PENGGUNAAN RAMUAN HERBAL DAN TEPUNG DAUN MURBEI TERHADAP YOLK INDEKS, ALBUMEN INDEKS DAN HAUGH UNIT TELUR AYAM ARAB
SKRIPSI
Oleh: RIYAN SURYANTO I211 10 255
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016
i
PENGGUNAAN RAMUAN HERBAL DAN TEPUNG DAUN MURBEI TERHADAP YOLK INDEKS, ALBUMEN INDEKS DAN HAUGH UNIT TELUR AYAM ARAB
SKRIPSI
Oleh: RIYAN SURYANTO I211 10 255
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR Segala puja dan puji bagi Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah-Nya yang senantiasa tercurah kepada penulis sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini. Shalawat dan Salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi panutan serta telah membawa ummat manusia dari lembah kehancuran menuju dunia yang terang benderang. Terima kasih setinggi-tingginya penulis sampaikan dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati kepada : Ibunda Prof. Dr. Ir. Laily Agustina. MS selaku Pembimbing Utama dan kepada ibu Jamilah, S.Pt, M.Si selaku Pembimbing Anggota atas didikan, bimbingan, serta waktu yang telah diluangkan untuk memberikan petunjuk dan menyumbangkan pikirannya dalam membimbing penulis mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya skripsi ini. Penasehat Akademik ayahanda Prof. Dr. Ir. H. Syamsuddin Hasan, M.Sc yang selalu memberikan arahan dan masukan kepada penulis selama berada dibangku kuliah. Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc selaku Dekan Fakultas Peternakan dan juga kepada Dr. Ir. Budiman Nohong, M.S selaku Ketua Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, serta seluruh Dosen dan Staf Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, khususnya Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak yang telah memberikan sumbangsi ilmu selama penulis berada di bangku kuliah.
v
Ayahanda Syarifuddin dan Ibunda Masugi Serta seluruh keluarga yang telah mendidik dengan penuh cinta dan kasih yang begitu tulus kepada penulis. Semoga Allah SWT senantiasa mengumpulkan kita dalam kebaikan dan ketaatan kepada- Nya. Keluarga
besarku
MATADOR
10
serta
teman-teman
di
lembaga
kemahasiswaan intenal dan eksternal kampus atas kebersamaan, suka duka selama menempuh dunia perkuliahan ini, terima kasih atas segala bantuannya kepada penulis. Kalian adalah bagian –bagian lembaran kehidupan yang sangat ingin kuceritakan kepada anak cucuku kelak. Terkhususnya untuk Saudara seperjuangan saya Hasrul M, Muh. Sayudin Fadliah Muhlis, Adi Hermanto, dan Oni Saputra Yang Telah sangat Ikhlas Memeberikan waktu, tenaga dan kesabarannya dalam membantu dari setiap sudut perjalanan ini. Semua pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu yang selalu memberikan doa kepada penulis hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Penulis memohon kepada ALLAH S.W.T dari relung hati yang paling dalam untuk senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah serta petunjuk-Nya. Akhir kata semoga kebahagiaan dunia dan akhirat selalu diperuntukkan untuk kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin......... Makassar,
November 2016
Riyan Suryanto
vi
Riyan Suryanto (I211 10 255), Laily Agustina (Pembimbing Utama), Jamilah (Pembimbing Anggota) Penggunaan Ramuan Herbal dan Tepung Daun Murbei Terhadap Yolk Indeks, Albumen Indeks dan Haugh Unit Telur Ayam Arab.
ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian ramuan herbal dan tepung daun murbei dalam ransum terhadap kuning telur (yolk indeks), putih telur (albumen indeks) dan haugh unit telur ayab arab. Penelitian ini menggunakan 48 ekor ayam arab berumur 10 bulan. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan, yaitu R1 (Ramuan herbal 2,5 ml/liter air minum dan 5 % tepung daun murbei), R2 (Ramuan herbal 2,5 ml/liter air minum dan 7,5 % tepung daun murbei), R3 (Ramuan herbal 2,5 ml/liter air minum dan10% tepung daun murbei), R4 (Ramuan herbal 2,5 ml/liter air minum dan 12,5% tepung daun murbei). Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap yolk indeks, albumen indeks dan haugh unit telur ayam arab. Berdasarkan hasil dan pembahasan disimpulkan bahwa kombinasi ramuan herbal dan tepung daun murbei mampu memperbaiki kualitas yolk indeks, albumen indeks dan haugh unit telur ayab arab sampai pada level 12,5%. Kata Kunci : Ramuan Herbal, yolk indeks, albumen indeks dan haugh unit.
vii
Riyan Suryanto (I211 10 255), Laily Agustina (Supervisor), Jamilah (Member of Supervisor).The Effect of Herbs and Murbey Leaf Powder in The Diet on Yolk Index, Albumen index and Haugh Unit of Arabian Chicken Egg.
ABSTRACT The study aimed to investigate the effects of herbs and murbey leaf powder addition in the diet on yolk index, albumen index, and haugh unit of arabian chicken eggs.This study involved 48 arabian chickens (10 months), and the experimental design used was completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 6 replicates. The treatments consisted of R1 (herbs 2.5 ml / liter of water and 5% of murbey leaf powder), R2 (herbs 2.5 ml / liter of water and 7.5% murbey leaf powder), R3 (herbs 2.5 ml / liter of water and 10% murbey leaf powder), R4 (herbs 2.5 ml / liter of water and 12.5% murbey leaf powder). Analysis of variance showed that the treatment was not significantly different (P>0.05) on yolk index, albumen index and haugh units of arabian chicken eggs. Based on the results, we concluded that combination of herbs and murbey leaf powder was able to improve the quality of yolk index, albumen index and haugh units of arabian chicken egg that reached the level of 12.5%. Keywords: Herbal, yolk index, albumen index and Haugh unit.
viii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i HALAMAN JUDUL...............................................................................
ii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................
iv
KATA PENGANTAR ............................................................................
v
ABSTRAK ..............................................................................................
vii
ABSTRACK ...........................................................................................
viii
DAFTAR ISI ..........................................................................................
ix
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
xiii
PENDAHULUAN ...................................................................................
1
Latar Belakang .............................................................................. Rumusan Masalah ......................................................................... Hipotesis ....................................................................................... Tujuan dan Kegunaan ...................................................................
1 2 2 2
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................
3
Gambaran Umum Ayam Arab ...................................................... Gambaran Umum Daun Murbei (Morus Alba L) ......................... Gambaran Umum Ramuan Herbal................................................ Kualitas Telur................................................................................ Indeks Telur ................................................................................. Indeks Putih Telur ........................................................................ Indeks Kuning Telur .................................................................... Haugh Unit Telur .........................................................................
3 6 8 10 11 12 12 13
ix
MATERI DAN METODE PENELITIAN ..............................................
15
Waktu dan Tempat ........................................................................ Materi Penelitian ........................................................................... Metode Penelitian ........................................................................ Rancangan Penelitiaan ................................................................. Variabel Yang Diamati ................................................................. Analisis Statistik ...........................................................................
15 15 15 15 16 17
HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................
19
Pengaruh Perlakuan Terhadap Haugh Unit Telur .............................. Pengaruh Perlakuan Terhadap Indeks Kuning Telur (Yolk Indeks) .. Pengaruh Perlakuan Terhadap Indeks Putih Telur (Albumen Indeks)
19 21 22
KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................
25
Kesimpulan ................................................................................... Saran .............................................................................................
25 25
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
26
LAMPIRAN ............................................................................................
31
x
DAFTAR TABEL
No.
Halaman Teks 1. Perbedaan Kualitas dan Kuantitas Telur Ayam Arab Silver dan Golden……………………………………………………………… .......
5
2. Komposisi Nutrien Tanaman Murbei (Morus alba L) .........................
8
3. Kandungan Zat Bioaktif Berbagai Jenis Herbal. .................................
9
4. Komposisi Telur Ayam Arab ...............................................................
11
5. Komposisi Pakan Penggunaan Daun Murbai dan Ramuan Herbal.....
16
6. Rata-rata Haugh Unit,Yolk Indeks dan Albumen Indeks Telur Ayam Arab ........ ………………………………………………………………
19
xi
DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman Teks 1. Ayam Arab (Gallus turcicus) ..............................................................
