PENGGUNAAN DIKSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII MTs FATHUL’ IBAAD MEKARBAKTI PANONGAN, TANGERANG Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Menulis Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh SATONO NIM 1811013000021
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2014 M
ABSTRAK Satono NIM 1811013000021: Penggunaan Diksi dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan mendeskripsikan hasil temuan terkait dengan penggunaan diksi dalam karangan narasi dan selanjutnya akan di jadikan sebagai sumber belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan ialah metode kualitatif. Metode yang digunakan adalah pengumpulan data dengan teknik dokumen. Penelitian ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan penggunaan diksi khususnya ketepatan penggunaan diksi dengan sepuluh persyaratan ketepatan penggunaan diksi dengan menggunakan teknik persentase. Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, maka diperoleh 37 data dari tujuh karangan narasi siswa. Dari sepuluh jenis persyaratan ketepatan diksi yang dianalisis maka diperoleh hasil ketidaktepatan penggunaan diksi sebagai berikut: penggunaan kata umum dan khusus 20%, penggunaan kata konotatif dan denotatif 20%, penggunaan kata yang hampir bersinonim 20%, penggunaan kata idiom 8,6%, kelangsungan pilihan kata 17,1%, dan penggunaan kata indria 14%. Dari hasil yang diperoleh berdasarkan pengamatan peneliti secara mendalam, dari penggunaan bahasa yang digunakan cukup ringan dan kesalahan yang ditemukan sebagian besar sudah tepat digunakan. Kunci: Diksi, Karangan Narasi
i
ABSTRACT Satono NIM 1811013000021: The Use of Diction in Narative Essay at 8th grade Students of MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Education Majors Indonesia Language and Literature, Faculty of Tarbiyah and Teaching, Negeri Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta 2014. This study aimed to obtain the data and describel the findings related to the use of diction in the analysis of dictioan and will serve as a source of student leaning. The method used is qualitatif method. The method used is the data collection tecniques refer to the note. The research was done by describing the use of diction in particular the use of dction accurary with ten diction accurary requirements and the end result would be obtained by using percentages. Based on the study conducted by researchers, the obtained data 37 from seven columns headline used. Of the ten types of requirements are analyzed diction accurary oollow: use common word special 20%, the use of the word connotative and denotatve 20%, the use of the word is almost synonymous 20%, 8,6% use of the word idiom contynuity 17,1% word choice, and the use of word senses 14%. From the results obtained based on in-depth observations of researchers, from the use of language used is quite mild and most of the errors found are appropriately used. Keywords: Essay Narative Diction
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, karena atas karunia dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segaik-baiknya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhamad Saw, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa seluruh umat manusia dari kegelapan menuju keselamatan. Penyusunan skripsi saya buat untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) dengan skripsi yang berjudul Penggunaan Diksi dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Selama penulisan ini, banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dilalami, namun berkat doa, kerja keras serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. 1. Nurlena Rifa’i, M.A. Ph. D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dra. Hindun, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 3. Makyun Subuki, M. Hum. Dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan membantu saya dengan sabar dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Seluruh dosen jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan selama XII putaran. 5. Terima kasih yang tak terhingga saya haturkan kepada rekan kerja yang telah memberikan dukungan baik moril maupun material. 6. Keluarga tercinta yang tak pernah bosan memberikan semangat kepada saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini agar dapat fokus lagi, serta
iii
saya ucapkan rasa sayang yang tempat dalam kepada anak-anak saya yang telah memotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih saya ucapkan bagi nama-nama yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Ungkapan kata memang tak pernah cukup untuk membalas kebaikan kalian. Semoga Allah selalu melimpahkan dan membalas kebaikan yang berlipat ganda yang pernah kalian berikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca serta dapat menambah ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan. Jazakumullah khairal jaza’ Wassalamualaikum Wr.Wb.
Tangerang, 29 November 2014
Penulis
iv
DAFTAR ISI Lembar Persetujuan Lembar Pengesahan Lembar Pernyataan Karya Sendiri Abstrak ...................................................................................................... i Abstract ...................................................................................................... ii Kata Pengantar ......................................................................................... iii Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................. 4 C. Batasan Masalah........................................................................ 4 D. Rumusan Masalah ..................................................................... 4 E. Tujuan ....................................................................................... 4 F. Manfaat ..................................................................................... 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Menulis...................................................................................... B. Karangan Narasi ........................................................................ 9 C. Diksi (Pilihah kata) ................................................................... 15 D. Penelitian yang Relevan ............................................................ 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Peneliti.....................................................................29 B. Data dan Sumber Data .............................................................. 30 C. Subjek Penelitian..................................................................30 D. Korpus Data................................................................................ 30
v
E. Teknik Analisis Data ................................................................. 32 F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 31 G. Langkah Analisis Data .............................................................. 32 BAB IV DESKRIFSI HASIL PENELITIAN A. Analisis Penggunaan Diksi ........................................................ 33 B. Interpretasi Hasil Analisis ........................................................ 45 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan .................................................................................... 50 B. Saran ........................................................................................... 50 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan sehari-hari bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia di arahkan agar siswa terampil berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Dalam komunikasi memiliki dua cara yaitu berkomunikasi secara langsung dan tidak langsung. Berkomunikasi secara langsung merupakan proses dari kegiatan berbicara dan menyimak, sedangkan secara tidak langsung merupakan proses dari kegiatan membaca dan menulis. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.1 Keterampilan berbahasa dalam kurikulum sekolah mencakup empat keterampilan menyimak, berbicaca, membaca, dan menulis. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang di gunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Kemampuan menulis di gunakan untuk sebuah karangan yang menceritakan sesuatu. Adapun macammacam karangan yaitu, karangan narasi, argumentasi, deskripsi dan eksposisi. Dalam menulis karangan, penulis menuangkan ide pokok pikirannya, selain itu penulis harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, misalnya pada penggunaan diksi atau pilihan kata agar pembaca mengerti apa yang penulis sampaikan. Pemilihan kata lebih luas dari pada sekadar jalinan kata-kata. Pemilihan kata bukan saja digunakan untuk kata-kata mana yang perlu digunakan dalam mengungkapkan suatu ide atau gagasan, melainkan juga meliputi persoalan gaya bahasa dan ungkapan dalam kalimat. Yang paling penting dalam rangkaian katakata tadi adalah pengertian yang tersirat dibalik kata yang digunakan itu.2
1
Gorys Keraf, Komposi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, (Penerbit Nusa Indah, 2004),
h. 4. 2
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Penerbit PT. Gramedia , Jakarta, 1984), h. 21.
1
2
Persoalan pilihan kata bukan persolan yang sederhana. Persoalan pilihan kata menyangkut persoalan yang bersifat dinamis, inovatif dan kreatif sejalan dengan perkembangan masyarakat penuturnya, seperti seorang anak yang sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan ini anak akan mencari dan menemukan bentuk-bentuk yang sesuai dengan kemampuannya. Memilih kata yang mampu mengemban fungsi sebagaimana mestinya tidaklah mudah. Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan.3 Penulis yang belum berpengalaman sangat sulit untuk mengungkapkan ide atau gagasan dan biasanya sangat miskin variasi bahasanya. Akan tetapi, ada pula penulis yang sangat boros atau tidak efektif menggunakan pembedaharaan kata, sehingga tidak ada isi yang terdapat dibalik kata-katanya. Kata-kata atau istilah dapat digunakan penulis menyapa pesan makna yang terselubung atau simbolis, sehingga jika dipahami memerlukan interpretasi dan renungan yang dalam. Dengan demikian kata tidak hanya sekedar mengemban nilai-nilai indah (estetis) melainkan juga nilai-nilai filosofis maupun pedagogis. Berdasarkan
pendapat
tersebut,
disimpulkan
bahwa
masalah
diksi
menyangkut masalah kebebasan penulis untuk memilih kata istilah sesui dengan makna yang tepat, baik makna leksikal, grametikal, denotasi, konotasi, masalah sinonim, antonim maupun berbagai variasi majas. Hal ini benar-benar tergantung pada kreatifitas menulis atau mengarang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, masih banyak siswa yang melakukan kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa tidak hanya terdapat pada tuturan tetapi juga terdapat pada bahasa terdapat pada bahasa tertulis. Bahasa tertulis terikat pada aturan-aturan kebahasaan. Seperti ejaan, sistematika, dan teknikteknik penulisan. Salah satu ketidaktepatan tertulis yang dilakukan siswa adalah diksi pada karangan narasi siswa MTs Fathul Ibaad. Ruang lingkup diksi yang terbesar pada diksi, kemampuan menyusun kaimat efektif, kemampuan menyusun 3
Zaenal arifin, Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo, 2010), h. 28.
3
paragraf. Selain itu di angkatnya permasalahan ini karena dari beberapa penelitian yang pernah di lakukan menunjukan bahwa pemahaman dan penguasaan srtuktur bahasa khususnya pemilihan kata (diksi), penggunaan kalimat efektif pada kalimat dan penyusunan paragraf dalam bahasa tulis yang di miliki siswa rata-rata belum benar. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang perlu diteliti adalah penggunaan diksi yang meliputi; unsur kata, bentuk kata, kata tugas (kata depan, atau preposisi, konjungsi atau kata penghubung, interjeksi atau kata seru, artikel atau kata sandang, partikel atau kata penegas. Penggunaan kalimat efektif dan penyusunan paragraf pada karangan narasi siswa. Penyimpangan diksi yang dilakukan siswa terjadi akibat kekurang pahaman siswa terhadap kaidah tata bahasa yang digunakan atau mungkin faktor lain seperti kekhilafan atau kecorobohan yang dilakukan siswa. Selain itu, diambilnya permasalahan ini karena dari beberapa penelitian yang di lakukan menunjukan bahwa pemahaman dan penguasaan serta kemampuan menggunakan struktur bahasa dan bahasa tulis yang dimiliki siswa masih rendah. Sesungguhnya yang menentukan satuan kalimat bukanya banyaknya kata yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya.4 Berdasarkan alasan-alasan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui dan mempelajari lebih dalam tentang diksi pada karangan karangan narasi siswa kelas VIII. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah analisis diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan ,Tangrang.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, persoalan utama yang masih mungkin untuk di ketahui dalam penulisan diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang sebagai berikut: 1. Kemampuan penggunaan diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.
4
M. Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia” Sintaksis “, (C.V Karyono Yogyakarta: 20005.), h. 21.
4
2. Kemampuan menyusun kalimat efektif dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang 3. Kemampuan menyusun paragraf dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.
C. Batasan Masalah Permasalahan-permasalahan yang telah diidentifikasi di atas merupakan halhal yang sangat penting untuk di teliti karena merupakan masalah-masalah yang sering di hadapi oleh penulis. Berkenaan dengan hal tersebut, maka peneliti memfokuskan penelitian sebagai berikut: “ Kemampuan Peningkatan Penggunaan Diksi dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.”
D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah: 1. Bagaimanakah penggunaan diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang?
E. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mendeteksi, dan mendeskrifsikan bentuk-bentuk pemakaian diksi dalam karangan narasi yang di lakukan oleh siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang adalah: 1. Mendeskrifsikan penggunaan diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.
F. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat baik secara langsung
bagi pembangun ilmu, maupun bagin kepentingan praktis
pengajaran bahasa Indonesia di dalam hal:
5
1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah wawasan pengetahuan dalam bidang bidang kebahasaan yaitu menulis karangan dengan memperhatikan unsur-unsur fungsional kalimat yaitu kemampuan penggunaan diksi yang dilakukan siswa. Selain itu untuk merangsang di adakannya penelitian yang mendalam berupa penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bagi guru maupun siswa yang menjadi sasaran utama dalam pembelajaran bahasa bagi guru maupun siswa, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kebahasaan dalam aspek menulis khususnya tentang ketepatan dan ketidaktepatan penggunaan diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Dengan demikian, siswa dapat menghindari kesalahan menulis karangan narasi.
BAB II KAJIAN TEORI A. Menulis 1. Definisi Menulis Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk komunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekpresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan struktur bahasa dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur serta pendidikan yang berprogram.1 Kaidah karang-mengarang adalah aturan dalam tulis menulis seperti ketepatan dan kesesuaian pilihan dalam pemilihan kata-kata untuk suatu karangan. Ketepatan dan kesesuaian itu mencakup ejaan dan diksi yang sudah diterima sesuai dengan keadaan pendengar/pembacanya.2 Jadi, keterampilan menulis adalah kecakapan dalam kemampuan untuk menyelesaikan tugas menulis. Keterampilan menulis ialah suatu kepandaian seseorang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan yang disampaikan melalui bahasa tulis, yang realisasinya berupa simbol grafis sehingga orang lain yaitu membaca, maupun memahami pesan yang terkandung di dalamnya. Agar bisa terampil dalam menulis, seorang penulis harus menguasai aspekaspek kebutuhan khususnya aspek bahasa tulis harus memperhatikan normanorma yang berlaku dalam bahasa baku. Demi kejelasan makna, susunan kalimat menjadi panjang. Sifatnya terikat, terutama alat tata bahasa dan diksi dengan tidak menimbulkan keraguan dalam memahami isi dan menarik kesimpulan. Bahwa keterampilan menulis tidak datang dengan sendirinya. Pilihan kata-kata yang
1
Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Penerbit Angkasa Bandung: 2008), h. 9. 2 Ramlan A.Gani, Mahmudah Fitriyah ,Z.A. Disiplin Berbahasa Indonesia, (FITK PRESS Ciputat: 2011), h. 122.
6
7
tepat, konkret dan khas akan jauh lebih menarik dari pada kata-kata yang hebat dan megah tetapi membingungkan.3 Terampil dalam menggunakan bahasa merupakan tujuan terpenting dalam kegiatan baku. Keterampilan berbahasa meliputi keterampilan menyimak, keterampilan membaca, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Tulisan yang baik akan menggairahkan para pembacanya. Pembaca yang baik selalu merindukan tulisan yang bermutu.4 Oleh karena itu siswa dituntut agar bisa menulis karangan. 2. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Menulis Fungsi utama karangan yaitu sebagai sarana komunikasi secara tidak langsung. Bagi seorang siswa, kegiatan mengarang berfungsi sarana untruk berfikair. Dengan mengarang siswa dapat mengungkapkan gagasan, ide dan perasaannya kepada orang lain sehingga kemampuan berpikirnyapun berkembang. Chaer mengemukaan analisis bawahan langsung, sering disebut juga analisis unsur langsung atau analisis bawahan terdekat, adalah suatu teknik dalam menganalisis unsur unsur atau kontituen-kontituen yang membangun suatu satuan bahasa entah satuan kata, frase, klausa maupun satuan kalimat.1 Secara luas dapat dikatakan bahwa “komunikasi” adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan yang pasti terjadi sewktu-waktu bila manusia atau binatang binatang ingin berkenalan dan berhubungan satu sama lain.2 Mengarang sangat penting karena sebagai sarana untuk memunculkan sesuatu, memunculkan ide baru, melatih mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide yang dimiliki, melatih sikap obyektif yang ada pada diri seseorang, membantu untuk menyerap dan memproses informasi, memungkinkan seseorang untuk berlatih memecahkan beberapa masalah sekaligus, dan memungkinkan diri untuk menjadi aktif dan tidak hanya sebagai penerima informsi. 3 4 5 6
Keraf, Op.cit., h. 144. Tarigan, Op.cit., h. 8. Abdul Chaer, Linguistik Umum, ( Jakarta: Reneka Ccipta, 2012), h. 21. Taigan.,Op.cit., h. 19.
8
Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak
langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena
memudahkan para pelajar berpikir, juga dapat menolong kita berpikir secara kritis.3 Juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubunganhububgan, memperdalam daya tanggap atau persepsi, memecahkan masalahmasalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman. Dari beberapa pendapat tersebut dapat di ketahui bahwa manfaat dan keuntungan yang bisa di dapat dalam kegiatan mengarang sangatlah banyak. Kegiatan mengarang perlu dilatih secara terus menerus agar seseorang lancar dan benar dalam membuat karangan. Oleh karena itu, mengembangkan latihan mengarang merupakan pengalaman produktif yang berharga bagi siswa. B. Karangan Narasi Narasi adalah rangkaian paragraf yang berupa kisah tentang seseorang atau kisah tentang sesuatu.4 Narasi adalah cerita yang didasari pada urutan suatu cerita (serangkaian tokoh), yang berdasarkan alur.5 Karangan narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi . Dari dua pengertian yang diungkapkan oleh Atarsemi dan Keraf. Dapat kita ketahui bahwa narasi berusaha menjawab sebuah proses yang terjadi tentang pengalaman atau peristiwa manusia dan dijelaskan dengan rinci berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Narasi artinya cerita. Dengan cerita, penulis mengajak pembaca untuk samasama menikmati apa yang diceritakan tersebut.6 Dari pendapat-pendapat di atas, dapat diketahui ada beberapa hal yang berkaitan dengan narasi. Hal tersebut
3
Tarigan, Op.cit,. h. 20. Dadan Suwarna, Cerdas Berbahasa Indonnesia, (Jelajah Nusa 2012), h.78. 5 Ismail Marahimin, Menulis Secara Populer, (Pustaka Jaya 1980 ), h. 96 6 Ramlan A. Gani, Mahmudah Fitriah ,ZA. Disiplin Berbahasa Indonesia, (FITK PRESS Ciputat: 2011), h. 93. 4
9
meliputi: 1.) berbentuk cerita atau kisahan, 2.) menonjolkan pelaku, 3.) menurut perkembangan dari waktu ke waktu, 4.) disusun secara sistematis.
1. Ciri-Ciri Karang Narasi Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konfiks. Selain alur cerita, konfiks dan susunan kronlogis, ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi diungkapkan sebagai berikut: a. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis. b. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya. c. Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik. d. Memiliki nilai estetika. e. Menekankan susunan secara kronologis. Ciri yang dikemukakan Keraf memiliki persamaan dengan Atar Semi, bahwa narasi memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis atau dari waktu ke waktu dan memiliki konfiks. Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri yang menonjolkan pelaku. Di dalam sebuah narasi bisa terdapat alur saja, bisa pula lebih. Bisa pula terdapat sebuah alur utama dan beberapa buah alur tambahan, atau sub-plot.7
2. Jenis-jenis Karangan Narasi a. Narasi Ekspositorik (Narasi Teknis) Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya, satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atau sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh 7
Marahimim, op.cit., h. 96.
