PENILAIAN P-TERSEDIA DAN PENYUSUNAN REKOMENDASI PEMUPUKAN FOSFOR PADA LAHAN PADI SAWAH DI KECAMATAN SAKTI KABUPATEN PIDIE Oleh: Helmi (Dosen Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Unsyiah) ABSTRACT The increase of rice production is much related to farmer behavior on doing treatment of their lands. Application a balance fertilizer with accurate dosages may fulfill the inquiry nutrients by plant while the land stability is conserve. The objective of this study is to determine dosages recommendation for application Phosphor fertilizers by analyzing the availability of phosphate in the soils. The methodology of this study is by using a descriptive sampling of rice field soils in Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie. P-available was analyzed by using Bray-II methods while P-total was analyzed by using HCl 25 % (P-Olsen). The results of the study showed that P-available in the study sites was low to moderate criteria (1.24 – 10.20 ppm), while N and K was available in moderate to high criteria’s. The recommendation of this study is phosphate fertilizing is emergence needed in the study areas by implementation the recommendation dosages. Keywords: Rice production, phosphor-available, recommendation. PENDAHULUAN Penurunan produksi padi berkaitan erat dengan perlakuan petani pada lahan-lahan sawah mereka. Bertahun-tahun mereka menerapkan sistem pertanian berinput tinggi seperti pemupukan dengan dosis 200 kg Urea, 100 kg TSP, dan 50 kg KCl per hektar tanpa mempertimbangkan status kesuburan lahan. Selain itu, penerapan paket teknologi pemupukan tersebut petani sering tidak tepat dalam mengkonversi dosis anjuran menjadi dosis yang dibutuhkan sesuai dengan luasan lahan mereka (Han, 2001), sehingga ketidak-seimbangan hara dalam tanah diduga sebagai penyebab terjadinya fenomena tersebut. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan petani terhadap cara penggunaan dan dosis pupuk yang akan diberikan ke lahan sawah mereka, salah satu contoh diantaranya adalah unsur hara P. Fosfor yang diberikan oleh petani dalam bentuk triple superfosfat (TSP) dan superfosfat-36% (SP-36) sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Tanah dengan pH sangat masam, P akan diikat oleh Al dan Fe sehingga tidak tersedia bagi tanaman dan pada pH alkalin akan menyebabkan pengikatan oleh Ca dan Mg. Winarso (2005) menyatakan bahwa bentuk fosfor anorganik berasal dari mineral apatit P dan dalam bentuk organik dapat berbentuk fitin dan derivatnya, asam nukleat, serta
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
posfolifida yang sebagian besar ketersediaannya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain; pH, besi, mineral yang mengandung besi, aluminium dan mangan. Han (2001) menambahkan bahwa aktivitas P tanah berbanding terbalik dengan pH, dengan menurunnya aktivitas pH tanah, aktivitas Fe, Al, dan Mn meningkat, dengan demikian P akan diikat sebagai senyawa komplek Fe, Al dan Mn dan tidak larut dalam air. Sumber utama P larutan tanah adalah dari hasil pelapukan bebatuan atau bahan induk yang berasal dari mineralisasi Porganik serta hasil dekomposisi sisa-sisa tanaman dan hewan. Unsur hara P biasanya diserap tanaman dalam bentuk ion ortofosfat primer (H2PO4-) dan sejumlah kecil diserap dalam bentuk ion ortofosfat sekunder (HPO42-) (Winarso, 2005). Kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pupuk dan pembebasan tata niaga sejak 1998 menyebabkan harga pupuk semakin mahal dan terjadi kelangkaan pupuk dibeberapa tempat di lapangan (Sudika, 2000). Petani tidak mampu membeli pupuk sesuai kebutuhan, hal ini membuat dosis pupuk yang diterapkan petani cukup bervariasi sesuai dengan daya beli masyarakat. Meskipun demikian petani padi sawah sering berasumsi bahwa makin besar dosis pupuk 1
