Departemen Pendidikan Nasional Fakultas Ekonomi Universitas Lampung Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedongmeneng Bandar Lampung
PENGUJIAN FENOMENA JANUARY EFFECT DI BURSA EFEK INDONESIA ( Ringkasan Skripsi )
Oleh :
TOMI WARDOYO
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012
2
ABSTRACT JANUARY EFFECT PHENOMENON IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE By: Tomi Wardoyo In the world of stock investing known as a phenomenon of the rise in stock prices in January, this phenomenon is known as the January Effect. The increase is expected due to an increase in purchases by investors who have sold shares in December in order to reduce taxes or to realize capital gains. January Effect is a part of the seasonal anomaly. This anomaly states that stock prices tend to rise in January or stock returns are significantly positive in January. Research on the January Effect has been done on the stock exchange in developed and developing countries. The research results proved that the January Effect mostly happen in the world of stock exchange. January Effect phenomenon is a quite interesting study material for all circles, especially for academics. The issue which being address in this study is: "Is January Effect phenomenon occurred in the Indonesian Stock Exchange, where stock returns in January was the highest compared with the return in other months". The objective of this research is to test whether the January Effect phenomenon occurred in Indonesian Stock Exchange. Theory Market Efficient is developed as reference and this study emphasize the analysis of stock returns. The data is secondary data that used the Purposive Judgement Sampling as data collection methods. The sample is taken from 30 companies in sector LQ 45 index from 2005 until 2010. The method used to test the hypothesis in this study is Independent Sample T-Test. This study result show that statistically the average return in January, being compared with 11 other months, had no significant difference and based on the results of the calculation of the overall return from 2005 to 2010 the average, return in January is not the highest. In conclusion, the anomalous January effect does not occur in the Indonesia Stock Exchange as well as in other developed countries.
Key Word : Return, January Effect, Market Anomalies.
3
ABSTRAK PENGUJIAN FENOMENA JANUARY EFFECT DI BURSA EFEK INDONESIA Oleh : TOMI WARDOYO Didalam dunia investasi saham dikenal suatu fenomena mengenai kenaikan harga saham pada bulan Januari, fenomena ini dikenal dengan istilah January Effect. Efek Januari (January Effect) merupakan bagian dari anomali musiman. Anomali ini menyebutkan bahwa harga saham cenderung naik pada bulan Januari atau return saham secara signifikan positif pada bulan Januari. Penelitian mengenai January Effect sudah banyak dilakukan di bursa negara negara maju maupun berkembang. Fenomena January Effect merupakan bahan kajian yang cukup menarik bagi setiap kalangan terutama bagi kalangan akademisi. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah : ” Apakah fenomena January Efect terjadi di Bursa Efek Indonesia, dimana return saham pada bulan Januari adalah yang tertinggi dibandingkan dengan return pada bulan-bulan lainnya?”. Selanjutnya tujuan dari peneltian ini yaitu untuk menguji apakah fenomena January Effect terjadi di Bursa Efek Indonesia. Kemudian teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah teori pasar efisien (theory market efficient). Fokus analisis penelitian ini ditekankan pada return saham. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode Purpusive Judgement Sampling, sehingga deperoleh data sebanyak 30 perusahaan sampel dari sektor indeks LQ 45 dari tahun 2005 sampai dengan 2010. Metode yang digunakan untuk uji hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan Independent–Sample T Test (Uji T Sample Independen). Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, secara statistik rata-rata return pada bulan Januari dengan 11 bulan lainnya tidak memiliki perbedaan yang signifikan dan dengan melihat hasil perhitungan return secara keseluruhan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 rata-rata return pada bulan Januari bukan merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan 11 bulan lainnya sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi anomali January Effect di Bursa Efek Indonesia seperti halnya di negara-negara maju lain. Kata Kunci : Return, January Effect, Market Anomalies.
4
Nama
: Tomi Wardoyo
NPM
: 0641031109
No. Telp.
: 085269714262
Pembimbing I
: Dr. Einde Evana S.E., M.Si., Akt.
Pembimbing II
: Ninuk Dewi K., S.E., M.Si., Akt.
5
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah pasar modal tentu sudah tidak terdengar asing lagi bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia saat ini terlebih bagi dunia usaha. Pasar modal adalah tempat untuk mempertemukan permintaan dan penawaran sekuritas jangka panjang baik yang bentuk modal sendiri (saham) maupun obligasi baik yang diterbitkan pemerintah atau oleh perusahaan swasta. Pasar modal merupakan salah satu media yang menghubungkan setiap kalangan secara global yang memiliki tujuan dan kepentingan masing-masing. Bagi dunia usaha sudah tentu pasar modal merupakan salah satu media yang digunakan untuk mengembangkan dan memajukan perusahaan dengan lebih terbuka, sehat, dan profesional. Sedangkan bagi para investor pasar modal merupakan alternatif investasi yang mampu memberikan keuntungan dengan resiko yang bisa diperhitungkan melalui informasi yang tersedia. Keberadaan pasar modal di Indonesia ternyata cukup memberikan maanfaat yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dalam beberapa waktu terakhir nampak pasar modal indonesia telah menunjukan perkembangan yang cukup menggairahkan. Hal ini tentu saja berdampak pula pada peningkatan jumlah investor yang tertarik untuk melakukan investasi di pasar modal Indonesia seiring dengan perkembangan yang cukup menggairahkan tersebut. Dalam praktiknya, investor menggunakan informasi sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. Ketersediaan informasi yang benar, dapat dipercaya, lengkap dan tepat waktu memungkinkan investor dapat mengambil keputusan dan menyusun strategi investasi secara rasional. Terkait dengan hal tersebut Fama (1970) dalam Gumanti dan Utami (2002) menyatakan pasar modal yang efisien adalah sebagai “Salah satu pasar harga yang selalu mencerminkan informasi yang tersedia secara penuh”. Suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorangpun, baik investor individu maupun
