PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KADAR pH SALIVA DI BPM NY”E” DS. JAPANAN KEC. KEMLAGI MOJOKERTO
DEVITA CANDRARIN 11002146 Subject : Kontrasepsi Hormonal, Kadar pH Saliva, Akseptor Kontrasepsi Hormonal DESCRIPTION Pada kondisi periodontal wanita, didapatkan di masyarakat pada 75% wanita mengalami menstruasi menunjukkan 20% terjadi penambahan eksudat gingiva yang disebabkan pemakaian obat yang mengandung hormonal salah satu dari pemakain pil KB. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal pil, suntik, implant dengan kadar pH saliva. Jenis penelitian ini analitik observasional, menggunakan rancang bangun cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 342 akseptor kontrasepsi hormonal, dengan sampel 180 akseptor kontrasepsi hormonal, pengumpulan data dikumpulkan dengan menggunakan pH indikator. Teknik analisa data melalui tahap editing, coding. Teknik pengumpulan data ini menggunakan data primer. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 13 Mei – 2 Juni 2014. Analisa data menggunakan uji korelasi pearson.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kontrasepsi hormonal dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar pH saliva. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden menggunakan kontrasepsi hormonal suntik didapatkan 97 responden (53,9%) dan sebagian besar memiliki kadar pH saliva <6,7 sebanyak 120 orang (66,7%). Sebagian besar 97 responden (53,9) kontrasepsi hormonal suntik didapatkan pH saliva cenderung asam. Berdasarkan hasil uji statistik korelasi pearson dengan tingkat signifikan α = 0,05 yang mana didapatkan nilai asymp.sigh 0,014 < α = 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kadar pH saliva di BPM Ny. “E” di Ds. Japanan Kec. Kemlagi Mojokerto. Simpulan dari penelitian ini adalah semakin responden menggunakan kontrasepsi hormonal maka pH semakin asam. Bagi tenaga kesehatan lebih menginformasikan pengetahuan untuk lebih mengetahui perbedaan ph saliva terhadap masing – masing kb hormonal kepada responden. ABSTRACT In women periodontal that condition, obtained in the comunity on 75% of women who experience menstrual and showed 20% occurred addition of gingival exudate due to that hormonal drug use that contain hormonal one of the use of birth control pills. The purpose of this study was to determine the relationship between the usage of hormonal contraceptive use pills, injections, implants with salivary pH levels. Type of study was observational analytic, with cross sectional design. The population was 342 acceptors of hormonal contraceptive, with sampling was 180 acceptors of hormonal contraceptives, data collected using pH indicator. Data processed through editing, coding. Data collcted using primary data. This research held on May 13 until June 2, 2014. Analysis of data using the correlation test pearson. Variables in this study were hormonal contraceptives as independent variable and as dependent variable pH level of saliva.
Based on the results of the study showed that most of the respondents were using injectable hormonal contraception as many as 97 respondents (53.9%) and most had higher levels of salivary pH <6.7 as many as 120 people (66.7%). Most of the 97 respondents (53.9) obtained injectable hormonal contraceptive tend to be acidic saliva pH. Based on the results of Pearson correlation statistical test with a significant level at α = 0.05 which was obtained asymp.sigh value 0.014 <α = 0.05 then Ho was rejected and H1 was accepted, which meant there was a relationship between the use of hormonal contraceptives with salivary pH levels in BPS Ny. "E" in Kemlagi Japanan Mojokerto. Conclusions from this research was that more respondents using hormonal contraception the more acidic pH. For health professionals to be more inform the knowledge to better determine differences in salivary pH toward every hormonal contraseption to the respondents. Keywords : Hormonal Contraception, Ph Levels of Saliva Contributor
: Sulis Diana, M.Kes Fitria Edniwari, S.Keb.Bd
Date Type Material Right Summary
: 6 Juni 2014 : Laporan Penelitian : Open Document :
LATAR BELAKANG Keluarga berencana merupakan suatu cara yang efektif untuk mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat menolong pasangan suami istri menghindari kehamilan resiko tinggi. Keluarga berencana tidak dapat menjamin kesehatan ibu dan anak, tetapi dengan melindungi keluarga terhadap kehamilan resiko tinggi, KB dapat menyelamatkan jiwa dan mengurangi angka kesakitan (Hartanto, 2013). Pada kondisi periodontal wanita, laporan klinis yang telah dilakukan selama satu abad didapatkan terjadi peningkatan prevalensi terhadap penyakit gingiva yang disebabkan oleh peningkatan kadar plasma dalam hormon seks. Dan penambahan tingkat hormon seksual akan meningkatkan prevalensi gingivitis seperti didapatkan 75% wanita mengalami menstruasi menunjukkan 20% terjadi penambahan eksudat gingiva yang disebabkan pemakaian obat yang mengandung hormonal salah satu dari pemakain pil KB. Telah dilakukan berbagai penelitian untuk melihat suatu efek dari perubahan hormonal setelah pemakaian kontrasepsi pil dan suntik. Caranza menyebutkan hormon sintesis yang terkandung pada pil kombinasi (etinilstroid atau mestranol dengan progenteron sintetik) dapat merusak respons jaringan gingival terhadap iritasi lokal yaitu dengan adanya kerusakan sel matosit gingiva. (guncu GN, 2005). Kontrasepsi hormonal merupakan jenis kontrasepsi yang paling disukai oleh para peserta keluarga berencana (KB). Berdasarkan data yang disampaikan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada bulan Februari 2012, Peserta KB Baru secara nasional sampai dengan bulan Februari 2012 sebanyak 1.256.250 peserta. Apabila dilihat per mix kontrasepsi maka persentasenya adalah sebagai berikut : 83.153 peserta IUD (Intra Uterine Device = Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) (6,62%), 21.140 peserta MOW (Medis Operatif Wanita) (1,68%), 3.347 peserta MOP (Medis Operatif Pria) (0,27%), 75.444 peserta Kondom (6,01%), 89.590 peserta Implant (7,13%), 637.379 peserta Suntikan (50,74%), dan 346.197 peserta Pil (27,56%).