yang diberikan semakin bagus untuk peningkatan produksi padi. Hal tersebut merupakan suatu kekeliruan yang dilakukan oleh petani padi sawah, karena tidak efisiennya penggunaan pupuk, produksi padi sawah belum tentu optimal bila tidak sesuai dengan status hara dalam tanah dan kebutuhan hara untuk tanaman padi yang ditanam. Mengingat P-tersedia dalam tanah lebih cepat menjadi bentuk tidak tersedia, akibat segera terikat oleh kation Ca dan Mg pada kondisi netral atau terikat oleh Al dan Fe pada kondisi masam yang kemudian mengalami presipitasi (pengendapan). Kemungkinan lain adalah terfiksasi pada permukaan koloidal tanah (liat dan oksida Al/Fe) atau lewat pertukaran anion (terutama dengan OH) (Hanafiah, 2005). Sutedjo (2002) juga menyatakan bahwa P mudah bersenyawa dengan zat besi (Fe) dan aluminium (Al), akan tetapi hasilnya sukar diserap oleh tanaman. Zat ini berada di dalam tanah sebagai fosfat mineral, kebanyakan dalam bentuk batu kapur fosfat dan dalam bentuk sisa-sisa tanaman. Kecamatan Sakti merupakan salah satu Kecamatan yang sebagian besar masyarakatnya hidup di sektor pertanian dan merupakan salah satu wilayah swasembada produksi padi di Kabupaten Pidie. Luas penyebaran tanaman padi sawah di Tabel 1. Luas Sawah, Jumlah Sampel, dan Mukim Luas Jumlah No. Nama Desa Sawah Mukim Sampel (ha) Cot 1 Lam Ujong 138 2 Murong Cot 2 Cumbok Niwa 128 2 Murong 3 Lingkok 140 2 Bakti 4 Kamp. pisang 100 2 Bakti 5 Mns. Blang 103 2 Bakti 6 Kamp. Jempa 160 3 Lameu 7 Lameue 129 2 Lameu 8 Mali Guyui 142 2 Mali 9 Tangkueng 150 3 Mali Sumber : Bappeda Kabupaten Pidie (2012)
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
Kecamatan Sakti mencapai 2.332 ha, yang tersebar dalam 49 desa dengan luas Kecamatan 3.563 Km2 (Bappeda Pidie, 2012). Lahan-lahan sawah tersebut merupakan lahan intensifikasi dengan tanaman padi dari dahulu sampai sekarang, yang setiap musim tanam diperlakukan dengan pemupukan P dosis tinggi. Oleh karena itu perlu diketahui secara spesifik hara P-tersedia di dalam tanah sawah tersebut, karena P-tersedia merupakan hara utama yang penting untuk perkembangan akar, anakan, awal pembungaan, dan pematangan. Berdasarkan uraian tersebut di atas peneliti ingin mengevaluasi ketersediaan P pada lahan sawah di Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie Provinsi Aceh. Untuk menyusun rekomendasi pemupukan P yang sesuai dengan kandungan hara P-tersedia dalam tanah tersebut. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Tanah dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh. Sampel tanah diambil pada 9 (desa) dalam Kecamatan Sakti, Kabupaten Pidie dapat dilihat pada Tabel 1. Bahan dan Alat Penelitian Alat yang digunakan adalah bor tanah, Munsell Soil Calour Chart, GPS, peta kerja berupa peta kerja, peta jenis tanah, sekop, patok sampel, meteran 50 meter, kantong plastik, dan alat tulis menulis. Bahan kimia yang digunakan analisis P tersedia di Laboratorium kimia tanah. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dimulai dengan penetapan lokasi pengambilan sampel pada peta topografi, peta jenis tanah, peta penggunaan lahan dan peta adninistrasi Kecamatan. Lalu pengambilan sampel tanah di lapangan dan mengevaluasi status P dengan analisis sampel tanah di laboratorium terhadap Ptersedia terdiri dari tiga kriteria yaitu: P rendah, sedang, dan tinggi, pengolahan data, dan analisis data. Pelaksanaan penelitian meliputi: Persiapan
2
