Penggunaan Metode Bercerita .... (Wening Endah Subekti) 516
PENGGUNAAN METODE BERCERITA DENGAN MEDIA WAYANG PERCA UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN MORAL ANAK KELOMPOK B3 DI TK PKK SENDANGAGUNG MINGGIR SLEMAN STORYTELLING METHOD WITH PUPPET RAG MEDIA TO IMPROVE MORAL KNOWLEDGE Oleh: Wening Endah Subekti, paud/pgpaud fip uny
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan moral anak Kelompok B3 di TK PKK Sendangagung Minggir Sleman menggunakan metode bercerita dengan media wayang perca. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif. Subjek penelitian ini adalah 15 anak Kelompok B3 di TK PKK Sendangagung. Objek penelitian ini adalah pengetahuan moral. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan catatan lapangan. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif, dengan indikator keberhasilan sebesar 80% dari 15 anak yaitu 12 anak yang mencapai kriteria baik. Hasil dari penelitian ini adalah metode bercerita dengan media wayang perca dapat meningkatkan pengetahuan moral anak Kelompok B3 di TK PKK Sendangagung. Tahapan tindakan yang dilakukan antara lain: (1) Menyiapkan cerita, tokoh wayang perca, properti dan pengkondisian anak; (2) Tokoh wayang perca dan properti dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan moral melalui bercerita, anak dilibatkan dalam proses tanya jawab dan pemberian kesempatan memerankan wayang perca; dan (3) Guru memberikan reward sebagai penguatan pada anak. Keberhasilan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Pra Tindakan terdapat 5 anak (33,33%) yang mencapai kriteria baik, (2) Siklus I terdapat 1 anak (06,67%) yang mencapai kriteria sangat baik dan 9 anak (90%) mencapai kriteria baik, (3) Siklus II terdapat 7 anak (46,67%) yang mencapai kriteria sangat baik dan 5 anak (33,33%) yang mencapai kriteria baik. Kata kunci: metode bercerita, wayang perca, pengetahuan moral anak. Abstract This study aimed to improve the children’s moral knowledge of Group B3 at TK PKK Sendangagung Minggir Sleman using storytelling with puppets rag media. This type of research is a collaborative classroom action research. The research subjects were 15 children of Group B3 at TK PKK Sendangagung. The research object is moral knowledge. The data were collected techniques used observation and field notes. Analysis of the data used is descriptive qualitative and quantitative, with indicators success of 80% of the 15 children that 12 children who reached the good criteria. The results from this study is storytelling with a puppet rag media can improve children's moral knowledge of Group B3 at TK PKK Sendangagung. The steps of the research are: (1)Preparing the story, puppet rag characters, property and conditioning the child; (2) Figures puppet rag and property used to convey moral messages through storytelling, children are involved in the process of debriefing and providing opportunities puppet rag plays; and (3) The teacher gives the children reward as a reinforcement. This research can be considered as success: (1) On the pre-action, there are 5 students (33.33%) that achieve good criteria, (2) On the first cycle, there is 1 students (6.67%) that achieve very good criteria and 9 students (90%) that achieve good criteria, (3) On the second cycle, there are 7 students (46.67%) that achieve very good criteria and 5 students (33,33%) that achieve good criteria. Keywords: storytelling method, puppet rag, children’s moral knowledge
PENDAHULUAN menyiapkan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan penting dalam pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM). Melalui pendidikan itulah, bangsa Indonesia dapat
generasi-generasi
muda
yang
berkualitas. Ki Hajar Dewantara (Arif Rohman, 2009: 8) mengartikan bahwa pendidikan sebagai usaha menuntun segenap kekuatan kodrat yang
517 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 5 Tahun ke-5 2016
ada pada anak baik sebagai individu manusia
di atas, tentu saja keberadaan anak usia dini
maupun sebagai anggota masyarakat agar dapat
sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini
mencapai kesempurnaan hidup. Menurut Undang-
dikarenakan anak usia dini berada pada masa
undang Nomor 20 Tahun 2003: pasal 1 Butir 1
golden age atau masa keemasan yang diartikan
tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan
sebagai masa usia anak dengan perkembangan
bahwa:
yang sangat pesat dan tidak akan terjadi lagi pada
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”
masa perkembangan anak berikutnya. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Plato (Martini Jamaris, 2006: 1) yang menyatakan bahwa waktu yang paling tepat untuk mendidik anak adalah anak sebelum usia 6 tahun. Jika masa keemasan ini terlewatkan, maka hilanglah sudah kesempatan anak untuk dapat mengembangkan seluruh
Hadirnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menjadi harapan bangsa untuk dapat mencetak
generasi
penerus
bangsa
yang
berkualitas. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
potensi yang ada didalam dirinya secara optimal. Oleh karena itu dalam masa golden age ini sangat dibutuhkan adanya stimulasi yang tepat pada seluruh aspek perkembangan anak sehingga anak dapat berkembang secara maksimal.
dapat diartikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak dari sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan
Salah satu aspek perkembangan anak yang penting untuk diberikan stimulasi adalah aspek perkembangan moral. Santrock (2007: 117)
melalui pemberian rangsangan atau stimulasi
menjelaskan bahwa perkembangan moral adalah
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perubahan penalaran, perasaan dan perilaku
perkembangan jasmani serta rohani anak supaya
tentang standar mengenali benar atau salah.
memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang
Moral merupakan ajaran tentang baik buruk
pendidikan
Menteri
perbuatan, kelakuan, akhlak dan merupakan
Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009
pengendali tingkah laku (Muhammad Azmi,
menjelaskan bahwa tujuan dari pendidikan anak
2006:
usia
dasar
berpengaruh dalam pembentukan kepribadian
perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan
seseorang dan tidak dapat dianggap remeh.
dan daya cipta yang diperlukan anak didik dalam
Berkaitan dengan hal tersebut, M. Ramli (2005:
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan
127)
membantu mempersiapkan anak memasuki dunia
merupakan suatu masalah yang serius dan
sekolah baik secara sosial, intelektual, maupun
mungkin akan berpengaruh bagi kepribadiaan
emosionalnya.
bayi sampai kehidupan selanjutnya.
dini
lebih
adalah
lanjut.
untuk
Peraturan
meletakkan
Mengacu pada definisi dan tujuan dari pendidikan anak usia dini yang telah dipaparkan
109-110).
juga
Moral
berpendapat
inilah
yang
bahwa
dapat
moralitas
Penggunaan Metode Bercerita.... (Wening Endah Subekti) 518
Rita Eka Izzaty, Siti Partini S., Yulia Ayriza, Purwandari, Hiryanto & Rosita E.
tokoh yang baik dalam cerita, Anak mengetahui tokoh yang tidak baik dalam cerita.
