PENGUKURAN MUTU LULUSAN PERGURUAN TINGGI MELALUI INDEKS MUTU MAHASISWA
Proposal Ujian Komprehensip Program Studi Ilmu Komputer Jurusan Ilmu-Ilmu Matematika dan Pengetahuan Alam
Diajukan oleh:
Untung Rahardja
Program Doktor Ilmu Komputer Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2011
I.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Memasuki abad 21, legenda atau paradigma lama tentang anggapan bahwa IQ (Intelligence Quotient) sebagai satu-satunya tolak ukur kecerdasan, yang juga sering dijadikan parameter keberhasilan dan kesuksesan kinerja Sumber Daya Manusia, digugurkan oleh munculnya konsep atau paradigma kecerdasan lain yang ikut menentukan terhadap kesuksesan dan keberhasilan seseorang dalam hidupnya. Hasil survei statistik dan penelitian yang dilakukan Lohr, yang ditulis oleh Krugman dalam artikel “On The Road With Chairman Lou“ (The New York Times 26/6/1994), menyebutkan bahwa IQ ternyata sesungguhnya tidak cukup untuk menerangkan kesuksesan seseorang. Ketika skor IQ dikorelasikan dengan tingkat kinerja dalam karier mereka, taksiran tertinggi untuk besarnya peran selisih IQ terhadap kinerja hanyalah sekitar 25%, bahkan untuk analisis yang lebih seksama yang dilakukan American Psychological Press (1997) angka yang lebih tepat bahkan tidak lebih dari 10% atau bahkan hanya 4%. Kecerdasan akademis sedikit kaitannya dengan kehidupan emosional. Orang dengan IQ tinggi dapat terperosok ke dalam nafsu yang tak terkendali dan impuls yang meledak-ledak; orang dengan IQ tinggi dapat menjadi pilot yang tak cakap dalam kehidupan pribadi mereka. Kecerdasan akademis praktis tidak menawarkan persiapan untuk menghadapi gejolak atau kesempatan yang ditimbulkan oleh kesulitan-kesulitan hidup. IQ yang tinggi tidak menjamin kesejahteraan, gengsi, atau kebahagiaan hidup. Banyak bukti memperlihatkan bahwa orang yang secara emosional cakap yang mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, dan yang mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif memiliki keuntungan dalam setiap bidang kehidupan, entah itu dalam hubungan asmara dan
persahabatan, ataupun dalam menangkap aturan-aturan tak tertulis yang menentukan keberhasilan dalam politik organisasi. Survei terhadap orangtua dan guru-guru memperlihatkan adanya kecenderungan yang sama di seluruh dunia, yaitu generasi sekarang, lebih banyak mengalami kesulitan emosional daripada generasi sebelumnya: lebih kesepian dan pemurung, lebih pemarah dan kurang menghargai sopan santun, lebih gugup dan mudah cemas, lebih impulsif dan agresif. Penelitian jangka panjang terhadap 95 mahasiswa Universitas Harvard dari angkatan tahun 1940-an menunjukkan bahwa dalam usia setengah baya, perolehan tes yang paling tinggi di perguruan tinggi tidaklah terlampau sukses dibandingkan rekan-rekannya yang IQ nya lebih rendah bila diukur menurut gaji, produktivitas, atau status di bidang pekerjaan mereka. Mereka juga bukan yang paling banyak mendapatkan kepuasan hidup, dan juga bukan yang paling bahagia dalam hubungan persahabatan, keluarga, dan asmara. Hal ini berarti bahwa IQ tidak mampu mencapai 75% untuk menerangkan pengaruhnya terhadap kinerja atau keberhasilan seseorang. Serta menurut penelitian yang dilakukan Goleman menyebutkan pengaruh IQ hanyalah sebesar 20% saja, sedangkan 80% dipengaruhi oleh faktor lain termasuk di dalamnya EQ. Sehingga dengan kata lain IQ dapat dikatakan gagal dalam menerangkan atau berpengaruh terhadap kesuksesan seseorang (Goleman, 2000). Sementara perguruan tinggi menjawab tantangan dunia kerja dengan memperbaiki dari segi dosen, kurikulum, bahan ajar, sarana dan prasarana, dan ada juga yang sebaliknya menyatakan bahwa kualitas lulusan harus dimulai dengan input, yaitu menerima mahasiswa yang memang
sudah
unggulan
disekolah
menengah.
Sesungguhnya
belum/jarang ada yang berpikir bahwa mengimprovisasi mutu harus
mulai dari segi penilaian. Sungguh suatu kenyataan bahwa setelah 4 tahun mahasiswa kuliah di perguruan tinggi, mereka dinyatakan lulus bergelar dengan hanya satu indeks pengukuran yaitu Indeks Prestasi Komulatif
(IPK) yang identik dengan IQ sebagai indikator mutu
lulusan. Pertanyaannya adalah apakah ini cukup? Apakah dengan melihat IPK, pengguna lulusan dapat menjawab persyaratan penerimaan karyawan baru yang ditetapkan? Atau sebaliknya, IPK tidak menjadi tolak ukur dan mereka harus kembali mengikuti rantai uji untuk menyaring tenaga kerja? Atau mereka, sama sekali tidak ingin melihat IPK karena tidak mencerminkan tolak ukur dari kemampuan atau kapasitas dari calon tersebut? Kalau stakeholder pada akhirnya menetapkan rantai uji dan tidak melihat IPK dari calon tersebut, apakah artinya sistem penilaian dari perguruan tinggi tidak mengarah pada “link and match” dengan kaum pengguna? Apakah juga artinya sistem pembelajaran dari perguruan tinggi di tanah air ini gagal dalam mempersiapkan SDM yang dibutuhkan oleh pengguna jasa? Bagaimana caranya atau sistematika penilaian sehingga dengan adanya indeks pengukuran yang diterbitkan oleh perguruan tinggi sudah mencerminkan penyaringan kualitas calon yang dibutuhkan hingga 80% akurat? Artinya, kalau ada rantai uji coba, itupun hanya tinggal 20%, yaitu kecocokan calon dengan budaya perusahaan yang ingin menerimanya. Disini
diasumsikan
bahwa
dengan
adanya
“constant
improvement” dari segi dosen, kurikulum, bahan ajar, sarana dan prasarana, perlahan tapi pasti dengan tolak ukur IPK, dapat memberi indikator kemampuan IQ yang akurat dari seorang lulusan. Namun sesungguhnya, EQ dari seorang mahasiswa belum diukur, dan pada akhirnya akan disadari bahwa EQ lebih dominan ingin diuji oleh pengguna lulusan sebelum diterima pada suatu perusahaan. Kesulitannya adalah, stakeholders sendiri merasa kesulitan bahwa rantai uji yang dimiliki oleh perusahaan tersebut belum tentu dapat mencerminkan EQ
yang sesungguhnya. Bahwa seseorang calon, kelihatannya mempunyai “good attitude” dalam waktu singkat (short term), pada saat diterima dan bekerja dengan tempo yang lebih lama (long term) ternyata memiliki “bad attitude”. Artinya EQ itu harus diukur secara jangka panjang. Sejalan dengan hal itu, kesenjangan yang ada dapat dimanfaatkan oleh perguruan tinggi, sehingga mahasiswa yang seharusnya menempuh pendidikan tinggi selama 4 tahun, alangkah baiknya kalau perguruan tinggi dapat memanfaatkan ICT, untuk mengukur dan mencapture EQ mahasiswa tersebut secara terus menerus selama masa perkuliahan, sehingga pada akhirnya dapat mengeluarkan indeks mutu mahasiswa yang dominan mengukur EQ dari lulusannya. 1.2 Rumusan Masalah Latar belakang di atas menjelaskan bahwa demi menjawab tantangan mutu lulusan, perguruan tinggi memerlukan adanya sistem pengukuran EQ yang praktis, lancar dan akurat, dimana hasil pengukuran tersebut kemudian diterbitkan dalam sebuah bilangan dalam bentuk indeks mutu mahasiswa. Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskanlah beberapa inti permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini yaitu: 1.
Belum adanya literatur atau explicit knowledge tentang pengukuran indeks mutu mahasiswa pada perguruan tinggi.
2.
Belum adanya sistem komputerisasi pengukuran indeks mutu mahasiswa pada perguruan tinggi.
3.
Belum adanya bentuk capture atau raw data sebagai input dari sistem komputerisasi pengelolaan data yang terintegrasi untuk informasi yang akan dibuat.
4.
Belum jelasnya keterangan pre-requisite atau platform yang diandalkan untuk menunjang terciptanya mekanisme penghimpunan indeks mutu mahasiswa yang dimaksud.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini, maka timbul pertanyaan penelitian yaitu: “Dapatkah pengukuran mutu lulusan Perguruan Tinggi yang dibutuhkan oleh stakeholders, melalui Indeks Mutu Mahasiswa dengan menggunakan ICT dapat tercapai dengan baik?” Rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi bagaimana menghasilkan sistem pengukuran mutu lulusan perguruan tinggi melalui indeks mutu mahasiswa yang dapat diterapkan oleh perguruan tinggi seluruh Indonesia. 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1
Tujuan Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: 1.
Menetapkan
literatur
atau
explicit
knowledge
tentang
pengukuran indeks mutu mahasiswa pada Perguruan Tinggi. 2.
Merancang dan mengimplementasi sistem komputerisasi pengukuran indeks mutu mahasiswa pada Perguruan Tinggi.
3.
Menetapkan dari berbagai pilihan, bentuk capture atau raw data sebagai input dari sistem komputerisasi pengelolaan data yang terintegrasi untuk informasi yang akan dibuat.