6
investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal return), setelah disesuaikan dengan risiko, dengan menggunakan strategi perdagangan yang ada. Artinya, harga-harga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari informasi yang ada. Namun pada kenyataannya kemudian muncul suatu penyimpanganpenyimpangan yang melanggar konsep dari pasar efisien. Apa yang seharusnya tidak terjadi di pasar efisien ini kemudian secara terus-menerus hadir dan memberikan dampak yang cukup besar di pasar modal, hal ini disebut sebagai anomali pasar (market anomalies). Anomali pasar mengindikasikan adanya abnormal return yang diperoleh investor. Anomali tersebut melanggar konsep efisiensi pasar yang menyebabkan return tidak random, karena dapat diprediksi berdasarkan kejadian atau pengaruh kalender tertentu Delia (2009). Dalam dunia investasi saham terdapat suatu fenomena mengenai kenaikan harga saham pada bulan Januari, yang dikenal dengan istilah January Effect. Kenaikan tersebut diduga karena adanya peningkatan pembelian oleh para investor yang telah melakukan penjualan saham pada Desember dalam rangka mengurangi pajak atau merealisasikan capital gain. Efek januari (January Effect) merupakan bagian dari anomali musiman. Anomali ini menyebutkan bahwa harga saham cenderung naik pada bulan januari atau return saham secara signifikan positif pada bulan januari. Penelitian mengenai January Effect sudah banyak dilakukan di bursa negara negara maju maupun berkembang. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa January Effect banyak terjadi di bursa-bursa dunia. Fenomena January Effect merupakan bahan kajian yang cukup menarik bagi setiap kalangan terutama bagi kalangan akademisi. Cukup banyak peneltian-penelitian yang telah dilakukan untuk membuktikan secara empiris apakah January Effect memang terjadi di pasar modal ataukah hanya sekedar wacana belaka. Sampai dengan sekarang berbagai pendapat yang mendukung maupun yang membantah akan adanya fenomena January Effect di pasar modal masih terus berlanjut. Salah satu acuan teori yang sering kali digunakan untuk menjelaskan fenomena ini adalah teori pasar efisien (theory
7
market efficient) yang petama kali dikemukakan dan dipopulerkan oleh Fama (1970). Berbagai hasil penelitian yang sangat beragam mengenai pola return saham yang dihasilkan dari penelitian terdahulu baik di pasar modal luar negeri maupun penelitian di Bursa Efek Indonesia menjadi bahan kajian yang cukup menarik untuk diteliti. Hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang “Pengujian Fenomena January Effect di Bursa Efek Indonesia” B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah fenomena January Efect terjadi di Bursa Efek Indonesia, dimana return saham pada bulan Januari adalah yang tertinggi dibandingkan dengan return pada bulan-bulan lainnya?” C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Untuk menguji apakah fenomena January Effect terjadi di Bursa Efek Indonesia. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Investor Sebagai bahan pertimbangan dan rekomendasi dalam melakukan keputusan dalam melakukan perdagangan di Bursa Efek Indonesia. b. Bagi Akademisi penelitian diharapkan dapat dijadikan dukungan empiris berkaitan dengan penelitian sejenis.
8
II. KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Definisi Efisiensi Pasar Secara umum efisiensi pasar (market efisiensi)1 didefinisikan oleh Beaver (1989) dalam Jogiyanto (2007) sebagai hubungan antara harga-harga sekuritas dengan informasi. Secara detail, efisiensi pasar dapat didefinisikan dalam beberapa macam definisi, yaitu definisi efisiensi pasar berdasarkan akurasi ekspektasi harga, definisi efisiensi pasar berdasarkan distribusi informasi dan, definisi efisiensi pasar berdasarkan proses dinamik. B. Bentuk-bentuk Efisiensi Pasar Bentuk efisiensi pasar dapat ditinjau dari segi ketersedian informasinya dan dari segi kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan analisis dari informasi yang tersedia. Pasar efisien yang ditinjau dari sudut informasinya disebut dengan efisiensi pasar secara informasi (informationally efficient market), sedangkan pasar efisien yang ditinjau dari sudut kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan informasi yang tersedia disebut dengan efisiensi pasar secara keputusan (decisionally efficient market). B.1 Efisiensi Pasar Secara Informasi Fama (1970) dalam Jogiyanto (2007) menyajikan tiga macam bentuk utama dari efisiensi berdasarkan ketiga macam bentuk dari informasi, yaitu informasi masa lalu, informasi sekarang yangdipublikasikan, dan informasi privat sebagai berikut. a. Efisiensi Pasar Dalam Bentuk Lemah (Weak Form Efficiency) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah bila harga-harga dari sekuritas mencerminkan (fully refflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk pasar secara lemah ini
1
Seluruh penjelasan mengenai efisiensi pasar dalam sub bab A-E diperoleh dari buku jogiyanto (2007) yang berjudul “Teori Portofolio dan Analisis Investasi Edisi 2007”
9
berkaitan dengan teori langkah acak (random walk teori) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang. Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan keuntungan tidak normal. b. Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (Semi Strong Form Efficiency) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang dipblukasikan (all publicly available information) termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten. c. Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (Strong Form Efficiency) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekutitas secara penuh mencerminkan (fully refect) semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat/tidak dipublikasikan (privat information). Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh keuntungan tidak normal (abnormal return) karena mempunyai informasi privat. B.2 Efisiensi Pasar Secara Keputusan Efisiensi pasar secara keputusan juga merupakan efisiensi pasar bentuk setengah kuat menurut versi fama. Perbedaannya adalah, jika efisiensi pasar secara informasi hanya mempertimbangkan satu faktor saja, yaitu ketersediaan informasi, maka efisiensi pasar secara keputusan mempertimbangkan dua faktor. Yaitu ketersediaan informasi dan kecanggihan pelaku pasar. Karena melibatkan lebih banyak faktor dalam menentukan pasar efisien bentuk setengah kuat yang lebih tinggi dari pasar efisien bentuk setengah kuat secara informasi.
