INDEKS DAN KERAPATAN STOMATA PADA DAUN TUMBUHAN Bougainvillea glabra Chois SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA GORONTALO
JURNAL
OLEH
ALFI DARWIS NIM. 431 409 066
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA JURUSAN BIOLOGI 2014
0
PERSETUJUAN PEMBIMBING INDEKS DAN KERAPATAN STOMATA PADA DAUN TUMBUHAN Bougainvillea glabra Chois SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA GORONTALO
OLEH Alfi Darwis NIM. 431 409 066
1
Indeks dan Kerapatan Stomata Pada Daun Tumbuhan Bougainvillea glabra Chois Sebagai Bioindikator Pencemaran Gas Buang Kendaraan Bermotor di Kota Gorontalo 1 Alfi Darwis , N. Y. Kandowangko2, D. W. K. Baderan 2 1) Mahasiswa Jurusan Biologi, 2)Dosen Jurusan Biologi Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo Email :
[email protected] ABSTRAK Alfi Darwis. 2014. Indeks dan Kerapatan Stomata Pada Daun Tumbuhan Bougainvillea glabra Chois Sebagai Bioindikator Pencemaran Gas Buang Kendaraan Bermotor di Kota Gorontalo. Skripsi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan IPA, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. Novri Y. Kandowangko, MP dan Pembimbing II Dr. Dewi W K Baderan M.Si. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks dan kerapatan stomata Bougainvillea glabra Chois akibat gas buang kendaraan bermotor di kota Gorontalo. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode ex post fakto, analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Variabel yang diamati yaitu jumlah stomata, indeks stomata (%) dan kerapatan stomata (mm2). Hasil penelitian menunjukan bahwa Indeks stomata Bougainvillea glabra Chois di Kota Gorontalo untuk jalan Jendral Sudirman sebesar 26,68 % dengan kerapatan stomata sebesar 153,4034 mm2, jalan Panjaitan sebesar 26,18 % dengan kerapatan stomata sebesar 146,1790 mm2, jalan Agus salim sebesar 25,88 % kerapatan stomata sebesar 133,4793 mm2, jalan Taman Bunga sebesar 21,39 % dengan kerapatan stomata sebesar 121,1971 mm2, jalan Gelatik sebesar 21,04 % dengan kerapatan stomata sebesar 113,9904 mm2 dan Lombongo 18,16 % dengan kkerapatan stomata sebesar 100,9633 mm2. Semakin tinggi indeks dan kerapatan stomata maka kualitas udara semakin tercemar, sebaliknya semakin rendah indeks dan kerapatan stomata maka kualitas udara semakin baik. Kata kunci : Bougainvillea glabra Chois, Stomata, Kendaraan Bermotor.
PENDAHULUAN Dewasa ini jumlah kendaraan bermotor terus mengalami peningkatan terutama di negara maju maupun di negara berkembang termasuk Indonesia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2012) diketahui bahwa jumlah kendaraan bermotor di Indonesia dari tahun 1987 sampai 2011 terus meningkat. Untuk tahun 1987 berjumlah 7.981.480 kendaraan bermotor (KB) sedangkan tahun 2011 berjumlah 85.601.351 KB.
2
Banyaknya jumlah kendaraan bermotor juga terjadi di Kota Gorontalo. Pada tahun 2012, jumlah kepadatan kendaraan bermotor Kota Gorontalo khususnya yang melintasi jalan nasional mencapai lebih dari 60.000 kendaraan/hari (Kantor P2JN Gorontalo, 2012). Sementara itu, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, jumlah rata-rata kendaraan yang lewat selama 15 menit pada beberapa titik di kota Gorontalo, yaitu Jalan Jendral Sudirman dengan jumlah kendaraan yang lewat sebanyak 440 KB, Jalan Panjaitan sebanyak 399 KB, Jalan Agus Salim sebanyak 358 KB, Jalan Taman Bunga sebanyak 210 KB, Jalan Gelatik sebanyak 120 KB.