4.
Memberi diandalkan
keterangan untuk
pre-requisite menunjang
atau
platform
terciptanya
yang
mekanisme
penghimpunan indeks mutu mahasiswa yang dimaksud. 1.3.2 Manfaat Melalui hasil penelitian ini, secara umum, diharapkan dapat memberikan manfaat dalam menciptakan literatur atau explicit knowledge tentang indeks mutu
mahasiswa yang memperkaya
bentuk pemodelan sistem pengukuran mutu lulusan perguruan
tinggi yang dapat digunakan oleh perguruan tinggi seluruh Indonesia. Secara khusus, melalui penelitian ini diharapkan: 1. Membantu para penyelenggara pendidikan tinggi dalam merancang
dan
mengimplementasi
sistem
komputerisasi
pengukuran indeks mutu mahasiswa. Pengukuran indeks mutu mahasiswa tersebut tersebut dalam bentuk capture atau raw data sebagai input dari sistem komputerisasi pengelolaan data yang terintegrasi untuk informasi yang akan dibuat guna memperlancar prosesnya sehingga tidak membutuhkan biaya besar, dan dapat dilakukannya dengan efektif dan efisien. Selanjutnya menetapkan keterangan jelas perihal pre-requisite atau platform yang diandalkan untuk menunjang terciptanya mekanisme penghimpunan indeks mutu mahasiswa sehingga memantapkan
implementasi
program
ini
pada
seluruh
perguruan tinggi di Indonesia, yang kenyataannya datang dari berbagai latar belakang, sosial politik dan budaya. 2. Membantu para mahasiswa dalam disiplin diri yang lebih nyata dengan cara meng-expose data kedisiplinannya sehingga “self monitoring”, “constant reminding”, dan “early warning” tercipta dengan adanya indeks mutu mahasiswa. 3. Membantu para stakeholders dalam penyaringan kualitas SDM tidak hanya dari hasil nilai akademik saja berupa Indeks Prestasi Komulatif (IPK) yang merepresentasikan IQ sebagai indikator mutu lulusan akan tetapi juga melalui indeks mutu mahasiswa yang dominan mengukur EQ dari lulusan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sejumlah tinjauan pustaka akan dicari untuk pengukuran EQ dan tinjauan pustaka yang ada hubungan dengan penelitian ini, diantaranya mengenai data mining, distributed database, statistical multivariate, dan educational measurement. Setelah itu hasilnya akan dikategorikan, dicari persamaan dan perbedaannya, kemudian mendeteksi kelemahan dan kekuatannya. Beberapa tinjauan pustaka tersebut yaitu sebagai berikut:
2.1 Penelitian Tentang EQ
Penelitian yang dilakukan oleh Pieter M.A. Desmet, dari Delft University of Technology Department of Industrial Design, penelitian ini memperkenalkan Product Emotion Measurement instrument (PrEmo) yaitu sebuah alat untuk menilai tanggapan emosional, berupa non-lisan instrumen pengukuran 14 jenis emosi. Setiap emosi ini digambarkan dengan animasi kartun karakter dinamis dengan wajah, tubuh, ekspresi dan vokal, dan disajikan pada komputer antarmuka. Penelitian ini lebih membahas perkembangan PrEmo dalam konteks yang ada dalam instrumen dan tidak mengukur kemampuan atau prestasi EQ terutama mengukur kemampuan EQ secara terus menerus.
Penelitian yang dilakukan oleh Hans van der Heijden and Lotte Sangstad Sorensen dari Copenhagen Bussiness School, penelitian ini membahas tentang Psychometrical Property, mengukur sikap dari perilaku dengan skala HED / UT, yang terdiri dari 12 item hedonic dalam pengukuran nilai. Hasil awal menunjukkan bahwa HED / UT skala harus dikurangi menjadi bentuk versi singkat dan hanya untuk memenuhi standar validitas dan reliabilitas sebuah tes emotional saja.
Penelitian lain yang ada korelasinya dengan penelitian kecerdasan emosional bahwa menurut Goleman (1997), koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau dapat berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosionalitas yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. Lebih lanjut Goleman mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi
diri,
ketahanan
dalam
menghadapi
kegagalan,
mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa.
Dengan
kecerdasan
emosional
tersebut
seseorang
dapat
menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana hati. Sementara Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya Howes dan Herald (1999) mengatakan pada intinya, kecerdasaan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut dikatakannya bahwa emosi manusia berada diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain.
2.2 Penelitian Tentang Data Mining Penelitian yang dilakukan oleh Wenke Lee, 1998 dari Colombia University, menjelaskan tentang anomaly and misuse detection dengan menggunakan data mining. Berdasarkan audit data yang ada, sistem dapat dilatih untuk mengetahui behavior pattern sehingga dengan menggunakan classifier dapat dipetakan dua dimensi axis dan melakukan mining procedural untuk membongkar low frequency pattern. Data mining yang dijelaskan di sini dapat juga diaplikasikan pada penelitian ini, sehingga dapat mempelajari behavior pattern dari sebelumnya, lalu melakukan mapping atas behavior pattern yang sekarang, sehingga dapat mendeteksi low frequency pattern. Bila telah didapatkan pattern yang diinginkan, dapat dikategorikan sebagai daftar anomaly yang ingin diproses lebih lanjut. Penelitian yang dilakukan oleh Stefanos Manganaris, 2000 dari International Business Machines Corporation, menjelaskan tentang context-sensitive anomaly alert dengan menggunakan real-time intrusion detections (RTID). Tujuannya adalah untuk mengkarakterisasi seluruh alert yang tersaring, lalu dibandingkan dengan historical behavior, sehingga berguna untuk mengidentifikasikan profile clients yang berbeda-beda. Penelitian yang sekarang dilakukan juga dapat disamakan dengan penelitian ini, karena sistem pengolahan absensi perkuliahan ini akan menganggap bahwa intrusion telah terjadi bila sistem mendeteksi adanya anomaly. Mungkin saja tidak hadir tapi diabsen hadir. Sekian banyaknya data anomaly yang ada, dapat pula di karakterisasi sehingga juga memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan profil clients yang berbeda beda. (Manganaris, 2000) Penelitian yang dilakukan oleh Mahmood Hossain, 2001 Mississippi State University,
hampir sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Stefanos Manganaris, bahwa framework data mining
system dimasukan kedalam profil yang adaptive, bahkan menggunakan fuzzy association rule mining untuk mendeteksi antara normal dan anomaly behavior. Penelitian yang dilakukan sekarang dapat juga lebih jauh mengadopsi profiling sehingga dapat mendeteksi anomaly secara adaptif. (Hossain, 2001). Pada sisi yang berbeda, ternyata data mining juga digunakan untuk data atau computer security. Teknik-teknik dari data mining seperti association rules discovery, clustering, deviation detection, time series analysis, classification, inductive databases dan dependency modeling, ternyata dapat dan telah sering digunakan untuk fraud atau misuse detection. framework yang kita sebut anomaly detection system ini melakukan knowledge discovery, tapi khususnya untuk membuat sistem lebih aman digunakan. (Chung, 1998). Penelitian dilakukan oleh pakar data mining Anil K. Jain, 2000 dari Michigan State University, menjelaskan tentang statistical pattern recognition yang memberikan pendekatan statistik terhadap pattern recognition yang didapat dari hasil data mining. Penelitian ini merangkum dan memperbandingkan beberapa tahap dari pattern recognition system untuk menentukan cara atau metode data mining yang paling
tepat
dalam
melakukan
berbagai
bidang,
di
antaranya
classification, clustering, feature extraction, feature selection, error estimation dan classifier combination. (Jain, 2000).
2.3 Penelitian Tentang Distributed Database Database terdistribusi adalah suatu database yang berada di bawah kendali suatu database management system (DBMS) di mana media penyimpanan tidak dihubungkan dengan suatu CPU secara umum. Dimungkinkan juga data disimpan pada berbagai komputer yang ditempatkan pada suatu lokasi fisik yang sama, atau mungkin disimpan
pada suatu jaringan komputer yang saling berhubungan. Ada banyak penelitian yang menggunakan konsep Distributed Database. Diantaranya sebagai berikut: Penelitian yang dilakukan oleh Jun Lin Lin dan Margaret H. Dunham dari Southerm Methodist University dan Mario A. Nascimento berjudul A Survey of Distributed Database Checkpointing, penelitian ini membahas mengenai checkpointing pada Distributed Database dan pendekatan-pendekatan yang digunakan. Penelitian ini bermula dari adanya banyak survey yang dilakukan berkenaan dengan proses recovery database, dan banyak teknik yang diusulkan untuk mengatasinya. Dengan distributed database checkpointing, dapat mengurangi waktu proses recovery suatu kegagalan didalam Distributed Database. Checkpointing dapat digambarkan sebagai suatu aktivitas menulis informasi ke penyimpanan yang stabil selama operasi normal dalam rangka mengurangi jumlah pekerjaan pada saat restart. Penelitian ini membantah bahwa sedikit batasan dan sedikit sumber daya menjadi masalah dalam pendekatan Distributed Database, serta membantah bahwa checkpointing hanya dapat digunakan untuk sistem distribusi banyak multi database. Meskipun penelitian ini telah banyak dilakukan namun cukup rumit dalam
implementasinya.
