Pengukuran dan Pemodelan Konstanta Dielektrik Air Hujan pada Frekuensi Gelombang Mikro Fify Triana, Eko Setijadi, M. Aries Purnomo Jurusan Teknik Elektro β FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111 Abstrak ΜΆ Performasi komunikasi pada frekuensi tinggi sangat
dalam beberapa bidang penelitian, seperti pada bidang material science, desain jaringan microvawe, penelitian biologi dan lain-lain. Pengukuran konstanta dielektrik ini penting karena dapat memberikan karakteristik magnetik atau listrik suatu bahan yang terbukti bermanfaat dalam banyak penelitian dan pengembangan. Oleh karena itu pada tugas akhir ini dilakukan pengukuran dan pemodelan permitivitas air hujan pada daerah tropis, khususnya Indonesia. Hasil pengukuran akan ditampilkan dalam bentuk hubungan frekuensi terhadap nilai permitivitas dalam real dan dalam imajiner. Dimana hubungan antara ferkuensi dan nilai real permitivitas berpengaruh terhadap proses penghamburan. Sedangkan hubungan antara frekuensi dan nilai imajiner permitivitas berpengaruh terhadap proses penyerapan. Sampel air hujan diambil di kota Surabaya pada 23 Februari 2011. Konstanta dielektrik permtivitas diukur menggunakan metode Transmission/Reflection dengan dua jenia alat ukur yaitu Vector Network Analyzer dan Power Meter. Hasil pengolahan data hasil pengukuran menggunakan VNA adalah permitivitas dalam nilai kompleks, sedangkan pengukuran dengan Power Meter adalah permitivitas dalam bentuk skalar.
dipengaruhi oleh keadaan cuaca seperti hujan, dimana air hujan memiliki nilai permitivitas yang dapat diukur nilainya. Permitivitas merupakan nilai konstanta dielektrik suatu material. Umumnya nilai permitivitas ditentukan dalam bentuk bilangan kompleks yang terdiri atas dua bagian yaitu bagian real dan imajiner. Bagian real dari permitivitas berkontribusi terhadap proses penghamburan. Sedangkan bagian imajiner berpengaruh terhadap penyerapan. Pada tugas akhir ini dilakukan pengukuran dari permitivitas air hujan untuk kawasan daerah tropis. Sampel air hujan diambil di kota Surabaya. Pengukuran dilakukan menggunakan metode Transmission/Reflection dengan dua alat ukur yang berbeda yaitu power meter dan vector network analyzer. Kemudian dihitung menggunakan persamaan koefisien transmisi dan koefisien refleksi. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan koefisien transmisi dan refleksi didapatkan hasil bahwa nilai permitivitas menggunakan alat ukur power meter berupa nilai skalar, sesangkan dengan vector network analyzer adalah nilai kompleks. Kata kunci: Permitivitas, Konstanta dielektrik, Gelombang mikro, Tansmission/Reflection.
