CAMPUR KODE PADA PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X MA (MADRASAH ALIYAH) JABAL NUR CIPONDOH, TANGERANG
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
Jayanti Puspita Dewi 1110013000029
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
i
ABSTRAK
Jayanti Puspita Dewi, 1110013000029, 2014, “Campur Kode pada Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Karangan Narasi Siswa Kelas X MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang.” Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Pembimbing Dr. Nuryani, M.A. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya. Manusia sangat membutuhkan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pikiran dan ide-idenya dengan maksud ingin mengutarakannya kepada pihak lain. Komunikasi yang dilakukan manusia tidak hanya lewat ucapan namun juga dapat lewat tulisan. Pada saat berkomunikasi, manusia harus memperhatikan bahasa yang digunakan, seperti dalam kegiatan menulis sebuah karangan dalam pembelajaran bahasa Indonesia harus diperhatikan penggunaan bahasanya. Namun, kenyataannya ketika menulis, penulis mencampuradukkan bahasa-bahasa yang mereka kuasai. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana wujud dan jenis campur kode dalam karangan narasi siswa kelas X MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang. Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengkaji wujud dan jenis campur kode dalam karangan narasi siswa kelas X MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tugas dan catat. Teknik penganalisisan data dibuat dengan menggolongkan campur kode tersebut sesuai dengan wujud dan jenis campur kode dari masing-masing karangan siswa. Sumber data dari penelitian ini adalah karangan siswa kelas X MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang berjumlah dua puluh empat karangan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan wujud campur kode berupa kata, frasa, klausa, kalimat, singkatan, dan istilah . Sementara itu, untuk jenis campur kode keluar, yakni campur kode bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris dan bahasa Arab.
Kata kunci: karangan narasi, wujud campur kode, jenis campur kode.
ii
ABSTRACT Jayanti Puspita Dewi, 1110013000029, 2014, “The Use of Code-Mixing in Writing Bahasa Indonesia Narration Text Class X MA Jabal Nur, Cipondoh, Tangerang.” Indonesia Language and Literature Education Department, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta. Advisor Dr. Nuryani, M.A. Language is a mean of communication used by human being to interact each other. Human really need language in order to express their feeling and ideas to the others. Communication done by human is not only from an oral process, but also from written text. When communicate, human need to understand the language they use, for example in writing a text when in Bahasa Indonesia class the use of the appropriate language become necessary. The problem, in the reality, some writers keep mix the languages they have mastered in their text. The problem that become the focus in this study is the form and kind of code-mixing in class X students’ narration text in MA Jabal Nur, Cipondoh, Tangerang. The purpose of this research is to know the form and kind of code-mixing by the class X students’ narration text in MA Jabal Nur, Cipondoh, Tangerang. The method of the research is descriptive qualitative. The tecnique use task and writing technique. The analyzing method is made by categorized the codemixing in students text into their form and kinds. The data source of this study are narration texts of class ten students of MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang, with total 24 texts. Based on the result of the study found the form of code mixing in words, phrase. Clause, sentences, abbreviation, and technical term. For the kind of code mixing are out code mixing bahasa Indonesia with English and Arabic. Key words: narration text, code mixing form, code mixing kind
iii
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur hanya bagi Allah swt. karena limpahan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Selawat dan salam tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad swa, para keluarga, dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi berjudul “Campur Kode pada Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Karangan Narasi Siswa Kelas X MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang”, disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi, penulis membutuhkan bimbingan, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Sebagai ungkapan rasa hormat, penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada 1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang selalu memberikan semangat dan saran-saran. 3. Dra. Hindun, M.Pd. Sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang selalu memberikan saran-saran, semangat dan meluangkan waktunya membantu penulis selama perkuliahan berlangsung. 4. Dr. Nuryani, M.A. sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi, dan saran-saran saat penyusunan skripsi ini. 5. Teristimewa untuk orangtua penulis, yaitu Bapak Sutiman dan Ibu Linda yang telah memberikan doa, motivasi, dan mengorbankan segala hal untuk kesuksesan anaknya.
iv
6. Keluarga besar Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya kelas A angkatan 2010 yang selalu membantu penulis. 7. Saudara kandung penulis, yaitu Irma Sri Wulan Dari Maya Astuti dan Rizki Julianti yang selalu memberikan dukungan lahir batin dan doa. 8. Sahabat terbaik Putri Mawardani, Nur Okti, Bella Yunita,yang siaga memberikan pertolongan lahir batin dan selalu memotivasi penulis. 9. Umi Churin in Nabila yang telah memberikan jalan dalam penelitian dan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. 10. Mohamad Syafri yang meluangkan waktunya untuk membantu dan memberikan saran demi kelancaran penulisan skripsi serta selalu memberikan semangat selama penulis mengerjakan skripsi ini. 11. Keluarga besar MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang khususnya siswasiswi kelas X yang membantu mengumpulkan karangan narasi. 12. Semua orang yang telah berjasa dalam pembuatan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis berdoa dan berharap semoga semua pihak yang telah membantu mendapatkan balasan yang lebih baik dari Allah swt. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, penulis memohon maaf atas kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini dan penulis menerima kritik dan saran yang membangun skripsi ini. Semoga kehadiran skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Jakarta, 14 Juli 2014
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN ............................................................................
i
ABSTRAK ..................................................................................................
ii
ABSTRACT .................................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ................................................................................
iv
DAFTAR ISI ................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah..............................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...................................................................
5
C. Pembatasan Masalah ..................................................................
5
D. Rumusan Masalah .......................................................................
6
E. Tujuan Penelitian .........................................................................
6
F. Manfaat Penelitian ......................................................................
6
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
8
A. Sosiolingustik .......................................................... ..................
8
B. Kedwibahasaan ...........................................................................
10
C. Campur Kode ...................................................................................
12
D. Karangan ..................................... ..............................................
19
E. Karangan Narasi ...................................................................... ..
21
F. Penelitian yang Relevan .................................................. .........
23
BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................
25
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
25
B. Metode Penelitian.......................................................................
25
C. Subjek Penelitian .......................................................................
28
D. Fokus Penelitian ........................................................................
28
E. Instrumen Penelitian ..................................................................
28
vi
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
29
G. Teknik Analisis Data .................................................................
29
BAB IV PEMBAHASAN ..........................................................................
31
A. Profil Madrasah ...........................................................................
31
B. Klasifikasi Wujud dan Jenis Campur Kode ...............................
34
C. Analisis Data ..............................................................................
44
BAB V PENUTUP ......................................................................................
