PENGOLAHAN AIR BERSIH DILINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN DENGAN SISTEM UP FLOW PANGIDOAN(1) ANTON ARIYANTO, M. Eng(2) SYAHRONI, ST(2) Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian e-mail :
[email protected] ABSTRACK Air merupakan suatu kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia, coba kita bayangkan dalam satu hari saja kita tidak mengkonsumsi air. sering kita jumpai dimana-mana diseluruh tanah air banyak daerah yang kekurangan air dikala musim kemarau, begitu juga diwaktu penghujan terjadi pula banjir, yang lebih anehnya lagi air yang dikonsumsi oleh masyarakat tidak memenuhi syarat yang sesuai dengan permenkes R I no: 416/Menkes/PER/IX/1990. Untuk mencari solusi persoalan diatas yaitu suatu teknolgi yang sederhana yang terjangkau oleh semua lapisan mayarakat yaitu pengolahan air bersih dengan system Upflow dengan arah pengaliran dari bawah keatas. Penelitian ini dilakukan di Universitas Pasir Pengaraian dengan membuat model penyaringan system up flow dimana media penyaringan yang digunakan adalah pasir dengan ketebalan 20 cm, kerikil dengan ketebalan 30 cm dan ijuk adalah 5 cm. Penyaringan ini dapat menurunkan kadar-kadar seperti kekeruhan sebelum penyaringan 5,1 NTU dan setelah penyaringan menjadi 5,0 NTU, begitu juga zat besi (Fe) sebelum penyaringan mencapai 1,5 mg/lt dan setelah penyaringan 1,0 mg/lt, dan Plurida sebelum penyaringan 1,7 mg/lt dan setelah penyaringan 1,5 mg/lt. Sedangkan Mangan (Mn) sebelum penyaringan adalah 0,6 mg/lt dan setelahnya 1,5 mg/lt, dan banyak lagi yang lain yang sudah sesuai dengan permenkas RI no 416/Menkes/PER/IX/1990. Dari uraian tersebut diatas bahwa penyarinagn system up flow ini sangat cocok untuk dipedesaan dan di sekolah-sekolah. Kata kunci : air, bersih, upflow PENDAHULUAN
tidak layak dikonsumsi oleh para Dosen, mahasiwa dan
Sehubungan dengan kemajuan teknologi yang kita
seluruh karyawan, untuk mengatasi hal tersebut diatas
rasakan sekarang yang serba canggih, maka orang
maka dibuatlah suatu teknologi yang sangat sederhana
berpikir bahwa teknologi ini berasal dari pendidikan,
yaitu suatu penyaringan pasir dengan system upflow
maka orang banyak mendatangi sekolah-sekolah dari
dengan aliran dari bawah ke atas.
sekolah dasar maupun perguruan tinggi. Seperti di
2.
Universitas
2.1. Berdasarkan sumbernya air dapat digolongkan
1.
Pasir
pengaraian
yang
jumlah
LANDASAN TEORI
mahasiswanya mencapai ribuan mahasiswa, ini perlu
antara lain:
factor factor penunjang supaya proses belajar dan
1) Air laut
menagajar di Universitas Pasir Pengaraian bisa berjalan
Air laut mempunyai sifat asin karena
dengan lancar sesuai dengan harapan pemerintah yaitu
mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl
untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM)
dalam air laut sebesar 3%, dengan keadaan ini
Rokan Hulu Khususnya dan Indonesia umunya. Untuk
maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air
penunjang proses belajar mengajar tersebut termasuk
bersih (Sutrisno, 2006)
penyediaan air bersih, air bersih ini digunakan untuk
2) Air Hujan
mandi, cuci, kakus dan untuk pratikum dan lain-lain
Air hujan dalam keadaan murni sangat
sebagainya. Seperti daerah lainnya di Indonesia jikalu
bersih, karena adanya pengotoran dari udara
musim hujan air akan melimpah-limpah dalam keadaan
yang
keruh dan sebaliknya apabila musim kemarau air akan
industri/debu dan lain sebagainya, maka untuk
mengering. Air yang dikonsumsi selama ini bersal dari
menjadikan air hujan sebagai air minum
kolam tempat penampungan, sudah jelas air tersebut
hendaknya pada waktu menampung air hujan,
(1). Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian (2). Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian
disebabkan
oleh
kotoran-kotoran
jangan dimulai pada saat hujan mulai turun
air tanah akibat penyaringan secara alamiah
karena masih banyak mengandung kotoran-
akan tergantung pada :
kotoran. (Sutrisno,2006) 3) Air Permukan Air permukaan adalah air yang terdapat dipermukaan tanah seperti sungai, danau, rawa
a.