10
C. Implikasi Pasar Efisien Implikasi langsung dari pasar efisien adalah tidak ada satupun kelpompok investor yang dapat beat the market secara konsisten dengan menggunakan informasi yang telah diketahui pasar, kecuali dengan mendapatkan keberuntungan (luck). Suatu pasar efisien juga membawa implikasi negatif bagi banyak strategi investasi, yaitu: 1. Dalam satu pasar efisien, penelitian dan penilaian ekuitas merupakan tugas dengan biaya besar dan tidak menghasilkan keuntungan; 2. Dalam satu pasar efisien, strategi investasi yang paling baik adalah divertivikasi acak dan indexing; 3. Dalam satu pasar efisien, strategi yang meminimalkan trading adalah superior dibandingkan strategi yang memerlukan banyak trading. Pasar efisien tidak mengimplikasikan hal-hal berikut. 1. Harga saham tidak dapat menyimpang dari nilai yang sesungguhnya. Pada kenyataannya terdapat penyimpangan besar dari nilai yang sesungguhnya. Hanya, penyimpangan-penyimpangan tersebut terjadi secara acak. 2. Tidak ada satupun investor beat the market pada jangka waktu apapun. Kenyataannya, sekitar setengah investor seharusnya beat the market pada periode waktu manapun. 3. Tidak ada satupun kelompok investor beat the market dalam jangka panjang. Dengan jumlah investor dalam pasar uang, hukum probabilitas menyatakan terdapat sejumlah besar investor mengalahkan pasar secara secara konsisten dalam jangka panjang, bukan karena strategi investasi, melainkan karena mereka beruntung. D. Kondisi-kondisi Pasar Efisien dan Pasar yang Tidak Efisien Terdapat beberapa kondisi yang ada dalam pasar efisien.
11
1. Investor adalah penerima harga (Price Takers), yang berarti bahwa sebagai pelaku pasar, investor seorang diri tidak dapat mempengaruhi harga dari suatu sekuritas. 2. Informasi tersedia secara luas kepada semua pelaku pasar pada saat yang bersamaan dan harga untuk memperoleh informasi tersebut murah. 3. Informasi dihasilkan secara acak (random) dan tiap-tiap pengumuman informasi sifatnya random satu dengan yang lainnya. Informasi dihasilkan secara random mempunyai arti bahwa investor tidak dapat memprediksi kapan emiten akan mengumumkan informasi yang baru. 4. Investor bereaksi dengan menggunakan informasi secara penuh dan cepat, sehingga harga dari sekuritas berubah dengan semestinya dan mencerminkan informasi tersebut untuk mencapai keseimbanganyang baru. Kondisi ini dapat terjadi jika pelaku pasar merupakan individu-individu yang canggih (soppisticated), yang mampu memahami dan menginterpretasikan informasi dengan cepat dan baik. Sebaliknya, pasar dapat menjadi tidak efisien jika kondisi-kondisi berikut terjadi. 1. Terdapat sejumlah kecil pelaku pasar yang dapat mempengaruhi harga sekuritas. 2. Harga dari informasi adalah mahal dan terdapat akses yang tidak seragam antara pelaku pasar yang satu dan yang lainnya terhadap suatu informasi yang sama. 3. Informasi yang disebarkan dapat diprediksi dengan baik oleh sebgian pelaku pasar. 4. Investor adalah individual-individual yang lugas (naive investor) dan tidak canggih (unsophisticated investor). Untuk pasar yang tidak efisien, masih banyak investor yang bereaksi terhadap informasi secara lugas (naive fashion), karena mereka mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mengartikan dan menginterpretasikan informasi yang diterima . Karena mereka tidak canggih ,
12
maka seringkali mereka melakukan keputusan yang salah yang akibatnya sekuritas yang bersangkutan dinilai secara tidak tepat seringkali untuk informasi – informasi yang harus diintrepesikan (misalnya informasi tentang perubahan prosedur akuntasi), pasar tampaknya tersesat (fooled) oleh informasi tersebut. E. Pengujian Efisiensi Pasar Ide pengujian pasar yang efisien dituangkan dalam suatu hipotesis yang disebut dengan hipotesis pasar efisien (efficient market hypotesis). Perlu dilakukan pengujian secara empiris untuk masing-masing bentuk efisiensi pasar, untuk mengetahui kebenaran hipotesis ini. Fama (1970) dalam jogiyanto (2007) membagi pengujian efisiensi pasar menjadi tiga katagori yang dihubungkan dengan bentuk efisiensi pasarnya sebagai berikut. 1. Pengujian-pengujian bentuk lemah (weak form test), yaitu seberapa kuat informasi masa lalu dapat memprediksi return masa depan. 2. Pengujian-pengujian bentuk setengah kuat (semi strong form test), yaitu seberapa cepat harga sekuritas merefleksikan informasi yang dipublikasikan. 3. Pengujian-pengujian bentuk kuat (strong form test), yaitu untuk menjawab pertanyaan apakah investor mempunyai informasi perivat yang tidak terefleksi diharga sekuritas. Diartikel selanjutnya, fama (1991) dalam Jogiyanto (2007) mengusulkan untuk merubah ketiga macam katagori pengujian bentuk fisiensi pasar diatas sebagai berikut ini. 1. Pengujian-pengujian efisiensi pasar bentuk lemah diganti menjadi pengujian-pengujian terhadap pendugaan return (test for return predictability). 2. Pengujian-pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat diganti menjadi studi-studi peristiwa (event studies).