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa kontrasepsi hormonal terutama jenis kontrasepsi suntikan dan kontrasepsi pil merupakan jenis kontrasepsi yang memiliki peserta terbanyak dengan menempati peringkat pertama dan kedua (BKKBN, 2012). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 1 April 2014 terdapat 180 akseptor kontrasepsi hormonal, 15 responden dilakukan pengukuran kadar pH saliva. Hasil pengukuran pada 5 akseptor kontrasepsi hormonal pil sebesar 6,7, 5 akseptor kontrasepsi hormonal suntik sebesar 6,5, dan 5 akseptor kontrasepsi hormonal implan sebesar 6,3. Penelitian menunjukkan pil oral kombinasi mengandung estrogen 20 – 100 mcg dan progestin 0,4 – 2 mg dan 0,05 – 0,15 mg, efek dari estrogenik dan progestational dari pil oral kombinasi mempunyai pengaruh pada organ – organ dan jaringan tubuh dan pil oral yang diberikan dapat menyebabkan rangsangan yang lebih atau kurang, sehingga dengan adanya pengaruh rangsangan yang lebih atau kurang tersebut mengakibatkan ketidakstabilan homon yang diproduksi, hal itu berdampak pada kadar ph saliva karena bila kadar pH mengalami penurunan dalam rongga mulut dapat menyebabkan demineralisasi elemen-elemen gigi dengan cepat, sedangkan pada kenaikan kadar pH dapat terbentuk kolonisasi bakteri dan juga meningkatkan pembentukan kalkulus (Amalia, 2013). Hasil pengamatan dan pengukuran pH memberikan hasil yang cukup signifikan dimana terdapat perbedaan status pH diantara berbagai sampel pengguna kontrasepsi hormonal dan kontrol. pH saliva dalam keadaan normal berkisar antara antara 6,8–7,0 dengan rata-rata pH 6,7. Secara umum, hasil yang cukup tinggi diperlihatkan pada pengguna kontrasepsi pil dimana rata-rata pH 6,7. Diikuti kontrasepsi suntik dan implan yang pH rata-ratanya 6,4 dan 6,2 (Amalia, 2013). Faktor – faktor yang mempengaruhi peningkatan kadar ph saliva yang lain seperti makanan, minuman, obat-obatan dan juga pola stress dapat berpengaruh pada hasil penelitian ini, sehingga perlu diminimalkan. Jenis makanan dan minuman tertentu dapat meningkatkan dan menurunkan status pH. Lamanya waktu makan dan minum sebelum maupun baru saja beraktivitas dapat mempengaruhi jumlah sekresi saliva rata-rata per menit bahkan pada individu yang sama. Demikian pula obat-obatan yang mengandung merkuri atau iodida dapat menyebabkan hipersalivasi, sedangkan obat-obat antihipertensi, anti depresi, dan anti kanker dapat menyebabkan hiposalivasi.4 Reaksi stress akan mempengaruhi kondisi hormonal didalam tubuh, termasuk pelepasan hormon kortisol yang pada akhirnya akan merangsang sekresi saliva. (Amalia, 2013). Dari kesimpulan di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Hubungan Penggunaan KB Hormonal dengan pH Saliva di BPM “.
METODOLOGI Penelitian ini menurut prosesnya merupakan jenis penelitian analitik observasioanal dengan desain cross sectional, mempunyai dua variabel yaitu variabel independent (Kontrasepsi Hormonal) dan variabel dependent (kadar pH saliva). Subjek pada penelitian ini adalah 180 akseptor kontrasepsi hormonal dan menggunakan teknik purposive sampling. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dengan instrument berupa kertas indikator dan analisa data menggunakan uji korelasi. Tempat dan waktu penelitian di BPM Ny”E” ds. Japanan kec. Kemlagi mojokerto pada bulan Mei.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh responden tidak bekerja sebanyak 82,2% (148 orang), sebagian besar responden mempunyai latar belakang pendidikan Menengah (SMP/SMA) sebanyak 61,1% (110 orang).