Porositas tanah,
b.
Permebilitas tanah.
c.
Jenis batuan dalam tanah,
(2) Kualitas Kimia
dan sebagainya. Dibanding dengan sumber-
Menurut Sutrisno, (2006) Susunan unsur-unsur
sumber air lainnya air permukaan mudah sekali
kimia air tanah tergantung pada lapisan- lapisan
mengalami
tanah yang
pencemaran.
Disamping
pencemaran disebabkan oleh kegiatan-kegiatan
kapur,
manusia dan juga oleh flora dan fauna.
karena
Adapun yang dikatakan air permukaan
akan dilalui. Jika melalui tanah
maka air tersebut akan menjadi sadah mengandung
Ca
(HCO3)2
dan
Mg(hCO3)2. dan jika melalui batuan granit maka
adalah:
air itu lunak dan agresip karena mengandung gas
A.
Air Sungai
CO2 dan Mn (HCO)3. Pada semua air tanah
Dalam penggunaan sebagai air bersih
mengandung kadar Fe yang berpariasi tergantung
haruslah
pada jenis lapisan tanah.
diolah
terlebih
dahulu,
mengingat air ini pada umumnya derajat
B.
pengetorannya lebih tinggi,
Air erat sekali hubungannya dengan kehidupan dan
Air Rawa/Danau
kesehatan manusia dengan arti kata besar sekali
Kebanyakan
air
kuning-coklat
C.
2.3. Hubungan Air Dengan Kesehatan
rawa
ini
berwarna
peranannya
dalam
kesehatan
manusia.
Air
yang disebabkan oleh
merupakan suatu sarana untuk meningkatkan
adanya zat-zat organisme yang telah
derajat kesehatan manusia, karena air merupakan
membusuk misalnya asam humus dalam
salah satu media dari berbagai macam penyakit.
air. Dengan adanya pembusukan kadar zat
(1) Pengaruh Tingginya
organisme sangat tinggi, maka umunya
Penyediaan Air Bersih
kadar Fe dan Mn akan tinggi pula.
Kandungan besi di alam ini berkisar 4,5% dari
Air Tanah
sejumlah material yang ada di lapisan bumi.
Kedudukan air tanah terbagi tiga bagian:
Unsur besi terletak dalam bentuk batu karang
Kadar
Fe Terhadap
a) Air Tanah Dangkal
dan mineral bumi. Besi terdapat dalam bentuk
b) Air Tanah Dalam
mineral silika dan batu karang berapi. Unsur
c) Mata Air
besi terdapat hampir pada semua air tanah (Hernadi, 1983)
2.2. Kuawlitas air tanah Kuawalitas air tanah dapat dilihat dari :
Untuk itu air yang mengandung besi perlu
(1) Kualitas Fisik
diolah terlebih dahulu. Pengolahan besi yang
Dalam proses terjadinya, air tanah telah
terdapat dalam air dilakukan dengan aerasi atau
mengalami
dapat
menggunakan oksidator untuk mengikat besi
mengurangi kekeruhan dan warna. Proses
agar dapat diendapkan. Salah satu oksidator
penyaringan
dengan
yang dipergunakan adalah Kalium Pemanganat
penyaringan yang terjadi pada saringan pasir
Tingginya kadar zat besi pada air merupakan
tetapi penyaringan terjadi secara alami. Akibat
suatu hal yang harus diperhatikan dalam
proses ini, kualitas fisik air tanah lebih baik
penyediaan
dari pada kualitas air permukaan. Kualitas fisik
Mengingat bahwa tingginya kadar kadar zat
penyaringan
disini
tidak
yang
sama
air
bersih
bagi
masyarakat.