Kusmaryani (2008: 110). Perkembangan moral
Berkaitan dengan perkembangan moral
pada anak usia dini dapat ditandai dengan adanya
anak tersebut, peneliti melakukan observasi pada
kemampuan anak dalam memahami suatu aturan,
Kelompok B3 TK PKK Sendangagung pada
norma, dan etika yang berlaku di masyarakat.
tanggal 3 Desember 2015 terhadap 15 anak untuk
Slamet Suyanto (2005: 67) yang mengatakan
dapat mengetahui bagaimana penggunaan metode
bahwa perkembangan moral anak ditandai dengan
bercerita dalam upaya stimulasi pengetahuan
kemampuan
moral anak beserta tingkat pengetahuan moral
anak
untuk
mengetahui
dan
memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku.
anak sebagai dampak dari stimulasi
Mengacu pada pendapat Slamet Suyanto tersebut,
dilakukan guru tersebut. Nurbiana Dhieni &
perkembangan moral bermula pada pengetahuan
Farida (2011: 6) mengungkapkan bahwa kegiatan
anak tentang nilai-nilai moral yang berlaku di
bercerita akan lebih menyenangkan apabila
lingkungan anak. Dharma Kesuma, Cepi Triatna,
ditunjang
& Johar Permana (2011: 72) menjelaskan bahwa
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan,
pengetahuan moral merupakan kemampuan yang
ternyata guru masih menggunakan metode cerita
terbentuk setelah seseorang belajar mengenal
secara verbal. Guru tidak menggunakan media
teori-teori nilai (bukan peristiwa konkret), dalam
apapun dalam bercerita menyampaikan pesan-
rangka memahami teori-teori tersebut termasuk
pesan moral kepada anak sehingga anak kurang
bagaimana cara pengaplikasianya.
tertarik mendengarkannya.
Pengetahuan moral anak dapat terlihat
oleh
suatu
media
yang
pendidikan.
Stimulasi verbal juga dilakukan guru
dari pencapaian indikator yang tercantum dalam
dengan
pedoman pengembangan pembelajaran program
melakukan perilaku yang kurang baik, misalnya
di
TK
saja ketika ada anak yang bertengkar, guru
(Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010)
memberikan nasihat kepada anak untuk mengakui
meliputi: Anak mengetahui bagaimana berbicara
kesalahan, minta maaf dan memaafkan. Namun
yang sopan dengan orang lain, Anak mengetahui
seringkali anak-anak tidak mau meminta maaf
perilaku
Taman
mengucapkan
memperoleh bagaimana
Kanak-kanak
sesuatu, bersikap
kurikulum
memberikan
nasihat
ketika
anak
terima
kasih
jika
bahkan bertanya kepada guru “Ngopo ndadak
Anak
mengetahui
minta maaf ki bu?” yang artinya “mengapa harus
yang
baik
untuk
meminta
maaf
bu?”
Dengan
demikian
mendengarkan dan memperhatikan orang yang
menunjukkan bahwa pengetahuan moral anak
sedang berbicara, Anak mengetahui perilaku
belum terstimulasi dengan baik walaupun guru
untuk meminta maaf dan memberi maaf, Anak
telah berupaya melakukan stimulasi dengan
mengetahui untuk berperilaku saling tolong
kegiatan bercerita secara verbal.
menolong,
Anak
mengetahui
perbedaan
perbuatan baik dan buruk, Anak mengetahui
Tingkat pengetahuan moral anak sebagai dampak dari pemberian stimulasi guru berupa
519 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 5 Tahun ke-5 2016
cerita verbal dapat ditunjukkan dari data diagram hasil observasi pratindakan dapat sebagai berikut:
Berdasarkan
permasalahan
tersebut,
peneliti mencoba memberikan tindakan dalam bercerita dengan menggunakan media wayang perca untuk mengatasi permasalahan masih rendahnya pengetahuan moral anak di Kelompok B3 TK PKK Sendangagung Minggir Sleman. Suwarna (2007: 75) menjelaskan bahwa wayang perca merupakan salah satu jenis pengembangan gambar yang bentuknya mirip dengan wayang namun dibuat lebih bebas dan menggunakan bahan seperti karton dan tentunya ditempeli kain
Gambar 1. Diagram Pencapaian Indikator Pengetahuan Moral Pra Tindakan
perca sebagai ciri khasnya. Media wayang perca
Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa
dapat digunakan oleh guru untuk memberikan
kondisi awal pengetahuan moral anak masih
stimulasi perkembangan moral anak melalui
rendah. Dari 15 anak, hanya 1 anak (7%) yang
berbagai kegiatan salah satunya adalah kegiatan
mampu mencapai 6 dari 8 indikator pengetahuan
bercerita yang lebih mudah diterima oleh anak.
moral
yang
telah
dijelaskan
sebelumnya.
Moeslichatoen
R.
(2004:
170)
Kemudian terdapat 4 anak (27%) yang mampu
menjelaskan bahwa kegiatan bercerita merupakan
mencapai 5 indikator, 5 anak (33%) yang mampu
salah satu cara yang ditempuh guru untuk
mencapai 4 indikator, dan 5 anak (33%) pula
memberi pengalaman belajar anak memperoleh
yang baru mencapai 3 indikator pengetahuan
penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih
moral. Berdasarkan data tersebut juga dapat
baik. Oleh karena itu metode bercerita ini sangat
disimpulkan bahwa dari 15 anak hanya terdapat 5
tepat digunakan sebagai stimulasi pengetahuan
anak atau sebesar 33,33% yang mencapai kriteria
moral anak dengan penyampaian pesan-pesan
baik, 5 anak atau sebesar 33,33% yang mencapai
moral dalam cerita tersebut. Pernyataan tersebut
kriteria cukup, bahkan masih terdapat 5 anak atau
didukung pula oleh pendapat Lickona (2012a:
sebesar 33,33% yang berada pada kriteria kurang.
