PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DALAM PEMBANGUNAN GEDUNG MENARA SENTRAYA JAKARTA
ATFAL MURODIF
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengukuran Produktivitas dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pembangunan Gedung Menara Sentraya Jakarta” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dan karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016 Atfal Murodif F451124011
RINGKASAN ATFAL MURODIF, Pengukuran Produktivitas dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pembangunan Gedung Menara Sentraya Jakarta. Dibimbing oleh ERIZAL dan MEISKE WIDYARTI. Manajemen konstruksi sudah seharusnya dapat mengetahui berbagai cara untuk mengukur produktivitas tenaga kerja sebelum membuat upaya untuk meningkatkan produktivitas. Produktivitas adalah merupakan salah satu isu yang paling penting dalam dunia konstruksi guna memajukan pembangunan di dalam negara berkembang. Penelitian dilakukan untuk mengetahui produktivitas tenaga kerja dalam pembangunan gedung Menara Sentraya. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk menganalisis produktivitas tenaga kerja dengan menggunakan metode sampling kerja, 2) untuk menganalisis dan mengidentifikasi faktor-faktor serta peringkat yang mempengaruhi produktivitas kerja dalam pembangunan proyek konstruksi. Metode work sampling digunakan untuk memperoleh Tingkat Pemanfaatan Tenaga Kerja atau Labor Utilization Rate (LUR). Hasil analisis LUR pekerjaan bekisting, pembesian, dan pengecoran secara berturut-turut adalah 47,32%, 43,17%, dan 49,76%. Total LUR dari tiga jenis pekerjaan adalah 45,60%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa produktivitas pada proyek ini masih relatif tinggi. 3) Menganalisis Relative Importance Index (RII) adalah faktorfaktor indeks hasil analisis yang mempengaruhi produktivitas. Faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi 10 grup yaitu a) material dan alat, b) tenaga kerja, c) kepemimpinan, d) motivasi, e) waktu, f) pengawasan, g) proyek, h) keselamatan kerja, i) mutu dan j) eksternal. Hasil analisis dari 10 grup dan 46 faktor yang dipertimbangkan dalam penelitian menunjukkan bahwa faktor utama negatif yang mempengaruhi adalah disiplin waktu tenaga kerja. Penggunaan waktu kerja dalam konstruksi bangunan sangat penting karena terlambatnya satu pekerjaan akan terakumulasi yang akan menjadi terlambatnya proyek secara keseluruhan dan merupakan kerugian besar dalam segi bisnis. 4) Penggunaan Total Project process (TPP) yang merupakan urutan sejumlah proses utama dalam pelaksanaan proyek, yang dibagi dalam 5 proses yang dimulai setelah proyek diperoleh dari pelanggan sampai dengan serah terima bangunan kepada pelanggan. Hasil dan perhitungan produktivitas yang dilakukan pada TPP dengan cara mengisi form yang sudah ada pada saat tahap pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Seluruh proses mendapat nilai 4 yang artinya pelaksanaannya sudah baik. Pengisian form TPP diperlukan orang yang punya kejujuran dan integritas sehingga menghasilkan angka yang sesuai. Kata kunci: produktivitas tenaga kerja, Labour Utilization Rate, Relative Importance Index, work sampling, Total Project Process.
SUMMARY ATFAL MURODIF, Measurement of Productivity and Factors Affecting the Construction at Menara Sentraya Building Jakarta. Supervised by ERIZAL and MEISKE WIDYARTI. Costruction management should be able to know ways to measure labor productivity before making an effort to improve it. Productivity is one of the most important issues in both developed and developing building construction. This research was done to know the productivity of construction Menara Sentraya project. The research objective were 1) to analyze labor productivity by using work sampling method, 2) to analyze and identify factors also make rank that affect work productivity in building construction project work sampling method is used to obtain Labor Utilization Rate (LUR) value. The LUR analysis results of formwork, reinforcement, and concreting are 47.32%, 43.17%, and 49.76%. Total LUR of three work type is 45.60%. It can concluded that the productivity is still relatively high. 3) to analyze Relative Importance Index (RII) is analysis results factors that affect productivity. These factors are grouped into 10 groups: a) material and tools, b) man power, c) leadership, d) motivation, e) time, f) supervision, g) project, h) safety, i) quality and j) external. The result of analysis of 10 groups and 46 factors considered in the study showed that the main factors negatively affecting labor productivity is on time. The use of working time in construction buildings are very important because delays in one job will accumulate that would be a delay in the overall project and caused a big loss in terms of business. Using of 4) to analyze the Total Project Process (TPP) is a sequence number of the main processes in the implementation of the project, which is divided into 5 processes are started after the project was obtained from the customer up to the handover of the building to the customer. Productivity calculations performed on TPP by filling out a form that had already exist at the time of the implementation phase of the construction work. The result of the TPP is that in all process got 4 score, means that project in all process has already done well. TPP form filling required by people who have the result and integrity so as to produce the corresponding productivity figures. Keywords: labor productivity, Labour Utilization Rate, Relative Importance Index, work sampling, Total Project Process.
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB
PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DALAM PEMBANGUNAN GEDUNG MENARA SENTRAYA JAKARTA
ATFAL MURODIF
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Penguji Luar Komisi : Prof. Dr. Manlian Ronald Adventus Simanjuntak, ST., MT., D.Min., IAI.
Judul Tesis : Pengukuran Produktivitas dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pembangunan Gedung Menara Sentraya Jakarta Nama : Atfal Murodif NIM : F451124011
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Erizal, M.Agr. Ketua
Dr. Ir. Meiske Widyarti, M.Eng. Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Teknik Sipil dan Lingkungan
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Ir. M. Yanuar J. Purwanto, MS. IPM.
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.
Tanggal Ujian : 31 Agustus 2016
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas segala karuniaNya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli - September 2014 ini adalah “Pengukuran Produktivitas dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pembangunan Gedung Menara Sentraya Jakarta”. Terima kasih penulis ucapkan kepada bapak Dr. Ir. Erizal, M.Agr. selaku ketua komisi pembimbing dan ibu Dr. Ir. Meiske Widyarti, M.Eng. selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan saran dan bimbingannya selama penelitian. Terima kasih pula diucapkan kepada bapak Ir. Handoyo Rusli, MT., Ir. Dedet Syafinal Syafruddin, MM., Ir. Richard Tan, Ir. Tantarto Sugiman, MT., Ir. Iman Satoto dan semua tim PT Total Bangun Persada Tbk yang telah memberikan izin, waktu dan kesempatan selama pelaksanaan pendidikan dan memberikan data selama penelitian serta teman-teman jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan (SIL) di sekolah Pascasarjana IPB yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan dan semangat. Tidak lupa pula ucapan terima kasih disampaikan kepada istri, anak-anak dan keluarga yang tidak pernah letih dalam berdo’a dengan memberikan segala pengorbanan, perhatian dan kasih sayangnya. Karya ilmiah ini jauh dari sempurna, tetapi diharapkan karya ilmiah ini tetap bermanfaat bagi akademisi dan praktisi khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Bogor, Agustus 2016 Atfal Murodif
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Kajian Penelitian Terdahulu
1 1 1 2 2 3 3
2. TINJAUAN PUSTAKA Kerangka Teoritis Konsep Dasar Sistem Produktivitas Manfaat Pengukuran Produktivitas Persyaratan Kondisional dalam Pengukuran Produktivitas Model Pengukuran Produktivitas Pelaksanaan proyek Monitoring kegiatan Evaluasi Sistem Produktivitas Perencanaan Peningkatan Produktivitas Analisis Relative Importance Index Total Project Process Kriteria Penilaian Produktivitas dalam TPP
4 4 4 6 7 8 12 13 14 14 20 20 20
3. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Pendekatan Metode Penelitian Alat dan Bahan Data dan Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Penentuan Sampel Responden
23 24 24 24 24 25 27
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis data Analisis berdasarkan waktu kerja Analisis LUR pada saat jam normal Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas Karakteristik responden Penentuan jumlah sampel Analisis Total Project Process
28 28 29 30 31 31 31 40
5. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN SARAN
43 43 43
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
44 48 51
DAFTAR TABEL 1 Kelompok jenis kegiatan 2 Lembar pengumpulan data work sampling 3 Penilaiaan produktivitas 4 Pengendalian TPP 5 Pembagian periode waktu kerja 6 Daftar pertanyaan kuesioner 7 Gambaran umum proyek 8 Hasil analisis work sampling 9 Komposisi kelompok responden dan tingkat pengembalian kuesioner 10 Peringkat semua faktor negatif yang mempengaruhi produktivitas pekerja 11 Peringkat grup faktor material dan alat 12 Peringkat grup faktor tenaga kerja 13 Peringkat grup faktor kepemimpinan 14 Peringkat grup faktor motivasi 15 Peringkat grup faktor waktu 16 Peringkat grup faktor pengawasan 17 Peringkat grup faktor proyek 18 Peringkat grup faktor keselamatan kerja 19 Peringkat grup faktor mutu 20 Peringkat grup faktor eksternal 21 Total Project Proces
11 12 21 22 25 27 28 28 31 32 33 34 34 36 36 36 37 38 39 39 42
DAFTAR GAMBAR 1 Skema sistem produktivitas 2 Siklus produktivitas 3 Pemeriksaan material besi 4 Pemeriksaan volume beton 5 Pengecekan volume bersama dengan pemasok 6 Pekerjaan Pembesian 7 Diagram alur penelitian 8 Lokasi penelitian 9 Kegiatan pembesian 10 Kegiatan pengecoran 11 Proporsi jenis kegiatan pada proyek Menara Sentraya 12 Total proporsi work sampling pekerjaan struktur 13 LUR berdasarkan waktu kerja normal 14 Perbandingan work sampling untuk masing-masing kegiatan
5 6 11 13 13 13 23 24 26 26 29 29 30 30
DAFTAR LAMPIRAN 1. Pertanyaan kuesioner
49
1
1.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Persaingan usaha jasa konstruksi pada era globalisasi yang sangat ketat, dengan hadirnya kontraktor asing ke pasar konstruksi domestik juga tuntutan transparansi sebagai ciri dari globalisasi akan sangat menguat. Dengan demikian kita tidak bisa menghindar dari kondisi global. Maka dari itu pola berfikir lokal akan berubah menjadi pola berfikir global. (Asiyanto 2005). Sering ditemui suatu kegiatan proyek konstruksi terlambat dalam pelaksanaanya tidak sesuai dengan jadual yang telah disepakati bersama dalam perjanjian kontrak. Keterlambatan proyek karena beberapa faktor antara lain disebabkan oleh produktivitas dari tenaga kerja yang ada dalam kegiatan proyek konstruksi tersebut. Kesenjangan yang terjadi antara tingkat produktivitas aktual dan rencana (productivity gap) merupakan masalah produktivitas yang harus dievaluasi dan dicari akar penyebab yang menimbulkan kesenjangan produktivitas itu. Berdasarkan evaluasi ini selanjutnya dapat direncanakan kembali target produktivitas yang akan dicapai baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk mencapai target produktivitas yang telah direncanakan itu, perlu diteliti berbagai program formal dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas secara terus menerus. Siklus produktivitas dapat diulang kembali secara kontinu untuk mencapai peningkatan produktivitas secara terus menerus pula. Pada penelitian ini pengukuran produktivitas menggunakan metode work sampling, Labour Utilization Rate (LUR), Relative Importance Index (RII) dan Total Project Process (TPP) sebagai alat monitoringnya. Pengukuran produktivitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar produktivitas tenaga kerja pada pekerjaan bangunan konstruksi agar bisa dijadikan acuan pada proyek sejenis di masa yang akan datang. Pemilihan proyek Menara Sentraya dikarenakan bangunan tersebut merupakan bangunan bertingkat tinggi pertama yang berlokasi di kawasan blok M Kebayoran Baru Jakarta Selatan. Peneliti juga ingin mengetahui lebih mendalam tentang faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Keunikan proyek Menara Sentraya adalah karena lingkungannya di sekitar pusat perbelanjaan dan terminal bus dalam kota serta terletak di kawasan padat penduduk sehingga tidak sedikit masalah pada saat pelaksanaan konstruksi sehingga sering mendapat pengaduan dari masyarakat di sekitarnya.
Perumusan Masalah Proyek adalah kegiatan yang dinamis sehingga dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan kondisi sumber daya teknis dan non teknis yang dihadapi. Keterlambatan proyek kerena tidak sesuainya pelaksanaan proyek konstruksi dengan kontrak yang telah disepakati menjadi permasalahan serius bagi industri konstruksi terutama adalah kontraktor sebagai pelaksana pembangunan. Hal tersebut disebabkan permasalahan yang sangat komplek sering ditemui dalam proses pelaksanaannya, diantaranya karena masalah produktivitas kerja. Oleh
2
sebab itu organisasi perusahaan melakukan pengelolaan atau manajemen konstruksi melalui pengukuran produktivitas yang terkait dengan pelaksanaan proyek dalam membantu kinerja manajemen mempertahankan komitmen perusahaan kepada pelanggan. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Pengukuran produktivitas, sejauh mana nilai produktivitas dalam bidang konstruksi bangunan bisa diukur. 2. Pengukuran produktivitas antara masing-masing proyek selalu berbeda karena sifat dan keunikan proyek. Sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi juga berbeda. 3. Evaluasi produktivitas, sampai sejauh mana faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas dengan kinerja perusahaan.
Tujuan Penelitian
1. 2.
3. 4.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : Menganalisis produktivitas pekerja dengan metode work sampling dan mengetahui nilai Labour Utilization Rate (LUR) Menganalisis dan mengidentifikasi faktor-faktor serta membuat peringkat atau rangking yang mempengaruhi produktivitas kerja dalam pembangunan proyek konstruksi. Menganalisis Relative Importance Index (RII) yang merupakan faktorfaktor indeks yang mempengaruhi produktivitas. Menganalisis sistem pelaksanaan Total Project Process (TPP) dalam aplikasinya di proyek.
Manfaat Penelitian
1.
2.
3. 4.
Setelah melaksanakan penelitian ini diharapkan : Bisa mengambil tindakan dengan cepat agar yang menjadi penyebab rendahnya produktivitas bisa ditanggulangi dengan cara memberikan gambaran bagi pengambil keputusan terkait dengan pekerjaan struktur pada bangunan konstruksi gedung. Bisa mengetahui produktivitasnya supaya dijadikan sebagai peringatan dini (early warning system) bilamana terjadi keterlambatan pelaksanaan proyek. Bisa mengetahui faktor-faktor penting apa saja yang mempengaruhi produktivitas. Bisa dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya dan memberikan rekomendasi kepada manajemen untuk meningkatkan produktivitas yang diharapkan mampu sebagai pedoman kerja dalam pengendalian pelaksanaan proyek sejenis.
