PENGUKURAN TINGKAT STABILITAS KEUANGAN ANTARA BANK SYARIAH DENGAN BANK KONVENSIONAL SEBAGAI ALAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMILIH JENIS PERBANKAN Oleh : Sufiyah *) Afi Rahmat Slamet **) Ronny Malavia Mardani ***) Email :
[email protected] ABSTRACT Research is intended to measure the financial stability syariah banking and conventional. This research used data bank financial report quarterly period 2011-2013 for variables internal bank and data macro economy. An indicator used in this research is z-score from each bank. Of analysis z-score show that conventional bank more stable than syariah banks. Variable internal banks and macro economic influential simultaneously against z-score or financial stability, either on syariah banks and of conventional bank. Partial, in financial stability bank syariah affected by variable internal bank. Bank conventional, variable internal banks and macro economy in partial t influence significantly to z-score or financial stability. Password: financial stability, bank syariah, bank conventional. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang tahun 2012 dampak makro ekonomi berupa krisis keuangan global yang cenderung melambatkan laju pertumbuhan ekonomi di banyak negara di dunia, diyakini memiliki pengaruh minimal terhadap industri perbankan syariah nasional. Hal ini terlihat dari pertumbuhan volume usaha dan kinerja perbankan syariah yang masih relatif baik. Pertumbuhan volume usaha perbankan syariah tahun 2012 yang mencapai 34,0% (yoy) masih relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan volume usaha perbankan nasional (16,7%, yoy) dalam periode yang sama. Selain itu, kinerja industri perbankan syariah nasional, dalam hal ini BUS dan UUS, relatif cukup baik, tercermin dari : (i) fungsi intermediasi berada pada tingkat yang optimal dengan rata-rata FDR sebesar 97,2%; (ii) tingkat kecukupan modal (CAR) masih jauh di atas minimum 8% dengan rata-rata CAR sebesar ±15,2%; dan (iii) tingkat pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/ NPF) dibawah 5% dengan rata-rata sebesar 2,7% (posisi per Desember 2012 mencapai 2,2%) (Outlook perbankan syariah, 2013 hal. 26). Financing to Deposit Ratio (FDR) pada bank syariah sebesar 99,99% atau disebut dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensional rata-rata sebesar 83,96%. Hal ini menunjukkan bahwa funsgi intermediary di bank syariah dapat berjalan lebih baik dari bank konvensional. Sedangkan untuk resiko kredit macet Non Performing Finance (NPF) atau disebut dengan Non Performing Loan (NPL) pada bank konvensional yaitu sebesar 1,87% (LPP, 2012 hal: 15-17). Berdasarkan data Bank Indonesia Outlook Perbankan Syariah 2013 bahwa penghimpunan dana masyarakat meningkat ± 32% yang sebagian besar (58,39%) terhimpun dalam deposito. Sedangkan dari sisi penyaluran dana meningkat ± 40% menjadi Rp135,58 triliun dimana piutang Murabahah paling mendominasi dengan portofolio sebesar 59,71%. Hal ini mengindikasikan bahwa perbankan syariah masih didominasi oleh dana mahal dalam penghimpunan dan menyalurkannya dalam pricing JEMA Vol. 12 No. 1 Juni 2014
| 111
(marjin dari piutang Murabahah) yang cukup tinggi dibandingkan dengan rata-rata suku bunga (rata-rata tahun 2012 s.d September 2012 equivalent rate sebesar 14,31%). Atas hal tersebut perlu dikaji kembali faktor-faktor yang berpengaruh dalam menggeser struktur bisnis perbankan syariah sehingga menjadi lembaga keuangan yang efisien dan dapat memberikan kemanfaatan yang lebih besar. Pertumbuhan penghimpunan dana cukup baik diimbangi dengan pertumbuhan penyaluran dana kepada sektor riil baik berupa pembiayaan (Mudharabah dan Musyarakah), piutang (Murabahah, Istisna, dan Qardh), dan dalam bentuk pembiayaan Ijarah. Dengan demikian fungsi intermediasi perbankan dapat relatif terjaga yang tercermin dari FDR agregat perbankan syariah tercatat cukup tinggi yaitu sebesar 100,84% meningkat lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 95,08%. Selain fungsi intermediasi, untuk memberikan pelayanan dengan jangkauan yang lebih luas bagi masyarakat, akses jaringan perkantoran meningkat menjadi 2.188 (29,31%) dari 1.692 kantor pada tahun sebelumnya. Perluasan jaringan kantor tersebut telah mampu meningkatkan pengguna bank syariah yang tercermin dari peningkatan jumlah total rekening (pembiayaan + DPK) yaitu sebesar 3,4 juta rekening dari 9 juta rekening menjadi 12,4 juta rekening (Oktober 2012, yoy). Sistem perbankan syariah lebih stabil dibandingkan dengan bank konvensional dalam menghadapi krisis keuangan global. Sistem keuangan syariah yang tidak mengenal bunga menjadikan bank syariah mampu bertahan dari fluktuasi tingkat bunga yang disebabkan oleh turunnya nilai rupiah yang disebabkan langkanya dolar di pasar. Selain itu, kinerja keuangan bank syariah dibandingkan dengan bank konvensional menunjukkan kondisi keuangan yang konsisten dan efisien (Sudarsono, 2009). Sedang Faiz (2010) menemukan bahwa untuk kasus Indonesia stabilitas perbankan syariah dipengaruhi oleh besarnya pembiayaan (LDR), jumlah aset yang dimiliki dan aspek banking share. Sedangkan bank konvensional stabilitasnya hanya dipengaruhi oleh income diversity yang menggambarkan diversifikasi produk yang diberikan dan 8 sistem perbankan di Indonesia stabilitasnya dipengaruhi oleh besarnya pembiayaan, tingkat efisiensi, jumlah aset, income diversity, nilai tukar dan pertumbuhan PDB. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana pengukuran tingkat stabilitas keuangan antara bank syariah dengan bank konvensional. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat stabilitas keuangan antara bank syariah dengan bank konvensional. 1.4 Kontribusi Penelitian a. Dapat digunakan sebagai referensi dalam menjaga tingkat stabilitas keuangan perbankan dan dapat bertahan dalam menghadapi fluktuasi ekonomi. b. Dapat digunakan sebagai salah satu alat mengambil keputusan yang tepat dalam memilih jenis perbankan konvensional atau syariah. c. Dapat digunakan sebagai salah satu bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.
