PENGUJIAN KETELITIAN PENGGUNAAN TABEL TEGAKAN WOLF VON WULFING DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III
AULIA LANNI PUTRI E 14101033
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN
Aulia Lanni Putri. E 14101033. Pengujian Ketelitian Penggunaan Tabel Tegakan Wolf von Wulfing di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III. Di bawah bimbingan Ir. Budi Prihanto, MS. Untuk menjamin fungsi produksi, ekologi maupun sosial budaya dalam pengelolaan hutan yang lestari diperlukan suatu perencanaan yang cermat dan terarah agar dapat mencapai hasil yang optimal. Inventarisasi hutan merupakan bagian penting dalam perencanaan hutan, karena data dan informasi yang diperoleh dari kegiatan inventarisasi digunakan dalam rencana pengelolaan hutan. Terdapat dua tabel yang digunakan oleh Perum Perhutani dalam kegiatan inventarisasi hutan, yaitu tabel volume lokal yang disusun oleh KPH Cianjur dan tabel tegakan yang disusun oleh Wolf von Wulfing pada tahun 1932. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji ketelitian penggunaan tabel tegakan jati Wolf von Wulfing (WvW). Penentuan volume aktual (Vaktual) dilakukan dengan bantuan Tabel Volume Lokal (TVL), dengan asumsi kesalahan penggunaannya diabaikan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli tahun 2005 di BKPH Tanggeung KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pengukuran diameter setinggi dada dan peninggi pada petak ukur sehingga dapat diperoleh VWvW dan Vaktual. Petak ukur yang diamati berbentuk lingkaran dengan luasan 0,04 Ha untuk Kelas Umur (KU) III dan KU IV serta 0,1 Ha untuk KU V. Analisis data yang dilakukan yaitu untuk menguji keeratan hubungan antara VWvW dan Vaktual dengan menyusun persamaan regresi linier sederhana VWvW = β0 + β1Vaktual. Kesamaan nilai dugaan dari kedua cara tersebut ditunjukkan oleh persamaan hipotesis β0 = 0 dan β1 = 1. Keakuratan suatu model juga ditunjukkan oleh nilai Simpangan Rata-rata Relatif (SRR) dan nilai Simpangan Agregat Relatif (SAR). Model dikatakan akurat apabila SRR tidak lebih dari 8% dan SAR tidak lebih dari 1%. Apabila didapatkan bahwa nilai VWvW tidak sama dengan Vaktual, maka diperlukan suatu rumus penyesuaian, sehingga dalam penggunaan tabel tegakan Wolf von Wulfing dapat dikoreksi. Model regresi yang diperoleh yaitu VWvW = 87,3 + 1,67 Vaktual (R2= 0,87) untuk KU III, VWvW = 11,4 + 1,58 Vaktual ( R2 = 0,76) untuk KU IV, VWvW = 43,2 + 1,34 Vaktual ( R2 = 0,74) untuk KU V, dan VWvW = 69,6 + 1,35 Vaktual (R2 = 0,71). Hasil dari pengujian hipotesis menyatakan bahwa hipotesis VWvW sama dengan volume Vaktual ditolak untuk semua KU. Dari pengujian tersebut dapat diketahui bahwa taksiran VWvW lebih tinggi dari Vaktual atau overestimate. Tingkat keakuratan ini juga ditunjukkan oleh nilai SRR dan SAR. Nilai SAR sebesar 45,36% dan SRR sebesar 44,79%, menunjukkan bahwa tingkat keakuratan model yang rendah. Penggunaan KBD dalam penduga volume dengan tabel tegakan jati Wolf von Wulfing masih layak untuk dilakukan. Ini dilihat dari nilai korelasi yang
cukup besar antara rasio Lbds di lapangan dan Lbds tabel dengan rasio volume aktual dan volume tabel tegakan, yaitu sebesar 0,816. Penggunaan tabel tegakan Wolf von Wulfing tidak akurat untuk digunakan pada tegakan jati di BKPH Tanggeung sehingga perlu dilakukan penyesuaian V − 87,3 terlebih dahulu yaitu dengan menggunakan rumus VA' = WvW untuk KU 1,67 V V − 69,6 III, VA' = WvW untuk KU IV dan VA' = WvW untuk seluruh KU. 1,58 1,35
PENGUJIAN KETELITIAN PENGGUNAAN TABEL TEGAKAN WOLF VON WULFING DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III
AULIA LANNI PUTRI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian Nama NIM
: Pengujian Ketelitian Penggunaan Tabel Tegakan Wolf von Wulfing di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III : Aulia Lanni Putri : E14101033
Menyetujui : Dosen Pembimbing
(Ir. Budi Prihanto, MS) NIP. 131 849 396
Mengetahui : Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
(Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS) NIP : 131 430 799
Tanggal lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 19 April 1983 di Bogor, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Ir. Bambang Soehirlan dan Ibunda Ir. Rina Kurniaty. Pendidikan formal dimulai di Taman Kanak-kanak Tunas Rimba II Bogor pada tahun 1987 sampai dengan tahun 1989. Pada tahun 1989 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Polisi IV Bogor dan lulus pada tahun 1995. Pada tahun 1995 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri I Bogor hingga tahun 1997, pada tahun 1997 ini penulis pindah sekolah dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri VI Makassar hingga tahun 1998. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 17 Makassar sampai dengan tahun 1999 dan pada tahun yang sama penulis pindah sekolah dan melanjutkan di Sekolah Menengah Umum Negeri I Bogor dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2001 penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi masuk IPB (USMI) dan penulis memilih bidang keilmuan Biometrika Hutan. Selama masa perkuliahan, penulis telah melaksanakan Praktek Umum Kehutanan (PUK) di Baturraden dan Cilacap Jawa Tengah, serta Praktek Umum Pengelolaan Hutan (PUPH) di KPH Ngawi Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Pada bulan Februari sampai dengan bulan April tahun 2005 penulis melakukan Praktek Kerja Lapang (PKL) di HPHTI PT. Musi Hutan Persada di wilayah II Benakat, Sumatera Selatan. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kahutanan pada Fakultas Kehutana IPB, penulis menyusun skripsi dengan judul “Pengujian
Ketelitian Penggunaan Tabel Tegakan Wolf von Wulfing di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III “ di bawah bimbingan Ir. Budi Prihanto, MS.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Pengujian Ketelitian Penggunaan Tabel Tegakan Wolf von
Wulfing di KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III “. Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Papa, Mama serta adik-adikku tercinta Afianti Laksmi Putri dan Aditya Alam Putra yang selalu memberi dorongan dalam setiap langkahku.
2.
Bapak Ir. Budi Prihanto, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, saran dan pengarahan selama penelitian sampai dengan penyusunan tulisan ini.
3.
Bapak Effendi Tri Bahtiar, S. Hut selaku dosen penguji perwakilan dari Departemen Hasil Hutan.
4.
Bapak Dr. Ir. A. Machmud Thohari, DEA selaku dosen penguji perwakilan dari Departemen Konservasi Hutan.
5.
Bapak Dr. Ir. MM. Imam Tawakal, MBA selaku administratur KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten atas bantuannya dalam proses pengambilan data.
6.
Bapak Endang Mintarya selaku Kepala BKPH Tanggeung atas bantuannya dalam kelancaran pengambilan data.
7.
Pimpinan dan staf-staf KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten yang membantu penulis dalam pengambilan data di lapangan.
8.
Teman-teman seperjuangan di Cianjur Muji, Dita, Sukri dan juga Hendra terimakasih untuk bantuannya selama di lapangan.
9.
Ana, Ani, Dita, Okky, Kania, Dini, Vien, Reny, Angga, Puput, Wira, Edwine, Ahmad, Dudi, dan Dimas atas segala kebersamaan dan keceriaan selama di kampus tercinta.
10. Muji Burrahman atas segala perhatian, pengertian, semangat, doa dan juga kasih sayang yang selalu diberikan untuk penulis. 11. Teman-teman MNH 38, terimakasih untuk semua kekompakkan dan kebersamaannya.