3
Ruang Lingkup Penelitian Dilihat dari perspektif penerima tugas pelaksanaan pembangunan atau kontraktor, penelitian mengenai produktivitas dibatasi pada lingkup tahapan pelaksanaan pekerjaan struktur yang meliputi : 1. Pekerjaan bekisting (formwork) 2. Pekerjaan pembesian (reinforcement) 3. Pengecoran (concreting) Sebagai alasan dilaksanakannya penelitian pada tahap struktur karena pada saat pekerjaan struktur dimulai sudah terjadi keterlambatan serah terima pekerjaan pondasi dari kontraktor spesialis pondasi tiang pancang ke kontraktor struktur gedung. Di sisi lain pekerjaan struktur pada bangunan gedung perkantoran membutuhkan biaya di atas 50% dari kontrak jika dibandingkan dengan pekerjaan arsitek, mekanikal, elektrikal dan plumbing. Gedung perkantoran serah terima ke pemilik dalam kondisi kosong, lantai terbatas pada pekerjaan screeding saja, pekerjaan arsitek hanya di bagian inti gedung, plafond dan kulit luarnya saja. Pekerjaan mekanikal, elektrikal dan plumbing menempati posisi kedua setelah struktur dalam perhitungan biaya peleksanan masa konstruksi.
Kajian Penelitian Terdahulu Hasil penelitian dari (Robles et al. 2014) menyatakan bahwa dalam industri konstruksi, proporsi produktivitas pekerjaan yang disubkontrakkan jauh melebihi 50%. Hasil penelitian dari (Sebastian dan Raghavan 2015) menyimpulkan dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kehilangan produktivitas terdapat pada manajemen konstruksi yang tidak tepat dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Hasil produktivitas penggunaan waktu kerja yang diperoleh hanya 60% sampai 70% dari waktu yang digunakan untuk bekerja. Peneliti (Enshassi et al. 2007) menghasilkan 10 faktor negatif yang berpengaruh pada produktivitas pekerja secara berurutan adalah pemilihan material, kurangnya pengalaman pekerja, adanya persaingan diantara pekerja, salah paham antara pekerja dengan pengawas, perubahan gambar dan spesifikasi, terlambatnya pembayaran pekerja, pekerja tidak loyal dengan perusahaan, terlambatnya pengecekan oleh pengawas, kerja lembur dan pemilihan alat yang tidak cocok. Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas yang rendah dengan cara mendidik dan melatih pekerja pada saat memulai pekerjaan.
4
2. TINJAUAN PUSTAKA Kerangka Teoritis Konsep Dasar Sistem Produktivitas Ukuran keberhasilan produksi dipandang dari sisi output, sedangkan produktivitas dipandang dari dua sisi sekaligus, yaitu sisi input dan sisi output. Maka dapat dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan input dalam memproduksi output (barang dan atau jasa) (Gaspersz 1998). Sinungan (2000) menyatakan bahwa belum terdapat kesepakatan umum tentang maksud pengertian produktivitas serta kriterianya dalam mengukur petunjuk-petunjuk produktivitas. Tidak ada konsepsi, metode penerapan cara pengukuran yang bebas dari kritik. L. Greenberg dalam buku (Sinungan 2000) mendefinisikan bahwa produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut. Ukuran produktivitas yang paling terkenal berkaitan dengan tenaga kerja dapat dihitung dengan membagi pengeluaran oleh jumlah yang digunakan atau jam-jam kerja orang. Gaspersz (1998) dalam bukunya menyatakan bahwa produktivitas tidak sama dengan produksi, tetapi produksi, performansi kualitas, hasil-hasil, merupakan komponen dari usaha produktivitas. Dengan demikian produktivitas merupakan suatu kombinasi dari efektivitas dan efisiensi, sehingga produktivitas dapat diukur berdasarkan pengukuran berikut.
.....................(1) Hasil penelitian (Heizer dan Render 2006) mendefinisikan bahwa ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mengukur produktivitas kerja. Namun pengukuran ini juga sulit dilakukan secara akurat, oleh karena itu metodemetode pendekatan biasanya dilakukan untuk mengukur produktivitas. Pengukuran produktivitas hanya dengan satu sumber daya sebagai input untuk mengukur produktivitas dikenal sebagai produktivitas faktor tunggal (singlefactor productivity). Didefinisikan juga oleh (Dozzi dan AbouRizk 1993) bahwa produktivitas adalah rasio dari output/input. .................. (2) Sedangkan (Heizer dan Render 2006) memberikan penjelasan bahwa produktivitas banyak faktor (productivity multy-factor) adalah dengan memasukkan berbagai macam input sebagai berikut : ..................(3)
5
LINGKUNGAN
INPUT -
Tenaga Kerja Modal Material Energi Tanah Informasi Manajerial
PROSES
OUTPUT
PRODUKTIVITAS
PROSES TRANSFORMASI NILAI TAMBAH
PRODUK (Barang dan atau Jasa)
PRODUKTIVITAS SISTEM PRODUKSI (OUTPUT/INPUT)
Umpan balik untuk pengendalian sistem produksi agar meningkatkan produktivitas terus menerus
Sumber : (Gaspersz 1998)
Gambar 1 Skema sistem produktivitas
Definisi menurut (Asiyanto 2005), pengertian produktivitas secara teori adalah output dibanding dengan input yang dapat digambarkan dengan rumus sebagai berikut : ......................(4) Pembahasan disini dibatasi pada produktivitas tenaga kerja dan alat yang output-nya berupa kuantitas pekerjaan proyek konstruksi dalam satuan persen (%). Output dalam proyek konstruksi dapat berupa kuantitas hasil dari pekerjaan yakni : 1. Pekerjaan pemasangan bekisting (m2) 2. Pekerjaan penulangan besi beton (kg) 3. Pekerjaan pengecoran beton (m3) Input-nya adalah tenaga kerja atau alat (dalam hal ini alat termasuk operatornya). Bila tenaga kerja atau alat bekerja secara individual maka produktivitas yang diukur adalah produktivitas individu. Bila tenaga kerja atau alat bekerja secara kelompok maka produktivitas yang diukur adalah produktivitas kelompok. Produktivitas kelompok sangat dipengaruhi oleh komposisi dari anggota kelompok. (Sumanth 1985) di dalam buku (Gaspersz 1998) memperkenalkan suatu konsep formal yang disebut sebagai siklus produktivitas (productivity cycle) untuk digunakan dalam peningkatan produktivitas terus menerus. Pada dasarnya konsep siklus produktivitas terdiri dari empat tahap utama yaitu :
6
1. 2. 3. 4.
Pengukuran produktivitas Evaluasi produktivitas Perencanaan produktivitas Peningkatan produktivitas TAHAP 1: PENGUKURAN PRODUKTIVITAS
TAHAP 4: PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
TAHAP 2: EVALUASI PRODUKTIVITAS
TAHAP 3: PERENCANAAN PRODUKTIVITAS Sumber : (Gaspersz 1998)
Gambar 2 Siklus produktivitas
Apabila produktivitas dari sistem industri telah dapat diukur, langkah berikutnya adalah mengevaluasi tingkat produktivitas aktual itu untuk diperbandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan. Apabila konsep peningkatan produktivitas ini dikaitkan secara langsung dengan profitabilitas, organisasi dapat membangun suatu strategi peningkatan produktivitas dan profitabilitas secara terus menerus. Proses peningkatan produktivitas terusmenerus itu mengikuti konsep formal terintegrasi dari siklus produktivitas yang terdiri dari pengukuran produktivitas, evaluasi produktivitas, perencanaan produktivitas dan peningkatan produktivitas. Manfaat Pengukuran Produktivitas Terdapat beberapa manfaat pengukuran produktivitas dalam organisasi perusahaan, antara lain (Gaspersz 1998) : 1. Perencanaan sumber-sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien melalui pengukuran produktivitas, baik dalam perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang. 2. Strategi untuk meningkatkan produktivitas dapat ditetapkan berdasarkan tingkat kesenjangan produktivitas (productivity gap) yang diantara tingkat produktivitas yang direncanakan (produktivitas ekspektasi). 3. Pengukuran produktivitas organisasi akan menjadi informasi yang bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas diantara organisasi dalam industri sejenis serta bermanfaat pula untuk informasi produktivitas industri dalam skala nasional maupun global.
7
4. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif berupa upaya-upaya peningkatan produktivitas terus menerus (continuous productivity improvement. 5. Pengukuran produktivitas terus-menerus akan memberikan informasi yang bermanfaat untuk menentukan dan mengevaluasi kecenderungan perkembangan produktivitas dari waktu ke waktu. 6. Pengukuran produktivitas akan memberikan motivasi kepada orang-orang untuk secara terus-menerus melakukan perbaikan dan juga akan meningkatkan kepuasan kerja. Orang-orang akan memberikan perhatian kepada pengukuran produktivitas apabila dampak dari perbaikan produktivitas itu terlihat jelas dan dirasakan langsung oleh mereka. Persyaratan Kondisional dalam Pengukuran Produktivitas Karena hasil pengukuran produktivitas akan menjadi landasan dalam membuat kebijakan perbaikan produktivitas secara keseluruhan, kondisi-kondisi berikut sangat diperlukan untuk mendukung pengukuran produktivitas yang sahih (valid). Pendapat (Gaspersz 1998) beberapa kondisi itu antara lain adalah : 1. Pengukuran produktivitas seharusnya melibatkan semua individu yang terlibat dalam proses produksi, dengan demikian pengukuran produktivitas bersifat partisipatif. Orang-orang yang bekerja dalam proses produksi harus dengan baik memahami nilai pengukuran produktivitas dan bagaimana memperoleh nilai itu. Setiap orang dilibatkan sehingga memperoleh hasil yang terbaik. Dengan demikian tanggung jawab pengukuran produktivitas berada dalam semua orang yang terlibat dalam proses produksi. Pelaksanaan produktivitas boleh saja dilaksanakan oleh suatu tim yang dibentuk untuk maksud itu. Katakanlah tim perbaikan produktivitas (productivity improvement team) tetapi pada dasarnya mereka hanya merupakan koordinator saja. Karena pengukuran produktivitas berorientasi kepada proses kerja dalam sistem industri, seyogyanya tanggung jawab pengukuran produktivitas berada pada setiap individu yang terlibat dalam proses kerja pada sistem industri itu. 2. Pengukuran produktivitas seharusnya dapat memunculkan data, dimana data tersebut dapat ditunjukkan atau ditampilkan dalam bentuk peta-peta, diagram-diagram, tabel-tabel, hasil-hasil perhitungan statistik. Data seharusnya dipresentasikan dengan cara yang termudah agar mudah dipahami. 3. Perlu adanya komitmen bersama secara menyeluruh dari manajemen dan karyawan untuk pengukuran produktivitas dan perbaikannya. Kondisi ini sangat penting sebelum aktivitas pengukuran produktivitas mulai dilaksanakan.
8
Model Pengukuran Produktivitas Terdapat sejumlah model pengukuran produktivitas yang telah dikembangkan dalam industri dari model sederhana sampai model yang lebih kompleks. Pembahasan menurut (Gaspersz 1998) akan mengemukakan beberapa model yang relevan untuk dipilih oleh manajemen industri (konstruksi) guna dijadikan sebagai model pengukuran. 1. Model Pengukuran Output/Input
Produktivitas
Berdasarkan
Pendekatan
Rasio
Model pengukuran produktivitas yang paling sederhana adalah pendekatan rasio output/input. Pengukuran produktivitas dengan berdasarkan output/input akan mampu menghasilkan tiga jenis ukuran produktivitas, yaitu (1) produktivitas parsial, (2) produktivitas faktor-total dan (3) produktivitas total. Produktivitas parsial sering disebut juga sebagai produktivitas faktor tunggal (single factor productivity) merupakan rasio dari output terhadap salah satu dari faktor input. Produktivitas faktor-total merupakan rasio dari output bersih terhadap banyaknya input modal dan tenaga kerja yang digunakan. Output bersih (net output) adalah output total dikurangi dengan barang-barang dan jasa antara (input antara) yang digunakan dalam proses produksi. Berdasarkan definisi diatas jenis input yang digunakan dalam pengukuran produktivitas faktor-total hanya faktor tenaga kerja dan modal. Produktivitas total merupakan rasio dari output total terhadap input total (semua input yang digunakan dalam proses produksi). Berdasarkan definisi ini tampak bahwa ukuran produktivivtas total merefleksikan dampak penggunaan semua input secara bersama dalam memproduksi output. Pengukuran produktivitas parsial, produktivitas faktor-total, maupun produktivitas total dapat menggunakan satuan fisik dari input dan output (ukuran berat, panjang, isi dan lain-lain) (Gaspersz 1998). Lebih jauh tentang penggunaan rasio output/input dalam mengukur produktivitas perlu dikemukakan bahwa definisi tentang produktivitas parsial, produktivitas faktor-total dan produktivitas total yang telah dikemukakan di atas terutama ditinjau dari segi pendekatan teknik dan manajemen industri. Dengan demikian definisi yang berbeda tentang ukuran produktivitas dapat saja diajukan oleh disiplin ilmu pengetahuan yang lain. Seperti (Christofi 1988) dalam bukunya (Gaspersz 1998) yang merupakan ahli administrasi dan bisnis menggolongkan produktivitas berdasarkan pendekatan rasio output/input ke dalam dua jenis ukuran produktivitas, yaitu : 1) produktivitas faktor tunggal dan 2) produktivitas multi-faktor. Produktivitas faktor tunggal merupakan produktivitas parsial seperti yang didefinisikan berdasarkan pendekatan teknik dan manajemen industri, sedangkan produktivitas multi-faktor serupa dengan produktivitas total yang merupakan rasio antara output total terhadap input total. Meskipun setiap orang dapat mengajukan definisi yang berbeda tentang produktivitas namun definisi itu harus mengaitkan produktivitas secara langsung dengan aspek-aspek kualitas, efektifitas dan efisiensi. Dalam hal ini produktivitas harus didefinisikan sebagai rasio antara efektifitas pencapaian tujuan pada tingkat kualitas tertentu (output) dan efisiensi penggunaan sumber-sumber daya (input).