13
3. Pengujian-pengujian efisiensi pasar bentuk kuat diganti menjadi menjadi pengujian-pengujian terhadap informasi privat (test for privat information). E.1 Pengujian-pengujian Terhadap Pendugaan Return (Test for Return Predictability) Sebelum tahun 1970, pengujian dari efisiensi pasar bentuk lemah difokuskan kepada prediksi return atau harga masa lalu. Jika hipotesis pasar efisien benar, maka perubahan harga masa lalu tidak berhubungan dengan harga sekuritas sekarang, dan tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga atau return sekuritas. Oleh karena itu, pengujian efisiensi pasar bentuk lemah melibatkan pertanyaan apakah informasi yang terkandung dalam harga-harga sekuritas masa lalu sudah secara penuh mencerminkan harga sekarang. Hipotesis untuk menguji bentuk lemah ini berhubungan dengan hipotesis langkah acak (random walk hypotesis). Jika harga-harga mengikuti pola langkah acak (random walk), maka perubahan harga dari waktu kewaktu sifatnya adalah random atau acak yang independen. Ini berarti , perubahan harga hari ini tidak ada hubungannya dengan perubahan harga kemarin atau harga-harga sebelumnya. Pengujian efisiensi bentuk lemah ini dapat dilkukan dengan cara pengujian statistik atau dengan cara pengujian menggunakan aturan-aturan teknis (technical trading rules). E.2 Studi Peristiwa (Event Studies) Studi peristiwa (event studies) yang informasinya dipublikasikan sebagai satu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat rekasi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi (information content), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan.
14
E.3 Pengujian Informasi Privat (Test Private Information) Pengujian informasi perivat merupakan pengujian pasar efisien bentuk kuat. Terdapat permasalahan dalam pengujian efisiensi pasar bentuk kuat, Permasalahannya adalah informasi privat yang akan diuji merupakan informasi yang tidak dapat diobservasi secara langsung. Oleh karena itu, pengujian ini harus dilakukan secara tidak langsung dengan menggunakan proksi. Proksi yang digunakan adalah return yang diperoleh dari corporate insider dan reksadana dianggap mempunyai informasi privat didalam perdagangan sekuritas. F. Anomali Pasar (market anomalies) Dalam membahas pengujian pasar efisien2, maka harus juga membahas tentang adanya ketidak-teraturan (anomali) yang ada yang terkait dengan hipotesis pasar efisien. Anomali di sini adalah salah satu bentuk dari fenomena yang ada di pasar. Pada anomali ditemukan hal-hal yang seharusnya tidak ada bilamana dianggap bahwa pasar efisien benar-benar ada. Artinya, suatu peristiwa (event) dapat dimanfaatkan untuk memperoleh abnormal return. Dengan kata lain seorang investor dimungkinkan untuk memperoleh abnormal return dengan mengandalkan suatu peristiwa tertentu. Anomali yang ada, tidak hanya ditemukan pada satu jenis bentuk pasar efisien saja, tetapi ditemukan pada bentuk pasar efisien yang lain. Artinya, bukti empiris adanya anomali di pasar modal muncul pada semua bentuk pasar efisien, walaupun kebanyakan ditemukan pada bentuk efisien semi-kuat (semi strong). Pengujian berbasis ada tidaknya anomali menggunakan model pendekatan uji ke belakang (back tested method). Pada model pendekatan ini peneliti melakukan pengujian untuk menjawab pertanyaan bagaimana harga historis (hystorical price data) bergerak (berubah) sebagai konsekuensi dari adanya kejadian atau pengamatan. Untuk kuatnya suatu pernyataan atau bukti akan adanya anomali pasar, perlu adanya dukungan yang tidak sedikit. Artinya, beberapa penelitian harus memiliki kesimpulan yang tidak jauh berbeda satu sama lain. Dalam 2
Penjelasan mengenai Anomali Pasar dalam sub bab F diperoleh dari Jurnal Akuntansi & Keuangan Gumanti, Tatang Ary dan Elok Sri Utami. 2002 yang berjudul “Bentuk Pasar Efisien dan Pengujiannya”
15
teori keuangan, dikenal sedikitnya empat macam anomali pasar. Keempat anomali tersebut adalah anomali perusahaan (firm anomalies), anomali musiman (seasonal anomalies), anomali peristiwa atau kejadian (event anomalies), dan anomali akuntansi (accounting anomalies). 1. Anomali Peristiwa (Event Anomalies) a. Analysts’s recommendation anomaly, yaitu semakin banyak analis merekomendasi untuk membeli suatu saham, semakin tinggi peluang harga akan turun; b. Insider Trading Anomaly, yaitu semakin banyak saham yang dibeli oleh insider, semakin tinggi kemungkinan harga naik; c. Listings Anomaly, yaitu harga sekuritas cenderung naik setelah perusahaan mengumumkan akan melakukan pencatatan saham dibursa dan; d. Value Line/Rating Change Anomaly, yaitu harga sekutitas akan terus naik setelah value line menempatkan rating perusahaan pada urutan tertinggi. 2. Anomali Musiman (Seasonal Anomalies), terdiri dari: a. Jannuary Effect, yaitu harga sekuritas cenderung naik di bulan Januari khususnya di hari-hari pertama; b. Week-end Effect, yaitu harga sekuritas cenderung naik hari jum’at; c. Monday Effect, yaitu harga sekuritas cenderung turun hari Senin; d. Time of Effect, yaitu harga sekuritas cenderung naik di 45 menit pertama dan 15 menit terakhir perdagangan; e. End of Month Effect, yaitu harga sekuritas cenderung naik di hari-hari akhir setiap bulan; f. Seasonal Effect, yaitu saham, yaitu saham perusahaan dengan penjualan musiman tinggi cenderung naik selama musim ramai dan; g. Holidays Effect, yairu ditemukan return positif pada hari terakhir sebelum liburan. 3. Anomali Perusahaan (Firm Anomali), terdiri dari: a. Size Anomaly, yaitu return pada perusahaan kecil cenderung lebih beasar walaupun sudah disesuaikan dengan resiko; b. Closed-end Mutual Fund, yaitu return pada close-end funds yang dijual dengan potongan cenderung lebih tinggi;
16
c. Neglect, yaitu perusahaan yang tidak diikuti oleh banyak analis cenderung menghasilkan return lebih tinggi dan; d. Institutional Holdings, yaitu perusahaan yang dimiliki oleh sedikit institusi cenderung memiliki return lebih tinggi. 4. Anomali Akuntansi (Accounting Anomalies), terdiri dari : a. Price Earnings Ratio Anomaly, yaitu saham dengan P/E ratio rendah cenderung memiliki return yang lebih tinggi; b. Earnings Surprise, yaitu saham dengan capaian earning lebih tinggi dari yang diperkirakan cenderung mengalami peningkatan harga; c. Price to Sales Anomaly, yaitu jika rasionya rendah cenderung berkinerja lebih baik d. Price to Book Anomaly, yaitu jika rasionya rendah cenderung berkinerja lebih baik; e. Dividend Yield Anomaly, yaitu jika yield-nya tinggi cenderung berkinerja lebih baik dan; f. Earning Momentum Anomaly, yaitu saham perusahaan yang tingkat pertumbuhan earnings-nya meningkat cenderung berkinerja lebih baik. G. Studi-studi Mengenai Efek Januari (January Effect) Penelitian mengenai January effect pertama kali dilakukan oleh Rozeff dan Kinney (1976) yang mengemukakan bahwa rata-rata return di bulan januari lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya selama periode 1904-1974 yang dapat terlihat dalam tabel berikut.
