PENGOLAHAN AIR BAKU DARI AIR KALI MAS SURABAYA DENGAN ROUGHING FILTER DAN SLOW SAND FILTER
TREATMENT OF RAW WATER FROM KALI MAS SURABAYA USING ROUGHING FILTER AND SLOW SAND FILTER
Kurnia Primadani1, Wahyono Hadi2 Jurusan Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya
1
2
[email protected]
[email protected]
ABSTRAK Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap parameter-parameter yang berkaitan dengan standar air minum PERMENKES RI NO.492/ MENKES/PER/IV/2010 pada air baku air Kali Mas yang sebelumnya akan diolah dengan menggunakan roughing filter dan slow sand filter. Media yang digunakan pada slow sand filter adalah media pasir dan pecahan genteng. Pada media genteng terdapat perlakuan penambahan perak nitrat (AgNO3) sebagai desinfektan untuk meremoval coliform. Variasi kecepatan pengaliran yang digunakan 0,2 m/jam; 0,3 m/jam; 0,4 m/jam. Parameter yang diukur adalah nilai kekeruhan, warna dan kandungan coliform dalam efluen. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penurunan nilai kekeruhan, warna, dan bakteri coliform yang paling efektif pada unit RF dan unit SSF adalah pada variasi laju 0,2 m/jam dan tanpa penambahan larutan perak nitrat. Kata kunci: Kali Mas Surabaya, perak nitrat, roughing filter, slow sand filter
1
ABSTRACT This research will be conducted testing on parameters related to drinking water regulation standard PERMENKES RI NO.492/ MENKES/PER/IV/2010 on Kali Mas raw water that has been processed using roughing filter and slow sand filter. The media that will be applied to slow sand filter are sand media and roof tile pieces. Silver nitrate solution (AgNO3) will be added on the roof tile media acting as a coliform remover. Flow rate variation that will be used are 0,2 m/hour; 0,3 m/ hour; 0,4 m/ hour. Turbidity, color and coliform content in the effluent are the parameter that will be measured. Analytical result indicates the decrease number of turbidity, color and coliform bacteria effectively shown in the RF unit and SSF unit with variation rate 0,2 m/hour and without the addition of silver nitrate solution. Key Words: Kali Mas Surabaya, silver nitrate, roughing filter, slow sand filter.
1. PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan instansi yang memproduksi air bersih
untuk masyarakat. Namun tidak semua kalangan masyarakat Indonesia mendapatkan pelayanan tersebut. Masih banyak masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan air bersih untuk digunakan dalam keperluan sehari-hari. Selain menggunakan air PDAM, masyarakat juga banyak yang memanfaatkan air sungai karena kuantitasnya yang melimpah dan dirasa cukup mudah untuk diperoleh. Beberapa permasalahan umum yang berkaitan dengan kualitas air sungai yang belum diolah adalah tingginya nilai kekeruhan dan kandungan bakteri coliform karena akan sangat berpengaruh pada kesehatan masyarakat. Salah satu solusi yang dapat ditawarkan untuk mengurangi kontaminan yang ada adalah dengan menggunakan proses filtrasi skala kecil/rumah tangga. Mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu, maka dibuatlah sebuah penelitian untuk mengolah air sungai dengan menggunakan proses pada roughing filter dan slow sand filter. Media yang akan digunakan pada slow sand filter adalah pasir dan pecahan genteng. Pecahan genteng ini
2