9
Dengan demikian sebelum melakukan pengukuran produktivitas pada sistem apa saja, terlebih dahulu harus dirumuskan secara jelas output apa yang diharapkan dari sistem itu dan sumber-sumber daya (input) apa saja yang akan dipergunakan dalam proses sistem tersebut untuk menghasilkan output itu. Dengan demikian pengukuran produktivitas harus mampu mencerminkan performa dari sistem itu berkaitan dengan transformasi nilai tambah dari input menjadi output. 2. Model Pengukuran Produktivitas Berdasarkan Angka Indeks Pada dasarnya angka indeks merupakan suatu besaran yang menunjukan variasi perubahan dalam waktu atau ruang mengenai suatu hal tertentu. Penggunaan angka indeks yang telah umum dilakukan terutama dalam bidang ekonomi adalah indeks harga dan indeks produksi yang biasanya dipergunakan untuk mengukur perubahan harga atau perubahan produksi sepanjang waktu tertentu. Dengan demikian indeks yang diperoleh dapat diperbandingkan terhadap keadaan periode dasar itu. Berdasarkan pendekatan angka indeks, kita dapat mengukur produktivitas pada periode waktu dasar, selanjutnya pengukuran produktivitas pada periode-periode selanjutnya dapat diperbandingkan dengan keadaan produktivitas pada tahun dasar untuk mengetahui kecenderungan peningkatan produktivitas dari waktu ke waktu. Ada dua model pengukuran produktivitas yang menggunakan pendekatan angka indeks yaitu model Mundel dan model APC (American Productivity Center Model). 3. Model Pengukuran Produktivitas Berdasarkan Pendekatan Fungsi Produksi Cobb-Douglas Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan salah satu bentuk fungsi produksi yang paling banyak dipergunakan dalam analisis produktivitas. Beberapa alasan praktis yang membuat fungsi produksi Cobb-Douglas sering dipergunakan adalah : Bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas bersifat sederhana dan mudah dalam penerapannya. Fungsi produksi Cobb-Douglas mampu menggambarkan keadaan skala hasil (returns to scale), apakah sedang, meningkat, tetap atau menurun. Koefesien-koefesien fungsi produksi Cobb-Douglas secara langsung menggambarkan elastisitas produksi dari setiap input yang dipergunakan dan dipertimbangkan untuk dikaji dalam fungsi produksi Cobb-Douglas. Koefesien intersep dari fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan indeks efisiensi produksi yang secara langsung menggambarkan efisiensi penggunaan input dalam menghasilkan output dari sistem produksi yang sedang dikaji. 4. Model Pengukuran Produktivitas Dengan Work Sampling Dalam bidang konstruksi, pengertian produktivitas tersebut biasanya dihubungkan dengan produktivitas pekerja dan dapat dijabarkan sebagai perbandingan antara hasil kerja dan jam kerja (Andi 2003). Pengukuran produktivitas tenaga kerja seperti diatas sulit dilakukan secara akurat dan
10
memerlukan tenaga dan biaya yang besar. Oleh karena itu pengukuran produktivitas tenaga kerja di konstruksi dapat dilakukan dengan metode-metode pendekatan, salah satunya adalah metode work sampling. (Olomolaiye dan Jayawardane 1998). Beberapa kelebihan dari metode work sampling untuk pendekatan produktivitas adalah (Andi 2003) : 1. Tidak memerlukan biaya yang besar dibanding dengan pengamatan yang kontinu 2. Tidak memerlukan pelatihan dan keahlian khusus dari pengamat 3. Memberikan akurasi yang memadai secara statistik 4. Dapat mengikut sertakan partisipasi pekerja, mandor dan supervisor 5. Memberikan lebih sedikit gangguan kepada pekerja dari pada pengamatan langsung yang kontinu. 6. Memberikan indikasi seberapa efektif pekerja pada proyek secara keseluruhan. Work sampling memiliki prinsip-prinsip tertentu dalam menjalankannya (Oglesby 1989), yaitu : 1. Pengamat harus dapat dengan cepat mengidentifikasikan individu dari sampel untuk dapat digolongkan. 2. Sampel yang diamati tidak boleh kurang dari 384 pengamatan. 3. Sampel terkumpul dari bermacam-macam bagian siklus tenaga kerja untuk memastikan setiap unit mempunyai kesempatan yang sama untuk diamati. 4. Di kelompok besar manapun, sebuah sampel diambil secara acak yang akan mewakili sebagian atau seluruh karakteristik dari kelompok tersebut. Dengan kata lain sebuah sampel tidak boleh menunjukan kondisi atau situasi khusus yang akan memberikan dampak bagi yang akan diamati. 5. Untuk menghindari prasangka, pencatatan harus dilakukan secara cepat dan tanpa ragu-ragu seperti apa yang dilihat pertama kali. Work sampling secara umum dapat dikatakan sebagai suatu teknik dimana banyak dilakukan pengamatan cepat dalam periode waktu tertentu dari suatu kelompok kerja, mesin atau proses (Olomolaiye dan Kaming 1996). Pada penelitian ini yang menjadi fokus adalah pekerja. Work sampling dapat dibagi menjadi tiga pendekatan (Oglesby 1989, Olomolaiye dan Jayawardane 1998, Dozzi dan AbouRizk 1993). : 1. Field rating, 2. Five minute rating 3. Productivity rating Field rating adalah metode yang paling mudah dengan cara mencatat secara acak kondisi pekerja sedang melaksanakan pekerjaan atau tidak. Field rating didefinisikan sebagai. (Dozzi dan AbouRizk 1993). ...........................(5)
11
Five-minute rating, teknik ini berbeda dengan work sampling yang lain yaitu dengan cara mengamati suatu kegiatan dengan waktu yang singkat, teknik ini tidak cocok untuk pengamatan dalam kelompok besar. (Dozzi dan AbouRizk 1993). Productivty rating, dikelompokkan menjadi tiga jenis kegiatan (Boy 1986) dan (Dozzi dan AbouRizk 1993) yaitu : 1. Effective work (productive) adalah pekerjaan dimana kegiatan pekerja berkaitan langsung dengan proses konstruksi yang berperan langsung terhadap hasil akhir. 2. Essential contributory work (semi productive) adalah kegiatan yang tidak berpengaruh langsung terhadap hasil akhir tetapi pada umumnya dibutuhkan dalam menjalankan suatu operasi. 3. Ineffective work (non productive) adalah kegiatan pekerja yang menganggur atau melakukan sesuatu yang tidak berkaitan langsung dengan pekerjaan yang dilakukan. Tabel 1 Kelompok jenis kegiatan Kegiatan Kategori Bekisting Effective work (productive)
Essential contributory work (semi productive)
Ineffective work (non productive)
Pembesian
Pengecoran
Pekerjaan langsung
Pekerjaan langsung : 1. Pemadatan beton 2. Penyemaian beton 3. Pengetesan beton
1. Transportasi plywood di area 2. Membawa perancah 3. Setting perancah dan plywood 4. Memberi atau menerima perintah 5. Operator crane 6. Shoring dan bracing 7. Minor Cont. Work
1. Pabrikasi besi 2. Transportasi material besi 3. Memberi atau menerima perintah 4. Operator crane 5. Perakitan besi 6. Pembersihan 7. Minor Cont. Work
1. Transportasi beton di area 2. Memberi / menerima perintah 3. Operator crane 4. Menuang beton 5. Meratakan beton (plat) 6. Finishing beton (plat) 7. Curing
1. Berjalan dengan tangan kosong 2. Membawa material 3. Menunggu material atau perintah 4. Menunggu pekerjaan yang lain 5. Waktu pribadi 6. Delay karena cuaca 7. Delay karena crane 8. Duduk, minum, merokok
1. Berjalan dengan tangan kosong 2. Membawa material 3. Menunggu material atau perintah 4. Menunggu pekerjaan yang lain 5. Waktu pribadi 6. Delay karena cuaca 7. Delay karena crane 8. Duduk, minum, merokok
1. Duduk-duduk 2. Melihat-lihat 3. Merokok 4. Minum 5. Menunggu beton kering 6. Delay karena cuaca
Pekerjaan langsung
Sumber: (Chang et al. 2015)
12
Tabel 2 Lembar pengumpulan data work sampling No. Pengamatan
Effective work (productive)
Essential contributory work (semi productive)
Ineffective work (non productive)
1
√
-
-
2
-
√
-
3
√
-
-
Total
2
1
0
Persentasi
67 %
33 %
0% Sumber: (Dozzi dan AbouRizk 1993)
Selanjutnya digunakan lembar pengamatan work sampling digunakan untuk mencatat kegiatan termasuk dalam kategori effective work, essential contributory work atau ineffective work seperti di Tabel 2. Setelah pengamatan selesai dilakukan perhitungan di masing-masing jenis kegiatan. Cara menghitung berapa besar tingkat keefektifan (produktivitas) pekerja digunakan metode pendekatan yang disebut Labour Utilization Rate (LUR). Menurut (Oglesby 1989) perhitungan nilai LUR diperoleh dengan formula berikut : ...... (6) Dimana effective dan essential contributory adalah jumlah pekerja yang melakukan effective work dan essential contributory work secara berturut-turut dan jumlah total pengamatan adalah jumlah total pekerja dari ketiga jenis kegiatan (effective + essential contributory + ineffective works). Alasan menggunakan metode work sampling (produvtivity rating) karena metode ini dianggap paling mudah dilaksanakan dengan cara pengamatan langsung di lapangan tanpa mengganggu pekerja yang sedang bekerja dan cocok untuk pekerjaan yang bersifat kelompok. Pengamatan dilakukan pada waktu tertentu setiap saat pekerja sedang bekerja. Pelaksanaan proyek Kegiatan untuk melaksanakan, mengendalikan dan mengevaluasi pekerjaan secara lebih inovatif oleh tim proyek yang tujuannya untuk peningkatan secara berkesinambungan (continuous improvment) dalam melaksanakan, mengendalikan dan mengevaluasi pekerjaan secara menyeluruh. Kegiatan untuk menemukan ide perbaikan dan peningkatan yang berkesinambungan tentang mutu, waktu, produktivitas dan K3L di proyek untuk dipakai sebagai standar perusahaan sehingga dapat diterapkan secara terpadu. Mengenai produktivitas juga dilakukan monitoring yang tujuannya agar target produktivitas yang telah ditetapkan bisa tercapai. Pimpinan proyek berkewajiban membahas rencana dan progres pelaksanaan inovasi dalam rapat koordinasi internal proyek. (Total 2014)
13
Sumber : (Dokumen PT. Total Bangun Persada Tbk
Gambar 3 Pemeriksaan material besi
Gambar 4 Pemeriksaan beton
Sumber : (Dokumen PT. Total Bangun Persada Tbk)
Gambar 5 Pengecekan volume bersama pemasok
Gambar 6 Pekerjaan pembesian
Monitoring Kegiatan Kegiatan untuk memonitor dampak produktivitas atau aktifitas lapangan akibat perubahan shop drawing oleh pelanggan supaya produktivitas terkendalikan. Kegiatan untuk memonitor produktivitas alat yang digunakan termasuk yang digunakan oleh Nominated Sub Contractor atau Direct Contractor agar alat dalam kondisi siap pakai untuk menunjang produktivitas lapangan. Kegiatan untuk memonitor produktivitas karyawan proyek supaya produktivitas karyawan sesuai dengan target yang telah ditetapkan dalam program kerja proyek. Time schedule adalah kegiatan untuk memonitor atau mengevaluasi waktu pelaksanaan. Tujuannya untuk mengendalikan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Monitoring jadual pelaksanaan adalah kegiatan untuk memonitor realisasi waktu pelaksanaan sesuai dengan progress pekerjaan di lapangan dibandingkan dengan target waktu pelaksanaan supaya pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan waktu pelaksanaan yang telah ditetapkan berdasarkan :1) Master Schedule, 2) Milestone, 3) Visualisasi master schedule, 4) Jadual 2 mingguan, 5) Jadual Kontrol Harian.
14
Evaluasi Sistem Produktivitas 1.
Evaluasi Sistem Produktivitas Berdasarkan Laporan Perubahan Produktivitas
Tugas utama manajer dalam kontek manajemen produktivitas total adalah membuat keputusan yang mampu meningkatkan produktivitas dari organisasi yang dikelola itu. (Gaspersz 1998) Tugas manajer berkaitan dengan manajemen produktivitas total dalam organisasi adalah membuat keputusan yang berkaitan dengan masalah-masalah produktivitas sehingga diharapkan dari keputusan yang dibuat itu akan memungkinkan organisasi mencapai tujuannya yang meningkatkan produktivitas secara terus menerus (continuos productivity improvement) dalam situasi ekonomi global yang sangat kompetitif. 2. Beberapa Faktor Umum Penyebab Penurunan Produktivitas Perusahaan Pada umumnya terdapat sejumlah faktor penyebab penurunan produktivitas antara lain (Gaspersz 1998) : Ketidakmampuan manajemen dalam mengukur, mengevaluasi dan mengelola produktivitas. Motivasi karyawan yang rendah karena sistem pengakuan dan penghargaan yang diberikan tidak berkaitan dengan produktivitas dan tanggung jawab. Pengiriman produk yang sering terlambat karena ketidakmampuan memenuhi jadual yang ditetapkan sehingga mengecewakan pelanggan. Pemborosan penggunaan sumber-sumber daya material, tenaga kerja, energi, modal, waktu, informasi. 3. Alat-alat Yang Dipergunakan Dalam Mengevaluasi Akar Penyebab Penurunan Produktivitas Evaluasi terhadap suatu sistem produktivitas harus mampu menjawab apa yang menjadi akar penyebab dari penurunan produktivitas itu. Berkaitan hal ini (Gaspersz 1998) dapat menggunakan alat-alat sederhana yang telah populer seperti : brainstorming, bertanya mengapa beberapa kali (five whys), diagram pareto dan diagram sebab akibat. Perencanaan Peningkatan Produktivitas 1. Perencanaan Peningkatan Sistem Produktivitas Perencanaan peningkatan sistem produktivitas perusahaan seyogyanya berdasarkan pada identifikasi akar penyebab penurunan produktivitas yang telah dilakukan dalam evaluasi sistem produktivitas. Perencanaan program-program peningkatan produktivitas harus selalu melibatkan tim kerja sama dan partisipasi total dari semua karyawan yang dipimpin dan dikendalikan oleh manajemen puncak. Perencanaan peningkatan produktivitas harus harus bersifat SMART (Specific, Measurable, Achievable, Result oriented and Time related)
15
2. Langkah-langkah Program Peningkatan Sistem Produktivitas Program peningkatan produktivitas dapat dilakukan menggunakan langkah-langkah berikut ini (Gaspersz 1998) : Memilih dan menetapkan program peningkatan produktivitas Mengemukakan alasan mengapa memilih program itu Melakukan analisis situasi melalui pengamatan situasional Melakukan pengumpulan data selama beberapa waktu Melakukan analisis data Menetapkan rencana perbaikan melalui penetapan sasaran peningkatan produktivitas Melaksanakan program produktivitas selama waktu tertentu Melakukan kajian penilaian terhadap program peningkatan produktivitas Mengambil tindakan berupa tindakan korektif atas penyimpangan yang terjadi atau standarisasi terhadap aktifitas yang sesuai. 3. Identifikasi Pemborosan dalam Perencanaan Peningkatan Sistem Produktivitas Pemborosan adalah segala aktivitas dalam proses kerja yang tidak memberikan nilai tambah bagi output (barang atau jasa). 4. Lima Strategi Meningkatkan Sistem Produktivitas Karena produktivitas merupakan rasio output terhadap penggunaan input, strategi peningkatan sistem produktivitas dapat dilakukan melalui lima cara berikut yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi antara lain. (Gaspersz 1998) :
Menerapkan Sistem Reduksi Biaya Program reduksi biaya merupakan suatu program yang dilakukan oleh pihak manajemen dimana untuk menghasilkan output dengan kuantitas yang sama kita menggunakan input dalam jumlah yang lebih sedikit. Peningkatan produktivitas melalui program reduksi biaya berarti output tetap dibagi dengan input yang lebih sedikit.
Mengelola Pertumbuhan Peningkatan produktivitas melalui pengelolaan pertumbuhan akan efektif apabila permintaan sedang meningkat sehingga output yang diproduksi perlu ditambah. Program peningkatan produktivitas melalui pengelolaan pertumbuhan berarti bahwa suatu investasi baru atau penambahan biaya yang dilakukan akan menghasilkan lebih banyak output daripada investasi itu, sehingga angka rasio output terhadap input akan meningkat.
Bekerja Lebih Tangkas Strategi ini dilakukan apabila permintaan meningkat sehingga output ditingkatkan namun peningkatan output itu dapat dicapai melaui penggunaan input dengan kuantitas yang tetap karena tenaga kerja telah bekerja lebih tangkas atau lebih cerdik. Dengan demikian produksi
16
meningkat sesuai permintaan namun tingkat penggunaan input konstan atau tetap dalam jumlah.