73
A. Simpulan ....................................................................................
73
B. Saran ..........................................................................................
73
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
75
UJI REFERENSI LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
: Daftar Guru Madrasah Aliyah Jabal Nur Cipondoh, Tangerang
Tabel 2
: Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Kisah 7 Sekawan”
Tabel 3
: Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “My Interesting Holiday”
Tabel 4
: Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Kerinduan yang Mendalam”
Tabel 5
: Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Sesuatu yang Berbeda Merubah Segalanya”
Tabel 6
: Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Darah Keinsyafanku UntukMu”
Tabel 7
: Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Karena Allah Masih Mencintaiku”
Tabel 8
: Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Cintaku Tak Dapat Ditebak”
Tabel 9
: Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Budhe, I Miss You”
Tabel 10
: Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Ketika Cinta Bersemi Indah”
Tabel 11
: Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Dimana Budaya Ku yang Dulu”
Tabel 12
: Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Kebaikan Seorang Gadis” viii
Tabel 13
: Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Semua untuk Ayah”
Tabel 14
: Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Syira”
Tabel 15
: Klasifikasi Wujud Campur Kode Karangan Narasi Siswa Kelas X MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang
Tabel 16
: Klasifikasi Jenis Campur Kode Karangan Narasi Siswa Kelas X MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 2
: Karangan Narasi Siti Nurinayah “Kerinduan yang Mendalam”
Lampiran 3
: Karangan Narasi Rara K. Azzahru “Darah Keinsyafan Ku”
Lampiran 4
: Karangan Narasi Amalia Indah Sari “Karena Allah Nasih Mencintaiku”
Lampiran 5
: Karangan Narasi Aulia Salam “Cintaku Tak Dapat Ditebak”
Lampiran 6
: Karangan Narasi Fathya Rizqiah “Budhe I Miss You”
Lampiran 7
: Karangan Narasi Pudiawati “Ketika Cinta Bersemi Indah”
Lampiran 8
: Karangan Narasi Ramadhanti Surya Maesa Putri “Dimana Budaya Ku yang Dulu”
Lampiran 9
: Karangan Narasi Dinda Islami “Syira”
Lampiran 10 : Karangan Narasi Iva Nur Afifah “Semua untuk Ayah” Lampiran 11 : Karangan Narasi Himmatul Ulya “Kisah 7 Sekawan” Lampiran 12 : Karangan Narasi Nur Fani Fdilah “My Interesting Holiday” Lampiran 13 : Surat Penelitian Lampiran 14 : Surat Bimbingan
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi dengan sesamanya. Manusia sangat membutuhkan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan pikiran dan ide-idenya dengan maksud ingin mengutarakannya kepada pihak lain. Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan. Sebagai alat komunikasi dan interaksi yang hanya dimiliki oleh manusia, bahasa dapat dikaji secara internal maupun secara eksternal. Secara internal artinya pengkajian tersebut dilakukan terhadap unsur internal bahasa saja seperti, struktur fonologis, morfologis, sintaksis, dan semantiknya saja. Sedangkan kajian secara eksternal berarti kajian tersebut dilakukan terhadap hal-hal atau faktor-faktor di luar bahasa, tetapi berkaitan dengan pemakai bahasa itu sendiri, masyarakat tutur ataupun lingkungannya. Pengkajian bahasa secara eksternal juga mengkaji bagaimana pembauran berbagai bahasa dalam suatu wilayah dan penguasaan bahasa kedua, ketiga bahkan selanjutnya oleh penutur atau pengguna bahasa. Belajar bahasa Indonesia sama dengan belajar sejarah budaya Indonesia. Selain belajar menggunakan bahasa Indonesia siswa juga belajar berkomunikasi dengan santun sesuai dengan budaya Indonesia. Melalui pembelajaran bahasa, secara tidak langsung ditumbuhkan rasa bangga menggunakan bahasa Indonesia sehingga tumbuh penghargaan akan pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam bahasa Indonesia. Pada arus globalisasi seperti sekarang ini tentu saja akan mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Pengaruh itu akan terlihat pada bidang pendidikan dan kebudayaan, salah satu yang akan dihadapi dunia pendidikan adalah masalah identitas bangsa. Kalau kita membicarakan identitas bangsa tentunya kita berbicara kebudayaan, dan kalau kita berbicara kebudayaan kita jelas berbicara
1
2
persoalan bahasa. Pengaruh arus globalisasi dapat terlihat dari sikap yang lebih mengutamakan bahasa asing ketimbang bahasa Indonesia. Seseorang yang menguasai dua bahasa biasa disebut bilingual (dalam bahasa Indonesia
disebut
juga
dwibahasawan)
sedangkan
kemampuan
untuk
menggunakan dua bahasa disebut bilingualitas (dalam bahasa Indonesia disebut kedwibahasawanan). Sebagai seorang yang terlibat dengan penggunaan dua bahasa dan juga dengan dua budaya, seorang dwibahasawan tentu tidak terlepas dari akibat penggunaan dua bahasa. Salah satu akibatnya adalah tumpang tindih antara dua sistem bahasa yang dipakai atau digunakannya dari unsur bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Ini dapat terjadi karena kurang penguasaan bahasa kedua oleh penutur atau bahkan karena kebiasaan. Seperti pada MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang termasuk dapat dikatakan madrasah yang berada disebuah kota yang mayoritas penduduknya bersuku Betawi. Namun, ada sebagian bersuku Sunda dan lainnya. Sekolah tersebut mengharuskan siswanya dalam menggunakan bahasa asing di dalam asrama dan tidak menutup kemungkinan memberikan dampak pada bahasa yang digunakan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia baik secara formal maupun nonformal baik lisan maupun tulisan. Khususnya pada bahasa tulis untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat memberikan pengaruh pada siswa yang biasanya menggunakan lebih dari satu bahasa dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan seperti ini siswa telah mengcampur antar bahasa satu dengan bahasa yang lain, sedangkan kita tahu dalam pembelajaran bahasa Indonesia bahasa yang kita gunakan, yakni bahasa Indonesia bukan bahasa asing, tetapi tidak hanya bahasa asing yang memberikan pengaruh dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Pada MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang, yang mayoritas siswanya bersuku Jawa dan ada beberapa suku lainnya penggunaan bahasa daerah mereka pun dapat berpengaruh dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Latar belakang hidup di dalam masyarakat bilingual atau multilingual membuat orang khususnya siswa mampu berbicara setidaknya dalam dua bahasa.
3
Mereka dapat menggunakan paling tidak bahasa daerahnya (yang biasanya merupakan bahasa ibu) terlihat jelas dalam paparan di atas seperti era globalisasi ini pun kemurnian bahasa Indonesia mulai pudar tidak hanya terpengaruh pada bahasa daerah namun teralihkan juga oleh bahasa asing. Banyak penutur bahasa Indonesia yang lebih suka menggunakan bahasa asing dalam penulisan untuk mata pelajaran bahasa Indonesia daripada bahasa bangsanya sendiri yaitu bahasa Indonesia. Keadaan ini disebabkan oleh banyak motif diantaranya, motif kegengsian, motif kebebasan dan motif keperluan. Banyak siswa yang menganggap bahwa dengan menggunakan bahasa asing tingkat kegengsiannya lebih tinggi, terutama di kalangan siswa masa kini. Mereka menganggap Fenomena yang terjadi di masyarakat bilingual Indonesia ini karena adanya kontak bahasa antara bahasa Indonesia, bahasa daerah dengan bahasa asing. Di dalam kontak bahasa ada empat jenis pilihan bahasa, yaitu alih kode, campur kode, peminjaman kata, dan interferensi. Tapi di sini hanya difokuskan mengenai masalah campur kode (code mixing). Pada dasarnya campur kode berkaitan dengan situasi sosial penutur. Situasi itu bisa berdasarkan tempat dimana tuturan itu dituturkan, berdasarkan kesamaan budaya dan berdasarkan tingkat edukasi penutur. Pencampuradukan bahasa ini misalnya terjadi dalam karangan siswa. Karangan merupakan sebuah karya atau karya tulis dari kegiatan seseorang untuk menyampaikan gagasan atau pengetahuan kepada orang lain melalui tulisan. Karangan tersebut bisa karangan narasi, deskriptif, persuasif, atau argumentasi. Biasa dalam sebuah karangan terdapat pencampur kode yang dilakukan siswa secara tidak sengaja ataupun secara sengaja baik dalam bahasa asing maupun dalam bahasa daerah. Ini terjadi dikarenakan kurangnya penguasaan bahasa Indonesia siswa atau karena gengsi serta faktor keterbiasaan. Pencampuran unsur bahasa ini dapat disebut campur kode (code mixing). Campur kode (code mixing) merupakan penggunaan dua bahasa atau lebih namun yang digunakan hanya serpihan-serpihan kata, karena semakin berbaurnya budaya di era glogalisasi.Campur kode sering terjadi baik dalam percakapan sehari-hari
4
maupun dalam sebuah wacana tulis (Narasi, Cerpen, artikel, dan lain-lain). Fenomena ini seringdialami sendiri ketika masih ditingkat SMA/MA, baik dalam kondisi lisan maupun tulisan. Peneliti merasa hal seperti ini masih banyak terjadi di sekolah-sekolah yang dilakukan siswa. Campur kode terjadi tidak hanya pada siswa disekolah saja namun dalam wacana, dalam novel, maupun cerpen sering terjadi campur kode. Di sini peneliti melakukan penelitian dalam lingkungan siswa di sekolah. Karena banyaknya campur kode yang terdapat dalam wacana, maka peneliti melakukan sebuah analisis terhadap “Karangan Narasi” pada siswa SMA/MA. Peneliti melakukan penelitian pada siswa MA (Madrasah Aliyah) kelas X. Materi menulis karangan terdapat pada siswa kelas X semester 2. Karangan yang peneliti teliti yaitu karangan narasi, karangan yang peristiwanya bersifat fiksi dan bertujuan menceritakan peristiwa yang mengandung konflik. Karena siswa kerap kali melakukan kesalahan dalam mengarang bahasa Indonesia serta
karena
banyaknya campur kode yang terdapat dalam wacana maka peneliti melakukan sebuah penelitian terhadap karangan narasi dengan judul “CAMPUR KODE PADA PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS X MA (MADRASAH ALIYAH) JABAL NUR CIPONDOH, TANGERANG.”
5
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1.
Pengaruh arus globalisasi yang lebih mengutamakan bahasa asing ketimbang bahasa Indonesia terhadap siswa kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang;
2.
Penggunaan dua bahasa atau lebih memberikan dampak pada bahasa yang digunakan siswa kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang dalam pembelajaran Bahasa Indonesia;
3.
Kesukaan menggunakan bahasa asing dan penulisan bahasa Indonesia yang disebabkan oleh banyak motif pada siswa kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang;
4.
Kurangnya penguasaan bahasa Indonesia siswa kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang;
5.
Banyaknya campur kode yang terdapat dalam wacara yang ditulis siswa kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang;
6.
Ditemukan penggunaan bahasa asing dan daerah dalam karangan siswa kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang.
C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini akan dibatasi pada masalah-masalah berikut ini. 1.
Wujud campur kode dalam karangan narasi berupa cerpen siswa kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang;
2.
Jenis campur kode dalam karangan narasi berupa cerpen siswa kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang.
6
D. Rumusan Masalah Sehubungan dengan pernyataan di atas, peneliti dapat merumuskan pokok dari permasalahan tersebut. Pokok pemasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1.
Bagaimana wujud campur kode dalam karangan narasi yang berupa cerpensiswa kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang?
2.
Bagaimana jenis campur kode dalam karangan narasi yang berupa cerpensiswa kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang?