II. TEORI PENUNJANG A. Gelombang Mikro (microwave) Gelombang mikro (microwave) adalah gelombang elektromagnetik dengan frekuensi yang sangat tinggi, yaitu frekuensinya di atas 300 MHz (3x105 Hz). Ada tiga nada frekuensi yang termasuk ke dalam frekuensi gelombang mikro ini yaitu UHF (Ultra High Frequency), SHF (Super High Frequency) dan EHF (Extremely High Frequency)[1]. Gelombang mikro ini mempunyai panjang gelombang yang lebih pendek dibandingkan dengan sistem radio komunikasi biasa. Karena itu, sistem ini memiliki frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipakai oleh radio biasa (HF). Seperti diketahui bahwa semakin tinggi frekuensi yang digunakan dalam suatu komunikasi semakin pendek panjang gelombangnya, karena panjang gelombang suatu frekuensi berbanding terbalik dengan frekuensinya sendiri. Ada beberapa fenomena yang terjadi ketika gelombang elektromagnetik merambat pada suatu medium. Fenomena ini bergantung pada polarisasi gelombang, geometri permukaan, sifat material dan karakteristik relative material, yaitu:
I. PENDAHULUAN
T
EKNOLOGI tekomunikasi menggunakan komunikasi nirkabel (wireless) berkembang dengat sangat cepat saat ini. Informasi yang ditransmisikan melalui jaringan telekomunikasi tidak hanya dalam wujud βsuaraβ saja, tetapi dapat pula dalam wujud data, video dan gambar. Informasi yang berbeda-beda wujudnya tersebut dapat ditransmisikan melalui media yang beragam pula. Salah satu media transmisi yang banyak digunakan saat ini adalah jaringan gelombang mikro. Penggunaan frekuensi dengan orde tinggi seperti gelombang mikro (microwave) ini dianggap mampu memenuhi tantangan sistem telekomunikasi untuk pengiriman data informasi dengan kecepatan tinggi. Performasi komunikasi pada frekuensi tinggi sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca seperti hujan. Air hujan ini mempunyai nilai konstanta dielektrik yang dapat diukur. Pengukuran sifat dielektrik suatu bahan pada frekuensi gelombang mikro saat ini telah mulai mengalami peningkatan
1
a. Reflection (pemantulan) Setiap kali gelombang elektromagnetik merambat pada permukaan halus, sebagian gelombang akan tercermin. Pemantulan ini dapat dianggap sebagai spekular, sudut masuknya gelombang ke permukaan akan sama dengan sudut sinyal di pantulkan. b. Scattering (hamburan) Hamburan terjadi ketika suatu gelombang elektromagnetik merambat pada permukaan yang kasar atau tidak teratur sehingga menyebabkan refleksi terjadi dalam berbagai arah c. Refraction (pembiasan) Pembiasan merupakan perambatan dari satu medium ke medium lainnya yang mengakibatkan pembelokkan arah rambat gelombang. d. Absorbstion (penyerapan) Penyerapan terjadi pasa saat gelombang menabrak suatu material sehingga menyebabkan gelombang melemah atau teredam[2].
Parameter S (Scattering parameter) ini dikembangkan untuk menentukan ciri atau karakteristik jaringan linier pada frekuensi tinggi. Parameter S adalah perbandingan antara sinyal terukur yang direfleksikan dengan sinyal yang ditransmisikan pada port jaringan. Berdasarkan gambar 1, hubungan antara daya insiden dan refleksi dapat didefenisikan dengan matrik S parameter [3]:
B. Konstanta Dielektrik Permitivitas Permitivitas adalah suatu kuantitas fisik yang menggambarkan bagaimana medan listrik mempengaruhi dan dipengaruhi oleh suatu medium dielektrik, dan nilainya ditentukan oleh kemampuan bahan dari medium untuk terpolarisasi sebagai respons dari medan tersebut, yang pada akhirnya juga mengurangi medan listrik dalam bahan. Jadi, permittivitas berkaitan dengan kemampuan suatu material untuk menyampaikan atau memperbolehkan medan listrik. Permitivitas atau sifat dielektrik digambarkan sebagai suatu permitivitas reletif komplek yang merupakan nilai pembagi antara permitivitas absolut dengan permitivitas ruang hampa (π0 = 8.854 x 10β12 F/m )
dimana nilai :
π1 π = 11 π21 π2
π1 π2
π12 π22
(4) a2
a1
[S] b1
b2
Gambar 1. Parameter S untuk rangkaian 2 port[3]
π11 = π21 =
π2
π22 =
π2
π12 =
ππππ = π π0
(2) Dimana : ππππ = permitivitas absolute bahan π = permitivitas relative bahan Permitivitas bahan umumnya dinyatakan dalam bentuk bilangan kompleks yang terdiri atas dua bagian yaitu real dan imajiner π = π β² β ππ β²β² (3) Dimana : π β² = tetapan dielektrik π β²β² = factor kehilangan dielektrik Bagian real permitivitas disebut sebagai tetapan dielektrik (π β² ), yang menunjukkan kemampuan bahan untuk menghamburkan/melepaskan energi. Sedangkan bagian imajiner permitivitas disebut sebagai factor kehilangan (loss factor) (π β²β² ) yang menyatakan kemampuan bahan menyimpan energy listrik.
