Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN Fusarium moniliforme OLEH Trichoderma viride (Growth Inhibition of Fusarium moniliforme by Trichoderma viride) DJAENUDIN GHOLIB dan ENI KUSUMANINGTYAS Balai Penelitian Veteriner, Jl. R.E. Martadinatan No. 30, Bogor 16114
ABSTRACT Fusarium moniliforme is a toxigenic fungi contaminating food and feed product. This experiment was conducted to evaluate the ability of Trichoderma viride to inhibit the growth of F. moniliforme. Trichoderma spp. were isolated from soil, compos and wood. Inhibition of F. moniliforme growth was conducted by using streak-plate and pour-plate on media Sabouraud dextrose agar(SDA). F. moniliforme (106 spores/ml) was streak beside T. viride (106 spora/ml). Pour plate method was done by pouring F. moniliforme and T. viride on agar plate. Plate was incubated at 25oC for 28 days. Result showed that seven isolate were identified as T. viride. Both inhibition assay, streak-plate and pour-plate, showed that T viride growed fast and inhibited the growth of F. moniliforme. Based on the results, T. viride could be used as biological control of F. moniliforme. Key Words: Fusarium Moniliforme, Trichoderma Viride, Toxigenic Fungi ABSTRAK Fusarium moniliforme merupakan kapang toksigenik yang banyak mencemari produk pangan dan pakan. Pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap kemampuan Trichoderma viride dalam menghambat pertumbuhan F. moniliforme. Trichoderma spp. diisolasi dari tanah, kompos dan kayu dan diidentifikasi. Pengujian terhadap hambatan pertumbuhan F. moniliforme oleh T. viride dilakukan dengan metode gores dan metode cawan tuang pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA). F. moniliforme dan T. viride masingmasing 106 spora/ml digoreskan bersebelahan di petri. Metode cawan tuang dilakukan dengan menuangkan T. viride dan F. moniliforme masing masing 106 spora/ml. Pertumbuhan F. moniliforme dan T. viride diamati. Cawan petri diinkubasi pada suhu 25oC selama 28 hari. Hasil menunjukkan bahwa tujuh isolat teridentifikasi sebagai T. viride. Pengujian hambatan pertumbuhan F. moniliforme baik pada metode gores dan cawan tuang menunjukkan bahwa T. viride tumbuh lebih cepat dan menghambat pertumbuhan F. moniliforme. Berdasarkan hasil tersebut T. viride dapat digunakan sebagai kontrol biologi F. moniliforme. Kata Kunci: Fusarium Moniliforme, Trichoderma Viride, Kapang Toksigenik
PENDAHULUAN Sejak tahun 1931, spesies Trichoderma telah dilaporkan mempunyai sifat antagonis terhadap jamur lain yang berada di tanah dan kayu (GARRET, 1951 dalam NELSON, 1982). Selama 5 dekade, Trichoderma viride telah dikenal mempunyai aktivitas antagonis terhadap berbagai jamur patogen pada tanaman (WOOD, 1951 dalam YATES et al., 1999). Sampai tahun 1980 belum mendapat perhatian Trichoderma sp. sebagai agen kontrol biologi. Setelah disadari bahwa penggunaan zat kimia (pestisida) untuk kontrol hama tanaman dapat
1018
menyebabkan resistensi dalam waktu yang relatif singkat, maka orang mulai mempertimbangkan pilihan lain, yaitu dengan menggunakan agen mikro organisme untuk digunakan sebagai kontrol biologi (NELSON, 1982). Untuk melestarikan bidang pertanian, maka kesadaran masyarakat akan bahaya pestisida terhadap lingkungan ditingkatkan, penggunaan agen kontrol biologi adalah suatu pilihan yang baik (YATES et al., 1999). Dan akhir-akhir ini dalam bidang peternakan juga telah dilakukan penelitian penggunaan agen biologis seperti kapang Trichoderma sp., dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