Penghitungan jumlah kendaraan ini
dilakukan peneliti selama 15 menit pada pagi hari pukul 08.00 – 08.15 WITA, 15 menit siang pukul 13.00 – 13.15 WITA dan 15 menit sore hari pada pukul 17.00 – 17.15 WITA. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor dapat mengakibatkan pencemaran udara akibat gas buang yang dihasilkan dari pembakaran mesin. Berdasarkan data dari BALIHRISTI Provinsi Gorontalo 2013, rata- rata jumlah emisi gas buang kendaraan berbahan bakar bensin yang melintasi Jalan Sudirman yaitu gas CO sebesar 0,46 % , CO2 sebesar 13, 90 %, HC sebesar 70 ppm, dan O2 sebesar 0,68 %. Untuk Jalan Panjaitan, rata- rata jumlah emisi gas buang kendaraan berbahan bakar bensin yaitu gas CO sebesar 0,57 % , CO2 sebesar 13, 90 %, HC sebesar 116 ppm, dan O2 sebesar 0,56 %. Siswantoro dkk (2011) menyatakan bahwa komposisi dari gas buang kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin adalah 72% N2, 18,1% CO2, 8,2% H2O, 1,2% Gas Argon (gas mulia), 1,1% O2, dan 1,1% gas beracun yang terdiri dari 0,13% NOx, 0,09% HC, dan 0,9% CO juga Pb. Gas buang yang beracun merupakan sebagian kecil dari volume gas bekas kendaraan bermotor yang menyebabkan polusi udara. Senyawa tersebut bila terhirup oleh mahluk hidup akan mengakibatkan kerusakan organ dan bila melebihi jumlah tertentu akan menyebabkan kematian. Contoh pada manusia, Tugaswati (2010) membuktikan bahwa SO2 dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan, NO2 dapat menyebabkan radang saluran pernafasan, dan gas CO dapat mempengaruhi kerja jantung, system saraf pusat dan juga janin . Dampak
kerusakan
organ
pada
tumbuhan akibat gas buang kendaraan terlihat dari rusaknya mesofil daun
3
khususnya pada jaringan palisade dan stomata. Eka (2006) dalam penelitiannya menunjukan bahwa stomata pada daun Glodogan (Garcinia dulcis) mengalami kerusakan akibat gas buang kendaraan bermotor. Lebih lanjut Eka menjelaskan bahwa apabila
pencemaran udara mengalami peningkatan maka persentase
kerusakan stomata daun Glodogan juga akan mengalami peningkatan, sedangkan jika pencemaran udara mengalami penurunan maka persentase kerusakan stomata daun Glodogan juga akan mengalami penurunan. Lebih lanjut Siregar (2005) menjelaskan bahwa gas yang bersifat toksik masuk melalui stomata dengan proses difusi, sehingga komposisi cairan sel menjadi terganggu dan sel menjadi rusak dan mati. Untuk mengantisipasi timbulnya pencemaran udara yang lebih parah maka perlu dilakukannya pemantauan kualitas udara dengan cara yang sederhana namun tetap efektif dan akurat yaitu dengan menggunakan bioindikator. Bioindikator adalah jenis tumbuhan, hewan, mikroorganisme, yang respon dan kehadirannya berubah karena pengaruh dan kondisi lingkungan (Kovacs dalam Astawan (2011)). Setiap spesies akan merespon perubahan lingkungan sesuai dengan stimulus yang diterimanya. Respon yang diberikan mengindikasi perubahan dan tingkat pencemaran yang terjadi dilingkungan dapat sangat sensitif dan resisten. Bougainvillea glabra Chois merupakan tanaman perdu yang dapat dijadikan sebagai bioindikator pencemaran udara karena mampu menyerap sekitar 41,59 %
gas CO (Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum, 2005) dan gas NO2 sebesar 45,44 % (Nasrullah dalam Santoso 2009). Dengan tingginya penyerapan gas CO dan NO2 diharapkan dapat mengurangi pencemaran udara khususnya di Gorontalo. Tambaru (2011) dalam penelitiannya menemukan bahwa stomata pada jalan yang memiliki intensitas kendaraan yang tinggi memiliki ukuran yang kecil, indeks stomata yang tinggi dan lebar stomata yang kecil, berbeda dengan jalan yang memiliki intensitas kendaraan yang rendah, ukuran stomata besar, indeks stomata lebih rendah dan lebar stomata lebih besar.