Bekerja Lebih Efektif Peningkatan produktivitas melalui penerapan strategi ini akan efektif apabila permintaan meningkat sehingga output perlu ditingkatkan. Dalam strategi bekerja lebih efektif peningkatan produktivitas dicapai melalui peningkatan output sesuai peningkatan permintaan dan penurunan penggunaan input.
Mengurangi Aktifitas Dalam situasi perekonomian yang menurun, seperti dalam kondisi resesi ekonomi, tingkat inflasi tinggi, strategi peningkatan produktivitas melalui pengurangan aktivitas akan sangat efektif. Strategi ini diterapkan dengan cara mengurangi produksi serta menghilangkan atau menjual kembali aset yang tidak produktif. Jadi produktivitas ditingkatkan melalui pengurangan sedikit output sesuai permintaan dan mengurangi banyak input yang tidak perlu.
5. Tantangan untuk Meningkatkan Produktivitas Peningkatan produktivitas dapat dicapai dengan dua cara yaitu pengurangan input saat output konstan atau sebaliknya peningkatan output disaat input konstan. Keduanya mencerminkan peningkatan produktivitas. Dari segi ekonomi, input adalah tenaga kerja, modal dan manajemen yang diintegrasikan dalam suatu sistem produksi. Manajemen menciptakan sistem produksi yang menghasilkan proses transformasi dari input menjadi output. Output adalah barang dan jasa, termasuk beragam macam jenis barang. Produksi adalah proses pembuatan barang dan jasa, produksi yang tinggi mencerminkan bahwa lebih banyak orang yang bekerja dan tingkat ketenagakerjaan tinggi (tingkat pengangguran rendah), tetapi belum tentu mencerminkan tingginya produktivitas. Pengukuran produktivitas adalah satu cara yang baik untuk mengevaluasi kemampuan sebuah organisasi untuk dapat memperbaiki standar hidup anak buahnya. (Heizer dan Render 2006). 6. Variabel Produktivitas Peningkatan produktivitas bergantung pada tiga variabel produktivitas (productivity variable). Menurut (Heizer dan Render 2006), membagi tiga faktor yang sangat penting dalam memperbaiki produktivitas. a. Tenaga Kerja b. Modal c. Manajemen Variabel-variabel yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja di lapangan. (Soeharto 1997) : a. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu b. Penyeliaan, perencanaan dan koordinasi
17
c. d. e. f. g. h.
Komposisi kelompok kerja Kerja lembur Ukuran besar proyek Kurva pengalaman Pekerja langsung atau subkontraktor Kepadatan tenaga kerja
a. Kondisi fisik lapangan dan sarana bantu Kondisi fisik geografis lokasi proyek, tempat penampungan tenaga kerja yang terawat serta sarana bantu yang berupa peralatan konstruksi yang amat berpengaruh terhadap tenaga kerja. Kondisi fisik ini berupa : Iklim, musim atau keadaan cuaca. Misalnya adanya temperatur udara panas dan dingin. Di daerah tropis dengan kelembaban udara yang tinggi dapat mempercepat rasa lelah terhadap tenaga kerja. Sebaliknya bila musim dingin tiba produktivitas tenaga kerja lapangan akan menurun. Keadaan fisik lapangan. Kondisi fisik lapangan kerja seperti rawa-rawa, padang pasir atau tanah berbatu keras besar pengaruhnya terhadap produktivitas. Hal yang sama akan dialami di tempat kerja dengan keadaan khusus, seperti dekat unit yang sedang beroperasi. Hal ini dapat terjadi pada proyek perluasan instalasi yang telah ada yang seringkali dibatasi oleh bermacam-macam peraturan keselamatan dan terbatasnya ruang gerak, baik untuk pekerja maupun peralatannya. Sarana bantu. Kurangnya kelengkapan sarana bantu seperti peralatan konstruksi akan menaikkan jam-jam orang untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Sarana bantu harus selalu harus selalu diusahakan siap pakai dengan jadual pemeliharaan yang tepat. b. Penyeliaan, perencanaan dan koordinasi Penyelia adalah segala sesuatu yang berhubungan langsung dengan tugas pengelolaan para tenaga kerja, memimpin para tenaga kerja dalam melaksanakan tugas termasuk menjabarkan perencanaan dan pengendalian menjadi langkahlangkah pelaksanaan jangka pendek serta mengkoordinasikan dengan rekan atau penyelia lain yang terkait. Tugas menjabarkan perencanaan ini memerlukan pengetahuan yang mendalam mengenai lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya dan derajat ketrampilan tenaga kerja yang akan melaksanakannya. Penyelia yang baik secara aktif akan ikut berpartisipasi dengan memberikan pendapat dan pengalaman dalam meletakkan dasar-dasar perencanaan pekerjaan lapangan yang disusun oleh bidang engineering (rekayasa) karena dengan demikian akan menghasilkan perencanaan yang realistis. Melihat lingkup tugas dan tanggung jawabnya terhadap pengaturan pekerjaan dan penggunaan tenaga kerja yang demikian maka kualitas penyelia besar pengaruhnya terhadap produktivitas secara menyeluruh.
18
c. Komposisi kelompok kerja Pada kegiatan konstruksi seorang penyelia lapangan memimpin satu kelompok kerja yang terdiri dari bermacam-macam pekerja lapangan, seperti tukang kayu, tukang besi dan tukang cor dengan masing-masing pembantu tukang (kenek). Komposisi kelompok kerja berpengaruh terhadap produktivitas tenaga kerja secara keseluruhan. Yang dimaksud dengan komposisi kelompok kerja adalah : Perbandingan jam orang penyelia dan pekerja yang dipimpinnya Perbandingan jam orang untuk disiplin-disiplin kerja dalam kelompok kerja. d. Kerja lembur Acapkali kerja lembur atau jam kerja yang panjang lebih dari 40 jam per minggu tidak dapat dihindari, misalnya untuk mengejar sasaran jadual atau target, meskipun hal ini akan menurunkan efisiensi kerja. Memperkirakan waktu penyelesaian proyek dengan mempertimbangkan kerja lembur perlu diperhatikan kemungkinan kenaikan total jam orang. e. Ukuran besar proyek Penelitian menunjukan bahwa besar proyek (dinyatakan dalam jam orang) juga mempengaruhi produktivitas tenaga kerja lapangan, dalam arti makin besar ukuran proyek produktivitas menurun. f. Kurva pengalaman Bila seseorang atau sekelompok orang yang terorganisir melakukan pekerjaan yang identik berulang-ulang, maka diharapkan akan terjadi suatu pengurangan jam per tenaga kerja atau biaya untuk menyelesaikan pekerjaan berikutnya dibanding dengan yang terdahulu bagi setiap unitnya, dengan kata lain produktivitasnya akan naik. Asumsi bahwa seseorang atau sekelompok orang yang mengerjakan pekerjaan yang relatif berulang akan memperoleh pengalaman dan peningkatan ketrampilan sehingga waktu atau biaya penyelesaian pekerjaan per unitnya berkurang. g. Pekerja langsung atau subkontraktor Dikenal dua cara bagi kontraktor utama dalam melaksanakan pekerjaan lapangan, yaitu dengan merekrut tenaga kerja langsung dan memberikan kepenyelian atau menyerahkan paket kerja tertentu pada subkontraktor. Dari segi produktivitas umumnya subkontraktor lebih tinggi 5-10% dibanding pekerja langsung. Hal ini disebabkan tenaga subkontraktor telah terbiasa dalam pekerjaan yang relatif terbatas lingkup dan jenisnya, ditambah lagi dengan prosedur dan kerja sama telah dikuasai dan terjalin lama antara pekerja dengan penyelia. Meskipun produktivitas lebih tinggi dan jadual penyelesaian pekerjaan potensial dapat lebih singkat tetapi dalam segi biaya belum tentu lebih rendah dibanding memakai pekerja langsung, karena adanya biaya overhead dari perusahaan subkontraktor.
19
h. Kepadatan tenaga kerja Di dalam batas pagar lokasi yang nantinya akan dibangun proyek (battery limits) ada korelasi antara jumlah tenaga kerja konstruksi, luas area tempat kerja dan produktivitas. Korelasi ini dinyatakan sebagai kepadatan tenaga kerja (labour density) yaitu jumlah luas tempat kerja bagi setiap tenaga kerja. Jika kepadatan ini melewati tingkat jenuh maka produktivitas tenaga kerja menunjukan tanda-tanda menurun. Hal ini disebabkan karena dalam lokasi proyek tempat sejumlah buruh bekerja selalu ada kesibukan manusia, gerakan peralatan serta kebisingan yang menyertai. Makin tinggi jumlah tenaga kerja per area atau makin turun luas per area pekerja makin sibuk kegiatan per area, akhirnya akan mencapai titik dimana kelancaran pekerjaan terganggu dan mengakibatkan penurunan produktivitas. Titik ini disebut titik jenuh. Dalam perencanan tenaga kerja perlu adanya perhatian terhadap titik jenuh tersebut agar tidak sampai terjadi ketika ingin mencapai jadual penyelesaian. Oleh karena itu direncanakan alokasi tenaga kerja sebanyak mungkin sehingga melampaui titik jenuh. 7. Tenaga Kerja Analisis produktivitas dan indikasi yang mempengaruhi misalnya lokasi geografis, iklim, ketrampilan atau pengalaman pekerja (Soeharto 1997), banyak yang intangibles yang sulit untuk dinyatakan dalam nilai numerik. Dihitung secara matematis boleh dikatakan tidak mungkin. Meskipun demikian perlu adanya pegangan atau tolok ukur untuk memperkirakan produktivitas bagi tenaga kerja bagi proyek yang ditangani yaitu mengukur hasil guna atau efisiensi kerja. Misalnya dengan membandingkannya terhadap suatu norma yang dipakai sebagai patokan. Salah satu pendekatan untuk mengukur hasil guna tenaga kerja adalah menggunakan parameter indeks produktivitas. Indeks produktivitas dirumuskan sebagai berikut : (Soeharto 1997)
..(7)
Peningkatan kontribusi tenaga kerja pada produktivitas disebabkan tenaga kerja yang lebih sehat, lebih berpendidikan dan bergizi baik. Mengatasi rendahnya kualitas tenaga kerja pada saat negara lain mempunyai tenaga kerja lebih baik merupakan tantangan yang berat. Perbaikan tidak hanya peningkatan kemampuan tenaga kerja juga melalui komitmen yang lebih kuat. Pelatihan, motivasi, pembentukan tim dan strategi sumber daya manusia juga perbaikan pendidikan dan teknik lain yang dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja. 8. Modal Manusia merupakan makhluk hidup yang menggunakan alat. Investasi modal merupakan salah satu alat tersebut. Menggunakan lebih banyak tenaga kerja daripada modal dapat mengurangi tingkat pengangguran jangka pendek, namun membuat ekonomi menjadi tidak produktif dan mendorong upah minimum pekerja menjadi lebih rendah pada jangka panjang. Investasi modal sering merupakan kebutuhan tetapi lebih sering tidak cukup untuk meningkatkan produktivitas.
20
9. Manajemen Manajemen merupakan faktor produksi dan sumber daya ekonomi. Manajemen bertanggung jawab untuk memastikan tenaga kerja dan modal digunakan secara efektif untuk meningkatkan produktivitas. Manajemen bertanggung jawab lebih dari separuh peningkatan produktivitas tahunan, termasuk di dalamnya peningkatan yang didapatkan melalui penerapan teknologi dan penggunaan ilmu pengetahuan.
Analisis Relative Importance Index (RII) Relative Importance Index (RII) digunakan untuk melakukan analisis dari berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas pekerja dalam konstruksi terkait dengan pelaksanaan proyek. Skor untuk masing-masing faktor diperoleh melalui penjumlahan skor jawaban responden pekerja, mandor dan supervisor. Hasil dari perhitungan analisis ini menunjukkan peringkat dari keseluruhan faktor dan selanjutnya ditentukan pengaruh kekuatan dari setiap faktor tersebut. RII dihitung dengan persamaan berikut : (Junaidi et al. 2014) dan (Enshassi et al. 2007). RII =
*100%
...................(8)
Dimana: n1 = indeks kategori responden yang menjawab faktor yang efeknya “sedikit” n2 = indeks kategori responden yang menjawab faktor yang efeknya “sama” n3 = indeks kategori responden yang menjawab faktor yang efeknya “rata-rata” n4 = indeks kategori responden yang menjawab faktor yang efeknya “banyak” n5 = indeks kategori responden yang menjawab faktor yang efeknya “sangat banyak” Total Project Process Total Project Process (TPP) adalah alur atau urutan sejumlah proses utama dalam pelaksanaan proyek, yang dibagi dalam 5 proses yang dimulai setelah proyek diperoleh dari pelanggan sampai dengan serah terima bangunan kepada pelanggan. Lima tahap tersebut adalah tahap pemahaman dan perencanaan, tahap pengadaan, tahap sosialisasi, tahap pelaksanaan dan tahap serah terima. Perhitungan produktivitas yang dilakukan pada TPP dengan cara mengisi form yang sudah ada pada saat tahap pelaksanaan pekerjaan konstruksi seperti Tabel 4 Pengendalian TPP. Pengisian form TPP diperlukan orang yang punya kejujuran dan integritas sehingga menghasilkan angka produktivitas yang sesuai. (Total 2014). Kriteria Penilaian Produktivitas dalam TPP Kriteria Penilaian Skor 1 apabila sama sekali tidak dibuat / ditetapkan Skor 2 apabila sudah dibuat / ditetapkan Skor 3 apabila sudah dibuat / ditetapkan dan isinya sesuai Skor 4 apabila sudah dibuat / ditetapkan, isinya sesuai dan direview secara periodik
21
Kriteria penilaian khusus produktivitas Skor 1 sama sekali tidak / belum dilaksanakan Skor 2 tidak konsisten, tidak diupdate, dilaksanakan kurang dari 71% (banyak yang salah dan cenderung administratif) Skor 3 konsisten, tetapi masih perlu peningkatan data-data, dokomendokumen, informasi-informasi pendukung dan korelasi belum positif Skor 4 sangat konsisten dan sempurna, data-data, dokumen-dokumen, informasi-informasi pendukung benar dan valid, korelasi hasil positif Kriteria pencapaian hasil khusus produktivitas Skor 2 pencapaian kurang dari target Skor 3 pencapaian sesuai target Skor 4 pencapaian diatas target
Tabel 3 Penilaiaan Produktivitas
Sumber : (Dokumen PT Total Bangun Persada Tbk)
22
Tabel 4 Pengendalian TPP No
Uraian Pekerjaan
1. 2. A B
c
d
e
f
g
Pelaksanaan proyek Kontrol produktivitas Monitoring realisasi pelaksanaan Laporan produktivitas Rekapitulasi produktivitas mingguan Pengendalian pelaksanaan Jadual dua mingguan Rekapitulasi Jadual Kontrol Harian (JKH) Jadual kontrol harian Pengendalian alat Rencana pemakaian alat Pengadaan peralatan (alat kerja, alat ukur) Evaluasi pemasok alat Pengendalian alat kerja dan alat ukur Bukti kaliberasi alat Laporan pengoperasian alat Inspeksi dan perawatan alat Laporan kerusakan alat Rekapitulasi tidak beroperasinya alat mingguan Pengendalian Besi BBS Mapping Labeling Monitoring besi Hasil pencapaian waste besi Pengendalian Beton Rencana pengecoran mingguan Berita acara pengukuran volume beton Evaluasi beton mingguan Hasil pencapaian waste beton Pengendalian Shop Drawing Rencana dan realisasi pembuatan gambar Sejarah dan dampak perubahan shop drawing Rekapitulasi sejarah dan dampak perubahan SD Penarikan shop drawing superseeded Distribusi perubahan shop drawing Pengendalian Pengadaan Rencana dan realisasi pengadaan jasa Rencana dan realisasi pengadaan material
Penilaian Detail
Gabungan
Produktivitas
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
23
3. METODE PENELITIAN Pertama tama sebelum pengamatan di lapangan dilaksanakan, peneliti melakukan observasi visual mengenai proyek yang sedang berjalan. Hasil dari pengamatan yang setiap hari dilaksanakan akhirnya peneliti menyimpulkan bahwa permasalahan di proyek hampir selalu sama dari proyek satu ke proyek yang lain. Isu terbaru yang berkembang adalah masalah keterlambatan pelaksanaan proyek yang sudah pasti akan menimbulkan kerugian bagi pihak pemberi tugas, pengawas dan kontraktor sebagai pelaksana pembangunan. Penelitian ini dimulai dengan mencari dari beberapa sumber referensi yang dijadikan data sekunder. Peneliti melaksanakan pengamatan di lapangan dengan cara melakukan pencatatan dan pembagian angket pertanyaan singkat kepada para pekerja dan staf karyawan. Beberapa data yang diperoleh dari hasil pencatatan dan pembagian angket selanjutnya dianalisis dan dilakukan perhitungan secara teori yang didapat dari referensi. Perhitungan dari analisis diuraikan seperti pada bagian hasil dan pembahasan. Mulai
Pengukuran produktivitas
Data primer
Pengamatan langsung
Work sampling - Effective work - Essential contributory work - Ineffective work
Kuesioner - Responden - Faktor peringkat
Data sekunder
Pengisian tabel - Penilaian produktivitas
Analisis data
LUR
RII
TPP
Hasil
Selesai Gambar 7 Diagram alur penelitian
24
Waktu dan Tempat Pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 1 bulan Juli sampai dengan 19 bulan Juli 2014 dilanjutkan kembali mulai dari tanggal 4 Agustus 2014 sampai dengan tanggal 30 bulan September 2014 dalam proyek konstruksi pembangunan gedung Menara Sentraya yang berlokasi di blok M Kebayoran Baru Jakarta dan dianalisis di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan mulai tanggal 6 Oktober 2014 sampai dengan Desember 2015.