112 |
JEMA Vol. 12 No. 1 Juni 2014
2. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Menurut peneliti terdahulu, Martin dan Cihak et al (2008) yang berjudul “Islamic banks and financial stability: an empirical analysis” bahwa hasil penelitian keseluruhan secara cross country menunjukkan bahwa Bank Islam lebih stabil dan berpotensi besar untuk lebih solvent (sehat) daripada Bank konvensional. Rata-rata zscore terbesar secara berurutan adalah Bank islam kecil, Bank konvensional besar, Bank konvensional kecil, dan Bank islam besar. Depresiasi nilai tukar merupakan variabel ekonomimakro yang memiliki pengaruh yang paling signifikan terhadap stabilitas sedangkan GDP dan inflasi tidak. Sudarsono (2009) yang berjudul “Dampak Krisis Keuangan Global terhadap Perbankan di Indonesia: Perbandingan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah” bahwa, krisis keuangan mempengaruhi kenaikan tingkat bunga simpanan dan pinjaman di bank konvensional dan bank syariah. Rata-rata tingkat bunga bank konvensional lebih tinggi dibanding dengan tingkat margin di bank syariah. Sementara itu kinerja keuangan kedua bank ini berbeda. Krisis keuangan 2008 menjadikan tingkat pendapatan yang diperoleh berkurang. Secara umum kenaikan pendapatan bank syariah lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional. Sebaliknya, nilai pendapatan dibandingkan aset menunjukkan bank konvensional lebih tinggi. Faiz (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “ Ketahanan Kredit Perbankan Syariah Terhadap Krisis Keuangan Global” menyatakan bahwa penelitiannya semakin memperkuat hasil dari beberapa penelitian sebelumnya yang menggambarkan stabilitas perbankan syariah serta keunggulan sistem kerja dan produk yang ditawarkan dibanding perbankan konvensional. Faktor yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NPF bank syariah adalah besarnya jumlah pembiayaan dan tingkat PDB. Sedangkan nilai tukar berpengaruh negatif namun tidak cukup signifikan. Sedangkan indikator makroekonomi lainnya (inflasi, SBI, SWBI) tidak berpengaruh terhadap NPF bank syariah. Di sisi lain tingkat NPL bank konvensional sangat tergantung pada tingkat inflasi yang terjadi (positif) dan besarnya LDR (negatif). Hal ini juga menunjukkan ketergantungan bank konvensional pada bunga dan sektor keuangan. Hubungan NPL dan LDR yang negatif menunjukkan tidak berfungsinya aspek intermediary bank konvensional terhadap dunia usaha sehingga memperparah decoupling sektor riil dan moneter. Temuan lain menunjukkan bahwa besarnya NPL bank konvensional terpengaruh krisis keuangan global yang terjadi tahun lalu sedangkan di bank syariah cenderung resisten. Nugroho & Rokhaniyah (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengukuran Tingkat Stabilitas Keuangan Bank Syariah vs Bank Konvensional” menyatakan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebuah stabilitas keuangan perbankan sangat penting diperlukan dalam aktifitas perbankan khususnya yang berkaitan dengan kebijakan baik internal maupun eksternal. Hasil analisis menyebutkan bahwa bank syariah lebih stabil daripada bank konvensional. Tingkat kemampuan nasabah membayar kewajiban yang diperlihat dari NPF dalam kondisi krisis menunjukkan penurunan di bank syariah, artinya tingkat resiko pinjaman/pembiayaan bermasalah di bank syariah menurun di saat krisis keuangan. Di saat yang sama jumlah FDR bank syariah meningkat. Hal ini menindikasikan bahwa di saat krisis pembiayaan bank syariah lebih murah dibandingkan dengan bank konvensional. Selanjutnya, secara umum dapat disimpulkan bahwa sistem perbankan syariah lebih stabil dibandingkan dengan bank konvensional dalam menghadapi krisis keuangan JEMA Vol. 12 No. 1 Juni 2014
| 113
global. Sistem keuangan syariah yang tidak mengenal bunga menjadikan bank syariah mampu bertahan dari fluktuasi tingkat bunga yang disebabkan oleh turunnya nilai rupiah yang disebabkan langkanya dolar di pasar. Selain itu, kinerja keuangan bank syariah dibandingkan dengan bank konvensional menunjukkan kondisi keuangan yang konsisten dan efisien. 2.2 TINJAUAN TEORI 2.2.1 Bank Syariah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Bab 1 pasal 1, Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank pembiayaan syariah. Bank Islam atau bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pegoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah Islam (Sumitro,2002:5). Sedangkan Menurut Riva’i, Veithzal dan Idroes (2007:759) Bank syariah merupakan lembaga intermidiasi dan penyedia jasa keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan sistem nilai Islam, khususnya yang bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang nonproduktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas meragukan (gharar), berprinsip keadilan, dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal. Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip Syariah berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 pasal 1 butir 13 adalah : “Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (Musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (Murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (Ijarah), atau dengan adanya pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (Ijarah Wal Iqtina)”. Beberapa prinsip/hukum yang dianut oleh sistem perbankan syariah menurut Arifin (2003:12), antara lain: a. Larangan riba (bunga) dalam berbagai bentuk transaksi. b. Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada perolehan keuntungan yang sah menurut syariah. c. Memberikan zakat. 2.2.2 Bank Konvensional Bank konvensional merupakan bank yang paling banyak beredar di Indonesia. Bank ini mempunyai kegiatan pemberian jasa yang paling lengkap dan dapat beroperasi diseluruh wilayah Indonesia. Sedang Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Konvensional berarti “menurut apa yang sudah menjadi kebiasaan”. Dimana dapat kita ambil kesimpulan bahwa bank konvensional adalah yang operasionalnya menerapkan metode bunga, karena metode bunga sudah ada terlebih dahulu yang menjadi kebiasaan. Menurut Kasmir (2007:38) menyatakan bahwa bank mendapatkan keuntungan dalam usahanya berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode, yaitu: a. Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjamannya 114 |
JEMA Vol. 12 No. 1 Juni 2014
(kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. Apabila suku bunga simpanan lebih tinggi dari suku bunga pinjaman maka dikenal dengan nama negative spread. b. Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan barat menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau prosentase tertentu. System pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. 2.2.3 Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional Terdapat perbedaan antara bank syariah dengan bank konvensional. Perbedaan tersebut dapat dilihat baik dari tujuannya maupun prinsip keuntungan yang dicapai. Berikut merupakan tabel perbandingan bank syariah dan bank konvensional. Tabel 1 Perbandingan bank Syariah dan bank konvensional a. b. c. d. e.
Bank Syariah Melakukan investasi yang halal saja Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli atau sewa Orientasi Profit dan falah Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan Penghimpunan dan penyaluran dana harus disusun sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah
a. b. c. d. e.
