TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015
Penilaian Otentik Kurikulum 2013 Said Subhan Posangi IAIN Sultan Amai Gorontalo ABSTRAK Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan. Standar penilaian bertujuan untuk menjamin: (1) perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian. (2). Pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisian, dan sesuai dengan konteks social budaya; dan (3) pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif. Standar penilaian pendidikan ini disusun sebagai acuan penilaian bagi pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah pada pada satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Penilaian (assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrument penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Dalam kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik ( mengukur kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil). Dalam penilaian autentik peserta didik diminta untuk menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata. Pemilaian dalam kurikulum 2013 antara lain: Penilaian kompetensi sikap, penilaian diri, penilaian antar peserta didik, penilaian jurnal, penilaian kompetensi pengetahuan, penilaian kompetensi keterampilan. Kata Kunci: Penilaian otentik, Kurikulum 2013
1) Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif, dan inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah. 2) Ada penilaian dari semua aspek 3) Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya di dapat dari nilai ujian saja tetapi juga di dapat dari nilai kesopanan, religi, praktek, sikap dan lain-lain. 4) Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi. 5) Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional.
A. Kurikulum 2013 1. Tujuan Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan, bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.1 Terdapat beberapa hal penting dari perubahan atau penyempurnaan kurikulum 2013 yaitu: a. Keunggulan kurikulum 2013
1
Dr.Herry Widyastono, PU, Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi Daerah, (Jakarta: PT.Bumi Aksara,cet.pertama 2014),h.131
25
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 6) Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan. 7) Dan banyak sekali kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan seperti pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan. 8) Hal yang paling menarik dari kutikulum 2013 ini adalah sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan social. Hal ini mulai dari perubahan social yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global. Terlihat kalau di tingkatan SD, penerapan sikap masih dalam ruang lingkup lingkungan sekitar, sedangkan untuk tingkat SMP penerapan sikap dituntut untuk diterapkan pada lingkungan pergaulannya dimanapun ia berada. Sementara itu, untuk tingkat SMA atau SMK, dituntut memiliki sikap kepribadian yang mencerminkan kepribadian bangsa dan pergaulan dunia. 9) Standar penilaian mengarahkan pada penilaian Otentik berbasis kompetensi seperti sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara proporsional 10) Mengharuskan adanya remediasi secara berkala. 11) Tidak lagi memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci karena pemerintah menyiapkan semua komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman pembahasan sudah tersedia 12) Sifat pembelajaran sangat kontekstual 13) Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi, pedagogi, social, dan personal. 14) Buku, dan perlengkapan dokumen disiapkan lengkap sehingga memicu dan memacu guru untuk membaca dan menerapkan budaya literasi, dan membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP, dan menerapkan pendekatan scientific secara benar.
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015 b. Kelemahan kurikulum 2013 1) Guru banyak salah kaprah, karena beranggapakan dengan kurikulum 2013 guru tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas,padahal banyak mata pelajaran yang harus tetap ada pejelasan dari guru. 2) Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013 ini. Karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya sangat sedikit para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang agar bisa membuka cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dari palatihan-pelatihan dan pendidikan agar merubah paradigma guru sebagai pemberi materi menjadi guru yang dapat memotivasi siswa agar kreatif. 3) Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan scientific 4) Kurangnya keterampilan guru merancang RPP 5) Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik. 6) Tugas menganalisis SKL, KI, KD, Buku Siswa dan Buku guru belum sepenuhnya dikerjakan oleh guru, dan banyaknya guru yang hanya menjadi plagiat dalam kasus ini. 7) Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama. 8) Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013 karena UN masih menjadi menjadi faktor penghambat 9) Terlalu banyaknya materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa tersampaikan dengan baik, belum lagi persoalan guru yang kurang berdedikasi terhadap mata pelajaran yang dia mampu.