4
2. Tanaman Murbei (Morus alba L) ......................................................
7
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Halaman Teks 1. Hasil Analisa Sidik Ragam Haugh Unit, Yolk Indeks dan Albumen Indeks Telur Ayam Arab ......................................................................... 31 2. Dokumentasi ......................................................................................
xiii
4
PENDAHULUAN Latar Belakang Telur merupakan bahan pangan yang mengandung protein dengan susunan asam amino lengkap dan bermanfaat untuk pemenuhan gizi masyarakat. Telur ayam arab merupakan salah satu jenis telur ayam buras yang telah beradaptasi di Indonesia. Ayam arab memiliki keunggulan dari segi produktivitas dibandingkan ayam
buras
pada umumnya. Produktivitas ayam arab bisa
mencapai 70 sampai 80% atau berkisar 250 butir/ekor/tahun bila dipelihara secara intensif (Indra, 2000). Ayam arab sangat potensial untuk dikembangkan, namun sering terkendala oleh harga pakan. Pakan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha peternakan, penggunaan tepung daun murbei sebagai sumber protein dan ramuan herbal sebagai fitobiotik pengganti antibiotik sintetik dalam ransum diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif solusinya. Kandungan protein daun murbei cukup tinggi yaitu sebesar 20,4% (Machii et al., 2000). Protein pakan akan berpengaruh terhadap kualitas yolk indeks, albumen indeks dan haugh unit telur (Argo, 2013). Ramuan herbal digunakan sebagai anti mikroba alami, memperbaiki konsumsi pakan, konversi pakan maupun rasio efisiensi protein pada ayam broiler (Agustina, 2006), namun belum diketahui pengaruhnya terhadap ayam arab. Penggunaan ramuan herbal dan tepung daun murbei diharapkan dapat meningkatkan kualitas yolk indeks, albumen indeks dan haugh unit telur ayam arab.
1
Rumusan Masalah Tepung daun murbei yang mudah diperoleh dan kaya protein akan mempengaruhi kualitas interior telur ayam arab. Ramuan herbal yang berfungsi sebagai fitobiotik alami dapat menjaga imunitas ternak yang berimbas pada perbaikan produksi telur. Kombinasi ramuan herbal dan tepung daun murbei berfungsi sebagai antimikroba alami yang dapat menjaga imunitas ternak sehingga penyerapan nutrien lebih maksimal dan akan meningkatkan kualitas yolk indeks, albumen indeks dan haugh unit telur ayam arab, serta menekan biaya produksi. Hipotesis Diduga bahwa pemberian ramuan herbal dan tepung daun murbei dalam ransum dapat meningkatkan kualitas yolk indeks, albumen indeks dan haugh unit telur ayam arab. Tujuan dan Kegunaan Penelitian bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian ramuan herbal dan tepung daun murbei dalam ransum terhadap yolk indeks, albumen indeks dan haugh unit telur ayab arab. Kegunaan penelitian ini adalah diharapkan dapat memberi informasi bagi masyarakat khususnya peternak tentang pemberian ramuan herbal dan tepung daun murbei pada ransum dalam meningkatkan kualitas yolk indeks, albumen indeks dan haugh unit telur ayam arab.
2
TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Ayam Arab Ayam arab berasal dari Belgia yang disebut dengan nama silver brakel kriel yang termasuk ke dalam galur ayam petelur unggul di Belgia. Produksi telur ayam arab setara dengan ayam Leghorn, yaitu rata-rata bisa mencapai 80-90% dari populasi, yang dicapai dengan konsumsi pakan hanya 80 g/ekor/hari. Ayam arab merupakan ayam lokal Indonesia yang merupakan hasil penetasan dari beberapa butir telur yang dibawa dari luar (Arab). Telur ayam arab pertama kali dibawa ke Indonesia dan ditetaskan menggunakan induk ayam kampung yang sedangmengeram. Anak ayam hasil penetasan dibesarkan dan
diumbar di
pekarangan rumah sehingga kawin dengan ayam lokal dan dinamakan ayam arab (Sarwono, 2001). Klasifikasi Ayam Arab menurut Erlankgha (2010) adalah sebagai berikut: Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Sub Filum
: Vertebrata
Kelas
: Aves
Famili
: Phasianidae
Sub Famili
: Phasianinae
Genus
: Gallus
Spesies
: Gallus turcicus
Ayam Arab yang berada di Indonesia terdiri dari dua jenis, yaitu ayam Arab Silver dan ayam Arab Merah (Golden Red). Namun, di kalangan masyarakat, ayam Arab yang lebih dikenal adalah ayam Arab Silver. Menurut asal usulnya, ayam Arab Silver diduga merupakan hasil persilangan antara ayam
3
Arab asli (Silver Braekels) dengan ayam betina lokal petelur. Asal usul keberadaan ayam Arab Merah (Golden Red) terdiri dari dua versi. Versi pertama, ayam Arab Merah merupakan hasil persilangan antara ayam jantan Arab asli (Silver Breakels) dengan ayam betina ras petelur (Leghorn). Versi kedua, ayam Arab Merah merupakan hasil persilangan antara ayam jantan Arab asli (Silver Braekels) dengan ayam betina Merawang (Pambudhi, 2003).
Gambar 1. Ayam Arab (Gallus turcicus) Ayam Arab silver (brakel kriel silver) dan ayam Arab golden (brakel kriel gold) memiliki ciri-ciri yang sama yaitu warna lingkar mata hitam, warna kulit, shank dan paruh hitam, perbedaan hanya pada warna bulu. Ayam Arab silver memiliki warna bulu keperakan, putih hitam lurik dan bulu leher putih. Ayam Arab golden memiliki warna bulu merah keemasan pada kepala sampai leher dan warna bulu badan totol atau lurik merah keemasan (Natalia dkk, 2005). Ciri lain dari ayam Arab adalah jengger berbentuk tegak dan bergerigi (serrated single comb) (Nataamijaya dkk, 2003). Jengger ayam Arab jantan berwarna merah, besar dan tipis. Ukuran jengger ayam betina lebih kecil dibandingkan ayam jantan (Sulandari dkk, 2007).
4
Ayam arab silver dan golden memiliki perbedaan pada segi kualitas dan kuantitas telurnya. Perbedaan antara keduanya secara rinci dapatdilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Perbedaan Kualitas dan Kuantitas Telur Ayam Arab Silver dan Golden. Ayam Arab Variabel Silver Golden Kuantitas Bobot Telur Jumlah Telur Indeks Telur Kualitas Warna Kuning Telur Kadar Lemak Kuning Telur Kadar Protein Kuning Telur Haugh Unit Sumber: Yumna, dkk. 2012
42,75 28,63 0,74
46,81 28,73 0,74
11,43 33,32 18,74 28,87
11,47 33,87 18,73 29,00
Beberapa keunggulan ayam Arab antara lain (1) potensi produksi telurnya mencapai 50-60% lebih banyak dibanding ayamkampung, (2) konversi pakan rendah,(3) pejantan Arab mempunyai keunggulan mampu mengawini ayam betina setiap 2-3 jam, (4) relatif lebih tahan penyakit, dan. (5) dapat dipelihara dengan pola tradisional sampai intensif (Yulianto, 2000). Ayam Arab mulai berproduksi pada umur 4,5 sampai 5,5 bulan, bobot ayam Arab jantan dewasa adalah 1,5 sampai 1,8 kg dengan tinggi 30 cm dan bobot ayam Arab betina dewasa 1,1 sampai 1,2 kg dengan tinggi 22-25 cm. Keunggulan ayam Arab adalah lebih tahan terhadap penyakit, mudah pemeliharaan, dan mampu bertelur sepanjang tahun. Kelebihan lainnya, konsumsi pakan ayam arab ini lebih sedikit yaitu 90-100 gram/ekor/hari. Sementara ayam kampung konsumsinya mencapai 110-120 gram/ekor/hari (Kholis dan Sitanggang, 2002).
