Penilaian Hasil Terjemahan dari Aspek Kebahasaan dalam Kitab Risălatul Mudzăkarah
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)
Oleh
MAKHFIYYAH MUTHI’AH NIM: 1110024000001
JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H
i
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya saya bukan hasil karya asli atau jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah.
Ciputat, 11 Maret 2014
Makhfiyyah Muthi’ah NIM: 1110024000001
ii
Penilaian Hasil Terjemahan dari Aspek Kebahasaan dalam Kitab Risălatul Mudzăkarah
Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S)
Oleh : MAKHFIYYAH MUTHI’AH 1110024000001
Dosen Pembimbing
Dr. Abdullah, M. Ag. NIP: 19610825-199303-1-022
Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum. NIP: 19791229-200501-1-004
JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “Penilaian Hasil Terjemahan dari Aspek Kebahasaan dalam Kitab Risālatul Mudzākarah” yang ditulis oleh MAKHFIYYAH MUTHI’AH, NIM 1110024000001 telah diujikan dalam Sidang munaqasyah di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah pada tanggal 25 September 2014. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada program studi Tarjamah.
Ciputat, 25 September 2014
Sidang Munaqasyah TIM PENGUJI
TANDA TANGAN
Dr. TB Ade Asnawi, MA (Ketua Sidang)
( Tgl.
)
Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum (Sekretaris Sidang)
( Tgl.
)
Dr. Abdullah, M.Ag (Pembimbing 1)
( Tgl.
)
Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum (Pembimbing 2)
( Tgl.
)
Dr. Darsita Suparno, M. Hum (Penguji 1)
( Tgl.
)
Drs. Ikhwan Azizi, MA (Penguji 2)
( Tgl.
)
iv
PRAKATA
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah Swt atas segala nikmat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat dan salam tak lupa penulis junjungkan pada baginda Nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita sebagai umat-Nya mampu mengenal, mencari, dan menegakkan syari’at Islam. Dalam hal ini, penulis menyadari skripsi yang penulis karyakan masih jauh dari sempurna. Proses penulisannya pun tidak terjadi secara instan begitu saja, butuh proses panjang dalam menyelesaikannya. Skripsi ini merupakan sebuah karya penulisan guna memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sastra di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada penerbit dan penerjemah Kitab Risālatul Mudzākarah karena telah memberikan informasi mengenai biografi penerjemah Kitab Risālatul Mudzākarah. Kemudian kepada penerjemah, Bapak Zainal Arifin Yahya terima kasih karena telah mempercayakan penulis untuk melakukan penelitian skripsi ini dan memberikan informasi mengenai biografinya. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan dan Pengurus Ar-Rabithah ‘Alawiyah karena telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis. Sehingga penulis bisa menjalankan proses perkuliahan dari awal masuk sampai pada akhirnya selesai dan berjalan dengan lancar. Tidak lupa penulis juga ucapkan terima kasih kepada seluruh civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah, kepada: Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA
v
selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Oman Faturrahman, M.Hum selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Dr. Akhmad Saehudin, M.Ag selaku Wakil Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Dr. TB Ade Asnawi, MA selaku Ketua Jurusan Tarjamah, dan Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum selaku Sekretaris Jurusan Tarjamah. Serta seluruh dosen-dosen jurusan Tarjamah terima kasih atas segala ilmu dan pengetahuan yang diberikan selama ini kepada penulis. Semoga ilmu yang diberikan bermanfaat dan menjadi bekal bagi penulis dimasa depan. Secara khusus kepada Bapak Dr. Abdullah, M.Ag dan Bapak Dr. Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum selaku dosen pembimbing skripsi, serta Ibu Dr. Darsita Suparno, M.Hum dan Bapak Drs. Ikhwan Azizi, MA selaku dosen penguji sidang skripsi, penulis mengucapkan terima kasih tak terhingga atas kesediaannya meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk membaca, mengoreksi, dan memberikan referensi, serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penghormatan serta salam cinta penulis haturkan kepada sosok yang sangat berjasa selama nafas ini berhembus; kedua orangtuaku, Fatich Alfais Yahya dan Mira Sulastri Z. Terima kasih Abah dan Mamih selalu menjadi orangtua terhebat untukku, sehingga dengan kekuatan doa, dukungan, dan motivasi penulisan skripsi ini berjalan lancar dan selesai tepat waktu. Tak lupa penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Adik penulis, Syarief Muhammad Syafiq yang telah mendukung dan menghibur penulis. Kemudian penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Ahmad Abdul Aziz, sosok guru yang telah membantu dan mengajarkan penulis untuk
vi
memperdalam ilmu tentang Nahwu dan Sharaf. Sehingga proses analisis dalam penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar. Kepada sahabat-sahabat terbaik penulis; Ahmad Farhan, Kholis Alhasan, Imam Arifin, Humairoh, Novi Aryanita, Siti Nur Asiah, dan Hanni Nuraeni. Terima kasih telah membuat hidup ini menjadi lebih berwarna. Kebersamaan, tawa canda, suka duka, dukungan, motivasi, serta doa dari kalian sangatlah berarti untukku. Kemudian kepada kerabat seperjuangan, Tarjamah 2010 terima kasih untuk kebersamaannya selama 4 tahun kita berjuang, jatuh bangun, pahit manis kita rasakan
bersama-sama. Serta adik-adik penulis; Dalipah, Regi,
Wardah, Aldi, Annida, Amel, dan Riyanti. Terima kasih atas semangat dan dukungan dari kalian semua. Semoga skripsi yang masih jauh dari kesempurnaan ini bisa memberikan manfaat bagi siapa saja terutama yang tertarik dengan dunia penerjemahan.Saran dan kritik membangun penulis harapkan guna untuk perbaikan skripsi ini.
Ciputat, 11 Maret 2014
Makhfiyyah Muthi’ah
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………….… i PERNYATAAN ……………………………………………………...………....
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ………………………………... iii LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ……………………………….. iv PRAKATA ………………………………………………………………………. v DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. viii DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………… xi DAFTAR TABEL ………………………………………………………………. xii PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ……………………………... xiii SINGKATAN……………………………………………………………………. xviii ABSTRAK ……………………………………………………………………….. xix BAB I PENDAHULUAN A
Latar Belakang Masalah ………….……………………………….…. 1
B
Batasan dan Rumusan Masalah ……………………………………..
5
C
Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……………………………………
6
D
Tinjauan Pustaka ……………….…………………………………… 6
E
Metode Penelitian ……………..…………………………………….. 10
F
Sistematika Penulisan ………….……………………………………. 12
BAB II TEORI TERKAIT PENILAIAN PENERJEMAHAN A. Pengantar …………………….…………………………………….... 14 B. Penilaian Penerjemahan …………………………………………….. 17 1.
Aspek Penilaian ………..…………………………………..…… 18
2.
Model Penilaian ………………………………………………… 19
3.
Strategi Penilaian ……………………………………………...… 23
viii
C. Pedoman Penilaian Penerjemahan …………………………………… 24 1.
Benny Hoedoro Hoed …………………………………………… 25
2.
Moch. Syarif Hidayatullah ……………………………………… 29
3.
Nababan …………………………………………………………. 30
4.
Rochayah Machali … ……………………………………………. 33
5.
Tim Gunadarma …..……………………………………………. 39
D. Sintesis Pustaka ……………………………………………………... 48
BAB III GAMBARAN UMUM RISĀLATUL MUDZĀKARAH A. Pengantar ……………………………………………………………... 49 B. Tentang Penulis ………………………………………………………. 49 1.
Riwayat Hidup Abdullah Haddad (Shohibul Ratib ……………… 49
2.
Karier Abdullah Haddad (Shohibul Ratib) ……………………… 52
3.
Karya-karya Abdullah Haddad (Shohibul Ratib) ………………... 55
C. Tentang Penerjemah ………………………………………………….. 58 1.
Riwayat Hidup Zainal Arifin Yahya …………………………….. 58
2.
Karier Zainal Arifin Yahya ……………………………………… 59
3.
Karya-karya Zainal Arifin Yahya ……………………………….. 59
BAB VI PENILAIAN ATAS TERJEMAHAN KITAB RISĀLATUL MUDZĀKARAH A. Pengantar ……………………………………………………………... 61 B. Analisis Penilaian Atas Terjemahan Kitab Risălatul Mudzăkarah dari Aspek Kebahasaan ……….………………………………………….. 61
ix
C. Hasil dan Presentase Penilaian Terjemahan Kitab Risălatul Mudzăkarah dari Aspek Kebahasaan……..………….……………….. 80
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………………………... 92 B. Saran-saran ……………………………………………….………….. 93
DAFTAR PUSTAKA ………………………………….………..……………… 95 LAMPIRAN ……………………………………………………………………... 98
x
DAFTAR GAMBAR No
Gambar
1.
1
3.
3
4.
4
Keterangan Proses Penerjemahan menurut Nida dan Taber. Proses Penerjemahan menurut Hidayatullah Continuum Peran Pribadi Penerjemah
Halaman 15 16 28
xi
DAFTAR TABEL
No
Tabel
1.
1
2.
2
3. 4. 5. 6. 7.
3 4 5 6 7
8.
8
Keterangan Perbandingan Model-model Penilaian Terjemahan. Kelemahan Model-model Penilaian Terjemahan Evaluasi Naskah Terjemahan Contoh Pemberian Nilai Pedoman Penilaian Terjemahan. Kriteria Penilaian Rambu-rambu Penilaian Hasil Penilaian Terjemahan Kitab Risălatul Mudzăkarah
Halaman 21 22 24 28 29 36 37 78
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini merujuk pada pedoman transliterasi arab-latin yang ditetapkan berdasarkan keputusan dari Kementrian Agama Nomor: 158 Tahun 1987 – Nomor: 0543 b/u/1987. Berikut pedoman transliterasi yang digunakan tersebut.
1.
Konsonan
No
Huruf Arab
Huruf Latin
1
ا
Tak berlambang
2
ب
3
No
Huruf Arab
Huruf Latin
16
ط
ṭ
b
17
ظ
ẓ
ت
t
18
ع
‘
4
ث
ś
19
غ
g
5
ج
j
20
ف
f
6
ح
ḥ
21
ق
q
7
خ
kh
22
ك
k
8
ذ
d
23
ل
l
9
ذ
ż
24
م
m
10
ر
r
25
ن
n
11
ز
z
26
ھـ
h
12
س
s
27
و
w
13
ش
sy
28
ء
‘
14
ص
ṣ
29
ي
y
15
ض
ḍ
xiii
2.
Vokal Vokal dalam bahasa Arab sama seperti vokal pada bahasa Indonesia. Vokal
bahasa Arab terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. a.
Vokal Tunggal (monoftong) Vokal tunggal bahasa Arab lambangnya berupa tanda atau harokat yang
transliterasinya dapat diuraikan sebagai berikut: TANDA
NAMA
HURUF LATIN
NAMA
ــَــ
Fathah
a
a
ــِــ
Kasrah
i
i
ـــُــ
Dhammah
u
u
Contoh:
b.
ﻛﺘـﺐ: kataba
ﺳﺒﻮرة: sabbuurah
ﻣﻤﺴﺤﺔ: mimsahah
ﯾﺬھـﺐ: yadzhabu
Vokal Rangkap (diftong) Vokal rangkap bahasa Arab lambangnya berupa gabungan antara harokat
dengan huruf, transliterasinya sebagai berikut: TANDA
NAMA
HURUF LATIN
NAMA
ــَــ ي
Fathahdengan Ya
ai
a dan i
ــَــ و
Fathah dengan Wau
au
a dan u
Contoh:
ﻛﯿﻒ: kaifa ھﻮل: haula
xiv
3.
Maddah (Vokal Panjang) Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harokat dan huruf,
transliterasinya adalah sebagai berikut: TANDA
NAMA
HURUF LATIN
NAMA
ــَــ ا
Fathah dengan Alif
a
a
ــِــ ي
Kasrah dengan Ya
i
i
ـــُــ و
Dhammah dengan Wau
u
u
Contoh:
ﻓﺎﻋـﻞ: faa’ala
ﯾﻘﻮل: yaquulu
ﻛﺮﯾﻢ: kariim
4.
Ta’ marbuthah Ada dua macam transliterasi untuk ta’ marbuthah, yaitu: a. Ta’ marbuthah hidup Ta’ marbuthah yang hidup atau yang mendapat harokat fathah, kasrah, dan dhammah, maka transliterasinya adalah (t). b. Ta’ marbuthah mati Ta’ marbuthah yang mati atau mendapat harokat sukun dibelakangnya, transliterasinya adalah (h). Contoh :
طﻠﺤﺔ: thalhah
xv
c. Jika pada kata terakhir dengan ta’ marbuthah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang “al” serta bacaan yang kedua terpisah, maka ta’ marbuthah itu ditransliterasikan menjadi (h). Contoh:
روﺿﺔ اﻟﺠﻨﺔ: raudhatul jannah
5.
Syaddah (Tasydid) Syaddah atau tasydid dalam sistem tulisan bahasa Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda syaddah. Dalam transliterasi tanda syaddah dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Contoh:
رﺑـﻨﺎ: rabbanaa رﺑﻰ: rabbi
6.
Kata Sandang Kata sandang dalam sistem bahasa Arab dilambangkan dengan huruf “al”
baik diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qomariyah.Penulisannya ditulis secara terpisah dari kata yang mengikutinya dan hubungkan dengan tanda (-). Contoh:
اﻟﺮﺟﻞ: Al-rajulu اﻟﻤﺎﺋﻦ: Al-ma’un
xvi
7.
Hamzah Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, hamzah ditransliterasikan
dengan spostrof.Tetapi itu hanya berlaku bagi hamzah yang diletaknya ditengah dan
diakhir
kata.Apabila
letaknya
diawal
kata,
maka
hamzah
tidak
dilambangkan. Karena dalam tulisan arab berupa alif. Contoh:
ﺷـﯿﺊ: syai’un أُﻣﺮت: umirtu
xvii
SINGKATAN
BSa
: Bahasa Sasaran
BSu
: Bahasa Sumber
TSa
: Teks Sasaran
TSu
: Teks Sumber
TBp
: Teks Bahasa Penerima
NBSa
: Naskah Bahasa Sasaran
NBSu
: Naskah Bahasa Sumber
SL
: Source Language
TL
: Target Language
EYD
: Ejaan Yang Disempurnakan
xviii
ABSTRAK
MAKHFIYYAH MUTHI’AH Penilaian Hasil Terjemahan dari Aspek Kebahasaan dalam Kitab Risālatul Mudzākarah Menilai terjemahan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh makna yang disampaikan dalam pesan tersebut dapat mudah dipahami atau tidak, baik dari segi keakuratan, kejelasan, dan ketepatan. Dalam melakukan proses penilaian terjemahan, yang dinilai adalah produk atau hasil dari terjemahan tersebut, bukan dari proses penerjemahannya. Sehingga yang akan diberikan penilaian dalam kitab Risālatul Mudzākarah adalah terjemahannya bukan prosesnya. Pada kesempatan kali ini penulis melakukan penelitian mengenai penilaian yang ditinjau dari aspek kebahasaannya yang meliputi leksikon, morfologi, dan sintaksis.Penelitian ini penulis lakukan untuk mengetahui sejauh mana kebahasaan yang dilakukan oleh penerjemah dalam melakukan penerjemahannya. Baik dari segi leksikon yang meliputi kosakata, kemudian segi morfologi yang meliputi makna dalam kata, dan sintaksis yang meliputi pola antara frasa, klausa, dan kalimat. Kemudian setelah dilakukan penelitian dengan menganalisis terjemahan demi terjemahan yang terdapat dalam kitab Risālatul Mudzākarah, menurut penulis terjemahannya tidak terlalu buruk dan juga tidak terlalu bagus. Karena jika terjemahan tersebut dikonsumsi oleh khalayak masyarakat yang awam tentang tasawuf maka akan sulit memahami apa makna dari terjemahan kitab tersebut.
xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Penerjemahan adalah usaha mereproduksi pesan dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa) dengan hasil semirip mungkin, baik dalam makna maupun gaya bahasanya. Sebuah karya terjemahan harus mempengaruhi pembaca dengan cara yang sama seperti karya aslinya. Seorang penerjemah harus bisa menjamin bahwa apa yang disampaikan kepada pembacanya adalah benar-benar seperti apa yang dimaksudkan penulis asli. Tentunya ini bukan persoalan mudah, apalagi menerjemahkan teks dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Dalam buku Pedoman bagi Penerjemah, Rochayah Machali mengemukakan bahwa Catford menggunakan pendekatan kebahasaan dalam melihat kegiatan penerjemahan, dan ia mendefinisikannya sebagai "the replacement of textual material in one language (SL) by equivalent textual material in another language (TL)" mengganti bahan teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa sasaran. Kemudian Newmark juga memberikan definisi serupa, namun lebih jelas lagi: "rendering the meaning of a text into another language in the way that the author intented the text" menerjemahkan makna suatu teks ke dalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksudkan pengarang. 1 Kegiatan penerjemahan dilakukan untuk membantu orang-orang yang tidak bisa memahami pesan secara langsung dari bahasa sumbernya. Esensi
1
Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 25
1
penerjemahan sesungguhnya adalah menyampaikan amanat (gagasan, pemikiran, perasaan) dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. 2 Menerjemahkan bukan saja menuliskan pikiran-pikirannya sendiri dan bukan pula menyadur, dengan pengertian menyadur sebagai pengungkapan kembali amanat dari suatu karya terjemahan dengan meninggalkan detail-detailnya tanpa mempertahankan gaya bahasanya dan tidak harus ke dalam bahasa lain. Selain memahami apa itu menerjemahkan dan apa yang harus dihasilkan dalam terjemahannya, seorang penerjemah hendaknya mengetahui bahwa kegiatan menerjemahkan itu kompleks, merupakan suatu proses. 3 Dewasa ini sudah banyak hasil karya terjemahan dari satu bahasa ke dalam bahasa lain. Di Indonesia juga sudah banyak hasil karya penulis yang diterjemahkan dari bahasa asing ke bahasa Indonesia. Hasil karya terjemahan bentuknya beragam seperti buku, majalah, buletin, surat-surat berharga, dan lain sebagainya. Namun, sebagai sebuah hasil karya terjemahan kita perlu menilai dan menganalisis apakah terjemahan itu sudah benar sesuai dengan kaidah penerjemahan. Nida dan Taber mengemukakan bahwa penerjemahan yang benar (correct translation) bergantung pada untuk siapa penerjemahan itu dilakukan, yakni siapa calon pembaca terjemahan kita. Benny H. Hoed menambahkan bahwa benar tidaknya suatu terjemahan (correctness in translation) bergantung juga pada untuk tujuan apa penerjemahan itu dilakukan. 4
2
M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 3 3 A. Widyamartaya, Seni Menerjemahkan (Yogyakarta: Kanisius, 1989), h. 14 4 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 13
2
Menilai kualitas terjemahan adalah salah satu aktivitas penting dalam penerjemahan. Penilaian terhadap kualitas terjemahan selain dapat dilakukan secara langsung dengan mengamati dan membaca secara cermat, juga dapat dilakukan dengan cara memberi penilaian secara matematis. 5 Meskipun penilaian terhadap hasil terjemahan itu terbilang bersifat subjektifrelatif, tetapi penilaian secara matematis perlu dilakukan. Penilaian ini juga biasa dilakukan oleh penerbit untuk menilai apakah suatu terjemahan itu layak untuk dikonsumsi atau tidak. Hasil terjemahan yang baik pasti harus melalui proses panjang. Salah satunya ialah membiasakan menyunting dan menganalisis kembali hasil terjemahan tersebut yang dihasilkan, tujuannya untuk menguji apakah hasil terjemahan tersebut sudah bagus atau belum. 6 Terjemahan yang bagus adalah terjemahan yang isi penyampaian pesannya dapat tersampaikan oleh si pembaca. Bisa dipastikan, teks sumber dan teks sasaran mempunyai warna budaya dan bahasa yang berbeda. Oleh karena itu produk terjemahan sudah seharusnya dibingkai dalam nuansa budaya dan situasi bahasa target. Jika tidak, terjemahannya hanya akan dirasa sebagai sebuah bacaan yang tidak wajar dan tidak berterima. Kewajaran suatu teks terjemahan dapat dihadirkan jika penerjemah menguasai bahasa sumber dengan baik, dan menguasai bahasa sasaran dengan lebih baik lagi. 7 Dalam buku Pedoman bagi Penerjemah, Rochayah Machali memaparkan proses penilaian terhadap suatu terjemahan terbagi menjadi dua, yaitu: Penilaian 5
Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An (Tangerang: Dikara, 2010), h. 71 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An (Tangerang: Dikara, 2010), h. 73 7 M. Zaka Al Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 4 6
3
Umum Terjemahan dan Penilaian Khusus Terjemahan. Proses Penilaian Umum Terjemahan terdapat beberapa aspek yang ditinjau dari pemadanannya, yaitu dari aspek pemadanan linguistis (struktur gramatika), aspek padanan semantik, dan aspek lainnya yaitu penyampaian gaya bahasanya. 8 Jika ditinjau dari aspek pemadanan linguistik yang berkaitan dengan aspek kebahasaannya, unsur-unsur yang meliputi dalam penerjemahan yaitu: makna kamus (leksikon atau kosakata), makna morfologis (transposisi atau struktur kata), makna sintaksis (modulasi atau struktur kalimat), dan makna retoris (unsur ini terkait dengan majaz atau metafora, alegori, dan idiom. 9 Dalam kajian linguistik, makna kamus (leksikon atau kosakata) adalah kata atau frasa yang merupakan satuan makna. 10 Kemudian makna morfologis (transposisi atau struktur kata) adalah bagian dari tata bahasa yang mempelajari bentuk-bentuk kata dan segala hal serta proses pembentukannya. 11 Makna sintaksis (modulasi atau struktur kalimat) adalah cabang linguistik yang mengkaji susunan kata dalam kalimat yang mempelajari hubungan antara kata, frasa, klausa kalimat yang satu dengan kata, frasa, klausa kalimat lainnya. 12 Kitab Risālatul Mudzākarah merupakan salah satu kitab klasik terkenal karya ulama besar Al-Habib As-Sayyid Abdullah bin ‘Alawiy Al-Haddad yang disusun lebih dari empat abad yang lalu. Kitab ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa
8
Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 116 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An (Tangerang: Dikara, 2010), h. 17 10 Moch. Syarif Hidayatullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 92 11 Moch. Syarif Hidayatullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 59 12 Moch. Syarif Hidayatullah, Pengantar Linguistik Bahasa Arab (Klasik Modern) (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 99 9
4
Indonesia oleh Zainal Arifin Yahya dan diterbitkan oleh penerbit Pustaka Mampir Jakarta. Kitab ini dari segi penyajiannya sangat menarik, karena antara teks Arab (TSu) dan terjemahan teks Indonesia-nya (TSa) disajikan secara berdampingan. Sehingga memudahkan pembaca untuk membacanya. Namun, dari segi isi atau pembahasannya kitab ini perlu dikaji lagi, apakah terjemahan kitab ini sudah memenuhi aspek kebahasaannya atau belum, baik dari makna kamus, morfologis, dan sintaksisnya. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk menulis skripsi dengan judul; Penilaian Hasil Terjemahan dari Aspek Kebahasaan dalam Kitab Risālatul Mudzākarah.
