PENGGUNAAN MODEL SNOWBALL THROWING DAN VIDEO ANALYSIS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DI SLTP NEGERI 2 GORONTALO Sutarjo Paputungan (Guru Pend. Agama Islam di SMP Negeri 2 Gorontalo) ABSTRAK Sasaran utama ilmu pembelajaran adalah melakukan strategi pembelajaran yang optimal untuk mendorong prakarsa dan memudahkan belajar peserta didik. Ilmu ini dipandang dari segi ilmu terapan yang menjembatani teori belajar dan praktek pembelajaran. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu pembelajaran menaruh perhatian dalam upaya meningkatkan pemahaman dan memperbaiki proses pembelajaran. Model pembelajaran yang dianggap relevan untuk mengoptimalkan aktifitas belajar peserta didik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam khususnya materi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan Islam melalui model snowball throwing dan video analysis, selain itu peserta didik berpeluang belajar karena melihat langsung tayangan video materi yang sedang dipelajari serta diberikan banyak waktu untuk menganalysis materi yang sedang dipelajari dan bertukar pikiran dengan peserta didik yang lain sebelum ide mereka dikemukakan di depan kelas. Kata Kunci: Model Snowball Throwing, Video Analysis, Hasil Belajar.
A. Pendahuluan Pembelajaran mata pelajaran pendidikan agama Islam menghendaki agar peserta didik dapat menguasai materi yang diajarkan dengan baik agar peserta didik dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi berdasarkan penelitian penulis dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 2 Gorontalo ditemukan permasalahan dalam pembelajaran antara lain peserta didik cenderung kurang siap belajar, rendahnya kemampuan peserta didik menjawab pertanyaan yang diajukan oleh sesama teman, dan pertanyaan dari guru, selama ini pembelajaran materi sejarah hanya pada tataran konsep tidak pada pemahaman dan bentuk video sehingga peserta didik mampu memahami dan mengetahui sejarah. Peserta didik juga cenderung diam diri tanpa ada yang berani mengajukan pertanyaan atau menjawab pertanyaan yang diajukan, baik secara klasikal maupun individual, akibanya kemampuan peserta didik menguasai materi cenderung kurang, sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar. Sebagai gambaran nilai rata-rata peserta 3 didik kelas VIII- SMP Negeri 2 Gorontalo Tahun Pelajaran 2010/2011 pada mata pelajaran pendidikan agama Islam tidak mengalami peningkatan yang berarti yakni dengan daya serap rata-rata 68,91 dan peserta didik yang dinyatakan tuntas belajar dengan nilai 80 keatas kurang dari 70 % dari keseluruhan peserta didik. Angka tersebut tidak jauh berbeda dengan capaian pada tahun pelajaran 2013/2014 yang hanya mencapai rata-rata daya serap 69.43 dengan ketuntasan 72%. Rendahnya daya serap peserta didik sebagaimana yang telah diuraikan di atas indikator bahwa strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam perlu diefektifkan lagi terutama menyangkut metode dan
model pembelajaran. Dengan permasalahan ini maka jelas sangat diperlukan model pembelajaran baru yang mampu mengatasi permasalahan rendahnya hasil belajar peserta didik. Diantara model pembelajaran yang dianggap relevan untuk mengoptimalkan aktifitas belajar peserta didik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam khususnya materi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan Islam melalui model snowball throwing dan video analysis, selain itu peserta didik berpeluang belajar karena melihat langsung tayangan video materi yang sedang dipelajari serta diberikan banyak waktu untuk menganalysis materi yang sedang dipelajari dan bertukar pikiran dengan peserta didik yang lain sebelum ide mereka dikemukakan di depan kelas. Kondisi sebagaimana yang telah diuraikan di atas memungkinkan bahkan mengharuskan mereka belajar dengan baik dalam kelompok, sehingga pada akhirnya diharapkan berdampak pada peningkatan hasil belajar peserta didik. Berdasarkan permasalahan di atas maka teridentifikasi masalah peserta didik cenderung kurang siap belajar, masih rendahnya kemampuan peserta didik dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik yang diberikan kesempatan untuk bertanya, masih rendahya daya serap peserta didik pada materi ini. Oleh karena itu, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut “Apakah hasil belajar peserta didik 3 kelas VIII- SMP Negeri 2 Gorontalo pada materi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan Islam dapat ditingkatkan dengan menerapkan pembelajaran model snowball throwing dan video analysis? Untuk memudahkan pemecahan masalah yang telah dikemukakan dalam rumusan masalah, maka dapat diterapkan pembelajaran model snowball throwing dan video analysis dengan cara sebagai berikut :