26
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 10) Beban belajar siswa dan termasuk guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah terlalu lama.2
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015 Implementasi kurikulum adalah upaya pelaksanaan atau penerapan kurikulum yang telah dirancang /didesain. Dalam implementasi kurikulum, dituntut upaya sepenuh hati dan keinginan kuat dalam pelaksanaannya, permasalahan besar akan terjadi apabila yang dilaksanakan bertolak belakang atau menyimpang dari yang telah dirancang. Ada beberapa hal yang menjadi komponen dalam merencanakan implementasi kurikulum, di antaranya adalah: a. Rumusan Tujuan,komponen ini membuat rumusan tujuan yang hendak dicapai atau yang diharapkan tercapai setelah pelaksanaan kurikulum, yang mengandung hasil-hasil yang hendak dicapai berkenaan dengan aspek-aspek deduktif, administratif, social dan aspek lainnya. b. Identifikasi Sumber-sumber, komponen ini membuat secara rinci sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan kurikulum. Perlu dilakukan survey untuk mengetahui sumber-sumber yang digunakan meliputi sumber keterbacaan, sumber audio visual, manusia, masyarakat, dan sumber disekolah yang bersangkutan. c. Peran Pihak-pihak Terkait, komponen ini memuat tentang unsure-unsur ketenagaan yang bertindak sebagai pelaksana kurikulum, seperti tenaga kerja, supervisor, administrator serta siswa sendiri. d. Pengembangan Kemampuan Professional, komponen in memuat perangkat kemampuan yang dipersyaratkan bagi masing-masing unsure ketenagaan yang terkait dengan implementasi kurikulum. e. Penjadwalan Kegiatan Pelaksanaan, komponen ini memuat uraian lengkap dan rinci tentang jadwal pelaksanaan kurikulum. Penjadwalan ini diperlukan sebagai acuan bagi para pelaksana untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan partisipasinya dan bagi pengelolah dapat dijadikan sebagai rujukan untuk pelaksanaan pengontrolan dan evaluasi.
2. Strategi Pembelajaran Kurikulum 2013 Sacara prinsip, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkonstribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi yang diharapkan. Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengelolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menentukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya. Salah satu perubahan mendasar dalam kurikulum 2013 adalah model pembelajaran. Model pembelajaran kurikulum 2013 berbasis saintifik dengan lima langkah pembelajaran yaitu mengamati, bertanya, menalar, mencoba, dan mengomunikasikan.3 3. Implementasi Kurikulum 2013
2
Imas Kurinasih S.pd & Berlin Sani, sukses mengimplementasikan kurikulum 2013, h. 8-10 3 Ibid , h. 23,24
27
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam f.
Unsure Penunjang, komponen ini memuat urayan lengkap tentang semua unsure penunjang yang berfungsi menunjang pelaksanaan kurikulum. Unsure penunjang meliputi metode kerja, manusia, perlengkapan, biaya dan waktu yang tersedia. Semua itu harus direncanakan secara seksama. g. Komunikasi, komponen ini direncanakan system dan prosedur komunikasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kurikulum. Jika komunikasi berlangsung efektif, maka penyelenggaraan pembelajaran akan berlangsung dengan lancer dan berhasil. h. Monitoring, komponen ini memuat secara rinci dan komprehensiftentang rencana kegiatan monitoring sejak awal dimulainya pelaksanaan kurikulum, pada waktu proses pelaksanaan dan tahap akhir pelaksanaan kurikulum, rencanakan secara cermat monitoring tersebut, pelaksanaan dan materi yang diperlukan. i. Pencatatan dan Pelaporan, komponen ini memuat segala sesuatu yang berkenan dengan pencatatan data dan informasi dan memuat laporan yang berkenan dengan pelaksanaan kurikulum. Pencatatan berfungsi ganda yaitu membantu posisi monitoring dan membantu prosedur evaluasi pelaksanaan kurikulum. j. Evaluasi Proses, komponen ini memuat rencana evaluasi proses pelaksanaan kurikulum. Dalam rencana ini digambarkan hal-hal seperti tujuan, fungsi,metode avaluasi,dan bentuk evaluasi. k. Perbaikan dan Redesain Kurikulum, dalam rencana ini perlu diestimasikan kemungkinan dilakukan upaya perbaikan atau redesain kurikulum yang hendak dilaksanakan. Perbaikan ini dilakukan atas dasar umpan balik yang bersumber dari hasil evaluasi proses.4
Dalam rangka mempersiapkan lulusan pendidikan memasuki era globalisasi yang penuh tantangan dan ketidakpastian, diperlukan pendidikan yang dirancang berdasarkan kebutuhan nyata di lapangan. Pada hakikatnya kompetensi merupakan perpadian dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi merupakan penguasaan suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuatu dengan jenis pekerjaan tertentu. Beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi dapat diuraikan sebagai berikut. a. Pengetahuan (Knowledge): yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahuai cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar, dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya. b. Pemahaman (understanding):yaitu kedalaman kognitif, dan afektif yang dimiliki oleh individu.misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien. c. Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. d. Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran,keterbukaan,demokratis,dan lainlain). e. Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap suatu ransangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan upah/gajih, dan sebagainya.