B. Batasan dan Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang peneliti temukan dalam kitab Risālatul Mudzākarah yaitu pada masalah aspek kebahasan yang meliputi segi leksikon, morfologis, dan sintaksis. Selanjutnya, peneliti hanya mengambil beberapa halaman untuk dijadikan bahan dalam melakukan penelitian. Yaitu pada bab Mukmin sejati. Dalam hal ini, peneliti memilih bab Mukmin Sejati sebagai bahan penelitian dalam penulisan skripsi karena bab ini menjelaskan tentang tasawuf. Selain itu dari segi terjemahannya kurang dipahami dan pesan tidak tersampaikan, terutama bagi kalangan awam. Karena hanya kalangan tertentu saja yang bisa memahami makna dari terjemahan tersebut. Kemudian dalam proses terjemahannya menggunakan kalimat perumpamaan seperti majaz dan makna kiasan, sehingga
5
makna dari isi pesan dalam terjemahannya kurang untuk dipahami. Oleh karena itu, bab Mukmin Sejati sangat menarik untuk dijadikan sebagai bahan penelitian. Kemudian dari permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti dapat merumuskannya dalam bentuk pertanyaan: 1.
Bagaimana aspek kebahasaan dalam terjemahan kitab Risālatul Mudzākarah jika dilihat dari segi leksikon, morfologis, dan sintaksis?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Penulisan skripsi ini bertujuan untuk: 1.
Mengetahui keakuratan dalam penyampaian pesan dari aspek kebahasaan yang meliputi segi leksikon, morfologis, dan sintaksisnya dalam terjemahan kitab Risālatul Mudzākarah.
Sedangkan kegunaan dari penelitian dalam skripsi ini adalah : 1.
Sebagai sumbangan pemikiran dalam upaya peningkatan dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidang penerjemahan.
2.
Sebagai bahan informasi ilmiah bagi lembaga penerbit hasil karya terjemahan.
3.
Sebagai wacana keilmuan dan pengalaman bagi penulis.
D. Tinjauan Pustaka Setelah peneliti mencari dan menelaah berbagai karya-karya ilmiah baik melalui perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora maupun perpustakaan UIN
6
Syarif Hidayatullah Jakarta, sepengetahuan peneliti ada beberapa kajian skripsi yang memiliki kesamaan substansi dengan penelitian yang peneliti lakukan. Pertama Tatam, menulis tentang “Kritik Atas Terjemahan Hadits” (Studi Kasus Terjemahan Mukhtashar Shahih Al-Bukhari). Batasan permasalahan yang diteliti oleh peneliti hanya terfokus pada bab Zakat saja. Sementara yang menjadi salah satu pertimbangan mengapa pada bab Zakat yang dipilih oleh peneliti sebagai sasaran utamanya karena sering dijumpai kata
زﻛــﺎة, ﺗﺼــﺪق,إﻧﻔــﺎق
yang pada kesemuanya memiliki arti yang sama dan serupa, yaitu; zakat. Jika seorang penerjemah tidak mampu dan hati-hati dalam memahami konteks pada BSu maka akan terjadi kekeliruan dalam menerjemahkan. Dalam penelitian ini, peneliti membahas tentang kritik atas terjemahan yang dibagi dari dua segi, yaitu kritik internal dan kritik eksternal. Kritik internal hanya fokus pada isi atau materi terjemahan kitab Mukhtashar Shaẖîẖ Al-Bukhârî dengan melakukan kritik juga penilaian secara objektif terhadap terjemahan tersebut. Sedangkan kritik eksternal hanya fokus kepada penyajian hasil buku terjemahan kitab Mukhtashar Shaẖîẖ Al-Bukhârî dari segi artistic dan grafis. Peneliti merujuk pada teori yang dikemukakan Moch. Syarif Hidayatullah. Alasannya, teori ini dianggap lebih mudah untuk memperoleh nilai secara matematis. Kedua Amir Hamzah, menulis tentang “Penilaian Kualitas Terjemahan (Studi Kasus Kitab Fiqh Al-Islâm Wa Adilatuh Karya Wahbah Al-Zuhaili).” Batasan masalah dalam penulisan skripsi yang ditulis oleh peneliti hanya fokus pada bab Salat saja. Sedangkan rumusan masalah yang dikemukakan oleh peneliti adalah ketepatan, kejelasan, dan kewajaran dalam mengalihkan pesan.
7
Dalam penelitiannya, peneliti merujuk pada teori yang dikemukakan Rochayah Machali. Kriteria yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan proses penilaian adalah pokok-pokok penilaian dan struktur gramatika. Struktur gramatika tertuju pada pembahasan tentang morfologis dan sintaksis. Kedua bidang tersebut memang berbeda, tetapi keduanya adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. 13 Sintaksis dan morfologis sangat berpengaruh terhadap proses penerjemahan. Apabila terjadi kesalahan dalam pengalihan makna, maka akan berpengaruh terhadap makna yang dihasilkan. Sedangkan morfologis padanannya sesuai tetapi tidak merubahan nilai rasa. Dalam kajian linguistik morfologis adalah ilmu yang membicarakan struktur internal kata, sedangkan sintaksis adalah ilmu yang membicarakan kata dengan hubungannya dengan kata lain, atau unsur-unsur lain sebagai satuan ujaran. 14 Pembahasan dalam penulisan skripsi ini memiliki kesamaan dengan skripsi yang akan peneliti (saya) kaji, yaitu mengenai penilaian terhadap suatu terjemahan, yang berbeda hanya dari segi objeknya saja. Teori yang digunakan sama, yaitu teori yang dikemukakan oleh Rochayah Machali. Ketiga Siti Hamidah, menulis tentang “Peribahasa Arab dalam Buku Bahasa Gaul Ikhwan Akhwat” (Pendekatan Penilaian Penerjemahan). Batasan masalah dalam penelitian ini adalah penerjemahan peribahasa arab. Sedangkan rumusan masalahnya adalah mengetahui jenis peribahasa yang menjadi karakteristik buku tersebut, metode penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah, dan mengetahui bagaimana hasil penerjemahan tersebut setelah dilakukan penilaian. 13 14
Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 206 Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 206
8
Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian adalah
metode
kualitatif
dengan
menggunakan
pendekatan
penilaian
penerjemahan berdasarkan analisis deskriptif. Dalam pembahasannya, peneliti menjelaskan mengenai teori-teori apa saja yang meliputi tentang peribahasa. Yaitu; definisi dan macam-macam peribahasa baik dari segi bahasa arab dan Indonesia. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori penerjemahan yang dikemukakan oleh Newmark; 1979, bahwasanya Newmark memandang metode dalam penerjemahan dapat ditilik dari segi penekanannya terhadap BSu dan BSa. Yaitu; penerjemahan kata per kata, penerjemahan harfiah, penerjemahan semantis, penerjemahan setia, penerjemahan adaptasi, penerjemahan bebas, penerjemahan idiom, dan penerjemahan komunikatif. Sedangkan teori penilaian penerjemahan yang digunakan peneliti adalah teori penilaian yang dikemukakan oleh Mildred L. Larson; 1989. Dalam bukunya Mildred L. Larson menjelaskan bahwa dalam melakukan proses penilaian terjemahan ada beberapa aspek yang harus diperhatikan yaitu; ketepatan, kejelasan, dan kewajaran. Selanjutnya, dari ketiga sumber tinjauan pustaka yang peneliti paparkan di atas, terdapat kesamaan teori penilaian yang digunakan, yaitu teori yang dikemukakan oleh Rochayah Machali. Teori tersebut telah digunakan oleh Amir Hamzah dalam penelitian skripsinya, hanya saja disini terdapat perbedaan antara penelitian yang dilakukan penulis dengan Amir Hamzah. Segi objek tidak ada kesamaan, karena kitab yang digunakan sebagai bahan penelitian berbeda. Kemudian perbedaan selanjutnya terletak pada judul penulisan skripsi, judul skripsi yang peneliti angkat mengenai penilaian dari aspek kebahasaan yang
9
meliputi leksikon, morfologi, dan sintaksis. Sedangkan Amir Hamzah mengangkat judul mengenai penilaian kualitas terjemahan terkaitan dengan ketepatan, kejelasan, dan kewajaran dalam mengalihkan pesan.
E. Metode Penelitian a.
Sumber Data Sumber data yang peneliti gunakan sebagai bahan utama dalam penelitian
skripsi ini adalah kitab Risālatul Mudzākarah yang merupakan karya As-Sayyid Al-Habib Al-‘Arif billah Syekh Abdullah bin ‘Alawiy Al-Haddad. Kitab ini merupakan risalah yang termuat dalam satu kitab karya beliau yang popular dengan judul Ad-Da’wah At-Tammah wa Al-Tadzkirah Al-‘Ammah. Kitab ini telah diterjemahkan oleh Zainal Arifin Yahya dan diterbitkan melalui penerbit Pustaka Mampir. Kitab Risālatul Mudzākarah cukup menarik untuk dikaji serta banyak diminati oleh para pembaca. Selain dari pembahasannya yang membahas mengenai risalah diskusi, kitab ini dari tampilan design-nya juga memudahkan pembaca karena antara teks Arab (TSu) dan teks Indonesianya (TSa) diletakkan secara berdampingan.
b.
Tahapan Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dilakukan dengan menginventarisasi teks-teks arab
dan teks-teks terjemahan bab Mukmin Sejati yang terdapat dalam kitab Risālatul Mudzākarah. Setelah itu, peneliti melakukan analisis dengan menerapkan teori
10
penilaian yang digunakan, sehingga ditemukan data yang tepat untuk bahan analisis dan penilaian.
c.
Analisis Data Metode yang peneliti gunakan adalah metode campuran atau mix method.
Dalam hal ini, peneliti menganalisis dengan membagi kedua metode tersebut, metode kualitatif peneliti gunakan untuk yaitu mengamati dan menganalisis teksteks yaitu TSu dan TSa pada Bab Mukmin Sejati dalam kitab Risălatul Mudzăkarah.
Kemudian
peneliti
menjelaskan
secara
terperinci
dengan
mengeksplorasi leksikon, morfologis, dan sintaksis. 15 Selanjutnya, metode kuantitatif peneliti gunakan untuk data statistik berupa tabel dari hasil penelitian tersebut. Setelah itu hasil perolehan dari analisis tersebut dimasukkan kedalam hitungan matematis untuk memperoleh prosentase penilaian terjemahan.
d.
Teknik Pengambilan Data Data yang diambil oleh peneliti dalam melakukan proses penelitian berupa
teks-teks arab yang terdapat dalam kitab Risălatul Mudzăkarah pada bab Mukmin Sejati. Kemudian setelah data sudah terkumpul, proses penelitian dilakukan dengan mencari dan mencatat beberapa kesalahan yang terdapat pada TSu dan TSa. Selanjutnya, hasil tersebut dimasukan kedalam perhitungan matematis. Dalam hal ini, peneliti menggunakan teori penilaian yang dikemukakan oleh Rochayah Machali sebagai rujukan utama dalam proses penelitian. Peneliti juga 15
Muhammad, Metode Penelitian Bahasa (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 20
11
menggunakan kajian pustaka (library research). Secara teknis penulisan skripsi ini didasarkan pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang berlaku di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh Center Of Quality Development and Assurance (CeQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian skripsi akan disajikan dalam lima bab, yaitu pendahuluan, kerangka teori, gambaran umum, analisis, dan kesimpulan. Tujuannya adalah untuk mendapat pemahaman dan komprehensif dalam pembahasan masalah dalam penelitian skripsi ini, maka dari itu peneliti memaparkan sistematika penulisannya sebagai berikut: Bab I Pendahuluan. Bab ini merupakan awal atau pembukaan, pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian serta sistematika penulisan skripsi. Bab II Teori Terkait Penilaian Terjemahan. Bab ini membahas mengenai segala yang berhubungan dengan proses menilai suatu terjemahan. Kemudian pada bab ini peneliti juga membahas mengenai pedoman teori-teori penilaian terjemahan yang dikemukakan oleh beberapa tokoh. Bab III Gambaran Umum. Bab ini merupakan gambaran mengenai biografi, riwayat hidup, karier, serta karya-karya penulis dan penerjemah Kitab Risālatul Mudzākarah.
12
Bab IV Analisis. Bab ini merupakan analisis penilaian terhadap terjemahan Kitab Risālatul Mudzākarah yang peneliti lakukan ditinjau dari perspektif aspek kebahasaan terjemahannya yang meliputi segi leksikon, morfologis, dan sintaksis. Dalam bab ini akan dideskripsikan juga bagaimana hasil terjemahan Kitab Risālatul Mudzākarah secara objektif. Selain itu juga diberikan alternatif terjemahan jika ditemukan kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baku. Bab V Penutup. Bab ini merupakan hasil dari analisis penilaian yang peneliti lakukan. Terdiri dari kesimpulan dan saran-saran yang peneliti berikan untuk penerjemah dan penerbit guna sebagai masukan untuk edisi selanjutnya.
13
BAB II TEORI TERKAIT PENILAIAN PENERJEMAHAN
A. Pengantar Seperti yang sudah dijelaskan pada bab I bahwa penerjemahan adalah usaha mereproduksi pesan dari bahasa sumber (BSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa) dengan hasil semirip mungkin, baik dalam makna maupun gaya bahasanya. Sebuah karya terjemahan harus mempengaruhi pembaca dengan cara yang sama seperti karya aslinya. Dalam bahasa Indonesia, istilah terjemah diambil dari bahasa Arab, tarjamah. Bahasa Arab sendiri mengambil istilah tersebut dari bahasa Armenia, turjuman. Kata turjuman sebentuk dengan tarjaman yang berarti seseorang yang mengalihkan tuturan dari bahasa satu ke bahasa lain. 16 Menerjemahkan sebuah teks bukan hanya sekedar mengalihkan kata demi kata, kalimat demi kalimat yang terdapat dalam bahasa Indonesia. Tetapi menerjemahkan juga berarti merakit dan mengungkapkan kembali gagasan naratif sebuah teks sumber (TSu) ke dalam bahasa sasaran (BSa). 17 Dalam proses penerjemahan, penerjemah diharuskan melakukan rangkaian tindakan, seperti kebiasaan untuk mengalihkan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Dilihat dari prosesnya, menurut Nida dan Taber penerjemahan yang baik harus mengikuti suatu proses yang bertahap, yaitu: 18
16
Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek) (Bandung: Humaniora, 2005), h. 7 17 M. Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 123 18 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008), h. 20
14
1. Analisis; Penerjemah harus mempelajari teks BSu dari segi bentuk dan isi serta harus memperhatikan hubungan makna antar kata dan gabungan kata. 2. Pengalihan; Penerjemah mulai menerjemahkan dengan melakukan alih bahasa setelah menganalisis secara lengkap yang mencakup aspek gramatikal dan semantik. 3. Penyerasian; Penerjemah menyusun kembali teks dengan ragam yang sesuai dan gaya bahasa yang wajar.
Proses penerjemahan yang telah dipaparkan di atas dapat digambarkan seperti di bawah ini :
A (Source)
B (Receptor)
ANALISIS
PENYERASIAN
X
PENGALIHAN
Y
Gambar 1. Proses Penerjemahan
Gambaran tentang proses penerjemahan di atas, bahwa analisis – pengalihan – penyerasian tidak terjadi sekali saja, melainkan berulangkali. Penerjemah harus melakukan secara berulang dari analisis ke penyerasian, dan dari penyerasian ke analisis lalu ke penyerasian, kembali ke analisis dan seterusnya sampai diperoleh hasil terjemahan yang baik. 19
19
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008), h. 21
15
Untuk menghasilkan suatu pesan teks BSa yang sesuai dengan pesan yang terdapat pada teks BSu, seorang penerjemah harus memperhatikan proses penerjemahan yang dirumuskan oleh Hidayatullah 20, yaitu: Struktur Luar TSu
Pemadanan Leksikal TSu
Pemadanan Morfologis TSu
Pemahaman Leksikal TSu
Struktur Batin TSu dan TSa
Pemadanan Sintaksis TSu
Pemahaman Morfologis TSu
Pemahaman Pragmatis TSu
Pemadanan Semantis TSu
Pemahaman Sintaksis TSu
Pemahaman Semantis TSu
Pemadanan Pragmatis TSu
Struktur Luar TSa
Gambar 2. Proses Penerjemahan
Proses penerjemahan pada gambar diatas melalui 13 proses dimulai dari struktur luar TSu dan berakhir pada struktur TSa. Struktur luar TSu maksudnya teks tersebut masih dalam berupa teks asli. Kemudian Pemahaman Leksikal TSu mengharuskan seorang penerjemah untuk lebih memiliki kepekaasn terhadap leksikal, supaya dia bisa memahami kosakata yang ada pada TSu. Pemahaman Morfologis TSu mengharuskan penerjemah memahami segala bentuk morfologis kosakata pada TSu, sehingga dia mengetahui perubahan kosakata manasaja yang mengalami perubahan makna. Pemahaman Sintaksis TSu mengharuskan penerjemah memahami pola kalimat yang ada dalam TSu. Pemahaman Semantis TSu mengharuskan penerjemah memahami pemaknaan yang ada pada TSu. Pemahaman Pragmatis TSu mengharuskan penerjemah memahami pemahaman 20
Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An (Jakarta: Dikara, 2010), h. 13
16
yang dikaitkan dengan konteks yang ada pada TSu. Pada struktur batin TSu dan TSa terjadi transformasi pada penerjemah untuk menyesuaikan pemahaman TSu ke dalam pemadanan TSa. Pemadanan Leksikal TSa mengharuskan penerjemah memilih padanan yang tepat untuk kata yang ditemui pada TSu. Pemadanan Morfologis TSa mengharuskan penerjemah memiliki pengetahuan tentang padanan yang tepat setelah kata tersebut mengalami perubahan bentuk. Pemadanan Sintaksis TSa mengharuskan penerjemah memiliki kepekaan makna pada tiap kalimat yang ada. Pemadanan Semantis TSa berhubungan dengan pemadanan sintaksis TSa. Pemadanan Pragmatis TSa adalah hasil dari pemahaman konstektual TSu, sehingga penerjemah dapat menerjemahkan dengan konteks yang tepat. Setelah melalui semua proses tersebut kemudian menghasilkan suatu Struktur Luar TSa yang layak untuk dikonsumsi. 21
B. Penilaian Terjemahan Seperti halnya seorang penulis yang perlu mengembangkan teknik dalam menulisya, tidak bisa dipungkiri bahwa seorang penerjemah juga perlu mengembangkan kualitas terjemahannya. Seorang penerjemah tidak hanya bertanggung jawab dalam mengalihbahasakan suatu naskah, tetapi juga perlu berperan sebagai pengamat yang mengevaluasi hasil terjemahannya. Hanya saja, penerjemah biasanya merasakan kesulitan untuk melakukan penilaian terhadap terjemahannya sendiri, karena secara psikologis mungkin dia beranggapan bahwa terjemahannya sudah bagus dan tidak perlu dilakukan penilaian lagi. 22
21
Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An (Jakarta: Dikara, 2010), h. 14 Truly Almendo Pasaribu, Menilai Kualitas Terjemahan (Diakses 2/3/2014, 19.30 wib), http://pelitaku.sabda.org/menilai_kualitas_terjemahan 22
17
Menilai suatu terjemahan tentunya didasarkan pada kriteria-kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu, supaya terjemahan tersebut dapat dikatakan baik karena telah memenuhi seluruh kriteria tersebut. Penilaian terhadap suatu terjemahan dapat ditujukan kepada makna atau isi kemudian kewajaran menurut BSa. Selain apa yang harus dinilai atau diperhatikan, perlu juga diketahui bagaimana cara melakukan penilaian. 23 Dalam penilaian pada isi teks, hal yang harus diperhatikan adalah apakah isi dalam teks terjemahan tersebut telah akurat atau belum. Kemudian sejauh mana makna yang terdapat di dalam TSu dapat dialihkan secara akurat ke dalam teks terjemahan. Pedoman yang harus diperhatikan adalah apakah ada yang ditambah atau dikurangi setelah dilakukan penilaian apabila teks terjemahan tersebut tidak mengungkapkan seluruh makna yang terdapat pada teks sumber. 24
1.
Aspek Penilaian Penilaian terjemahan merupakan bagian terpenting dalam konsep teori
penerjemahan. Oleh karenanya kriteria/aspek penilaian terjemahan membawa pada konsep terjemahan dan penilaian yang berbeda-beda. Maka dari itu, diharapkan penilaian yang diberikan dapat menilai suatu terjemahan dengan baik karena untuk menentukan kualitas terjemahan. 25 Dalam kriteria penilaian penerjemahan ini, ditentukan aspek yang dinilai mencakup; kesepadanan makna pada aspek linguistis, semantik dan pragmatis,
23
Maurits D. S. Simatupang, Pengantar Teori Terjemahan (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2000), h. 130 24 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008), h. 131 25 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008), h. 145
18
tingkat kewajaran, penggunaan gaya bahasa, peristilahan khusus, penggunaan ejaan baku, dan kesepadanan teks. 26
2. Model Penilaian Teori yang mendasari pengembangan model dalam penilaian terjemahan ini adalah teori tentang penerjemahan, teks, penilaian/ukuran. Oleh karena itu, dalam merumuskan suatu model penilaian harus berlandaskan dengan teori-teori ini, dan model penilaian ini harus signifikan dengan teori tersebut, supaya model penilaian terjemahan yang dihasilkan dapat memiliki keterandalan yang tinggi. 27 Model penilaian terjemahan memiliki ciri umum yaitu pengkategorian kesalahan pada setiap pendekatan yang berbeda berdasarkan ada atau tidaknya pengukuran kuantitatif. Williams membagi dua kelompok model penilaian, yaitu; Model Penilaian Kuantitatif dan Model Penilaian Kualitatif. 28
Model-model penilaian yang termasuk dalam kategori model penilaian kuantitatif:29 1.
Canadian Language Quality Measurement Sistem (Sical) Model penilaian ini dikembangkan oleh Kantor Penerjemahan Pemerintahan
Kanada yang digunakan sebagai alat ujian maupun untuk membantu menilai kualitas 300 juta kata terjemahan instrumental setiap tahunnya.
26
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008), h. 147 27 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008), h. 150 28 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008),, h. 150 29 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008),h. 150
(Jakarta: (Jakarta: (Jakarta: (Jakarta:
19
2.
The Council of Translator and Interpreter of Canada (CTIC) Model penilaian ini menggunakan perbandingan dengan model penilaian
lainnya sebagai ujian sertifikasi penerjemah. Setiap jenis kesalahan pada penerjemahan diberi nilai kuantitatif. 3.
Analisis Wacana oleh Bensoussan dan Rosenhouse Model penilaian ini dicetuskan oleh Bensoussan dan Rosenhouse gunanya
untuk mengevaluasi terjemahan siswa dan digunakan untuk menilai pemahaman bahasa inggris dalam konteks TEFL. 4.