pakan, karena menghasilkan enzim cellulase yang mengubah hemicellulose pada biji-bjian sehingga dapat dicernak. Dari sifat antagonis Trichoderma sp. terhadap kapang patogenik maupun toksigenik, seperti Fusarium sp., maka telah banyak penelitian dilakukan secara invitro. Sedangkan penelitian secara invivo sejauh ini belum ditemukan laporannya. LORITO et al. (1993b) meneliti T.harzianum yang menghasilkan enzim khitinolitic, yang mana enzim tersebut bekerja sama secara sinergis dengan bakteri dari genus Enterobacter untuk menghambat pertumbuhan dari Fusarium solani. CHERIF dan BENHAMOU (1990), menggunakan Trichoderma sp.dalam penelitiannya dan hasilnya menunjukkan adanya kerusakan dari dinding sel F.oxysporum f. Sp. radicis lycopersici. YATES et al. (1999) mendapatkan bahwa T. viride menghambat pertumbuhan dari F. moniliforme pada medium Potato Dextrose Agar (PDA). CALISTRU et al. (1997) menemukan bahwa filtrat dari T. viride dan T. harzianum dapat menghambat pertumbuhan dari F. moniliforme. ZALDIVAR et al. (2001) telah menemukan strain mutan T. aureoviride 7 – 121 yang dapat menghasilkan enzim selulase dan β - glukosidase serta enzim yang merusak dinding sel (Cell wall degrading enzymes/CWDE) untuk digunakan dalam kontrol biologi. MATERI DAN METODE Isolat. Isolat kapang Trichoderma spp. berasal dari sampel tanah, kayu (lapuk berjamur) dan kompos. Proses penanaman sampel pada media Sabouroud dextrose agar (SDA) dilakukan agar pengenceran berseri menurut THOMPSON (1969) yang dimodifikasi. Identifikasi isolat Trichoderma mengacu kepada referensi RIFAI (1969). Isolat kapang Fusarium moniliforme yang digunakan adalah isolat BCC no. F054 (Balitvet Culture Collection). Uji penghambatan pertumbuhan koloni cara goresan: Perlakuan Metoda A/PMA Kedua jenis kapang dibuat suspensi dari dengan melarutkan masing-masing koloni
dengan aquadest steril. Konsentrasi kandungan sel-sel spora/ml ditentukan dengan cara menghitung dengan alat haemocytometer. Konsentrasi yang diperlukan adalah 106 sel spora/ml untuk masing-masing kapang. Masing-masing suspensi kapang dituangkan sebanyak 30 µl pada permukaan media agar SDA cawan petri secara bersebelahan dan digoreskan dengan kawat loop secara merata. Penggoresan tidak melewati garis batas pembagi kedua permukaan media tersebut sehingga permukaan media luasnya sama untuk pertumbuhan masing-masing koloni kapang. Perlakuan ini dilakukan sebanyak 5 kali ulangan. Untuk kontrol, kontrol metoda A/KMA, masing-masing kapang digoreskan ke permukaan media agar pada sebelah sisi dan bagian sebelah sisinya tanpa perlakuan. Biakan diinkubasi pada suhu kamar. Pemeriksaan terhadap pertumbuhan koloni kapang dilakukan setelah 3 hari kemudian. Uji hambatan pertumbuhan koloni secara penuangan Sebanyak 1 ml suspensi kapang Trichoderma viride (106 sel spora/ml) dan I ml suspensi kapang Fusarium moniliforme (106 sel spora/ml) dituangkan ke dalam cawan petri steril. Sebanyak 10-15 ml media agar sabouraud cair (suhu 40-50 oC) dituangkan pada cawan tersebut. Aduk sampai merata dengan digoyangkan. Untuk kontrol, masingmasing 1 ml suspensi kedua kapang dibiakkan terpisah. Inubasi pada suhu kamar 27oC. Periksa perertumbuhan koloni setelah 3 hari inkubasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Isolat Trichoderma sp. yang ditemukan dari sampel yang diperiksa adalah sebagai berikut: 2 isolat T. viride (sampel kayu) 3 isolat T. viride (sampel tanah), 2 isolat Trichoderma sp. (sampel tanah) dan 2 isolat T. viride (sampel kompos). Dari 3 isolat kapang Trichoderma sp. yang mewakili asal sampel dan diuji daya hambatnya terhadap pertumbuhan kapang F. Moniliforme hasilnya menunjukkan terjadi penghambatan pertumbuhan koloni Fusarium
