1
PENILAIAN KINERJA DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK SISWA DI SEKOLAH DASAR
Dinny Devi Triana
Abstrak Kecerdasan kinestetik diperlukan siswa dalam pembelajaran seni tari, khususnya pada pencapaian standar kompetensi mengekspresikan diri melalui karya seni tari, baik untuk tari daerah setempat, nusantara maupun mancanegara. Kecerdasan kinestetik dibutuhkan agar siswa memiliki kemampuan mengeksplorasi gerak dengan tanggap, sehingga dapat mencipta pola baru sebagai hasil kreativitas. Kemampuan tersebut diukur dalam proses pembelajaran seni tari, yang secara komprehensif dapat dilakukan melalui penilaian kinerja. Penilaian kinerja (performance assessment) dilakukan siswa dengan mentaati prosedur yang ditetapkan, karena di dalamnya ada proses menilai perilaku yang ditentukan oleh sistem pekerjaan. Penilaian kinerja yang menitik beratkan pada proses dapat diamati secara berkelanjutan dalam suatu periode tetentu, terstruktur, dinilai secara invidual, untuk mengetahui kelemahannya dan secara terbimbing pula siswa mendapat critical incedent atau penilaian yang didasarkan pada perilaku khusus, sedangkan penilaian kinerja yang menitikberatkan pada hasil (produk) didapat dari kesan keseluruhan produk dalam hal ini gerak yang dilakukan siswa dan biasanya dilakukan pada tahap appraisal sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Untuk itu kecerdasan kinestetik dalam pembelajaran seni tari dapat dipengaruhi dengan adanya pemberian perlakuan penilaian kinerja, karena di dalam penilaian kinerja terdapat proses terbimbing secara berkelanjutan yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan pembelajaran keterampilan, dalam hal ini seni tari. Kata kunci : Penilaian Kinerja, kecerdasan kinestetik, pembelajaran, seni tari
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
2
A. PENDAHULUAN Pada umumnya pembelajaran seni tari di Sekolah Dasar lebih pada menggali kemampuan skill siswa dalam melakukan gerak tari. Hal ini dapat dilihat dalam kurikulumnya yang memiliki standar kompetensi mengekpresikan diri melalui karya seni tari. Kegiatan pembelajaran di Sekolah Dasar yang dapat menunjang kompetensi tersebut salah satunya dalam praktik tari, menyajikan tari daerah setempat, ataupun nusantara. Pada kegiatan pembelajaran tersebut siswa dituntut memiliki keterampilan yang tanggap terhadap gerak, sehingga diperlukan skill kinestetik yang dapat membantu terhadap pencapaian kemampuan tersebut. Siswa di Sekolah Dasar memiliki respons yang cukup baik dalam melakukan gerak. Pada perkembangan anak usia 7-8 tahun, siswa Sekolah Dasar dapat melakukan gerakan keseimbangan satu kaki, dapat berjalan di atas titian, dapat melompat dengan lebih akurat menuju satu titik, serta dapat melakukan gerak ritmis berseling. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa pada usia tersebut mampu melakukan gerak melompat, berlari, berguling, dan berputar sambil mengontrol keseimbangan gerak, dan gerakan-gerakan tersebut dapat dieksplorasi menjadi gerak satu bentuk tari. Kemampuan melakukan gerak inilah yang menuntut siswa di Sekolah Dasar memiliki kecerdasan kinestetik. Mengukur keterampilan gerak dengan melakukan praktik dalam pembelajaran seni tari, sesungguhnya dapat dilakukan dengan penilaian berbasis kinerja yang tidak sebatas pada penilaian produk, tetapi juga penilaian proses. Hal ini tentu akan terkait dengan penilaian hasil belajar, dimana pembelajaran keterampilan pada umumnya menggunakan penilaian kinerja yang dalam hal ini sulit diukur dengan tes. Penilaian kinerja secara sederhana didefinisikan sebagai penilaian terhadap proses perolehan, penerapan, pengetahuan, dan keterampilan (Zainul; 1997:4). Untuk itu diperlukan alat ukur yang dapat memberikan informasi melalui pengamatan yang berupa non tes, baik dengan pedoman observasi, skala sikap, daftar cek, catatan anekdotal dan jaringan psikometri (Zainul; 1997:92). Artinya alat pengukuran seperti ini sangat berhubungan dengan kinerja yang diamati melalui indera. Penilaian kinerja dalam seni sebisa mungkin dapat memperkecil unsur subjektivitas dari penguji yang biasa menggunakan
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
3