Tekstologi oleh Larose Model penilaian ini berupa kisi-kisi bersusun yang terdiri dari faktor mikro
struktur, makro struktur, superstruktur, peritekstual atau ekstrakstual, dan lainnya. Terjemahan dievaluasi lalu dibandingkan dengan setiap kriteria kualitas secara terpisah dan nilai ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
Selanjutnya model-model penilaian yang termasuk dalam kategori model penilaian kualitatif: 30 1.
Model Skopostheory Model penilaian ini berdasarkan fungsi dan tujuan TSa dapat diaplikasikan
secara pragmatik seperti dokumen sastra. Dalam model penilaian ini analisis kesalahan tidak begitu diperlukan, hanya saja harus mengukur kualitas suatu terjemahan berdasarkan teks BSa.
30
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008), h. 152
20
2.
Model Penjelasan Deskriptif (Descriptive Explanatory) Model penilaian ini dihadirkan oleh House dengan menggunakan teks
fungsional yang dieksplorasi oleh Haliday, Crystal, dan Davey. Mereka menolak bahwa penilaian secara alami terlalu subjektif. Selanjutnya di bawah ini akan digambarkan bagaimana perbandingan antara model-model penilaian dengan cara menilai, kegunaan, dan kriteria teks terjemahannya. Tabel 1. Perbandingan Model-model Penilaian Terjemahan No.
Model
A
Model Kuantitatif
1
2
3
4
B
Sical
Cara Menilai
Melihat jumlah kesalahan mayor dan minor dalam 400 kata suatu teks.
CTIC
Setiap jenis kesalahan diberi nilai kuantitatif, seperti; -10, -5 lalu jumlah kesalahan total dikurangi 100
Bensoussan dan Rosenhouse
- Penilaian berdasarkan kesetiaan pada tingkat linguistik dan tingkat cultural. Nilai berdasarkan pada terjemahan yang benar pada setiap unit.
Tekstologi
- Penilaian ditetapkan berdasarkan kesepakatan, skala 1-5 yang akan ditambahkan dengan faktor yang memberatkan - Berupa kisi-kisi untuk analisis multikriteria.
Kriteria Teks Terjemahan
Kegunaan
-
Alat uji Membantu menilai kualitas 300 juta kata terjemahan instrumental setiap tahun.
-
Ujian sertifikasi penerjemah
-
Evaluasi terjemahan siswa Menilai pemahaman dalam konteks TEFL Membuat tabel frekuensi kesalahan pada setiap kriteria.
-
-
-
-
Berterima; hanya 12 kesalahan transfer tanpa kesalahan mayor (dalam 400 kata) Dapat direvisi Tidak berterima
Lulus; nilai 75%
Tidak ada kriteria standar.
Terjemahan terbaik yang mempunyai nilai kumulatif tertinggi.
Model Kualitatif
21
1
Skopostheory
- Tidak perlu analisis kesalahan - Teks sasaran sebagai tolak ukur penilaian terjemahan
2
Penjelasan deskriptif
- Penilaian dilakukan secara alami.
C
Perpaduan kuantitatif dan kualitatif - Membandingkan keberadaan keenam elemen dalam bahasa sumber dan bahasa sasaran
Argumentasi Williams
Menilai terjemahan profesional dan mahasiswa
-
Tidak ada standar kualitas khusus.
-
Standar tinggi Standar rendah
Model-model penilaian yang telah digambarkan dalam sebuah tabel di atas tentunya memiliki kelemahan-kelemahan. Seperti yang dikemukakan oleh Williams. Tabel 2. Kelemahan Model-model Penilaian Terjemahan No
Jenis Model -
1
Kuantitatif
-
2
Kualitatif
Kelemahan Karena keterbatasan waktu, hanya dapat menilai probabilitas statistik dasar dan tidak dapat menilai hasil terjemahan seluruhnya. Analisis mikrorekstual tidak dapat menghindari beberapa penilaian serius terhadap kandungan makrostruktur terjemahan. Adanya ambang keberterimaan berdasarkan jumlah kesalahan khusus tidak dapat dikritisi baik dengan teori. Tidak dapat menawarkan ambang keberterimaan yang meyakinkan, diperkirakan karena model penilaian ini tidak dapat mengajukan bobot kesalahan dan hitungan untuk teks individu.
Model-model penilaian tersebut sebagian besar diaplikasikan pada teks pendek bahkan hanya dalam bentuk kalimat-kalimat. 31 Para peneliti membuat model-model penilaian untuk digunakan dalam pengaplikasian pada karya sastra, iklan, teks jurnalistik, dan lainnya.
31
Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008), h. 155
22
3.
Strategi Penilaian Pembahasan mengenai hasil suatu terjemahan sulit untuk lepas dari aspek
mutu terjemahan. Ada berbagai macam cara untuk menilai kualitas hasil terjemahan, seperti yang dikemukakan oleh Nababan, yaitu; Teknik cloze (Cloze Technique), Teknik membaca dengan suara nyaring (Reading-Aloud technique), Uji pengetahuan, Uji performansi (Performance Test), Terjemahan balik (Back translation), Pendekatan berdasarkan padanan (Equivalence-based Approach) dan Instrumen penilaian (Accuracy and readibility-rating instrument). 32 Dalam hal ini pembahasan mengenai strategi penilaian yang dikemukakan oleh Nababan akan lebih diperjelas oleh peneliti pada bagian pedoman penilaian penerjemahan. Selain itu, tiga hal pokok yang harus diperhatikan oleh seorang penerjemah dalam melakukan penilaian. 33 Yaitu: 1.
Keakuratan Keakuratan makna referensial harus menjadi pembatas antara “benar-salah”.
Dalam makna tersebut terdapat maksud dan tujuan penulis. Oleh karena itu sangat dilarang jika penerjemah dalam melakukan penerjemahannya, maknanya menyimpang dari yang dimaksudkan penulis. 2.
Kewajaran Kewajaran juga berperan penting dalam sebuah hasil terjemahan. Jika
seorang penerjemah dalam menerjemahkan bisa mengikuti gaya bahasa penulis, maka penyampaian maknanya terasa wajar. Tetapi jika sebaliknya, maka harus dilakukan perombakan ulang supaya makna tersebut terlihat wajar. 32
Kuliah, Strategi Penilaian Kualitas Terjemahan (diakses pada 2/3/2014, 19.33 wib), http://bahasa.kompasiana.com/2012/03/05/startegi-penilaian-kualitas-terjemahan-444110.html 33 Truly Almendo Pasaribu, Menilai Kualitas Terjemahan (diakses 2/3/2014, 19.30 wib), http://pelitaku.sabda.org/menilai_kualitas_terjemahan
23
3.
Keterbacaan Bahasa Terjemahan Kandungan makna dari sebuah isi naskah terjemahan memang sangatlah
penting. Tetapi jangan jadikan alasan untuk mengacaukan bahasa terjemahan kita, yaitu dari aspek keterbacaannya. Jika menerjemahkan sebuah artikel formal atau resmi ke dalam bahasa Indonesia, kita wajib mengikuti aturan EYD. Ketiga poin di atas dapat dibuat kolom evaluasi terhadap hasil naskah terjemahan. 34 Tabel 3. Evaluasi Naskah Terjemahan
No. 1 2 3
Pokok Penilaian Keakuratan Kewajaran Keterbacaan Bahasa
Hasil Evaluasi Menyimpang/tidak menyimpang Wajar/kaku Baku/tidak baku
Seorang penerjemah dalam melakukan evaluasi terhadap terjemahannya yaitu dengan
cara
menghitung frekuensi
kesalahan-kesalahannya
dari
naskah
terjemahannya. Semakin sering seorang penerjemah melakukan evaluasi, maka semakin peka untuk melihat seberapa banyak kesalahan yang diperoleh.
C. Pedoman Penilaian Penerjemahan Dalam penjelasan ini peneliti membahas mengenai pedoman penilaian penerjemahan yang dikemukakan oleh para tokoh serta teori-teorinya. Yaitu; Benny Hoedoro Hoed, Moch. Syarif Hidayatullah, Nababan, Rochayah Machali, dan Tim Guna Dharma.
34
Truly Almendo Pasaribu, Menilai Kualitas Terjemahan (diakses 2/3/2014, 19.30 wib), http://pelitaku.sabda.org/menilai_kualitas_terjemahan
24
1.
Benny Hoedoro Hoed Hoed mengemukakan bahwa proses penerjemahan betul-salah bersifat relatif.
Oleh karena itu sangat sulit bagi kita untuk menilai suatu terjemahan jika betulsalah itu sifatnya relatif. Hoed mengutip sebuah pernyataan yang dikemukakan oleh Newmark mengenai proses menilai suatu terjemahan. 35 Yaitu; a.
Translation as a science. Maksudnya adalah kita melihat dan menilai dari segi kebahasaannya saja. Yakni menilai betul-salahnya berdasarkan segi kebahasaannya. Contoh: (a1)
Passengers can enjoy a comfortable ride from the airport to any hotel in the city.
(a2)
Para
penumpang
dapat
menikmati
perjalanan
yang
menyenangkan dari Bandar udara ke setiap hotel di dalam kota. (Catatan: Teks (a1) diambil dari sebagian Pocket Guide: Welcome to Singapore. Singapore Changi Airport. Teks (a2) terjemahan menurut Hoed). 36
Bagian teks (a1) diterjemahkan dengan memperhatikan konteksnya. Sehingga dapat dinilai sebagai padanan kata/frase dalam teks (a2). Perhatikan kata-kata yang dicetak miring. - comfortable ride: perjalanan yang menyenangkan - in the city: di dalam kota Penjelasannya, kata setiap hotel tidak dikatakan sebagai terjemahan yang tepat dari kata any hotel. Karena arti sebenarnya any hotel adalah hotel manapun
35 36
Benny H. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h. 91 Benny H. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h. 92
25
atau hotel apapun. Namun jika disesuaikan dengan konteks terjemahan kata any hotel lebih tepat diterjemahkan menjadi setiap hotel. b.
Translation as a craft. Maksudnya adalah terjemahan dipandang sebagai suatu kiat, yaitu upaya dalam menerjemahkan guna untuk mencapai padanan yang cocok dan memenuhi aspek kewajaran dalam BSa. Contoh: (b1) Passengers can enjoy ride on the 6-seater MaxiCab taxis from the airport to any hotel in Singapore (…) and anyhere within the Central Business District. (b2) Para penumpang dapat menikmati perjalanan yang nyaman dalam taksi MaxiCab yang berkapasitas 6 penumpang dari pelabuhan udara ke hotel mana saja di Singapore (…) dan kemana saja dalam Daerah Pusat Bisnis (Central Business District).
Dalam teks (b1) ada upaya untuk menerjemahkan secara benar untuk menghasilkan suatu terjemahan yang komunikatif. Upaya tersebut terlihat dari hasil “restrukturisasi” yang wujudnya dalam bahasa Indonesia terlepas dari baying-bayang bahasa Inggrisnya. 37 -
Passengers can enjoy ride: Para penumpang dapat menikmati perjalanan
-
6-seater MaxiCab taxis: Taksi MaxiCab yang berkapasitas 6 penumpang Kata passengers (bentuk jamak) diterjemahkan para penumpang (bukan
dalam
arti
sebenarnya
penumpang-penumpang).
Kemudian
kata
ride
diterjemahkan perjalanan. Sedangkan 6-seater MaxiCab taxis diterjemahkan
37
Benny H. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h. 94
26
Taksi MaxiCab yang berkapasitas 6 penumpang. Ketiga upaya diatas bukan hanya sekedar dalam mengalihkan kebahasaannya, tetapi juga suatu kiat supaya hasil terjemahannya dapat diterima oleh pembaca sebagai bahasa Indonesia yang wajar. 38 c.
Translation as an art. Dalam hal ini penerjemahannya menyangkut hal estetis. Maksudnya adalah apabila penerjemahannya tidak hanya melalui proses pengalihan pesan. Tetapi juga penciptaannya, biasanya hal ini terjadi pada penerjemahan teks sastra. 39 Contoh: - Bagian dari sebuah puisi; Present I feel you, absent you’re near, - Seorang
penerjemah
bahasa
Perancis
menerjemahkannya;
Presente je vous fuis – absente je vous trouve. Kalimat you’re near jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia (engkau berada di dekatku) dalam bahasa Perancis diterjemahkan menjadi je vous trouve dan jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia (aku menemukanmu). Hal ini merupakan suatu penciptaan baru. 40 d.
Translation as a taste. Hal ini menyangkut dalam pilihan penerjemahan yang bersifat pribadi. Yaitu apabila pilihan terjemahan merupakan hasil dari penimbangan secara selera. Contoh: - Kata however dapat diterjemahkan menjadi namun atau akan tetapi sesuai selera penerjemah.
Keempat macam cara menilai terjemahan diatas dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk membantu para mahasiswa terjemah dalam melakukan penilaian 38
Benny H. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h. 94 Benny H. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h. 94 40 Benny H. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h. 94 39
27
terjemahan. Keempat macam cara tersebut dapat digambarkan dalam sebuah continuum yang berkisar dari “non-pribadi A” sampai “pribadi B”.
“Sangat Kecil” A
“Sangat Besar” Pesan pribadi penerjemah dalam memilih padanan B
“science”
“craft”
[kebahasaan murni] [
“art”
retorika bahasa
“taste”
]
Gambar 3. Continuum peran pribadi penerjemah
Bagan di atas menjelaskan bahwa peran penerjemah sebagai pribadi sangat kecil, terlihat pada titik A (“science”) dibandingkan dengan titik B (“taste”). Dalam hal ini “craft” dan “art” berada diantaranya. Oleh karena itu konsep betul-salah hanya berlaku pada kutub A (“science”). Continuum di atas mempengaruhi cara kita memberikan nilai kepada hasil pekerjaan penerjemah. Salah satu cara yang diharapkan dapat memberi penilaian yang adil adalah sebagai berikut: 41 Tabel 4. Contoh Pemberian Nilai “science”
“craft”
“art”
“taste”
1 Contoh:
2 Contoh:
3 Contoh:
4 Contoh:
80 x 6 = 480
75 x 3 = 225
80 x 2 = 160
50 x 1 = 50
Hasil Perhitungan 915 = 228,75 = 76,25 4 3
Tabel di atas menjelaskan bahwa pemberian nilai dilakukan dengan membedakan empat tolok ukur, yaitu melihat posisi penerjemahan berperan sebagai science, craft, art, dan taste. Diharapkan kita dapat memberikan penilaian berdasarkan objektivitas atau mengurangi subjektivitas dalam melakukan penilaian suatu terjemahan.
41
Benny H. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), h. 97
28
2.
Moch. Syarif Hidayatullah Menilai kualitas suatu terjemahan merupakan salah satu aktivitas penting
dalam melakukan proses penerjemahan. Alasan seorang penerjemah menilai suatu terjemahan yaitu: melihat keakuratan, mengukur kejelasan, dan menimbang kewajaran. 42 Menurut Hidayatullah dalam bukunya, menilai kualitas suatu terjemahan selain dilakukan dengan cara membaca cermat juga dapat dilakukan dengan cara perhitungan matematis. Hal ini dikarenakan penilaian terhadap suatu terjemahan perlu dilakukan secara matematis walaupun penilaian tersebut bersifat subjektifrelatif.
43
Berikut tabel pedoman penilaian yang ditawarkan oleh Hidayatullah.
Tabel 5. Pedoman Penilaian Terjemahan No
Penilaian
1 2 3
Klausa atau kalimat yang tidak diterjemahkan Terjemahan salah pesan Frasa, diksi, kolokasi, konstruksi atau komposisi, serta tata bahasa tidak dialihkan secara tepat Kesalahan ejaan dan tanda baca
4
Poin yang diberikan 10 poin 5 poin 2 poin 1 poin
Untuk menggunakan pedoman penilaian tersebut, seorang penerjemah harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut; 44 a.
Penilaian terhadap hasil terjemahan yang sudah berbentuk buku dapat dilakukan dengan cara mengambil beberapa halaman pada buku tersebut.
b.
Setiap halamannya diberi skor awal sebanyak 100 poin.
c.
Mulai menghitung kesalahan-kesalahan dan memberikan nilai sesuai dengan yang tertera pada pedoman diatas. 42
Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An (Tangerang: Dikara, 2010), h. 71 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An (Tangerang: Dikara, 2010), h. 71 44 Moch. Syarif Hidayatullah, Tarjim Al-An (Tangerang: Dikara, 2010), h. 71 43
29
d.
Semua skor yang telah hitung pada setiap halaman yang telah diberi nilai dijumlahkan.
e.
Pada setiap halaman yang diberikan skor awal 100 poin tadi kemudian dikurangi dengan jumlah skor kesalahan setiap halamannya.
f.
Skor setiap halaman yang telah dikurangi tadi dijumlahkan semuanya lalu dibagi dengan jumlah halaman.
g.
Hasil dari skor tersebut menjadi nilai akhir dari terjemahan yang dinilai.
h.
Karakter yang diberikan dari setiap skor; terjemahan istimewa jumlah skor yang didapat adalah 90-100, terjemahan sangat baik jumlah skor 80-89, terjemahan baik jumlah skor 70-79, kemudian terjemahan sedang jumlah skor 60-69, terjemahan kurangjumlah skor 50-59, dan terjemahan buruk jumlah skor 0-49.
3.
Nababan Menilai kualitas suatu terjemahan berarti mengkritik sebuah karya
terjemahan. Mengkritik terjemahan merupakan tugas yang sulit, karena dibutuhkan kemampuan yang lebih dalam melakukannya. 45 Fungsi dari seorang kritik terjemah ialah untuk memastikan apakah hasil terjemahan itu sudah bagus dan layak atau tidak untuk disebarluaskan ke masyarakat. Oleh karena itu, sangatlah berat tanggung jawab seorang kritik terjemah karena hasil kritikannya itu harus dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dan masuk akal. 46 45
M. Rudolf Nababan, Teori Menerjemah Bahasa Inggris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 83 46 M. Rudolf Nababan, Teori Menerjemah Bahasa Inggris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 83
30
Dengan demikian, melakukan kritik terhadap suatu terjemahan akan memberikan keuntungan kepada tiga pihak, yaitu; penerjemah, penerbit, pembaca. Penerjemah merasa sangat diuntungkan karena hasil dari kritikan tersebut merupakan masukan yang sangat berharga dan sebagai acuan untuk memperbaiki terjemahannya. Bagi penerbit, kritikan tersebut dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan apakah hasil karya terjemahan ini dapat disebarluaskan ke masyarakat atau tidak. Kemudian bagi pembaca juga merasa diuntungkan karena uang yang telah mereka sisihkan untuk membeli karya terjemahan tersebut tidak terbuang percuma. 47 Selanjutnya, cara penilaian yang dikemukakan oleh Nababan yaitu; a.
Teknik Cloze (Cloze Technique) Teknik ini dilakukan dengan menggunakan tingkat keterpahaman pembaca
terhadap teks sasaran sebagai indikator kualitas terjemahan. Hal ini dilakukan oleh pembaca dengan cara menebak atau memprediksi kata-kata yang dihapus dari teks terjemahan. Namun, teknik ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu; (1) Tidak mengukur seberapa akurat pesan BSu yang dialihkan ke BSa, (2) Tidak mempertimbangkan kompetensi pembaca sasaran, (3) Seandainya terjawab tidak bisa dijadikan jaminan bahwa teks tersebut sudah akurat.
b.
Teknik membaca dengan suara nyaring (Reading-Aloud technique) Teknik ini seperti halnya teknik cloze, yaitu dengan melibatkan pembaca
dalam menentukan kualitas terjemahan. Teknik ini dilakukan dengan meminta pembaca untuk membaca hasil terjemahan, apabila tidak lancar maka bisa 47
M. Rudolf Nababan, Teori Menerjemah Bahasa Inggris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), h. 85
31
diasumsikan bahwa penerjemahan kurang berkualitas. Hal ini tentu saja kurang relevan, karena tidak menjamin jika lancar membacanya maka kualitasnya pun baik. Selain itu, kelancaran membaca berkaitan pula dengan faktor-faktor psikologis, sehingga sulit menemukan korelasi langsung antara kelancaran membaca dan kualitas hasil terjemahan.
c.
Uji Pengetahuan Teknik ini dilakukan dengan menguji pengetahuan pembaca tentang isi teks
BSa. Pertama, pembaca teks BSa diminta untuk membaca suatu teks terjemahan, kemudian menjawab pertanyaan yang telah disiapkan oleh penilai. Jika pembaca Bsa dapat menjawab sejumlah pertanyaan dengan benar dan sama banyaknya dengan pembaca BSu, maka hal tersebut mengindikasikan tingkat kualitas terjemahan. Namun lebih lanjut Nababan menjabarkan kelemahan teknik ini yaitu, (1) Diasumsikan pembaca dibolehkan membaca teks terjemahan selama menjawab pertanyaan, sehingga hal tersebut belum mampu digunakan sebagai alat ukur kualitas terjemahan, (2) Sulit untuk membandingkan pembaca BSa dan pembaca BSu terlebih berkaitan dengan interpretasi; banyak hal yang harus dilibatkan seperti, kompetensi tiap-tiap pembaca danlatar belakang budayanya.
d.
Terjemahan balik (Back translation) Teknik penilaian terjemahan balik (Back Translation) misalnya adalah, teks
Bahasa Inggris (teks A) diterjemahkan ke dalam teks Bahasa Indonesia (teks B) kemudian hasil terjemahan tersebut diterjemahkan kembali ke dalam teks Bahasa Inggris (A’). Selanjutnya, teks A dibandingkan dengan A’ apabila kedua teks tersebut sama, maka hasil terjemahan teks B semakin akurat.
32
e.
Pendekatan berdasarkan padanan (Equivalence-based Approach) Pendekatan
berdasarkan
padanan
(Equivalence-based
Approach)
menggunakan strategi hubungan antara padanan BSu dan BSa sebagai kriteria penentuan kualitas terjemahan. Berdasarkan strategi ini, hal-hal yang perlu dibandingkan ialah; (1) tipe teks, (2) ciri kebahasaan yang digunakan, (3) faktor ekstra-linguistik. Tipe teks merujuk pada fungsi utama bahasa dalam suatu teks. Ciri kebahasaan merujuk pada ciri semantik, gramatikal dan stilistik. Kemudian, faktor ekstra-linguitik merujuk pada dampak pada strategi verbalisasi, pemahaman yang berbeda terhadap suatu isi teks, persepsi yang berbeda terhadap suatu fenomena tertentu.
f.
Instrument Penilaian Strategi ini pertama kali dikemukakan oleh Nagao, Tsuji dan Nakamura
kemudian diadaptasi oleh Nababan. Strategi ini menggunakan penilaian angka skala 1-4. Yang dibagi menjadi sangat akurat, akurat, kurang akurat, dan tidak akurat. Begitu pula dalam penilaian keterbacaan yaitu, sangat mudah, mudah, sulit, dan sangat sulit. Angka-angka yang digunakan dalam instrumen ini ialah sebagai nilai kecenderungan untuk menilai suatu teks terjemahan.
4.
Rochayah Machali Penilaian terhadap suatu terjemahan sangat penting untuk dilakukan.