Tahapan ini adalah sebagai langkah awal untuk mengetahui gambaran umum lokasi dan mempersiapkan proposal penelitian. Sebagai kerangka dasar pelaksanaan pengamatan lapangan. Adapun hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksanaan survey lapangan tersebut meliputi: 1. Studi kepustakaan untuk mendapatkan peta dan laporan yang berhubungan dengan lokasi penelitian 2. Penyusunan proposal penelitian 3. Persiapan perlengkapan dan bahanbahan survei lapangan 4. Analisis sampel tanah di laboratorium 5. Penilaian terhadap status P tersedia yang dikonversikan ke dalam kebutuhan pupuk yang dibutuhkan pada lokasi spesifik 6. Penyusunan rekomendasi pemupukan P 7. Peta rekomendasi pemupukan P spesifik Pengambilan sampel tanah Sampel tanah diambil dengan sistem random sampling dengan memperhatikan topografi dan jenis tanah. Setiap sawah yang ada di dalam satu desa diambil satu sampai 3 sampel tanah secara komposit, sampel diambil dari lapisan olah sedalam 30 cm. Sampel tanah tersebut kemudian dikering-udarakan dan diayak dengan diameter ayakan 2 mm, selanjutnya dianalisis kadar P-tersedia dengan metode Bray II dan P-total, masing-masing dibagi menjadi tiga yaitu: status hara rendah (< 6,5 ppm), status hara sedang (6,6 – 10,9 ppm), status hara tinggi (> 11 ppm) dan P total dengan menggunakan metode HCl 25 % (P-Olsen) dengan status hara dibagi menjadi tiga yaitu : rendah (< 10,9 ppm), status hara sedang (11 – 19,5 ppm), status hara tinggi > 19,6 ppm. Pengumpulan data Data yang dikumpulkan meliputi: 1. Data primer yaitu data yang didapatkan langsung dari hasil analisis sampel tanah di laboratorium dengan parameter P spesifik. 2. Data sekunder yaitu data yang didapatkan dari instansi-instansi terkait kantor kecamatan, badan pertanahan (BPN) dan instansi-instansi terkait lainnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi Hasil survei lapangan dan dicocokkan dengan peta topografi dan penggunaan lahan yang dianalisis di Laboratorium GIS Fakultas Pertanian Unsyiah, didapatkan bahwa lokasi penelitian di Kecamatan Sakti mempunyai dua kelerengan yang yaitu 0 – 3 % (datar) dan 3 – 8 % (bergelombang) dengan jenis tanah Aluvial dan Regosol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kelerengan dan Jenis Tanah Kelerengan Jenis No. Nama Desa (%) Tanah 3–8 Regosol 1 Lam Ujong Cumbok Niwa 3 – 8 Regosol 2 0–3 Aluvial 3 Lingkok 0–3 Aluvial 4 Kampong pisang 0–3 Aluvial 5 Meunasah Blang Kampong Jempa 0 – 3 Aluvial 6 0–3 Aluvial 7 Lameue 0–3 Aluvial 8 Mali Guyui 0–3 Aluvial 9 Tangkueng Sumber: Data Diolah Pengambilan sample tanah di lapangan pada kedalaman 0 – 30 cm, sample tanah di ambil pada 14 (empat belas) titik. Pada masing-masing lokasi diambil 1 sampai dengan 3 sampel tanah, tergantung luasan dan perbedaan tutupan dan penggunaan lahan. Sampel di komposit menjadi 1 sampel per desa. Sample dianalisis di laboratorium kimia tanah Fakultas Pertanaian Unsyiah. Hasil analisis pH, N, dan K di dalam tanah pada lahan padi sawah dibeberapa desa Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil analisis pH, N, dan K di dalam tanah pada lahan padi sawah di Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie Nama Desa Lam Ujong Cumbok Niwa Lingkok Kamp.
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
pH & Kriteria H2O KCl 6,4 7,6 N AM 5,8 7,4 N M 5,4 7,0 N AM 6,9 N 5,3
K-dd N-total Krite Krite (me/100 (%) ria ria g) 0,30
S
0,33
S
0,34
S
0,35
S
0,38
S
0,12
S
0,28
S
1,26
T
3
pisang
M 5,6 7,0 N AM 5,3 7,0 N M 5,8 7,1 N AM 5,7 6,8 N AM 6,0 7,0 AA AM
Mns. Blang Kamp. Jempa Lameue Mali Guyui Tangkueng
Sumber
0,32
S
0,31
0,35
S
0,45
0,59
T
0,23
0,42
S
0,41
0,41
S
0,28
:
Hasil Analisis di Laboratorium Tanah dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala 2012 Keterangan : R = rendah, S = sedang, dan T = tinggi M = masam, AM = agak masam, N = netral, dan AA = agak alkalis Tabel 3 menjelaskan bahwa ketersediaan pH, N-total dan K-dd di dapatkan tidak ada permasalahan terhadap kualitas lahan yaitu berkenaan dengan ketersediaan hara. pH H2O secara umum sangat cocok untuk pengembangan tanaman padi sawah tanpa harus dilakukan pengapuran kecuali di desa Lam Ujong yang agak alkalis, tetapi apabila dilakukan pengairan yang baik kemungkinan basa-basa akan mudah tercuci dan pH akan turun ke kriteria netral. Menurut Sugeng (2001) syarat lingkungan yang dikehendaki oleh padi sawah untuk produksi optimal adalah: sinar matahari dan air yang cukup, tanah berlumpur dengan ketebalan lumpur 12 – 20 cm, dan pH-tanah antara 6,5 – 7, begitu juga dengan ketersediaan hara esensial yaitu N dan K, dimana ketersediaannya berkisar sedang sampai dengan tinggi dan sangat ideal untuk budidaya tanaman padi sawah di beberapa desa di Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie dalam kriteria sedang sampai tinggi, sehingga tidak perlu dilakukan pemupukan untuk menambah N dan K. Tabel 3 menjelaskan juga bahwa ketersediaan P dalam kriteria rendah, sehingga perlu dilakukan pemupukan yang tepat dosis dan efisien untuk peningkatan pertumbuhan tanaman padi sawah di beberapa desa tersebut di atas. Setyorini & Widowati (2006) kerjasama Badan Litbang Pertanian – IRRI menjelaskan bahwa pemupukan berimbang merupakan salah
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
satu faktor kunci untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian, S khususnya di daerah tropika basah yang tingkat kesuburan tanahnya relatif rendah S karena tingginya tingkat pelapukan dan S pencucian hara. Pembatas pertumbuhan tanaman yang umum diJempai adalah S kandungan hara di dalam tanah, terutama hara makro N, P, dan K. Reaksi tanah, yang dinyatakan dengan S nilai pH, menunjukkan tingkat kemasaman tanah. Tanah sawah umumnya mempunyai pH tanah netral sekitar 6-7. Jika tanah mineral disawahkan (digenangi), maka pH tanah akan mengarah ke netral, atau dengan kata lain tanah awal yang mempunyai pH masam akan meningkat pH-nya menuju netral, sebaliknya tanah awal yang mempunyai pH alkalin akan turun menuju pH netral (Agus & Adiningsih, 2005). Agus & Adiningsih (2005) menambahkan bahwa perubahan pH tanah menuju netral mempunyai manfaat terhadap tingkat ketersedian hara tanah. Pada tanah sawah ber-pH netral ketersediaan hara dalam kondisi optimal dan unsur hara tertentu yang dapat meracuni tanaman mengendap. Pada tanah masam, ketersediaan beberapa hara lebih rendah dari tanah netral, serta kemungkinan besar muncul keracunan besi (Fe++) pada pH tanah <4.5. Ciri tanah yang banyak mengandung besi umumnya pada permukaan air genangan terlapisi seperti karat/minyak, berbau menyengat, dan pada daun padi terdapat bintik karat. Pada kondisi terjadi keracunan Fe, disarankan untuk menerapkan sistem drainase berselang (intermittent drainage) dengan tujuan untuk membuang larutan tanah yang mengandung besi (Fe) tinggi (Agus & Adiningsih, 2005). Cara lain menurut Agus & Adiningsih (2005) adalah dengan menambahkan bahan organik ke dalam tanah, dimana senyawa organik akan mengikat besi. Selanjutnya pada tanah basa atau alkalin, ketersediaan haranya juga rendah dan terdapat kemungkinan kelebihan Na. Salah satu metoda untuk mengurangi keracunan Na adalah melakukan pencucian tanah dengan air ber-pH netral. Ciri tanah yang kelebihan Na adalah pada permukaan tanah pada saat kering akan dilapisi kristal putih (garam), tanaman tumbuh tidak normal, akar tanaman berwarna kehitaman 4