Dapat diketahui bahwa sebagian besar responden kontrasepsi hormonal suntik sebanyak 97 responden (53,9%) didapatkan pH saliva cenderung asam, hampir setengah responden kontrasepsi hormonal pil sebanyak 60 responden (33,3%) didapatkan pH saliva cenderung normal, dan sebagian kecil responden kontrasepsi hormonal implan sebanyak 23 responden (12,8%) didapatkan pH saliva cenderung asam. Berdasarkan hasil uji statistik korelasi pearson ada hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kadar pH saliva di BPM Ny. “E” di Ds. Japanan Kec. Kemlagi Mojokerto. Berdasarkan hasil penelitian sesuai dengan teori bahwa responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal suntik dan implan hampir seluruh kadar pH saliva cenderung asam sedangkan responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal pil sebagian kecil kadar pH saliva cenderung normal. Marasabessy mengemukakan Kandungan estrogen dan progesteron yang terdapat pada kontrasepsi hormonal akan mempengaruhi peningkatan jumlah kortisol dalam saliva. Kortisol akan mempengaruhi sistem saraf simpatis melalui reseptor α dan β adrenergic sehingga menyebabkan peningkatan sekresi saliva yang berujung pada peningkatan volume saliva. Peningkatan kecepatan sekresi saliva akan berakibat pada peningkatan jumlah bikarbonat yang pada akhirnya juga meningkatkan pH saliva. Penyakit periodontal diawali dengan gingivitis, jika dibiarkan akan mengakibatkan kerusakan attachment antara gigi dan jaringan penyangga gigi. Pada keadaan ini akan memudahkan terjadinya saku gusi (periodontal pocket) dan jika dibiarkan maka akhirnya gigi akan terlepas meskipun gigi tersebut tidak berlubang. Akibat hilanganya gigi tentu saja akan mengganggu fungsi mastikasi. Kandungan yang terdapat pada pil adalah estrogen Ethinyl estradiol (EE) dan Mestranol (diubah di hepar menjadi EE yang aktif), progesteron dari kelompok Norethindron bervariasi antara 0,4 – 2 mg. Dosis progestin dari kelompok Norgestrel bervariasi anatar 0,05 – 0,15 mg. Progestin dari kelompok Norgestrel lebih baik dalam mengontrol perdarahan ireguler dibandingkan dengan Progestin dari kelompo Norethindrone. Dari penelitian yang saya lakukan pada penggunaan kontrasepsi pil kadar pHnya lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna kontrasepsi hormonal suntik dan implan hal ini diakibatkan efek dari kandungan hormon progesteron dan estrogen dalam bentuk estradiol yang terdapat pada kontrasepsi pil akan memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap kortisol, jika dibandingkan dengan kontrasepsi hormonal suntik dan implan yang hanya mengandung hormon progesteron saja. Pada responden yang mengalami keasaman pH saliva akan mempengaruhi kesehatan mulut terutama gigi, sehingga responden harus menjaga kesehatan mulut dan gigi. Karena keasaman kadar pH saliva mengakibatkan demineralisasi elemen-elemen gigi dengan cepat yang nantinya akan berupa pengeroposan gigi. SIMPULAN 1. Penggunaan kontrasepsi hormonal di BPM Ny “E” di Desa Japanan Kecamatan Kemlagi Mojokerto yang terbanyak adalah kontrasepsi suntik sebanyak 97 orang (53,9%).
2. pH Saliva di BPM Ny “E” di Desa Japanan Kecamatan Kemlagi Mojokerto yang terbanyak adalah kadar pH saliva <6,7 sebanyak 120 orang (66,7%). 3. Berdasarkan hasil uji statistik korelasi pearson dengan tingkat signifikan α = 0,05 yang mana didapatkan nilai asymp.sigh 0,014 < α = 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kadar pH saliva di BPM Ny. “E” di Ds. Japanan Kec. Kemlagi Mojokerto. REKOMENDASI 1. Bagi Pendidikan Kebidanan Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu intervensi sebagai efek samping dari kontrasepsi hormonal terhadap kadar pH saliva. 2. Bagi Institusi Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan guna melanjutkan penelitian dalam bidang yang sama, sehingga hasil penelitian yang didapatkan lebih sempurna 3. Bagi Responden Dapat mengetahui status ph saliva sehingga lebih menjaga kesehatan mulut. 4. Bagi Program Kesehatan Hasil penelitian ini sebagai bahan untuk meningkatkan kesehatan pada akseptor kontrasepsi hormonal. 5. Bagi Profesi Kebidanan Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai reverensi terhadap akseptor kontrasepsi hormonal dalam melakukan konseling. 6. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini sebagai bahan pengembangan dari ilmu yang telah ada sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dan lebih menekankan mengenai penggunaan kontrasepsi hormonal suntik dengan kadar pH saliva. Nama : Devita Candrarin E-mail :
[email protected] Alamat/No. Hp : Ds. Mojosari Kec. Sumbersuko Lumajang/085745997865