4. Kurikulum 2013 berbasis Kompetensi 4
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015
Ibid , h.5-7
28
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam f. Minat (interest); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melaksanakan sesuatu. Berdasarkan analisis kompetensi diatas, kurikulum 2013 berbasis kompetensi dapat dimaknai sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.5
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Mengelolah program belajar mengajar, Mengelolah kelas, Menggunakan media/sumber, Menguasai landasan-landasan kependidikan, Mengelolah interaksi belajar mengajar, Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, 8) Mengenal fungsi dan program ppelayanan bimbingan dan penyuluhan, 9) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan 10) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
5. Standar Kompetensi Guru Yang Dibutuhkan Untuk Suksesnya Kurikulum 2013
Interstate New Teacher Assessment and Support Consortium (INTASC), standar bagi seorang guru yaitu harus memiliki pemahaman tentang: bidang ilmu, pengembangan potensi anak, berbagai strategi pembelajaran, penilaian hasil belajar, komitmen, dan menjalin hubungan dengan berbagai pihak. Dari pembahasan diatas maka untuk menjadi seorang guru harus memiliki kompetensi dasar. Kompetensi dasar seorang guru merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sebagai seorang guru. Kebiasaan berfikir dan bertindak yang dilakukan secara konsisten dan terus menerus sebagai seorang guru. Standar kompetensi guru merupakan suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan. Berdasarkan uraian tersebut, maka seorang guru harus memiliki kualifikasi akademik, dan mata pelajaran (bidang keahlian) yang diajarkan harus sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Lebih lanjut seorang guru harus memiliki sertifikasi guru. Sertifikasi guru merupakan suatu pengakuan /lisensi yang diberikan kepada guru untuk melaksanakan tugas dan wewenang sebagai profesi di bidang pendidikan. Konsekuensi dengan adanya
Secara umum seorang guru harus memenuhi dua kategori, yaitu memiliki capability dan loyality. Capability, yakni guru harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik; mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi. Loyalitas keguruan, yakni loyal terhadap tugas-tugas keguruan, tidak semata didalam kelas, tapi juga di luar kelas. Untuk itu seorang guru harus memiliki sifat: a. Menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan, b. Memikul tugas mendidik dengan bebas, berani dan gembira, c. Sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya, d. Menghargai orang lain, e. Bijaksana dan hati-hati, dan f. Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Seorang guru harus memiliki sepuluh kemampuan dasar sehingga dapat dikatakan professional, kemampuan dasar tersebut yaitu: 1) Menguasai bahan pembelajaran, 5
E.Mulyasa,Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013 (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya), Cet.4, h.66
29
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam sertifikasi dan lisensi guru menurut pendidikan dan pengembangan kemampuan guru, sehingga guru tersebut memiliki standar profesi yang dicerminkan dari kompetensi yang dimilikinya. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Repoblik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga guru antara lain: kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015 pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif. d) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indicator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum. e) Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indicator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik. 2. Kompetensi Kepribadian Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: a) Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indicator esensial: bertindak sesuai dengan norma hokum; bertindak sesuai dengan norma sosia; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. b) Kepribadian yang dewasa memiliki indicator esensial; menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru. c) Kepribadian yang arif memiliki indicator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menjunjung keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
1. Kompetensi Pedagogik Kompetensi pedagogic meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indicator esensial sebagai berikut; a) Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indicator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik. b) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran memiliki indicator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih. c) Melaksanakan pembelajaran memiliki indicator esensial: menata latar (setting)
30
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam d) Kepribadian yang berwibawa memiliki indicator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani. e) Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indicator esensial: bertindak sesuai dengan norma religious (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. 3. Kompetensi Sosial Kompetensi social merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakatsekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indicator esensi sebagai berikut: a) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indicator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik. b) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesame pendidik dan tenaga kependidikan. c) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/ wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015 memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan konsepkonsep keilmuan dalam kehidupan seharihari. b) Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indicator esensial menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi. B. PENILAIAN OTENTIK Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan. Standar penilaian bertujuan untuk menjamin: (1) perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian. (2). Pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisian, dan sesuai dengan konteks social budaya; dan (3) pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif. Standar penilaian pendidikan ini disusun sebagai acuan penilaian bagi pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah pada pada satuan pendidikan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Menurut permendikbud tersebut standar penilaian pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrument penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencangkup : penilaian autentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional, dan ujian sekolah/madrasah. Penilaian (assessment) adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar peserta didik perlu diketahui oleh guru agar bisa
4. Kompetensi Profesional Kompetensi professional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan subtansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indicator esensial sebagai berikut: a) Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indicator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar;
31
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam memastikan bahwa peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan benar. Penilaian autentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrument penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Dalam kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik ( mengukur kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil). Dalam penilaian autentik peserta didik diminta untuk menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata. Autentik berarti keadaan yang sebenarnya, yaitu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki peserta didik dalam kehidupan sehari-hari atau dunia nyata. Penilaian autentik mengacu pada Penilaian Acuan Patokan (PAP), yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal). Dengan demikian pencapaian kompetensi peserta didik tidak dalam konteks dibandingkan dengan peserta didik lainya, tetapi dibandingkan dengan standar atau kriteria tertentu, yakni Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dalam penilaian dalam penilaian autentik guru melakukan penilaian tidak hanya pada penilaian level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL. Ciri-ciri penilaian autentik adalah: 1. Harus mengukur semua aspek pembelajaran, yakni kinerja dan hasil atau produk. Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus mengukur aspek kinerja (performance) dan produk atau hasil yang dikerjakan oleh peserta didik. Dalam melakukan penilaian kinerja dan produk pastikan bahwa kinerja dan produk tersebut merupakan cermin kompetensi dari
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015
2.