Dengan
penelitian
ini
kita
dapat
mengembangkan Distributed Database dengan checkpointing untuk mempercepat proses recovery database. Penelitian yang dilakukan oleh David J. DeWitt dari Universitas Wisconsin dan Jim Gray, penelitian ini menggunakan konsep Distributed Database yang merupakan database yang disimpan pada beberapa komputer yang terdistribusi satu sama lain. Pada penelitian ini, dijelaskan Sistem database paralel mulai menggantikan mainframe komputer besar untuk pengolahan data dan transaksi tugas. Paralel database komputer memiliki arsitektur yang berkembang dari penggunaan perangkat lunak yang eksotik untuk perangkat keras yang paralel. Seperti kebanyakan
aplikasi, user menginginkan hardware sistem database yang murah, cepat. Ini menyangkut tentang prosesor, memori dan disk. Akibatnya, konsep hardware database yang eksotis tidak sesuai untuk teknologi saat ini. Di lain sisi, ketersediaan mikroprosesor cepat, murah dan kecil menjadi paket standar murah tapi cepat sehingga menjadi platform yang ideal untuk sistem database paralel. Stonebraker mengusulkan rancangan sederhana untuk spektrum desain yaitu shared memory, shared disk dan shared nothing. Dan bahasa yang digunakan dalam database adalah SQL sesuai dengan standar ANSI dan ISO. Dengan penelitian ini, kita dapat mengembangkan sistem database agar dapat digunakan diberbagai ruang lingkup. Penelitian yang dilakukan oleh Carolyn Mitchell dari Norfolk State University dengan berjudul Components of a Distributed Database pada tahun 2004, penelitian ini membahas tentang komponen-komponen didalam database. Salah satu komponen utama dalam DDBMS adalah Database Manager. Sebuah Database Manager adalah perangkat lunak yang bertanggung jawab untuk memproses segmen data yang didistribusikan. Komponen utama lainnya adalah Query User Interface, yang merupakan sebuah program klien yang bertindak sebagai sebuah antarmuka untuk Transaksi Manager yang terdistribusi. Sebuah Transaksi Manager terdistribusi adalah program yang menterjemahkan permintaan dari pengguna dan mengkonversi ke dalam query database manager, yang biasanya didistribusikan. Sebuah sistem database yang terdistribusi terbuat dari kedua manajer yaitu Database Manager dan Transaksi Manager Terdistribusi. Penelitian yang dilakukan oleh Hamidah Ibrahim yang berjudul Deriving Global Integritas Dan Local Rules For Distributed Database dari Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Putra Malaysia, penelitian ini menjelaskan tentang tujuan terpenting di dalam database sistem adalah menjamin konsistensi data, yang berarti bahwa data yang terdapat dalam database harus baik dan akurat. Di dalam
pelaksanaan untuk menjaga konsistensi perubahan data sangat sulit, khususnya untuk didistribusikan dalam database. Dalam tulisan ini dijelaskan juga sebuah algoritma penegakan aturan berdasarkan mekanisme untuk didistribusikan database yang bertujuan meminimalisir jumlah data yang harus ditransfer atau diakses diseluruh jaringan yang menjaga konsistensi dari database di satu situs, yaitu di situs mana pembaruan perlu dilakukan. Teknik ini disebut sebagai tes integritas generasi, yang berasal dari integritas local dan global serta aturan yang telah efektif dapat mengurangi biaya kendala dalam memeriksa suatu data yang telah didistribusikan dalam lingkungan. Upaya yang telah dihasilkan dari sebuah sistem sentralistik besar tingkat kehandalan dan reliabilitasnya sehubungan dengan integritas data. Sebuah deliving algoritma dapat efisien untuk menegakkan integritas terhadap update data akan tetapi didalam penerapannya membutuhkan biaya yang sangat tinggi untuk didistribusikan dalam lingkungan itu sendiri.
Di dalam
literaturnya, terdapat tiga pendekatan untuk menjamin konsistensi basis data diantaranya adalah: 1. Pendekatan Pertama, Di dalam tanggung jawab untuk memastikan konsistensi dari database ketika transaksi yang terjadi adalah bagian dari transaksi Proses desain. Transaksi desainer bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kondisi transaksi secure yaitu ketika dijalankan, transaksi dijamin untuk membawa data dari satu tempat kepada tingkat yang lebih konsisten. 2. Pendekatan Kedua, di dalam transaksi memiliki integritas tes yang tertanam di dalamnya dan diperlukan untuk melakukan pemeriksaan terhadap integritas data. Transaksi yang dimodifikasi kemudian dapat dijalankan oleh standar transaksi. Pendekatan ini didasarkan pada permintaan dan modifikasi transaksi serta perubahan strategi, di mana sebuah wewenang atau permintaan transaksi yang mungkin melanggar integritas
database
yang
diubah
sedemikian
rupa
pelaksanaan dari modifikasi atau permintaan transaksi.
sehingga
3. Pendekatan yang ketiga, Integritas merupakan sebuah tes umum dibandingkan transaksi yang lebih spesifik, Dengan demikian tidak ada pengetahuan tentang struktur internal yang diperlukan dalam transaksi. Biasanya, pendekatan ini memerlukan aturan mekanisme database terintergrasi. Penelitian yang dilakukan oleh Steven P. Coy yang berjudul Security Implication of the Choice of Distributed Database Management System Model: Relational Vs Object Oriented yang berasal dari University of Maryland. Penelitian ini menjelaskan bahwa keamanan data harus menjadi prioritas perbaikan ketika mengembangkan database. Didalam memilih antara object oriented model dan relational model. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan, faktor yang paling penting dari faktor-faktor ini adalah tunggal dan bertingkat kontrol akses dalam perlindungan data dan pemeliharaan integritas. Ketika didalam menentukan model database yang didistribusikan akan lebih aman untuk aplikasi tertentu, keputusan
tidak harus dilakukan semata-mata atas
dasar ketersediaan fitur keamanan. Dalam pemberian fitur-fitur ini harus bermanfaat dan efesien. Apakah fitur yang disediakan oleh database model memberikan perlindungan yang memadai bagi aplikasi? Apakah pelaksanaan kontrol keamanan yang tidak dapat diterima menambah jumlah komputer overhead? Dalam tulisan ini, kekuatan dan kelemahan dari kedua model basis data dan masalah khusus ditemukan pada lingkungan yang dibahas. Relational database biasanya memperlakukan kompleks jenis data sebagai BLOBs (binary large objects). banyak pengguna, ini yang memadai jenis data sejak BLOBs tidak dapat queried. Selain itu, pengembang database telah berjuang dengan Impedance mismatch antara bahasa generasi ketiga (3GL) dan struktur bahasa query (SQL). Itu Impedance mismatch terjadi saat 3GL terjadi konflik dengan menetapkan perintah SQL. Penelitian yang dilakukan oleh Stephane Gançarski1, Claudia León2, Hubert Naacke, Marta Rukoz and Pablo Santini yang berjudul
Integrity Constraint Checking in Distributed Nested Transactions over a Database Cluster, penelitian ini menjelaskan sebuah solusi untuk memeriksa setiap kata integritas dan kendala global, serta kendalakendala yang berhubungan dengan multi database system. Stephane juga menyajikan eksperimental hasil yang diperoleh atas pelaksanaan solusi PC cluster dengan Oracle9i DBMS. Tujuan adalah ekspresimental untuk mengukur waktu yang dihabiskan dalam memeriksa kendala global dalam sistem yang didistribusikan. Hasilnya menunjukkan bahwa overhead didistribusikan kepada kendala memeriksa berkurang 50% dibandingkan dengan pemeriksaan yang terpusat dalam kendala. Multi database System (MDBS) dapat berbagai situs atau node, dihubungkan oleh skala yang besar (Internet) atau lokal (Fast Ethernet) jaringan, menyimpan
bagian
data
global
yang
kini
banyak
digunakan:
didistribusikan berupa database, kelompok database, sistem mediasi, database melalui peer-to-peer jaringan. Masalah utama dengan sistem ini adalah untuk menjaga kualitas data dengan transaksi yang dialamatkan kepada MDBS. Multidatabase sistem yang mencakup fitur-fitur sebagai berikut: Semua transaksi global dan ditangani oleh manajer global transaksi berdasarkan skema global menjelaskan data dan lokalisasi. Dengan kata lain, multidimensi tidak mempertimbangkan kasus dimana transaksi lokal dapat dijalankan oleh local manager transaction dari kontrol global. Penelitian yang dilakukan oleh Allison L. Powell James C.dkk dari Perancis Departemen Ilmu Komputer Universitas Virginia berjudul The Impact of Database Selection on Distributed Searching, penelitian ini menjelaskan mengenai sumber-sumber informasi online dimana dapat sangat cepat mengakses informasi sehingga sangat efektif dan efisien. Karena data dapat menghasilkan sumber-sumber informasi tersebut maka ditempatkan
menggunakan
Distributed
System.