E. Tujuan Penelitian Dalam melihat rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Menganalisis wujud campur kode dalam karangan narasi berupa cerpensiswa kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang;
2.
Menganalisis jenis campur kode dalam karangan narasi berupa cerpensiswa kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak di bawah ini. 1.
Manfaat Teoretis Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk: a. Peneliti, sebagaimana peneliti memperoleh ilmu baru; b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ragam bahasa yang digunakan. Sejalan dengan perkembangan zaman, bahasa selalu berubah dan berkembang karena adanya pengaruh dari bahasa lain yang
7
akan memunculkan variasi bahasa. Diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk guru dan mahasiswa lain.
2.
Manfaat Praktis a. Bagi guru hasil penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan campur kode; b. Bagi sekolah penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan refleksi dan memperkaya informasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia dalam mengarang; c. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan campur kode; d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam penggunaan media yang tepat dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah untuk mengurangi masalah campur kode.
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN “Pengaruh Campur Kode Pada Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Karangan NarasiSiswa Kelas XMA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang.”Dari judul tersebut sesuai dengan bidang kajiannnya, campur kode merupakan bagian dari ilmu sosiolinguistik yang mengkaji bahasa dengan melibatkan hubungan antara bahasa dengan masyarakat. Campur kode merupakan aspek dari saling ketergantungan bahasa dalam masyarakat multilingual. Untuk lebih jelasnya mengenai campur kode, penulis akan menjelaskannya. A. Sosiolinguistik DEPDIKNAS menyatakan: Sosiolinguistik adalah ilmu yang interdisipliner. Istilahnya sendiri menunjukkan bahwa ia terdiri atas bidang sosiologi dan linguistik. Dalam istilah linguistik-sosial (sosiolinguistik) kata sosio adalah aspek utama dalam penelitian dan merupakan ciri umum bidang ilmu tersebut, sedangkan linguistik dalam hal itu juga berciri sosial sebab bahasa pun berciri sosial, yaitu bahasa dan strukturnya hanya dapat berkembang dalam masyarakat.1 Sosiolinguistik yang merupakan gabungan dua bidang ilmu seperti yang dijelaskan di atas merupakan gabungan dari sosiologi dan linguistik. Sosiologi sendiri adalah cabang ilmu yang mempelajari struktur kemasyarakatannya. Sosiologi menitikberatkan masyarakat sebagai makhluk sosial yang melibatkan segala perwujudan alam yang bersifat sosial baik gejala, sifat maupun ciri dari masyarakatnya. Bicara makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari yang namanya bahasa, yang bahasa sendiri merupakan syarat utama untuk berkomunikasi guna memperoleh ilmu pengetahuan, sedangkan linguistik adalah ilmu yang melibatkan dirinya dengan struktur bahasa seperti fonologi, morfologi, sintaksis, dan
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Teori dan Metode Sosiolinguistik I, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, 1995), h. 2
8
9
semantik. Mengkaji sosiolinguistik tidak dapat terlepas dari ilmu linguistik yang membahas struktur bahasa dan sosiologi yang membahasa konteks sosial. Appel (dalam Aslinda dan Leni) menyatakan: Sosiolinguistik memandang bahasa sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan tertentu, sedangkan yang dimaksud dengan pemakaian bahasa adalah bentuk interaksi sosial yang terjadi dalam situasi kongkret. Dengan demikian, dalam sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat secara internal, tetapi dilihat sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat.2 Chaer dan Leonie menyatakan, sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik bersifat interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam suatu masyarakat tutur.3Putu Wijaya dan Rohmadi menyatakan, sosiolinguistik sebagai cabang linguistik memandang atau menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakaian bahasa di dalam masyarakat, karena dalam kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, akan tetapi sebagai masyarakat sosial.4 Artinya, setiap yang tuturan yang keluar dari mulut manusia dipengaruhi oleh keadaan sekitar baik situasi maupun kondisinya. Sementara itu, Nababan menyatakan: Kita mengetahui arti linggustik, yaitu ilmu yang mempelajari atau membicarakan bahasa, khusunya unsur-unsur bahasa (fonem, morfem, kata, kalimat) dan hubungan antara unsur-unsur itu (struktur), termasuk hakekat dan pembentukan unsur-unsur itu. Unsur sosio- adalah seakar dengan sosial, yaitu yang berhubungan dengan masyarakat, kelompok-kelompok masyarakat, dan fungsi-fungsi kemasyarakatan.5 Namun, Hudson menyatakan bahwa, sosiolinguistik adalah [the study of language in relation to society]6, maksdunya sosiolinguistik merupakan ilmu yang 2
Aslinda dan Leni Syafyahya, Pengantar Sosiolinguistik, (Bandung: PT Reflika Aditama, 2007), h. 6 3 Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995), h. 5 4 Dewa Putu Wijana dan Muhammad Rohmadi, Sosiolinguistik Kajian Teori dan Analisis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 7 5 P.W.J. Nababan, Sociolinguistik Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Gramedia, 1993), h. 2 6 R. A. Hudson, Sociolinguistics, (New York: Cambridge University Press, 1980), h. 1
10
mempelajari dalam hubungannya dengan kehidupan sosial. Berbeda dengan Hudson, Made Iwan menyatakan, [sociolingustics ias a branch of linguistics that takes language as an object of study, in a way that is usually distinguished from how syntax, semantics, morphology, and phpnology handle it. It is a field that analyzes language as part of social property].7 Maksudnya sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang mengambil bahasa sebagai objek studi. Bidang ilmu ini menganalisis bahasa sebagai bagian yang properti sosial. Dapat dilihat dari pemaparan di atas mengenai sosiolinguistikdapat disimpulkan, sosiolinguistik adalah ilmu yang terbagi dari dua disiplin ilmu linguistik dan ilmu sosiologi. Linguistik merupakan kajian yang mempelajari struktur bahasa, sedangkan sosiologi merupakan kajian yang mempelajari ilmu sosial dalam masyarakat. Penelitian sosiolinguistik sendiri terdiri dari struktur bahasa dan faktor-faktor sosial. Jadi, sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari dan membahas aspek kemasyarakatan bahasa, seperti perbedaan variasi bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan dan dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat. B. Kedwibahasaan Indonesia memiliki beraneka ragam bahasa daerah disamping bahasa nasional negara Indonesia, yaitu bahasa Indonesia. Oleh sebab itu, tidak heran setiap orang menguasai lebih dari satu bahasa dalam berkomunikasi di dalam masyarakat. Hal yang seperti ini sering kita dengar dengan sebutan dwibahasaan.Menurut Wojowasito, dwibahasaan atau bilingualisme adalah seseorang berbahasa dua atau lebih sejak ia dapat menyatakan diri dalam dua bahasa dan memahami apa yang dikatakan atau ditulis dalam bahasa-bahasa tersebut.8Haugen (dalam Suwito) menyatakan, kedwibahasaan sebagai tahu dua bahasa (knowledge of two languages). Seseorang dwibahasawan tidak harus menguasai dua bahasa secara
7
Made Iwan Indrawan Jendra, Sociolinguistics: The Study of Societies’ Languages, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), h. 9 8 Wojowasito, Perkembangan Ilmu Bahasa (Linguistik) Abad-20, (Bandung: Shinta Dharma, 1976), h. 86
11
aktif, cukuplah apabila ia mengetahui secara pasif dua bahasa. 9Nababan menyatakan, kalau kita melihat orang memakai dua bahasa dalam pergaulannya dengan orang lain, dia berdwibahasa dalam arti dia melaksanakan kedwibahasaan yang kita akan sebut bilingualisme. Jadi bilingualisme ialah kebiasaan menggunakan
dua
bahasa
dalam
interaksi
dengan
orang
lain.10
Jika
kedwibahasaan merupakan biasaan menggunakan dua bahasa atau lebih lain halnya dengan kemampuan menggunakan dua bahasa atau lebih yang biasa disebut kedwibahasawanan atau dapat disebut bilingualitas. Chaer dan Leonie mengatakan, untuk dapat menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus mengguasai kedua bahasa itu. Pertama, bahasa ibunya sendiri atau bahasa pertamanya (disingkat B1), dan yang kedua adalah bahasa lain yang menjadi bahasa keduanya (disingkat B2). Orang dapat menggunanakan kedua bahasa itu disebut orang bilingual (dalam bahasa Indonesia disebut juga dwibahasawan).11 Pemaparan di atas menyebutkan istilah bilingualitas. Bilingualitas adalah tingkat penguasaan setiap bahasa, dan jenis keterampilan yang dikuasai seperti berbicara, menyimak, menulis, atau membaca.12 Aslida dan Leni menyatakan: Kedwibahasaan artinya kemampuan atau kebiasaan yang dimiliki oleh penutur dalam menggunakan bahasa. Banyak aspek yang berhubungan dengan kajian kedwibahasaan, antara lain aspek sosial, individu, pedagogis, dan psikologi. Di sisi lain, kata kedwibahasaan ini mengandung dua konsep, yaitu kemampuan menggunakan dua bahasa atau bilingualitas dan kebiasaan menggunakan dua bahasa atau bilingualism.13 Sementara itu, Lesley and Matthew menyatakan, [bilinguals are often unable to remember which language was used in any particular exchange]14, maksunya seperti bilingual punya kecenderungan untuk tidak mampu mengingat bahasa yang mereka gunakan saat melakukan pertukaran bahasa. Lain halnya dengan 9