125
Secara umum, prosedur model ini meliputi: 1. Guru Menyiapkan materi yang akan disajikan, : Guru memutar Video dan meminta seluruh peserta didik agar menganalisis materi yang ditayangkan 2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memangil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi Setelah guru menyampaikan materi yang akan dibahas kepada peserta didik, kemudian dibentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas. Misalnya jumlah peserta didik 40 orang, maka guru akan membentuk 5 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 8 orang yang selanjutnya 1 orang sebagai ketua kelompok sehingga dalam kelas tersebut terdapat 5 orang ketua kelompok 3. Ketua kelompok ini kemudian dipangil oleh guru pengajar untuk dijelaskan secara detail tentang Indikator materi dan langkah-langkah kegiatan selanjutnya. Gambar 1 Pembentukan Kelompok Peserta Didik
4. Ketua kelompok kembali ke kalompoknya masingmasing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. Masing-masing ketua kelompok menyampaikan materi dan langkah-langkah yang telah dijelaskan oleh guru kepada teman-temannya yang ada dikelompoknya sehingga diharapkan setiap peserta didik dapat memahami materi pembelajaran yang akan dibahas pada hari itu. Gambar 2 Ketua kelompok menjelaskan materi kepada teman-temannya.
126
5. Kemudian masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua Kelompok. Setiap peserta didik diharuskan untuk menulis satu pertanyaan yang terkait dengan materi yang telah dijelaskan oleh guru melalui ketua kelompok sehingga dengan demikian diharapkan, setiap peserta didik telah mengerti tentang materi yang akan dibahas. Seorang peserta didik akan sulit menulis satu pertanyaan apabila tidak memperhatikan tayangan Video dan tidak mempelajari materi sebelumnya. sehingga dengan demikian setiap peserta didik secara tidak langsung telah diajak oleh guru untuk berfikir tentang materi tersebut. Sehingga dalam materi ini akan muncul 40 pertanyaan dari para peserta didik. 6. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain selama + 10 menit, Kertas yang berisi pertanyaan tersebut digulung seperti bola dan dilempar secara acak oleh peserta didik satu kepada peserta didik lainnya sehingga diharapkan setiap peserta didik akan memiliki sebuah pertanyaan yang telah diajukan oleh temantemannya dari kelompok lain. 7. Setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. Pada kesempatan ini diharapkan agar semua pertanyaan dapat dijawab dan apabila waktu yang tersedia terbatas, maka perlu dilakukan pemilihan secara acak dengan memanfaatkan kelompok yang diangap siap yang telah terbentuk.
B. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu bentuk pengalaman yang diterima oleh seseorang dari berbagai objek yang diamati dari suatu pengamatan dan pembelajaran. Hakikat hasil pembelajaran berkaitan erat dengan tujuan belajar yang berarti menyatakan bahwa salah satu kategori hasil belajar yakni pengalaman dan penampilan yang dapat diamati secara langsung. Menurut Sardiman, (2011:28-29) menyimpulkan bahwa hasil belajar meliputi : (1) Hal Ikhwal keilmuan dan pengetahuan konsep atau Fakta (kognitif), (2) Hal ikhwal personal, kepribadian atau sikap (afektif), dan (3) hal ikhwal kelakuan, keterampilan atau penampilan (psikomotorik). Belajar dapat diartikan sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Bentuk perilaku baru dapat berupa sesuatu yang kongkrit dan juga non kongkrit, disebut dengan “hasil belajar”. Dimyati dan Mudjiono (2006:26) hasil belajar merupakan capaian peserta didik dalam evaluasi yang diadakan setelah kegiatan pembelajaran yang ditandai dengan nilai.