“sense of art” nya. Untuk itu dibutuhkan sistem penilaian yang terfokus, mendalam dan menggunakan lebih dari satu penilai, sehingga penilaian kinerja tersebut mempunyai tingkat realisme yang tinggi dan dapat diterima. Seperti halnya yang diungkapkan Denova mengenai pelaksanaan tes pada performance atau kinerja yang dalam hal ini pembelajaran seni tari khususnya praktik, lebih sukar dibandingkan dengan tes pengetahuan, terutama saat pemberian skor yang ditetapkan sesuai dengan kriteria penilaian. Ada beberapa masalah dalam menilai performance yang objektif, salah satunya yaitu mengidentifikasi kriteria dalam performance serta menyepakati hasil pengamatan melalui tingkatan yang dapat diterima (Denova; 1979:83). Penilaian pada pembelajaran praktik tari dapat dilakukan melalui penilaian kinerja dengan berbagai metode. Metode penilaian performance (kinerja) menurut Gomes terbagi menjadi tiga cara yaitu 1) penilaian berdasarkan hasil, 2) penilaian berdasarkan perilaku-perilaku yang bisa diamati, dan 3) penialain berdasarkan judgment (Gomes; 2003:10). Namun demikian untuk mengukur suatu kecerdasan yang terkait dengan kemampuan menata tari, metode penilaian kinerja yang digunakan adalah penilaian yang menitikberatkan pada proses dan penilaian yang menitikberatkan pada hasil (produk). Dengan demikian, maka, penilaian pada pembelajaran tari membutuhkan penilaian kinerja yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik, karena pada penilaian kinerja didasari pada pengamatan perilaku siswa secara berkelanjutan dalam suatu periode tetentu, terstruktur, dan dinilai secara invidual, untuk mengetahui kelemahannya dan secara terbimbing pula siswa mendapat critical incedent atau penilaian yang didasarkan pada perilaku khusus.
B. PEMBAHASAN Perkembangan psikomotorik siswa Sekolah Dasar kelas bawah (usia 7-8 tahun), merupakan masa ideal untuk mempelajari keterampilan motorik, menurut Hurlock (199:156) pada tubuh anak lebih lentur ketimbang tubuh remaja atau orang dewasa, anak belum banyak memiliki keterampilan lain yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya, anak lebih berani di
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
4
waktu kecil ketimbang telah besar, anak menyenangi melakukan gerakanyang diulang-ulang (pengulangan). Dasar inilah mengapa kecerdasan kinestetik anak perlu dilatih dan dioptimalkan. 1. Kecerdasan Kinestetik Gerak yang dapat dioptimalkan pada anak diantaranya koordinasi tubuh, kelincahan, kekuatan, keseimbangan, serta koordinasi mata dengan tangan dan kaki (Gellahue;1996:16). Gerak yang umumnya dikenal juga dengan kinestetik menurut Gardner kemampuan menyelesaikan masalah atau produk mode menggunakan seluruh badan seseorang atau sebagian badan, seperti penari, atlet, dokter bedah, pengrajin (Gardner;2003:24) Selanjutnya menurut Amstrong memaparkan kecerdasan kinestetik yang meliputi kemampuan-kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, dan kecepatan maupun kemampuan menerima rangsangan dan hal yang berkaitan dengan sentuhan seperti pengrajin, pematung, ahli mekanik, dokter bedah (Amstrong;2002:3). Dengan demikian dari penjelasan tersebut dapat dikatakakan bahwa the core elements of the bodily-kinesthetic intelligence are control of one’s bodily motions and capacity to handle objects skillfully (Grow;2011) di mana unsur inti dari kecerdasan kinestetik adalah kontrol gerakan tubuh dan kemampuan untuk menangani objek secara trampil. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan kecerdasan kinestetik adalah kemampuan seseorang untuk mengolah tubuh secara ahli, atau untuk mengekspresikan gagasan dan emosi melalui gerakan, hal ini termasuk kemampuan untuk menangani benda secara cekatan atau membuat sesuatu. Hal ini dipertegas pula menurut Stefanakis yang menjelaskan dengan terperinci bahwa indikator-indikator dari kecerdasan kinestetik
dapat
dilihat
dari
1)
bagaimana
tubuh
digunakan
dalam
mengekspresikan, menyelesaikan atau menghasilkan suatu penyelesaian masalah, 2) bagaimana ketika seseorang harus melakukan suatu tindakan yang harus dipecahkan melalui gerak, dan 3) bagaimana menunjukkan perkembangan kemampuan keterampilan gerak secara fisikal (Stefanakis; 2002:2).