5
B. Gambaran Umum Daun Murbei (Morus alba L) Murbei termasuk genus Morus dari family Moraceae. Murbei pada dasarnya mempunyai bunga kelamin tunggal, meskipun kadang-kadang juga berkelamin rangkap (Atmosoedarjo dkk., 2000). Menurut Sunanto (1997) murbei berasal dari Cina dan mempunyai klasifikasi sebagai berikut : Divisi
: Spermathophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Class
: Dicotyledonae
Ordo
: Urticales
Famili
: Moraceae
Genus
: Morus
Spesies
: Morus alba L Tanaman murbei berbentuk semak (perdu) yang tingginya sekitar 5-6 m,
dapat juga berbentuk pohon yang tingginya dapat mencapai 20-25 m. Curah hujanyang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman murbei antara 635-2500 mm pertahundengan suhu optimal antara 23,9oC dan 26,6oC, tetapi tanaman
umumnya
murbeidapat tumbuh baik dengan suhu minimum 13 oC dan suhu
maksimum 38oC. Adaptasi tumbuh tanaman murbei relatif baik. Tanaman ini dapat tumbuh pada lokasi denganvariasi suhu, pH tanah, dan ketinggian dari permukaan laut yang sangat besar. Menurut FAO (2002) daun murbei dapat dipanen sepanjang tahun, hanya mengalami penurunan produksi sekitar 7 ton BK/ha dari produksi normal saat irigasi baik yaitu 25 ton BK/ha. Produksi optimal daun murbei dicapai pada suhu 24 sampai 28oC dan kelembaban udara 65-80%, tanaman murbei dapat ditanam di daerah denganketinggian yang bervariasi. Oleh karena itu, tanaman ini mudah dikembangkan.
6
Potensi tanaman murbei sebagai
bahan
pakan
yang
berkualitas
produksi, kandungan nutrien dan daya adaptasi tumbuhnya yang baik. Penggunaan daun murbei sebagai bahan pakan untuk ternak unggas perlu dibatasi karena kandungan seratnya yang tinggi. Penggunaan daun murbei sebagai pakan unggas telah dilakukan olah Al-Kirshi et al. (2010), yang menyatakan bahwa penggunaan 10% tepung daun murbei dalam ransum tidak mempengaruhi produksi dan kualitas telur ayam petelur.
Gambar 2. Tanaman Murbei (Morus alba L) Yulistiani (2008) dalam reviewnya menuliskan bahwa komposisi kimia tanaman murbei baik batang, daun maupun tanaman keseluruhan sangat bervariasi. Bagian daun mempunyai nilai nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan batangnya terutama edible batang. Bagian daun mempunyai kandungan protein yang tinggi (15,0 – 35,9%) dan kandungan dinding sel yang lebih rendah (26,1 – 47,2%).Berbagai macam faktor mempengaruhi komposisi kimia daun murbei diantaranya jarak tanam (Boschini, 2002). Kualitas daun murbei yang tinggi juga ditandai oleh kandungan asam aminonya yang lengkap. Pada daun murbei juga teridentifikasi adanya asam askorbat, karotene, vitamin B1, asam folat dan Pro vitamin D (Singh, 2002). Komposisi nutrisi tanaman murbei dapat dilihat pada Tabel 2.
7
Tabel 2. Komposisi Nutrien Tanaman Murbei (Morus alba L) Kandungan Nutrien Murbei
Rataan (%)
Kadar air Kadar abu Serat kasar Lemak kasar Protein kasar BETN
85,47 10,92 10,52 2,89 18,43 57,24
Sumber: Syahrir dkk, 2009. Gambaran Umum Ramuan Herbal Ramuan herbal telah sejak dahulu dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai obatmaupun untuk memperbaiki metabolisme. Ramuan tanaman herbal (jamu) adalah obat tradisional yang terbuat dari bahan alami terutama tumbuhtumbuhan dan merupakan warisan budaya bangsa Indonesia dan telah digunakan secara turun temurun. Laporan ilmiah popular menunjukkan bahwa penggunaan berbagai bahan ramuan herbal untuk manusia juga ampuh menekan berbagai penyakit pada ternak, namun fakta ilmiah belum banyak mengungkapkannya. Perbaikan metabolisme melalui pemberian ramuan herbal secara tidak langsung akan meningkatkan performans ternak melalui zat bioaktif yang dikandungnya. Dengan demikian ternak akan lebih sehat karena memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik, dan menurut pengamatan peternak aroma daging dan telur ayam yang diberi jamu tidak amis dibandingkan dengan ayam yang tidak diberi jamu (Zainuddin dan Wakradiharja, 2001). Dwiyanto dan Prijono (2007) menyatakan obat tradisional adalah obat yang terbuat dari bahan alami dan merupakan warisan budaya bangsa yang telah
8
digunakan turun temurun. Secara umum di dalam tanaman obat terdapat rimpang, daun, batang, akar, bunga, dan buah mengandung senyawa aktif alkaloid, phenolik, tripenoid, minyak atsiri, glikosida yang bersifat sebagai antiviral, anti bakteri dan immunomodulator. Komponen senyawa aktif tersebut berguna untuk menjaga kesegaran tubuh serta memperlancar peredaran darah. Menurut Murdiati (2002) banyak sekali tanaman obat yang dapat digunakan sebagai obat tradisional, antara lain kunyit, temulawak dan jahe yang efeknya antara lain mencegah koksidiosis, supaya ternak sehat, dan meningkatkan nafsu makan. Kandungan zat bioaktif berbagai jenis ramuan herbal tertera pada Tabel 3. Tabel 3. Kandungan Zat Bioaktif Berbagai Jenis Herbal Jenis herbal Jenis zat bioaktif Temulawak Kunyit Daunsirih Jahe Sereh dapur Kemangi
Bawang putih
Kadar minyak atsiri Kadar kurkumin Kadar minyak atsiri Kadar kurkumin Kadar minyak atsiri Kadar Metil caviol Kadar minyak atsiri Kadar gingorel Kadar minyak atsiri Kadar minyak atsiri Kadar eugenol Kadar sitral A Kadar sitral B Kadar flavonoid Sebagai qeursetin Kadar alicin
Sumber : Agustina dkk.(2010).
9
Kandungan (%) 6,55 2,33 6,18 8,60 0,91 2,68 2,49 0,79 1,33 1,11 27,98 14,07 10,90 0,47 -
Zainuddin dan Wakradiharja (2001) melaporkan bahwa ayam buras yang diberi jamu ternak setiap hari sejak masa pertumbuhan maka setelah ayam tersebut memasuki periode produksi telur akan menghasilkan produksi telur yang dapat berlangsung sampai ayam berumur 2-3 tahun dengan produksi telur hen day sebesar 35%. Haruna dan Sumang (2008) menyatakan bahwa hasil monitoring dan pengamatan serta laporan dari peternak yang menggunakan jamu ternak, bahwa jamu ternak sangat bermanfaat terhadap kesehatan ternak yaitu ayam lebih segar dan sehat, efisiensi penggunaan pakan lebih baik, warna kuning telur lebih orange (nilai skor diatas 8), aroma daging dan telur tidakberbau amis, kotoran di sekitar kandang ayam tidak berbau menyengat. C.
Kualitas Telur Penentuan dan pengukuran kualitas telur mencakup dua hal yakni kualitas
eksterior
dan
interior.