Alasannya, hal ini disebabkan oleh dua tujuan yaitu; untuk menciptakan hubungan dialektik dan untuk kepentingan kriteria dari standar dalam menilai kompetensi penerjemahan. 33
Machali membahas tiga pokok terpenting dalam melakukan proses penilaian. Yaitu segi-segi yang perlu diperhatikan dalam penilaian penerjemahan, kriteria penilaian, dan cara penilaian. 48 Disamping itu, Newmark mengemukakan bahwa konsep dalam penilaian Machali berupa penilaian umum yang dirangkai dengan menggunakan kerangka metode semantik dan komunikatif. Kemudian penilaian khusus yang juga menggunakan metode penilaian khusus. 49
Penilaian Umum Terjemahan 1.
Segi-segi yang perlu diperhatikan dalam proses penilaian Perlu diperhatikan dalam setiap melakukan proses penilaian bukan hanya
sekedar melihat dari benar-salah, baik-buruk, dan harfiah-bebas saja. Tetapi ada beberapa segi yang harus diperhatikan dalam melakukan proses penilaian. Sebagai bahan perbandingan, berikut contoh beberapa versi teks 50: -
TSu: Some focal points of crises in the present day world are of a longstanding nature.
-
TSa (Terjemahan Autentik): a. Beberapa persoalan krisis penting yang ditemukan di dunia saat ini sudah bersifat kronis. b. Beberapa persoalan krisis utama di dunia pada saat ini sebetulnya merupakan masalah lama. c. Beberapa hal penting yang merupakan krisis dunia dewasa ini adalah mengenai pelestarian alam. 48
Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 143 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 143 50 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 145 49
34
Dari tiga hasil terjemahan diatas, ada beberapa hal yang menunjukkan adanya pembanding. Pada Tsa, dari segi ketepatan pemadanannya terdapat aspek linguistik yaitu semantik dan pragmatik. 51 Aspek pemadanan linguistik (struktur gramatika) dari ketiga versi terjemahan diatas menunjukkan bahwa adanya perbedaan dari kadar ketepatannya dalam menyatakan kembali makna yang terkandung dalam Bsu. 52 Kemudian perbedaan prosedur transposisi yang mendasar pada teks C yaitu kata world sebagai frasa dari kata in the world menjadi frasa nominal yang disatukan dengan kata crises. Sehingga seolah-olah teks aslinya berubah menjadi crises. 53 Kemudian aspek semantiknya, terdapat penyimpangan yang mendasar pada teks C. Yaitu pada frasa pelestarian alam yang menunjukkan adanya distorsi makna referensial. Sehingga seolah-olah kata nature pada tataran kalimatnya dipadankan dengan alam. Apabila dari ketiga versi terjemahan diatas dibandingkan dari segi gaya bahasanya, maka penerjemahan pada teks A harus berupaya untuk mereproduksi gaya bertenaga tersebut dengan menggunakan kata penting dan kronis. Dan penerjemahan pada teks B berubah menjadi gaya bahasa yang biasa atau netral. 54
2.
Kriteria Penilaian Suatu penilaian harus mengikuti prinsip validitas dan reliabilitas. Tetapi
dalam proses penilaian terjemahan sifatnya relatif. Maka validitas penilaiannya dipandang dari aspek content validity dan face validity. Alasannya karena menilai
51
Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 145 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 145 53 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 146 54 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 147 52
35
suatu terjemahan berarti melihat aspek atau content sekaligus melihat aspek yang menyangkut tentang keterbacaan seperti ejaaan atau face. 55 Perlu diperhatikan, yang menjadi pembatas dalam kriteria dasar adalah terjemahan yang salah (tidak berterima) dan terjemahan yang berterima. Kriteria pertama adalah; tidak boleh ada penyimpangan makna referensial yang menyangkut maksud dari penulis aslinya. Kriteria lain menyangkut segi-segi ketepatan pemadanan linguistik, semantik dan pragmatik. Kemudian segi kewajaran dalam pengungkapan dan ejaan. 56 Tabel 6. Kriteria Penilaian Segi dan Aspek A. 1.
Kriteria
Ketepatan Reproduksi Makna Aspek Linguistik a. Transposisi Benar, jelas, wajar.
b. Modulasi c. Leksikon (kosakata) d. Idiom 2.
Aspek semantis a.
Makna referensial
b.
Makana interpersonal
Menyimpang? (lokal/total)
-
Gaya bahasa
Berubah?
-
Aspek interpersonal lain (misal:
(lokal/total)
konotatif dan denotatif)
3.
Aspek pragmatis a.
Pemadanan jenis teks (termasuk
Menyimpang? (lokal/total)
maksud/tujuan penulis). b.
Keruntutan makna pada tataran kalimat
Tidak runtut?
dengan tataran teks.
(lokal/total)
A. Kewajaran Ungkapan
Wajar dan/atau harfiah? (dalam arti kaku)
B. Peristilahan
Benar, baku, jelas
C. Ejaan
Benar, baku
55 56
Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 151 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 152
36
Catatan untuk tabel kriteria penilaian: 57 1.
”Lokal”
maksudnya
adalah
menyangkut
beberapa
kalimat
dalam
perbandingannya dengan jumlah kalimat seluruh teks (persentase). 2.
”Total” maksudnya adalah menyangkur 75% atau lebih apabila dibandingkan dengan jumlah kalimat seluruh teks.
3.
”Runtut” maksudnya adalah sesuai/cocok dalam hal makna.
4.
”Wajar” maksudnya adalah alami, tidak kaku.
5.
”Penyimpangan maksudnya adalah selalu menyiratkan kesalahan, dan tidak demikian halnya untuk ”perubahan”.
3.
Cara Penilaian Ada dua cara dalam melakukan proses penilaian yaitu cara umum dan cara
khusus. Cara umum, secara relatif bisa digunakan pada setiap jenis teks terjemahan, sedangkan cara khusus hanya bisa digunakan khusus untuk teks terjemahan tertentu. Misalnya; teks hukum, teks-teks yang bersifat estetis. 58 Tabel 7. Rambu-rambu Penilaian Kategori
Nilai
Indikator
Terjemahan hampir sempurna
86-90 (A)
Terjemahan sangat bagus
76-85 (B)
Terjemahan baik
61-75 (C)
Terjemahan cukup
46-60 (D)
Penyampaian wajar, hampir tidak terasa seperti terjemahan, tidak ada kesalahan ejaan, tidak ada penyimpangan tata bahasa, dan tidak ada kekeliruan penggunaan istilah. Tidak ada distorsi makna, tidak ada terjemahan harfiah yang kaku, tidak ada kekeliruan penggunaan istilah, terdapat satu atau dua kesalahan tata bahasa/ejaan (untuk bahasa arab tidak boleh ada kesalahan ejaan). Tidak ada distorsi makna, ada terjemahan harfiah yang kaku tetapi tidak relatif lebih dari 15% dari keseluruhan teks sehingga tidak terasa seperti terjemahan, terdapat kesalahan tata bahasa dan idiom yang relatif tidak lebih dari 15% dari keseluruhan teks, ada satu atau dua kesalahan ejaan. Terasa seperti terjemahan, ada distorsi makna, terdapat beberapa terjemahan harfiah yang kaku relatif tidak melebihi
57 58
Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 154 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 154
37
Terjemahan buruk
20-45 (E)
25% keseluruhan teks, ada beberapa kesalahan idiom dan tata bahasa tetapi tidak lebih dari 25% teks keseluruhan, ada satu atau dua penggunaan istilah yang tidak baku/tidak umum/kurang jelas. Sangat terasa seperti terjemahan, terlalu banyak terjemahan harfiah yang kaku, distorsi makna dan kekeliruan dalam penggunaan istilah lebih dari 25% dari keseluruhan teks.
Namun, penting untuk diingat bahwa rambu-rambu bukan harga mati hanya sebagai pedoman saja. Oleh karena itu ada tahap-tahap yang perlu diperhatikan sebelum penerjemah ingin melakukan proses penilaian. 59 Yaitu: 1.
Penilaian fungsional, maksudnya kesan umum untuk melihat apakah tujuan umum dari penulisan menyimpang. Apabila tidak maka proses penilaian dilanjutkan.
2.
Penilaian terperinci, maksudnya berdasarkan segi-segi dan kriteria yang sudah dibahas sebelumnya pada bagian kriteria penilaian.
3.
Penilaian terperinci tersebut digolongkan dalam suatu skala/continuum sehingga dapat diubah menjadi suatu nilai seperti yang tertera pada tabel rambu-rambu penilaian diatas.
Penilaian Khusus Penilaian khusus berhubungan dengan teks-teks khusus baik dalam hal jenisnya, seperti puisi dan dokumen hukum. Kemudian dalam hal fungsinya seperti eksprensif dan vokatif. 60 Dokumen hukum yang berbentuk akta tentu akan berbeda bentuk dengan dokumen yang berisikan tentang kontrak. Misalnya, dalam suatu akta notaris biasanya pada awal kalimat diawali dengan ”Hari ini telah datang menghadap saya...”. Maka bentuknya pun harus dipertahankan dalam penerjemahan. Hal yang 59 60
Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 155 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 157
38
sama berlaku juga untuk puisi. Misalnya suatu puisi berima estetik tertentu tidak bisa sekedar diterjemahkan menjadi puisi tanpa rima. 61 Fungsi teks-teks dalam golongan tersebut harus diperhatikan sebagai teks yang sifatnya juga bentuknya khusus. Oleh karena itu, fungsinya pun juga tentunya khusus. Dengan demikian dalam proses penilaian teks-teks khusus ini harus diikut sertakan segi-segi penilaian yaitu; bentuk, sifat, dan fungsi. 62
5.
Tim Gunadarma Berkualitas atau tidaknya suatu karya terjemahan dapat dilihat dari tiga sudut
yaitu keakuratan, kejelasan, kewajaran. Keakuratan berarti sejauhmana pesan dalam teks BSu tersampaikan dengan benar dalam teks BSa. Kejelasan berarti sejauhmana pesan yang dikomunikasikan dalam teks BSu dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca BSa. Dan kewajaran berarti sejauhmana pesan yang dikomunikasi termasuk dalam bentuk yang lazim, sehingga pembaca teks BSu merasa bahwa naskah yang ia baca adalah naskah asli yang ditulis dalam bahasanya sendiri. 63
1. Tujuan Penilaian Menurut Larson; 1989, ada tiga alasan mengapa seseorang hendak melakukan penilaian terhadap suatu terjemahan. Yaitu; -
Pertama, penerjemah
ingin meyakini bahwa terjemahannya akurat.
Terjemahannya mengkomunikasikan makna yang sama dengan makna dalam 61
Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 158 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Bandung: Kaifa, 2009), h. 158 63 Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunada rma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk 62
39
teks BSu. Makna yang ditangkap pembaca teks BSu sama dengan makna yang ditangkap pembaca teks bahasa penerima. -
Kedua, penerjemah ingin mengetahui bahwa terjemahannya jelas. Maksudnya pembaca sasaran dapat memahami terjemahannya tersebut. Dan bahasa yang digunakan adalah bahasa yang sederhana mudah dipahami serta sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar.
-
Ketiga, penerjemah ingin menguji apakah terjemahannya wajar. Maksudnya terjemahannya mudah dibaca dan menggunakan tata bahasa dan gaya bahasa yang wajar atau lazim.
2.
Teknik Menilai Terjemahan Beberapa teknik dalam menilai suatu terjemahan yaitu; 64
a.
Uji Keakuratan Menguji keakuratan maksudnya mengecek kembali apakah makna yang
dialihkan dari teks BSu sama dengan teks bahasa penerima. Teknik terbaik dalam melakukan uji keakuratan adalah dengan mengedit draf, dianjurkan dalam pengetikannya diberi dua spasi dan margin lebar supaya mempermudah untuk menulis perbaikan. Tetapi bukan dengan melakukan uji seperti berarti merubah naskah aslinya secara keseluruhan, hanya saja untuk mengecek kembali apakah makna dalam teks tersebut sudah benar-benar dikomunikasikan dengan baik atau belum dalam penerjemahan. Untuk menghasilkan terjemahan yang memiliki makna yang sama dengan naskah aslinya, terjemahan tersebut harus wajar dan mudah dipahami. Sehingga 64
Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunada rma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
40
masyarakat lebih mudah untuk menangkap informasi yang terdapat dalam pesan tersebut. Contoh: - TBsu: Bila seorang gadis berkenan di hati seorang pemuda, maka ia memberitahu orang-tuanya untuk melamar pujaan hatinya itu. Orang tua si jejaka kemudian mengadakan lamaran kepada orang tua si gadis. Upacara ini disebut mepadik. -
TBp: When a young girl fall in love with a young man, then she informs her parents about the marriage proposal to the idol of her heart. This ceremony is called mepadik.
Dari teks BSu diatas jelas bahwa pria menempati posisi yang sangat aktif atau pengambil inisiatif: “Ia memberitahu orang-tuanya untuk melamar pujaan hatinya”, sedangkan wanita menempati posisi pasif, pasrah dan menunggu untuk segera dilamar. Hal ini sangat berbeda dengan teks bahasa penerimanya. Dalam teks bahasa penerima, jelas bahwa wanita adalah pengambil inisiatif: “falls in love; she informs her parents about the marriage proposal to the idol of her heart”. Di sini penerjemah dalam terjemahannya tampak dipengaruhi oleh liberalisasi wanita Barat. Dengan demikian, dalam terjemahan ini terjadi distorsi makna. Selain itu, dinamika naskah asli tidak dipertahankan. 65 Lain halnya dengan terjemahan berikut: 65
Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunada rma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
41
- TBp: When a youth has his heart set on a girl, he then informs his parents to express the intentions of his heart. The bachelor’s parents then deliver a proposal to the girl’s parents. This ceremony is called mepadik.
Di sini terlihat terjemahan kedua benar-benar mempertahankan makna, yaitu makna sosio-kultural. Penerjemah mempertahankan kesan pembaca BSu yang memposisikan pria sebagai posisi aktif atau pengambil inisiatif: “he then informs his parents the intentions of his heart”, sedangkan wanita dalam posisi pasif. Terjemahan
kedua
dapat
dikategorikan
sebagai
terjemahan
yang
mengkomunikasikan makna secara akurat dan mempertahankan dinamika naskah asli.
b.
Uji Keterbacaan Keterbacaan atau dalam bahasa Inggris disebut readability, menyatakan
derajat kemudahan sebuah tulisan untuk dipahami maksudnya. Tulisan yang tinggi keterbacaannya maka akan lebih mudah dipahami daripada yang rendah. Tetapi sebaliknya, tulisan yang lebih rendah keterbacaannya lebih sukar untuk dibaca. 66 Uji keterbacaan dilakukan dengan meminta seseorang untuk membaca sebagian naskah terjemahan dengan keras. Naskah itu harus lengkap, yaitu satu unit. Begitu dia membaca, penilai memperhatikan di mana letak pembaca merasa
66
Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunada rma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
42
bimbang. Jika ia berhenti dan membaca ulang kalimat itu, maka harus dicatat bahwa ada masalah keterbacaan. Contoh: - TBp: Ia tidak baik memiliki maupun memerlukan sebuah kamus. - TBSu: He neither had nor cared for a dictionary.
Terjemahan di atas sulit dipahami. Tampaknya penerjemah sangat terikat pada struktur kalimat TBsu, sehingga selain menyebabkan ketidakterbacaan, juga tidak terpahami. Penerjemah tampak memahami makna kalimat dalam BSu, tetapi gagal mengungkapkannya dengan jelas dalam BSa. Struktur kalimatnya tampak aneh, sehingga menyebabkan perubahan makna.
c.
Uji Kewajaran Beekman dan Callow mengemukakan, “dalam penerjemahan idiomatik,
penerjemah berusaha menyampaikan makna teks Bsu kepada pembaca BSa dengan menggunakan bentuk gramatika dan kosa kata yang wajar.”Jadi penerjemah hanya boleh terikat pada makna atau pesan. Dia tidak boleh terikat pada bentuk. Penerjemahan idiomatik juga telah dikenal secara luas dengan penerjemahan padanan dinamis yang juga dikemukakan oleh Nida. Penerjemahan padanan dinamis bertujuan untuk menghasilkan terjemahan yang diterima secara wajar oleh pembaca BSa baik dari sudut linguistik maupun nonlinguistik. 67
67
Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunada rma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
43
Contoh: - TBSu: “…the replacement of textual material in one language (SL) by equivalent textual material in another language (TL)” -
TBp: “… mengganti bahan teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa penerima ”
Dalam terjemahan ini tampak jelas penerjemah melepaskan diri dari struktur bahasa teks BSu. Ia menangkap maknanya lalu merumuskannya dalam BSa. Kata replacement (kata benda) dalam teks BSu diterjemahkan dengan mengganti (kata kerja). Dalam terjemahan itu, bentuk teks BSu tidak dipaksakan. One language tidak diterjemahkan dengan satu bahasa dan another language dengan bahasa lain. Penerjemah justru menerjemahkan singkatan kata yang ada di dalam kurung, yaitu “(SL)” dengan bahasa sumber dan “(TL)” dengan bahasa penerima . Maksud uji kewajaran adalah melihat apakah bentuk dan gaya bahasa terjemahan dapat diterima dengan wajar oleh pembaca sasaran. Pembaca tidak merasa “asing” ketika membacanya. Pengujian ini harus dilakukan oleh penilai yang sudah menghabiskan waktunya untuk membaca seluruh terjemahan dan membuat komentar dan saran-saran yang diperlukan. Akan lebih baik jika penilaian dilakukan oleh orang yang memiliki keterampilan menulis yang baik dalam bahasa penerima. 68
68
Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunada rma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
44
d. Uji Keterpahaman Keterpahaman atau dalam bahasa Inggris disebut comprehensibility. Artinya terjemahan yang dihasilkan mudah untuk dimengerti oleh penutur BSa atau tidak. Uji keterpahaman ini memiliki keterkaitan dengan masalah kesalahan referensial yang mungkin dilakukan oleh penerjemah. 69 Uji jenis ini dilakukan dengan meminta seseorang untuk menceritakan ulang isi dari terjemahannya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mengenai terjemahan itu. Uji keterpahaman menyangkut pengujian terhadap teks Bahasa Penerima, bukan pengujian terhadap responden. 70 Uji keterpahaman dapat dilakukan oleh penerjemah sendiri atau orang yang dilatih secara khusus. Namun, jika penerjemah itu sendiri yang melakukan penilaian, dia tidak boleh bersikap difensif terhadap pekerjaanya, tetapi benarbenar ingin mengetahui apakah pesan yang dikomunikasikan dapat ia pahami dengan benar atau tidak. Langkah yang ditempuh dalam melakukan uji ini adalah: 71 1.
Overviu. Responden diminta untuk menceritakan ulang isi naskah yang dibacanya. Tujuannya adalah untuk melihat apakah alur dalam tema dan kejadian yang terdapat dalam naskah tersebut sudah jelas atau belum.
69
Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunada rma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk 70 Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunada rma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk 71 Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunada rma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
45
2.
Membuat pertanyaan. Maksudnya adalah sebelum menguji dianjurkan untuk membuat pertanyaan terlebih dahulu sehingga tidak mengajukan pertanyaan secara tiba-tiba.
e. Terjemahan Balik Tujuan utama terjemahan balik adalah untuk mengetahui apakah makna yang dikomunikasikan sepadan dengan makna dalam TBsu atau tidak, bukan pada kewajaran terjemahan.Teknik menilai dengan terjemahan balik adalah meminta orang lain yang menguasai BSu dan BSa menerjemahkan balik naskah terjemahan ke dalam BSu. Terjemahan balik tidak menilai kewajaran, akan tetapi pada kesepadanan makna. Dua puluh sembilan tahun silam sajak Rendra diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Dua bait di antaranya diterjemahkan sebagai berikut: 72 - TBSu : “… wahai dik Narti/kupinang kau menjadi istriku” - TBp: “… hei little sister Narti/want you for my wife.” … wahai kecil saudara perempuan Narti/ mau engkau untuk istriku - Terjemahkan balik: “ … wahai adik (perempuan) Narti/ maukah engkau menjadi istriku”.
Dari contoh terjemahan sajak diatas, terlihat bahwa penerjemah tidak mengindahkan kebudayaan Indonesia. Sebutan “dik” yang digunakan Rendra adalah panggilan seorang kekasih, bukan saudara perempuan. Melalui terjemahan 72
Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunada rma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
46
balik di atas, dapat dipahami bahwa terjemahan dik, yaitu little sister tidak tepat, bahkan terjadi distorsi makna. Dengan melalui terjemahan balik, penerjemah dapat membuat perbandingan cermat dengan teks BSu, mencari perbedaan dan ketidaksepadanan makna, dan ketidakmemadaian aplikasi prinsip penerjemahan.
f.
Uji Kekonsistenan Uji kekonsistenan sangat diperlukan dalam hal-hal yang bersifat teknis. Duff
mengemukakan bahwa tidak ada aturan baku mengenai bagaimana cara yang terbaik menyatakan ungkapan BSu. Namun, dapat dicatat bahwa ada beberapa kelemahan
yang
harus
dihindari.
Salah
satu
kelemahan
itu
adalah
ketidakkonsistenan. 73 Pada akhir pekerjaannya, seorang penerjemah perlu melakukan pengecekan terhadap hal tersebut. Hal ini biasanya terjadi pada dokumen tertentu, seperti politik, teknik, ekonomi, hukum, pendidikan, atau agama. Sebagai contoh istilah “exposure” dalam pengajaran bahasa diterjemahkan menjadi “eksposur” atau “pajanan”. 74 Kekonsistenan
dalam
pengeditan
membutuhkan
perhatian
cermat.
Kekonsistenan dalam hal ejaan nama orang dan tempat amat diperlukan. Katakata asing yang dipinjam yang terjadi beberapa kali harus diperiksa kekonsistenan ejaannya. Penggunaan tanda baca, huruf kapital harus diperiksa secara cermat.Pada pengecekan akhir, format naskah dan materi pelengkap lainnya 73
Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunada rma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk 74 Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunada rma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
47
seperti catatan kaki, glosarium, indeks, daftar isi harus diperiksa kembali secara cermat. 75
D. Sintesis Pustaka Dari penjelasan pustaka di atas, dapat diketahui bahwa setiap
tokoh
penerjemah memiliki cara yang berbeda dalam melakukan proses menilai suatu terjemahan. Tetapi, dari setiap proses tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menilai kualitas suatu terjemahan. Dari setiap tokoh tersebut dalam proses penilaiannya ada yang melakukan secara matematis dan ada juga yang tidak. Penilaian secara matematis dilakukan oleh Benny Hoedoro Hoed, Moch. Syarif Hidayatullah, dan Rochayah Machali. Sedangkan penilaian tidak secara matematis dilakukan oleh Nababan dan Tim Guna Darma. Dalam hal ini peneliti memilih untuk menggunakan teori yang dikemukakan oleh Rochayah Machali. Karena selain proses penilaiannya dilakukan secara matematis, juga lebih mudah dalam melakukan penilaiannya.