Suwito, Sosiolinguistik Pengantar Awal, ( Surakarta: Henary Offset Solo, 1985), h. 43 Nababan, op. Cit., h. 27 11 Abdul Chaer dan Leonie Agustina., op. Cit, h. 112 12 Nababan, op. Cit., h. 6 13 Aslinda dan Leni, op. Cit., h. 8 14 Lesley Milroy and Matthew Gordon, Sociolinguistics: Method and Interpretation, (England: Oxford England, 2003), 212 10
12
Pride yang menyatakan, [one should note that a community whose members prossess one ‘mother tongue’ (or pre-school language) and many of whom go on to learn and use another language can be referred to as ‘monolingual’ or ‘bilingual’]15, maksudnya bilingual dapat siasosiasikan dalam kelompok yang salah satu anggotanya menguasai bahasa ibu dan kemudian belajar dan menggunakan bahasa lain. Para ahli telah memberikan pengertiannya masingmasing dengan apa yang dimaksud dengan kedwibahasaan. Dapat disimpulkan yang dimaksud dengan kedwibahasaan, yakni penggunaan dua bahasa atau lebih dalam melakukan komunikasi dan interaksi dengan dipengaruhi banyak aspek sosial, seperti individu, pedagogis, dan psikologi. C. Campur Kode Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesamanya dengan menggunakan bahasa. Setiap negara tidak hanya memiliki satu bahasa saja karena selain bahasa nasional yang telah ditetapkan suatu negara pastinya sebuah negara memiliki bahasa lain yang mereka gunakan. Seperti negara Indonesia yang bahasa nasionalnya adalah bahasa Indonesia namun, tidak semua masyarakat Indonesia hanya menggunakan bahasa Indonesia saja. Mereka juga mempunyai bahasa pertama atau bahasa ibu atau bahasa daerah dari masingmasing daerah yang mereka pergunakan juga untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Selain itu banyaknya budaya di Indonesia mempengaruhi juga banyaknya bahasa yang digunakan. Sebelum berbicara jauh mengenai apa itu campur kode, alangkah baiknya menjelaskan apa itu kode.Pateda menyatakan: seseorang yang melakukan pembicaraan sebenarnya mengirimkan kode-kode kepada lawan bicaranya. Pengkodean ini melalui suatu proses yang terjadi baik pada pembicara, hampa suara, dan pada lawan bicara. Kode-kode itu harus dimengerti oleh kedua belah pihak. Kalau yang sepihak memahami apa yang dikodekan oleh lawan bicaranya, maka ia pasti akan mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan apa yang seharusnya dilakukan.
15
J. B. Pride, The Social Meaning of Language, (London: Oxford University Press, 1971),
h. 26
13
Tindakan itu, misalnya memutuskan pembicaraan atau mengulangi lagi pernyataan.16 Sementara itu, Poedjosoedarmo (dalam Kunjana) mengatakan, kode dapat didefinisikan sebagai suatu sistem tutur yang penerapan unsur bahasanya mempunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang, penutur, relasi penutur dengan lawan bicara dan situasi tutur yang ada. Kode biasanya berbentuk variasi bahasa yang secara nyata dipakai berkomunikasi anggota suatu masyarakat bahasa.17 Menurut Suwito,istilah kodedimaksudkan untuk menyebut salah satu varian di dalam hierarkhi kebahasaan.18Dari pemaparan pengertian mengenai kode, dapat disimpulkan, kode adalah sebuah tanda untuk menandakan sesuatu yang telah disepakati bersama untuk dapat dipakai berkomunikasi dengan masyarakat sekitar. Manusia tidak hanya menguasai satu bahasa saja, mereka dapat menguasai dua bahasa atau bahkan lebih dari dua bahasa. Kemampuan seseorang dalam menggunakan dua bahasa atau lebih di sebut multilingual. Suwito menyatakan, apabila dua bahasa atau lebih dipergunakan secara bergantian oleh penutur yang sama, maka dapat dikatakan bahwa bahasa-bahasa tersebut dalam keadaan saling kontak. Oleh karena itu, kontak bahasa dapat mengakibatkan terjadinya perubahan bahasa. Perubahannya dapat berupa unsur bahasa satu dengan bahasa lainnya yang salah satunya perubahan itu adalah campur kode. Dalam keadaan kedwibahasaan, banyak orang mencampuradukan dua bahasa atau lebih tanpa ada sesuatu yang menuntut untuk mencampuradukan. Membahas campur kode, Aslinda dan Leni menyatakan, campur kode terjadi apabila seorang penutur bahasa, misalnya bahasa Indonesia memasukkan unsur-unsur bahasa daerahnya ke dalam pembicaraan bahasa Indonesia.19 Nababan menyatakan, suatu keadaan berbahasa lain ialah bilamana orang mencampur dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa (speech act discourse) tanpa ada 16
Mansoer Pateda,Sosiolinguistik, (Bandung: Angkasa, 1987), h. 83 Kunjana Rahardi, Kajian Sosiolinguistik, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 25. 18 Suwito, op. Cit., h. 67 19 Aslinda dan Leni, op. Cit., h. 87 17
14
sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa itu. Dalam keadaan demikian, hanya kesantaian penutur dan/atau kebiasaannya yang dituruti. Tindak bahasa yang demikian kita sebut campur kode. 20 Campur kode sering sekali terjadi dalam keadaan informal atau dalam keadaan santai, seperti bincang-bincang bahasa Indonesia dan bahasa daerah. Campur kode jarang terjadi dalam keadaan formal, kalaupun terjadi itu karena tidak ada ungkapan atau kata yang dapat digunakan dalam bahasa yang dipakai. Dalam kalangan terpelajar, biasanya campur kode terjadi antara bahasa Indonesia dengan bahasa asing (Inggris atau Belanda atau yang lainnya). Campur kode juga terjadi lantara biasanya hanya karena sifat kegengsiannya yang tinggi sehingga berkeinginan memamerkan kemampuannya. Subyakto (dalam Sarwiji) mengatakan, campur kode ialah penggunaan dua bahasa atau lebih atau ragam bahasa secara santai antara orang-orang yang kita kenal dengan akrab. Dalam situasi berbahasa yang informal ini, kita dapat dengan bebas mencampur kode (bahasa atau ragam bahasa) kita; khususnya apabila ada istilah-istilah yang tidak dapat diungkapkan dalam bahasa lain.21 Sementara itu, lain halnya dengan apa yang dinyatakan Bell (dalam Arsil), [„language mixture’ far from making communication for bilinguals with substantially shared repertoires more difficult, actually facilitates it]22, maksudnya campur bahasa tidaklah membuat komunikasi yang pada dasarnya saling berbagi informasi lebih sulit, pada dasarnya hal itu memudahkan komunikasi. Namun, Suwito (dalam Wijana) menyatakan, campur kode adalah suatu keadaan berbahasa bilamana orang mencampur dua atau lebih bahasa dengan saling memasukkan unsur-unsur bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain, unsur-unsur yang menyisip tersebut tidak lagi mempunyai fungsi sendiri. pada unsur tersebut dapat disisipi kata, kata ulang, kelompok kata, idiom maupun klausa.23 Sementara itu, Suwito menyatakan di dalam campur kode ciri-ciri ketergantungan ditandai oleh adanya hubungan 20
Nababan, op. Cit., h. 32 Sarwiji Suwandi, Serbalinguistik Mengupas Pelbagai Praktik Bahasa, (Surakarta: UNS Press, 2008), h. 87 22 Arsil Marjohan, An Introdution to Sociolingustics, (Jakarta: Depdikbud, 1988), h. 51` 23 Putu Wijana, op. Cit,. h. 171 21
15
timbal balik antara peranan dan fungsi kebahasaan. Peranan maksudnya siapa yang menggunakan bahasa itu; sedangkan fungsi kebahasaan berarti apa yang hendak dicapai oleh penutur dengan tuturannya.24 Seseorang bercampur kode harus dilihat dulu siapakah dia, seperti latar belakang sosial, tingkat pendidikan, rasa keagamaan dan sebagainya. Fungsi kebahasaan mempengaruhi sejauh mana seseorang bercampur kode. Seseorang yang mempunyai kemampuan dalam berbahasa lebih dari satu bahasa akan mempunyai kesempatan yang lebih besar dalam melakukan campur kode. Namun, tidak semua orang yang menguasai lebih dari satu bahasa dapat bercampur kode karena dilihat juga dari apa yang hendak dicapai oleh seorang penutur. Menurut Suwito: Dalam kondisi yang maksimal campur kode merupakan konvergensi kebahasaan (lingustic convergence) yang unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa yang masing-masing telah menanggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disisipinya. Unsur-unsur demikian dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu yang bersumber dari bahasa asli dengan variasi-variasinya (campur kode ke dalam) dan bersumber dari bahasa asing (campur kode ke luar).25 Seorang penutur menggunakan bahasa Indonesia yang disisipi dengan bahasa daerah seperti bahasa Jawa disebut campur kode ke dalam. Hal ini dapat dikatakan bahwa seorang penutur adalah orang yang cukup kuat rasa kedaerahannya. Peristiwa semacam ini dapat dikatakan bahasa Indonesia yang kedaerah-daerahan. Sementara itu, seorang penutur yang berbicara bahasa Indonesia yang disisipi bahasa asing disebut campur kode ke luar. Campur kode dengan penyisipan bahasa asing dapat menunjukkan bahwa penutur adalah orang yang berpendidikan tinggi. Latar belakang terjadinya campur kode pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua tipe yaitu, tipe yang berlatar belakang pada sikap (attitudinal type) dan tipe yang berlatar belakang kebahasaan (linguistic type).26 Tipe latar belakang sikap maksudnya sikap seorang penutur ketika berbicara dengan situasi yang pendengarnya memiliki kemampuan bahasa yang lebih. Sementara itu, tipe latar belakang kebahasaan maksudnya seseorang yang melakukan campur kode karena 24
Suwito, op. Cit., h. 75 Suwito, op. Cit., h. 75-76 26 Ibid., h. 77 25
16
faktor memiliki kemampuan dua bahasa atau lebih yang sangat baik. Dari banyak pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa, campur kode adalah penggunaan dua bahasa atau lebih dalam sebuah percakapan maupun dalam wacana yang dilakukan hanya sebatas serpihan-serpihan kata. Berikut penjelasan mengenai beberapa wujud campur kode berupa kata, frasa, dan klausa, kalimat, singkatan, dan istilah: 1.