akan direndam ke dalam larutan perak nitrat (AgNO3) sebelum digunakan dalam filter. Pada penelitian ini, perak nitrat yang digunakan berfungsi sebagai desinfektan, hal ini berdasarkan pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pertiwi (2008), yaitu pada “Saringan Tembikar Skala Rumah Tangga dan Pengaruh Larutan Perak Dalam Meremoval Bakteri Coliform” yang menggunakan air baku air sumur di kawasan perumahan Pucang Sewu, Surabaya dimana efisiensi penyisihan bakteri coliform dapat ditingkatkan menjadi 99,73%-99,96% Namun, pada penelitian tersebut perak yang digunakan ternyata terlarut dalam efluen dengan kadar yang melebihi standar baku mutu. Konsentrasi perak yang terlarut dalam efluen tersebut perlahan menurun dan pada jam ke-28 telah berada di bawah baku mutu. Hal ini dapat terjadi karena konsentrasi larutan perak yang digunakan terlalu pekat. Sehingga disarankan tembikar berlapis larutan perak harus direndam dalam air minimal 28 jam sebelum digunakan untuk mengurangi konsentrasi perak tersebut. Hasil yang diharapkan dari pengolahan menggunakan proses roughing filter dan slow sand filter skala kecil/rumah tangga dengan penambahan perak nitrat sebagai desinfektan ini adalah air efluen yang dapat aman digunakan oleh masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. 1.2
Permasalahan Rumusan permasalahan pada penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Berapa nilai kekeruhan dan warna serta jumlah bakteri coliform yang dapat diturunkan oleh tiap-tiap unit unit? 2. Bagaimana pengaruh penggunaan larutan perak nitrat pada media filter terhadap efluen yang dihasilkan? 3. Apakah air yang dihasilkan pada masing-masing variabel memenuhi baku mutu air minum PERMENKES RI NO.492/ MENKES/PER/IV/2010 terhadap parameter kekeruhan, warna dan bakteri coliform?
3
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain:
1.
Menentukan kemampuan efisiensi penurunan nilai kekeruhan dan warna serta jumlah bakteri coliform terhadap unit roughing filter dan slow sand filter.
2.
Mengetahui pengaruh penggunaan larutan perak nitrat pada media filter terhadap efluen yang dihasilkan.
3.
Meneliti apakah air efluen yang dihasilkan telah sesuai dengan PERMENKES RI NO.492/MENKES/PER/IV/ 2010 terhadap parameter kekeruhan, warna dan bakteri coliform.
1.4
Teori
Slow Sand Filter Filter pasir lambat digunakan untuk menghilangkan kekeruhan dari air permukaan. Air dengan kekeruhan yang tinggi, dibutuhkan pengolahan pendahuluan menggunakan rapid gravity filter atau microstrainer untuk menjaga kinerja filter pasir lambat. Filter pasir lambat menghilangkan sedikit warna nyata, karena itu merupakan sebagian besar zat terlarut dan sifat dasar dari air baku (Ainsworth et al,1997). Filter lambat dapat mengolah air dengan kekeruhan sampai 100 – 200 mg/l untuk beberapa hari, 50 mg/l merupakan ukuran kekeruhan maksimum untuk pengolahan dengan waktu yang lama, dan penyaringan terbaik terjadi bila kekeruhan rata – rata 10 mg/l atau kurang. Pada permukaan pasir, terbentuk lapisan yang dikenal sebagai schmutzdecke, atau filter skin. Lapisan Schmutzdecke terdiri dari alga yang berbentuk untaian benang dan berbagi mikroorganisme lainnya termasuk plankton, diatoms, protozoa, rotifera, dan bakteri (Huisman, 1974). Roughing Filter Roughing filter merupakan salah satu pengendap multi lase bottom berupa kerikil yang dapat memisahkan partikel tersuspensi secara efektif. Media roughing filter biasanya tersusun atas kerikil
4