besi akan mengurangi segi estetika dan akan
Zat besi sangat dibutuhkan oleh manusia yaitu
mengurangi efektivitas usaha desinfeksi karena
untuk
nikroba
tersuspensi
Kebutuhan zat besi ini relatif sangat kecil yaitu
tersebut. Tingginya kadar besi pada air
0,8 mg per berat badan dalam satu hari, namun
berwarna merah kecoklatan dan berbau logam
bila
sehinga
mengakibatkan
terlindung
menimbulkan
mengkonsumsinya. Nomor.
oleh
zat
keengganan
Menurut
untuk
Permenkes
416/Menkes/Per/IX/1990
pembentukan
terjadi
sel
kekurangan seseorang
darah
zat akan
merah.
besi
akan
menderita
penyakit anemia yang dapat menimbulkan
kadar
gejala
klinis
berupa
kekurangan
darah.
maksimum zat besi yang diperbolehkan pada
Disamping masalah kekurangan zat besi ada
air minum adalah 0,03mg/liter, sedangkan air
pula masalah kelebihan absorbs zat besi
yang biasa diminum mencapai 0,1 mg/liter
kedalam tubuh yang juga dapat menimbulkan
.
masalah kesehatan, dengan gejala klinis berupa (2) Pengaruh Tingginya Kadar Mn Terhadap
kelainan pigmen kulit dan hepatomegali yang
Penyediaan Air Bersih
disebut
Endapan Mn akan memberikan noda-noda
kelainan ini berupa kelaian genetik yang
pada bahan/benda-benda yang berwarna putih.
berkaiatan dengan absorbsi Fe yang tinggi oleh
Adanya unsur ini menimbulkan bau dan rasa
tubuh. Tinginya kadar Fe melebihi batas
minuman. Disamping itu konsentrasi 0,5
maksimal yang ditetapkan dikhawatirkan dapat
mg/liter unsur ini merupakan akhir batas dari
menyababkan menumpuknya Fe dalam tubuh
usaha penghilangan dari kebanyakan air yang
yang dapat efek toksis dalam tubuh manusia.
dapat dicapai. Kemudian unsur ini merupakan
(Nasution,1993).
nutrient
yang penting dengan kebutuhan
perhari 10 mg yang dapat diperoleh dari
hemapromatissidiopetik,
dimana
2.4. SYARAT SYARAT AIR SEHAT Air yang memenuhi sarat kesehatan adalah air yang
makanan (Sutrisno, 2006)
bebas dari migroorganisme, zat atau bahan kimia, bau,
Mn merupakan nutrient yang penting dalam
rasa, dan kekeruhan. Adalah indra dari masing-masing
tubuh dengan kebutuhan 10 mg yang dapat
pemeriksa, namun batasan baik menurut WHO maupun
diperoleh dari makanan. Unsur ini bersifat
Permenkes adalah air minum tidak boleh terdapat bau
toksis pada alat pernapasan. Gejala yang timbul
dan rasa yang tidak diinginkan.
berupa gejala susunan syaraf : insomia, lemah pada kaki dan otot muka, sehingga ekprsi muka menjadi beku dan muka tampak seperti topeng.
A. Syarat Fisik Adapun syarat fisik terdiri dari : 1.
Air tidak boleh berasa dan berbau
Keracunan Mn adalah salah satu contoh,
Bau dan rasa biasanya terjadi bersama-sama
dimana kasus keracunan tidak menimbulkan
dan biasanya disebabkan oleh adanya bahan-
muntah berak. Didalam penyedia air, seperti
bahan organik yang membusuk, tipe-tipe
halnya Fe dan Mn juga menimbulkan masalah
tertentu
warna (Soemirat, 2003). Konsentrasi Mn lebih
persenyawaan
besar dari 0,5 mg/liter dapat menyebabkan rasa
menyebabkan bau dari rasa ini berasal dari
yang aneh pada minuman dan meninggalkan
berbagai sumber. Karena pengukuran rasa dan
warna coklat pada pakaian cucian dan dapat
bau itu tergantung pada reaksi indupidual,
juga
maka hasil yang dilaporkan juga tidak mutlak.