75
Mashadi Said, Menilai Terjemahan (diakses pada 3/3/2014, 19.45 wib), http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:mashadi.staff.gunada rma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd=2&hl=id&ct=clnk
48
BAB III GAMBARAN UMUM RISĀLATUL MUDZĀKARAH
A. Pengantar Risālatul Mudzākarah, kitab ini ditulis oleh Al-Imam Abdullah Al-Haddad dan diterjemahkan oleh Zainal Arifin Yahya. Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai gambaran umum kitab Risālatul Mudzākarah serta memaparkan biografi riwayat hidup, karir, dan karya-karya penulis dan penerjemah. Kitab Risālatul Mudzākarah karya As-Sayyid Al-Habib Al-‘Arif billah, Syekh Abdullah bin ‘Alawiy Al-Haddad merupakan risalah khusus yang termuat dalam satu kitab karyanya yang mulanya lebih popular dikenal dengan nama AdDa’wah At-Tammah wa At-Tadzkirah Al-‘Ammah. Kitab ini membahas risalah diskusi mengenai tasawuf yaitu tentang Hakekat Taqwa, Mukmin Sejati, serta Keduniawian dan Zuhud.
B. Tentang Penulis 1.
Riwayat Hidup Abdullah Al-Haddad Abdullah Al-Haddad, dilahirkan dan diasuh sejak kecil oleh kedua
orangtuanya. Dia lahir di kota Tarim wilayah Hadhromaut desa Sabir, Yaman pada hari Rabu malam Kamis, 5 Shafar 1044 H. 76
76
http://www.pustakapejaten.org/kumpulan-wirid-dan-doa/ratib-al-hadad/sekilas-biografial-imam-abdullah-al-hadad-shohibur-penyusun-ratib, (diakses 15/02/2014, 13.45 wib)
49
Nasabnya Imam Al-‘Allamah al-Habib Abdullah bin Alwy al-Haddad bin Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad bin Alwy bin Ahmad bin Abu Bakar Al–Thowil bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad AlFaqih bin Abdurrohman bin Alwy bin Muhammad Shôhib Mirbath bin Ali Khôli’ Qosam bin Alwi bin Muhammad Shôhib Shouma’ah bin Alwi bin Ubaidillah bin Al-Muhâjir Ilallôh Ahmad bin Isa bin Muhammad An-Naqîb bin Ali Al-Uraidhi bin Imam Jakfar Ash-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam As-Sibth Al-Husein bin Al-Imam Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib suami Az-Zahro Fathimah Al-Batul binti Rosulullah Muhammad SAW. 77 Ayahnya, Sayyid Alwy bin Muhammad Al-Haddad dikenal sebagai seorang yang saleh. Ibunya, Syarifah Salwa dikenal sebagai wanita ahli ma’rifah. Kakek dari sisi ibunya adalah Syaikh Umar bin Ahmad Al-Manfar Ba ‘Alawy termasuk ulama yang mencapai derajat ma’rifah sempurna. 78 Sejak kecil, Abdullah Al-Haddad sudah menjaga pandangannya dari segala yang diharamkan. Penglihatan lahiriahnya diambil oleh Allah dan digantikan oleh penglihatan batinnya. Hal itu merupakan salah satu pendorong Abdullah AlHaddad untuk lebih giat dan tekun dalam mencari cahaya Allah yaitu menuntut ilmu agama. 79 Pada usia 4 tahun dia terkena penyakit cacar sehingga menyebabkannya kebutaan. Cacat yang dideritanya telah membawa hikmah, sebab dia tidak
77
http://www.pustakapejaten.org/kumpulan-wirid-dan-doa/ratib-al-hadad/sekilas-biografial-imam-abdullah-al-hadad-shohibur-penyusun-ratib, (diakses 15/02/2014, 13.45 wib) 78 http://www.pustakapejaten.org/kumpulan-wirid-dan-doa/ratib-al-hadad/sekilas-biografial-imam-abdullah-al-hadad-shohibur-penyusun-ratib, (diakses 15/02/2014, 13.45 wib) 79 http://www.pustakapejaten.org/kumpulan-wirid-dan-doa/ratib-al-hadad/sekilas-biografial-imam-abdullah-al-hadad-shohibur-penyusun-ratib, (diakses 15/02/2014, 13.45 wib)
50
bermain sebagaimana anak kecil sebayanya. Abdullah Al-Haddad menghabiskan waktunya hanya dengan menghafal Al-Quran dan mencari ilmu. Abdullah Al-Haddad memiliki perwatakan badan yang tinggi, berdada bidang, tidak terlalu gempal, serta berkulit putih. Wajahnya senantiasa terlihat manis dan menggembirakan orang lain ketika di dalam majlisnya. Tertawanya hanya sekadar senyuman manis, apabila dia gembira dan girang, wajahnya bercahaya bagaikan bulan. 80 Abdullah Al-Haddad adalah contoh bagi setiap insan dalam mencerminkan semangat yang tinggi dan azam yang kuat dalam hal keagamaan. Dia juga senantiasa menangani segala urusan dengan penuh keadilan serta menghindari pujian atau keutamaan dari orang lain. Selain itu dia juga memiliki hati yang amat suci, dan penyabar. Karena segala urusan hidupnya berlandaskan sunnah. 81 Diantara sifat Abdullah Al-Haddad yang paling menonjol adalah tawaddu’ (merendah diri). Hal ini terbukti pada perkataan, syair-syair dan tulisannya. Suatu hari dia pernah mengutus Al-Habib Ali bin Abdullah Al-Aydrus kemudian berkata: “Do’ailah untuk saudaramu ini yang lemah semoga diampuni Allah” Abdullah Al-Haddad wafat pada hari Senin malam Selasa, 7 Dzulqo’dah 1132 H. Mulanya dia sakit sejak hari Kamis 27 Ramadhan 1132 H dan sakitnya berlanjut selama 40 hari, hingga akhirnya pada malam Selasa, 7 Dzulqo’dah 1132 H (bersamaan dengan 10 September 1720 M) Abdullah Al-Haddad dijemput Allah Swt pada usia 89 tahun. Dia disemayamkan di pemakaman Zambal, Kota
80
http://www.pustakapejaten.org/kumpulan-wirid-dan-doa/ratib-al-hadad/sekilas-biografial-imam-abdullah-al-hadad-shohibur-penyusun-ratib, (diakses 15/02/2014, 13.45 wib) 81 http://www.pustakapejaten.org/kumpulan-wirid-dan-doa/ratib-al-hadad/sekilas-biografial-imam-abdullah-al-hadad-shohibur-penyusun-ratib, (diakses 15/02/2014, 13.45 wib)
51
Tarim, Hadhromaut, Yaman. Semoga Allah melimpahkan rahmatNya kepada ruhnya dan memberi manfaat kepada kita dengan ilmu-ilmunya. 82
2. Karier Abdullah Haddad Berkat ketekunan yang dimiliki, Abdullah Al-Haddad pada usianya yang masih sangat dini dinobatkan oleh guru-gurunya sebagai da’i. Hal ini membuat namanya harum di penjuru wilayah Hadhromaut serta mengundang datangnya para murid yang berminat untuk mencari ilmu. Selain mengkader pakar-pakar ilmu agama, Abdullah Al-Haddad juga mencetak generasi unggulan yang diharapkan mampu melanjutkan perjuangan datuknya, Rosullullah SAW. Abdullah Al-Haddad juga aktif merangkum dan menyusun buku-buku nasihat baik dalam bentuk kitab, koresponden (surat-menyurat), dan atau dalam bentuk syair. Banyak buku-bukunya yang terbit dan dicetak untuk dipelajari, diajarkan, dan dibaca serta dialihbahasakan. Lebih dari itu, Abdullah Al-Haddad juga menyusun wirid-wirid yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan bermanfaat untuk agama, dunia dan akhirat. Salah satunya yang terkenal adalah Rotib Haddad. Rotib ini disusun oleh Abdullah Al-Haddad pada malam Lailatul Qodar tahun 1071 H. 83 Semasa hidupnya, Abdullah Haddad banyak menimba ilmu dengan gurugurunya. 84 Yaitu: 1.
Al-Habib Muhammad bin ‘Alawi bin Abu Bakar bin Ahmad bin Abu Bakar bin ‘Abdurrahman al-Saqqaf (1002 – 1071H). 82
14.00 wib. al-fanshuri-kenaliulama.blogspot.com, (diakses 15/02/2014) http://www.pustakapejaten.org/kumpulan-wirid-dan-doa/ratib-al-hadad/sekilasbiografi-al-imam-abdullah-al-hadad-shohibur-penyusun-ratib, (diakses 15/02/2014, 13.45 wib) 84 al-fanshuri-kenaliulama.blogspot.com, (diakses 15/02/2014, 14.00 wib) 83
52
2.
Syaikh Abu Bakar bin bin Imam ‘Abdurrahman bin ‘Ali bin Abu Bakar bin Syaikh ‘Abdurrahman al-Saqqaf.
3.
Al-Habib ‘Aqil bin ‘Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Ali bin ‘Aqil bin Syaikh Ahmad bin Abu Bakar bin Syaikh bin ‘Abdurrahman al-Saqqaf.
4.
Al-Habib ‘Umar bin ‘Abdurrahman al-‘Atthas bin Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman al-Saqqaf (wafat:1072H).
5.
Al-Habib ‘Abdurrahman bin Syaikh Maula ‘Aidid Ba’alawi (wafat: 1068H).
6.
Sayyid Syaikhan bin Imam al-Hussein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim.
7.
Al-Habib Syihabuddin Ahmad bin Syaikh Nashir bin Ahmad bin Syaikh Abu Bakar bin Salim.
8.
Al-Habib Jamaluddin Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad bin Syaikh Al-‘Arif Billah.
9.
Ahmad bin Syaikh al-Hussein bin Syaikh al-Quthb al-Rabbani Abu Bakar bin Abdullah al-‘Aydrus (1035-1112H).
10. Sayyid al-Faqih al-Shufi Abdullah bin Ahmad Ba`alawi al-Asqa’ 11. Sayyid Syaikh al-Imam Ahmad bin Muhammad al-Qusyasyi (wafat 1071H).
Abdullah Al-Haddad juga menerima khirqah sufiyyah, diantaranya dari: 1.
Al-Habib ‘Aqil bin ‘Abdurrahman bin Muhammad bin ‘Ali bin ‘Aqil bin Syaikh Ahmad bin Abu Bakar bin Syaikh bin ‘Abdurrahman al-Saqqaf,
2.
Al-Habib ‘Umar bin ‘Abdurrahman al-‘Atthas bin Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman al-Saqqaf (wafat:1072H),
53
3.
Al-Habib Syihabuddin Ahmad bin Syaikh Nashir bin Ahmad bin Syaikh Abu Bakar bin Salim,
4.
Al-‘Arif billah Syaikh Muhammad bin ‘Alawi as-Saqqaf al-Makki. Dia adalah merupakan Quthub al-Aqtab pada zamannya. Dan ada ulama mengatakan bahwa beliau رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮫmenduduki makam tersebut hampir 60 tahun.
Abdullah Haddad selain berguru kepada para ulama besar, dia juga memiliki murid-murid yang berguru padanya 85. Diantaranya: 1.
Al-Habib Hasan bin ‘Abdullah al-Haddad (putranya sendiri).
2.
Al-Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi.
3.
Al-Habib ‘Abdurrahman bin ‘Abdullah Balfaqih.
4.
Al-Habib Muhammad bin Zein bin Smith.
5.
Al-Habib ‘Umar bin Zein bin Smith.
6.
Al-Habib ‘Umar bin ‘Abdurrahman al-Bar.
7.
Al-Habib ‘Ali bin ‘Abdullah bin Abdurrahman al-Saqqaf.
8.
Al-Habib Muhammad bin ‘Umar bin Thoha ash-Shafi al-Saqqaf.
9.
Syaikh Ahmad bin Abdul Karim al-Hasawi asy-Syajjar
10. Al-Faqih Bajubair – Dia adalah guru Al-Imam Abdullah Al-Haddad dalam kajian ilmu fiqh. Namun dia juga belajar Kitab Ihya kepada Al-Imam Abdullah Al-Haddad. Al-Imam Abdullah Al-Haddad berkata: “Setelah kembali ke Hadhramaut (dari India) dia belajar Ihya kepadaku. Aneh sekali! Dahulu aku belajar fiqh kepadanya, namun sekarang dia belajar Ihya kepadaku.” 85
al-fanshuri-kenaliulama.blogspot.com, (diakses 15/02/2014, 14.00 wib)
54
3.
Karya-karya Abdullah Haddad Abdullah Al-Haddad mulai menulis ketika berumur 25 tahun. Karya
terakhirnya ditulis ketika usianya 86 tahun. Karya-karya yang pernah ditulis oleh Abdullah Al-Haddad 86 di antaranya: 1.
Risalah al-Mudzaakarah Ma’a Al-Ikhwan Al-Muhibbin Min Ahl Al-Khair Wa Ad-Din
( )رﺳﺎﻟﺔ اﻟﻤﺬاﻛﺮة ﻣﻊ اﻹﺧﻮان اﻟﻤﺤﺒﯿــﻦ ﻣﻦ أھﻞ اﻟﺨﯿﺮ واﻟــﺪﯾﻦ- Kitab ini
selesai ditulis pada hari Ahad sebelum datang waktu Dzuhur, akhir bulan Jumadil Awwal 1069 H. 2.
Risalah Al-Mu’aawanah Wa Al-Muzhaaharah Wa Al-Mu`aazirah Li ArRaghibin Minal Mu’minin Fi Suluki Thoriqil Akhirah
)رﺳﺎﻟﺔ اﻟﻤﻌﺎوﻧﺔ
( – واﻟﻤﻈﺎھﺮة واﻟﻤﺆازرة اﻟـــﺮاﻏﺒﯿﻦ ﻣﻦ اﻟﻤﺆﻣﻨﯿﻦ ﻓــﻲ ﺳــﻠﻮك طــﺮﯾﻖ اﻷﺧﺮةKitab ini selesai ditulis pada tahun 1069 H sewaktu dia berusia 26 tahun. Kitab ini ditulis atas permintaan Habib Ahmad bin Hasyim Al-Habsyi. 3.
Risalah Adab Suluk Al-Murid ( – )رﺳــﻠﺔ آداب ﺳــﻠﻮك اﻟﻤﺮﯾــﺪKitab ini selesai ditulis oleh Abdullah Al-Haddad antara tanggal 7 atau 8 Ramadhan tahun 1071H.
4.
Ithaf As-Saail Bi Jawaab Al-Masaail (– )إﺗﺤـــﺎف اﻟﺴـــﺎﺋﻞ ﺑﺠــﻮاب اﻟﻤﺴــﺎﺋﻞ Kitab ini merupakan kumpulan jawaban atas pelbagai persoalan yang diajukan Syaikh ‘Abdurrahman Ba’Abbad asy-Syibaami kepada Abdullah AlHaddad. Dan ditulis sewaktu dia berkunjung ke Dau’an pada tahun 1072H. Kitab ini mengandungi 15 pertanyaan yang disertai jawaban dengan ulasan
86
al-fanshuri-kenaliulama.blogspot.com, (diakses 15/02/2014, 14.00 wib)
55
yang mendalam darinya, dan selesai ditulis pada hari Jum’at, 15 Muharram 1072. 5.
An-Nashaih Ad-Diniyah Wa Al-Washaya Al-Imaniyah
)اﻟﻨﺼـــﺎﺋﺢ اﻟﺪﯾﻨﯿــــﺔ
( – واﻟﻮﺻـــﺎﯾﺎ اﻹﯾﻤـﺎﻧﯿـــﺔAbdullah Al-Haddad menulis kitab ini pada usia 45 tahun. Kitab ini selesai ditulis pada hari Ahad, 22 Sya’ban 1089H. Kitab ini mendapat pujian dari para ulama karena merupakan suatu ringkasan daripada Ihya. Kata-kata di dalam kitab ini mudah, kalimatnya jelas, dan peribahasannya sederhana disertai dengan dalil yang kuat. Kitab ini sangat sesuai untuk dibaca oleh kalangan orang awam. 6.
Sabil Al-Iddikar Wa Al-I’tibaar Bima Yamurru Bi Al-Insan Wa Yanqadhi Lahu Min Al-’A’maar )ﺳـــﺒﯿﻞ اﻹدﻛــﺎر واﻹﻋﺘﺒــﺎر ﺑﻤــﺎ ﯾﻤــﺮ ﺑﺎﻹﻧﺴــﺎن وﯾﻨﻘﻀــﻰ
( – ﻟــﮫ ﻣﻦ اﻷﻋﻤﺎرTerdapat perbedaan pendapat mengenai usia Abdullah AlHaddad saat menulis kitab ini. Ada yang mengatakan bahwa kitab ini ditulis ketika Abdullah Al-Haddad berusia 60 tahun (1104H) dan ada juga yang mengatakan ketika usia 63 tahun (1107H). Kitab ini selesai pada hari Ahad 29 Sya’ban 1110H. Kitab ini membahas mengenai fase-fase hidup manusia. 7.
Ad-Da’wah At-Tammah Wa At-Tadzkirah Al-‘Ammah
)اﻟــﺪﻋﻮة اﻟﺘﺎﻣـــﺔ
( – واﻟﺘــﺬﻛﺮة اﻟﻌﺎﻣــﺔKitab ini diselesaikan oleh Abdullah Al-Haddad ketika berumur 70 tahun dan selesai ditulis pada hari Jum’at 28 Muharram 1114 H. 8.
An-Nafais Al-‘Uluwiyyah Fi Al-Masaail As-Shufiyyah )اﻟﻨﻔـــﺎﺋﺲ اﻟﻌﻠﻮﯾــﺔ ﻓــﻲ
( – اﻟﻤﺴــﺎﺋﻞ اﻟﺼــﻮﻓﯿﺔKitab ini selesai ditulis pada hari Kamis bulan Dzulqo’dah 1125 H saat Abdullah Al-Haddad berusia 81 tahun. Kitab ini membahas tentang permasalahan yang berkaitan dengan shufi.
56
9.
Al-Fushul Al-‘Ilmiyyah Wa Al-Ushul Al-Hikamiyah
)اﻟﻔﺼــﻮل اﻟﻌﻠﻤﯿـــﺔ
( – واﻷﺻــﻮل اﻟﺤﻜﻤﯿــﺔKitab ini selesai ditulis pada tanggal 12 Shafar 1130H saat Abdullah Al-Haddad berumur 86 tahun yaitu 3 tahun sebelum kewafatannya. 10. Kitab Al-Hikam ()ﻛﺘــﺎب اﻟﺤﻜــﻢ 11. Mukhatabat Wa Washaya ()ﻣﺨـﺎطﺒـــﺎت و وﺻــﺎﯾﺎ 12. Wasilah Al-‘Ibaad Ila Zaad Al-Ma’aad ()وﺳـــﯿﻠﺔ اﻟﻌﺒــﺎد إﻟـﻰ زاد اﻟﻤﻌــﺎد 13. Ad-Durr Al-Munzhum Li Dzawil ‘Uqul Wa Al-Fuhuum )اﻟــﺪر اﻟﻤﻨﻈــﻮم ﻟﺬوي
(اﻟﻌﻘــﻮل واﻟﻤﻔﮭــﻮم 14. Tastbitul Fuad ( )ﺗﺜﺒﯿــــﺖ اﻟﻔـــﺆاد- Kitab ini dikumpulkan oleh murid Abdullah Al-Haddad yaitu Syaikh Ahmad bin Abdul Karim al-Hasawi asy-Syajjar.
Kebanyakkan dari karya-karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Perancis, Indonesia dan Malaysia. Selain karya-karya di atas, Abdullah AlHaddad juga menyusun do’a serta dzikir yang disusun dalam satu kitab, yaitu Ratib Haddad. Ratib yang bergelar Al-Ratib Al-Syahir (Ratib Yang Termasyhur) disusun berdasarkan inspirasi Abdullah Al-Haddad pada malam Lailatul Qadar 27 Ramadhan 1071 Hijriyah (bersamaan 26 Mei 1661). Keberkahan dari Ratib Haddad ialah siapa yang senatiasa membaca Ratib Haddad, insya Allah ia akan dikaruniai Husnul Khatimah. Syaikh ‘Abdullah bin Muhammad Syarah bil Al-Asyram dalam tulisannya mengenai manaqib (Kisah kebajikan orang-orang yang telah wafat). Pada pembicaraannya tentang Ratib Haddad mengatakan “Aku mendengar bahwa penyusun ratib (Abdullah Al-
57
Haddad) pernah berkata, “Barangsiapa yang membiasakan diri membaca ratib ini (Ratib Haddad) ia akan dikaruniai Husnul Khatimah.”
C. Tentang Penerjemah 1.
Riwayat Hidup Zainal Arifin Yahya Zainal Arifin Yahya, lahir di Jakarta tanggal 5 Mei !975 M. Dia tinggal di
daerah kawasan Jakarta tepatnya di Jl. H. Rausin No. 59 Rt.005/008, Kelapa Dua, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Zainal Arifin Yahya sejak kecil dididik oleh orangtuanya dengan agama secara baik, sehingga pendidikannya pun juga berbasis Islam. Pada tahun 19831989 dia menyelesaikan pendidikan sekolah dasarnya di SDI Al-Falah Jakarta, kemudian tahun 1989-1992 menyelesaikan pendidikan menengah pertamanya di MTS Al-Falah Jakarta, dan pada tahun 1992-1995 dia menyelesaikan pendidikan menengah atas di MGS Sarang Rembang Jawa Tengah. Setelah selesai dari pendidikan menengah akhirnya, Zainal Arifin Yahya melanjutkan pendidikannya di pondok pesantren. Tahun 1992-1995 selain menyelesaikan pendidikan akhirnya dia juga belajar di Pondok Pesantren AlAnwar Sarang Rembang Jawa Tengah. Kemudian tahun 1995-1998 Zainal Arifin Yahya belajar di Pondok Pesantren Al-Amin Rembang Jawa Tengah, dan pada tahun 1998-2000 dia mengabdikan dirinya di Pesantren Luhur Al-Izhar Tasikmalaya Jawa Barat.
b.
Karier Zainal Arifin Yahya
58
Zainal Arifin Yahya selain berprofesi sebagai seorang penerjemah, dia juga berprofesi sebagai guru. Selain itu, Zainal Arifin Yahya juga seorang wirausaha, salah satu kegiatan wirausahanya yaitu dengan berdagang kitab-kitab dan lain sebagainya.
c.
Karya-karya Zainal Arifin Yahya Selain menerjemahkan kitab Risālatul Mudzākarah, Zainal Arifin Yahya juga
banyak menerjemahkan kitab-kitab lainnya. Diantara karya-karya terjemahan Zainal Arifin Yahya ini adalah sebagai berikut: 1. Bahjatul Wasail, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2005. 2. Tafsir Yasin, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2008. 3. Futuhatul Madaniyah, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2006. 4. Minahus Saniyah, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2008. 5. Sullamun Al Munajat, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2004. 6. Salalimul Fudhola, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2006. 7. Sulamut Taufiq, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2010. 8. Riyadul Badhiah, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2009. 9. Fathus Shomadil ‘Alim, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2007. 10. Kasyifatus Saja, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2013. 11. Minhajul Abidin, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2010. 12. Qothrul Ghoits, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2007. 13. Tanqihul Qoul, kitab ini selesai diterjemahkan pada tahun 2012.