3.
4.
5.
6.
32
peserta didik tersebut secara nyata dan objektif. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik, guru dituntut untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan atau kompetensi proses (kemampuan atau kompetensi peserta didik dalam kegiatan pembelajara) dan kemampuan atau kompetensi peserta didik setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Menggunakan berbagai cara dan sumber. Artinya, dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik harus menggunakan berbagai teknik penilaian (disesuaikan dengan tuntutan kompetensi) dan menggunakan berbagai sumber atau data yang bisa digunakan sebagai informasi yang menggambarkan penguasaan kompetensi peserta didik). Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian. Artinya, dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi tertentu harus secara komprehensif dan tidak hanya mengandalkan hasil tes semata. Informasi-informasi lain yang mendukung pencapaian kompetensi peserta didik dapat dijadikan bahan dalam melakukan penilaian. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik harus mencerminkan bagian-bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus dapat menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari. Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan keahlian peserta didik, bukan keluasaannya(kuantitas). Artinya, dalam melakukan penilaian peserta didik terhadap pencapaian kompetensi harus mengukur kedalaman terhadap penguasaan kompetensi tertentu secara objektif.
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015 menggunakan indra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman atau lembar observasi yang berisi sejumlah indicator perilaku atau aspek yang diamati. Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Oleh karena itu, guru dapat melakukan pengamatan atau observasi terhadap peserta didik yang dibinanya, hasil pengamatan atau observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan terhadap peserta didik. Pengamatan atau observasi perilaku peserta didik dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan alat lembar pengamatan atau observasi. 1. Aspek yang Diobservasi Dalam melakukan pengamatan atau observasi terhadap kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sikap soaial harus mengacu pada indicator pencapaian kompetensi yang sudah dibuat oleh guru sesuai dengan kompetensi dasar dari kompetensi inti sikap spiritual dan sikap soaial. Dengan demikian, apa yang mau dinilai atau diukur jelas, sehingga akan menghasilkan data atau informasi yang akurat dan tepat (seperti contoh tabel di bawah ini. Dalam menentukan aspek apa saja yang mau diobservasi atau diamati harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Aspek yang diamati harus tampak atau muncul dalam suatu aktivitas tertentu. Misalnya mengamati aspek kerja sama dalam diskusi kelompok, maka aktivitas kerjasama dalam diskusi harus jelas terlihat atau muncul. 2) aspek yang diamati atau diobservasi hendaknya terukur. Artinya sesuatu yang diamati hendaknya jelas ukurannya atau indikatornya,sehingga memudahkan ketika guru menggunakan instruman observasi tersebut. 3) aspek yang diamati hendaknya mengacu pada indicator pencapaian kompetensi yang sudah kita tetapkan yang mengacu pada kompetensi dasar dari kompetensi inti sikap spiritual dan social.
