LAPORAN AKHIR PENELIT IAN DIPA 2014
Pe nggunaan Matriks Me mbran Amnion untuk Produksi Se l Punca Limbal (SPL) He wan Coba
Ketua Pelaksana : R a t i h R i n e n d y a p u t ri
P U S A T B I O M ED I S D A N TEK N O L O G I D A S A R K ES EH A TA N B A D A N P EN EL I TI A N D A N P EN G EM B A N G A N K ES EH A TA N K EM EN TR I A N K ES EH A TA N R I 2014
I.
JUDUL PENELITIAN
Penggunaan Matriks Membran Amnion untuk Produksi Sel Punca Limbal (SPL) Hewan Coba. 2. No.
SUSUNAN TIM PENELITI Nama
Keahl ian / Kesarjanaan
Keduduk an dal am Ti m
1.
Rat ih Rinendyaputri, M.Biomed
Ilmu Bio medik
Ket ua Pelaksana
2.
Dr. Lu t fah Rifati. Sp M
Do kt or d alam Ilmu Biomedik
Pen eliti 1
3.
Drh . Uly A lfi Nikmah, M Biomed
Do kt er hewan
Pen eliti 2
4.
A riy ani Noviantari, S. Si
Bio lo gi
Pen eliti 3
5.
d r. Fraiis Dany
Ked okteran
Pen eliti 4
6.
Nike Susanti, S. Si
Bio lo gi
Lit kay asa
7.
Pu rwanti, S.Si
Bio lo gi
Lit kay asa
8.
Dr. A u lia Yusuf, Ph.D
Ku lt ur dan karakterisasi jaringan
Pen eliti UI
9.
Pro f A rief Boediono
Ku lt ur dan rekayasa jaringan
Pen eliti IPB
10.
Ir. Bas ril
Ban k jaringan
Pen eliti Batan
11.
Fajar Lu kitowati, S.Si
Ban k Jaringan
Pen eliti Batan
12.
Drli. W ien Winarno
Do kt er Hewan
Pen eliti 5
13.
S it i Rah ayu
Pemb antu Administrasi
14.
A n ggie
Lit kay asa
3. SURAT KEPUTUSAN PENELITIAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560, Kolak Pos 1226 Telepon : (021) 4261088 Faksimile.: (021) 4243933 E-mail:
[email protected]; Website : http://www.litbang.depkes.go.id
M EM UTUSKAN MENETAPKAN KESATU
KEDUA
KETIGA
KEEMFAT
1)
Membentuk Tim Pelaksana Penelitian Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Tahun 2014 sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini; 2) Kepada Tim Pelaksana Penelitian pada Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan Tahun Anggaran 2014, dapat diberikan honorarium sebagaimana tersebut dalam lampiran 2 Keputusan ini; Tim Pelaksana Penelitian Tahun 2014 mempunyai tugas sebagai berikut: 1) Melaksanakan Penelitian pada Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Tahun 2014, dengan susunan Tim seperti pada Lampiran Surat Keputusan ini; 2) Menyerahkan Laporan Kemajuan Penelitian, Laporan Pelaksanaan Penelitian dan Laporan Akhir Penelitian kepada Kepala Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan. Dalam melaksanakan tugasnya, Tim bertanggungjawab kepada Kepala Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan serta wajib menyampaikan laporan akhir penelitian sebagai pertanggungjiiwaban kegiatan; Biaya pelaksanaan kegiatan serta honor Tim Pelaksana Penelitian Tahun 2014 dibebankan pada anggaran DIPA Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Tahun 2014; Keputusan ini mulai berlaku sejak bulan Januari sampai dengan
KELIMA
Desember 2014 dengan ketentuan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan dan perubahan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan Pada tanggal
di
: Jakarta : 14 Februari 2014
Tembusan Yth: 1. Sekretaris Jenderal Kemenkes RI; 2. Inspektur Jenderal Kemenkes RI 3. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; 4. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; 5. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 6. Sekretaris Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 7. Kanwil Ditjen Anggaran Kemenkeu RI DKI Jakarta; 8. Para Kepala Pusat di Lingkungan Badan Litbang Kesehatan; 9. Kepala Bagian Tata Usaha Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan; 10. Kepala Bidang Biomedis, Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan; 11. Kepala Bidang Teknologi Dasar Kesehatan, Pusat Biomedis dan Teknologi' Dasar Kesehatan; 12. Bendaharawan Pengeluaran Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan; 13. Masing-masing yang bersangkutan untuk dilaksanakan.
KEMENTER1AN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560, Kotak Pos 1226 Telepon : (021) 4261088 Faksimile.: (021) 4243933 E-mail:
[email protected]; Website : http://www.litbang.depkes.go.id
Lampiran 1 Keputusan Kepala Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Nomor : HK.02.03/1.2/974/2014 Tanggal :14 Februari 2014
SUSUNAN TIM PELAKSANA PENELITIAN TAHUN 2014
PENGGUNAAN MATRIKS UNTUK PRODUKSI DAN PROLIFERASI SELL PUNCA LIMBAL SAPI.
1
Ratlh Rlnendyaputri, M.Biomed
: Peneliti Pertama/Ketua Pelaksana
2
drh. Wien Winamo
: Peneliti Madya
3
dr. Lutfah Rlfati, Sp.M
: Peneliti Pertama
4
Artyani Noviantart, SSi
: Peneliti Pertama
5
drh. Ully Alfi Nikmah, M.Biomed
: Pembantu Peneliti
6
dr. Frans Dany
; Pembantu Peneliti
7
Nike Susanti, Ssi
: Pembantu Peneliti
8
Sukanto
: Pembantu Peneliti
9
Fajar Lukitowati. Ssi
: Pembantu Peneliti
10 Anggie
: Pembantu Peneliti
11
dr. H. Ahmad Aulia Yusuf. AHK.PhD
: Peneliti Daerah
12
Prof. Arief Boediono
: Peneliti Daerah
13 lr. Basril
: Peneliti Daerah
14
: Sekretariat Penelitian
Risma slnurat
KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN J1. Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560, Kotak Pos 1226 Telepon : (021) 4261088 Faksimile.: (021) 4243933 E-mail:
[email protected]; Website : http://www.litbang.depkes.go.id
Lampiran 2 Keputusan Kepala Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Nomor: HK.02.03/1.2/974/2014 Tanggal : 14 Februari 2014
Judul Pe ne litian : PENGGUNAAN M ATRIKS UNTUK PRODUKSI DAN PROLIFERASI SELL PUNCA LIM BAL SAPI. Jumlah Honor Tim Pelaksana Penelitian Tahun 2014
1.
Peneliti/Perekayasa Pertama : Jumlah honor yang diterima per- =Rp. 35.000 Jam, perminggu sebesar
2.
Pembantu Peneliti/Perekayasa Jumlah honor yang diterima per- =Rp. 20.000 Jam, perminggu sebesar
KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN Jalan Percct akan Negara No 29 Jakart a 10560 Ko t ak Po s 1226 Tel epon : (0 2 1 )4 2 6 1 0 8 « Fak s i mi l e (0 2 1 ) 4 2 4 3 9 3 3 Su rat Elekt ro n ik ; Ses b an @lit b an g ..d ep kes .g o .id Laman (Website) : h t t p :/ / www.lilb an g .d ep kes .g o .id
PERSETUJUAN ETIK (ETHICAL APPROVAL) Nomor: LB 02.01/5.2/Ke 248 /2014
Yang berlanda tangan di bawah mi, Ketua Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Litbang Kesehatan, setelah dilaksanakan pembahasan dan penilaian, dengan ini memutuskan protokol penelitian yang berjudul
"Penggunaan Matriks Membran Amnion untuk Produksi Sel Punca Limbal (SPL) Hewan Coba”
yang mengikutsertakan hewan percobaan sebagai subyek penelitian, dengan Ketua Pelaksana I Peneliti Utama
Ratih Rinendyaputri, M.Biomed dapat disetujui pelaksanaannya Persetujuan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan batas waktu pelaksanaan penelitian seperti tertera dalam protokol dengan masa berlaku maksimum selama 1 (satu) tahun Selama penelitian berlangsung, laporan kemajuan (setelah 50% penelitian terlaksana) harus diserahkan kepada KEPK-BPPK Pada akhir penelitian, laporan pelaksanaan penelitian harus diserahkan kepada KEPK-BPPK. Jika ada perubahan protokol dan / atau perpanjangan penelitian, harus mengajukan kembali permohonan kajian etik penelitian (amandemen protokol)
Ketua Komisi Etik Penelitian Kesehatan Badan Litbang Kesehatan.