menyebabkan
kerusakan
pada
(Soemirat, 2006). (3) Hubugan Zat Besi Dengan Kesehatan
hati
organisme kimia.
mikroskopik,
serta
Bahan-bahan
yang
Intensitas bau dilaporkan sebagai berdanding terbalik dengan rasio pencemaran
2. Air tidak boleh berwarna
menyebabkan keracunan. Adapun pH yang
Warna pada air terjadi karena adanya suatu
disyaratkan
oleh
Permenkes
RI
Nomor.
proses dekomposisi pada berbagai tingkat.
416/Menkes/Per/IX/1990
air
minum
Tanin, asam humus dan bahan yang berasal
adalah 6,5 – 8,5 sedangkan untuk air bersih
dari humus serta dekomposisi pigmen yang
antara 6,5 – 9,0.
untuk
diangap sebagai bahan yang memberi warna
b. Tidak terdapat zat penyebab gangguan fisiologis.
yang paling utama, kehadiran unsur besi yang
c. Tidak terdapat zat penyebab gangguan teknis.
berakitan dengan zat organik akan membuat warna semakin tingi, warna yang disebabkan
C. Syarat Bakteriologis
tersuspensi disebut appaert colour, sedangkan
Menurut
yang disebabkan kerena kekentalan organisme
416/Menkes/Per/IX/1990 Persyaratan bakteriologis
atau tumbuh-tumbuhan yang merupakan koloid
di dalam air adalah sebagi berikut :
disebut true colour. Untuk mengatur tingkat
(1) Total coliform pada 100 ml air minum adalah 0.
warna digunakan satuan PICO. Berdasarkan
(2) Total caliform pada air bersih per 100 ml pada
Permenkes
No.416/Menkes/Per/IX/1990
Permenkes
RI
No.
jaringan perpipaan adalah 10, sedangkan non
tingkat warna yang diperbolehkan untuk air
perpipaan adalah 50.
bersih adalah 50 TCU dan untuk air minum 15
(3) Tidak mengandung bakteri pathogen
TCU. 3. Air tidak keruh
2.5. Jenis-jenis saringan yang sering digunakan
Air yang digunakan untuk minum hendaknya
1)
Saringan Kain Katun.
air yang jernih. Air keruh disebebkan oleh
Pembuatan saringan air dengan menggunakan kain
butiran-butiran koloid dari tanah liat. Untuk
katun merupakan teknik penyaringan yang paling
mengukur
sederhana / mudah. Air keruh disaring dengan
kekeruhan
air
digunakan
Turbidimeter dengan satuan mg/lt.
menggunakan kain katun yang bersih.
4. Suhu
2)
Saringan Kapas
Temperatur air akan mempengaruhi kesukaan
Penyaringan
konsumen dalam mengkonsumsi
air. Untuk
membersihkan air dari kotoran dan organisme
memberi rasa segar maka suhu air yang
kecil yang ada dalam air keruh. Hasil saringan juga
diharapkan antara 10 – 15 ºc
tergantung pada ketebalan dan kerapatan kapas
5. Jumlah Zat yang terlarut.
dengan
kapas
juga
dapat
yang digunakan.
Air minum tidak boleh mengandung zat padat
3)
Aerasi
dari 1000 mg/liter, sedangkan air bersih tidak
Aerasi merupakan proses penjernihan dengan cara
lebih dari 1500 mg/liter.
mengisikan oksigen ke dalam air. 4)
Saringan Pasir Lambat (SPL) Saringan pasir lambat adalah saringan pasir yang
B. Syarat Kimia Air yang berkualitas harus memenuhi syarat kimia
mempunyai kerja mengolah air baku secara
sebagai berikut : (Sutrisno, 2006)
gravitasi melalui lapisan pasir sebagai media
a. Derajat keasaman atau pH
penyaringan. Kecepatan saringan berkisar antara yang
0,1 – 0,4 m3/jam. Proses penyaringan dapat berjalan
penting, pH mempengaruhi pertumbuhan makro
dengan baik apabila tinggi pasir penyaring minimal
di dalam air. Pada air bersih bila pH lebih kecil
70 cm, karena aktifitas mikroorganisme terjadi
dari
lapisan sampai 30-40 cm dibawah permukaan.