Kualitas
eksterior
meliputi
berat
telur,
warna
kerabang, kebersihan, bentuk serta ukuran telur (indeks telur), sedangkan kualitas interior meliputi nilai haugh unit (HU), indeks albumen, indeks kuning telur, warna kuning telur, dan tebal kerabang (Stadelman dan Cotteril, 1995). Ciri-ciri telur yang baik antara lainkuning telurnya terletak di tengah dan tidak bergerak, putih telur bagian dalam kental dan tinggi, pada bagian putih telur maupun kuning telur tidak terdapat noda darah maupun daging (Sudaryani dan Samosir, 1997). Secara garis besar komposisi fisik telur dapat dibagi menjadi tiga yakni: kerabang telur, putih telur, dan kuning telur. Anatomi susunan telur ayam dari dalam ke luar adalah kuning telur (29%), putih telur (61,5%), kerabang tipis dan
10
kerabang telur (9,5%) (Romanoff dan Romanoff, 1963). Proporsi dan komposisi telur ini dapat bervariasi, bergantung dari umur ayam, pakan, temperatur, genetik, dan carapemeliharaan (Yuwanta, 2010). Sebanyak 90,5% bagian dari telur dapat dikonsumsi dan 98% dapat dicerna oleh tubuh. Komposisi fisik telur ayam Arab dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komposisi Telur Ayam Arab Parameter Berat Telur (g/butir) Indeks Telur Persentase Putih Telur (%) Persentase Kuning Telur (%) Persentase Kerabang Telur (%) Sumber: Abubakar et al. (2005)
Telur Ayam Arab 31- 52 0,75 51,07 35,74 13,19
Indeks Telur Nilai indeks telur merupakan perbandingan antara lebar dan panjang telur. Nilai indeks telur akan mempengaruhi penampilan dari telur itu sendiri. Nilai indeks telur yang ideal berkisar 0,70-0,74. Semakin tinggi nilai indeks telur maka telur akan semakin bulat, sebaliknya bila nilai indeks telur rendah telur akan semakin lonjong. Yuwanta (2010) menyatakan bahwa indeks telur bervariasi antara 0,65-0,82. Apabila telur oval memanjang maka indeks telur berkisar 0,65, sedangkan telur oval bulat indeksnya akan mencapai 0,82, indeks telur akan menurun secara progresif seiring bertambahnya umur, pada awal peneluran indeks telur berkisar 0,77 dan pada akhir peneluran 0,74.
11
Indeks Putih Telur Indeks putih telur merupakan perbandingan antara tinggi putih telur dengan diameter rata-rata putih telur kental. Indeks putih telur segar berkisar antara 0,050-0,174. Selama penyimpanan, tinggi putih telur kental akan menurun secara cepat kemudian secara lambat. Indeks putih telur akan menurun sebesar 40% dalam dua puluh jam pada suhu 32º C (Romanoff dan Romanoff, 1963). Konsumsi protein dapat mempengaruhi kualitas putih telurprotein pakan akan mempengaruhi viskositas telur yang mencerminkan kualitas interior telur, selanjutnya mempengaruhi indeks putih telur. Semakin banyak kandungan protein dalam pakan, maka akan menghasilkan putih telur yang lebih kental. Semakin kental putih telur maka semakin tinggi nilai indeks putih telur untuk mempertahankan kualitas putih telur selama penyimpanan (Argo, 2013). Indeks Kuning Telur Indeks kuning telur adalah perbandingan antara tinggi kuning telur dengan diameter kuning telur.Indeks kuning telur segar berkisar antara 0,33-0,52. Penyimpanan telur menyebabkan terjadinya pemindahan air dari putih telur menuju kuning telur sebanyak 10 mg/hari pada suhu 10º C (Badan Standarisasi Nasional, 2008). Indeks kuning telur dapat dihitung dengan perbandingan tinggi dan diameter rata-rata kuning telur serta mengalikan hasilnya dengan 100 (Mountney, 1976). Tekanan osmotik kuning telur lebih besar dari putih telur sehingga air dari putih telur berpindah menuju kuning telur. Perpindahan air secara terus menerus akan menyebabkan viskositas kuning telur menurun sehingga kuning telur
12
menjadi pipih kemudian akan pecah (Romanoff dan Romanoff, 1963). Lebih jauh dikatakan bahwa Pemindahan air tergantung pada kekentalan putih telur. Kuning telur akan menjadi semakin lembek sehingga indeks kuning telur menurun, kemudian membrane vitelin akan rusak dan menyebabkan kuning telur pecah. Yuwanta (2010) menyatakan bahwa indeks kuning telur akan menurun dari 0,45 menjadi 0,30 apabila disimpan selama 25 hari pada suhu 25º C. Penurunan tinggi kuning telur terjadi setelah tiga bulan penyimpanan pada suhu 2º C. Namun demikian tinggi kuning telur menurun lebih cepat setelah tiga minggu penyimpanan ketika disimpan pada suhu 25º C. Kuning telur tersusun atas lemak dan protein, membentuk lipoprotein yang disintesis oleh hati dengan pengaruh estrogen. Indeks kuning telur dipengaruhi oleh protein, lemak, dan asam amino esensial yang terkandung dalam ransum, konsumsi protein dapat mempengaruhi tinggi kuning telur, sedangkan indeks kuning telur dipengaruhi oleh tinggi kuning telur (Juliambarwati, 2012). Haugh Unit Telur Nilai Haugh unit merupakan nilai yang mencerminkan keadaan albumen telur yang berguna untuk menentukan kualitas telur. Menurut Stadelman dan Cotteril (1995) Haugh unit dipengaruhi oleh kandungan ovomucin yang terdapat pada putih telur. Putih telur yang semakin tinggi, maka nilai Haugh unit yang diperoleh semakin tinggi. Putih telur yang mengandung ovomucin lebih sedikit lebih cepat mencair (Mountney, 1976). Menurut
Lesson dan Caston (1997)
kondisi penyimpanan telur merupakan salah satu faktor yang memiliki potensidalam mempengaruhi albumen (putih telur).
13
Haugh unit merupakan salah satu kriteria untuk menentukan kualitas telur bagian dalam dengan cara mengukur tinggi putih telur kental dan berat telur (Iza et al.,1985). Muchtadi dan Sugiyono (1992) menyatakan bahwa kehilangan CO2 melalui pori-pori kulit dari albumen menyebabkan perubahan fisik dan kimia. Albumen yang kehilangan CO2 akan tampak encer. Pengenceran tersebut disebabkan perubahan struktur protein musin yang memberikan tekstur kental dari putih telur. Nilai Haugh Unit untuk telur yang baru ditelurkan nilainya 100, sedangkan telur dengan mutu terbaik nilainya diatas 72. Telur busuk nilainya di bawah 50 (Buckle dkk.,1985). Nilai Haugh unit lebih dari 72 dikategorikan sebagai telur berkualitas AA, nilai Haugh unit 60-72 sebagai telur berkualitas A, nilai Haugh unit 31-60 dikategorikan sebagai telur berkualitas B dan nilai Haugh unit kurang dari 31 dikategorikan sebagai telur berkualitas C (Mountney, 1976 dan Izat et al.,1986).
14
MATERI DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Desember 2014 di Laboratorium Nutrisi Non Ruminansia, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Materi Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kandang cages dari kawat yang terdiri dari 24 petak dengan ukuran panjang 30 cm x lebar 35 cm x tinggi 33 cm, timbangan digital, jangka sorong, mikrometer, tempat pakan, tempat minum, tempat telur (rak telur), kantong plastik, gelas ukur dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam arab umur 10 bulan sebanyak 48 ekor, ramuan herbal, tepung daun murbei, jagung kuning, dedak padi, tepung ikan, bungkil kelapa, bungkil kedelai, mineral dan tepung bulu dengan komposisi ransum yang dapat di lihat pada Tabel 5. Metode Penelitian Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Masing-masing unit percobaan terdiri dari 2 ekor ayam, sehingga jumlah ayam arab betina yang digunakan adalah 48 ekor. Ransum perlakuan terdiri dari : R1 = R2 = R3 = R4 =
Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 5 % Tepung Daun Murbei Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 7,5 % Tepung Daun Murbei Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 10% Tepung Daun Murbei Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 12,5% Tepung Daun Murbei
15
Tabel 5. Komposisi Pakan Penggunaan Daun Murbai dan Ramuan Herbal Komposisi Pakan Penelitian (%) Jenis Bahan R1 R2 R3 R4 jagung kuning 52,7 53,5 51,8 50,8 dedak padi 20,0 18,0 17,5 15,5 tepung ikan 5,5 4,5 5,0 5,0 tepung daun murbei 5,0 7,5 10,0 12,5 bungkil kedelai 5,5 4,5 4,0 5,0 bungkil kelapa 4,0 4,0 4,0 4,0 Mineral 1,0 1,0 1,0 1,0 tepung bulu 5,0 6,0 5,5 5,0 mineral nabati 1,3 1,0 1,2 1,2 100 100 100 100 protein kasar (%) 18,09 18,15 18,02 18,09 energi metabolisme (%) 2804,032 2804,12 2800,44 2800,64 lemak kasar (%) 4,27 4,56 4,56 4,48 serat kasar (%) 4,27 4,45 4,72 4,88 Ca (%) 1,0 1,03 1,17 1,28 P (%) 0,31 0,3 0,3 0,3 Keterangan :
R1 : Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 5 % Tepung Daun Murbei R2 :Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 7,5 % Tepung Daun Murbei R3 :Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 10 % Tepung Daun Murbei R4 : Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 12,5 % Tepung Daun Murbei
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah : 1.