10
eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositprik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif. b. Narasi Sugestif Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat. Karangan digolongkan menjadi lima jenis, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Narasi adalah karangan yang menceritakan satu atau beberapa kejadian dan bagaimana berlangsungnya peristiwa-peristiwa secara kronologis. Dalam narasi berisikan deskripsi tempat, waktu, dan manusia serta tindakannya; tetapi titik berat diletakkan pada tindakan dalam penyajian ceritanya. Deskripsi adalah jenis wacana yang ditujukan kepada penerima pesan agar dapat membentuk suatu citra (imajinasi) tentang sesuatu hal. Eksposisi adalah karangan yang berisi kupasan, uraian, dan paparan sesuatu untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima (pembaca) agar yang bersangkutan memahaminya. Argumentasi adalah karangan yang berisi argumen disertai contoh dan bukti yang meyakinkan pembaca dalam menerima atau mengambil suatu doktrin atau sikap tertentu. Persuasi
adalah
karangan
yang
dimaksudkan
untuk
mempengaruhi
pembaca/mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuai yang diharapkan penuturnya. 3.
Tujuan Menulis Karangan Narasi
Dalam setiap bentuk penulisan, penulis atau peneliti tentu melakukannya dengan tujuan tertentu. Untuk karangan narasi setidaknya karangan tersebut bisa berfungsi untuk; 1) memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan; dan 2) memberikan pengetahuan estetis kepada pembaca.
11
4.
Langkah-Langkah Menulis Karangan Narasi
Sebenarnya dengan mengetahui definisi, unsur dan ciri-ciri tulisan narasi seorang penulis dapat dengan mudah menulis sebuah karangan narasi. Narasi bisa berisi fakta, bisa pula fiksi atau rekaan, yang direka atau dikhayalkan oleh pengarangnya saja.8 Namun untuk belajar, penulis pemula dapat mencoba mengikuti beberapa langkah membuat karangan narasi berikut ini: a. Merumuskan tema yang jelas (fiksi nonfiksi) b. Menentukan sasaran pembaca (fiksi nonfiksi) c. Menentukan ide atau pemikiran yang akan disampaikan (fiksi nonfiksi). d. Membuat daftar topik sesuai dengan tema, hal ini diperlukan agar penulis mempunyai batasan dalam penulisannya. Tulisanya tidak dapat terlalu luas namun juga tidak terlalu sempit (fiksi nonfiksi). e. Merancang peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur (fiksi). f. Membuat rincian peristiwa-peristiwa kecil sebagai pendukung cerita (fiksi). g. Menyusun tokoh-tokoh, watak tokoh, latar, dan sudut pandang (fiksi). h. Membuat kerangka karangan ( fiksi dan nonfiksi). i. Menyunting karangan (fiksi nonfiksi). Ingat bahwa sebuah karangan tidak bisa langsung jadi, penulis perlu dan harus selalu membaca ulang tulisannya setelah selesai menulis serta jangan lupa memberikan waktu jeda latihan melakukan editing pada tulisannya. Setelah semua sudah benar, buat secara reduksi, alur cerita, penokohan, dan peristiwa yang ada dalam karangan, baru penulis dapat menyelesaikan tulisannya. C. Diksi (Pilihan Kata) 1. Pengertian Diksi Diksi merupakan pilihan kata atau kalimat yang tepat dan sesuai dengan sesuatu yang diungkapkan atau diceritakan.9 “Zaenal Arifin dan Amran Tasai
8 9
Ibid., h. 96. Kamus Beasar Bahasa Indonesia, (Jombang : Lintas h Media), h. 134.
12
mengatakan bahwa diksi merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari.10 Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Keraf mengemukakan bahwa pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu.11 Istilah itu bukan saja digunakan untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraselogi, gaya bahasa dan ungkapan.12 Di dalam bahasa manapun semua konsep dinyatakan dengan kata-kata atau rangkaian kata. Kita dapat menguasai bahasa hanya jika menguasai sejumlah kata. Meskipun demikian menguasai kata-kata saja belum berarti menguasai bahasa.13 Pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh hubungan kata-kata itu.14 Istilah itu bukan saja digunakan untuk menyatakan katakata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraselogi, gaya bahasa, dan ungkapan.15 Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi berhubungan dengan ungkapan-ungkapan yang individual dan memiliki nilai artistik tinggi. “Menurut Keraf berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan ketepatan kata dan kesesuaian kata dalam posisi tertentu dalam sebuah kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan pilihan kata yang digunakan dalam berbagai tingkatan masyarakat.”16 Oleh karena itu, sebuah kesalahan besar jika diksi atau persoalan pemilihan kata dianggap persoalan sederhana, yang tidak perlu dipelajari dan dibicarakan dengan alasan karena kesalahan tersebut merupakan kejadian wajar yang terjadi pada manusia sewaktu-waktu. 10
Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat dalam Berbahasa Indonesia. (Jakarta: CV Akademika Pressindo, 2008), h. 28. 11 Keraf, Op.cit., h. 22. 12 Ibid., h. 23. 13 Dr. Sabarti Akhadiah, Dra, Maidar G. Arsjad, Dra, sakura H. Ridwan, Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia ,(Penerbit Erlangga FPBSI IKIP Jakarta 1988), h. 82. 14 Keraf, op.cit., h. 22. 15 Ibid., h. 23. 16 Ibid., h. 117.
13
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering berjumpa dengan seorang yang mengalami
kesulitan
menyampaikan
maksudnya
karena
kurangnya
perbendaharaan kata. Namun tidak sedikit pula kita menemukan orang yang menggunakan pemborosan kata dan variasi bahasa bahkan mengobral kosa kata yang dimilikinya. Akan tetapi, dibalik kalimat yang tersirat itu tidak memiliki arti. Agar tidak terbawa dalam dua golongan orang tersebut, masyarakat harus menyadari pentingnya arti penggunaan dan pemilihan kata untuk menyampaikan informasi. Kata yang tepat dapat membantu seseorang untuk mengungkapkan sebuah maksud, baik secara lisan maupun tulisan. “ Zaenal mengatakan pilihan kata yang tepat untuk untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lepas dari kamus yang berisi kosa kata yang dapat memberikan ketepatan dalam pemakaian katakata dan dalam hal ini makna kata yang tepatlah yang diperlukan.” 17 Oleh karena itu, pemilihan kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu merupakan satu unsur yang penting, baik dalam dunia kepenulisan maupun untuk digunakan dalam tutur sehari-hari. Pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan kata, melainkan juga mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat diterima dan tidak merusak suasana yang ada. “Keraf mengatakan bahwa masyarakat yang diikat oleh berbagai norma, menghendaki pula agar setiap kata yang digunakan harus cocok dan serasi dengan norma dan sesuai dengan situasi masyarakat yang dihadapi.”18 Sebuah kata yang tepat sekalipun dalam penyampaian pesan tertentu dapat diterima maksudnya oleh para pendengar atau pembaca. Oleh karena penggunaan dan pemakaian diksi tidak hanya mementingkan persoalan ketepatan melainkan juga kesesuaian. Dengan uraian singkat di atas, Keraf membagi tiga kesimpulan utama mengenai diksi: Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana mengelompokan katakata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya 17 18
Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Op.cit., h. 28. Ibid., h. 24.
14
mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau pembendaharaan kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud dengan pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah bahasa.19 2. Jenis Diksi a. Ketepatan Diksi Persoalan pendayagunaan kata pada dasarnya berkisar pada dua persoalan pokok, ketepatan pilihan kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal atau garang yang akan diamanatkan, dan kesesuian atau kecocokan dalam mempergunakan kata tadi.20 Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar seperti apa yang dipikirkan oleh penulis. b. Persyaratan Ketepatan Diksi Menurut keraf, keteptan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh penulis dan pembicara.21 Oleh sebab itu, persoalan ketepatan pilihan kata akan menyambut pula masalah makna kata dan kosa kata seseorang. Setiap kalimat yang baik harus jelas memperhatikan kesatuan gagasan, mengandung satu ide pokok. Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada kesatuan gagasan yang lain yang tidak ada hubungan, atau meggabungkan sama sekali. Bila dua kesatuan yang tidak mempunyai hubungan disatukan, maka akan rusak kesatuan pikiran itu.22
19 20 21 22
Ibid., h. 24. Ibid., h. 87. Keraf., Op.cit., h. 87. Keraf, Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, (Ende : Nusa Indah, 2004), h. 41.
15
Berikut merupakan persyaratan ketepatan diksi yang dikemukakan oleh keraf untuk diperhatikan oleh setiap orang agar dapat mencapai ketepatan pilihan kata, yaitu: 1. Pemakaian Kata Bermakna Denotasi dan Konotasi Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplesit. Makna wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara obyektif. Sering juga makna denotatif disebut juga makna konseptual.23 Makna denotataif disebut juga dengan beberapa istilah lain seperti makna denotasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna refrensial, atau makna proposisional. Abdul chaer mengemukakan bahwa makna denotasi adalah makna asli, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem.24 Dalam bentuk yang murni, makna denotatif dihubungkan dengan bahasa ilmiah. Seorang penulis yang hanya ingin menyampaikan informasi kepada kita, dalam
hal
ini
khususnya
bidang ilmiah,
akan
bercenderungan
untuk
mempergunakan kata-kata yang denotatif. Sebab pengarahan yang jelas terhadap fakta yang khusus adalah tujuan utamanya; ia tidak menginginkan interpretasi itu dengan memilih kata-kata yang konotatif.25 Makna konotataif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi dan kreteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit, maksudnya adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Makna konotatif adalah makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan dikenakan pada sebuah makna konseptual.26 2. Pemakaian Kata Bersinonim dan Berhomofon Kata yang bersinonin berarti kata yang sejenis, sepadan, sejajar, serumpun dan memiliki arti yang sama. “keraf mengatakan bahwa dalam ilmu bahasa yang murni, sebenarnya tidak diakui adanya sinonim-sinonim, tiap kata mempunyai 23 24 25 26
Zaenal Arifin dan Amran Tasai,Op.cit., h. 28. Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), h. 292. Keraf, Op.cit., h. 28. Amran Tasai, Op.cit., h. 28.
16
makna atau nuansa makna yang berlainan, walaupun ada ketumpang-tindihan antara kata yang satu dengan kata yang lain.27 Zaenal dan Amran Tasai pun mengemukakan bahwa sinonim kata tidak mutlak, tetapi hanya ada kesamaan atau kemiripan kata. Dalam pemakaianya bentuk kata sinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengonkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan komunikasi akan terwujud.28 Oleh karena itu, penulis atau pembicara harus hati-hati dalam memilih katakata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkan sehingga tidak menimbulkan intepretasi yang tidak diinginkan. 3. Pemakaian Kata Umum Kata Khusus Kata umum dan kata khusus dibedakan berdasarkan luas tidaknya cakupan makna yang dikandungnya.29 Semakin luas rung lingkup acuan makna sebuah kata, maka semakin umum umum sifatnya, sedangkan semakin sempit ruang lingkup acuan makna sebuah kata, maka semakin khusus sifatnya. Dengan kata lain, kata umum memberikan gambaran yang kurang jelas dan tepat, sedangkan kata umum memberikan gambaran yang jelas dan tepat. Oleh karena itu untuk mengefektifkan penuturan yang lebih tepat dipakai kata khusus dibandingkan kata umum. Pada umumnya, kata khusus digunakan untuk mencapai ketepatan pengertian yang lebih baik dibandingkan dengan pemakaian kata umum. Kata umum dan kata khusus harus dibedakan dengan kata denotatif dan konotatif. Kata konotatif dibedakan berdasarkan maknanya, apakah ada makna tambahan atau nilai rasa yang ada pada sebuah kata, sedangkan untuk kata umum khusus dibedakan pada luas tidaknya cakupan makna kata yang dikandungnya.30 Kata umum disebut juga sebagai subordinat dan kata khusus disebut dengan kata hiponim.31 Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas dari kata Hiu atau Mujair. Ikan tidak hanya terdiri dari Hiu atau pun Mujair, akan tetapi ikan masih
27 28 29 30 31
Ibid.,h. 34. Zaenal Arifin dan Amran Tasai.,op.cit, h.32. Ibid., h. 89. Ibid., h. 87. Arifin dan Tasai, op.cit., h.31.
17
memiliki beberapa jenis yang beragam seperti ikan Gabus, ikan Lele, ikan Koki, dan ikan Gabus merupaka jenis dari ikan. Dalam hal ini, dapat dilihat dengan jelas bahwa kata yang acuannya lebih khusus atau lebih setuju langsung pada objek seperti Hiu disebut kata khusus. Dengan demikian semakin khusus sebuah kata atau istilah maka semakin dekat titik persamaan atau pertemuan yang dapat dicapai oleh si penulis dan pembaca. Sebaliknya semakin umum sebuah istilah, maka semakin jauh pula titik pertemuan antara si penulis dengan pembaca.32 4. Kata Abstrak dan Konkret Menurut Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad “beberapa literatur kebahasaan telah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kata abstrak adalah kata yang mempunyai refren berupa konsep, sedangkan kata konkret adalah kata yang mempunyai refren berupa objek yang dapat diamati.33 Dengan kata lain kata abstrak lebih sulit dipahami daripada kata konkret. Oleh karena itu, kata abstrak biasanya lebih sulit untuk dipahami dari kata konkret. Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindra disebut kata konkret, sedangkan kata yang sulit untuk diserap pancaindra disebut kata abstrak. Dalam hal menulis, kata-kata yang digunakan sangat bergantung pada jenis penulisan dan tujuan penulisan. Bila sebuah tulisan yang akan dideskrifsikan adalah suatu fakta maka yang lebih banyak digunakan adalah kata-kata konkret. Akan tetapi jika yang digunakan adalah klasifikasi, maka yang banyak digunakan adalah kata-kata abstrak. 5. Pemakaian Kata dan Istilah Asing Dalam tata cara dan kehidupan ilmiah sering kali ada kata-kata asing yang disisipkan saja di tengah-tengah kalimat yang mempergunakan bahasa lain. Dalam teks bahasa Indonesia, dapat saja muncul kata-kata atau frase asing seolah-olah kata asing itu berada dalam lingkungan yang asing itu.34
32 33 34
Ibid., h. 90. Sabarti, dkk, Op.cit., h. 86. Keraf, Op.cit., h. 58.
18
Penggunaan kata dalam lingkup masyarakat umum sedapat mungkin menghindari kata atau istilah asing agar informasi yang hendak disampaikan dapat diterima oleh pembaca atau lawan bicara. “Sabarti Akhadiah, Maidar G.Arsjad dan Sakura H. Ridwan mengemukakan dalam proses perkembangan bahasa mana pun selalu terjadi “peminjaman” dan penyerapan unsur-unsur bahasa asing. Hal ini terjadi akibat adanya hubungan antarbangsa dan kemajuan teknologi, terutama dibidang transportasi dan komunikasi.”35 Yang dimaksud dengan kata asing di sini ialah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih dipertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa Indonesia. Contohnya, kata-kata seperti optin dan stem. Sedangkan kata-kata atau unsur-unsur serapan adalah unsur-unsur bahasa asing yang telah disesuaikan dengan wujud/struktur bahasa Indonesia. Kata-kata semacam ini dalam proses morfologi diperlukan sebagai kata asli. Banyak di antara kata-kata serapan ini yang sudah tidak serasa lagi keasingannya. Kata-kata seperti pelopor, dongkrak, sakelar, dan sebagainya. Kata-kata yang ditulis miring pada kutipan di atas merupakan contoh unsur serapan. Sebagian sudah tidak terasa keasingannya dan sudah menjadi pembendaharaan kata populer. 6. Kelangsungan Pilihan Kata Suatu cara untuk menjaga ketepatan pilihan kata adalah kelangsungan. Kelangsungan pilihan kata adalah teknik memilih kata yang sedemikian rupa, sehingga maksud atau pikiran seseorang dapat disampaikan secara tepat dan ekonomis. Kelangsungan dapat terganggu bila seorang pembicara atau pengarang mempergunakan terlalu banyak kata untuk suatu maksud yang dapat diungkapkan secara singkat, atau mempergunakan kata-kata yang kabur yang bisa menimbulkna ambiguitas (makna ganda) c. Kesesuaian Diksi Perbedaan ketepatan dan kecocokan pertama-tama mencakup soal kata mana yang akan digunakan dalam kesempatan tersebut, walaupun kadang-kadang masih ada perbedaan tanbahan berupa perbedaan tata bahasa, pola kalimat, panjang atau 35
Ibid., h. 90.
19
kompleknya suatu alinea, dari beberapa segi lain. Perbedaan antara ketepatan dan kesesuaian dipersoalkan adalah apakah kita dapat mengungkapkan pikiran kita dengan cara yang sama dalam sebuah kesempatan dan lingkungan yang kita masuki. 1. Syarat-syarat Kesesuaian Pilihan Kata Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah sebagai berikut; 1. Hindari sejauh mungkin bahasa atau substandar dalam situasi yang formal. 2. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata populer. 3. Hindari jargon dalam tulisan untuk pembaca umum. 4. Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang. 5. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan. 6. Hindari ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati). 7. Jauhkan kaa-kata atau bahasa yang artifisial.36 Hal-hal tersebut akan diuraikan lebih lanjut dalam bagian-bagian di bawah ini; 1. Bahasa standar dan substandar Bahasa standar adalah semacam bahasa yang dapt dibatasi sebagai tutur dari mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat. Kelas ini meliputi pejabat-pejabat pemerintah, ahli bahasa, ahli hukum, dokter, pedagang, guru, penulis, penerbit, seniman, insinyur, dan lain sebagainya. Bahasa nonstandar adalah bahasa dari mereka yang tidak memperoleh pendidikan yang tinggi. Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk pergaulan biasa, tidak dipakai dalam tulisan. Kadang unsur ini digunakan juga oleh para kaum pelajar dalam bersenda gurau, dan berhumor. Bahasa nonstandar juga berlaku untuk suatu wilayah yang luas dalam wilayah bahasa standar. Bahasa standar lebih efektif dari pada bahasa non standar. Bahasa nonstandar biasanya cukup untuk digunakan dalam kebutuhan-kebutuhan umum. 36
Keraf, Op.cit., h. 103.
