PENGGUNAAN MAKSIM CARA GRICE DALAM NOVEL MASIH ADA KERETA YANG AKAN LEWAT KARYA MIRA W DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SMA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh: Herlina Wahyu K NIM 1110013000031
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
LEMBAR PENGESAIIAN SKRIPSI
PENGGUNAAN MAKSIM CARA GRICE DALAM NOVEL MASIH ADA KERETA YANG AKAN LEWAT KARYA MIRA W DAIY IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SMA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana pendidikan (S.pd.)
Oleh
Herlina lVahvu
NIM.
K
1110013000031
yang mengesahkan,
NIP. I 9820 6282009 t22oo3
Jurusan Pendidikan Bahasa dan sastra rndonesia Fakultas Iimu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif llidyatullah Jakarta 2014
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
Herlina Wahyu K
TempatiTgl.Lahir
Pontianak, 10 Januari 1993
NIM
I 1 10013000031
Jurusan / Prodi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi
Penggunaan Maksim Cara dalam Novel Masih Ada Kereta
yang Almn Lewat Kuryu Mira
W dan Implikasinya
Terhadap Pembelajaran Keterampilan Berbicara di SMA
Dosen Pembimbing
dengan
ini
Dr. Nuryani, S.pd, M.A.
menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Jakartq 13 Juli 2014
ABSTRAK
Herlina Wahyu K, 1110013000031, 2014. “Penggunaan Maksim Cara dalam Novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat Karya Mira W dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Keterampilan Berbicara di SMA”. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pembimbing: Dr. Nuryani, S.pd, M.A. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan maksim cara dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W dan implikasinya terhadap pembelajaran keterampilan berbicara di SMA. Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi dan pengamatan langsung dengan teknik analisis isi teks. Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W, ditemukan 61 maksim cara, dengan rincian 33 penyimpangan maksim cara dan 28 maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerja sama Grice. Beberapa faktor yang menyebabkan penyimpangan maksim cara dalam novel dapat terjadi dikarenakan banyak hal. Di antaranya dalam dialog tokoh terdapat kesopansantunan berbahasa pada orang yang lebih tua, suasana, waktu dan tempat saat percakapan berlangsung juga mampu menyebabkan penyimpangan maksim cara terjadi. Implikasi penelitian terhadap pembelajaran bahasa Indonesia dapat diterapkan pada materi wawancara sehingga penelitian ini mampu menunjang keterampilan berbicara siswa untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar saat wawancara.
Kata Kunci: pragmatik, prinsip kerjasama Grice, maksim cara
i
ABSTRACT Herlina Wahyu K, 1110013000031, 2014. “The Using of Maxim of Manner in the Novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat by Mira W and the implication toward Speaking Skill Learning in Senior High School”. Department of Indonesian Education and Literature, Faculty of Tarbiyah and Teaching Science. Syarif Hidayatullah State Islamic University. Advisor: Dr. Nuryani, S.pd, M.A. The objective of this study is to know and describe the using of maxim of manner in the novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat by Mira W and the implication toward Speaking Skill Learning in Senior High School. The writer used observation and direct observation method with content analysis technique. This study is included in descriptive qualitative research. Unit of analysis of this study is the novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat by Mira W.
Based on the result of annalysis, and explanation in the novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat by Mira W, it was found 61 maxim of manner. In detail, 33 the violation of maxim of manner and 28 maxim of manner which is appropriate with the cooperative principle by Grice. Some factors that influenced the violation of maxim of manner in the novel can occur because of many things. Some of them were the presence of politeness in the dialogue of characters, milieu, time and place where the conversations happened also can cause the violation of maxim of manner. Implications of research on learning Indonesian interview can be applied to the material so that this study could support the students speaking skills to speak Indonesian well and truly at the interview.
Key words: pragmatics, cooperative principle by Grice, maxim of manner
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt., yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Maksim Cara dalam Novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat Karya Mira W dan Implikasinya Terhadap PembelajaranKeterampilan Berbicara di SMA”. Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw., yang telah memberikan bimbingan kebaikan kepada seluruh umat. Penulis menyusun skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat agar mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kepentingan pembacanya. Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai hambatan dan rintangan. Tanpa bantuan dan peran serta berbagai pihak, skripsi ini tidak mungkin terwujud. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA., Ph. D., selaku Dekan FITK UIN Jakarta. 2. Dra. Mahmudah Fitriyah Z.A., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Jakarta. 3. Dr. Nuryani, S.pd, M.A., selaku dosen pembimbing skripsi yang sangat membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas arahan, motivasi, dan bimbingan Ibu, hingga akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. 4. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Jakarta yang selama ini telah membekali penulis berbagai ilmu pengetahuan. 5. Keluarga saya tercinta, terutama untuk kedua orang tua saya yang selalu memberikan bimbingan, motivasi, doa, materi, semangat, dan kasih sayang yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih karena telah mencurahkan tinta cinta pada hidup penulis dan membuat hidup
iii
penulis lebih berwarna. Terima kasih juga untuk kakak adik saya yang selalu memberikan semangat dan doa untuk kelancaran penyusunan skripsi ini. 6. Sahabat dan teman-teman saya tersayang Niar, Shervita, Rere, Rifka, Wiwin, dan teman-teman saya lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih karena telah memberi motivasi, doa, dan membantu penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Semoga persahabatan kita dapat terus terjalin sampai akhir waktu yang memisahkan. 7. Terima kasih juga untuk BIGBANG yang musik dan lagunya secara tidak langsung telah menyemangati hidup saya. 8. Teman-teman PBSI A dan seluruh angkatan PBSI 2010 yang senantiasa mendukung dan berjuang bersama semasa perkuliahan. 9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga semua doa, bimbingan, bantuan, serta motivasi yang telah diberikan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah Swt. Selain itu, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat agar dapat membantu meningkatkan mutu pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Jakarta, 13 Juli 2014
Herlina Wahyu K
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN BIMBINGAN SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ABSTRAK ......................................................................................................... i ABSTRACT .................................................................................................... ..ii KATA PENGANTAR .................................................................................... .iii DAFTAR ISI ................................................................................................... ..v DAFTAR TABEL……………………………………………………………vii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................viii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... ..1 A. Latar Belakang Masalah....................................................................... ….1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................…..6 C. Pembatasan Masalah .................................................................................6 D. Perumusan Masalah ..................................................................................6 E. Tujuan Penelitian .......................................................................................7 F. Manfaat Penelitian .....................................................................................7 BAB II LANDASAN TEORETIS ................................................................ ..9 A. Pragmatik ..………................................................................................... 9 B. Prisip Kerjasama Grice ............................................................................13 C. Hakikat Maksim Cara ..............................................................................15 1. Penyimpangan Maksim Cara ……............................................................18 D. Hakikat Novel ..........................................................................................21 E. Penelitian yang Relevan........................................................................... 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................27 A. Waktu Penelitian .....................................................................................27 B. Metode Penelitian.....................................................................................28 C. Sumber Data…………............................................................................ 29 D. Fokus Penelitian..................................................................................... .29 E. Teknik Pengumpulan Data..................................................................... .29 v
F. Instrumen Penelitian ................................................................................30 G. Teknik Analisis Data ...............................................................................30 BAB IV HASIL PENELITIAN ……………………………..........................32 A. Biografi Penulis …………......................................................................32 B. Sinopsis Novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat………………......32 C. Penyajian Data Penggunaan Maksim Cara dalam Novel ........................33 D. Analisis Penggunaan Maksim Cara dalam Novel…………………….....41 E. Interpretasi Hasil Analisis……………………………………………… 68 F. Pembahasan…………………………………………………………….. 70 G. Implikasi Terhadap Pembelajaran bahasa Indonesia……………………72 H. Keterbatasan Penelitian………………………………………………….73 BAB V PENUTUP ............................................................................................75 A. Simpulan ...................................................................................................75 B. Saran....................................................................................................... ..76 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................77 LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1
: Data penggunaan Maksim Cara dalam Novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat dari Keseluruhan Bab
Tabel 4.2
: Rekapitulasi Data Penggunaan Maksim Cara dalam Novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat dari Keseluruhan Bab
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 2
: Sampul depan dan belakang novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W
Lampiran 3
: Surat Bimbingan Skripsi
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia hidup penuh dengan aktivitas sosial. Berbahasa termasuk dalam aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain, kegiatan berbahasa akan terwujud apabila manusia terlibat langsung di dalamnya. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendirian. Ia membutuhkan kehadiran orang lain, karena itu diperlukan interaksi. Dalam berinteraksi, manusia menggunakan bahasa saat bertutur. Kemampuan berkomunikasi secara lisan yang dilakukan manusia dikenal dengan berbicara. Berbicara dapat menjadi jembatan penghubung manusia saat terjadinya komunikasi. Komunikasi yang baik dapat terjadi, bila dapat memberikan timbal-balik mengenai suatu informasi. Kehidupan manusia berkembang dengan dinamis. Dalam berkomunikasi manusia membutuhkan penyesuaian setiap waktunya. Karena saat berkomunikasi, kode etik berbicara sangatlah diperlukan agar tidak terjadi kesalahpahaman. Kode etik yang masih kental di Indonesia adalah kesopansantunan berbahasa. Kesopansantunan berbahasa masih banyak digunakan masyarakat Indonesia, karena budaya telah tertanam lama pada diri masyarakat Indonesia. Bahkan, budaya itu telah diterima sedari kecil. Khusunya masyarakat Jawa, yang lebih mengutamakan kesopansantunan berbahasa dan ketaklangsungan berbahasa daripada berbicara secara lugas atau langsung. Kesopansantunan dan ketaklangsungan berbahasa yang banyak digunakan masyarakat Indonesia dapat menimbulkan pengertian yang tak lugas dan ambigu. Seringkali maksud penutur tak diterima atau tak dimengerti oleh mitra tuturnya. Berbahasa yang tak lugas dan ambigu sangat merugikan penutur saat berkomunikasi. Kerugian itu dapat berdampak buruk untuk penutur dikarenakan maksud dan tujuan penutur tidak dapat diterima lawan tutur dengan baik. Namun,
1
2
kesopansantunan berbahasa pun tetap dibutuhkan manusia dalam berkomunikasi. Karena, berbahasa bukan sekedar asal ucap, tapi juga sebagai alat komunikasi yang penting. Kesalahpahaman dan hilangnya kesopansantunan bahasa sering kali menjadi konflik yang tak berujung. Dalam realitas kehidupan berbahasa sehari-hari, tidak jarang kita menemukan atau mengalami kesalahpahaman dalam berkomunikasi. Maksud yang disampaikan oleh penutur adalah A, tetapi yang diterima oleh mitra tutur B. Begitu
juga
sebaliknya.
Hal
demikian
sangat
memungkinkan
dalam
berkomunikasi sebab ketika berkomunikasi, terlibat banyak unsur: tata bahasa, makna, penutur dan mitra tutur yang dipengaruhi juga situasi dan konteks. Dalam linguistik, apa yang diujarkan oleh penutur dan mitra tutur ketika berkomunikasi dipelajari dalam pragmatik. Kesalahpahaman dalam berkomunikasi dapat terjadi dikarenakan bahasa yang digunakan tidak lugas dan terlalu berbelit-belit. Terkadang, konteks dan pembicaraan penutur sering tak sesuai, sehingga membuat mitra tutur bingung untuk menyimpulkan maksud dari ujarannya. Di dalam pragmatik, prinsip yang harus ditaati oleh peserta petuturan dalam berinteraksi, baik secara tekstual maupun interpersonal dalam upaya melancarkan jalannya proses komunikasi lebih dikenal dengan maksim. Salah satu maksim menurut prinsip kerjasama Grice yang akan dibahas lebih lanjut yaitu maksim cara. Maksim cara menghendaki setiap peserta petuturan harus berbicara langsung dan lugas serta tidak berlebihan. Penutur harus menafsirkan kata-kata yang dipergunakan oleh petutur bedasarkan konteks pemakainya. Contoh: (1)A: Mau beli apa, novel atau komik? B: Novel saja. Ceritanya sangat bagus. (2)A: Mau beli apa, novel atau komik? B: Sebetulnya, komik lebih menarik. Apalagi kalau beli komiknya dua. Novel juga menarik, tapi harganya mahal.
3
C: Jadi…. Kamu mau beli yang mana? Dalam kedua penggalan percakapan di atas, dapat kita lihat bahwa jawaban B (1) adalah jawaban yang lugas dan tidak berlebihan. Pelanggaran terhadap maksim cara terdapat pada jawaban B (2). Banyak masyarakat yang menggunakan maksim cara yang sesuai dan melanggar prinsip kerjasama Grice saat berkomunikasi. Hal tersebut dikarenakan kehidupan bermasyarakat Indonesia yang memang tak terbiasa mengungkapkan maksud secara langsung. Namun lebih menggunakan kata-kata yang tak jelas, kabur dan lebih sopan untuk mengungkapkan keinginan mereka. Menurut prinsip kerjasama Grice kesopansantunan sendiri dapat dianggap sebagai pelanggaran terhadap penggunaan maksim cara. hal ini pun dapat kita teliti dan kaitkan dengan kehidupan masyarakat Indonesia khusunya masyarakat Jawa, yang lebih mengutamakan kesopansantunan dan ketaklangsungan berbahasa daripada berbicara secara lugas atau langsung. Contoh: A : Bu, besok Ida pulang ke Surabaya. B : Uangnya sudah Ibu titipkan ke kakakmu. Bahasa yang digunakan pada penggalan percakapan di atas tampak tak langsung. Maksud A (anak) meminta uang kepada (B) ibunya. Ibunya pun menjawab seadanya. Kemungkinan percakapan tersebut memang terbiasa terjadi antara anak dan ibunya. Ketaklangsungan terjadi karena adanya kesopansantunan berbahasa antara anak dan ibu yang telah melahirkannya. Di dalam lingkungan pendidikan, khususnya komunikasi antar siswa pun sering terjadi pelanggaran terhadap penggunaan maksim cara menurut prinsip kerjasama Grice. Baik disengaja atau tidak, siswa banyak lebih memilih bahasa informal yang notabenenya tak lugas, dan berbelit-belit. Sehingga, maksud siswa sebagai penutur tidak dapat dimengerti oleh siswa mitra tutur. Selain itu, karena kebiasaan para siswa yang menggunakan kata tak lugas, dan berlebihan. Sering membuat mereka sulit berbicara di depan kelas, bila diminta oleh gurunya
4
bercerita, berdiskusi atau mempresentasikan tugasnya. Penggunaan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice sangat dibutuhkan agar siswa dapat terbiasa berbahasa dan berbicara dengan baik. Berbicara secara lugas dan langsung tidaklah mudah. Karena, seringkali konteks tidak sesuai dengan topik yang akan dibicarakan. Oleh karena itu, butuh latihan agar dapat terbiasa berbahasa yang baik dan benar. Bila sudah terbiasa, maka penggunaan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice pun dapat terwujud. Penggunaan maksim cara yang sesuai dan melanggar prinsip kerjasama Grice tidak hanya terjadi dalam komunikasi sehari-hari. Banyak penulis dan sastrawan yang menggunakan maksim cara di dalam karya sastranya. Begitu pula dengan penggunaan maksim cara di dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W. Mira banyak menggunakan maksim cara yang sesuai dan melanggar prinsip kerjasama Grice di dalam novelnya. Contoh: (1) Arini :Tidur di mana? Nick : Dekat stasiun.1 (2) Arini : Kamu ceritakan hubungan kita kepada mereka? Nick : Memang kenapa?2 Dalam kedua penggalan percakapan di atas. Dapat dilihat bahwa jawaban Nick (1) adalah jawaban yang lugas dan tidak berlebihan. Pelanggaran terhadap maksim cara tampak pada jawaban Nick (2) yang tidak sesuai dengan pertanyaan yang disampaikan Arini. Seorang penulis tentu saja memiliki alasan tersendiri saat memutuskan menggunakan maksim cara di dalam karya sastra ditulisnya. Baik penggunaan maksim cara yang sesuai dan yang melanggar prinsip kerjasama Grice. Karena hal
1
Mira W, Masih Ada Kereta yang Akan Lewat, 9th ed. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 75. 2 Ibid,. h. 180.
5
itulah peneliti ingin mengetahui lebih mendalam mengenai maksim cara yang ada di dalam novel tersebut. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia novel ini baik digunakan untuk kalangan siswa SMA khususnya dalam aspek berbicara yaitu dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Karena di dalam novel ini banyak menggunakan maksim cara dan terdapat hikmah yang dapat dipetik dari alur ceritanya. Sehingga, mampu menambah pengetahuan siswa dalam berbahasa. Khususnya keterampilan berbicara. Temuan ini membuktikan bahwa penggunaan maksim cara di dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira mempunyai suatu makna tersendiri. Oleh karena itu, penelitian tentang penggunaan maksim cara yang sesuai dan tidak sesuai dengan prinsip kerjasama Grice sangatlah penting untuk dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai penggunaan maksim cara menurut prinsip kerjasama Grice di dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat Mira W.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka muncullah identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Banyaknya faktor yang dapat menyebabkan penggunaan maksim cara yang sesuai dan yang melanggar prinsip kerjasama Grice dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W. 2. Banyaknya penggunaan maksim cara yang melanggar prinsip kerjasama ditemukan dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat. 3. Kurangnya pengetahuan siswa terhadap keterampilan berbicara yang baik.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada penggunaan maksim cara yang sesuai dan melanggar prinsip kerja sama yang
6
dikemukakan oleh Grice di dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat cetakan ke Sembilan: September 2009 karya Mira W. Novel ini ditulis oleh Mira W, berjumlah 237 halaman dan diterbitkan pada tahun 1982 oleh PT Gramedia Pustaka Utama. Aspek yang akan dianalisis dari novel tersebut adalah penggunaan maksim cara yang sesuai dan yang melanggar prinsip kerjasama Grice di dalam dialog tokoh yang ada di novel.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut, yaitu 1. Bagaimanakah penggunaan maksim cara Grice yang digunakan pengarang dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W? 2. Bagaimanakah implikasinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada aspek keterampilan berbicara?
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui bagaimana penggunaan maksim cara Grice dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira. 2. Mengetahui bagaimana implikasinya dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada aspek keterampilan berbicara.
F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan berguna untuk berbagai pihak, baik secara teoretis maupun secara praktis, di antaranya sebagai berikut:
1. Manfaat teoretis Secara teoretis melalui penelitian “Penggunaan Maksim Cara Menurut Prinsip Kerjasama Grice di dalam Novel Masih Ada Kereta yang
7
Akan Lewat karya Mira W dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Indonesia di SMA. Diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam upaya meningkatkan pembelajaran berbahasa khususnya kemampuan berbicara yang lebih kreatif dan memberikan sumbangan pemikiran sebagai perkembangan dunia bahasa Indonesia khususnya pada tataran pembelajaran berbahasa.
2. Manfaat praktis Secara praktis penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada: a) Peneliti Penelitian ini dapat dijadikan untuk tolok ukur oleh peneliti sendiri dalam kajian penelitian berikutnya. Peneliti juga dapat mengetahui sejauh mana penggunaan maksim cara yang bisa dipelajari oleh siswa SMA dalam berbahasa Indonesia, khususnya keterampilan berbicara.
b) Guru Guru dapat mengoptimalkan fungsi dari media pembelajaran dan mengaplikasikannya dalam kegiatan belajar mengajar. Guru juga diharapkan bisa lebih kreatif dalam membuat media pembelajaran baik secara manual maupun elektronik, sehingga proses belajar jadi lebih menyenangkan. Semoga penelitian ini juga dapat menjadi sumber referensi ataupun acuan bagi guru untuk menerapkan dan mengembangkan media serta teknik yang telah digunakan oleh peneliti. Agar keterampilan berbicara siswa dapat lebih baik lagi.
c) Siswa Siswa dapat berpikir lebih kreatif dan kritis, serta mampu berkoordinasi dan bekerjasama dengan siswa lainnya. Selain itu, siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan individualnya
8
untuk berbahasa khususnya kemampuan berbicara siswa agar dapat lebih baik lagi.
d) Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar atau acuan untuk melakukan penelitian sejenis dengan teknik dan sumber yang berbeda.