Kata Dalam kajian morfologi, kata adalah satuan terbesar yang bermakna.27 Sementara, dalam sintaksis, kata adalah satuan terkecil, yaitu dalam hubungannya dengan unsur-unsur pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, yaitu frase, klausa, dan kalimat. Sebagai satuan terkecil dalam sintaksis, kata berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis, sebagai penanda kategori sintaksis, dan sebagai perangkai dalam penyatuan satuan-satuan atau bagian-bagian dari satuan sintaksis.28
Chaer menyatakan, sebagai satuan terkecil dalam sintaksis kata, khususnyayang termasuk kelas terbuka (nomina, verba, dan ajektifa) dapat mengisi fungsi-fungsi sintaksis. Sedangkan kata-kata dari kelas tertutup (numeralia, preposisi, dan konjungsi).29 Kata nomina contohnya seperti meja, kursi, kuda, dan lain sebagainya. Sedangkan, kata kerja seperti tidur, makan, nyapu, nyuci, dan lain sebagainya. Kata sifat seperti cantik, baik, sabar, dan lain sebagainya. Kata keterangan contohnya kemarin, hari ini, lusa, dan lain-lain. Selanjutnya kata bilangan seperti satu, seribu, ketiga, dan lain-lain. Berbeda dengan Chaer, Hasan Alwi, dkk menyatakan: Dalam bahasa Indonesia kita memiliki empat kategori sintaksis utama verba atau kata kerja, nomina atau kata kerja, adjektiva atau kata sifat, adverbia atau kata keterangan. Disamping itu, ada satu kelompok lain yang dinamakan kata tugas yang terdiri atas beberapa subkelompok yang lebih kecil, misalnya preposisi atau kata depan, konjungtor atau kata sambung, dan partikel.30 27
Masnur Muslich, Tata Bentuk Bahasa Indonesia: Kajian ke Arah Tatabahasa Deskritif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 5 28 Abdul Chaer, Linguistik Umum, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), h. 219 29 Abdul Chaer, Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), h. 38 30 Hasan Alwi, dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 36
17
2.
Frasa Frasa atau frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.31 Ramlan (dalam Sukini) menyatakan, frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Maksudnya gabungan dua kata atau lebih tidak melampaui fungsi S (subjek), atau fungsi P (predikat).32 Berdasarkan kelas katanya frasa terbagi menjadi: a.
Frasa nominal Frasa nominal adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan nomina/kata benda kesamaan distribusi itu terlihat dengan jelas dari jajarannya.33 Contohnya, pabrik kopi, buku tulis, jilbab bermotif, dan lain sebagainya.
b.
Frasa Verba Frasa verba adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan verba.34 Contohnya, sedang menari, sudah datang, berdiri lagi, dan sebgainya.
c.
Frasa adjektival Frasa adjektival adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan adjektif.35 Contohnya, sangat malas, hitam manis, senang gembira, dan sebagainya.
d.
Frasa adverbia Frasa adverbia adalah rasa yang distribusinya sama dengan kata keterangan. Biasanya inti frasa keterangan juga berupa kata keterangan dan dalam kalimat sering menduduki fungsi sebagai keterangan.36
31
Abdul Chaer, op. Cit., h. 222 Sukini, Sintaksis: Sebuah Panduan Praktis, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), h. 20 33 Ibid., h. 30 34 Ibid. 35 Ibid., h. 31 36 Joni Endratmo, Definisi dan Jenis-Jenis Frasa, pada http://joniemudahtersinggung.blogspot.com/2012/01/definisi-dan-jenis-jenis-frasa.html,diakses 10 Juli 2014, pukul 19:58 32
18
Frasa numeral
e.
Frasa numeral adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan kata bilangan.37 Contohnya, dua ribu, tujuh lapis, lima piring, dan sebagainya. f.
Frasa preposisional Frasa preposisional adalah frasa yang terdiri atas kata depan sebagai perangkai,
diikuti
oleh
kata
atau
frasa
sebagai
38
aksis/sumbunya. Contohnya, di dalam rumah, kepada masyarakat, dan sebaginya.
3.
Klausa Klausa adalah tataran sintaksis yang berada di atas frasa dan di bawah kalimat. Chaermenyatakan: Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkontruksi predikatif. Artinya, di dalam kontruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lainnya sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagai keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam kontruksi klausa ini, fungsi subjek boleh dikatakan wajib, sedangkan yang lainnya tidak wajib.39 Sebagai contohnya meja makan dan adik makan dapat kita bandingkan. Meja makan bukanlah sebuah klausa karena kata meja dan kata makan tidak bersifat predikatif. Sedangkan adik makan adalah sebuah klausa karena kata adik dan kata makan terdapat sifat predikatif. Adik adalah pengisi subjek dan makan adalah pengisi predikat.
4.
Kalimat Sukini menyatakan, kalimat adalah kontruksi sintaksis yang berupa klausa, dapat berdiri sendiri atau bebas, dan mempunyai pola intonasi final.40 Namun, Alwi: kridalaksana (dalam Ida Bagus) menyatakan, dalam wujud 37
Ibid. Ibid., h. 32 39 Abdul Chaer, op. Cit., Linguistik Umum, h. 231 40 Sukini, op. Cit., h. 54-55 38
19
tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.41
5.
Singkatan Ramlan dan Mahmudah menyatakan, singkatan ialah kependekan yang berupa huruf atau gabungan huruf baik dilafalkan huruf demi huruf seperti DPR, LSM maupun yang tidak seperti dll. dan dsb.42 Semenatara itu, Niknik menyatakan, singkatan adalah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih.43
6.
Istilah Dalam kamus Linguistik Kridalaksana, istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.44
D. Karangan Menulis adalah salah satu kegiatan pembelajaran di sekolah. Contoh dari kegiatan menulis di sekolah adalah menulis sebuah karangan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), karangan merupakan 1. hasil mengarang; cerita; buah pena; 2. Ciptaan; gubahan (lagu, musik, nyayian); 3. Cerita mengada-ada (yang dibuat-buat); 4. Hasil rangkaian (susunan) – bunga.45Finoza menyatakan, karangan adalah penjabaran suatu gagasan secara resmi dan teratur tentang suatu topik atau pokok bahasan. Mengarang sendiri adalah perkerjaan merangkai atau menyusun kata, frasa, kalimat, dan alinea yang dipadukan dengan topik dan tema 41
Ida Bagus Putrayasa, Analisis Kalimat: Fungsi, Kategori, dan Peran, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 20 42 Ramlan dan Mahmudah, Disiplin Berbahasa Indonesia, (Jakarta: FITK PRESS, 2010), h. 35 43 Niknik M. Kuntarto, Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berfikir: Panduan Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011), h. 76 44 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik Edisi Keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 97 45 DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 624
20
tertentu untuk memperoleh hasil akhir berupa karangan.46 Berdasarkan cara penyajian pokok bahasannya, tipe karangan ada lima, yaitu 1.
Karangan deskripsi (pelukisan) Deskripsi merupakan bentuk tulisan yang berusaha memberi perincian dari objek yang sedang dibicarakan.47 Seorang guru anatomi menerangkan bagian-bagian tubuh manusia kepada murid-muridnya sehingga dalam benak muridnya bagian tubuh iti divisualisasikan seperti keadaan yang sebenarnya adalah salah satu contoh deskripsi.48
2.