Indeks Kuning Telur (yolk indeks) Telur yang telah dipecah, diletakkan pada kaca bidang datar, diukur tinggi,
diameter panjang dan pendek kuning telur, menggunakan caliper (jangka sorong), dengan rumus sebagai berikut, (Yuwanta, 2010). Indeks Kuning Telur = Keterangan : h = Tinggi kuning telur d1 = Diameter panjang kuning telur d2= Diameter pendek kuning telur
16
___ h____ 0,5 ( d1 + d2)
2.
Indeks putih telur (albumen indeks) Telur dipecah dan diletakkan pada kaca bidang datar, kemudian diukur
tinggi albumin, diameter panjang dan pendek dari albumin menggunakan (jangka sorong), dengan rumus sebagai berikut (Yuwanta, 2010). Indeks Putih Telur
=
__ h __ 0,5 ( d1 + d2)
Keterangan : h
= Tinggi putih telur
d1
= Diameter panjang putih telur
d2
= Diameter pendek putih telur
3. Haugh Unit Telur di timbang berat utuhnya, telur dipecahkan diatas bidang datar dan licin (kaca) setelah itu, tinggi putih telur diukur dengan menggunakan alat micrometer. Haugh Unit= 100 log (h + 7,37 – 1,7 W0,37) Keterangan : h = Tinggi putih telur kental W = Berat telur utuh dalam gram Analisis Statistik Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan dan dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Gasperz, 1991). Rumus matematikanya sebagai berikut :
17
Yij = µ + τi + Ɛij Keterangan : Yij = Nilai Pengamatan dengan ulangan ke-j µ = Rata - rata umum (nilai tengah pengamatan) τi = Pengaruh Perlakuan ke-i ( i = 1, 2, 3, 4) Ɛij = Galat percobaan dari perlakuan ke-i pada pengamatan ke-j (j = 1, 2, 3, 4, 5, 6)
18
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh penggunaan kombinasi ramuan herbal dan tepung daun murbei sebagai pakan terhadap nilai Haugh Unit,Indeks Kuning Telurdan Indeks Putih Telurayam arab dapat dilihat pada Tabel6. Tabel 6. Rata-Rata Haugh Unit,Indeks Kuning Telurdan Indeks Putih TelurAyam Arab. Perlakuan
Parameter R1
R2
R3
R4
87,450
92,670
90,450
91,000
Indeks Kuning Telur
0,430
0,440
0,460
0,450
Indeks Putih Telur
0,116
0,115
0,116
0,116
Haugh Unit
Keterangan :
R1 : Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 5 % Tepung Daun Murbei R2 : Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 7,5 % Tepung Daun Murbei R3 : Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 10 % Tepung Daun Murbei R4 : Ramuan Herbal 2,5 ml/Liter Air Minum + 12,5 % Tepung Daun Murbei
Pengaruh Perlakuan Terhadap Haugh UnitTelur Haugh Unit (HU) merupakan hubungan antara tebal atau tinggi albumen dengan keseluruhan bobot telur. Haugh unit juga merupakan dasar pengukuran indeks kualiatas telur. Hasil pengukuran haugh unit telur ayam arab yang diamati selama penelitian disajikan pada Tabel 6. Berdasarkan analisis ragam, penggunaan ramuan herbal dan tepung daun murbei tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap nilai HU telur ayam arab. Perlakuan yang diberikan tidak memberikan respon karena ransum yang diberikan adalah iso protein dan iso energi, meskipun level tepung daun murbei yang diberikan berbeda pada setiap perlakuan namun kandungan protein dan energi pakan tetap sama antar perlakuan.
19
Secara statistik, terlihat bahwa besarnya haugh unit telur yang diamati bervariasi antara 87.45-92.67. yang berarti termasuk telur dengan kualitas grade AA. Menurut Buckle, dkk (1987) telur digolongkan atas empat kelompok atau grade berdasarkan Haugh Unit dengan simbol HU yaitu kelompok AA = > 72, kelompok A = 60 – 72 HU, kelompok B = 50 – 60 HU dan kelompok C = < 50 HU. Nilai haugh unit hasil penelitian ini tergolong dalam kelas AA (baik sekali) dengan kategori nilai HU > 72 (Buckle, dkk., 1987). Kualitas telur dalam penelitian ini termasuk baik karena memiliki grade AA yang berarti masih memiliki kandungan ovumicin yang tinggi. Stadelman dan Cotteril (1995) menyatakan bahwa kualitas telur di pengaruhi oleh kandungan protein yaitu ovumicin yang terdapat pada putih telur, semakin tebal putih telur mka nilai HU yang di peroleh semakin tinggi. Daun murbei pada penelitian mengandung protein kasar yang relatif tinggi yakni sebesar 18,43%. Kandungan zat bioaktif yang terkandung pada ramuan herbal dapat memaksimalkan penyerapan nutrisi termasuk protein dalam usus ayam. Penyerapan nutrisi secara maksimal terutama asam amino dapat mempertahankan ovumucin dan lesitin sehingga meningkatkan kualitas telur, asam amino digunakan untuk menaikkan kekentalan putih telur dan haugh unit akan meningkat. Putih telur yang mengandung ovumicin lebih sedikit maka akan lebih cepat mencair. Menurut Iriyanti dkk, (2005) kandungan protein maupun nutrisi lain dalam telur sangat dipengaruhi oleh kandungan nutrisi dalam ransum yang berdampak pada peningkatan kualitas telur.
