0
PENGARUH PENGGUNAAN DEDAK PADI TERFERMENTASI OLEH Trichoderma viride TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER T. G. O. SUSILA DAN IDA AYU PUTRI UTAMI Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar Jl. Pb. Sedirman, Denpasar. Telp./fax. 0361-702771 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan dedak padi terfermentasi Trichoderma viride terhadap penampila broiler umur 2-6 minggu. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan delapan kali ulangan. Tiap ulangan menggunakan 6 ekor ayam broiler umur 2 minggu dengan berat badan homogen. Ketiga perlakuan tersebut, yaitu ransum rasional dengan 10% dedak padi sebagai kontrol (A), ransum dengan 20% padi (B), dan ransum dengan 20% padi terfermentasi oleh Trichoderma viride (C). Ransum yang diberikan selama periode penelitian (umur 2-6 minggu) disusun dengan kandungan protein kasar 20% dan energi metabolis 2900 kkal/kg. Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi ransum dan air minum pada ayam perlakuan C menurun secara nyata (P<0,05) dibandingkan dengan kontrol(A) dan perlakuan B. Sebaliknya, berat badan akhir, pertambahan berat badan, dan efisiensi penggunaan ransum pada ayam perlakuan C nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada ayam perlakuan A dan B. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan 20% dedak padi dalam ransum tidak berpengaruh terhadap penampilan ayam broiler umur 2-6 minggu. Akan tetapi, penggunaan 20% dedak padi terfermentasi oleh Trichoderma viride dapat n meningkatkan penampilan ayam broiler umur 2-6 minggu. Kata kunci : Dedak padi, Trichoderma viride, fermentasi, peampilan, broiler THE EFFECT OF FERMENTED RICE BRAN BY Trichoderma viride ON PERFORMANCE OF BROILER ABSTRACT The research was carried out to study the effect of fermented rice bran by Trichoderma viride on performance of broiler aged 2-6 weeks. The research used a completely randomized design (CRD) with three treatments in eight replicates. There were six birds in each replicates with homogenuous body weight. The experimental diets for the finishing period (aged 2-6 weeks) were formulated to 20% crude protein and 2900 kkal ME/kg with use of 10% rice bran bran as a control diets (A), birds with offered 20% rice bran (B), and birds with offered 20% fermented rice bran by Trichoderma viride microorganism (C), respectively. Experimental diets and drinking water were provided ad libitum during the entire experimental period (aged 2-6 weeks). Result of this experiment showed feed and water consumption in treatment C were decreased significantly different (P>0,05) both than control (A) and treatment B. But, final body weight, body weight gains, and feed efficiency on birds treatment C were increased significantly (P<0,05) different both than control (A) and treatment B. It is concluded that offered of 20% rice bran in diets did not effected on performance of broiler aged 2-6 weeks. But, using of 20% fermented rice bran by Trichoderma viride were increased performance of broiler aged 26 weeks. Key words : Rice bran, Trichoderma viride, fermented, performance, broiler
1
PENDAHULUAN
Penggunaan dedak padi sebagai campuran pakan unggas memiliki konstribusi yang cukup besar, yaitu sekitar 25-30% dari seluruh komponen pakan ayam. Hal ini disebabkan karena harga dedak relatif murah, tidak bersaing dengan manusia, dan jumlahnya melimpah pada saat musim panen padi (Rasyaf, 2002). Dinyatakan juga bahwa keterbatasan penggunaan dedak padi sebagai campuran pakan unggas adalah kandungan proteinnya yang rendah, mudah tengik, dan adanya asam fitat yang mampu mengikat mineral Ca dan P, serta mengikat protein menjadi fitat-protein kompleks yang berdampak pada menurunnya manfaat serta kecernaannya. Oleh karena itu, ransum yang menggunakan komponen dedak padi yang cukup tinggi (20-30%) perlu dilakukan rekayasa bioteknologi.