Tabel 2.1 Monthly Average Return in U.S Stock Market Over Years
Jan
1904-28 1,30%
Feb -,97%
Mar
Apr
,17% 1,22%
May ,33%
1929-40 6,63% 1,91% -5,28%
,80%
-3,31%
1941-74 3,91%
,56% 1,42%
,16%
1904-74 3,48%
,26%
,63%
-,16%
June -,58%
July
Aug
Sep
,90% 1,02% 1,01%
Oct
Nov
,42% 1,27%
Dec Average ,10%
,52%
4,03% 4,97% 4,87% -5,10% -5,10% -1,23% -3,14%
,19%
,17%
-,63% 1,53%
,85% 1.00% 2,01%
,96%
-,37%
,18% 1,90% 1,46% -,52%
,07%
,68%
,56%
,02%
,71%
,47%
SOURCE: Michael S. Rozeff and William R. Kinney Jr., “Capital Market seasonality: The Case Of Stock
Return,” Journal of Financial Economics 3, no.4 (October 1776):388, Table 1
17
Kemudian Keim (1983) yang melakukan pnelitian terhadap indeks Dow Jones dan indeks S&P menjelaskan bahwa selama periode penelitian terjadi kenaikan harga saham secara keseluruhan pada Januari di kedua indeks tersebut. Hasil penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa saham berkapitalisasi kecil memberikan return lebih tinggi dibandingkan saham berkapitalisasi besar. Fenomena January Effect secara statistik dijelaskan terjadi karena adanya pola yang berulang hampir setiap tahun. Dengan adanya suatu pola yang berulang hampir setiap tahun tersebut banyak investor yang memanfaatkannya sebagai strategi untuk mengambil keuntungan sebanyak-banyaknya di bursa saham. Hasil yang sama diungkapkan oleh Gultekin, Mustafa N. dan N. Bulent Gultekin (1983) yang melakukan penelitian ditujuh belas negara yaitu Australia, Austria, Belgia, Canada, Denmark, France, Germany, Italy, Japan, Netherlands, Norway, Singapore, Spain, Sweden, Switzerland, United Kingdom dan, United States bahwa return dibulan januari lebih tinggi dibandingkan dengan sebelas bulan lainnya. Kemudian Lakonishok, Josef dan Seymour Smidt (1988) melakukan penelitian yang sama mengenai pola musiman dengan menggunakan 90 tahun data harian pada Dow Jones Industrial Average untuk menguji keberadaan pola musiman tersebut. Dari hasil penelitian yang dilakukan mereka menemukan bukti return anomali secara terus-menerus sekitar seminggu, sekitar pergantian bulan, sekitar pergantian tahun, dan sekitar liburan. Di Indonesia, penelitian mengenai January Effect masih beragam. Siswanto (2001) yang melakukan penelitian mengenai Pengaruh Bulan Perdagangan terhadap return saham pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ selama periode januari 1993 sampai dengan desember 1999 dengan menggunakan metode box jenkins / ARIMA dan ANOVA meyimpulkan bahwa terdapat pengaruh bulan perdagangan saham terhadap return saham, kemudian bulan perdagangan Januari dan November berpengaruh positif terhadap return pasar. Lebih lanjut ditemukan adanya perbedaan return saham pada tiap-tiap bulan perdagangan saham. Agus (2007) yang melakukan penelitian mengenai January Effect dan Size Effect periode 1998-2005 menyimpulkan bahwa hasil uji regresi berganda variabel dummy menunjukkan hanya pada bulan Agustus saja yang mempunyai rata-rata
18
return berbeda lebih kecil dari bulan Januari dan bulan Januari bukan merupakan bulan dengan return tertinggi, sehingga tidak terbukti adanya efek Januari. Oktavianus (2009) yang melakukan analisis anomali pasar hari perdagangan pada return saham di bursa efek indonesia menyimpulkan bahwa dengan menggunakan ANOVA menunjukan tidak terjadi efek bulan januari terhadap return saham tahun 2008. Kemudian Octavianti (2009) yang melakukan penelitian megenai analisis fenomena January Effect terhadap return pasar di bursa efek Indonesia studi pada indeks sektoral di bursa efek Indonesia Periode 2001-2008 menyimpulkan bahwa fenomena January Effect terjadi selama periode penelitian ditandai dengan adanya return pasar pada bulan Januari lebih tinggi dan signifikan pada beberapa sektor dalam indeks sektoral. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pasar modal Indonesia belum termasuk pasar yang efisien dalam bentuk lemah, sebagai salah satu indikatornya yaitu masih terdapat fenomena January Effect di Bursa Efek Indonesia dimana return pasar dapat diprediksi berdasarkan pengaruh kalender tertentu. H. Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang prilaku fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian yang akan dilakukan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Octavianti (2009) yang melakukan penelitian megenai analisis fenomena January Effect terhadap return pasar di bursa efek Indonesia studi pada indeks sektoral di bursa efek Indonesia Periode 2001-2008 menyimpulkan bahwa fenomena January Effect terjadi selama periode penelitian ditandai dengan adanya return pasar pada bulan Januari lebih tinggi dan signifikan pada beberapa sektor dalam indeks sektoral. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka hipotesis atau jawaban sementara atas permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0
: January Effect tidak terjadi di Bursa Efek Indonesia.