4
Tujuan penelitian ini adalah 1)
Untuk mengetahui indeks stomata Bougainvillea glabra Chois akibat gas buang kendaraan bermotor di kota Gorontalo
2)
Untuk mengetahui kerapatan stomata Bougainvillea glabra Chois akibat gas buang kendaraan bermotor di kota Gorontalo
Manfaat penelitian ini adalah : 1)
Menambah wawasan peneliti mengenai dampak yang ditimbulkan gas sisa buang kendaraan bermotor terhadap
indeks
dan struktur kerapatan
stomata pada tumbuhan Bougainvillea glabra Chois. 2)
Sebagai bahan informasi bagi pembaca mengenai peran tumbuhan Bougainvillea glabra Chois sebagai bioindikator pencemaran udara.
3)
Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pelajaran pada mata kuliah anatomi tumbuhan dan fisiologi tumbuhan.
4)
Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan dari bulan Oktober-
Desember 2013. Titik pengamatan berdasarkan jumlah kepadatan kendaraan yang lewat yaitu Jalan Jendral Sudirman dengan jumlah kendaraan yang lewat selama 15 menit rata-rata sebanyak 440 KB, Jalan Panjaitan sebanyak 399 KB, Jalan Agus Salim sebanyak 358 KB, Jalan Taman Bunga sebanyak 210 KB, Jalan Gelatik sebanyak 120 KB dan kawasan Lombongo sebagai pembanding dengan kondisi yang tidak pernah dilalui kendaraan. Populasi dalam penelitian ini adalah tumbuhan Bougainvillea glabra Chois, dan sampel dalam penelitian ini yaitu daun tumbuhan Bougainvillea glabra Chois yang sudah dewasa sebanyak 10 helai untuk 1 pohon,yang diambil pada tiga titik di setiap jalan, sedangkan yang menjadi obyek dalam penellitian ini adalah stomata dari tumbuhan Bougainvillea glabra Chois. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan ex post facto. Yaitu meneliti sebab-akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi perlakuan oleh peneliti.
5
Alat – alat penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a)
Mikroskop sebagai alat untuk mengamati langsung stomata,
b)
Gelas benda dan penutup yang digunakan untuk meletakan preparat yang akan di amati
c)
Tisu yang berfungsi untuk membersihkan daun dari kotoran,
d)
Gunting digunakan untuk memotong daun menjadi bagian – bagian yang kecil,
e)
Pinset digunakan untuk mengambil isolasi yang nantinya akan di amati dan
f)
Kamera sebagai alat untuk mengambil gambar/dokumentasi
Bahan- bahan penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alkohol 70%, kertas label, dan kutek transparan (merek pixy). Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, dilakukan pengamatan langsung pada obyek yang akan diteliti di laboratorium, yaitu dengan melihat indeks kerapatan stomata dan jumlah stomata pada tumbuhan Bougainvillea glabra Chois. Metode pembuatan preparat untuk melihat stomata adalah metode replika sbb: 1.
10 helai daun pada setiap titik di tiap ruas jalan yang sudah diambil, dibersihkan permukaan atas dan
bawahnya dengan menggunakan
tisu
untuk menghilangkan debu/kotoran. 2. 3.
Daun dipotong menjadi ukuran kecil (2cm X 2 cm)
Potongan-potongan kecil tersebut kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia yang telah berisi dengan alcohol 70 % (memfiksasi). Perendaman dilakukan selama 24 jam.
4.
Setelah direndam, sampel dibiarkan selama 15 menit sampai kering.
5.
Setelah kering, sampel diolesi dengan kutek transparan, dibiarkan 30 menit, hingga kering.
6.
Olesan yang sudah kering dikelupas/diambil pelan-pelan dengan menggunakan pinset, lalu ditempelkan pada gelas benda
6
7.
Olesan diratakan dan diberi label pada sebelah kiri dengan keterangan jenis tanamannya.
8.