Gambar 8 Lokasi penelitian di blok M Jakarta Selatan
Pendekatan Metode Penelitian Pada penelitian ini menggunakan metode kuesioner dan melakukan wawancara langsung kepada pekerja di lapangan sebagai cara untuk mengumpulkan data primer guna mengamati dan mendapatkan keteranganketerangan yang jelas terhadap suatu masalah tertentu yang diteliti. Alat dan Bahan Pada saat penelitian alat yang digunakan adalah stop watch, kamera, tape recorder, alat tulis, komputer, gambar kerja (shop drawing), angket untuk mengambil data dan finger time attendance. Data dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menyebarkan angket kuesioner kepada responden yang berisi pertanyaan-pertanyaan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pekerja dalam konstruksi seperti pada Tabel 6 dan melakukan observasi untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan Total Project Process (TPP). Sedangkan data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data dan informasi terkait produktivitas dari buku, jurnal dan internet yang sesuai dengan bidang penelitian. (Total, 2014)
25
Teknik Pengumpulan Data Pengambilan data primer dilakukan mengikuti prosedur dan tahapan penelitian sebagai berikut : 1. Work sampling Metode yang digunakan dalam pengambilan data adalah dengan metode work sampling. Teknik pengumpulan data dimulai dengan: 1) Mengelompokkan kegiatan dari pekerja dalam tiga kegiatan masing-masing effective work, essential contributory work, ineffective work. 2) Pengembangan data dengan mengumpulkan hasil pengamatan di lapangan sesuai urutan. 3) Pengambilan data pengamatan secara acak dengan melibatkan pekerja di lapangan. 4) Memberi indikasi pada pekerja apakah masuk dalam kegiatan effective work, essential contributory work atau ineffective work. 5) Mencatat hasil pengamatan dalam form, dan memberi tanda checklist bahwa kegiatan pekerja layak untuk dilakukan pengamatan. 6) Menambahkan semua yang dikasih tanda checklist untuk masing-masing kegiatan dan menghitung persentasinya. Seperti pada Tabel 6 yaitu lembar pengumpulan data work sampling. (Dozzi dan AbouRizk 1993). Jenis pekerjaan yang diamati adalah pekerjaan struktur yang meliputi bekisting, pembesian dan pengecoran. Semua pekerjaan kemudian digolongkan menjadi tiga jenis kegiatan yaitu effective, contributory dan ineffective. Pengambilan data dilakukan sesuai pada jam kerja mulai jam 08.00 WIB sampai dengan jam 17.00 WIB. Untuk melakukan pengamatan aktifitas dari pekerja, perhitungan dianjurkan untuk tidak dimulai paling sedikit ½ jam setelah pekerja mulai bekerja di pagi hari atau kembali bekerja setelah istirahat siang, atau ½ jam mendekati jam istirahat (makan siang) atau bubaran kerja (Oglesby 1989). Pada penelitian ini waktu pengamatan dibagi menjadi tiga periode seperti Tabel 5 dibawah ini. Tabel 5 Pembagian periode waktu kerja
Periode Pagi Siang Sore
Jam normal (WIB) 08.30 – 11.30 13.30 – 15.00 15.00 – 16.30
Diluar jam normal (WIB) 08.00 – 08.30 11.30 – 13.30 16.30 – 17.00
2. Wawancara Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan ingin mengetahui hal yang lebih mendalam dari responden. (Sugiyono 2011). Teknik pengumpulan data ini berdasarkan pada laporan tentang keadaan lapangan yang ditindaklanjuti dengan pengecekan langsung melalui wawancara sebagai berikut kepada :
26
1. Orang yang paling tahu tentang kondisi lapangan 2. Orang yang bisa dipercaya 3. Orang yang dianggap bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan benar. 3. Kuesioner Sugiyono 2011, Dozzi dan AbouRizk 1993 dalam bukunya menyatakan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien dengan variabel yang akan diukur bisa diharapkan dari responden. Tujuan kuesioner adalah untuk mengetahui secara langsung faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pekerja yaitu faktor yang menyebabkan nilai Labour Utilization Rate (LUR) pada proyek ini berbeda untuk masing-masing jenis pekerjaan. Responden yang mengisi kuesioner ini adalah pihak-pihak yang terlibat langsung dalam proyek seperti pekerja, mandor dan supervisor. 4. Pengamatan (observasi) Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan pada penelitian yang berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, peralatan dan gejalagejala alam. Perilaku pekerja mengenai kedisiplinan dalam mengelola waktu, metode kerja, peralatan yang selalu siap digunakan, pengamatan terhadap cuaca karena sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan pelaksanaan pekerjaan struktur. 5. Dokumentasi Dokumentasi diperlukan untuk pengambilan gambar atau foto kondisi lapangan yang sesungguhnya.
Gambar 9 Kegiatan pembesian
Gambar 10 Kegiatan pengecoran
27
Penentuan Sampel Responden Data hasil kuesioner yang sudah disebar dan diterima kembali untuk diolah dan dianalisis. Tabel 6 Daftar pertanyaan kuesioner Pertanyaan Material Apakah material selalu tersedia pada saat dibutuhkan? Alat Apakah jenis alat yang diterima sesuai dengan permintaan? Peralatan Apakah jenis peralatan yang diterima dari pemasok sesuai dengan yang dibutuhkan? Pekerjaan ulang Apakah pekerjaan ulang disebabkan oleh kesalahan disain atau perubahan disain? Keselamatan kerja Apakah anda diberi pengarahan setiap kali akan melaksanakan pekerjaan?
1
2 √ √
√ √ √
3
4
5
28
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis data Gambaran umum proyek Menara Sentraya tercantum pada Tabel 7 di bawah ini Tabel 7 Gambaran umum proyek Nama Proyek
: Menara Sentraya
: Blok M Jakarta. Lokasi Jadual pelaksanaan : Mulai September 2012 : Selesai September 2015 : Durasi 36 bulan Jumlah lantai : Basement = 4, Podium = 15, Kantor = 24, Jumlah = 43 Lingkup penelitian Pekerjaan : Struktur Area : Lantai 25 s.d. lantai 39 Jumlah lantai : 15 Waktu penelitian : Juli 2014 s.d. September 2014 Tabel 8 Hasil analisis work sampling Pekerjaan
Jenis kegiatan
Proporsi (%)
Total (%) 40.68
Effective e k Contributory i s t Ineffective i n g
B Pekerjaan langsung
288
40.68
Membawa material dan alat Instruksi Berjalan dengan tangan kosong Menganggur Waktu pribadi Total Bekisting
188 18 48 128 38 708
26.55 2.54 6.78 18.08 5.37 100
Effective
Pekerjaan langsung
308
35.94
Membawa material dan alat Instruksi Berjalan dengan tangan kosong Menganggur Waktu pribadi Total Pembesian
248 18 78 158 47 857
28.94 2.10 9.10 18.44 5.48 100
Pekerjaan langsung
88
42.72
Membawa material dan alat Instruksi Berjalan dengan tangan kosong Menganggur Waktu pribadi Total Pembesian
58 8 8 38 6 206
28.16 3.88 3.88 18.45 2.91 100
Pekerjaan langsung
684
38.62
494 44 134 324 91 1771
27.89 2.48 7.57 18.29 5.14 100
Contributory Pembesian Ineffective
Effective Contributory Pengecoran Ineffective
Effective Total bekisting, pembesian dan pengecoran
Jumlah pengamatan
Membawa material dan alat Instruksi Berjalan dengan tangan kosong Ineffective Menganggur Waktu pribadi Total Proyek Menara Sentraya
Contributory
LUR (%)
29.10
30.23
47.32
100 35.94 31.04 43.17 33.02 100 42.72 32.04 49.76 25.24 100 38.62 30.38 45.60 31.00 100
Penelitian pada proyek ini dilakukan pada tiga jenis pekerjaan yaitu pekerjaan bekisting (formwork), pembesian (reinforcement) dan pengecoran
29
(concreting). Proporsi dari setiap jenis kegiatan pada tiga pekerjaan ini dapat dilihat dari Tabel 8 dan Gambar 11 menunjukan total proporsi work sampling setiap jenis kegiatan untuk pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran secara keseluruhan pada proyek ini. Analisis berdasarkan waktu kerja
Hasil analisis LUR berdasarkan waktu pengamatan (pagi, siang dan sore) seperti pada Gambar 13 menunjukan bahwa nilai LUR pekerja pada pagi hari secara umum lebih tinggi dibandingkan pada siang hari dan sore hari. Hal ini disebabkan karena pada pagi hari pekerja masih mempunyai semangat yang tinggi, tenaganya masih kuat dan cuaca juga mendukung karena tidak terlalu panas dibandingkan dengan siang hari, pada sore hari cenderung naik kembali. Jumlah pengamatan selama tiga bulan periode bulan Juli, Agustus dan September 2014 sebanyak 1.771 yang meliputi semua jenis kegiatan dalam work sampling pada pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran. Proporsi (%) adalah jumlah persentasi satu jenis kegiatan work sampling dibandingkan dengan jumlah work sampling dalam satu jenis pekerjaan. Pengamatan dilakukan setiap lima menit sekali pada masing-masing jenis kegiatan work sampling. 50.00 Proporsi (%)
40.00 30.00 20.00 10.00 Pekerjaan langsung
Membawa material dan alat
Instruksi
40.68 35.94 42.72
26.55 28.94 28.16
2.54 2.10 3.88
Bekisting Pembesian Pengecoran
Berjalan dengan tangan kosong 6.78 9.10 3.88
Mengang gur
Waktu pribadi
18.08 18.44 18.45
5.37 5.48 2.91
Kegiatan
Proporsi (%)
Gambar 11 Proporsi jenis kegiatan pada proyek Menara Sentraya
40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00
38.62 27.89 18.29 7.57
5.14
2.48 Pekerjaan langsung
Membawa material dan alat
Instruksi
Kegiatan
Berjalan dengan tangan kosong
Menganggur
Waktu pribadi
Gambar 12 Total proporsi work sampling pekerjaan struktur
30
Analisis LUR pada saat jam normal Penjelasan pada bagian metodologi penelitian, survey dan pengamatan untuk analisis work sampling harus dilakukan pada waktu-waktu yang telah disyaratkan (jam normal). Sebagai bahan perbandingan, penelitian ini juga seharusnya melakukan pengamatan work sampling diluar jam normal, karena keterbatasan waktu pengamatan hanya dilakukan pada jam normal saja. Hasil analisis pengamatan pada saat jam normal ditampilkan pada Gambar 13 yang menunjukan bahwa LUR pada pagi hari 47.32%, menurun di siang hari 43.17% dan kembali naik 49.76% pada sore hari. Waktu dari pagi hari ke siang hari nilai LUR menurun karena kemampuan fisik para pekerja sudah mulai melemah. Pada penelitian ini yang menarik adalah LUR dari siang ke sore hari dari grafik menunjukan peningkatan nilai LUR. Analisis dan pengamatan di lapangan bahwa para pekerja kembali giat bekerja karena sudah mengetahui pekerjaan apa yang seharusnya dikerjakan dari masing-masing pekerja. Perbedaannya adalah di pagi hari pekerja memerlukan pekerjaan persiapan, mengatur penempatan orang, alat, material dan menunggu kawan kerja (kenek) serta material karena menggunakan alat transportasi vertikal berupa tower crane dan passenger hoist yang cukup menyita waktu sehingga sampai di tempat kerja sudah kehabisan energi.