dengan diameter yang besar pada bagian awalnya, kemudian menggunakan kerikil dengan diameter yang lebih kecil pada bagian berikutnya, begitu seterusnya. Adanya partikel dengan ukuran yang kecil pada air baku, terjadi pengendapan dan pelekatan pada media, tidak menggunakan penyaringan secara mekanikal (Okun&Schultz, 1984). Proses utama yang terjadi pada roughing filter adalah proses sedimentasi. Rongga pori pada media roughing filter relatif lebih besar dari pada rongga pori pada slow sand filter. Jika terjadi clogging pada roughing filter, maka dapat dilakukan pembilasan (flushing) atau penggantian media. Kecepatan filtrasi (m/jam) tergantung pada besarnya filter, karakteristik air baku, dan kemampuan menurunkan kekeruhan. Variasi media filter (porositas), perbandingan tiap media filter, fraksi media filter, panjang dan lebarnya bak filter (m2) dan optimalisasi untuk menghilangkan zat tersuspensi. Faktor yang paling berpengaruh dalam efisiensi penurunan kekeruhan adalah ukuran partikel yang terkandung dalam air baku dan distribusinya (Levine, 1990). 2. METODOLOGI Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap beberapa parameter yang berkaitan dengan standar air minum PERMENKES RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 pada air baku air Kali Mas Surabaya yang sebelumnya diolah dengan menggunakan roughing filter dan slow sand filter. Analisis parameter yang dilakukan mencakup parameter kekeruhan, warna dan bakteri coliform. Perlakuan yang diberikan adalah variasi kecepatan pengaliran sebesar 0,2 m/jam; 0,3 m/jam dan 0,4 m/jam serta variasi ada dan tidak adanya penambahan larutan perak nitrat (AgNO3) sebagai desinfektan pada media pecahan genteng. Spesifikasi media yang digunakan: v Roughing filter Menggunakan media kerikil dengan diameter (Ø) 2,5 cm; 1,5 cm; dan 1 cm. Susunan diameter partikel dari besar ke kecil mulai dari bagian dasar unit hingga ke permukaan.
5
v Slow sand filter Menggunakan pasir kali dengan diameter rata-rata 0,15 mm – 0,35 mm dengan susunan yang tidak terstratifikasi. v Pecahan genteng Pecahan genteng dengan diameter rata-rata 1 cm-3 cm. Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium. Analisis penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Lingkungan, FTSP, ITS. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui nilai kekeruhan, warna, dan bakteri coliform pada air baku yang berasal dari Kali Mas Surabaya. Reaktor dioperasikan secara kontinyu. Penelitian ini dilakukan secara 3 tahap pada variasi kecepatan filtrasi 0,2 m/jam; 0,3 m/jam, dan 0,4 m/jam dan masing-masing variabel dilaksanakan selama 7 hari. Perlakuan yang sama diberikan pada reaktor yang memakai desinfektan perak nitrat. Pengambilan sampel dilakukan setiap satu hari sekali. Berikut ini adalah titik pengambilan sampel pada masing-masing variasi flow rate: a. Variabel flow rate 0,2 m/jam, pengambilan titik sampel dilakukan pada : v Air baku (inlet) v Outlet roughing filter v Outlet slow sand filter (efluen) b. Variabel flow rate 0,3 m/jam, pengambilan titik sampel dilakukan pada : v Air baku (inlet) v Outlet roughing filter v Outlet slow sand filter (efluen) c. Variabel flow rate 0,4 m/jam, pengambilan titik sampel dilakukan pada : v Air baku (inlet) v Outlet roughing filter v Outlet slow sand filter (efluen)
6
Desain unit yang digunakan: Direncanakan : Desain disesuaikan dengan penelitian terdahulu dan untuk memudahkan dalam pengoperasian. Panjang unit RF
= 20 cm = 0,2 m
Lebar unit RF
= 20 cm = 0,2 m
Kedalaman unit RF
= 150 cm = 1,5 m
Volume unit RF
= P x L x h = 0,06 m3
Panjang unit SSF
= 20 cm = 0,2 m
Lebar unit SSF
= 20 cm = 0,2 m
Kedalaman unit SSF
= 150 cm = 1,5 m
Volume unit SSF
= P x L x h = 0,06 m3
Freeboard
= 30 cm = 0,3 m