1019
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Rata-rata koloni (cm)
moniliforme oleh tiga isolat T. viride yang diuji. Pertumbuhan koloni kapang dapat dilihat pada hari ke-3 setelah inkubasi. Perkembangan pertumbuhan koloni diamati setiap 7 hari, mulai hari ke-7 sampai dengan hari ke-28 (Gambar 1). Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa koloni F. Moniliforme (kontrol)/KMA, tanpa Trichoderma sp. disebelahnya menunjukkan pertumbuhan yang hampir menutupi luas permukaan media petri (jarak penyebaran 8 – 9 cm). Sementara itu, pertumbuhan koloni Fusarium moniliforme/PMA, terhambat dengan adanya koloni Trichoderma viride disebelahnya (jarak penyebaran 3 – 4 cm). Efek ketiga isolat Trichoderma viride yang diuji terhadap penghambatan pertumbuhan Fusarium moniliforme relatif sama, ditunjukkan dengan garis grafik yang hampir menumpuk, dan sedikit menurun, hal ini disebabkan selain mengalami penghambatan, koloni F. moniliforme juga luasnya berkurang, berdasarkan pengamatan selama 4 minggu, terjadi pengurangan rata-rata 1 mm per minggu. Hal ini disebabkan oleh terjadinya
lisis dari hifa F. moniliforme. YATES et al. (1999) menerangkan bahwa pertumbuhan F. moniliforme berkurang 46% pada hari ke-4 dan 90% pada hari ke-14 di dalam media jagung yang dibiakkan dengan T. viride. Pada pembiakan suspensi campuran kapang Trichoderma viride dan Fusarium moniliforme dengan metoda tuang, dengan melakukan pemeriksaan di bagian dasar petri, hasilnya menunjukkan jumlah koloni F. moniliforme. rata-rata 9 koloni/ml dengan diameter 0,2 – 1,0 cm, dibandingkan dengan hasil pembiakan suspensi F. Moniliforme (kontrol) tanpa dicampur T. viride, yaitu rata-rata 106 koloni/ml dengan diameter 1,5 – 2,0 cm (Gambar 4). Pertumbuhan koloni T. viride baik pada pemupukan metoda gores maupun tuang menunjukkan perkembangan yang agresip, perkembangannya menutupi koloni F. moniliforme. Dengan bertambahnya umur koloni, luas/ukuran koloni F. moniliforme. yang tampak dipermukaan media petri semakin berkurang (Gambar 2 dan Tabel 1).
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 7
14
21
28
Waktu (hari) KMA
PMA1
PMA2
PMA3
Gambar 1. Luas permukaan dasar koloni Fusarium moniliforme yang dihambat oleh Trichoderma viride dengan metode gores (streak-plate). (KMA : kontrol F. Moniliforme, PMA1, PMA2 dan PMA 3: F. Moniliforme vs T. viride }.
1020
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Jarak Penyebaran Pertumbuhan (cm)
8 .0 0 7 .0 0 PM A1
6 .0 0 5 .0 0
F . m o n ilifo rm e (B C C 5 4 ) 4 .0 0
T ric h o d e rm a s p . (3 )
3 .0 0 2 .0 0 1 .0 0 0 .0 0 3
5
10
7 W a k tu In k u b a s i (h a ri)
Jarak Penyebaran Pertumbuhan (cm)
7 .0 0 6 .0 0
PM A2
5 .0 0 4 .0 0 3 .0 0 2 .0 0
F . m o n ilifo rm e (B C C 5 4 )
1 .0 0
T ric h o d e rm a sp . (6 )
0 .0 0
3
5
7 W a k tu In k u b a si (h a ri}
10
Jarak Penyebaran Pertumbuhan (cm)
9 .0 0 8 .0 0 7 .0 0 PM A3
6 .0 0 5 .0 0
F . m o n ilifo r m e (B C C 5 4 )
4 .0 0 T ric h o d e r m a s p . (9 1 3 ) 3 .0 0 2 .0 0 1 .0 0 0 .0 0 3
5
7 W a k tu In k u b a s i (h a r i)
10
Gambar 2. Grafik Luas permukaan koloni kedua kapang Trichoderma viride dan Fusarium moniliforme yang tampak dipermukaan dengan bertambahnya umur koloni (PMA1, PMA2 dan PMA3).