BAB II LANDASAN TEORETIS Pada bagian ini disajikan teori-teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Dalam rangka memperoleh kerangka berpikir akan dibahas mengenai pragmatik, prinsip kerjasama Grice, hakikat maksim cara, penyimpangan maksim cara, hakikat novel, dan penelitian yang relevan A. Pragmatik Subroto menyatakan “Pragmatik mengkaji arti yang disebut the speaker’s meaning atau arti menurut tafsiran penutur yang disebut maksud”.1 Dalam hal ini dimaksudkan bahwa pragmatik mempelajari maksud dari apa yang disampaikan penutur. Maksud dari penutur dapat dipengaruhi oleh konteks tuturan yang dapat berupa situasi waktu dan tempat. Selain itu, Leech di dalam Wijana menyatakan pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang semakin dikenal pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu ini jarang atau hampir tidak pernah disebut oleh para linguis. Hal ini dilandasi oleh semakin sadarnya para linguis bahwa upaya menguak hakikat bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa didasari pemahaman terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu digunakan dalam komunikasi.2 Jadi, penggunaan bahasa merupakan hal yang penting saat berkomunikasi. Apa yang manusia pikirkan dan inginkan, dapat disampaikan melalui bahasa yang dituturkan. Saat bertutur, pemahaman terhadap pragmatik mampu mempengaruhi hasil pembicaraan, sehingga pragmatik merupakan ilmu yang penting untuk dipelajari agar hakikat bahasa dalam berkomunikasi dapat dipelajari dengan baik. Purwo menyatakan “Pragmatik dapat dibedakan atas dua hal, yaitu: 1. pragmatik sebagai sesuatu yang diajarkan dan 2. pragmatik sebagai sesuatu yang mewarnai tindakan mengajar. Butir nomor 1 masih dapat dibedakan lagi atas dua hal : a. 1
Edi subroto, Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik, (Surakarta: Cakrawala Media, 2011), h.8. I Dewa Putu Wijana, Kartun: Studi Tentang Permainan Bahasa, (Jogjakarta: Ombak, 2003), h.39.
2
9
10
pragmatik sebagai bidang kajian linguistik, b. pragmatik sebagai salah satu segi di dalam bahasa”.3 Dalam hal ini dimaksudkan bahwa penggunaan pragmatik dapat disesuaikan dengan konteks ujaran dan tujuan penuturnya. Pragmatik dapat digunakan sebagai sesuatu yang diajarkan dan juga dapat digunakan sebagai sesuatu yang mewarnai tindakan mengajar. Hal ini berarti penggunaan pragmatik dapat disesuaikan dengan kebutuhan orang yang menggunakannya. Seorang dosen dapat mengajarkan kembali pragmatik sebagai bidang kajian linguistik pada mahasiswanya. Tetapi saat mengajar, dosen juga dapat menggunakan pragmatik sebagai sesuatu yang mewarnai kegiatan belajar mengajarnya. Sehingga materi yang dosen ajarkan dapat diterima mahasiswa dengan baik. Fasold menyatakan “Pragmatics is fundamentally about how to context of use contributes to meaning both semantic meaning and speaker’s meaning”.4 Artinya: Pragmatik pada dasarnya merupakan tentang penggunaan konteks yang berkontribusi pada kedua makna baik makna dari semantik dan makna penutur. Jadi, penggunaan konteks pada pragmatik mampu mempengaruhi makna dari semantik dan makna pembicaranya. Tujuan dan maksud dari penggunaan konteks mampu mempengaruhi makna yang akan diterima lawan tutur sehingga kesesuaian konteks haruslah dipertimbangkan dengan baik. Green di dalam Cummings menyatakan Pragmatik linguistik… berada di persimpangan antara sejumlah bidang di dalam dan di luar ilmu pengetahuan kognitif: bukan hanya ilmu linguistik, psikologi kognitif, antropologi kultural, dan filsafat (logika, semantik, teori tindakan), tetapi juga sosiologi (dinamika interpersonal dan konvensi sosial) dan retorika memberikan kontribusi terhadap bidang kajian ini.5 Dalam hal ini dimaksudkan bahwa terdapat banyak bidang ilmu lain yang berkontribusi di dalam pragmatik. Hal ini dikarenakan makna yang diterima lawan 3
Bambang Kaswanti Purwo, Pragmatik dan Pengajaran Bahasa; Menyibak Kurikulum 1984, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), h.1-2. 4 Ralph W. Fasold, an introduction to language and linguistics, (New York: Cambridge University Press, 2006), h. 163. 5 Luoise Cummings, Pragmatik Sebuah Perspektif Multidispliner, Terj. Dari Pragmatics a Multidisciplinary Perspective oleh Eti Setiawati, dkk., (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h.1.
11
tutur tidak hanya dipengaruhi oleh ilmu linguistik saja, tetapi juga ilmu lainnya seperti psikologi, sosiologi, dan retorika yang saling berkaitan. Hindun menyatakan “Pragmatik adalah telaah umum tentang cara kita menafsirkan kalimat dalam suatu konteks”.6 Jadi, pragmatik merupakan suatu ilmu yang berkaitan dengan konteks (unsur waktu dan tempat sangat mempengaruhi ujaran). Berarti, menafsirkan suatu ujaran dalam pragmatik dapat dilihat berdasarkan konteksnya agar tak terjadi kesalahpahaman. Huang menyatakan “Pragmatics is a rapidly growing field in contemporary linguistics. In recent years, it has not only become a centre of interest in linguistics and the philosophy of language, it has also attracted a considerable amount of attention from anthropologists, and semioticians”.7 Artinya: Pragmatik adalah bidang yang berkembang pesat dalam linguistik kontemporer. Dalam beberapa tahun terakhir, hal itu tidak hanya menjadi pusat perhatian dalam linguistik dan filsafat bahasa, juga telah menarik cukup banyak perhatian dari antropolog, dan ahli semiotik. Dalam hal ini menyatakan bahwa pragmatik telah menjadi magnet yang mampu menarik banyak perhatian para ahli bahasa. Pragmatik menarik untuk dipelajari para ahli bahasa, karena pragmatik berada di persimpangan banyak bidang ilmu lainnya seperti antropologi dan sosiologi. Raad menyatakan “The pragmatic meaning of an utterance cannot simply be understood from its content. The utterance can only be understood contextually, through a recourse to the relation between the content of the utterance and the intentions of the communicators”.8
6
Hindun, PRAGMATIK untuk Perguruan Tinggi, (Depok: Nufa Citra Mandiri, 2012), h.3. Yan Huang, Pragmatics, (UK: Oxford University Press, 2007), h.1. 8 Boele De Raad, Person-Talk In Everyday Life: Pragmatics Of Utterances About Personality, (tt.p.: rijksuniversiteit te Groningen, 1985), h.3 7
12
Artinya, Makna dari pragmatik adalah sebuah ucapan yang tidak bisa hanya dipahami dari isinya. Namun, ucapan itu juga harus dipahami secara kontekstual, melalui hubungan antara isi ucapan dan maksud dari penutur. Jadi, pragmatik berhubungan dengan konteks ujaran. Isi ucapan dan maksud dari penutur dapat dilihat berdasarkan konteksnya, yaitu unsur tempat dan waktunya. Bila lawan tutur tidak memperhatikan konteks pembicaraan, maka maksud dari penutur akan sulit ditangkap oleh lawan tuturnya sehingga terjadilah kesalahpahaman makna. Gazdar di dalam Nadar menyatakan “Topik pragmatik adalah beberapa aspek yang tidak dapat dijelaskan dengan acuan langsung pada kondisi sebenarnya dari kalimat yang dituturkan”.9 Jadi pemahaman makna yang dituturkan sangat berkaitan dengan konteks, baik situasi waktu maupun tempatnya. Bila lawan tutur hanya memahami isi dari kalimat yang dituturkan, maka maksud dari penutur tidak akan tersampaikan. Levinson di dalam Surastina menyatakan “Pragmatik adalah kajian hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan pengertian”.10 Dalam hal ini menyatakan bahwa peserta tutur seharusnya mamahami konteks tuturan bila ingin mengerti maksud dan tujuan dari tuturan. Karena pemahaman makna tidak hanya didapatkan hanya dari bahasa saja, tetapi juga dipengaruhi konteks tuturan yang ada. Cruse di dalam Fatimah menyatakan Pragmatik dapat dikaji dari empat konsentrasi, yakni: (1) kajian linguistik, dipahami sebagai kajian dalam memadukan komponen tanda bunyi dan makna serta subsistemnya (fonologi, gramatika morfologi – sintaksis, dan leksikon); (2) kajian pragmatik ujaran (Tema-Rema), tema adalah bagian ujaran yang memberi informasi tentang apa yang sedang dibicarakan, rema yang memberi informasi tentang tema; atau fokus-latar, fokus memberi informasi tentang unsur yang dianggap paling penting, dan latar yang memberi informasi dari mana ujaran dilihat; atau fokus-kontras (memberi informasi unsur positif-negatif); (3) kajian pragmatik wacana melalui pemahaman wacana 9
F.X. Nadar, Pragmatik dan penelitian pragmatik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h. 5. Surastina, Pengantar Semantik dan Pragmatik, (Yogyakarta: Penerbit New Elmatera, t.t.), h.6.
10
13
(konteks wacana) sebagai satuan terlengkap; (4) kajian kesantunan dan kearifan.11 Jadi, terdapat empat konsentrasi kajian dalam pragmatik. Setiap kajian memiliki bagian terpenting dalam mengkaji pragmatik. Salah satunya kajian pragmatik wacana, kajian ini berdasarkan pemahaman wacana (konteks wacana) dengan memperhatikan konteks wacana, maka pragmatik akan lebih mudah untuk dikaji karena pragmatik berkaitan dengan konteks wacana tersebut. Dengan demikian, pragmatik merupakan suatu ilmu yang berkaitan dengan konteks (unsur waktu dan tempat sangat mempengaruhi ujaran). Bila lawan tutur tidak memperhatikan konteks pembicaraan, maka maksud dari penutur akan sulit ditangkap oleh lawan tuturnya sehingga terjadilah kesalahpahaman makna. penggunaan pragmatik dapat disesuaikan dengan konteks ujaran dan tujuan penuturnya. Penggunaan konteks pada pragmatik mampu mempengaruhi makna dari semantik dan makna pembicaranya. Tujuan dan maksud dari penggunaan konteks mampu mempengaruhi makna yang akan diterima lawan tutur sehingga kesesuaian konteks haruslah dipertimbangkan dengan baik. Terdapat banyak bidang ilmu lain yang berkontribusi di dalam pragmatik. Hal ini dikarenakan makna yang diterima lawan tutur tidak hanya dipengaruhi oleh ilmu linguistik saja, tetapi juga ilmu lainnya seperti psikologi, sosiologi, dan retorika yang saling berkaitan. Terdapat empat konsentrasi kajian dalam pragmatik. Salah satunya kajian pragmatik wacana, kajian ini berdasarkan pemahaman wacana (konteks wacana) dengan memperhatikan konteks wacana, maka pragmatik akan lebih mudah untuk dikaji karena pragmatik berkaitan dengan konteks wacana tersebut.
B. Prinsip Kerjasama Grice Grice di dalam Wijana menyatakan “Bahwa suatu percakapan biasanya membutuhkan kerja sama antara penutur dan mitra tutur untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Prinsip yang mengatur kerja sama antara penutur dan mitra tutur dalam suatu percakapan dinamakan prinsip kerja sama (cooperative principle). Di dalam rangka melaksanakan prinsip kerja sama, setiap penutur harus menaati empat maksim percakapan (conversational maxim), yaitu maksim kuantitas (maxim of quantity), 11
Fatimah Djajasudarma, Wacana dan Pragmatik, (Bandung: Refika Aditama, 2012), h. 73.
14
maksim kualitas (maxim of quality), maksim relevansi (maxim of relevance), dan maksim pelaksanaan (maxim of manner). Selain itu, Grice di dalam Wijana juga menyatakan wacana yang wajar terbentuk karena kepatuhan terhadap prinsip kerja sama komunikasi (cooperative principles)”.12 Jadi, prinsip kerjasama yang dikemukakan oleh Grice adalah prinsip yang mengatur kerjasama antar penutur dan lawan tutur dalam sebuah percakapan. Di dalam percakapan, kerjasama penutur dan lawan tutur hasruslah bersifat timbal balik agar maksud dan tujuan dari penutur dapat tercapai. Sebuah ujaran mampu dimengerti dan dipahami bila prinsip kerja sama dalam komunikasi dapat dipatuhi. Penutur dan lawan tutur harus mematuhi empat maksim percakapan, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan atau maksim cara. Tarigan menyatakan “Dalam prinsip kerja sama termasuk pula empat kategori maksim yang berbeda yaitu: 1. Maksim kuantitas: berilah jumlah informasi yang tepat 2. Maksim kualitas: cobalah membuat sumbangan atau kontribusi anda merupakan suatu yang benar. 3. Maksim relasi: Jagalah kerelevansian 4. Maksim cara: tajamkan pikiran”.13 Dalam hal ini menyatakan bahwa terdapat empat maksim di dalam prinsip kerjasama. Salah satunya adalah maksim cara: tajamkan pikiran. Maksud dari tajamkan pikiran pada maksim cara adalah penutur dan lawan tutur harus mengetahui maksud dan tujuan dari arah percakapan dengan memperhatikan konteks pembicaraan. Grice di dalam Tagor menyatakan “Berkomunikasi itu ibarat suatu proses kerjasama antara penyapa dan pesapa melalui wahana bahasa untuk mencapai negosiasi makna. Berkomunikasi berarti bernegosiasi”.14 Jadi, saat berkomunikasi dibutuhkan kerjasama penutur dan lawan tutur agar maksud dan tujuan pembicaraan dapat tercapai. Makna tujuan dapat tercapai 12
Wijana, op. cit., h. 9. Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pragmatik, (Bandung: Angkasa, 1990), h.38-39. 14 Tagor Pangaribuan, Paradigma Bahasa, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), h. 130. 13
15
bila penutur dan lawan tutur memperhatikan situasi waktu dan tempat dari pembicaraan. Grice di dalam Cummings menyatakan “Prinsip kerjasama merupakan prinsip yang mengatur rasionalitas pada umumnya dan rasionalitas percakapan pada khususnya. Kerjasama membentuk struktur kontribusi-kontribusi kita sendiri terhadap percakapan dan bagaimana kita mulai menginterpretasikan kontribusikontribusi orang lain“.15 Jadi, prinsip kerjasama merupakan suatu prinsip yang mengatur sebuah percakapan agar maksud dan tujuan dari percakapan dapat dipahami dengan baik. Penutur maupun lawan tutur akan mulai menafsirkan maksud dan tujuan pembicaraan berdasarkan konteks pembicaraannya. Dengan demikian, prinsip kerjasama yang dikemukakan oleh Grice adalah prinsip yang mengatur kerjasama antar penutur dan lawan tutur di dalam sebuah percakapan. Penutur dan lawan tutur harus mematuhi empat maksim percakapan, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan atau maksim cara. Maksim cara: tajamkan pikiran, maksud dari tajamkan pikiran pada maksim cara adalah penutur dan lawan tutur harus mengetahui maksud dan tujuan dari arah percakapan dengan memperhatikan konteks pembicaraan. Penutur maupun lawan tutur akan menafsirkan maksud dan tujuan pembicaraan berdasarkan konteks pembicaraannya yang dapat berupa situasi waktu dan situasi tempat pembicaraan.
C. Hakikat Maksim Cara Grice di dalam Leech menyatakan “Cara: Usahakan agar mudah dimengerti yaitu: 1. Hindarilah pernyataan-pernyataan yang samar 2. Hindarilah ketaksaan 3. Usahakan agar ringkas 4. Usahakan agar anda berbicara dengan teratur”.16
15
Cummings, op. cit., h.10. Geoffrey Leech, Prinsip-prinsip Pragmatik, Terj. Dari The Principles of Pragmatics oleh Oka, (Jakarta:Penerbit Universitas Indonesia,1993), h.11-12.
16
16
Jadi maksim cara merupakan salah satu maksim dalam prinsip kerjasama Grice yang menegaskan penutur dan lawan tuturnya untuk berbahasa dan berbicara yang ringkas, padat, dan jelas agar maksud dan tujuan tuturan dapat dengan mudah dimengerti oleh setiap peserta tutur sehingga kesalahpahaman dalam memahami maksud tuturan tidak terjadi. Kushartanti, dkk menyatakan Berdasarkan maksim cara, setiap peserta percakapan harus berbicara langsung dan lugas serta tidak berlebihan. Di dalam maksim ini, seorang penutur juga harus menafsirkan kata-kata yang dipergunakan oleh mitra tuturnya berdasarkan konteks pemakaiannya. Marilah bandingkan penggalan percakapan (9) (10) (9) A: Mau yang mana, komedi atau horor? B: Yang komedi saja. Gambarnya juga lebih bagus. (10)C: Mau yang mana, komedi atau horor? D: Sebetulnya yang drama bagus sekali. Apalagi pemainnya aku suka semua. Tapi ceritanya tidak jelas arahnya. Action oke juga, tapi ceritanya aku tidak mengerti. C: Jadi kamu pilih yang mana? Di dalam kedua penggalan percakapan di atas kita dapat melihat bahwa jawaban B adalah jawaban yang lugas dan tidak berlebihan. Pelanggaran terhadap maksim cara dapat dilihat dari jawaban D. Untuk memenuhi maksim cara, adakalanya kelugasan tidak selalu bermanfaat di dalam interaksi verbal (hal ini dapat kita lihat pula pada bagian yang membicarakan interaksi dan sopan santun). Sebagai pembatas dari maksim cara, pembicara dapat menyatakan ungkapan seperti bagaimana kalau..., menurut saya..., dan sebagainya.”17 Jadi, maksim cara menekankan pada peserta tutur untuk berbahasa dan berbicara yang lugas, langsung serta tidak berlebihan. Percakapan penutur dan mitra tutur juga harus disesuaikan dengan konteks tuturannya, karena lawan tutur akan menafsirkan maksud dan tujuan dari pembicaraan berdasarkan konteks pembicaraannya yang dapat berupa situasi waktu dan situasi tempat dari pembicaraan. Grice di dalam Huang menyatakan “Manner: be perspicuous (i)
Avoid obscurity of expression
(ii) Avoid ambiguity
17
Kushartanti, dkk., Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik, (Jakarta: PT Gramedia, 2005), h. 108.
17
(iii) Be brief (avoid unnecessary prolixity) (iv) Be orderly”.18 Artinya, Maksim cara: mudah dipahami (i) Hindari ketidakjelasan ekspresi (ii) Hindari ambiguitas (iii)Jadilah singkat (menghindari hal yang tidak perlu) (iv)Berjalan teratur Dalam hal ini menyatakan bahwa maksim cara haruslah mudah dipahami. Maksud dari mudah dipahami, maksim cara menekankan peserta tutur agar dalam percakapan hindari ketidakjelasan ekspresi, hindari ambiguitas, tidak berbelit-belit atau jadilah singkat, dan berjalan teratur. Grice di dalam wijana menyatakan “Dalam maksim pelaksanaan, hal yang ditekankan bukan mengenai apa yang dikatakan, tetapi bagaimana cara mengungkapkan. Sebagai aturan utama, Grice menyebutkan Be perspicacious atau Anda harus berbicara jelas. Selanjutnya Grice menguraikan aturan utama di atas menjadi empat aturan khusus, yaitu : a. Avoid obscurity of expression b. Avoid ambiguity c. Be brief (avoid unnecessary prolixity) d. Be orderly Dalam maksim pelaksanaan, peserta tutur harus bertutur secara langsung, jelas, dan tidak kabur. Orang yang bertutur dengan tidak mempertimbangkan hal-hal di atas dapat dikatakan melanggar prinsip kerja sama Grice karena tidak mematuhi maksim pelaksanaan.19 Jadi, agar maksim pelaksanaan atau cara dapat terjadi maka peserta tutur harus bertutur dengan memperhatikan kejelasan ekspresi, tidak meggunakan bahasa atau kata yang ambigu, langsung atau singkat, dan berjalan teratur. Bila peserta tutur tidak menerapakan aturan maksim cara ini di dalam percakapannya, berarti telah melanggar prinsip kerjasama Grice. Selain itu, Wijana menyatakan “Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa, dan tidak
18 19
Huang, op. cit., h. 11. Wijana, op. cit., h.12.
18
berlebih-lebihan, serta runtut. Dengan maksim ini seorang pembicara juga diharuskan menafsirkan kata-kata yang digunakan oleh lawan bicaranya secara tidak taksa berdasarkan konteks-konteks pemakaiannya.”20 Jadi, maksim cara menekankan pada peserta tutur untuk berbahasa dan berbicara langsung, tidak ambigu, jelas, tidak berlebihan, dan teratur agar maksud dan tujuan dari pembicaraan dapat tercapai dengan baik. penutur juga harus memperhatikan apa yang dituturkan oleh lawan tutur agar mampu menafsirkan maksud dan tujuan pembicaraan berdasarkan konteks tuturannya yang dapat berupa situasi waktu dan situasi tempat pembicaraan. Dengan demikian, maksim cara merupakan maksim yang menekankan penutur dan lawan tuturnya untuk berbahasa dan berbicara yang ringkas, padat, dan jelas agar maksud dan tujuan tuturan dapat dengan mudah dimengerti oleh setiap peserta tutur. Maksim cara haruslah mudah dipahami. Maksud dari mudah dipahami, maksim cara menekankan peserta tutur agar dalam percakapan hindari ketidakjelasan ekspresi, hindari ambiguitas, tidak berbelit-belit atau jadilah singkat, dan berjalan teratur. Bila peserta tutur tidak menerapakan aturan maksim cara ini di dalam percakapannya, berarti telah melanggar prinsip kerjasama Grice.Penutur juga harus memperhatikan apa yang dituturkan oleh lawan tutur agar mampu menafsirkan maksud dan tujuan pembicaraan. Percakapan penutur dan mitra tutur juga harus disesuaikan dengan konteks tuturannya, karena lawan tutur akan menafsirkan maksud dan tujuan dari pembicaraan berdasarkan konteks pembicaraannya yang dapat berupa situasi waktu dan situasi tempat dari pembicaraan. 1. Penyimpangan maksim cara Berkenaan dengan maksim cara, Rahardi menyatakan dengan memberikan contoh sebagai berikut : (10) A : “Ayo, cepat dibuka!” B : “Sebentar dulu, masih dingin.” Wacana (10) di atas memiliki kadar kejelasan yang rendah, karena berkadar kejelasan rendah dengan sendirinya kadar kekaburannya tinggi. Tuturan (A) sama sekali tidak memberikan kejelasan tentang apa yang 20
Wijana, op.cit., h. 17.