Untuk
distribusi
pencarian dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu database pilihan, proses
permintaan, serta penggabungan hasil. Peneliti fokus mengenai efek dari database pilihan pada media performance. Penelitian yang dilakukan oleh Yin-Fu Huang dan HER JYHCHEN (2001) dari Universitas Nasional Sains dan Teknologi Yunlin Taiwan berjudul Fragment Allocation in Distributed Database Design, penelitian ini menjelaskan mengenai Wide Area Network (WAN), fragmen alokasi adalah isu utama dalam desain Distributed Database karena kekhawatiran kinerja keseluruhan didistribusikan pada sistem database. Disini sistem yang diusulkan sederhana dan modelnya yang komprehensif mencerminkan aktivitas transaksi yang didistribusikan dalam database. Berdasarkan model dan informasi transaksi, dua bentuk algoritma dikembangkan untuk mendapatkan alokasi yang optimal seperti total biaya komunikasi sedapat mungkin diminimalkan. Hasilnya menunjukkan
bahwa
alokasi
fragmentasi
ditemukan
dengan
menggunakan algoritma untuk menjadi lebih optimal. Beberapa penelitian juga dilakukan untuk memastikan bahwa biaya rumus dapat benar-benar mencerminkan biaya komunikasi di dunia nyata. Penelitian yang dilakukan oleh Nadezhda Filipova dan Filcho Filipov pada tahun 2008 dari University of Economics. Varna, Bul. Kniaz Boris yang berjudul Development of Database for Distributed Information Measurement and Control Syste, penelitian ini menjelaskan mengenai pengembangan database dari pengukuran informasi yang didistribusikan dan sistem kontrol yang menerapkan metode optik untuk plasma spectroscopy fisika dan penelitian atom collisions dan menyediakan akses untuk mendapat informasi dan sumber daya perangkat keras di jaringan Intranet / Internet. Berdasarkan database pada sistem manajemen database Oracle9i. Perangkat lunak client yang diwujudkan dalam Java Language. Perangkat lunak ini dikembangkan dengan menggunakan model arsitektur, yang memisahkan aplikasi data dari komponen grafis presentasi dan masukan pengolahan logika. Berikut grafis presentasi telah dilaksanakan, pengukuran radiasi dari Spectra
beam plasma dan benda, fungsi non-elastis collisions dari berat partikel dan analisis data yang diperoleh dalam percobaan sebelumnya. grafis client yang memiliki fungsi interaksi dengan database browsing informasi tentang percobaan dari jenis tertentu, pencarian data dengan berbagai kriteria, dan memasukkan informasi tentang percobaan sebelumnya. 2.4 Penelitian Tentang Statistical Multivariat Penelitian yang dilakukan oleh Wenliang Du yang berjudul Privacy-Preseving Multivariat Statistical Analysis: Linier Regression and Classification penelitian ini fokus pada domain Secure Multivarian, klasifikasi penelitian ini meliputi memecahkan masalah spesifik-S2 MSA. Penelitian ini mengembangkan sebuah model dan keamanan praktis sejumlah bangunan dua blok pada Secure Multivarian Linear Masalah regresi dan masalah klasifikasi secure multivarian. Hasil Penelitian belum optimal karena teknik analisis tidak dapat digunakan langsung untuk dukungan jenis ini. Penelitian yang dilakukan oleh Barry Lennox dan Ashraf Al Ghazzawi yang berjudul Model Input Kontrol Pemantauan Menggunakan Statistik Multivarian, dengan domain penelitian Satu Input Satu Output (SISO) sistem kontrol umpan balik,
Monitoring Multi-Input Multi-
Output (MIMO), model input kontrol (MPC). Penelitian ini menyajikan sebuah kondisi MPC alat pemantau multivarian berdasarkan model statistik proses kontrol (MSPC). Menggunakan alat yang diusulkan intuitif grafik untuk mengaktifkan kasual MPC pengguna teknologi untuk mendeteksi abnormal dan kontrol operasi untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebabnya ini untuk kepentingan bersama. klasifikasi penelitian ini meliputi mendeteksi abnormal dan kontrol operasi. Hasil penelitian berupa teknik yang diusulkan dapat mengidentifikasi dan
mendiagnosa kontrol kinerja yang dihasilkan dari berbagai masalah yang tidak patut termasuk proses interaksi oleh end user. Penelitian yang dilakukan oleh B. Lennox, HG yang berjudul “Penerapan Multivarian Statistik Proses Kontrol Untuk Operasi Batch, dengan domain penelitian yaitu pengembangan sistem pemantauan kondisi untuk fermentasi fed-batch, klasifikasi penelitian ini meliputi klasifikasi penelitian ini meliputi rutinitas statistik multivarian, Penelitian ini merangkum hasil dari 2 tahun studi yang berfokus pada pengembangan sistem pemantauan kondisi untuk fermentasi fed-batch sistem dioperasikan oleh Biochemie Ltd di Austria. Konsumen memiliki penekanan yang lebih besar dalam industri terhadap kualitas produk. Sebagai konsekuensi langsung, pentingnya proses monitoring yang akurat terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Hasil penelitian berupa sistem pemantauan kondisi fermentasi fed-batch terhadap produk melalui proses monitoring yang akurat. 2.5 Penelitian Dalam Bidang Educational Measurement
Penelitian yang dilakukan oleh I Made Suartika tentang sistem pengukuran kinerja dengan metode integrated performance measurement system studi kasus Jurusan Teknik Mesin Universitas Mataram. Penelitian ini dilakukan untuk menjamin kualitas pendidikan di Jurusan Teknik Mesin, diperlukan sebuah rancangan sistem pengukuran kinerja (SPK) yang terintegrasi dengan metode IPMS (Integrated Performance Measurement Systems). Yang dapat memberikan informasi kepada stakeholder dan pengambil keputusan untuk mengukur dan mengevaluasi kinerjanya dari masing-masing tingkatan organisasi Jurusan Teknik Mesin Universitas Mataram. Dengan metode IPMS, Key Performance Indicators (KPI) Jurusan Teknik Mesin ditentukan berdasarkan
stakeholder requirement. Program yang digunakan dalam penentuan KPI adalah dengan menggunakan Software Expert Choise Version 9.0. Penelitian yang dilakukan oleh Chahid Fourali tentang Using Fuzzy
Logic
in
Educational
Measurement:
The
Case
of
PortfolioAssessment, dari Research Department, City & Guilds, 1 Giltspur Street, London EC1A 9DD, penelitian ini mengemukakan relevansi yang relatif baru dikenal sebagai metodologi kuantitatif logika fuzzy untuk mengukur suatu prestasi pendidikan. Penelitian ini juga memperkenalkan
prinsip-prinsip
di
balik
logika
fuzzy
dan
menggambarkan bagaimana prinsip-prinsip ini dapat diterapkan oleh pendidik di bidang penilaian portofolio menggunakan bukti. Saat ini, dan terutama di Inggris, penilaian portofolio sangat dirasakan sebagai cara maju dalam mengukur pencapaian. Karya bahwa logika fuzzy dapat menawarkan wawasan berguna beberapa saat mencoba untuk relational penilai, pembahasan sehubungan dengan kompleks jenis bukti portofolio. Ilustrasi yang diambil dari masalah-masalah oleh Dewan Nasional Inggris untuk Kualifikasi Kejuruan (NCVQs) dalam mendukung argument. Kebutuhan diungkapkan dalam penelitian ini untuk perbaikan dalam educational measurement saat ini didukung oleh perkembangan di bidang penyelidikan, tempat baru perspektif yang diambil untuk menjamin kemajuan di bidang studi. Akhirnya karya bahwa meskipun logika fuzzy telah banyak memberikan keberhasilan dalam industri harus kontribusinya sangat signifikan dalam ilmu sosial. Setidaknya ia harus menyediakan ilmuwan sosial dengan sebuah alat yang ditambahkan dalam educational measurement dapat menemukan lebih relevan dengan menggunakan domain penyelidikan.
2.6 Kesimpulan Tinjauan Pustaka Banyak penelitian yang sebelumnya dilakukan tentang EQ, Data Mining, Distributed Database, Statistical Multivariat serta Educational Measurement, pada penelitian Pengukuran Mutu Lulusan Perguruan Tinggi Melalui Indeks Mutu Mahasiswa ini perlu dilakukan tinjauan pustaka sebagai salah satu dari penerapan metode penelitian yang dilakukan. Diantaranya adalah mengidentifikasikan kesenjangan (identify gaps),
menghindari
pembuatan
ulang
(reinventing
the
wheel),
mengidentifikasikan metode yang pernah dilakukan, meneruskan penelitian sebelumnya, serta mengetahui orang lain yang spesialisasi dan area penelitiannya sama dibidang ini. Pada beberapa penelitian yang ada di atas serta hasil dari tinjauan pustaka, dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai Pengukuran Mutu Lulusan Perguruan Tinggi Melalui Indeks Mutu Mahasiswa, boleh dikatakan masih novel, artinya belum ada penelitian yang mirip dan serupa dengan penelitian yang akan dikembangkan pada disertasi ini. Maka berdasarkan hal itulah penulis melakukan penelitian mengenai Pengukuran Mutu Lulusan Perguruan Tinggi Melalui Indeks Mutu Mahasiswa sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat dalam menciptakan literatur atau explicit knowledge tentang indeks mutu mahasiswa yang memperkaya bentuk pemodelan sistem pengukuran mutu lulusan perguruan tinggi yang dapat digunakan oleh perguruan tinggi seluruh Indonesia.
III. LANDASAN TEORI
3.1 Kecerdasan Emosional Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya Howes dan Herald (1999) mengatakan pada intinya, kecerdasaan emosional merupakan komponen yang membuat seseorang menjadi pintar menggunakan emosi. Lebih lanjut dikatakannya bahwa emosi manusia berada diwilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang tersembunyi, dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasaan emosional menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang diri sendiri dan orang lain. Dari beberapa pendapat diatas dapatlah dikatakan bahwa kecerdasan emosional menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai
perasaan
diri
sendiri
dan
orang
lain
dan
untuk
menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari. 3 (tiga) unsur penting kecerdasan emosional terdiri dari: kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri); kecakapan sosial (menangani suatu hubungan) dan keterampilan sosial (kepandaian menggugah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain). 3.1.1
Komponen-Komponen Kecerdasan Emosional Kecerdasan
emosional
bukan
merupakan
lawan
kecerdasan intelektual yang biasa dikenal dengan IQ, namun
keduanya berinteraksi secara dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di sekolah, tempat kerja, dan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat. Goleman (1995) mengungkapkan 5 (lima) wilayah kecerdasan emosional yang dapat menjadi pedoman bagi individu untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: 1). Mengenali emosi diri Kesadaran diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar kecerdasan emosional. Pada tahap ini diperlukan adanya pemantauan perasaan dari waktu ke waktu agar timbul wawasan psikologi dan pemahaman tentang diri. Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada dalam kekuasaan perasaan.