20
2. Pemakaian Kata Ilmiah/Kajian. Sebagian besar kosa kata sebuah bahasa terdiri dari kata-kata umum yang dipakai oleh lapisan masyarakat, baik dari kaum terpelajar maupun kaum rakyat biasa, dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Kata-kata inilah yang menjadi tulang punggung masyarakat dalam menggunakan bahasa sehari-hari. Kata-kata ini disebut dengan kata populer karena dipakai oleh semua lapisan masyarakat. Kata-kata yang hanya dipahami oleh sebagian kaum terpelajar atau kalangan atas terutama dalam tulisan ilmiah dan susah dipahami oleh masyarakat biasa, maka kata-kata ini disebut dengan kata-kata ilmiah atau kajian.37 Dengan demikian, penulis harus memahami objek sasarannya. Jika objek sasarannya masyarakat terpelajar, penulis dapat menggunakan kata-kata kajian atau ilmiah. Jika objek sasarannya masyarakat umum, kata-kata yang digunakan harus menghindari kata-kata kajian agar dapat dipahami oleh masyarakat umum. Umumnya kata-kata ilmiah atau kata khusus dipergunakan oleh kaum terpelajar berasal dari bahasa asing. Pada pertamanya digunakan dalam bahasa Indonesia maupun adaptasi umnya ciri-ciri asingnya masih tetap dipertahankan. Akan tetapi jika disesuaikan mengikuti struktur bahasa Indonesia asli maka tidak akan terasa lagi ciri bahasa asingnya. “Keraf mengatakan bahwa proses penyesuaian tersebut dikenal sebagai proses adaptasi, baik yang berupa adaptasi morfologi maupun adaptasi Fonologis.38 Perbedaan antara kedua jenis kelompok ini dapat dibambarkan secara sederhana dengan membandingkan pasangan kata-kata sebagai berikut:
37 38
Populer
Kajian
batu
batuan
penduduk
populasi
besar
makro
banyak tuntutan
canggih
isi
volume
bisul
abses
Keraf, Op.cit., h. 105. Ibid., h. 107
21
bunyi
fonem
hasil
produk, prestasi, keluaran
perbedaan
kelainan
cara
metode
sejajar
kesejajaran
bagian
unsur, komponen, suku cadang
berarti
signifikan
tahap
stadium
arang
karbon
berarti
bermakna
sah
sahih
dapat dipercaya
terandalkan.39
Dengan demikian kata-kata ilmiah dan kata-kata populer, setiap pengarang atau penulis ingin menulis sebuah topik tertentu harus menetapkan dengan benar siapakah yang akan menjadi sasaran tulisannya itu. Bila sasarannya itu sebuah kelompok yang terikat oleh sebuah bidang ilmu, ia dapat mempergunakan katakata ilmiah/kajian, tetapi bila sasarannya masyarakat biasa maka kata-kata dipergunakan
kata-kata
populer.
Jika
penulis
atau
pengarang
tidak
mempergunakan hal ini maka komunikasi akan terganggu dan tidak tepat sasaran. 3. Idiom Idiom adalah pola srtuktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis. Dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya, misalnya; seorang asing yang sudah mengetahui makna kata makan dan tangan. Siapa yang berfikir bahwa makan tangan sama artinya dengan kena tinju atau beruntung besar, dan selanjutnya idiom-idiom yang menggunakan kata makan seperti: makan garam, makan hati, dan sebagainya.
39
Sabarti, dkk, Op.cit., h. 88-89.
22
D. Penelitian yang Relevan Setelah dilakukan peninjauan, banyak karya tulis yang membahas diksi, seperti skripsi karya Maidatussalamiyah mahasiswi Universitas Islam Negeri Syrif Hidayatullah Jakarta, yang berjudul “Analisis Kesalahan Diksi dalam Paragraf Deskrifsi Siswa Kelas X Semester Ganjil Di MAN 12 Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011/2012.”40 Maidatussalamiyah melakukan penelitian mengenai kesalahan diksi yang terdapat dalam karangan siswa berdasarkan pada kesalahan diksi. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa kesalahan yang banyak dilakukan dalam paragraf yang ditulis siswa adalah kesalahan yang disebabkan oleh penggunaan kata ciptaan sendiri dan kesalahan penggunaan kata-kata tidak baku yang dapat mempengaruhi pembaca. Selain itu, skripsi karya Novitasari Rahayu mahasiswi Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta, dengan skripsi yang berjudul “Analisis Diksi Pada Bab Nikah Buku Terjemahan Kitab Fat Al-Qarib.”41 Novitasari melakukan penelitian pada tahun 2009, dalam penelitian tersebut, Novitasari ingin mengetahui ketepatan penerjemah memilih diksi yang sesuai dengan bahasa sumbernya. Hasil yang didapat oleh peneliti pada skripsi Novitasari adalah diksi yang digunakan oleh penerjemah belum umum digunakan oleh masyakat umum, sebagian diksi yang dipergunakn adalah penerjemahannya masih menggunakan bahasa sumbernya. Selanjutnya, mahasiswi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Elida Oktapiani Choir yang meneliti diksi pada skripsinya berjudul “Penerapan Diksi pada Paragraf Narasi Siswa Kelas X SMA Al-Hasra Sawangan Depok.”42 Elida melakukan penelitian pada tahun 2011, Elida melakukan penelitian untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menerapkan diksi pada paragraf narasi. Hasil yang diperoleh Elida pada skripsinya adalah masih banyak siswa yang belum tepat dalam menggunakan diksi untuk menulis paragraf narasi, Elida 40
Maidatussalamiyah, “Analisis Kesalahan Diksi dalam Paragraf Deskrifsi Siswa Kelas X Semester Ganjil Di MAN 12 Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011/2012,” (Jakarta: 2012) 41 Novitasari Rahayu, “Analisis Diksi pada Bab Nikah Buku Terjemahan Kitab Fat AlQarib,”(Jakarta: 2009) 42 Elida Octapiani Choir, “Penerapan Diksi pada Karangan Narasi Siswa Kelas X SMA AlHasra Sawangan Depok, “(Jakarta: 2011)
23
menggunakan hasil persentase untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam penerapan diksi. Selanjutnya, mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni Siti Kartini mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia melakukan penjelitian tentang Analisis Penggunaan Diksi Pada Berita Utama Tangsel Pos Sebagai Sumber Belajar Untuk Tingkat SMP. Hasil yang diperoleh Siti Kartini pada skripsinya adalah “Penggunaan Diksi pada Berita Utama Tangsel Pos sebagai Sumber Belajar Siswa Tingkat SMP.43 Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh penulis tidaklah sama dengan apa yang akan dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Penulis lebih memfokuskan penelitian ini dan menekankan penggunaan diksi pada karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang, dan ingin mengetahui apakah masih terdapat penggunaan diksi serta mejadikan penelitian ini sebagai sumber belajar siswa.
43
Siti Kartini, “Analisis Penggunaan Diksi pada Berita Utama Tangsel Pos Sebagaim Sumber Belajar Untuk Tingkat SMP, (Jakarta: 2013).
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode deskripsi kualitatif, sementara teknik yang digunakan adalah teknik studi dokumen. Teknik studi dokumen adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada objek peneliti.1 Data tersebut digunakan untuk mengumpulkan kemampuan siswa dalam membuat karangan narasi dengan menganalisis penggunaan ketepatan diksi. Istilah
desain
sebenarnya
adalah
suatu
proses
perencanaan
yang
berkesinambungan dari suatu reduksi-reduksi tentang ketidak pastian yang diikuti oleh ketidak pastian yang diikuti oleh ketidak pastian baru, dan kemudian diikuti lagi oleh reduksi-reduksi lain yang lebih tidak pasti, sampai akhir nya memunculkan kepastian yang diharapkan.2 Mc Millan & Schumacher berpendapat bahwa penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang ditempat penelitian. Dengan pendekatan kualitatif ini peneliti akan menggambarkan dan menganalisis setiap individu dalam kehidupan dan pemikirannya.3 Sugiono mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif memandang objek sebagai sesuatu yang dinamis, hasil kontruksi pemikiran dan interprestasi terhadap gejala yang diamati, serta utuh karena setiap aspek dari objek itu mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.4 Jadi, menurut Sugiono dalam metode ini sifatnya tidak tetap dan akan berubah sewaktu-waktu.
1
WWW. Studi Dokumen. Com. Mukhtar, Metode Penelitian Deskriptif Kualitataif, (Referensi,GP Press Group: 2013), h. 39. 3 Syamsuddin, Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung; ROSDA, 2011), h. 73. 4 Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.17. 2
24
25
Pada umumnya jangka waktu penelitian kualitatif cukup lama, karena tujuan penelitian kualitatif adalah bersifat penemuan. Bahkan sekedar pembuktian hipotesis seperti dalam penelitian kualitataif. Namun demikian kemungkinan jangka penelitian berlangsung dalam waktu yang pendek, bila telah ditemukan sesuatu dan datanya sudah jenuh. Ibarat mencari provokator, atau mengurai masalah, atau memahami makna, kalau semua itu dapat ditemukan dalam satu minggu, dan telah teruji kredibilitasnya, maka penelitian kualitatif dinyatakan selesai, sehingga tidak memerlukan waktu lama. Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi proses daripada hasil.5 Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitaif karena dalam penelitian ini penulis menganalisis diksi dalam karangan siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Bentuk penelitian ini menganalisis dan mendeskripsikan penggunaan diksi khususnya ketepatan diksi dalam karangan narasi siswa sebagai sumber belajar bahasa Indonesia . Oleh karena itu, penggunaan metode deskriptif kualitatif ini sesuai untuk mengkaji dan menganalisis data secara obyektif derdasarkan fakta nyata yang ditemukan kemudian memaparkan secara deskriptif, dengan cara menganalisis diksi dalam karangan narasi niswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.
B. Data dan Sumber Data Data adalah seluruh informasi empiris dan dokumentatif yang diperoleh di lapangan sebagai pendukung kearah kontruksi ilmu secara ilmiah dan akademis.6 Data yang diperoleh nantinya akan diolah sehingga menjadi informasi baru yang dapat dimanfaatkan oleh pembacanya. Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui analisis diksi dalam karangan siswa.
5
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h.
11. 6
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriftif Kualitatif, (Ciputat: Referensi,2013), h. 99.
26
Sumber data adalah sumber-sumber yang dimungkinkan seorang peneliti mendapatkan sejumlah informasi atau data-data yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian, baik data primer maupun data sekunder.7 Sumber data yang digunakan penulis adalah karangan narasi siswa kelas VIII. Penulis menggunakan karangan narasi siswa karena ingin meneliti diksi yang terdapat dalam karangan siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.
C. Subjek Penelitian Lokasi penelitian dalam skripsi ini adalah MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad yang berjumlah 34 orang, yaitu terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 20 orang siswa perempuan. Alasan peneliti memilih kelas VIII adalah karena siswa di kelas tersebut teridentifikasi masalah rendahnya kemampuan menulis karangan, dan peneliti berupaya untuk mendeskripsikan kemampuan penggunaan diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.
D. Korpus Data Korpus data yang digunakan dalam penelitian ini adalah diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Peneliti menggunakan teks karangan narasi siswa karena dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya bagian kepenulisan dapat menggunakan teks karangan siswa untuk dijadikan sumber pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti menggunakan
karangan narasi siswa untuk melihat penggunaan diksi dalam
karangan siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang apakah diksi yang digunakan sudah tepat atau masih terdapat banyak ketidaktepatan. Peneliti hanya menggunakan 7 (tujuh) teks karangan narasi siswa yang akan dianalisis dalam penelitian ini.
7
Ibid., h. 107.
27
E. Teknik Analisis Data Data pada penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis, data yang diperoleh bisa dari hasil menulis siswa dalam bentuk karangan narasi, sehingga data dapat mudah dipahami dan hasil dari temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data kualitatif bersifat indukstif. Sugiyono mengungkapkan bahwa “data yang diperoleh dikembangkan menjadi hipotesis, jika data yang telah dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi kemudian hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut akan berkembang menjadi sebuah teori baru.”8 Menurut Bogdan dan Biklen,” Analisis data adalah proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan , dan bahanbahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahanbahan tersebut agar dapat dipresentasikan semuanya kepada orang lain.”9 Dalam analisis data ini, peneliti menggunakan teknik studi dokumen.Teknik ini adalah dalam penelitian ini peneliti hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa oleh informannya, sedangkan peneliti tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan yang bahasanya sedang diteliti.10 Proses analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis diksi. Dikatakan analisis diksi karena dalam penelitian ini peneliti menganalisis pemilihan kata yang tepat atau diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Oleh karena itu, penulis mengunakan teknik ini untuk meneliti penggunaan bahasa secara tertulis yakni analisis diksi dalam karangan narasai siswa. Penulis hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa terhadap seseorang yang menulis teks karangan narasi dengan mencatat penggunaan diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.
8
Sugiyono, Op.cit., h. 335 Syamsuddin, Vismaia Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: Rosdakarya: 2011), h. 110. 10 www. Study Documen.Com. 9
28
F. Teknik Pengumpulan Data Peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan teknik studi dokumen, karena data yang digunakan dalam penelitian ini berupa pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek peneliti. Dengan menggunakan teknik studi dokumen peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data, dan menganalisis data yang telah dikumpulkan dengan cara mencatat hasil analisis kemudian akan dideskripsikan sesuai dengan hasil analisis.
G. Langkah Analisis Data Setelah mengumpulkan data berupa teks karangan narasi, selanjutnya adalah analisis data. Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis, berdasarkan hipotesis yang dirumuskan berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak sampai menjadi teori baru.11 Data penelitian dianalisis melalui langkahlangkah sebagai berikut; 1. Peneliti mengklasifikasi bentuk-bentuk bagian ketepatan diksi pada teks karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan Tangerang. 2. Mentranskripsi data bentuk-bentuk penggunaan diksi pada karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad. 3. Mengidentifikasi data penelitian yang berupa teks karangan narasi siswa kelas VIII dengan cara mendeskripsikan bentuk penggunaan diksi tepatnya pada ketepatan penggunaan diksi. 4. Data kemudian dianalisis dan dideskrifsikan. Hasil dari analisis data tersebutakan tergambar bentuk diksi yang termasuk dalam ketepatan diksi. 5. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data.
11
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alvabeta,2013), h. 335.
BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Penggunaan Diksi 1. Diksi dalam Karangan Narasi Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul‟ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Peneliti akan menganalisis penggunaan pada karangan narasi siswa tersebut. Dari hasil analisis akan diperoleh gambaran mengenai diksi pada karangan narasi, berikut analisnya; 2. Ketepatan Diksi a. Kata-kata yang Hampir Bersinonim Berikut ini merupakan penggunaan kata yang hampir bersinonim 1.1.1 Ibuku sibuk membikin kue dan juga makanan-makanan ringan lainya yang nanti dihidangkan kepada sanak saudara, teman ataupun tamu-tamu yang datang kerumahku untuk saling bermaaf-maafkan dan juga menyambung tali silaturahmi. Kata membikin pada kalimat 1.1.1 mempunyai sinonim membuat. sekalipun kata-kata itu tidak memiliki makna yang persis sama, masing-masing memiliki sebagian kesamaan makna. Kesamaanya adalah keduanya terkait dengan “menyiapkan”. Penggunaan kata membikin tidak tepat karena kata tersebut merupakan dialek. 7.1.2 Karena tidak ada umpan, pekerja disana memberi tau saya kalau ikan di Empang itu suka makan daun jadi saya mencobanya. Kata Di Empang pada kalimat 7.1.2 bersinonim di kolam dan di tambak. Kata Di Empang memiliki makna tempat menahan air, di kolam memiliki makna bak tempat air. Kata di tambak memiliki makna di tepi laut untuk memelihara ikan Bandeng. Masing-masing mempunyai kesamaan makna yakni “tempat memelihara ikan”. Namun kata di tambak lebih menekankan dan lebih menyakinkan bahwa benar-benar tempat memelihara ikan.