LUR (%)
60.00 50.00 40.00
47.32
49.76 43.17
30.00 20.00 08.30 – 11.30
13.30 – 15.00
15.00 – 16.30
Pagi
Siang
Sore
Waktu Gambar 13 LUR berdasarkan waktu kerja normal
Gambar 14 Perbandingan work sampling untuk masing-masing kegiatan
Cara mengetahui produktivitas suatu proyek adalah dengan membandingan proporsi masing-masing kegiatan effective, ineffective, contributory dan nilai LUR-nya. Gambar 14 menunjukan perbandingan untuk
31
pekerjaan bekisting, pekerjaan pembesian dan pekerjaan pengecoran. Berdasarkan Tabel 8 dapat dihitung bahwa nilai LUR pada pekerjaan bekisting, pekerjaan pembesian dan pekerjaan pengecoran adalah 47.32% ; 43.17% ; 49.76% secara berturut-turut. Dari perhitungan dapat diketahui bahwa pekerjaan yang paling tinggi nilai LUR-nya adalah yang paling produktif. Batas normal nilai LUR untuk pekerjaan proyek konstruksi adalah 40% - 60%. (Oglesby et al. 1989). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas Pada penelitian ini ada 46 faktor negatif yang mempengaruhi produktivitas bangunan konstruksi gedung di Menara Sentraya telah diidentifikasi dan dibuat peringkat sesuai dengan tingkatan Reletive Importance Index (RII). RII semua faktor dihitung menggunakan program Microsoft Excel 2010, faktor-faktor yang dikelompokkan menjadi 10 grup yaitu material dan alat, tenaga kerja, kepemimpinan, motivasi, waktu, pengawasan, proyek, keselamatan kerja, mutu dan faktor eksternal. Hasil analisis penyebaran angket kuesioner pada Tabel 9 bisa dilihat bahwa hampir semua nilai rata-rata dari faktor-faktor yang dijawab cukup tinggi. Karakteristik Responden Ada 3 (tiga) kelompok responden yang dijadikan sumber untuk menggali informasi pada penyebaran angket kuesioner yaitu kelompok pekerja, mandor dan supervisor. Masing-masing mempunyai karakter yang berbeda. Pekerja atau buruh kasar mempunyai kebiasaan datang ke proyek tidak tepat waktu, mandor datang ke proyek pada saat mendekati pembagian gaji dan supervisor acapkali tidak malakukan pengawasan dan pemeriksaan pekerjaan tepat pada waktunya. Pendistribusian angket kuesioner kepada responden kelompok pekerja, mandor dan supervisor. Komposisi masing-masing kelompok responden dan tingkat pengembalian kuesioner dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Komposisi kelompok responden dan tingkat pengembalian kuesioner Jumlah Kuesioner Responden
Persentase (%)
Pekerja Mandor Supervisor
Disebar
Kembali
30 30 30
28 29 30
93.33 96.67 100.00
Penentuan Jumlah Sampel Penentuan jumlah sampel acak minimum dengan rumus (Hogg dan Tannis 1997) , ,
= 384,16 = 21,7 22
384
32
Dimana : m n Z P* ε N
= = = = = =
Sampel dari populasi tak terbatas Sampel dari populasi terbatas Nilai (e.g. 1,96 untuk 95% level aman) Derajat variasi antar elemen populasi (0,5) Batas toleransi kesalahan (0,05) Jumlah populasi terwakili (22)
Tabel 10. Peringkat semua faktor negatif yang mempengaruhi produktivitas pekerja No. Grup
Faktor
RII
1 Material dan alat
Material selalu tersedia Alat selalu tersedia Alat diterima sesuai permintaan Material datang sesuai kebutuhan Peralatan sesuai kebutuhan Lokasi gudang dekat area kerja
54.67 54.00 53.33 52.00 51.33 48.00
8 9 10 13 14 18
2
Tenaga kerja
Loyalitas Pengalaman kerja Kepuasan Usia tua Persaingan pekerja Mangkir Salah paham
58.00 56.67 56.00 55.33 54.67 54.00 52.67
3 5 6 7 8 9 12
3
Kepemimpinan
Kurang pengawasan Jarang rapat dengan pekerja Salah paham pekerja dengan pengawas Pembayaran terlambat Kurang sosialisasi program Lemahnya sistem keuangan
56.67 56.00
5 6
54.67 58.67 58.67 57.33
8 2 2
Tidak ada sesi latihan Tidak ada pengarahan sebelum kerja Tidak ada uang transport Tidak ada tempat makan dan santai Salah menggunakan jadual kerja
57.33
4
56.00 52.00 48.00 60.00
6 13 18 1
4
Motivasi
Peringkat semua faktor
4
5
Waktu
Sistem kerja langsung Kerja lembur Pengurangan waktu kerja
60.00 58.67 58.00
1 2 3
6
Pengawasan
Kerja 7 hari tanpa libur Kerja ulang (rework) Pengawas tidak masuk Keterlambatan pengecekan
46.00 56.67 55.33 51.33
19 5 7 14
33
No. Grup
Faktor
RII
Peringkat semua faktor
7
Proyek
Gambar dan spesifikasi berubah Jenis /pekerjaan yang sama Metodologi kerja
49.33 60.00 58.00
16 1 3
8
Keselamatan kerja
Jenis kegiatan di proyek Pagar pembatas proyek Bekerja di tempat ketinggian Kurang penerangan Pengarahan tentang safety Pelanggaran safety Tidak ada safety officer di lapangan
51.33 49.33 58.00 56.67 56.67 53.33
14 16 3 5 5 10
53.33
10
Mutu
Persyaratan kerja mutu tinggi Bahan baku mutu rendah Peralatan tidak efisien
50.00 46.00 38.67
15 19 20
Eksternal
Pelanggaran peraturan pemerintah Perubahan cuaca
54.00 52.00
9 13
9
10
Material dan alat Hasil di Tabel 11 memperlihatkan 6 faktor dalam grup material dan alat. Peringkatnya sesuai dengan pengaruhnya dalam produktivitas seperti pemilihan material, pemilihan alat dan peralatan dan tidak cocoknya lokasi penyimpanan material. Penemuan ini memperlihatkan bahwa pemilihan material merupakan faktor yang paling penting dari faktor-faktor yang berpengaruh buruk dalam produktivitas. Ketersediaan material ada di posisi pertama dari semua pengaruh buruk dari faktor yang berpengaruh dalam produktivitas yang tidak stabil, pekerjaan tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya tanpa ketersediaan material. Tabel 11 Peringkat grup faktor material dan alat Faktor
RII
Material selalu tersedia Alat selalu tersedia Alat diterima sesuai permintaan Material datang sesuai kebutuhan Peralatan sesuai kebutuhan Lokasi gudang dekat area kerja
54.67 54.00 53.33 52.00 51.33 48.00
Rangking 1 2 3 4 5 6
Tenaga kerja Tabel 12 menggambarkan faktor dalam grup yang menunjukan peringkat yang saling terkait dalam tenaga kerja. Hasilnya diperlihatkan bahwa faktorfaktor negatif terpenting yang mempengaruhi produktivivtas adalah loyalitas, diikuti oleh pengalaman kerja, kepuasan kerja, usia pekerja, persaingan pekerja, ketidakhadiran pekerja, kesalahpahaman antar pekerja,. Setelah dilakukan
34
penghitungan peringkat pertama adalah kurangnya kesetiaan pekerja, dengan nilai index importance 58.00. Faktor ini juga menduduki peringkat ketiga diantara 46 faktor buruk yang mempengaruhi produktivitas pekerja (Tabel 10) mengindikasikan bahwa loyalitas pekerja memiliki efek yang sangat tinggi dalam produktivitas. Hasil ini diperkuat oleh (Paulson 1975), yang menyatakan bahwa loyalitas tukang berdampak pada produktivitas kerja. Hasil ini juga didukung oleh (Heizer dan Render 1990), yang menetapkan bahwa loyalitas pekerja berpengaruh terhadap produktivitas pekerjaan di lapangan. Meningkatnya pengalaman intelektual dan kemampuan fisik pekerja pada konsekuensinya akan meningkatkan produktivitas pekerja. Lebih lanjut lagi faktor kesalahpahaman pekerja rata-rata berpengaruh terhadap produktivitas pekerja, faktor ini menduduki peringkat 12 diantara semua faktor buruk yang mempengaruhi produktivitas pekerja. Salah paham antar pekerja juga membuat ingkar janji dari tanggung jawab masing-masing pekerja sehingga membuat kesalahan kerja dan berakibat menurunnya produktivitas kerja. Lemahnya persaingan juga berpengaruh terhadap produktivitas kerja, ini menduduki peringkat 8 dari 46 faktor buruk yang berdampak pada produktivitas. Ditemukan juga bahwa dengan bertambahnya usia secara rata-rata berdampak terhadap produktivitas pekerja, usia tua menempati peringkat 7 yang berpengaruh buruk terhadap produktivitas kerja (Tabel 10). (Heizer dan Render 1990) mendukung hasil ini, disebutkan bahwa usia berpengaruh terhadap produktivitas pekerja. Karena kecepatan kerja, kecerdasan dan kekuatan menurun yang berkontribusi dalam penurunan produktivitas. Pekerja yang sering mangkir faktanya berpengaruh terhadap produktivitas, ada di peringkat 9 faktor yang berpengaruh buruk terhadap produktivitas pekerja. Hal ini benar karena dengan adanya pemondokan atau bedeng sementara di lokasi sekitar proyek maka kontraktor bisa menyewa untuk menghindari karyawan yang sering mangkir. Tabel 12 Peringkat grup faktor tenaga kerja Faktor
RII
Rangking
Loyalitas Pengalaman kerja Kepuasan Usia tua Persaingan pekerja Mangkir Salah paham
58.00 56.67 56.00 55.33 54.67 54.00 52.67
1 2 3 4 5 6 7
Kepemimpinan Tabel 13 menggambarkan ada 6 faktor yang masuk dalam grup kepemimpinan. Kurang sosialisasi program, pembayaran terlambat, lemahnya sistem keuangan, kurang pengawasan, jarang rapat dengan pekerja, salah paham pekerja dengan pengawas. Kurang sosialisasi program dan pembayaran terlambat menduduki peringkat pertama, lemahnya sistem keuangan peringkat kedua dan kurang pengawasan peringkat ketiga. Kurang pengawasan terhadap pekerja berdampak cukup tinggi dalam faktor-faktor buruk yang berpengaruh terhadap
35
produktivitas pekerja (Imp. Index = 56.67) dan di posisi kelima dalam semua faktor yang berpengaruh buruk terhadap produktivitas (Tabel 10). Hal ini benar karena kurangnya pengawasan terhadap pekerja, kesalahpahaman dalam bekerja akan meningkat, sehingga akan ada pekerjaan tunda karena faktor kesalahan tersebut. Salah paham antara pekerja dengan pengawas berpengaruh cukup tinggi yaitu peringkat nomor 8 (Imp. Index = 54.67) dari faktor-faktor yang berpengaruh buruk terhadap produktivitas. Hal ini benar, salah paham antara pekerja dengan pengawas menjadikan hubungan yang tidak baik antara mereka. Salah paham menimbulkan kerugian karena ada perasaan hati dari pekerja yang tidak nyaman, konsekuensinya akan menurunkan produktivitas. Akhirnya, rapat periodik dengan pekerja tidak menjadi pertimbangan khusus dalam produktivitas kerja dan peringkat 6 dari faktor-faktor yang berpengaruh buruk terhadap produktivitas. Hasil ini disetujui karena bangunan gedung ini hanya satu menara masalah di lapangan bisa diselesaikan dengan pengawas. Tabel 13 Peringkat grup faktor kepemimpinan Faktor
RII
Rangking
Kurang sosialisasi program Pembayaran terlambat Lemahnya sistem keuangan Kurang pengawasan Jarang rapat dengan pekerja Salah paham pekerja dengan pengawas
58.67 58.67 57.33 56.67 56.00 54.67
1 2 3 4 5 6
Motivasi Tabel 14 mengindikasikan peringkat dari 5 faktor yang berhubungan dengan motivasi. Faktor-faktor yang menurunkan motivasi karena kepentingannya masing-masing. Salah menggunakan jadual kerja, tidak ada sesi latihan, tidak ada pengarahan sebelum kerja, tidak ada uang transport, tidak ada tempat makan dan santai. Hasilnya bahwa salah menggunakan jadual kerja berdampak cukup tinggi terhadap produktivitas kerja (60.00), menduduki posisi pertama dari semua faktor buruk terhadap produktivitas pekerja (Tabel 10). Hasil ini cocok, karena salah menggunakan jadual kerja mengakibatkan pekerja sangat malas untuk mengulangi lagi, konsekuensinya menurunkan produktivitas kerja. Motivasi bagi pekerja itu penting, karena memberikan kepuasan dalam bekerja. Tidak adanya tempat makan dan santai tidak dipertimbangkan dalam instrumen faktor penurunan produktivitas, hal ini tidak sesuai dengan penelitian oleh (Lema, 1995), disebutkan bahwa uang transport, uang makan berdampak sangat tinggi terhadap produktivitas.