π1 π1
π1
π2 π1 π2
π2 = 0 π2 = 0 π1 = 0 π1 = 0
β‘
reflected power wave at port 1
β‘
transmitted power wave at port 2
β‘
reflected power wave at port 2
β‘
transmitted power wave at port 1
incident power wave at port 1
incident power wave at port 1
incident power wave at port 2
incident power wave at port 2
(5)
(6)
(7) (8)
D. Pengukuran Transmission/Reflection Metode yang paling umum digunakan untuk menentukan permitivitas kompleks bahan dielektrik pada frekuensi gelombang milimeter biasanya didasarkan pada teknik pengukuran ruang bebas. Pada teknik Transmission/Reflection dengan metode Nicholson dan Ross mencakup kombinasi ketebalan sampel untuk determinasi simultan permitivitas kompleks dan permibilitas[4]. ππβ =
π2 /π1
(9)
ππβ =
π2 π1
(10)
dimana : π1 =
π πβ π πβ
=
π2 = ππβ ππβ = β
C. Parameter S (Scattering Parameter) Suatu rangkaian yang beroperasi dengan sinyal input cukup kecil sehingga sistem bisa memberikan respon yang linear, dapat dikarakteristikkan dengan parameter yang diukur pada terminal (port) tanpa perlu melihat isi dari rangkaian tersebut. Ketika parameter suatu rangkaian telah ditentukan, maka responnya terhadap inputan dari luar bisa diprediksi.
1+Ξ 2
(11)
1βΞ π ππ
1 2
ln π
(12)
c, Ο, dan d masing-masing adalah kecepatan cahaya pada ruang hampa, frekuensi sudut dan ketebalan sampel MUT. Koefisien transmisi T dan koefisien refleksi Ξ dapat dihitung dari pengukuran parameter S. c1 dan c2 didefenisikan sebagai sampel yang memiliki ketebalan terbatas dan tidak terbatas.
2
Nicholson dan Ross mengasumsikan sebuah ketebalan sampel yang tidak terbatas untuk menghitung koefesien refleksi. Nilai koefesien refleksi merupakan perbandingan daya yang dipantulkan (Er) dan daya incident (Ei)[5]. Sedangkan koefesien transmisi (T) merupakan perbandingan daya yang dikirimkan dengan daya incident.
III.
Ξ=
Er Ei
(13)
T=
Et Ei
(14)
PENGUKURAN DAN PEMODELAN
Gambar 3. Sistem Pengukuran Transmission/Reflection
Metode yang digunakan dalam pengukuran ini ini dibagi atas beberapa tahap seperti yang terlihat pada diagram alir pada Gambar 2. Pengukuran konstanta dielektrik pada tugas akhir ini menggunakan metode pengukuran Transmission/Reflection dengan dua jenis alat ukur yaitu menggunakan Network Analyzer untuk metode Reflection dan Power Meter untuk metode Transmission/Reflection. Metode pengukuran Transmission/Reflection dapat menggunakan waveguide atau kabel koaksial. Berdasarkan metode pengukuran Transmission/Reflection, sistem pengukuran yang diharapkan adalah seperti pada Gambar 2 mengunakan waveguide sebagai Device Under Test air hujan yang akan diukur.
A. Pengukuran Permitivitas Kompleks Pengukuran untuk permitivitas bernilai komplek ini menggunakan VNA dan metode pengukuran reflection. Sistem pengukuran ditunjukkan pada Gambar 4. Sistem ini terdiri dari network analyzer (NA), kabel koaksial, antenna horn dan Device Under Test (DUT) yang berisi air hujan. Network Analyzer Advantest R3770
Pemilihan metode pengukuran dengan metode Transmission/Reflection Coaxial line
Pengukuran magnitude daya transmit dan refleksi
Skalar
Device Under Test Antena horn
Gambar 4. Blok Diagram Pengukuran dengan Networ
Kompleks
Kalkulasi koefesien transmit, koefesien refleksi dan permitivitas skalar dan kompleks
a.
b.