iv
Meskipun
banyak terdapat kekurangan, dikarenakan kemampuan penulis
yang terbatas, harapan penulis semoga tulisan ini bermanfaat bagi yang membacanya. Bogor, Mei 2006
Penulis
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ....................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii DAFTAR TABEL .............................................................................................. v DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... vi PENDAHULUAN Latar Belakang .......................................................................................... 1 Tujuan ....................................................................................................... 1 Manfaat ..................................................................................................... 2 Hipotesis Penelitian .................................................................................. 2 TINJAUAN PUSTAKA Tectona grandis ........................................................................................ 3 Diameter dan Tinggi Pohon ...................................................................... 3 Volume Pohon .......................................................................................... 4 Tabel Volume Lokal ................................................................................. 5 Tabel Tegakan .......................................................................................... 5 Bonita........................................................................................................ 6 Peninggi .................................................................................................... 7 Luas Bidang Dasar dan Kerapatan Bidang Dasar .................................... 7 Systematic Sampling With Random Start ................................................. 8 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian................................................................... 10 Alat dan Bahan ......................................................................................... 10 Pemilihan Contoh ..................................................................................... 10 Pengumpulan Data .................................................................................... 10 Pengolahan Data ....................................................................................... 11 Volume Aktual Hasil Inventarisasi................................................ 11 Luas Bidang Dasar........................................................................ 11 Volume Berdasarkan Tabel Tegakan ............................................ 12 Analisis Data............................................................................................. 12
iv
Model Hubungan antara VWvW dan Vaktual .................................... 12 Nilai-P ........................................................................................... 13 Pengujian Hipotesis Kesamaan Volume Pendugaan (VWvW) dan Volume Aktual (Vaktual) ......................................................... 13 Simpangan Rata-rata Relatif dan Simpangan Agregat Relatif ..... 14 Eksplorasi Data Pencilan............................................................... 15 Penyesuaian Volume dengan Menggunakan Tabel Tegakan........ 15 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas......................................................................................... 16 Topografi ................................................................................................. 16 Tanah ....................................................................................................... 16 Iklim......................................................................................................... 17 Sosial Ekonomi ........................................................................................ 17 Kondisi Hutan Tanaman Jati ................................................................... 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Data dan Penyebaran Petak Ukur............................................................. 19 Eksplorasi Data Tegakan.......................................................................... 20 Perbedaan Bonita ............................................................................ 20 Kenormalan Kondisi Tegakan......................................................... 20 Model Hubungan VWvW dan Vaktual .......................................................... 22 Model dengan Seluruh Pengamatan ................................................ 22 Model Setelah Penghilangan Pencilan ............................................ 23 Karakteristik Data Pencilan............................................................. 23 Pengujian Kesamaan antara Volume WvW dan Volume Aktual ... 24 Keakuratan Pendugaan Berdasarkan Nilai Simpangan Rata-rata Relatif dan Simpangan Agregat Relatif........................... 25 Penyesuaian Volume dengan Menggunakan Tabel Tegakan.......... 25 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .............................................................................................. 26 Saran ........................................................................................................ 26 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 27 LAMPIRAN ....................................................................................................... 28
DAFTAR TABEL Halaman 1. ANOVA VWvW dengan Vaktual .................................................................... 12 2. Ikhtisar penyebaran kelas hutan KP Jati jangka 2004-2007 (Hasil Revisi) .............................................................................................. 18 3. Penyebaran petak ukur pada masing-masing KU ....................................... 19 4. Perbedaan bonita register terhadap bonita hasil perhitungan di lapangan .. 20 5. Rekapitulasi rasio kenormalan kondisi tegakan .......................................... 21 6. Rekapitulasi matriks korelasi rasio hasil aktual terhadap hasil dari tabel... 21 7. Persamaan regresi untuk masing-masing KU di lapangan .......................... 22 8. Persamaan regresi untuk masing-masing KU setelah penghilangan pencilan ....................................................................................................... 23 9. Data pencilan pada masing-masing KU ...................................................... 24 10. Rekapitulasi pengujian β0 dan β1 ............................................................... 24 11. Rumus penyesuaian volume dengan menggunakan tabel tegakan ............ 25
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Rekapitulasi data pada masing-masing KU ................................................. 29 2. Eksplorasi data tegakan ................................................................................ 31 3. Matriks korelasi antar rasio .......................................................................... 33 4. Diagram pencar dengan seluruh pengamatan .............................................. 34 5. Diagram pencar setelah penghilangan pencilan ........................................... 35 6. Hasil analisi ragam VWvW dan Vaktual masing-masing KU ........................... 36 7. Data pencilan masing-masing KU ............................................................... 37 8. Hasil analisis dalam penentuan hubungan antara tabel tegakan WvW dengan TVL di lapangan .............................................................................. 38 9. Hasil analisis dalam penetuan hubungan antara tabel tegakan WvW dengan TVL setelah penghilangan pencilan ................................................ 40
PENDAHULUAN Latar Belakang Pemanfaatan hasil hutan telah berkembang begitu pesat saat ini sehingga dikhawatirkan hutan Indonesia akan rusak atau hilang. Maka dari itu diperlukan pengelolaan hutan yang lestari yang mampu menjamin fungsi produksi, ekologis maupun sosial budayanya. Hal ini mengharuskan adanya pengelolaan sumberdaya hutan yang baik, yang dapat dilakukan berdasarkan perencanaan yang cermat dan terarah agar dapat mencapai hasil yang optimal. Sehingga diperlukan penyediaan data pokok yang akurat untuk dipergunakan dalam pengaturan kelestarian. Inventarisasi hutan merupakan kegiatan untuk mengumpulkan dan menyusun data dan informasi mengenai sumberdaya hutan. Salah satu hasil dari inventarisasi ini berupa potensi tegakan yang dinyatakan dalam volume. Dalam menentukan volume yang akurat diperlukan dimensi pohon yang berupa diameter, tinggi dan angka bentuk pohon tersebut. Atas dasar ini maka telah dikembangkan metode untuk menduga volume tegakan dalam menyusun rencana pengusahaan hutan, yaitu dengan menggunakan tabel tegakan jenis jati Wolf von Wulfing yang dibuat pada tahun 1932. Sampai sekarang Perum Perhutani masih menggunakan tabel tegakan ini dalam menduga volume tegakan pada hutan tanaman jati. Prinsip dasar pendugaan volume tegakan ini yaitu dengan mengetahui kelas umur, bonita dan kerapatan bidang dasarnya. Untuk menentukan volume pohon berdiri dengan cepat dan akurat dapat dilakukan dengan tabel volume lokal. Penggunaan tabel volume lokal ini dinilai efektif dan efisien, ini disebabkan karena dalam penggunaannya hanya membutuhkan satu dimensi saja yaitu diameter setinggi dada (Dbh).
Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan taksiran volume berdasarkan tabel tegakan jati Wolf von Wulfing (VWvW) dan dengan volume aktual hasil dari inventarisasi hutan di lapangan dengan menggunakan tabel volume lokal (Vaktual) yang biasa digunakan oleh Perum Perhutani.
2
Manfaat Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai keabsahan penggunaan Tabel Tegakan Jati Wolf von Wulfing dalam pendugaan volume tegakan hutan tanaman jati di Perum Perhutani, khususnya di KPH Cianjur.
Hipotesis Penelitian Pendugaan volume tegakan antara VWvW yang diduga dari tabel tegakan jati Wolf von Wulfing dengan Vaktual yang diduga dari Tabel Volume Lokal (TVL) akan memberikan hasil yang sama, dengan asumsi kesalahan penggunaan TVL diabaikan.
TINJAUAN PUSTAKA Tectona grandis Tectona grandis Linn. F. ini termasuk dalam famili Verbenaceae. Di Indonesia dikenal dengan nama jati, disamping nama lain seperti jatih, deleg, jatos, dodolan dan kuliondoro (Heyne 1987). Sebaran alaminya di India, Myanmar dan Thailand. Sedangkan penyebaran tanaman di Indonesia ditemukan di seluruh Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sumbawa, Maluku dan Lampung. Dan tumbuh pada ketinggian 0-900 meter di atas permukaan air laut (Nurhasybi 2000). Tanaman jati membutuhkan iklim dengan curah hujan minimal 750 mm/tahun, optimum 1000-1500 mm/tahun, dan maksimum 2500 mm/tahun (walaupun demikian jati masih dapat tumbuh pada curah hujan 3750 mm/tahun). Suhu udara yang dibutuhkan tanaman jati minimum 13-17ºC dan maksimum 39-43ºC. Pada suhu optimal, 32-42ºC, tanaman jati akan menghasilkan kualitas kayu yang baik. Adapun kondisi kelembapan lingkungan tanaman jati yang optimal sekitar 80% untuk fase vegetatif dan 60-70% untuk fase generatif (Sumarna 2001). Selanjutnya dalam Sumarna, pertanaman jati akan tumbuh lebih baik pada lahan dengan kondisi fraksi lempung, lempung berpasir atau pada lahan liat berpasir. Sesuai dengan sifat fisiologis untuk menghasilkan pertumbuhan optimal, jati memerlukan kondisi solum lahan yang dalam dan keasaman tanah (pH) optimum sekitar 6,0.
Diameter dan Tinggi Pohon Diameter pohon yaitu panjang garis lurus yang menghubungkan dua buah titik pada garis lingkaran luar pohon dan melalui titik pusat penampang melintangnya (Bruce dan Schumacer 1950 dalam Lembaga Penelitian IPB 1985). Diameter merupakan salah satu dimensi pohon yang mempunyai arti penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan pengelolaan (Departeman Kehutanan 1992). Diameter diukur pada garis setinggi dada atau 130 cm di atas tanah untuk pohon yang tidak berbanir. Untuk pohon
4
yang berbanir dengan tinggi banir lebih dari 110 cm, diameter diukur pada garis setinggi 20 cm dari puncak banir (Direktorat Jendral Kehutanan 1976). Setelah diameter, tinggi pohon adalah dimensi lain yang mempunyai arti penting dalam penaksiran hasil hutan. Bersama diameter, tinggi pohon diperlukan untuk menaksir volume dan riap. Secara khusus tinggi pohon dapat dihubungkan dengan umur hutan tanaman untuk menentukan kelas kesuburan tanah atau bonita (Simon 1993). Dalam inventarisasi hutan dikenal beberapa macam tinggi pohon antara lain yaitu tinggi total dan tinggi bebas cabang. Tinggi total yaitu tinggi dari pangkal pohon di permukaan tanah sampai puncak pohon. Di dalam tabel volume, tinggi total dipakai untuk menentukan kelas bonita. Sedangkan tinggi bebas cabang adalah tinggi pohon dari pangkal batang di permukaan tanah sampai cabang pertama (Simon 1993).
Volume Pohon Pendugaan volume pohon adalah salah satu perangkat penting dalam perencanaan pengelolaan hutan. Salah satu jenis data yang diperlukan dalam perencanaan pengelolaan hutan ialah dugaan potensi atau massa tegakan. Pengumpulan data massa tegakan dilakukan melalui kegiatan inventarisasi yang selalu melibatkan pendugaan volume pohon (Departemen Kehutanan dan Perkebunan 1999). Penaksiran volume tegakan pada dasarnya merupakan penjumlahan seluruh volume pohon yang menyusun tegakan tersebut. Jadi, untuk penaksiran volume tegakan harus melalui penaksiran volume individu pohon. Rumus umum volume kayu industri pohon didasarkan pada rumus silinder (Departemen Kehutanan 1992). Oleh karena bentuk pohon bervariasi menurut jenis atau kelompok jenis dari satu lokasi ke lokasi lainnya, maka dalam penyusunan perangkat pendugaan volume pohon perlu memperhatikan karakteristik tersebut. Perangkat pendugaan volume pohon yang bersifat umum untuk berbagai jenis dan lokasi hutan dapat menyebabkan hasil dugaan yang kurang teliti, tidak akurat atau bias, sehingga
5
informasi massa tegakan yang dihasilkan bisa underestimate atau overestimate (Departemen Kehutanan dan Perkebunan 1999).
Tabel Volume Lokal Penyusunan tabel volume bertujuan untuk menyediakan perangkat pendugaan volume pohon berdiri untuk keperluan inventarisasi massa tegakan (Departemen Kehutanan dan Perkebunan 1999). Sedangkan menurut Simon (1993), penyusunan tabel lokal ditujukan untuk penaksiran volume kayu bagi jenis pohon tertentu dalam lingkup wilayah yang terbatas. Ini dimaksudkan untuk memperkecil kesalahan ragam dimensi pohon, khususnya tinggi dan bentuk pohon, yang disebabkan antara lain oleh pengaruh kesuburan tanah, keadaan tempat tumbuh, dan struktur hutannya. Sebenarnya tabel lokal ini diturunkan dari tabel normal (Wolf von Wulfing), tetapi hanya menggunakan satu dimensi saja yaitu diameter setinggi dada.