19
sebenarnya diminta oleh si mitra tutur. Dapat dikatakan demikian karena tuturan itu dimungkinkan untuk ditafsirkan bermacam-macam. Demikian pula tuturan yang disampaikan (B) mengandung kadar ketaksaan yang cukup tinggi. Tuturan-tuturan demikian dapat dikatakan melanggar prinsip kerja sama karena tidak mematuhi maksim pelaksanaan dalam prinsip kerjasama Grice.21 Jadi, tuturan yang mematuhi maksim pelaksanaan atau cara merupakan tuturan yang jelas, langsung, tepat dan tidak berlebihan. Pelanggaran maksim cara dapat terjadi bila peserta tutur tidak menerapkan aturan utama mengenai maksim cara, yaitu mudah dipahami. Bila di dalam tuturan, ketaksaan masih tinggi, maka maksud dan tujuan dari tuturan sulit untuk dipahami. Sehingga, terjadilah pelanggaran maksim cara, karena maksud dari tuturan tidak tercapai. Kushartanti, dkk menyatakan “Untuk memenuhi maksim cara, adakalanya kelugasan tidak selalu bermanfaat di dalam interaksi verbal (hal ini dapat kita lihat pula pada bagian yang membicarakan interaksi dan sopan santun)”.22 Jadi, pelanggaran maksim cara dapat terjadi karena berbagai hal, salah satunya kesopansantunan. Pelanggaran maksim cara ini dapat terjadi karena banyak masyarakat Indonesia khususnya masyarakat suku-suku tertentu yang masih mengutamakan kesopansantunan berbahasa pada orang yang lebih tua. Kesopansantunan di sini bernilai sangat penting karena telah menjadi kebiasaan dan adab dalam kebudayaan mereka. Contohnya, orang Jawa banyak yang melakukan penyimpangan maksim cara ini karena orang Jawa banyak yang masih mengutamakan kesopansantunan. Sehingga, penutur seringkali mengungkapkan ujarannya secara tidak langsung, berbelit-belit dan terkadang bersifat ambiguitas untuk orang yang tak mengerti maksud dari ujarannya. Parker di dalam Wijana “Menyatakan contoh (10) sebagai tuturan yang menyimpangkan maksim pelaksanaan atau yang dikenal dengan maksim cara ini. (10) + Let’s stop and get something to eat 21
Kunjana Rahardi, Pragmatik; Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, (Jakarta:Erlangga,2005), h. 57-58. 22 Kushartanti, op. Cit., h.16.
20
- Okay, but not M-C-D-O-N-A-L-D-S. Dalam wacana (10) tokoh (-) menjawab ajakan (+) secara tidak langsung, yakni dengan mengeja satu persatu kata McDonalds. Penyimpangan ini dilakukan secara sengaja bukan untuk tujuan berhumor, tetapi karena ia tidak menginginkan anaknya yang sangat menggemari makanan itu mengetahui maksudnya. Anak-anak kecil dalam batas-batas umur tertentu memang akan kesulitan atau tidak mampu menangkap makna kata dieja hurufnya satu persatu. Cara ini sering dilakukan kalau anaknya meminta barang-barang atau mainan yang mahal bila berbelanja di toko atau pasar swalayan. Contoh lain: (11)
+17 tahun penjara tidak boleh ditawar-tawar.
-kalau sales modelnya begitu mana ada yang mau beli. Tokoh (+) adalah seorang hakim, sedangkan (-) adalah seorang terdakwa. Bila (-) seorang peserta percakapan yang kooperatif, maka ia harus menyadari dirinya sebagai seorang terdakwa, dan lawan bicaranya adalah seorang hakim. Sehubungan dengan ini tidak pada tempatnya ia memperluas makna kata ditawar-tawar. Kata ditawar-tawar diucapkan oleh seorang hakim tidak sama degan yang diucapkan oleh pedagang, atau sales. Bagi seorang hakim, ketegasan putusan merupakan sesuatu yang mutlak diperlukan.23 Jadi, penyimpangan maksim cara dapat terjadi dengan disengaja. Hal ini dapat terjadi, karena penutur memiliki tujuan tertentu. penyimpangan juga dapat terjadi bila antar peserta percakapan yaitu penutur dan lawan tuturnya tidak saling berkerjasama dalam percakapan mereka. Sehingga, maksud dan tujuan dari pembicaraan tidak tercapai. Dengan demikian, tuturan yang mematuhi maksim pelaksanaan atau cara merupakan tuturan yang jelas, langsung, tepat dan tidak berlebihan. Pelanggaran maksim cara dapat terjadi bila peserta tutur tidak menerapkan aturan utama mengenai maksim cara, yaitu mudah dipahami. Bila di dalam tuturan, ketaksaan masih tinggi, maka maksud dan tujuan dari tuturan sulit untuk dipahami. Sehingga, terjadilah pelanggran maksim cara, karena maksud dari tuturan tidak tercapai. Pelanggaran maksim cara dapat terjadi karena berbagai hal, salah satunya kesopansantunan. Pelanggaran maksim cara ini dapat terjadi karena
23
Wijana, op. cit., h. 18.
21
banyak masyarakat Indonesia khususnya masyarakat suku-suku tertentu yang masih mengutamakan kesopansantunan berbahasa pada orang yang lebih tua. Kesopansantunan di sini bernilai sangat penting karena telah menjadi kebiasaan dan adab dalam kebudayaan mereka. Contohnya, orang Jawa banyak yang melakukan penyimpangan maksim cara ini karena orang Jawa banyak yang masih mengutamakan kesopansantunan. Sehingga, penutur seringkali mengungkapkan ujarannya secara tidak langsung, berbelit-belit dan terkadang bersifat ambiguitas untuk orang yang tak mengerti maksud dari ujarannya. Hal ini dapat terjadi, karena penutur memiliki tujuan tertentu. Penyimpangan juga dapat terjadi bila antar peserta percakapan yaitu penutur dan lawan tuturnya tidak saling berkerjasama dalam percakapan mereka. D. Hakikat Novel Zulfahnur, dkk menyatakan “Novel berasal dari bahasa Italia, yaitu novellus yang diturunkan dari kata noveus yang berarti baru. dikatakan baru karena dibandingkan dengan jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lainnya, jenis ini muncul kemudian.”24 Dalam hal ini menyatakan bahwa novel berasal dari bahasa Italia, yaitu novellus yang diturunkan dari kata noveus yang berarti baru. Novel adalah sesuatu yang baru di dunia sastra dibandingkan dengan karya sastra lainnya, seperti puisi, cerpen, drama, dan sebagainya. Novel hadir di ranah sastra dan melengkapi keberagaman karya yang ada sebelumnya. Kosasih menyatakan “Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh.”25 Jadi, cerita yang ada di dalam novel berkisah tentang kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Sebuah novel tidak mungkin mengisahkan suatu hal yang di luar kehidupan manusia. Karena penulis sendiri hidup bersama masyarakat. Maka, hubungan sosial yang terjalin di antar penulis dan masyarakat 24 25
Zulfahnur Z.F., dkk., Teori Sastra, (Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2007), h. 6.9. Kosasih, Dasar-dasar Keterampilan Bersastra, (Bandung: Yrama Widya, 2012), h.60.
22
itulah yang pada akhirnya dapat menjadi inspirasi untuk penulis menciptakan sebuah karya. Reeve di dalam Wellek & Warren menyatakan “Novel adalah gambaran dari kehidupan dan perilaku yang nyata, dari zaman pada saat novel itu ditulis. Romansa, yang ditulis dalam bahasa yang agung dan diperindah. Menggambarkan apa yang tidak pernah terjadi dan tidak mungkin terjadi.”26 Jadi, novel adalah sebuah karya sastra agung yang berasal dari kehidupan. Novel tidak akan lepas dari kehidupan manusia dan zamannya. Ideologi, karir, kisah percintaan, keinginan, dan kehidupan penulis mampu mempengaruhi karya yang dibuatnya. Priyatni menyatakan “Pada hakikatnya, novel adalah cerita, karena fungsi novel adalah bercerita. Aspek terpenting novel adalah menyampaikan cerita.”27 Dalam hal ini menyatakan bahwa novel di dalam sastra adalah sarana untuk menyampaikan cerita. Segala sesuatu yang ditulis oleh penulis di dalam karyanya merupakan suatu cerita yang ingin dibagikan penulis kepada pembaca novelnya. Melalui novel itulah penulis bercerita kepada para pembacanya, sehingga pembaca dapat mengerti maksud cerita yang disampaikan oleh penulis walau tidak bertemu langsung dan memetik pelajaran yang ada melalui sarana novel yang dibuat oleh penulis. Suroto menyatakan “Novel hanya menceritakan salah satu segi kehidupan sang tokoh yang benar-benar istimewa yang mengakibatkan terjadinya perubahan nasib.”28 Jadi, penulis hanya akan menceritakan suatu kisah yang memang layak untuk ditulis dalam novelnya. Penulis juga menjadikan satu tokoh sebagai pusat cerita dan yang nantinya mengendalikan alur cerita. Cerita dari tokoh inilah yang
26
Rene Wellek dan Austin Warren, Teori kesusastraan, Terj. Dari Theory of Literature oleh Melani Budianta, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993), h.282. 27
Endah Tri Priyatni, Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h.125. 28 Suroto, Apresiasi Sastra Indonesia, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1989), h. 19.
23
nantinya menjadi kisah yang menarik untuk dibaca sehingga dapat mempengaruhi pembaca untuk memahami maksud penulis. Dengan demikian, novel berasal dari bahasa Italia, yaitu novellus yang diturunkan dari kata noveus yang berarti baru. Novel adalah sesuatu yang baru di dunia sastra dibandingkan dengan karya sastra lainnya, seperti puisi, cerpen, drama, dan sebagainya. Novel hadir di ranah sastra dan melengkapi keberagaman karya yang ada sebelumnya Sebuah novel tidak mungkin mengisahkan suatu hal yang di luar kehidupan manusia. Karena penulis sendiri hidup bersama masyarakat. Maka, hubungan sosial yang terjalin di anatar penulis dan masyarakat itulah yang pada akhirnya dapat menjadi inspirasi untuk penulis menciptakan sebuah karya. Novel adalah sebuah karya sastra agung yang berasal dari kehidupan. Novel tidak akan lepas dari kehidupan manusia dan zamannya. Ideologi, karir, kisah percintaan, keinginan, dan kehidupan penulis mampu mempengaruhi karya yang dibuatnya. Novel di dalam sastra adalah sarana untuk menyampaikan cerita. Segala sesuatu yang ditulis oleh penulis di dalam karyanya merupakan suatu cerita yang ingin dibagikan penulis kepada pembaca novelnya. Melalui novel itulah penulis bercerita kepada para pembacanya, Sehingga pembaca dapat mengerti maksud cerita yang disampaikan oleh penulis walau tidak bertemu langsung dan memetik pelajaran yang ada melalui sarana novel yang dibuat oleh penulis. E. Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang Penggunaan Maksim Cara Menurut Prinsip Kerjasama Grice di dalam Novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat Karya Mira W, belum pernah dilakukan. Penulis melakukan penelusuran di berbagai perpustakaan universitas yang ada di Indonesia, serta berbagai jurnal yang ada. penulis mendapatkan penelitian yang relevan dengan penelitian ini berdasarkan maksim cara dan novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W.
24
Novie susantie (2010) melakukan penelitian dnegan judul “Analysis on the Violation of Maxim of Manner in Stephenie
Meyer
Twilight”
Conversational merupakan
suatu
Implicature Appearing kajian
pragmatik
in
yang
menitikberatkan pada analisis pelanggaran maksim cara beserta simpulan yang dapat diambil dari suatu implikatur percakapan yang terdapat dalam novel Twilight karya Stephenie Meyer. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pelanggaran maksim cara dalam implikatur percakapan beserta simpulan yang tersirat dalam percakapan tersebut. Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif untuk menjabarkan dan menjelaskan fenomena pelanggaran maksim cara dalam implikatur percakapan.Dalam penelitian ini, penulis menemukan tiga puluh satu data mengenai pelanggaran maksim cara di dalam novel Twilight karya Stephenie Meyer. Pelanggaran terhadap maksim cara meliputi beberapa tipe, yaitu pelanggaran tehadap ketidakjelasan, keambiguan, kesingkatan, dan keteraturan. Berdasarkan hasil diskusi dalam penelitian ini diketahui bahwa seringkali seseorang melakukan pelanggaran maksim cara dengan berbagai alasan tertentu. Untuk bisa mengetahui maksud atau simpulan dari suatu implikatur percakapan yang mengalami pelanggaran maksim cara, hendaknya percakapan ini dianalisis berdasarkan konteks situasi dan praanggapan. Persamaan dari hasil penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu analisis sama-sama menitikberatkan pada maksim cara. Sedangkan perbedaannya, terdapat pada objek penelitiannya. Novie menjadikan novel Twilight karya Stephenie Meyer sebagai sumber data penelitiannya. Sedangkan peneliti menjadikan novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W sebagai sumber data penelitian. Penelitian yang kedua dilakukan oleh Riska Widiastuti (2013) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Konflik Tokoh Arini dalam Novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat Karya Mira W dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di SMA”. Penelitian ini membahas tentang analisis konflik pada tokoh utama yaitu Arini dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA. Tujuan penelitian ini
25
adalah mendeskripsikan konflik konflik tokoh Arini dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA. Dan hasil penelitiannya terdapat empat aspek pada konflik internal dan dua aspek konflik eksternal pada tokoh. Konflik tersebut meliputi, (1) Konflik Internal dengan persentase 71,79%, yaitu: (a) Konflik mendekat-mendekat 20,5%, (b) Konflik mendekat-menghindar 30,7%, (c) Konflik menghindar-menghindar 7,6%, (d) Konflik mendekat-menghindar ganda 12,8%, dan (2) Konflik Eksternal dengan persentase 28,2%, yaitu: (a) Konflik fisik, dan (b) Konflik sosial 28,2%. Persamaan hasil penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Sumber data dari penelitian ini sama. Yaitu sama-sama meneliti berdasarkan novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat Karya Mira W. Perbedaan terlihat pada penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Penelitian di atas lebih bedasarkan sastranya. Yaitu tentang analisis konflik tokoh utama di dalam novel. Sedangkan
penelitian
yang
akan
ditulis
penulis
berdasarkan
konteks
pragmatiknya. Yaitu penggunaan maksim cara menurut perinsip kerjasama Grice di dalam novel. Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Anggreani Cahya Tia Ningrum (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Citra Perempuan dalam Novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat Karya Mira W serta Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA”. Berdasarkan hasil penelitian dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat Karya Mira W, terdapat empat Citra Perempuan yang dapat dijabarkan. Dari keempat Citra Perempuan tersebut, secara keseluruhan diperoleh 33 kutipan dengan presentase 100%, dengan rincian sebagai berikut: (1) Citra Perempuan dalam Aspek Fisis ada 11 kutipan dengan presentase 45,45%; (2) Citra Perempuan dalam Aspek Psikis ada 7 kutipan dengan presentase 15,15%; (3) Citra Perempuan dalam Aspek Sosial ada 5 kutipan dengan presentase 12,12%; (4) Citra Diri dan Citra Orang Lain ada 7 kitipan dengan presentase 27,27%. Persamaan dari dua hasil penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Sumber data dari penelitian ini sama. Yaitu sama-sama meneliti berdasarkan novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat Karya Mira W. Perbedaan terlihat pada penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Penelitian di
26
atas lebih bedasarkan sastranya. Yaitu tentang analisis citra perempuan di dalam novel. Sedangkan penelitian yang akan ditulis penulis berdasarkan konteks pragmatikny, yaitu penggunaan makism cara menurut perinsip kerjasama Grice di dalam novel. Penulis hendak meneliti secara khusus penggunaan maksim cara dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W Serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran Keterampilan Berbicara di SMA. Penelitian ini disebut dengan penelitian teks sastra deskripsi kualitatif.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu Penelitian Penelitian mengenai penggunaan maksim cara Grice dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W dilaksanakan mulai tanggal 19 Januari 2014 sampai dengan 15 Juli 2014.
Tabel Jadwal Perencanaan Kegiatan Penelitian No Rencana Kegiatan 1.
Tahun 2013 Des
Jan
Feb
Tahun 2014 Mar
Apr
Mei
Uji Komprehensif
2.
Pengajuan
√
Judul Proposal 3
Proposal
4
Seminar
√ √
Proposal 5
√
Perbaikan Proposal
6
Pembimbing
7
Skripsi
8
Mencari Buku
√ √ √
Sumber 9
Observasi
√
10
Tahap Menulis
√
Pendahuluan 11
√
Tahap Menulis
27
Jun
Jul
Ags Sep
28
pembahasan 12
Tahap Mehulis
√
akhir dan pengeditan 16
√
Paraf Pembimbing
17
Menyelesaikan
√
Administrasi 18
Sidang Skripsi
19
Perbaikan
√ √
Skripsi
B. Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan menggunakan teknik analisis isi dengan cara menganalisis penggunaan maksim cara dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W dari sudut prinsip kerjasama Grice dan maksud penggunaannya. Metode penelitian kualitatif menurut Lincoln dan Guba di dalam pedoman penulisan skripsi FITK disebut sebagai Naturalistik Inquiry. Penggunaan pendekatan ini dikarenakan cara pengamatan dan pengumpulan data dilakukan dalam latar atau setting alamiah, artinya tanpa memanipulasi subjek yang diteliti.1 Ali menyatakan “data lunak yang bersifat kualitatif diperoleh melalui riset yang menggunakan pendekatan kualitatif, atau riset kualitatif. Data lunak atau data kualitatif ini sebagaimana dijelaskan di atas berbentuk kata-kata, yang diperoleh dari dokumen, wawancara dan atau observasi, yang biasanya dituangkan dalam catatan lapangan. Catatan lapangan adalah catatan atau rekaman kata-kata, kalimat, atau paragraf. Untuk
1
Kadir dkk., Pedoman Penulisan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, (Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 61.
29
memperoleh arti dari data semacam ini melalui interpretasi data digunakan teknik analisis data kualitatif.”2 Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan berusaha menemukan penggunaan maksim cara yang sesuai dan yang melanggar prinsip kerjasama Grice serta maksud penggunaannya di dalam dialog antartokoh pada novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W. Hal ini dilakukan agar keterampilan berbicara siswa di sekolah dapat ditingkatkan menjadi lebih baik lagi. C. Sumber Data Novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W. novel ini terbit di Jakarta, September 1982. Novel yang digunakan penulis adalah cetakan kesembilan, September 2009 yang diterbitkan PT Gramedia, Jakarta.
D. Fokus Penelitian Penelitian berfokus untuk meneliti penggunaan maksim cara yang ada di dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W. Dialog tokoh yang ada di dalam novel menjadi titik fokus karena sumber analisis penggunaan maksim cara yang sesuai dan yang melanggar prinsip kerjasama Grice didapatkan dari novel tersebut. E. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: 1. Observasi Melihat data awal, memilih novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat yang akan dipakai dalam penelitian 2. Membaca novel secara intensif, membaca secara berulang-ulang novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W. Membaca secara kritis, menemukan bagian-bagian dalam dialog antar tokoh yang 2
Mohammad Ali, Metodologi dan Aplikasi Riset Penelitian, (Bandung: Penerbit Pustaka Cendekia Utama, 2010), h. 322.
30
menunjukkan penggunaan maksim cara yang sesuai dan yang melanggar prinsip kerjasama Grice. 3. Pengamatan (si peneliti menganalisis teks) analisis teks. 4. Menentukan dialog tokoh yang terdapat maksim cara yang sesuai dan yang melanggar prinsip kerjasama Grice serta maksud penggunaan maksim cara yang ada di dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat. 5. Membuat tabel analisis kerja.