Uraian di atas mengisyaratkan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai perolehan peserta didik setelah menjalani kegiatan belajar, namun dapat juga diartikan prestasi yang dihadapi, dilaksanakan maupun dikerjakan, yang ditandai dengan nilai. Hasil belajar dapat diartikan secara luas berdasarkan konsepsi yang digunakan, secara luas belajar dikembangkan berdasarkan taksonomi yang diajukan Bloom. Berdasarkan taksonomi Bloom, maka hasil belajar dapat diuraikan atas tiga komponen ranah atau kawasan, Imron (1996:136) menyebutkan tiga ranah yakni : a. Ranah Kognitif yang terdiri dari 6 (enam) aspek, yaitu : 1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip dan metode. 2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari. 3) Aplikasi, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi kenyataan yang ada dan baru, misalnya menggunakan prinsip. 4) Analisis mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik, misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil. 5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola bar, misalnya kemampuan menyusun suatu program kerja. 6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu, misalnya kemampuan menilai hasil karangan. b. Ranah Afektif meliputi 5 (lima) aspek, yaitu : 1) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu, tentang kesediaan memperhatikan hal tersebut, misalnya kemampuan mengakui adanya perbedaanperbedan. 2) Pemberian tanggapan, yang mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan, misalnya mematuhi aturan dan berpartisipasi dalam suatu kagiatan. 3) Pemberian nilai, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap, misalnya menerima pendapat orang lain. 4) Pengorganisasian, yang mencakup kemampuan bentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan sebagi pegangan hidup, misalnya menempatkan nilai dalam suatu skala nilai dan dijadikan pedoman bertindak secara bertanggung jawab. 5) Karakterisasi dengan suatu nilai, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuk menjadi pola nilai kehidupan
pribadi, misalnya kemampuan mempertimbangkan menunjukkan tindakan yang disiplin. c. Ranah Psikomotor meliputi 6 (enam) aspek, yaitu : 1) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milah hal-hal secara khas dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut, misalnya pemilihan warna, angka atau huruf. 2) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini mencakup kemampuan jasmania dan kemampuan rohania, misalnya posisi star lomba lari. 3) Respon terpimpin, yang mencakup kemampuan melaksanakan gerakan sesuai contoh, atau gerakan peniruan, misalnya meniru gerak tari, membuat lingkaran diatas pola. 4) Respon nyata yang kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien dan tepat, misalnya bongkar pasang peralatan secara tepat. 5) Penguasaan, yang mencakup kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dan persyaratan khusus yang berlaku, misalnya keterampilan bertanding. 6) Penciptaan, yang mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa sendiri, misalnya kemampuan membuat tari kreasi baru. Selanjutnya, Darsono (2000:15) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan. Setelah belajar peserta didik memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai, timbulnya nilai tersebut adalah dari stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh peserta didik, hasil belajar peserta didik merupakan kemampuan peserta didik yang akan dicapai sebagai berikut: a. Kemampuan verbal adalah kemampuan untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa baik lisan maupun tertulis, pemilihan informasi verbal memungkinkan individu berperan dalam kehidupan. b. Kemampuan keterampilan intelektual, adalah kepekaan yang berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. c. Kemampuan kognitif, adalah kemampuan menyalur dan mengarahkan kognitifnya sendiri, kemampuan ini meliputi konsep dan kaidah dalam pemecahan masalah. d. Keterampilan motorik, adalah kemampuan serangkaian gerak jasmani antara koordinasi otak dengan tubuh. Sehingga terwujudnya otomatisme gerak jasmani.