Tabel Tegakan Tabel tegakan adalah suatu tabel yang memuat dimensi-dimensi tegakan pada berbagai umur tegakan dalam kondisi normal. Dimensi tegakan tersebut antara lain yaitu umur, peninggi, bonita, luas bidang dasar (lbds), volume kayu, riap dan lain-lain. Untuk menentukan massa kayu kelas umur berdasarkan tabel tegakan, beberapa hal yang harus diketahui yaitu : 1. Umur rata-rata seluruh tegakan 2. Bonita rata-rata untuk masing-masing Kelas Umur 3. Kerapatan Bidang Dasar untuk masing-masing Kelas Umur Di Indonesia tabel normal yang umum digunakan oleh Perum Perhutani untuk hutan tanaman Jati disusun oleh von Wulffing. Diumumkan pada tahun 1932, tabel tersebut mula-mula hanya berisi dua macam sortimen kayu yaitu kayu pohon dan kayu tebal. Pada tahun 1936, Ferguson menambahkan satu sortimen lagi, yaitu kayu batang karena justru sortimen inilah yang mempunyai nilai praktis (Simon 1993). Di dalam tabel tegakan Wolf von Wulfing terdapat berbagai singkatansingkatan sebagai berikut :
6
a. Oh (Opperhhogte), peninggi, yaitu rata-rata tinggi dari 100 pohon tertinggi dalam satu hektar, yang harus tersebar rata pada luas yang bersangkutan b. S%, jarak ruangan relatif, yaitu jarak rata-rata antara pohon-pohon, dinyatakan dalam % dari peninggi c. N, yaitu jumlah batang per hektar d. G, luas bidang dasar total pada tinggi 1,30 meter per hektar e. hg, tinggi rata-rata, yaitu rata-rata tinggi pada luas bidang rata-rata dari tegakan f. gd, diameter luas bidang dasar rata-rata dari tegakan yaitu diameter yang dihitung dari luas bidang dasar rata-rata g. bm (boomhout), kayu pohon, yaitu kayu dari seluruh pohon dengan kulit. Tunggak yang ditentukan tingginya 1/3 dari diameter dekat pada kaki pohon tidak diperhitungkan h. dk (tikhout), kayu tebal, yaitu dengan kulit yang berdiameter sama atau lebih besar dari 7 cm, bagian tonggak tidak diperhitungakan i. st’ (stamhout zonder bost), kayu batang tanpa kulit yaitu kayu batang tanpa kulit yang terletak di antara tinggi tonggak normal dan permulaan tajuk; sebagai tonggak normal ditetapkan 1% dari tinggi pohon (Kerjasama antara Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada dan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor 2004).
Bonita Pada umumnya bonita ditetapkan berdasarkan kondisi fisik yaitu kemampuan tempat tumbuh untuk menghasilkan kayu dalam ukuran massa (volume). Kualitas tegakan dapat dipengaruhi oleh tindakan-tindakan silvikultur seperti penjarangan, pemangkasan dan lain-lain. Volume tegakan atau kapasitas produksi tergantung kepada faktor-faktor: umur, garis tengah rata-rata tegakan, tinggi rata-rata tegakan serta jenis pohon (Haeruman 1965 dalam Muhdin 1980). Bonita hanya ditetapkan dan berlaku untuk suatu jenis tertentu saja. Jadi setiap jenis mempunyai kelas bonita sendiri. Bonita (kelas kesuburan tanah) dapat ditentukan dari tinggi pohon dan umur hutan tanamannya. Dalam tabel normal hutan tanaman jati, dikenal ada 11 kelas kesuburan tanah, mulai dari yang paling kurus bonita I, I/II, sampai dengan bonita VI. Indeks bonita untuk hutan tanaman
7
jati ditentukan pada umur 80 tahun dengan perbedaan antar kelas yang berurutan 3 m. Dari bonita I sampai VI, berturut-turut adalah 15, 18, sampai dengan 45 m (Simon 1993).
Peninggi Tinggi rata-rata pohon dominan pada hutan tanaman dinamakan peninggi. Pada hutan tanaman Jati di Jawa, peninggi adalah tinggi rata-rata 100 pohon tertinggi dalam satu hektar yang letaknya tersebar merata atau rata-rata pohon dominan (Simon 1993). Selanjutnya dalam Simon (1993), terdapat kekurangan peninggi sebagai parameter untuk mengukur kualita tempat tumbuh, antara lain yaitu : 1. Penentuan kualita tempat tumbuh untuk kawasan hutan yang kosong juga tak mungkin dapat dilakukan. Efek kerapatan tegakan tidak diperhatikan sehingga untuk kondisi tertentu hasil pengukurannya dapat kurang sahih. Misalnya apabila terlalu jarang, sulit diketahui apakah pohon yang diukur tingginya merupakan pohon dominan dan kodominan atau pohon tertekan. Pengaruh semacam ini sangat nyata pada tegakan tanaman jati di Jawa yang mengalami pencurian berat. Karena pohon dominan dan kodominan telah habis dicuri, maka tegakan tinggal sebenarnya hanya tersusun atas pohon-pohon tertekan. Akibatnya, kalau tegakan tinggal tersebut dipakai sebagai dasar untuk menentukan peninggi, hasilnya akan underestimate. 2. Peninggi tidak bersifat konstan, melainkan akan berubah secara periodik karena pengaruh lingkungan dan variasi perubahan iklim.
Luas Bidang Dasar dan Kerapatan Bidang Dasar Apabila digunakan diameter setinggi dada dalam pengukuran, yang dimaksud dengan bidang dasar pohon adalah penampang lintang batang pada 1,3 m dari permukaan tanah. Luas bidang dasar (Lbds) individu pohon dihitung dengan rumus lingkaran, yaitu : g = ¼ · π · d2 Keterangan: g = Luas Bidang Dasar pohon d = diameter pohon
8
Lbds lapangan diperoleh dari pengukuran petak ukur lingkaran; tiap pohon dalam petak ukur diameternya, sehingga bisa diketahui luas penampang melintangnya. Dengan menjumlahkan seluruh luas penampang pohon contoh, dapat diketahui jumlah luas penampang lintang semua pohon contoh dan kemudian luas bidang dasar tegakan untuk satu hektar dapat dihitung. Dari luas bidang dasar tersebut, dapat ditaksir kerapatan bidang dasarnya (KBD). KBD dipakai sebagai kriteria untuk menyatakan kualita tegakan pada hutan tanaman jati di Jawa sejak tahun 1974. Nilai KBD ditentukan per anak petak, dengan membandingkan Lbds tegakan di lapangan dengan Lbds tabel normal untuk bonita dan umur yang sama (Simon 1993). Pendugaan volume (potensi) tegakan pada hutan tanaman biasanya dilakukan berdasarkan volume yang ada di tabel tegakan. Prinsip dasar pendugaan volume tegakan yaitu dengan mengalikan volume tegakan dari tabel tegakan (pada umur dan bonita tertentu) dengan kerapatan bidang dasar, sehingga : VWvW = Vtabel x KBD = Volume dugaan berdasarkan umur tertentu
Keterangan : VWvW
= Volume tegakan dari tabel tegakan normal
Vtabel
KBD =
LuasBidangDasarLapangan(Lbdsl ) LuasBidangDasarTabel (Lbdst )
(Suharlan, Sumarna, dan Sudiono 1975) Pemakaian KBD pada pendugaan volume tersebut memiliki kelemahan, karena berlandaskan pada berbagai asumsi dasar yang belum teruji kebenarannya, antara lain KBD dan bonita setiap petak atau anak petak bersifat konstan selama daur. Sedangkan selama pertumbuhan tegakan dapat terjadi perubahan kualitas tempat tumbuh akibat adanya penambahan unsur-unsur hara yang berasal dari tegakan tersebut atau dari lingkungannya sehingga kesuburannya meningkat, atau sebaliknya, yang mengakibatkan terjadinya perubahan bonita (Muhdin 1990).
Systematic Sampling With Random Start Sistematik sampling adalah suatu cara pengambilan contoh yang dilakukan dengan suatu pola yang bersifat sistematik yang telah ditentukan terlebih dahulu. Tujuan utama penggunaannya adalah agar penempatan contoh di seluruh bagian
9
populasi dapat tersebar merata. Untuk mengurangi kesalahan pelaksanaan sistematik sampling dikombinasikan dengan random sampling, yaitu dengan menentukan salah satu contoh secara random, kemudian contoh lainnya secara sistematik sesuai dengan pola yang telah ditetapkan. Cara ini lazim disebut dengan Systematic Sampling With Random Start (Simon 1993). Menurut Cochran (1991), sistem ini
memiliki keuntungan bila
dibandingkan dengan penarikan contoh acak sederhana, yaitu : 1. Metode sistematik lebih mudah dilakukan dengan tanpa kesalahan dan dapat dilakukan secara cermat serta menghemat waktu. 2. Penarikan contoh sistematik lebih teliti dibandingkan dengan penarikan contoh acak sederhana dimana contoh sistematik lebih menyebar dalam populasinya.
METODOLOGI PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di BKPH Tanggeung, KPH Cianjur Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten pada bulan Juli 2005.
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : pita ukur, tally
sheet, haga hypsometer, tabel tegakan Wolf von Wulfing, alat tulis, kalkulator, seperangkat komputer dengan program Microsoft Excel dan Minitab 13. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tegakan jati Kelas Umur (KU) III, IV dan V.
Pemilihan Contoh Penelitian ini dilakukan dengan membuat petak ukur (PU). PU yang diambil yaitu sebanyak 20 PU untuk KU III, 30 PU untuk KU IV dan 22 PU untuk KU V. Dengan luas PU sesuai dengan yang digunakan di Perum Perhutani, yaitu 0,04 Ha untuk KU III dan KU IV serta 0,1 Ha untuk KU V. Pengambilan contoh diawali dengan penentuan titik pusat petak ukur yang pertama secara acak dan untuk titik pusat petak contoh lainnya dilakukan secara sistematik dengan jarak antar petak ukur sejauh 100 m. Jarak 100 m ini diambil karena adanya keterbatasan waktu dan tenaga.
Pengumpulan Data Data dalam penelitian terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primernya berupa data yang didapat langsung di lapangan yaitu diameter pohon setinggi dada (130 cm dari permukaan tanah) dan tinggi total pohon. Sedangkan data sekundernya berupa keadaan umum lokasi penelitian, umur tegakan dan peta berdasarkan Kelas Umur. Pada pengukuran dengan menggunakan metode
Systematic Sampling with Random Start, dilakukan pengukuran diameter terhadap semua pohon yang berada di dalam petak ukur dan pengukuran terhadap tinggi total 100 pohon tertinggi dalam 1 hektar untuk dirata-ratakan menjadi peninggi.
11
Pengolahan Data Volume Aktual Hasil Inventarisasi Volume aktual (Vaktual) diperoleh dengan menggunakan bantuan Tabel Volume Lokal (TVL) jenis jati yang berlaku di KPH Cianjur. Untuk menggunakan TVL ini diperlukan pengukuran diameter setinggi dada dari seluruh pohon yang berada di dalam petak ukur contoh.