Pengamatan jumlah stomata per bidang pandang menggunakan mikroskop dengan perbesaran (40 x 10) Data yang didapat kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Adapun rumus
yang digunakan untuk menentukan indeks dan kerapatan stomata yaitu : Indek Stomata =
Σ Σ
Kerapatan Stomata =
Σ Σ
X 100
(Andini 2011)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran lokasi penelitian Lokasi pengambilan sampel dilakukan pada 6 (Enam) lokasi yaitu Jalan Jendral Sudirman, Jalan Panjaitan , Jalan Agus Salim, Jalan Taman Bunga, Jalan Gelatik dan kawasan Lombongo. Berdasarkan data dari BALIHRISTI Provinsi Gorontalo 2013, rata- rata jumlah emisi gas buang kendaraan berbahan bakar bensin yang melintasi Jalan Sudirman yaitu gas CO sebesar 0,46 % , CO2 sebesar 13, 90 %, HC sebesar 70 ppm, dan O2 sebesar 0,68 %. Untuk Jalan Panjaitan, rata- rata jumlah emisi gas buang kendaraan berbahan bakar bensin yaitu gas CO sebesar 0,57 % , CO2 sebesar 13, 90 %, HC sebesar 116 ppm, dan O2 sebesar 0,56 %. Hasil Penelitian Tabel 1 Rata-rata indeks stomata Bougainvillea glabra Chois di setiap titik Rata - Rata Indeks Stomata Di Setiap NO
JALAN
Titik
Rata - Rata (%)
Titik 1
Titik 2
Titik 3
(%)
(%)
(%)
1
Jendral Sudirman
24,19
23,86
32
26,68
2
Panjaitan
29,79
24,1
24,66
26,18
3
Agus Salim
28,59
23,32
25,73
25,88
4
Taman Bunga
19,68
21,29
23,22
21,39
5
Gelatik
21,71
21,41
19,09
21,04
6
Lombongo
17,53
18,62
18,34
18,16
(Sumber : Data Primer 2013)
7
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa lokasi yang memiliki Indeks Stomata dengan nilai ratarata tertinggi adalah dijalan Jendral Sudirman dengan nilai rata-rata 26,68 %, kemudian Jalan Nani Wartabone (Eks Jln Panjaitan) dengan nilai 26,18 %, Jalan H.B Jasin (Eks Jln Agus Salim) dengan nilai 25,58 %, Jalan Taman Bunga sebesar 21,39 %, Jalan Gelatik 21,04 % dan Lombongo dengan nilai 18,16 %. Berbedanya nilai rata-rata disebabkan adanya perbedaan antara jumlah stomata dan epidermis pada setiap jalan tersebut. Jumlah stomata dan epidermis menentukan indeks stomata. Sedangkan jumlah stomata dan epidermis berbeda akibat respon yang diberikan terhadap gas buang kendaraan kendaraan bermotor. Kerapatan stomata didapat dengan cara membagikan jumlah stomata dengan luas bidang pandang. Adapun luas bidang pandang didapat dengan menggunakan rumus : Luas bidang pandang = ¼ π d 2 Dik : π = 3.14 d = 0,522 = ¼ x 3,14 x 0,522 = ¼ x 3,14 x (0,2704) = ¼ x 0,849056 = 0,212267 mm Untuk hasil kerapatan stomata Bougainvillea glabra Chois disajikan pada tabel 2 berikut : Tabel 2. Rata-rata kerapatan stomata Bougainvillea glabra Chois di setiap titik NO
1
JALAN Jendral Sudirman
Rata - Rata Kerapatan Stomata Di Setiap Titik 2
2
2
Titik 1 (mm )
Titik 2 (mm )
Titik 3 (mm )
132,8512
131,3801
195,979
Rata - Rata (mm2)
153,4034
2
Panjaitan
175,2502
133,3223
129,9646
146,1790
3
Agus Salim
135,6778
127,198
137,5622
133,4793
104,1137
120,6022
138,8756
4
Taman Bunga
121,1971
5
Gelatik
121,0737
110,2383
110,6594
113,9904
6
Lombongo
99,4027
102,2291
101,2582
100,9633
(Sumber : Data Primer 2013) Dari tabel 2 di atas, dapat dilihat bahwa lokasi yang memiliki nilai rata-rata Kerapatan Stomata tertinggi adalah dijalan Jendral Sudirman dengan nilai rata-rata 153,4034 mm2 kemudian Jalan Panjaitan dengan nilai 146,1790 mm2, Jalan Agus Salim dengan nilai 8