Bank Konvensional Investasi yang halal dan haram Memakai perangkat bunga Profit oriented Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan debitur dan kreditur Tidak terdapat dewan sejenis
Sumber : Antonio (2002:29) 2.2.4 Stabilitas Keuangan Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) atau disebut dengan Stabilitas Keuangan adalah terhindar dari krisis moneter atau keuangan (avoidance of financial crisis) (Mc Farlene,1999). Stabilitas sistem keuangan merupakan suatu kondisi dimana mekanisme ekonomi dalam penetapan harga, alokasi dana dan pengelolaan risiko berfungsi secara baik serta mendukung pertumbuhan ekonomi. Peneliti Eksekutif Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, Bank Indonesia, Agusman mengatakan bahwa stabilitas keuangan dapat dilihat dari dua hal, yaitu institusi yang stabil yang dapat dilihat dari tidak adanya bank atau lembaga keuangan yang collapse dan dipertaruhkan kredibilitasnya oleh masyarakat, kedua adalah pasar yang stabil. Oleh karena itu, pentingnya SSK ini mempunyai pengaruh langsung terhadap stabilitas makro dalam sebuah sistem perekonomian dan sebaliknya. Pada saat stabilitas makro bergejolak maka stabilitas keuangan akan mendapatkan dampaknya. Kondisi makro ekonomi seperti stabilnya daya beli masyarakat, kuatnya permintaan domestik, serta stabilnya nilai tukar rupiah bisa membawa pengaruh positif bagi kestabilan sistem keuangan. Pada tahun 2008 terjadi gejolak keuangan global yang diawali dengan runtuhnya sistem perbankan di Amerika. Hal ini membawa pengaruh negatif bagi kestabilan sistem keuangan global termasuk kawasan Asia. Sebagai sebuah pelajaran yang berharga, pemerintah tentunya pada saat itu tidak mau kejadian pada tahun 1998 terulang kembali walaupun beberapa pakar ekonomi berpendapat bahwa krisis keuangan global pada tahun 2008 itu tidak akan berpengaruh signifikan terhadap sistem keuangan, namun pemerintah melakukan tindakan antisipatif terhadap kondisi tersebut untuk menyelamatkan sistem keuangan bangsa. JEMA Vol. 12 No. 1 Juni 2014
| 115
Menurut Adha (2011;3), ada beberapa alasan pentingnya SSK dalam sistem perekonomian, diantaranya: a. Kestabilan sistem keuangan akan membentuk pasar yang sehat, terkontrol dan alokasi dari berbagai sumber daya yang ada dapat dikondisikan secara optimal. b. Kestabilan sistem keuangan berdampak langsung dengan kesehatan dunia perbankan, dengan sistem keuangan yang stabil dunia perbankan dapat menjalankan fungsinya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat secara maksimal, tentu hal ini juga akan mempengaruhi sektor riil. c. Dengan stabilnya sistem keuangan akan mempengaruhi perputaran jumlah uang beredar dimasyarakat karena sistem keuangan berjalan dengan baik, sehingga inflasipun dapat dikendalikan. d. Biaya dari instabilitas sistem keuangan dapat ditekan karena pengaruh dari instabilitas tersebut menyerang langsung sektor keuangan yang mempunyai biaya restrukturisasi yang tidak murah, seperti sektor perbankan. e. Instabilitas sistem keuangan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap terjadinya krisis moneter, sehingga diperlukan upaya yang maksimal dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. 2.2.5 Variabel-variabel Yang Mempengaruhi Stabilitas Keuangan 1. Faktor Internal Bank Faktor internal bank merupakan faktor-faktor yang ada dalam perusahaan mengenai kegiatan usaha bank dalam operasinya. Faktor internal bank dalam penelitian ini antara lain: a. Income Diversity Income diversity disebut juga dengan keberagaman pendapatan. Berdasarkan PSAK No. 23: “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yan timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. b. Kredit atau Pembiayaan Berdasarkan Undang – Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 yang menyatakan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberiaan bunga. Sedangkan pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu atau jatuh tempo dengan imbalan atau bagi hasil. c. Modal Bank Pengertian modal menurut Siamat (2000;56) “Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank disamping memenuhi peraturan yang ditetapkan”. d. Total asset Total Aset atau aktiva merupakan total nilai atau kekayaan dari sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan. Total asset erdiri dari aset lancar, aset tetap, aset berwujud dan aset tak berwujud. Posisi total atau jumlah aset bank dapat dilihat pada laporan neraca. Hongren dkk (1997: 11) Aktiva adalah sumber ekonomis 116 |
JEMA Vol. 12 No. 1 Juni 2014
dari suatu perusahaan atau usaha yang diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi usaha tersebut di masa yang akan datang. Contoh aktiva adalah kas, persediaan barang dagangan, perlengkapan kantor, peralatan, tanah dan bangunan. e. Biaya operasional Biaya operasional merupakan biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan proses kegiatan operasional perusahaan dalam usahanya mencapai tujuan perusaaan yang lebih maksimal. Dalam teknis perbankan, bahwa dapat diartikan biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama proses kegiatan operasionalnya selama periode tertentu. Contoh biaya operasional adalah biaya pemasaran atau promosi, biaya penyusutan peralatan, dan biaya gaji karyawan, f. Current Liability Kewajiban lancar adalah kewajiban yang akan jatuh tempo dalam satu tahun atau dalam siklus operasi perusahaan. Sedangkan menurut Wikipedia bahwa Current Liabilities merupakan kewajiban pembayaran dalam 1 (satu) tahun atau siklus operasi yang normal dalam usaha. Tersedianya sumber kas untuk memenuhi kewajiban tersebut berasal dari kas atau konversi kas dari aktiva lancar. 2. Faktor Ekonomi makro Faktor ekonomi makro merupakan faktor-faktor eksternal yang dapat digunakan dalam memilih atau mengambil keputusan internal perbankan. Faktor ekonomi makro dalam penelitian ini antara lain: a. Nilai kurs (Exchange) Pengertian nilai tukar mata uang menurut FSAB adalah rasio antara suatu unit mata uang dengan sejumlah mata uang lain yang bisa ditukar pada waktu tertentu. Perbedaan nilai tukar riil dengan nilai tukar nominal penting untuk dipahami karena keduanya mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap risiko nilai tukar (Sartono,2001). Menurut Sukirno (1998:358) nilai tukar adalah suatu nilai yang menunjukkan jumlah mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk mendapatkan suatu unit mata uang asing. Menurut Kuncoro (1996) kurs merupakan perbandingan antara nilai atau harga mata uang negara tertentu dengan negara lain. b. Inflasi Menurut Nasution (1998:207), “Inflasi adalah suatu proses ketidakseimbangan (disequilibrium), yang mana tingkat harga yang terus menerus mengalami peningkatan selama periode tertentu”. Inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga-harga umum secara terus menerus. Inflasi yang cenderung meningkat akan menurunkan kinerja perusahaan (Waluyo (2001:119). Sedangkan menurut Khalwaty (2000:6-7), “Inflasi merupakan suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolut) yang berlangsung terus menerus dalam jangka waktu cukup lama. c. BI Rate Menurut Bank Indonesia (2013) BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk JEMA Vol. 12 No. 1 Juni 2014
| 117
mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi (Tandelilin, 2001:48). Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi harga saham secara terbalik (ceteris paripus). d. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan angka indeks harga harga saham yang telah tersusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga menghasilkan trend (Rahayu, 2002:21). Angka indeks adalah angka yang telah dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk membandingkan kegiatan atau peristiwa yang sejenis dalam waktu yang berbeda. Perubahan tersebut dikarena harga saham yang berfluktuatif. IHSG merupakan ringkasan dari dampak simultan dan kompleks atas berbagai macam faktor yang berpengaruh, terutama fenomena-fenomena ekonomi. Bahkan dewasa ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai landasan analistis statistik atas kondisi pasar terakhir (Widoatmojo, 1996:194). e. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Bruto) Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pada dasarnya PDB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar (Bank Indonesia, 2012). 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis, Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitan ini merupakan jenis penelitian komparatif yaitu merupakan penelitian yang menguji perbedaan perbedaan antara dua variable atau lebih untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dan konsekuensi yang ditimbulkannya (Indriantoro, Supomo 1999:27). Penelitian ini dilakukan pada bank syariah dan bank konvensional di Indonesia, dengan mengambil data dari website masing-masing bank dan dari Bank Indonesia. Waktu penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Nopember 2013 sampai Juli 2014. 3.2 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah bank syariah dan bank konvensional yang memiliki aset kurang dari 1 triliun rupiah karena untuk menyetarakan atau menyeimbangkan kestabilan antara bank syariah dengan bank konvensional dalam pengamatan tahun 2011-2013 dengan jumlah 13 perbankan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Purposive Sampling. Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Perbankan syariah dan perbankan konvensional yang tergolong bank umum dengan aset kurang dari 1 Triliun rupiah 118 |
JEMA Vol. 12 No. 1 Juni 2014
b. Perbankan syariah dan perbankan konvensional yang mempublikasikan laporan keuangan tahunan secara konsisten dari tahun 2011-2013. c. Perbankan syariah dan perbankan konvensional yang memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 13 perbankan. 3.3 Definisi Operasional Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian tentang stabilitas keuangan adalah sebagai berikut : 3.3.1 Faktor Internal Bank 1. Income Diversity (ID) Income diversity disebut juga dengan keberagaman pendapatan merupakan macam-macam pendapatan yang diterima bank syariah dan bank konvensional yaitu pendapatan operasional dan pendapatan non operasional. Pada bank syariah, pendapatan operasional terdiri dari pendapatan dari penyaluran dana baik dari pihak ketiga bukan bank, dari Bank Indonesia, maupun dari bank-bank lain di Indonesia seperti margin murabahah dan bagi hasil mudharabah. Dan pendapatan non operasional lainnya seperti jasa investasi terikat, jasa layanan, maupun pendapatan dari transaksi valuta asing.Pada bank konvensional, pendapatan yang diterima yaitu pendapatan operasional yang terdiri dari pendapatan bunga dan pendapatan selain bunga. Selain itu juga terdapat pendapatan non operasional seperti keuntungan penjualan aset tetap dan inventaris, transaksi valuta asing, dan lainnya. 2. Kredit atau Pembiayaan (Loan) Kredit atau pembiayaan dapat dilihat pada laporan keuangan bagian neraca. Pada bank syariah, kredit disebut dengan pembiayaan. Komponen pembiayaan pada bank syariah berbeda dengan komponen kredit pada bank konvensional. Pembiayaan terdiri dari piutang murabahah, piutang salam, piutang istishna’, piutang qardh, dan pembiayaan baik yang terkait dengan bank maupun tidak terkait dengan bank. Sedangkan pada bank konvensional terdiri dari kredit berupa pinjaman yang diberikan dan piutang serta penyertaan. 3. Modal Bank (MDL) Modal bank merupakan dana yang diinvestasikan oleh pemilik untuk membiayai kegiatan usaha bank yang jumlahnya telah ditetapkan. Modal bank pada bank syariah dan bank konvensional tidak jauh berbeda komponennya. Modal bank syariah meliputi modal pinjaman dan ekuitas. Modal pinjaman didapat dari dana investasi tidak terikat berupa tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Ekuitas diperoleh atas modal disetor, agio (disagio), modal sumbangan, dana setoran modal, penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan, selisih penilaian kembali aktiva tetap dan saldo laba (rugi). Sedangkan modal bank konvensional meliputi ekuitas yaitu modal disetor seperti modal dasar, modal yang belum disetor, saham yang dibeli kembali (treasury stock) dan tambahan modal disetor, serta ekuitas lainnya berupa cadangan dan laba (rugi) tahun-tahun lalu dan tahun berjalan. 4. Total asset (TA) Total Asset atau aktiva merupakan total nilai atau kekayaan dari sesuatu yang dimiliki oleh bank atau perusahaan. Posisi total atau jumlah aset bank dapat dilihat pada laporan neracanya. Secara umum total asset baik pada bank syariah maupun konvensional sama antara lain aset lancar seperti kas, surat berharga, piutang
JEMA Vol. 12 No. 1 Juni 2014
| 119
(pembiayaan), penyertaan, asset tidak berwujud, asset tetap dan inventaris, aset pajak tangguhan dan aset lainnya. 5. Biaya operasional (COST) Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama proses kegiatan operasionalnya selama periode tertentu. Pada bank syariah biaya operasional seperti beban penyisihan penghapusan aktiva, bonus titipan wadiah, beban administrasi dan umum, biaya personalia, beban promosi, beban transaksi valas dan beban penurunan nilai surat berharga. Biaya operasional pada bank konvensional berupa beban operasioanal bunga dan beban operasional selain bunga. 6. Current Liabilities (CL) Menurut Wikipedia bahwa Current Liabilities merupakan kewajiban pembayaran dalam 1 (satu) tahun atau siklus operasi yang normal dalam usaha. Yang termasuk kewajiban lancar pada bank syariah antara lain dana simpanan wadiah, kewajiban kepada bank Indonesia, kewajiban kepada bank lain, surat berharga yang diterbitkan, pembiayaan/pinjaman yang diterima, beban yang masih harus dibayar, kewajiban pajak tangguhan. Yang termasuk kewajiban lancar pada bank konvensional antara lain seperti berupa giro, tabungan, simpanan berjangka, pinjaman dari bank Indonesia, pinjaman dari bank lain, surat berharga yang diterbitkan, dan setoran jaminan. 3.3.2 Faktor Ekonomi makro 1. Nilai kurs (KURS) Nilai tukar yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbandingan antara mata uang rupiah dengan mata uang US Dollar. Adapun tingkat kurs yang digunakan dalam penelitian ini adalah kurs tengah yang ditetapkan oleh bank Indonesia. Data tentang nilai kurs dalam penelitian ini didapatkan dari statistik Bank Indonesia periode triwulanan. 2. Inflasi (INF) Data inflasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah diperoleh dari website Badan Pusat Statistik (BPS) dengan periode triwulanan. 3. BI Rate (BIR) BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Data BI Rate diperoleh dari website Bank Indonesia. 4. Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) IHSG merupakan angka indeks harga harga saham yang telah tersusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga menghasilkan trend (Rahayu, 2002:21). Data IHSG dalam penelitian ini diperoleh dari website IDX yaitu Jakarta Composite Index (IHSG) periode triwulanan. 5. Produk Domestik Bruto (PDB) PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB dalam penelitian ini diperoleh dari data PDB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha triwulanan.