59
BAB IV Penilaian Atas Terjemahan Kitab Risālatul Mudzākarah
A. Pengantar Dalam pembahasan ini, peneliti akan menganalisis serta menjabarkan hasil penilaian terjemahan dari aspek kebahasaannya. Analisis yang peneliti lakukan berpedoman pada teori penilaian penerjemahan yang dikemukakan oleh Rochayah Machali. Selanjutnya, analisis dilakukan dengan cara mengindetifikasi setiap terjemahannya dari segi leksikon atau kosakata, kemudian dari segi morfologis atau makna kata dan makna kiasan, serta dari segi sintaksisnya atau struktur kalimat yang meliputi; subjek, objek, predikat, frasa nomina, dan frasa adjektiva.
B. Analisis Penilaian Atas Terjemahan kitab Risalatul Mudzakarah dari Aspek Kebahasaan Berikut ini beberapa ayat dan terjemahan dalam pada bab Mukmin Sejati yang akan peneliti analisis:
(1).
)ﻓﺼﻞ( ﻗﺎل رﺳـﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻣﻦ ﺳﺮﺗﻪ ﺣﺴﻨﺘﻪ وﺳﺎءﺗﻪ ﺳﻴﺌﺘﻪ
(ﻓﻬﻮ ﻣﺆﻣﻦFASAL) bersabda Rasulullah SAW “Siapa saja yang dibuat senang oleh perbuatan baiknya, dan dibuat susah oleh perbuatan jeleknya, maka ia adalah orang beriman.” 87 86F
87
22
Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h.
60
Kata
ﻓﺼﻞpada TSu diterjemahkan kembali oleh penerjemah menjadi fasal.
Sebenarnya dalam bahasa Indonesia kata fasal itu sendiri berasal dari bahasa Arab. Namun, kata tersebut telah mengalami pergeseran makna. Jika dilihat pada kamus, kata ﻓﺼﻞadalah bab, fasal (dalam konteks buku/kitab). Makna dari fasal atau bab sebenarnya adalah suatu makna kata yang menunjukkan tentang hal pertama/utama. Jika digunakan dalam kitab atau buku kata
ﻓﺼﻞ
sebaiknya
diterjemahkan menjadi bab atau pembukaan. Kemudian kata katanya
ﺳﺮ
ﺳﺮﺗﮫ
pada TSu merupakan
ﻓﻌـﻞ ﻣﺎض
(kata kerja), asal
dalam kamus berarti menyenangkan. Tetapi dalam TSa penerjemah
menerjemahkannya dibuat senang, karena sebelum kata saja kemudian setelah kata
ﺳﺮﺗﮫada kata ﺣﺴﻨـﺘﮫ
ﺳﺮﺗﮫada kata ﻣﻦsiapa
perbuatan baiknya, sehingga
oleh penerjemah diterjemahkan menjadi dibuat senang. Selanjutnya, kata
ﺣﺴﻨـﺘﮫ
pada TSu merupakan
ﺻﻔﺔ
dari ﺣـﺴﻨﺔdalam kamus berarti baik. Dalam hal ini kata
(adjektiva), asal kata
ﺣﺴﻨـﺘﮫ
diterjemahkan
oleh penerjemah menjadi perbuatan baiknya, terjemahan tersebut sudah tepat. Kemudian kata
ﺳﺎءﺗﮫ
pada TSu merupakan
ﻓﻌـﻞ ﻣﺎضasal kata dari ﺳﺎءpada
TSa penerjemah menerjemahkannya dibuat susah, sedangkan dalam kamus diterjemahkan sedih. Terjemahan tersebut kurang tepat karena jika disesuaikan dengan konteksnya, yaitu
ﺳﯿﺌﺘﮫperbuatan buruknya maka terjemahan yang tepat
adalah merasa sedih.
61
Pada pengalihan pesan TSa yang dilakukan oleh penerjemah, terjemahannya sudah tepat, hanya saja ada beberapa kata yang masih diterjemahkan secara harfiah, sehingga adanya distorsi makna dalam penyampaian pesannya kepada pembaca. Oleh karena itu, perlu ada sedikit perbaikan pada TSa, maka alternatif terjemahan yang tepat menurut peneliti ialah: Rasulullah SAW Bersabda: “Siapa saja yang senang melakukan kebaikan dan sedih melakukan keburukan, maka ia termasuk orang beriman.”
(2).
ﻓـﺈذا وﻓﻘـﻚ اﷲ أﻳﻬﺎ اﻟﻤﺆﻣﻦ ﻟﻠﻌﻤﻞ ﺑﻄﺎﻋـﺘﻪ ﻓﻠﻴﻌﻈﻢ ﻓﺮﺣﻚ ﺑﺬﻟﻚ اﻟﺘﺒﺎﻟﻎ فى ﺷﻜﺮ اﻟﺬى أﻛﺮﻣﻚ ﺑﺨﺪﻣﺘﻪ واﺧﺘﺎرك ﻟﻤﻌﺎﻣﻠﺘﻪ
Maka apabila Allah telah menolongmu, wahai orang beriman, untuk beramal dengan mentaati-Nya, maka besarkan kegembiraan dirimu dengan sebab pencapaian hal itu dalam bentuk syukur kepada Zat yang telah memuliakan dirimu dengan ber-khidmat kepada-Nya dan telah memilih dirimu untuk berhubungan dengan-Nya. 88
Kata
وﻓﻘـﻚ
pada TSa merupakan
ﻓﻌـﻞ ﻣﺎض
penerjemah menerjemahkan
menjadi menolongmu. Jika dilihat pada kamus artinya taufik. Kata
ﻚ َ َوﻓﱠﻘَـ
asal
katanya dari ﺗﻮﻓﯿﻘﺎ- ﯾﻮﻓﻖ- وﻓﻖmerupakan ﺛﻼﺛﻰ ﻣﺰﯾﺪ. Dalam kasus ini kata وﻓﻘﻚ
88
23
Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h.
62
terjadi adanya perubahan derivasi, atau dalam bahasa Arab biasa disebut dengan
ﺗﺼﺮﯾﻒ اﺻﻄﻼﺣﻲ. Alasan terjemahan pada TSa yang diterjemahkan oleh penerjemah menjadi menolongmu, karena secara harfiah kata
وﻓﻘﻚ
artinya ialah memberikan taufik.
Seperti pada ayat yang terdapat dalam Kitab Sulamul At-Taufik karya Syech Nawawi Al-Bantani, yang menjelaskan mengenai definisi taufik.
ﺟﻌﻞ ﻗﺪرة اﻟﻄﺎﻋﺔ ﻟﻠﻌﺒﺪ وﺗﺴﻬ ْـﻴﻞ ﺳﺒﻴﻞ اﻟﺨﻴﺮ إﻟﻴﻪ “Menjadikan hamba-Nya taat beribadah serta dimudahkan jalan kebaikannya.” 89
Maksud dari TSa tersebut adalah Allah memberikan pertolongan berupa taufik bagi hamba-Nya yang taat kepada-Nya. Kemudian kata Alasannya, kata
ﻓﻠﯿﻌﻈﻢ
ﻓﻠﯿﻌﻈﻢ ﻓﺮﺣﻚ
merupakan ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع, tetapi pada penulisannya terjadi
kesalahan, karena setelah kata dari Kamu, sedangkan
pada TSu terjadi kesalahan penulisan.
ﻓﻠﯿﻌﻈﻢ
ﻓﻠﯿﻌﻈﻢada kata ﻓﺮﺣﻚ
yang merupakan dhommir
merupakan dhommir untuk Dia. Jadi seharusnya
penulisan yang tepat adalah ﻓﺮﺣﻚ
ﻓﻞتﻋﻈﻢ, karena kata ﻓﻞتﻋﻈﻢadalah pronomina
yang digunakan untuk dhommir Kamu. Pada TSa penerjemah menerjemahkannya sudah tepat yaitu maka besarkan kegembiraan dirimu, karena arti sebenarnya dari ﻋﻈﻢ تialah besarkan, yang ditujukan untuk kamu/dirimu. 89
Syekh Muhammad bin Salim bin Sa’id, Matan Sulamul At-Taufiq (Indonesia: Daar Al-Hiya Al-Kitab Al-‘Arobiyah), h. 13
63
Selanjutnya, pengalihan pesan pada TSa yang dilakukan oleh penerjemah sudah tepat, tetapi terjemahannya masih terlihat seperti terjemahan asli. Sehingga mungkin saja akan kesulitan memahami isi dari pesan tersebut, maka alternatif terjemahan yang peneliti berikan adalah: Allah swt akan memberikan pertolongan berupa taufik pada hamba-Nya yang taat beriman dan selalu bersyukur.
واﺳﺄﻟﻪ أن ﻳﻘﺒﻞ ﻣﻨﻚ ﺑﻔﻀﻠﻪ ﻣﺎ ﻳﺴﺮﻩ ﻋﻠﻴﻚ ﻣﻦ ﺻﺎﻟﺢ اﻟﻌﻤﻞ
(3).
Dan mohonlah kepada-Nya, agar Dia mau menerima darimu, dengan kebaikanNya, akan sesuatu yang Dia telah mempermudahnya atas dirimu, yaitu berupa amal soleh. 90
Kata
واﺳﺄﻟﮫ
pada TSu merupakan ﻓﻌﻞ ﻷﻣﺮasal katanya ialah
kamus artinya meminta, momohon. Kemudian kata
ﻣﻨﻚ
pada
ﺳﺄل
pada
ﯾﻘﺒﻞ ﻣﻨﻚ
diterjemahkan menjadi mau menerima darimu. Maksud dari menerima darimu adalah Allah menerima amal soleh yang kita lakukan, hal ini disebabkan karena kembali pada konteksnya yaitu اﻟﻌﻤﻞ
ﻣﻦ ﺻﺎﻟﺢ.
Kemudian kata ﯾﺴـﺮهterjadi kesalahan penulisan pada TSu. Karena pada TSa diterjemahkannya menjadi mempermudahnya atas dirimu. Oleh karena itu, seharusnya kata yang tepat digunakan pada TSu adalah ﯾﯿﺴﺮ, kata ﯾﯿﺴﺮmerupakan
90
23
Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h.
64
ﻓﻌـﻞ ﻣﺎضasal katanya dari ﺗﯿﺴﯿﺮ
- ﯾﯿﺴﺮ
- ﯾﺴﺮdalam kamus berarti
mempermudah. Pengalihan pesan pada TSa adanya pemborosan kata. Oleh karena itu, supaya pesannya tersampaikan dan mudah untuk dipahami oleh pembaca, maka alternatif terjemahan yang tepat menurut peneliti adalah; Mohonlah kepada Allah supaya dengan kebaikan-Nya menerimamu, yaitu dengan melakukan sesuatu yang telah dipermudah oleh-Nya berupa amal soleh.
ﻛﻮﻧﻮا ﺑﻘﺒﻮل اﻟﻌﻤﻞ أﻫﻢ ﻣﻨﻜﻢ ﺑﺎﻟﻌﻤﻞ ﻓﺈﻧﻪ ﻻ ﻳﻘﻞ:ﻗﺎل ﻋﻠﻰ ﻛﺮم اﷲ وﺟﻬﻪ
(4).
ﻋﻤﻞ ﻣﻘﺒﻮل Berkata Sayyidina Ali karamallahu wajhah: “Jadilah kalian dengan diterimanya amal [ibadah] itu sebagai hal yang paling diinginkan oleh diri kalian dalam beramal. Karena sesungguhnya amal yang diterima itu tidaklah sedikit.” 91
Pada TSu
ﻗﺎل ﻋﻠﻰ ﻛﺮم ﷲ وﺟﮭﮫ
penerjemah menerjemahkan berkata
Sayyidina Ali karamallahu wajhah, terjemahannya sudah tepat. Tetapi pada kata
ﻛﺮم ﷲ وﺟﮭﮫ
penerjemah menerjemahkannya kembali seperti TSu. Dalam hal
ini, Karamallahu Wajhah merupakan sebutan bagi sahabat Nabi tetapi hanya dikhususkan untuk Ali saja. Lain halnya dengan Radhiyallahu ‘Anh.
91
23
Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h.
65
Karamallahu Wajhah jika diterjemahkan secara harfiah artinya adalah semoga Allah memberikan kemuliaan pada dirimu. Kemudian Radhiyallahu ‘Anh secara harfiah berarti semoga Allah meridhoimu. Selanjutnya, kata
ﻗﺎل ﻋﻠﻰ
pada TSu penerjemah menerjemahkan Berkata
Sayyidina Ali, padahal jika diterjemahkan secara kata perkata cukup diterjemahkan dengan Ali berkata. Permasalahan dalam hal ini adalah penyebutan gelar pada sebuah nama, ketika dalam teks terjemahan terdapat nama dari salah seorang sahabat Nabi, maka perlu diterjemahkan secara lengkap dengan menggunakan gelarnya seperti Sayyidina. Kata Sayyidina dalam bahasa Indonesia merupakan istilah khusus yang diberikan kepada para sahabat dan keluarga Nabi. Istilah khusus dalam hal ini maksudnya adalah istilah yang pemakaiannya hanya ditujukan untuk kalangan atau bidang tertentu. 92 Kemudian kata hal ini
أھﻢ
أھﻢ
merupakan
memiliki dua arti yaitu
إﺳﻢ ﺗﻔﻀﻞ
ھﻤﺔ
asal katanya adalah
ھﺎم, dalam
dalam kamus berarti penting dan
dalam kamus berarti gelisah. Oleh karena itu, kata dahulu dengan konteksnya. Dalam hal ini, kata
ھﻤﻮم
أھﻢharus disesuaikan terlebih
أھﻢjuga merupakan ﻓﻌﻞ ﺗﻔﻀﻞ
maksudnya adalah sesuatu yang lebih dan paling, sehingga pada TSa oleh penerjemah diterjemahkan menjadi hal yang paling diinginkan. Selanjutnya, pengalihan pesan pada TSa peneliti tidak mempermasalahkan terjemahannya. Karena isi pesan dari terjemahan tersebut sudah tersampaikan, sehingga tidak perlu adanya alternatif terjemahan. 92
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (Surabaya: Citra Media Press, 2010), h. 57
66
(5).
وﻻ ﺗﺰال ﻣﻌﺘﺮﻓﺎ ﺑﺘﻘﺼﻴﺮك ﻋﻦ اﻟﻘﻴﺎم ﺑﻮاﺟﺐ ﺣﻖ رﺑﻚ ﻋﻠﻴﻚ وإن ﻋﻈﻢ ﻓﻰ ﻃﺎﻋﺘﻪ ﺟﺪك وﺗﺸﻤﻴﺮك ﻓﺈن ﺣﻘﻪ ﻋﻠﻴﻚ ﻋﻈﻴﻢ
Dan senantiasakan diri mengenal kekurangan dirimu dari melaksanakan hak yang telah diwajibkan Tuhanmu kepada dirimu, meskipun telah besar dalam mentaati-Nya, bergiatnya dirimu dan keseriusan dirimu, karena sesungguhnya hak-Nya terhadap dirimu itu lebih besar. 93
Kata ﻣﻌﺘﺮﻓﺎpada TSu merupakan اِﺳﻢ ﻓﺎﻋﻞdari ﺛﻼﺛﻰ ﻣﺰﯾﺪ ﺑﺤﺮﻓﯿﻦasal katanya ialah
ﯾﻌﺘﺮف – إﻋﺘﺮاﻓﺎ – ﻣﻌﺘﺮف- إﻋـﺘﺮفyang artinya adalah pengakuan.
Kemudian kata ﻋـﻈﻢpada TSu adalah sebagai ﻓﻌﻞyang artinya agung atau besar. Dan kata ﺟ ّﺪكpada TSu adalah sebagai ﻓﺎﻋﻞasal katanya ialah ﺟﺪ. Dalam hal ini, kata ﺟﺪmemiliki arti bermacam-macam yaitu kakek, sungguh-sungguh, dan pemberian;
( ﻻ ﯾﻨﻔﻊ ذا اﻟﺠﺪ ﻣﻨﻚ اﻟﺠﺪdalam sebuah wirid). Tetapi jika dilihat
kembali pada konteksnya yaitu وإن ﻋﻈﻢ ﻓﻰ طﺎﻋﺘﮫ ﺟﺪك وﺗﺸﻤﯿﺮكmaka terjemahan yang tepat adalah kesungguhan dan kesigapan. Menurut peneliti pesan yang disampaikan pada TSa tersebut kurang tepat, maka alternatif terjemahan yang peneliti berikan adalah sebagai berikut: Meskipun kesungguhan dan kesigapanmu telah besar dalam melaksanakan apapun yang diwajibkan oleh Tuhan-Mu, tetapi kamu senantiasa mengakui kekuranganmu.
93
23
Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h.
67
أوﺟﺪك ﻣﻦ اﻟﻌﺪم وأﺳﺒﻎ ﻋﻠﻴﻚ اﻟﻨﻌﻢ وﻋﺎﻣﻠﻚ ﺑﺎﻟﻔﻀﻞ واﻟﻜﺮم
(6).
Allah telah mewujudkanmu dari ketiadaan dan telah menyempurnakan atas dirimu suatu kenikmatan, dan Dia telah memperlakukan dirimu dengan anugerah kemuliaan. 94
Kata أوﺟﺪكpada TSu adalah sebagai ﻣﺎض ﻓﻌـﻞasal katanya - أوﺟﺪ – ﯾﻮﺟﺪ ٍ
إﯾﺠﺎدpada kamus berarti mewujudkan, menciptakan. Kemudian kata أﺳـﺒﻎpada TSu adalah sebagai ﻓﻌـﻞ ﻣﺎضasal katanya ialah إﺳﺒﺎﻏﺎ- أﺳﺒﻎ – ﯾﺴﺒﻎmerupakan
ﺛﻼﺛﻰ ﻣﺰﯾﺪ ﺑﺤﺮفpada kamus berarti menyempurnakan. Selanjutnya, kata اﻟﻨﻌﻢmerupakan bentuk jamak dari kata ً ﻧﻌﻤﺔyang artinya berbagai kenikmatan. Tetapi pada TSa penerjemahkan menjadi suatu kenikmatan, terjemahannya kurang tepat. Seharusnya diterjemahkan menjadi berbagai kenikmatan, karena kata اﻟﻨﻌﻢbentuk jamak dari kata ﻧﻌﻤﺔ. Kemudian pengalihan pesan pada TSa di atas peneliti tidak menemukan permasalahan dalam penerjemahan. Tetapi supaya isi pesan pada TSa tersampaikan dan mudah untuk dipahami oleh pembaca, maka alternatif terjemahan yang peneliti berikan adalah; Allah telah memberikanmu berbagai kenikmatan dan telah memperlakukanmu dengan penuh kemuliaan.
94
23
Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h.
68
وﻗﻮﺗﻪ أﻃﻌﺘﻪ وﺑﺘﻮﻓﻴﻘﻪ ورﺣﻤﺘﻪ ﻋﺒﺪﺗﻪ َ وﺑﺤﻮﻟﻪ
(7).
Dan dengan daya-Nya dan kekuatan-Nya maka engkau bisa mentaati-Nya, dan dengan sebab pertolongan-Nya dan kasih sayang-Nya, maka engkau bisa beribadah kepadaNya. 95
Kata ﺑﺤﻮﻟﮫpada TSu jika dijabarkan, maka بadalah jar. Kemudian kata
أطﻌﺘﮫpada TSu merupakan ﺛﻼﺛﻰ ﻣﺰﯾﺪdan sebagai ﻣﺎض ﻓﻌـﻞasal katanya yaitu ٍ إطﺎﻋﺔ- أطﺎﻋﺔ – ﯾﻄﯿﻊdalam kamus berarti mentaati. Selanjutnya, antara وﻗﻮﺗﮫ dengan أطﻌﺘﮫada hubungan keterkaitan, dalam bahasa Arab ini biasa disebut dengan ﻣﺘﻌﻠﻖ. Kemudian pada kalimat وﺑﺘﻮﻓﯿﻘﮫ ورﺣﻤﺖjuga ada keterkaitan. Adanya keterkaitan pada kalimat tersebut gunanya sebagai penghubung supaya makna keduanya mudah dipahami. Selanjutnya, pengalihan pesan pada TSa yang diterjemahkan oleh penerjemah tidak ada permasalahan. Pesan yang disampaikan mudah untuk dipahami oleh pembaca. Tetapi, isi pesan tersebut menurut peneliti perlu diperingkas lagi supaya tidak adanya pemborosan kata, yaitu; Ketaatan seseorang karena daya dan kekuatan yang diberikan Allah swt, serta ibadah seseorang karena adanya pertolongan dan kasih sayang Allah swt.
وإﻳﺎك أن ﺗﺪﻧﺲ ﻗﻤﻴﺺ إﻳﻤﺎﻧﻚ وﺗﺴﻮد وﺟﻪ ﻗﻠﺒﻚ ﺑـﺈﺗﻴﺎن ﻣﺎ ﻧﻬﺎك ﻋﻨﻪ ﻣﻮﻻك
(8).
95
23
Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h.
69
Berhati-hatilah engkau mengotori jubah keimananmu, dan kau hitami wajah hatimu, dengan sebab melakukan hal yang Tuhanmu telah melarangmu. 96
Kata وإﯾﺎكpada TSu kedudukannya adalah sebagai اﺳﻢ اﻟﻔﻌﻞbukan kata kerja dan termasuk ﺗﻮﻛﯿﺪatau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai penegas. Penegas maksudnya adalah penekanan supaya tidak melakukan hal tersebut. Dalam bahasa Arab ﺗﻮﻛﯿﺪadalah sebuah isim tabi’ yang menghilangkan adanya kemungkinan lain dari yang dimaksud. 97 Kemudian dikatakan sebagai ﺗﻮﻛﯿﺪkarena وإﯾﺎك merupakan pengganti dari إﺧـﺪارyang berarti takut. Dalam hal ini kata وإﯾﺎك berperan sebagai kalimat perintah, karena termasuk dalam ﺗﻮﻛﯿﺪpada TSa seharusnya وإﯾﺎكditerjemahkan menjadi takut. Apabila hanya diterjemahkan berhati-hatilah kurang tepat, karena pada umumnya manusia masih dalam kebimbangan sehingga perlu adanya penegasan. Selanjutnya, pada TSa terdapat kalimat yang diterjemahkan secara majaz
( )ﻣﺠﺎزyaitu kata ﺗﺪﻧﺲ ﻗﻤﯿﺺ إﯾﻤﺎﻧﻚyang diterjemahkan menjadi mengotori jubah keimananmu . Dalam bahasa Arab ﻣﺠﺎزmenurut istilah ilmu balaghah adalah kata yang digunakan bukan pada tempatnya karena adanya ‘alaqah serta qarinah yang mencegah dari arti yang sebenarnya. 98 97 F
Pada terjemahan disini terdapat ﻣﺠﺎزﻟﻐﻮيyang mana kata iman diserupakan dengan sebuah jubah, maksudnya fungsi dari jubah tersebut adalah untuk 96
23
Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h.