Bioteknologi yang mudah dan murah untuk itu adalah bioteknologi
fermentasi dengan memanfaatkan jasa mikroba yang juga nantinya dapat berfungsi sebagai probiotik di dalam saluran pencernaan ayam. Menurut Bidura (2007), keuntungan fermentasi oleh mikroba adalah mampu mengubah makro molekul protein menjadi mikro molekul yang mudah dicerna oleh unggas serta tidak menghasilkan senyawa kimia beracun. Dilaporkan juga bahwa selain dapat meningkatkan kandungan protein dalam ransum, proses fermentasi juga dapat meningkatkan kecernaan pakan dan dapat melepas ikatan senyawa kompleks menjadi senyawa yang mudah dicerna. Mikroba fermentasi yang menarik untuk dicobakan untuk meningkatkan nilai guna dedak padi tersebut adalah Trichoderma viride. Beberapa peneliti melaporkan bahwa penggunaan Trichoderma viride sebagai inokulan fermentasi nyata dapat meningkatkan kandungan protein pakan dan sebaliknya nyata menurunkan kandungan serat kasar pakan (Widiyazid et al., 2002). Hasil penelitian Londra (2007) melaporkan bahwa sampah pasar yang mengalami fermentasi oleh Trichoderma viride ternyata kandungan proteinnya 62,69% nyata lebih tinggi daripada tanpa fermentasi, sebaliknya kandungan serat kasarnya menurun secara signifikan. Menurut Widiyanto et al. (l994), pada saat difermentasi oleh T. viride maka kandungan serat kasar ransum didegradasi oleh mikroba tersebut sehingga dapat dimanfaatkan oleh ternak unggas. Khasiat lain dari produk pakan fermentasi seperti dilaporkan oleh Tanaka et al. (l992) bahwa penggunaan bahan pakan produk fermentasi ternyata dapat menekan aktivitas enzim 3-hydroxy-3-methylglutaryl Co-A reduktase yang
2
berfungsi untuk mensintesis kolesterol dalam hati. Penggunaan produk fermentasi dalam ransum nyata menurunkan jumlah lemak tubuh ayam broiler (Kataren et al., 1999). Belum adanya informasi yang akurat mengenai manfaat T. viride sebagai inokulan fermentasi dedak padi terhadap peningkatan penampilan ayam broiler menjadikan penelitian ini sangat perlu dilakukan.
MATERI DAN METODE Tempat dan Lama Penelitian. Penelitian dilaksanakan di kandang milik peternak di Desa Dajan Peken, Kec. Tabanan, Kab. Tabanan, dan Laboratorium Nutrisi, Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Denpasar. Ransum Ransum basal disusun berdasarkan tabel komposisi zat makanan dari Scott et al. (l982) yang terdiri dari : jagung kuning, dedak padi, bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung ikan, minyak kelapa, premix dan NaCl. Ransum disusun isokalori (ME : 2900 kkal/kg) dan isoprotein (CP : 20%). Ransum berbentuk tepung. Tabel 1. Komposisi Bahan Penyusun Ransum Broiler umur 2-6 Minggu Bahan ransum (%)
Perlakuan A
B
C
Jagung kuning
45,90
39,01
39,01
Tepung ikan
12,95
11,45
11,45
Bungkil kelapa
19,00
10,79
10,79
Dedak padi
10,00
20,00
20,00
Kacang kedelai
10,00
16,45
16,45
Minyak kelapa
1,85
2,00
2,00
Mineral mix
0,30
0,30
0,30
-
-
+
100
100
100
Trichoderma virideae Total
Keterangan : Ransum dengan 10% dedak padi sebagai kontrol (A), ransum dengan 20% dedak padi (B), dan ransum dengan 20% dedak padi terfermentasi oleh Trichoderma virideae (C)
3
Kandang dan Ayam Kandang yang digunakan adalah kandang sistem battery colony dari kawat, dengan ukuran tiap petak kandang adalah : panjang 1 m, lebar 1 m, dan tinggi 0,40 m. Tiap petak kandang sudah dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Ayam yang digunakan adalah ayam broiler umur 2 minggu dengan berat badan homogen, yang diperoleh dari Poultry Shop setempat. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan dalam ransum broiler Umur 2 - 6 minggu 1) Perlakuan 2)
Zat Makanan
Standar 3)
A
B
C
2900
2900
2900
2900
Protein kasar (%)
20
20
20
20
Lemak kasar (%)
8,81
11,43
11,43
5–10 4)
Serat kasar (%)
5,45
5,44
5,44
3–8 4)
Kalsium (%)
1,08
0,97
0,97
1,00
Fosfor tersedia (%)
0,64
0,59
0,59
0,45
Arginin (%)
1,62
1,56
1,56
1,02
Histidin (%)
0,51
0,55
0,55
0,40
Isoleusin (%)
1,01
1,06
1,06
0,81
Leusin (%)
1,82
1,82
1,82
1,21
Lisin (%)
1,38
1,45
1,45
1,02
Metionin (%)
0,45
0,45
0,45
0,40
Fenilalanin (%)
0,97
1,01
1,01
0,65
Treonin (%)
0,85
0,89
0,89
0,65
Triptofan (%)
0,22
0,23
0,22
0,18
Energi metabolis (kkal/kg)