Sehingga
tidak
peka
akan
perasaan
yang
sesungguhnya yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah. 2). Mengelola Emosi Mengelola emosi berarti menangani perasaan agar perasaan dapat terungkap dengan tepat, hal ini merupakan kecakapan yang sangat bergantung pada kesadaran diri. Emosi dikatakan berhasil dikelola apabila: mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat dari semua itu. Sebaliknya orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus menerus bertarung melawan perasaan murung atau melarikan diri pada hal-hal negatif yang merugikan dirinya sendiri.
3). Memotivasi diri Kemampuan seseorang memotivasi diri dapat ditelusuri melalui hal-hal sebagai berikut: a) cara mengendalikan dorongan hati; b) derajat kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja seseorang; c) kekuatan berfikir positif; d) optimisme; dan e) keadaan flow (mengikuti aliran), yaitu keadaan ketika perhatian seseorang sepenuhnya tercurah ke dalam apa yang sedang terjadi, pekerjaannya hanya terfokus pada satu objek. Dengan kemampuan memotivasi diri yang dimilikinya maka seseorang akan cenderung memiliki pandangan yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terjadi dalam dirinya. 4). Mengenali emosi orang lain Empati
atau
mengenal
emosi
orang
lain
dibangun
berdasarkan pada kesadaran diri. Jika seseorang terbuka pada emosi sendiri, maka dapat dipastikan bahwa ia akan terampil membaca perasaan orang lain. Sebaliknya orang yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan emosinya sendiri dapat dipastikan tidak akan mampu menghormati perasaan orang lain. 5). Membina hubungan dengan orang lain. Seni dalam membina hubungan dengan orang lain merupakan keterampilan sosial yang mendukung keberhasilan dalam pergaulan dengan orang lain.
Tanpa memiliki keterampilan seseorang akan mengalami kesulitan dalam pergaulan sosial.
Sesungguhnya karena tidak
dimilikinya keterampilan-keterampilan semacam inilah yang menyebabkan
seseorang
seringkali
dianggap
angkuh,
mengganggu atau tidak berperasaan. 3.2 Data Mining Istilah data mining sudah berkembang jauh dalam mengadaptasi setiap bentuk analisa data. Pada dasarnya data mining berhubungan dengan analisa data dan penggunaan teknik-teknik perangkat lunak untuk mencari pola dan keteraturan dalam himpunan data yang sifatnya tersembunyi. Berikut ini Definisi data mining menurut Robert Nisbet: The Definition of Data Mining was confined originally to just the process of model building. But the as the practice matured, data mining tool package (e.g. SPSS-Clementine) included other neccesary tool to facilitate the building of model for evaluating and displaying model. Soon, the definition of data mining expanded to include those operations. (Robert Nisbet, 2009) Dengan diperolehnya informasi-informasi yang berguna dari data-data yang ada, hubungan antara item dalam transaksi, maupun informasi informasi yang potensial, selanjutnya dapat diekstrak dan dianalisa dan diteliti lebih lanjut dari berbagai sudut pandang. Informasi yang ditemukan ini selanjutnya dapat diaplikasi kan untuk aplikasi manajemen, melakukan query processing, pengambilan keputusan dan lain sebagainya. Dengan semakin berkembangnya kebutuhan akan informasi-informasi,
semakin
menerapkan konsep data mining.
banyak
pula
bidang-bidang
yang
Gambar 1. Data Mining mengadopsi teknik dari banyak domain
3.3 Distributed Database “A distributed DB is a collection of multiple, logically interrelated DB distributed over a computer network. Distributed database management System is then defined as the software system that permits the users ” (Ozsu, 2011) Dalam sebuah database terdistribusi, database disimpan pada beberapa
komputer.
Komputer-komputer
dalam
sebuah
sistem
terdistribusi berhubungan satu sama lain melalui bermacam-macam media komunikasi seperti high-speed buses atau telephone line. Sebuah sistem database terdistribusi berisikan sekumpulan site, di mana tiap-tiap site dapat berpartisipasi dalam pengeksekusian transaksi-transaksi yang mengakses data pada satu site atau beberapa site. Tiap-tiap site dapat memproses transaksi lokal yaitu sebuah transaksi yang mengakses data pada satu site di mana transaksi telah ditentukan. Sebuah site juga dapat
mengambil bagian dalam mengeksekusi transaksi global yaitu transaksi yang mengakses data pada site yang berbeda di mana transaksi telah ditentukan, atau transaksi yang mengakses data pada beberapa site yang berbeda. Ada 2 aspek penting dari DDB : Distribusi : data tidak disimpan pada tempat (prosesor) yang sama, sehingga DDB dapat dibedakan dari database tunggal, sentralisasi Korelasi logika : data memiliki property yang berhubungan sehingga DDB dapat dibedakan dari sekumpulan database local atau file yang disimpan pada tempat yang berbeda pada jaringan komputer.
Gambar 2. Distributed Database Management System Environment Site-site dalam database terdistribusi dihubungkan secara fisik dengan berbagai cara. Beberapa topologi digambarkan sebagai sebuah graph yang simpul-simpulnya bersesuaian dengan site. Sebuah edge dari simpul A ke simpul B bersesuaian dengan sebuah hubungan langsung antara dua site. Sistem
Manajemen
Database
Terdistribusi
(Distributed
DBMS)
merupakan sistem software yang dapat memelihara DDBS dan
transparan ke user. DDBS bukan merupakan kumpulan dari file yang dapat disimpan tersendiri di setiap node dari jaringan komputer. Untuk membentuk DDBS, file tidak seharusnya berelasi secara logika saja, tetapi perlu ada struktur di antara file dan akses data bukan merupakan hal yang khusus.
Gambar 3. Distributed Application
5 (lima) Keuntungan dari DDBS: 1. Otonomi local: karena data didistribusikan, user dapat mengakses dan bekerja dengan data tersebut sehingga memiliki kontrol local. Meningkatkan kinerja: karena setiap site menangani hanya bagian dari DB, CPU dan I/ O tidak seberat seperti DB pusat. Data yang dipakai untuk transaksi disimpan dalam beberapa site, sehingga eksekusi transaksi dapat secara paralel. 2. Meningkatkan reliability/ availability: jika satu site mengalami crash, dapat membuat beberapa site tidak dapat diakses. Jika data direplikasi ke banyak site, kerusakan hubungan komunikasi tidak menjadikan sistem total tidak dapat dioperasikan.
3. Ekonomis: dari biaya komunikasi, baik membagi aplikasi dan memproses secara local di setiap site. Dari biaya komunikasi data, akan lebih murah untuk memelihara sistem komputer dalam satu site dan menyimpan data secara local. 4. Expandibility: akan lebih mudah mengakomodasikan ukuran DB yang semakin besar. Ekspansi dapat dilakukan dengan menambah proses dan kekuatan penyimpanan ke jaringan. 5. Shareability: jika sistem informasi tidak terdistribusi, akan sulit untuk berbagi data dan sumber daya. Sistem DB terdistribusi memungkinkan hal ini. 6 (enam) Kerugian dari DDBS: 1. Kurangnya pengalaman : sistem DB terdistribusi bertujuan umum (general purpose) tidak sering digunakan. Yang digunakan adalah sistem prototype yang dibuat untuk satu aplikasi (misal: reservasi pesawat). 2. Kompleksita: masalah DDBS lebih kompleks dibandingkan dengan manajemen database terpusat. 3. Biaya: sistem terdistribusi membutuhkan tambahan hardware (untuk mekanisme komunikasi) sehingga biaya hardware meningkat. Yang terpenting pada biaya ini adalah replikasi. Jika fasilitas komputer dibuat di banyak site, akan memerlukan orang-orang yang memelihara fasilitas tersebut. 4. Kontrol distribusi: sebelumnya menjadi keuntungan. Tetapi karena distribusi menyebabkan masalah sinkronisasi dan koordinasi, kontrol terdistribusi menjadi kerugian atau kekurangan di masalah ini. 5. Keamanan: akan mudah mengontrol database yang terpusat. Dalam sistem database terdistribusi, jaringan membutuhkan keamanan tersendiri. 6. Perubahan yang sulit: tidak ada tool atau metodologi untuk membantu user mengubah database terpusat ke database terdistribusi.