36
Tabel 14 Peringkat grup faktor motivasi Faktor
RII
Rangking
Salah menggunakan jadual kerja Tidak ada sesi latihan Tidak ada pengarahan sebelum kerja Tidak ada uang transport
60.00 57.33 56.00 52.00
1 2 3 4
Waktu Tabel 15 menunjukan ada 3 faktor dalam grup yang berhubungan dengan waktu yaitu sistem kerja langsung di peringkat pertama, kerja lembur peringkat 2, pengurangan waktu kerja di peringkat 3. Bekerja 7 hari per minggu tanpa libur (lembur) berdampak tinggi dalam produktivitas pekerja, sementara penambahan jam selama kerja seharian tidak berdampak. (Hinze, 1999) sependapat dengan hasil ini, bahwa penambahan jam kerja tidak berdampak tetapi kerja tanpa libur berdampak negatif terhadap produktivitas. Hasil ini tidaklah mengherankan karena penambahan jam kerja per hari dan kerja tanpa libur akan berakibat motivasi dan kekuatan fisik pekerja menurun sehingga menurunkan produktivitas mereka. Bagaimanapun pengaruh penambahan jam kerja pada periode waktu yang pendek mungkin tidak kelihatan nyata. Faktor ini ada di peringkat nomor 2 (Tabel 10). Hal ini dibenarkan karena merupakan keinginan dari pekerja agar mereka lebih banyak mendapatkan uang. Oleh karena itu pekerja akan bekerja ekstra keras untuk menyelesaikan pekerjaan dengan volume paling banyak dalam waktu yang singkat. Tabel 15 Peringkat grup faktor waktu Faktor
RII
Rangking
Sistem kerja langsung Kerja lembur Pengurangan waktu kerja
60.00 58.67 58.00
1 2 3
Pengawasan Kemampuan pengawas memiliki dampak yang kuat terhadap masingmasing produktivitas dan memiliki tingkatan kemampuan pada diri masingmasing individu, antara lain sebagai berikut: kerja ulang (rework), pengawas tidak masuk, keterlambatan pengecekan, kerja 7 hari tanpa libur (Tabel 16). Hasil ini ditunjang oleh (Thomas 1999) yang menyatakan bahwa kehilangan efesiensi kerja 30% ketika pengawas merubah pelaksanaan kerjanya. Tabel 16 Peringkat grup faktor pengawasan Faktor
RII
Rangking
Kerja ulang (rework) Pengawas tidak masuk Keterlambatan pengecekan Kerja 7 hari tanpa libur
56.67 55.33 51.33 46.00
1 2 3 4
37
Keterlambatan pengecekan adalah faktor penting kedua dalam grup pengawasan dan ada di urutan no 14 dalam faktor penting yang berpengaruh buruk terhadap produktivitas. Keterlambatan pemeriksaan juga memiliki dampak yang luar biasa di Indonesia (Guhathakurta et al, 1993 dan Olomolaiye et al, 1996). Hasil ini telah dibuktikan, bahwa pemeriksaan kerja yang dilakukan oleh pengawas adalah sebuah proses berharga untuk dunia kerja; sebagai contoh sebagai kontraktor tidak dapat membuat kepastian pengecoran sebelum ada pemeriksaan bekisting dan pembesian, terlambatnya pemeriksaan semakin menambah tertundanya banyak aktivitas kerja. Ketidakhadiran pengawas merupakan faktor terakhir dalam grup pengawasan, berada di posisi 19 dari semua faktor yang berpengaruh buruk terhadap produktivitas kerja. Ini tidaklah meherankan karena ketidakhadiran pengawas, proyek bisa berhenti. Sepenuhnya pekerjaan dalam aktifitas yang mana mengharuskan perlunya pengawasan, diantaranya membentuk kepastian dan mengisi kekurangan. Ketidakhadiran pengawas menunda tindakan terhadap pekerjaan yang akan dilakukan, mengawali penundaan dalam permulaan pekerjaan baru. Proyek Hasil penelitian menunjukan bahwa metode kerja dan jenis kegiatan di proyek tidak terkait dengan faktor lain dan ada di posisi 1 dan 3 dari 46 faktor buruk yang mempengaruhi produktivitas pekerja. Hasil ini tidak didukung oleh (Thomas dan Sanders, 1991). Mereka yang menemukan metode kerja yang lebih modern memiliki dampak yang besar terhadap produktivitas kerja. Hasil ini terbukti, karena kerja membangun gedung rumit dan ukurannya besar. Meskipun kegiatannya ada perbedaan kerja secara luas tetapi memiliki kesamaan model dan tidak terdapat perbedaan yang besar dengan metode yang digunakan dalam membangun. Tabel 17 Peringkat grup faktor proyek Faktor Jenis /pekerjaan yang sama Metodologi kerja Gambar dan spesifikasi berubah
RII
Rangking
60.00 58.00 49.33
1 2 3
Keselamatan kerja Hasil penelitian terlihat pada (Tabel 18) yang menggambarkan bahwa 7 faktor dibawah keselamatan kerja menunjukan penurunan nilai index relatif (RII): Jenis kegiatan di proyek, pagar pembatas proyek, bekerja di tempat ketinggian, kurang penerangan, pengarahan tentang safety, pelanggaran safety, tidak ada safety officer di lapangan. Banyaknya kecelakaan kerja memiliki dampak pada produktivitas dan ada di posisi 10 dari 46 faktor buruk yang mempengaruhi produktivitas pekerja. Hasil ini telah didukung oleh (Thomas dan Sanders, 1991), yang menyatakan bahwa “kecelakaan memiliki dampak yang signifikan terhadap produktivitas pekerja”. Terdapat 3 tipe dari kecelakaan kerja :
38
Kecelakaan yang mengakibatkan kematian adalah kerugian bagi pekerja, tipe kecelakaan ini diawali dengan penghentian proyek sementara hingga total penghentian kerja. Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh luka hingga dibawa ke rumah sakit setidaknya 24 jam, tipe kecelakaan ini menurunkan produktivitas kelompok karena sebagian kelompok ikut membantu pekerja yang lain ke rumah sakit sehingga tidak dapat bekerja. Kecelakaan kecil yang disebabkan karena luka dari paku atau kawat, tipe kecelakaan ini dampaknya sedikit terhadap produktivitas pekerja. Gelapya lampu penerangan memiliki dampak pada produktivitas pekerja secara rata-rata, ada di posisi 5 dari 46 faktor yang mempengaruhi buruknya produktivitas pekerja (Tabel 10). Hasil ini terbukti, sebagai pekerja membutuhkan pencahayaan yang terang untuk bekerja dengan efektif. Konsekuensi dari gelapnya lokasi kerja memiliki dampak buruk pada produktivitas pekerja. Tabel 18 Peringkat grup faktor keselamatan kerja Faktor
RII
Rangking
Bekerja di tempat ketinggian Kurang penerangan Pengarahan tentang safety Pelanggaran safety Tidak ada safety officer di lapangan Jenis kegiatan di proyek Pagar pembatas proyek
58.00 56.67 56.67 53.33 53.33 51.33 49.33
1 2 2 3 3 4 5
Hasil ini juga menunjukan bahwa petugas keselamatan di lapangan dipertimbangkan menjadi penopang atas faktor lain pada produktivitas pekerja, hasil ini terjadi di Menara Sentraya, sebagai kontraktor harus ada petugas keselamatan di lapangan. Karena mereka peduli akan pentingnya petugas keselamatan di proyek. Hal ini perlu dicatat bahwa seorang petugas keselamatan di lapangan membantu para pekerja agar mengerti syarat-syarat peraturan keselamatan kerja dan melaksanakannya. Pencegahan ini setidaknya mengurangi angka kecelakaan kerja yang konsekuensinya akan meningkatkan produktivitas kerja. Mutu Tabel 19 menggambarkan 3 faktor dibawah grup mutu, terlihat dalam tren penurunan nilai indeks sebagai berikut: efisiensi peralatan, rendahnya mutu bahan baku dan persyaratan kerja mutu tinggi. Telah disurvei dari beberapa perusahaan, hasilnya memiliki kecendrungan untuk menempatkan efisiensi peralatan sebagai faktor penting dalam grup ini, dengan nilai index (RII) 38.67. Hasilnya terbukti, tingkat produktivitas efisiensi peralatan yang rendah, konsekuensinya memiliki dampak yang merugikan pada produktivitas kerja yang bergantung pada peralatan. Jenis peralatan kerja juga mempengaruhi produktivitas pekerja, sebagai contoh; peralatan yang baru dan modern memiliki tingkat produktivitas yang tinggi, sementara peralatan yang sudah lama mempunyai produktivitas rendah dan banyak yang tidak bisa digunakan.
39
Tabel 19 Peringkat grup faktor faktor mutu Faktor
RII
Persyaratan kerja mutu tinggi Bahan baku mutu rendah Peralatan tidak efisien
50.00 46.00 38.67
Rangking 1 2 3
Penelitian telah mengurutkan rendahnya kualitas bahan baku pada posisi 19 dari semua faktor yang mempengaruhi produktivitas pekerja, dengan nilai indeks (RII) 46.00. Hal ini telah terbukti, bahwa membangun dengan bahan baku mutu rendah hasilnya tidak akan lebih bagus daripada bahan baku mutu tinggi. Bertambahnya bahan yang dibuang-buang percuma sebagai waste dari bahan berkualitas rendah juga meningkat, terutama sekali selama penanganan. Lagi pula, penggunaan bahan berkualitas rendah berakibat buruknya mutu pekerjaaan yang konsekuensinya ditolak oleh pengawas. Kualitas yang disyaratkan dalam pekerjaan rata-rata berdampak pada produktivitas pekerja, yang menempati peringkat 22 dari 46 faktor buruk yang mempengaruhi produktivitas pekerja. Hal ini bisa diterima, karena dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi target mutu pekerjaan ketergantungannya sangat besar dalam mengikuti toleransi pekerjaan yang disyaratkan, contohnya ketika toleransi mutu pekerjaan yang diharuskan hasilnya sangat rendah, pekerja bekerjanya akan lamban guna menghindari kesalahan yang hasilnya tidak dapat diterima. Eksternal Tabel 20 memperlihatkan terdapat 2 faktor dalam grup eksternal, kelompok yang terurut berdasarkan pentingnya sebagai sebagai berikut: perubahan cuaca dan tambahan peraturan pemerintah yang terkait pada sektor konstruksi. Tabel 20 Peringkat grup faktor eksternal Faktor Pelanggaran peraturan pemerintah Perubahan cuaca
RII 54.00 52.00
Rangking 1 2
Perubahan cuaca memiliki dampak rata-rata pada produktivitas pekerja, dan terurut di posisi 13 dari semua faktor yang mempengaruhi produktivitas pekerja. Hasil dari (Thomas dan Sanders, 1991) menunjang dalam studi mereka dari faktor yang mempengaruhi produktivitas. Peraturan pemerintah terkait sektor konstruksi tidak dipertimbangkan sebagai pengaruh pada faktor lain dan terurut di posisi 9 dari semua faktor buruk yang mempengaruhi produktivitas pekerja.
40
Analisis Total Project Process (TPP) 1. Pelaksanaan
proyek Proyek dilaksanakan dimulai pada bulan September 2012 dan diselesaikan pada bulan September 2015 dan masuk dalam periode perawatan setelah serah terima pertama sampai dengan serah terima kedua. Sesuai dengan jadual penelitian yang dikemukakan dalam penulisan ini hanya pada periode penelitian saja.
2. Kontrol
produktivitas Monitoring realisasi pelaksanaan dilakukan pada setiap hari waktu pelaksanaan pekerjaan dengan mengisi Jadwal Kontrol Harian (JKH). JKH adalah merupakan alat yang digunakan untuk memonitor pelaksanaan pekerjaan yang bersifat harian yang berisi tentang produktivitas. JKH merupakan Tabel yang harus diisi oleh masing-masing Q-Supervisor.
a. Laporan produktivitas Rekapitulasi produktivitas mingguan yang berisikan produktivitas per pekerjaan dan produktivitas per orang diambil dari Jadual Kontrol Harian. Hasil perhitungan menunjukan angka yang sama secara terus menerus sepanjang periode Juli 2014 sampai dengan September 2014. b. Pengendalian pelaksanaan Pengendalian pelaksanaan pekerjaan dimonitor dengan Rekapitulasi Jadual Kontrol Harian dan Jadual Kontrol Harian. Sedangkan sebagai pengendalian menggunakan jadual dua mingguan. c. Laporan produktivitas Rekapitulasi produktivitas mingguan yang berisikan produktivitas per pekerjaan dan produktivitas per orang diambil dari Jadual Kontrol Harian. Hasil perhitungan menunjukan angka yang sama secara terus menerus sepanjang periode Juli 2014 sampai dengan September 2014. d. Pengendalian alat Berdasarkan daftar rekapitulasi tidak beroperasinya alat secara mingguan diperoleh data sebagai berikut : Jumlah jam operasinya alat adalah 8.289 jam sedangkan jumlah jam tidak beroperasinya alat adalah 2.954 jam. Rata-rata jam tidak beroperasinya alat 10.01 jam atau 35.54% dan produktivitasnya 53.29% dalam periode waktu satu minggu (6 Juli 2014 sampai dengan 12 Juli 2014). e. Pengendalian besi Hasil pencapaian waste beton pada kurun waktu 6 Juli 2014 sampai dengan 12 Juli 2014 adalah 1.15% artinya masih bagus karena waste maksimal yang diijinkan oleh perusahaan adalah 2.5%. f. Pengendalian beton Jumlah volume beton yang dibutuhkan di lapangan dihitung bersama dengan pemasok dan dibuat berita acaranya tujuannya agar tidak terjadi
41
perselisihan mengenai volume dengan pemasok pada waktu mengajukan pembayaran. Waste beton tidak terjadi karena sebelumnya sudah ada kontrak mengenai hitung volume bersama antara pemasok beton dengan kontraktor. g.
Pengendalian shop drawing Shop drawing atau gambar kerja lapangan masuk dalam daftar kegiatan tim engineering. Karena pekerjaan struktur yang tipikal akan sama dengan pekerjaan lantai-lantai di bawahnya.
h. Pengendalian pengadaan Rencana dan realisasi pengadaan jasa dan material dimonitor oleh bagian komersial dan kembali lagi karena bangunan tipikal seluruhnya mengacu pada pekerjaan sebelumnya. Sumbangan dari hasil penelitian ini adalah ditemukannya faktor-faktor yang secara negatif menduduki peringkat pertama yang perlu adanya improvement di kemudian hari khususnya untuk kontraktor pelaksana pembangunan yaitu penggunaan jadual kerja yang perlu diperketat, sistem kerja langsung seharusnya dihindari sebaiknya menggunakan sub kontraktor spesialis dan yang terakhir adalah jenis pekerjaan yang sama. Penelitian ini menarik karena karakter gedungnya yang merupakan bangunan perkantoran yang bersifat sama atau tipikal pasti mempunyai jenis pekerjaan yang sama pula.
42
Tabel 21 Total Project Process (TPP) No
Uraian Pekerjaan
1. 2. A B
c
d
e
f
g
Pelaksanaan proyek Kontrol produktivitas Monitoring realisasi pelaksanaan Laporan produktivitas Rekapitulasi produktivitas mingguan Pengendalian pelaksanaan Jadual dua mingguan Rekapitulasi Jadual Kontrol Harian (JKH) Jadual kontrol harian Pengendalian alat Rencana pemakaian alat Pengadaan peralatan (alat kerja, alat ukur) Evaluasi pemasok alat Pengendalian alat kerja dan alat ukur Bukti kaliberasi alat Laporan pengoperasian alat Inspeksi dan perawatan alat Laporan kerusakan alat Rekapitulasi tidak beroperasinya alat mingguan Pengendalian Besi BBS Mapping Labeling Monitoring besi Hasil pencapaian waste besi Pengendalian Beton Rencana pengecoran mingguan Berita acara pengukuran volume beton Evaluasi beton mingguan Hasil pencapaian waste beton Pengendalian Shop Drawing Rencana dan realisasi pembuatan gambar Sejarah dan dampak perubahan shop drawing Rekapitulasi sejarah dan dampak perubahan SD Penarikan shop drawing superseeded Distribusi perubahan shop drawing Pengendalian Pengadaan Rencana dan realisasi pengadaan jasa Rencana dan realisasi pengadaan material
Penilaian Detail
Gabungan
Produktivitas
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
43
5. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dari analisis dan pembahasan yang diuraikan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Hasil analisis work sampling menghasilkan nilai LUR untuk masing-masing komponen pekerjaan struktur secara berturut-turut adalah bekisting, pembesian dan pengecoran adalah 47,32%, 43,17%, dan 49,76%. Artinya pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran masuk dalam katagori produktif. 2. Nilai Labour Utilization Rate (LUR) total pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran dengan metode work sampling adalah 45.60% artinya produktivitas proyek ini bisa disebut produktif atau bagus. 3. Hasil analisis dan identifikasi memperlihatkan bahwa perhitungan rata-rata Relative Importance Index (RII) pada faktor-faktor yang berpengaruh negatif terhadap produktivitas adalah waktu 56.53%, kepemimpinan 55.78%, motivasi 55.43%, tenaga kerja 55.33%, proyek 54.67%, keselamatan kerja 53.97%, pengawasan 53.17%, eksternal 53.00%, material dan alat 52,22%, mutu 44.89%. Faktor waktu sangat berpengaruh negatif terhadap jalannya proses konstruksi, hal ini ditunjukan dengan peringkat atau rangking RII paling tinggi. RII waktu menunjukan angka tertinggi dari 10 faktor negatif yang mempengaruhi produktivitas. Kesimpulan ini benar karena waktu serah terima pekerjaan ke pemberi tugas mengalami keterlambatan walaupun mutu yang dihasilkan cukup memuaskan. 4. Hasil TPP seluruh produktivitas kerja mendapat nilai 4 yang artinya sudah produktif. Kriteria sistem penilaian produktivitas yang terdapat dalam Total Project Process (TPP) perlu adanya perubahan dan konsistensi dalam memonitor jalannya proyek, karena faktor subyektifitas pada penilaian sangat kentara sekali. SARAN 1. Pengawasan terhadap mutu pekerjaan perlu dipertahankan sekaligus ditingkatkan secara lebih serius agar hasilnya bisa lebih bagus lagi. 2. Pada proyek sejenis perlu perhatian terhadap waktu pelaksanaan agar tidak terjadi keterlambatan dalam proses konstruksi. 3. Manajemen harus membuat keputusan yang efektif untuk meningkatkan produktivitas terus menerus yang dimulai dari identifikasi secara tepat apa yang menjadi masalah produktivitas dalam organisasi proyek. 4. Kepada perusahaan kontraktor sejenis agar memperhatikan waktu pelaksanaan pekerjaan pada saat menandatangani perjanjian kontrak kerja karena waktu pelaksanaan yang terlambat akan merugikan semua pihak. 5. Faktor-faktor yang secara negatif meduduki peringkat pertama perlu adanya improvement di kemudian hari khususnya untuk kontraktor pelaksana pembangunan yaitu penggunaan jadual kerja perlu diperketat dalam pelaksanaannya, sistem kerja langsung seharusnya dihindari sebaiknya menggunakan sub kontraktor spesialis dan yang terakhir adalah jenis pekerjaan yang sama ternyata membuat pekerja merasa jenuh.