127
e. Kemampuan sikap, adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilain terhadap objek tersebut. Jadi Hasil belajar akan melekat pada peserta didik dalam bentuk keterampilan intelektual,dan sikap. Sudjana (1989 : 56) menyatakan bahwa, peserta didik dengan hasil belajar optimal yang dicapai melalui proses pembelajaran cenderung menunjukkan respon positif seperti berikut ini : 1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar pada diri peserta didik. 2) Menumbuhkan keyakinan dan kemampuan bagi dirinya, artinya dia tahu kemampuan dirinya, dan percaya bahwa ia punya potensi yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagai mana harusnya. 3) Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya, seperti akan lama dalam ingatannya, membentuk perilaku, bermanfaat untuk memperoleh aspek lain dapat digunakan alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lainnya. 4) Hasil belajar peserta didik dapat diperoleh peserta didik secara menyeluruh (komprehensif) yakni mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. 5) Kemampuan peserta didik untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutama dalam hasil yang dicapainya maupun menilai proses usaha belajarnya. Menurut penulis dari uraian di atas, mengisyaratkan bahwa hasil belajar merupakan salah satu faktor penting untuk mengukur keberhasilan seseorang dalam belajar yang berupa kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar. Dengan demikian hasil belajar dapat diartikan sebagai kemampuan peserta didik dalam belajar sehingga memiliki pengalaman dalam bentuk penguasaan terhadap ilmu pengetahuan serta memiliki perubahan sikap dan keterampilan sebagai hasil usaha yang dilakukannya. Selain itu, dengan hasil belajar yang diperoleh maka guru akan mengetahui apakah metode ataupun model pembelajaran yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika sebagian besar peserta didik memperoleh angka jelek pada penilaian yang diadakan, mungkin hal ini disebabkan oleh pendekatan atau metode dan model pembelajaran yang digunakan kurang tepat. Apabila demikian halnya, maka guru harus mawas diri dan mencoba mencari metode dan model pembelajaran lain dalam mengajar. Hasil belajar juga merupakan cerminan kualitas suatu sekolah (Arikunto, 2005). C. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Peserta Didik Makmun (dalam Mulyasa, 2005:190-191) mengemukakan komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran, dan berpengaruh terhadap
128
hasil belajar, adalah : (1) Masukan Mentah raw-input, menunjuk pada karakteristik individu yang mungkin dapat memudahkan atau justru menghambat proses pembelajaran, (2) Masukan instrumental, diperlukan seperti guru, metode, bahan atau sumber dan program, (3) Masukan Lingkungan, yang menunjuk pada situasi, keadaan fisik dan suasana sekolah, serta hubungan dengan pengajar dan teman. Belajar harus memiliki tujuan yang jelas, di dasari motivasi dari dalam dirinya sehingga peserta didik melakukan belajarnya secara aktif. Dengan demikian peserta didik mampu menggunakan cara berfikir secara kritis disamping itu peserta didik mampu menerapkan ilmu dalam praktek sehari-hari. Proses dan hasil belajar peserta didik secara umum di pengaruhi dua kategori, yaitu faktor internal dan ekternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar. Syah 1999:144-146 mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi belajar, yakni : 2.1.2.1 Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang berasal dari diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu, faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis. a. Faktor Fisiologis Faktor fisiologis yang berhubungan dengan kondisi fisik individu, faktor ini dibedakan menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi aktifitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Kedua, keadaan fungsi jasmani / fisiologi, selama proses belajar berlangsung yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun peserta didik perlu menjaga panca indra dengan baik. Kondisi fisik yang normal ini terutama meliputi keadaan otak, panca indera, anggota tubuh. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, maka kita harus menjaga kesehatan jasmani serta mengkonsumsi makanan yang bergizi dan lain sebagainya. b. Faktor Psikologis Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologi seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses belajar adalah sebagai berikut : 1. Kecerdasan/Intelegensi Peserta Didik Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam merealisasikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang cepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun jika dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang sangat penting dibandingkan dengan yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pendali tertinggi
executive control dari hampir seluruh aktivitas manusia. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar peserta didik, karena itu menentukan kualitas belajar peserta didik, semakin tinggi intelegensi seseorang, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar, sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. 2. Motivasi Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar peserta didik. Motivasilah yang mendorong peserta didik ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat. Menurut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang peserta didik yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca bukan hanya menjadi aktivitas kesenangannya, tapi bisa juga telah menjadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung dari motivasi dari luar ekstrinsik. 3. Minat Secara sederhana minat interest berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber, minat bukanlah istilah populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan. Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. 4. Sikap Dalam proses belajar, sikap individu dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajarnya, sikap adalah segala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan atau mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebagainya baik secara positif maupun negatif. 5. Bakat Faktor psikologi lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat, secara umum, bakat Aptitude didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang, berkaitan dengan belajar bakat didefinisikan sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang peserta didik untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu kmponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya maka bakat itu akan
mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil. 2.1.2.2 Faktor Eksternal Selain faktor intrinsik, faktor ekstrinsik juga dapat mempengaruhi proses belajar peserta didik antara lain : 1. Lingkungan Sosial a. Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, tenaga administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang peserta didik. hubungan harmonis antara ketiganya dapat memberikan motivasi bagi peserta didik untuk belajar lebih baik di sekolah. b. Lingkungan sosial masyarakat, kondisi masyarakat tempat tinggal peserta didik akan mempengaruhi belajar peserta didik. Lingkungan peserta didik yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar dapat mempengaruhi aktivitas belajar peserta didik, paling tidak peserta didik kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya. c. Lingkungan Sosial Keluarga, lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar peserta didik. Hubungan antara anggota keluarga, orang tua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu peserta didik melakukan aktivitas belajar dengan baik. 2. Lingkungan Non Sosial a. Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau atau tidak terlalu gelap, seasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor yang dapat mempengaruhi belajar peserta didik, sebaliknya bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat. b. Faktor Instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan menjadi dua macam. Pertama, hardware seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua, software seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi dan lain sebagainya. c. Faktor Materi Pelajaran, faktor ini hendaknya disesuaikan dengan faktor usia perkembangan peserta didik begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan peserta didik. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar peserta didik, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai
129
metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi peserta didik. 2.1.2.3 Faktor pendekatan belajar Pendekatan belajar, dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan guru dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. D. Penggunaan Metode Snowball Throwing dan Video Analysis dalam Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Snowball artinya bola salju sedangkan Throwing artinya melempar, jadi Snowball Throwing adalah melempar bola salju, dimana metode Snowball Throwing adalah paradigma pembelajaran efektif yang merupakan rekomendasi Unesco, yaitu belajar mengetahui, Learning to know, Belajar bekerja Learning to do, Belajar hidup bersama Lerning to live together dan Belajar menjadi diri sendiri Learning to be. Model pembelajaran video analysis adalah model yang menjadikan video sebagai media pembelajaran lalu melakukan analysis terhadap pesan yang terdapat dalam tayangan video tersebut. Model ini lebih tepat digunakan untuk mengubah kesan video-video pendidikan sebagai model yang pasif di mana para peserta didik hanya duduk di tempat-tempat duduknya yang menunggu untuk dihibur. Dengan model video analysis maka peserta didik akan menjadi lebih aktif, baik dalam melihat, berpikir, berpendapat dan bekerjasama dengan teman kelompoknya. Menurut Marpaung (2002:20) mengemukakan bahwa pembelajaran Snowball Throwing merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan kerja sama, yakni kerja sama peserta didik dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari, mengamati dan menganalysis materi. Sasaran utama ilmu pembelajaran adalah melakukan strategi pembelajaran yang optimal untuk mendorong prakarsa dan memudahkan belajar peserta didik. Ilmu ini dipandang dari segi ilmu terapan yang menjembatani teori belajar dan praktek pembelajaran, sesuatu yang oleh Dewey, yang kemudian oleh Glatser dikatakan kebutuhan yang amat mendesak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu pembelajaran menaruh perhatian dalam upaya meningkatkan pemahaman dan memperbaiki proses pembelajaran, Uno, Dkk (2004:4). Untuk mengatasi berbagai problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan strategi di dalamnya memuat model-model mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan belajar peserta didik. Model diuraikan sebagai kerangka konseptual yang diinginkan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Model juga dapat dipahami
130
sebagai penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat aslinya. Penggunaan prosedur pelaksanaan strategi pembelajaran snowball throwing dan vedeo analysis. Secara umum, prosedur model ini meliputi: a. Guru Menyiapkan materi yang akan disajikan: Guru memutar Video dan meminta seluruh peserta didik agar menganalisis materi yang ditayangkan. b. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memangil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi. Setelah guru menyampaikan materi yang akan dibahas kepada peserta didik, kemudian dibentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas. Misalnya jumlah peserta didik 40 orang, maka guru akan membentuk 5 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 8 orang yang selanjutnya 1 orang sebagai ketua kelompok sehingga dalam kelas tersebut terdapat 5 orang ketua kelompok. c. Ketua kelompok ini kemudian dipangil oleh guru pengajar untuk dijelaskan secara detail tentang indikator materi dan langkah-langkah kegiatan selanjutnya. Gambar 3 Pembentukan kelompok peserta didik.
d. Ketua kelompok kembali ke kalompoknya masingmasing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya. Masing-masing ketua kelompok menyampaikan materi dan langkah-langkah yang telah dijelaskan oleh guru kepada teman-temannya yang ada dikelompoknya sehingga diharapkan setiap peserta didik dapat memahami materi pembelajaran yang akan dibahas pada hari itu.