Derajat
keasaman
6,5atau
lebih
merupakan
dari
9,2
faktor
maka
akan
Mikroorganisme ini berfungsi memakan dengan
digunakan untuk keadaan darurat. Air bersih
menghancurkan zat organik sewaktu air mengalir
didapatkan dengan jalan penyaringan melalui
lewat pasir tersebut. Ketebalan pasir dibawahnya
elemen filter keramik.
lagi berfungsi sebagai saringan zat kimia, karena disini terjadi proses kimiawi. Dia meter pasir
5)
6)
Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juni 2013
Saringan Pasir Cepat (SPC)
yang bertempat dilingkungan kampus Universitas Pasir
Saringan pasir cepat seperti halnya saringan pasir
Pengaraian, analisis sampel dan pengujian dilakukan di
lambat, terdiri atas lapisan pasir pada bagian atas
Laboratorium teknik Universitas Pasir Pengaraian dan
dan kerikil pada bagian bawah. Tetapi arah
bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Laboratorium
penyaringan air terbalik bila dibandingkan dengan
Kesehatan Daerah (LABKESDA) Kabupaten Rokan
Saringan Pasir Lambat, yakni dari bawah ke atas
Hulu
(up flow). Air bersih didapatkan dengan jalan
3.1 Pengumpulan Data
menyaring air baku melewati lapisan kerikil
Pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan
terlebih dahulu baru kemudian melewati lapisan
data yang diperlukan dan kemudian dilakukan
pasir.
analisa. Data yang dikumpulkan terdiri data primer
Gravity-Fed Filtering System
dan data skunder. Data primer diperoh dari
Filtering
merupakan
observasi terdiri dari sumber air baku, kebutuhan
gabungan dari Saringan Pasir Cepat (SPC) dan
harian maksimum dan letak model saringan pasir.
Saringan
bersih
Sedangkan data skunder diperoleh dari data-data
dihasilkan melalui dua tahap. Pertama-tama air
yang sudah ada antara lain harian maksimum
disaring menggunakan Saringan Pasir Cepat
kebutuhan
(SPC).
kebutuhan Kampus Univesitas Pasir Pengaraian.
Pasir
System
Lambat
Air hasil
(SPL).
Air
penyaringan tersebut
dan
kemudian hasilnya disaring kembali menggunakan
8)
per
orang
kemudin
diglobalkan
3.2 Analisa Sumber Air Baku
Saringan Pasir Lambat.
Sumber air baku yang akan dijadikan sebagai
Saringan Arang
sumber untuk diolah menjadi air layak dikonsumsi,
Saringan arang dapat dikatakan sebagai saringan
ditentukan berdasarkan survey terhap tata letak
pasir arang dengan tambahan satu buah lapisan
daerah resapan air yang sudah ada. Kemudian
arang. Arang yang digunakan dapat berupa arang
diadakan evaluasi untuk menentukan kualitas air
kayu atau arang batok kelapa. Untuk hasil yang
baku untuk mendukung pengolahan air yang
lebih baik dapat digunakan arang aktif.
digunakan untuk konsumsi. Tata letak air baku dan
Saringan Air Sederhana
bak penampung dibuat sedekat mungkin untuk
Saringan air sederhana/tradisional merupakan
mengurangi
modifikasi dari saringan pasir arang dan saringan
pengontrolannya.
pasir lambat. 9)
METODE PENELITIAN
berkisar antara 0,2 – 03 mm,
Gravity-Fed
7)
3.
kerugian
aliran
serta
mudah
3.3 Metode Penelitian
Saringan Cadas / Jempeng / Lumpang Batu
Metode yang digunakan dalam penlitian ini adalah
Saringan cadas atau jempeng ini mirip dengan
metode exprimen yaitu penelitian yang bertujuan
saringan
untuk menyelidiki dan membandingkan hasil yang
keramik.