133,4793 mm2, Jalan Taman Bunga sebesar 121,1971 mm2, Jalan Gelatik 113,9904 mm2 dan Lombongo dengan nilai 100,9633 mm2. Berbedanya nilai rata-rata tiap jalan dikarenakan adanya perbedaan jumlah stomata pada tiap jalan tersebut seperti yang telah diketahui bahwa kerapatan stomata dipengaruhi oleh jumlah stomata. Gambar Hasil Pengamatan Gambar hasil pengamatan stomata di sajikan sebagai berikut : 1
2 Gambar 1 dan 2. Stomata B. glabra Chois pada jalan Sudirman (kiri) dan jalan Taman Bunga (kanan)
2 1
Gambar 3 dan 4. Stomata B. glabra Chois pada jalan Agus Salim (kiri) dan jalan Gelatik (kanan)
1
2 Gambar 5 dan 6 Stomata B. glabra Chois pada jalan Panjaitan (kiri) dan kawasan Lombongo (kanan) Keterangan : Gambar menggunakan perbesaran 40 x 10 : 1
: Stomata
2
: Sel tetangga
9
Pembahasan Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa intensitas kendaraan mempengaruhi indeks dan kerapatan stomata Bougainvillea glabra Chois yang berada di Jalan Jendral Sudirman, Jalan Panjaitan, Jalan Agus Salim, Jalan Taman Bunga, Jalan Gelatik dan Lombongo. Jalan Jendral Sudirman merupakan jalan yang memiliki 2 perempatan dengan Trafiek Light. Jumlah kendaraan yang melalui jalan tersebut selama 15 menit rata- rata 440 kendaraan bermotor (KB). Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa indeks stomata Bougainvillea glabra Chois pada jalan ini rata-rata sebesar 26,68 %. Nilai indeks stomata ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan indeks stomata pada jalan lain. Banyaknya jumlah kendaraan yang melintasi jalan ini mengakibatkan emisi gas buang yang dihasilkan berupa gas SO2 dan NO2 mengalami peningkatan. Walaupun gas SO2 dan NO2 di bawah ambang batas baku mutu ambien tetapi apabila berinteraksi secara aditif atau sinergistik pada daun Bougainvillea glabra Chois dapat menyebabkan kerusakan stomata. Rusaknya stomata dapat dilihat dengan bertambahnya jumlah, indeks dan kerapatan stomata. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rushayati (2005) “pada daun Kenari (Canarium commune L) dan daun Akasia (Acacia mangium Willd) didapati hasil bahwa daun yang diberi paparan emisi gas buang kendaraan berbeda nyata dilihat dari adanya bintik-bintik hitam pada daun. Selain itu, semakin lama daun terkena paparan emisi gas buang, maka jumlah stomata akan semakin banyak dan kerapatan stomata semakin besar. Selain anatomi, morfologi daun pada jalan
ini juga terlihat berbeda, yaitu
luas
permukaan daun yang kecil dan warna daun lebih kekuning-kuningan. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa gas buang kendaraan bermotor yang tidak terbakar sempurna akan menghasilkan gas Karbon Monoksida (CO). CO bersama Ozon (O) akan bergabung dan membentuk kabut fotokimia yang dapat merusak tanaman dan dapat dilihat dari warna daun yang tampak pucat karena sel-sel yang berada dipermukaan menjadi mati. (Siregar, 2005) Selain jalan Jendral Sudirman, jalan lain yang juga memilki indeks stomata yang tinggi yaitu jalan agus salim dengan rata-rata indeks stomata sebesar 25,88 % dan jalan panjaitan sebesar 26,18 %. Hal ini dikarenakan kedua jalan tersebut juga memliki intensitas kendaraan yang banyak. Untuk jalan Agus salim, jumlah kendaraan yang lewat selama 15 menit ratarata 358 dengan dengan jumlah persimpangan yang memiliki Trafiek Light lebih dari 2 sehingga membuat stomata Bougainvillea glabra Chois yang ada di pinggiran jalan ini melakukan respon dengan meningkatnya jumlah . Sedangkan jalan Panjaitan merupakan jalan yang padat karena menghubungkan dengan pusat perbelanjaan. Jumlah kendaraan yang lewat