120 |
JEMA Vol. 12 No. 1 Juni 2014
3.3.3 Model Penelitian Stabilitas Keuangan
Bank syariah
Bank konvensional
Internal bank
Ekonomimakro Gambar 1 Model Penelitian 3.4 Sumber dan Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan sumber data sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi yang diambil peneliti sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan dalam pembahasan. Dalam pengumpulan datanya dengan cara melihat, mengutip dokumen-dokumen catatan dari laporan keuangan seperti neraca dan laporan laba/ rugi perbankan. 3.5 Metode Analisis Data Penelitian ini bertujuan melihat serta mengukur stabilitas keuangan perbankan. Alat analisis yang akan digunakan adalah model z-score. Z- score merupakan cerminan dari kekuatan sebuah bank menurut Boyd and Runkle, 1993; Maechler, Mitra, dan Worrell, 2005; Cihak dan Hesse, 2008:19 (dalam Nugroho dan Rokhaniyah, 2012:3). Selain itu, penelitian ini mengaplikasikan model Cihak dan Hesse (2008) untuk meneliti tingkat stabilitas keuangan perbankan syariah dan konvensional di Indonesia dengan analisa empirik. Data yang digunakan adalah data panel cross section dan time series dari beberapa perbankan (bank konvensional dan bank umum syariah) serta data ekonomi makro di Indonesia dari tahun 2011 sampai 2013 Spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitiannya Nugroho dan Rokhaniyah (2012:4) adalah sebagai berikut: Zj,i,t = α + ∑βBj,i,t-1 + ∑φBj,i,t-1Tz + ωMj.t-1 + εi,j,t-1 Dimana: Zj,i,t : Z- score Bj,i,t-1 : Variabel internal bank Bj,i,t-1 Tj,i : Variabel internal bank dari tiap tipe bank Mj.t-1 : Variabel makro yang digunakan dalam analisis stabilitas keuangan ε,j,t : Residual (j adalah individu bank, i adalah tipe bank dan t adalah waktu.
JEMA Vol. 12 No. 1 Juni 2014
| 121
Dari model tersebut maka dapat diturunkan menjadi dua model, antara lain: Model 1: Variabel internal Tiap Bank (Bank Syariah dan Bank Konvensional) Z= α +∑𝛽1 IDj,i, t-1 + ∑β2 Loanj,i, t-1 + ∑β3 MDLj,i, t-1 + ∑β4 TAj,i, t-1 + ∑β5 COSTj,i, t-1 + ∑β6 CLj,i, t-1 + εi,j Dimana: Zj,i,t : Z- score IDj,i, t-1 : Income diversity Loanj,i, t-1 : Kredit atau pembiayaan MDLj,i, t-1 : Modal bank TAj,i, t-1 : Total aset COSTj,i, t-1 : Biaya operasional CLj,i, t-1 : Current Liability εi,j : Residual Model 2 : Variabel Ekonomi makro Zj,i,t = α + ∑ω1 INFj,i,t-1 + ∑ω2 Kurs j,i,t-1 + ∑ω3 IHSG j,i,t-1 + ∑ω4 BIRj,i,t-1 + ∑ω5 GDP j,i,t1+ εt-1 Dimana: Zj,i,t : Z- score INFj,i,t-1 : Inflasi Kurs j,i,t-1 : Nilai tukar rupiah terhadap dolar IHSG j,i,t-1 : Indeks Harga Saham Gabungan BIRj,i,t-1 : BI Rate GDPj,i,t-1 : Gross Domestic Product/PDB ε t-1 : Residual Analisis dua model diatas dilakukan dengan memecah dan membedakan antara bank konvensional, bank umum syariah dan unit usaha syariah yaitu pengukuran stabilitas keuangan perbankan dari faktor eksternal dan internal tiap bank. Bank konvensional yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah bank yang asetnya kurang dari satu triliyun rupiah (<1 T). Hal tersebut dimaksudkan agar bank konvensional setara dengan bank syariah dari sisi kestabilannya. 3.5.1 Perhitungan z- score Z- score merupakan variabel dependennya, dimana nilai ini sebagai pengukur individual bank risk. Z- score juga merupakan cerminan dan kekuatan sebuah bank menurut Boys and Runkle, 1993: Maechler, Mitra dan Worrell, 2005; Cihak dan Hesse, 2208:9 (dalam Nugroho dan Rokhaniyah, 2012:5). Z - score dihitung: Z = (k - µ)/σ Dimana: k : Prosentase perbandingan modal dan cadangan pada aset µ : Rata-rata return on asset (ROA) σ : Standar deviasi dari return on asset (ROA) terhadap return volatility. Sebuah z-score yang lebih tinggi berkorespondensi dengan batas atas risiko kebangkrutan yang lebih rendah. Oleh karena itu, dalam model ini akan dibandingkan nilai z-score antara bank syariah dengan bank konvensional. 3.5.2 Analisis Regresi Linier Berganda Setelah dilakukannya perhitungan nilai z-score maka selanjutnya digunakan metode analisis menggunakan Regresi Linier Berganda. Teknik ini digunakan untuk 122 |
JEMA Vol. 12 No. 1 Juni 2014
mengetahui pengaruh faktor internal bank maupun faktor ekonomi makro terhadap stabilitas keuangan. Model regresinya adalah sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + e Dimana : Y = Stabilitas keuangan a = konstanta b = koefisien regresi X1 = faktor internal bank X2 = faktor ekonomi makro e = residual error Secara singkat tahap-tahap analisis pada penelitian ini adalah : analisis z-score, uji normalitas, uji asumsi klasik, analisis regresi, uji F dan uji t 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Sampel Penelitian Pengambilan sampel untuk bank syariah dilakukan uji deskriptif statistik guna mengimbangi bank konvensional dari segi total aset. Seperti yang telah diketahui bahwa bank syariah memiliki total aset melebihi 1 triliun. Adapun hasil pemilihan sampel untuk bank syariah adalah sebagai berikut : Tabel 1 Pemilihan Sampel Bank Umum Syariah Total Aset 2013;4 NAMA BANK (dalam jutaan rupiah) Bank BNI Syariah 14708504 Bank Panin Syariah 4052701 BANK Jabar Banten Syariah 4695088 Maybank Syariah 2299971 Bank Syariah Mandiri 63965361 Bank BRI Syariah 17400914 Bank BCA Syariah 2041419 Bank MEGA Syariah 9121575 Bank Muamalat Indonesia 54694021 Sumber data: Bank Indonesia Descriptive Statistics N TA
9
Minimum 2041419,00
Maximum 63965361,00
Mean 19219950,44
Std. Deviation 23475001,088
Dari statistik deskriptif diatas maka diketahui batas atas total aset sebesar 42,694,951,530 dan batas bawah sebesar 4,255,050,646. Selanjutnya bank yang masuk sampel penelitian ini berdasarkan perhitungan tersebut adalah Bank Mega Syariah, Bank Jabar Banten Syariah, Bank BNI Syariah dan Bank BRI Syariah. Berdasarkan hasil seleksi yang telah dilakukan bahwa terdapat 13 perbankan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel penelitian yang diantaranya adalah bank konvensional sebanyak 9 bank dan bank syariah sebanyak 4 bank. Adapun 13 bank tersebut tampak dalam table 2 sebagai berikut: Tabel 2 Sampel Penelitian No. Nama Bank 1. Bank Royal Indonesia 2. Bank Dinar Indonesia JEMA Vol. 12 No. 1 Juni 2014