sehingga mengasilkan produksi gabah sanga trendah (Agus & Adiningsih, 2005). Ketersediaan Hara Fosfor (P) Hasil analisis contoh tanah terhadap Ptersedia disajikan dalam Tabel 5. Tabel 4 menjelaskan bahwa kandungan P-tersedia pada tanah sawah di Kecamatan Sakti berkisar 1,24 ppm (rendah) sampai dengan 10,20 ppm (sedang), sehingga perlu dilakukan pemupukan yang tepat dosis dan efisien untuk peningkatan produksi hasil tanaman padi sawah di beberapa desa tersebut. Setyorini & Widowati (2006) kerjasama Badan Litbang Pertanian – IRRI menjelaskan bahwa pemupukan berimbang merupakan salah satu faktor kunci untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian, khususnya di daerah tropika basah yang tingkat kesuburan tanahnya relatif rendah karena tingginya tingkat pelapukan dan pencucian hara. Pembatas pertumbuhan tanaman yang umum diJempai adalah kandungan hara di dalam tanah, terutama hara makro N, P, dan K. Tabel 4. Hasil Analisis Sampel Tanah terhadap P-tersedia pada Lokasi di Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie No . 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Desa Lam Ujong
PPKrite Krit tersedia total ria eria (ppm) (%) 1,76 R 0,020 R
Cumbok Niwa Lingkok
1,24
R
0,065
R
2,22
R
0,060
R
Kampong pisang Meunasah Blang Kampong Jempa Lameue
10,20
S
0,070
R
2,91
R
0,050
R
1,91
R
0,060
R
1,46
R
0,050
R
Mali Guyui Tangkueng
2,23
R
0,025
R
2,84
R
0,045
R
Sumber
:
Keterangan: dan T = tinggi
Hasil Analisis di Laboratorium Tanah dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala 2012 R = rendah, S = sedang,
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
Ketersediaan Hara Fosfor di Lokasi Per Hektar Jumlah hara P tersedia per hektar lahan sawah di beberapa desa di Kecamatan Sakti adalah sebagai berikut: dimisalkan desa Lam Ujong dengan ketersediaan P-tersedia adalah 1,76 ppm dengan kriteria rendah (Puslittanak, 1983), maka dalam satu hektar P telah tersedia : Satu hektar tanah dengan berat rata-rata 2.000.000 kg tanah maka:
P
1,76 x 2.000.000 kg 3,52 kg ha 1.000.000
atau setara dengan
BM .P2O5 x kg P BA.P2 144 x 3,52 7,9 kg P2O5 ha 64 Untuk lebih jelasnya ketersediaan hara P per hektar pada masing-masing lokasi spesifik di Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Ketersediaan Hara P Per Hektar pada Beberapa Desa di Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie No. Nama Desa P (kg P2O5/ha) 1 Lam Ujong 7,9 2 Cumbok Niwa 5,6 3 Lingkok 10,0 4 Kampong Pisang 45,9 5 Meunasah Blang 13,1 6 Kampong Jempa 8,6 7 Lameue 6,6 8 Mali Guyui 10,0 9 Tangkueng 12,8 Sumber : Data Diolah Rekomendasi Pemupukan Fosfor pada Lokasi Rekomendasi pemupukan P pada beberapa desa di Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie untuk tanaman padi sawah adalah sebagai berikut: Bila tanaman padi sawah di Desa Lam Ujong Kecamatan Sakti selama pertumbuhannya membutuhkan pemupukan 62,5 kg SP-36 atau setara dengan ketersediaan 22,5 kg P2O5 ha- (Han, 2001), 5
maka SP-36 yang harus ditambahkan per hektar dimisalkan adalah: (22,5 – 7,9) kg P2O5 ha- = 14,58 kg P2O5 haJenis pupuk yang digunakan adalah SP36 yang kandungan P2O5 36 % maka jumlah pupuk SP-36 yang harus ditambahkan per hektar adalah:
100 x 14,58 kg P2 O5 ha - 40,50 kg SP - 36 36 Dan apabila efisiensi pemupukan dengan SP-36 adalah 70 % maka jumlah seluruh pupuk SP-36 yang harus diberikan per hektar adalah:
100 x 40,50 kg SP - 36 57,86 kg SP - 36 70 Untuk lebih jelasnya rekomendasi pemupukan P dengan SP-36 untuk tanaman padi sawah per hektar pada beberapa Desa Di Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Rekomendasi Pemupukan P dengan SP-36 untuk Tanaman Padi Sawah Per Hektar pada beberapa Desa di Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie No. Nama Desa SP-36 kg ha-1 1 Lam Ujong 57,86 2 Cumbok Niwa 67,14 3 Lingkok 49,64 Kampong pisang 4 42,86 Meunasah Blang 5 37,41 Kampong Jempa 6 55,18 Lameue 7 63,21 Mali Guyui 8 49,55 37 Tangkueng 9 38,57 Sumber : Data Diolah KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil analisis sampel di laboratorium didapatkan bahwa P-tersedia dalam kriteria rendah hingga sedang (1,24 ppm – 10,20 ppm) sehingga perlu dilakukan penambahan fosfat pada lokasi tanaman padi sawah di Kecamatan Sakti Kabupaten Pidie, sedangkan untuk N-total dan K-dd dalam
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
kriteria sedang sampai tinggi sehingga tidak diperlukan pemupukan lagi. Saran Disarankan kepada petani khususnya di Kecamatan Sakti untuk memperhatikan pemupukan yang seimbang dan tepat guna, dengan melihat karakteristik areal yaitu analisis di laboratorium mengenai ketersediaan hara aktual, sehingga pemberian pupuk tidak sia-sia. DAFTAR PUSTAKA Agus, F & Adiningsih, S. 2005. Petunjuk Penggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah. Balai Besar Penelitian & Pengembangan Sumberdaya Lahan Departemen Pertanian. Bogor. Bappeda Pidie. 2012. Kecamatan Sakti Dalam Angka. Kabupaten Pidie. Han, B. 2001. penelitian kebutuhan pupuk Fosfor untuk tanaman padi pada agroekosistem lahan sawah irigasi spesifik Sakti. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian Se-Sumatera. Bengkulu, 31 Oktober – Nopember 2001. Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Setyorini, D & Widowati, LR. 2006. Pemupukan berimbang dengan perangkat uji tanah sawah V.01. Kerjasama Badan Litbang Pertanian - IRRI. http://www.pustakadeptan.go.id/rkb/knowledgeBank/re gionalSites/indonesia /PDF%20files/petunjuk%20UPTS.p df. email:
[email protected]. Sudika, W. 2000. Kebijaksanaan penggunaan pupuk alternatif melalui program Bimas. Makalah. Pertemuan aplikasi paket teknologi pertanian tahun 2000. Sekretariat Satuan Bimas Propinsi Bali, Denpasar. Sugeng, H. R. 2001. Bercocok Tanam Padi. CV. Aneka Ilmu, Semarang. Sutedjo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah; Dasardasar kesehatan dan kualitas tanah. Gava Media, Jogjakarta 6
Lampiran 1. Kriteria Interpretasi Sifat-sifat Kimia Tanah Menurut Puslittanak Bogor (1983). No
Karakteristik Kimia Tanah
1
C-organik
< 1,00
1,00-2,00
2,01-3,00 3,01-5,00
> 5,00
2
N- Total (%)
< 0,1
0,10-0,20
0,21-0,50 0,51-0,75
> 0,75
3
C/N
<5
5 - 10
11 – 15
16 – 25
> 25
< 10
10 - 20
21 – 40
41 – 60
> 60
< 10 < 4,4 < 10 < 4,4
10 – 15 4,4 – 6,5 10 - 25 4,4 – 10,9
< 10
10 – 20
21 – 40
41 – 60
> 60
<5
5 – 16
17 – 24
25 – 40
> 40
<2 < 0,4 < 0,1 < 0,1
2–5 0,4 – 1,0 0,2 – 0,2 0,1 – 0,3
6 – 10 1,1 – 2,0 0,3 – 0,5 0,4 – 0,7
11 – 20 2,1 – 8,0 0,6 – 1,0 0,8 – 1,0
> 20 > 8,0 > 1,0 > 1,0
4
P2O5 HCL 25% (mg/100 g) P2O5 Bray I (mg/kg) P Bray 1 (mg/kg) P2O5 Olsen (mg/kg) P Olsen (mg/kg)
5 6 7
Sangat Rendah
K2O HCL 25 % (cmol/kg) KTK (cmol/kg)
Rendah
Sedang
Tinggi
16 – 25 26 – 35 6,6 – 10,9 11 – 15,6 26 – 45 46 – 60 11 – 19,5 19,7– 6,2
Sangat Tinggi
> 35 > 15,3 > 60 > 26,2
Susunan Kation Ektraksi 1N NH4Oac pH7 : Ca – dd (cmol/kg) Mg – dd (cmol/kg) K – dd (cmol/kg) Na – dd (cmol/kg)
8 9 10
Kejenuhan Basa (%) Kejen Aluminium (%) Cadangan Mineral (%)
< 20 < 10 <5
20 – 35 10 – 20 5 – 10
36 – 50 21 – 30 21 - 40
50 – 70 31 – 60 21 – 40
> 70 > 60 > 40
11
Salinitas (EC) (Ms/cm)
<1
1-2
2-3
3–4
>4
12
pH (H2O)
Sangat Masam
Masam
Agak Masam
Netral
Agak Alkalis
Alkalis
< 4,5
,5 – 5,5
5,6 – 6,5
6,6 – 7,5
7,6 – 8,5
> 8,5
Sumber : Puslittanak (1983)
Sains Riset Volume 3 - No. 1, 2013
7