29
30
12.1.3 Si ayah lalu menuding jari ke arah burung gagak itu sambil bertanya, ”Nak apakah benda itam itu.” Kata menuding pada kalimat 12.1.3 bersinonim menunjuk, sekalipun katakata tersebut tidak memiliki nuansa makna yang sama, namun kata memiliki tujuan makna yang sama yakni “memperlihatkan ke arah” Kata keduanya tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa yang berbeda. Menunjuk memiliki makna memperlihatkan diri, sedangkan menuding memiliki makna memiringkan arah ke bawah. Jadi penulis menggunakan kata menuding dengan tepat. 17.1.4
Kami memang sudah biasa, setiap hari libur tiba selalu berkunjung
ke rumah nenek. Tapi sayang, dua tahun terakhir setiap kami mengunjungi rumah nenek, sosok nenek tidak tanpak, nenek telah di panggil oleh Sang Maha Kuasa, Allah Swt. Kata sosok pada kalimat 17.1.4 memiliki sinonim wujud. Sekalipun katakata itu tidak memiliki nuansa makna yang percis sama, namun kata tersebut memiliki tujuan makna yang sama yakni “ Wajah seseorang”. Kata keduanya tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna yang berbeda. Sosok memiliki makna bentuk dari pada wujud atau rupa. Sedangkan kata wujud memiliki makna dapat dilihat. Penggunaan kata sosok pada kalimat tersebut sudah tepat, karena mrupakan bentuk wajah. 22.1.5 Tiba-tiba terdengar suara gaduh memecahkan kesunyian. Kata gaduh pada kalimat 22.1.5 memiliki sinonim ribut. Sekalipun kata kata tersebut tidak memiliki nuansa makna yang sama yakni “ huru hara”. Kedunya tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna berbeda, gaduh memiliki makna gempar karena perkelahian. Ribut memiliki makna berisik. Kata-kata tersebut memang memiliki makna yang hampir sama , namun kata ribut lebih menekankan
dan
lebih
menyakinkan
bahwa
benar-benar
telah
terjadi
ketidaknyamanan. 26.1.6
Kualunkan kakiku menuju istana ilmu dan akupun duduk di
sekolah singga sana. Kata kualunkan pada kalimat 26.1.6 memiliki sinonim kulangkahkan. Kata keduanya tidak tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna yang berbeda,
31
kualunkan berarti langkah perlahan-lahan, sedangkan kulangkahkan berarti gerakan kaki menuju maju mundur. Meskipun memiliki nuansa makna yang berbeda, keduanya memiliki tujuan yang sama yakni ” mengayunkan kaki untuk berjalan menuju tujuan. 28.1.7 Liburan kemaren paling menarik dalam hidupku adalah ketika ayah mengajak berkunjung kedesa kelahiranya. Kata kemaren pada kalimat 28.1.7 memiliki campur kode kemarin. Kata-kita itu memiliki makna yang percis sama, masing-masing memiliki makna “ setelah hari ini.” Penggunaan kata kemaren pada kalimat tersebut kurang tepat seharusnya kemarin karena kata tersebut merupakan dialek dari daerah betawi. b. Umum Khusus Berikut ini merupakan penggunaan kata yang bermakna umum khusus. 2.2.1 Beberapa hari sebelum memasuki hari raya Idul Fitri, kelusrgaku sangat sibuk menyampaikan kedatangannya dengan bermacam-macam kegiatan. Penggunaan kata Idul Fitri pada kalimat 2.2.1 sudah tepat, karena penulis memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa idul Fitri mengacu pada objek yang khusus, yaitu hari raya umat islam, sehingga pembaca mudah mengerti yang dimaksud penulis. 8.2.2 Pada tanggal 2 Maret 2014, kami sekeluarga pergi ke sawah kakek yang ada di Bugel Tigaraksa. Kata Bugel Tigaraksa merupakan kata khusus yang tidak akan menimbulkan salah interpretasi pada pembaca. Penulis telah memberikan penjelasan yang khusus pada pembaca sehingga pembaca mudah mengerti maksud yang ingin disampaikan oleh penulis. Kata Bugel Tigaraksa pada kalimat 8.2.2 sudah tepat. 13.2.3
Kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta saat libur tiba akan
menghabiskan waktu liburnya ke kota, meninggalkan semua aktivitas kota yang padat. Kata aktivitas pada kalimat 13.2.3 merupakan yang sifatnya umum, karena kata aktivitas masih memiliki cakupan sejumlah kata yang lebih khusus seperti: aktivitas harian, aktivitas mahasiswa, aktivitas keluarga dan sebagainya yang
32
sifatnya kegiatan. Namun demikian, kata aktivitas pada kalimat 13.2.3 yang digunakannpenulis telah menjelaskan bahwa aktivitas yang akan digunakan untuk kegiatan liburan ke Jakarta. 18.2.4
Ada seorang pemuda sedang duduk dengan tatapan kosong
mengarah kehamparan air telaga. Seperti yang dikemukakan di atas bahwa kata tatapan merupakan kata umum yang dapat membingungkan pembaca. Namun pada kalimat 18.2.4 kata tatapan kosong merupakan kata khusus yang digunakan penulis belum tepat, seharusnya tatapan mata yang kosong. Sehingga pembaca tidak keliru apa yang dimaksud penulis. 23.2.5
Suhu udara sangat dingin, dengan rasa tegang ku guyurkan segayung air ke tubuhku setelah itu berangkat ke sekolah.
Kata suhu pada kalimat 23.2.5 merupakan kata umum. Sebagai kata umum suhu dapat mencakup pada sejumlah kata yang khusus
seperti yang telah
dijabarkan pada kalimat tersebut yakni dapat berupa suhu ruangan, suhu badan, suhu iklim dan sebagainya. Penggunaan kata suhu pada kalimat 23.2.5 sudah tepat karena penulis sebelumnya telah menjelaskan bahwa suhu atau cuaca disekitar itu hawanya dingin, sehingga tidak menimbulkan salah paham oleh pembaca. 27.2.6
Liburan ke marin yang paling menarik dalam hidupku, bapak akan mengajak berkunjung ke desa kelahirannya.
Kata bekunjung pada kalimat 27.2.6 merupakan kata khusus. Penulis dengan rinci memberitahukan pembaca bahwa berkunjung itu mendatangi. Kata berkunjung yang digunakan pada kalimat 27.2.6 sudah tepat karena mengacu pada objek, sehingga tidak akan menimbulkan salah interpretasi pada pembaca. 29.2.7
Hari demii hari aku menunggu surat balasan dari nenek, sebulan kemudian surat balasan dari nenek itu datang.
Kata surat balasan pada kalimat 29.2.7 merupakan kata khusus, kata surat balasan pada kalimat teersebut tidak akan menimbulkan salah interpretasi kepada pembacanya. Penulis telah memberitahukan dengan spesifik mungkin mengenai surat yang di maksud, yaitu balasan dari nenek yang ditunggu.
33
c. Denotasi dan Konotasi Berikut ini merupakan penggunaan kata yang bermakna denotasi konotasi. 3.3.1 Tak terasa sudah hampir sebulan penuh kita berpuasa. Frasa hampir sebulan pada kalimat di atas dimasukan kedalam golongan kata yang bermakna konotatif, karena kata hampir sebulan pada kalimat diatas memiliki makna abstrak. Frasa hampir setahun tidak menjelaskan dengan jelas sebeberapa hari puasa telah dilasanakan,sehingga pembaca dengan bebas menginterprestasikan makna dari kata tersebut. Penggunaan pada kata tersebut sudah tepat karena umumnya pembaca setidaknya mengetahui bahwa makna dari hampir sebulan adalah dua puluh lima hari dan akan selesai sebulan. 9.3.2
Pada tanggal 2 maret 2014, kami sekeluarga pergi ke sawah kakek yang ada di Bugel Tiga Raksa.
Pada kata 2 Maret 2014, merupakan golongan kata denotatif karena maknanya sudah jelas di ketahui, yakni hari minggu 2 maret 2014. Dengan demikian pembaca tidak lagi menginterpretasikan tanggal berapa kami sekeluarga pergi ke sawah kakek. Jadi penulis sudah tepat dalam menggunakan kata tersebut. 14.3.3 Kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta saat libur tiba akan menghabiskan waktu liburnya ke luar kota, meninggalkan semua aktivitas ibu kota yang padat. Kata aktivitas pada kalimat 14.3.3 merupakan kata konotatif. Makna sebenarnya dari kata aktivitas adalah kesibukan. Kata aktivitas merupakan penggunaan makna konotatif yang yang bernilai rasa baik. Penggunaan kata yang bermakna konotatif ini sudah tepat karena penulis hanya hanya ingin menggunakan kata dengan nilai rasa lebih baik dan variasi saja. 19.3.4 Ada seorang pemuda sedang duduk tatapan kosong mengarah kehamparan telaga. Frase tatapan kosong pada kalimat 19.3.4 merupakan golongan konotatif. Tatapan kosong dalam pemahamannya masih belum jelas diberitahukan, maka akan menimbulkan interpretasi lain dari pembaca. Denotasi dari tatapan kosong dapat diganti dengan kata bengong, sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi yang salah pada pembaca.
34
24.3.5 Ku alunkan kaki ku menuju istana ilmu dan aku pun duduk di sekolah singgasana, hari pertama masuk sekolah yang dimana sekarang aku sudah kelas 8 SMP. Frase singgasana dimasukan ke dalam golongan kata yang bermakna konotatif, karena kata singgasana pada kalimat diatas memiliki makna abstrak. Frase singgasana memiliki makna kursi raja atau tahta. Penggunaan kata konotatif tersebut sudah tepat karena umumnya pembaca setidaknya mengetahui makna dari singgasana tersebut. 28.3.6 Wuwu itu alat tradisional yang terbuat dari anyaman bambu. Kata alat tradisional pada kalimat tersebut merupakan kata yang memiliki makna denotasi karena maknanya sudah jelas di ketahui pembaca. Kata alat tradisional masuk dalam denotatif karena konsepnya sudah jelas tidak perlu di jelaskan kembali oleh penulis. Kata denotataif yang digunakan penulis sudah tepat. 30.3.7 Ibu pun terdiam mendengar aku bercerita tentang tanaman jagung itu yang rusak di makan tikus. Kata terdiam pada kalimat 30.3.7 merupakan kata yang bermakna konotatif. Kata terdiam dalam kalimat ini mengandung atri membisu. Kata tersebut dapat menimbulkan interpretasi lain pada pembaca, karena kata tersebut memiliki arti lain yakni tidak bersuara, tidak bergerak dan sebagainya. Jadi kata terdiam pada kalimat itu kurang tepat seharusnya membisu. d. Ungkapan Idiomatik 4.4.1 Ibuku sibuk membikin kue dan juga makanan-makanan ringan lainya yang nanti dihidangkan kepada sanak saudara, teman atau pun tamu-tamu yang datang kerumahku untuk saling bermaaf-maafkan dan juga menyambung talsilaturahmi. Ungkapan idiomatik dan juga........atau pun merupakan penggunaan yang salah. Bentuk idiomatik yang benar adalah dan.... atau. Dan juga.....atau pun bukan ungkapan idiom, tetapi memiliki idiom karena kata tersebut merupakan
35
pasangan tetap yang dapat menciptakan ungkapan idiom. Jadi, penggunaan dan juga.....atau pun pada kalimat diatas tidak tetap. 10.4.2 Awalnya rencana berlibur kali ini direncanakan oleh kakek saya, yang ingin berlibur disekitar daerah ini saja sebab selain biaya murah di daerah ini juga masih banyak tempat-tempat indah lainnya. Ungkapan idiomatik yang....sebab merupakan penggunaan kata yang benar , karena kedua kata tersebut merupakan pasangan tetap yang dapat menciptakan unkapan idiom yang....sebab sudah tepat. 15.4.3
Walau sepanjang jalan yang kami tadi malam tergenang air masih
menyisakan sampah yang terbawa oleh arus air. Ungkapan idiomatik walau....yang merupakan penggunaan yang salah. Bentuk yang benar adalah meskipun.....yang. meskipun ....yang berperilaku idiom karena kedua kata tersebut merupakan pasangan tetap yang dapat mrnciptakan ungkapan idiom. Jadi penggunaan idiom meskipun.....yang tidak tepat e. Kelangsungan Pilihan Kata 5.5.1 Suara-suara orang yang sedang melafadkan ayat-ayat suci alquran pada mesjid-mesjid terdekat rumahku. Kata suara, kata ayat dan kata mesjid pada kalimat 5.5.1 tidak tetap digunakan. Seharusnya kata-kata tersebut tidak usah di gunakan kembali, karena merupakan pemborosan kata, bahkan menimbulkan nilai rasa yang rendah. Kalimat yang benar seharusnya “Suara yang sedang melafadzkan ayat suci Alquran pada mesjid terdekat rumahku. 15.5.3 Tetapi tidak mengajukan anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama, kali ini si anak benar-benar hilang kesabaran dan menjadi marah. Kata si anak benar-benar pada kalimat 15.5.3 tidak tepat digunakan. Seharusnya
kata anak benar-benar tidak usah digunakan kembali, karena
pemborosan kata, bahkan menimbulkan nilai rasa rendah. Kalimat yang benar seharusnya “Tetapi tidak mengajukan anak, karena ayah sekali lag membuka
36
mukut hanya untuk bertanya hal yang sama, kali ini dia benar hilang kesabarannya dan menjdi marah. .
20.4.5 Saat sampai, aku dan keluargaku disambut oleh saudara-saudaraku
yang telah dahulu sampai. Kata saat sampai pada kalimat 20.4.5 tidak tepat digunakan. Kata tersebut digunakan sebagai kata depan untuk menandai perawalan makna. Kata yang tepat digunakan adalah setelah tiba, karena penggunaannya sebagai kata depan untuk menandai perawalan makna. Jadi kata saat samapi yang digunakan adalah tidak tepat, sehingga menjadi “Setelah tiba,aku dn keluargaku disambut oleh saudarasaudaraku yang telah dahuku sampai .” 25.4.5 Tiba di sana terdengar suara gaduh memecahkan kesunyian. Kata tiba pada kalimat di atas tidak tepat digunakan sebagai kata depan. Kata depan yang tepat digunakan adalah sesampainya, karena penggunaannya sebagai kata depan untuk mengawali dalam kalimat. Jika kata depan tidak digunakan adalah sesampainya di sana terdengar suara gaduh memecahkan kesunyian. 27.4.6 Kualunkan kakiku menuju istana ilmu dan akupun duduk di sekolah singgasana. Kata kualunkan pada kalimat resebut di atas merupakan kata depan yang kurang tepat digunakan. Kata depan yang tepat di gunakan adalah kulangkahkan. Kata sekolah pada kalimat tersebut seharusnya di hilangkan karena tidak tepat penggunaannya sehingga menjadi kulangkahkan kaki menuju istana ilmu dan akupun duduk di singgsana. 31.4.7 Dan kamipun menaiki bus untuk pulang. Kata dan pada kalimat 31.4.7 tidak dapat di gunakan sebagai kata penghubung untuk menandai kelanjutan makn.Kata dan yang tepat digunakan adalah kemudian, karena penggunaanya sebagai kata penghubung untuk menandai yang kelanjutannya. Sehingga menjadi kemudian kaipun menaiki bus untuk pulang.
37
f. Penggunaan Kata Indria 6.6.1 Di dalam daput terdengar suara teriakan ibu yang beberapa kali memanggil namaku, akupun langsung menghampiri. Kata teriakan pada kalimat 6.6.1 merupakan kata yang termasuk diksi indria pendengaran, karena dapat ditangani oleh telinga yang dapat menangkap atau menerima tanggapan yang berupa suara atau bunyi keras. Kata di atas berarti berbicara keras, berteriak sehingga suaranya keras kedengaran. Tetapai dalam penggunaannya sering kali terjadi bahwa hubungan antara satu indria dengan yang lainnya sangat rapat, sehingga kata yang sebenarnya hanya di kenakan pada satu indria biasa digunakan oleh indria yang lain yang disebut juga gejala sinestisia 11.5.2 Rasa singkong ini enak sekali dan baru pertama kali ini aku mencoba makan singkong bakar. Kata enak sekali pada kalimat 11.5.2 merupakan kata yang termasuk indria perasa yang dterima oleh indria lidah yang dapat merasakan atau menerima rasa yang berupa nikmat atau lejat sekali. Pada data di atas berarti rasa singkong tersebut rasanya nikmat sekali. 16.6.3. Awalnya keadaan di kamar menyenangkan, tapi setelah adik dan keponakan laki-laki masuk ke dalam kamar keadaan menjadi ramai dan rusuh, kakak sepupuku mengusir adik dan keponakan tapi mereka tidak mau keluar. Kata ramai dan rusuh pada kalimat 10.3 merupakan kata termasuk diksi indria pedengaran, karena dapat ditangani oleh telinga yang dapat menangkap atau menerima tanggapan tidak sunyi. Pada kata diatas berarti suasana yang begitu berisik sehingga suaranya dapat memecahkan telinga. 21.5.6 Tiba-tiba terdengar suara sengau memecah suara kesunyian. Kata sengau pada kalimat 21.5.6 merupakan termasuk kata indria pendengaran, karena dapat ditangani oleh telinga yang dapat mensngkap atau menerima tanggapan yang berupa suara melalui hidung. Sengau pada kata diatas berarti berbicara agak serak kurang jelas terdengar. 20.5.5 Apalagi kalau bukan ke sekolah suhu udara sangat dingin dengan rasa tegang aku menumpahkan segayung air ke tubuhku.
38
Kata sangat dingin pada kalimat diatas merupakan tanggapan yang harus di terima oleh indria peraba, karena dapat ditangani oleh indria kulit. Sangat dingin pada kalimat diatas berarti terlebih-lebih dingin. Sangat dingin sehingga suhu udara tidak panas. Tetapi dalam penggunaannya sering kali terjadi bahwa hubungan antara satu indria dengan yang lainya sangat rapat. Sehingga kata yang sebenarnya hanya di kenakan pada satu indria yang lain. g. Membedakan Kata yang Mirip Ejaannya Peneliti tidak menemukan kata yang mirip ejaannya dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul‟ Ibaad mekarbakti Panongan, Tangerang. h. Kata-kata Ciptaan Sendiri Peneliti tidak menemukan kata yang mengalami perubahan makna kata yang terdapat dalam teks karangan narasi siswa kelas VIII MTs. Fathul „Ibaad Mekarbakti Panongan Tangerang i. Akhiran Asing Peneliti tidak menemukan kata yang mengalami kata-kata asing yang terdapat pada karangan narasi siswa, yang digunakan sebagai sumber belajar siswa. J. Perubahan Makna Kata yang Sudah Dikenal Peneliti tidak menemukan kata yang mengalami perubahan makna kata yang terdapat pada karangan narasi siswa kelas VIII MTs. Fathul „Ibaad Mekarbakti Panopngan Tangerang. B. Hasil Analisis dan Interpretasi Data 1. Penggunaan kata bersinonim 7 x 100% = 20% 35 2. Penggunaan kata umum dan khusus 7 x 100% = 20% 35 3. Penggunaan kata denotasi dan konotasi
39
7 x 100% = 20% 35 4. Penggunaan kata indria 5 x 100% = 14,2% 35 5. Penggunaan kata Idiom 3 x 100% = 8,6% 35 6. Kelangsungan pilihan kata 6 x 100% = 17,1% 37 Penggunaan kata yang mirip ejaan dari data yang terdapat pada karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul‟ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang, tidak ditemukan ketidaktepatannya. Dengan demikian, dapat dilihat jika penggunaan diksi pada karangan narasi siswa kelas VIII pada MTs Fathul‟ Ibaad Mekarbakti, Tangerang
terdapat
sebagian ketidaktepatan penggunaan diksi, karena dari 35 data hanya terdapat 8 data yang tidak tepat digunakan. Selain itu penggunaan bahasa yang digunakan pada karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul‟ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang memiliki karakter bahasa yang cukup ringan, sehingga karangan siswa dapat dijadikan sumber belajar bagi siswa untuk memulai keterampilan siswa. 1. Teks Karangan Siswa sebagai Sumber Belajar Berjalannya perkembangan ilmu pengetahuan, bahan ajar yang digunakan akan semakin bervariasi. Seiring berkembangnya sistem pengajaran, maka tenaga pengajar dituntut untuk lebih berinovasi dalam memilih bahan pelaajaran. Bentukbentuk sumber belajar semakin mudah di dapat. Baik yang berupa teks maupun yang berupa non teks. Bentuk-bentuk teks sendiri saat ini sangat mudah diperoleh, baik yang sudah dirancang untuk materi pembelajaran, maupun teks yang sudah tersedia dan bisa dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pengajaran.