20
Pengaruh Perlakuan Terhadap Indeks KuningTelur (Yolk Indeks) Nilai indeks kuning telur ayam arab dengan menggunakan ramuan herbal dan tepung daun murbei pada ransumnya, dapat dilihat pada Tabel 6. Berdasarkan analisis ragam, penggunaan ramuan herbal dan tepung daun murbei pada ransum ayam arab tidak memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap rataan nilai indeks kuning telur ayam arab yang diamati. Ini dipengaruhi oleh umur ayam dewasa (10 Bulan) sehingga nutrisi dipergunakan untuk produksi telur. Pada umur ini sanagat memerlukan protein yang dapat dipenuhi dari daun murbei. Indeks kuning telur sangat dipengaruhi oleh konsumsi protein. Hal ini sejalan dengan apa yangdikemukakan oleh Yusuf (2002) variasi nilai indeks yolk dapat terjadi akibat variasi kandungan protein. Dalam kondisiini protein yang dimaksud adalah fosfitin, lipovitelin dan livetin. Winarno dan Koswara (2002) menjelaskan bahwa jenis protein inisangat berperan dalam penentuan ketebalan yolk. Juliambarwati (2012) menyatakan bahwa kuning telur tersusun atas lemak dan protein, membentuk lipoprotein yang disintesis oleh hati dengan pengaruh estrogen. Indeks kuning telur dipengaruhi oleh protein, lemak, dan asam amino esensial yang terkandung dalam ransum, konsumsi protein dapat mempengaruhi tinggi kuning telur, sedangkan indeks kuning telur dipengaruhi oleh tinggi kuning telur Walaupun nilai indeks kuning telur tidak berbeda nyata namun kualitas kuning telur termasuk bagus. Dari Tabel 6 dapat pula dilihat bahwa rata-rata nilai Indeks kuning telur segar (yolk indeks) yang diperoleh bervariasi antara 0.43-0.46. Nilai ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan pendapat Buckle dkk (1987) yang
21
menyatakan bahwa perbandingan antara tinggi yolk dengan rata-rata diameter yolk (indeks yolk) telur segar berada pada kisaran 0.33 – 0.50 dengan nilai ratarata 0.42 dan lebih tinggi dibandingkan pendapat Binawati (2008) yang menjelaskan bahwa kisaran nilai indeks kuning telur ayam Arab adalah 0,39-0,42. Hal ini dikarenakan ayam yang digunakan merupakan ayam yang dihasilkan dari kelas strain yang baik yaitu ayam arab golden serta pemberian pakan dengan komposisi bahan yang tepat yaitu dengan penggunaan ramuan herbal dan tepung daun murbei yang berperan sebagai antibiotik alami yang dapat menajaga imunitas ternak sehingga penyerapan nutrient lebih maksimal, serta didukung sistem manajemen pemeliharaan yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprapti (2002), bahwa kualitas telur ditentukan oleh beberapa hal antara lain faktor keturunan, kualitas makanan, sistem pemeliharaan, iklim dan umur. Pengaruh Perlakuan Terhadap Indeks PutihTelur (Albumen Indeks) Hasil penelitian (Tabel 6) menunjukkan rataan nilai indeks putih telur yang diperoleh selama penelitian. Ukuran indeks albumen hasil penelitian berkisar antaran 0.115-0.116. Kisaran yang direkomendasikan menurut Buckle dkk (1987) beradapada kisaran 0.09-0.12. Dengan demikian perolehan hasil penmgamatan masih berada dalam kisaran yang direkomendasikan. Berdasarkan analisa statistik penggunaan ramuan herbal dan tepung daun murbei memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap nilai indeks putih telur ayam arab.Ini memberikan pengertian bahwa perlakuan tingkat ramuan herbal dan tepung daun murbei yang diberikan sama sekali tidak mempengaruhi rataan nilai indeks albumen dari produksi telur ayam arab yang diamati.
22
Namun demikian, indeks putih telur yang diperoleh memiliki kualitas yang baik yaitu berturut-turut R1 (0,116), R2 (0,115), R3 (0,116), R4 (0,116). Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno dan Koswana (2002) yang menyatakan indeks putih telur merupakan perbandingan antara tinggi putih telur dengan rata-rata garis tengah panjang dan pendek putih telur. Dalam telur yang baru ditelurkan nilai ini berkisar antara 0,050 dan 0,174 meskipun biasanya berkisar antara 0,090 dan 0,120. Indeks putih telur (indeks albumen) adalah salah satu variabel yang menjadi parameter dari kualitas telur. Winarno (1993) menyatakan bahwa ada empat variabel yang dipakai sebagai faktor penentu kualitas telur pada penelitian, yaitu berat telur, index putih telur, index kuning telur, dan index haugh unit (HU). Komponen putih telur terediri dari 40% bahan padat yang terdiri dari empat lapisan yaitu lapisan putih telur tipis, lapisan tebal, lapisan tipis bagian dalam dan lapisan Chalaziferous (Sarwono, dkk 1985). Kekentalan putih telur yang semakin tinggi dapat ditandai dengan tingginya putih telur kental. Ini menunjukkan bawa telur kondisinya masih segar, karena putih telur banyak mengandung air, maka bagian ini lebih mudah cepat rusak (Sirait, 1986). Kualitas putih telur sebagian basar tergantung pada jumlah ovomucin yang disekresi oleh magnum. Ovomucin merupakan bahan utama yang menentukan tinggi putih telur dan pembentukan ovomucin tergantung pada konsumsi protein (Yuwanta, 2010). Nilai indeks kuning telur dan indeks putih telur ditentukan oleh besar telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Yusuf (2002) bahwa besar telur dapat dipengaruhi oleh tingkat protein di dalam ransum, ransum dengan protein rendah akan menyebabkan pembentukan kuning telur yang kecil, sehingga telur yang
23
dihasilkan kecil.Yuwanta (2004) mengemukakan karakter yang lebih spesifik pada putih telur adalah kandungan protein (lisosim), yang berpengaruh pada kualitas putih telur (kekentalan putih telur baik kental maupun encer) merupakan pembungkus kuning telur. Selanjutnya Ratnasari (2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa jenis protein di dalam putih telur antara lain adalah ovalbumin, konalbumin, ovomusin, globulin (G1, G2, dan G3), ovomukoid, flavoprotein, ovoglikoprotein, ovomakroglobulin, ovoinhibitor, dan avidin.
24
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan disimpulkanbahwa kombinasi ramuan herbal dengan tepung daun murbei sampai pada level 12,5% mampu memperbaiki kualitas yolk indeks, albumen indeks dan haugh unit telur ayab arab.
SARAN Untuk dapat memperoleh nilai yolk indeks, albumen indeks dan haugh unit telur ayam arab yang baik, disarankan menggunakan kombinasi ramuan herabal dan tepung tepung daun murbei dengan 2,5 ml/liter air minum dan 12,5 % tepung daun murbei.
25
DAFTAR PUSTAKA Abubakar, G. Tripambudi dan Sunarto. 2005. Performans ayam buras dan biosekuriti di Balai Pembibitan Unggul Sapi Dwiguna dan Ayam.Pros.Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal.Semarang, 26 Agustus 2005. Puslitbang Peternakan, Bogor. Hlm. 61 85. Agustina, L., M.Hatta, S.Purwanti dan Wahyuni. 2010. Penggunaan ramuan herbal untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas broiler:Penggunaan ramuan herbal untuk meningkatkan performa dan gambaran histopatologi organ dalam broiler. Buku Panduan Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 3-4 Agustus 2010.Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor. Hlm.25. Agustina L. 2006. Penggunaan ramuan herbal sebagai imbuhan pakan untuk meningkatkan performans broiler. Inovasi Teknologi dalam Mendukung Usaha Ternak Unggas Berdaya Saing. Prosiding Lokakarya Nasional. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Bekerjasana dengan Jurusan Sosek Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan Univeritas Diponegoro. Semarang. Al-Kirshi, R., A. R. Alimon., I. Zulkifli., A. Sazili., M. W. Zahari and M. Ivan. 2010. Utilization of mulberry of leaf meal (Morus alba) as protein suplement in diets for laying hens. Italian Journal Anim Sci 51 : 205-207. Argo. L. 2013. Kualitas telur ayam arab petelur fase I dengan berbagai level azolla microphylla. Animal Agricultural Journal 2 (1): 455 – 457. Atmosoedarjo, S., J. Kartasubrata, M. Kaomini, W. Saleh, dan W. Moerdoko. 2000. Sutera Alam Indonesia. Yayasan Sarana Jaya.Jakarta. Badan Standardisasi Nasional. 2008. SNI ISO 9001:2008: Sistem Manajemen Mutu – Persyaratan. Jakarta. Binawati, D. K. 2008. Pengaruh laserpunktur terhadap kualitas telur ayam Arab. Stiguna, J. Sci. 2: 28-34. Buckle, K.A., R.A. Edwards, G. H. Fleet, dan M. Wootton. 1985. Ilmu Pangan. Terjemahan: H. Purnomo dan Adiono. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
26
Boschini, C.F. 2002. Nutritional Qualityof Mulberry Cultivation forRuminant Feeding. Sanches MD (editor) Mulbery for Animal Production Proccedings of an Electronic Conference Carried Out. May and August 2002. FAO Animal Production and Health Paper 173-182. Roma. Dwiyanto, K. dan S.N Prijono. 2007. Keanekaragaman Sumber Daya Hayati Ayam Lokal Indonesia. Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Erlankgha, M. 2010. Ayam Arab.http://www.infoternak.com/ayam-arab. (Diakses 28 Desember 2015). Food and Agriculture Organization (FAO). 2002. Mulberry for Animal Production, Roma. Gasper, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. CV. Armico. Bandung. Haruna, S. dan Sumang. 2008. Pemanfaatan jamu sebagai campuran air minum pada ternak ayam buras. J. Agrisistem. 4 (1) : 1-6. Indra.