3.4 Statistical Multivariat Statistik
Multivariat
merupakan
metode
statistik
yang
memungkinkan kita melakukan penelitian terhadap lebih dari dua variable secara bersamaan. Statistik multivariat saat ini diterapkan di hampir semua cabang ilmu, baik ilmu pengetahuan alam maupun sosial. Teknik-tekniknya
disukai
karena
dianggap
mampu
memodelkan
kerumitan sistem yang nyata, meskipun sulit untuk diterapkan. Komputer dengan kapasitas memori yang besar tidak terhindarkan dalam analisis data yang menggunakan statistika multivariat. Analisis interdependensi berfungsi untuk memberikan makna terhadap seperangkat variable atau membuat kelompok-kelompok secara bersama-sama. Yang termasuk dalam klasifikasi ini ialah analisis faktor, analisis kluster, dan multidimensional scaling. 3.5 Educational Measurement Education and psychology memerlukan pengukuran yang dapat diandalkan atau dipercaya (Naga, 1992). Cakupan Education and psychology measurement terdiri dari:
a. Mengukur ciri terpendam yang tak terlihat yang ada pada responden. b. Untuk mengukur ciri terpendam tersebut responden diberi stimulus berupa kuesioner atau alat ukur yang tepat. c. Stimulus
direspons
oleh
responden
dengan
harapan
respons
mencerminkan dengan benar ciri terpendam yang ingin diukur. d. Respons di skor dan dapat ditafsirkan secara memadai. Pengukuran diatas ada kaitannya dengan reliabilitas. Reliabilitas ialah konsistensi suatu instrumen mengukur sesuatu yang hendak diukur (Wirsma, 1986). Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Oleh karena itu reliabilitas
merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu instrumen dipakai berulang-ulang untuk mengukur gejala yang sama dan hasil yang diperoleh relatif stabil atau konsisten, maka instrumen tersebut terpercaya. Dengan kata lain hasil pengukuran itu diharapkan sama apabila pengukuran diulang. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode pengembangan skala dengan
menggunakan
pendekatan
respons.
Pendekatan
respons
merupakan metode pengembangan instrumen yang tujuannya meletakkan kategori respons pada titik-titik di sepanjang suatu kontinum psikologis yang telah ditetapkan (Azwar, 1999). Variabel dalam penelitian ini sebagai kawasan yang dijadikan sasaran untuk diukur adalah sikap terhadap kalkulus yaitu kecenderungan seseorang terhadap kalkulus dengan segala potensi, evaluasi dan aktivitasnya. Agar mudah dipahami, maka konsep pengukuran sikap terhadap kalkulus tersebut dijabarkan dahulu ke dalam 4 dimensi yakni (1) evaluasi, (2) potensi, (3) aktivitas, (4) dapat dipahami, dan (5) aneka ragam. 3.5.1 Tujuan dan Kegunaan Educational Measurement Tujuan dan kegunaan educational measurement atau penilaian pendidikan termasuk perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak lanjut pendidikan baik yang menyangkut perorangan, kelompok maupun kelembagaan. Menurut Thorndike dan Hagen (1977) tujuan dan kegunaan penilaian pendidikan dapat diarahkan kepada keputusan-keputusan yang menyangkut (1) pengajaran (2) hasil belajar (3) Diagnosis dan usaha perbaikan (4) penempatan (5) seleksi (6) bimbingan dan konseling, (7) kurikulum, dan (8) penilaian kelembagaan.
1. Keputusan dalam Bidang Pengajaran Salah satu peranan penting usaha pengukuran dan penilaian ialah untuk mengarahkan pengambilan keputusan yang berkenaan dengar, apa yang harus dipelajari atau apa yang harus dipelajari dan dipraktekkan oleh para mahasiswa secara perorangan, kelompok-kelompok kecil, ataupun keseluruhan kelas. Untuk keperluan ini maka pengukuran dan penilaian harus mampu mengindentifikasikan kompetensi-kompetensi mana yang sudah ada dan belum ada pada mahasiswa, yang selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk menetapkan isi pengajaran yang berikutnya 2. Keputusan Tentang Hasil Belajar Tenaga
pengajar
mempunyai
tanggung
jawab
untuk
menyampaikan hasil belajar yang dicapai oleh mahasiswa yang telah belajar itu, dan bahkan jika diperlukan juga perlu memberikan laporan kepada orang tua atau wali mahasiswa tentang hasil belajar mahasiswa itu. Pemberitahuan dan laporan hasil belajar ini diinginkan meliputi aspek-aspek yang luas antara lain pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang cukup mewakili tujuan-tujuan pengajaran atau perkuliahan yang diprogramkan oleh perguruan tinggi. 3. Keputusan dalam Rangka Dianosis Tes diagnotik diselenggarakan untuk mengetahui dalam bidang mana mahasiswa telah atau belum mengusai kompetensi tertentu, atau dengan kata lain, tes diagnostik berusaha mengungkapkan kekuatan atau kelemahan dalam bidang yang diujikan.
4. Keputusan Berkenaan dengan Penempatan Pengajaran
ataupun
pelayanan
yang
diberikan
kepada
mahasiswa tersebut tidak diberikan secara sama rata kepada semua
mahasiswa.
Mahasiswa
yang
satu
barangkali
memerlukan pengajaran ataupun pelayanan yang lebih banyak dari pada mahasiswa yang lain. Keperluan mahasiswa tidak sama ini sering mendorong pengajar untuk mengadakan pengelompokkan setara (homogeneous prouping). Kelompokkelompok
setara
kemampuan
yang
yang
masing-masing
berbeda-beda
itu
memiliki kemudian
taraf diberi
pengajaran yang sesuai dengan taraf kemampuan masingmasing kelompok. 5. Keputusan Berkenaan Seleksi Seleksi biasanya dihubungkan dengan jumlah tempat yang tersedia
dalam
kaitannya
dengan
jumlah
calon
yang
mendaftarkan untuk mengisi tempat itu, sedangkan secara ideal seleksi dihubungkan dengan mutu lulusan yang diambil biasanya didasarkan atas batas lulus. 6. Keputusan Berkenaan dengan Bimbingan Layanan dan Konseling Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling ialah agar mampu mengenali dan menerima diri sendiri, serta atas dasar pengenalan dan penerimaan diri ini mahasiswa mampu mengambil keputusan untuk diri sendiri, mengarahkan dan mewujudkan diri sendiri sesuai dengan bakat, kemampuan dan kemungkinan-kemungkinan yang ada pada dirinya sendiri dan lingkungannya.
7. Keputusan Berkenaan dengan Kurikulum Program pendidikan yang komprehensif dan luwes (fleksibel) isi kurikulum dan rancangan pengajaran-pengajaran beserta berbagai sarana penunjangnya tidaklah tunggal, melainkan tersedia beberpa (atau bahkan berbagai) kemungkinan, perubahan dalam penekanan isi kurikulum, dalam prosedur dan sarana pengajran dimungkinkan. 8. Keputusan Berkenaan dengan Penelitian Kelembagaan Ada lembaga pendidikan yang menyebabkan siswa-siswinya telah banyak yang putus sekolah atau yang baru menamatkan siswa-siswa itu menjalani masa belajar jauh melampaui batas diperlukan juga perlu memberikan laporan kepada orang tua atau wali mahasiswa tentang hasil belajar mahasiswa itu. Pemberitahuan dan laporan hasil belajar ini diinginkan meliputi aspek-aspek yang luas antara lain pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan
pengajaran
atau
yang
cukup
perkuliahan
mewakili
yang
tujuan-tujuan
diprogramkan
oleh
perguruan tinggi. 9. Keputusan Dalam Rangka Diagnosis Tes diagnotik diselenggarakan untuk mengetahui dalam bidang mana mahasiswa telah atau belum mengusai kompetensi tertentu, atau dengan kata lain, tes diagnostik berusaha mengungkapkan kekuatan atau kelemahan dalam bidang yang diujikan. 10. Keputusan Berkenaan Penempatan Pengajaran
ataupun
pelayanan
yang
diberikan
kepada
mahasiswa tersebut tidak diberikan secara sama rata kepada semua
mahasiswa.
Mahasiswa
yang
satu
barangkali
memerlukan pengajaran ataupun pelayanan yang lebih banyak dari pada mahasiswa yang lain. Keperluan mahasiswa tidak sama ini sering mendorong pengajar untuk mengadakan pengelompokkan setara (homogeneous prouping). Kelompokkelompok
setara
kemampuan
yang
yang
masing-masing
berbeda-beda
itu
memiliki kemudian
taraf diberi
pengajaran yang sesuai dengan taraf kemampuan masingmasing kelompok. 11. Keputusan Berkenaan dengan Seleksi Seleksi biasanya dihubungkan dengan jumlah tempat yang tersedia
dalam
kaitannya
dengan
jumlah
calon
yang
mendaftarkan untuk mengisi tempat itu, sedangkan secara ideal seleksi dihubungkan dengan mutu lulusan yang diambil biasanya didasarkan atas batas lulus. 3.5.2 Pengaturan pengukuran dan penilaian Pengukuran ialah suatu usaha untuk mengetahui keadaan sesuatu
sebagaimana
adanya.