40
Sumber belajar digunakan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa. Bentuk sumber belajar seperti apapun dapat digunakan, selagi dapat memberikan mutu dan kwalitas pembelajaran siswa menjadi lebih baik proses pembelajaran, tapi lain itu banyak pula dalam bentuk teks lain yang dapat digunakan sebagai sumber belajar atau bahan ajar, salah satunya yakni karangan siswa. Pemanfatan ini tentunya dengan melihat dan memperhatikan kreteria yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Salah satu yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar adalah karangan narasi siswa. Karangan siswa tidak disajikan dengan begitu saja, melainkan melalui pertimbangan baik dari segi isi maupun dari segi penulisannya. Pemanfaatan karangan siswa sebagai sumber belajar khususnya pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah, dapat di katakan sebagai alternatif inovasi pembelajaran ditengah perkembangan pengetahuan. Pemanfaatan ini akan membantu menerapkan tuntutan berbagai aspek keterampilan berbicara dan keterampilan menulis. Dengan pemilihan dan pengaplikasian yang tepat, maka hal tersebut tidak menutup kemungkinan dapat memberikan dampak positif terhadap hasil belajar, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia. 2. Kelebihan Karangan Siswa sebagai Sumber Belajar Bahasa Indonesia Seperti yang telah dijelaskan, bahwa seiring dengan perkembangan zaman seorang pengajar dituntut untuk lebih cermat dalam memilih sumber belajar yang digunakan. Sebagai sumber belajar yang tidak dikemas untuk bahan ajar siswa, karangan siswa dapt memberikan sedikit banyaknya keterampilan siswa dalam menulis. Siswa dapat ikut berlatih dalam menulis sebuah karangan dengan menggunakan susunan kata dan kalimat dengan benar, khusnya dalam penggunaan diksi, selain itu, siswa dapat memanfatkan variasi kosa kata yang dikuasai. Sebagai sumber belajar yang mudah didapat, karangan siswa bersifat ekonomis, praktis dan fleksibel. Selain itu didalamnya terdapat pulantatanan kebahasaan yang dapat dipelajari.
41
Dilihat dari segi bahasa dan penulisannya, berdasarkan analisis struktur bahasa pada karangan siswa, khususnya dalam penggunaan diksi karangan narasi termasuk teks yang tidak terlalu buruk bahkan ada yang baik untuk pembelajaran awal bagi keterampilan siswa. 3. Kekurangan Pemilihan Karangan Siswa sebagai Sumber Belajar Bahasa Indonesia Selain keuntungan yang didapat dalam karangan siswa sebagai sumber belajar, juga terdapat kekurangannya. Dari segi penyajian, karangan siswa kurang menarik dan sedikit membosankan bagi siswa. Dilihat dari segi penggunaan pemilihan kata atau diksi, karangan siswa masih terdapat bentuk-bentuk yang kurang tepat, meskipun sebagian besar besar sudah tepat penggunaannya, namun masih terdapat ketidaktepatan dalam penggunaannya. Kekurangan yang lain, yaitu penggunaan ungkapan idiom terlihat belum menguasai penggunaan kata penghubungnya, karena data yang ditemukan belum ada yang benar. Selain itu, kosa kata yang digunakan belum bervariasi, sehingga siswa ketika mempelajarinya hanya akan mendapat sedikit kosa kata baru. Istilah asingpun masih sering dijumpai dalam penulisannya, meskipun dalam penggunaannya untuk siswa. Seringnya digunakan istilah asing dalam karangan siswa berdampak dan berpengaruh pada kurangnya tingkat pemahaman terhadap istilah-istilah yang dijumpai, hingga pesan yang disampaikan pun akan terhambat. Selain itu, seringnya penggunaan istilah asing akan mengakibatkan pergeseran istilah atau kata asli bahasa Indonesia. 4. Implikasi Penggunaan Diksi sebagai Sumber Belajar Siswa Analisis diksi sebenarnya bukanlah hal baru dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam belajar bahasa dan sastra Indonesia. Sumber belajar digunakan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa. Bentuk sumber belajar seperti apapun dapat digunakan, selagi dapat memberikan mutu dan kualitas pembelajaran siswa menjadi lebih baik. Sumber belajar cetak dalam bentuk buku teks memang telah dirancang untuk proses pembelajaran, tapi selain itu banyak pula bentuk buku teks lain yang dapat digunakan sebagai sumber belajar atau
42
bahan ajar, salah satunya yakni karangan siswa. Pemanfaatan ini tentunya dengan melihat dan memperhatikan kriteria yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Salah satu bentuk teks yang sering dijumpai setiap hari adalah karangan siswa. Sumber belajar dalam bentuk karangan siswa ini merupakan salah satu sumber belajar yang murah dan efesien, karena selain mudah ditemukan juga dapat di jadikan untuk pembelajaran siswa. Dengan menggunakan karangan siswa ini, guru dapat memberi tugas untuk mencari penggunaan kata yang kurang tepat dan memperbaikinya. Penulis berharap dengan karangan siswa sebagai sumber belajar mengajar dapat meningkatkan antusias siswa untuk mengetahui hal apa saja yang akan di temukan dalam analisis diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul‟ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Selain itu, manfaat lain yang diperoleh siswa adalah secara tidak langsung siswa telah melakukan analisis secara mendalam dan menambah ilmu bagi siswa yang jarang dilakukan dalam pembelajaran pada sekolah tingkat MTs. Juga dapat menjadi innovasi dan penyegaran dalamm pembelajaran, agar tidak menimbulkan kesan jenuh karena monoton dalam penggunaan sumber belajar. .
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data pada karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Dapat diperoleh simpulan bahwa penggunaan diksi dalam karangan narasi yang disebutkan siswa sudah baik. Pernyataan tersebut dapat dilihat dari kecilnnya angka persentase ketidaktepatan yang dilakukan siswa pada penulisan karangan.
B. Saran-Saran Penelitian yang dilakukan peneliti dalam karya tulis ini, meneliti tentang analisis diksi dalam karangan siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang sebagai sumber belajar dari kesalahan diksi. Peneliti menyampaikan saran agar dapat diterima untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan di dalam bahasa Indonesia. Saran yang diberikan peneliti sebagai berikut; 1. Para guru bidang studi bahasa Indonesia, pada saat mengajarkan materi menulis atau mengarang hendaknya menjelaskan mengenai pesan yang terkandung dalam teks karangan agar siswa yang kesulitan menangkap isi pesan yang terkandung dalam karangan, dapat mengerti maksud dari pesan yang di sampaikan. 2. Untuk para guru hendaknya lebih inovatif lagi menggunakan sumber belajar, agar siswa mendapat materi yang lebih menarik hingga tidak membosankan dan lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran. Harapan yang ingin dicapai tentunya agar siswa mendapat peningkatan hasil belajar. 3. Penelit merekomendasikan kepada pengajar, jika ingin menggunakan sunber belajar untuk keterampilan siswa, hendaknya menggunakan sumber belajar yang ringan terlebih dahulu untuk perkenalan awal. Karena
43
44
karangan narasi siswa salah satu bahan ajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran, karena gaya bahasa yang digunakan masih cukup ringan untuk siswa.
45
DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, Sabarti dkk. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2012. Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Presindo. 2010. Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. 2012. Damaianti, S. Vismaia dan Syamsudin AR. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2011 Gani, A. Ramlan dan Mahmudah Fitriyah Z.A. Disiplin Berbahasa Indonesia. Ciputat : FITK PRESS. 2011. Guntur, Henry Tarigan. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 2008. _____, Henry Tarigan dan Djago Tarigan. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 2011. Indrawan, Kamus lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Lintas Media Keraf, Gorys. Komposisi. Ende: Nusa Indah. 2004. ____, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Utama. 2010. Mahsun, Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Rajawali Pers. 2012. Marahimin, Ismail. Menulis Secara Populer. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya. 1994. Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Ciputat: Referensi. 2013. Moleong, J Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.2014. Ramlan, Sintaksis. Yoyakarta: CV. Karyono. 2005 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2013 Suwarna, Dadan. Cerdas Berbahasa Indonesia. Ciputat: Jelajah Nusa. 2012. www. Studi Dokumen.com.
Lampiran-lampiran
No
: 1
Nama : Anzela Zakiyayatul Ulya Judul : Suka Cita Menyambut Idul Fitri Kutipan: Tak terasa sudah hampir sebulan penuh kita berpuasa. Beberapa hari sebelum memasuki hari Raya Idul Fitri, keluargaku sangat sibuk mepersiapkan kedatangannya dengan bermacam macam kegiatan. Ibuku sibuk membikin kue dan juga makanan-makanan ringan lainnya yang nanti akan di hidangkan kepada sanak saudara, teman ataupun tamu-tamu yang datang kerumahku untuk saling bermaaf-maafkan dan juga menyambung tali silaturahmi. Hasil Analisis: Tak terasa sudah hampir sebulan penuh kita berpuasa. Beberapa hari sebelum memasuki hari Raya Idul Fitri, keluargaku sangat sibuk mepersiapkan kedatangannya dengan bermacam macam kegiatan. Ibuku sibuk membuat kue dan juga makanan ringan lainya yang nanti dihidangkan kepada sanak saudara, teman ataupun tamu yang datang kerumahku untuk saling bermaafkan dan menyambung tali silaturahmi. Kalimat tersebut tidak benar kata membikin seharusnya membuat. Kutipan: Ayahku sibuk mengecet semua tembok seisi rumah dengan paduan warna yang indah. Sedangkan aku dan kakak ku Refa, membantu merapihkan juga memindahkan barang-barang seisi rumah. Hasil Analisis: Baik dari Paragraf, kalimat maupun kata dalam penggunaan diksi sudah tepat. Kutipan: Di dalam dapur terdengar suara teriakan ibu yang beberapa kali memanggil namaku, akupun langsung menghampirinya. Ternyata, Ibu meminta bantuanku untuk menunggu kue nya matang. Hasil Analisis: Di dalam dapur terdengar suara teriakan ibu beberapa kali memanggil namaku, sayapun langsung menghampiri, ternyata beliau meminta bantuan untuk menunggu kue yang telah masak.
Kata yang tidak tepat bila digunakan setelah kata ibu. Kata ibu juga belum tepat seharusnya kata beliau. Kutipan: Beberapa menit kemudian, kue ibupun akhirnya matang. Akupun langsung memindahkannya ke tempat kue ibu dan aku langsung bergegas untuk melanjutkan pekerjaanku yang tadi sempat kutinggalkan setelah membantu ibu. Akhirnya, hanya tinggal sisa satu barang yang belum aku dan kakak pindahkan. Hasil Analisis: Berapa menit kemudian kue itupun akhirnya masak. Saya langsung memindahkan ketempat kue itu, beliau langsung cepat untuk melanjutkan pekerjaan yang tadi sempat ditinggalkan. Akhirnya hanya sisa satu barang yang belum saya pindahkan. Dari kata mateng diksi yang digunakan tidak tepat, begitu juga dalan kata bergegas diksi yang digunakan kurang tepat seharusnya cepat.
Kutipan: Setelah semua pekerjaanku selesai, Akupun langsung bergegas masuk kamar mandi untuk membersihkan badanku yang sudah sanget lengket dengan keringat ini. Waktupun sangat cepat berlalu, jam kini menunjukan pukul 17.30 WIB, Itu artinya tinggal 30 menit lagi waktunya untuk berbuka puasa sambil menunggu suara adzan magrib itu terdengar. Aku pun mengisi waktu kosong ku dengan menonton salah satu acara televisi dan dan juga sambil mengumpulkan tenagaku sejenak yang tadi sudah hampir terpakai semuanya. Hasil Analisis: Setelah semua pekerjaan selesai, saya langsung cepat masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan badan yang lengket dengan keringat. Waktu sangat cepat berlalu kini telah menunjukan pukul 17.30 WIB, artinya tinggal 30 menit lagi waktunya berbuka puasa. Sambil menunggu suara adzan magrib terdengar, saya mengisi waktu luang dengan menonton salah satu acara televisi sambil mengumpulkan tenaga yang tadi hampir terkuras semua. Hampir semua diksi dalam paragraf resebut adalah tepat, namun ada salah satu kata berbegas tidak tepat . Jadi seharusnya diganti dengan kata cepat.
Kutipan: Du,.. Dug.. Dug.. Allahu akbar Allahu akbar.. Waktu berbuka pun telah tiba, kamipun berkumpul di ruang makan sambil menikmati hidangan makanan, minuman dan buah-buahan segar lainnya yang sejak tadi sudah di siapkan oleh ibu. Setelah selesai berbuka puasa. Ayah, ibu, kakak dan aku bergegas untuk bersiap-siap melaksanakan shalat magrib berjamaah dirumah kami tercinta. Hasil Analisis ; Dug,...dug,... dug,...”Allahu Akbar, Allahu Akbar”. Waktu berbuka puasa telah tiba, kamipun berkumpul di ruang makan sambil menikmati hidangan makanan dan minuman serta buah segar lainya yang sejak tadi disiapkan disiapkan oleh ibu. Setelah selesaiu berbuka puasa, kami lekas untuk melaksanakan shalat magrib berjamaah di rumah. Pada kalimat pertama penggunaan huruf kapital tidak harus semua, kata akbar seharusnya Akbar. Dalam paragraf ini kata penghubung dan pengganti tanda
koma (,) kata
penghubung serta Pengganti dari kata penghubung dan. Kutipan: Setelah selesai, kami pun langsung menuju mesjid untuk melaksanakan shalat tarawih berjamaah. Setelah rakaat terakhir selesai, imam pun langsung memberi ceramah dan meminta maaf atas semua kesalahannya kepada seluruh jama‟ah. Hasil Analisis: Setelah selesai kami langsung menuju ke mesjid untuk melaksanakan shalat tarawih berjamaah. Setelah selesai rakaat terakhir imam memberi ceramah dan sekaligus minta maaf atas semua kesalahannya kepada seluruh jamaah. Pada kalimat ini ada salah satu kata salah penempatannya tidak tepat yaitu kata selesai Seharusnya di awal kata rakaat dan kata akhiran pun tidak harus digunakan pada kata imam.Pada kata jamaah tidak perlu menggunakan tanda kutip(„).
Kutipan: Dan seperti biasanya, kamipun melaksanakan sahur pada tengah malam, terdengar Suara-suara orang yang sedang melafadzkan ayat-ayat suci alqur‟an pada mesjid-mesjid terdekat dari rumahku. Setelah semunya selesai makan sahur,aku dan ibupun langsung membereskan dan mencuci semua piring dan gelas yang kotor. Sebelum adzan subuh terdenar, biasanya keluarga kami mengisinya dengan membaca alqur‟an. Ketika baru beberapa juz kami dapatkan azan subuh pun terdengar. Hasil Analisis: Dan seeperti biasanya kami melaksanakan sahur pada tengah malam, ketika itu terdengar suara orang membacakan ayat suci alquran di mesjid-mesjid yang terdekat dari rumahku. Setelah semuanya selesai makan sahur, kami langsung membereskan dan mencuci semua piring dan gelas yang kotor. Sebelum adzan subuh berkumandang , biasanya keluarga kami mengisinya dengan membaca alquran. Ketika baru beberapa juz kami dapatkan adzan subuh pun terdengar. Pada kalimat pertama setelah tanda koma (,) kata yang tepat untuk digunakan yaitu kata ketika itu dan kata melafadzkan penggunaannya tidak tepat seharusnya membacakan. Kata alquran seharusnya tidak menggunakan tanda kutip, kata pada mesjid tidak tapat seharusnya di. Pada kalimat berikutnya kata aku dan ibupun kurang tepat penggunaannya seharunya kami. Kata terdengar tidak tepat seharusnya berkumandang,kata azan tepatnya adalah adzan.
Kutipan: Pagi hari, ketika aku masih tertidur, terdengar ketukan pintu kamarku. Setelah ku buka dengan mata yang masih sangat ngantuk, aku melihat seorang wanita tinggi berbaju biru yang sangat tak asing lagi bagiku. Ternyata itu adalah ibuku, kali ini ia memintaku untuk menyapu dan membersihkan semua debu kamarku. Akupun tak bisa menolaknya. Hasil Analisis: Pagi hari ketika saya masih tertidur
terdengar ketukan pintu kamar,
kemudian saya buka dengan mata yang masih ngantuk, saya melihat seorang wanita tinggi berbaju biru yang sangat tak tak asing lagi bagi saya. Ternyata itu
adalah ibu, kali ini beliau menyuruh menyapu dan membersihkan semua debu dalam kamarku. Saya tak bisa menolaknya. Pada kata kamarku tidak tepat untuk digunakan. Kata setelah diganti dengan kata kemudian dan kata sangat seharusnya dihilangkan, pada kata aku diganti dengan saya. Pada kalimat ia memintaku tidak tepat maka harus diganti dengan beliau menyuruhku. Pada kalimat debu kamarku harus ditambah dengan debu dalam kamarku.
Kutipan: Tidak terasa, pekerjaanku selesai begitu cepat. Mataharipun sedikit demi sedikit menenggelamkan cahayanya. Akupun langsung bergegas untuk membersihkan tubuhku seperti biasa, puasa yang terakhir ini terasa sangat melelahkan tubuhku. Mungkin aku terlalu bersemangat melakukan semua pekerjaan tadi. Hasil Analisis: Tidak terasa begitu cepat pekerjaan, matahari sedikit demi sedikit menenggelamkan cahayanya. Saya langsung cepat untuk membersihkan tubuh seperti biasanya. Pada bulan puasa yang terakhir ini terasa sangat melelahkan tubuhku, mungkin karena terlalu bersemangat melakukan semua pekerjaan tadi. Dari kata bergegas kurang tepat, maka diganti dengan kata cepat. Pada kalimat seperti biasanya pada puasa terakhir tidak tepat seharusnya pada bulan puasa yang terakhir. Kutipan: Sementara itu, di luar rumahku terdengar suara-suara kembang api dan juga suara takbir yang dikumandangkan di setiap mesjid untuk memperingati ataupun meramaikan suasana datangnya Idul Fitri. Hasil Analisis: Sementara itu, diluar rumahku terdengar suara kembang api dan gema takbir yang dikumandangkan di setiap mesjid untuk meramaikan datangnya Idul Fitri. Pada kalimat tersebut diksi yang digunakan sudah tepat. Banyak sekali orang yang sangat antusias dengan datangnya Idul Fitri, semua orang bergembira dan akupun ikut merasakan kegembiraan itu.