124) yang mengungkapkan bahwa bercerita dapat
Hasil
pengetahuan
moral
anak
pratindakan tersebut perlu diberikan tindakan
digunakan sebagai pengajar moral anak. Wayang perca memiliki kelebihan karena
dapat
tokoh wayangnya dapat disesuaikan dengan
mengalami peningkatan dan berkembang dengan
kebutuhan maupun tema pembelajaran. Guru juga
baik. Sjarkawi (2006: 34) menyatakan bahwa
dapat membuat cerita sendiri yang di dalamnya
moral yang baik bersumber dari cara-cara
mengandung berbagai pesan moral yang dapat
berpikir moral seseorang. Apabila anak memiliki
disampaikan
pengetahuan moral yang baik maka dapat
melalui kegiatan bercerita yang dilakukan. Selain
dikatakan bahwa anak tersebut juga memiliki
itu bahan yang digunakan terjangkau, biaya
sehingga
pengetahuan
moral yang baik pula.
moral
anak
secara
langsung
kepada
anak
Penggunaan Metode Bercerita.... (Wening Endah Subekti) 520
murah, serta tidak sulit dalam membuat media
Waktu dan Tempat Penelitian
wayang perca tersebut.
Penelitian
ini
dilakukan
pada
anak
permasalahan-
kelompok B3 di TK PKK Sendangagung Minggir
permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk
Sleman yang tepatnya beralamatkan di Dusun
melakukan penelitian tentang “Penggunaan
Pojok
Metode Bercerita dengan Media Wayang Perca
Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada
untuk Meningkatkan Pengetahuan Moral pada
Semester Genap Tahun Ajaran 2015/2016 yaitu
Anak Kelompok B3 di TK PKK Sendangagung
pada bulan Februari-Maret 2016.
Berawal
dari
adanya
Sendangagung
Minggir
Sleman
Minggir Sleman.” Subyek dan Obyek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah 15 siswa
METODE PENELITIAN
Kelompok B3 TK PKK Sendangagung Minggir
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian
Sleman pada Tahun Ajaran 2015/2016, terdiri
tindakan kelas atau yang sering disebut dengan
dari 10 perempuan dan 5 laki-laki. Objek
Classrom Action Research. Asrori, Mansyur &
penelitian ini adalah pengetahuan moral anak
Harun Rasyid (2009: 9) mengemukakan bahwa
Kelompok B3 melalui penggunaan metode
Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian
bercerita dengan media wayang perca.
yang bersifat reflektif dengan dilakukannya berbagai
tindakan-tindakan
tertentu
guna
memperbaiki atau meningkatkan keefektifan dari pelaksanaan
proses
pembelajaran
di
kelas
sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik lagi dari sebelum dilakukannya penelitian tindakan kelas itu sendiri.
Prosedur Penelitian ini menggunakan salah satu rancangan model penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu model spiral dari Kemmis dan Mc Taggart. Adapun rancangan model penelitian tindakan kelas tersebut dapat dilihat dari pemaparan gambar berikut ini:
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, peneliti dapat berkolaborasi dengan guru. Peneliti menggunakan jenis penelitian ini dikarenakan hanya akan melakukan penelitian pada satu kelas yaitu Kelompok B3 di TK PKK Sendangagung Minggir
yang
memang
masih
terdapat
permasalahan tentang kurangnya pengetahuan moral pada anak. Penelitian ini dilakukan untuk dapat
mengetahui
adanya
peningkatan
pengetahuan moral pada anak kelompok B3 di TK PKK Sedangagung Minggir Sleman melalui penggunaan metode bercerita dengan media wayang perca.
Gambar 2. Bagan Penelitian Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart (Ishaq Madeamin, 2012)
521 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 5 Tahun ke-5 2016
Penelitian tindakan kelas model spiral ini
Kelompok B3 di TK PKK Sendangagung selama
terdiri dari beberapa siklus yang disesuaikan
diberikan tindakan berupa penggunaan metode
dengan kondisi dan kebutuhan penelitian. Banyak
bercerita dengan media wayang perca.
sedikitnya
siklus
yang
digunakan
Adapun
sangat
kisi-kisi
observasi
yang
bergantung pada pencapaian hasil penelitian.
digunakan dalam penelitian ini meliputi:
Dalam setiap siklusnya, terdapat empat tahapan
Tabel 1. Kisi-kisi Lembar Observasi Pengetahuan Moral Anak Kelompok B (5-6 Tahun)
yang meliputi empat aspek pokok yang harus dilakukan
dalam
penelitian
tindakan
kelas
diantaranya perencanaan, tindakan, observasi dan
Variabel Pengetahuan Moral Anak
refleksi (Asrori dkk., 2009: 61-64).
Sub Variabel Mengetahui berbagai perilaku mulia
Anak mengetahui perilaku mengucapkan terima kasih jika memperoleh sesuatu
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data Data penelitian adalah pengetahuan moral
Anak mengetahui bagaimana bersikap yang baik untuk mendengarkan dan memperhatikan orang yang sedang berbicara
anak melalui penggunaan metode bercerita dengan media wayang perca yang dikumpulkan melalui teknik observasi dan catatan lapangan.
Anak mengetahui perilaku untuk meminta maaf dan memberi maaf
Dalam penelitian ini, observasi digunakan untuk
mengamati
secara
langsung
subjek
penelitian yaitu 15 anak Kelompok B3 di TK PKK Sendangagung Minggir Sleman. Observasi
Membedakan perilaku baik dan buruk
ini dilakukan selama anak mengikuti rangkaian kegiatan
dari
guru
saat
pembelajaran
perca.