F. Instrumen Penelitian Alatnya peneliti itu sendiri, dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian deskripsi kualitatif maka alatnya adalah peneliti itu sendiri. Peneliti yang mencari, menemukan, dan menganalisis penggunaan maksim cara yang sesuai dan yang melanggar prinsip kerjasama Grice di dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira sebagai subjek penelitian. Peneliti juga dibantu dengan beberapa data yang ada pada tabel sebagai berikut. Tabel Data Penggunaan Maksim Cara dalam Novel Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat No
Kutipan dialog PMC
PYMC
Bab dalam
Nomor
novel
halaman
KETERANGAN : PMC : Penggunaan Maksim Cara PYMC : Penyimpangan Maksim Cara
Maksim Cara PMC
PYMC
31
G. Teknik Analisis Data Analisis data adalah proses pengaturan urutan data mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik deskripsi kualitatif karena peneliti terlebih dahulu membaca dan mendeskripsikan (memaparkan atau menggambarkan dengan kata-kata secara jelas dan terperinci) Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W. lalu menganalisis ujaran di dalam novel yang mengandung maksim cara. Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menganalisis data adalah sebagai berikut. (1) Membaca secara berulang novel yang ada. (2) Mencari dialog-dialog yang terdapat dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat. (3) Menandai kalimat atau dialog yang mengandung maksim cara (4) Mencatat kalimat yang mengandung maksim cara dalam dialog tokoh pada novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat. (5) Mengisi tabel analisis kerja dengan data hasil temuan penggunaan maksim cara yang terdapat di dalam novel. (6) Menganalisis penggunaan
maksim
cara
yang
terdapat
dalam
novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat. (7) Menginterpretasi penggunaan maksim cara yang terdapat dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat. (8) Menulis rekapitulasi data penggunaan maksim cara dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W. (9) Menulis hasil pembahasan berdasarkan penyajian data, analisis data, dan interpretasi hasil data yang ada.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, yaitu biografi penulis, penyajian data penggunaan maksim cara dalam novel, analisis penggunaan maksim cara dalam novel, interpretasi hasil analisis, pembahasan, implikasi terhadap pembelajaran bahasa Indonesia, dan keterbatasan penelitian.
A. Biografi Penulis Dilahirkan dua puluh tujuh tahun yang lalu, pendidikan Doktoral satu pada sebuah Fakultas Kedokteran, Dra. Med. Mira Wijaya mengaku mulai menulis sejak tahun 1974, karya-karya yang berwujud cerpen banyak dimuat di majalahmajalah wanita seperti Femina, Dewi, Gadis, dan juga sejumlah majalah hiburan lainnya. Agaknya, Mira W (yang dalam kemunculanya pertama-tama menulis di bawah nama M. Wijaya) mulai dinobatkan sebagai salah seorang penulis pop yang digemari pembaca, sejak novelnya yang berjudul “Sepolos Cinta Dini” dimuat di harian Kompas. Gaya bahasanya yang lancar dan lincah, dialog-dialognya yang segar, tema yang digarap sekitar kehidupan remaja dengan segala pernik-pernik percintaan mereka, merupakan kekuatan dari novel pop penulis dari calon dokter ini, dan pembaca akan menjumpai kesemuanya itu dalam novel “Cinta Tak Pernah Berhutang” yang merupakan novel pertamanya yang dibukukan.1
B. Sinopsis novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W Delapan tahun yang lalu karena takut ketinggalan kereta, Arini telah menumpang kereta yang salah. Kereta api yang menjerumuskannya ke jurang penderitaan. Tetapi penderitaan yang berat dan menyakitkan tidak menjerumuskan perempuan sederhana yang polos dan bodoh seperti Arini ke lembah kenistaan. Dia tidak membiarkan dirinya jatuh ke dalam pelukan laki-laki atau terkapar menangisi nasibnya di tempat tidur. Dengan sisa-sisa kekuatannya sendiri, Arini 1
Mira W, Cinta Tak Pernah Berhutang, (Jakarta: Alam Budaya, 1978).
32
33
berjuang untuk memperbaiki nasibnya. Bertekad menjadi seorang wanita terhormat, agar tidak seorang pun berani menghinanya lagi. Dia menempa dirinya menjadi seorang wanita karier yang sukses, meskipun untuk itu dia terpaksa mulai dari tempat yang paling bawah sekali. Di ujung suksesnya, ia mengira tak ada lagi kereta yang akan melintasi hidupnya. Tetapi dalam sebuah kereta api cepat di daratan Eropa, kereta api terakhir yang menuju Stuttgart, Arini berjumpa dengan Nick. Dan di dalam diri laki-laki yang lebih muda ini, Arini menyadari, masih ada kereta api yang akan lewat. Kereta yang membawanya ke Jakarta. Mempertemukannya kembali dengan Helmi, laki-laki yang pernah menjadikannya seorang istri pulasan, demi menutupi skandal cintanya dengan Ira, teman Arini yang telah menikah. Dendam yang membara di hati Arini nyaris menemukan pelampiasannya ketika ia melihat apa yang telah dilakukan Helmi terhadap anak perempuan mereka selama ini. Dan di dalam diri anaknya yang telah ditinggalkannya begitu saja selama tujuh tahun, yang lebih memilih ibunya daripada Arini, dia kembali dihadapkan pada suatu dilema. Namun, pada akhirnya Arini berhasil bebas dari belenggu hidupnya dan kembali menjalani hidupnya.
C. Penyajian Data Penggunaan Maksim Cara dalam Novel Penyajian data penggunaan maksim cara dalam novel Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat. Data diperoleh setelah peneliti membaca novel secara intensif, melakukan pengamatan dialog tokoh di dalam novel, dan menentukan dialog tokoh yang terdapat maksim cara dan penyimpangan maksim cara terhadap seluruh bab, dimulai dari bab awal sampai bab akhir yang diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama. Data maksim cara tersebut selanjutnya ditentukan penggunaannya, terjadi penyimpangan maksim cara atau tidak. Jumlah halaman novel 237 halaman, yang terdiri dari 21 bab. Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 61 penggunaan maksim cara. Keseluruhan akan dirinci dalam tabel sebagai berikut.
34
Tabel 4.1 Data Penggunaan Maksim Cara dalam Novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat dari Keseluruhan Bab
No
Kutipan Dialog PMC
Bab
Nomor halaman
dalam
PPMC
Maksim Cara PMC
PYMC
novel 1
Nick : Anda turun
Nick: Jam berapa?
di mana?
Arini: Apanya? h.
Arini : Stuttgart
9
(Mira : 2009 h. 9)
Nick: Kenapa dia
Bab 1
7 sampai 12
1
2
Bab 2
13 sampai 18
1
1
Bab 3
19 sampai 25
2
1
Bab 4
26 sampai 30
-
1
balik lagi? Arini: Tanya saja sendiri! h. 11
2
Arini:Berapa
Arini:Kamu betul-
umurnya?
betul
Ira: Seumur kita.
mengenalnya?
Dua lima. h. 14
Ira:
Kalau
tidak
masa kuperkenalkan padamu? h. 14
3
Nick:Sedang
Nick: Boleh tahu
berlibur?
alamatnya?
Arini: Studi. h. 21
Arini: Buat apa? h.
Arini: Pernah ke
22
sana? Nick: Dua kali! Pulau yang indah! Pulau para dewa! h.20
Ira: Bagaimana?
4 _
Helmi: Bagaimana apanya? h. 26
35
5
Arini:Sudah
Nick: Kamu belum
berapa anakmu?
tua. Berapa
Ira: Tiga. h. 32
usiamu?
Arini:dan kamu
Arini: Pasti seumur
ingin menolong
ibumu. Sudahlah,
mencarikan suami
saya sudah capek.
untuk sahabatmu?
Selamat malam. h.
Ira: aku punya
42
calon untukmu. h.
Nick: saya boleh
33
masuk?
Nick:dimana tuan
Arini: Bilang dulu
Utomo?
mau
Arini:sudah
kemari? h.35
meinggal. h.40
Arini:orangtuamu
apa
Bab 5
31 sampai 43
3
3
Bab 6
44 sampai 58
2
2
Bab 7
59 sampai 68
1
3
kamu
pasti kaya. Nick:saya mau cari duit sendiri. h.42
6
7
Hadi: Kenapa dia
Ira: Jadi kamu juga
harus menulis sms
nggak keberatan?
padamu?
Helmi: Lho, kok
Ira: Sms ini bukan
kamu jadi nyinyir
untukku. h. 46
begini? h. 56
Helmi:lho kok
Arini:tas ini norak
kamu jadi nyinyir
nggak sih di mata
begini?
Helmi?
Ira:aku cemburu!
Ira: lain kamu
h.56
sekarang! h.55
Helmi: Dia masih
Hadi: Aku kurang
curiga?
apalagi, Ira?
Ira: Makin curiga
Ira: Mas ngomong
jika kamu tidak
apa sih? h. 59
jadi mengawini
Hadi:jangan pura-
Arini! h. 68
pura! Aku tahu hubunganmu dengan playboy itu!
36
Ira:playboy mana? Kapan aku mainmain dengan segala macam playboy? h. 61 Ira:kamu mau kawin dengan dia? Arini: dengan siapa? h. 63
8
Arini: Tidur di
Arini: Sudah
mana tadi malam?
makan?
Nick: Dekat
Nick: Ini undangan
stasiun. h.75
minum kopi? h. 75
Arini:seperti
Nick:boleh saya
pacarmu.
bantu?
Nick:saya belum
Arini:masih disini?
punya pacar. h.76
h. 72
Bab 8
69 sampai 79
3
2
Bab 9
80 sampai 94
-
2
Bab 10
95sampai 108
2
3
Nick:kamu nggak suka? Arini:tentu saja suka. h.77
Ira: Kamu harus
9
pergi! Helmi: Kamu yang bikin aku bingung,
_
kan? Jadi bagaimana maumu? h. 94 Nick:menyerah? Arini:kepadamu? h. 82
10
Nick: Kenapa
Nick: Ingat masa
masih sendirian?
lalu?
Arini: Aku janda.
Arini: Sudah
37
h. 107
hampir gelap. h.
Nick:cepat! Kamu
96.
basah kuyup!
Nick:kamu
Arini:aku tidak
menyimpan obeng
apa-apa. kamu
di dapaur?
yang basah! h.103
Arini: di mana lagi? Itu pun sudah hampir jadi barang antik. h.105 Nick:berapa umurmu? Arini: buat apa tanya-tanya umur segala? h.107
11
Arini: Mama ada di sana?
Bab 11
109 sampai 118
1
-
Bab 12
119 sampai 136
-
2
Bab 13
137 sampai 154
1
3
_
Arman: Ada. h. 116 Arini: Kenapa aku
12
yang kamu pilih? Ira:
Kamu
salah
mengerti! h. 124
_
Arini:jangan anggap
sebagai
balas budi! Nick:balas
budi?
h.133
13
Nick: Kaget?
Arini: Kamu mau
Arini: Tentu. h.
minum apa, Nick?
146
Nick: Apa saja asal manis. h. 148 Arini:kehabisan duit lagi? Nick:memang aneh tuh. Duit nggak pernah betah di
38
dompetku. h. 146. Helmi:tidak dapatkah kita berbicara baikbaik? Arini:masih ada yang perlu dibicarakan? h. 153.
14
Arini: Kamu
Nick: Sampai jam
pernah jatuh cinta?
berapa?
Nick: Sekali.
Arini: Bukan
Kepadamu. h. 164
Urusanmu. h. 159
Bab 14
155 sampai 171
2
1
Bab 15
172 sampai 179
-
1
Bab 16
180 sampai 194
3
1
Arini:ke mana? Nick: aku ingin mengajakmu makan malam. h. 159 Helmi: Bagaimana
15
kalau ginjal saya, Dok? Dokter: kalau anak bapak tidak punya
_
saudara kembar, memang organ dari orangtua kandung yang paling diharapkan. h. 179
16
Nick: Begitu
Arini: kamu
penting gelar
ceritakan hubungan
untukmu?
kita kepada
Arini: Bukan
mereka?
untukku, Nick.
Nick: Memang
Untukmu. h. 185
kenapa? h. 180
39
Arini:jangan peralat diriku untuk membalas dendam kepada orangtuamu, Nick! Nick: tidak mungkin aku memperalat wanita yang kucintai. h.181 Nick:pasti karena takut. Arini:aku memang takut. h. 184 Helmi: Kamu
17
Bab 17
195 sampai 199
-
2
Bab 18
200 sampai 213
3
-
masih benci
_
padaku? Arini: sampai aku lihat apa yang telah kamu lakukan untuk Ella. h. 197 Helmi:artinya kamu sudah memaafkan aku? Arini:Ella tidak bersalah. Dia tidak pantas dijauhi hanya karena aku benci ayahnya. h. 197
18
Arini: Sudah ada janji? Sekretaris: Belum bu. h. 202 Arini:siapa namanya? Sekretaris: Ibu
_
40
Handoko. h.202 Arini:kalian bertengkar? Helmi:sedikit. h.207
19
Arini: Ella
Arini: Kenapa
kenapa?
kamu begitu
Helmi: Tidak apa-
optimis, Nick?
apa. tapi dokter
Nick: Karena kamu
Syarif baru datang.
selalu pesimis,
Katanya hasil
Arini. Dan untuk
tesmu sudah
itulah aku
keluar. Kamu bisa
diciptakanTuhan.
jadi donor Ella! h.
Untuk
217
mendampingimu.
Bab 19
214 sampai 220
1
2
Bab 20
221 sampai 233
2
-
Bab 21
234 sampai 237
-
1
h. 220 Bu Handoko: ada pesan? Arini:lebih baik tidak melalui anda. h.215
20
Helmi: Lantas apa maumu? Ira: Aku minta cerai. h. 226 Helmi:megapa dia tidak kemari? Arini:dia di
_
London. Sedang melanjutkan studinya. h.225
Arini: Bukan Cuma
21
cowok yang boleh
_
membawanya kan?
41
Nick: aku juga membawa sesuatu untukmu. h. 235
Jumlah 28
33
Jumlah Keseluruhan 61
KETERANGAN : PMC
: Penggunaan Maksim Cara
PYMC
: Penyimpangan Maksim Cara
D. Analisis Penggunaan Maksim Cara dalam Novel
Bab 1 1. Penggunaan Maksim Cara yang Sesuai dengan Prinsip Kerjasama Grice. Bukti kutipan: Nick : Anda turun di mana? Arini : Stuttgart (Mira : 2009 h. 9) Analisis: percakapan tokoh Nick dan Arini di atas merupakan salah satu contoh penggunaan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice di dalam novel Mira. Penggunaan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice dalam percakapan tentu saja memiliki tujuan tersendiri. Konteks percakapan saat itu terjadi di dalam kereta, ketika Nick dan Arini baru pertama kali bertemu. Saat ditanya oleh seorang yang tidak dikenal, tentu saja penutur akan memberikan jawaban yang lugas, langsung, dan jelas sehingga percakapan mengikuti ketentuan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Hal ini dapat terjadi dikarenakan, kadar kepercayaan pada orang asing tidaklah banyak, selain itu berbicara yang lugas dan langsung merupakan salah satu budaya masyarakat di Jerman yang terkenal akan kedisiplinannya.
42
2. Penyimpangan Maksim Cara Menurut Prinsip Kerjasama Grice Bukti kutipan: a. Nick: Jam berapa? Arini: Apanya? h. 9 Analisis: percakapan tokoh Nick dan Arini di atas merupakan salah satu contoh penyimpangan maksim cara menurut prinsip kerjasama Grice di dalam novel Mira. Penyimpangan maksim cara dalam percakapan tentu saja memiliki tujuan tersendiri. Konteks percakapan saat itu terjadi di kereta. Situasi saat itu mereka saling tak kenal. Arini merasa risih karena Nick selalu bertanya dan berkomentar. Ketika Nick bertanya “jam berapa?” Arini merasa bingung dengan apa yang ditanyakan Nick karena pertanyaan yang disampaikan Nick ambigu. Bisa saja yang dimaksud jam berapa oleh Nick adalah waktu saat ini atau jam kereta sampai pada tujuan. Mendengar pertanyaan Nick yang multi tafsir itu, membuat Arini untuk bertanya kembali. Sehingga penyimpangan maksim cara pun terjadi. Konteks waktu, tempat dan situasi yang tak memadai dapat membuat maksud dan pernyataan menjadi multi tafsir sehingga penyimpangan maksim cara sering kali terjadi. Seseorang yang tidak mengerti dengan maksud pertanyaan dari lawan tuturnya memang akan menjawab dengan bertanya kembali. Hal ini dilakukan agar maksud dan tujuan dari tuturan dapat tersampaikan dengan baik. b. Nick: Kenapa dia balik lagi? Arini: Tanya saja sendiri! h. 11 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di dalam kereta api. Saat itu Arini membantu Nick bersembunyi dari kondektur karena Nick tidak mempunyai tiket. Merasa cemas dengan kondektur yang sedang sibuk mengecek tiket, Nick pun banyak bertanya pada Arini. Mendengar pertanyaan Nick dan merasa terpaksa membantu Nick, dengan kesal Arini menjawab dengan ambigu dan tidak lugas sehigga jawaban yang Arini berikan tidak jelas. Konteks situasi saat itu tidaklah nyaman. Hal ini dikarenakan Arini merasa kesal dan terpaksa menolong Nick untuk menghindar dari kondektur. Jemu dengan sikap Nick, Arini pun menjawab pertanyaan Nick dengan jawaban yang tidak langsung dan multi tafsir.
43
Bab 2 1. Penggunaan Maksim Cara yang Sesuai dengan Prinsip Kerjasama Grice. Bukti kutipan: Arini: Berapa umurnya? Ira: Seumur kita. Dua lima. h. 14 Analisis: percakapan tokoh Arini dan Ira berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan saat itu terjadi di dalam kamar, dan Ira akan mengenalkan Helmi pada sahabatnya Arini. Jawaban yang diberikan oleh petutur lugas, langsung, dan meyakinkan. Penggunaan jawaban “seumur kita. dua lima.” Terdengar sangat meyakinkan, hal ini berati Ira ingin sekali meyakinkan Arini bahwa pria yang akan ia kenalkan itu sesuai untuknya. Konteks situasi dari percakapan tersebut sangat berhubungan dengan kondisi tokoh Arini. Arini memang sedang membutuhkan pendamping hidup, karena usianya yang telah beranjak tua. Mendengar Ira akan mengenalkannya pada seseorang tentu saja membuat Arini bahagia, sehingga ia tak berhenti bertanya mengenai Helmi sosok pria yang akan dikenalkan padanya. Ira yang ingin Helmi dan Arini bersama pun menjawab semua pertanyaan Arini dengan baik, lugas dan meyakinkan. Berdasarkan konteks situasi tersebut, penggunaan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice dalam percakapan sangat membantu penutur dan lawan tutur untuk menafisrkan maksud dari percakapan agar tujuan percakapan dapat diterima dengan baik. 2. Penyimpangan Maksim Cara Menurut Prinsip Kerjasama Grice Bukti kutipan: Arini: Kamu betul-betul mengenalnya? Ira: Kalau tidak masa kuperkenalkan padamu? h. 14 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di kamar. Saat itu, Arini akan dikenalkan Ira kepada temannya, Helmi. Merasa gugup dan bingung, Arini terus saja bertanya mengenai Helmi kepada Ira. Karena jemu mendengar pertanyaan-pertanyaan
44
Arini. Ira pun menjawab pertanyaan Arini dengan kembali bertanya agar Arini tidak bertanya terus. Konteks situasi saat itu Ira jemu dengan pertanyaanpertanyaan yang disampaikan Arini. Saat ditanya mengenai keakrabannya dengan Helmi, Ira menjawab dengan kembali bertanya. Faktanya, seorang teman tidak mungkin mengenalkan temannya dengan sembarang pria.Menurut Ira pertanyaan Arini hanya basa-basi dan membuang waktu, sehingga jawaban yang ia berikan berupa pertanyaan kembali. Jawaban yang diberikan Ira tidak lugas, dan berteletele, sehingga penyimpangan maksim cara pun terjadi.
Bab 3 1. Penggunaan Maksim Cara yang Sesuai dengan Prinsip Kerjasama Grice. Bukti kutipan: a. Nick: Sedang berlibur? Arini: Studi. h. 21 Analisis : percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan saat itu terjadi di dalam kereta, dan Arini kurang senang dengan sifat Nick yang cuek dan kekanak-kanakan sehingga jawaban yang diberikan oleh Arini pun langsung, lugas, dan seadanya. Konteks situasi saat itu Arini merasa kesal dengan sifat Nick yang kekanak-kanakan. dari pada meladeni setiap pertanyaan Nick yang dianggap Arini membuang waktu, lebih baik ia menjawab dengan lugas, dan ringkas. Hal ini dilakukan Arini dengan harapan agar Nick tidak terus mengganggunya, sehingga jawaban yang ia berikan sesuai dengan penggunaan maksim cara Grice. Seseorang akan memberikan jawaban yang lugas dan langsung pada lawan tuturnya pasti memiliki tujuan tertentu, salah satunya tidak ingin hidupnya diganggu. b. Arini: Pernah ke sana? Nick: Dua kali! Pulau yang indah! Pulau para dewa! h.20 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan saat itu terjadi di dalam kereta. Arini bertanya pada Nick apakah ia pernah pergi ke Bali. Mendengar pertanyaan Arini, Nick dengan lugas, dan langsung pun menjawab pernah ke sana serta memberikan
45
pendapatnya tentang Bali. Konteks situasi saat itu Arini bertanya pada Nick tentang pengalamannya ke Bali. Mendengar pertanyaan Arini, Nick merasa Arini tidak mempercayai pernyataannya, sehingga ia menjawab dengan lugas, dan meyakinkan agar Arini mempercayainya. Seseorang yang ingin meyakinkan lawan tuturnya pasti akan berbicara dengan lugas dan langsung agar lawan tuturnya dapat yakin dan mempercayai ucapannya. 2. Penyimpangan Maksim Cara Menurut Prinsip Kerjasama Grice Bukti kutipan: Nick: Boleh tahu alamatnya? Arini: Buat apa? h. 22 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di kereta. Saat itu, Nick banyak bertanya dan bercerita pada Arini, padahal mereka tidaklah saling kenal. Ketika Nick bertanya alamat Arini, karena heran reflek Arini bertanya lagi. konteks situasi saat itu Arini dan Nick tidaklah saling kenal. Mendengar pertanyaan Nick mengenai alamatnya, mendengar itu Arini merasa heran, untuk apa orang yang tak ia kenal bertanya alamat padanya. Jawaban yang diberikan Arini pun berupa pertanyaan lagi, sehingga jawaban yang ia berikan tidak langsung dan berbelit-belit. hal yang dilakukan Arini wajar dilakukan seseorang pada orang yang baru dikenal, karena kadar kepercayaan pada orang tersebut tidaklah terlalu tinggi.