Banyak sekali orang yang antusias dengan datangnya Idul Fitri, semua orang dapat bergembira dan saya juga dapat merasakan kegembiraan itu. Hasil analisi pada kalimat tersebu diksi yang digunakan sudah tepat. Kutipan: Malam hari sebelum menjelang idul Fitri keluargaku biasa meramaikannya dengan makan bersama keluarga dan memeriahkannya kembang api yang sangat indah. Malam semakin gelap, Itu tandanya sebentar lagi akan memasuki Idul Fitri. Tapi mataku tak tahan lagi di buka. Akhirnya akupun memutuskan untuk tidur dan mempersiapkan diri untuk besok shalat ID juga berkunjung kepada saudara-saudaraku. Hasil Analisis: Malam sebelum menjelang Idul Fitri keluargaku biasanya meramaikan dengan makan bersama dan memeriahkan pesta kembang api yang sangat indah. Malam semakin gelap itu tandanya sebentar lagi akan memasuki Idul Fitri, tapi mata tak tahan lagi dibuka dan akhirnya saya memutuskan untuk tidur mempersiapkan diri untuk shalat ID dan berkunjung kepada saudara. Pada kata biasa diksi yang digunakan kurang tepat, seharusnya biasanya. Pada kata memeriahnanya seharusnya memeriahkan, kata juga diganti seharusnya kata dan.
No : 2 Nama : Anis Mirnawasih Judul : Liburann Sekolah
Kutipan: Pada tanggal 2 Maret 2014 kami sekeluarga pergi ke sawah kakek yang ada di Bugel, tigarakasa. Awalnya rencana berlibur kali ini direncanakan oleh kakek saya yang ingin berlibur disekitar daerah sini saja, sebab selain biaya yang lebih murah di daerah ini juga masih banyak tempat-tempat indah lainya. Hasil Analisis: Pada tanggal 2, maret 2014 kami sekeluarga pergi ke sawah kakak saya, yang ada di Bugel Tiga Raksa. Awalnya rencana berlibur kali ini direncanakan oleh kakek saya, yang ingin berlibur disekitar daerah ini saja karena selain biaya yang lebih murah di daerah ini juga masih banyak tempat-tempat indah lainya. Pada paragraf pertama kurang menjorok kedalam dan tanggal 2 seharusnya diberi tanda , (koma) kata sebab seharusnya karena.
Kutipan: Kami berangkat dari rumah kakek saja menuju daerah persawahan di Bugel, perjalanan menuju kesana tidaklah terlalu sulit karena memang relatf dekat dengan kami sampai disana pukul 2 siang, dikarnakan saat kami tiba pas hari tengah hujan. Sehingga aku memutuskan untuk bermain congklak saja bersama sepupu yang lain. Setelah hujan reda saya kemudian mencoba untuk menggambar, dan setelah gambar selesai kemudian pergi memancing bersama .Hasil Analisis: Kami berangkat dari rumah kakek saja menuju daerah persawahan di Bugel, perjalanan menuju kesana tidak terlalu sulit, karena memang relatif dekat. Kami sampai disana pukul 14.00 WIB. Siang, dikarenakan kami tiba pas tengah hari karena hujan. Akhirnya aku memutuskan untuk bermain congklak bersama sepupu yang lain. Setelah hujan reda, saya kemudian mencoba untuk menggambar dan setelah selesai menggambar kami kemudian pergi memancing bersama. Paragraf kedua kata tidaklah seharusnya kata tidak dan terlalu sulit diberi tanda , (koma) pas hari tengah hujan seharusnya tengah hari karena kata sehingga seharusnya akhirnya. Setelah hujan reda diberi tanda, (koma) untuk menggambar
tidak menggunakan titik dan setelah gambar, seharusnya setelah selesai menggambar.
Kutipan: Ketika hari sudah malam, akhirnya kami pulang dari kolam tempat memancing. Dan setelah itu kami memutuskan untuk mandi dan makan malam. Pada malam itu kakak saya membakar jagung, singkong hasil panen tadi pagi. Rasa singkong ini enak sekali dan baru pertama kali inilah aku mencoba untuk memakan singkong bakar. Setelah acara membakar singkong selesai akhirnya kami pergi tidur. Hasil Analisis: Ketika hari sudah malam, akhirnya kami pulang dari kolam tempat pemancingan dan setelah itu kami memutuskan untuk mandi dan makan malam. Malam itu kakek saya membakar jagung, singkong dari hasil panen tadi pagi. Rasa singkong ini enak sekali dan baru pertama kali ini aku mencoba untuk memakan singkong bakar. Setelah acara bakar singkong selesai, akhirnya kami tidur. Dari kata memancing tidak menggunakan tanda titik (.) dan kata memancing seharusnya pemancingan. Kata pada seharusnya dihilangkan, setelah kata jagung diberi tanda koma (,) setelah titik kata rasa seharusnya memakai huruf kapital(R) dan kata membakar seharusnya kata bakar.
Kutipan: Esoknya aku bangun telat, karena semua saudara saya semuanya sedang berjalan-jalan di area sawah. jadi saya menyusulnya. segar sekali rasanya menikmati udara pagi dan pemandangan alam disana dan membuat pikiran juga turut ikut segar. Setelah lelah berjalan di sawah akhirnya kami memutuskan unbtuk sarapan pagi, dengan nasi uduk yang tadi pagi sudah di beli. Setelah sarapan kami beristirahat sejenak dan kemudian kami pergi untuk mandi. Hasil Analisis: Esoknya aku bangun telat, karena saudara saya sedang berjalan-jalan di area sawah. Jadi saya menyusulnya. Segar sekali rasanya menikmati udara pagi dan pemandangan alam di sana, dan membuat pikiran juga
segar. Setelah lelah
berjalan di sawah akhirnya kami memutuskan untuk sarapan pagi, dengan nasi
uduk yang tadi pagi sudah di beli. Setelah sarapan kami beristirahat sejenak dan kemudian kami pergi untuk mandi. Kata semuanya seharusnya tidak ada. Pikiran juga turut ikut segar seharusnya di hilangkan menjadi turut segar. Penggunaan tanda baca koma (,) setelah kata pagi.
Kutipan: Setelah selesai mandi,akhirnya kami memutuskan untuk menonton TV karena kebutuhan saat ini sedang liburan sehingga banyak film bagus. Hasil Analisis : Setelah selesai mandi akhirnya kami memutuskan untuk menonton televisi, karena kebutuhan saat ini sedang liburan dan banyak film bagus. Setelah selesai mandi seharusnya tdak menggunakan tanda koma (,) pada kata TV seharusnya Televisi di beri tanda
koma (,) kata sehingga tidak tepat
seharusnya kata dan.
Kutipan: Setelah menonton TV kami memancing karena. Karena tidak ada umpan pekerja disitu memberi tau saya kalau ikan diempang itu suka makan daun jadi saya mencobanya. Setelah mencoban, berhasil aneh tapi cukup efektif. Setelah memancing hingga jam 12 akhirnya kami memutuskan untuk makan siang dan setelah makan siang setelah acara memancing kami lanjutkan kembali. Hasil Analisis: Setelah menonton televisi kami pergi memancing, disitu tidak ada umpan dan pekerja memberi tau saya kalau ikan kolam itu suka makan daun, jadi saya ingin mencobanya
dengan cepat. Setelah memancing sampai dengan pukul
12.00.WIB. Akhirnya kami memutuskan untuk makan siang, setelah makan siang selesai acara memancing kami lanjutkan kembali. Dari kalimat kami memancing tidak tepat, seharusnya diberi kata pergi sehingga menjadi tepat dan tidak diberi tanda titik (.) seharusnya tanda koma (,) penggunaan kata sehingga tidak tepat, seharusnya diganti kata dan. Kata empang diganti menjadi kata kolam dan kata sawah seharusnya dibuang.
Kutipan: Acara memancing kami lanjutkan tidak berlangsung lama, sebab hujan kembali turun dan akhirnya kami memutuskan pulang dari memancing, dan setelah sampai dirumah saya kembali melanjutkan untuk menggambar. Hasil Analisis: Acara memancing kami tidak lama, sebab hujan kembali turun dan akhirnya kami memutuskan pulang. Setelah sampai dirumah saya kembali melanjutkan untuk menggambar. Kata lanjutkan dan kata berlangsung seharusnya dibuang karena tidak tepat, kata kami diganti dengan kata dan.
Kutipan: Setelah hari sudah sore saya mandi dan membakar jagung hasil panen tadi siang. Acara membakar jagung berlangsung hingga malam. Disamping api unggun ditengah dinginnya malam disini sungguh enak. Sambil menyantap jagung hasil tanaman sendiri. Saya akhirnya dapat merasakan kehidupan ibu saya waktu kecil dulu. Setelah makan malam akhirnya kami semua pergi untuk tidur di dasar pantai. Hasil Analisis: Hari hari sudah sore saya pergi mandi, setelah itu membakar jagung hasil panen tadi siang. Acara membakar jagung berlangsung hingga malam. Pada malam hari udaranya dingin, ditengah-tengah kami ada api unggun. Sambil makan jagung hasil tanaman sendiri. Saya akhirnya dapat merasakan tentang kehidupan ibu waktu kecil. Setelah makan malam akhirnya kami tidur dipinggir pantai. Pada kalimat pertama kata setelah tidak tepat, maka harus dihilangkan, kata dan dihilangkan saya pergi mandi, setelah itu membakar jagung. Dalam kalimat berikutnya semua salah seharusnya Pada malam hari udaranya dingin, ditengahtengah kami ada api unggun. Kata menyantap kurang tetap seharusnya makan, pada kalimat ibu saya waktu kecil dulu seharusnya dihilangkan dan kata dasar kurang tepat seharusnya dipinggir.
Kutipan: Esoknya kami pergi berangkat untuk berlibur kepantai, bersama keluarga. Setelah sampai di pantai, aku dan sepupuku menaiki perahu yang berada di area pantai. Ternyata walaupun pantai disana sudah kotor, karena sampah disana masih banyak tapi ikan yang besar masih bertahan hidup didasar pantai. Hasil Analisis: Keesokan harinya kami pergi untuk berlibur kepantai bersama keluarga. Setelah sampai di pantai, saya dan sepupuku naik perahu yang berada dilokasi pantai. Ternyata pantai disana sudah kotor, karena banyak sampah disana, tapi ikan yang besar masih bertahan hidup dipinggir pantai. Kata esoknya dalam kalimat disini salah, seharusnya keesokan harinya. Kata aku seharusnya diganti menjadi saya. Pada kata menaiki dalam hal ini tidak tepat, seharusnya diganti dengan kata naik. Kata di area diganti dengan kata di lokasi. Kata didasar pantai tidak tepat seharusnya dipinggir pantai.
Kutipan: Setelah lelah berkeliling akhirnya kami makan siang, setelah selesai makan siang kami langsung ganti baju dan langsung berenang lelah berenang. Kami memutuskan untuk pulang ke rumah. Di tengah perjalanan kami kami mendengar suara magrib. Kami sekeluarga memutuskan untuk mencari mesjid terdekat untuk melaksanakan shalat magrib berjamaah. Setelah selesai shalat magrib berjamaah kami meneruskan perjalana. Hasil Analisis: Setelah selesai berkeliling akhirnya kami makan siang, kemudian selesai makan siang kami ganti baju dan berenang. Setelah selesai berenang kami memutuskan untuk pulang kerumah. Ditengah perjalanan kami mendengar suara adzan magrib, kami sekeluarga memutuskan untuk mencari masjid yang terdekat untuk melaksanakan shalat magrib berjamaah. Setelah selesai shalat magrib berjamaah selanjutnya kami meneruskan perjalanan. Pada kata lelah seharusnya diganti dengan kata selesai karena tidak tepat. Selanjutnya kata setelah diganti dengan kata kemudian. Pada kalimat kami langsung ganti baju, kata langsung seharusnya dihilangkan menjadi kami ganti baju. Kata suara magrib ditambahkan denga kata adzan magrib. Pada kalimat
mesjid terdekat kurang tepat seharusnya diberi kata yang. Untuk kalimat berjamaah kami meneruskan perjalanan, namun tidak tepat seharusnya diberi kata selanjutnya.
Kutipan: Setelah samapi dirumah kami beristirahat sambil nenonton TV. Setelah selesai menonton TV saya dan keluarga memutuskan untuk makan malam. Setelah selesai makan malam saya pergi kekamar untuk tidur malam, dan tak lupa saya membaca doa sebelum tidur. Hasil Analisis: Setelah sampai dirumah kami beristirahat, sambil nonton televisi. Setelah nonton televisi kami memutuskan untuk makan malam. Selesai makan malam saya masuk kamar untuk tidur, dan tak lupa saya membaca doa sebelum tidur. Pada kalimat pertama diberi tanda koma(,) setelah kata beristirahat. Kemudian kata TV seharusnya televisi. Pada kata setelah diksi yang digunakan tidak tepat maka dihilangkan.pada kata pergi kurang tepat seharusnya diganti dengan kata masuk.
No
:3
Nama : Riska Marshalla Zahira Judul
: Bencana Di Rumah Nenek
Kutipan: Pukul 09.00 pagi aku dan keluarga sudah sampai di rumah nenek. Perjalan dari Tangerang, tempat tinggalku menuju Jakarta, rumah nenekku tidak tidak membutuhkan waktu yang lama karena jalanan di ibu kota saat hari libur tiba bisa di katakan sepi. Kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta saat libur tiba akan menghabiskan waktu liburnya ke luar kota, meninggalkan semua aktivitas ibu kota yang padat. Jadi, kami memang sengaja berangkat sedikit siang. Hasil Analisis: Jam menunjukan pukul 09.00 pagi kami bersama keluarga sampai tiba di rumah nenek. Perjalanan dari Tangerang tempat tinggalku menuju Jakarta tempat tinggal nenek tidak membutuhkan waktu yang lama, karena saat ini waktu libur bisa dikatakan sepi. Kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta saat libur tiba dihabiskan ke luar kota untuk meninggalkan semua aktivitas, maka kami sengaja berangkat agak siang.
Kutipan: Kami memang sudah biasa, setiap hari libur tiba selalu berkunjung ke rumah nenek. Tapi sayang, 2 tahun terakhir setiap kami mengunjungi rumah nenek, sosok nenek tidak tampak, nenek telah di panggil oleh Sang Maha Kuasa, Allah Saw. Hasil Analisis: Kebiasaan kami selah libur tiba selalu berkunjung ke rumah nenek, tapi sayang dua tahun terakhir sosok nenek tidak tampak karena telah dipanggil oleh Allah Swt. Kutipan: Saat sampai, aku dan keluargaku disambut oleh saudara-saudaraku yang telah dulu sampai. Ya, seperti biasanya jika sanak saudara semua keponakan dan paman bibiku berkumpul kami semua akan bercakap-cakap, bersenda gurau dan tertawa.
Hasil Analisis: Setelah tiba di Jakarta kami di sambut oleh saudara yang pertama datang. Seperti biasanya seluruh keluarga berkumpul bercakap-cakap dan bersenda gurau sambil tertawa. Kutipan: Tapi keadaan tersebut tidak terjadi begitu lama sebab, keponakan ku yang masih kecil menumpahkan segelas sirup diatas karpet. Beberapa dari dari saudarasaudaraku menghentikan pembicaraan untuk membantu membersihkan karpet dan yang lainnya tetap meneruskan obrolan mereka seperti semula. Kupikir ini baru sekedar bencana kecil. Hasil Analisis: Keadaan seperti itu tidak begitu lama, sebab keponakan yang masih kecil menumpahkan segelas sirup diatas karpet. Salah satu saudaraku telah menghentikan pembicaraan untuk membantu membersihkan karpet akan tetapi yang lainnya meneruskan obrolan seperti semula. Ya kupikir ternyata ini baru sekedar bencana kecil saja. Kutipan: Setelah shalat juhur dan makan siang bersama. Aku di ajak kakak sepupuku bermain di kamar. Kami memainkan semua permainan perempuan. Awalnya keadaan di kamar menyenangkan, tapi setelah adik dan keponakan laki-lakiku masuk kedalam kamar, keadaan menjadi ramai dan rusuh kakak sepupuku memang mengusir adik dan keponakan laki-lakiku, tapi mereka tidak mau keluar. Jadi aku dan kakak sepupuku membiarkan mereka agar mereka keluar sendiri. Sayangnya mereka tidak pernah mau keluar dan malah bermain pintu. Saat adiku mencoba untuk menutup pintu keponakan laki-laki itu malah terjepit pintu dan menangis dengan kencang. Hasil Analisis: Setelah shalat juhur dan makan siang saya diajak saudara sepupu untuk bermain di dalam kamar. Pada awalnya keadaan di dalam kamar sangat menyenangkan, tetapi setelah keponakan masuk kedalam kamar keadaan menjadi berisik. Kemudian setelah keponakan di usir tapi beliau tidak mau keluar juga, jadi kami membiarkanya untuk keluar sendiri namun sayangnya beliau tidak
pernah mau keluar bahkan bermain pintu. Disaat adik mencoba untuk membuka pintu, keponakan tersebut terjepit pintu sampai menangis dengan kencang.