Pengukuran
dapat
berupa
pengumpulan data tentang sesuatu. Hasil pengukuran dapat berupa angka uraian tentang kenyataan yang menggambarkan derajat kualitas, kuantitas dan eksistensi keadaan yang diukur itu. Namun demikian, hasil pengukuran itu sendiri belum dapat mengatakan apa-apa kalau hasil tersebut tidak ditafsirkan dengan jalan membandingkan dengan suatu patokan atau kriteria. Untuk dapat melakukan pengukuran diperlukan alat dan prosedur. Dalam bidang pendidikan usaha pengukuran biasanya melalui penyelenggaraan tes atau ujian. Alat – alat lain seperti daftar cek, skala ukuran, dan lain – lain, dapat juga dipakai untuk mengukur aspek – aspek yang sukar dengan mempergunakan tes atau ujian, ddan usaha penilaian ini dapat dilakukan dengan
mempergunakan patokan – patokan pembanding yang berbeda – beda. 3.5.3 Pendekatan dalam Penilaian Pendekatan
penilaian
yang
membandingkan
hasil
pengukuran seseorang dengan hasil pengukuran yang diperoleh orang – orang lain dalam kelompoknya, dinamakan Penilaian Acuan Norma (Norm – Refeereced Evaluation). Dan pendekatan penilaian yang membandingkan hasil pengukuran seseorang dengan patokan “batas lulus” yang telah ditetapkan, dinamakan penilaian Acuan Patokan (Criterian – Refenced Evaluation). 1. Penilaian Acuan Norma (PAN) PAN ialah penilaian yang membandingkan hasil belajar mahasiswa terhadap hasil dalam kelompoknya. Pendekatan penilaian ini dapat dikatakan sebagai pendekatan “apa adanya” dalam arti, bahwa patokan pembanding semat–mata diambil dari kenyataan–kenyataan
yang
diperoleh
pada
saat
pengukuran/penilaian itu berlangsung, yaitu hasil belajar mahasiswa yang diukur itu beserta pengolahannya, penilaian ataupun patokan yang terletak diluar hasil–hasil pengukuran kelompok manusia. PAN pada dasarnya mempergunakan kurve normal dan hasil–hasil perhitungannya sebagai dasar penilaiannya. Kurve ini dibentuk dengan mengikut sertakan semua angka hasil pengukuran yang diperoleh. Dua kenyataan yang ada didalam “kurve Normal” yang dipakai untuk membandingkan atau menafsirkan angka yang diperoleh masing – masing mahasiswa ialah angka rata-rata (mean) dan angka simpanan baku (standard deviation), patokan ini bersifat relatif dapat bergeser keatas atau kebawah sesuai dengan besarnya dua kenyataan
yang diperoleh didalam kurve itu. Dengan kata ain, patokan itu dapat berubah–ubah dari “kurve normal” yang satu ke “kurve normal” yang lain. Jika hasil ujian mahasiswa dalam satu kelompok pada umumnya lebih baik dan menghasilkan angka rata-rata yang lebih tinggi, maka patokan menjadi bergeser ke atas (dinaikkan). Sebaliknya jika hasil ujian kelompok itu pada umumnya merosot, patokannya bergeser kebawah (diturunkan). Dengan demikian, angka yang sama pada dua kurve yang berbeda akan mempunyai arti berbeda. Demikian juga, nilai yang sama dihasilkan melalui bangunan dua kurve yang berbeda akan mempunyai arti berbeda. Demikian juga, nilai yang sama dihasilkan melalui bangunan dua kurve yang berbeda akan mempunyai arti umum yang berbeda pula. 2. Penilaian Acuan Patokan (PAP) PAP
pada
dasarnya
berarti
penilain
yang
membandingkan hasil belajar mahasiswa terhadap suatu patokan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengertian ini menunjukkan bahwa sebelum usaha penilaian dilakukan terlebih dahulu harus ditetapkan patokan yang akan dipakai untuk membandingkan angka-angka hasil pengukuran agar hasil itu mempunyai arti tertentu. Dengan demikian patokan ini tidak dicari-cari di tempat lain dan pula tidak dicari di dalam sekelompok hasil pengukuran sebagaimana dilakukan pada PAN. Patokan yang telah disepakati terlebih dahulu itu biasanya disebut “Tingkat Penguasaan Minimum”. Mahasiswa yang dapat mencapai atau bahkan melampai batas ini dinilai “lulus” dan belum mencapainya nilai “tidak lulus” mereka yang lulus ini diperkenankan menempuh pelajar yang lebih tinggi, sedangkan yang belum lulus diminta memantapkan lagi kegiatan belajarnya sehingga mencapai “batas lulus” itu.
Patokan yang dipakai untuk kelompok mahasiswa yang mana sama ini pengertian yang sama. Dengan patokan yang sama ini pengertian yang sama untuk hasil pengukuran yang diperoleh dari waktu ke waktu oleh kelompok yang sama ataupun berbeda-beda dapat dipertahankan. Yang menjadi hambatan dalam penggunaan PAP adalah sukarnya menetapkan patokan yang benar-benar tuntas. 3. Penggunaan PAN dan PAP Pendekatan PAN dapat dipakai untuk semua matakuliah, dari matakuliah yang paling teoritis (penuh dengan materi kognitif) sampai ke mata kuliah yang praktis (penuh dengan materi ketrampilan). Angka-angka hasil pengukuran yang menyatakan
penguasaan
kompetensi-kompetensi
kognitif,
ketrampilan, dan bahkan sikap yang dimiliki atau dicapai oleh sekelompok mahasiswa sebagai hasil dari suatu pengajaran, dapat di-kurve-kan. Dalam pelaksanaannya dapat ditempuh prosedur yang sederhana. Setelah pengajaran diselenggarakan, kelompok mahasiswa yang menerima pengajaran tersebut menjawab soal-soal atau melaksanakan tugas-tugas tertentu yang dimaksudkan sebagai ujian. Hasil ujian ini diperiksa dan angka tersebut disusun dalam bentuk kurve. Kurve dan segala hasil perhitungan yang menyertai (terutama angka rata-rata dan simpangan baku) dapat segera dipakai dalam PAN.
IV.
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini akan ditetapkan explicit knowledge tentang pengukuran indeks mutu mahasiswa pada perguruan tinggi. Pengukuran indeks mutu mahasiswa pada perguruan tinggi selanjutnya perlu dirancang dan diimplementasikan ke dalam sistem komputerisasi menggunakan metodologi educational measurement dibangun dengan teknologi Data Mart Query (DMQ), 3 Tier web based, data warehouse dan data mining, serta secure logged environment. Menetapkan dari berbagai pilihan bentuk dari capture atau raw data sebagai input dari sistem komputerisasi mengolahan data yang terintegrasi untuk informasi yang dibuat. Selanjutnya memberikan keterangan pre-request atau platform
yang
diandalkan
menunjang
terciptanya
mekanisme
penghimpunan indeks mutu mahasiswa dimaksud. Berikut ini adalah gambaran kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini.
Gambar 4. System Development Life Cycle
Gambar 5. Data Warehouse dan Data Mining
V. METODE PENELITIAN 5.1. Studi literatur Pada tahap ini akan dilakukan pengumpulan tehadap referensi untuk
referensi dan analisis
memperkaya materi dan acuan dalam
penelitian. Referensi terdiri-dari segala pustaka yang berhubungan dengan: a. Metode-metode yang dikembangkan tentang sistem pengukuran Indeks Mutu Mahasiswa; b. Model-model Pengembangan Data Mining; c. Distributed Database; d. Statistical Multivariat; e. Jenis-Jenis Pengukuran Educational Measurement. 5.2. Wawancara Wawancara dilakukan dengan pihak manajemen perguruan tinggi serta pengguna jasa untuk mengetahui performance indicator dari EQ yang ingin diukur. 5.3. Observasi Dengan cara langsung mengamati laporan-laporan strategis untuk mendukung mekanisme perguruan tinggi serta kebutuhan stakeholder dalam menyerap lulusan perguruan tinggi. 5.4. Pengumpulan Data Pada tahap ini akan dilakukan pengumpulan data dari berbagai sumber. Data yang akan dipakai dalam penelitian ini akan didapatkan dengan kerja sama dengan perguruan tinggi serta kebutuan stakeholder atau mengambil data dari internet sudah tersedia dan sumber-sumber lain.
5.5. Perancangan a. Menggunakan
teknologi
data
mart
query
(DMQ)
untuk
mengefisiensikan proses query yang berat pada perhitungan indeks mutu ini. b. Menggunakan 3 tier web based aplikasi terpadu dengan database terdistribusi menggunakan SQL Server dalam mencapture data maupun menampilkan informasi dari context indeks mutu mahasiswa ini. c. Menggunakan teknologi datawarehouse dan data mining dalam merecord history dari indeks mutu mahasiswa yang dibutuhkan selama 4 tahun kuliah. d. Menggunakan teknologi secured logged environment (SLE) dalam menciptakan lingkungan aman pada pelaksanaan indeks mutu mahasiswa. e. Menggunakan metodologi educational measurement sehingga pendidikan dan pembelajaran dapat berjalan sendiri dengan baik (self sustainable) 5.6. Pengujian Sistem Pengujian sistem dilakukan melalui ujicoba sistem bersama-sama dengan para stakeholders dalam melakukan pengambilan keputusan sebelum implementasi sistem dilakukan.
VI. KEMAJUAN PENELITIAN Kemajuan penelitian yang sudah dicapai pada Disertasi ini adalah telah melakukan publikasi ilmiah pendukung penelitian diberbagai Jurnal Ilmiah serta prosiding, diantaranya adalah: Judul
Publikasi
Thn
Penulis
Keterangan
PERIODIC HISTORICAL SYSTEM SEBAGAI EVALUASI STRATEGIS DALAM MENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN
Journal of CCIT (Creative Communication and Innovative Technology) Vol. 1 No. 2
2008
Untung Rahardja, Dina Fitria Murad, Siti Chalifatullah
PENGONTROLAN DAN OPTIMALISASI WORKFLOW MENGGUNAKAN CWW
Journal of CCIT (Creative Communication and Innovative Technology) Vol. 1 No. 2
2008
Untung Rahardja, Dina Fitria Murad, Valent Setiatmi
AUTOMATED TRACK RECOREDING SEBAGAI SISTEM PENGAMANAN PADA SISTEM INFORMASI
Journal of CCIT (Creative Communication and Innovative Technology) Vol. 1 No. 2
2008
Untung Rahardja, Maimunah, Mita Mulya Permata
Dalam tulisan ini mendukung disertasi bagaimana Periodical Historical System dalam menyimpan dan merakam seluruh informasi dari hasil capture atau raw data dalam penelitian S3 ini. Dalam tulisan ini mendukung disertasi bagaimana pengontrolan dan otomatisasi workflow yang merupakan kerja secara elektronis dari proses yang dilakukan menggunakan Company wide web dalam penelitian S3 ini. ATR merupakan teknik penyimpanan data dan merekam perubahan data dan waktu untuk dijadikan bahan evaluasi untuk pengamanan sistem yang dapat mendukung penelitian S3 ini.