1021
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
Tabel 1. Data hasil pengamatan berdasarkan penyebaran yang tampak di permukaan pada berbagai umur koloni kedua kapang (PMA1, PMA2 dan PMA3). Kode perlakuan PMA1 PMA2 PMA2
Jenis kapang
Hasil pengamatan pada berbagai umur koloni /inkubasi (jarak penyebaran koloni rata-rata dalam cm) Hari ke-3
Hari ke-5
Hari ke-7
Hari ke-10
F. moniliforme
3,80
3,24
2,44
2,24
T. viride (1)
5,18
5,72
6,56
6,76
F. moniliforme
3,80
3,00
2,90
2,80
T. viride (2)
4,86
5,94
6,10
6,20
F. moniliforme
3,62
2,76
1,40
0,90
T. viride (3)
5,20
6,20
7,60
8,00
Luas koloni yang tampak di permukaan dari masing-masing kedua jenis kapang diperiksa pada hari ke-3, 5, 7 dan 10, ternyata luas koloni T. viride. semakin bertambah dan F. moniliforme. semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh karena tertutupnya permukaan koloni F. moniliforme oleh T. viride (Gambar 3). Genus Trichoderma termasuk kapang Imperfekti (Subdivisi Deuteromycotina), kelas Hyphomycetes, Ordo Moniliales, Family Moniliaceae (GILMAN, 1957; BARNETT, 1960; ONIONS et al., 1981 dan DUBE, 1983). Kapang ini termasuk jenis saprofit, hidup di tanah dan kayu, beberapa spesies bersifat parasit pada kapang lain (ONIONS at al., 1981). YATES et al. (1999) menyatakan bahwa ada 7 spesies yang diisolasi dari bagian akar tanaman gymnosperm dan angiosperm. Secara umum banyak ditemukan pada tanaman jagung, terutama di bagian akar sebagai endophyte. Struktur morfologi terdiri dari miselium/hifa bersepta, phialofor (konidiofor) berbentuk vas bunga (piala), membesar di bagian bawah dan menyempit di bagian ujung, bercabang atau ke luar langsung dari miselium, bersifat hialin, pada ujungnya terdapat sekelompok sel konidia (spora) berbentu oval, uniseluler, bersifat hialin, dan sekelompok konidia ini dinamakan slimy ball (DUBE, 1983; ONIONS et al., 1981). Koloni tumbuh dengan cepat, hifa dari T. viride secara mikroskopik akan tampak setelah berumur 2 – 4 hari, dalam waktu 7 hari akan menyebar ke seluruh permukaan media di cawan petri. Koloni tampak seperti kapas (floccose), pipih, mula-mula berwarna putih, lalu menjadi padat seperti wol dengan warna
1022
kuning kehijauan sampai hijau tua setelah berumur 9 hari dengan berkembangnya miselium dan konidia. Bagian dasar (reverse) dari koloni putih sampai krem atau kecoklatan (AL-DOORY, 1980; YATES et al., 1999). Organisme yang berperanan sebagai agen kontrol biologis berinteraksi dengan organisme lain sebagai induk semang (host) yaitu melalui tiga cara: parasitisme (menggunakan sumber nutrisi dari induk semang), kompetisi (dalam hal tempat dan nutrisi) dan antibiosis (dengan zat hasil metabolit yang berefek terhadap induk semang). Kapang Trichoderma sp. lebih dominan berinteraksi secara antibiosis. Sifat enzim ekstraseluler yang bersifat amilolitik, pektinolitik, proteolitik, dan selulolitik pada T. viride dan zat volatile seperti alkil piron pada T. harzianum (dikutip oleh CALISTRU et al., 1997; FRAVEL, 1988; GODTFREDSEN dan VANGEDAL, 1965; WHIPPS dan LUMSDEN, 1991). Enzim khitinase dihasilkan oleh T. harzianum dapat merusak dinding kapang yang mengandung khitin (CHET, 1987 dikutip oleh LORITO et al., 1993 a,b). Enzim β 1-3 glukanase dapat merusak dinding sel kapang yang mengandung β 1,3 – glukan (FARKAS, 1979 dikutip oleh CHERIF dan BENHAMOU, 1990). Hifa dari F. moniliforme mengalami lisis dan mengakibatkan berkurangnya diameter koloni dalam 6 – 14 hari inkubasi bila dibiakkan bersama dengan T. viride (YATES et al., 1999). Dengan demikian Trichoderma sp. sebagai agen antagonis berperanan sebagai agen kontrol biologi untuk kapang lain yang patogenik/toksigenik yang dinding selnya mengandung chitin, glucan dan protein (LORITO et al., 1994; CARSOLIO et al., 1999;
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
dikutip oleh ZALDIVAR et al., 2001). Zat anthraquinone dihasilkan oleh T. polysporum berefek antibiosis terhadap kapang lain (DONNELLY et al., 1986 dikutip oleh BERMUDES et al., 1991). Selain itu interaksi antara Trichoderma sp dengan kapang lain adalah bersifat parasitik,
Hari ke 3
yaitu dengan cara membelit hifa dari kapang lain, dalam hal ini seperti yang terjadi terhadap kapang Fusarium oxysporum, F. solani dan F. roseum (CHERIF dan BENHAMOU, 1990; CHI, 1960 dikutip oleh DENNIS dan WEBSTER, 1971).