Air
disaring
dengan
menggunakan pori-pori dari batu cadas. 10) Saringan Keramik
diperoleh dari sesudah penyaringan dan sebelum penyaringan dengan satu sumber air dilingkungan
Saringan keramik dapat disimpan dalam jangka
kampus Universitas pasir Pengaraian . Dalam
waktu yang lama sehingga dapat dipersiapkan dan
penelitian ini menggunakan media saringan pasir
yaitu saringan sistem Up flow dengan aliran air
waktu yaitu stopwatch, sehingga dapatlah
dari bawah keatas.
diperoleh berapa lama waktu yang dibutuhkan
3.4 Tata cara Penyaringan
untuk memenuhi air tabung tersebut. Dan
Air dari sumber dialirkan ke bak penampung
akhirnya dapat dihitung pula air yang jatuh dari
dengan mempergunakan mesin pompa dalam
bak penapungan tersebut dalam tiap detik. Dari
keadaan
hasil pengujian debit air bak penampung dapat
baku,
penyaringan
kemudian
disinilah
dialirkan
ke
disaring
sehingga
air
bak
dilihat pada table sebagai berikut :
kotoran-kotoran yang ada pada air baku tersebut bisa tertahan oleh media pasir dan kerikil tersebut, lalu dialirkan ke bak penampungan air bersih,
Tabel 1. Hasil Pengujian debit air bak penampung. NO
Pengujian
Waktu
Volume tabung 3
Debit
1
I
7 Detik
0.0033158 m
0.0004737 m3/detik
2
II
7Detk
0.0033158 m3
0.0004737m3/dek
3
III
6Detk
0.0033158 m3
0,0004737m3/detik
maka boleh dikatan air tersebut sudah layak dikonsumsi. Rancabgan model penelitian dapat dilihat pada gambar sebagai berikut: Sumber : Hasil pemeriksaan
Perhitungan volume bak penampung Volume tabung
= π x r2 x t = 3,14 x 0,0064 x 0.165 = 0.00331584 m3
Perhitungan debit bak penampung
V A 0,00331584 m3 Q 7s Q
Gambar 1. Model Saringan Sistem Up flow 4.
Q 0,0004737 m3 /sec
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam melaksanakan pengujian ini banyak hal yang perlu kita perhatiakan antara lain: 1.
Pemeriksaan
ketebalan
media
Perhitungan luas pipa ¾ inci = π x r2
A
yang
= 3,14 x (0.0114)2
dimasukkan kedalam bak penyaringan. Dalam memasukkan media tersebut harus diukur berapa ketebalannya pasir dan kerikil karena
= 0.000408074 m2 Perhitungan kecepatan pengaliran melalui pipa ¾ inchi
Q A 0.0004737 v 0.00040802 v 1,164606 m/det
lain ketebalan lain pula hasil yang diperoleh. 2.
v
Pemeriksaan debit air bak penampung. Pemeriksaan
debit
penampung
dengan
yang
mengalir
mempergunakan
dibak pipa
ukuran ¾ yang dipasang pada bak penampung, untuk menghitung debit air dapat dihitung
Pemeriksaan debit bak panyaringan dilakukan sebanyak
dengan mempergunakan berupa tabung dengan
3 (tiga) kali berturut-turut dengan menampung air
tinggi 16,5 cm dan diameter 16,0 cm, dengan
melalui
menghitung
untuk
penyaringan. Pemeriksaan ini juga mempergunakan
dipergunakan alat ukur
tabung dengan ukuran tinggi 16,5 cm dengan dimeter 16
lamanya
memenuhi tabung
air
tersebut
pipa ukuran ¾ yang dipasang pada bak
cm, untuk lamanya air memenuhi tabung menggunakan
Analisa Laboratorium Sebelum penyaringan
alat ukur waktu yaitu stopwatch sehingga diperoleh
Dari
hasil
Pengujian
sampel
air
yang
waktu dan bisa dihitung debit air yang jatuh dari bak
dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2013 di Laboratorium
penyaring tersebut dalam tiap detik. Hasil pemeriksaan
kesehatan Daerah Alamat Jl KH Dewantara Kampung
air bak penyaring dapat dilihat pada tabel sebagai
Bukit
berikut:
443.52/LHUS/LABKESDA/13.0083.