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 3 macam variasi laju kecepatan yaitu : 1. Variasi 1 : flow rate 0,2 m/jam. 2. Variasi 2 : flow rate 0,3 m/jam. 3. Variasi 3 : flow rate 0,4 m/jam. Selain itu juga terdapat variasi dilakukannya perendaman media pecahan genteng ke dalam larutan perak nitrat. Analisis Bakteri Coliform Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa dengan flow rate 0,2 m/jam didapatkan debit sebesar 0,008 m3/jam, untuk flow rate 0,3 m/jam didapatkan debit sebesar 0,012 m3/jam, untuk flow rate 0,4 m/jam didapatkan debit sebesar 0,016 m3/jam. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar flow rate yang digunakan, maka semakin besar pula kuantitas debit air yang dihasilkan. Namun, dapat dilihat
7
dari hasil efisiensi rata-rata terhadap parameter bakteri coliform, bahwa semakin besar flow rate dan debit yang dihasilkan, maka efisiensi rata-rata penurunan bakteri coliform menjadi semakin menurun. Debit yang rendah dapat meningkatkan waktu untuk menyisihkan bakteri patogen pada biofilm (lapisan schmutzdecke), selain itu bakteri patogen dapat tertahan di lapisan biofilm serta dengan rendahnya debit akan membentuk lapisan biofilm lebih baik. Penurunan debit yang terjadi sewaktu penelitian dapat disebabkan karena padatan tersuspensi yang mulai mengisi pori-pori atau celah pada media kerikil dan pasir sehingga aliran yang terjadi pada celah media menuju pipa outlet menjadi lebih lambat. Efisiensi penurunan bakteri coliform juga dipengaruhi oleh waktu tinggal air yang berada di dalam filter saat dilakukan pengambilan sampel untuk air efluen SSF. Air sampel pada efluen unit SSF ini memiliki waktu tinggal yang cukup lama, sehingga proses filtrasi yang berlangsung pada filter dapat berlangsung dengan baik. Hal ini mengakibatkan kualitas air efluen menjadi lebih baik dibandingkan air inlet yang belum melalui proses filtrasi. Semakin lama waktu tinggal air pada filter maka, semakin baik pula kualitas air yang dihasilkan, namun apabila telah terjadi penyumbatan (clogging) maka air akan dikuras. Nilai Efisensi rata-rata penurunan bakteri coliform tiap variasi pada masing-masing reaktor dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut ini. Tabel 3.1 Rata-Rata Efisiensi Penurunan Bakteri Coliform Tiap Variasi 0,2 m/jam Variasi
0,3 m/jam
0,4 m/jam
RF (%)
SSF (%)
RF (%)
SSF (%)
RF (%)
SSF (%)
Tanpa perendaman
62,40
99,70
63,86
99,67
64,27
99,53
Dengan perendaman
60.35
99.73
62,77
99,68
63.14
99.58
Sumber: Hasil Perhitungan
8
Berdasarkan data pada Tabel 3.1 dapat diketahui bahwa untuk efisiensi penurunan bakteri coliform dalam penelitian ini pada unit RF yang paling besar adalah pada variasi laju kecepatan 0,4 m/jam, dan tanpa penambahan perak nitrat, yaitu sebesar 64,27%. Hal ini dapat dikarenakan proses pencucian atau draining pada unit RF yang lebih baik. Pada media RF tidak dilakukan perendaman dengan larutan perak nitrat, sehingga hubungan variasi antara ada tidaknya larutan perak pada RF tidak mempengaruhi nilai bakteri coliform. Perbedaan rata-rata efisiensi antara variasi ada tidaknya larutan perak pada RF dapat dikarenakan kurang bersihnya pencucian media atau reaktor saat akan digunakan untuk running variasi penambahan larutan perak pada media pecahan genteng di SSF., sehingga mengakibatkan penurunan rata-rata efisiensi pada variasi dengan perendaman larutan perak dibandingkan tanpa perendaman. Efisiensi penurunan bakteri coliform pada unit SSF yang paling besar adalah pada variasi laju kecepatan 0,2 m/jam, dengan penambahan perak nitrat, walaupun tidak terlalu berbeda jauh dengan rata-rata efisiensi tanpa penambahan larutan perak. Hal ini dapat dikarenakan laju yang tergolong lambat akan mempermudah pembentukan biofilm dan juga schmutzdecke, yang pada akhirnya akan membantu proses pendegradasian bakteri coliform. Rata-rata efisiensi penurunan bakteri coliform pada variasi laju kecepatan 0,2 m/jam dan tanpa penambahan perak nitrat pada SSF adalah sebesar 99,70%. Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa antara variasi penambahan dengan tanpa penambahan larutan perak nitrat tidak terlalu jauh berbeda, karena memiliki rata-rata efisiensi yang hampir sama untuk parameter bakteri coliform. Maka untuk aplikasi di lapangan, disarankan menggunakan filter tanpa penambahan laturan perak nitrat karena penggunannya yang kurang efektif pada penelitian ini. Namun, kelemahan-kelemahan pada penggunaan larutan perak nitrat pada penelitian ini dapat disebabkan karena perendaman larutan perak nitrat yang tidak disesuaikan dengan dosis optimum yang dapat digunakan (karena pada penelitian ini tidak dilakukan variasi dosis perak nitrat yang digunakan). Selain itu, mungkin telah terjadi penyisihan sebagian besar
9
larutan perak pada pecahan genteng saat dicuci dengan aquadest setelah proses perendaman. Hal ini dapat mungkin terjadi karena sifat perak nitrat yang sangat mudah larut di air, dan karena proses perendaman yang kurang memadai agar partikel perak dapat tertangkap pada pori pecahan genteng yang diharapkan akan berfungsi sebagai desinfektan. Setelah mempertimbangkan dari segi efisiensi, maka efisiensi penurunan parameter bakteri coliform yang paling efektif adalah pada variasi flow rate sebesar 0,2 m/jam tanpa penambahan larutan perak. Analisis Kekeruhan dan Warna Media kerikil pada RF memiliki pori yang nantinya akan terisi oleh partikel-partikel tersuspensi penyebab warna dan kekeruhan. Apabila rongga-rongga dalam media RF telah terisi maka lubang pori pun akan menyempit sehingga partikel yang lebih halus dapat tertahan. Mikroorganisme yang mulai tumbuh pada permukaan media juga ikut berperan dalam menurunkan penyebab kekeruhan dan warna yang tersuspensi. Saat terjadi proses adsorpsi, terjadi pengurangan partikel yang lebih kecil dan partikel tersuspensi seperti partikel koloid dan partikel terlarut pada RF. Dari hasil analisis diketahui bahwa penurunan kekeruhan telah terjadi sejak hari pertama dilakukan sampling. Hal ini dapat disebabkan adanya proses adsorpsi selama melalui media penyaring akibat perbedaan muatan permukaan media penyaring akibat perbedaan muatan permukaan media dengan partikel tersuspensi dan koloidal di sekitarnya. Pada pH normal, media penyaring memiliki muatan negatif, sedangkan bahan inorganik memiliki muatan positif. Bahan-bahan inorganik yang ada dalam air sampel akan teradsorpsi pada media penyaring. Karena bahan organik memiliki muatan negatif, maka pada awal pengoperasian belum terjadi pengurangan bahan organik melalui proses adsorpsi. Setelah proses filtrasi berjalan dan banyak partikel bermuatan positif yang tertahan di permukaan media, maka terjadi pengurangan bahan organik melalui proses adsorpsi (Huisman, 1974). Selain itu, makropori yang terdapat pada bagian luar media filter digunakan untuk menangkap molekul adsorbat yang besar (partikel-partikel penyebab warna tampak/apparent color),
10
sedangkan mikropori pada media digunakan oleh molekul yang lebih kecil. Ukuran molekul adsorbat yang besar dapat menghambat masuknya ukuran molekul adsorbat yang lebih kecil ke dalam mikropori pada media filter, tetapi karena bentuk yang tidak beraturan dari partikel adsorban (media) dan pergerakan secara konstan dari molekul-molekul adsorbat di dalam partikel adsorban menyebabkan molekul adsorbat berukuran kecil dapat masuk dan terperangkap ke dalam miropori. Hal ini menyebabkan penurunan warna dan kekeruhan pada air baku. Nilai Efisiensi rata-rata dari penurunan nilai kekeruhan dan warna tiap variasi pada masingmasing unit reaktor dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini. Tabel 3.2 Rata-Rata Efisiensi Penurunan Nilai Kekeruhan dan Warna Tiap Variasi 0,2 m/jam