Prof Dr M Sudomo
4. KATA PENG ANTAR Alhamdulillah, Segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah melampahkan rahmat, nikmat, karunia dan ridhoNya sehingga penelitian ini dapat terlaksana dan terselesaikan. Saya menyadari penelitian ini dapat terselesaikan atas kerjasama tim yang telah bekerja cepat dan cerdas dalam pengambilan data eksperimental di laboratorium. Kesabaran masing-masing anggota tim untuk menumbuhkan serta merawat sel dalam sebuah cawan demi mendapatkan data yang tepat dan akurat merupakan pengorbanan yang tidak dapat tergantikan kecuali rasa syukur kami yang telah dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan berupa hasil penelitian ilmiah. Saya ucapakan terimakasih kepada semua tim yang telah memberikan masukanmasukan dan pertimbangan yang bermanfaat untuk kelancaran pembuatan protokol sampai pada pelaksanaan penelitian. Saran reviewer dan anggota komisi etik sangat membantu dalam pelaksanaan serta penyempurnaan pembuatan proposal. Selain itu kekompakan tim anggota peneliti, litkayasa serta tim administrasi juga sangat membantu kelancaran proses pelaksanaan penelitian serta dalam pengambilan data penelitian baik di lapangan maupun di laboratorium. Saya sangat bersyukur mendapat kepercayaaan untuk menjadi salah satu ketua pelaksana dalam penelitian Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan (PBTDK), Balitbanges Kementerian Kesehatan dengan anggaran DIP A tahun 2014 ini. karena kesempatan ini tidak dapat diperoleh oleh semua peneliti di PBTDK. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan institusi lain dengan tema penelitian yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Semua proses awal hingga akhir penelitian ini memberikan banyak ilmu yang bermanfaat bagi saya khususnya, dan tim sehingga dapat menjadi bekal kami baik dalam menjadi ketua pelaksana maupun bekal sebagai peneliti untuk melaksanakan penelitian yang masih menunggu, untuk mengoptimalkan hasil penelitian sehingga manfaatnya dapat digunakan oleh masyarakat luas. Kami berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk kemajuan ilmu pengetahuan khususnya transplantasi stem cell untuk terapi regenerasi pada mata.
3
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini dengan setulus hati saya sampaikan terimakasih dan penghargaan vang tinggi. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan ketulusan Bapak dan Ibu dengan pahala yang berlipat ganda. Amin
Jakarta, Desember 2014
Ratih Rinendyaputri
4
2. RING KASAN EKSEKUTIF
RAT1H RINENDYAPUTRI. Penggunaan Matriks Membran Amnion untuk Produksi Sel Punca Limbal (SPL) Hewan Coba.
Pemanfaatan stem cell untuk terapi penyakit degeneratif dalam ophthalmologi telah dilakukan, seperti pada pasien dengan defisiensi sel punca limbal (stem cell limbal deftciencyISCLD). Namun ketersediaan sel punca limbal (SPL) sangat terbatas karena jumlah donor SPL yang sangat kurang dibandingkan dengan kebutuhan. Untuk mengatasi hal tersebut maka dilakukan produksi SPL secara in vitro sehingga kebutuhan dapat terpenuhi. Keberhasilan produksi SPL secara in vitro sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti komposisi medium, lingkungan, pH dan penggunaan matriks ekstraseluler. Penggunaan matriks ekstraseluler dalam kultur SPL selain dapat meningkatkan proliferasi juga dapat mempermudah dalam proses aplikasi transplantasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian dalam penggunaan matriks untuk produksi SPL secara in vitro. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan matriks ekstraseluler yang optimal untuk memproduksi SPL secara in vitro. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental berbasis laboratorium menggunakan SPL tikus yang dikultur secara eksplan menggunakan matriks membran amnion dan fibronectin (FN). Setelah dikultur SPL dikarakterisasi menggunakan metode PCR. Membran amnion yang digunakan dalam penelitian ini merupakan produksi bank jaringan di BATAN. Sel punca limba (SPL) diisolasi dan dikultur di Laboratorium Stem Cell. Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes. Untuk karakterisasi dilakukan di Dept. Histologi FKUI pada bulan Maret November 2014. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa SPL dapat dikembangkan secara in vitro baik pada cawan petri dengan membran amnion dan fibronectin sebagai matriks ekstraseluler. Keberhasilan kultur pada membran amnion sebagai matrik ekstraseluler diharapkan dapat mempermudah penggunaan terapi transplantasi menggunakan SPL pada kerusakan kornea.
5
6. ABSTRAK Ketersediaan sel punca limbal (SPL) sangat terbatas mengingat jumlah donor SPL yang sangat kurang dibandingkan dengan kebutuhan, untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dilakukan produksi SPL secara in vitro. Keberhasilan kultur in vitro pada SPL sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, salah satunya adalah penggunaan matriks ekstraseluler. Pemilihan jenis matriks yang tepat dalam kultur SPL, selain dapat meningkatkan proliferasi juga dapat mempermudah dalam aplikasi transplantasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan matriks ekstraseluler yang optimal untuk memproduksi SPL secara in vitro. Penelitian dilakukan di Laboratorium stem cell Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan Badan Litbangkes. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan kultur SPL tikus menggunakan metode eksplan. Selanjutnya dilakukan kultur SPL secara in vitro pada cawan petri dengan membran amnion dan fibronectin (FN). Tingkat proliferasi SPL pada kedua cawan dianalisis dengan menghitung population doubling (PD) dan population doubling time (PDT). Karakterisasi SPL dilakukan dengan melihat ekspresi gen CD90, p63, ABCG2 dan Krtl2 sebagai marker SPL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PD dan PDT pada SPL yang mengunakan dan tanpa FN secara berturut-turut adalah 2.15,2.23 dan 59.26 dan 56.89. Sedangkan ekspresi gen CD90, p63, ABCG2 dan Krtl2 SPL pada penggunaan dan tanpa FN masing-masing adalah 17.70, 19.75, 17.08, 18.42 dan 15.23, 19.09, 17.42, 18.85. Pada penelitian ini membran amnion dan fibronectin dapat digunakan sebagai matriks ekstraseluler pada kultur in vitro SPL. Kata kunci : sel punca limbal, membran amnion, fibronektin ABSTRAC Availability of stem cells limbus (SCL) is very limited considering the number of donors SCL very less as compared to the needs, so it is necessary SCL production in vitro. The success of in vitro culture of SCL is strongly influenced by environmental conditions, one of which is the use of the extracellular matrix. Selection of the appropriate type of matrix in the SCL culture, can increase proliferation and facilitate the application of transplantation. This study aimed to obtain the optimal extracellular matrix to produce SCL. Research conducted at the Center for Biomedical and Basic Technology of Health. This research was conducted with cultured SCL rat using explants. Furthermore, the SPL in vitro culture in a petri dish with amniotic membrane and fibronectin (FN). SCL proliferation rate in were analyzed by calculating population doublings (PD) and the population doubling time (PDT). Characterization of SCL done by looking at the expression of CD90, p63 ,ABCG2 and Krt 12 as a marker gene. The results showed that the PD and PDT in SCL use and without FN respectively are 2.15 , 2.23 and 59.26 and 56.89. While the expression gene of CD90 , p63 , ABCG2 and Krt 12 SPL on the use and without FN respectively 17.70 , 19.75 , 17.08 , 18.42 and 15..3 , 19.09 , 17.42 , 18.85. In this study, amniotic membrane and fibronectin can be used as an extracellular matrix to produce SCL. Key word : stem cell limbus, amnion membrane, fibronectin
6
7. DAFTAR ISI
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. a. b. c. d.
e. f. g. h. i.