Hasil
dari
observasi
Anak mengetahui tokoh yang tidak baik dalam cerita
yang
dilakukan kemudian dimasukkan dalam lembar observasi
pencapaian
indikator
Anak mengetahui untuk berperilaku saling tolong menolong Anak mengetahui perbedaan perbuatan baik dan buruk Anak mengetahui tokoh yang baik dalam cerita
menggunakan metode bercerita dengan media wayang
Indikator Anak mengetahui bagaimana berbicara yang sopan dengan orang lain
pengetahuan
moral anak. Catatan lapangan digunakan untuk
Teknik Analisis Data
mencatat semua kegiatan yang dilakukan guru
Menganalisis
data
merupakan
suatu
selama melakukan tindakan bercerita dengan
proses dalam mengolah dan menginterpretasikan
media wayang perca serta mencatat gejala-gejala
data dengan tujuan mendudukkan informasi yang
yang
diperoleh sesuai dengan fungsinya sehingga akan
menunjukkan
adanya
peningkatan
pengetahuan moral anak.
memiliki makna yang jelas sesuai dengan tujuan
Instrumen penelitian yang digunakan
penelitian yang dilakukan (Wina Sanjaya, 2010:
yaitu lembar observasi. Lembar observasi yang
106).
telah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti
mengemukakan bahwa analisis data merupakan
digunakan
proses mencari dan menyusun secara sistematis
untuk
mengetahui
bagaimana
pencapaian indikator pengetahuan moral anak
Bogdan
(Sugiyono,
2008:
244)
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
Penggunaan Metode Bercerita.... (Wening Endah Subekti) 522
lapangan dan bahan-bahan lain sehingga dapat
kriteria.
mudah
digunakan dalam penelitian ini adalah seperti
dipahami
dan
temuannya
dapat
diinformasikan kepada orang lain. Data
dalam
deskriptif
kualitatif
kuantitatif.
Analisis
ini
bersifat
dengan
analisis
kuantitatif
data dalam
penelitian ini digunakan untuk menghitung pencapaian indikator pengetahuan moral anak yang
selanjutnya
persentase
dan
disajikan
dinyatakan
kriteria
persentase
yang
yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto
penelitian
data
Adapun
dalam dalam
bentuk beberapa
(2002: 44) sebagai berikut : Tabel 2. Kriteria Pengetahuan Moral Anak No. 1. 2. 3. 4. 5.
kriteria pengetahuan moral. Data yang akan
Persentase 81-100% 61-80% 41-60% 21-40% 0-20% Penelitian
Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Kurang Sangat Kurang
tindakan
kelas
ini
dapat
dianalisis ini diperoleh dari hasil observasi
dikatakan berhasil apabila pengetahuan moral
dengan menggunakan lembar observasi. Dalam
anak Kelompok B3 di TK PKK Sendangagung
lembar observasi tersebut akan diketahui berapa
Minggir Sleman mengalami peningkatan yaitu
jumlah indikator pengetahuan moral yang dicapai
mencapai indikator keberhasilan sebesar 80% dari
oleh anak. Setelah jumlah indikator tersebut
15 anak yaitu 12 anak yang dapat mencapai
diketahui maka selanjutnya akan dianalisis
indikator pengetahuan moral sebesar 61-80% atau
dengan menggunakan rumus penilaian sehingga
berada dalam kriteria baik.
dapat diketahui tingkat pengetahuan moral anak setelah dilakukannya tindakan menggunakan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan
metode bercerita dengan media wayang perca. Adapun rumus penilaian yang digunakan dalam
kelas ini dapat terlihat seperti pada tabel berikut:
analisis data ini adalah rumus penilaian menurut
Tabel 3. Tabel Perbandingan Rekapitulasi Pencapaian Kriteria Tingkat Pengetahuan Moral Anak Pratindakan, Pasca Siklus I dan Pasca Siklus II
Ngalim Purwanto (2006: 102) berikut ini : NP =
x 100 No
Keterangan: NP R SM 100
= nilai persen yang dicari atau yang diharapkan = skor mentah yang diperoleh anak = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan = bilangan tetap
1 2 3 4
Kriteria Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Pra Tindakan f %
Pasca Siklus I f %
Pasca Siklus II f %
0
0%
1
06,67%
7
46,67%
5 5 5
33,33% 33.33% 33.33%
9 5 0
60,00% 33,33% 00,00%
5 3 0
33,33% 20,00% 00,00%
Tabel 3 tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan moral anak pra tindakan yang
Hasil penilaian tingkat pengetahuan moral anak
yang
diperoleh
dari
perhitungan
menggunakan rumus yang telah dipaparkan di atas kemudian diklasifikasikan dalam beberapa
berada pada kriteria baik sejumlah 5 anak dengan persentase sebesar 33,33%. Kemudian untuk kriteria cukup juga sejumlah 5 anak atau persentase 33,33%. Sedangkan untuk kriteria
523 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 5 Tahun ke-5 2016
kurang terhitung masih banyak pula karena masih
jelas melalui pemaparan Gambar 3 sebagai
ada
berikut:
5
anak
dengan
persentase
33,33%.
Rendahnya jumlah anak yang telah mampu mencapai indikator pengetahuan moral tersebut dikarenakan
kegiatan
pembelajaran
yang
dilakukan khususnya saat melakukan kegiatan cerita sebagai upaya penanaman nilai-nilai moral oleh guru belum sepenuhnya menarik perhatian anak. Oleh karena ini masih sangat perlu ditingkatkan lagi dengan inovasi penggunaan media bercerita sehingga anak akan antusias mendengarkan apa yang disampaikan guru. Hasil pencapaian indikator pengetahuan moral
anak
pasca
Siklus
I
Gambar 3. Histogram Perbandingan Pencapaian Kriteria Pengetahuan Moral Anak Pra Tindakan, Siklus I dan Siklus II
mengalami
Gambar 3 tersebut dapat menunjukkan
peningkatan yaitu terdapat terdapat 1 anak atau
dengan jelas bagaimana peningkatan pencapaian
sebesar 06,67 % yang pengetahuan moralnya
indikator yang dijelaskan dalam 5 kriteria yaitu
berada pada kriteria sangat baik. Kemudian
sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat
terdapat pula 9 anak atau persentase sebesar
kurang. Pada pratindakan 3 kriteria yaitu baik,
60,00% yang berada pada kriteria baik. Jumlah
cukup dan kurang memiliki presentase yang sama
anak yang mencapai kriteria cukup adalah 5 anak
yaitu masing-masing 33,33%. Kemudian pada
atau sebesar 33,33 %. Peningkatan pencapaian
pasca Siklus I, sudah muncul kriteria sangat baik
indikator pengetahuan moral pada Siklus I ini
sebesar
sangat baik walaupun belum mencapai indikator
persetasenya adalah kriteria baik dengan 60,00%
keberhasilan penelitian ini sehingga masih harus
serta kriteria cukup sebesar 33,33%, kemudian
dilanjutkan pada tindakan Siklus II.