Valin (%) 1,06 1,11 1,11 0,65 Keterangan : 1. Berdasarkan perhitungan menurut Scott et al. (1982) 2. Ransum dengan 10% dedak padi sebagai kontrol (A), ransum dengan 20% dedak padi (B), dan ransum dengan 20% dedak padi terfermentasi oleh Trichoderma virideae (C) 3. Standar Scott et al. (1982) 4. Standar Morisson (1961) Fermentasi Dedak Padi Dedak padi sebelum dicampurkan dalam ransum/sebelum diberikan pada ayam, terlebih dahulu difermentasi dengan menggunakan fermentor Trichoderma viride. 4
Sebelum digunakan, terlebih dahulu mikroba ini diaktivasi dalam media air steril yang didalamnya ditambahkan gula pasir dan urea masing-masing 1% dan NPK sebanyak 0,5% dari volume air yang akan digunakan. Selanjutnya dimasukkan bibit Trichoderma viride sebanyak 0,5-1,0% dari volume air dan di aerasi selama 24 jam. Selanjutnya larutan mikroba tersebut disemprotkan ke dalam dedak padi dan diaduk rata, kemudian disimpan dalam karung goni atau ember plastik selama 5 hari. Setelah lima hari, dedak padi dianalisis kandungan nutrisinya dan dicobakan pada ayam. Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan delapan kali ulangan. Tiap ulangan menggunakan 6 ekor ayam broiler umur 2 minggu dengan berat badan homogen. Ke tiga macam perlakuan tersebut adalah : ransum rasional dengan 10 dedak padi sebagai kontrol (A), ransum rasional dengan 20% dedak padi tanpa fermentasi (B), dan ransum rasional dengan 20% dedak padi terfermentasi oleh inokulan Trichoderma viride (C) Variabel yang Diamati Variabel yang diamati atau diukur dalam penelitian ini :
Konsumsi ransum dan air minum : pengukuran dilakukan tiap minggu sekali dengan cara mengurangi jumlah ransum yang diberikan dengan sisa.
Pertambahan berat badan : penimbangan berat badan dilakukan setiap minggu. Sebelum penimbangan terlebih dahulu ayam dipuasakan lebih kurang 12 jam.
Feed Conversion Ratio (FCR) : merupakan perbandingan antara konsumsi ransum dengan pertambahan berat badan.
Analisis Statistika Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, dan apabila terdapat perbedaan yang nyata (P<0,05) diantara perlakuan, maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda dari Duncan (Steel dan Torrie, l989).
HASIL Konsumsi Ransum Rataan konsumsi ransum selama empat minggu penelitian pada ayam pedaging yang mendapat ransum dengan penggunaan 10% dedak padi sebagai kontrol (perlakuan A) adalah 2857,10 g/ekor (Tabel 3). Ayam yang mendapat ransum dengan penggunaan 20% dedak padi (perlakuan B) yaitu 0,98% tidak nyata (P>0,05) lebih rendah daripada
5
perlakuan A, sedangkan penggunaan 20% dedak padi terfermentasi dengan inokulan Trichoderma viride (perlakuan C) konsumsi ransumnya yaitu 11,18% nyata (P<0,05) lebih renah daripada perlakuan A. Ayam perlakuan C mengkonsumsi ransum 10,30% nyata (P<0,05) lebih rendah daripada perlakuan B. Konsumsi Air Minum Rata-rata konsumsi air minum pada ayam perlakuan A adalah 5704,38 ml/ekor (Tabel 3). Ayam pada perlakuan B dan C konsumsi air minumnya masing-masing 2,13% tidak nyata (P>0,05) lebih tinggi dan 9,18% nyata (P<0,05) lebih rendah daripada perlakuan A. Konsumsi air minum pada perlakuan C, yaitu 11,07% lebih rendah dari perlakuan B, secara statistik berbeda nyata (P<0,05). Tabel 3. Pengaruh penggunaan 20% dedak padi dengan dan tanpa terfermentasi dengan inokulan Trichoderma viride dalam ransum terhadap penampilan broiler umur 2-6 minggu Perlakuan 1) SEM 2)
Variabel A
B
C
Konsumsi ransum (g/ekor)
2857,10a
2829,22a
2537,75b
80,521
Konsumsi air minum (ml/ekor)
5704,38a
5825,81a
5180,72b
152,95
Berat badan akhir (g/ekor)
1678,32b
1650,75b
1781,40a
28,05
Pertamb. berat badan (g/ekor)
1298,68b
1268,71b
1402,07a
27,73
Feed Conversion Ratio (FCR)
2,20a
2,23a
1,81b
0,036
Keterangan : 1. Ayam yang diberi ransum dengan 10% dedak padi sebagai kontrol (A), 20% dedak padi (B), dan 20% dedak padi terfermentasi oleh Trichoderma viride (C). 2. SEM = “Standard Error of The Treatment Means”. 3. Superskrip yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda nyata (P<0,05). Berat Badan Akhir Rataan berat badan akhir ayam pada perlakuan A adalah 1678,32 g/ekor (Tabel 3). Berat badan akhir pada perlakuan B adalah 1,64% tidak nyata (P>0,05) lebih rendah dari perlakuan A, sedangkan
pada perlakuan C 6,14% nyata (P<0,05) lebih tinggi dari
perlakuan A. Rataan berat badan akhir pada perlakuan C adalah 7,91% nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada perlakuan B.