Luas Bidang Dasar Dari diameter pohon yang diukur di lapangan, bisa diperoleh nilai luas bidang dasar pohon dengan rumus : g = ¼ · π · d2 Keterangan : g = luas bidang dasar pohon d = diameter pohon Luas bidang dasar tegakan pada areal PU ke-i (gi) dapat dihitung dengan menggunakan rumus : gi = ¼ · π (di12+di22+di32+..........+½dij2) Keterangan : gi = luas bidang dasar tegakan dalam PU ke-i dij = diameter pohon ke-j pada PU ke-i Rumus luas bidang dasar tegakan per hektar pada petak ukur yaitu : Gi = gi / Li Keterangan : gi = luas bidang dasar tegakan dalam PU ke-i Gi = luas bidang dasar per ha pada PU ke-i Li = luas petak ukur Sehingga untuk rata-rata luas bidang dasar per hektarnya bisa diperoleh dengan rumus : k
−
G=
∑G i =1
i
k
Keterangan : −
G = rata-rata luas bidang dasar tegakan per ha untuk seluruh tegakan k = jumlah petak ukur
12
Volume Berdasarkan Tabel Tegakan Dalam menentukan volume dari tabel tegakan terlebih dahulu diketahui umur, bonita dan kerapatan bidang dasarnya. Dimana bonita dapat diketahui setelah peninggi dan umurnya diketahui. Sedangkan kerapatan bidang dasar (KBD) didapat dari perbandingan antara luas bidang dasar di lapangan dengan luas bidang dasar dari tabel tegakan. Sehingga dapat diketahui VWvW= KBD x Vtabel Keterangan : VWvW = volume pendugaan dengan tabel WvW Vtabel = volume tabel tegakan dalam keadaan normal
Analisis Data Model Hubungan antara VWvW dan Vaktual Dilakukan pengujian hubungan antara volume tabel Wolf von Wulfing dengan volume hasil inventarisasi di lapangan. Dihipotesiskan volume dari tabel tegakan sama dengan volume hasil inventarisasi di lapangan, sehingga bila kedua nilai diplotkan ke dalam koordinat sumbu X dan Y akan membentuk garis dengan sudut 45°. Untuk menguji keeratan hubungan tersebut disusun persamaan regresi linear sederhana, yaitu: VWvW = β0 + β1Vaktual Keterangan :
VWvW
= volume pendugaan dengan tabel tegakan
Vaktual
= volume aktual di lapangan
β0,β1
= konstanta regresi
Nilai F-hitung dapat dicari dengan analisis keragaman (ANOVA) seperti pada tebel berikut ini : Tabel 1. ANOVA VWvW dengan Vaktual Sumber Keragaman Regresi Sisa Total
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
1 n-2 n-1
JK regresi JK sisa JK total
JKR/ JKS JKS/ JKT
F-Hitung KT regresi KT sisa
13
Untuk mengetahui hubungan regresi signifikan yang nyata antara Vwvw dengan Vaktual, dilakukan uji signifikasi F. Yaitu dengan cara membandingkan nilai F-Hitung dengan nilai F tabel. F-Hitung =
KTregresi KTsisa
Kemudian dilakukan pengujian hipotesis dengan kriteria sebagai berikut : H0 : β1 = 0 H1 : β1 ≠ 0 Jika F-Hitung ≤ F-Tabel, maka terima H0 Jika F-Hitung > F-Tabel, maka terima H1
Nilai-P Nilai-P yang didapat dari hasil keluaran minitab menunjukkan nilai resiko kesalahan terhadap pengambilan keputusan. Adapun ketentuan yang berlaku yaitu: 1. Jika P < 0,01, artinya tolak H0, maka pada taraf nyata 5% hubungan antara peubah bebas dan peubah tak bebasnya bersifat sangat nyata. 2. Jika 0,01 ≤ P ≤ 0,05, artinya tolak H0, maka pada taraf nyata 5% hubungan antara peubah bebas dan peubah tak bebasnya bersifat nyata. 3. Jika P > 0,05, artinya terima H0, maka pada taraf nyata 5% hubungan antara peubah bebas dan peubah tak bebasnya bersifat tidak nyata.
Pengujian Hipotesis Kesamaan Volume Pendugaan (VWvW) dan Volume Aktual (Vaktual) Untuk menguji apakah taksiran volume tegakan berdasarkan tabel tegakan Wolf von Wulfing (VWvW) memiliki akurasi yang sama dengan volume yang ditaksir dari hasil inventarisasi di lapangan (Vaktual), maka dilakukan pengujian hipotesis terhadap parameter model β0 dan β1. Pengujian β0 pada taraf uji 5% dengan hipotesis H0 : β0 = 0 H1 : β0 ≠ 0 t- hitung = Sbo =
bo , dimana bo = βo Sbo
Sbo 2
14
Sbo2 = KTS
ΣXi 2 n.JKX
Keterangan : jika t-hitung > t-tabel maka terima H1 jika t-hitung ≤ t-tabel maka terima H0 Pada pengujian β1 pada taraf uji 5% dengan hipotesis H0 : β1 = 1 H1 : β1 ≠ 1
b1 − 1 , dimana b1 = β1 Sb1
t-hitung =
Sb1 =
Sb1
Sb12 =
2
KTS JKX
Keterangan : jika t-hitung > t-tabel maka terima H1 jika t-hitung ≤ t-tabel maka terima H0. Simpangan Rata-rata Relatif dan Simpangan Agregat Relatif
Keakuratan suatu model ditunjukkan oleh besarnya selisih antara VWvW dengan Vaktual yang ada di lapangan. Semakin kecil selisihnya, maka tingkat ketepatannya tinggi. Keakuratan model ini diukur berdasarkan nilai simpangan rata-rata relatif (SRR) dan simpangan agregat relatif (SAR). Model penduga dikatakan akurat apabila SRR tidak lebih dari 8% dan besarnya SAR tidak lebih dari 1%. Semakin kecil nilai SRR dan SAR, menggambarkan tingkat ketepatan yang semakin tinggi. Nilai SAR yang terbaik adalah nilai SAR yang paling mendekati nilai nol. Adapun rumusnya yaitu:
SRR =
SAR =
⎛ VA − VWvW ⎞ ⎟ ⎟ ⎝ VWvW ⎠ × 100% n
∑ ⎜⎜
∑V − ∑VA × 100% ∑V WvW
WvW
Keterangan : SRR
= simpangan rata-rata
SAR
= simpangan agregat
Vwvw
= volume pendugaan dengan tabel tegakan WvW
VA
= volume aktual dengan tabel volume lokal (Vaktual)
n
= jumlah data
15
Eksplorasi Data Pencilan
Untuk medapatkan model terbaik hubungan antara VWvW dan Vaktual maka dilakukan penghilangan data pencilan. Salah satu indikator suatu pencilan yaitu berdasarkan nilai sisaan baku yang terbesar. Adapun rumusnya yaitu :
Ze =
e S
Keterangan : Ze = Sisaan baku e = galat = yi − Yˆi = yi − β o − β1 xi S2 = KTS Penyesuaian Volume dengan Menggunakan Tabel Tegakan
Dari nilai VWvW dan Vaktual didapatkan nilai rumus penyesuaian sehingga didapatkan pembanding yang setara antara potensi tegakan dengan volume aktual tegakan. Ada tiga kemungkinan rumus penyesuaian yang digunakan dalam menentukan nilai Vaktual koreksi (VA’), yaitu: 1. Apabila β0 ≠ 0 (terima H1) dan β1 ≠ 1 (terima H1) VA’ =
VWvW − β 0
β1
2. Apabila β0 = 0 (terima H0) dan β1 ≠ 1 (terima H1) VA’ =
VWvW
β1
3. Apabila β0 ≠ 0 (terima H1) dan β1 = 1 (terima H0) VA’ = VWvW − β 0
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas
Luas wilayah KPH Cianjur hasil penataan semula : 69.307,16 Ha berkurang menjadi 67.589,31 Ha, karena seluas 1.717,85 Ha masuk perluasan TN Gede Pangrango sesuai SK Menhut No. 174 th 2003. Secara administratif ketataprajaan KPH Cianjur berada di Kabupaten DT II. Cianjur, kecuali sebagian kelompok hutan Gn. Kencana seluas 1.366 Ha terletak di wilayah Kabupaten DT II. Sukabumi, dengan batas administratif sebagai berikut : a. Bagian Utara berbatasan dengan KPH Purwakarta dan KPH Bogor b. Bagian Timur berbatasan dengan KPH Bandung Utara, KPH Garut dan KPH Bandung Selatan c. Bagian Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia d. Bagian Barat berbatasan dengan KPH Sukabumi dan KPH Bogor. Sedangkan secara geografis atau berdasarkan Garis Lintang, wilayah KPH Cianjur terletak pada 106°4’ - 107°25’ BT dan 6°21’ - 7°32’ LS (Revisi RPKH KP Jati KPH Cianjur 2003).
Topografi
Topografi pada kawasan hutan wilayah KPH Cianjur mulai dari daratan rendah sampai pegunungan dengan ketinggian berkisar dari 5 meter sampai dengan 2.829 meter dari permukaan laut. Berdasarkan keadaan topografi tersebut, kawasan hutan KPH Cianjur begian barat yang mempunyai ketinggian rata-rata 1.000 m dari permukaan laut, besar pengaruhnya terhadap hidrologi wilayah sekitarnya atau kelompok hutan yang mempunyai kelerengan di atas 50%. Sedangkan lapangan yang mempunyai konfigurasi lapangan landai sampai dengan bergelombang masuk dalam Kelas Perusahaan Jati, yaitu dengan ketinggian antara 5 m sampai dengan 576 m (Revisi RPKH KP Jati KPH Cianjur 2003).
Tanah
Menurut Seksi Perencanaan Hutan II Cianjur 2003, jenis tanah di kawasan KPH Cianjur menurut peta De Jongh dan Mohr, dari utara ke selatan terdiri atas :
17
a. Tanah laterit kuning dan sawo dari bahan gunung api b. Tanah abu yang mulai dan telah lanjut hancur, masih kaya dengan simpanan mineral c. Tanah laterit merah dan sawo dari batuan yang tua d. Tanah laterit merah dari bahan gunung api dan amat miskin dengan simpanan mineral (Revisi RPKH KP Jati KPH Cianjur 2003). Iklim
Wilayah hutan KPH Cianjur terletak pada suatu daerah dengan musim hujan dan musim kemarau yang jelas. Pada beberapa tempat di sekitar wilayah hutan terdapat beberapa stasiun hujan, sehingga dari data stasiun hujan tersebut dapat diketahui adanya bulan basah, bulan lembab dan bulan kering. KPH Cianjur termasuk ke dalam tipe iklim B (Revisi RPKH KP Jati KPH Cianjur 2003).
Sosial Ekonomi
Data jumlah penduduk yang dipakai adalah data berdasarkan hasil regristrasi penduduk akhir tahun 2001. Jumlah penduduk dalam kecamatan yang masuk dalam wilayah kerja KPH Cianjur adalah 1.975.130 orang, terdiri atas 998.260 laki-laki dan 976.870 perempuan dengan jumlah keluarga sebanyak 542.617 KK. Rasio penduduk laki-laki terhadap perempuan adalah sebesar 102,19. Artinya, dalam 100 penduduk perempuan terdapat 102 penduduk laki-laki (Revisi RPKH KP Jati KPH Cianjur 2003).