Karangan narasi (pengisahan) Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan satu atau beberapa kejadian dan bagaimana berlangsungnya peristiwa-peristiwa tersebut. Rangkaian kejadian atau peristiwa ini biasanya disusun menurut urutan waktu (secara kronologis).49
3.
Karangan eksposisi (pemaparan) Karangan eksposisi merupakan wahana yang bertujuan untuk memberi tahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. Dalam karangan eksposisi, masalah yang dikomunikasikan terutama adalah pemberitahuan atau informasi. Informasi seperti ini dapat kita baca sehari-hari di dalam media massa, berita di expose atau dipaparkan kepada pembaca dengan tujuan memperluas pandangan atau pengetahuan pembaca.50
4.
Karangan argumentasi (pembahasan) Menulis argumentasi berarti mengemukakan masalah dengan mengambil sikap yang pasti untuk mengungkapkan segala persoalan dengan segala kesungguhan intelektualnya, bukan sekadar mana suka atau pendekatan emosional.51 46
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia: Untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa, (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2001), h. 189 47 Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian, (Jakarta: PT Grasindo, 2007), h. 158 48 Lamuddin Finoza, op. Cit., h. 192 49 Djoko Widagdho, Bahasa Indonesia: Pengantar Kemahiran Berbahasa di Perguruan Tinggi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), h. 106 50 Lamuddin Finoza, op. Cit., h. 197 51 Minto Rahayu, op. Cit., h. 168
21
5.
Karangan persuasi Karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan membuat pembaca percaya, yakin, terbujuk akan hal-hal yang dikomunikasikan yang mungkin berupa fakta, suatu pendirian umum, suatu pendapat/gagasan ataupun perasaan seseorang. Dalam karangan persuasi, fakta-fakta yang relevan dan jelas harus diuraikan sedemikian rupa, sehingga kesimpulannya dapat diterima secara meyakinkan.52 Dapat disimpulkan, karangan adalah hasil (tulisan) dalam bentuk cerita, baik
cerita fiksi maupun nonfiksi. Karangan terbagi menjadi lima jenis, yaitu karangan deskripsi, karangan narasi, karangan eksposisi, karangan argumentasi, dan karangan persuasi. E. Karangan Narasi Narasi (dalam KBBI), 1. Pengisahan suatu kisah atau kejadian; 2. Sas cerita atau deskripsi suatu kejadian atau peristiwa; kisahan; 3. Tema suatu karya seni; -menyajikan sebuah kejadian yang disusun berdasarkan urutan waktu.53 Sementara itu, Atarmenyatakan, narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.54 Namun, Keraf menyatakan, narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu.55Isi karangan narasi boleh tentang fakta yang benar-benar terjadi boleh juga tentang sesuatu yang khayali. Otobiografi atau boigrafi seorang tokoh terkenal sering dapat digolongkan dalam jenis karangan narasi, dan karangan ini benar-benar nyata atau berdasarkan sejarah yang tidak dibuat-buat. Tetapi cerpen, novel, hikayat, drama dongeng seringkali hanyalah hasil kreasi daya khayal seorang pengarang, yang sebenarnya 52
Lamuddin Finoza, op. Cit., h. 200 DEPDIKNAS, Op. Cit., 952 54 Atar, op. Cit., h. 30 55 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III, ( Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), 135-136 53
22
cerita itu sendiri tak pernah terjadi. Namun, karangan ini juga termasuk dalam jenis karangan narasi.56Narasi mempunyai ciri penanda sebagai berikut: 1.
Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia;
2.
Kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi, atau gabungan keduanya;
3.
Berdasarkan konflik. Karena tanpa konflik narasi tidak menarik;
4.
Memiliki nilai estetika karena isi dan cara penyampaiannya bersifat sastra, khususnya narasi yang berbentuk fiksi;
5.
Menekankan susunan kronologis;
6.
Biasanya memiliki dialog.57
Narasi terbagi menjadi dua, yaitu: 1.
Narasi ekspositoris Narasi menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa.
Narasi
ekspositoris
mempersoalkan
tahap-tahap
kejadian,
rangkaian-rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar. Narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat dilakukan secara berulang-ulang, seperti contoh wacana naratif yang menceritakan bagaimana seseorang menyiapkan nasi goreng. Narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas yang hanya terjadi satu kali seperti, cerita masuk perguruan tinggi.58 2.
Narasi sugestif Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Sebuah novel, roman, dan cerpen sudah mengandung semua ciri narasi sugestif.59
56
Djoko Widagdho, op. Cit., h. 106-107 Atar, op. Cit., h. 32 58 Gorys Keraf, op. Cit., h. 136-137 59 Ibid., h. 138-139 57
23
Dapat disimpulkan bahwa,karangan narasi adalah sebuah karangan atau tulisan yang bertujuan untuk menyampaikan cerita berdasarkan urutan waktu yang didalamnya terdapat sebuah peristiwa. F. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan adalah penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang pernah kita buat. Penelitian yang relevan yang berkaitan dengan skripsi ini adalah: 1.
Penelitian mengenai campur kode telah dilakukan oleh beberapa mahasiswi. Pertama penelitian yang telah dilakukan oleh Izah Azizah mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta dengan judul “Campur Kode pada Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Acara Bukan Empat Mata dan Implikasinya pada Pembelajaran Berbicara siswa kelas IX SMPN”. Skripsi yang menganalisis peristiwa campur kode dalam Acara Bukan Empat Mata menguraikan bahwa ketika berbincang pembawa acara menggunakan berbagai macam bahasa sehingga suasana terlihat segar dan tidak monoton, itu terlihat dari adanya peristiwa campur kode bahasa asing dan bahasa daerah. Persamaan dengan skripsi ini, yaitu sama-sama menganalisi campur kode. Namun, perbedaannya yaitu Azizah menganalisis campur kode dalam Acara Bukan Empat Mata sementara
dalam skripsi ini menganalisis campur kode dalam karangan
narasi siswa.60 2.
Masih dalam ranah campur kode yang dilakukan oleh Nuzlya Rahmadhany Gintings mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian untuk skripsi yang berjudul “Bentuk dan Makna Campur Kode Bahasa Inggris Politikus Di dalam Majalah Tempo.” Skripsi yang menganalisis campur kode bahasa Inggris politikus dalam Majalah Tempo 60
Izah Azizah, Campur Kode pada Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Acara Bukan Empat Mata dan Implikasinya pada Pembelajaran Berbicara Siswa Kelas IX SMPN, (Skripsi S1 Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta, 2011), h. iv
24
menguraikan bahwa campur kode bahasa Inggris yang dilakukan politikus sebagai narasumber memiliki makna yang bervariasi. Makna yang terkandung dalam campur kode bahasa Inggris tersebut ada yang bermakna konseptual, konotatif, stilistik, afektif, reflektif, kolokatof, dan tematik. Namun, makna campur kode bahasa Inggris yang paling dominan adalah makna konseptual. Persamaan dengan skripsi ini adalah sama-sama menganalisis campur kode dalam sebuah tulisan. namun, perbedaannya adalah Nuzlya dalah sebuah Majalah Tempo sedangkan skripsi ini dalam sebuah karangan narasi.61 3.
Dilakukan oleh Retno Setyorini. Mahasiswa Pendidikan Banahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta. Penelitian ini merupakan sebuah skripsi tahun 2008 dengan judul “Alih Kode dan Campur Kode pada Cerita Bersambung Di Tabloid Nova.” Skripsi yang menganalisis alih mode dan campur kode pada cerita bersambung di Tabloid Nova menguraikan bahwa hasil penelitian mengenai alih kode dan campur kode pada cerita bersambung di Tabloid Nova ini dapat dapat diimplikasikan kepada penulis cerita atau siapapun yang akan membuat sebuah narasi atau cerita yang di dalamnya terdapat bentuk-bentuk alih kode dan campur kode, agar memperhatikan penggunaan kata-kata asing, kata-kata dari bahasa daerah, maupun kata-kata dari bahasa sehari-hari, sesuai dengan keperluan dengan tetap memperhatikan bahwa tidak semua pembaca mempunyai tingkat pendidikan dan penguasaan yang sama, agar tidak menimbulkan ambiguitas dan salah paham. Persamaan dengan skripsi ini adalah sama-sama menganalisis sebuah cerita atau karangan narasi. Namun, perbedaannya adalah Retno juga menganalisis alih kode sedangkan skripsi ini hanya campur kode saja.62
61
Nuzlya Ramadhany Gintings, Bentuk dan Makna Campur Kode Bahasa Inggris Politikus Di dalam Majalah Tempo, (Skripsi S1 Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta, 2008), h. 109 62 Retno Setyorini,Alih Kode dan Campur Kode pada Cerita Bersambung Di Tabloid Nova, (Skripsi S1 Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta, 2008), h. ii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, subjek penelitian, fokus penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data. A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang. Waktu penelitian dilakasanakan semester genap tahun pelajaran 2013/2014. B. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskripsi dengan teknik analisis data yang menggunakan metode observasi dan metode dokumentasi. 1.