1. Penilaian Kompetensi Sikap Permendikbud No. 66 tahun 2013 menjelaskan bahwa pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat, “ (peer evaluation) oleh peserta didik, dan jurnal.instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dsertai rubric, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.6 Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu atau objek.7 sikap juga merupakan sebuah ekspresi dari nilainilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang.sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan yang diinginkan. kompetensi sikap yang dimaksud dalam panduan ini adalah ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang dan diwujudkan dalam perilaku.8 sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif , dan konatif. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap. Teknik-teknik penilaian kompetensi sikap spiritual dan sikap social tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. a. Observasi Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan 6
Abidin Yunus. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013.(Bandung PT. Refika Aditama, cet. Pertama, 2014) h. 98 7 Kunandar. Penilaian Autentik (penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan kurikulum 2013), (Jakarta Rajawali Pers,2014), h.103 8 Imas Kurinasih & berlin Implementasi kurikulum, Ibid, h. 65
33
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 4) aspek yang diamati yang dituangkan dalam pernyataan atau butir instrument hendaknya menggunakan kata kerja operasional yang memiliki arti jelas (tidak multi tafsir). Langkah-langkah Observasi 1) Menentukan objek apa yang akan diobservasi, seperti aktivitas dalam diskusi kelompok, aktivitas dalam praktikum IPA, presentasi laporan objek dan sebagainya. Artinya, dalam melakukan observasi harus jelas objek apa yang akan diobservasi,sehingga pelaksanaan observasi berjalan terarah dan jelas. Observasi yang dilakukan tanpa menentukan objek yang jelas akan menyebabkan hasil pengamatan tidak focus dan data yang terkumpul melalui observasi kurang akurat. 2) Membuat pedoman atau panduan observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi atau diamati. Artinya, sebelum melakukan observasi guru harus menyusun pedoman atau panduan observasi yang berisi hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan observasi, seperti: observasi dilakukan dengan cermat, observasi mengacu pada aspek-aspek yang diobsevasi, dan observasi dilakukan untuk hal-hal yang bersifat aktivitas atau kinerja atau proses. 3) Menentukan secara jelas data-data apa saja yang akan diobservasi atau diamati, misalnya data keaktifan bertanya dalam diskusi kelompok, data kerja sama dalam diskusi kelompok dan sebagainya. Artinya, dalam melakukan observasi guru perlu menetapkan data-data apa saja yang akan dikumpulkan melalui observasi. Dengan demikian, hasil observasi menghasilkan data-data yang relevan dengan hal-hal apa saja yang mau diukur melalui observasi. 4) Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi, misalnya di ruang
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015
5)
6)
7)
8)
34
kelas, di luar kelas, dan sebagainya. Artinya, dalam melakukan observasi guru perlu menentukan tempat observasi secara jelas yang disesuaikan dengan karakteristik data yang mau dikumpulkan yang disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancer. Artinya: dalam melakukan observasi guru perlu menentukan proses atau prosedur pelaksanaan observasi yang akan dilakukan, sehingga kegiatan observasi berlangsung sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atau hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya. Artinya, data-data hasil observasi perlu didicatat secara cermat dengan menggunakan alat bantu seperti buku catatan, kamera, video, perekam dan alat bantu lainnya yang relevan. Dengan demikian, akan memudahkan guru dalam mengelolah data hasil observasi dan data yang diperoleh valid dan akurat. Membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian dengan menggunakan observasi berkaitan dengan pencapaian kompetensi sikap spiritual dan social dari peserta didik. Artinya, hasil data-data hasil observasi dianalisis dan selanjutnya disimpulkan dengan membandingkan hasil penilaian melalui observasi dengan indicator keberhasilan yang telah ditentukan guru. Selanjutnta disimpulkan apakah kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun social peserta didik sudah tercapai atau belum. Melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil penilaian melalui observasi. Artinya, kesimpulan dari penilaian kompetensi sikap melalui observasi
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam ditindaklanjuti bagi peserta didik yang memperoleh nilai di bawah indicator yang telah ditetapkan. Kegiatan tindak lanjut dapat berupa bimbingan dan pembinaan secara intensif terhadap peserta didik tersebut.9
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015 penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya, dan (3) dapat mendorong membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian. 1. Aspek yang Dinilai dalam Penilaian Diri Dalam melakukan penilaian diri terhadap kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sikap social harus mengacu pada indicator pencapaian kompetensi yang sudah dibuat oleh guru sesuai dengan kompetensi dasar dari kompetensi inti sikap spiritual dan sikap social. 2. Langkah-langkah Penilaian Diri Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai. 2) Menentukan criteria penilaian yang akan digunakan. 3) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, dafter tanda cek, atau skala penilaian. 4) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri. 5) Guru mengkaji hasil penilaian untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif. 6) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap penilaian diri. 7) Membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian dengan menggunakan penilaian diri berkaitan dengan pencapaian kompetensi sikap spiritual dan social dari peserta didik. 8) Melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil penilaian melalui penilaian diri.
b. Penilaian Diri Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penilaian konpetensi kognitif di kelas, misalnya: peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu. Penilaian dirinya didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek tertentu10 Penilaian diri merupakam teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebuhan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sikap social. Instrument yang digunakan berupa lembar penilaian diri. Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Penggunaan teknik ini dapat berdampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri di kelas antara lain: (1) dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri, (2) peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan 9
Ibid, ,h.121 Permendikbud 81 A Tahun 2013, Tentang Penilaian Otentik, h.56
c. Penilaian Antar peserta penilaian antar teman
10
35
Didik
atau
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun social dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai satu sama lain. Instrument yang digunakan bisa berupa lembar penilaian antarpeserta didik dalam bentuk angket atau kuesioner. Penilaian antarpeserta didik menuntut keobjektifan dan rasa tanggung jawab dari peserta didik, sehingga menghasilkan data yang akurat11. a. Aspek yang Dinilai dalam Penilaian Antarpeserta Didik Dalam melakukan penilaian antarpeserta didik terhadap kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sikap social harus mengacu pada indicator pencapaian kompetensi yang sudah dibuat oleh guru sesuai dengan kompetensi dasar dari kompetensi inti sikap spiritual dan sikap social . b. Langkah-langkah penilaian Antar peserta Didik Penilaian antar peserta didik dilakukan berdasarkan criteria yang jelas dan objektif. Oleh karena itu, penilaian antarpeserta didik oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai melalui penilaian antar peserta didik. 2) Menentukan criteria penilaian yang akan digunakan dalam penilaian antar peserta didik. 3) Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau skala penilaian. 4) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian antar peserta didik secara objektif. 5) Guru mengkaji hasil penilaian untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian antar peserta didik secara cermat dan objektif.