97
Chatibul Umami, Pedoman Dasar Ilmu Nahwu (Jakarta: Darul Ulum Press, 1987), h. 171 Ahmad Syatibi, Pengantar Memahami Bahasa Al-Qur’an Balaghah 1 (Ilmu Bayan) (Jakarta: Adabia Press, 2012), h. 48 98
70
menutupi tubuh kita, hal ini serupa dengan iman yang berfungsi untuk menutupi zhohir bathin kita. Oleh karena itu, jika kita mengotori jubah kita dengan kotoran maka tubuh kita ikut kotor, begitupun dengan iman kita, jika kita mengotori iman kita dengan berbuat maksiat maka zhohir bathin kita juga ikut kotor. Hal serupa terjadi pada kalimat وﺗﺴﻮد وﺟﮫ ﻗﻠﺒﻚyang diterjemahkan menjadi kau hitami wajah hatimu, maksud dari terjemahan tersebut adalah
jika kau
enggan menghitami wajahmu sendiri, maka jangan kau hitami hatimu dengan kemaksiatan. Dalam hal ini dikatakan sebagai ﻣﺠﺎز ﻟﻐﻮيkarena dalam bahasa Arab merupakan lafal yang digunakan dalam makna yang bukan seharusnya karena adanya hubungan disertai karinah yang menghalangi pemberian makna hakiki. Hubungan antara makna hakiki dan makna majazi itu karena terkadang adanya keserupaan dan lainnya. 99 98F
Selanjutnya, pengalihan pesan pada TSa terjemahan sudah tepat. Hanya saja dalam hal ini penerjemah menerjemahkannya menggunakan penerjemahan idiom, sehingga terjemahan tersebut seperti makna kiasan. Apabila terjemahan ini dikonsumsi oleh masyarakat kalangan bawah atau awam, maka mereka akan mengalami kesulitan dalam memahami isi pesannya. Oleh karena itu, peneliti akan memberikan alternatif terjemahan supaya isi pesan tersampaikan dan makna dari pesan tersebut dapat dipahami. Janganlah kau kotori keimananmu dan kau hitami hatimu dengan hal-hal yang dilarang Tuhanmu.
99
Ali Al-Jarim, Terjemahan Al-Balaaghatul Waadhihah (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994), h. 95
71
وﻣﻬﻤﺎ وﻗﻊ ﻣﻨﻚ ذﻧﺐ ﻋﻠﻰ ﺳﺒﻴﻞ اﻟﻨﺪور ﻓﻌﻠﻴﻚ أن ﺗﺒﺎدر ﺑﺎﻟﺘﻮﺑﺔ وﺗﺤﺴﻦ
(9).
اﻷوﺑﺔ وﺗﻜﺜﺮ اﻟﻨﺪم واﻹﺳﺘﻐﻔﺎر Dan bilamana tertimpa pada dirimu dosa secara jarang-jarang, maka mestikan dirimu menyegerakan diri untuk bertaubat, dan engkau bagusi pertaubatan itu, dan engkau memperbanyak penyesalan dan mohon ampun. 100
Kata وﻗﻊpada TSu merupakan ﻣﺎض ﻓﻌﻞ, yaitu َ وﻗﻊ – ﯾﻘﻊ – وﻗﻌﺔdalam kamus ٍ artinya terjadi, berlangsung, sedangkan pada TSa diterjemahkan tertimpa, sehingga adanya kesalahan pada terjemahan. Jika diperhatikan pada TSa, tertimpa tidak cocok digunakan untuk terjemahan tersebut karena makna dari tertimpa adalah sesuatu yang terjadi secara tidak sengaja. Sedangkan pada konteksnya menjelaskan mengenai dosa. Jadi terjemahan yang tepat pada TSa adalah terjadi. Kemudian ﻓﻌﻠﯿﻚpada TSu adalah sebagai إﻟﺰا ْمatau إﺳﻢ ﻓﻌﻞyaitu ﻓﻌﻞ ﻷﻣﺮ. Dalam terjemahannya penerjemah menerjemahkannya menjadi mestikan. Kata
ﻓﻌﻠﯿﻚmerupakan suatu perintah atau keharusan yang harus dilakukan. Karena pada konteks selanjutnya terdapat kata ﺑﺎﻟﺘﻮﺑﺔuntuk bertaubat. Selanjutnya, kata وﺗﺤﺴﻦpada TSu diterjemahkan oleh penerjemah pada TSa yaitu dibagusi. Terjemahannya kurang tepat, karena وﺗﺤﺴﻦarti sebenarnya menurut
kamus
adalah
membaguskan,
sehingga
kurang
tepat
jika
diterjemahkannya menjadi dibagusi.
100
24
Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h.
72
Pengalihan pesan pada TSa yang dilakukan oleh penerjemah kurang tepat, karena ada beberapa kata yang diterjemahkan tidak sesuai dengan kamus sehingga terjadi distorsi makna. Oleh karena itu, peneliti memberikan alternatif terjemahan supaya isi dari pesan tersebut tersampaikan. Terjemahan alternatifnya adalah sebagai berikut: Meskipun kamu jarang melakukan dosa, tetapi kamu tetap menyegerakan diri untuk bertaubat dan mohon ampun pada-Nya dengan penuh penyesalan.
(10).
وﻻ ﺗﺰال ﺧﺎﺋﻔﺎ وﺟﻼ ﻓـﺈن اﻟﻤﺆﻣﻦ ﻻ ﻳﺰال ﻓﻲ ﻏﺎﻳﺔ ﻣﻦ اﻟﺨﻮف واﻟﻮﺟﻞ وإن أﺧﻠﺺ اﻟﻄﺎﻋﺔ وأﺣﺴﻦ اﻟﻤﻌﺎﻣﻠﺔ
Dan kau senantiasakan diri sebagai orang yang khawatir lagi takut, karena sesungguhnya orang beriman itu senantiasa berada di ambang rasa khawatir dan takut, meskipun ia telah memurnikan ketaatan dan telah membaguskan hubungan dengan Allah. 101
Kata ﺧﺎﺋﻔﺎpada TSu merupakan إﺳﻢ ﻓﺎﻋﻞdan sebagai ( ﺗﻮﻛﯿﺪpenegas) dan asal katanya ﺧﺎف – ﯾﺨﺎف – ﺧﻮﻓﺎ – ﺧﺎﺋﻔﺎmerupakan ﺛﻼﺛﻰ ﻣﺠﺮد ﺑﺎب اﻟﺜﺎﻧﻰ. Dalam hal ini kata ﺧﺎﺋﻔﺎmerupakan ﻣﻌﻨﻮى ﺗﻮﻛﯿﺪyang dikuatkan oleh ( وﺟﻼtakut). Kata وﺟﻼ ِ asal katanya وﺟﻞ – ﯾﺠﻞ – ﺟﻠﺔ – وﺟﻞmerupakan
ﺛﻼﺛﻰ ﻣﺠﺮد ﺑﺎب اﻟﺜﺎﻧﻰ.
Selanjutnya, dikatakan sebagai ﺗﻮﻛﯿﺪkarena arti sebenarnya dari kedua kata 101
24
Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h.
73
tersebut adalah takut, tetapi sebagai penegas supaya manusia melakukannya bersungguh-sungguh maka diberikan penekanan yaitu khawatir lagi takut.
ْ اﻟﺨﻮفkeduanya sebagai Kemudian hal yang sama terjadi pada kata واﻟﻮﺟﻞ ﻣﺼﺪرmerupakan ﺗﻮﻛﯿﺪ. Pada TSa terjemahannya sudah tepat, oleh penerjemah diterjemahkan menjadi rasa khawatir dan takut. Pengalihan pesan pada TSa yang dilakukan oleh penerjemah, tidak ditemukan permasalahan. Pesan yang disampaikan cukup dipahami, sehingga peneliti tidak perlu memberikan alternatif terjemahan karena isi pesannya tersampaikan dan mudah dipahami.
(11).
وأﻧﺖ ﺗﻌﻠﻢ ﻣﺎ ﻛﺎﻧﺖ ﻋﻠﻴـﻪ اﻷﻧﺒﻴﺎء ﻣﻊ ﻋﺼﻤﺘﻬﻢ واﻷوﻟﻴﺎء ﻣﻊ ﺣﻔﻈﻬﻢ ﻣﻦ وﻗﻠﺔ ذﻧﻮﺑﻬﻢ أو ﻋﺪﻣﻬﺎ,اﻟﺤﻮف واﻷﺷﻔﺎق ﻣﻊ ﺻﻼح أﻋﻤﺎﻟﻬﻢ
Dan engkau telah mengetahui mengenai hal yang terdapat pada para Nabi, disertai dengan terpelihara diri mereka [dari segala salah dan dosa], dan para wali yang disertai dengan terjaga diri mereka dari rasa khawatir, dan para penyayang yang disertai dengan kesholehan amal-amal mereka, dan sedikitnya dosa-dosa mereka, atau tanpa dosa. 102
Kata اﻷﻧﺒﯿﺎءpada TSu merupakan bentuk jamak, asal katanya )ﻏﯿﺮ أﺻﻞ( ﻧﺒﻲ
– )أﺻﻞ( ﻧﺒﯿﻮ. Sama halnya dengan kata اﻷَوﻟﯿﺎءpada TSu merupakan bentuk
102
24
Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h.
74
jamak, asal katanya adalah ) ﻏﯿﺮ أﺻﻞ( وﻟﻲ- )أﺻﻞ( وﻟﻮي. Jika diterjemahkan kedua kata tersebut adalah para nabi dan para wali. Terjemahan pada TSa sudah tepat. Kemudian pengalihan pesan pada TSa di atas peneliti tidak menemukan permasalahan dalam penyampaian pesannya. Dalam hal ini peneliti akan menjelaskan maksud dari pesan yang dialihkan oleh penerjemah supaya pembaca khususnya bagi pembaca kalangan awam mudah untuk memahami, yaitu; Kita mengetahui para Nabi saja yang amal ke shalihannya sudah dijamin oleh Allah swt mereka tetap memelihara dan menjaga diri mereka dari segala dosa. Begitu juga dengan para wali ulama yang selalu berada dalam lindungan Allah dan penjagaan-Nya, mereka tetap berusaha untuk tetap bisa berada di jalan Allah swt.
(12).
ﻓﻠﻘﺪ ﻛﺎﻧﻮا أﻋﺮف ﻣـﻨﻚ ﺑﺴﻌﺔ رﺣﻤﺔ اﷲ وأﺣﺴﻦ,ﻓﺄﻧﺖ ﺑﺬﻟﻚ أوﻟﻰ وأﺣﺮى ﻣﻨﻚ ﻇﻨـﺎ ﺑﺎﷲ
Lalu [apakah] dirimu dengan semua hal itu lebih utama dan lebih pantas, karena sesungguhnya mereka itu lebih mengerti dibandingkan dirimu, dalam hal keluasan rahmat Allah dan mereka lebih bagus daripada dirimu dalam berprasangka kepada Allah. 103
103
24
Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h.
75
Kata ﻓﺄﻧﺖpada TSu jika dijabarkan فmerupakan cabang dari kata ﯾﻌﺮفasal katanya adalah ﻋﺮفyaitu mengetahui. Pada TSu digunakan kata ﻓﺄﻧﺖkarena disesuaikan dengan konteks selanjutnya yaitu
ﺑﺬﻟﻚ أوﻟﻰ وأﺣﺮىyang artinya
dengan semua hal itu. Terjemahan pada kalimat tersebut merupakan kalimat pertanyaan, yaitu apakah kamu mengetahui dengan semua hal itu? Pada kalimat
ﻓﺄﻧﺖ ﺑﺬﻟﻚ أوﻟﻰ وأﺣﺮىdikatakan sebagai kalimat pertanyaan karena terjemahan ini merupakan lanjutan dari terjemahan pada ayat sebelumnya. Kemudian kata وأﺣﺴﻦpada TSu penerjemah menerjemahkan pada TSa menjadi lebih bagus. Menurut peneliti kurang tepat, karena dalam hal ini kata
وأﺣﺴﻦmerupakan suatu hal yang dilebihkan dan ditujukan untuk para nabi dan para wali. Sehingga terjemahan yang tepat untuk kata وأﺣﺴﻦadalah lebih pantas. Selanjutnya, pengalihan pesan pada TSa peneliti tidak menemukan permasalahan. Hanya saja peneliti ingin memperingkas isi dari pesan tersebut supaya lebih mudah dipahami dan isi pesan tersampaikan. Lalu apakah kamu mengetahui bahwa kamu lebih baik daripada mereka? Karena sesungguhnya mereka lebih mengerti daripada kamu dan mereka lebih pantas untuk mendapatkan karunia-Nya.
(13).
وأﺻـﺪق ﻣﻨﻚ ﻃﻤﻌﺎ ﻓﻰ ﻋﻔﻮﻩ وأﻋﻈﻢ ﻣﻨﻚ رﺟﺎء ﻓﻰ ﻛﺮﻣﻪ وﻓﻀﻞ
76
Dan mereka lebih benar dibandingkan dalam hal sangat menginginkan ampunan Allah, dan mereka lebih besar dibandingkan dirimu dalam hal berharap kepada kemurahan Allah dan Anugerah-Nya. 104
Kata أﺻﺪقpada TSu merupakan إﺳﻢ ﺗﻔﻀﻞasal katanya – ﺻﺪق – ﯾﺼﺪق
ﺻﺪﻗﺎyang artinya kebenaran. Sama halnya dengan kata أﻋﻈﻢpada TSu merupakan إﺳﻢ ﺗﻔﻀﻞasal katanya َ ﻋﻈﻢ – ﯾﻌﻈﻢ – ﻋﻈﻤﺔyang artinya lebih besar dan lebih agung. Kemudian pengalihan pesan pada TSa tidak ada permasalahan dari terjemahannya. Pesan yang disampaikan mudah dipahami dan tersampaikan kepada pembaca, sehingga tidak perlu adanya alternatit terjemahan.
(14).
ﻓﺎﻗﺘﺪ ﺑﺂﺛﺎرﻫﻢ ﺗﻨﺞ وﺗﺴﻠﻢ واﺗﺒﻊ ﺳﺒﻴﻠﻬﻢ ﺗﻔﺰ وﺗﻐﻨﻢ واﻋﺘﺼﻢ ﺑﺎﷲ
Maka ikutlah kepada jejak perilaku mereka, maka engkau bisa selamat dan diselamatkan, dan turuti jalan mereka, maka engkau bisa beroleh kemenangan dan kesuksesan, dan berpeganglah kepada Allah. 105
Kata ﻓﺎﻗﺘﺪpada TSu merupakan ﻓﻌﻞ ﻷﻣﺮasal katanya
اﻗﺘﺪاء- اﻗﺘﺪى – ﯾﻘﺘﺪى
yang artinya mengikuti. Kemudian kata ﺗﻨﺞ وﺗﺴﻠﻢmerupakan ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع ﻟﻠﻤﺠﮭﻮل
24 24
104
Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h.
105
Al-Habib Abdullah Al-Haddad, Risalatul Mudzakarah (Jakarta: Pustaka Mampir, 2008), h.
77
pada TSa diterjemahkan selamat dan diselamatkan, sedangkan pada kamus artinya diselamatkan. Jadi kata
ﺗﻨﺞ وﺗﺴﻠﻢcukup diterjemahkan menjadi
diselamatkan saja. Selanjutnya, kata ﺗﻔﺰpada TSa diterjemahkan kemenangan sedangkan dalam kamus adalah bahagia, maka terjemahan yang tepat untuk digunakan pada kata ﺗﻔﺰialah akan bahagia. Kemudian hal serupa terjadi pada kata ﺗ ْﻐﻨﻢpada TSa diterjemahkan kesuksesan, sedangkan dalam kamus berarti beruntung, maka terjemahan yang tepat untuk digunakan pada kata ﺗﻐﻨﻢadalah akan beruntung. Pengalihan pesan pada TSa menurut peneliti kurang tepat, karena terdapat beberapa kata yang diterjemahkannya tidak sesuai dengan kamus sehingga terjadinya distorsi makna. Oleh karena itu, peneliti memberikan alternatif terjemahan sebagai berikut: Ikutilah jejak perilaku mereka (Rasulullah dan para Wali) maka kamu akan selamatkan, dan turuti jalan mereka maka kamu akan bahagia dan bernntung. Kedua ayat pada TSu tersebut merupakan ( )ﻧﺘﯿﺠﺔkesimpulan yang ada pada Bab Mukmin Sejati ini, yaitu; rasa takut kita kepada Allah swt dengan mengikuti jejak para Nabi dan ulama. Kita mengikuti jejak para Nabi dan ulama maka kita akan terselamatkan dan diselamatkan oleh Allah swt dari segala siksaan-Nya. Kemudian kita akan mendapat kemenangan dan kesuksesan jika terus berada dijalan-Nya.
78
Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan RasulNya berada ditengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh pada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. [QS: Al-‘Imran/101] 106
Pada TSu di atas merupakan ayat Alqur’an yaitu QS. Al-Imran: 101. Kata
ھــﺪيpada TSu adalah sebagai ﻓﻌـﻞ ﻣـﺎض ﻟﻠﻤﺠﮭﻮلdari kata ھــﺪى. Kata ھــﺪي disini berarti telah diberikan sedangkan dalam kamus adalah menunjukkan jalan, keduanya makna dari artinya sama saja. Selanjutnya, pengalihan pesan pada TSa menurut peneliti sudah tepat sehingga tidak perlu adanya alternatif terjemahan.
C. Hasil dan Presentase Penilaian Terjemahan Kitab Risălatul Mudzăkarah Setelah peneliti menganalisis teks Arab dan terjemahannya, maka peneliti akan menjabarkan lebih jelas lagi hasil dan prosentase penilaiannya secara keseluruhan dengan menggunakan tabel perhitungan matematis.
106
http://www.alquran-digital.com
79
Tabel 8. Hasil Presentase Penilaian Terjemahan dari Aspek Kebahasaan
No.
Aspek Kebahasaan
Data Korpus Jumlah
Tidak Akurat
1
Leksikon
200
10
5%
2
Morfologi
10
2
3
Sintaksis
15
1
20% 7%
TOTAL:
1.
Prosentase
32%
Leksikon Selanjutnya, peneliti akan memaparkan data-data dari analisis peneliti
mengenai leksikon yang disajikan dalam bentuk tabel serta kesalahankesalahannya. Dalam hal ini, leksikon diperoleh peneliti dari hasil analisis adalah sebanyak 200 kosa kata, sedangkan kesalahannya diperoleh sebanyak 10 kosa kata. Jadi presentase perhitungan matematis pada aspek leksikon adalah sebagai berikut;
10 x 100 = 5% Prosentase Kesalahan pada Aspek Leksikon 200 Berikut ini tabel leksikon serta kesalahan-kesalahannya yang penulis sajikan dalam bentuk tabel;
80
Tabel 9. Data Leksikon
()ﻓﺼﻞ
24
Memilih
واﺧﺘﺎرك
Berkata
ﻗﺎل
25
Berhubungan dengan-Nya
ﻟﻤﻌﺎﻣﻠﺘﻪ
3
Siapa?
ﻣﻦ
26
Dan mohonlah!