pada Siklus I juga kriteria kurang sudah tidak ada
Pencapaian indikator pengetahuan moral
6,67%
dan
yang
paling
tinggi
lagi. Selanjutnya untuk hasil dari Siklus II terlihat
anak pasca Siklus II juga mengalami peningkatan
bahwa
dengan jumlah anak yang pengetahuan moralnya
mendominasi perolehannya yaitu sebesar 46,67%,
berada pada kriteria sangat baik menjadi 7 anak
kemudian kriteria baik 33,33% dan juga kriteria
atau 46,67%. Kemudian untuk kriteria baik
cukup
terdapat 5 anak dengan persentase sebesar
penurunan dibandingkan dengan perolehan Siklus
33,33%. Sedangkan anak yang mencapai kriteria
I.
cukup hanya terdapat 3 anak atau sebesar 20,00%. Persentase
kriteria
sangat
sebesar
20,00%
baik
justru
yang
lebih
mengalami
Hasil tersebut sesuai dengan harapan peneliti. Hasil akhir dari penelitian ini juga telah
perbandingan
pencapaian
menunjukkan adanya 12 anak yang minimal
kriteria pengetahuan moral pra tindakan, pasca
mencapai
Siklus I dan pasca Siklus II dapat dilihat lebih
diantaranya justru melebihi kriteria yang
kriteria
baik
bahkan
beberapa
Penggunaan Metode Bercerita.... (Wening Endah Subekti) 524
diharapkan yaitu mencapai kriteria sangat baik
secara verbal. Hal ini sesuai dengan pendapat
dan hanya 3 anak yang masih berada pada kriteria
Nurbiana
cukup. Dengan begitu, indikator keberhasilan
mengungkapkan bahwa kegiatan bercerita akan
sebesar 80 % dari 15 anak yaitu sejumlah 12 anak
lebih menyenangkan apabila ditunjang oleh suatu
yang mencapai kriteria baik telah terlampaui dan
media pendidikan.
penelitian dapat dikatakan berhasil.
Dhieni
&
Farida
(2011:
6)
Hasil dari pelaksanaan tindakan pasca Siklus I melalui penggunaan metode bercerita
Pembahasan
dengan media wayang perca telah menunjukkan
Kegiatan bercerita menjadi salah satu
adanya penigkatan pengetahuan moral anak
kegiatan menarik bagi anak dan efektif untuk
dibandingkan
memberikan stimulasi aspek perkembangan anak
Peningkatan hasil tersebut diperoleh dari hasil
termasuk perkembangan moral. Hal ini sesuai
observasi yang dilakukan oleh peneliti. Pada
dengan pendapat merupakan Moeslichatoen R.
pasca Siklus I anak-anak telah menunjukkan
(2004: 170) yang menjelaskan bahwa kegiatan
adanya peningkatan penegatahuan moral yang
bercerita merupakan salah satu cara yang
ditandai dengan adanya respon saat dilakukannya
ditempuh guru untuk memberi pengalaman
tanya jawab berkaitan dengan cerita yang
belajar anak memperoleh penguasaan isi cerita
disampaikan.
yang
disampaikan
secara
lebih
baik.
dengan
hasil
pratindakan.
Berdasarkan observasi telah ditunjukkan
Moeslichatoen R. (2004: 168) juga menjelaskan
adanya
bahwa
kegiatan
pengetahuan moral dari masing-masing anak.
pengajaran anak di TK mempunyai beberapa
Beberapa anak dapat mencapai peningkatan yang
manfaat
sangat
metode
yang
bercerita
salah
dalam
satunya
adalah
dapat
peningkatan
signifikan,
pencapaian
namun
ada
indikator
juga
yang
memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-
peningkatannya
nilai moral, dan keagamaan. Dengan begitu,
dikarenakan kemampuan anak berbeda-beda.
kegiatan
dapat
Beberapa anak telah menunjukkan peningkatan
termasuk
seperti anak mengetahui bagaimana bersikap
bercerita
meningkatkan
yang
pengetahuan
tepat
akan
anak,
pengetahuan moral sesuai dengan penelitian ini.
secara
perlahan.
Hal
ini
sopan saat berbicara dengan orang lain, anak
Anak usia 5-6 tahun masih sulit apabila
mengetahui perilaku mengucapkan terimakasih
diberikan stimulasi berupa cerita secara abstrak.
apabila mendapatkan sesuatu, kemudian anak
Hal ini didukung oleh pendapat Piaget (Martini
juga
Jamaris, 2006: 21) mengatakan bahwa anak usia
menolong,
2-7 tahun berada pada fase pra-operasional. Oleh
memaafkan dan pencapaian indikator lainnya.
mengetahui
perilaku
mengetahui
saling perilaku
tolong saling
karena itu, kegiatan dalam penelitian ini dibantu
Pada pasca Siklus I memang masih
dengan adanya media wayang perca untuk
banyak juga anak-anak yang belum mampu
memudahkan anak dalam memahami isi cerita.
mencapai
Adanya media wayang perca juga lebih menarik
mendapatkan keterangan atau jawaban dari anak
perhatian anak dibandingkan hanya bercerita
secara tepat serta hasil observasi yang dilakukan
indikator
karena
peneliti
tidak
525 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 5 Tahun ke-5 2016
juga belum menunjukkan adanya pengetahuan moral
pada
diri
beberapa
anak
Suasana kelas yang nyaman memang
tersebut.
sangat berpengaruh dalam pembelajaran. Dalam
Pemanfaatan media wayang perca mendapatkan
hal ini, lingkungan sekolah menjadi tempat
respon yang sangat baik dari anak. Melalui
berlangsungnya proses stimulasi perkembangan
kegiatan bercerita yang diselipkan berbagai
moral anak selain rumah atau lingkungan
indikator pegetahuan moral tersebut menjadikan
keluarga anak. Oleh karena itu guru membuat
anak lebih antusias dalam mengikuti kegiatan.
suasana menjadi menyenangkan bagi anak supaya
Walaupun begitu, hasil pasca Siklus I ini
anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik. Hal
mengalami memang belum dapat mencapai
tersebut sesuai dengan pendapat Lickona (2012b:
indikator keberhasilan yang ditetapkan peneliti.