H1
: January Effect terjadi di Bursa Efek Indonesia.
19
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Pemilihan Sampel. Ruang lingkup penelitian ini adalah kelompok saham indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan yaitu dari periode Januari 2005 sampai dengan Desember 2010. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode Purpusive Judgement Sampling. Purpusive Judgement Sampling adalah pemilihan sample secara tidak acak yang informasinya dengan menggunakan pertimbangan tertentu dan disesuaikan dengan tujuan atas masalah. Pengambilan sampel dilakukan secara bertahap dengan memilih perusahaan-perusahaan yang paling eksis di sektor indeks LQ 45 selama periode pengamatan yaitu dari periode Januari 2005 sampai dengan Desember 2010. Berdasarkan hal tersebut penulis memutuskan untuk mengambil sampel sebanyak 30 perusahaan. B. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan merupakan jenis data kuantitatif, yaitu data yang berwujud angka-angka yang kemudian diolah dan diinterpretasikan untuk memperoleh makna dari data tersebut. Data yang dikumpulkan meliputi nama-nama emiten dan data harga saham harian selama periode pengamatan yaitu dari periode Januari 2005 sampai dengan Desember 2010. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis menggunakan data sekunder yang diperoleh dengan mengunduh data historis dari situs www.yahoofinance.com dan sumber lain yang mendukung penelitian ini. Fokus analisis penelitian ini ditekankan pada return saham. C. Operasionalisasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini hanya terdapat satu variabel peneltian yaitu return saham yang nantinya akan diuji perbandingan rata-ratanya antara rata-rata return pada bulan januari dengan return pada 11 bulan lainnya. Mula-mula return dihitung berdasarkan data harga saham harian pada saat harga penutupan (closing price). Return (Rit) dihitung berdasarkan selisih antara harga saham pada periode tertentu
20
(Pt) dengan harga saham pada periode lalu (Pt-1), dibagi dengan harga saham pada periode yang lalu. Return saham i (Rit) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: R
it
P t - P t -1 P t -1
Keterangan: Rit
: Return saham perusahaan i.
Pt
: Harga saham penutupan pada periode t.
Pt-1
: Harga saham penutupan pada periode t-1.
Setelah didapatkan hasil dari return harian tersebut kemudian hasil tersebut dirataratakan untuk setiap bulannya dengan rumus sebagai berikut (Jogiyanto,2007).
R
t
R1
R2 R3 R4.... Rn
n
Keterangan: Rt
: Rata-rata return saham harian pada bulan t.
R1....Rn
: Return saham harian pada bulan t.
n
: Jumlah hari pengamatan dalam satu bulan.
Setelah melakukan perhitungan tersebut kemudian baru dilakukan proses analisis lebih lanjut. D. Pengujian Hipotesis Olah data statistik akan dilakukan dengan uji beda untuk mengetahui adanya perbedaan return yang cukup signifikan ataukah tidak antara bulan Januari dengan 11 bulan lainnya selama periode penelitian. Metode yang digunakan untuk uji hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan Independent–Sample T Test (Uji T Sampel Independen). Sampel independen (bebas) adalah metode yang digunakan untuk menguji kesamaan rata rata dari dua populasi yang bersifat independen. Sebelum melakukan uji hipotesis dengan Independent–Sample T Test, data yang digunakan harus memenuhi asumsi sebagai berikut:
21
1. Data Data yang digunakan harus integer (data katagori) dan jenis variabel harus kuantitatif. 2. Asumsi Normalitas Data harus berdistribusi normal.Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria sebagai berikut. 1. Jika Asymp. Sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal. 2. Jika Asymp. Sig. < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Selain dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, analisis deteksi normalitas juga dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan adalah (Santosa, 2004) dalam Agus (2007): 1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. E. Kerangka Peneltian Harga Saham (Closing Price)
Return Saham Harian R
it
P t - P t -1 P t -1
Return Saham Perbulan R
t
R1
R2 R3 R4.... Rn
n
Analisis Uji Beda Independent–Sample T Test
Simpulan dan Saran
22
IV. PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis terhadap hipotesis yang telah dirumuskan. Penelitian ini meneliti January Effect pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode penelitian 2005-2010. Analisis ini berupa hasil statistik yang merupakan hasil dari serangkaian prosedur penelitian dengan menggunakan asumsi-asumsi yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis Independent–Sample T Test (Uji T Sampel Independen) yang kemudian akan dijelaskan secara deskriptif. A. Asumsi Normalitas Data harus berdistribusi normal.Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan kriteria sebagai berikut: 1. Jika Asymp. Sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal. 2. Jika Asymp. Sig. < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Tabel 4.1 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Return N Normal Parameters
360 a,,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
.000882 .0066612
Absolute
.205
Positive
.167
Negative
-.205 3.884 .000
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov didapatkan hasil Asymp. Sig. Bernilai 0,000 < 0.05 artinya bahwa data berdistribusi normal. Selain dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov,
23
analisis deteksi normalitas juga dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan adalah (Santosa, 2004) dalam Agus (2007): 1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Gambar 4.1 Grafik Uji Normalitas B. Pengujian Hipotesis Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efek Januari terhadap return saham-saham di BEI dengan melakukan perbandingan antara rata-rata return bulan Januari dengan 11 bulan lainnya apakah cukup signifikan ataukah tidak perbedaan tersebut selama periode penelitian. Analisis dilakukan pada periode penelitian dari tahun 2005 sampai dengan 2010 dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.2 Group Statistics
Bulan Return
Januari Feb_Des
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
30
.001207
.0029241
.0005339
330
.000853
.0069031
.0003800
24
Dari output SPSS pada tabel group statistics terlihat adanya perbedaan rata-rata return antara bulan Januari dengan 11 bulan lainnya. Pada bulan Januari rata-rata return secara keseluruhan adalah sebesar 0.001207 sedangkan untuk bulan Jebruari sampai dengan Desember rata-rata return secara keseluruhan adalah sebesar 0,000853. Hal ini berarti rata-rata return untuk bulan Januari lebih tinggi sebesar 0,000354 dibandingkan dengan rata-rata return secara keseluruhan pada bulan Februari sampai dengan Desember. Kemudian dari hasil tersebut akan dilanjutkan pada bagian kedua dari output untuk mengetahui apakah perbedaan antara return secara keseluruhan pada bulan Januari dan 11 bulan lainnya berbeda secara signifikan (jelas dan nyata) ataukah tidak. Tabel 4.3 Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval Sig. (2-
F Return Equal
.679
Sig.