Kondisi Hutan Tanaman Jati
Bagian Hutan adalah suatu areal hutan yang ditetapkan sebagai kesatuan produksi dan eksploitasi dan secara umum merupakan kesatuan kelestarian hutan. Dengan demikian, diharapkan dapat menghasilkan kayu setiap tahun secara terusmenerus dalam jumlah yang memenuhi syarat pengelolaan hutan yang baik dan sesuai dengan azas kelestarian hutan. Luas wilayah hutan Kelas Perusahaan (KP) Jati KPH Cianjur berdasarkan hasil revisi jangka tahun 2004 - 2007 seluas 20.397,39 Ha, luas tersebut berbeda dibandingkan dengan RPKH jangka tahun 1998 – 2007 seluas 19.042,39 Ha yang
18
disebabkan adanya penambahan dari KP Pinus yang ditunda penataannya seluas 1.335,00 Ha. KP Jati KPH Cianjur terbagi menjadi dua bagian hutan, yaitu : a. Bagian Hutan Ciranjang seluas 6.947,41 Ha b. Bagian Hutan Sindangbarang seluas 13.449,98 Ha. Yang dibagi-bagi menjadi petak-petak yang dibatasi oleh alur induk atau anak alur. Tabel 2. Ikhtisar penyebaran Kelas Hutan KP Jati jangka 2004-2007 (Hasil Revisi). Kelas Hutan
Bagian Hutan (Ha) Ciranjang Sindangbarang
Jumlah (Ha)
I. Baik Untuk Tebang Habis A1. Produktif (HP) A2. Prod. (HPT ≤ 15%) A3. Prod. (HPT > 15%)
3.001,62 66,15 104,50
64,94 5.505,82 384,28
3.066,56 5.571,97 488,78
Jumlah
3.172,27
5.955,04
9.127,31
B1. Tidak Prod. (HP) B2. Tidak Prod. (HPT ≤ 15%) B3. Tidak Prod. (HPT > 15%)
2.698,50 398,21 290,68
807,64 3.167,36 1.446,55
3.506,14 3.565,57 1737,23
Jumlah II. Tidak Baik Untuk Tebang Habis III. Tidak Baik untuk Jati IV.Tanaman Jenis Kayu Lain V. Tidak Baik untuk Penghasilan VI. Lapangan Dengan Tujuan Istimewa VII. SA/HW VIII. Hutan Lindung Total Jumlah
3.387,39
5.421,55
8.808,94
0,00
0,00
0,00
0,00
144,81
144,81
150,75
1.400,93
1.551,68
47,70
232,32
280,02
189,30
295,33
484,63
0,00 0,00 6.947,41
0,00 0,00 13.449,98
0,00 0,00 20.397,39
Sumber : Revisi RPKH Kelas Perusahaan Jati KPH Cianjur, 2003
HASIL DAN PEMBAHASAN Data dan Penyebaran Petak Ukur
Inventarisasi guna mendapatkan data untuk penelitian ini dilakukan dengan membuat petak ukur (PU) pada Kelas Umur (KU) III, IV dan V di BKPH Tanggeung, KPH Cianjur. Adapun penyebaran PU pada masing-masing KU adalah sebagai berikut : Tabel 3. Penyebaran petak ukur masing-masing KU
KU
No.
III
1. 2. 3. 4. 5.
RPH
No. Petak
Salatri Salatri Salatri Salatri Salatri
84 A 84 B 84 E 84 H 86 B
Umur
Bonita Register
Jumlah PU di Lapangan
Jumlah PU setelah Penghilangan Pencilan
29 29 29 28 29
III II½ IV III III½
4 4 4 4 4
3 4 4 4 4
20
19
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 8 7 7
3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 29 7 6 6
22
19
Jumlah IV
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
V
1. 2. 3.
Salatri Salatri Salatri Salatri Salatri Salatri Walahir Walahir Walahir Walahir
84 G 86 D 88 A 89 D 89 F 92 B 93 A 95 D 98 B 99 D Jumlah Ciogong 71 E Ciogong 73 A Salatri 85 C Jumlah
33 39 39 36 36 33 40 33 33 33
III III III½ IV III½ II II½ III½ IV IV½
42 46 46
II III½ III
20
Eksplorasi Data Tegakan Perbedaan Bonita
Tabel 4. Perbedaaan bonita register terhadap bonita hasil perhitungan di lapangan Perbedaan Bonita Lebih Rendah Sama Lebih Tinggi Jumlah
Jumlah PU 36 15 21 72
Jumlah (%) 50 20,83 29,17 100
Perbedaan antara bonita register dengan bonita hasil perhitungan di lapangan ini bisa dikarenakan kondisi di lapangan yang sudah berubah, sehingga bisa mengakibatkan perbedaan perhitungan bonitanya. Bonita register yang digunakan yaitu berdasarkan Revisi Rencana Pengusahaan Kelestarian Hutan Kelas Perusahaan Jati Tahun 2004. Pencurian kayu dan kesalahan pada saat pengukuran bisa mempengaruhi hasil pengukuran bonita di lapangan, sehingga bonita di lapangan berbeda dengan bonita yang ada di register. Ini juga berarti peninggi tidak selalu bisa menjadi indikator dalam perhitungan bonita. Kenormalan Kondisi Tegakan
Sebelum melakukan pengujian terhadap model yang diperoleh, dilakukan eksplorasi terhadap data tegakannya terlebih dahulu untuk mengetahui kenormalan tegakan tersebut. Pengujiannya dilakukan dengan menggunakan rasio dengan empat komponen yaitu rasio jumlah pohon per hektar, rasio diameter ratarata, rasio Lbds per hektar (KBD) dan rasio antara Vaktual dan Vtabel dari tabel tegakan normal. Tegakan dikatakan normal apabila memiliki rasio antara nilai aktual di lapangan dengan nilai tabel dalam keadaan normal memiliki nilai 1 (satu). Nilai ini menunjukkan bahwa keadaan di lapangan sama dengan keadaan normal yang ada di tabel tegakan normal. Hasil rasio kenormalan seperti yang terlihat dalam Tabel 5 menunjukkan bahwa kondisi tegakannya tidak normal. Ini bisa dilihat dari rasio jumlah pohon, rasio diameter rata-rata, rasio Lbds dan rasio volume pada masing-masing KU yang tidak bernilai 1. Koefisien keragaman (CV) dapat digunakan untuk menilai homogenitas contoh yang diambil. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rasio jumlah pohon, rasio diameter rata-rata, rasio Lbds dan juga rasio volumenya didapatkan nilai CV yang besar secara berurutan yaitu 58,06%, 30,49%, 41,20% dan 55,16%. Ini
21
berarti tingkat keragaman rasio kenormalan kondisi tegakan yang diukur tinggi atau heterogen. Tabel 5. Rekapitulasi rasio kenormalan kondisi tegakan Rasio N aktual N tabel d aktual d tabel
Lbds aktual Lbds tabel
Vaktual Vtabel
Kelas Umur
Rata-rata
III IV V Seluruh KU III IV V Seluruh KU III IV V Seluruh KU III IV V Seluruh KU
1,61 0,93 0,56 1,00 0,80 1,44 1,42 1,26 1,11 1,81 1,07 1,39 0,50 1,17 0,63 0,82
Simpangan Baku 0,50 0,47 0,21 0,58 1,16 0,60 0,92 0,38 0,36 1,08 0,57 0,57 0,31 0,50 0,19 0,45
CV (%) 31,38 50,59 38,64 58,06 20,18 41,48 64,96 30,49 32,12 59,61 53,53 41,21 62,21 42,38 30,01 55,16
Keterangan : CV = koefisien keragaman
Keempat komponen yang ingin diketahui keeratan hubungannya yaitu rasio antara nilai aktual dan nilai tabel untuk jumlah pohon, diameter rata-rata, Lbds per hektar (KBD) dan volume. Adapun rekapitulasi hasil matriks korelasi antara empat komponen rasio yang diperoleh disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 6. Rekapitulasi matriks korelasi rasio hasil aktual terhadap hasil tabel N aktual d aktual Lbds aktual Rasio N tabel d tabel Lbds tabel d aktual d tabel Lbds aktual Lbds tabel Vaktual Vtabel
-0,784
-
-
0,255
0,220
-
0,000
0,451
0,816
Nilai korelasi antara rasio jumlah pohon dan rasio diameter rata-rata yang bernilai negatif menunjukkan bahwa kedua rasio tersebut mempunyai hubungan yang terbalik.Dari matriks korelasi diharapkan terdapat hubungan yang erat antara
22
rasio volume dengan rasio Lbds per hektar (KBD). Ketiga komponen yang diuji korelasinya terhadap rasio volume, baik pada KU III, IV, V dan dengan seluruh KU nilai korelasi terbesar yaitu antara rasio volume dengan rasio Lbds per hektar (KBD). Sehingga penggunaan KBD dalam menduga volume masih layak untuk dilakukan.
Model Hubungan VWVW dan Vaktual Model dengan Seluruh Data Pengamatan
Untuk menentukan persamaan regresi hubungan antara VWvW dan Vaktual ditentukan dengan mengetahui diagram pencarnya terlebih dahulu, yang dibuat dengan memplotkan titik-titik yang menghubungkan antara VWvW dan Vaktual tersebut. Diagram pencar setiap KU disajikan dalam Lampiran 4 dan 5. Hasil pendugaan volume tegakan yang sama antara VWvW dengan Vaktual merupakan hipotesa dari penelitian ini, dengan asumsi kesalahan penggunaan TVL diabaikan. Untuk mengetahuinya diperlukan analisa hubungan antara kedua volume tersebut pada setiap Kelas Umur (KU). Analisis hubungan antara VWvW dengan Vaktual dapat dilakukan dengan menyusun
suatu
persamaan
regresi
sederhana, VWvW = β0 + β1 Vaktual. Tabel 7. Persamaan regresi untuk masing-masing KU di lapangan KU
Persamaan Regresi
Koefisien Determinasi 29,4 68,2 54,8
Koefisien Korelasi 0,54 0,83 0,74
Nilai-P
III VWvW = 183 + 0,64 Vaktual 0,014 IV VWvW = 21,1 + 1,49 Vaktual 0,000 V VWvW = 49,3 + 1,32 Vaktual 0,000 Seluruh 54,0 0,73 0,000 VWvW = 101 + 1,09 Vaktual KU Analisis regresi yang dilakukan di atas menunjukkan bahwa pada KU III hipotesis H0 ditolak atau penerimaan hipotesis H1 yg artinya hubungan antara peubah bebas dan peubah tak bebasnya bersifat nyata pada taraf nyata 5 %, ini ditunjukkan dari nilai-P sebesar 0,014. Sedangkan pada KU IV, V dan dengan menggunakan seluruh KU hipotesis H0 ditolak atau penerimaan hipotesis H1 yang berarti bahwa hubungan antara peubah bebas dan peubah tak bebasnya bersifat nyata, ditujukkan dari nilai-P yang sebesar 0,000.