JUDUL PENELITIAN ............................................................................... SUSUNAN TIM PENELITI ....................................................................... SURAT KEPUTUSAN PENELITIAN Nomor HK.02.03/I.2/974/2014 PERSETUJUAN ETIK Nomor : LB.2.0I/5.2/KE248/2014 KATA PENGANTAR ................................................................................ RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................................... ABSTRAK ................................................................................................ DAFTAR ISI ............................................................................................. DAFTAR TABEL/GAMBAR ..................................................................... ISI LAPORAN PENELITIAN Pendahuluan ............................................ ................................................ Rumusan Masalah .......... ....................................................... ................. Tujuan ..................................................................................................... Manfaat .................................................................................................... Metode ..................................................................................................... Kerangka Konsep ..................................................................................... Alur Kerja ............................................................................................... Tempat dan Waktu Penelitian................................................................... Desain dan Jenis Penelitian ..................................................................... Populasi dan Sampel ................................................................................ Cara Pengamblan Sampel ........................................................................ Kriteria inklusi dan eksklusi .................................................................... Variabel ................................................................................................... Definisi Operasional ............................................................................... Cara Pengumpulan Data ................... ....................................................... Bahan dan Cara Kerja .............................................................................. Hasil ........................................................................................................ Pembahasan .............................................................................................. KesimpulandanSaran ............ .................................................. ................. Ucapan Terimakasih ............................................................... ................ Daftar Kepustakaan...................................................................................
2
3 5 6
7 8
9 11 11 11 12 12 13 13 13 13 13 14 14 14 14 15 18 25 27 27 28
7
8.
DAFTAR TABEL/G AMBAR Tabel I. PD dan PDT sel punca limbal ................................................... 20 Tabel 2. Ekspresi relatif SPL dibandingkan dengan
kelompokkontrol 24
Tabel 3. Ekspresi gen berdasarkan A CT ................................................ 24 Gambar 1. Kerangka Konsep.................................................................. 12 Gambar 2. Alur Kerja ............................................................................ 13 Gambar 3. Metode eksplan kultur SPL................................................... 18 Gambar 4. Kultur SPL pada membran amnion ........................................ 19 Gambar 5. Kultur SPL pada fibronectin ................................................. 19 Gambar 6. Produk bank jaringan BATAN ............................................... 20 Gambar 7. CFU dari SPL menggunakan kristal violet............................. 21 Gambar 8. Diferensiasi dan karakterisasi SPL ....................................... 22 Gambar 9. Karakterisasi menggunakan Alizarin ..................................... 23 Gambar 10. Induksi osteosit dan kondrosit pada sel punca limbal
23
(SPL) tikus pasca simpan beku (vitrifikasi) .... ......................................
8
A. Pe ndahuluan Pemanfaatan stem cell (sel punca) untuk terapi penyakit regeneratif telah diaplikasikan untuk beberapa kondisi klinis yang tidak dapat diterapi menggunakan pengobatan konvensional. Kemampuan sel punca untuk berdiferensiasi menjadi berbagai tipe sel [plasticity) dan berploriferasi dalam jangka waktu yang lama (selfrenewal) sangat berpotensi untuk melakukan regenerasi pada kerusakan jaringan maupun organ. 1 Setiap organ mempunyai sel punca dewasa yang bersifat unipoten dan dapat meregenerasi jaringan dan organ tersebut. Sel punca dewasa dapat berdiferensiasi sesuai dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Seperti pada organ mata yang permukaannya dikelilingi oleh sel epitelial konjungtiva dan kornea. Jika terjadi kerusakan pada jaringan komea maka sel punca limbal (SPL) akan berdiferensiasi menjadi sel epitel komea sehingga jaringan komea kembali normal. 2 . 3 Kerusakan pada jaringan yang masih memiliki sel punca dewasa masih sangat memungkinkan terjadi regenerasi secara alami. Namun pada kerusakan kronis dapat mengakibatkan sel punca dewasa pada jaringan mengalami kerusakan sehingga mengganggu proses regenerasi jaringan Pada kerusakan SPL dapat menyebabkan regenerasi komea terganggu. Hal inilah yang mengakibatkan kebutaan mengingat fungsi komea yang sangat penting yaitu sebagai penerima cahaya. Kerusakan komea dapat terjadi akibat beberapa penyakit seperti pada Stevens-Johnson Syndrome (SJS), diferensisi SPL parsial/total, trauma kimiawi(basa/asam nukleat) atau trauma kronis akibat penggunaan lensa kontak . 2 . 3 Transplantasi SPL merupakan terapi sel punca untuk kerusakan SPL, namun ketersediaan donor SPL masih sangat terbatas. Oleh sebab itu produksi SPL secara in vitro terus dilakukan untuk menjamin ketersediaan SPL . 1 Untuk melakukan produksi SPL ada beberapa faktor yang harus diperhatikan mengingat SPL mempunyai rentang hidup yang lama dan siklus sel yang lama . 5 Sehingga dalam melakukan produksi SPL secara in vitro dibutuhkan lingkungan yang mendukung proliferasi SPL. Menurut Shimazaki et al. (2002) komponen matriks ekstraseluler, asosiasi molekul-molekul membran sel serta sitokini untuk komunikasi antar sel sangat berpengaruh untuk proliferasi sel secara in vitro.
9
Matriks ekstraseluler merupakan scalfold yang berfungsi sebagai tempat melekatnya sel sehingga sel mampu membelah. Penggunaan matriks tidak hanya penting untuk pertumbuhan sel dalam kultur SPL namun juga untuk keamanan dalam penggunaan terapi klinis seperti transplantasi. Untuk memproduksi SPL ada beberapa scalfold yang dapat digunakan seperti gel. gelatin, serta membran amnion 4 - 6 Membran amnion merupakan matriks yang sering digunakan karena merupakan biomartnks ekstraseluler yang dapat menghambat inflamasi, memiliki kemiripan struktur dengan matriks pada basal konjungtiva dan dapat diabsorbsi secara bertahap sehingga aman untuk transplantasi. 7 Menurut Shimazuki et al. (2002) penggunaan amnion membran pada allograf tidak menimbulkan penolakan imun resipien Metode isolasi SPL sebelum dilakukan kultur, merupakan faktor yang penting menurut Sudha et al. (2006) melaporkan bahwa metode enzimatik maupun eksplan dapat digunakan dalam produksi SPL. 4 Keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan namun viabilitas dan jumlah sel yang dihasilkan tidak berbeda, namun pada tingkat proliferasi pada metode enzimatik lebih tinggi sehingga tingkat konfluensi lebih cepat. Hal ini disebabkan karena pada enzimatik sel yang ditanam merupakan suspensi sel sehingga pertumbuhan dapat menyebar keseluruh permukaan cawan. Penelitian mengenai penggunaan matriks ekstraseluler untuk produksi SPL secara in vitro terus dilakukan untuk mendapatkan metode dalam memproduksi SPL yang efektif. Mengingat pentingnya ketersediaan jaringan SPL untuk berbagai kasus degeneratif pada mata khususnya, kerusakan SPL dan setiap jenis sel membutuhkan matriks ekstraseluler yang berbeda-beda. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian untuk proliferasi SPL pada matriks ekstraseluler. Penelitian ini bertujuan untuk memproduksi SPL secara in vitro menggunakan membran amnion sebagai matriks ekstraseluler serta fibronectin (FN) sebagai attachment factor.
10
1.2 Rumus an M as alah
Ketersediaan donor SPL yang menjadi kendala dalam terapi SPL sehingga perlu dilakukan kultur secara in vitro untuk produksi SPL. Matriks ekstraseluler diharapkan dapat meningkatkan proliferasi serta mempermudah transplantasi SPL. Untuk itu perlu dilakukan penelitian dalam memproduksi SPL secara in vitro menggunakan amnion membran dan fibronectin (FN) sebagai matriks ekstraseluler. B.
Tujuan Penel i ti an
Tujuan Umum : Mendapatkan matriks ekstraseluler yang optimal untuk memproduksi SPL secara in vitro. Tujuan Khusus: 1. Melakukan kultur sel punca limbal (SPL) dengan metode eksplan menggunakan dan tanpa fibronectin (FN) 2. Mendapatkan population doubling (PD) dan population doubling time (PDT) yang telah dikultur menggunakan dan tanpa fibronectin (FN). 3. Mendapatkan karakterisasi SPL yang telah di kultur menggunakan dan tanpa fibronectin (FN). 4. Melakukan seeding SPL pada membran amnion dengan dan tanpa fibronectin (FN). C.