Judul ACCESS RESTRICTION SEBAGAI BENTUK PENGAMANAN DENGAN METODE IP TOKEN
Publikasi
Thn
Penulis
Keterangan
Journal of CCIT (Creative Communication and Innovative Technology) Vol. 1 No. 3
2008
Suryo Guritno, Untung Rahardja, Valent Setiatmi
Dalam penelitian ini mendukung disertasi yaitu tujuan utama diterapkannya sistem informasi berbasis web adalah memungkinkan user yang terhubung ke jaringan dapat mengakses informasi dimanapun dan kapanpun, akan tetapi akan menjadi menjadi bumerang bagi integritas dan keamanan data apabila akses tersebut melibatkan posers penting yang saling terkait didalamnya, yang sebenarnya hanya diakses oleh sebagian user saja. Disamping itu adanya pencegahan akses login bukan solusi yang tepat digunakan apabila informasi tetap ditampilkan. Melalui IP Token, batasan akses (access restriction) dilakukan dengan cara bijak. Informasi seutuhnya dapat diakses oleh user yang terhubung ke jaringan, sementara hak terhadap perubahan data hanya diberikan pada satu user
Judul
Publikasi
Thn
Penulis
PENGONTROLAN MUTU SISTEM INFORMASI DENGAN DATABASE SELF MONITORING
Journal of CCIT (Creative Communication and Innovative Technology) Vo. 1 No. 3
2008
Tri Kuntoro Priyambodo, Untung Rahardja, Siti Chalifatullah
ARTIFICIAL INFORMATICS
Proceeding ICIEA, Xian China.
2009
Untung Rahardja
Keterangan pemegang IP address tertentu, sehingga kesenjangan perlakukan akses ini tidak dirasakan oleh user lainnya. Dalam penelitian ini ada kaitannya dengan Disertasi yaitu walaupun sistem informasi telah memberikan manfaat, namun sistem informasi itu belum dapat menampilkan indikator kesalahankesalahan dapat terjadi didalam prosese mengolahan data, sehingga menyebabkan turunnya mutu sistem informasi. Untuk mengatasi itu perlu adanya metode Database Self Monitoring yang menampilkan indikator untuk mengantisipasi segala kemungkinan anomaly dengan menggunakan teknik pengendalian mandiri dalam upaya peningkatan mutu sistem informasi. Dalam penelitian ini ada kaitannya dengan disertasi dimana pendekatan humanized menjadi pokok terbitnya Artifical
Judul
Publikasi
Thn
Penulis
Keterangan Informatics yang memiliki karakter dan kapabilitas seperti manusia dengan menggunakan PC dalam membantu menyelesaikan tugas sehari-hari.
STUDENT INFORMATION SERVICES MENGGUNAKAN TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM)
Journal of CCIT (Creative Communication and Innovative Technology)Vo. 2 No. 2
2009
Untung Rahardja, Sunar Abdul Wahid, Nia Haryani
BEHAVIOR DETECTION USING THE DATA MINING
Prosiding/Semin ar ICCIT (International Conference Creative Communication and Innovative Technology)
2009
Untung Rahardja, Edi Winarko, Muhamad Yusup
PENERAPAN ARSITEKTUR THREE-TIER TERHADAP OPTIMALISASI KEAMANAN DISTRIBUTED DATABASE
Proceedings of SNATI (Seminar Nasional Teknologi Informasi)
2010
Muhamad Yusup, Untung Rahardja, Eko Prasetyani
Dalam penelitian ini ada kaitannya dengan disertasi dimana Acceptance Model (TAM) digunakan dalam menilai kualitas layanan sistem informasi Dalam penelitian ini ada kaitannya dengan disertasi untuk mendeteksi kebiasaan keseharian mahasiswa menggunakan data mining dengan beberapa indikatornya. Dalam penelitian ini ada kaitannya dengan disertasi berkaitan dengan tingkat keamanan tersebut ditinjau dari berbagai tier, baik pada Application Tier, Database Tier, maupun Network Tier. Namun penerapan keamanan sistem database server saat ini baru sebatas pada Application Tier saja, misalnya
Judul
Publikasi
Thn
Penulis
Keterangan penerapan hak akses user dengan IP Token, IP Address, Mac Address serta Global Password Management (GPM) menggunakan kerberos. Untuk keamanan Network Tier sudah diatur melalui router, tetapi keamanan dari Database Tier belum disentuh dengan baik. Saat ini masih menggunakan konsep Two-Tier, yaitu antara Database Tier dan Application Tier masih berada dalam satu server, menggunakan Windows Authentication sebagai hak akses user pada sisi database. Sehingga penerapan tersebut tentunya sangat rentan terhadap keamanan distributed database, dimana perintah-perintah query yang dijalankan oleh user sulit untuk dikendalikan karena belum diterapkannya User Mapping dan Server Roles pada database.
Judul
Publikasi
Thn
Penulis
Keterangan
CONTROLING ELEARNING QUALITY WITH DATABASE HEALTH MONITORING METHOD
Proceeding of ICTS (The 6th International Conference on Information & Communication Technology and Systems)
2010
Untung Rahardja, Muhamad Yusup
GLOBAL PASSWORD MEMUDAHKAN DIDALAM PENGGUNAAN, PENGONTROLAN DAN KEAMANAN SISTEM
Proceeding of SNATI (Seminar Nasional Teknologi Informasi)
2010
Untung Rahardja, Valent Setiatmi
Dalam penelitian ini ada kaitannya dengan disertasi dimana pengontrolan elearning menggunakan metode database health monitoring dari sisi database, indikatornya adalah kesalahankesalahan dapat terjadi didalam prosese mengolahan data serta kapasitas storage. Dalam penelitian ini ada kaitannya dengan disertasi yaitu authentication diterapkan di dalam sistem informasi untuk menjaga kerahasiaan dan keamanan data. Cara yang umum digunakan adalah melalui pemberian password. Akan tetapi, proses authentication seperti ini justru dapat menimbulkan ketidaknyamanan baik bagi user maupun administrator, yakni apabila berada pada lingkungan yang memiliki banyak sistem berbeda, dimana pada masing-masing sistem tersebut menerapkan proses
Judul
Publikasi
Thn
Penulis
DATA MART QUERY (DMQ) SOLUSI MEMPERCEPAT DISPLAY DATA MART DALAM DISTRIBUTED DATABASE SYSTEM.
Proceeding of SNATI (Seminar Nasional Teknologi Informasi)
2010
Untung Rahardja, Retantyo Wardoyo, Shakinah Badar
IMPLEMENTATION OF IMK IN EDUCATIONAL MEASUREMENT
Proceeding of SNATI (Seminar Nasional Teknologi Informasi)
2010
Saifuddin Azwar, Untung Rahardja, Siti Julaeha
Keterangan authentication yang berbeda satu sama lain. Melalui metode global password, seorang user tidak harus memasukkan password berulang-ulang untuk masuk ke dalam beberapa sistem sekaligus. Di samping itu, administrator juga tidak perlu menyesuaikan data pada masingmasing database sistem apabila terjadi perubahan terhadap data seorang user. Dalam penelitian ini ada kaitannya dengan disertasi dimana DMQ dapat mengatasi lambatnya proses view data dalam sebuah sistem terdistribusi karena adanya aktifitas query besar-besaran setiap adanya request data dari client. Dalam penelitian ini mendukung disertasi yaitu mengangkat permasalahan terkait adanya kesenjangan terhadap penilaian indeks prestasi komulatif dengan kecerdasan emosional. Namun demikian secara umum
Judul
Publikasi
Thn
Penulis
Keterangan perguruan tinggi banyak yang kurang memperhatian permasalahan ini. Dengan adanya capture EQ melalui daftar nilai indeks mutu komulatif berbasis ICT diharapkan dapat memberikan penilaian secara komprehensif terhadap sistem penilaian saat ini.
Tabel. 1 Publikasi Tulisan Ilmiah Pendukung Penelitian Selain itu, kemajuan penelitian yang sudah dicapai pada Disertasi ini telah melakukan Pengujian sistem melalui ujicoba sistem. Berikut ini adalah tampilan hasil ujicoba sistem dimaksud sebagai berikut: Absensi Online merupakan bentuk capture atau raw data sebagai input dari sistem komputerisasi pengelolaan data yang terintegrasi menggunakan access restriction.
Gambar 5. Absensi Online
Gambar 6. Rekapitulasi IMM Mahasiswa
Telah melakukan penerapan pemberian Piagam IMK dan Daftar Nilai IMK sebagai bentuk bukti pencapaian hasil Indeks Mutu Komulatif selama proses menjalani perkuliahan. IMK meliputi nilai tertinggi dan terendah, rangking dan jumlah wisudawan, rata-rata serta standar deviasi.
Gambar 6. Piagam IMK
Gambar 6. Daftar Nilai IMK