Metode Husaini dan Purnomo menyatakan: Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematik. Sedangkan metodelogi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Jadi, metode penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturanperaturan yang terdapat dalam penelitian. Ditinjau dari filsafat, metodelogi penelitian merupakan epistemologi penelitian. Yaitu yang menyangkut bagaimana kita mengadakan penelitian.1
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan, metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan belajar mengajar sesuai dengan yang dikehendaki. Metode penelitian adalah pengkajian dalam mempelajari peraturan dalam penelitian.
1
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 41
25
26
2.
Penelitian Kualitatif Nuraida dan Halid Alkaf mengatakan, penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang bertujuan meneliti suatu masalah dengan cara merumuskan permasalahan lalu meneliti dengan cara mendalam, yaitu pengamatan, pencatatan, wawancara, dan terlibat dalam proses penelitian guna menemukan penjelasan berupa pola-pola, deskripsi, dan menyusun indikator.2 Sementara itu, S. Margono menyatakan: Penelitian kualitatif perhatian lebih banyak ditujukan pada pembentukan teori substantif berdasarkan dari konsep-konsep yang timbul dari data empiris. Dalam penelitian kualitatif, penelitian merasa “ tidak tahu mengenal apa yang tidak diketahuinya”, sehingga desain penelitian yang dikembangkan selalu merupakan kemungkinan yang terbuka akan berbagai perubahan yang diperlukan dan lentur terhadap kondisi yang ada di lapangan pengamatannya.3 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan langkah-langkah metode analisis data model mengalir (Miles dan Huberman, 1992: 15), menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan dokumentasi. Metode analisis data model mengalir (Miles dan Huberman, 1992: 15) yaitu, 1. Pengumpulan data, 2. Reduksi data, 3. Penyajian data, 4. Penarikan kesimpulan.4 S. Nasution mengatakan: Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dengan berbagai alat, diantaranya alat yang canggih, sehingga dapat diobservasi benda yang sekecil-kecilnya atau yang sejauh-jauhnya di jagat raya. Namun, betapapun canggihnya alat yang digunakan, tujuannya hanya satu, yakni mengumpulkan data melalui observasi.5 Observasi dilakukan dengan pengamatan langsung ke lapangan dan peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian dalam sehari-hari. Sementara itu,
2
Nuraida dan Halid Alkaf, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Ciputat: Islamic Research, 2009), h. 35 3 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 35 4 Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi, ( Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 70-71 5 Ibid., h. 56-57
27
Husaini dan Purnomo mengatakan, observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.6 Sugiyono mengatakan, dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.7 Dokumen terdiri dari beberapa macam seperti, dokumen tulis, gambar, dan juga dokumen suara. Dokumen tulis itu sendiri seperti, cerita, baik cerita pribadi maupun cerita sejarah. Dokumen yang peneliti ambil, yaitu dokumen pribadi. Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaan.8 Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan, penelitian kualitatif ialah penelitian yang dilakukan dengan cara mencari permasalahan, merumuskan, dan lalu diteliti secara mendalam. Dalam penelitian kualitatif data yang diperoleh dengan observasi, yaitu metode yang peneliti terjun langsung ke lapangan dengan melakukan
pengamatan.
Metode
dokumentasi,
yaitu
metode
dengan
mengumpulkan catatan peristiwa seperti cerita dalam sebuah tulisan. penelitain skripsi memfokuskan pada campur kode karangan narasi berupa cerpen siswa kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondo, Tangerang. Penelitian yang digunakan penelitian kualitatif deskriptif teknik analisis data. Deskriptif itu sendiri seperti data yang dikummpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, domen resmi lainnya. Pada penulisan laporan yang demikian, peneliti menganalisis data yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya.9 Penelitian ini berpusat pada penggunaan bahasa pada karangan narasi siswa berupa cerpan. Penelitian ini sebelumnya melakukan observasi sekolah dan keadaan lingkuan sekitar dan menggunakan metode dokumentasi hasil karangan narasi siswa berupa cerpen.
6
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, op. Cit., h. 52-55 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 329 8 Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 217 9 Ibid., h. 11 7
28
C. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang. Adapun jumlah siswa kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang sebanyak 24 siswa. D. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah campur kode yang meliputi wujud dan jenis campur kodeyang terdapat pada hasil karangan narasi siswa berupa cerpen kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang. E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri karena dalam penelitian ini penulis mengerjakan penelitian dengan teknik observasi dan dokumentasi serta dibantu dengan tabel kerja. Gambar tabel kerja Klasifikasi Wujud dan Jenis Campur Kode Per-Karangan No
Data
Wujud Campur Kode
Jenis Campur Kode
Klasifikasi Wujud Campur Kode Karangan Narasi Siswa Kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang
No
Data
Wujud Campur Kode Kata
Frasa
Klausa
Kalimat Singkatan
Istilah
29
Klasifikasi Jenis Campur Kode Karangan Narasi Siswa Kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang
No
Data
Jenis Campur Kode Keluar Bahasa Inggris
Bahasa Arab
F. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1.
Meminta siswa untuk membuat karangan narasi;
2.
Membaca secara intensif, membaca secara berulang-ulang karangan narasi siswa. Membaca secara kritis, menemukan bagian-bagian yang menunjukkan campur kode. Bagian-bagian tersebut ditandai atau digaris bawahi;
3.
Memasukkan semua data yang relevan, bagian-bagian di dalam karangan narasi yang menunjukkan gejala campur kode (yang sudah ditandai) dikumpulkan;
4.
Mengidentifikasi data, data yang diidentifikasi yaitu daftar peristiwa campur kode berdasarkan kata, frasa, klausa, kalimat, singkatan dan istilah.
G. Teknik Analisis Data 1) Pengumpulan data, pengumpulan data, peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi yang merupakan catatan lapangan yang terkait dengan pertanyaan dan atau tujuan penelitian 2) Mereduksi data, membaca ulang keseluruhan cerita, memilih bagian yang memperlihatkan gejala campur kode pada karangan narasi, yaitu tampak pada kutipan langsung di dalam teks, lalu memasukkannya ke dalam tabel kerja. Setelah itu menganalisisnya menggunakan teori yang ada;
30
3) Penyajian data, penyajian data, setelah melalui reduksi data, langkah selanjutnya dalam analisis data adalah penyajian data atau sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti melakukan penarikan kesimpulan; 4) Menarik kesimpulan/verifikasi tentang hasil analisis, yaitu terdiri atas bentukbentuk campur kode dan jenisnya.
BAB IV PEMBAHASAN
A. Profil Pondok Pesantren Modern Terpadu Jabal Nur I. Sejarah Singkat Madrasah Pondok Pesantren Modern Terpadu Jabal Nur berada di bawah naungan Yayasan Jam‟iyah Nahdiyah Lilummah (JN Universal) berawal dari hasil pemikiran tentang bagaimana membantu dan memberikan kesempatan kepada para yatim dan duafa khususnya lulusan SD/MI untuk dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Maka untuk ide tersebut pada bulan Maret 2006 tepatnya pada tanggal 15 Maret 2006 didirikan Pondok Pesantren yang pada mulanya bernama “Pondok Pesantren Keterampilan Yatim Jabal Nur”. Pada perkembangan berikutnya nama tersebut dianggap kurang tepat sehingga diubah menjadi Pondok Pesantren Modern Terpadu Jabal Nur. Perubahan ini didasarkan alasan sebagai berikut : 1. Secara psikologis pencantuman kata ”yatim” pada nama pesantren dikhawatirkan berdampak ”minder” terhadap kejiwaan anak sehingga mereka bukan merasa dihargai tetapi justru merasa menjadi bahan eksploitasi. 2. Pada perjalanan berikutnya pesantren ini diminati juga bukan hanya oleh yatim dan dhuafa tetapi oleh mereka dari golongan ekonomi menengah, walaupun kami tetap mempertahankan untuk membantu yatim dan dhuafa yang saat ini kurang lebih 60% tidak dikenakan biaya pembangunan dan biaya pendidikan. 3. Untuk menghindari opini masyarakat bahwa pesantren kami sama dengan panti asuhan.
31
32
II. Tujuan yang Ingin Dicapai Pesantren Modern Terpadu Jabal Nur Tujuan yang ingin dicapai oleh Pesantren Modern Terpadu Jabal Nur antara lain : 1.
Mengangkat harkat, derajat, dan martabat anak Yatim dan dhuafa untuk menjadi anggota masyarakat yang cerdas, terampil, kreatif, dan berakhlakul karimah.
2.
Menjadikan pesantren sebagai wadah pengembangan wawasan keislaman, sains, dan teknologi dan keterampilan sesuai dengan perkembangan jaman sehingga pada gilirannya nanti alumni Jabal Nur dapat menjadi Agen of Change bagi masyarakat lingkungan, bangsa dan negara.
3.
Terbentuknya pesantren yang menjadi pelopor pembangunan bagi masyarakat lingkungan dalam bidang agama, pendidikan, ekonomi, dan kesehatan.