Manfaat Penel i ti an Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam memproduksi
jaringan sel punca limbal secara in vitro untuk teknologi tissue engineering pada terapi transplantasi mata.
11
D. M e tode Pe ne litian
Gamb ar I Potensi sel p unca d apat digunakan untuk t erapi regenerasi b eberapa t ipr sel salah satunya adalah t erapi p ada kerusakan epitel komea. Sel punca limba (SPL) merupakan sel punca yang memp u nyai sifat unipoten menjadi sel epitel komea, sehingga SPL mempunyai potensi untuk t erapi p ada kerusakan ko mea dengan melakukan transplantasi SPL. Sel Punca limbah SPL y ang d igunakan d apat diperoleh dari donor atau kultur SPL secara in vitro. Yan g p erlu d ip erhatikan p ada produksi SPL secara in vitro ad alah kondisi lingkunganseperti metode is o lasi, komposisi medium d an p enggunaan matriks ekstraseluler.
12
Al ur Kerja
Gambar 2 . Mel akukan isolasi dan kultur SPL secara in vitro s erta melakukan karakterisasi SPL yang tel ali di kultur pada membran amnion menggunakan metode imunohistokimia.
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Stem Cell, Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Dept. Histologi FK U1 pada bulan Maret-November 2014, Desai n dan Jenis penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental berbasis laboratorium. Popul asi dan Sampel Populasi : Mata dan tikus Swiss Webster. Sampel : SPL yang berhasil dikultur. Besar sampel, cara pemilihan atau pengambilan sampel a. besar sampel: t = perlakuan (metode kultur SPL +/- FN) = 2 n = jumlah pengulangan
13
t(n-l)>15 ---------- ► n = 8,5 (10) b. Cara pengambilan Sesuai kriteria inklusi dan eksklusi Kri teria i nklusi dan eksklusi Kriteria inklusi: 1. Mata tikus yang masih segar. 2. Sel punca limba yang berhasil dikultur. Kriteria eksklusi: 1. Mata tikus yang sudah keruh pada bagian komea. 2. Sel punca limbal yang telah dikultur namun mengalami kontaminasi. Vari abel Variabel dalam penelitian ini adalah fibronectin, membran amnion dan SPL. Defi nisi Operasional Sel punca limbal : sel punca yang akan berdiferensiasi menjadi sel epitel komea. Karakterisasi sel punca limbal (SPL) : identifikasi menggunakan marker positif sel punca limbus yaitu ABCG2, p63 dan K3/K12. Fibronectin (FN): merupakan attachment factor pada kultur SPL secara in vitro Kelompok kontrol : kultur SPL tanpa FN Kelompok perlakuan : kultur SPL dengan FN (+FN) Population doubling (PD): kemampuan sel untuk menggandakan jumlah sel Population doubling time (PDT) : waktu yang dibutuhkan untuk menggandakan jumlah sel Ekspresi relatif: ekspresi suatu gen target pada suatu sampel atau SPL A CT (cycle tresholcl): waktu yang dibutuhkan untuk untuk amplifikasi Cara Pengumpul an Data Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengamatan mikroskopis selama kultur dan karakterisasi ekspresi gen ABCG2, p63 dan K3/K12 menggunakan rtPCR.
14
Bahan dan Cara Kerja Bahan dan Al at 1. Medium yang digunakan : -
Medium kultur MEM low glucose (Sigma, M0894)
-
HAM 12 (Gibco,21700-075)
-
PBS (Gibco, 12800-017)
-
FBS (Biowest)
-
Penstrep (Sigma)
-
ITS (Sigma, 13146)
-
EGF (Sigma)
-
Hidrocortison (Sigma)
-
Kit ekstraksi RNA (Qiagen)
-
Enzim/ kil untuk cDNA (ProtoScript, First Strand E6300L)
-
Kit rtPCR (Kapa Biosystem 2 step)
-
Kit rtPCR 1 step (AB, CA94404)
2. Alat yang diperlukan : -
Gunting
-
Pinset
-
Scalpel
-
Petridish atau 4,6 dan 24-well plate
-
Fintip 10-1000 mikroliter
-
Pipet volume
-
TC Flask 25
Cara Kerja Isol asi Sel Punca l imbal Sel punca limba (SPL) yang digunakan dalam penelitian ini merupakan SPL tikus strain Wistar jantan atau betina dengan umur 3-4 bulan. Tikus dipelihara dalam kandang akawat dengan pemberian pakan dan minum secara adlibitum. Tikus yang diambil organ mata diterminasi dengan melakukan anasthesi dengan menggunakan xylasine dosis 0,05mg/kg B B dan ketamin dengan dosis 11 mg/kg BB kemudian dilakukan disloca/io cervicalis. Organ mata dibawa ke laboratorium menggunakan medium transport (posphat buffer saline/PBS yang
15
mengandung I % penstrep). Isolasi SPL dilakukan di laboratorium dalam Biosafety Cabinet /BSC II. Organ mata dimasukkan kedalam iodine 1% selama 2 menit kemudian dilakukan isolasi SPL dengan menginisiasi bagian konjungtiva melingkar kornea terlebih dahulu. Setelah itu dilakukan isolasi SPL yang terdapat diperbatasan antara konjungtiva dan kornea.
4
Tikus yang sudah diambil organ matanya dimasukkan ke
dalam insenerator. Penanganan hewan coba dilakukan oleh dokter hewan yang terlibat dalam penelitian di laboratorium hewan coba Pusat Biomedi dan Teknologi dasar Kesehatan (PBTDK), Balitbangkes. Sel punca limbal yang diperoleh dicacah menggunakan gunting kemudian dicuci dalam PBS 1% penstrep sebelum dikultur. Sel punca limbal yang telah dipotong kecil dikultur dengan dieksplan pada plate dengan 4 well menggunakan medium kultur. Kul tur Sel Punca Li mbal Kultur sel punca limbal dilakukan dengan metode yang dikerjakan oleh Burman dan Sangwan (2000) : dan Krishnan et a/. (2010) 1 1 dengan sedikit modifikasi. Medium kultur yang digunakan medium a-MEM/F!2 dengan 10% FBS, dan suplementasi pensterp 1% ITS (insulin 0,1 mg, transferin 55)ig/ml, selenium 5 ng/l), EGF/epidermal growth factor (0,01 mg/l), hidrocortisone 0,1 mg/ml) pada suhu 37 ll C, 5% C02. Penggantian medium kultur dilakukan setiap 2-3 hari kultur, setelah 13-15 hari kultur dilakukan passase. Pada saat apssase dilakukan perhitungan sel dan penanaman kembali pada cawan yang baru. Karakteri sasi Sel Punca Li mbal Tahap ini diawali dengan tahapan isolasi material genetik berupa RNA (Ribonucleid Acicf), hal ini bertujuan untuk melihat ekspresi gen CD90, p63, Krt/12 dan ABCG2 pada sampel. Sampel yang dilakukan isolasi RNA adalah Sel punca limbal yang telah dikultur selama 7 hari dengan menggunakan dan tanpa Fibronectin. Proses isolasi RNA dilakukan dengan menggunakan manual kit (Qiagen, #52906). Hasil isolasi RNA dilanjutkan dengan uji kualitas menggunakan spektrofotometri yaitu menggunakan Nanodrop 1 M , hal ini bertujuan untuk evaluasi hasil isolasi baik konsentrasi maupun kemurniannya. Pengujian kemurnian RNA total dilakukan dengan membandingkan nilai A260 dan A280. Rasio A260/A280 yang baik adalah 1.88-2.00 artinya RNA hasil isolasi bebas dari
16
kontaminasi protein. Hasil spektrofotometri yang positif dilanjutkan dengan proses amplifikasi. Amplifikasi material genetik RNA dilakukan 2 tahap yaitu 1) pengubahan RNA menjadi cDNA atau RT-PCR (Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction) menggunakan kit (Invitrogen, 12574-026) dan 2) amplifikasi cDNA menggunakan realtime PCR dengan SYBR Green PCR Master Mix (AB, #4385610). Tahap pertama dilakukan denaturasi RNA pada suhu 70°C selama 5 menit, kemudian tahap kedua adalah sintesis komplementari DNA (cDNA) dengan inkubasi pada suhu 25"C selama 5 menit, 42°C selama 60 menit dan 80°C selama 5 menit. Tahap terakhir tambahkan 50nl NFW. Amplifikasi cDNA menggunakan mesin Applied Biosystem 7500 fast Realtime PCR system (AB 7500 realtime PCR) dengan tahapan aktifasi enzim 95“C selama 3 menit, denaturasi 95°C selama 1-3 detik dan aneling/ektensi 60”C selama 20 detik (40 cycle). PCR dilakukan dengan primer spesifik gen CD90, p63, Krt/12 dan ABCG2. Primer yang digunakan primer spesfik yang di desing dan telah dibuktikan dengan pengecekan BLAST (Basic Local Alignment Search Tool) pada gene bank (www.ncbi.nlm.nih.gov) sehingga diharapkan hasil amplifikasi mumi gen-gen tersebut. Metode threshold cycle digunakan untuk menganalisa ekspresi gen, selain itu sistem mesin telah dilengkapi dengan kalibrator dye ROX sebagai internal quality kontrol pada setiap reaksi serta 18SS sebagai housekeeping gene. Pengol ahan dan Anal i si s Data Data dan penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif dan data kuantitatif dianalisis menggunakan SPSS.