Analisa data
Kesimpulan
c. d. Gambar 5. Posisi Pengukuran (a) Antena horn kosong (b) Waveguide 8,4 cm (c) Waveguide 1,2 cm (d) Mika akrilik
Gambar 2. Diagram alir pengukuran
3
Terdapat 4 pengukuran yang diambil data pengukurannya seperti pada Gambar 5, yaitu : ο· Pada saat antena horn dalam keadaan kosong untuk mengukur daya incident. ο· Air hujan berada dalam waveguide dengan ketebalan 8,4 cm. ο· Air hujan dalam waveguide dengan ketebalan 1,2 cm. ο· Air hujan dalam mika akrilik dengan ketebalan 3 mm.
C. Hasil Pengukuran Pengukuran yang telah dilakukan belum memberikan hasil berupa data nilai permitivitas air hujan. Data yang didapatkan dari hasil pengukuran harus diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan nilai permitivitas air hujan. Data hasil pengukuran nilai kompleks dengan alat ukur VNA adalah nilai S-Parameter terhadap perubahan frekuensi dari 7 GHz - 13 GHz. Nilai yang diambil dalam pengukuran adalah nilai S11 real dan imajiner untuk mendapatkan koefesien pantul (Ξ). Data yang didapatkan sebanyak 201 data untuk masing-masing nilai S11 real dan imajiner. Data pengukuran nilai skalar didapatkan dari pengukuran menggunakan alat ukur power meter. Nilai yang didapatkan berupa daya (dB) terhadap perubahan redaman dari 0 β 60 dB yang kemudian hasilnya dikonfersikan ke dalam satuan mW. Data diambil sebanyak 5 frekuensi yaitu 9300Mhz, 9350Mhz, 9400MHz, 9450MHz dan 9500MHz.
B. Pengukuran Permitivitas Skalar Pengukuran permitivitas bernilai skalar menggunakan alat ukur power meter dengan metode Transmission/Reflection bertujuan untuk mendapatkan nilai daya (power). Blok diagram pengukuran dapat dilihat pada Gambar 6 berikut : Power meter
Gunn Osc Power Supply
Power meter
IV. HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN MUT/DUT
Coupler
Gunn Osc
Isolator
Frekuensi meter Attenuator
Thermistor mount
Gambar 6. Blok Diagram Pengukuran dengan Power Meter
A. Perhitungan Permitivitas (Kompleks) Permitivitas yang bernilai kompleks didapatkan dari pengukuran metode Reflection menggunakan Network Analyzer. Karena keterbatasan alat, pengukuran hanya dapat dilakukan untuk 1 port. Sehingga data untuk nilai parameter S yang dapat diukur adalah S11. Nilai S11 untuk masing-masing DUT memiliki perbedaan pada frekuensi 7 β 11 GHz seperti terlihat pada Gambar 8 untuk nilai real dan Gambar 9 untuk nilai imajiner. Sedangkan untuk frekuensi diatas 11 GHz sampai13 GHz nilainya tidak jauh berbeda. Nilai Parameter S ini digunakan untuk mencari nilai koefesien refleksi. Koefesien refleksi merupakan kuantitas tegangan yang didefenisikan sebagai rasio perbandingan gelombang pantul dan gelombang insiden.
1 0.8
akrilik waveguide 8,4 cm waveguide 1,2 cm
0.6
Gambar 7. Perangkat Pengukuran dengan Power Meter
0.4 S11 real (dB)
Foto peralatan yang telah terpasang berupa sistem pengukuran menggunakan alat ukur power meter untuk metode Transmission/Reflection ditunjukkan pada Gambar 7. Pada pengukuran menggunakan power meter ini, terdapat 5 jenis data pengukuran yang akan di ambil, yaitu : 1. Daya incident 2. Daya transmission tanpa MUT 3. Daya transmission dengan MUT 4. Daya reflection tanpa MUT 5. Daya reflection dengan MUT Device Under Test yang digunakan adalah waveguide WR90 dengan panjang 8.4 cm dan mika achrilic 3 mm. Padas sat diisi air hujan Device Under Test tersebut ditutup dengan mika plastik yang tipis.
