
dilakukan.
Amniosintesis
dilakukan
jika
hidramnion
menyebabkan sesak nafas dan untuk mengurangi risiko premature.
32
BAB III RINGKASAN
Cairan ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim. Cairan ini ditampung di dalam kantung amnion yang disebut kantung ketuban atau kantung janin. Cairan ketuban diproduksi oleh buah kehamilan, yaitu sel-sel trofoblas, kemudian akan bertambah dengan produksi cairan janin, yaitu air seni janin. Sejak usia kehamilan 12 minggu, janin mulai minum air ketuban dan mengeluarkannya kembali dalam bentuk air seni. Jadi ada pola berbentuk lingkaran atau siklus yang berulang. Secara mikroskopis, selaput ketuban merupakan suatu struktur berlapis lapis yang didominasi dengan jaringan penyangga dan jaringan epitel. Jaringanjaringan penyangga terdiri dari substrat matriks ekstraseluler kolagen dan non kolagen, seperti fibronectin, integrin, febrilin, laminin dan proteoglican. Keadaan Normal Cairan Ketuban : •Pada usia kehamilan cukup bulan volume 1000-1500 cc •Keadaan jernih agak keruh •Steril •Bau khas, agak manis dan manis •Terdiri dari 98-99% air, 1-2% garam-garam anorganik dan bahan organic (protein terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, vernix caseosa dan sel-sel epitel •Cirkulasi sekitar 500 cc/jam10 Cairan
amnion
merupakan
komponen
penting
bagi
pertumbuhan
dan
perkembangan janin selama kehamilan. Pada awal embryogenesis, amnion
33
merupakan perpanjangan dari matriks ekstraseluler dan di sana terjadi difusi dua arah antara janin dan cairan amnion. Kelainan Cairan Ketuban ada 3 : •Hidramnion (polihidramnion) Air ketuban berlebihan, diatas 2000 cc. Dapat mengarahkan kecurigaan adanya disertai kelainan kongenital susunan saraf pusat atau sistem pencernaan, atau gangguan sirkulasi, atau hiperaktifitas sistem urinarius janin. •Oligohidramnion Air ketuban sedikit, dibawah 500 cc, umumnya kental, keruh, berwarna kuning kehijauan. •Hydrops Fetalis Non Imun Merupakan keadaan dimana terjadi akumulasi cairan ekstraseluler tanpa adanya antibodi yang menyerang antigen sel darah merah dalam sirkulasi. Akumulasi CES ini terjadi dalam jaringan dan rongga serosa.
34
DAFTAR PUSTAKA
Rustam, mochtar.1998. Sinopsis Obstetri; obstetri fisiologi, obstetri patologi edisi ke 2. Jakarta: EGC. Wikojosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Ke2 Cetakan Ke4. Jakarta: YBB- SP. Wiknjosastro Haanifa, Ilmu Kebidanan, YBP-SP, Jakarta, 2005. Wiknjosastro Hanifa, buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, YBP-SP, Jakarta, 2006. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstorm KD. Williams obstetric. 22nded. New York. McGraw-Hill Companies, Inc; 2005. Fox H. The placenta , membranes and umbilical cord. In: Chamberlain G, Steer P, editors. Turnbull’s obstetrics. 3rd ed. London: Churchill Livingstone; 2002. Laughlin D, Knuppel RA. Maternal-placental-fetal unit;fetal& early neonatal physiology. In: DeCherney AH, Nathan L. Current obstetric & gynecologic diagnosis & treatment. 9thed. New York: The McGraw-Hill Companies;2003. Chamberlain G, editor. Obstetrics by ten teacher. 16thed. New York: Oxford University Press;1995. Gilbert WM. Amniotic fluid dynamics. NeoReviews 2006;7;e292-e299. Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF, Nygaard I, editors.Danforth’s obstetrics and gynecology. 10th ed. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins; 2008. Owen P. Fetal assessment in the third trimester: fetal growth and biophysical methods. In: Chamberlain G, Steer P, editors. Turnbull’s obstetrics. 3rd ed. London: Churchill Livingstone; 2002;147-9;41-43. Tong XL, Wang L, Gao TB, Qin YG, Xu YP. Potential function of amniotic fluid in fetal development-Novel insight by comparing the composition of human amniotic fluid with umbilical cord and maternal serum at mid and late gestation.J Chin Med Assoc. 2009 Jul; 72(7) 368-73.
35
Neilson JP. Fetal medicine in clinical practice. In: Ketih D, Edmons, editors. Dewhurst’s textbook of obstetrics and gynaecology for postgraduates. 6th ed. London: Blackwell Publishing; 1999. Barbati A, Renzo GCD. Main clinical analyses on amniotic fluid.Acta Bio Medica Ateneo Parmenese. 2004; 75 Suppl 1: 14-17. Pernoll ML. Benson and Pernoll’s handbook of obstetrics and gynecology. 10thed. New York: The McGraw-Hill Companies; 2001. Rodeck CH, Cockell AP. Alloimmunisation in pregnancy: rhesus and other red cell antigens. In: Chamberlain G, Steer P, editors. Turnbull’s obstetrics. 3rd ed. London: Churchill Livingstone; 2002;256-7. Cudleigh T, Thilaganathan B. Obstetric ultrasound: how , why, and when. 3rd ed. London.Elsevier Science Limited; 2004. Al-Salami KS, Sada KA. Maternal hydration for increasing amniotic fluid volume in hydramnions. Bas J Surg. 2007 Sept; 59-62. Hacker NF, Moore JG, Gambone JC. Essentials of obstetric and gynecology. Edinburgh. Churchill Livingstone; 2004.
36