17
E. H a s i l Pada pengamatan mikroskopis, sel punca limbal dapat tumbuh di sekitar eksplan dari jaringan yang dikultur secara in vitro setelah hari ke 2 kultur (Gambar 3). Morfologi sel yang tumbuh masih beragam dengan bentuk heksagonal dan fibroblastik. Hasil eksplan limbus pada penggunaan dan tanpa fibronectin sebagai matriks ekstraseluler menunjukkan adanya proliferasi sel punca limbal. Hal ini secara mikroskopis dapat diamati dengan adanya migrasi sel punca limbus disekitar eksplan pada kedua perlakuan.
Gamb ar 3. Metode ekpian pada kultur sel punca limbal (SPL) t ikus. Kultur menggunakan (A) dan t anpa fibronectin (FN) (B).
Kultur dan pasase SPL secara in vitro dapat dilakukan 4 sampai dengan 5 kali untuk memperoleh jumlah sel yang cukup untuk siap dilakukan transpalantasi. Untuk mempermudah transplantsi maka SPL dapat ditanam pada matriks ekstraseluler seperti membran amnion. Pada penelitian ini membran amnion diperoleh dari Bank Jaringan BATAN (Gambar 4). SPL mampu tumbuh pada membran amnion yang telah dicoating maupun tidak dengan fibronektin Hal ini ditunjukan dengan adanya perubahan morfologi sel punca limbal di atas permukaan membran amnion.
18
Gamb ar 4. Kultur sel p unca limb al (SPL) t ikus menggunakan membran amnion dengan (C dan D) dan t anpa (Ad an B) FN. Ku lt u r hari ke 3 (A d an C) d an hari ke 7 (B d an D).
Kultur dan ekspansi SPL pada cawan dengan dan tanpa ftbronectin menunjukkan pertumbuhan sel yang sama secara morfologi (Gambar 5).
Gamb ar 5. Kultur sel p unca limb al (SPL) hari ke 5 p aska p asase dengan (+/-) fibronectin (FN sebagai attachment factor.
Membran amnion dan perikardium merupakan salah satu jaringan yang dapat digunakan untuk membuat scalfold atau sebagai matriks ekstrseluler. Pemilihan matriks harus disesuaikan dengan kebutuhan dan sifat matriks itu sendiri. Membran amnion merupakan membran tipis yang lebih fleksibel untuk digunakan untuk ditransplankan pada organ mata. Jaringan tersebut dapat diperoleh dari BATAN (Gambar 6). 19
Gamb ar 6, Produk Bank jaringan berupa membran amnion (A) dan p erikardium (B).
Tabel 1. PD dan PDT limbal tikus pasase 2 yang dikultur secara
in vitro
PD
PDI (jam)
PD/hari
Kontrol
2,23
Perlakuan (+FN)
2,15
56,89 59,26
0,45 0,43
Tingkat proliferasi sel punca limbal tikus secara in vitro pasase ke 2 pada penggunaan fibronectin (FN) memiliki population doubling (PD) dan population doubling time (PDT) yang sama (Tabel 1).
Kemampuan sel punca limbal untuk berproliferasi dapat diamati dengan menghitung pembentukan koloni sel dengan jumlah sel > 50 setelah dilakukan
20
kultur selama 14 hari. Pengamatan dilakukan di bawah mikroskop inverted setelah sel diwarnai menggunakan kristal violet (Gambar 7).
Gamb ar 7. Gamb aran s ecara makro p emb en t u kan ko lo n i p ad a s el p u n ca limb al {colony’formingunil/CFU) pada seeding 100 s el/ well d an 1000 s el/ wll mas in g -mas in g ad alah 7,66% d an 7.46%.
Pada kultur SPL secara in vitro, populasi sel yang tumbuh sangat beragam. Sel punca mesenkim merupakan salah satu sel punca yang mampu berproliferasi dan tumbuh dalam kultur SPL. Multipotensi sel punca mesenkim pada kultur tersebut dapat ditunjukkan dengan kemampuan sel untuk berdiferensiasi menjadi sel osteosit, kondrosit dan lipid setelah mengalami kultur dan pasase berulang (Gambar 8 ).
Gamb ar 8. Karakterisasi sel punca limb al seielah diinduksi memperlihatkan sifat mullipotensi d engan menunjukkan d iferensiasi ke arah osteosit pada (A) sebelum p ewarnaan alizarin dan sesudah p ewarnaan (D}. Pada kontrol sel tidak menunjukkan adanya deposit min eralisasi (B d an C). Sel punca limb al ju ga dapat b erdiferensiasi menjadi sel kondrosit dengan p ewarnaan A loan Blue (E) d an menjadi s el lema! dengan menunjukkan adanya deposit t emak dengan p ewarnaan Oil Red O (F).
Sel punca limbal memiliki populasi sel yang bersifat multipoten, sehingga ketika dikultur pada medium tertentu maka sel akan mengarah menjadi sel yang sesuai dengan lingkungannya. Pada kultur dengan medium induksi osteosit maka sel punca limbal akan berdiferensiasi menjadi osteosit dan menunjukkan wama merah pada deposit-deposit mineral setelah dilakukan pewarnaan Alizarin (Gambar 9).
22
Kontrol
Gamb ar 9. Sel p unca limbal setelah mengalami induksi akan berdiferensiasi menjadi osteosit, p ewarnaan Alizarin d ilakukan selelah 14 h ari dikultur dengan medium induksi.
Sel punca limba! setelah disimpan beku dengan metode vitrifikasi masih mampu berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel osteosit dan kondrosit. Diferensiasi osteosit ditunjukkan dengan adanya deposit mineral seperti kalsium pada sel, sedangkan pada sel kondrosit terbentuk nodul-nodul setelah mengalami kultur lebih dari 7 hari (Gambar 10).
Gamb ar 10. Induksi osteosit d an kondrosit pada sel punca limb al (SPL) tikus pasca simpan beku (vitrifikasi). Setelah s imp an beku sel masih mampu berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel osteosit dengan p ewarnaan A lizarin (A) d an berdiferensiasi menjadi kondrosit ( B ) .
23
Tabel 2. Ekspresi Relatif Sel Punca Limbal (SPL) dibandingkan kelompok kontrol G en Krt 12
G en ABCG 2
Pasase I
0,414
0,448
Pasase 2
4,412
3,572
Pada pasase ke 2 kultur SPL yang dikultur menggunkan fibronectin menunjukkan ekspresi relatif gen Krt 12 dan ABCG2 empat dan tiga kali lebih besar dibandingkan dengan kontrol namun pada p63 dan CD90 menunjukkan ekspresi relatif yang sama (Tabel2).
Tabel 3. Ekspresi gen berdasarkan A CT pada kelompok kontrol dan perlakukan Krt 12
ABCG 2
p63
CD90
Kontrol
18,85
17,42*
19,09
15,23*
Perlakuan {+ FN)
18,42
17,08
19,75
17,70
* p < 0,05
Ekspresi masing-masing gen pada SPL yang dikultur menggunakan fibronectin (FN) sebagai attachment factor tidak menunjukkan perbedaan dengan kultur tanpa FN (kontrol). Namun ekspresi gen ABCG2 dan CD90 pada kontrol menunjukkan ekspresi yang lebih rendah dibandingkan ekspresi gen Krt 12 (p<0,05) (Tabel 3).