0.2 0 -0.2 -0.4 -0.6 -0.8 0.7
0.8
0.9
1 frequency (Hz)
1.1
Gambar 8. Nilai S-Parameter S11 real
4
1.2
1.3 10
x 10
B. Perhitungan Permitivitas (Skalar) Pada perhitungan nilai permitivitas skalar menggunakan rumus pada persamaan 9 β14, dimana didapatkan nilai permitivitas untuk 5 frekuensi seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya. Dapat kita ambilkan satu contoh perhitungan untuk frekuensi 9,4 GHz dengan redaman 1 dB, dimana dari data hasil pengukuran didapatkan nilai daya pancar (Pt), daya pantul (Pr) dan daya insiden (Pi) sebagai berikut:
0.8 akrilik
waveguide 8,4 cm
waveguide 1,2 cm
0.6
S11 imajiner (dB)
0.4 0.2 0
Pt = 2,5882 mW Pr = 1,1668 mW Pi = 4,8978 mW
-0.2 -0.4 -0.6 -0.8 0.7
0.8
0.9
1 frequency (Hz)
1.1
1.2
maka nilai koefesien refleksi (Ξ) dan koefisien transmisi (π) adalah: ππ Ξ= ππ 1,1668 mW Ξ= = 0,2382 4,8978 mW ππ‘ π= ππ 2,5882 mW π= = 0,5284 4,8978 mW
1.3 10
x 10
Gambar 9. Nilai S-Parameter S11 imajiner Pada perhitungan permitivitas bernilai kompleks ini, perhitungan yang dilakukan tidak mendapatkan nilai permitivitas namun hanya mendapatkan nilai perbandingan permibilitas terhadap permitivitas yang disimbolkan dengan C1. Garfik hubungan frekuensi terhadap nilai C1 (ππβ /ππβ ) terlihat pada Gambar 10.
Dari koefesien refleksi dapat dihitung nilai perbandingan permibilitas terhadap permitivitas (ππβ /ππβ ) : Ξ+1 2 πΆ1 = Ξβ1 0,2382 + 1 2 πΆ1 = = 2,6418 0,2382 β 1
5
C1 (real)
10
x 10
5
0
-5 0.7
0.8
0.9
1 frequency (Hz)
1.1
1.2
1.3
Untuk nilai πΆ2 ππβ ππβ : π 1 2 πΆ2 = β ln ππ T 3.108 1 πΆ2 = β ln 9 2π. 9,4.10 . T
10
x 10
5
C1 (imajiner)
4
x 10
2 0 -2 -4 0.7
0.8
0.9
1 frequency (Hz)
1.1
1.2
πΆ2 = β
1.3
2
3.108 1 ln 9 2π. 9,4.10 . 0,5284
2
= β1.1662
10
x 10
Maka didapatkan nilai permitivitas dari perhitungan sebagai berikut:
Gambar 10. Nilai kompleks C1 (ππβ /ππβ ) dengan ketebalan DUT 1,2 cm Nilai perbandingan permibilitas terhadap permitivitas kompleks (ππβ /ππβ ) dari grafik menunjukkan nilai real dan imajiner dengan 3 jenis ketebalan DUT yang digunakan. Kekurangan pada saat pengukuran, DUT yang berisi air hujan tidak menutupi antena horn secara keseluruhan, sehingga masih ada daya yang dipancarkan keluar dan daya yang dipantulkan oleh logam waveguide tersebut.
ππ =
πΆ2 πΆ1
ππ =
β1.1662 = 0.6644 2,6418
Berdasarkan hasil pengolahan data hasil pengukuran dapat dilihat grafik hubungan frekuensi terhadap permitivitas untuk redaman 0 dB, 1 dB dan 10 dB pada Gambar 11. Nilai permitivitas bernilai tinggi pada saat frekuensi 9,4 GHz. Sedangkan perngaruh redaman terhadap permitivitas adalah semakin tinggi redaman, nilai permitivitas semakin rendah
5
4. Pada pengukuran dengan VNA, pengaruh frekuensi terhadap nilai perbandingan permibilitas dengan permitivitas berpengaruh pada frekuensi di atas 11 GHz. 5. Nilai permitivitas dari hasil pengukuran dengan power meter bernilai tinggi pada saat frekuensi 9,4 GHz. 6. Metode perhitungan dengan menggunakan nilai koefesien refleksi dan koefisien transmisi dapat digunakan untuk perhitungan permitivitas konstanta dielektrik.