Bab 4 1. Penyimpangan Maksim Cara Menurut Prinsip Kerjasama Grice Bukti kutipan: Ira: Bagaimana? Helmi: Bagaimana apanya? h. 26 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di kamar. Saat itu, Arini telah menikah dengan Helmi. Ketika Helmi datang menemuinya, Ira pun mencoba bertanya pada Helmi mengenai hubungannya dengan Arini. Tetapi, pertanyaan
yang
disampaikan Ira multi tafsir. Maksud “bagaimana” bisa saja keadaan Helmi saat
46
ini, sehingga ia bertanya kembali pada Ira. Konteks situasi yang terjadi Ira merasa cemburu dengan pernikahan Helmi dan Arini, sehingga saat Helmi menemuinya ia pun langsung bertanya. Disebabkan rasa cemburu, pertanyaan yang diberikan Ira pada Helmi berupa pertanyaan yang multi tafsir. Maksud dari Ira bagaimana hubungan Helmi dan Arini, tetapi karena tidak mengetahui maksud dari pertanyaan Ira, Helmi pun bertanya kembali dengan pertanyaan yang serupa. Penyimpangan maksim cara terjadi pada penggalan percakapan ini karena pertanyaan dan jawaban yang diajukan tidak lugas dan multi tafsir.
Bab 5 1. Penggunaan Maksim Cara yang Sesuai dengan Prinsip Kerjasama Grice. Bukti kutipan: a. Arini: Sudah berapa anakmu? Ira: Tiga. h. 32 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan terjadi di dalam kamar, dan pertanyaan yang diucapkan Arini pada Ira disampaikan secara langsung dan lugas sehingga jawaban yang diberikan Ira pun langsung dan lugas. Konteks situasi saat itu Ira bertemu dengan Arini, karena telah lama tidak bertemu sebagai teman yang baik Arini bertanya sedikit tentang kehidupan Ira. Mendengar pertanyaan Arini, Ira pun menjawab dengan langsung, lugas, dan ringkas. Jawaban yang diberikan Ira apa adanya dan sesuai degan kenyataan yang ada, sehingga sesuai dengan penggunaan maksim cara Grice. Seseorang tidak mungkin berbohong pada sahabatnya mengenai kehidupan keluarganya yang memang sudah diketahui oleh khalayak umum. b. Arini: dan kamu ingin menolong mencarikan suami untuk sahabatmu? Ira: aku punya calon untukmu. h. 33 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan terjadi di dalam kamar. Konteks situasi saat itu Arini dan Ira saling berbincang tentang kehidupan Arini yang masih saja sendiri. Arini meganggap perbincangan mereka hanya membuang waktu saja,
47
sehingga ia bertanya pada Ira apakah ada jalan keluar agar ia tak lagi hidup melajang. Seorang teman yang meminta tolong pada temannya untuk dicarikan kekasih merupakan hal yang wajar dan sering terjadi, sehingga pertanyaan yang diberikan Arini pada Ira merupakan pertanyaan yang wajar karena mereka berteman. Mendengar pertanyaan Arini, Ira menjawab dengan langsung, lugas, dan tak mengada-ada karena ia memang punya calon suami untuk Arini. c. Nick: di mana Tuan Utomo? Arini: sudah meinggal. h.40 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan terjadi di dapur, konteks situasi saat itu Arini sedang memasak untuk Nick. Mendengar pertanyaan Nick mengenai suaminya, Arini langsung menjawab dengan singkat bahwa Tuan Utomo sudah meninggal. Hal ini dikarenakan Arini sudah jemu dengan pertanyaan Nick yang membuang waktu. Selain itu, seseorang yang tak begitu dikenal tak sepantasnya bertanya mengenai suatu hal yang pribadi, sehingga arini menjawab dengan ringkas dan lugas agar Nick tidak bertanya terlalu jauh. 2. Penyimpangan Maksim Cara Menurut Prinsip Kerjasama Grice Bukti Kutipan: a. Nick: Kamu belum tua. Berapa usiamu? Arini: Pasti seumur ibumu. Sudahlah, saya sudah capek. Selamat malam. h. 42 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di meja makan dan malam hari. Konteks situasi saat itu Nick bertanya banyak hal pada Arini. Bahkan, sesekali Nick menggoda Arini. Mendengar pertanyaan-pertanyaan Nick, Arini semakin jemu dan malas meladeninya. Ketika Nick bertanya umurnya, Arini hanya menjawab basa-basi, tidak lugas, dan berbelit-belit sehingga penyimpangan maksim cara pun terjadi. Penyimpangan maksim cara dilakukan Arini karena ia tak ingin membahas tentang umurnya yang memang terpaut jauh lebih tua dari Nick. b. Nick: saya boleh masuk?
48
Arini: Bilang dulu mau apa kamu kemari? h.35 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi melalui monitor interkom apartemen Arini. Konteks situasi saat itu Nick datang ke apartemen Arini, dan bertanya apakah ia boleh masuk? karena hubungan mereka tidak begitu dekat, Arini merasa heran dan curiga, maka Arini menjawab dengan bertanya lagi. Jawaban yang ia berikan tidak langsung dan tidak lugas sehingga penyimpangan maksim cara pun terjadi. Kenyataanya, setiap orang pasti akan menjaga jarak pada orang yang baru dikenal atau pun tak dikenalnya, karena setiap manusia mempunyai insting untuk melindungi diri sendiri dari sesuatu hal asing yang baru ditemuinya. c. Arini: orangtuamu pasti kaya. Nick: saya mau cari duit sendiri. h.42 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di meja makan. Saat itu Arini dan Nick saling berbincang. Ketika Arini memberikan sebuah pernyataan, Nick menjawab dengan tidak langsung, ambigu, dan tidak lugas. Hal ini dikarenakan sifat Nick yang cuek dalam menjalani hidupnya. Konteks situasi saat itu, Arini bertanya mengenai kehidupan pribadi Nick. Bagi Nick, pertanyaan yang diberikan oleh Nick tidaklah menyenangkan. Keluarga Nick memang kaya, tapi Nick tidak pernah merasa bahagia dengan keluarganya. Mendengar pertanyaan yag diujarkan Arini, Nick pun menjawab dengan seenaknya, tidak langsung dan multi tafsir.
Bab 6 1. Penggunaan Maksim Cara yang Sesuai dengan Prinsip Kerjasama Grice. Bukti kutipan: a. Hadi: Kenapa dia harus menulis sms padamu? Ira: Sms ini bukan untukku. h. 46 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan terjadi di restoran, dan saat itu konteks situasi terasa begitu mencekam, karena Helmi sms ke hp Ira dan Hadi yang
49
membacanya. Sebagai suami sah Ira, Hadi sangat marah dan diucapkanlah pertanyaan itu. Mendengar pertanyaan suaminya, karena gugup Ira pun menjawab dengan langsung tanpa ia pikirkan lagi apa yang diucapkannya. Kenyaataannya, seorang suami yang melihat pria lain mengirimkan sms pada istriya pasti akan merasa cembuu, sehingga pertanyaan yang disampaikan oleh Hadi pada Ira merupakan pertayaan yang wajar dilakukan. Sebagai seorang istri yang berselingkuh, tentu saja Ira mencoba menjawab dengan tenang dan meyakinkan agar suaminya percaya padanya. b. Helmi: lho kok kamu jadi nyinyir begini? Ira: aku cemburu! h.56 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks situasi percakapan terjadi saat Helmi dan Ira terlibat perselisihan. Ira merasa cemburu dengan kedekatan Helmi dan Arini. Helmi merasa heran dengan sikap Ira, padahal Ira yang menyuruhnya untuk berpura-pura pacaran dengan Arini. Melihat sikap Ira yang uring-uringan Helmi pun bertanya. Mendengar pertanyaan Helmi, Ira langsung menjawab dengan lugas bahwa ia cemburu. Jawaban Ira mewakili perasaannya yang kalut akan hubungan Helmi dan Arini. Ia tidak ingin Helmi jatuh hati dengan Arini, sehingga ia pun dengan tegas dan langsung menjawab bahwa ia cemburu. 2. Penyimpangan Maksim Cara Menurut Prinsip Kerjasama Grice Bukti kutipan: a. Ira: Jadi kamu juga nggak keberatan? Helmi: Lho, kok kamu jadi nyinyir begini? h. 56 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks situasi percakapan terjadi saat Ira dan Helmi bertemu. Ira yang merasa Helmi mulai menyukai Arini pun merasa kesal, sehingga ia banyak bertanya pada Helmi. Mendengar pertanyaan Ira yang tiada habisnya, membuat helmi muak dan menjawab dengan bertanya lagi. Rasa cemburu buta Ira membuat pikirannya kehilangan kendali, sehingga ia terus meracau dan bertanya mengenai hal yang tidak jelas. Melihat Ira yang terbakar api cemburu, membuat Helmi merasa heran dan kesal. Semua hal ini ia lakukan sesuai dengan keinginan Ira,
50
tetapi
Ira
justru
menyudutkannya.
Mendengar
pertanyaan
Ira
yang
menyudutkannya, Helmi pun menjawab dengan kembali bertanya, sehingga jawaban yang ia berikan tidak lugas dan berbelit-belit. b. Arini: tas ini norak nggak sih di mata Helmi? Ira: lain kamu sekarang! h.55 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di kamar. Konteks situasi saat itu, Arini sedang bertanya banyak hal kepada Ira. Arini ingin ia terlihat cantik dan anggun di depan Helmi. Melihat sikap Arini kepada Helmi, Ira pun menjawab dengan tidak langsung dan tidak lugas karea Ira merasa cemburu. Rasa cemburu Ira pada hubungan Helmi dan Arini harus ia tutupi. Ia tidak ingin Arini mengetahui dan menghancurkan rencananya. Kesal dengan tingkah laku Arini yang tampak kasmaran, Ira pun menjawab pertanyaan Arini dengan sindiran dan tak langsung.
Bab 7 1. Penggunaan Maksim Cara yang Sesuai dengan Prinsip Kerjasama Grice. Bukti kutipan: Helmi: Dia masih curiga? Ira: Makin curiga jika kamu tidak jadi mengawini Arini! h. 68 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks situasi saat percakapan sangat mengkhawatirkan, perseligkuhan Helmi dan Ira sudah mulai diketahui oleh Hadi. Pertanyaan Helmi pada Ira dijawab dengan langsung, lugas, dan padat. Ira menjawab langsung kepada
inti
permasalahan,
agar
suaminya
Hadi
berhenti
mencurigai
perselingkuhan mereka, ia meminta Helmi untuk tetap menikahi Arini. Hal ini dilakukan Ira agar Helmi menikahi Arini secepatnya, sehingga suaminya tak mencurigai hubungan mereka lagi. 2. Penyimpangan Maksim Cara Menurut Prinsip Kerjasama Grice Bukti kutipan: a. Hadi: Aku kurang apalagi, Ira? Ira: Mas ngomong apa sih? h. 59
51
Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks situasi percakapan terjadi di rumah. Saat itu, Hadi melihat Ira dan Helmi pulang ke rumah dalam keadaan mabuk, sehingga ia pun merasa kesal. Tak ingin perselingkuhannya diketahui, Ira pun reflek menjawab dengan kembali bertanya agar dapat meredakan kemarahan suaminya. Hal yang dilakukan Ira seringkali dilakukan oleh orang yang ingin menutupi perselingkuhannya. Seseorang yang berselingkuh terbiasa berkata yang tidak lugas, tidak langsung dan berbelit-belit agar pasangannya tidak mencurigai hubungan gelapnya. b. Hadi: jangan pura-pura! Aku tahu hubunganmu dengan playboy itu! Ira: playboy mana? Kapan aku main-main dengan segala macam playboy? h. 61 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di rumah. Saat itu Hadi melihat Helmi yang mengantar Ira ke rumah dalam keadaan mabuk. Hadi pun semakin mencurigai hubungan gelap di antara Helmi dan Ira, sehingga Helmi membentak Ira. Mendengar bentakan Hadi padanya, Ira pun menjawab dengan pertanyaan lagi untuk menutupi perseligkuhannya, sehingga jawaban yang ia berikan tidak lugas, berbelit-belit dan tidak langsung. Selain itu, kata playboy yang digunakan Hadi untuk membentak Ira merupakan kata yang multi tafsir. Bukankah banyak lakilaki yang suka memainkan perempuan? dan Ira merasa dirinya tidak berselingkuh dengan seorang playboy, karena Helmi hanya mencintainya. c. Ira: kamu mau kawin dengan dia? Arini: dengan siapa? h. 63 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di dapur. Konteks situasi saat itu Arini sedang sibuk membuat kue untuk Helmi, sehingga saat Ira bertanya Arini menjawab dengan pertanyaan lagi. Jawaban yang Arini berikan tidak fokus, dan tidak lugas, sehingga terjadilah penyimpangan maksim cara. Saat seseorang jatuh cinta, seringkali merasa dunia hanya milik berdua. Hal itu juga dirasakan oleh Arini, karena terlalu fokus membuat kue untuk kekasihnya, pertanyaan yang
52
disampaikan Ira padanya pun bagai angin lalu sehingga ia menjawab dengan kembali bertanya.
Bab 8 1. Penggunaan Maksim Cara yang Sesuai dengan Prinsip Kerjasama Grice. Bukti kutipan: a. Arini: Tidur di mana tadi malam? Nick: Dekat stasiun. h.75 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan terjadi di pinggir jalan, dan konteks situasi saat itu Arini merasa kaget melihat Nick yang tiba-tiba ada dihadapannya. Reflek Arini bertanya banyak hal yang sebenarnya hanya basa-basi saja. Mendengar pertanyaan Arini, Nick pun tahu itu hanya pertanyaan biasa. Dengan santai Nick pun menjawab lugas dan apa adanya. Kenyataannya, bila lama tak berjumpa dengan seseorang untuk mengawali percakapan pasti dengan pertanyaanpertanyaan yang umum, seperti kesehatan, perjalanan, dan lainnya. Mendengar pertanyaan-petanyaan umum seperti itu, Nick merasa bosan dan menjawab dengan lugas, langsung dan apa adanya agar Arini mengganti pertanyaannya. b. Arini: seperti pacarmu. Nick: saya belum punya pacar. h.76 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan terjadi di meja makan. Kontks situasi saat itu Arini sedang membuatkan Nick kopi, dan mereka saling berbincang. Arini berkomentar sesuatu tentang kehidupan Nick. Mendengar ucapan Arini, Nick merasa risih, karena saat ini Nick tidak mempunyai pacar. Selain itu, ia tidak ingin Arini salah paham, sehingga Nick meluruskan ucapan Arini dengan berkata langsung, lugas, dan apa adanya. c. Nick: kamu nggak suka? Arini: tentu saja suka. h.77 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan terjadi di meja makan. Konteks situasi saat
53
itu Nick memberikan bunga untuk Arini, tetapi Arini menganggapnya pemborosan. Melihat sikap Arini, Nick bertanya apakah ia suka bunganya? sebagai wanita normal yang diberi bunga oleh seorang pria, Arini tentu saja suka, sehingga jawaban yang diucapkan Arini pun langsung dan lugas, bahwa ia suka bunga itu. Selain itu, Arini tidak ingin menyakiti perasaan Nick bila menjawab tidak suka, karena Nick membelikannya bunga dengan tulus. 2. Penyimpangan Maksim Cara Menurut Prinsip Kerjasama Grice Bukti kutipan: a. Arini: Sudah makan? Nick: Ini undangan minum kopi? h. 75 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di pinggir jalan dan konteks situasinya ketika Nick membantu Arini membawakan barangnya. Saat itu Arini bertanya banyak hal tentang dirinya. Arini tahu bahwa Nick belum makan, dan dengan sopan Arini bertanya apakah Nick sudah makan. Selain itu, Arini pun ingin berterima kasih pada Nick yang telah membantunya. Mendengar pertanyaan Arini, Nick merasa senang dan menyimpulkan bahwa ia diundang makan di rumahnya, sehingga ia bertanya kembali untuk menguatkan simpulannya. b. Nick: boleh saya bantu? Arini: masih disini? h. 72 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di pinggir jalan. Konteks situasi saat itu Arini baru pulang berbelanja dari supermarket dengan menggendong dua kantong besar belanjaan. Tiba-tiba Nick muncul dan melihat Arini membawa banyak barang dan menawarkan diri untuk membantu. Melihat Nick dihadapannya, Arini pun kaget dan reflek menjawab pertanyaan Nick dengan kembali bertanya, karena setahu Arini, Nick telah pergi ke Heidelberg.
Bab 9 1. Penyimpangan Maksim Cara Menurut Prinsip Kerjasama Grice Bukti kutipan:
54
a. Ira: Kamu harus pergi! Helmi: Kamu yang bikin aku bingung, kan? Jadi bagaimana maumu? h. 94 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks situasi percakapan terjadi saat Helmi dan Ira terlibat pada perdebatan. Hadi memberikan dua tiket ke Eropa untuk Helmi dan Arini sebagai hadiah bulan madu. Ira merasa cemburu karena takut Helmi benar-benar akan mencintai Arini, namun setelah lama berpikir, Ira tetap menyurunya pergi berbulan madu dengan Arini agar Hadi tidak mencurigai perselingkuhan mereka lagi. Helmi bingung dengan permintaan Ira, sehingga ia kembali bertanya mengenai keinginan Ira yang tak menentu itu. b. Nick: menyerah? Arini: kepadamu? h. 82 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di kastil Heidelberg. Konteks situasi saat itu Arini dan Nick sedang pergi berwisata bersama. Nick menyeretnya setengah berlari melintasi lapangan rumput yang mengelilingi kastil tua itu. Melihat Arini yang kelelahan, Nick pun bertanya padanya. Mendengar pertanyaan Nick yang terdengar meremehkan, Arini pun menjawab dengan bertanya lagi karena ia tidak ingin kalah dan dianggap lemah oleh Nick.
Bab 10 1. Penggunaan Maksim Cara yang Sesuai dengan Prinsip Kerjasama Grice. Bukti kutipan: a. Nick: Kenapa masih sendirian? Arini: Aku janda. h. 107 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan terjadi di meja dapur. Konteks situasi saat itu Nick bertanya banyak hal pada Arini, termasuk kehidupan pribadinya. Arini yang mempunyai sifat penutup pun merasa risih dan menjawab pertanyaan seputar pribadinya itu dengan langsung, lugas, tidak berbelit-belit, dan apa adanya. Arini mengalami banyak hal pahit di kehidupan masa lalunya. Ia tidak ingin orang lain
55
tahu dan mengingat kembali hal yang telah menyakitinya. Sehingga ia menjawab pertanyaan Nick dengan langsung dan lugas agar Nick tidak bertanya mengenai masa lalunya lebih jauh lagi. b. Nick: cepat! Kamu basah kuyup! Arini: aku tidak apa-apa. kamu yang basah! h.103 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan terjadi di depan pintu apartemen. Konteks situasi saat itu Arini dan Nick baru pulang setengah berlari menerobos hujan lebat, sehingga keduanya basah kuyup. Nick meminta kunci pintu dengan tergesa dan merasa cemas dengan Arini yang kehujanan. Melihat Nick yang cemas, Arini pun menjawab dengan lugas dan langsung bahwa ia tidak apa-apa. Seorang pasti tidak ingin orang yang dicintainya merasa dingin dan sakit. Hal yang dilakukan Nick dan Arini wajar dilakukan karena mereka saling mencintai. 2. Penyimpangan Maksim Cara Menurut Prinsip Kerjasama Grice Bukti kutipan: a. Nick: Ingat masa lalu? Arini: Sudah hampir gelap. h. 96 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks situasi percakapan terjadi saat Nick dan Arini pergi berwisata. Hubungan Arini dan Nick semakin akrab, tetapi saat melewati suatu tempat Arini tampak pucat dan tak senang karena teringat kenangannya dengan Helmi. Melihat ekspresi Arini, Nick menebak bahwa Arini mengingat kenangan masa lalunya dengan seseorang. Mendengar pertanyaan Nick, bukannya menumpahkan isi hatinya Arini hanya meminta pulang dengan memberi jawaban “sudah hampir gelap”. Hal ini dilakukan Arini karena ia tidak ingin menceritakan masa lalunya yang pahit. Arini berusaha untuk melupakan kenangan masa lalunya yang bodoh, sehingga ia tak ingin membuka kembali kenangan pahit yamg telah lama terkunci itu. b. Nick: kamu menyimpan obeng di dapur? Arini: di mana lagi? Itu pun sudah hampir jadi barang antik. h.105
56
Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di apartemen Arini. Konteks situasi saat itu Nick mencari obeng untuk membetulkan keran air panas di kamar mandi. Nick merasa aneh karena mendapatkan obeng di dapur, sehingga ia bertanya pada Arini. Mendengar pertanyaan Nick, Arini menjawab dengan bertanya lagi. Menurutnya di apartemen seorang wanita, menyimpan obeng di dapur itu sesuatu yang wajar, dan memang hampir tidak pernah ia gunakan. c. Nick: berapa umurmu? Arini: buat apa tanya-tanya umur segala? h.107 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi meja dapur. Konteks situasi saat itu Nick sedang meminum kopi dan mereka saling berbincang. Saat Nick bertanya berapa umur Arini, Arini merasa heran dan janggal, sehingga ia menjawab pertanyaan Nick dengan bertanya lagi. Selain itu, Arini merasa pertayaan Nick hanya membuang waktu, tampak sekali umurnya dan Nick terpaut jauh lebih tua sehingga pertanyaan Nick ia jawab dengan kembali bertanya.