Gambar 4 Ketua kelompok menjelaskan materi kepada teman-temannya.
e. Kemudian masing-masing peserta didik diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok. Setiap peserta didik diharuskan untuk menulis satu pertanyaan yang terkait dengan materi yang telah dijelaskan oleh guru melalui ketua kelompok sehingga dengan demikian diharapkan, setiap peserta didik telah mengerti tentang materi yang akan dibahas. Seorang peserta didik akan sulit menulis satu pertanyaan apabila peserta didik itu sendiri tidak memperhatikan tayangan Video dan tidak mempelajari materi sebelumnya. sehingga dengan demikian setiap peserta didik secara tidak langsung telah diajak oleh guru untuk berfikir tentang materi tersebut. Sehingga dalam materi ini akan muncul 40 pertanyaan dari para peserta didik. f. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu peserta didik ke peserta didik yang lain selama +_ 5 menit, kertas yang berisi pertanyaan tersebut digulung seperti bola dan dilempar secara acak oleh peserta didik satu kepada peserta didik lainnya sehingga diharapkan setiap peserta didik akan memiliki sebuah pertanyaan yang telah diajukan oleh teman-temannya dari kelompok lain. g. Setelah peserta didik dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. Pada kesempatan ini diharapkan agar semua pertanyaan dapat dijawab dan apabila waktu yang tersedia terbatas, maka perlu dilakukan pemilihan secara acak dengan memanfaatkan kelompok yang diangap siap yang telah terbentuk. h. Evaluasi Evaluasi merupakan pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan metode dan lain-lain. Dalam metode Snowball Throwing ini perlu dilakukan evaluasi dalam bentuk Tes Essay berdasarkan daftar
pertanyaan para peserta didik dimana keempat puluh pertannyaan yang muncul dari para peserta didik adalah merupakan gambaran dari tingkat pemahaman para peserta didik terhadap pelajaran tersebut. i. Penutup. Tahapan selanjutnya yang harus dilakukan guru adalah tanggapan terhadap pertannyaan dan jawaban peserta didik terhadap materi yang disajikan. Baik pertanyaan maupun jawaban peserta didik yang belum tepat sasaran atau tujuan materi perlu diluruskan dan dijelaskan oleh guru sehingga setiap peserta didik dapat lebih memahami tentang materi tersebut. Berdasarkan penelitian penulis dalam proses pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 2 Gorontalo dalam upaya peningkatan hasil belajar peserta didik dengan indikator kerja: “Hasil 3 Belajar peserta didik kelas VIII- SMP Negeri 2 Gorontalo pada materi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan Islam, adapun nilai rata-rata yang diperoleh melalui evaluasi hasil belajar dari 56,42% menjadi 92,30% telah terwujud dengan mengoptimalkan model pembelajaran secara baik dan benar pada kegiatan pembelajaran Silkus II. Hasil Penelitian Tindakan Kelas ini bertitik tolak pada perkembangan hasil belajar peserta didik 3 kelas VIII- SMP Negeri 2 Gorontalo pada materi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan Islam dan situasi pembelajaran saat melakukan tindakan kelas. Hasil belajar peserta didik pada siklus I ditunjukkan oleh nilai rata-rata peserta didik yang masih mencapai skor < 8,0 dari 39 peserta didik, adalah sebanyak 17 orang (43,58%) yang tidak tuntas dan yang mencapai skor 8,0 sebanyak 22 orang (56,42%) yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Hasil refleksi pada siklus I bahwa masih terdapat kelemahan-kelemahan pada hasil belajar peserta didik maupun kegiatan pembelajaran. a. Dari segi hasil belajar, nilai rata-rata peserta didik yang diperoleh baru mencapai skor 8,0 sebanyak 22 orang (56,42%) yang sudah mencapai ketuntasan belajar dan masih terdapat 17 orang peserta didik atau 43,58% yang belum tuntas. b. Dari hasil observasi kegiatan pembelajaran pada siklus I, masih terdapat aspek-aspek yang cukup dan kurang yakni pada persiapan 4%, kegiatan Pendahuluan 8%, kegiatan pengembangan dan penerapan 32% dan kegiatan penutup dan pengelolaan waktu 20%. Ini berarti kualifikasi cukup dan kurang pada kegiatan pembelajaran adalah 64%. Oleh karena itu, pada siklus II dilakukan perbaikan-perbaikan ke arah penigkatan hasil belajar peserta didik kelas 3 VIII- SMP Negeri 2 Gorontalo pada materi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Perbaikan-perbaikan itu adalah sebagai berikut:
131
1.