24
F. Pembahasan Kul tur sel punca l i mbal (SPL) ti kus Produksi sel punca limbal dapat dilakukan dengan melakukan kultur pada bagian limbus menggunakan metode eksplan maupun enzimatik . 4 Kultur limbus pada penelitian ini dilakukan dengan metode eksplan dan menunjukkan pertumbuhan serta proliferasi sel pada pengamatan hari ke 3 kultur baik pada cawan yang menggunakan matriks maupun yang tidak menggunakan fibronectin sebagai matriks ekstraseluler (Gambar 3.4 dan 5), Proliferasi dan diferensiasi sel punca limbal atau sel progenitor sangat tergantung kondisi kultur, beberapa hal yang mempengaruhi tingkat proliferasi dan diferensiasi dari sel punca adalah jenis serta komposisi medium kultur. Penggunaan serum serta faktor pertumbuhan yang tepat dan dengan konsentrasi yang optimal mampu meningkatkan proliferasi sel yang dikultur secara in vitro 6 Pada penelitian ini membran amnion diperoleh dari BATAN yang memproduksi membran amnion dan perikardium menjadi produk bank jaringan yang dapat dimanfaatkan sebagai matriks ekstraseluler (Gambar 6 ). Membran amnion telah digunakan pada transplantasi penyakit degeneratif mata seperti pada kasus defisiensi komea serta pengobatan luka membran amnion merupakan biomaterial yang mneujang perbaikaan penyembuhan luka pada kulit pada saat digunakan terapi menggunakan sel punca mesenkim dari tali pusat . 8 ' 9 ' 10 Menurut Meyer-Blazejweska et al. (2010) penambahan fibrin sebagai matriks ekstraseluler, penggunaan medium DMEM/FI2 dan 10% serum, faktor pertumbuhan EGF dengan konsentrasi 5 ng/ml atau kombinasi faktor pertumbuhan (3-NGF dan EGF pada ekspansi sel punca limbal secara in vitro!' Pada penelitian ini kultur sel punca limbal menggunakan fibronectin sebagai matriks ekstraseluler, medium kultur 10% FBS dalam medium MEM/F12 serta penambahan protein sebagai faktor pertumbuhan seperti insulin, EGF dan hidrocortison. Penambahan protein diharapkan dapat meningkat afinitas resptor TrkA sehingga proses proliferasi, diferensiasi serta migrasi pada sel punca limbal meningkat. 1 " Selain itu penambahan mineral seperti transferin dan selenium juga dapat meningkatkan proliferasi serta diferensiasi sel punca limbal.
25
Penambahan fibronectin dalam kultur SPL dapat
digunakan sebelum
transplantasi SPL menggunakan membran amnion. Fibronectin selain dapat berfungsi sebagai attachment factor juga dapat meningkatkan migrasi sel serta berpotensi memicu pertumbuhan sel . 13 , 14 Hal ini akan sangat membantu dalam penyembuhan pada penyakit degeneratif mata. Tingkat proliferasi dapat ditunjukkan dengan pembentukan koloni (CFU) serta PD dan PDT sel (Tabel 1 dan Gambar 7). Pada penelitian ini CFU sel punca limbal menunjukka angka yang lebih rendah dibandingkan MSC dari sumsum tulang tikus yang dilaporkan oleh Tawonsawatruk et al. (2012).
13
Perbedaan ini dapat
disebabkan oleh perbedaan sumber, perbedaan jumlah sel awal pada saat kultur, medium serta lingkungan kultur yang digunakan. Kemampuan di ferensiasi sel punca l i mbal ti kus Ekspresi p63 pada sel punca limbal (SPL) menunjukkan kemampuan multipotensi SPL seperti multipotensi mecenchymal stem cell (MSC). Gen p63 dapat menyebabkan epithelial-mesenchymal transition (EMT) sehingga memiliki kemampuan yang sama dengan MSC. b Secara molekuler karakter MSC harus mengekspresikan CD 105, CD90, CD73 positif serta mampu berdiferensiasi menjadi sel osteosit, kondrosit serta sel lemak. 16 ' 7 Pada penelitian ini SPL yang dapat terisolasi menggunakan metode eksplan mampu mengalami diferensiasi seperti MSC (Gambar 8 dan 9) serta mengekspresikan gen p63 dan CD90 yang tinggi (Tabel 3). Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Bray et al 2012., MSC dapat diperoleh dari kultur limbus manusia yang dikultur dengan penambahkan growth factor tertentu seperti 10% FBS, standard serum-free medium yang ditambahkan suplemen seperti B-27, epidermal growth factor (EGF) and fibroblast growth factor 2 (FGF)."' Karakterisasi MSC yang diperoleh dari kultur limbal juga menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan menggunakan flow cytometry (pada CD73, CD90, CD105, CD141 dan CD271) selain itu positif juga terhadap differentiation assays (osteogenesis, adipogenesis and chrondrogenesis). Penggunaan medium dengan FBS menunjukkan 70-80% sedangkan menggunakan MesenCult-XF mencapai > 95% CD34(-) CD45(-) CD90 (+) CD73 (+) CD105 (+). MSC yang diperoleh dari limbus (L-MSC) mensuport pertumbuhan sel-sel epithelial limbus hal ini ditunjukkan dengan
26
tingginya ekspresi p63 yang merupakan marker progenitor sel dan marker cytokeratin 3 sebagai penanda diferensiasi kornea . 17 ' 19 Pada produksi SPL secara in vitro proses kultur dan pasase dapat memicu diferensiasi spontan. Untuk mengurangi potensi diferensiasi tersebut dapat dilakukan simpan beku pada SPL yang telah mencapai pasase 4 atau 5. Produksi sel punca limbal tikus dapat dilakukan sampai pada pasase 4 dan selanjutnya dapat dilakukan simpan beku untuk menghindari kultur yang lama. Kultur yang lama akan mengurangi sifat multipoten dan dapat terjadi diferensiasi spontan. Pada penelitian membuktikan bahwa setelah simpan beku sel punca limbal masih memiliki multipotensi dan memiliki karakter yang tidak berubah (Gambar 10). G . Kesi mpulan dan Saran Kesi mpulan Penggunaan matriks ekstraseluler seperti membran amnion dan fibronectin dapat meningkatkan kondisi kultur in vitro SPL. Saran Perlu dilakukan tranplantasi sel punca limbal yang telah diproduksi in vitro untuk terapi secara in vivo. H. Ucapan Teri makasi h Terima kasih Kepala Badan Litbangkes dan Kepala Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan (PBTDK) atas pemberian dana penelitian, masukan dan nasehat selama melakukan penelitian dengan dana DIPA 2014. Teman-teman tim di laboratorium stem cell PBTDK Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbankes, Kementerian Kesehatan serta BATAN yang telah membantu dalam proses penelitian, menyediakan bahan untuk penelitian serta berdiskusi selama menjalankan penelitian, saya ucapkan terimakasih.