| 123
3. Bank Fama Internasional 4. Bank Artos Indonesia 5. Bank Sahabat Purba Dinarta 6. Bank Bisnis Internasional 7. Bank Aglomas Internasional 8. Bank Centratama Nasional 9. Bank Metro Express 10. Bank Mega Syariah 11. Bank BRI Syariah 12. Bank Jabar Banten Syariah 13. Bank BNI Syariah Sumber: Data diolah, 2014 4.2 PEMBAHASAN 4.2.1 Analisis z-score Hasil dari analisis z -score adalah semakin tinggi nilai z-score maka tingkat stabilitas keuangan perbankan semakin kuat dan sebaliknya semakin rendah nilai zscore menggambarkan tingkat stabilitas keuangan semakin lemah. Tabel 3 Ringkasan Rata-rata Nilai Z-score dan Indikator Perbankan Menurut Kategori Bank (Periode 2011:1-2013:4) Keterangan Bank Konvensional Bank Syariah Z- score 69,1507 35,5368 Loan/Asset 0,568394 0,731368 Cost/income 0,85711 0,85021 Income Diversity (juta rupiah) 37,149 485,82 Asset (juta rupiah) 510,337 8,175,750 Sumber: Data diolah, 2014 Berdasarkan tabel 3 diatas, dapat dideskripsikan bahwa nilai z-score setiap tipe bank yang menjadi sampel dalam penelitian ini bervariasi. Hipotesis awal dalam penelitian ini berdasarkan penelitian sebelumnya adalah bank syariah lebih stabil dari pada bank konvensional. Data yang diambil dari 13 sampel bank ini, menyimpulkan bahwa bank konvensional lebih stabil daripada bank syariah karena bank konvensional memiliki nilai z-score sebesar 69,1507 lebih besar dari nilai z-score bank syariah yaitu sebesar 35,5368. Pada perbandingan antara kredit atau pembiayaan dengan aset bank hasilnya menunjukkan bahwa bank konvensional memiliki nilai perbandingan rata-rata sebesar 0,568394 dan bank syariah sebesar 0,731368. Hal ini mengartikan bahwa bank syariah dalam melalukan pembiayaan atau kredit lebih tinggi daripada bank konvensional. Selain itu bank konvensional dan bank syariah memiliki nilai perbandingan biaya terhadap pendapatan tidak jauh berbeda. Hal ini menyatakan bahwa kedua bank tersebut aktif dalam operasional keuangannya. Perbandingan antara income diversity dan total asset lebih tinggi bank umum syariah karena modal yang lebih besar menunjang operasional kredit dan aktivitas perbankan yang lebih besar dalam usahanya. Tabel 4 Rata-rata Besaran Z-score Antar Bank Keterangan Rata-rata Variabilitas Besaran Z- score Z-score Terendah Tertinggi Bank Konvensional 69,1507 7,6394 186,5458 Bank Syariah 35,5368 9,0275 83,9692 124 |
JEMA Vol. 12 No. 1 Juni 2014
Berdasarkan tabel 4 bahwa rata-rata besaran nilai z-score bank konvensional lebih tinggi bank syariah. Bank konvensional memiliki nilai rata-rata z-score sebesar 69,1507 dan bank syariah menilki nilai rata-rata sebesar 35,5368. Hasil ini menyatakan bahwa bank konvensional memiliki tingkat kestabilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank syariah. Hasil penelitian ini berbanding terbalik dengan penelitian sebelumnya Nugroho dan Rokhaniyah (2010) yang menyatakan bahwa bank syariah lebih stabil daripada konvensional. Hal ini dapat disebabkan karena peneliti sebelumnya menggunakan 35 sampel bank, sedangkan pada penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 13 bank. 4.2.2 Uji Normalitas Data Untuk mengetahui kenormalan data pada penelitian ini digunakan model statistik Kolmogorov- Smirnov terhadap masing-masing variabel pada tiap model. a. Uji Normalitas Model I (Variabel Internal Bank) Adapun hasil dari perhitungan uji normalitas variabel internal bank adalah sebagai berikut: Tabel 5 Uji Normalitas Model I Keterangan Bank Syariah Bank Konvensional KS - Z Sig. KS - Z Sig. z- score 0,628 0,825 0,481 0,975 z- internal 0,637 0,812 0,665 0,768 Sumber: Data diolah, 2014 Dari hasil uji normalitas pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena masing-masing variabel pada bank syariah maupun konvensional memiliki nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05. b. Uji Normalitas Model II (Variabel Ekonomi Makro) Adapun hasil dari perhitungan uji normalitas variabel ekonomi makro adalah sebagai berikut: Tabel 6 Uji Normalitas Model II Keterangan Bank Syariah Bank Konvensional KS-Z Sig. KS-Z Sig. z-score 0,628 0,825 0,481 0,975 z- makro 0,489 0,970 0,489 0,970 Sumber: Data diolah, 2014 Berdasarkan tabel 6 diatas dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal dengan tingkat signifikansi lebih dari 0,05. c. Uji Normalitas Regresi Adapun hasil dari perhitungan uji normalitas regresi antara variabel internal dan ekonomi makro adalah sebagai berikut: Tabel 7 Uji Normalitas Regresi Keterangan Bank Syariah Bank Konvensional KS-Z Sig. KS-Z Sig. z-score 0,628 0,825 0,481 0,975 z internal 0,637 0,812 0,665 0,768 z makro 0,489 0,970 0,489 0,970 Sumber: Data diolah, 2014 Dari hasil uji normalitas tabel 7 menunjukkan bahwa data berdistribusi normal karena masing-masing variabel memiliki tingkat signikansi lebih dari 0,05. JEMA Vol. 12 No. 1 Juni 2014
| 125
4.2.3 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinieritas Adapun hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 8 sebagai berikut: Tabel 8 Uji Multikolinieritas Variabel Bank Syariah Bank Konvensional Tollerance VIF Tollerance VIF z internal 0,764 1,308 0,605 1,652 z makro 0,764 1,308 0,605 1,652 Sumber: Data diolah, 2014 Dari tabel 8 diatas maka dapat diketahui bahwa data tidak mengalami gangguan multikolinieritas. Pada bank syariah maupun bank konvensional, data variabel internal bank memiliki nilai VIF lebih dari 10. 2. Uji Heterokedastisitas (Glejser) Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini menggunakan metode glejser.Adapun hasil pengujiannya adalah sebagai berikut: Tabel 9 Uji Heterokedastisitas Variabel Bank Syariah Bank konvensional t Sig. t Sig. z internal -0,198 0,847 0,478 0,644 z makro 0,171 0,868 1,857 0,096 Sumber: Data diolah, 2014 Dari tabel 9 diatas maka dapat diketahui bahwa variabel z internal dan z makro baik pada bank syariah maupun bank konvensional masing –masing memiliki nilai dengan tingkat signifikansi diatas 0,05. Dapat berarti pula bahwa model ini bebas dari masalah heterokedastisitas. 