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015 6) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap penilaian antar peserta didik. 7) Membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian dengan menggunakan penilaian antar peserta didik berkaitan dengan pencapaian kompetensi sikap spiritual dan social dari peserta didik. 8) Melakukan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil penilaian melalui penilaian antar peserta didik. d. Penilaian Jurnal Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku. Guru hendaknya memiliki catatancatatan khusus tentang sikap spiritual dan sikap social. Catatan-catatan tersebut secara tertulis dan dijadikan dokumen bagi gur untuk melakukan pembinaan dan bimbingan terhadap peserta didik. Jurnal yang berisi catatan-catatan peserta didik sebaiknya dibuat per peserta didik catatan-catatan kelemahan atau kekurangan peserta didik berkaitan dengan sikap spiritual dan sikap social selanjutnya ditindaklanjuti dengan upaya-upaya pembinaan dan bimbingan. Dengan demikian, akan terjadi perubahan sikap dan perilaku dari peserta didik secara bertahap12. 1. Aspek yang Dinilai dalam Penilaian dengan Jurnal Dalam melakukan penilaian dengan jurnal terhadap kompetensi sikap, baik sikap spiritual maupun sikap social harus mengacu pada indicator pencapaian kompetensi yang sudah dibuat oleh guru sesuai dengan kompetensi dasar dari kompetensi inti sikap spiritual dan sikap social. Dalam menentukan aspek-aspek yang dapat diukur atau dinilai dengan jurnal, guru harus melakukan pemetaan terhadap kompetensi sikap spiritual dan sikap social. Hal ini 12
http://akbar-iskandar. blogspot. com/2011/05/penilaian-otentik.html, diakses tgl 30 des 2013
11
Zainul & Nasution , Penilan hasil belajar , (Jakara : Dirjen Dikti 2001). h 125
36
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam dikarenakan tidak semua aspek kompetensi spiritual dan aspek social yang dapat dinilai dengan jurnal. Penilaian jurnal hanya cocok dan tepat untuk kompetensi sikap spiritual dan social yang dapat didokumentasikan dengan catatancatatan harian dari peserta didik yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan. 2. Langkah-langkah Penilaian Menggunakan Jurnal Penilaian dengan menggunakan jurnal dilakukan berdasarkan criteria yang jelas dan objektif. Oleh karena itu, penilaian dengan menggunakan jurnal di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut. 1) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai melalui penilaian dengan menggunakan jurnal. 2) Menentukan criteria penilaian yang akan digunakan dalam penilaian dengan menggunakan jurnal. 3) Merumuskan format penilaian, dapat berupa aspek positif dan negative apa yang mau dimasukkan ke jurnal atau pengolahan hasil penilaian dengan jurnal. 4) Mencatat kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam buku catatan harian secara cermat dan teliti. 5) Guru mengkaji hasil penilaian dengan jurnal data data dan catatan-catatan peserta didik cermat dan objektif. 6) Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap penilaian dengan menggunakan jurnal. 7) Membuat kesimpulan terhadap hasil penilaian dengan menggunakan jurnal berkaitan dengan pencapaian kompetensi sikap spiritual dan social dari peserta didik. Melanjutkan tindak lanjut dengan mengacu pada hasil penilaian.