23
Pada KU III nilai R2-nya sangat kecil, hanya sebesar 0,294 jauh dari nilai yang seharusnya yaitu mendekati 1. Sedangkan pada KU IV, V dan juga dengan seluruh KU nilai R2-nya masih tergolong kecil ini berarti perlu dilakukan penghilangan data untuk memperbesar tingkat keeratan hubungannya. Model Setelah Penghilangan Pencilan
Setelah dilakukan penghilangan data yang berupa pencilan diharapkan didapatkan tingkat hubungan yang lebih erat. Analisis hubungan antara VWvW dengan Vaktual setelah penghilangan pencilan dapat dilakukan dengan menyusun suatu persamaan regresi sederhana, VWvW = β0 + β1Xi. Tabel 8. Persamaan regresi untuk masing-masing KU setelah penghilangan pencilan
VWvW = 87,3 + 1,67 Vaktual VWvW = 11,4 + 1,58 Vaktual VWvW = 43,2 + 1,34 Vaktual
Koefisien Determinasi 87,4 75,6 74,2
Koefisien Korelasi 0,93 0,87 0,86
VWvW = 69,6 + 1,35 Vaktual
70,7
0,84
KU
Persamaan Regresi
III IV V Seluruh KU
Nilai-P 0,000 0,000 0,000 0,000
Dari hasil analisis regresi yang dilakukan tersebut, dimana pada KU III dan KU IV diambil satu data petak ukur serta pada KU V diambil tiga data petak ukur, hipotesis H0 ditolak atau penerimaan hipotesis H1 dengan hubungan antara peubah bebas dan peubah tak bebasnya yang bersifat sangat nyata pada taraf nyata 5 %, dengan nilai-P sebesar 0,000. Penghilangan pencilan tersebut sangat berpengaruh terhadap ketelitian, ini bisa dilihat dari peningkatan nilai R2 yang sangat signifikan terutama pada KU III, dimana R2 dengan seluruh pengamatan sebesar 29,4 % dan meningkat menjadi 87,4 %. setelah dilakukan penghilangan pencilan. Karakteristik Data Pencilan
Data pencilan yang dihilangkan dari pengamatan mempunyai jumlah pohon aktual yang tidak normal, diduga ini mengakibatkan perbedaan antara VWvW dan Vaktual yang sangat besar. Apabila jumlah pohon di lapangan melebihi jumlah pohon dari tabel tegakan maka pertumbuhan diameternya akan terganggu
24
dan mempengaruhi nilai Lbds lapangan serta Vaktual-nya. Begitu pula bila jumlah pohon di lapangan jauh di bawah jumlah pohon dalam keadaan normal. Adapun rekapitulasi data pencilannya disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 9. Data pencilan pada masing-masing KU KU Petak Peninggi Bonita N1/N2 d1/d2 III 84 A 26 IV½ 2,16 0,63 IV 89 F 26,5 IV 0,74 1,35 85 C 23,4 III½ 1,06 1,02 V 71 E 27 IV 0,71 1,17 73 A 18 II 0,23 2,12
KBD 0,92 1,59 1,12 1,18 1,04
VA 358,70 248,36 98,86 136,56 127,09
VWVW 220,57 210,74 238,21 313,17 149,81
Keterangan : N1 = Jumlah pohon di lapangan per hektar N2 = Jumlah pohon diduga dari tabel tegakan Wolf von Wulfing d1 = diameter rata-rata di lapangan d2 = diameter rata-rata diduga dari tabel tegakan Wolf von Wulfing VA = volume aktual di lapangan VWVW = volume pendugaan dengan tabel tegakan Wolf von Wulfing
Pengujian Kesamaan antara Volume WvW dan Volume Aktual
Pengujian hipotesis β0 dan β1 dilakukan untuk mengetahui apakah taksiran VWvW memiliki akurasi yang sama dengan Vaktual. Adapun hipotesis pada pengujian β0 yaitu H0 : β0 = 0 dan H1 : β0 ≠ 0. Sedangkan pada pengujian β1 hipotesisnya
yaitu H0 : β1 = 1 dan H1 : β1 ≠ 1. Hasil yang diperoleh dari
pengujian β0 dan β1 ini bisa diketahui bahwa taksiran VWvW lebih tinggi dari Vaktual atau overestimate kecuali pada KU V. Rekapitulasi pengujiannya terlihat pada tabel berikut: Tabel 10. Rekapitulasi pengujian β0 dan β1 t-hitung
Kelas Umur (KU)
β0
β1
III
4,93
4,35
2,101
IV
0,33
3,340
2,048
V
1,82
1,77
2,101
Seluruh KU
4,09
3,226
1,960
t-tabel
Pengujian β0 β1 Terima H1 Terima H1 H1 : β0 ≠ 0 H1 : β1 ≠ 1 Terima H0 Terima H1 Ho : β0 = 0 H1 : β1 ≠ 1 Terima H0 Terima H0 Ho : β0 = 0 H0 : β1 = 1 Terima H1 Terima H1 H1 : β0 ≠ 0 H1 : β1 ≠ 1
Pendugaan volume dengan menggunakan tabel tegakan Wolf von Wulfing yang overestimate bisa mengancam kelestarian hutan. Hasil dari perencanaan
25
pengusahaan hutan yang berupa jatah tebang dengan menggunakan volume pendugaan (VWvW) mengakibatkan jatah tebang yang ditetapkan akan melebihi dari potensi yang ada di lapangan. Penebangan yang melebihi jatah seharusnya tersebut akan menyebabkan kelestarian hutan akan terganggu. Keakuratan Pendugaan Berdasarkan Nilai Simpangan Rata-rata dan Simpangan Agregat
Keakuratan suatu model ditunjukkan oleh besarnya selisih antara VWvW dengan Vaktual. Semakin kecil selisih maka tingkat ketepatannya tinggi. Keakuratan model ini diukur berdasarkan nilai simpangan rata-rata relatif (SRR) dan simpangan agregat relatif (SAR). Dengan menggunakan rumus diperoleh nilai SRR sebesar 44,79 % dan nilai SAR sebesar 45,36 %. Nilai SRR dan SAR yang lebih dari seharusnya ini menunjukkan tingkat keakuratan yang rendah. Penyesuaian Volume dengan Menggunakan Tabel Tegakan
Perbedaan Vaktual dan VWvW disebabkan karena Vaktual hanya menggunakan satu dimensi saja yaitu diameter setinggi dada, sedangkan VWvW menggunakan dimensi berupa umur dan bonita. Selain itu tabel tegakan Wolf von Wulfing ini disusun dalam keadaan tegakan normal, dimana nilai KBD satu dan bonita tetap sepanjang daur. Ini mengakibatkan penggunaan tabel Wolf von Wulfing saat ini perlu dilakukan adanya penyesuaian terlebih dahulu. Adapun rumus penyesuaian penyesuaian volume untuk setiap KU dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 11. Rumus penyesuaian volume dengan menggunakan tabel tegakan Kelas Umur (KU) III IV Seluruh KU
Rumus Penyesuaian V − 87,3 VA' = WvW 1,67 V VA' = WvW 1,58
VA' =
VWvW − 69,6 1,35
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Hipotesis pendugaan volume dengan tabel Wolf von Wulfing (VWvW) sama dengan volume aktual (Vaktual), ditolak untuk semua kelas umur (KU), dengan asumsi penggunaan TVL tidak mengandung kesalahan. 2. Model regresi hubungan antara VWvW dan Vaktual adalah VWvW = 87,3 + 1,67 Vaktual (R2 = 0,87) untuk KU III, VWvW = 11,4 + 1,58 Vaktual (R2 = 0,76) untuk KU IV, VWvW = 43,2 + 1,34 Vaktual ( R2 = 0,74) untuk KU V, dan VWvW = 69,6 + 1,35 Vaktual ( R2 = 0,71) untuk seluruh KU. 3. Dari pengujian β0 dan β1 dapat diketahui bahwa taksiran VWvW lebih tinggi dari taksiran Vaktual atau overestimate kecuali untuk KU V dimana didapatkan taksiran yang sama antara VWvW dan Vaktual-nya. 4. Nilai Simpangan Agregat Relatif (SAR) sebesar 45,36% dan Simpangan Rata-rata Relatif (SRR) sebesar 44,79%, menunjukkan bahwa tingkat keakuratan model yang rendah. 5. Penggunaan KBD dalam penduga volume dengan tabel tegakan jati Wolf von Wulfing masih layak untuk dilakukan, hal ini didukung oleh nilai korelasi antara KBD dengan Vaktual/ Vtabel sebesar 0,816. 6. Penggunaan tabel tegakan Wolf von Wulfing diperlukan koreksi penyesuaian dengan rumus VA' =
VA' =
VWvW − 87,3 V untuk KU III, VA' = WvW untuk KU IV, dan 1,67 1,58
VWvW − 69,6 untuk seluruh KU. 1,35
Saran
1. Tabel tegakan Wolf von Wulfing sebaiknya direvisi, namun untuk sementara dalam penggunaannya dapat menggunakan rumus koreksi penyesuaian. 2. Diperlukan penelitian lebih lanjut pada lokasi yang lain untuk mengetahui ketelitian penggunaan tabel tegakan jati Wof Von Wulfing.
DAFTAR PUSTAKA Cochran WG. 1991. Teknik Penarikan Sampel. Rudiansyah, penerjemah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Terjemahan dari: Sampling Techniques. [Dephut] Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 1992. Manual Kehutanan. Jakarta: Dephut. [Dephutbun] Departemen kehutanan dan Perkebunan. 1999. Panduan Kehutanan Indonesia. Jakarta: Dephutbun. [Dirjenhut] Direktorat Jendral Kehutanan Departemen Vademecum Kehutanan Indonesia. Jakarta: Dirjenhut.
Pertanian.
1976.
Divisi Praktek Umum. 2004. Petunjuk Praktek Pengelolaan Hutan Lestari. Kerjasama Antara Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada dan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Yogyakarta. Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid ke-3. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan. [LP IPB] Lembaga Penelitian IPB. 1985. Studi Tentang Penyusunan Tabel Isi Lokal Pohon Untuk Jenis-jenis Pinus, Puspa, Damar dan Tegakan Campuran di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB. Muhdin. 1990. Penilaian Kekonsistenan Bonita Tegakan Jati (Tectona grandis L.f) pada Berbagai Umur [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Nurhasybi. 2000. Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia. Jilid ke-1. Bogor: Balai Teknologi Perbenihan. Rahayu, N. 1995. Studi Penyusunan Tabel Faktor Tinggi Pohon (FH) pada Tegakan Pinus (Pinus merkusii Jungh et de Vriese) di BKPH Candiroto KPH Kedu Utara Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Simon, H. 1993. Metode Inventori Hutan. Yogyakarta: Penerbit Aditya Media. [SPH] Seksi Perencanaan Hutan II Cianjur. 2003. Revisi Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan Kelas Perusahaan Jati. Cianjur: SPH. Suharlan. AK, Sumarna Y, Sudiono. 1975. Tabel Tegakan Sepuluh Jenis Kayu Industri. Bogor: Lembaga Penelitian Hutan. Sumarna, Y. 2001. Budi Daya Jati. Bogor: Penebar Swadaya.