Pasir
Pengaraian
dengan
No:
untuk
sampel
sebelum penyaringan dengan hasil tidak memenuhi Tabel 2. Pemeriksaan debit air pada bak penyaringan. No Pengujian Waktu
Volume
syarat sebagai air bersih yang sesuai dengan Permenkes
Debit
N0
tabung 1
I
90detik
0.0033158 m3 0.00008962 m3/det
2
II
90detik
0.0033158 m3 0.00008962m 3/det
3
III
90detk
0.0033158 m3 0.00008962 m3/det
416/Menkes/PER/IX/1990.
Dari
hasil
analisa
tersebut dapat dilihat bahwa ada beberapa nilai parameter yang tidak sesuai dengan persyaratan air bersih separti kekeruhan hasil uji 5,1 NTU sedangkan batas kewajaran adalah 5,0 NTU, Temperatur hasil uji 24,50 c sedangkan syarat 30c, zat besi (Fe) hasil uji 1,5 mg/lt berarti melebihi batas maximum yaitu 1,0 Mg/l,
Sumber : Hasil Pemeriksaan
Flurida
terdapat
1,7
Mg/l
sedangkan
yang
tabung
direkomondasikan adalah 1,5 Mg/l, Kromium valensi
penampungan selama jangka waktu 90 detik dengan
0,07 Mg/l sedangkan yang memenuhi syarat 0,05 Mg/l,
menggunakan tabung tinggi 16,5cm dan diameter
dan Mangan (Mn) sebelum penyaringan adalah 0,6
16,0cm, maka dapat dihitung debit penyaringan dan
mg/lt sedangkan yang direkomodasikan dinas kesehatan
kecepatan penyaringan.
adalah 0,5 mg/lt. seperti ditampilkan dalam tabel
Dari
hasil
pengujian
volume
dibawah ini: Volume tabung = π x r2 x
t
= 3,14 x 0,0064 x 1,6
Tabel
3.Hasil analisa penyaringan
laboratorium
air
sebelum
Hasil analisa laboratorium LABKESDA penyaringan
sebelum
= 0,00331584 m3 Perhitungan debit bak penyaringan
V A 0,00331584 m 3 Q 90 s Q
Q 0,00003685 m 3 /detik Perhitungan luas pipa ¾ inci A
= π x r2 = 3,14 x (0.0114)2 = 0.000408074 m2
Perhitungan kecepatan penyaringan melalui pipa ¾ inchi
Q A 0,00003685 m 3 /detik v 0.000408074 v 0,09027 m/det v
Dari analisa hasil laboratorum diatas bahwa air yang ada dikolam (sumber) air tersebut tidak memenuhi
rujukannya adalah 0,5 mg/lt. Dan begitu pula PH 7,0 sdangkan nilai rujukannya antara 6,5 – 9,0 Mg/l.
syarat sebagi air besih yang sesuai dengan Permenkes
Dari hasil Pengujian sampel air yang
No 416/Menkes/PER/IX/1990
dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2013 di Laboratorium
Analisa Laboratorium Setelah penyaringan
kesehatan Daerah Alamat Jl KH Dewantara Kampung
Tabel 4 Hasil analisa laboratorium air sebelum penyaringan
Bukit
Pasir
Pengaraian
dengan
No:
443.52/LHUS/LABKESDA/13.0083. dengan hasil telah memenuhi sarat sebagai air bersih sesuai dengan Permenkes N0 416/Menkes/PER/IX/1990. Dilihat dari hasil analisa air tersebut di atas secara umum dapat diketahui bahwa hasil air olahan dengan saringan sistem Up Flow dengan arah aliran dari bawah ke atas tersebut sudah memenuhi syarat sebagai air bersih
d)
Kesimpulan Dari hasil Pengujian sampel air setelah
penyaringan dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2013 di Laboratorium
kesehatan
Daerah
Alamat
Jl
KH
Dewantara Kampung Bukit Pasir Pengaraian dengan No: 443.52/LHUS/LABKESDA/13.0083. dengan hasil Sumber : hasil analisa Laboratorium LABKESDA setelah penyaringan
tersebut telah memenuhi syarat sebagai air bersih yang sesuai
dengan
Permenkes
416/Menkes/PER/IX/1990. Dari hasil Pengujian sampel air setelah penyaringan dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2013 di Laboratorium
kesehatan
Daerah
Alamat
Jl
KH
Dewantara Kampung Bukit Pasir Pengaraian dengan No: 443.52/LHUS/LABKESDA/13.0083. dengan hasil tersebut telah memenuhi syarat sebagai air bersih yang sesuai
dengan
Permenkes
416/Menkes/PER/IX/1990.