58-59) yang memandang bahwa lingkungan
Oleh karena itu, peneliti melanjutkan tindakan
moral anak sangat penting untuk dikelola dengan
pada Siklus II dengan pemberian tindakan yang
baik.
sama dengan media wayang perca namun
Pelaksanaan Siklus II juga dilakukan
dilakukan beberapa perbaikan guna mencapai
pemberian reward pada anak. Pemberian reward
hasil diharapkan.
dapat meningkatkan keinginan anak dalam yang
melakukan sesuatu karena melalui adanya reward
dilakukan guru pada Siklus II berdasarkan hasil
tersebut, anak merasa bahwa dihargai oleh orang
refleksi Siklus I memberikan pengaruh yang baik
lain
terhadap peningkatan pengetahuan moral anak.
Penguatan ini dilakukan secara konsisten apabila
Adapun beberapa perubahan yang dilakukan
anak
tersebut diantaranya: (1) Membuat suasana kelas
pengetahuan moral dalam pencapaian indikator
senyaman mungkin supaya anak dapat mengikuti
atau juga dapat ditunjukkan oleh anak dalam
kegiatan dengan baik, (2) Memberikan motivasi
perilakunya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
kepada anak, serta memberikan reward dan
Maria J. Wantah (2005: 228) yang menjelaskan
apresiasi kepada anak yang mau mengutarakan
bahwa pemberian penguatan dengan segera
pendapat dan maju ke depan kelas untuk
penting dilakukan karena semakin cepat diberikan
memerankan tokoh wayang secara bergantian, (3)
maka
Menyiapkan berbagai macam properti tambahan
memperkuat
seperti rumah, mobil, kapal, kandang, hewan dan
penguatan
pohon supaya setting tempat dapat dipahami oleh
pengulangan tingkah laku. Selain itu pemberian
anak
juga
reward juga didukung oleh pendapat Kohlberg
menyampaikan cerita dengan bahasa yang lebih
(Syamsu Yusuf, 2007: 134) yang mengatakan
mudah
Guru
bahwa proses perkembangan moral anak pada
menggunakan kemampuan bercerita yang baik
tingkat pra konvensional, seorang anak akan
sehingga tanpa adanya panggung boneka justru
mengenal baik dan buruk, benar dan salah dari
dapat dimanfaatkan untuk melakukan interaksi
suatu perbuatan berdasarkan konsekuensi atau
Adanya
dengan
perbaikan
baik.
dipahami
tindakan
Selain
oleh
itu
anak,
dengan anak-anak secara lebih dekat.
guru
(4)
baik
itu
telah
guru
atau
teman-temannya.
menunjukkan
semakin
baik
tingkah serta
peningkatan
pengaruhnya laku
yang
meningkatkan
dalam
diberikan terjadinya
Penggunaan Metode Bercerita.... (Wening Endah Subekti) 526
dampak yang diterima secara langsung seperti
Kanak-kanak adalah membangkitkan motivasi
hukuman fisik, penghargaan dan lain-lain.
belajar anak.
Adanya
penghargaan
berupa
reward
Pelaksanaan
tindakan
menggunakan
pujian, tepuk tangan atau pemberian hadiah
metode bercerita dengan media wayang perca
tersebut
dalam
sudah terbukti meningkatkan antusias anak dalam
meningkatkan pengetahuan moralnya. Selain itu,
melakukan kegiatan sehingga stimulasi yang
anak-anak juga diberikan penguatan supaya anak
dilakukan
dapat percaya diri dengan kemampuan dirinya
Bangkitnya motivasi belajar anak tersebut juga
yang ditunjukkan dengan kemampuan anak dalam
dapat dilihat ketika guru tidak menggunakan
memanfaatkan
untuk
media apapun respon anak tentunya masih sangat
menceritakan tokoh sesuai pengetahuan moral
rendah seperti hasil yang diperoleh pada pra
yang dimiliki anak. Adanya tindakan sesuai
tindakan sebelumnya, akan tetapi ketika guru
dengan hasil refleksi tersebut dapat memberikan
menggunakan inovasi media tersebut anak senang
pengaruh
mengikuti kegiatan sehingga guru dapat melihat
dapat
yang
memotivasi
media
baik
wayang
terhadap
anak
perca
peningkatan
pengetahuan moral anak.
lebih
efektif
pelaksanaannya.
sejauh mana pengetahuan moral anak baik
Media wayang perca dalam penelitian ini digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan
melalui hasil observasi selama pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti.
moral sesuai indikator yang diharapkan melalui
Pengetahuan moral anak pasca Siklus II
kegiatan seperti bercerita memerankan tokoh
memang mengalami peningkatan yang baik
dengan karakter yang berbeda-beda. Selain itu
ditandai dengan semakin banyaknya indikator
kondisi anak-anak yang cepat merasa bosan
pengetahuan moral yang dicapai oleh masing-
mengharuskan
yang
masing anak. Hal ini ditunjukkan setelah adanya
digunakan dalam setiap kegiatan apalagi dalam
tindakan secara konsisten pada Siklus I dan
stimulasi pengetahuan moral ini karena moral
mencapai
merupakan pondasi dalam pembentukan karakter
Pernyataan tersebut senada dengan salah satu
anak. Dengan adanya inovasi media yang
faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan
digunakan yaitu dengan media wayang perca
moral anak menurut Syamsu Yusuf (2007: 133)
ternyata dapat lebih menarik perhatian anak
yaitu adanya kekonsistenan dalam mendidik
dibandingkan dengan stimulasi penyampaian
anak. Konsisten dalam hal ini sesuai dengan
pesan-pesan moral tanpa menggunakan media
pemberian tindakan oleh guru yang dalam 6 kali
apapun yang ditunjukkan dengan adanya aktivitas
pertemuan selama 2 siklus tersebut memberikan
keterlibatan anak dalam berkegiatan khususnya
perlakuan yang sama dengan media wayang
bercerita dengan media wayang perca. Hal ini
perca.
adanya
inovasi
media
didukung oleh pernyataan Cucu Eliyawati (2005:
hasil
maksimal
pada
Siklus
II.