G.K, 2000. Performans Produksi Ayam Arab (Gallus turcicus) Berdasarkan Warna Bulu. Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.Malang.
lriyanti, N. Zupriza, T. Yuwanta dan S. Kernan. 2005. Penggunaan vitamin E dalam pakan terhadap fertilitas, daya tetas dan bobot tetas telur ayam kampung. Animal Production.1: 36-39. Iza, A.L., F.A. Garhner and. B. Meller. 1985. Effect of egg and season of the year quality. Poultry Science. 64 (10) : 1900-1906. Izat, A. L., F. A. Gardner and D.B. Mellor. 1986. The effect of age bird and season of the year on egg quality. Poultry Sci. 65 (4) : 726-728. Juliambarwati, M., R. Adi dan H. Aqni. 2012. Pengaruh Penggunaan Tepung Limbah Udang Dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Itik. Sains Peternakan. 10 (1) : 1-6 Kholis, S. dan M. Sitanggang. 2002. Ayam Arab dan Poncin Petelur Unggul. PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.
27
Lesson, S. and L.J. Caston. 1997. A problem withcharacteristic of the thin albumen in laying hens. Poultry Science. 76 : 1332-1336. Machii, H. A, Koyama, and H. Yamanouchi. 2000. On gamma-aminobutyric acid contained in mulberry leaves. Journal of agricultural science Japan. 59 : 381-389. Mountney, G. I. 1976. Poultry Technology. The AVI Publishing Inc., Westport. Muchtadi, T.R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor. Murdiati. 2002. Obat Tradisional Melengkapi Obat Konvensional. INFOVET No.093 April. Hal 15-16. Nataamijaya, A. G., A. R. Setioko, B. Brahmantiyo dan K. Dwiyanto. 2003. Performans dan karakteristik tiga galur ayam lokal (Pelung, Arab, dan Sentul). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pertanian dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor. Natalia, H., D. Nista, Sunarto dan D. S. Yuni. 2005. Pengembangan Ayam Arab. Balai Pembibitan Ternak Unggul Sembawa. Palembang. Pambudhi, W. 2003. Beternak Ayam Arab Merah. Agromedia Pustaka. Jakarta. Ratnasari. 2007. Perubahan Mutu Protein Putih Telur Ayam Ras yang diakibatkan proses Pembuatan Minuman Effervescent. Skripsi.IPB Repository. Bogor. Romanoff, A. L. and A.J. Romanoff. 1963. The Avian Egg. John Wiley and Sons Inc,. New York. Sarwono. B., B .A. Murtidjo dan A .Daryanto .1985 . Telur Pengawetan dan Manfaatnya. Seri Industri Kecil. Penebar Swadaya. Jakarta. Sarwono, B. 2001. Ayam Arab Petelur Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. Singh, B. 2002. The potential of mulberry foliage as a feed supplement in India. Journal. of. FAO. Anim. Prod. And Health Paper. 147: 139-156. Sirait, C.H. 1986. Telur dan Pengolahannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.
28
Sudaryani dan Samosir. 1997. Mengatasi Permasalahan Beternak Ayam. Penebar Swadaya. Penebar swadaya.Jakarta. Sulandari, S., M. S. A. Zein., S. Paryanti, T. Sartika, M. Astuti, T. Widjastuti, E.Sudjana, S. Darana, I. Setiawan dan D. Garnida. 2007. Sumberdaya Genetik Ayam Lokal Indonesia. Keanekaragaman Sumberdaya Hayati Ayam Lokal Indonesia: Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Hal : 45-67 Sunanto, H. 1997. Budidaya Murbei dan Usaha Persuteraan Alam. Kanisius. Yogyakarta Suprapti, Lies. M. 2002. Pengawetan Telur. Penerbit Kanisius.Yogyakarta. Stadelman, W.J. and O.J. Cotteril. 1995. Eggs Science and Technology.The Avy Publishing Company Inc.,Westport. Connecticut. Syahrir, S., K.G. Wiryawan., A. Parakkasi,. M. Winugrohoc dan O.N.P. Sarib. 2009. Efektivitas daun murbei sebagai pengganti konsentrat dalam sistem rumen in vitro.Media Peternakan. 32 : 112-119. Winarno FG. 1993. Pangan dan Gizi, Teknologi dan Konsumen. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Winarno, F.G. dan S. Koswara. 2002., Telur :Komposisi, Penanganan dan Pengolahannya, M-Brio Press. Bogor. Yulianto, H. 2000. Ayam arab berpotensi dikembangkan secara komersial. Poultry Indonesia. Edisi Juni, No. 242/57. Yulistiani, D. 2008. Hijauan murbei untuk suplementasi protein pakan sapi perah. Puslitbang Peternakan bekerjasama dengan STEKPI. Hal. 119 – 123. Yumna, M. H., A. Zakaria, dan V. M. A. Nurgiartiningsih, 2012. Kuantitas dan kualitas telur ayam arab (Gallus turcicus) silver dan gold. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 23 (2): 19-24. Yusuf, M. 2002. Perubahan Warna Kuning Telur Itik Lokal Akibat Penggantian Beras Dengan Jagung Sebagai Sumber Energi Dalam Pakan. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
29
Yuwanta, T. 2010. Telur dan Kualitas Telur. Universitas Gadja Mada Press. Yogyakarta. Zainuddin, D. dan E.Wakradihardja.2001. Racikan ramuan tanaman obat dalam bentuk larutan jamu dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan serta produktivitas ternak ayam buras. Prosiding Seminar Nasional XIX Tumbuhan Obat Indonesia. Balai Penelitian Tanaman Obat, Departemen Pertanian, Bogor. Hal : 367 – 372.
30
LAMPIRAN 1. Nilai Rata-Rata Haugh Unit Telur, Indeks Kuning Telur dan Indeks Putih Telur RATA-RATA HAUGH UNIT ULANGAN LEVEL TEPUNG DAUN MURBEI + RAMUAN HERBAL R1 (5%) R2 (7.5%) R3 (10%) R4 (12.5%) 85.74 96.63 83.04 91.52 R1.1 86.97 93.47 88.56 86.53 R1.2 95.72 94.04 95.98 99.08 R1.3 85.27 94.35 89.34 92.17 R1.4 85.22 93.99 90.96 90.35 R1.5 85.8 83.58 94.82 86.37 R1.6 92.6766667 90.4513 91.0033333 RATA-RATA 87.4533333
RATA-RATA INDEKS KUNING TELUR ULANGAN LEVEL TEPUNG DAUN MURBEI + RAMUAN HERBAL R1 (5%) R2 (7.5%) R3 (10%) R4 (12.5%) 0.41 0.46 0.44 0.49 R1.1 0.46 0.46 0.49 0.46 R1.2 0.42 0.41 0.49 0.47 R1.3 0.43 0.43 0.45 0.45 R1.4 0.46 0.44 0.44 0.41 R1.5 0.41 0.45 0.45 0.42 R1.6 0.44166667 0.4616 0.4506 RATA-RATA 0.43166667
RATA-RATA INDEKS PUTIH TELUR ULANGAN LEVEL TEPUNG DAUN MURBEI + RAMUAN HERBAL R1 (5%) R2 (7.5%) R3 (10%) R4 (12.5%) 0.13 0.15 0.1 0.11 R1.1 0.11 0.11 0.12 0.12 R1.2 0.12 0.12 0.13 0.12 R1.3 0.11 0.1 0.12 0.11 R1.4 0.12 0.11 0.12 0.11 R1.5 0.11 0.1 0.11 0.13 R1.6 RATA0.116666667 0.1150 0.11666667 0.116666667 RATA
31
LAMPIRAN 2. Hasil Analisis Ragam A. Haugh Unit Descriptives Haungth_ Unit N
Std. Deviati on
Mean
95% Confidence Interval for Minimu Maximu Mean m m Lower Bound Upper Bound
Std. Error
1
6
87.4533 4.09976 1.67372
83.1507
91.7556
85.22
95.72
2
6
92.6766 4.59125 1.87437
87.8610
97.4975
83.58
96.63
3
6
90.4513 4.68220 1.91150
85.5376
95.3650
83.04
95.98
4
6
91.0033 4.65899 1.90202
86.1141
95.8927
86.37
99.07
Total 24 90.3968 4.63005 .94510
88.4417
92.3519
83.04
99.07
Test of Homogeneity of Variances Haungth_Unit Levene Statistic
df1
df2
Sig.