t
.410 .278
df
tailed)
Mean
Std. Error
of the Difference
Difference Difference Lower
Upper
358
.781
.0003539
.0012719
-.0021473
.0028552
.540 64.374
.591
.0003539
.0006553
-.0009550
.0016629
variances assumed Equal variances not assumed
Dari tabel 4.3 pertama yang akan kita lihat adalah nilai pada kolom Levene's Test for Equality of Variances, untuk mengetahui apakah varian dari kedua populasi bisa dianggap sama. Pada dasarnya uji t mengisyaratkan adanya kesamaan varians dari dua populasi yang akan diuji. Dari tabel 4.3 pada kolom Levene's Test for Equality of Variances terlihat bahwa F hitung dengan Equal Variance Assumed adalah 0,679 dengan probabilitas 0,410. Karena probabilitas > 0,05 maka kedua varians dari kedua populasi tersebut bisa dianggap sama.
25
Kemudian setelah mengetahui bahwa varians dari kedua populasi tersebut bisa dianggap sama maka untuk pengambilan keputusan yang kita lihat adalah baris Equal Variance Assumed. Pada kolom t-test for Equality of Means terlihat hasil Sig. (2-tailed) sebesar 0.781, untuk uji dua sisi probabilitasnya menjadi 0,781/2 = 0,390. Hal ini menunjukan bahwa perbedaan sebesar 0,0003539 yang dapat kita lihat pada kolom mean difference tersebut dinilai tidak signifikan, karena nilai Sig. (2-tailed) > 0.05. Dengan demikian secara statistik return secara keseluruhan antara bulan Januari dengan 11 bulan lainnya tidak memiliki perbedaan yang signfikan. Tabel 4.4 Rata-rata Return Saham Perbulan 2005-2010 Bulan
2005
2006
2007
Jan
0,0038
0,0039
0,0010
(0,0031)
(0,0001)
0,0018
0,0012
Feb
0,0033
0,0017
0,0016
0,0015
0,0011
(0,0010)
0,0014
Maret
0,0046
0,0030
0,0022
(0,0050)
0,0042
0,0036
0,0021
(0,0024)
0,0059
0,0046
(0,0017)
0,0153
0,0029
0,0041
Mei
0,0030
(0,0038)
0,0022
0,0062
0,0110
(0,0046)
0,0023
Juni
0,0020
(0,0016)
0,0037
(0,0015)
0,0027
0,0005
0,0010
Juli
0,0020
0,0028
0,0051
(0,0016)
0,0069
0,0005
0,0026
(0,0054)
0,0019
(0,0032)
0,0000
0,0013
(0,0000)
September
0,0023
0,0019
0,0045
(0,0093)
0,0031
0,0076
0,0017
Oktober
0,0002
0,0024
0,0086
(0,0583)
(0,0021)
0,0021
(0,0078)
November
0,0006
0,0017
0,0027
(0,0042)
(0,0006)
(0,0019)
(0,0003)
Desember
0,0043
0,0052
0,0016
0,0049
0,0020
0,0016
April
Agustus
2008
2009
2010
Rata-rata
(0,0009)
0,0033
Kemudian melihat data rata-rata return pada tabel 4.4 di atas terlihat bahwa ratarata secara keseluruhan return bulan Januari bukan merupakan yang tertinggi dibandingkan return pada bulan-bulan lainnya. Bahkan pada beberapa tahun penelitian terdapat return yang negatif pada bulan Januari yaitu pada tahun 2008 dan 2009. Secara keseluruhan hanya pada bulan Juni, Agustus, Oktober dan, November saja yang memiliki return relatif lebih rendah dibandingkan dengan bulan januari. Bila diperhatikan return tertinggi terjadi pada bulan April 2009 yang besarnya mencapai 0,0153 dan bahkan secara keseluruhan bulan April merupakan bulan dengan rata-rata return tertinggi. Kemudian rata-rata return terendah terjadi pada bulan Oktober 2008 yaitu sebesar -0,0583 bahkan secara
26
keseluruhan bulan Oktober merupakan yang terendah dibandingkan dengan bulanbulan lainnya. Anjloknya nilai return saham pada bulan Oktober 2008 kemungkian besar disebabkan oleh krisis keuangan global yang bermula dari krisis Subprime Morgage di Amerika Serikat yang kemudian meluas termasuk Indonesia dan puncaknya terjadi pada bulan Oktober 2008. Anjloknya nilai return tersebut akan sangat terlihat jelas bila kita melihat grafik return secara keseluruhan sebagai berikut.