Dari
hasil
N0 analisa
laboratorium tersebut dapat dilihat separti kekeruhan hasil uji 2,5 NTU sedangkan persaratan air bersih adalah 5 NTU, Temperatur terdiri dari 24,50 c sedangkan syarat 30c, begitu juga zat besi (Fe) mencapai 1,0 Mg/lt sama dengan nilai rujukan1,0 Mg/l, dan
rujukannya penyaringan
0,03 adalah
Mg/l, 0,5
Mangan mg/lt
(Mn) sedangkan
setelah nilai
hasil
analisa
laboratorium tersebut dapat dilihat seperti kekeruhan sebelum penyaringan adalah 5 NTU, dan setelah penyaringan 2,5 NTU, begitu juga zat besi (Fe) sebelum penyaringan
1,5 mg/l
dan
sesudah
penyaringan
mencapai 1,0 mg/l, dan Flurida sebelum penyaringan 1,7 mg/l dan sesudah penyaringan mencapai 1,5 mg/l, Kromium valensi sebelum penyaringan 0,07 mg/l sedangkan sesudah penyaringan nilainya mencapai 0,03 mg/l, Mangan (Mn) sebelum penyaringan adalah 0,6 mg/lt sedangkan sesudahnya adalah 0,5 mg/lt. Dan begitu pula PH sebelum penyaringan 7,0 dan susudah 7,0 sedangkan nilai rujukan dari Menkes antara 6,5 – 9,0 Mg/l.
Flurida terdapat 1,5 Mg/l sedangkan nilai rujukannya 1,5 Mg/l, kromium valensi 0,03 Mg/l sedangkan nilai
Dari
N0
Dari hasil Pengujian yang dilaksanakan pada tanggal 12 Juli 2013 di Laboratorium kesehatan Daerah Alamat Jl KH Dewantara Kampung Bukit Pasir Pengaraian
dengan
No:
443.52/LHUS/LABKESDA/13.0083. dengan hasil telah memenuhi syarat sebagai air bersih sesuai dengan Permenkes N0 416/Menkes/PER/IX/1990. Dilihat dari hasil analisa air tersebut di atas secara umum dapat disimpulkan bahwa hasil air olahan dengan saringan sistem Up Flow di Kampus Universitas pasir Pengaraian dengan arah aliran dari bawah ke atas tersebut sudah memenuhi syarat sebagai air bersih, dan jika direbus sudah dapat digunakan sebagai air minum sesuai dengan standar.
DAFTAR PUSTAKA
Alearts dan Santika, 1987, Metode Penelitian Nasional Surabaya. Annonimous,
"Design
Facilities",
Criteria
Japan
For Water
Waterworks Works
Association, 1978. Daud A’an Rosman, 2001, Penyediaan air Bersih, Jurusan Kesehatan Lingkungan
FKM Unhas
Makasar. Purwana R, 1983, Air Minum dan Kesehatan, FKM, Universitas Indonesia, Jakarta. Surbakti, 1987, Teknologi Terapan Air Minum Sehat, Mutiarasalo, Surakarta. Warsito D, 1994, Sumber Daya Air dan Lingkungan, Pusat
Pengembangan
Bandung.
Tenaga
Pertambangan,