3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi dalam penelitian ini adalah menggunakan Durbin Watson d test. Hasil pengujiannya adalah sebagai berikut: Tabel 10 Uji Autokorelasi Jenis Bank Durbin- Watson Bank Syariah 1,328 Bank Konvensional 1,769 Sumber: Data diolah, 2014 Berdasarkan hasil tabel 10 diatas bahwa pada model bank syariah memiliki angka Durbin Watson sebesar 1,328. Dapat diketahui bahwa dengan k=2, n=12 diperoleh angka dL= 0,8122 dan dU = 1,5794 maka dapat disimpulkan berdasarkan kaidah keputusan uji d Durbin Watson menghasilkan keputusan yang tidak pasti (ragu-ragu). Sedangkan bank konvensional memiliki nilai Durbin Watson sebesar 1,769. Dapat diketahui bahwa dengan k=2, n=12 diperoleh angka dL= 0,8122 dan dU = 1,5794 maka dapat disimpulkan berdasarkan kaidah keputusan uji d Durbin Watson, maka dapat diketahui bahwa nilai DW terletak pada range du dan -4 dL maka menghasilkan keputusan tidak terjadi autokorelasi. 4.2.4 Uji Hipotesis Model I (Internal Bank) Pada model I akan diukur nilai z-score dari variabel internal bank. Adapun hasil dari analisis regresinya pada bank syariah dan bank konvensional adalah sebagai berikut: 126 |
JEMA Vol. 12 No. 1 Juni 2014
Tabel 11 Hasil Uji F Model Bank Syariah Bank Konvensional F Sig. F Sig. 70,993 0,000 11,268 0,007 Sumber: data diolah, 2014 Berdasarkan tabel 11 bahwa diperoleh F hitung bank syariah sebesar 70,993 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dari hasil uji F, didapat F hitung sebesar 70,993. Sedangkan F tabel atau F0,05;1;10 adalah sebesar 4,964 dapat disimpulkan bahwa F hitung > F tabel dengan tingkat signifikansi 0,000 kurang dari α 0,05 bahwa variabel Internal Bank berpengaruh secara simultan terhadap z-score. Pada bank konvensional diperoleh F hitung sebesar 11,268 dan F tabel atau F0,05;1;10 adalah sebesar 4,964. Artinya bahwa F hitung > F tabel dengan tingkat signifikansi 0,007 kurang dari α 0,05 menunjukkan bahwa variabel Internal Bank berpengaruh secara simultan terhadap z-score. Tabel 12 Hasil Regresi Model Bank Syariah Bank Konvensional Koefisien T Sig. Koefisien T Sig. (Constant) 63,138 18,360 4,946 132,532 7,836 1,411 z internal -3,635 -8,426 7,456 -0,00014 -3,357 0,007 Sumber: Data diolah, 2014 Dari hasil uji statistik tabel 12 pada model I bank syariah, maka persamaan regresi linier adalah sebagai berikut: Y1 = 63,138 - 3,635 Hasil dari uji regresi internal bank pada bank syariah menunjukkan nilai konstanta sebesar 63,138. Bahwa apabila variabel internal bank pada bank syariah benilai konstan maka akan menghasilkan nilai z-score turun sebesar 3,635 satuan. Sedangkan hasil uji statistik pada Model I bank konvensional pada tabel 12 diatas maka persamaan regresi linier sebagai berikut: Y1= 132,532 – 0,00014 Zi Dari tabel 14 diatas maka dapat disimpulkan bahwa konstanta sebesar 132,532 menunjukkan bahwa apabila variabel internal bank meningkat satu satuan maka akan menghasilkan nilai z- score turun sebesar 0,00014. 4.2.5 Uji Hipotesis Model II (Ekonomi makro) Pada model II ini akan diukur nilai z- score dari variabel makro ekonomi. Adapun hasil dari analisis regresinya pada bank syariah adalah sebagai berikut: Tabel 13 Hasil Uji F Model Bank Syariah Bank Konvensional F Sig. F Sig. 21,823 0,001 5,223 0,045 Sumber: Data diolah, 2014 Berdasarkan tabel 13 bahwa diperoleh F hitung bank syariah sebesar 21,823 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,001. Dari hasil uji F, didapat F hitung sebesar 21,823. Sedangkan F tabel atau F0,05;1;10 adalah sebesar 4,964 dapat disimpulkan bahwa F hitung > F tabel dengan tingkat signifikansi 0,001 kurang dari α 0,05 bahwa variabel Ekonomi makro berpengaruh secara simultan terhadap z-score. Pada bank konvensional diperoleh F hitung sebesar 5,223 dan F tabel atau F0,05;1;10 adalah sebesar 4,964. Artinya bahwa F hitung > F tabel dengan tingkat JEMA Vol. 12 No. 1 Juni 2014
| 127
signifikansi 0,045 kurang dari α 0,05 menunjukkan bahwa variabel Ekonomi makro berpengaruh secara simultan terhadap z-score. Tabel 14 Hasil Regresi Model Bank Syariah Bank Konvensional Koefisien t Sig. Koefisien t Sig. (Constant) 82,641 8,044 1,127 93,883 11,668 3,803 z makro 0,001 4,672 0,001 0,00024 2,285 0,045 Sumber: Data diolah, 2014 Dari hasil uji statistik tabel 14 pada model II bank syariah, maka persamaan regresi linier adalah sebagai berikut: Y1 = 82,641 Zi + 0,001 Zm Sedangkan hasil uji statistik pada Model II bank konvensional pada tabel 14 diatas maka persamaan regresi linier sebagai berikut: Y1= 93,883 Zi + 0,00024 Zm 4.2.6 Uji Hipotesis 1. Uji F (Simultan) Tabel 15 Hasil Uji F Model Bank Syariah Bank Konvensional F Sig. F Sig. 48,199 0,000 5,660 0,026 Sumber: data diolah, 2014 Berdasarkan tabel 15 bahwa pada bank syariah diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat signifikansi 0,000 kurang dari α 0,05 bahwa variabel internal bank dan ekonomi makro berpengaruh secara simultan terhadap z-score. Pada bank konvensional pada tabel 15 diatas diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,026. Dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat signifikansi 0,026 kurang dari α 0,05 menunjukkan bahwa variabel internal bank dan ekonomi makro berpengaruh secara simultan terhadap z-score. 2. Uji t (Parsial) Tabel 16 Hasil Uji t Model Bank Syariah Bank Konvensional Koefisien t Sig. Koefisien t Sig. (Constant) 45,072 4,740 0,001 128,455 7,413 5,407 z internal -5,9346 -4,910 0,001 -0,00012 -2,085 0,067 z makro -0,00048 -2,003 0,076 8,906 0,744 0,476 Sumber: data diolah, 2014 Berdasarkan tabel 16 bahwa pada bank syariah diperoleh tingkat signifikansi variabel internal bank sebesar 0,001 kurang dari α 0,05 yang artinya bahwa secara parsial variabel internal bank berpengaruh terhadap z-score. Sedangkan pada variabel ekonomi makro diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,076 lebih dari α 0,05 yang artinya bahwa variabel ekonomi makro tidak berpengaruh signifikan terhadap z-score. Pada bank konvensional diperoleh tingkat signifikansi variabel internal bank sebesar 0,067 lebih dari α 0,05 yang artinya bahwa secara parsial variabel internal bank tidak berpengaruh terhadap z-score. Sedangkan pada variabel ekonomi makro diperoleh tingkat signifikansi sebesar 0,476 lebih dari α 0,05 yang artinya bahwa variabel ekonomi makro tidak berpengaruh signifikan terhadap z-score. 128 |