44
DAFTAR PUSTAKA [Amac Consultants. 2004]. Productivity Measurement and Analysis, Final Report – CIVL 493.The University of British Columbia Andi 2004. Analisa produktifitas pekerja dengan metode work sampling, Studi kasus pada proyek X dan Y. Civil Engineering Dimension, 6(2) : 72-79. Program Pascasarjana, Universitas Kristen Petra, Indonesia. Andi RA. 2003. Construction Project Administration, Program Pascasarjana, Universitas Kristen Petra, Indonesia. Asiyanto 2005. Manajemen Produksi untuk Jasa Konstruksi, Jakarta, Pradnya Paramita. Bashir HA, Alzebdeh K, Al Riyami AMAA. 2014. Factors Analysis of Obstacles Restraining Productivity Improvement Programs in Manufacturing Enterprises in Oman, Hindawi Publishing Corporation, Journal of Industrial Engineering, 13(11) : 1-7. Bender MB. 2010. A Manager’s Guide to Project Management Learn How to Apply Best Practices. Boy RA.1986. Improving Total Corporate Productivity, Thomson Learning. Burtonshaw GSA. 2011. Alat dan Teknik Analisis Manajemen, Alat, Model dan Catatan bagi Para Manajer dan Konsultan, Jakarta, PT Indeks Jakarta. Busch DH. 1991. The New Critical Methode, Probus Publishing Co. Chang SW, Yi JS, Son JW. 2015. The Productivity Improvement for Steel Framing Work Efficiency by Work Sampling and 5-minute Rating Technique. Journal of Construction Engineering and Project Management, KICEM. Online ISSN 2233-9582. 5(3) : 40-46. Davidson J, 2003. Frame Managing Projects in Organizations How to Make the Best Use of Time Techniques and People Dimyati HAH, Nurjaman K, 2014. Manajemen Proyek, Bandung, CV Pustaka Setia. Dozzi SP, AbouRizk SM. 1993. Productivity in Construction. NRCC-37001. NRC. Costruction. Canada, National Research Council. Durdyev S, Ismail S, Bakar NA. 2013. Construction Productivityin Turkmenistan, Survey of the Constraining Factors, International Journal of e-Education, e-Business, e-Management and e-Lerning. 3(1) : 18-23. Enshassi A, Mohamed S, Mustafa ZA, Mayer PE. 2007. Factors Affecting Labor Productivity in Building Project in Gaza Strip. Journal of Civil Engineering and Management. ISSN 182-3605 online. 15(3) : 269-280. Gaspersz V, Fontana A. 2011. Integrated Manage ment Problem Solving, Panduan bagi Praktisi Bisnis dan Industri. Bogor, Penerbit Vinchristo Publication. Gaspersz V. 1998. Manajemen Produktivitas Total Strategi Peningkatan Produktivitas Bisnis Global. Cetakan kedua, September 2000, Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.
45
Gray CF, Larson EW. 2007. Manajemen Proyek Proses Manajerial, Yogyakarta, ANDI. Guhathakurta S, Yates J. 1993. International Labour Productivity. Cost Engineering Journal 35(1) : 15-25. Heizer J, Render B. 2006. Operations Management, Manajemen Operasi, Jakarta, Salemba Empat. Heryanto I, Triwibowo T. 2013. Manajemen Proyek Berbasis Teknologi Informasi, Bandung, Informatika. Hinze JW. 1999. Construction plan ning and scheduling Prentice-Hall, New Jersey Hogg RV, Tannis EA. 1997. Probability and Statistical Inferences, Prentice Hall. Hoyle D. 2007. Quality Management Essentials, Linacre House, Jordan Hill, United Kingdom, Oxford OX2 8DP. Husen A. 2009. Manajemen Proyek, Perencanaan, Penjadwalan, & Pengendalian Proyek. Yogyakarta, CV ANDI OFFSET. Husnan S, Muhammad S. 2000. Studi Kelayakan Proyek, Yogyakarta, Unit Penerbit dan Percetakan. Husnan S, Suwarsono.1994. Studi Kelayakan Proyek, Yogyakarta, UPP AMP YKPN. Hutchins D. 1997. Tepat pada Waktunya, Jakarta, Professional Books. Junaidi, Afifuddin M, Majid IA. 2014. Faktor-faktor Utama non Excusable Delays yang Berkontribusi Terhadap Waktu Pelaksanaan Proyek Konstruksi di Kabupaten Aceh Jaya. Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. Indonesia. 3(1) : 26-35. Kendrick T. 2011. 101 Project Management Problems and How to Solve Them. Kuroshi PA, Lawal M. 2014. Study of Internal factors Affecting Labour Productivity in Medium Iszed Construction Firms in Nigeria, International Journal of Education and Research, 2(12) : 98-110. Lavagnon A. Ika. 2009. Project Success as a Topic in Project. Journal Project Management Lema NM. 1995. Construction of labour productivity modeling. University of Dar Elsalaam. Ma’arif MS, Tanjung H. 2003. Manajemen Operasi, Jakarta, PT Gramedia Widiasarana Manser M. 2014. Manajemen yang Sukses dalam Seminggu, Jakarta, Permata Puri Media. Mockler RJ. 1972. The Management Control Process, Prentice Hall. Megha D, Rajiv B. 2013. A Methodology for Rangking of Causes of Delay for Residential Costruction Project in Indian Context. International Journal of Engineering Technology and Advance Engineering. 3(3) : 396-404. Oglesby CH, Parker HW, Howell GA.1989. Productivity Improvement In Construction, McGraw-Hill. Olomolaiye PO, Jayawardane AKW, Harris FC. 1998. Construction Productivity Management, McGraw-Hill.
46
Olomolaiye PO, Kaming PF, Holt GD, Harris FC. 1996. Regional Comparison of Indonesian Construction Productivity, Journal of Management in Engineering, 13(2) : 33-39. O’Neill C, Panuwatwanich K. 2013. The Impact of Fatigue on Labor Productivity: case Study of Dam Construction Project in Queensland. Proceedings of the 4th International Conference on Engineering, Project and Production Management (EPPM 2013). Orr AD. 2012. Manajemen Proyek Lanjutan Pedoman Lengkap Proses, Model dan Teknik-teknik Utama, Jakarta, PT Indeks. Paulson BC. 1975. Estimation and Control of Construction Labour Cost. Journal of Construction Division. ASCE, 101 (CO3). 101(9) : 623-633. Pilcher R.1992, Principles of Contruction Management 3rd ed, Singapore, McGraw-Hill, Inc. Priyatno D. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17, Yogyakarta, Penerbit Andi. Rao BP, Sreenivasan A. 2015. Factors Affecting Labor Productivity in Bangalore, International Journal of Engineering Research & Technology (IJERT), 4(4) : 1082-1084 Robles G, Stifi A, Jose L, Gentes S. 2014. Labor Productivity in the Conúúú Factors Influencing the Spanish Construction Labor Productivity. International Journal of Civil, Environmental, Structural, Construction and Architectural Engineering. 8(10) : 01-10 Bernier C, Danis M. 2010. Leadership, Sourcing modes and IT Project Management. Journal Project Management. 27(4) : 348-362. Sebastian L, Raghavan VS. 2015. Contraints on Labor Productivity-a Case Study. The International Journal of Engineering and Science (IJES). 4(4) : 88-97. Sinungan M. 2000. Produktivitas Apa dan Bagaimana, Jakarta, PT. Bumi Aksara. Soeharto I. 1997. Manajemen Proyek dari Konseptual sampai Operasional. Jakarta Erlangga Soham M, Rajiv B. 2013. Critical Factors Affecting Labour Productivity in Construction Projects, Case Study of South Gujarat Region of India, International Journal of Engineering and Advanced Technology (IJEAT), 2(4) : 583-591. Solihin I. 2012. Manajemen Strategik, Jakarta, Erlangga. Sugiyono 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan ke12, Bandung, Alfabeta. Supardi, 2012. Aplikasi Statistika dalam Penelitian, Jakarta, PT. Ufuk Publishing House. Suratman, 2001. Studi Kelayakan Proyek Teknik dan Prosedur Penyusunan Laporan, Yogyakarta, J&J Learning. Sutalaksana IZ, Anggawisastra R, Tjakraatmajda JH. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja, Bandung, Penerbit ITB.
47
Suseno I, Marjoko, Supardi US. 2013. Pengantar Statistik untuk Penelitian Pendidikan, Jakarta, UNINDRA PRESS. Syah MS. 2004. Manajemen Proyek, Kiat Sukses Mengelola Proyek, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama. Tahir MA, Hanif H, Shahid ZA, Hanif A. 2015. Proceedings of Seventh The IIER International Conference, Singapore. Taylor III BW, 2007. Introduction to Management Science, New Jersey, Pearson Education. Thomas HR, Sanders SR.1991 Factors affecting masonry productivity. Journal of Construction Engineering and Management, ASCE. [Total Bangun Persada PT. 2014.] Sistem Manajemen untuk Proyek. [Tidak dipublikasikan] Widiasanti I, Lenggogeni, 2013. Manajemen Konstruksi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya Winardi J. 2010. Manajemen Perubahan (Management of Change), Jakarta, Kencana Prenada Media Group. Yi W, Chan APC. 2012. Critical Review of Labor Productivity Researchin Construction Journals. Journal of Management in Engineering. 20(3) : 0147.
48
LAMPIRAN
49
PERTANYAAN KUESIONER Pertanyaan
1
Jawaban 2 3 4 5
Petunjuk mengerjakan soal Berilah tanda silang pada angka jawaban yang menurut anda paling tepat Contoh Pertanyaan : Apakah pekerja datang ke proyek selalu terlambat? Jawaban : Yang anda pilih adalah 3 1 2 3 4 5
X
Sedikit Ada = sama Rata-rata Banyak Sangat banyak
Grup
No. 1 2 3
Material dan alat
4 5 6 1 2 3
Tenaga kerja
4 5 6 7 1 2 3
Kepemimpinan 4 5 6
Pertanyaan Apakah material selalu tersedia pada saat dibutuhkan? Apakah alat yang diperlukan selalu tersedia? Apakah jenis peralatan yang diterima dari pemasok sesuai dengan permintaan? Apakah jenis material yang diterima dari pemasok sesuai dengan yang dibutuhkan? Apakah jenis alat yang diterima sesuai dengan kebutuhan? Apakah lokasi gudang material selalu dekat dengan area kerja? Apakah pekerja di proyek mempunyai loyalitas terhadap perusahan? Apakah pekerja di proyek mempunyai pengalaman kerja lebih dari 10 tahun? Apakah pekerja di proyek merasa puas dengan sistem kerja yang ada? Apakah usia pekerja kebanyakan di atas 45 tahun? Dalam hal pekerjaan, apakah ada persaingan sesama pekerja ? Apakah pekerja sering mangkir tidak masuk kerja? Apakah pernah terjadi salah paham diantara sesama pekerja? Apakah pengawasan pekerja oleh supervisor lapangan sudah mencukupi? Apakah supervisor sering melaksanakan rapat dengan pekerja? Apakah sering terjadi salah paham antara pekerja dengan pengawas? Apakah pembayaran terhadap pekerja sering terlambat? Bila ada program baru dari perusahaan, apakah disosialisasikan terhadap pekerja? Terhadap sistem keuangan perusahaan, Apakah pimpinan pekerja mengetahuinya?
Jawaban 1
2
3
4
5
50
1 2 Motivasi
3 4 5 1
Waktu
2 3 1 2
Pengawasan
3 4 1
Proyek
2 3 1 2 3
Keselamatan kerja
4 5 6 7 1
Mutu
2 3 1
Eksternal 2
Terhadap pekerja yang baru masuk, apakah ada pelatihan buat mereka? Apakah para pekerja diberi pengarahan sebelum bekerja? Untuk yang kerja lembur, apakah ada uang transport? Apakah di proyek disediakan tempat makan/kantin dan tempat santai/istirahat? Apakah pernah terjadi pekerja salah menggunakan jadual kerja Apakah di proyek menggunakan sistem kerja langsung atau mandor/sub kontraktor Apakah di proyek waktu kerjanya sering lembur? Apakah waktu lembur suka dikurangi? Apakah di proyek waktu kerjanya 7 hari tanpa libur Apakah sering terjadi kerja ulang (rework)? Apakah supervisor lapangan sering tidak masuk/mangkir? Apakah supervisor sering terjadi keterlambatan pengecekan? Apakah sering terjadi perubahan gambar dan spesifikasi selama eksekusi? Apakah pekerja selalu mengerjakan pekerjaan yang sama secara berulang? Apakah sebelum bekerja diterangkan mengenai metode kerja oleh supervisor? Apakah jenis pekerjaan pekerja di proyek selalu sama? Apakah di proyek selalu ada pagar pembatas keliling? Apakahh pekerja sering bekerja di tempat ketinggian? Apakah lampu penerangan di proyek sudah mencukupi? Apakah safety officer selalu memberi pengarahan tentang keselamatan kerja di lapangan? Apakah di proyek sering terjadi pelanggaran keselamatan kerja? Apakah safety officer selalu ada di lapangan? Apakah hasil pekerjaan sudah sesuai dengan persyaratan kerja mutu tinggi? Apakah bahan baku yang digunakan mutunya bagus? Apakah efisiensi peralatan yang digunakan sudah mencukupi? Apakah sering terjadi pelanggaran terhadap peraturan pemerintah dalam bekerja? Apakah perubahan cuaca ekstrim sering terjadi di proyek anda?
51
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pemalang Jawa Tengah pada tanggal 25 Juni 1969 sebagai anak terakhir dari lima bersaudara yang merupakan pasangan dari ayah H. Nur Zamzam (Alm) dan ibu Hj. Nur Khabibah (Almh). Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Randudongkal pada tahun 1988 dan berhasil lulus pendidikan sarjana Teknik Mesin di Fakultas Teknologi Industri dari Institut Teknologi Indonesia pada tahun 1996. Pada tahun 2013 masuk program Magister Sains di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor program studi Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian atas biaya sendiri. Penulis sekarang bekerja di PT Total Bangun Persada Tbk yang sebelumnya pernah bekerja di Kumagai Gumi Co., Ltd., PT Indonakano dan PT. Hamanrokko semuanya bergerak di bidang industri konstruksi bangunan gedung. Penulis menikah pada tahun 1998 dengan Atie Ernawati dan telah dikaruniai 4 putra putri yaitu Adam, Amru, Hanny dan Emha.