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
5
Kecerdasan kinestetik memungkinkan manusia membangun hubungan yang penting antara pikiran dan tubuh, dengan demikian memungkinkan tubuh untuk memanipulasi obyek dan menciptakan gerakan (Lwin; 2008:167). Gardner dalam kertas kerja Grow mengutip keyakinan seorang penari bahwa memiliki kemampuan untuk menangkap langsung tindakan, perasaan atau kemampuan dinamis dari orang lain tanpa bantuan kata-kata atau gambar (Grow;2011). Kecerdasan kinestetik sangat terkait dengan kecerdasan fisik yaitu kemampuan menggunakan dengan baik pikiran dan tubuh secara serempak untuk mencapai segala tujuan yang diinginkan. Oleh karenanya menurut Lwin hal ini serupa dengan keterampilan psikomotor yang menggabungkan interpretasi mental dengan tanggapan fisik (Lwin;2008:168). Sama halnya dalam tari yang substansinya adalah gerak, dimana tari merupakan ungkapan gerak dari tubuh seseorang. 2. Seni Tari Seni tari menurut Kussidiardjo (1981:16) adalah keindahan gerak anggotaanggota badan manusia yang bergerak, berirama dan berjiwa yang harmonis. Thraves dan Williamson menjelaskan bahwa pada dasarnya tari berasal dari gerak bekerja, gerak binatang atau tumbuhan yang ada di sekitar, atau gerak yang dimiliki oleh manusia yang dapat dikembangkan menjadi suatu tarian, John Martin menyatakan bahwa materi dasar dari tari adalah gerak (Martin, 1989:8). Tari sendiri adalah bentuk pernyataan imajinasi yang dituangkan melalui lambang gerak, ruang dan waktu. Pernyataan lambang atau simbol dari imajinasi dan kehendak dalam bentuk gerak tari telah mengalami distorsi atau stilasi dengan mempertimbangkan pada keindahan dan pesan yang disampaikan. Hal ini dipertegas Hawkins yang juga menyatakan bahwa tari adalah ekspresi perasaan manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk oleh media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis sebagai ungkapan si penciptanya (Hawkins; 1990:2).
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pembelajaran seni tari untuk siswa Sekolah Dasar lebih terkait pada melakukan gerak kreatif yang bersumber dari tari daerah setempat atau nusantara. Pada materi inilah siswa dapat mengoptimalkan
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
6
kecerdasan kinestetiknya, baik dengan menirukan gerak, mempersepsikan gerak, mengembangkan gerak, maupun mencipta gerak baru. Seperti tingkatan psikomotor yang diungkapkan Simpson yang dimulai dari tingkat persepsi sampai pada kreativitas, dimana terdapat beberapa tahapan tubuh dalam mengembangkan gerak (Simpson;1970). Hal ini sejalan dengan tari sebagai domain psikomotor yang juga dilakukan melalui beberapa tahapan dalam mengolah atau mengembangkan gerakan.