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015 penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.dari kutikulum 2013 kompetensi pengetahuan menjadi kompetensi inti dengan kode kompetensi inti 3 (KI 3). Kompetensi pengetahuan merefleksikan konsepkonsep keilmuan yang harus dikuasai oleh peserta didik melalui proses belajar mengajar. Aspek yang di nilai dalam penilaian kompetensi pengetahuan adalah: a. Tes Tertulis Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didikdalam bentuk tulisan.teknik penilaian tertulis digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif yang meliputi ingatan atau hafalan,pemahaman,penerapan atau aplikasi,sintesis, dan evaluasi.Teknik penilaian tertulis sebaiknya tidak dipergunakan untuk mengukur kompetensi yang sifatnya keterampilan atau (skill). 1. Bentuk Tes Tertulis Bentuk tes tertulis terdiri dari: (1) soal pilihan ganda, (2) isian, (3) jawaban singkat(pendek), (4) benar-salah (B-S), (5) menjodohkan, dan (6) uraian. 2. Penulisan Soal Tes Tertulis Penulisan soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam menyiapkan bahan ulangan atau ujian. b. Tes Lisan Tes bentuk lisan adalah tes yang dipergunakan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi, terutama pengetahuan (kognitif) di mana guru memberikan pertanyaan langsung kepada peserta didik secara langsung dengan menggunakan bahasa verbal (lisan) juga. 1. Perencanaan dan Pelaksanaan Penilaian dengan Tes Lisan Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan dalam merencanakan penilaian dengan menggunakan tes lisan
e. Penilaian Kompetensi Pengetahuan Penilaian kompetensi pengetahuan atau kognitif adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian atau
37
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 1) Menentukan kompatensi pengetahuan yang sesuai untuk dinilai melalui tes lisan 2) Menyusun indicator proses dan hasil belajar berdasarkan kompetensi pengetahuan yang dinilai melalui tes lisan. 3) Menentukan criteria kunci yang menunjukan capaian indicator hasil belajar pada kompetensi pengetahuan. 4) Menyusun criteria kunci ke dalam rubric penilaian. 5) Menyusun pedoman pertanyaan yang menunjukkan kemampuan menggunakan bahasa lisan, sistematika berfikir, memecahkan masalah, mengungkapkan hubungan sebab akibat, dan mempertanggungjawabkan pendapat atau konsep yang dikemukakan sesuai dengan pokok-pokok pernyataan evaluasi yang akan diajukan (memiliki validitas yang tinggi, baik dari segi isi maupun konstruksi) serta harus disiapkan pedoman jawaban betul dan penskorannya). 6) Menyiapkan lembaran, berupa format yang akan digunakan untuk mencatat skor hasil penilaian keberhasilan menjawab setiap soal yang diajukan. 1. Rambu-Rambu Pelaksanaan Penilaian Kompetensi Pengetahuan melalui Tes Lisan Berikut adalah beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai acuan kualitas instrument tes lisan 1) Tes lisan dapat digunakan jika sesuai dengan kompetensi pada taraf pengetahuan yang hendak dinilai. 2) Pertanyaan tidak boleh keluar dari bahan ajar yang ada. 3) Pertanyaan diharapkan dapat mendorong siswa dalam mengkonstruksi jawabannya sendiri. 4) Pertanyaan disusun dari pertanyaan yang sederhana ke pertanyaan yang kompleks. c. Instrument Penugasan atau Proyek
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015 Instrument penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Penilaian ini bertujuan untuk pendalaman kompetensi pengetahuan yang telah dipelajari atau dikuasai di kelas melalui proses pembelajaran. Perencanaan dan Pelaksanaan Penilaian Kompetensi Pengetahuan Melalui Penugasan. Pada prinsipnya, penilaian melalui pendekatan penugasan adalah menilai hasil(produk) dari penugasan tersebut. Beberapa langkah yang harus dilakukan dalam perencanaan penilaian tersebut antara lain: 1) Menentukan kompetensi yang akan dinilai. 2) Menetapkan tugas yang akan dibuat peserta didik. 3) Menentukan rencana pengerjaan tugas apakah individual atau kelompok. 4) Menetapkan pendekatan yang digunakan dalam penskoran. 5) Menetapkan batas waktu pengerjaan tugas. 6) Merumuskan tahapan pelaksanaan tugas. 7) Menetapkan criteria penilaian tugasmenyusun rubric penilaian tugas 8) Menyusun daftar cek atau rating scale sebagai pedoman obserfasi terhadap tampilan tugas peserta didik. f.
Penilaian Kompetensi Keterampilan Pengertian keterampilan (Psikomotorik) adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan (skill) sebagai hasil dari tercapainya kompetensi pengetahuan. Hasil belajar psikomotorik ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotorik sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif. (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-
38
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat). Hasil belajar kognitif dan afektif akan menjadi hasil hasil belajar psikomotorik apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan afektif. Teknik yang dinilai dalam penilaian keterampilan yaitu: a. Penilaian Unjuk Kerja Penilaian perbuatan atau unjuk kerja adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang secara efektif dapat digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbasis informasi tentang bentukbentuk perilaku atau keterampilan yang diharapkan muncul dalam diri peserta didik. Penilaian unjuk kerja dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai dengan criteria yang ditetapkan. Dalam hubungannya dengan penilaian unjuk kerja aspekaspek yang dapat dinilai atau diukur adalah 1) Kualitas penyelesaian pekerjaan,yakni bagaimana kualitas dari pekerjaan peserta didik ketika mengerjakan tugas tertentu.seperti harus sesuai dengan kaidahkaidah kerja yang telah ditentukan. 2) Keterampilan dalam menggunakan alatalat,yakni bagaimana peserta didik mampu menggunakan alat-alat yang digunakan dalam unjuk kerja untuk menyelesaikan tugas tertentu. 3) Kemampuan menganalisis dalam merencanakan prosedur kerja sampai selesai, yakni bagaimana peserta didik mampu melakukan analisis dan merencanakan prosedur kerja dari awal sampai selesai secara baik. 4) Kemampuan mengambil keputusan berdasarkan aplikasi informasi yang diberikan 5) Kemampuan membaca.