6
Pertambahan Berat Badan Ayam pedaging yang dipelihara selama 4 minggu pada perlakuan A memiliki pertambahan berat badan rata-rata 1298,68 g/ekor (Tabel 3). Pertambahan berat badan ayam perlakuan B adalah 2,31% tidak nyata (P>0,05) lebih rendah dari perlakuan A, sedangkan perlakuan C memiliki pertambahan berat badan 7,96% nyata (P<0,05) lebih tinggi daripada perlakuan A. Perlakuan C memiliki pertambahan berat badan 10,51% nyata (P<0,05) lebih tinggi dari perlakuan B. FCR ( Feed Conversion Ratio) Rata-rata nilai FCR ayam broiler selama empat minggu pengamatan pada perlakuan A adalah 2,20/ekor (Tabel 3). Rataan nilai FCR ayam pada perlakuan B yaitu 1,59% tidak nyata (P>0,05) lebih tinggi daripada perlakuan A, sedangkan perlakuan C yaitu 17,73% nyata (P<0,05) lebih rendah daripada perlakuan A. Rataan nilai FCR pada ayam perlakuan C yaitu 18,83% nyata (P<0,05) lebih rendah dari perlakuan B.
PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan 20% dedak padi dalam ransum ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum dan air minum dibandingkan dengan kontrol (ransum dengan 10% dedak padi). Hal ini disebabkan karena kandungan energi termetabolis ransum adalah sama. Seperti dilaporkan oleh Wahju (l988), bahwa ternak unggas mengkonsumsi ransum untuk memenuhi kebutuhan akan energi. Akan tetapi, dengan adanya proses fermentasi dengan inokulan Trichoderma viride pada dedak padi tersebut (perlakuan C), konsumsi ransum menurun dibandingkan dengan perlakuan A dan B. Hal ini disebabkan karena keberadaan inokulan Trichoderma viride dalam proses fermentasi dedak padi dapat meningkatkan ketersediaan zat makanan, khususnya energi termetabolis dari dedak padi, sehingga ketersediaan energi bagi ayam cepat terpenuhi. Konsumsi air minum yang menurun disebabkan karena penurunan konsumsi ransum yang digunakan untuk pelarutan pakan di dalam saluran pencernaan ayam. Ini sesuai dengan pendapat Wahyu (1988), bahwa konsumsi air minum berbanding lurus dengan konsumsi ransum. Berat badan akhir dan pertambahan berat badan ayam selama penelitian meningkat pada ayam perlakuan C (ransum dengan 20% dedak padi terfermentasi).Hal ini disebabkan karena adanya mikroba Trichoderma viride dapat bekerja sebagai fermenter (peragi) bahan organik. Hasil peragian bahan organik tersebut adalah berupa pelepasan asam amino dan
7
sakarida dalam bentuk senyawa organik terlarut yang mudah diserap (Higa dan Parr, 1994). Selain itu, Trichoderma viride dapat berperan sebagai sebagai protein tunggal (Sukaryani, 1997) yang mempunyai gizi tinggi, khususnya sebagai penyedia asam-asam amino essensial yang sangat dibutuhkan untuk proses produksi serta dapat meningkatkan retensi protein, mineral Ca, Co, P, dan Mn (Nahashon et al., 1994). Nilai Feed conversion ratio (FCR) merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran tentang tingkat efisiensi penggunaan ransum. Semakin rendah nilai FCR, maka semakin tinggi tingkat efisiensi penggunaan ransumnya (Anggorodi, 1985). Biofermentasi dedak padi dengan inokulan Trichoderma viride (perlakuan C) ternyata dapat meningkatkan efisiensi penggunaan ransum. Hal ini disebabkan karena keberadaan mikroba pada Trichoderma viride sebagai probiotik dalam ransum dapat meningkatkan aktivitas enzimatis dan aktifitas pencernaan (Jin et al.,1997). Trichoderma viride dapat berperan sebagai mikroba probiotik dalam saluran pencernaan ayam yang dapat meningkatkan kecernaan ransum, kecernaan protein, dan mineral fosfor (Piao et al., 1999). Meningkatnya efisiensi penggunaan ransum pada ayam perlakuan C, karena probiotik dalam saluran pencernaan ayam dapat menurunkan jumlah sel goblet (Bradly et al.,1994). Berkurangnya sel goblet ini menyebabkan jumlah lendir yang dihasilkannyapun berkurang, sehingga penyerapan zat makanan oleh usus meningkat. Menurut Basyir (1999), lendir yang dihasilkan oleh sel goblet tersebut di dalam saluran pencernaan ayam dapat menghambat proses absorpsi zat makanan. Hasil penelitian ini didukung oleh Madrigal et al. (1993), bahwa efisiensi penggunaan ransum ayam broiler meningkat dengan adanya penambahan probiotik (50 – 200 g/ton ransum).
SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan 20% dedak padi dalam ransum tidak berpengaruh terhadap penampilan ayam broiler umur 2-6 minggu. Akan tetapi, penggunaan 20% dedak padi terfermentasi oleh Trichoderma viride dapat meningkatkan penampilan ayam broiler umur 2-6 minggu.
UCAPAN TERIMAKASIH Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada Rektor dan Ketua Lembaga Penelitian Unud, atas dana yang diberikan sehingga penelitian sampai penyusunan paper ilmiah ini dapat terselesaikan.
8
DAFTAR PUSTAKA Bidura, I. G. N. G. 2007. Aplikasi Produk Bioteknologi Pakan Ternak. UPT Penerbit Universitas Udayana, Denpasar. Bidura, I. G. N. G., T. G. O. Susila, dan I. B. G. Partama. 2008. Limbah, Pakan Ternak Alternatif dan Aplikasi Teknologi. Udayana University Press, Denpasar. Guntoro, S. 2004. Pemanfaatan Limbah dalam Integrasi Perkebunan dan ternak. Balai pengkajian Teknologi Pertanian bali, Denpasar. Kataren, P. P., A. P. Sinurat, D. Zainuddin, T. Purwadarta, dan I. P. Kompiang. 1999. Bungkil Inti Sawit dan Produk Fermentasinya Sebagai Pakan Ayam Pedaging. Journal Ilmu ternak dan Veteriner 4 (2) : 107 – 112 Londra, I. M. 2007. Pengaruh Pemberian Pakan Terfermentasi terhadap Pertumbuhan Sapi Bali. Bulletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Nomor 16 Th V : 16 - 20 Rasyaf, M. 2002. Bahan Makanan Unggas di Indonesia. Cetakan ke-9 Penerbit Kanisius, Yogyakarta Rasyaf, M. 2004. Seputar Makanan Ayam Kampung. Cetakan ke-8, Kanisius, Yogyakarta Steel, R.G.D. and J. H. Torrie. l989. Principles and Procedures of Statistics. 2nd Ed. McGraw Hill Inc. Book Co., London Tanaka, K., B. S. Youn, U. Santoso, S. Ohtani, and M. Sakaida. 1992. Effects of Fermented Feed Products From Chub Mackerel Extract on Growth and Carcass Composition, Hepatic Lipogenesis and on Contents of Various Lipid Fraction in The Liver and The Thigh Muscle of Broiler. Anim. Sci. Technol. 63 : 32 – 37 Widiyanto, E. Pangestu, Surahmanto, F. Wahyono, dan B.I.M. Tampoebolon. 1994. Teknologi Pengolahan Pucuk Tebu Untuk Merningkatkan Daya Gunanya Sebagai Pakan Ruminansia. Laporan Penelitian, Fapet, Undip, Semarang. Widiyazid, S. I. K., I. A. Parwati, N. Suyasa, S. Guntoro, I. M. Londra, I. K. Triagastia, A. A.G. Adnyana Putra, dan G. M. Widianta. 2002. Laporan Akhir Pengkajian Sistem Usaha Pertanian Sapi Potong berbasis Ekoregional Lahan Kering. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Denpasar.
9