Kutipan: Hujan mengguyur Jakarta sejak sore yang mengakibatkan air di saluraran air meluap. Daerah sekitar komplek rumah neneku memang tidak terkena banjir, tapi jika kalian berjalan beberapa meter keluar dari komplek, kalian akan melihat genangan air setinggi betis orang dewasa. Walau sudah menjelang malam dan gerimis masih mengguyur genangan air tidak surut-surut juga. Hal hasil ayahku memutuskan untuk menginap dan pulang besok di padi hari setelah air surut. Hasil Analisis: Hujan yang mengguyur kota Jakarta sejak sore tadi mengakibatkan saluran air meluap. Daerah sekitar komplek rumah nenek tidak terkena banjir, akan tetapi jika keluar dari komplek tersebut akan terlihat genangan air setinggi betis orang dewasa. Waktu sudah menjelang malam gerimis masih turun dan genangan airpun tidak surut juga, namun demikian ayahku memutuskan menginap untuk pulang dipagi hari setelah air surut.
Kutipan: Ya, benar juga saat pagi tiba air sudah surut. Aku dan keluargaku akhirnya bisa pulang dengan selamat, walau sepanjang jalan yang kami lewati tadi malam tergenang air masih menyisakan sampah yang terbawah oleh arus air. Untungnya para petugas kebersihan dengan cepat dan teliti membersihkannya. Hasil Analisis: Setelah pagi tiba arus air sudah surut kami akhirnya pulang dengan selamat, namun di sepanjang jalan yang kami lewati air menggenangi dan sisa tumpukan sampah masih menumpuk. Untungnya petugas kebersihan dengan cepat untuk membersihkan lokasi tersebut.
No Nama
: 4 : Siti Yayah Sukriah
Judul
: Mencari Kebahagiaan
Kutipan: Ada seorang pemuda sedang duduk dengan tatapan kosong mengarah kehanparan air telaga. Dia sudah berkelana mendatangi berbagai tempat, tapi belum ada yang membahagiakan dirinya. Tiba-tiba terdengar suara sengau memecah kesunyian. Hasil Analisis: Seorang pemuda duduk dengan tatapan mata yang kosong mengarah kehamparan air telaga ternyata ia sudah mendatangi berbagai tempat yang dilaluinya, tetapi belum ada yang membahagiakan dirinya. Tiba-tiba terdengar suara gaduh memecahkan kesunyian.
Kutipan: “ Sedang apa kau disini, anak muda? Tanya seorang kakek yang yang tinggal di sekitar situ. Anak muda itu menoleh sambil berkata.” Aku lelah, Pak tua. Aku sudah berjalan sejauh ini mencari kebahagiaan, tapi Perasaan itu tak kunjung ku dapatkan. Entahlah, kemana lagi aku harus mencari,...”Keluh si anak muda dengan wajah muram. Hasil Analis: “Sedang apa kau disini nak? Tanya seorang kakek yang tinggal di sekitar tempat itu. Anak muda itu menengok sambil berkata. “Aku sudah lelah untuk mencari kebahagiaan tersebut
belum ku dapatkan harus kemana lagi aku
mencarinya.” Keluh si anak muda dengan wajah suram.
Kutipan: “Di depan sana ada sebuah taman. Pergilah kesana dan tangkaplah seekor kupukupu. Setelah itu aku akan menjawab Pertanyaan mu,”kata si kakek. Meski merasa ragu, anak muda itu akhirnya pergi juga kearah yang ditunju. Tiba disana, dia takjub melihat taman yang indah dengan pohon dan bunga yang bermekaran serta kupu-kupu yang berterbangan disana.
Hasil Analis: “Didepan itu ada sebuah taman, pergilah kesana dan tangkap seekor kupukupu, setelah itu aku akan menjawab pertanyaanmu.”Kata si kakek. Meski merasa ragu anak muda itu akhirnya pergi juga ke arah yang di tuju. Setelah tiba di sana ia takjub melihat taman yang indah dan kupu-kupu yang beterbangan.
Kutipan: Dari kejauhan si kakek melihat si Pemuda mengendap-endap menuju sasarannya. Hap! Sesarat itu luput. Dikejar kupu-kupu kearah lain. Lagi lagi gagal. Dia berlari tak beraturan menerjang rerumputan, tanaman bunga, semak. Tapi, tak satu pun kupu-kupu berhasil ditangkap nya. Hasil Analisis: Dari kejauhan si kakek melihat pemuda sedang mengintai menuju sasarannya. Hap! Luput sesaat dikejarnya kupu-kupu ke tempat lain. Ia gagal lalu berlari tak beraturan menerjang rerumputan dan tanaman bunga, tapi tak satupun kupu-kupu itu berhasil ditangkapnya. Kutipan: Si kakek mendekat dan menghentikan si pemuda. “Begitulah caramu mengejar kebahagiaan? Sibuk berlari kesana kemari, menabrak tak tentu arah, bahkan menerobos tanpa peduli apa yang kamu rusak?” Hasil Analisis: Si kakek lalu mendekati untuk menghetikan pemuda itu,”Begitulah caramu mengejar kebahagian sibuk berlari kesana-kemari untuk menabrak bentuarah menerobos tanpa peduli apa yang kamu rusak”? Kutipan: Si kakek dengan tegas dan melanjutkan.”nak mencari kebahagiaan layaknya menangkap kupu-kupu. Tidak perlu kau tangkap kupu-kupu itu, biarkan ia memenuhi alam semesta ini sesuai fungsinya.Tangkaplah keindahan warna,gerakannya dipikiranmu dan simpan baik-baik didalam hatimu. Hasil Analisis: Si kakek denga tegas dan melanjutkan pertanyaan, “Nak mencari kebahagiaan layaknya bagaikan menangkap kupu-kuputidak perlu kau tangkap kupu-kupu itu,
buarkan ia menghiasi alam semesta sesuai dengan fungsinya, nikmati keindahan warnanya dan gerakan dipikiranmu kemudian simpan baik-baik di dalam hatimu.” Kutipan: Demikian pula dengan kebahagiaan. Kebahagiaan bukanlah benda yang dapat digenggam dan di simpan di suatu tempat. Ia tidak akan kemana-mana. Periharalah sebaik-baiknya, Munculkan setiap saat dengan rasa syukur maka tanpa kau sadari kebahagiaan itu akan sering datang dengan sendirinya. Apakah kamu mengerti? Hasil Analisis: Demikian pula dengan kebahagiaan bukanlah benda yang dapat digenggam disimpan di suatu tempat, ia tidak akan kemana melainkan diperihara sebaikbaiknya. Munculkan setiap saat dengan rasa syukur maka tanpa disadari kebahagiaan akan sering datang dengan sendirinya. Apakah kau mengerti?
Kutipan: Si pemuda terfana dan tiba-tiba wajahnya tampak senang,”Terima kasih pak tua. Sungguh pelajaran yang sangat berharga. Aku akan pulang dan membawa kebahagiaan ini di hati ku...” Hasil Analisis: Si pemuda itu terfana dengan tiba-tiba wajahnya tanpak senang,” terima kasih pak, sungguh pelajaran yang sangat berharga. Aku akan pulang untuk membawa kebahagiaan ini.” Kutipan: Kakek itu mengangkat tangannya. Tak lama, seekor kupu-kupu hinggap di ujung jari dan mengepakan sayapnya, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Warnanya begitu indah, se indah kebahagiaan bagi mereka yang mampu menyelaminya. Hasil Analisisi: Si kakek itu mengangkat tangan si pemuda, tak lama kemudian datanglah seekor kupu-kupu hinggap di ujung jari tangan nya sambil mengepakan sayapnya dan memancarkan ke indahannya. Warnanya begitu indah seindah kebahagiaan bagi mereka yang menyelaminya.
Kutipan: Setiap manusia menginginkan kebahagiaan. Tetapi sering kali mereka begitu sibuk mencarinya, tanpa menyadari bahwa kebahagiaan sesungguhnya tidak kemana-mana tetapi justru ada di mana-mana. Kebahagiaan bisa hadir di setiap tempat, disemua rasa,dan tentunya setiap hati yang slalu mrnsyukuri. Hasil Analisis: Setiap manusia menginginkan akan kebahagiaan, tetapi sering kali mereka sibuk mencari tanpa menyadari bahwa kebahagiaan sesungguhnya justru ada dimana-mana. Kebahagiaan bisa hadir di setiap tempat disemua rasa dan di setiap hati yang selalu mensyukurinya.
No Nama
: 5 : Rida Firdayanti
Judul
: Sahabat Sejati
Kutipan: Tersinar sebuah cahaya yang masuk di dalam kamarku terkejut ku bangun. Malas aku meninggalkan kamar, seperti biasanya ada yang harus ku kerjakan. Apalagi kalau bukan ke sekolah suhu udara sangat dingin dengan rasa tegang aku menumpahkan segayung air ke tubuhku. Setelah itu bergegas berangkat ke sekolah. Hasil Analisis: Tersinari sebuah cahaya yang masuk aku terkejut bangun dan malas untuk meninggalkan kamar. Seperti biasanya ada yang harus di kerjakan berangkat ke sekolah. Suhu udara sangat dingin, dengan rasa tegang kuguyurkan segayung air ketubuhku setelah itu untuk berangkat ke sekolah. Kutipan: Sesampainya ke sekolah aku berjalan menuju pintu kelasku dengan melirik kesana kemari sungguh ini masih terlalu cepat aku pergi ke sekolahku duduk sambil menanti teman-teman datang. Waktu demi waktu terus berganti hari demi hari terus berganti dentingan lalu melirik kesan jarum jam terus berbunyi menit dan detik pun bersilih mengganti malam telah berganti pagi sang pajarpun mulai kembali burung-burungpun ikut bernyanyi menyambut indahnya pagi, kabut pagi menjadi warna tersendiri embun pun ikut serta dalam mewarnai pagi ini dan hembusan angin menyejuki hati. Hasil Analisis: Setibanya di sekolah aku berjalan menuju pintu kelas ternyata terlalu pagi untuk berangkat ke sekolah, aku dudukdi ruang kelas sambil menunggu temanteman. Waktupun terus berganti, hari demi hari, detik demi detik, pagi kembali menjadi malam. Burung-burungpun ikut bernyanyi menyambut indahnya pagi yang menyejukan hati. Kutipan: Ku alunkan kaki ku menuju istana ilmu dan aku pun duduk di sekolah singgah sana ilmu hari pertama masuk sekolah yang dimana sekarang aku sudah kelas 8 SMP. Dan ditempat ini pula mendapatkan ilmu dan berbagi cerita canda tawa suka maupun duka.
Hasil Analisis: Ku langkahkan kaki menuju istana ilmu, ku duduk di sebuah singgahsana. Hari ini adalah hari pertama mulai masuk sekolah dimana sekarang telah duduk di kelas 9 SMP. Ditempat ini pula mendapatkan ilmu pengetahuan berbagi cerita suka maupun duka. Kutipan: Dan setelah aku sampai di istanaku. Ku lihat banyak perubahan dan tampak seorang murid baru. Tatapannya begitu tajam bagaikan anak panah yang hendak meluncur pesat dan akan menghujam perut kidang emas, dan sifatnya yang cuek dan jutek bagaikan baja dan sulit tuk dilelehkan. Namun dibalik semua itu terdapat sifat yang lembut bagaikan kain sutra yang tiap-tuiap helainya memberikan kelembutan. Lalu kupandangi semua sudut kelas, kulihat wanita yang menurutku sudah tak asing lagi, tetapi dulu tak satu kelas dan sekarang menjadi teman satu kelas. Sifatnya yang agak sedikit bawel bagaikan jam weker dirumah ku jam itu selalunberbicara selama ke inginannya belum terpenuhi. Namun dibalik sifatnya itu tertanam sifat baik dan lucu. Hasil Analisis: Sesampainya di sekolahku terlihat banyak perubahan, tampak seorang murid baru dengan tatapan matanya yang tajam bagaikan panah menembus jantungku dan sifatnya yang cuek jutek bagaikan baja yang sulit untuk dilelehkan. Dibalik semua itu terdapat sifat lembut bagaikan sutra yang tiap helainya memberikan kelembutan. Kupandangi semua sudut kelas, kulihat seorang siswa yang tak asing lagi kini sekelas denganku yang mempunyai sifat rewel seperti jam weker. Namun dibalik itu tertanan sifat baik dan Lucu. Kutipan: Tak terasa waktu berputar begitu cepat bagaikan roda yang menggelinding tak terasa 3 tahun sudah kami menuntut ilmu bersama. Namun belum ada tanda – tanda persahabatan diantara kita. Ya masih bisa dibilang teman biasa, Namun ketika ujian kenaikan kelas selesai barulah mulai adanya rasa suatu ikatan yaitu persahabatan yang dimana saat beberapa bulan lagi kita akan berpisah. Hasil Analisis: Tidak terasa waktu berputar begitu cepat bagaikan roda yang berputar, tak tersa sudah tiga tahun lamanya kami menuntut ilmu bersama. Kini belum adanya tanda persahabatan diantara kami, mungkin bisa dibilang teman biasa. Ketika
ujian kenaikan kelas selesai mulai adanya suatu ikatan persahabatan dimana saat kita tinggal akan berpisah. Kutipan: Namun semua itu tak menyurutkan rasa persahabatan kita. Malah memamfaatkan sisa-sisa waktu yang ada untuk selalu bersama berbagi canda dan duka, kamipun mulai mengukir kenangan yang sulit untuk di lupakan. Mulai dari kita ikut merayakan ulang tahun sekolah kita yang dimeriahkan oleh marawis kami menyapu bersih semua rute dan alur yang dimana rute yang akan kita lalui. Hasil Analisis: Namun dibalik semua itu tak menyurutkan persahabatan, justru kita memamfaatkan sisa waktu yang ada untuk selalu bersama berbagi canda. Kini mulai mengukir kenangan yang sulit untuk dilupakan, mulai dari merayakan ulang tahun sekolah yang dimeriahkan marawis kami menyapu bersih semua rute dan alur yang dilalui. Kutipan: Akupun sadar, aku hidup di dunia ini tak semuanya akan terus seperti ini pasti akan yang akan mengalami sebuah perubahan dan kehidupan yang baru. Kamipun saling berucap janji, mata yang akan,akan menatap masa depan lebih jauh dari biasanya tangan yang akan menggapai masa depan lebih tinggi dari biasanya kaki yang akan menggapai masa depan lebih cepat dari biasanya. Hasil Analisis: Akupun sadar bahwa hidup di dunia ini tidak semuanya seperti ini, pasti akan mengalami semua perubahan tentang kehidupan yang baru saling berucap janji, mata akan menatap masa depan lebih jauh, tangan menggapai masa depan lebih tinggi kaki menggapai masa depan lebih cepat dari biasanya.
No :6 Nama : Siti Nuriyah Judul : Berlibur Ke Rumah Nenek Kutipan: Liburan kemaren yang paling menarik dalam hidupku, Bapak akan mengajaku berkunjung ke desa kelahirannya. Aku menyebutnya ”Tamasya ke masa silam” Sebab kata bapak aku akan di ajak ke tempat-tempat semasa Bapak kecil dulu. Hasil Analisis: Liburan Kemarin paling menarik dalam hidupku adalah ketika ayah mengajak berkunjung ke desa kelahirannya. Beliau mengajakku tamasya kemasa silam untuk di ajak ke masa kecil dulu. Kutipan: Bapakku berasal dari sebuah desa kecil didaerah Pandeglang Desa Cibangkalung namanya. Untuk mencapai desa itu, kami naik bus jurusan Pandeglang. Kemudian, naik angkot sampai terminal. Disambung naik odjek melewati perkampungan sepanjang kira-kira tiga kilo meter. Lalu dilanjutkan jalan kaki. Melewati pematang dan bukit-bukit kecil sepanjang dua kilometer. Hasil Analisis: Ayahku berasal dari daerah Pandeglang desa Cibangkalung. Untuk menuju desa itu kami naik bus dilanjutkan naik angkot sampai terminal lalu naik ojeg sampai ke kampung kemudian melewati pematang dan perbukitan.
Kutipan: “ kamu lelah, nur?” tanya Bapak saat menyusuri pematang sepanjang tepian sungai yang jernih. Tangan bapak yang kokoh memanggul tas kulit berisi oleholeh untuk nenek. Hasil Analisis: “Nur kamu lelah?” Tanya Bapak saat menyusuri jalan di sepanjang pematang di tepian sungai yang airnya jernih. Denagan tangan yang kuat bapak memanggul tas kulit berisi oleh-oleh untuk nenek.
Kutipan : “ Lumayan lelah,” kataku sambil menyeka keringat didahiku. Tetapi aku menyukai perjalanan ini. Baru kali ini bapak mengajaku kerumah nenek. Hasil Analisis: Lumayan lelah aku sambil mengusap keringat dahiku, tetapi senang dengan perjalanan ini walaupun bapak baru pertama kali mengajak kerumah nenek.
Kutipan: “Lihatlah ikan-ikan itu. Bapak dulu sering memasang wuwu untuk menangkapnya, tunjuk Bapak pada beberapa ikan yang berlarian di sepanjang air sungai.” Apa itu Wuwu?” tanyaku tidak mengerti. Hasil Analisis: “Lihatlah ikan-ikan itu, Bapak dulu sering memasang wuwu untuk menangkap ikan itu.” Bapak menunjuk beberapa ikan yang ada disepanjang sungai. Apakah itu wuwu ? aku tidak mengerti.
Kutipan: “Wuwu itu alat tradisional yang terbuat dari anyaman bambu. Mulutnya lebar, namun makin kedalam makin menyempit. Kalau ikan masuk kedalamnya tidak bisa keluar lagi karena terhalang bagian yang runcing dipintu masuknya.”
Hasil Analisis: Wuwu alat tradisional yang terbuat dari bambu mukanya lebar semakin kedalam makin menyempit. Kalau ikan masuk tdak bisa keluar lagi karena terhalang oleh bagian yang runcing dipintu masuknya. Kutipan; Dahiku berkerut mendengar keterangan Bapak. “Aku tidak bisa membayangkan.”sahutku pendek. “Nanti kamu tahu bentuknya. Paman punya banyak di rumah.” Hasil Analisis: Dahiku berkerut
mendengarkan
perkataan
Bapak,
aku
tidak
bisa
membayangkan “sahutku pendek.”Nanti kamu tahu bentuknya karena paman mempunya di rumah.