Tahapan Psikomotor menurut Simpson Persepsi Kesiapan Gerakan terbimbing Gerakan terbiasa Gerakan yang kompleks Penyesuaian Kreativitas
Kemampuan bersiap diri secara fisik. Kemampuan meniru contoh. Keterampilan yang berpegang terbimbing pada pola. Berketerampilan luwes, lancar, gesit dan lincah. Kemampuan mengubah gerak yg kompleks & mengatur kembali. Kemampuan menciptakan pola baru. Mencipta gerak baru secara spesifik yang menekankan pada kreatifitas sebagai dasar dalam keterampilan mengembangkan gerak.
Tahapan-tahapan tersebut perlu dilatih secara terus menerus, berkelanjutan dan terpogram, agar siswa dapat mencapai tingkat kreativitas dan memiliki kecerdasan kinestetik yang lebih optimal. 3. Penilaian Kinerja Pada pembelajaran seni tari, hal ini dapat dilakukan melalui penilaian kelas berbasis kinerja, di mana siswa diminta untuk menjawab pertanyaan pilihan ganda pada kertas dan pensil, para pendukung penilaian kinerja akan meminta siswa mendemonstrasikan bahwa mereka dapat melakukan tugas-tugas tertentu seperti
menulis
suatu
karangan,
melakukan
suatu
eksperimen,
menginterpretasikan jawaban terhadap suatu masalah, memainkan suatu lagu atau melukis suatu gambar, dengan demikian penilaian kinerja adalah menuntut siswa dapat mendemonstrasikan keterampilannya dalam suatu situasi testing (Muslimin; 2000:53). Penilaian kinerja (performance assessment) tidak hanya menilai
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
7
kemampuan dari sisi pengetahuan tetapi juga secara afektif dan psikomotor bagaimana kerja tersebut dapat dilakukan siswa dengan mentaati prosedur yang ditetapkan, karena di dalamnya ada proses menilai perilaku yang ditentukan oleh sistem pekerjaan. Kinerja sendiri memiliki arti sebagai suatu kemampuan kerja, prestasi yang diperhatikan atau yang dicapai dalam melaksanakan suatu fungsi pekerjaan dalam suatu periode tertentu. Sejalan dengan itu Gomes memberikan pengertian kinerja adalah catatan outcomes yang diberikan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama periode tertentu (Gomes, 2003:135). Dengan demikian jelas bahwa dalam penilaian kinerja khususnya pada proses pembelajaran Grounlund menyatakan bahwa penilaian kinerja dapat dijadikan dasar bagi guru untuk mengevaluasi efektifitas pembelajaran, baik proses maupun hasil (Gronlund; 1955: 238). Demikian pula yang diungkapkan Nitko yang menerangkan penilaian kinerja adalah suatu prosedur yang digunakan untuk memberikan informasi mengenai kemajuan belajar siswa. Penilaian kinerja tidak sama dengan tes pada umumnya, penilaian kinerja memerlukan tugas untuk menerapkan beberapa pengetahuan dan keterampilan siswa, kemudian siswa diharapkan dapat menunjukkan atau melakukannya sesuai dengan tujuan pembelajaran (Nitko; 1996:239). Penilaian kinerja, baik sebagai penilaian proses maupun hasil memberikan beberapa keuntungan, salah satunya yaitu cara yang terbaik untuk memberikan informasi dan memperbaiki kemampuan belajar yang dapat diamati secara obyektif. Kelemahan lain penilaian kinerja salah satunya dalam sistem pelaksanaan yaitu pada tesnya itu sendiri yang oleh Grounlund disebut dengan tes kinerja. Tes kinerja lebih sukar dibandingkan dengan tes pengetahuan, karena tes ini memerlukan waktu lebih banyak untuk mempersiapkan dan melaksanakannya serta skornya sering subyektif dan membebani (Grondlund; 1982:81-82). Untuk itu Gomes dalam penilaian kinerja agar dapat efektif dan objektif terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu 1) adanya kriteria performansi yang dapat diukur secara obyektif, dan 2) adanya obyektivitas dalam proses evaluasi (Gomes; 2003: 136). Namun menurut Nitko untuk menjamin kesahihan hasil penilaian maka kedua bagian dari penilaian kinerja yaitu tugas dan rubrik harus