Gambar 4.2 Grafik Return Secara Keseluruhan Pada hasil diatas terlihat secara jelas bahwa secara statistik rata-rata return pada bulan Januari dengan 11 bulan lainnya tidak memiliki perbedaan yang signifikan dan dengan melihat hasil perhitungan return secara keseluruhan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 rata-rata return pada bulan Januari bukan merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan 11 bulan lainnya sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi anomali January Effect di Bursa Efek Indonesia seperti halnya di negara-negara maju lain. Hasil empiris ini mendukung Agus (2007) dan Oktavianus (2009) yang tidak menemukan adanya January Effect di Bursa Efek Indonesia.
27
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Penelitian ini meneliti January Effect pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode penelitian 2005-2010. Analisis ini berupa hasil statistik yang merupakan hasil dari serangkaian prosedur penelitian dengan menggunakan formulasiformulasi yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya. Uji hipotesis dilakukan dengan Independent–Sample T Test (Uji T Sample Independen) untuk mengetahui adanya perbedaan return yang cukup signifikan ataukah tidak antara bulan Januari dengan 11 bulan lainnya selama periode penelitian. Dari analisis terhadap hasil penelitian January Effect di Bursa Efek Indonesia pada bab IV dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Rata-rata return untuk bulan januari lebih tinggi dibandingkan dengan ratarata return secara keseluruhan pada bulan februari sampai dengan desember namun perbedaan tersebut dinilai tidak signifikan karena nilai Sig. (2-tailed) > 0.05. Kemudian melihat hasil perhitungan return secara keseluruhan dari tahun 2005 sampai dengan 2010 return pada bulan Januari bukan merupakan yang tertinggi dibandingkan return pada bulan-bulan lainnya sehingga disimpulkan bahwa tidak terjadi adanya anomali January Effect di Bursa Efek Indonesia. 2. Return tertinggi terjadi pada bulan April 2009 yang besarnya mencapai 0,0153. Kemudian rata-rata return terendah terjadi pada bulan Oktober 2008 yaitu sebesar -0,0583. B. Saran 1. Investor sebaiknya tidak terlalu bergantung pada momen January Effect dalam mengambil keputusan investasi tetapi harus tetap memperhatikan kinerja saham dan fundamental perusahaan emiten guna melakukan pengambilan keputusan terbaik terhadap portofolio sahamnya.
28
2. Penelitian ini mempunyai keterbatasan pada periode penelitian dan pembentukan sampel. Pada penelitian ini periode yang diambil yaitu 6 tahun dari tahun 2005-2010 dan sampel yang diambil adalah 30 perusahaan. Bagi peneliti selanjutnya akan lebih baik jika periode penelitian diperpanjang dan menambahkan jumlah sampel penelitian agar hasil dari penelitian lebih akurat. 3. Penelitian ini menggunakan Independent–Sample T Test (Uji T Sample Independen) dan analisis secara deskriptif dari hasil perhitungan return perbulan selama periode penelitian untuk menganalisis January Effect. Untuk penelitian yang akan datang diharapkan dapat menggunakan model dan variabel yang lain sehingga dapat melengkapi dan mengembangkan hasil dari penelitian ini.
29
DAFTAR PUSTAKA
Agrawal, Anup and Kishore Tandon, 1994. Anomalies or illusions? Evidence from stock markets in eighteen countries, Journal of International Money and Finance, Volume 13, Issue 1, February 1994, Pages 83-106. Gultekin, Mustafa N. and N. Bulent Gultekin, 1983. Stock Market Seasonality: International Evidence, Journal of Financial Economics, Volume 12, Issue 4, December 1983, Pages 469-481. Gumanti, Tatang Ary dan Elok Sri Utami. 2002. Bentuk Pasar Efisien dan Pengujiannya, Jurnal Akuntansi & Keuangan, Vol. 4, No.1, p54-66. Hartono, Jogianto, 2007. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi 2007. BPFE. Jogjakarta. Jack C. Francis and Paser Ibbotson, 2002. Investment a Global Perspective. Prentice Hall. New Jersey. Keim, Donald B., 1983. Size-related anomalies and stock return seasonality : Further empirical evidence, Journal of Financial Economics, Volume 12, Issue 1, June 1983, Pages 13-32. Lakonishok, Josef and Seymour Smidt, 1988. Are seasonal anomalies real? A ninety-year perspective, The Review of Financial Studies, Vol. 1, No. 4. (Winter, 1988), pp. 403-425. Pandiangan, Oktavianus, 2009. Analisis Anomali Pasar Hari Perdagangan Pada Return Saham di Bursa Efek Indonesia, Skripsi. Universitas Sumatra Utara. Medan. Pratisto, Arif, 2010. Statistik Menjadi Mudah dengan SPSS 17.Elex Media Komputindo. Jakarta. Pratomo, Agus Wahyu, 2007. January Effect dan Size Effect Pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) Periode 1998-2005, Tesis. Universitas Diponegoro.. Semarang. Rozeff, Michael S. and William R. Kinney, Jr., 1976. Capital Market Seasonality: The Case of Stock Returns, Journal of Financial Economics, Volume 3, Issue 4, October 1976, Pages 379-402.
30
Silaban, Delia Tika, 2009. Pengujian Fenomena Efek Senin (Monday Effect) di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2007, Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Siswanto, Tomi, 2001. Pengaruh Bulan Perdagangan terhadap return saham (Studi Perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ), Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Th. Octavianti P. B, 2009. Analisis fenomena january effect terhadap return pasar di bursa efek Indonesia Studi pada indeks sektoral di bursa efek Indonesia Periode 2001-2008, Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Universitas Lampung. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
www.duniainfestasi.com, diakses pada tanggal 5 September 2011 pukul 11.00 WIB. www.wikipedia.org/wiki/pasar_modal, diakses pada tanggal 9 september 2011 pukul 19.30 WIB. www.inilah.com, diakses pada tanggal 15 November 2011 pukul 19.00 WIB. www.yahoofinance.com, diakses pada tanggal 20 September 2011 pukul 19.00 WIB