4
Dibuat senang
ﺳﺮﺗﻪ
27
Agar
5
Perbuatan baiknya
ﺣﺴﻨﺘﻪ
28
Menerima
ﻳﻘﺒﻞ
6
Dibuat susah
ﺳﺎءﺗﻪ
29
Darimu
ﻣﻨﻚ
7
Perbuatan jeleknya
ﺳﻴﺌﺘﻪ
30
Dengan kebaikan-Nya
8
Maka ia
ﻓﻬﻮ
31
Apa-apa
9
Orang yang beriman
ﻣﺆﻣﻦ
32
Mempermudah
10 Maka apabila
ﻓـﺈذا
33
Atas dirimu
11 Menolongmu
وﻓﻘـﻚ
34
Berupa
ﻣﻦ
12 Allah
اﷲ
35
Sholeh
ﺻﺎﻟﺢ
13 Wahai
أﻳﻬﺎ
36
Amal
اﻟﻌﻤﻞ
اﻟﻤﺆﻣﻦ
37
Berkata
15 Untuk beramal
ﻟﻠﻌﻤﻞ
38
Karamallahu Wajhah
16 Mentaati
ﻃﺎﻋـﺘﻪ
39
Jadilah
ﻛﻮﻧﻮا
17 Besarkan
ﻳﻌﻈﻢ
40
Diterimanya
ﺑﻘﺒﻮل
18 Kegembiraan
ﻓﺮﺣﻚ
41
Amal [ibadah]
اﻟﻌﻤﻞ
19 Pencapaian
اﻟﺘﺒﺎﻟﻎ
42
Yang paling
أﻫﻢ
20 Syukur
ﺷﻜﺮ
43
Oleh kalian
ﻣﻨﻜﻢ
21 Kepada
اﻟﺬى
44
Karena
22 Memuliakan
أﻛﺮﻣﻚ
45
Tidak
23 Berkhidmat
ﺧﺪﻣﺘﻪ
46
Sedikit
1
Fasal
2
14 Orang yang beriman
واﺳﺄﻟﻪ أن
ﺑﻔﻀﻠﻪ ﻣﺎ ﻳﺴﺮﻩ ﻋﻠﻴﻚ
ﻗﺎل ﻛﺮم اﷲ وﺟﻬﻪ
ﻓﺈﻧﻪ ﻻ ﻳﻘﻞ 81
ﻣﻘﺒﻮل
70
Atas dirimu
ﻋﻠﻴﻚ
ﺗﺰال
71
Kenikmatan
اﻟﻨﻌﻢ
ﻣﻌﺘﺮﻓﺎ
72
Memperlakukan
ﻋﺎﻣﻠﻚ
ﺗﻘﺼﻴﺮك
73
Dengan anugerah
ﺑﺎﻟﻔﻀﻞ
ﻋﻦ
74
Kemuliaan
اﻟﻜﺮم
اﻟﻘﻴﺎم
75
Dengan daya-Nya
ﺑﺤﻮﻟﻪ
ﺑﻮاﺟﺐ
76
Kekuatan-Nya
54 Hak
ﺣﻖ
77
Mentaati-Nya
55 Tuhanmu
رﺑﻚ
78
Dengan pertolongan_Nya
ﺑﺘﻮﻓﻴﻘﻪ
ﻋﻠﻴﻚ
79
Kasih sayang-Nya
رﺣﻤﺘﻪ
وإن
80
Ibadah kepada-Nya
ﻋﺒﺪﺗﻪ
ﻋﻈﻢ
81
Berhati-hatilah
وإﻳﺎك
59 Mentaati
ﻃﺎﻋﺘﻪ
82
Engkau
60 Sungguh-sungguh
ﺟﺪك
83
Mengotori
ﺗﺪﻧﺲ
ﺗﺸﻤﻴﺮك
84
Jubah
ﻗﻤﻴﺺ
62 Karena
ﻓﺈن
85
Keimanan
إﻳﻤﺎﻧﻚ
63 Hak-Nya
ﺣﻘﻪ
86
Kau hitami
64 Terhadapmu
ﻋﻠﻴﻚ
87
Wajahmu
65 Besar
ﻋﻈﻴﻢ
88
Hatimu
ﻗﻠﺒﻚ
أوﺟﺪك
89
Dengan sebab
ﺑـﺈﺗﻴﺎن
ﻣﻦ
90
Melarangmu
ﻣﻮﻻك
اﻟﻌﺪم
91
Dan bilamana
وﻣﻬﻤﺎ
وأﺳﺒﻎ
92
Terjadi
47 Diterima 48 Senantiasa 49 Mengenal 50 Kekurangan 51 Dari 52 Melaksanakan 53 Diwajibkan
56 Kepadamu 57 Meskipun 58 Besar
61 Keseriusanmu
66 Mewujudkan 67 Dari 68 Ketiadaan 69 Menyempurnakan
ﻗﻮﺗﻪ َ
أﻃﻌﺘﻪ
أن
ﺗﺴﻮد وﺟﻪ
وﻗﻊ
82
93
Pada dirimu
ﻣﻨﻚ
117
Dari
94
Dosa
ذﻧﺐ
118
Rasa khawatir
اﻟﺨﻮف
95
Atas
ﻋﻠﻰ
119
Rasa takut
واﻟﻮﺟﻞ
96
Cara
ﺳﺒﻴﻞ
120
Dan sesungguhnya
97
Jarang-jarang
اﻟﻨﺪور
121
Memurnikan
أﺧﻠﺺ
98
Mestikan dirimu
ﻋﻠﻴﻚ
122
Ketaatan
اﻟﻄﺎﻋﺔ
99
Untuk
أن
123
Membaguskan
وأﺣﺴﻦ
ﺗﺒﺎدر
124
Hubungan dengan-Nya
اﻟﻤﻌﺎﻣﻠﺔ
102 Bertaubat
ﺑﺎﻟﺘﻮﺑﺔ
125
Dan engkau
وأﻧﺖ
103 Baguskan
وﺗﺤﺴﻦ
126
Mengetahui
ﺗﻌﻠﻢ
104 Pertaubatan
اﻷوﺑﺔ
127
Mengenai
105 Memperbanyak
وﺗﻜﺜﺮ
128
Yang terdapat
اﻟﻨﺪم
129
Para nabi
واﻹﺳﺘﻐﻔﺎر
130
Dengan
ﺗﺰال
131
Terpelihara
ﻋﺼﻤﺘﻬﻢ
109 Khawatir
ﺧﺎﺋﻔﺎ
132
Para wali
واﻷوﻟﻴﺎء
110 Takut
وﺟﻼ
133
Dengan
ﻣﻊ
ﻓـﺈن
134
Terjaga
ﺣﻔﻈﻬﻢ
اﻟﻤﺆﻣﻦ
135
Rasa khawatir
اﻟﺤﻮف
ﻻ
136
Para penyayang
ﻳﺰال
137
Dengan
ﻓﻲ
138
Keshalihan-nya
ﻏﺎﻳﺔ
139
Amal-amal mereka
100 Menyegerakan
106 Penyesalan 107 Memohon ampunan 108 Senantiasakan
111 Karena 112 Orang beriman 113 Tidak 114 Senantiasa 115 Di 116 Perasaan
ﻣﻦ
وإن
ﻛﺎﻧﺖ ﻋﻠﻴـﻪ اﻷﻧﺒﻴﺎء ﻣﻊ
واﻷﺷﻔﺎق ﻣﻊ ﺻﻼح أﻋﻤﺎﻟﻬﻢ
83
وﻗﻠﺔ
163
Lebih besar
ذﻧﻮﺑﻬﻢ
164
Daripada
ﻣﻨﻚ
أو
165
Berharap
رﺟﺎء
143 Tanpa dosa
ﻋﺪﻣﻬﺎ
166
Di
144 Lalu kamu
ﻓﺄﻧﺖ
167
Kasih sayang
145 Dengan semua itu
ﺑﺬﻟﻚ
168
Anugerah
146 Lebih utama
أوﻟﻰ
169
Maka ikutilah
147 Lebih pantas
وأﺣﺮى
170
Jejak
148 Karena
ﻓﻠﻘﺪ
171
Selamat
ﺗﻨﺞ
149 Sesungguhnya
ﻛﺎﻧﻮا
172
Selamat
وﺗﺴﻠﻢ
150 Lebih mengerti
أﻋﺮف
173
Turuti
151 Daripada dirimu
ﻣـﻨﻚ
174
Jalan mereka
152 Dalam hal
ﺑﺴﻌﺔ
175
Bahagia
رﺣﻤﺔ اﷲ
176
Beruntung
وأﺣﺴﻦ
177
Kepada
ﻣﻨﻚ
178
Allah
156 Berprasangka
ﻇﻨـﺎ
179
Dan
157 Pada Allah
ﺑﺎﷲ
180
Bagaimana
وأﺻـﺪق
181
Kafir
159 Daripada
ﻣﻨﻚ
182
Dan
160 Mengharapkan
ﻃﻤﻌﺎ
183
Kamu
اﻧﺘﻢ
ﻓﻰ
184
Menjadi
ﺗﺘﻠﻰ
ﻋﻔﻮﻩ
185
Pada dirimu
140 Sedikitnya 141 Dosa-dosa mereka 142 Atau
153 Kasih sayang Allah 154 Dan lebih baik 155 Daripada dirimu
158 Lebih benar
161 Di 162 Ampunan
وأﻋﻈﻢ
ﻓﻰ ﻛﺮﻣﻪ وﻓﻀﻞ ﻓﺎﻗﺘﺪ ﺑﺂﺛﺎرﻫﻢ
واﺗﺒﻊ ﺳﺒﻴﻠﻬﻢ ﺗﻔﺰ وﺗﻐﻨﻢ واﻋﺘﺼﻢ ﺑﺎﷲ و ﻛﻴﻒ ﺗﻜﻔﺮون و
ﻋﻠﻴﻜﻢ
84
ءاﻳﺖ
186 Ayat-ayat 187 Allah
اﷲ
188 Dan
و
194 Dibacakan
ﻓﻘﺪ
195 Maka
ﻫﺪي
196 Petunjuk
189 Berada
ﻓﻴﻜﻢ
197 Ditengah-tengah
190 Rasul-Nya
رﺳﻮﻟﻪ
198 Kepada
191 Dan siapa
وﻣﻦ
192 Berpegang
ﻳﻌﺘﺼﻴﻢ
اﻟﻰ ﺻﺮاط
199 Jalan
ﻣﺴﺘﻘﻴﻢ
200 Yang lurus
ﺑﺎﷲ
193 Kepada Allah
Kesalahan-kesalahan yang Terdapat pada Aspek Leksikon; 1.
Kata
ﻓﻠﯿﻌﻈﻢ ﻓﺮﺣﻚ
pada TSu terjadi kesalahan penulisan. Kata
ﻓﻠﯿﻌﻈﻢ
merupakan ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع, tetapi pada penulisannya terjadi kesalahan, karena setelah kata
ﻓﻠﯿﻌﻈﻢ
sedangkan kata
ada kata
ﻓﻠﯿﻌﻈﻢ
ﻓﺮﺣﻚ
yang merupakan dhommir dari Kamu,
merupakan dhommir untuk Dia. Jadi seharusnya
penulisan yang tepat adalah
ﻓﻞتﻋﻈﻢ ﻓﺮﺣﻚ,
karena kata
ﻓﻞتﻋﻈﻢ
adalah
pronomina yang digunakan untuk dhommir Kamu.
2. Kata ﯾﺴـﺮهterjadi kesalahan penulisan pada TSu. Karena pada TSa diterjemahkannya menjadi mempermudahnya atas dirimu sedangkan kata
ﯾﺴـﺮهjika diterjemahkan artinya adalah menggembirakan. Oleh karena itu, seharusnya kata yang tepat digunakan pada TSu adalah ﯾﯿﺴﺮ, kata ﯾﯿﺴﺮ
85
merupakan ﻓﻌـﻞ ﻣﺎضasal katanya dari ﺗﯿﺴﯿﺮ- ﯾﯿﺴﺮ- ﯾﺴﺮdalam kamus berarti mempermudah.
3. Kata وﺗﺸﻤﯿﺮكpada TSa diterjemahkan keseriusan, sedangkan dalam kamus artinya adalah kesigapan. Sehingga jika dilihat kembali pada konteksnya yaitu وﺗﺸﻤﯿﺮك
وإن ﻋﻈﻢ ﻓﻰ طﺎﻋﺘﮫ ﺟﺪكmaka terjemahan yang tepat adalah
kesungguhan dan kesigapan.
4. Kata اﻟﻨﻌﻢmerupakan bentuk jamak dari kata ً ﻧﻌﻤﺔyang artinya berbagai kenikmatan. Tetapi pada TSa penerjemahkan menjadi suatu kenikmatan, terjemahannya kurang tepat. Seharusnya diterjemahkan menjadi berbagai kenikmatan, karena kata اﻟﻨﻌﻢbentuk jamak dari kata ﻧﻌﻤﺔ. 5.
Kata وﻗﻊpada TSu merupakan ﻣﺎض ﻓﻌﻞ, yaitu َ وﻗﻊ – ﯾﻘﻊ – وﻗﻌﺔdalam kamus ٍ artinya terjadi, berlangsung. Sedangkan pada TSa diterjemahkan tertimpa, sehingga adanya kesalahan pada terjemahan. Jika diperhatikan pada TSa, tertimpa tidak cocok digunakan untuk terjemahan tersebut karena makna dari tertimpa adalah sesuatu yang terjadi secara tidak sengaja. Sedangkan pada konteksnya menjelaskan mengenai dosa. Jadi terjemahan yang tepat pada TSa adalah terjadi.
6.
Kata وﺗﺤﺴﻦpada TSu diterjemahkan oleh penerjemah pada TSa yaitu dibagusi. Terjemahannya kurang tepat, karena وﺗﺤﺴﻦarti sebenarnya menurut
kamus
adalah
membaguskan,
sehingga kurang tepat
jika
diterjemahkannya menjadi dibagusi. 7.
Kata وأﺣﺴﻦpada TSu penerjemah menerjemahkan pada TSa menjadi lebih bagus. Menurut peneliti kurang tepat, karena dalam hal ini kata وأﺣﺴﻦ
86
merupakan suatu hal yang dilebihkan dan ditujukan untuk para nabi dan para wali. Sehingga terjemahan yang tepat untuk kata وأﺣﺴﻦadalah lebih pantas.
8. kata ﺗﻨﺞ وﺗﺴﻠﻢmerupakan
ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع ﻟﻠﻤﺠﮭﻮلpada TSa diterjemahkan
selamat dan diselamatkan, sedangkan pada kamus artinya diselamatkan. Jadi kata ﺗﻨﺞ وﺗﺴﻠﻢcukup diterjemahkan menjadi diselamatkan saja.
9. Kata ﺗﻔﺰpada TSa diterjemahkan kemenangan sedangkan dalam kamus adalah bahagia, maka terjemahan yang tepat untuk digunakan pada kata ﺗﻔﺰ ialah akan bahagia.
10. Kata ﺗ ْﻐﻨﻢpada TSa diterjemahkan kesuksesan, sedangkan dalam kamus berarti beruntung, maka terjemahan yang tepat untuk digunakan pada kata
ﺗﻐﻨﻢadalah akan beruntung.
2. Morfologi Pada morfologi hasil yang diperoleh peneliti adalah sebanyak 10 struktur kata (morfologi), sedangkan kesalahannya sebanyak 2 kata. Jadi presentase perhitungan matematis pada aspek morfologis adalah sebagai berikut:
2 x 100 = 20% Prosentase Kesalahan pada Aspek Morfologis 10 Berikut ini tabel morfologi serta kesalahan-kesalahannya yang penulis sajikan dalam bentuk tabel;
87
Tabel 10. Data Morfologi
ﻓﻠﻴﻌﻈﻢ
6
Secara
اﻟﻨﺪور
Menolongmu
وﻓﻘـﻚ
7
Pertaubatan
اﻷوﺑﺔ
3
Pengakuan
ﻣﻌﺘﺮﻓﺎ
8
Mestikan
4
Ketiadaan
اﻟﻌﺪم
9
Lalu [apakah] kamu
5
Kenikmatan
اﻟﻨﻌﻢ
10 Mewujudkan
1
Besarkan
2
ﻓﻌﻠﻴﻚ ﻓﺄﻧﺖ أوﺟﺪك
Kesalahan-kesalahan yang terdapat pada Aspek Morfologi; 1.
Kata اﻟﻨﻌﻢmerupakan bentuk jamak dari kata ً ﻧﻌﻤﺔyang artinya berbagai kenikmatan. Tetapi pada TSa penerjemahkan menjadi suatu kenikmatan, terjemahannya kurang tepat. Seharusnya diterjemahkan menjadi berbagai kenikmatan, karena kata اﻟﻨﻌﻢbentuk jamak dari kata ﻧﻌﻤﺔ.
2.
Kata
ﻓﻠﯿﻌﻈﻢ ﻓﺮﺣﻚ
pada TSu terjadi kesalahan penulisan. Kata
ﻓﻠﯿﻌﻈﻢ
merupakan ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎرع, tetapi pada penulisannya terjadi kesalahan, karena setelah kata
ﻓﻠﯿﻌﻈﻢ
sedangkan kata
ada kata
ﻓﻠﯿﻌﻈﻢ
ﻓﺮﺣﻚ
yang merupakan dhommir dari Kamu,
merupakan dhommir untuk Dia. Jadi seharusnya
penulisan yang tepat adalah
ﻓﻞتﻋﻈﻢ ﻓﺮﺣﻚ,
karena kata
ﻓﻞتﻋﻈﻢ
adalah
pronomina yang digunakan untuk dhommir Kamu.
88
3. Sintaksis Selanjutnya, pada sintaksis hasil yang diperoleh peneliti adalah sebanyak 15 dan kesalahan yang diperoleh adalah 1. Jadi presentase perhitungan matematis pada aspek sintaksis adalah sebagai berikut:
1 x 100 = 7% Prosentase Kesalahan pada Aspek Sintaksis 15
Kesalahan yang terdapat pada Aspek Sintaksis;
وإﻳﺎك أن ﺗﺪﻧﺲ ﻗﻤﻴﺺ إﻳﻤﺎﻧﻚ وﺗﺴﻮد وﺟﻪ ﻗﻠﺒﻚ ﺑـﺈﺗﻴﺎن ﻣﺎ ﻧﻬﺎك ﻋﻨﻪ ﻣﻮﻻك pada TSa terdapat kalimat yang diterjemahkan secara majaz ( )ﻣﺠﺎزyaitu kata
ﺗﺪﻧﺲ ﻗﻤﯿﺺ إﯾﻤﺎﻧﻚyang diterjemahkan menjadi mengotori jubah keimananmu. Pada terjemahan disini terdapat ﻣﺠﺎزﻟﻐﻮيyang mana kata iman diserupakan dengan sebuah jubah, maksudnya fungsi dari jubah tersebut adalah untuk menutupi tubuh kita, hal ini serupa dengan iman yang berfungsi untuk menutupi zhohir bathin kita. Oleh karena itu, jika kita mengotori jubah kita dengan kotoran maka tubuh kita ikut kotor, begitupun dengan iman kita, jika kita mengotori iman kita dengan berbuat maksiat maka zhohir bathin kita juga ikut kotor. Hal serupa terjadi pada kalimat وﺗﺴﻮد وﺟﮫ ﻗﻠﺒﻚyang diterjemahkan menjadi kau hitami wajah hatimu, maksud dari terjemahan tersebut adalah
jika kau
enggan menghitami wajahmu sendiri, maka jangan kau hitami hatimu dengan kemaksiatan.
89
Selanjutnya, apabila terjemahan ini dikonsumsi oleh masyarakat kalangan bawah atau awam, mereka akan mengalami kesulitan dalam memahami isi pesannya. Oleh karena itu, terjemahan yang tepat supaya isi pesan tersampaikan dan maknanya dapat dipahami adalah: Janganlah kau kotori keimananmu dan kau hitami hatimu dengan hal-hal yang dilarang Tuhanmu. Ketiga hasil perhitungan di atas dari tiap aspek yang diperoleh, maka peneliti dapat menyimpulkan presentase kesalahan adalah 32%. Selanjutnya, presentase perolehan hasil penilaian dari penelitian dan analisis pada Kitab Risălatul Mudzăkarah adalah sebesar 67%. Hasil penilaian tersebut jika disesuaikan dengan pedoman teori Rochayah Machali termasuk dalam kategori terjemahan baik. Hal ini dikarenakan terdapat terjemahan yang dilakukan secara harfiah walaupun tidak terlalu banyak. Kemudian ada satu atau dua kesalahan tata ejaan, dan kesalahan tata bahasa.
90
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah peneliti melakukan analisis sebanyak tiga halaman pada buku terjemahan Risālatul Mudzākarah bab Mukmin Sejati yang dijadikan sebagai objek utama dalam melakukan penelitian, maka diperoleh 15 korpus data terjemahan. Selanjutnya, peneliti dapat memberikan jawaban dari hasil analisis dan penilaian pada perumusan masalah yang ada di pendahuluan bab 1. Segi leksikon, peneliti menemukan 10 permasalahan kosakata yang mengalami kesalahan dari jumlah 200 kosakata. Hal ini disebabkan penerjemahan kosakata yang dilakukan oleh penerjemah tidak sesuai dengan kamus dan terdapat pula beberapa yang tidak sesuai dengan konteksnya, maka presentase kesalahan yang diperoleh adalah 5% kesalahan dari keseluruhannya. Kemudian segi morfologis, peneliti menemukan 2 permasalahan dalam penulisannya, serta dari maknanya tersebut. Sehingga terdapat pergeseran makna yang maknanya tidak sesuai. Dalam hal ini, peneliti menemukan 10 morfologis dari total keseluruhan, maka presentase kesalahan yang ditemukan adalah 20% dari prosentase keseluruhan. Selanjutnya, segi sintaksis penerjemah melakukan proses melakukan pengalihan pesan sudah cukup baik. Tetapi ada 1 kesalahan yang peneliti temukan, sehingga presentase kesalahan yang diperoleh adalah 7% kesalahan secara keseluruhannya.
91
Setelah dianalisis dari hasil terjemahan tersebut, penulis akan memberikan penilaian menurut teori penilaian yang dikemukakan oleh Machali. Jumlah keseluruhan penilaian terdapat 32% kesalahan pada terjemahan kitab Risālatul Mudzākarah. Jadi penilaian yang diberikan adalah sebanyak 67% jika disesuaikan dengan kategori penilaian menurut Machali termasuk dalam kategori terjemahan baik. Kitab Risālatul Mudzākarah ini sangat bagus untuk dikaji dan dikonsumsi oleh para pembaca. Karena pembahasannya yang cukup menarik yaitu tentang Risalah Diskusi mengenai Akhlak Tasawuf. Hanya saja gaya bahasa dalam terjemahan kitab ini masih cukup tinggi sehingga hanya kalangan tertentu yang mampu memahami isi dari kitab ini. Maka dari itu perlu ada sedikit perbaikan dalam terjemahannya supaya kalangan awam bisa untuk membacanya juga.
B. Saran-saran Saran-saran yang ingin penulis berikan tentang terjemahan kitab Risālatul Mudzākarah ini adalah sebagai berikut: 1.
Dalam terjemahannya perlu adanya dilakukan perbaikan yaitu dengan diberi penjelasan secara rinci, yaitu tentang maknanya supaya bisa dipahami terutama untuk kalangan masyarakat umum. Kemudian pada teks Arabnya perlu ada perbaikan karena adanya penulisan ayat yang salah, sehingga fatal akibatnya ketika orang lain tidak memahami arti atau makna dari ayat dan terjemahannya.
92
2.
Jika kitab ini digunakan sebagai bahan untuk pengajaran, maka pengajar sebelumnya harus menguasai tentang bidang atau pengetahuan yang ada pada kitab tersebut, karena kitab ini membahas tentang akhlak tasawuf. Jadi seorang pengajar jika ingin mengajarkan kitab ini harus mengetahui tentang seluk beluk ilmu tasawuf.
3.
Kemudian penjelasan dalam terjemahan kitab Risalatul Mudzakarah harus lebih spesifik
lagi dan diuraikan. Karena dalam terjemahannya terdapat
majaz, sehingga harus diperjelas.
93
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. Nahwu dan Sintaksis Fungsional. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Alhabsyi, Ahmad bin Zein. Riwayat Hidup Para Wali & Shalihin. Surabaya: Cahaya Ilmu Publisher, 2008. Alhaddad, Sayyid Abdulloh. Risalatul Mudzakarah. Surabaya: Pustaka Mampir, 2008. Ali, Atabik. Kamus Kontemporer Arab-Indonesia. Yogyakarta: Multi Karya Grafika, 2004. Alwi, Hasan dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2003. Al-Jarim, Ali. Terjemahan Al-Balaaghatul Waadhihah. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1994. Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2012. Chaer, Abdul. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Hidayatullah, Moch Syarif.Pengantar Linguistik Arab Klasik-Modern. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. Hidayatullah, Moch Syarif. Tarjim Al-An Cara Mudah Menerjemahkan Arab – Indonesia. Tangerang: Dikara, 2010. Hoed, H. Benny. Penerjemahan dan Kebudayaan. Bandung: Pustaka Jaya, 2006. Keraf, Gorys. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah, 1994. Kridalaksana, Harimurti. Pembentukkan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama: 2007. Machali, Rochayah. Pedoman bagi Penerjemahan. Bandung: Kaifa, 2009. Muhammad, Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. Munip, Abdul. Transimisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia. Jakarta: Kementrian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Lektur Keagamaan, 2010. Nababan, Rudolf. Teori Menerjemah Bahasa Inggris. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2003.
94
Nasanius, Yassir. Pertemuan Linguistik Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Atma Jaya Kedelapan Belas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007. Nasuhi, Hamid dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi). Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: CeQDA, 2007. Parera, J. D. Dasar-dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Erlangga, 2009. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Pedoman Umum Ejaan Bahasa yang Disempurnakan. Surabaya: Citra Media Press, 2010. Putrayasa, Ida Bagus. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran). Bandung: Refika Aditama, 2007. Rahardi, Kunjana. Dimensi-dimensi Kebahasaan Aneka Masalah Bahasa Indonesia Terkini. Jakarta: Erlangga, 2006. Sayogi, Frans, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2008. Simatupang, D. S. Maurits. Pengantar Teori Terjemahan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2000.
Sudaryanto. Predikat-Objek dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1983. Sugihastuti.Editor Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006. Syatibi,Ahmad. Pengantar Memahami Bahasa Al-Qur’an Balaghah 1 (Ilmu Bayan). Jakarta: Adabia Press, 2012. Syihabuddin. Penerjemahan Arab-Indonesia. Bandung: Humaniora, 2005. Umam,Chatibul. Pedoman Dasar Ilmu Nahwu . Jakarta: Darul Ulum Press, 1987. Widyamartaya, A. Seni Menerjemahkan. Yogyakarta: Kanisius, 1989. Zaka, Al Farisi M. Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011
Rujukan Internet Truly Almendo Pasaribu, Menilai Kualitas Terjemahan, http://pelitaku.sabda.org/menilai_kualitas_terjemahan Kuliah, Strategi Penilaian Kualitas Terjemahan, http://bahasa.kompasiana.com/2012/03/05/startegi-penilaian-kualitas-terjemahan444110.html
95
Mashadi Said, Menilai Terjemahan, http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:W6saDQHH8KoJ:masha di.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/4783/Menilai%2Bterjemahan.doc+&cd =2&hl=id&ct=clnk http://www.pustakapejaten.org/kumpulan-wirid-dan-doa/ratib-al-hadad/sekilasbiografi-al-imam-abdullah-al-hadad-shohibur-penyusun-ratib http://www.alquran-digital.com
96