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
8
dipadukan,
maksudnya
1)
mendaftarkan
semua
tugas-tugas,
kemudian
menentukan hasil belajar yang akan dicapai siswa, dan 2) tidak cukup bagi siswa jika hanya menampilkan tujuan belajar, akan tetapi guru harus mengevaluasi secara adil kualitas penampilan siswa (Nitko; 1996: 240-241). Untuk itu ada beberapa teknik yang digunakan dalam melakukan penilaian kinerja yaitu 1) rating scale adalah penilaian yang didasarkan pada skala dari yang tinggi sampai yang rendah pada standar-standar unjuk kerja, 2) Chek list adalah penilaian yang didasarkan pada suatu standar unjuk kerja yang sudah dideskripsikan terlebih dahulu kemudian penilai memeriksa pemenuhan standar, 3) Critical Incident Methods (Metode Peristiwa Krisis) adalah penilaian yang didasarkan pada perilaku yang khusus dilakukan di tempat kerja baik perilaku yang sangat baik maupun perilaku yang sangat buruk dalam kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan, 4) Observasi dan Tes Prestasi kerja adalah penilaian yang didasarkan pada tes pengetahuan dan keterampilan, tes dapat dilakukan secara tertulis atau peragaan keteramplan, dan 5) Self Assessment Methods (Metode Penilaian
Diri)
adalah
penilaian
diri
sendiri
dengan
harapan
dapat
mengidentifikasi aspek-aspek perilaku kerja yang perlu diperbaiki. 4. Penilaian Kinerja dalam Meningkatkan Kecerdasan Kinestetik Kecerdasan kinestetik merupakan suatu kemampuan mengolah tubuh yang dapat diimplementasikan melalui kinerja maksimum dalam bentuk kegiatan menirukan gerak, mempersepsikan gerak, mengembangkan gerak, maupun mencipta gerak baru, seperti halnya pada pembelajaran seni tari di Sekolah Dasar. Kecerdasan kinestetik tersebut sesungguhnya dapat dinilai melalui penilaian kinerja dengan berbagai metode. Penilaian kinerja dengan metode yang menitik beratkan pada proses dapat diamati secara berkelanjutan dalam suatu periode tetentu, di mana siswa secara terstruktur dinilai secara invidual untuk mengetahui kelemahannya dan secara terbimbing pula siswa mendapat critical incedent atau penilaian yang didasarkan pada perilaku khusus. Untuk penilaian kinerja dengan metode penilaian yang menitikberatkan pada hasil (produk) didapat dari kesan
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
9
keseluruhan produk dalam hal ini gerak yang disusun siswa dan biasanya dilakukan pada tahap appraisal sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Kecerdasan kinestetik dalam pembelajaran seni tari selain dipengaruhi adanya pemberian metode penilaian kinerja yang tepat, juga dalam pemberian rating skala yang harus terperinci kriterianya, yang sering disebut dengan pemberian skor rubric. Hal dimaksudkan agar penilaian tersebut dapat lebih objektif, terukur, dan dapat dipertanggungjawabkan. Penilaian kinerja juga harus dilakukan secara terus menerus (on going), karena kecerdasan kinestetik siswa dapat meningkat tidak hanya dapat dilakukan dengan satu kali penilaian atau pengamatan. Penilaian yang dilakukan satu kali, umumnya penilaian yang berorientasi pada produk, sehingga pengamatan pada pengoptimalisasian kecerdasan kinestetik kurang komprehensif. Berikut perbedaan penilaian kinerja proses dan produk yang dapat digunakan agar saling melengkapi dan penilaian terhadap kecerdasan kinestetik dapat benar-benar mengukur peningkatannya. Perbedaan Penialain Kinerja Proses dan Produk Komponen Tujuan