0.9 0 dB 1 dB 10 dB
0.8 0.7 0.6
ο₯r
0.5
DAFTAR PUSTAKA
0.4 0.3
[1] John D. Kraus, Ronald J. Marhefka, Antenna for Application, McGraw-Hill, Ch. 1, 2002. [2] Seybold, John S, Introduction to RF Propagation, John Wiley and Sons, INC, Ch. 2, 2005. [3] Ludwig, Reinhold dan Pavel Bretchko, βF Circuit Design Theory and Applications, Prentice-Hall, Ch. 4, 2000. [4] Abbas, Zulkifly, Roger D. Pollard dan Robert W. Kelsall, A Rectangular Dielectric Waveguide Technique for Determination of Permittivity of Materials at W-Band, IEEE Trans. Instrumentation and Measurements, Vol. 46, No. 12, 1998. [5] Zajicek, Radim, Tomas Smejkal, Ladislav OPPL, Jan VRBA, Waveguide Probe for Complex Permittivity Measurement, IEEE, 2008. [6] Liebe, Hans. J, George A. Hufford dan Takeshi Manabe, A model for the Complex Permittivity of Water at Frequencies Below 1 THz, International Journal of Infrared and Milimeter Waves, Vol. 12, No. 7, 1991.
0.2 0.1 0 9.3
9.32
9.34
9.36
9.38 9.4 9.42 Frequency (Hz)
9.44
9.46
9.48
9.5 9
x 10
Gambar 11. Nilai skalar permitivitas
ππβ
Gambar 12 dibawah merupakan grafik hubungan frekuensi terhadap permitivitas berdasarkan teori Debye [6] permitivitas air murni untuk nilai real dan imajiner. 3.4733
ο₯r`
3.4733 3.4733 3.4733 3.4733 9.3
9.32
9.34
9.36
9.38 9.4 9.42 Frequency(GHz)
9.44
9.46
9.48
9.5 9
x 10
-7
x 10
RIWAYAT PENULIS
2.98
Fify Triana, lahir di Bukittinggi 16 Januari 1987. Merupakan putri keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Alm. Zahri dan Ibu Nurza. Memulai pendidikan formal di SDN 36 IV Angkat Candung dan lulus pada tahun 1999, kemudian meneruskan pendidikan di SLTPN 1 Ampek Angkek. Penulis meneruskan pendidikan jenjang menengah di SMA Negeri 1 Bukittinggi. Kemudian melanjutkan pendidikan D3 ke Politeknik Negeri Padang dan mengambil Jurusan Teknik Elektro, program studi Telekomunikasi Multimedia. Setelah mendapatkan gelar diploma pada tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya pada tahun11009. Penulis mengambil bidang studi telekomunikasi multimedia. Email :
[email protected]
ο₯r"
2.96 2.94 2.92 2.9 9.3
9.32
9.34
9.36
9.38 9.4 9.42 Frequency(GHz)
9.44
9.46
9.48
9.5 9
x 10
Gambar 11. Nilai permitivitas air murni berdasarkan teori Debye
V. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan nilai permitivitas air hujan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Pengukuran permitivitas menggunakan power meter hanya dapat digunakan untuk mencari permitivitas bernilai skalar. Sedangkan pengukuran menggunakan Network Analyzer dapat digunakan untuk menghitung nilai dalam bentuk kompleks. 2. Pengukuran dengan alat ukur VNA menggunakan 1 port mendapatkan nilai refleksi sehingga belum dapat digunakan untuk mencari nilai permitivitas. 3. Nilai redaman berpengaruh terhadap nilai permitivitas dimana semakin tinggi redaman maka nilai permitivitas akan semakin rendah
6