Bab 11 1. Penggunaan Maksim Cara yang Sesuai dengan Prinsip Kerjasama Grice. Bukti kutipan: Arini: Mama ada di sana? Arman: Ada. h. 116 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan terjadi melalui telepon. Konteks situasi saat itu Arini menelepon Arman bertanya mengenai keberadaan ibunya, Ira. Arman adalah anak Ira yang masih kecil. Saat ditanya Arini mengenai keberadaan orangtuanya, karena Arman masih kecil, dengan polos ia menjawab pertanyaan Arini secara langsung, lugas, dan apa adanya.
Bab 12 1. Penyimpangan Maksim Cara Menurut Prinsip Kerjasama Grice
57
Bukti kutipan: a. Arini: Kenapa aku yang kamu pilih? Ira: Kamu salah mengerti! h. 124 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di rumah sakit. Konteks situasi saat itu, Arini baru saja melahirkan dan ia telah tahu bahwa sahabatnya Ira dan suaminya Helmi ternyata berselingkuh di belakangnya. Merasa sakit hati karena telah dikhianati, saat Ira menjenguknya ke rumah sakit Arini bertanya banyak hal mengenai perasaan sakit hatinya. Mendengar pertanyaan Arini, Ira merasa bersalah dan bingung, sehingga ia berusaha untuk membela diri dengan mengalihkan pertanyaan Arini dengan jawaban yang tidak langsung. b. Arini: jangan anggap sebagai balas budi! Nick: balas budi? h.133 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di kamar. Konteks situasi saat itu Nick mengungkapkan perasaannya pada Arini, tetapi Arini menolaknya karena Nick masih terlalu muda. Arini pun mencari cara agar dapat menolak Nick dengan cara halus. Ketika Arini mengatakan pada Nick untuk tidak membalas budi, Nick merasa apa yang ia rasakan pada Arini ini cinta yang tulus dan bukan tindakan balas budi karena dulu Arini pernah menolongnya, sehingga Nick menjawab pernyataan Arini dengan bertanya lagi.
Bab 13 1. Penggunaan Maksim Cara yang Sesuai dengan Prinsip Kerjasama Grice. Bukti kutipan: Nick: Kaget? Arini: Tentu. h. 146 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan terjadi di ruang tamu. Konteks situasi saat itu yaitu, Arini sudah lama tidak berjumpa dengan Nick, ia pun merasa rindu. Suatu malam Arini merasa senang dan kaget melihat Nick ada di rumahnya
58
sehingga ketika Nick bertanya padanya, ia menjawab dengan langsung dan lugas karena senang. Saat seseorang sedang kasmaran dan merindukan kekasihnya, hal yang terpikirkan hanyalah ingin bertemu, dan saat sepasang kekasih itu bertemu wajar bila ia mengakui kerinduannya. 2. Penyimpangan Maksim Cara Menurut Prinsip Kerjasama Grice Bukti kutipan: a. Arini: Kamu mau minum apa, Nick? Nick: Apa saja asal manis. h. 148 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di ruang tamu. Konteks situasi saat itu Nick datang ke rumah Arini dan Arini bertanya Nick ingin minum apa. mendengar pertanyaan Arini, Nick menjawab dengan santai “apa saja asal manis”. Jawaban yang diberikan oleh Nick sangatlah ambigu. Minuman yang manis itu banyak, bisa es sirop, es teh manis, dan lainnya. Selain itu, Nick juga bermaksud menggoda Arini yang tampak manis malam itu. b. Arini: kehabisan duit lagi? Nick: memang aneh tuh. Duit nggak pernah betah di dompetku. h. 146. Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di ruang tamu. Konteks situasi saat itu yaitu, Arini merasa kaget karena Nick ada di rumahnya, sehingga ia reflek bertanya pada Nick. Mendengar pertanyaan Arini, Nick menjawab dengan bercanda, sehingga jawaban yang diberikan Nick tidak lugas dan tidak langsung. Sebenarnya, alasan ia datang ke rumah Arini karena ia merindukan Arini dan ingin bertemu dengannya. c. Helmi: tidak dapatkah kita berbicara baik-baik? Arini: masih ada yang perlu dibicarakan? h. 153. Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di depan rumah Arini. Konteks situasi saat itu, Helmi datang ingin menyampaikan sesuatu yang penting pada Arini mengenai nak mereka Ella, tetapi Arini tidak ingin menggubrisnya sehingga Helmi bertanya padanya. Mendengar pertanyaan Helmi, Arini menjawab dengan
59
tidak lugas dan tidak langsung melalui pertanyaan lagi, karena menurut Arini masa lalunya telah mati dan tak ada yang perlu dibicarakan lagi.
Bab 14 1. Penggunaan Maksim Cara yang Sesuai dengan Prinsip Kerjasama Grice. Bukti kutipan: a. Arini: Kamu pernah jatuh cinta? Nick: Sekali. Kepadamu. h. 164 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan terjadi di restoran. Konteks situasi saat itu Nick mengutarakan perasaannya pada Arini. Tapi Arini merasa cinta mereka tidaklah wajar. Umur Nick dan Arini sangat jauh berbeda. Arini menganggap ini hanya lelucon, sehingga ia banyak berkomentar dan bertanya pada Nick agar ia tak mencintai Arini lagi. Mendengar komentar dan pertanyaan yang diucapkan oleh Arini, Nick selalu menjawab dengan lugas, langsung, dan apa adanya. Setiap orang ingin meyakinkan orang yang dicintainya untuk mempercayai ketulusan cintanya. Begitu pula yang terjadi dengan Nick, ia ingin Arini percaya dan yakin bahwa cintanya bukanlah cinta yang semu. b. Arini:ke mana? Nick: aku ingin mengajakmu makan malam. h. 159 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan terjadi di kantor dan melalui telepon. Konteks situasi saat itu Arini sedang rapat dan Nick meneleponnya. Nick mengajaknya keluar, Arini pun bertanya mau ke mana? mendengar pertanyaan Arini, dengan langsung dan lugas Nick menjawab ingin mengajaknya makan malam. Saat menghadiri rapat, seseorang akan memfokuskan dirinya pada materi rapat yang sedang berlagsung. Bila ada seseorang yang menlepon pun ia akan berbicara langsung, lugas dan apa adanya. mengetahui Arini sedang sibuk, Nick berusaha untuk berbicara secara langsung dan lugas agar Arini dapat memahami maksud ajakannya. 2. Penyimpangan Maksim Cara Menurut Prinsip Kerjasama Grice
60
Bukti kutipan: Nick: Sampai jam berapa? Arini: Bukan Urusanmu. h. 159 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di kantor. Konteks situasi saat itu Arini sedang rapat kerja dan tiba-tiba saja Nick meneleponnya. Ketika rapat, Arini tidak dapat menjawab banyak hal sehingga jawaban yang diberikan Arini tidak langsung, berbelit-belit, dan tidak lugas. Saat menghadiri rapat, seseorang akan menjawab lugas dan seadanya. Saat mendapat pertanyaan yang menurutnya bertele-tele, ia pun akan menjawab secara tidak langsung dan tidak lugas agar dapat kembali fokus pada materi rapat. Bab 15 1. Penyimpangan Maksim Cara Menurut Prinsip Kerjasama Grice Bukti kutipan: Helmi: Bagaimana kalau ginjal saya, Dok? Dokter: kalau anak bapak tidak punya saudara kembar, memang organ dari orangtua kandung yang paling diharapkan. h. 179 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di rumah sakit. Konteks situasi saat itu, anak Helmi sakit dan harus menerima donor ginjal. Ketika Helmi bertanya mengenai ginjalnya, dokter memberikan jawaban yang berbelit-belit, dan tidak langsung. Padahal maksud dari dokter adalah ginjal bapak juga bisa didonorkan, tetapi dokter berbicara menggunakan bahasa yang lebih halus karena di dunia kedokteran penderma yang ingin menyumbangkan organnya haruslah secara sukarela bukan karena paksaan.
Bab 16 1. Penggunaan Maksim Cara yang Sesuai dengan Prinsip Kerjasama Grice. Bukti kutipan: a. Nick: Begitu penting gelar untukmu? Arini: Bukan untukku, Nick. Untukmu. h. 185
61
Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan terjadi di kafe. Konteks situasi saat itu terjadi perdebatan di antara Nick dan Arini mengenai kisah cinta mereka. Arini yang dewasa pun mencoba untuk meluluhkan pendirian Nick yang keras, sehingga ia berusaha untuk menjawab pertanyaan Nick dengan langsung, lugas, dan tidak berbelit-belit agar Nick mau meneruskan pendidikannya. Seorang kekasih pasti ingin melihat kekasihnya sukses, sehingga hal yang dilakukan Arini merupakan hal yang wajar. b. Arini: jangan peralat diriku untuk membalas dendam kepada orangtuamu, Nick! Nick: tidak mungkin aku memperalat wanita yang kucintai. h.181 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks situasi percakapan terjadi saat Arini mengetahui bahwa Nick menceritakan dirinya pada orang tua Nick. Mereka berdua terlibat perselisihan, hingga Arini menyatakan untuk jangan memperalat dirinya pada Nick. Mendengar pernyataan Arini yang tidak beralasan, dengan langsung dan lugas Nick membantah peryataan itu agar dapat meyakinkan Arini. Walaupun Nick mempunyai masalah dengan kedua orangtuanya, tetapi ia tak pernah berpikir memperalat Arini untuk menyakiti keluarganya, karena cinta Nick pada Arini tulus dan apa adanya. c. Nick: pasti karena takut. Arini: aku memang takut. h. 184 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks situasi percakapan terjadi saat Arini akan bertemu dengan orang tua Nick. Arini banyak bertanya mengenai orang tua Nick, melihat itu Nick berpikir Arini takut untuk bertemu dengan orangtuanya dan menyampaikan apa yang ia pikirkan pada Arini. Mendengar perkataan Nick, Arini menjawab merasa takut dengan lugas, langsung dan apa adanya. Seseorang yang akan bertemu degan calon mertuanya tentu saja merasa takut. Saat Nick bertanya mengenai keadaan Arini, Arini pun menjawab dengan lugas, langsung, dan apa adanya karena ia memang merasa takut.
62
2. Penyimpangan Maksim Cara Menurut Prinsip Kerjasama Grice Bukti kutipan: Arini: kamu ceritakan hubungan kita kepada mereka? Nick: Memang kenapa? h. 180 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks situasi percakapan terjadi saat Nick bercerita pada Arini bahwa ia telah memberitahu orangtuanya mengenai hubungan mereka. Ketika Arini bertanya, Nick pun menjawab dengan balik bertanya sehingga jawaban yang ia berikan tidak lugas dan tidak langsung. Menurut Nick, apa yang ia lakukan tidaklah salah, karena ia tulus mencintai Arini. Seorang pria yang serius terhadap kekasihnya pasti akan menceritakan dan mengajak kekasihnya bertemu dengan orangtuanya karena ia ingin cinta mereka dapat abadi.
Bab 17 1. Penyimpangan Maksim Cara Menurut Prinsip Kerjasama Grice Bukti kutipan: a. Helmi: Kamu masih benci padaku? Arini: sampai aku lihat apa yang telah kamu lakukan untuk Ella. h. 197 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di rumah sakit. Konteks situasi saat itu Ella anak arini dan Helmi sedang di rawat di rumah sakit. Ketika bersama Arini, Helmi memberanikan diri bertanya pada Arini mengenai rasa benci Arini padanya. Mendengar pertanyaan Helmi, Arini memberikan jawaban yang tidak langsung, dan berbelit-belit. Walaupun orang yang telah mengkhianatinya berusaha mencoba menembus kesalahan yang ia perbuat dengan banyak melakukan kebaikan. Seseorang yang merasa telah dikhianati di masa lalunya tentu saja sulit memaafkan denga sepenuhnya orang yang mengkhianatinya. Api tak mungkin menjadi air, sehingga Arini menjawab pertanyaan Helmi dengan jawaban yang diplomatis pada Helmi. b. Helmi: artinya kamu sudah memaafkan aku?
63
Arini: Ella tidak bersalah. Dia tidak pantas dijauhi hanya karena aku benci ayahnya. h. 197 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di rumah sakit. Konteks situasi saat itu anak Arini dan Helmi yang bernama Ella telah selesai di operasi. Melihat Arini, Helmi pun bertanya apakah ia telah memaafkannya. Mendengar pertanyaan Helmi, Arini jawab dengan tidak langsung dan tidak lugas. Menurutnya masa lalu telah lama mati dan ia tidak ingin mengingat hal itu lagi, yang ingin ia perhatikan sekarang adalah Ella, anak yang pernah dulu ia tinggalkan. Seorang ibu tidak akan mau anaknya tersakiti. Jawaban yang diberikan Arini adalah jawaban yang ia pikir Dapat melindungi anaknya Ella. Seorang anak terlahir di dunia ini dengan keadaan yang suci, begitu juga Ella. Arini tidak mau anaknya menaggung kesalahan masa lalu ibu dan ayahnya.
Bab 18 1. Penggunaan Maksim Cara yang Sesuai dengan Prinsip Kerjasama Grice. Bukti kutipan: a. Arini: Sudah ada janji? Sekretaris: Belum bu. h. 202 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan terjadi di kantor. Konteks situasi saat itu ada seorang tamu yang datang ke kantor. Sekretaris Arini pun memasuki ruangannya dan bertanya mengenai kesediaan Arini menjumpai tamunya, sehingga ketika Arini bertanya mengenai tamunya sekretaris itu menjawab dengan lugas dan apa adanya. Hal ini memang seharusnya dilakukan oleh sekretaris, karena tugas sekretarislah yang mengatur dan mengingatkan jadwal bosnya. b. Arini: siapa namanya? Sekretaris: Ibu Handoko. h.202 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan terjadi di kantor. Konteks situasi saat itu Arini kedatangan seorang tamu yang datang ke kantor, karena tidak mengetahui
64
siapa tamunya yang datang, Arini pun bertanya pada sekretarisnya siapa nama tamunya. Mendengar pertanyaan Arini, dengan lugas dan langsung sekretarisnya menjawab bahwa nama tamunya, yaitu Ibu Handoko. c. Arini: kalian bertengkar? Helmi: sedikit. h.207 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan terjadi di rumah sakit. Konteks situasi saat itu Helmi dan Arini saling berbincang. Arini tidak melihat kedatangan Ira, sehingga ia bertanya pada Helmi apakah ia dan Ira bertengkar. Mendengar itu, Helmi dengan lugas dan apa adanya menjawab pertanyaan Arini. Saat itu Helmi dan Ira memang sedikit bertengkar, karena Ira cemburu pada keberadaan Arini. Seseorang yang sedang bertengkar dengan kekasihnya, tidak mungkin mengajaknya keluar untuk pergi bersama. Hal ini, terlihat oleh Arini. Mendengar pertanyaan Arini, Helmi pun tak ingin berbohong karena ia pikir Arini telah mengetahuinya.
Bab 19 1. Penggunaan Maksim Cara yang Sesuai dengan Prinsip Kerjasama Grice. Bukti kutipan: Arini: Ella kenapa? Helmi: Tidak apa-apa. tapi dokter Syarif baru datang. Katanya hasil tesmu sudah keluar. Kamu bisa jadi donor Ella! h. 217 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan terjadi di mobil. Konteks situasi saat itu Helmi meneleponnya mengenai kabar Ella, anak mereka yang sedang sakit dan membutuhkan donor ginjal ibunya. khawatir, Arini pun reflek bertanya, dan dijawab dengan langsung, tenang dan lugas oleh Helmi bahwa ginjal Arini bisa didonorkan kepada Ella. Seseorang yang sedang menunggu suatu kabar pasti merasa khawatir. Sehingga wajar bila Arini langsung bertanya mengenai kabar Ella, mengetahui Arini menunggu kabar darinya ia pun memberikan jawaban yang lugas, dan langsung.
65
2. Penyimpangan Maksim Cara Menurut Prinsip Kerjasama Grice Bukti kutipan: a. Arini: Kenapa kamu begitu optimis, Nick? Nick: Karena kamu selalu pesimis, Arini. Dan untuk itulah aku diciptakan Tuhan. Untuk mendampingimu. h. 220 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi melalui telepon. Konteks situasi saat itu Arini sedang sedih memikirkan anaknya dan Nick meneleponnya. Arini berbicara mengenai hubungan mereka yang tidak mungkin bersatu. Mendengar itu, Nick tidak menerimanya, dan optimis cinta mereka kan bersatu. Ketika Arini bertanya kepada Nick mengenai keteguhan hatinya, Nick memberi jawaban yang indah dan berupaya memotivasi Arini dengan jawaban yang tidak langsung, ambigu dan berbelit-belit. Seseorang ingin meyakinkan kekasihnya bahwa cinta yang mereka miliki dapat bersatu merupakan hal yang wajar terjadi. Meyakinkan seseorang dengan bahasa yang romantis walaupun berbelit-belit, tentu saja menjadi nilai tambah tersendiri, karena melalui bahasa yang romantislah pasangan kekasih akan lebih memahami dan mendalami lautan cinta mereka. b. Bu Handoko: ada pesan? Arini: lebih baik tidak melalui anda. h.215 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi rumah Nick. Konteks situasi saat itu Arini hendak bertemu dengan Nick. Ketika sampai di rumah Nick ia mendengar perkataan Bu Handoko mengenai dirinya kepada teman-teman Bu Handoko, mendengar itu Arini pun merasa kesal. Saat bertemu dengan Bu Handoko, Bu Handoko pun bertanya pesan apa yang hendak disampaikan Arini untuk Nick. Mendengar pertanyaan Bu Handoko, dengan menahan kesal Arini menjawab pertanyaan itu dengan jawaban yang tidak lugas dan tidak langsung. Di Indonesia, khususnya orang Jawa hampir tidak ada orangtua yang menyetujui dan ingin menikahkan anaknya dengan wanita yang lebih tua bahkan hampir seumur dengan ibunya. Saat datang, Arini mendengar pernyataan yang dilontarkan bu Handoko pada teman-temannya. Merasa kesal Arini pun ingin segera pulang. mendengar
66
pertanyaan bu Handoko, dengan sedikit menahan kesal ia menjawab dengan pernyataan yang tak lugas dan bertele-tele.
Bab 20 1. Penggunaan Maksim Cara yang Sesuai dengan Prinsip Kerjasama Grice. Bukti kutipan: a. Helmi: Lantas apa maumu? Ira: Aku minta cerai. h. 226 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks percakapan terjadi di telepon. Konteks situasi saat itu Ira menelepon Helmi mengenai kekalutan hatinya yang masih saja dibayangi penyesalan kelam masa lalunya. Helmi dan Ira pun terlibat perdebatan yang pada akhirnya mengikis kesabaran mereka. Saat Helmi bertanya tentang kelanjutan hubungan mereka, dengan lugas dan langsung Ira meminta cerai. Seseorang yang sedang dilanda penyesalan akan perbuatan di masa lalunya tidak akan mampu berpikir jernih. Hal itulah yang dirasakan Helmi dan Ira, sehingga wajar bila Ira meminta cerai dari Helmi karena ia merasa dosa di masa lalunya adalah perselingkuhannya dengan Helmi. b. Helmi: mengapa dia tidak kemari? Arini: dia di London. Sedang melanjutkan studinya. h.225 Analisis: percakapan di atas berdasarkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice. Konteks situasi percakapan terjadi di rumah sakit. Saat itu, Helmi merasa heran karena Nick tidak menemani Arini yang telah selesai menjalani operasi, sehingga ia bertanya mengapa Nick tidak datang? mendengar pertanyaan Nick, Arini menjawab dengan lugas dan langsung bahwa Nick sedang di London. Biasanya, seseorang akan menemani kekasihnya yang sedang sakit di rumah sakit. Melihat Arini yang sendiri pun, Helmi bertanya mengenai keberadaan kekasihnya Nick. Mendengar pertanyaan Helmi, dengan lugas, langsung dan apa adanya Arini menjawab bahwa Nick di London, sedang melanjutkan studinya.