Membentuk kelompok-kelompok diskusi yang lebih memadai yang sesuai dengan materi pembelajaran. 2. Mengoptimalkan pemberian apersepsi untuk upaya mengungkap kemampuan prasyarat peserta didik. 3. Mengarahkan peserta didik agar memperhatikan tayangan vedio dan mampu menganalysis serta terampil dalam menyelesaikan masalah melalui diskusi 4. Mengoptimalkan bimbingan terhadap peserta didik untuk menggunakan analysis dengan baik 5. Mengoptimalkan bimbingan peserta didik terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan dengan cara menggunakan tutor sebaya 6. Mengoptimalkan pemahaman peserta didik tentang adanya kemungkinan jawaban lain atau cara lain untuk memperoleh jawaban 7. Memotivasi peserta didik untuk aktif dalam kerja kelompok 8. Memotivasi peserta didik untuk aktif menyimpulkan hasil pembelajaran 9. Mengelola waktu pembelajaran secara efektif dan efisien. Dari hasil perbaikan-perbaikan pada pelaksanaan tindakan kelas siklus II telah terjadi perubahan-perubahan ke arah peningkatan hasil belajar peserta didik sebagai berikut : a. Nilai rata-rata skor 8,0 dari 56,42% menjadi 92,30% pada siklus II b. Situasi pembelajaran pada siklus I menunjukkan bahwa 36% mencapai kategori baik, 36% kategori cukup, dan 28% kategori kurang, kemudian mengalami peningkatan yaitu 52% telah mencapai kategori baik, 40% kategori cukup, dan 8% kategori kurang. Dari hasil penelitian data pada siklus I dan refleksi maka dilakukan perbaikan-perbaikan ke arah 3 peningkatan hasil belajar peserta didik kelas VIIISMP Negeri 2 Gorontalo pada materi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan Islam pada siklus II. Perbaikan-perbaikan itu adalah sebagai berikut : a) Mengarahkan peserta didik agar lebih cermat menganalysis video yang ditayangkan. b) Lebih mengoptimalkan bimbingan dan motivasi terhadap peserta didik untuk memahami masalah dan memberikan penguatan kepada peserta didik yang telah berhasil. c) Lebih mengoptimalkan bimbingan dan motivasi terhadap peserta didik yang mengalami kesulitan dengan cara menggunakan tutor sebaya. d) Lebih mengoptimalkan pemahaman peserta didik tentang adanya kemungkinan jawaban lain untuk memperoleh jawaban. e) Lebih memotivasi peserta didik untuk menjawab dengan benar permasalahan dalam materi dan
132
memberikan penguatan kepada peserta didik yang berhasil menjawab permasalahan dengan benar. f) Memotivasi peserta didik untuk lebih aktif dan kreatif dalam menganalysis materi. g) Lebih memotivasi peserta didik untuk lebih aktif menyimpulkan hasil pembelajaran. h) Mengelola waktu pembelajaran lebih efektif dan efisien. E. Penutup 3 Hasil belajar peserta didik kelas VIII- SMP Negeri 2 Gorontalo pada materi sejarah perkembangan ilmu pengetahuan Islam dapat ditingkatkan dengan menerapkan model snowball throwing dan video analysis, hal ini dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar peserta didik dari setiap siklus. Adapun saran-saran yang dapat diajukan adalah sebagi berikut: Bagi peserta didik agar dapat menyimak dan memahami serta mampu menganalysis video yang ditayangkan. Bagi guru dalam proses belajar hendaknya menerapkan pembelajaran dengan menerapkan model snowball throwing dan video analysis, untuk peningkatan hasil belajar peserta didik. Bagi sekolah perlu memperhatikan proses perkembangan output sekolah dengan lebih meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Arends, R.I. 2008. Learning To Teach Buku 2. Yogyakarta. Penerbit Pustaka Pelajar Arikunto Suharsimi, Suhardjono dan Supardi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang. IKIP Semarang Press Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Unesa University Press. Imron Ali. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Pustaka Jaya Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning : ”Mempraktekkan Cooperative di dalam ruang-ruang kelas. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta Marpaung. 2002. Model-Model Pembelajaran. Jakarta. DEPDIKNAS Mulyasa. 2005. Implementasi Kurikulum 2004panduan pembelajaran KBK. Bandung. Remaja Rosdakarya Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Sardiman, AM. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Rajagrafindo Persada Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta. Rajagrafindo Persada Uno, B. Hamzah Dkk. 2004. Model Pembelajaran. Gorontalo. BMT Nurul Jannah