Kutipan: Kami menyusuri sepanjang pematang sawah. Orang-orang yang berpapasan menyapa kami dengan ramah. Perjalanan kami sering berhentin karena harus bercakap-cakap dengan mereka. Hasil Analisis: Kami menyusuri jalan sepanjang pematang sawah, ketika orang yang bertemu selalu menyapa kami dengan ramah waupun perjalanan kami sering berhenti namun kami harus bercerita dengan mereka. Kutipan: Setelah kami menyebrangi jembatan, tibalah kami didepan rumah besar berhalaman luas. Ada pohon durian dan sawo dihalaman itu. Seorang perempuan tua keluar begitu Bapak mengetuk pintu. Matanya telihat bersinar cerah, wajah keriputnya berhiaskan senyum lebar. Dialah neneku. Nenek memelukku dengan erat. Hasil Analisis: Setelah kami menyebrangi jembatan maka tibalah di depan rumah dengan halaman yang luas. terdapat pohon durian dan pohon sawo. Ada serang perempuan tua keluar setelah bapak mengetuk pintu rumahnya, matanya bersinar cerah dan wajahnya berkeriput dengan senyum yang lebar. Ternyata neneku dan ia memeluk dengan erat.
Kutipan: “ Dimana Ibumu? Kenapa tidak ikut? Tanyanya. “ Dia tidak bisa ikut karena sedang sakit.” Ujar Bapak. Sesaat kemudian muncul Paman, bibi,dan yayah,anak Paman yang sebaya denganku. Setelah makan siang dan beristirahat sejenak, aku lalu bermain dengan yayah dan kawan-kawanku. Hasil Analisis: “ Dimana ibumu kenapa tidak ikut? Tanya nenek. “ Dia tidak bisa ikut karena sedang sakit.” Jawab Bapak. Saat kemudian munculah keluarga paman yang sebaya denganku. Setelah makan siang lalu istirahat sejenak lalu bermain dengan teman-temanku. Kutipan:
Ada beberapa permainan khas desa itu yang tidak ku mengerti. Seperti permainan gangsing, wayang orang dan yang lain. Hasil Analisis: Beberapa permainan ciri khas dari desa yang tidak dimengerti, seperti permainan gasing, wayang orang dan lain-lain.
Kutipan: Sedang asiknya bermain karet , paman datang menghampiri kami, ia menenteng beberapa ekor ikan. Di sebelahnya ada seseorang laki-laki tua yang lau menyapaku ramah. “ Kalian berhenti main dulu. Ya. Ayo bantu paman membersihkan Ikan “ Hasil Analisis: Kami sedang bermain karet lalu paman datang menghampiri, beliau membawa beberapa ekor ikan, disampingnya terlihat seorang lelaki tua menyapaku dengan ramah. “ kalian berhenti bermainnya, ayo bantu saya membersihkan ikan.”
Kutipan: Liburan tidak terasa berlalu begitu cepat. Hari-hari yang selalu diisi dengan cerita masa kanak-kanak Bapak, tiba-tiba sudah selesai. Aku dan Bapak harus cepat kembali. Nenek, paman,Bibi dan yayah. Mengantar sampai pintu pagar. Ada rasa sepi yang merasuki perasaanku. Hasil Analisis: Masa liburan terasa begitu cepat, hari-hari selalu diisi dengan cerita-cerita masa kecil sampai selesai, kamipun harus cepat kembali. Semua keluarga mengantarnya sampai ke depan pintu. nanun ada rasa sepi yang merasuki dalam perasaanku.
Kutipan: Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Aku segera berbisik-bisik ketelinga Bapak. Kulihat dahi bapak berkerut. Bapak lalu tersenyum lebar. Lalu. Dari saku celananya bapak mengeluarkan beberapa lembar uang. Bapak memberikan uang itu kepada paman sambil berkata perlahan.”Tolong berikan uang ini kepada Ibu.”
HasilAnalisis: Aku tiba-tiba ingat sesuatu ingin segera berbisik ke orang tua.Kuliahat kening bapak mengerut sambil tersenyum lalu dari saku celananya mengeluarkan uang untuk diberikan ke paman sambil perkata.” Tolong berikan uang ini kepada Ibu.” Kutipan: Akupun pulang. Matahari begitu cerah mengantar kepulangan kami. Dan kamipun menaiki bus untuk pulang. Untuk menuju pulang kami nenaiki beberapa Bus jurusa Cikupa. Aku pun membawa oleh-oleh untuk ibu dari nenek membawa durian dan sawo. Ibupun menunggu kami dirumah. Dan kami sampai dirumah. Hasil Analisis: Mataharipun begitu cerah mengantarkan kepulangan kami, kepulangan naik bis jurusan Cikupa sambil membawa oleh-oleh durian dan sawo untuk keluarga. Setelah sampai dirumah ibupun siap menunggu kami.
No :7 Nama : Yeyen Kurniasih Judul : Impianku Menanam Jagung Kutipan : Liburan yang lalu aku berlibur ke rumah nenek. Di sana aku menanam jagung di kebun nenek dan keesokan harinya, waktu akan pulang tanam jagung itu tumbuh dengan subur.Senang sekali rasanya hatiku dan aku berpesan kepada nenek supaya menjaga tanaman jagung itu. Hasil Analisis: Pada liburan yang lalu aku kerumah nenek, keesokan harinya aku menanan jagung kemudian pulang. Waktu demi waktu tanaman itu tumbuh dan subur, hatiku merasa senang agar nenek supaya menjaganya.
Kutipan: Sebulan kemudian aku mengirim surat kepada nenek. Aku menanyakan tanaman jagung itu.” Apa tanaman jagung itu sudah tumbuh dengan subur.” Hari demi hari aku menunggu surat balasan dari nenek, sebulan kemudian surat balasan dari nenek pun datang, aku tidak sabar apa surat itu aku pun segera membacanya, saat aku membaca isi surat itu ternyata tanaman jagung rusak dimakan tikus. Sedih sekali rasanya hatiku saat tahu kalau tanaman jagung itu rusak. Hasil Analisis: Sebulan kemudian aku mengirim surat kepada nenek tentang tanaman jagung. “ Apakah tanaman itu tumbuh subur nek,? Hari demi hari aku menunggu surat balasan namun sebulan kemudian surat balasan itu datang dan aku tidak sabar untuk membacanya. Saat aku membaca surat itu ternyata tanaman tersebut rusak dimakan tikus. Sedih rasanya hatiku saat itu. Setelah itu aku bercerita kepada ibu tentang tanaman jagung itu yang susak aku berkata kepada ibu. Kutipan: “ Bu, rasanya aku ingin pergi kerumah nenek lagi di makasar.” Kata aku. “ Memangnya kamu kenapa pengen ke rumah nenek lagi?‟ tanya ibu dengan kaget “ karena aku ingin menanam jagung kembali bu, kata aku
Hasil Analisis: Aku bertanya kepada ibu ”Bu rasanya aku ingin pergi ke rumah nenek.” “ lalu kenapa ingin ke rumah nenek? Tanya ibu denga kaget. “ karena aku ingin menanam jagung kembali,” Sahut aku.
Kutipan: Ibu pun terdiam mendengar aku berserita tentang tananam jagung itu yang rusak dimakan tikus, setelah itu ibu pun memberitahukan kepada ayah tentang aku ingin ke makasar. “ Memangnya liburan kamu masih panjang gitu nak?” Tanya ibu dengan kaget. “ karena aku ingin menanam jagung kembali bu.” Kata aku. Hasil Analisis: Ibupun terdiam mendengar cerita tentang tanaman jagung yang rusak itu. Setelah itu ibu memberitahu kepada ayah bahwa aku ingin ke Makasar. “ Memangnya liburan kamu masih panjang nak.?Tanya ibu dengan kaget. “ Liburan saya tinggal lima hari lagi.”
Kutipan: Telah dengan ayah dan ibu karena tidak mengizinkan aku pergi ke makasar. Hasil Analisis: Setelah keluarga tidak mengijinkan saya pulang pergi ke Makasar lagi, maka sya merasa kecewa terhadap keluarga karea tidak mengijinkan untuk pergi ke Makasar.
Kutipan: Keesokan harinya kami berkumpul diruang makan, setelah selesai makan ayah berkata kepada ku. “ lebih baik kamu menanam jagung di kebun belakang rumah kita.” Kata ayah “ emmmmm, gimana yah.” Jawab aku dengan bingung. Hasil Analisis: Hari berikutnya kami berkumpul diruang makan, setelah selesai makan ayah berkata,” lebih baik kamu menanam jagung di kebun belakang rumah kita.” “ em, gimana ya.
Kutipan: Setelah kupikir-pikir boleh juga dan aku segera memberitahukan kepada ayah, aku berkata.” “ayah aku bersedia menanam jagung di kebun belakang rumah kita.” Kata aku dengan semangat. “ ya, sudah kalau kamu bersedia menanam jagung di kebun belakang , nanti ayah belikan bibit jagungnya. Kata ayah. Hasil Analisis: Setelah kupikir boleh juga, aku segera memberitahukan kepada ayah. “Ayah saya bersedia menanam jagung dikebun belakang rumah.” “ Ya sudah jika kamu bersedia nanti ayah belikan bibit jagungnya.”
Kutipan: Setelah itu yayah memberikan bibit jagung itu dan aku akan tanam besok pagi, aku tidak sabar ingin segera besok pagi. Hasil Analisis: Setelah itu dia memberikan bibit jagung dan aku akan menanamnya besok pagi karena aku tidak sabar lagi. Kutipan: Hari pun telah berganti akupun menanti bibit jagung itu dan aku merasa senang sekali karena aku bisa menanam jagung kembali. Hasil Analisis: Hari telah berganti pagi aku merasa senang, karena aku akan menanam jagung.
Lampiran – Lampiran Kode: (Nomer Urut, Nomer kalimat, Nomer teks) Teks Karangan Narasi 1 SUBJENIS DIKSI DIK KODE DIKSI ( KATA) KET Sinonim 1.1.1 Ibuku sibuk membikin kue dan juga Ti Tidak Tetep makananmakanan rinan lainnya yang nanti dihidangkan kepada sanak saudara, teman ataupun tamu-tamu yang datang kerumahku untun saling bermaaf-maafkan dan juga menyambung tali silaturahmi. Umum Khusus
2.2.1
Beberapa hari sebelum memasuku hari raya Idul Fitri, keluargaku sagat sibuk menyampaikan kedatangannya dengan bermacam-macam kedatangannya.
Tepat
Denotasi Konotasi
3.3.1
Tak terasa sudah hampir sebulan penuh kita berpuasa.
Tepat
Ungkapan Idiomatik
4.4.1
Ibuku sibuk membikin kue dan juga makanan- Tepat makanan ringan lainya yang nanti dihidangkan kepada sanak saudara, teman atau pun tamu-tamu yang datang kerumahku untuk saling bermaaf-maafkan dan juga menyambung talsilaturahmi.
Kelangsungan Pilihan Kata
5.5.1
Suara-suara orang yang sedang melafadkan ayat-ayat suci alquran pada mesjid-mesjid terdekat rumahku.
Penggunaan Kata Indria
6.6.1
Di dalam daput terdengar suara teriakan ibu yang beberapa kali memanggil namaku, Tepat akupun langsung menghampiri.
Tidak Tepat
Lampiran – Lampiran Kode: (Nomer Urut, Nomer kalimat, Nomer teks) Teks Karangan Narasi 2 SUBJENIS DIKSI KODE D DIKSI ( KATA) KET Sinonim 7.1.2 Karena tidak ada umpan, pekerja disana TidakTepat memberi tau saya kalau ikan diempang itu suka makan daun jadi saya mencobanya lainnya.
Umum Khusus
8.2.2
Pada tanggal 2 Maret 2014, kami sekeluarga pergi ke sawah kakek yang ada di Bugel Tigaraksa
Tepat
Denotasi Konotasi
9.3.2
Pada tanggal 2 maret 2014, kami sekeluarga pergi ke sawah kakek yang ada di Bugel Tiga Raksa.
Tepat
Idiomatik
10.4.2
Awalnya rencana berlibur kali ini Tepat direncanakan oleh kakek saya, yang ingin berlibur disekitar daerah ini saja sebab selain biaya murah di daerah ini juga masih banyak tempat-tempat indah lainnya.
Penggunaan Kata Indria
11.5.2
Rasa singkong ini enak sekali dan baru Tepat pertama kali aku mencoba makan singkong bakar.
Lampiran – Lampiran Kode: (Nomer Urut, Nomer kalimat, Nomer teks) Teks Karangan Narasi 3 SUBJENIS DIKSI DIK KODE DIKSI ( KATA) Sinonim 12.1.3 Si ayah lalu menuding jari ke arah burung gagak itu sambil bertanya, “Nak apakah benda itam itu.?
KET Tepat
Umum Khusus
13.2.3
Kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta Tepat saat libur tiba akan menghabiskan waktu liburnya ke kota, meninggalkan semua aktivitas kota yang padat.
Denotasi Konotasi
14.3.3
Kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta saat libur tiba akan menghabiskan waktu Tepat liburnya ke kota, meninggalkan semua aktivitas kota yang padat.
Idiomatik
15.4.3
Walau sepanjang jalan yang kami lalui tadi malam tergenang air, masih menyisakan sampah yang terbawa oleh arus air. Tepat
Kelangsungan Pilihan Kata
15.5.3
Tetapi tidak mengajukan anak, karena si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk bertanya hal yang sama, kali ini si Tidak Tepat anak benar-benar hilang kesabaran dan menjadi marah.
Penggunaan Kata Indria
16.6.3
Awalnya keadaan di kamar menyenangkan, tapi setelah adik dan keponakan laki-laki Tepat masuk ke dalam kamar keadaan menjadi ramai dan rusuh, kakak sepupuku mengusir adik dan keponakan tapi mereka tidak mau keluar.
Lampiran – Lampiran Kode: (Nomer Urut, Nomer kalimat, Nomer teks) Teks Karangan Narasi 4 SUBJENIS DIKSI DIK KODE DIKSI ( KATA) Sinonim 17.1.4 Kami memang sudah biasa, setiap hari libur tiba selalu berkunjung ke rumah nenek, tapai sayang dua tahun terkhir setiap kami mengunjungi rumah nenek sosok nenek tidak tampak , nenek telah dipanggil oleh Sang Maha Kuasa Allah Swt.
KET Tepat
Umum Khusus
18.2.4
Ada seorang pemuda sedang duduk dengan tatapan kosong mengarah kehamparan air telaga
TidakTepat
Denotasi Konotasi
19.3.4
Ada seorang pemuda sedang duduk Tepat tatapan kosong mengarah kehamparan telaga.
Kelangsungan Pilihan Kata
20.4.5
saat sampai, aku dan keluargaku disambut TidakTepat oleh saudara-saudaraku yang telah dahulu sampai
Penggunaan Kata Indria
21.5.6
Tiba-tiba terdengar suara memecah suara kesunyian.
sengau Tepat
Lampiran – Lampiran Kode: (Nomer Urut, Nomer kalimat, Nomer teks) Teks Karangan Narasi 5 SUBJENIS DIKSI KODE DIKSI ( KATA)
KET
Sinonim
22.1.5
Tiba-tiba suara gaduh memecahkan kesunyian.
Tepat
Umum Khusus
23.2.5
Suhu udara sangat dingin, dengan rasa Tepat tegang ku guyurkan segayung air ke tubuhku setelah itu berangkat ke sekolah.
Denotasi Konotasi
24.3.5
Ku alunkan kaki ku menuju istana ilmu Tepat dan aku pun duduk di sekolah singgasana, hari pertama masuk sekolah yang dimana sekarang aku sudah kelas 8 SMP.
Kelangsungan Pilihan Kata
25.4.5
Tiba di sana terdengar suara gaduh memecahkan kesunyian.
Tepat
Penggunaan Kata Indria
26.5.5
Apalagi kalau bukan ke sekolah suhu udara sangat dingin dengan rasa tegang aku menumpahkan segayung air ke tubuhku.
Tepat
Lampiran – Lampiran Kode: (Nomer Urut, Nomer kalimat, Nomer teks) Teks Karangan Narasi 6 SUBJENIS DIKSI DIK KODE DIKSI ( KATA) KET Sinonim 26.1.6 Kualunkan kakiku menuju istana Tidak TidakTepat ilmu dan akupun duduk di sekolah singga sana. Umum Khusus
27.2.6
Liburan ke marin yang paling menarik dalam hidupku, bapak Tepat akan mengajak berkunjung ke desa kelahirannya.
Denotasi Konotasi
28.3.6
Wuwu itu alat tradisional yang Tepat terbuat dari anyaman bambu.
Kelangsungan Pilihan Kata
27.4.6
Kualunkan kakiku menuju istana Tidak Tepat ilmu dan akupun duduk di sekolah singgasana. .
Lampiran – Lampiran Kode: (Nomer Urut, Nomer kalimat, Nomer teks) Teks Karangan Narasi 7 SUBJENIS DIKSI DIK KODE DIKSI ( KATA) Sinonim 28.1.7 Liburan kemaren paling menarik dalam hidupku adalah ketika ayah mengajak berkunjung ke desa kelahirannya
KET Tidak tepat
Umum Khusus
29.2.7
Hari demi hari aku menunggu surat balasan dari nenek, sebulan kemudian surat balasan dari nenek itu datang
Tepat
Denotasi Konotasi
30.3.7
Ibupun terdiam mendengar aku bercerita tentang tanaman jagung itu yang rusak di makan tikus..
Tidak tepat
Kelangsungan Pilihan Kata
31.4.7
Dan kamipun menaiki bus untuk pulang.
Tepat
BIODATA PENULIS
Satono (1811013000021), mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lahir di Tangerang 20 Mei 1968. Sekarang tinggal bersama istri dan dua orang anak satu cucu. Sejarah pendidikan formal penulis, berawal dari SDN Peusar II tahun 1975-1981, kemudian melanjutkan di SMPN Cikupa tahun 1981-1984. Setelah itu penulis kembali melanjutkan sekolah di SMAN Balaraja tahun 1984 - 1987. Anak dari Bapak Sadi dan Ibu Suting ini, kemudian melanjutkan ke Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Menyelesaikan skripsi pada bulan Desember 2014 dalam karangan dengan judul ”Kemampuan Diksi dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang” sebagai persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan (SI). Adapun Bapak dua anak ini selain mengajar di MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang sedang bekerja dianak Perusahaan PT. Telkom Indonesia.