Kompetensi Pendekatan
Sasaran Waktu
Teknik penilaian
Penilaian Proses Menilai kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik Berbasis perilaku atau ability Pendekatan berdasarkan perilaku yang tampak dan mendukung kinerja seseorang Proses Terus menerus dan berkelanjutan (on-going) analytic scoring, yaitu pemberian skor terhadap aspek-aspek yang berkontribusi terhadap suatu performansi;
Penilaian Produk Menilai kualitas produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan
Berbasis hasil atau appraisal Pendekatan yang lebih fokus pada capaian atau produk
Produk Hasil akhir
holistic scoring, yaitu pemberian skor berdasarkan impresi penilai secara umum terhadap kualitas performansi
Berdasarkan karakteristik metode penilaian kinerja tersebut, di mana guru dapat melakukan penilaian kinerja proses dan produk untuk menilai kemapuan siswa dalam pembelajaran seni tari, maka akan diperoleh data perkembangann
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
10
kemampuan kinestetik siswa. Dengan deemikian upaya guru dalam membantu meningkatkan kecerdasan kinestetik siswa dapat dilakukan dengan penilaian kinerja, yang disusun dengan sistematis, sesuai dengan kriteria-kriteria yang harus dicapai dan sistem penskoran yang jelas dengan menggunakan rubrik. C. KESIMPULAN Pemilihan metode penilaian yang tepat akan membantu meningkatkan kecerdasan kinestetik siswa dalam pembelajaran seni tari, karena penilaian kinerja memiliki kekuatan, apabila dilakukan secara terus menerus, berkelanjutan, ada umpan balik, dilakukan secara individual dari setiap tugas-tugas yang dikerjakan siswa untuk kemudian diperbaiki. Kelemahan dari penilaian kinerja proses ini adalah membutuhkan waktu yang cukup lama, kecermatan dalam menilai dan adanya perlakuan yang bersifat privacy, sehingga untuk pembelajaran yang sifatnya klasikal metode penilaian ini kurang tepat digunakan, kecuali apabila guru memiliki waktu yang cukup untuk menilai siswa secara individual. Kelebihan dari penilaian produk adalah mendewasakan perilaku siswa, sehingga tidak ada perlakuan khusus. Siswa diberi kesempatan untuk mengesksplorasikan dirinya di luar pembelajaran, disamping itu tidak terlalu memerlukan waktu yang lama dalam menilai hasik akhir atau produk. Selain itu dampak dari diberikan penilaian kinerja proses adalah terdiagnosisnya kelemahan siswa, sehingga guru dapat sesegera mungkin memperbaiki kelemahan dan mencarikan solusi untuk mengatasi kelemahan tersebut. Penilaian kinerja proses juga dapat mengarahkan siswa pada kemampuan lain yang dimiliki, sehingga akan tergali semua potensi dan kemampuan siswa. Bagi siswa yang memiliki banyak kelemahan dalam hal psikomotor penilaian proses sangat baik diberikan agar guru dapat membantu memperbaiki kelemahan dan menggali kelebihan yang dimiliki siswa. Kecerdasan kinestetik dalam pembelajaran tari tidak hanya ditentukan bakat yang dibawanya sejak lahir, tetapi bakat saja tidak cukup apabila tidak ada faktor pendukung lain yang bersifat internal dan eksternal sehingga dapat membantu dalam mengembangkan atau meningkatkan bakat tersebut. Untuk itu
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
11
diperlukan perlakuan yang tepat agar kecerdasan kinestetik dapat meningkat yaitu dengan menggunakan metode penilaian kinerja yang tepat, dalam hal ini penialaian kinerja proses dan penilaian kinerja produk.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
12