JEMA Vol. 12 No. 1 Juni 2014
Adapun dari hasil Regresi tabel 16 di atas maka diperoleh persamaan regresi linier berganda bank syariah sebagai berikut: Y1 = 45,072 - 5,9346 Zi -0,00048 Zm Adapun dari hasil regresi tabel 16 di atas maka diperoleh persamaan regresi linier berganda bank konvensional sebagai berikut: Y2 = 128,455 -0,00012 Zi + 8,906 Zm 4.2.7 Implikasi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil perhitungan z-score, maka konvensional lebih stabil daripada bank syariah. Hasil penelitian ini berbeda dengan peneliti sebelumnya yang menyimpulkan bahwa bank syariah lebih stabil dari bank konvensional. Hal ini dapat disebabkan karena dalam pemberian kredit atau pembiayaan bank konvensional akan lebih berhati-hati untuk penyaluran dananya karena bank konvensional tidak mau mengambil resiko kredit macet. Berbeda dengan bank syariah, bahwa bank memiliki aset lebih dari 1 triliun rupiah yang menggambarkan bahwa bank syariah lebih maju dalam aktivitasnya, maka dengan lebih mudah bank syariah melakukan pemberian kredit atau pembiayaannya. Pada bank syariah bahwa secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap z-score. Sedang secara parsial dapat diketahui bahwa pada bank syariah faktor internal bank berpengaruh negatif signifikan terhadap z-score. Sedangkan faktor ekonomi makro tidak berpengaruh signifikan. Ini menunjukkan bahwa oleh karena bank syariah tidak menggunakan prinsip suku bunga, maka BI rate tidak berpengaruh terhadap stabilitas keuangan bank syariah. Oleh karena itu faktor ekonomi makro seperti inflasi, BI rate, kurs, IHSG dan PDB tidak berpengaruh signifikan terhadap stabilitas keuangan bank syariah. Hasil Penelitian ini mendukung hasil penelitian Nugroho dan Rokhaniyah (2012) bahwa variabel ekonomi makro seperti inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai zscore. Pada Bank konvensional bahwa secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap z-score. Sedang secara parsial, variabel Internal bank berpengaruh signifikan terhadap z-score pada alfa 10%. Sedangkan pada variabel Ekonomi makro tidak berpengaruh signifikan. Ini menunjukkan bahwa z-score pada bank konvensional hanya dipengaruhi oleh variabel internal bank. 5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analsis yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa: 1. Bank konvensional lebih stabil daripada bank syariah. Hasil penelitian ini mendukung peneliti sebelumnya Cihak et al (2008) yang menunjukkan bahwa bank konvensional kecil lebih stabil daripada bank syariah besar. 2. Secara simultan bahwa faktor internal bank dan ekonomi makro berpengaruh signifikan terhadap z-score bank syariah. Secara parsial, z-score dipengaruhi oleh faktor internal bank. Bank syariah menunjukkan bahwa faktor internal berpengaruh signifikan secara parsial terhadap z-score, sedangkan faktor ekonomi makro secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhapa z-score. 3. Secara simultan bahwa faktor internal bank dan ekonomi makro berpengaruh signifikan terhadap z-score bank konvensional. Secara parsial, z-score tidak dipengaruhi oleh faktor internal bank maupun ekonomi makro. JEMA Vol. 12 No. 1 Juni 2014
| 129
5.2 Keterbatasan Penelitian ini hanya mengukur tingkat stabilitas keuangan perbankan dalam melilih jenis perbankan dilihat dari faktor internal bank dan ekonomi makro saja. Oleh sebab itu, untuk penelitian lebih lanjut, perlu adanya pengukuran stabilitas keuangan dilihat dari aspek tingkat imbalan/ bagi hasil, perbandingan deposit funds dan financing pada tiap jenis bank. Selain itu, penelitian ini hanya menggunakan periode observasi data internal bank dan data ekonomi makro hanya 3 tahun. 5.3 Saran Dalam penelitian ini beberapa saran yang dapat diberikan antara lain sebagai berikut: 1. Pemerintah maupun Bank Indonesia diharapkan agar memperbaiki kondisi ekonomi makro agar cenderung stabil. Ekonomi makro seperti tingkat inflasi maupun suku bunga yang relatif rendah akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berdampak positif terhadap laba perbankan. 2. Setelah dilakukan analisis maka disarankan untuk lebih mempertimbangkan jenis perbankan yang lebih baik. Selain itu, calon investor agar selalu mengamati perkembangan keadaan ekonomi makro. Daftar Pustaka Horngren, Harrison, Robinson dan Secokusumo. 1997. Akuntansi Di Indonesia Buku 1. Jakarta. Salemba Empat. id.wikisource.org tentang Undang-undang RI no.10 tahun 1998 Perbankan. Krugmen, Paul R dan Maurice Abstfeld. 1996. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan. Edisi Terjemahan. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada. Mardani, Ronny Malavia. 2003. Petunjuk Praktis Operasional SPSS. Malang. Lembaga Penerbitan FE UNISMA. Martin Cihak, Heiko Hesse. 2008. Islamic Bank and Financial Stability: An Empirical Analysis. IMF Working Paper. Nugroho, Muhammad Rudi dan Rokhaniyah, Siti. 2013. Pengukuran Tingkat Stabilitas Keuangan Bank Syariah vs Bank Konvensional. Journal Review of Islamics, Finance, and Banking Volume 1, Nomor 1, April 2013. Rahayu, Kanti. 2002. Pengaruh Gejolak Indeks Harga Saham Gabungan Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah: studi pada PT. Dana Reksa Investment Management. Malang: FE-UNISMA. Sabil, M. Amirudin. 2012. Pengaruh CAMEL Terhadap Laba Bersih Bank Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia. Malang: FE UNISMA. Sinungan,M. 1994. Strategi Manajemen Bank. Yogyakarta: Liberty. Sudarsono, Heri.2009. Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap Perbankan di Indonesia: Perbandingan antara Bank Konvensional dan Bank Syariah. La_Riba Jurnal Ekonomi Islam Volume III, Nomor 1, Juli 2009. www.bi.go.id *) Sufiyah adalah alumni Prodi Manajemen FE Unisma **) Afi Rahmat Slamet adalah dosen tetap pada Prodi Manajemen FE Unisma ***) Ronny Malavia Mardani adalah dosen tetap pada Prodi Manajemen FE Unisma
130 |
JEMA Vol. 12 No. 1 Juni 2014