27
1. Daftar Kepustakaan 1. Burman S and Sangwan V. Cultivated limbal stem cell transplantation for ocular surface recontniction. Clinical Opthalmology. 2008;2(3):489- 502. 2. Albert R, Vereb Z, Csomos K, Moe MC, Johnsen EO, Oldstad OK, et al. Cultivation and Characterization of corneal Limbal Ephitelial Stem Cell on Lens Capsule in Animal material-Free medium. PLOS ONE. 2012;7( 10): 1 11. 3. Lekhanont K, Choubtum L, Chuck RS, Sa-ngiampornpanit T, Chuckpaiwong V and Vongthongsri A. A Serum-and feeder-free technique of culturing human comeal epitheliual stem cells on amniotic membrane. Molecular Vision. 2009; 15:1294-302. 4. Sudha B. Madhavan HN, Sitalakshmi G, Malathi S, Krishnakumar S, Mori Y, Yoshika H and Abraham S. Cultivation of human comeal limbal stem cell in Mebiol gel-A thermo reversible gelation polymer. Indian J Med Res. 2006; 124:655-64. 5. Dua HS, Joseph A, Shanmuganathan VA and Jones RE. Stem cell diferentiation and effects of dificiency. Eye. 2003;17:877-85. 6. Shimazaki J, Aiba M, Goto E, Kato N, Shimmamura S. Tsuboto K. Transplantation of human limbal epthelium cultivated on amniotic membrane for the treatment of severe ocular surface disorders. Am J Ophiamol. 2002;109:1285-90. 7. Ahmad S, Stewart R, Yung S, Armstrong L, Stojkovic M, Figueiredo F and Lako M. Diferentiation of Human Embrionic stem cell into comeal ephiteliallike cel! by In vitro replication of the comeal ephitelial stem cell niche. Stem Cell. 2007;25:1145-55. 8. Guell JL, Morral M, Gris O, Elies D, Manero F, Saenz N. Barcelona cicinnati technique for limbal transplatation. J Emmetropia. 2012;3(3): 1 5. 9. Javadi MA, Einollahi B, Rafie AB, Baharvand H, Ebrahimi M, Rafati N, Kanavi MR. Early Results of Autologous Cultivated Limbal Stem cell
28
Transplantation in Total Limbal Stem cell Deficiency. Iranian J Opthalmic Res. 2006; 1(2):71-9. 10. Sabapathy V,Sundaram B, Sreelakshmi VM, Mankuzhy P, Kumar S. Human Wharton’s Jelly Mesenchymal Stem Cells Plasticity Augments Scar-Free Skin Wound
Healing
with
Hair
Growth.
.
2014;
DOI:
10.1371/journal.pone.0093726. http://joumals.plos.org/plosone/article?id= 10.1371/journal.pone.0093726 11. Meyer-Blazejewska E.A, Kruse F.E, Bitterer K, Meyer C, Hofmann- Rummelt (', Peter H. Preservation of the Limbal Stem Cell Phenotype by Appropriate Culture Techniques. IOVS. 201 0;51 (2):765-74. 12. Krishnan S, Iyer GK and Krishnakumar S. Culture and characterisation of limbal epithelial cells and oral mucosal cells. Indian J Med Res. 2010;131:4228. 13. Fibronectin may modulate the directional migration of corneal epithelial cells. Kimura K, Kawano S, Mori T, Inoue J, Hadachi H, Saito T, and Nishida T. Invest Ophthalmol Vis Sci.2010;51:4492-4499. DOI: 10.1167/iovs.09-4380 14. Veevers-Lowe J., Ball SG., Shuttleworth A. and Kielty CM. Journal of Cell Science. 2011;124:1288-1300. doi: 10.1242/jcs.076935 15. Tawonsawatruk T., Spadaccino T, Murray R, Pault B, Hamish, Simpson BM. Growth Kinetics of Rat Mesenchymal Stem Cells From 3 Potential Sources: Bone Marrow, Periosteum and Adipose Tissue. J Med Assoc Thai Vol. 95 Suppl. 10 2012 16. Shortt AJ, Seeker GA, Munro PM, Khaw PT, Tuft SJ, and Daniels JT. Characterization of the limbal epithelial stem cell niche : Novel imaging techniques permit in vivo observation and targeted biopsy of limbal epithelial stem cell. Stem ('ells. 2007;25:1402-9. 17. Oh J, Kim R.H, Shin K, Park N and Kang M.K. ANp63a Triggers Epithelial-Mesenchymal Transition and Conffers Stem Cell Properties in Normal Human Keratinocyts. http://www.jbc.Org/cgi/doi/10.1074/jbc.M 111.244939
29
18. Bray U, Heazlewood CF, Atkinson K, Hutmacher DW, Harkin DG. Evaluation of
methods
for
cultivating
limbal
mesenchymal
stromal
cells.
Cytotherapy.2012; 14(8);936-47. doi: 10.3109/14653249.2012.684379. 19. Heidari B, Shirazi A, Akhondi M M, Hossein Hassanpour H, Behzadi B, Naderi M.M, Sarvari A and Borjian S Comparison of Proliferative and Multilineage Differentiation Potential of Sheep Mesenchymal Stem Cells Derived from Bone Marrow, Liver, and Adipose Tissue. Avicenna J Med Biotech. 2013;5(2):104-17.
J. Persetujuan Atasan yang Berw enang
Jakarta, Desember 2014
Menyetujui. Kabid. Teknologi Dasar Kesehatan
Drh. Rita Marletadewi. M Kes NIP. 19591211 1985032001
Ketua Pelaksana
Ratih Rinendvapulri. M. Biomed NIP. 19790924 200912 2 001
Mengetahui,
Ketua Panitia Pembina Ilmiah
Dr. dru. Maizdanna D. Autini. MSc NIP. 19501206 198402 2 001
31
ANALISIS GEN TANPA FN Descriptive Statistics N
Krt12
Minimum
Mean
Std Deviation
Statistic Delta_CT Valid N
Maximum
6 (listwtse)
Statistic
Statistic
17.83026791
20.07797
Statistic
Std. Error
18.85295947
0.311129
Statistic 0.762107
6
Descriptive Statistics
ABCG2
N Statistic
DeltaCT Valid N
Minimum
6 (listwise)
Maximum
Statistic
Statistic
16,49202442
18.03467
Mean
Std
Statistic
Std Error
17.42187309
0,210966
Deviation Statistic 0,51676
6
Descriptive Statistics N
CD90
Minimum
Mean
Std Deviation
Statistic Delta_CT Valid N
Maximum
6 (listwise)
Statistic
Statistic
12.71934509
182343
Statistic
Std Error
15 23368231
1 081916
Statistic 2,650142
6
Descriptive Statistics N
p63
Minimum
Mean
Std Deviation
Statistic Delta_CT Valid N
Maximum
6 (listwise)
4 gen
Statistic
Statistic
16,90195465
24,65738
Statistic
Std Error
19 09243457
1 237181
3.030462
6
Kolmog
Shapiro-Wiik
Statistic df Delta_CT
Sig
0.2149
24
0,005549
Statistic
df
0.864214661
a Lilliefors Significance
Mann-Whitney Test Ranks
Krt12 vs ABCG2 ID2 Delta_CT
Statistic
N
Mean
Sum of Ranks
1
6
9,333333
56
2
6
3.656667
22
Total
12
Sig 24
0.004061
Test Statistics(b) Delta_CT
Mann-Whitney U
1.000
Wilcoxon W
22.000
Z
-2.722
Asymp. Sig. (2-tailed) .006 Exact Sig. [2*(1-tailed SI ,004a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ID2
Ranks
Krt12
VS
CD90
ID2
Delta_CT
N
Mean
Sum of
Ranks
1
6
9,333333
56
3
6
3,666667
22
Mean
Sum of Ranks
7
5
Total
12
Test Statistics(b) Delta_C T Mann-Whitney U
1,000
Wilcoxon W
22.000
2
-2.722
Asymp. Sig. (2-tailed) .006 Exact Sig. [2* (1 –tailed Si 004a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ID2
Ranks
Krt12 VS p63 Delta_CT
N 1
6
45 4
6
5 533
Total
12
Test Statistics(b)
Delta_CT Mann-Whitney
U
12.000
Wilcoxon W
33.000
Z Asymp Sig
-.961 (2-tailed)
Exact Sig[2*(1 -tailed
.337 S ,394a
a. Not corrected for lies b. Grouping Variable ID2
Ranks
ABCG2 VS Delta_CT
CD90 ID2 2 7,833333
N
Mean
Sum of Ranks 6 47
3
6
Total
5,166667
31
12
Test Statistics(b) Delta_C T Mann-Whitney U
10.000
Wilcoxon W
31.000
Z
-1.281
Asymp. Sig. (2-tailed) .200 Exact Sig. [2*( 1-tailed S .240a a. Not corrected for ties b. Grouping Variable: ID2
Ranks
ABCG2 VS p63 Delta_CT
102
Mean
N
2
6
4
6
Total
Sum of Ranks
5,5
33
7,5
45
Mean
Sum of Ranks
12
Test Statistics(b)
Delta_CT Mann-Whitney U
12.000
Wilcoxon W
33.000
Z
-.961
Asymp Sig.
(2-tailed)
.337
Exact Sig [2*( 1 -tailed S.394a a. Not corrected for ties b. Grouping Variable ID2
Ranks
CD90 VS p63
!D2
Delta_CT
3
6
4,833333
29
4
6
8,166667
49
N
Total Test Statistics(b) Delta_CT Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp Sig.