DAFTAR PUSTAKA Amstrong, Thomas, 2002. Sekolah Para Juara: Menerapkan Multiple Intelligences di Dunia Pendidikan, terj. Yudhi Murtanto. Bandung: Kaifa. Denova Charles C, 1979. Test Construction for Evaluation, New York: Van Nostrand Reinhold Gardner, Howard, 2003. Multiple Intelligences : Kecerdasan Majemuk Teori dalam Praktiek, terjemahan Alexander Sindoro. Batam: Interaksara. Gallahue, David L, and John C Ozmun. 1998. Understanding Motor Development. USA: The McGraw-Hill Companies. Gomes F. C, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi Offset. Gronlund, Norman E, 1982. How to Make Achievement Test and Assessments. New York: Prentice-Hall, Inc. Grow, Gerald, A Working Paper: Writing and Multiple Intelligence, h.1 (http://www.longleaf.net/ggrow, diakses 20 Februari 2011. Hawkins, Alma M, 1990. Mencipta Lewat Tari, terjemahan Y. Sumandiyo Hadi. Yogyakarta: Institut Seni Indonesia. Hurlock, Elizabeth B, 1991. Perkembangan Anak, terjemahan Meitasari Tjandrasa,dkk. Jakarta: Erlangga. Langer, Susan K, 1985. Problems of Art, terjemahan F.X. Widaryanto distensil oleh ASTI Bandung. New York: Charles Cribner’s Sons. Lwin, May., et al, 2008. How to Multiple Your Child”s Intelligence, terj. Christine Sujana. Jakarta: PT Indeks. Muslimin, Ibrahim dan Muhamad Nur, 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya: University Press. Nitko, Anthony J.1996. Educational Assessment of Students. New Jersey: Prentice-Hall. Robert L.Linn & Norman E. Gronlund, Measurement and Assessment in Teaching (New Jersey: Prentice-Hall, 1955), h. 238. Simpson, Gronlund and others, Bloom’s Taxonomy: Psychomotor Domain, (http://www.olemiss.edu/depts/edu_school2/docs/stai_manual/manual 10 htm. diakses 20 Februari 2011).
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu
13
Soedarsono, 1992. Pengantar Apresiasi Seni Tari . Jakarta: Balai Pustaka. Stefanakis, Evangeline Harris, 2002. Multiple Intelligences and Portfolios: A Window into the Learners’s Mind. Portsmouth: A Division of Reed Elsevier Inc. Zainul, Asmawi dan Noehi Nasution, 1997. Penilaian Hasil Belajar, Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka. .
Riwayat Hidup Dinny Devi Triana, lahir di Karawang, 9 Desember 1968. Pendidikan D3 ASTI Bandung Jurusan Seni Tari (1991), S1 ISI Yogyakarta Jurusan Tari Nusantara (1993), S2 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (2004) dan S3 Penelitian & Evaluasi Pendidikan UNJ (2006-sekarang). Pengalaman menulis antara lain penulis Buku Seni Budaya untuk SMA/SMK (Penerbit Inti Prima), Buku Seni Budaya dan Keterampilan kelas 1 s/d 5 SD (Penerbit Galaxi), Buku Evaluasi Dalam Pembelajaran Seni Tari (Penerbit Yastin Learning Center). Penulis jurnal diantaranya jurnal ARTISTIKA FPBS UNJ, jurnal Humaniora UNES dan jurnal Budaya UNAS. Kegiatan seminar nasional yang pernah diikuti sebagai pemakalah diantaranya semnas Pendidikan Seni Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS UPI Bandung, semnas Himpunan Evaluasi Pendidikan di Yogyakarta dan semnas Seni dan Pembelajarannya di UNESA, dll. Kegiatan workshop sebagai nara sumber secara berkala di Balai Latihan Kesenian Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Pusat baik untuk guru-guru maupun pelaku seni. Melaksanakan workshop tari Betawi di KJRI dan KBRI Jerman pada kegiatan revitalisasi seni tahun 2009. Sampai saat ini menjadi tim perumus penyusunan pedoman Guru, Pelaku dan Pelatih Tari untuk Balai Latihan Kesenian bekerjasama dengan Dinas Pariwisata & Kebudayaan DKI Jakarta.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) perpustakaan.upi.edu | repository.upi.edu | upi.edu