10
selama 15 menit rata-rata 399. Selain itu terdapat SPBU yang kadang membuat kemacetan lalu lintas. Jalan Taman Bunga dan Gelatik memiliki indeks stomata yang rendah, hal ini dikarenakan jumlah kendaraan yang melewati jalan ini juga rendah, untuk jalan Taman Bunga indeks stomata sebesar 21,39 %, rata-rata jumlah kendaraan sebanyak 210 sedangkan untuk jalan Gelatik indeks stomata sebesar 21,04 % dengan rata-rata jumlah kendaraan 120. Rendahnya jumlah kendaraan membuat tumbuhan khususnya Bougainvillea glabra Chois yang ada disekitar jalan ini tumbuh dalam keadaan normal. Lombongo merupakan kawasan yang termasuk kawasan cagar alam Nani Wartabone. Tempatnya yang jauh dari pusat kota membuat kendaraan yang melewatinya sangat rendah. Untuk indeks stomata Bougainvillea glabra Chois yang berada dikawasan ini sangat rendah hanya 18,16% . Hal ini dikarenakan tingkat pencemaran yang disebabkan oleh gas buang kendaraan juga masih rendah. Selain anatomi, karakter morfologi daun tanaman ini juga terlihat normal dengan lebar daun dan warna daun yang lebih hijau. Dilihat dari tabel 2, rata-rata kerapatan stomata pada 6 ruas jalan terdapat perbedaan. Di jalan Jendral Sudirman kerapatan stomata Bougainvillea glabra Chois adalah 153,4134 mm2 , Jalan Agus Salim 133,4793 mm2, Jalan Panjaitan 146,1790 mm2, Jalan Taman Bunga 121,1971 mm2, jalan Gelatik 113,9904 mm2 dan Lombongo sebesar 100,9633 mm2. Ditinjau dari intensitas kepadatan kendaraan, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, ke 6 lokasi ini memiliki intensitas kendaraan yang berbeda. Jalan yang memiliki intensitas kendaraan yang banyak maka kerapatan stomata juga akan meningkat dikarenakan gas buang yang dihasilkan juga memiliki jumlah yang banyak. Siregar (2005) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa gas buang yang mengandung senyawa bersifat toksik berupa CO2,, NO2. H2,Pb, Hidrokarbon dan SO2. Senyawa-senyawa ini biasanya bergabung dengan partikel debu kemudian
masuk kedalam daun melalui proses difusi dan akan menutup mulut daun
sehingga anatomi daun akan berubah (memberikan respon). Salah satu respon yang diberikan daun akibat gas buang kendaraan yaitu meningkatnya jumlah stomata. Meningkatnya jumlah stomata, maka kerapatan stomata juga akan ikut meningkat. Sebab kerapatan stomata dipengaruhi oleh jumlah stomata. Semakin banyak jumlah stomata maka semakin besar juga kerapatan stomata. Sebaliknya semakin sedikit jumlah stomata maka kerapatan stomata juga semakin rendah.
11
PENUTUP Simpulan 1.
Indeks stomata Bougainvillea glabra Chois di Kota Gorontalo untuk jalan Jendral Sudirman Indeks stomata sebesar 26,68 %, jalan Panjaitan sebesar 26,18 %, jalan Agus salim sebesar 25,88 %, jalan Taman Bunga sebesar 21,39 %, jalan Gelatik sebesar 21,04 % dan Lombongo 18,16 %.
2.
Kerapatan stomata Bougainvillea glabra Chois di jalan Jendral Sudirman sebesar 153,4034 mm2, kemudian jalan Panjaitan sebesar 146,1790 mm2, jalan Agus salim sebesar 133,4793 mm2, jalan Taman Bunga sebesar 121,1971 mm2, jalan Gelatik sebesar 113,9904 mm2 dan Lombongo sebesar 100,9633 mm2.
3.
Bougainvillea glabra Chois dapat dijadikan sebagai bioindikator pencemaran udara dengan melihat indeks dan kerapatan stomata. Semakin tinggi indeks dan kerapatan stomata maka kualitas udara semakin tercemar, sebaliknya semakin rendah indeks dan kerapatan stomata maka kualitas udara semakin baik.