LAMPIRAN
29
Lampiran 1. Rekapitulasi data pada masing-masing KU KU
Petak
PU
Umur
III
84 A
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III I II III IV V VI VII VIII I II III IV V VI VII
29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 28 28 28 28 29 29 29 29 33 33 33 39 39 39 39 39 39 36 36 36 36 36 36 33 33 33 40 40 40 33 33 33 33 33 33 33 33 33 42 42 42 42 42 42 42 42 46 46 46 46 46 46 46
84 B
84 E
84 H
86 B
IV
84 G
86 D
88 A
89 D
89 F
92 B
93 A
95 D
98 B
99 D
V
85 C
71 E
Peninggi 29,25 28,38 26 27,5 29,25 29,75 24,88 28,88 22,38 28 28,5 29,63 26,5 27,38 24,38 26,5 27 26,3 27,25 27,75 25,5 24,5 23,75 27,25 25,375 27,625 26,75 13,75 26,75 25,25 27,625 26,5 26,5 23,625 27 20 17 14,25 20,875 19,5 23,25 18,25 16,25 23,75 22,25 22,75 22,5 21 22,625 24,625 21,65 22,3 23,4 22,95 22,4 21,8 22,55 21,5 22,3 18,55 18,8 25,2 26,5 26 27
Bonita Register III III III III II½ II½ II½ II½ IV IV IV IV III III III III III½ III½ III½ III½ III III III III III III III½ III½ III½ IV IV IV III½ III½ III½ II II II II½ II½ II½ III½ III½ III½ IV IV IV IV½ IV½ IV½ II II II II II II II II III½ III½ III½ III½ III½ III½ III½
Aktual V V IV½ IV½ V V IV V III½ V V V IV½ IV½ IV IV½ IV½ IV½ IV½ IV½ IV IV III½ III II½ III III I½ III IV IV½ IV IV III½ IV III II I½ II½ II½ III II½ II½ III½ III½ III½ III½ III III½ IV III III III½ III III III III III III II II½ III½ III½ III½ IV
Vaktual 203,08 97,56 358,70 94,75 89,87 81,02 81,47 84,35 29,75 50,76 108,14 112,05 74,00 102,09 49,76 79,77 89,04 120,88 220,64 202,29 306,33 238,46 244,79 107,69 131,88 219,00 192,55 133,55 143,62 173,11 192,90 254,61 248,36 82,70 173,90 204,22 185,52 105,94 331,84 209,92 255,35 138,47 155,14 307,84 94,92 251,86 73,67 131,40 166,58 188,12 136,36 152,92 98,86 109,83 113,73 57,54 75,80 127,99 171,85 120,87 115,67 105,94 180,65 140,62 136,56
Vtabel 235,60 235,60 239,06 239,06 235,60 235,60 200,56 235,60 169,40 235,60 235,60 235,60 234,12 234,12 196,42 234,12 239,06 239,06 239,06 239,06 216,64 216,64 182,98 172,64 149,60 172,64 172,64 110,62 172,64 132,72 272,28 132,72 132,72 192,94 132,72 155,88 117,38 99,86 152,00 152,00 175,40 135,04 135,04 182,98 182,98 182,98 182,98 155,39 182,98 216,64 180,76 180,76 212,18 180,76 180,76 180,76 180,76 180,76 191,34 144,12 165,72 224,60 224,60 224,60 265,94
VWvW 376,67 233,42 220,57 260,78 209,30 234,36 227,43 193,08 68,25 152,81 297,58 308,79 232,92 256,96 173,34 247,66 248,17 362,55 450,09 411,451 523,22 470,07 518,32 214,79 235,74 421,75 376,86 164,59 296,37 217,32 389,19 311,90 210,74 177,82 171,62 341,37 205,52 122,88 489,30 348,25 406,09 186,01 253,01 519,90 182,77 302,59 138,12 196,17 296,90 356,24 263,05 258,29 238,21 221,94 196,22 137,94 155,70 240,26 278,64 165,87 158,35 191,50 307,53 227,87 313,17
30
73 A
I II III IV V VI VII
46 46 46 46 46 46 46
26,9 25,8 23,7 18 21,15 22,1 23,6
III III III III III III III
IV III½ III II III III III
Keterangan : = volume pendugaan berdasarkan Tabel Volume Lokal Vaktual = volume dari tabel tegakan dalam keadaan normal Vtabel = volume pendugaan dengan tabel tegakan Wolf von Wulfing VWvW
103,51 94,85 97,36 127,09 113,88 154,20 103,32
265,94 224,60 191,34 144,12 191,34 191,34 191,34
201,99 162,94 148,07 149,81 181,40 204,22 169,24
31
Lampiran 2. Eksplorasi data tegakan Bonita
N aktual
d aktual
Lbds aktual
VA
N tabel
d tabel
Lbds tabel
VT
KU
Petak
PU
Umur
Register
Aktual
III
84 A
1
29
3
5
1,67
1,37
0,97
1,6
2
29
3
5
1,67
1,47
0,78
0,99
0,41
3
29
3
4,5
1,50
2,16
0,63
0,92
1,50
84 B
84 E
84 H
86 B
IV
84 G
86 D
88 A
89 D
89 F
92 B
93 A
95 D
98 B
d
0,86
4
29
3
4,5
1,50
1,38
0,85
1,09
0,4
5
29
2,5
5
2,00
1,67
0,66
0,89
0,38
6
29
2,5
5
2,00
2,16
0,64
0,99
0,34
7
29
2,5
4
1,60
1,48
0,82
1,13
0,41
8
29
2,5
5
2,00
1,37
0,71
0,82
0,36
9
29
4
3,5
0,88
0,79
0,83
0,40
0,18
10
29
4
5
1,25
1,47
0,63
0,65
0,22
11
29
4
5
1,25
2,36
0,70
1,26
0,46
12
29
4
5
1,25
2,85
0,64
1,31
0,48
13
28
3
4,5
1,50
1,54
0,71
0,99
0,32
14
28
3
4,5
1,50
1,1
0,88
1,10
0,44
15
28
3
4
1,33
1,64
0,70
0,88
0,25
16
28
3
4,5
1,50
1,47
0,76
1,06
0,34
17
29
3,5
4,5
1,29
1,12
0,98
1,04
0,37
18
29
3,5
4,5
1,29
2,25
0,79
1,52
0,51
19
29
3,5
4,5
1,29
1,38
1,11
1,88
0,92
20
29
3,5
4,5
1,29
1,12
1,20
1,72
0,85
Rata-rata
1,48
1,61
0,80
1,11
0,50
Koefisien Keragaman
19,54
31,38
20,18
32,12
62,21
1
33
4
3
1,33
1,27
1,32
2,42
1,41
2
33
4
3
1,33
1,27
1,29
2,17
1,10
3
33
3,5
3
1,17
1,94
1,16
2,83
1,34
4
39
3
3
1,00
0,82
1,19
1,24
0,62
5
39
2,5
3
0,83
0,94
1,23
1,58
0,88
6
39
3
3
1,00
1,45
1,26
2,44
1,27
7
39
3
3,5
0,86
1,45
1,18
2,18
1,12
8
39
1,5
3,5
0,43
0,41
1,83
1,49
1,21
9
39
3
3,5
0,86
1,20
1,16
1,72
0,83
10
36
4
4
1,00
1,30
1,11
1,64
1,30
11
36
4,5
4
1,13
1,07
1,13
1,43
0,71
12
36
5
4
1,25
1,95
1,06
2,35
1,92
13
36
5
3,5
1,43
0,74
1,35
1,59
1,87
14
36
3,5
3,5
1,00
0,61
1,22
0,92
0,43
15
36
4
3,5
1,14
0,65
1,38
1,29
1,31
16
33
3
2
1,50
0,85
1,46
2,19
1,31
17
33
2
2
1,00
0,41
1,92
1,75
1,58
18
33
1,5
2
0,75
0,26
2,10
1,23
1,06
19
40
2,5
2,5
1,00
1,07
1,69
3,22
2,18
20
40
2,5
2,5
1,00
1,02
1,44
2,29
1,38
21
40
3
2,5
1,20
1,36
1,38
2,32
1,46
22
33
2,5
3,5
0,71
0,33
1,93
1,38
1,03
23
33
2,5
3,5
0,71
0,63
1,69
1,87
1,15
24
33
3,5
3,5
1,00
1,46
1,29
2,84
1,68
25
33
3,5
4
0,88
0,49
1,42
1,00
0,52
32
99 D
V
85 C
71 E
73 A
26
33
3,5
4
0,88
0,35
2,14
1,65
27
33
3,5
4
0,88
0,35
1,47
0,75
1,38 0,4
28
33
3
4,5
0,67
0,42
1,65
1,26
0,85
29
33
3,5
4,5
0,78
0,76
1,42
1,62
0,91
30
33
4
4,5
0,89
1,01
1,23
1,64
0,87
Rata-rata
0,99
0,93
1,44
1,81
1,17
Koefisien Keragaman
24,18
50,59
41,48
59,61
42,38
1
42
3
2
1,50
0,87
1,27
1,46
0,75
2
42
3
2
1,50
0,65
1,46
1,43
0,85
3
42
3,5
2
1,75
1,06
1,02
1,12
0,47
4
42
3
2
1,50
0,81
1,2
1,23
0,61
5
42
3
2
1,50
0,54
1,38
1,09
0,63
6
42
3
2
1,50
0,65
1,07
0,76
0,32
7
42
3
2
1,50
0,6
1,18
0,86
0,42
8
42
3
2
1,50
0,79
1,27
1,33
0,71
9
46
3
3,5
0,86
0,62
1,52
1,46
0,9
10
46
2
3,5
0,57
0,34
1,82
1,15
0,84
11
46
2,5
3,5
0,71
0,28
1,83
0,96
0,7
12
46
3,5
3,5
1,00
0,5
1,29
0,85
0,47
13
46
3,5
3,5
1,00
0,7
1,4
1,37
0,8
14
46
3,5
3,5
1,00
0,47
1,47
1,01
0,63
15
46
4
3,5
1,14
0,71
1,17
1,18
0,51
16
46
4
3
1,33
0,57
1,15
0,76
0,39
17
46
3,5
3
1,17
0,39
1,36
0,73
0,42
18
46
3
3
1,00
0,3
1,6
0,77
0,51
19
46
2
3
0,67
0,23
2,12
1,04
0,88
20
46
3
3
1,00
0,39
1,56
0,98
0,6
21
46
3
3
1,00
0,36
1,68
1,07
0,81
22
46
3
3
1,00
0,39
1,5
0,88
0,54
Rata-rata
1,17
0,56
1,42
1,07
0,63
Koefisien Keragaman
27,99
38,64
64,96
53,53
30,01
Rata-rata seluruh KU Koefisien Keragaman seluruh KU Keterangan: d = selisih bonita register dengan bonita actual = volume actual di lapangan VA Naktual = jumlah pohon di lapangan/ha VT = volume tabel tegakan normal N tabel = jumlah pohon dari tabel tegakan/ha d aktual = diameter rata-rata di lapangan d tabel = diameter rata-rata dari tabel tegakan
1,18
1
1,26
1,39
0,82
29,14
58,06
30,49
41,21
55,16
33
Lampiran 3. Matriks korelasi antar rasio KU III Korelasi Rasio Nilai Aktual terhadap Nilai Tabel Untuk Besaran N, d, Lbds dan V
d
N -0,575 0,008
d
Lbds
0,184 0,438
0,643 0,002
V
0,187 0,431
0,289 0,216
Lbds
0,506 0,023
Cell Contents: Pearson correlation P-Value KU IV Korelasi Rasio Nilai Aktual terhadap Nilai Tabel Untuk Besaran N, d, Lbds dan V