67
Bab 21 1. Penyimpangan Maksim Cara Menurut Prinsip Kerjasama Grice Bukti kutipan: Arini: Bukan Cuma cowok yang boleh membawanya kan? Nick: aku juga membawa sesuatu untukmu. h. 235 Analisis: percakapan di atas merupakan penyimpangan maksim cara yang ada di dalam novel. Konteks percakapan terjadi di taman istana residen di Wurzburg. Konteks situasi saat itu Nick dan Arini bertemu kembali. Arini membawakan bunga untuk Nick, dan bertanya pendapat Nick mengenai tindakannya. Mendengar pertanyaan Arini, Nick menjawab dengan tidak langsung, dan tidak lugas. Setelah menjawab, Nick memberikan Arini cincin. Dari dulu sampai saat ini semua orang masih berpikir bahwa pria lah yang seharusnya memberikan bunga untuk wanita, karena wanita adalah keindahan dari bunga itu sendiri. Nick menjawab pertanyaan Arini dengan tidak langsung dan tidak lugas karena ia berpikir Arini lah yang pantas menerima bunga dan hadiah darinya, sehingga ia langsung memberikan Arini cincin yang memang telah dipersiapkan untuknya.
Analisis keseluruhan Penggunaan Maksim Cara yang Sesuai dengan Prinsip Kerjasama Grice dan penyimpangan maksim cara yang terdapat di dalam Novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat. Penggunaan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice di dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W merupakan suatu pilihan yang digunakan oleh pengarang pada percakapan dalam novelnya. Di dalam suatu percakapan, konteks mampu mempengaruhi pembicaraan yang sedang berlangsung. Bila konteksnya serius, maka penutur akan berbicara dengan lugas, langsung, dan tepat. Selain itu, pengarang mempunyai tujuan tersendiri ketika percakapan yang ia buat berdasarkan ketentuan maksim cara yang ada. Penggunaan maksim cara di dalam percakapan bisa membantu penulis untuk menyampaikan apa yang ia inginkan kepada pembaca dengan lugas, langsung dan tepat sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami maksud dari percakapan dan isi dari novel tersebut. Setiap penulis pasti memiliki tujuan tersendiri saat
68
memilih penyimpangan maksim cara pada percakapan dalam novelnya. Penulis ingin novel yang dibuatnya menarik perhatian pembacanya agar tidak merasa bosan, dan mudah menangkap maksud cerita yang ada di dalam novel. Hal ini dikarenakan, di dalam percakapan sehari-hari juga banyak terjadi penyimpangan maksim cara sehingga penulis dapat dengan mudah menyampaikan apa yang ia pikirkan dan inginkan kepada pembaca melalui novel yang ditulisnya Banyak hal yang bisa dijadikan alasan pengarang saat menggunakan maksim cara menurut prinsip kerjasama Grice dan penyimpangan maksim cara di dalam karyanya. Seiring berjalannya waktu, kehidupan manusia yang dinamis pun berubah
menyesuaikan
keadaannya.
Begitu
pula
karya
sastra,
dengan
bertambahnya waktu, karya sastra akan mengalami perubahan-perubahan yang tentu saja layak dikonsumsi manusia setiap zamannya. berdasarkan hal itulah, pengarang berhak menentukan apa yang ia butuhkan untuk digunakan pada percakapan di dalam novelnya dengan tujuan tertentu. Penggunaan maksim cara dan penyimpangan maksim cara pada dialog tokoh memang dapat memperkuat percakapan yang ada sehingga, pembaca dapat lebih mudah mengerti dan dapat meresapi makna dari percakapan di dalam novel sehingga apa yang ingin disampaikan oleh penulis mampu diterima dan menghibur pembaca dengan baik.
E. Interpretasi Hasil Analisis Berdasarkan penyajian data dan analisis data di atas, informasi mengenai keseluruhan penggunaan maksim cara dapat digambarkan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Penggunaan Maksim Cara dalam novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat dari Keseluruhan Bab
No
1
Bab dalam
Maksim Cara
Novel
PMC
PYMC
Seluruh bab
28
33
Analisis
Ditemukan 61 penggunaan maksim cara di dalam novel Masih Ada Kereta
69
Yang Akan Lewat. Terdapat 28 penggunaan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice dan 33 penyimpangan maksim cara pada dialog tokoh dalam novel. Banyak hal yang bisa dijadikan alasan pengarang saat menggunakan maksim cara menurut prinsip kerjasama Grice dan penyimpangan maksim cara di dalam karyanya. Seiring berjalannya waktu, kehidupan manusia yang dinamis pun berubah menyesuaikan keadaannya. Begitu pula karya sastra, dengan bertambahnya waktu, karya sastra akan mengalami perubahanperubahan yang tentu saja layak dikonsumsi manusia setiap zamannya. berdasarkan hal itulah, pengarang berhak menentukan apa yang ia butuhkan untuk digunakan pada percakapan di dalam novelnya dengan tujuan tertentu. Penggunaan maksim cara dan penyimpangan maksim cara pada dialog tokoh memang dapat memperkuat percakapan yang ada sehingga, pembaca dapat lebih mudah mengerti dan dapat meresapi makna dari percakapan di dalam novel sehingga apa yang ingin disampaikan oleh penulis mampu diterima dan menghibur pembaca dengan baik.
Jumlah KETERANGAN :
61
70
PMC
: Penggunaan Maksim Cara
PYMC
: Penyimpangan Maksim Cara Berdasarkan penyajian data dan analisis data yang telah dilakukan, dapat
diinterpretasikan bahwa dalam novel Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat karya Mira W secara keseluruhan terdapat 61 maksim cara. Dengan rincian Penggunaan Maksim Cara Yang Sesuai Dengan Prinsip Kerja Sama Grice terdapat 28 maksim cara dan 33 penyimpangan maksim cara . Penggunaan maksim cara yang melanggar prinsip kerja sama Grice secara keseluruhan di dalam novel lebih banyak muncul sebanyak 33 penyimpangan maksim cara. Penyimpangan maksim cara yang digunakan oleh pengarang disesuaikan dengan tema novel dan fungsi percakapan yang berhubungan dengan kehidupan manusia sehari-hari, sehingga penggunaan penyimpangan maksim cara lebih sering digunakan. Hal ini dikarenakan percakapan sehari-hari masyarakat memang jarang menggunakan dan menerapkan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerja sama Grice. Bekomunikasi dapat dipengaruhi beberapa hal, misalnya maksud dari percakapan yang dapat dilihat dari konteks waktu, suasana, budaya, dan tempatnya. Pengarang tidak hanya menggunakan penyimpangan maksim cara pada dialog dalam novelnya. Berdasarkan tujuan dan maksud tertentu, pengarang juga menggunakan 28 maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice di dalam novel Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat. Tidak dapat dipungkiri, di dalam konteks dan situasi tertentu, dengan tujuan tertentu masyarakat akan menggunakan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice agar percakapan mereka dapat lebih mudah dimengerti, dipahami dan dituruti. Penggunaan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice dan penyimpangan maksim cara dapat digunakan sesuai dengan tujuan dan maksud tertentu dari penutur dan pengarang pada dialog tokoh dalam novelnya.
F. Pembahasan Berdasarkan penyajian data, analisis data dan interpretasi hasil data yang telah dipaparkan di atas, pembahasan mengenai penggunaan maksim cara pada
71
novel Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat karya Mira W akan dikaitkan pada teori penggunaan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice dan penyimpangan maksim cara. Pembahasan penelitian ini mencakup tentang penggunaan maksim cara pada novel Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat karya Mira W. Dari interpretasi hasil analisis yang sudah dikemukakan, penyimpangan maksim cara banyak ditemukan. Kecenderungan lebih banyaknya penggunaan penyimpangan maksim cara karena Mira W menggunakan gaya bahasa yang disesuaikan dengan keadaan dan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan penelitian, pengarang juga menggunakan penyimpangan maksim cara sebagai seni untuk dinikmati maknanya. Seperti contoh berikut: Arini: Bukan Cuma cowok yang boleh membawanya kan? Nick: Aku juga membawa sesuatu untukmu. konteks dalam kutipan tersebut adalah seorang wanita yang membawa bunga untuk kekasihnya, dan ternyata pria itu juga membawakannya bunga. Penyimpangan maksim cara digunakan oleh Mira W agar percakapan yang ia tulis tampak lebih baru, hidup, dan bermakna. Kehidupan manusia bersifat dinamis, saat ini zaman telah berkembang pesat sehingga bergerak pada kemajuan. Zaman dahulu, seorang wanita tidak mungkin membawakan pria setangkai bunga karena itu dianggap tidak baik. Sedangkan saat ini, wanita tidak akan malu membawa setangkai bunga untuk pacarnya karena hal itu sudah dianggap biasa oleh masyarakat. Penyimpangan maksim cara digunakan berdasarkan pengalaman dan keadaan sosial di sekitar pengarang. Berdasarkan hal tersebut, pengarang menggunakan penyimpangan maksim cara agar dapat menghidupkan percakapan yang ada di dalam novelnya sehingga pembaca dapat menikmati maknanya. Sementara itu, penggunaan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice juga tetap digunakan di dalam novel ini. Penggunaan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice sengaja digunakan karena Mira W mempunyai beragam maksud dan tujuan yang ingin ia sampaikan melalui penggunaan maksim cara di dalam novelnya, sehingga dialog dalam novelnya
72
dapat lebih mudah dipahami dan dapat dinikmati oleh pembacanya. Banyak hal yang bisa dijadikan alasan pengarang saat menggunakan maksim cara menurut prinsip kerjasama Grice dan penyimpangan maksim cara di dalam karyanya. Seiring berjalannya waktu, kehidupan manusia yang dinamis pun berubah menyesuaikan keadaannya. Begitu pula karya sastra, dengan bertambahnya waktu, karya sastra akan mengalami perubahan-perubahan yang tentu saja layak dikonsumsi manusia setiap zamannya. berdasarkan hal itulah, pengarang berhak menentukan apa yang ia butuhkan untuk digunakan pada percakapan di dalam novelnya dengan tujuan tertentu. Penggunaan maksim cara dan penyimpangan maksim cara pada dialog tokoh memang dapat memperkuat percakapan yang ada sehingga, pembaca dapat lebih mudah mengerti dan dapat meresapi makna dari percakapan di dalam novel sehingga apa yang ingin disampaikan oleh penulis mampu diterima dan menghibur pembaca dengan baik.
G. Implikasi terhadap pembelajaran bahasa Indonesia Pelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran wajib yang harus diikuti siswa. Implikasi penelitian yang dilakukan peneliti terhadap pembelajaran sangatlah berhubungan dan relevan. Hal ini dikarenakan, di pelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan bahasa, yaitu: membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Penelitian mengenai penggunaan maksim cara ini merupakan penelitian yang menunjang keterampilan berbicara siswa untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice ini diharapkan
dapat
memaksimalkan
tercapainya
tujuan
dalam
indikator
pembelajaran mengenai materi wawancara yang akan diterima siswa, yaitu (1) Menentukan topik, (2) Menyusun daftar pertanyaan dengan memperhatikan kelengkapan isi (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana), (3) Mencatat pokok-pokok informasi yang diperoleh dari wawancara, (4) Menuliskan hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan ejaan dan tanda baca yang benar. Pemberian materi tentang wawancara dapat disampaikan menggunakan media berupa slide power point untuk mempermudah penjelasan dan juga untuk
73
menarik perhatian siswa. Dalam menyampaikan materi tersebut, guru memberikan contoh tuturan lisan yang baik saat wawancara berlangsung, baik itu saat mewawancara atau saat diwawancara. Guru dapat menambahkan secara implisit mengenai teori maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama Grice saat memberikan materi tentang wawancara. Hal ini dilakukan karena maksim cara Grice sangat berhubungan dan mampu menunjang keterampilan berbicara dalam wawancara yang seharusnya dimiliki oleh siswa. Penanya dan narasumber dalam wawancara merupakan penutur dan lawan tutur saat wawancara. Ketika wawancara berlangsung, pembicaraan tidak selamanya berjalan searah dengan topik wawancara, maka dengan diajarkannya maksim cara Grice pada siswa diharapkan siswa mampu menguasai kembali pembicaraan tersebut agar sesuai dengan topik yang ada. Materi maksim cara Grice diberikan agar siswa paham bahwa dalam wawancara, pewawancara dan orang yang diwawancarai haruslah bersifat langsung, lugas, dan apa adanya agar wawancara dapat berlangsung dengan efektif dan lancar. Bila siswa telah diajarkan mengenai cara bertutur yang baik dan benar saat wawancara, maka siswa pun akan mampu melakukan wawancara dengan baik. Hal ini membuktikan bahwa maksim cara dapat membantu guru dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa saat wawancara berlangsung. Setelah siswa mengetahui bagaimana cara berbicara dan wawancara yang baik dan benar. Kemudian guru meminta siswa untuk membentuk kelompok dan menentukan topik wawancara. Kegiatan terakhir yang akan dilakukan siswa berikutnya mewawancarai seseorang dengan baik dan benar. Setelah wawancara selesai, hasil wawancara dapat ditulis oleh siswa dan mempresentasikannya di depan kelas.
H. Keterbatasan Penelitian Dengan melihat hasil penelitian, disadari bahwa penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan, antara lain: 1) Peneliti merasa kesulitan dalam memahami secara mendalam. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan peneliti serta belum banyak teori
74
mengenai maksim cara yang dibahas secara tersendiri dalam teori pragmatik. 2) Jumlah data yang digunakan sebagai sampel penelitian masih terhitung sedikit dibandingkan dengan jumlah kosakata bahasa Indonesia yang ada. Hal ini tentunya belum dapat mencapai tujuan penelitian yang lebih baik. 3) Pada tahap analisis, peneliti merasa kesulitan dalam menentukan data yang termasuk atau tidak termasuk dalam pelanggaran maksim cara atau bukan.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai simpulan hasil penelitian Penggunaan Maksim Cara dalam Novel Masih Ada Kereta Yang akan Lewat, dan saran bagi guru dalam pembelajaran bahasa Indonesia, dan pembaca.
A. Simpulan 1. Penggunaan Maksim Cara dalam Novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat karya Mira W
Berdasarkan analisis dan deskripsi data yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dalam novel Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat karya Mira W secara keseluruhan terdapat 61 maksim cara, dengan rincian 33 penyimpangan maksim cara dan 28 maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerja sama Grice. Beberapa faktor yang menyebabkan penyimpangan maksim cara dalam novel dapat terjadi dikarenakan
banyak
hal.
Diantaranya
dalam
dialog
tokoh
terdapat
kesopansantunan berbahasa pada orang yang lebih tua, suasana, budaya, situasi, waktu dan tempat saat percakapan berlangsung juga mampu menyebabkan penyimpangan maksim cara terjadi. Penggunaan maksim cara dan penyimpangan maksim cara pada dialog tokoh memang dapat memperkuat maksud dan tujuan dari percakapan yang ada, sehingga pembaca dapat lebih mudah mengerti maksud yang ingin disampaikan pengarang melalui karyanya.
2. Implikasinya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Implikasi penelitian terhadap pembelajaran bahasa Indonesia sangatlah berhubungan dan relevan. Hal ini dikarenakan, di pelajaran bahasa Indonesia terdapat empat keterampilan bahasa, yaitu: membaca, menyimak, menulis, dan berbicara. Penelitian mengenai penggunaan maksim cara ini merupakan penelitian yang menunjang keterampilan berbicara siswa untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Penggunaan maksim cara yang sesuai dengan prinsip kerjasama
75
76
Grice ini diharapkan dapat memaksimalkan tercapainya tujuan dalam indikator pembelajaran mengenai materi wawancara yang akan diterima siswa. Hal ini dapat dilakukan karena maksim cara Grice sangat berhubungan dan mampu menunjang keterampilan berbicara dalam wawancara yang seharusnya dimiliki oleh siswa. Penanya dan narasumber dalam wawancara merupakan penutur dan lawan tutur saat wawancara. Ketika wawancara berlangsung, pembicaraan tidak selamanya berjalan searah dengan topik wawancara, maka dengan diajarkannya maksim cara Grice pada siswa diharapkan siswa mampu menguasai kembali pembicaraan tersebut agar sesuai dengan topik yang ada. Materi maksim cara Grice diberikan agar siswa paham bahwa dalam wawancara, pewawancara dan orang yang diwawancarai haruslah bersifat langsung, lugas, dan apa adanya agar wawancara dapat berlangsung dengan baik, efektif, dan lancar.
B. Saran Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan, ada beberapa saran yang diajukan penulis: 1. Selesainya penelitian ini belum mengungkap semua hal yang berkaitan dengan maksim cara. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti meyarankan kepada mahasiswa dan peneliti lain untuk mencoba mengungkap masalah-masalah mengenai maksim cara yang masih belum terpecahkan. 2. Diharapkan Guru hendaknya dapat memaksimalkan pengajaran bahasa Indonesia. teori maksim cara dapat disampaikan secara implisit kepada siswa saat menyampaikan materi yang berhubungan dengan keterampilan berbicara agar siswa mengetahui dan menerapkan keterampilan berbicara yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohammad. Metodologi dan Aplikasi Riset Penelitian. Bandung: Penerbit Pustaka Cendekia Utama, 2010. Cummings, Luoise. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidispliner, Terj. Dari Pragmatics a Multidisciplinary Perspective oleh Eti Setiawati, dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Djajasudarma, T. Fatimah. Wacana dan Pragmatik. Bandung: Refika Aditama, 2012. Fasold, Ralph W. An Introduction to Language and Linguistics. New York: Cambridge University Press, 2006. Hindun. PRAGMATIK untuk Perguruan Tinggi. Depok:Nufa Citra Mandiri, 2012. Huang, Yan. Pragmatics. UK: Oxford University Press, 2007. Kadir, dkk., Pedoman Penulisan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013. Kushartanti, dkk., Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia, 2005. Kosasih. Dasar-dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya, 2012. Leech, Geoffrey. Prinsip-prinsip Pragmatik. Terj. Dari The Principles of Pragmatics oleh Oka. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1993. Nadar, F.X. Pragmatik dan penelitian pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009. Pangaribuan, Tagor. Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008. Priyatni, Endah Tri. Membaca Sastra dengan Ancangan Literasi Kritis. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Purwo, Bambang Kaswanti. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa; Menyibak Kurikulum 1984. Yogyakarta: Kanisius, 1990. Raad, Boele De. Person-Talk In Everyday Life: Pragmatics Of Utterances About Personality. T.tp.: rijksuniversiteit te Groningen, 1985.
77
78
Rahardi, Kunjana. Pragmatik; Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga, 2005. Subroto, Edi. Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik. Surakarta: Cakrawala Media, 2011. Surastina, Pengantar Semantik dan Pragmatik. Yogyakarta: Penerbit New Elmatera, t.t. Suroto. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1989. Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa, 1990. W, Mira. Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat, 9th ed. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009. Wellek, Rene., dan Austin Warren. Teori Kesusastraan. Penerjemah Melani Budianta, 3th ed. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1993. Wijana, I Dewa Putu. Kartun: Studi Tentang Permainan Bahasa. Yogjakarta: Ombak, 2003. Z.F., Zulfahnur, dkk., Teori Sastra. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, 2007. Ningrum, Anggreani Cahya Tia. “Citra Perempuan dalam Novel MAsih Ada Kereta yang Akan Lewat Karya Mira W Serta Implikasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.” Skripsi S1 Penidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UPS Tegal, 2013, http://www.perpus.upstegal.ac.id, diunduh pada tanggal 24 Juni 2014. Setiawati, Ubudiyah. Analysis on the Violation of Maxim of Manner in conversational Implicature Appearing in Stephenie Meyer Twilight. Skripsi S1 Sastra Inggris. Unikom Bandung, 2010, http://elib.unikom.ac.id, diunduh pada tanggal 24 Juni 2014. Widiastuti, Riska. “Analisis Konflik Tokoh Arini dalam Novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat Karya Mira W. dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di SMA.” Skripsi S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pancasakti Tegal, 2013, http://www.perpus. upstegal.ac.id, diunduh pada tanggal 24 Juni 2014.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
SatuanPendidikan
: SMAN 4 Tangsel
Kelas/Semester
: X/2
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Jumlah Pertemuan
: 4 x 45 menit
A. Standar Kompetensi : 12. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato
B. Kompetensi Dasar : 12.3 Menulis hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan ejaan yang tepat
C. Indikator Pencapaian Kompetensi 1. Menentukan topik 2. Menyusun daftar pertanyaan dengan memperhatikan kelengkapan isi (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana) 3. Mencatat pokok-pokok informasi yang diperoleh dari wawancara 4. Menuliskan hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan ejaan dan tanda baca yang benar
D. Tujuan Pembelajaran Siswa mampu : 1. Menentukan topik
2. Menyusun daftar pertanyaan dengan memperhatikan kelengkapan isi (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana) 3. Mencatat pokok-pokok informasi yang diperoleh dari wawancara 4. Menuliskan hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan ejaan dan tanda baca yang benar
E. Materi Pembelajaran 1. Wawancara, menurut KBBI, adalah; 1 tanya jawab dengan seseorang (pejabat, dsb) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal, untuk dimuat di surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar televisi; 2 tanya jawab disereksi (kepala personalia, kepala humas) perusahaan dengan pelamar pekerjaan; 3 tanya jawab peneliti dengan narasumber. 2. Wawancara (interview) adalah percakapan antara dua orang, yaitu antara penanya dan yang ditanya sebagai penjawab.tanya jawab dengan seseorang untuk dimintai pendapatnya mengenai suatu hal. Dalam hal ini, seorang yang diwawancarai disebut narasumber dan yang mewawancarai disebut pewawancara. Hasil wawancara dapat dimuat di surat kabar atau disiarkan melalui radio atau televisi. 3. Tujuan wawancara Tujuan seseorang mengadakan wawancara ialah untuk memperoleh: a) bahan informasi, misalnya mengenai persoalan politik, ekonomi, dan pendidikan; b) bahan opini, misalnya mengenai pendapat orang yang diwawancarai tentang kejadian yang baru terjadi; c) bahan cerita, misalnya mengenai human interest (sangat menarik untuk mengetahui sesuatu dari seseorang yang terhormat, misalnya apa yang dimakan sebagai sarapan oleh seorang presiden dan istrinya); d) bahan biografi; dan e) bahan laporan. 4. Menentukan topik wawancara Topik yang dipilih seharusnya memenuhi syarat-syarat berikut ini: a) Aktual dan faktual; b) bermanfaat bagi orang banyak; c) menggugah hasrat orang banyak untuk berbuat positif; dan
menyumbangkan nalar. Topik yang dimaksud, misalnya sebagai berikut.