Hari ke 5
Gambar 3. Hasil pengamatan daya hambat Trichoderma viride terhadap Fusarium moniliforme pada media SDA dengan metoda gores setelah 3 dan 5 hari inkubasi Bagian atas cawan petri (3 buah) baris pertama: koloni T. viride (warna hijau), dan bagian bawahnya: koloni F. moniliforme (warna merah jambu/pink) Cawan petri baris ke dua (2 buah): masing-masing kontrol T. viride (di sebelah kiri), dan F. Moniliforme (di sebelah kanan) pada gambar hari-3; F. moniliforme (di sebelah kiri} dan T. viride (di sebelah kanan), pada gambar hari-5
Hari ke 3
Hari ke 5
Gambar 4. Hasil pengamatan daya hambat Trichoderma viride terhadap Fusarium moniliforme pada media SDA dengan metoda tuang setelah 3 hari dan 5 hari inkubasi Baris pertama {3 petri} adalah perlakuan (T.viride vs F.moniliforme), baris kedua (2 petri) adalah masingmasing kontrol, T. viride di sebelah kiri; F. moniliforme di sebelah kanan. Tampak pada hari ke-3, koloni T. viride masih putih (2 petri sebelah kiri baris pertama), dan pada hari ke-5 semua koloni sudah berwarna hijau
1023
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
KESIMPULAN
DUBE, H.C. 1983. An Introduction to Fungi 2nd Ed. Pp. 403 – 407.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpukan bahwa kapang T. viride pertrumbuhannya agresif, menutupi koloni kapang lain, menghambat pertumbuhan kapang F. moniliforme, bahkan dapat melisis dinding hifanya dengan enzim yang dihasilkannya, cell wall degrading enzymes/CWDE.
FARKAS, V. 1979. Biosynthesis of Cell Wall in Fungi. Microbiol. Rev. 43: 117 – 144.
DAFTAR PUSTAKA AL-DOORY,Y. 1980. Laboratory Medical Mycology Lea & Febiger Philadelphia. BARNETT, H.L. 1960. Ilustrated Genera of Imperfect Fungi 2 nd. Ed.Burges Publishing Company, p: 52 – 53. BERMUDES, D., E.B. MARTIN and K.H. NEALSON. 1991. In Vitro antagonism of bioluminescent fungi by Trichoderma harzianum. Mycopathologia 115: 19 – 29. CALISTRU, C., M. MC LEAN and P. BERJAK. 1997. In vitro Studies on the Potential fo Biological Control of A. flavus and F. moniliforme by Trichoderma sp. Mycopathologia 137: 115 – 124. CARSOLIO, C., N. BENHAMOU, S. HARAN, C. CORTES, A. GUTIERREZ, I. CHET and A. HERRERAESTRELLA. 1999. Role of the Trichoderma harzianum endochitinase Gene ech 2 in Mycoparasitism. Appl. and Environm Microbiol. 65: 929 – 935. CHERIF, M. and N. BENHAMOU. 1990. Cytochemical Aspects of Chitin Breakdown During the Parasitic Action of a Trichoderma sp. on Fusarium oxysporum f-Sp. radicis-lycopersici. Phytopathol. 80(12): 1406 – 1413. CHET, I. 1987. Trichoderma – application, mode of action, and potential as a biocontrol agent of soil borne plant pathogenic fungi. in: Innovative Approaches to Plant Diseases Control. 1. Chet. ed. John Wiley & Sons, N Y. pp. 137 – 160. CHI, C.C. 1960. Effects of Streptomyces on Fusarium. Phytopathology 50, 631 (abstr.). DENNIS, C. and J. WEBSTER. 1971.Antagonistic Properties of Species-group of Trichoderma III. Hyphal Interaction Trans. Br. Mycol. Soc. 57(3): 363 – 369. DONNELLY, D.M.X. and M.H. SHERIDAN. 1986. Anthraquinones from Trichoderma polysporum. Phytochem. 25: 2303 – 2304.