d
N -0,729 0,000
d
Lbds
0,730 0,000
-0,182 0,336
V
0,392 0,032
0,132 0,487
Lbds
0,751 0,000
Cell Contents: Pearson correlation P-Value KU V Korelasi Rasio Nilai Aktual terhadap Nilai Tabel Untuk Besaran N, d, Lbds dan V
d
Lbds
V
N -0,789 0,000
d
0,508 0,016
0,029 0,898
-0,144 0,521
0,660 0,001
Lbds
0,750 0,000
Cell Contents: Pearson correlation P-Value Seluruh KU Korelasi Rasio Nilai Aktual terhadap Nilai Tabel Untuk Besaran N, d, Lbds dan V
d
N -0,784 0,000
d
Lbds
0,255 0,031
0,220 0,064
V
0,000 0,998
0,451 0,000
Cell Contents: Pearson correlation P-Value
Lbds
0,816 0,000
34
Lampiran 4. Diagram pencar dengan seluruh pengamatan Diagram Pencar KU III
Volume Tabel Tegakan
500
y = 0,6433x + 183,36 R2 = 0,294
400 300 200 100 0 0
50
100
150
200
250
300
350
400
Volum e Aktual
Volume Tabel Tegakan
Diagram Pencar KU IV 600 y = 1,4905x + 21,084 R2 = 0,6815
400 200 0 0
50
100
150
200
250
300
350
Volum e Aktual
Diagram Pencar KU V
Volume Tabel Tegakan
400 y = 1,3214x + 49,294 R2 = 0,5484
300 200 100 0 0
50
100
150
200
Volum e Aktual
Volume Tabel Tegakan
Diagram Pencar Seluruh KU 600 500 400 300 200 100 0
y = 1,0879x + 100,52 R2 = 0,5398
0
50
100
150
200 Volum e Aktual
250
300
350
400
35
Lampiran 5. Diagram pencar setelah penghilangan pencilan Diagram Pencar KU III
Volume Tabel Tegakan
500
y = 1,6671x + 87,334 R2 = 0,874
400 300 200 100 0 0
25
50
75
100
125
150
175
200
225
250
Volum e Aktual
Volume Tabel Tegakan
Diagram Pencar KU IV 600 500 400 300 200 100 0
y = 1,5762x + 11,363 R2 = 0,7556
0
50
100
150
200
250
300
350
Volum e Aktual
Diagram Pencar KU V
Volume Tabel Tegakan
400 y = 1,3397x + 43,193 R2 = 0,7417
300 200 100 0 0
50
100
150
200
Volum e Aktual
Volume Tabel Tegakan
Diagram Pencar Seluruh KU 600 500 400 300 200 100 0
y = 1,3468x + 69,594 R2 = 0,707
0
50
100
150
200
Volum e Aktual
250
300
350
36
Lampiran 6. Hasil analisis ragam VWvW Vaktual KU III (n = 20) Sumber Keragaman Regresi Sisa Total
Derajat Bebas 1 18 19
Jumlah Kuadrat 45506 109261 154767
Kuadrat Tengah 45506 6070
F-hitung
KU III (n = 19) Sumber Keragaman Regresi Sisa Total
Derajat Bebas 1 17 18
Jumlah Kuadrat 133961 19306 153267
Kuadrat Tengah 133961 1136
F-hitung
KU IV (n = 30) Sumber Keragaman Regresi Sisa Total
Derajat Bebas 1 28 29
Jumlah Kuadrat 299884 140132 440016
Kuadrat Tengah 299884 5005
F-hitung
KU IV (n = 29) Sumber Keragaman Regresi Sisa Total
Derajat Bebas 1 27 28
Jumlah Kuadrat 326038 105454 431492
Kuadrat Tengah 326038 3906
F-hitung
KU V (n = 22) Sumber Keragaman Regresi Sisa Total
Derajat Bebas 1 20 21
Jumlah Kuadrat 31599 26024 57623
Kuadrat Tengah 31599 1301
F-hitung
KU V (n = 19) Sumber Keragaman Regresi Sisa Total
Derajat Bebas 1 17 18
Jumlah Kuadrat 31093 10826 41919
Kuadrat Tengah 31093 637
F-hitung
Seluruh KU (n =72) Sumber Derajat Keragaman Bebas Regresi 1 Sisa 70 Total 71
Jumlah Kuadrat 412433 351559 763991
Kuadrat Tengah 412433 5022
F-hitung
Seluruh KU (n = 67) Sumber Derajat Keragaman Bebas Regresi 1 Sisa 65 Total 66
Jumlah Kuadrat 525911 217914 743824
Kuadrat Tengah 525911 3353
F-hitung
7,50
117,96
59,92
83,48
24,29
48,83
82,12
156,87
F-Tabel 5% 2,093
F-tabel 5% 4,45
F-tabel 5% 4,20
F-tabel 5% 4,21
F-tabel 5% 4,35
F-tabel 5% 4,45
F-tabel 5% 3,97
F-tabel 5% 3,99
Lampiran 7. Data pencilan pada masing-masing KU Ptk
Umur
Peninggi
Bonita
N1
N1/ha
d1
d2
VA
VWvW
Ze
III
84 A
29
26
IV½
25
625
289
2,16
17,36
27,76
0,63
16,07
17,42
0,92
358,70
220,57
0,03
IV
89 F
36
26,5
IV
8
200
268,8
0,74
38,14
28,34
1,35
27,07
17,05
1,59
248,36
210,74
0,04
V
85 C
42
23,4
III½
30
300
282,2
1,06
27,91
27,38
1,02
18,67
16,63
1,12
98,86
238,21
0,04
71 E
46
27
IV
15
150
211,8
0,71
39,24
33,48
1,17
18,35
15,58
1,18
136,56
313,17
0,06
12
120
526,4
0,23
41,24
19,48
2,12
16,23
15,61
1,04
127,09
149,81
0,05
KU
46 18 II 73 A Keterangan : Ptk = Petak N1 = Jumlah pohon di lapangan N2 = Jumlah pohon diduga dari tabel tegakan d1 = diameter rata-rata di lapangan d2 = diameter rata-rata diduga dari tabel tegakan VA = volume aktual VWVW = volume pendugaan dengan WvW Ze = sisaan baku
N2/ha
N1/N2
d1/d2
Lbds1
Lbds2
KBD
38
Lampiran 8. Hasil analisis regresi dalam penentuan hubungan antara Tabel Tegakan WvW dengan TVL di lapangan KU III Analisis Regresi VWvW dengan Vaktual The regression equation is VT = 183 + 0,643 VA Predictor Coef SE Coef Constant 183,36 32,45 TVL 0,6433 0,2350 S = 77,91
R-Sq = 29,4%
T P 5,65 0,000 2,74 0,014 R-Sq(adj) = 25,5%
Analysis of Variance Source DF Regression 1 Residual Error 18 Total 19
SS 45506 109261 154767
MS 45506 6070
F 7,50
P 0,014
KU IV Analisis Regresi VWvW dengan Vaktual The regression equation is VT = 21,1 + 1,49 VA Predictor Constant TVL S = 70,74
Coef 21,08 1,4905
SE Coef 38,46 0,1926
R-Sq = 68,2%
T P 0,55 0,588 7,74 0,000 R-Sq(adj) = 67,0%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 28 29
SS 299884 140132 440016
MS 299884 5005
F P 59,92 0,000
KU V Analisis Regresi VWvW dengan Vaktual The regression equation is VT = 49,3 + 1,32 VA Predictor Constant TVL
Coef SE Coef 49,29 33,08 1,3215 0,2682
T P 1,49 0,152 4,93 0,000
S = 36,07
R-Sq = 54,8%
R-Sq(adj) = 52,6%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 20 21
SS 31599 26024 57623
MS 31599 1301
F P 24,29 0,000
39
Seluruh KU Analisis Regresi VWvW dengan Vaktual The regression equation is VT = 101 + 1,09 VA Predictor Constant VA S = 70,87
Coef 100,52 1,0879
SE Coef 19,57 0,1201
R-Sq = 54,0%
T P 5,14 0,000 9,06 0,000
R-Sq(adj) = 53,3%
Analysis of Variance Source DF Regression 1 Residual Error 70 Total 71
SS 412433 351559 763991
MS 412433 5022
F P 82,12 0,000
40
Lampiran 9. Hasil analisis regresi dalam penentuan hubungan antara Tabel Tegakan WVW dengan TVL setelah penghilangan pencilan KU III Analisis Regresi VWvW dengan Vaktual The regression equation is VT = 87,3 + 1,67 VA Predictor Constant VA S = 33,70
Coef 87,33 1,6671
SE Coef 17,70 0,1535
R-Sq = 87,4%
T P 4,93 0,000 10,86 0,000 R-Sq(adj) = 86,7%
Analysis of Variance Source DF Regression 1 Residual Error 17 Total 18
SS 133961 19306 153267
MS F 133961 117,96 1136
P 0,000
KU IV Analisis Regresi VWvW dengan Vaktual The regression equation is VT = 11,4 + 1,58 VA Predictor Constant VA S = 62,50
Coef 11,36 1,5762
SE Coef 34,13 0,1725
R-Sq = 75,6%
T P 0,33 0,742 9,14 0,000 R-Sq(adj) = 74,7%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 1 27 28
SS 326040 105454 431493
MS 326040 3906
F P 83,48 0,000
KU V Analisis Regresi VWvW dengan Vaktual The regression equation is VT = 43,2 + 1,34 VA Predictor Constant VA S = 25,23
Coef 43,19 1,3397
SE Coef 23,69 0,1917
R-Sq = 74,2%
T 1,82 6,99
P 0,086 0,000
R-Sq(adj) = 72,7%
Analysis of Variance Source DF Regression 1 Residual Error 17 Total 18
SS 31093 10825 41918
MS 31093 637
F P 48,83 0,000
41
Seluruh KU Analisis Regresi VWvW dengan Vaktual The regression equation is VT = 69,6 + 1,35 VA Predictor Constant VA S = 57,90
Coef 69,59 1,3468
SE Coef T 17,02 4,09 0,1075 12,52
R-Sq = 70,7%
P 0,000 0,000
R-Sq(adj) = 70,3%
Analysis of Variance Source DF Regression 1 Residual Error 65 Total 66
SS 525911 217914 743824
MS 525911 3353
F 156,87
P 0,000