Saran Perlu mengadakan penelitian lanjutan tentang indeks dan kerapatan stomata untuk jenis tanaman lain dengan mengukur faktor lingkungan, mengingat penelitian ini terbatas pada tanaman yang sama dan faktor lingkungan yang dilihat hanya emisi gas buang kendaraan bermotor. DAFTAR PUSTAKA Anonim 1. 2009. Emisi Gas Buang Mobil Yang Berbahan Bakar Bensin. (Online).Tersedia di :http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/industrialtechnology/2009/Art ikel_21402217.pdf. Diakses tanggal 15 januari 2012 Astawan. 2011. Bunga Matahari (Helianthus annuus) sebagai Bioindikator Pencemaran Udara. (Online). Tersedia di : http://repository.upi.edu/operator/upload/s_bio_0708802_chapter2.pdf. Diakses tanggal 15 Januari 2012 Andini N Astri. 2011. Anatomi Jaringan Daun Dan Pertumbuhan Tanaman Celosia cristata, Catharanthus roseus, dan Gomphrena globosa Pada Lingkungan Udara Tercemar. (Online). Jurnal Tersedia di : repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/.../G11ana.pdf?...1 Diakses tanggal 15 Januari 2012 Badan Pusat Statistik Indonesia, 2012. Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Menurut Jenis tahun 1987-2011. (Online). Tersedia di : http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&id_subyek=17¬ab=12. Diakses tanggal 13 November 2013
12
BALIHRISTI, 2013. Data Emisi Gas Sri. 2011. Jumlah dan Distribusi Stomata pada Daun Beberapa Spesies Tanaman Dikotil dan Monokotil. (Online). Tersedia di : http Buang Kendaraan Bermotor Pada Beberapa Ruas Jalan Di Kota Gorontalo Eka I Karma, Arief Husin. 2006. Interaksi kadar pb dalam daun Dengan persentase kerusakan stomata Tanaman Glodogan (Garcinia dulcis). (Online) Artikel. Tersedia di : repository.ump.ac.id/.../ARTIKEL%20II%20iNTEraksi..kadar..Pb.dalamdaundenga npersentasekerusakanstoamata%20glodogan.pdf?...5 Di akses tanggal 06 Januari 2013 Haryanti://eprints.undip.ac.id/34503/1/3._Jumlan_dan_Distribusi_Stomatai_Dikotil_dan_Mo nokotil_%28sri_haryanti%29.pdf. Diakses tanggal 23 November 2012 Kantor P2JN Gorontalo. 2012. Traffic Summary Report. Kantor P2JN Gorontalo. 2012 Rushayati Badriyah Siti, Maulana Resky. 2005. Respon Pertumbuhan Serta Anatomi Daun Kenari (Canarium commune L) Dan Akasia (Acacia mangium Willd) Terhadap Emisi Gas Kendaraan Bermotor. (Online). Journal. Tersedia di : http://journal.ipb.ac.id/index.php/konservasi/article/viewFile/2210/1235. Diakses tanggal 15 Januari 2012 Siregar Mulya Edi Batara. 2005. Pencemaran Udara Respon Pada Tumbuhan Dan Pengaruhnya Pada Manusia. (Online). Tersedia di : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1001/1/hutan-edi%20batara13.pdf. Diakses tamggal 15 Januari 2012 Siswantoro, Lagiyono, Siswiyanti, 2012. Analisa Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor 4 Tak Berbahan Bakar Campuran Premium Dengan Variasi Penambahan Zat Aditif. (Online), Tersedia di : http://ejournal.upstegal.ac.id/index.php/eng/article/download/117/123. Diakses tanggal 13 November 2013 Tambaru Elis, Samuel A. Paembonan, Djamal Sanusi, dan Anwar Umar, 2011. Karakter morfologi dan tipe stomata daun beberapa jenis Pohon penghijauan hutan kota di kota Makassar. (Online). Tersedia di : http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/3d418deec0370edfa5c12def13aa68da.pdf. Diakses tanggal 23 September 2012 Tim Kerja Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum. 2005. Penghijauan Sebagai Pereduksi CO2 Di Perumahan_Studi Kasus Bandung-Cirebon. (Online). Tersedia di : sim.nilim.go.jp/GE/SEMI6/Paper/03-EH.doc. Diakses tanggal 15 Januari 2012 Tugaswati, Tri. 2004. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Dampaknya Bagi Kesehatan. (Online). Tersedia di : http://ebookbrowse.com/emisi-gas-buangbermotor-dampaknya-terhadap-kesehatan-pdf-d20042239. Diakses tanggal 15 januari 2012
13