Dengan keamanan yang tinggi dan modal kecil mampu menjadikan seseorang suksesberwirausaha.
Ketekunan, kesabaran, dan keuletan merupakan modal utama seorang pengusaha dalam menghadapi krisis ekonomi.
Kreativitas merupakan aset yang paling berharga bagi seseorang untuk mandiri.
5. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika wawancara Kata-kata yang diucapkan narasumber hendaknya ditulis apa adanya. Hal ini akan membuat cerita tersebut hidup. Seolah-olah narasumber langsung bercerita pada setiap pembaca. Kejadian-kejadian, keterangan-keterangan, dan pendapat-pendapat yang diberikan narasumber mempunyai bobot terhadap tulisan. Wawancara menjadi efektif jika tujuan pewawancara jelas, yaitu untuk memberi informasi, hiburan, bimbingan praktis, atau laporan. Penyajian hasil wawancara sebenarnya tergantung pada pewancara, dapat berupa artikel, berita, atau biografi.
6. Teknik wawancara Pilih Narasumber yang akan diwawancarai dan tentukan tema apa yang akan anda bawakan Siapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan ditujukan kepada narasumber yang berdasarkan 5W + 1H (what, who, when, where, why and how) Lakukan wawancaranya (saat melakukan wawancara sebaiknya kamu merekam wawancara tersebut. Jika perlu, kamu dapat meminta foto bersama narasumber sebagai bukti bahwa kamu sudah melakukan wawancara) 7. Menuliskan Hasil Wawancara Bagian ke-1: berisi tema, hari dan tanggal wawancara, tempat wawancara, dan nama narasumber (nama lengkapnya). Bagian ke-2: berisi pertanyaan-pertanyaan beserta jawabannya. Bagian ke-3: berisi uraian (pertanyaan-pertanyaan tersebut diuraikan dalam bentuk paragraf-paragraf)
Bagian ke-4: berisi kesimpulan dari wawancara tersebut 8. Topik
:
Makam
Bung
Karno
Tujuan : Memperoleh informasi rencana pemugaran makam Bung Karno. Pewawancara : “Benarkah kawasan Bung Karno akan dipugar lagi, Pak?” Narasumber
:
”Benar.”
Pewawancara : “Bukankah dulu sudah pernah dipugar? Mengapa sekarang ada rencana
pemugaran
lagi?”
Narasumber : “Memang, tepatnya sewindu setelah Ir. Soekarno wafat, kompleks makam Bung Karno dipugar. Pemugaran yang sekarang tentunya berbeda dengan yang
sudah
pernah
dilakukan.”
Pewawancara : “Apa yang melatarbelakangi pemugaran makam Bung Karno kali ini,Pak?” Narasumber : “Keberadaan peziarah di kota Blitar, tempat makam Bung Karno, masih sekadar berkunjung atau berziarah saja. Seiring dengan perkembangan zaman dan pergantian generasi bukan tidak mungkin generasi mendatang mengenal sosok dan pemikiran Bung Karno. Berdasrkan pemikiran itulah Pemerintah Kota Blitar segera mencari
upaya
Pewawancara
:
“Bagian
mana
antisipasi.”
yang akan
mengalami
pemugaran,
Pak?”
Narasumber : “Pemugaran yang direncanakan kali ini lebih pada unsur melengkapi pemugaran
terdahulu.
Pemugaran
kali
ini
difokuskan
pada
pembangunan
perpustakaan Bung Karno.”
(Sumber: Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Kelas VIII2, 2006)
9. Persiapan Indonesia di Olimpiade Fisika Yohanes Surya, fisikawan Indonesia, telah berjasa membuka jalan bagi bangsa Indonesia untuk memasuki fase renaisans. Beliau akan mempersiapkan tim Indonesia mengikuti olimpiade fisika tahun mendatang. Dia akan persiapkan adanya konsep mengatur diri sendiri. Dalam artian bahwa tim Indonesia mempersiapkan diri sendiri untuk belajar sendiri tanpa mengikuti pola Amerika yaitu mencomot dari beberapa sekolah. “Di Amerika Serikat, kesadaran belajar sendiri sudah begitu besar. Orang pasti akan belajar walaupun tidak disuruh. Di Indonesia belum bisa seperti itu” kata Pak Yohanes.
Di pelatihan ini beliau hanya memberi fasilitas, anak belajar sendiri. Pak Yohanes akan memberikan buku supaya tim bisa mengatur diri sendiri dan mencapai hasil maksimal. Ada enam buku yang akan dibagikan, yang isinya soal dan penyelesaian bahan yang akan diujikan di olimpiade, serta soal mekanika dan elektromagnetik. Beliau akan sebarkan buku yang rencananya selesai tahun 2005 itu keseluruh Indonesia. “Semua orang bisa belajar sendiri. Pada saat itu, kompetisinya sungguhan. Target saya tahun 2006, Indonesia juara dunia. Nanti, kita lihat hukum pangkat akan berlaku karena setelah juara dunia, saya mau murid mengatur dirinya sendiri.” Ujar pak Yohanes menambahkan.
F. Alokasi Waktu 4 x 45 Menit
G. Metode Pembelajaran Metode Inkuiri, ekspositori, tanya jawab, diskusi, dan demonstrasi.
H. Kegiatan Pembelajaran Pertemuan pertama
a. Kegiatan Pendahuluan 1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa. 2) Guru melakukan absensi dan menanyakan alasan kepada siswa yang masuk tentang temannya yang tidak masuk. 3) Setelah melakukan absensi, guru mengajukan pertanyaan sehubungan dengan pelajaran sebelumnya. 4) Saat keadaan kelas kondusif, Guru memulai pelajaran dengan
menjelaskan
kepada siswa materi dan tujuan pembelajaran pada hari ini. 5) Lalu guru menggali potensi siswa tentang materi yang akan disampaikan.
b. Kegiatan Inti Eksplorasi 1. Guru menyampaikan materi mengenai materi informasi dan cara menyimpulkan informasi 2. Setelah guru menyampaikan materi, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan meminta siswa duduk dalam kelompok. 3. Guru menyajikan wacana yang di dalamnya terdapat contoh wawancara. 4. Siswa membaca dan mencermati contoh wawancara. 5. Guru menugasi setiap kelompok untuk menentukan topik wawancara yang terdapat dalam wacana. 6. Guru menugasi setiap kelompok untuk mencatat pokok-pokok informasi yang terdapat dalam wacana. Elaborasi 1. Setelah itu, siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menemukan isi informasi yang didengar 2. Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk menyampaikan isi informasi secara lisan. 3. Secara bergiliran siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelompok lain untuk ditanggapi dan didiskusikan. 4. Setiap siswa mendengarkan presentasi dengan baik. 5. Setelah siswa selesai presentasi, guru memberikan tanggapan mengenai presentasi yang siswa sampaikan. Konfirmasi 1. Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami saat menulis hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan ejaan yang tepat. 2. Siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru atas pernyataan mereka tentang hambatan dalam menulis hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan ejaan yang tepat. a. Kegiatan Penutup 1) Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran.
2) Guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 3) Guru menugasi siswa untuk melakukan wawancara dengan tokoh tertentu yang ada di sekitar tempat tinggal siswa. 4) Guru menugasi siswa untuk mencatat pokok-pokok informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dan menuliskan hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan ejaan yang tepat. 5) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran.
Pertemuan kedua a. Kegiatan Pendahuluan 1) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa. 2) Guru melakukan absensi dan menanyakan alasan kepada siswa yang masuk tentang temannya yang tidak masuk. 3) Setelah melakukan absensi, guru mengajukan pertanyaan sehubungan dengan pelajaran sebelumnya. 4) Guru mengingatkan kembali standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 5) Guru dan siswa bertanya jawab tentang materi pada pertemuan pertama. 6) Guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan.
b. Kegiatan Inti Eksplorasi 1. Guru meminta tiap kelompok untuk mempresentasikan pokok-pokok informasi yang diperoleh dari hasil wawancara. 2. Setiap siswa mendengarkan presentasi dengan baik. Elaborasi 1. Guru meminta kelompok lain untuk menanggapi 2. Setelah siswa selesai presentasi, guru memberikan tanggapan mengenai presentasi yang siswa sampaikan.
Konfirmasi 1. Bersama guru, siswa mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dialami saat menulis hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan ejaan yang tepat. 2. Siswa mendengarkan umpan balik dan penguatan dari guru atas pernyataan mereka tentang hambatan dalam menulis hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan ejaan yang tepat. b. Kegiatan Penutup 1. Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran. 2. Guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan. 3. Guru menyampaikan rencana tindak lanjut pembelajaran (remidi, pengayaan, dan tugas individu/kelompok). 4. Siswa menyimak informasi mengenai rencana tindak lanjut pembelajaran.
I. Penilaian Proses dan Hasil Belajar a. Penilaian Proses No
Aspek
yang Teknik
dinilai
Penilaian
Waktu
Instrumen
Penilaian
Penilaian
Keterangan
Hasil penilaian Pengamatan
Proses
Lembar
nomor 2 untuk
Pengamatan
masukan
1.
Tanggung jawab
2.
Dapat dipercaya
3.
Peduli
pembinaan dan
4.
Santun
informasi bagi Guru PKn
. b. Penilaian Hasil Indikator Pencapaian
Teknik
Bentuk
Penilaian
Penilaian
Instrumen
Kompetensi Menentukan
topik Tes
Tes lisan
1. Tentukanlah
topik
yang menarik
Menyusun pertanyaan
penugasa
wawancara
n
menarik!
daftar Tes
Tes tulis
dengan penugasa
memperhatikan
yang
2. Susunlah
daftar
pertanyaan
n
dengan
memperhatikan
kelengkapan isi (apa,
kelengkapan
siapa,
siapa, di mana, kapan,
di
mana,
kapan, mengapa, dan
mengapa,
bagaimana)
bagaimana)!
Mencatat
pokok- Tes
Tes tulis
3. Catatlah
isi
(apa,
dan
pokok-pokok
pokok informasi yang Penugasa
informasi
yang
diperoleh
diperoleh
dari
dari n
wawancara
Menuliskan
wawancara
hasil Tes
Tes tulis
Pwawancara ke dalam Penugasa beberapa paragraf n dengan tanda
ejaan baca
dan yang
4. Menuliskan wawancara
dalam paragraf
dengan ejaan dan tanda baca yang benar
pedomanPenskoran : Soal no. 1
Siswa mampu menentukan topik yang menarik
ke
beberapa
benar
Aspek
hasil
Skor
Aspek
Skor
Tulisan sempurna
20
Tulisan kurang sempurna
15
Tulisan tidak sempurna
5
SKOR MAKSIMAL
20
Soal no. 2 Aspek
Skor
Siswa menyusun daftar pertanyaan dengan memperhatikan kelengkapan isi (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana)
Tulisan sempurna
25
Tulisan kurang sempurna
20
Tulisan tidak sempurna
10
SKOR MAKSIMAL
25
Soal no. 3 Aspek
Skor
Mencatat pokok-pokok informasi yang diperoleh dari wawancara
Tulisan sempurna
25
Tulisan kurang sempurna
20
Tulisan tidak sempurna
10
SKOR MAKSIMAL
Soal no 4
25
Aspek
Skor
Menuliskan hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan ejaan dan tanda baca yang benar.
Tulisan sempurna
30
Tulisan kurang sempurna
25
Tulisan tidak sempurna
15
SKOR MAKSIMAL
25
Sumber belajar
Buku ajar LCD
Narasumber
Demonstrasi
Ciputat, April 2014 Guru Pamong Mata Pelajaran,
Mahasiswa PPKT
Dra. Halimah Sa’diah.
Herlina Wahyu K
NIP. 19611215 198903 2 003
Mengetahui, Kepala SMAN 4 Tangerang Selatan,
Suhermin, S.Pd.,M.Si NIP. 19660822 199001 1 001
UJI REFERENSI
K
Nama
: Herlina Wahyu
NIM
:1110013000031
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul
Skripsi
: Penggunaan Maksim Cara dalam Novel Masih Ada Kereta
yang Akan Lewat Karya Mira
W dan Implikasinya
Terhadap Pernbelajaran Keterampilan Berbicara di SMA Dosen
Pembimbing : Dr. Nuryani,
No I
S.pd,
M.A.
PARAF
REFERENSI
Ali,
Mohammad. Metodologi
dan Aplikasi
Riset
Penelitian. Bandung: Penerbit Pustaka Cendekia Utama, 2010. 2
Cummings, Luoise. Pragmatik Sebuah Perspel*if Multidispliner, Te4. Dai Pragmatics a Multidisciplirwry Perspective oleh Eti Setiawati, dkk.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
J
Djajasudarma,
T.
Fatimah. Wacana dan Pragmatik.
Bandung: Refika Aditama, 2012.
4
W. An Introduction to Language and Linguistics. New York: Cambridge University Press, Fasold, Ralph
2006. 5
Hindun. PRAGMATIK untuk Perguruan Tinggi. Depok: Nufa Citra Mandiri, 2012.
&
"lt t
Huang, Yan. Pragmatics. UK:Oxford UniversityPress,
6
2007.
Kadir, dkk., Pedoman Penulisan Fakultas Ilmu Tarbiyah
7
dan Keguruan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Kushartanti, dkk., Pesona Bahasa: Langkah Awal
8
Memahami Linguistik. Jakarta: PT Gramedia, 2005.
9
Kosasih- D as ar-das ar Keterampilan
B ers
aslra. Bandung:
Yrama Widya, 2012.
4 t0
Leech, Geofftey. Prinsip-prinsip Pragmatik. Tefi. Dari, The
Principles
of
Pragmatics oleh Oka. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia, I 993.
tl
Nadar,
F.X. Pragmatik dan penelitian
pragmatik
Yogyakarta: Graha llmu, 2009.
t2
Pangaribuan, Tagor. Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha Ilmu,2008.
13
Priyatni, Endah Tri. Membaca Sastra dengan Ancangan
d
Literasi Kritis-Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
t4
Purwo, Bambang Kaswanti. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa;
Menyibak Kurilailum 1984.
Yogyakarta:
Kanisius, 1990.
t5
Raad, Boele Pragmatics
De.
Of
Person-Talk
In
Everyday Lfe:
Utterances Abottt Personality. T.tp.:
rijksuniversiteit te Groningen, 1 985.
d
1'
F-'Irl
16
Rahardi, Kunjana. Pragmatik; Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga, 2005.
t"t
Subroto, Edi. Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik. Surakarta: Cakrawala Media, 2011.
18
Surastina, Pengantar Semantik
dan
Pragmatik.
Yogyakarta: Penerbit New Elmatera, t.t.
l9
Suroto. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1989.
20
Tari gan, -Henry Guntu r. P engaj ar an P r agma tik. B andung:
Angkasa,1990.
27
W, Mira. Masih Ada Kereta Yang Akan Lewat,9"'
ed.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009.
L
22
Wellek, Rene., dan Austin\Varren. Teori Kesusastraan. Penerjemah Melani Budianta, 3th
ed. Jakarta:
PT
Gramedia Pustaka Utama, 1993. 23
Wijana,
I Dewa
Putu. Kartun: Studi Tentang Permainan
Bahasa.Yogjakarta: Ombak, 2003.
24
2.F., Zulfahnur, dkk., Teori Sastra. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka, iOOl.
25
Ningrum, Anggreani Cahya Tia. "Citra Perempuan dalam
Novel Masih Ada Kereta yang Akan Lewat Karya Mira W Serta lmplikasinya dalam Pembelajaran
Sastra
di
4
!t
SMA." Skripsi Sl Penidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UPS Tegal, 2013, http://www.perpus. upste gal. ac.id, diunduh pada tan gg al 24 J uni 20 | 4 .
26
Setiawati, Ubudiyah. Analysis on the Violation of Maxim of Manner
in
conversational Implicature Appearing in
StephenieMeyerTwilight. Skripsi 51 Sastra lnggrs. Unikom Bandung, 20 I 0, http://elib.unikom.ac.id, diunduh pada tanggal 24 27
Jlurcri
2014.
Widiastuti, Riska. "Analisis Konflik Tokoh Arini dalam Novel Masih Ada
Kereta
yang Akan Lewat Karya
Mira W. dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra
di SMA." Skripsi Sl
Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesiq Universitas Pancasakti Tegal,
2013,
http://www.perpus.upstegal.ac.id, diunduh pada tanggil 24 Juni 2014.
7"
d
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA FITK -,'.
i
i-1-'-i..ii:a:-:,
FORM (FR)
FITK-FR
fgi
1 i,,4ar!-t 20 I
Terbit
Csr C
No. Revisi
---.
:j-.
Al'lD,
No Dokumen
Hal
1t1
SURAT BIMBINGAN SKRIPSI Nonror . Un.0liF. Iil(N,l.0l.ir'...... ....,'10Il
lakarta. l8 Deserlber
l0li
Larnp. '. Hal : Bimbingan Sl
Kepada Yth.
Nuryani, M.A. Pernbimbing Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Flidayatullah Jakarta. As s al amu' al aikum
Dengan
wr.w b.
ini
diharapkan kesediaan Saudara untuk menjadi pembimbing
I
/ll
(materi/teknis) penulisan skripsi mahasiswa: Nama
Herlina Wahyu K
NIM
I I r00r300003r
Jurusan
Pendidikan
Semester
7 (tujuh)
JuCu! Skripsi
2'Penggunatx mnksim Cara dolont Novel Masih
Bah;
dan Sastra Indonesia
Akan Lewal Karya Mira lV tl a n I mp lik as iny a le r had ap di
Pem
b
Adt
Kereta .t,urtg
el aj ar a n Ket e r o n tp il an B e r b ic u r r t
SMA'
Judul tersebut telah disetujui oleh Jurusan yang bersangkutan pada tanggal l5 Desember 20 1 3. abstraksi/ozrtline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada judul tersebur. Apabila perubahan substansial dianggap perlu; mohon pembimbing menghubungi Jlrusarr terlebih dahulu. Bimbingan skripsi ini diharapkan selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, dan dapat diperpanjarrg selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan. Atas perhatian dan kerja sarna Saudara, kami ucapkart terima kasih. lY a s s al amu' alai kum w r.
Tenrbusan:
l. 2.
Dekan FITK Mahasisrva ybs.
w
b.
ffig;
Profil Penulis
Herlina Wahyu K, lahir di Kota Pontianak pada tanggal 10 Jauari 1993. Biasanya dipanggil Her, anak kedua dari tiga saudara. Ia memulai pendidikannya di SDN Bojong Rawalumbu XIII Kota Bekasi. Kemudian melanjutkan ke SMP Bani Saleh 2 Kota Bekasi. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya ke SMAN 8 Kota Bekasi, dengan jurusan IPA. Setelah lulus SMA pada tahun 2010, melalui jalur SNMPTN ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Penulis menyukai dunia seni dan menulis. Penulis pernah aktif sebagai anggota dan pegurus di Forum Ligkar Pena Ciputat dan Lingkar Sastra Tarbiyah. Banyak coretan pena yang telah ia masyarakatkan. Di antara coretan pena itu, penulis sangat menyukai puisi yang ia terbitkan dengan teman PBSI A yang juga aktif mempelajari dunia kepenulisan di Komunitas Tinta Perak dengan judul antologi puisi “Gemuruh Cinta Untuk Dunia”. “Sejatinya sumber kewarasan manusia itu adalah kegilaan yang tak berbatas. Penanda yang memisahkannya hanyalah kehidupan”. HWK