Hasil yang diperoleh pasca Siklus II ini
111) yang mengemukakan salah satu manfaat dari
diantaranya
media bagi pembelajaran khususnya di Taman
menunjukkan
terdapat bahwa
beberapa mereka
anak
yang
memiliki
pengetahuan moral baik dengan menjawab benar
527 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 5 Tahun ke-5 2016
setiap pertanyaan guru serta mau melakukan
menggunakan
kegiatan pemanfaatan media wayang perca
melaksanakan pembelajaran.
melalui bercerita.
metode
yang
tepat
dalam
Hasil akhir penelitian ini masih terdapat 3
Pemanfaatan
perca
anak yang pengetahuan moralnya berada dalam
memang paling tepat untuk kegiatan bercerita
kriteria cukup dan peningkatan yang dialami anak
yang mana hal ini didukung oleh pendapat
tidak begitu signifikan. Faktor penyebabnya
Lickona (2012a: 124) yang mengungkapkan
adalah lingkungan keluarga anak yang kurang
bahwa
mendukung
bercerita
media
dapat
wayang
digunakan
sebagai
dalam
pemberian
stimulasi
pengajar moral anak. Selain itu, hasil peningkatan
perkembangan moral karena sibuk bekerja atau
pengetahuan moral juga diketahui dari beberapa
anak diasuh oleh nenek, bahkan ada pula yang
anak yang telah mampu menunjukkan perilaku
latar belakang keluarganya keras dan sering
yang sesuai dengan pengetahuan moral yang
bermain fisik dihadapan anak sehingga anak pun
dimiliki seperti saat anak melakukan kesalahan
perkembangannya terganggu. Hal ini didukung
terhadap temannya, anak segera meminta maaf.
oleh pendapat Syamsu Yusuf (2007: 133) yang
Kemudian ada juga perilaku anak yang senang
mengemukakan adanya beberapa faktor yang
saat membantu temannya membereskan mainan.
dapat mempengaruhi perkembangan moral salah
Beberapa anak juga menunjukkan pengetahuan
satunya yaitu sikap orang tua dalam keluarga.
moralnya dengan mengingatkan teman untuk tidak
berteriak-teriak
berbicara,
diatas, menunjukkan bahwa penggunaan metode
mengucapkan terimakasih setelah mendapatkan
bercerita dengan media wayang perca dapat
sesuatu
meningkatkan
seperti
dibantu
saat
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian
teman
atau
diberi
makanan.
pengetahuan
moral
anak
Kelompok B3 di TK PKK Sendangagung karena
Stimulasi perkembangan moral khususnya
anak telah mengetahui bagaimana berbicara
dalam peningkatan pengetahuan moral tentunya
sopan dengan orang lain, anak mengetahui
melibatkan peran dari orang tua ataupun guru.
perilaku
Dalam
guru
memperoleh sesuatu, anak mengetahui bagaimana
berpengaruh sekali karena guru yang menjadi
bersikap yang baik untuk mendengarkan dan
eksekutor
peningkatan
memperhatikan orang yang sedang berbicara,
pengetahuan moral melalui media wayang perca.
anak mengetahui perilaku meminta maaf dan
Guru harus memiliki keterampilan bercerita yang
memberi
baik
berperilaku
penelitian
ini
proses
sehingga
keterampilan
stimulasi
pesan-pesan
moral
yang
mengucapkan
maaf, saling
anak tolong
terimakasih
mengetahui menolong,
jika
untuk anak
terkandung dalam cerita dapat tersampaikan
mengetahui perbedaan perbuatan baik dan buruk,
dengan baik pula. Hal tersebut sesuai dengan
anak mengetahui tokoh yang baik dalam cerita,
pendapat C. Asri Budiningsih (2004: 6) yang
dan anak mengetahui tokoh yang tidak baik
mengemukakan
meningkatkan
dalam cerita. Beberapa pengetahuan moral yang
kecerdasan moral anak usia dini, maka perlu
diketahui anak tersebut sesuai dengan pendapat
adanya peran serta dari pendidik yang
dari Moeslichatoen R. (2004: 172) yang
bahwa
untuk
Penggunaan Metode Bercerita.... (Wening Endah Subekti) 528
mengatakan bahwa nilai-nilai moral yang dapat ditanamkan pada anak TK yaitu bagaimana seharusnya
sikap
moral
seseorang
yang
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
pasca Siklus II yang telah diuraikan di atas, penggunaan metode bercerita dengan media perca
telah
berhasil
meningkatkan
pengetahuan moral anak Kelompok B3 di TK PKK
Sendangagung
Minggir
Sleman.
Pengetahuan moral yang awalnya masih terbilang rendah ternyata dapat meningkat semakin baik setelah
dilakukannya
tindakan
tersebut.
Pengetahuan moral anak yang berada pada kriteria baik saat pratindakan hanya sejumlah 5 anak atau 33,33% dari jumlah anak secara keseluruhan dalam satu kelas. Kemudian setelah dilakukannya
tindakan
pada
Simpulan 1. Media wayang perca lebih efektif digunakan dalam kegiatan bercerita apabila ditambahkan
Dari hasil tindakan pasca Siklus I dan
wayang
SIMPULAN DAN SARAN
Siklus
I,
pengetahuan moral anak yang berada pada kriteria baik meningkat menjadi 9 anak atau 60% dan ada 1 anak atau 6,67% yang mencapai kriteria sangat baik. Hasil maksimal yang diperoleh pada penelitian ini terdapat pada pasca Siklus II karena terjadi peningkatan yang signifikan yaitu terdapat 5 anak atau 33,33% yang pengetahuan moralnya berada pada kriteria baik, dan terdapat 7 anak atau 46,67% yang berada pada kriteria sangat baik. Hasil akhir dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 12 anak atau 80% dari jumlah anak keseluruhan
berbagai properti yang mendukung. Semakin banyaknya properti yang digunakan, maka anak dapat mengerti isi cerita dan pesanpesan moral yang disampaikan secara lebih baik, sehingga berdampak pada meningkatnya pengetahuan moral anak. 2. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan moral anak dapat ditingkatkan melalui penggunaan metode bercerita dengan media wayang perca. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan pengetahuan moral
anak
dari
pratindakan
yang
menunjukkan adanya 5 anak (33,33%) yang mencapai kriteria baik kemudian mengalami peningkatan pada pasca Siklus I dengan adanya 1 anak (06,67%) yang mencapai kriteria sangat baik dan 9 anak (60,00%) yang mencapai kriteria baik. Pada pasca Siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 7 anak (46,67%) yang mencapai kriteria sangat baik dan 5 anak (33,33%) yang mencapai kriteria baik. Berdasarkan hasil tersebut, penelitian ini dapat dikatakan berhasil karena indikator keberhasilan sebesar 80 % dari 15 anak yaitu 12
anak
yang
pengetahuan
moralnya
mencapai kriteria baik telah tercapai.