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015 Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penilaian unjuk kerja dilakukan dalam penilaian unjuk kerja adalah: 1) Tahapan KD yang akan dinilai dengan tekn ik penilaian unjuk kerja beserta indicatorindikatornya. 2) Identivikasi semua langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (out put) yang terbaik. 3) Tulislah perilaku kemampuan-kemampuan spesifik yang penting diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir. 4) Rumuskan criteria kemampuan yang akan diukur 5) Definisikan dengan jelas criteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur, atau karakteristik produk yang dihasilkan. b. Teknik penilaian bentuk portopolio Penilaian portopolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Menurut popham yang dkutip oleh Kunandar portopolio adalah sekumpilan sistemik tentang pekerjaan seseorang dalam hal ini peserta didik. Sedangkan menurut Genesee dan Upshur portopolio adalah sekumpulan pekerjaan peserta didik yang dapat menunjukkan kepada mereka (juga bagi yang lain ) atas usaha, kemajuan dan pencapaian mereka dalam mata pelajaran tertentu. Penilaian portopolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan dan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. 1. Isi atau hasil produk yang bisa dinilai dengan portofolio adalah:
Langkah-langkah penilaian unjuk kerja
39
TADBIR ; Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 1) hasil proyek, atau praktik yang disajikan secara tertulis. 2) Gambar atau laporan hasil pengamatan 3) Analisis situasi yang berkaitan atau relevan. 4) Penyelesaian soal-soal terbuka. 5) Laporan kerja kelompok dll. g. Prinsip Penilaian Berbasis Portofolio Menurut Widoyoko penilaian berbasis portofolio mengacu pada sejumlah prinsip dasar penilaian. Berikut ini prinsip-prinsip dasar penilaian berbasis portofolio. 1) Prinsip penilaian proses dan hasil. Penilaian berbasisi portofolio menerapkan prinsip penilaian proses dan hasil sekaligus. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan perilaku harian atau catatan anekdop mengenai sikap peserta didik dalam belajar, antusias tidaknya mengikuti pelajaran, dan sebagainya. 2) Prinsip penilaian berkala dan berkelanjutan. Penilaian berbasis portofolio menerapkan prinsip penilaian berkala. Dalam penilaian hasil misalnya, secara berkala setiap selesai satu kompetensi dasar diadakan ulangan harian atau format. 3) Prinsip penilaian yang adil. Penilaian berbasis portofolio menerapkan prinsip bahwa dalam melakukan penilaian portofolio harus memegang prinsip-prinsip keadilan. h. Langkah-langkah penilaian portofolio Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik sendiri.
Volume 3, Nomor 2 ; Agustus 2015 2) Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. 3) Kumpulkan dan simpanlah karyakarya tiap peserta didik dalam satu map atau folder. 4) Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu. 5) Tentukan criteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para peserta didik.13 DAFTAR PUSTAKA Abidin Yunus. 2014 Desain Sistem Pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013. Bandung : PT. Refika Aditama. Cet 1 E,Mulyasa, 2014, pengembangan dan implementasi kurikulum 2013. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, Cet.4 Kurinasih Imas,Sani Berlin. 2014 Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan, Surabaya: Kata Pena.Cet,keempat. Kurinasih Imas,San. 2014 Berlin.Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Surabaya: Kata Pena.Cet,Pertama. Kunandar, 2014, Penilaian Autentik. Jakarta : Rajawali Pers, Cet.3 Permendikbud 81 A Tahun 2013, Tentang Penilaian Otentik. Widyastino Dr.Herry,PU. 2014 Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi Daerah, Jakarta: PT. Bumi Aksara. Cet, Pertama. http://rofiquez.wordpress.com/2013/07/04/penilai an-autentik-pada-proses-dan-hasil-belajar/Diakses pukul 10:00 wita http://Otentik Pada Implementasi Kutikulum 2013,diakses tgl 27 juli 2015 13
Permendikbud 81 A Tahun 2013 tentang Penilaian Otentik, h. 66.
40