1024
FRAVEL, O.R. 1988. Role of Antibiosis in the Biocontrol of Plant Diseases. Annual Rev. of Phytopathol. 26: 75 – 91. GARRETT, S.D. 1956. Biology of Root-infecting Fungi, Cambridge Univ. Press, London p: 293. GILMAN, J.C. 1957. A Manual of Soil Fungi, Rev. Sec. Ed. The Iowa State Univ. Press Ames Iowa, USA p. 212 – 214. GODTFREDSEN, W.O. and VANGEDAL, S. 1965. Trichodermin a New Sesquiterpen Antibiotic. Acta Chemica Scandinavia 19(5): 1089 – 1102. LORITO, M., A. DI PIETRO, C.K. HAYES, S.L. WOO and G.E. HARMAN. 1993b. Antifungal Synergistic Interaction Between Chitinolytic Enzymes from T. harzianum and Enterobacter cloaca. Phytopathol. 83(7): 721 – 727. LORITO, M., G.E. HARMAN, C.K. HAYES, R.M. BROADWAY, A. TRONSMO, S.L. WOO and A. DI PETRO. 1993a. Chitinolytic Enzymes Produced by T.harzianum: Antifungal Activity of Purified Endochitinase and Chitobiodase. Phytopathol. 83: 302 – 307. LORITO, M., C.K. HAYES, A. DI PIETRA, S.L. WOO and G.E. HARMAN. 1994. Purification, Characterization and Synergitic Activity of a glucan 1,3 - β - glucosidase and N – acetyl - β - glucosaminidase from T. harzianum. Phytopathol. 84: 398 – 405. NELSON, E.E. 1982. Occurrence of Trichoderma in a Douglas-Fir Soil. Mycologia 74(2): 280 – 284. ONIONS, A.H.S., D. ALLSOPP and H.O.W. EGGINS. 1981. Smith’s Introduction to Industrial Mycology, 7th Ed. Award Arnold pp. 157 – 160. RIFAI, M.A. 1969. A Revision of the Genus Trichoderma. Mycological Paper No. 116 Commonwealth Mycological Institute Kew. Surrey, England. p. 3. THOMPSON, J.C. 1969. Technique for the isolation of the common pathogenic fungi. I. Deep mycoses and yeasts. Medium. Tech. J.Vet. Lab. Weybridge 2(3): 77 – 87. WHIPPS, J.M. and R.D. LUMSDEN. 1991. Biological Control of Pythium species. Biocontrol Science and Technol. 1: 75 – 90.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006
WOOD, R.K.S. 1951. The Control of Diseases of Lettuce by the use of Antagonistic Organisms I. The Control of Botrytis cinerea Pers. Ann. Appl. Biol. 38: 203 – 216. YATES, I.E., F. MEREDITH, W. SMART, C.W. BACON and A.J. JAWORSKI. 1999. Trichoderma viride Suppresses Fumonisin B1 Production by Fusarium moniliforme, J. Food Prot. 62(11): 1326 – 1332.
ZALDIVAR, M., J.L. VELASQUEZ, L.I. CONTREAS and M. PEREZ. 2001. Trichoderma auroviride 7 – 121, a mutant with enhanced production of lytic enzymes: its potential use in waste cellulose degradation and/or biocontrol. Electronic J. Biotechnol. (EJB) 4(3): 160 – 168.
1025