0,3 m/jam
0,4 m/jam
Parameter RF (%)
SSF (%)
RF (%)
SSF (%)
RF (%)
SSF (%)
Kekeruhan
55,88
96,73
54,21
95,23
55,89
95,52
Warna
11,63
12,47
8,78
11,97
9,12
11,80
Sumber: Hasil Perhitungan
Berdasarkan data-data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi penurunan kekeruhan untuk variasi flow rate 0,2 m/jam; 0,3 m/jam; 0,4 m/jam berturut-turut untuk RF adalah 55,88%; 54,21%; dan 55,89%, sedangkan untuk SSF berturut-turut adalah 96,73%; 95,23%; dan 95,52%. Berdasarkan data-data tersebut menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi penurunan warna untuk variasi flow rate 0,2 m/jam; 0,3 m/jam; 0,4 m/jam berturut-turut untuk RF adalah 11,63%; 8,78%; dan 9,12%, sedangkan untuk SSF berturut-turut adalah 12,47%; 11,97%; dan 11,80%. Dari data di atas, dapat diketahui bahwa efisiensi penurunan parameter kekeruhan dan warna yang paling besar adalah pada variasi flow rate sebesar 0,2 m/jam. Hal ini dikarenakan flow rate yang tergolong lambat akan mempermudah pembentukan biofilm dan juga lapisan schmutzdecke pada SSF yang pada akhirnya akan membantu proses penyisihan partikel-partikel penyebab
11
kekeruhan dan warna. Selain laju, kondisi air baku saat akan dilakukan penelitian juga mempengaruhi rata-rata efisiensi. Dengan mempertimbangkan dari segi ekonomis dan efisiensi, maka untuk aplikasi di lapangan dapat memilih variasi flow rate 0,2 m/jam dan tanpa perendaman media ke dalam larutan perak nitrat, dengan didukung oleh perawatan yang lebih intensif untuk menjaga kualitas efisiensi yang dihasilkan. 4. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah : 1. Penurunan nilai kekeruhan, warna, dan bakteri coliform yang paling efektif pada RF dan SSF adalah pada variasi laju 0,2 m/jam dan tanpa penambahan larutan perak nitrat, dengan nilai efisiensi sebagai berikut: v Efisiensi rata-rata penurunan kekeruhan pada RF dan SSF berturut-turut adalah sebesar 55,88% dan 96,73% v Efisiensi rata-rata penurunan warna pada RF dan SSF berturut-turut adalah sebesar 11,63% dan 12,47% v Efisiensi rata-rata penurunan jumlah bakteri coliform pada RF dan SSF berturut-turut adalah sebesar 62,40% dan 99,70%. 2. Penggunaan larutan perak pada penelitian ini tidak terlalu memberikan hasil yang signifikan. Hal ini dapat dikarenakan larutnya sebagian besar perak nitrat saat proses pencucian sebelum digunakan pada reaktor, atau penggunaan larutan perak nitrat yang belum disesuaikan dengan dosis optimum yang sebaiknya digunakan untuk penelitian ini. 3.
Hasil filtrasi menggunakan roughing filter dan slow sand filter ini masih belum memenuhi standar baku mutu sesuai dengan PERMENKES RI NO.492/MENKES/PER/IV/ 2010 pada parameter kekeruhan, warna, dan bakteri coliform.
12
DAFTAR PUSTAKA Ainsworth et al (1997). Water Treatment Processes and Practices. T Hall (Editor). WRC Swinden. Huisman, L and Wood, W.E (1974). Slow Sand Filtration.WHO. Pertiwi, L (2008). Saringan Tembikar Skala Rumah Tangga dan Pengaruh Larutan Perak Dalam Meremoval Bakteri Coliform. Tugas Akhir Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Surabaya. Levine et al. 1985 in Lasleben, Tamar Rachelle (2008). Pilot Study of Horizontal Roughing Filter in Northern Ghana as Pretreatment or Highly Turbid Dugout Water.Rice University. Schulz, C.R. and Okun, D.A (1984). Surface Water Treatment for Communities in Developing Countries. (Wiley - interscience). Wiley; ITDG Publishing.
13