8.000 29.000 -1.601
(2-tailed)
Exact Sig [2*(1-tailed a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ID2
.109 S .132a
12
ANALISIS ANTAR GEN DENGAN FN
Descriptive Statistics N
Krt12
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Statistic Delta_CT
Statistic
Statistic
6 16,2697086
Valid N (listwise)
Statistic
20.97345448
18.41746
Std. Error
Statistic
0.764834959
1.87345539
6
Descriptive Statistics N
ABCG2
Minimum
Maximum
Mean
Std Deviation
Delta_CT Valid N (listwise)
Statistic
Statistic 6 15,3388166 6
Statistic 18,62785721
Statistic 17,081984
Std Error 0,638844519
Statistic 1,5648431
Descriptive Statistics
CD90
N
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
Statistic
Mean
Std Deviation
Defta_CT
6 14 4585066
20.68341732
Valid N (listwise)
Statistic
Std Error
Statistic
17.700767
1,18341001
2,89875068
6
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std
P63
Deviation Statistic
Delta_CT
Statistic 6
Statistic
Statistic
17,3231859 23.47856712
Valid N (listwise)
19,751784
Shapiro-
rov-
Wilk
Statistic Delta_CT
df
Sig.
0,11373 24
Statistic 0,2
0,9736526
a Lilliefors Sigmfic. *. This is a lower bound of the true significance
Test of Homogeneity of Variances
4 qen
Delta_CT Levene Statistic 2.179
df 1
df2 Sig. 3
AN OVA Delta_CT
Statistic 2,11729905
6
Kolmogo
4 gen
Std Error 0.864383717
20 .122
df
Sig. 24
0,75688708
ANALISIS GEN SAMA ANTARA KONTROL DAN PELAKUAN
KRT12
Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova
t
De!ta_CT
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
0,11278306
12
0.2
0,98075794
df 12
Sig. 0,986483051
a. Lilliefors Sig *. This is a lower bound of the true significance.
KRT12 dengan Penambahan FN Descriptive Statistics N
De!ta_CT
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
6
16,26970863
Valid N (listwis
Statistic 20.97345448
Mean Statistic 18.41745965
Std. Deviation Std. Error 0,764835
Statistic 1,873455387
6
KRT12 tanpa Penambahan FN Descriptive Statistics N
Minimum
Statistic Delta_CT
Maximum
Statistic 6
Statistic
17.83026791
Valid N (listwis
20,07796669
Mean
Std. Deviation
Statistic
Std. Error
18,85295947
0,31 1129
Statistic 0,762106568
6
Krt12 antar Perlakuan FN Independent Levene's Test
t-test for
for Equality of
Equality of
Variances
Stg.
Means t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
Delta_CT
Equal variance 5,558385426
0,040115619 -0,527433732
10
0,609394262
-0.527433732
6,610691
0,615121933
Equal variances not assumed
ABCG2 Tests of Normality KolmogorovSmirnova Statistic Delta_CT
Shapiro-Wilk df
0,180572395
Sig 12
Statistic 0,2
0,916012043
df
Sig 12
0,254578481
a. Lilliefors Sig *. This is a lower bound of the true significance
ABCG2 dengan Penambahan FN Descriptive Statistics N
Minimum
Statistic
Statistic
Delta_CT
6
Maximum Statistic
15,33881664
Valid N (listwis
18,62785721
Mean
Std. Deviation
Statistic
Std Error
Statistic
17,08198357
0,638845
1,564843095
6
ABCG2 tanpa Penambahan FN Descriptive Statistics
Delta_CT Valid N (listwis
N
Minimum
Statistic
Statistic 6
Maximum Statistic
16,49202442
18,03466988
Mean
Std Deviation
Statistic
Std Error
Statistic
17,42187309
0.210966
0,516759959
6
ABCG2 antar Perlakuan FN
0,4355
0,82569582
-0,4355
0,82569582
-
2,27526476
1,404265106
-2.411512748
1,540513093
-
Independent Samples Test Levene's Test
t-test for
for Equality of
Equality of
Variances
Means Sig.
t
df
Sig (2-tailed)
Mean
Std Error
95% Confidence
Difference
Difference
Interval of the Difference Lower
Delta_CT
Equal variance 38,88667581
9.681E-05
Equal variances not assumed
-0,505203712
10
0,624363202
-0,33989
0,67277718
-1,83893049
1,159151437
-0,505203712
6.07771
0,631209223
-0,33989
0,67277718
-1,98102716
1,301248107
CD90 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Delta_CT
0,1649585
df
Shapiro-Wilk Sig
12
Statistic 0.2
df
0,912642162
Sig 12
0,230621541
a, Lilliefors Sig * This is a lower bound of the true significance
CD90 dengan Penambahan FN Descriptive Statistics N Statistic Delta_CT Valid N (listwis
Minimum Statistic 614.45850658
Maximum Statistic 20,68341732
Upper
Mean Statistic 17,70076664
6
CD90 tanpa Penambahan FN
Std. Deviation Std
Error
1,18341
Statistic 2,898750682
Descriptive Statistics N
Minimum
Statistic Delta_CT Valid
6
Maximum
Mean
Std. Deviation
Statistic
Statistic
Statistic
Std Error
Statistic
12,71934509
18,23429966
15,23368231
1.081916
2,650142424
N (listwis
6
CD90 antar Perlakuan FN Independent Samples Test Levene'sTest
|
t-testfor
for Equality of
Equality of
Variances
Means Sig
t
df
Sig-(2-tailed) Mean
Std. Error
Difference Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Delta_CT
Equal variance
0 156787299
0,700448392
Equal variances not assumed
1,53862509
10
1,53862509
9.920663
1,60343435
-1,105590055
6,039758711
0,15515787
1,60343435
-1,109466641
6,043635297
p63 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic
df
Delta_CT 0,197354345
Shapiro-Wilk Sig.
12
Statistic 0,2
df
0,866163921
Sig. 12
0,05843896
a Lilliefors Sig *. This is a lower bound of the true significance
p63 dengan Penambahan FN Descriptive Statistics NMinimum Maximum Deviation
Upper
0,154915235 2,467084
Mean Std.
2.467084
Independent Samples Test Levene'sTest
|
t-test for
for Equality of
Equality
Variances
df Means
Sig.
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean
Std. Error
Difference Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Delta_CT
Equal variance 38,88667581
9.681E-05
Equal variances not assumed
-0,505203712
10
0,624363202
-0,33989
0,67277718
-1,83893049
1,159151437
-0,505203712
6,07771
0,631209223
-0,33989
0,67277718
-1,98102716
1,301248107
CD90 Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Delta_CT
df
Shapiro-Wilk Sig
0,1649585
12
Statistic 0,2
0,912642162
df
Sig 12
0.230621541
a Lilliefors Sig *. This is a lower bound of the true significance
CD90 dengan Penambahan FN Descriptive Statistics N Statistic Delta_CT Valid N (listwis
Minimum
Maximum
Statistic
Statistic
614,45850658
20.68341732
Upper
Mean Statistic 17,70076664
6
CD90 tanpa Penambahan FN
Std. Deviation Std Error 1,18341
Statistic 2.898750682
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Statistic
Statistic
Statistic
Statistic
18,23429966
15,23368231
Delta_CT
6
12,71934509
Valid N (listwis
Std. Deviation Std Error 1,081916
Statistic 2,650142424
6
CD90 antar Perlakuan FN |
Independent Samples Test Levene'sTest
t-test for
for Equality of
Equality of
Variances
Means Sigt
df
Sig. (2-tailed) Mean Difference
Std. Error
95% Confid'
Difference Interval of Differenc Lower
Delta_CT Equal variance 0.156787299 0.700448392
1,53862509
Equal variances not assumed
1,53862509
10 9,920663
0,154915235
2,467084
1,60343435
-1,10559
0,15515787
2,467084
1,60343435
-1,10946
p63 Tests of Normality KolmogorovSmirnova Statistic
Shapiro-Wilk df
Delta_CT 0,197354345
Sig 12
Statistic 0,2
0 866163921
df
Sig 12
0,05843896
a. Lilliefors Sig V This is a lower bound of the true significance
p63 dengan Penambahan FN Descriptive Statistics N Minimum Mean
Std. Deviation
Maximum