yang telah mampu mencapai kriteria baik dan sangat baik. Kemudian 3 anak lainnya atau
B. Saran
sebesar 20% memiliki pengetahuan moral dengan
1. Bagi Guru
indikator
Guru dapat menjalin komunikasi yang
keberhasilan penelitian ini telah tercapai sesuai
lebih baik dengan wali murid sehingga proses
yang diharapkan peneliti.
stimulasi pengetahuan moral yang dilakukan di
kriteria
cukup.
Dengan
begitu
sekolah dapat didukung pula oleh lingkungan
529 Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 5 Tahun ke-5 2016
keluarga. Guru juga dapat pula mengemas kegiatan pembelajaran menggunakan metode bercerita dengan media wayang perca secara lebih baik lagi dalam pembuatan tokoh sesuai karakter yang lebih disukai anak, properti dibuat lebih banyak, serta pembuatan cerita yang lebih panjang dan detail untuk pesan-pesan moral yang disampaikan
sehingga
akan
lebih
mudah
dipahami oleh anak. Kelengkapan bercerita seperti gabus atau pelepah pisah harus disiapkan karena keterbatasan dalam memerankan banyak tokoh apabila hanya menggunakan 2 tangan. Selain itu, kegiatan bercerita menggunakan wayang
perca
tersebut
dapat
lebih
sering
dilakukan oleh guru. Dengan begitu indikator pengetahuan moral dapat dicapai oleh anak secara maksimal sesuai tahap perkembangannya. 2. Bagi Sekolah Pihak mendukung
sekolah peningkatan
seharusnya
lebih
keterampilan
guru
dalam mengajar khususnya dalam keterampilan berceritanya. Pihak sekolah dapat memberikan fasilitas yang lebih baik seperti pelatihan kepada guru untuk membuat media bercerita yang lebih menarik bagi anak. Dengan begitu, guru-guru di sekolah tersebut dapat berkembang dan dapat meningkatkan mutu sekolah. DAFTAR PUSTAKA Arif Rohman. (2009). Memahami pendidikan & ilmu pendidikan. Yogyakarta: LaksBang Mediatama. Asrori, Mansyur & Harun Rasyid. (2009). Penelitian tindakan kelas peningkatan kompetensi profesional guru. Yogyakarta: Multipress. C. Asri Budiningsih. (2004). Pembelajaran moral. Jakarta : Rineka Cipta.
Cucu
Eliyawati. (2005). Pemilihan dan pengembangan sumber belajar untuk anak usia dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan, dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia nomor 58 tahun 2009: standar pendidikan anak usia dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan TK dan SD. Dharma Kesuma, Cepi Triatna, & Johar Permana. (2011). Pendidikan karakter: kajian teori dan praktik di sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ishaq Madeamin. (2012). Model spiral dari kemmis & taggart. Diakses dari http://www.ishaqmadeamin.com/2012/11/ model-ptk-3-model-spiral-darikemmis.html pada tanggal 1 Februari 2016, Jam 16:45 WIB. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2003). Undang undang republik indonesia nomor. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Diakses dari http://sdm.data.kemdikbud.go.id/SNP/dok umen/undang-undang-no-20-tentangsisdiknas.pdf pada tanggal 2 Februari 2016, Jam 15.30 WIB. Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Pedoman pengembangan program pembelajaran di taman kanak-kanak. Jakarta: Direktorat Pembinaan TK & SD. Lickona, T. (2012a). Mendidik untuk membentuk karakter: bagaimana sekolah dapat mengajarkan sikap hormat dan tanggung jawab. (Terjemahan Juma Wadu Wamaungu). Jakarta: Bumi Aksara. .(2012b). Persoalan karakter: bagaimana membantu anak mengembangkan penilaian yang baik, integritas, dan kebajikan penting lainnya. (Terjemahan Juma Wadu Wamaungu & Jean Antunes Rudolf Zien). Jakarta: PT Bumi Aksara.
Penggunaan Metode Bercerita.... (Wening Endah Subekti) 530
M. Ramli. (2005). Pendampingan anak usia dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan, dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Maria J. Wantah. (2005). Pengembangan disiplin dan pembentukan moral pada anak usia dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan, dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. Martini Jamaris. (2006). Perkembangan dan pengembangan anak usia taman kanakkanak. Jakarta: PT Grasindo. Moeslichatoen R. (2004). Metode pengajaran di taman kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta. Muhammad Azmi. (2006). Pembinaan akhlak anak usia pra sekolah: upaya mengefektifkan nilai-niai pendidikan islam dalam keluarga. Yogyakarta: Penerbit Belukar. Ngalim Purwanto. (2006). Prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya. Nurbiana Dhieni & Farida. (2011). Metode pengembangan bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Rita Eka Izzaty, Siti Partini S., Yulia Ayriza, Purwandari, Hiryanto & Rosita E. Kusmaryani. (2008). Perkembangan peserta didik. Yogyakarta: UNY Press. Santrock, J.W. (2007). Perkembangan anak. (Terjemahan Mila Rachmawati & Anna Kuswanti). Jakarta: Erlangga. Slamet Suyanto. (2005). Dasar-dasar pendidikan anak usia dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing. Sugiyono, (2008). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur penelitian: suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Suwarna. (2007). Buku pegangan menggambar PGTK FIP Yogyakarta : FBS UNY.
kuliah UNY.
Syamsu Yusuf. (2007). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Wina Sanjaya. (2010). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.