.065
3
20
.978
ANOVA Haungth_Unit Sum of Squares
Df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
85.474
3
28.491
1.398
.273
Within Groups
407.584
20
20.379
Total
493.058
23
32
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable:Haungth_Unit 95% Confidence Interval
(I) (J) Mean Perlak Perlak Difference (Iuan uan J) LSD
1
2
3
4
Std. Error
-5.22612
2.60635
.059
-10.6629
.2106
3
-2.99818
2.60635
.264
-8.4349
2.4386
4
-3.55031
2.60635
.188
-8.9871
1.8864
1
5.22612
2.60635
.059
-.2106
10.6629
3
2.22794
2.60635
.403
-3.2088
7.6647
4
1.67581
2.60635
.528
-3.7609
7.1126
1
2.99818
2.60635
.264
-2.4386
8.4349
2
-2.22794
2.60635
.403
-7.6647
3.2088
4
-.55213
2.60635
.834
-5.9889
4.8846
1
3.55031
2.60635
.188
-1.8864
8.9871
2
-1.67581
2.60635
.528
-7.1126
3.7609
3
.55213
2.60635
.834
-4.8846
5.9889
Subset for alpha = 0.05
Perlak uan
N
1
1
6
87.4531
3
6
90.4513
4
6
91.0034
2
6
92.6793
Sig.
Upper Bound
2
Homogeneous Subsets Haungth_Unit
Duncana
Sig.
Lower Bound
.079
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
33
Haungth_Unit
Duncana
Subset for alpha = 0.05
Perlak uan
N
1
1
6
87.4531
3
6
90.4513
4
6
91.0034
2
6
92.6793
Sig.
.079
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.
34
B. Indeks Kuning Telur Descriptives Indeks_Kuning_T elur Std. Std. Deviation Error
95% Confidence Interval for Minimu Maximu Mean m m Lower Bound Upper Bound
N
Mean
6
.4316
.02424
.0099 0
.4083
.4592
.41
.47
6
.4416
.02233
.0091 2
.4200
.4669
.40
.47
6
.4616
.02327
.0095 0
.4354
.4842
.44
.49
6
.4506
.02995
.0122 3
.4191
.4820
.41
.49
Tot 24 al
.4469
.02538
.0051 8
.4362
.4576
.40
.49
1 2 3 4
Test of Homogeneity of Variances Indeks_Kuning_Telur Levene Statistic
df1
df2
Sig.
.339
3
20
.797
ANOVA Indeks_Kuning_Telur Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
.002
3
.001
1.156
.351
Within Groups
.013
20
.001
Total
.015
23
35
Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable:Indeks_Kuning_Telur (I) Perlakuan LSD
Mean 95% Confidence Interval (J) Difference Perlakuan (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
1
2
3
4
2
-.00972
.01451
.510
-.0400
.0205
3
-.02607
.01451
.087
-.0563
.0042
4
-.01679
.01451
.261
-.0471
.0135
1
.00972
.01451
.510
-.0205
.0400
3
-.01635
.01451
.273
-.0466
.0139
4
-.00707
.01451
.631
-.0373
.0232
1
.02607
.01451
.087
-.0042
.0563
2
.01635
.01451
.273
-.0139
.0466
4
.00928
.01451
.530
-.0210
.0395
1
.01679
.01451
.261
-.0135
.0471
2
.00707
.01451
.631
-.0232
.0373
3
-.00928
.01451
.530
-.0395
.0210
Homogeneous Subsets Indeks_Kuning_Telur
Duncana
Subset for alpha = 0.05
Perlaku an
N
1
1
6
.4338
2
6
.4435
4
6
.4506
3
6
.4598
Sig.
.114
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
36
Indeks_Kuning_Telur
Duncana
Subset for alpha = 0.05
Perlaku an
N
1
1
6
.4338
2
6
.4435
4
6
.4506
3
6
.4598
Sig.
.114
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.
37
C. Indeks Putih Telur Descriptives Indeks_Putih_Telur 95% Confidence Interval for Minimu Maxim Mean m um Lower Bound Upper Bound
N
Std. Mean Deviatio n
1
6
.1166
.00440
.00180
.1106
.1199
.11
.12
2
6
.1150
.02084
.00851
.0929
.1367
.10
.15
3
6
.1166
.02084
.00851
.0929
.1367
.10
.15
4
6
.1166
.01062
.00434
.1051
.1274
.10
.13
Total 24
.1153
.01476
.00301
.1090
.1215
.10
.15
Std. Error
Test of Homogeneity of Variances Indeks_Putih_Telur Levene Statistic
df1
df2
Sig.
2.833
3
20
.064
ANOVA Indeks_Putih_Telur Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Between Groups
.000
3
.000
.011
.998
Within Groups
.005
20
.000
Total
.005
23
38
Multiple Comparisons Dependent Variable:Indeks_Putih_Telur (J) Mean (I) Perlakuan Perlak Difference (Iuan J) Std. Error
Sig.
LSD
1
2
3
4
.00046
.00913
.960
-.0186
.0195
3
.00046
.00913
.960
-.0186
.0195
4
-.00101
.00913
.913
-.0201
.0180
1
-.00046
.00913
.960
-.0195
.0186
3
.00000
.00913
1.000
-.0190
.0190
4
-.00146
.00913
.874
-.0205
.0176
1
-.00046
.00913
.960
-.0195
.0186
2
.00000
.00913
1.000
-.0190
.0190
4
-.00146
.00913
.874
-.0205
.0176
1
.00101
.00913
.913
-.0180
.0201
2
.00146
.00913
.874
-.0176
.0205
3
.00146
.00913
.874
-.0176
.0205
Subset for alpha = 0.05 Duncana
N
1
2
6
.1148
3
6
.1148
1
6
.1152
4
6
.1163
Sig.
Lower Bound Upper Bound
2
Homogeneous Subsets Indeks_Putih_Telur
Perlakuan
95% Confidence Interval
.885
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
39
Indeks_Putih_Telur Subset for alpha = 0.05 Perlakuan Duncana
N
1
2
6
.1148
3
6
.1148
1
6
.1152
4
6
.1163
Sig.
.885
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.
40
Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan
Observasi tanaman murbei (Morus alba) Di Balai Persuteraan Alam
Pengambilan daun murbei
Proses pegeringan daun murbei
Daun murbei kering
Penggilingan daun murbei
Pakan lokal dan tepung daun murbei
41
Pemberian Pakan
Pengambilan Telur
Proses Pengambilan data
Ramuan Herbal
42
RIWAYAT HIDUP Riyan Suryanto. Lahir pada tanggal 19 September 1992 di Tanjung Balai. Anak pertama dari pasangan suami istri Syarifuddin dan Masugi. Menyelesaikan pendidikan formal di SDN 01 Airsuning (1998-2004), Melanjutkan di SMP Neg. 1 Brang Rea Sumbawa Barat (2004-2007), Kemudian melanjutkan di SMK Neg. 1 Taliwang (2007-2010). Melalui jalur Seleksi Jalur Prestasi Olahraga dan Keilmuan tahun 2010 diterima sebagai mahasiswa program Strata 1 (S-1) pada Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai pengurus organisasi Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Hasanuddin (HUMANIKA-UNHAS) periode 2012/2014. Penulis dipercaya untuk menjadi Koordinator Bidang Kerohanian Senat Mahasiswa Fakultas Peternakan Unhas (SEMA FAPET – UH ) periode 2012. Penulis juga dipercaya sebagai direktur organisasi sosial bagian dari keorganisasian KAMMI (SSC UNHAS) pada periode tahun 2013. Penulis juga aktif sebagai wakil koordinator Badan Usaha Milik Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Indonesia ( BUMI ISMAPETI ) pada periode Tahun 2013.
43