III. Visi, Misi, dan Strategi Pesantren Modern Terpadu Jabal Nur
A. Visi Sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang amanah, profesional, modern, dan komprehensif. B. Misi 1. Menyelenggarakan pendidikan formal dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. 2. Intensifikasi kajian Islam dari sumber-sumber yang otentik berupa kitab-kitab kuning. 3. Pengembangan keterampilan bahasa Arab dan Inggris sebagai bahasa ilmiah dan komunikasi sehari-hari. 4. Melatih keterampilan teknologi informatika, tata boga, dan tata busana serta teknik komunikasi massa. 5. Ikut serta membantu program pemerintah dalam bidang sosial dan pembinaan ekonomi dhuafa.
33
C. Strategi Untuk mencapai visi dan misi tersebut, ditetapkan enam langkah strategi sebagai berikut : 1. Terciptanya struktur yang solid dan mobilitas yang tinggi dalam upaya bersama untuk mencapai tujuan Pesantren Ketrampilan Yatim Jabal Nur; 2. Menciptakan sarana dan prasarana lingkungan pesantren yang kondusif; 3. Rekrutmen dan orientasi para Pembina serta pelatih yang bertanggung jawab, berdedikasi tinggi dan professional; 4. Rekrutmen para santri yatim dan dhu‟afa yang siap dibina dan mengikuti peraturan/ tata tertib pesantren; 5. Membuat jaringan kerja dengan berbagai pihak terkait agar tercipta masyarakat pendukung pesantren; 6. Melaksanakan quality control (kualitas pengawasan) dalam berbagai kegiatan agar tercipta out put yang berkualitas.
VI. Daftar Guru Madrasah Aliyah Jabal Nur Cipondoh, Tangerang NO
NAMA LENGKAP
IJAZAH TERAKHIR
1
Abdul Rohman, S.Pd.
S1
2 3
Chairuddin, S.Ag. Khoirul Fatihin, S.Pd.I.
S1 S1
4
H. Ubaidah Al-Ansyori, S.Pd.I, SE.
S1
5
Abdul Malik K, S.H.I.
S1
6
S1
7 8
Dra. Hj. Ika Sunarsih M. Husni, SE. Syarif Hidayatullah, S.HI.
9
Drs. Oding
S1
10 11 12
Drs. Saman RS, M.Si. Asymawi, S.Ag. Drs. M. Dikron
S2 S1 S1
S1 S1
BIDANG STUDI Biologi Pengembangan Diri Al Qur'an Hadits Fiqih
BEBAN KERJA 13 6 6
Ekonomi Bahasa Arab
2
Keterampilan & Seni Budaya Geografi Aqidah Akhlak PPkn Sejarah Sosiologi Fisika SKI Bimbel Matematika
6
9 2
14 10 2 8
34
13
Moh. Zuhdi, S.S.
S1
14
Dede Sulaiman
S1
15
Siti Mudrikah, SHI.
S1
16 17
Churin 'in Nabila Mita Anggraini
S1 S1
18
Triyanto
S1
19 20
Ir. H. Khoirul Saleh Erlinawati, M.Pkim
S1 S2
Bahasa Inggris Penjas Orkes
4
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Matematika TIK Desain Grafis Bimbel Fisika Kimia
8
B. Klasifikasi Wujud dan Jenis Campur Kode Dari hasil pengumpulan data, peneliti mengklasifikasikan wujud dan jenis campur kode yang telah ditemukan dalam karangan narasi siswa berupa cerpen kelas X MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang, dengan paparan sebagai berikut: Tabel 4.1 Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Kisah 7 Sekawan”
No
1
Data
Wujud
Jenis
Campur
Campur
Kode
Kode
Frasa
Keluar
Masalahku adalah masalah kita semua, kebahagiaan, tangisan, maupun canda, ceria itu milik kita bersama dan kita akan terus always together.
Tabel 4.2 Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “My Interesting Holiday”
6 12 12 12 8 10
35
No 1
Data
Wujud Campur
Jenis Campur
Kode
Kode
Frasa
Keluar
Kalimat
Keluar
Pada Judul Karangan: My Interesting Holiday
2
... dengan berat hati kami langkahkan kedua kaki kami untuk meninggalkan rumah Fabian. “bye-bye Fabian we will come here latter dont forget us” ujar kami saat berada di dalam angkot.
Tabel 4.3 Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Kerinduan yang Mendalam”
No 1
Data
Wujud Campur
Jenis Campur
Kode
Kode
Kata
Keluar
Klausa
Keluar
Hari demi hari berlari, menyiratkan kenangan demi kenangan, tepatnya hari ini adalah hari special...
2
... menurut Indah hari ini adalah hari the sweet moment for my mother tentunya ia tidak afak menyia-nyiakan hari-harinya bersama ibu, ibu, dan ibu.
36
Tabel 4.4 Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Darah Keinsyafanku UntukMu”
No 1
Data
Wujud Campur
Jenis Campur
Kode
Kode
Kata
Keluar
Dia wanita yang berhijab dan menggunakan baju gamis always.
Tabel 4.5 Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Karena Allah Masih Mencintaiku”
No 1
Data
Wujud Campur
Jenis Campur
Kode
Kode
Kata
Keluar
Frasa
Keluar
Setelah mandi Novi ingin pergi ke mall bersama teman-teman.
2
Ibu minta duit dong! Buat jalanjalan sama teman ke mall, bete di rumah terus.
Tabel 4.6 Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Cintaku Tak Dapat Ditebak”
No 1
Data Hmm sorry, ucapnya
Wujud Campur
Jenis Campur
Kode
Kode
Kata
Keluar
37
2
Hem,, cowok itu namanya Faldi Febrian, dia itu perhatian, baik, bisa ngertiin cewek pokoknya
Kata
Keluar
Kata
Keluar
Kata
Keluar
Singkatan
Keluar
Kata
Keluar
Kata
Keluar
Kalimat
Keluar
the best deh. 3
Oh, ya buku file ku ketinggalan di kantin
4
Namaku Aurel, aku duluan yah, bye..
6
Nama fb‟a?? Aurel Anggel
7
Twitter‟a, @aura_angle
8
Thank’s yah, sorry kalau ganggu
9
Mahasiswa itu berjalan ke arah lapangan. Yes! I get it (batin Faldi).
Tabel 4.7 Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Budhe, I Miss You” No
Data
Wujud Campur
Jenis Campur
Kode
Kode
1
Good night sayang
Frasa
Keluar
2
Hello sayang
Kata
Keluar
3
Morning Dera
Kata
Keluar
4
Paling-paling temanku hanyalah
Frasa
Keluar
Kata
Keluar
boneka teddy bear 5
Keesokan harinya, keluarga besar Pak Lion sedang makan malam bersama atau bisa juga disebut dengan istilah dinner
38
6
... namun Dera belum bisa menjalankan kakinya. Lalu berteriak “Budhe... I miss you” burung-burung yang sedang
Kalimat
Keluar
beristirahat di pohon-pohon yang rindang seketika berhamburan pergi.
Tabel 4.8 Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Ketika Cinta Bersemi Indah”
No
Data
1
Ummy, Syira berangkat dulu yah
2
Astagfirullah, afwan kak, afwan.
Wujud Campur
Jenis Campur
Kode
Kode
Kata
Keluar
Kata
Keluar
Singkatan
Keluar
Kata
Keluar
Aku menabrak seorang pemuda yang belum aku kenal. 3
Kubuka pesan yang ada di fb ku
4
Assalamu‟alaikum ukhty
Tabel 4.9 Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Dimana Budaya Ku yang Dulu” No
1
Data
Mungkin ini kebiasan mereka untuk menghilangkan stress
Wujud Campur
Jenis Campur
Kode
Kode
Kata
Keluar
39
Shodaqollahul’adzim, Bunga
2
Kalimat
menutup tadarusnya kali ini
Keluar
Tabel 4.10 Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Semua untuk Ayah” No
Data
1
Kata to dalam penulisan surat
2
“Hallo ... semua selamat pagi”
Wujud Campur
Jenis Campur
Kode
Kode
Kata
Keluar
Kata
Keluar
Kata
Keluar
Frasa
Keluar
Kalimat
Keluar
Frasa
Keluar
Kata
Keluar
terlihat raut wajah yang tak biasa ada pada wajah Zanet. 3
Dear: papa
4
Aku sayang papa dan yang lainnya do‟akan aku sukses yah, love you dad
5
Thanks... I miss you all
6
Dear: my family
7
Yang paling penting lo, gue happy kan?
Tabel 4.11 Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi “Syira” No
Data
Wujud Campur
Jenis Campur
Kode
Kode
1
Syukron Aisyah
Kata
keluar
2
... hari ahad kakaknya Yusuf
Kata
keluar
40
akan datang ...
Tabel 4.13 Klasifikasi Wujud Campur Kode Karangan NarasiSiswa Kelas X MA (Madrasah Aliyah)Jabal Nur Cipondoh, Tangerang
No
Data
Wujud Campur Kode Kata
Frasa
1
Always together
√
2
My Interesting Holiday
√
3
bye-bye Fabian we will
Klausa
Kalimat
Singkatan
√
come here latter dont forget us 4
Special
5
the sweet moment for my
√ √
mother 6
Always
√
7
Mall
√
8
Bete
9
the best
√
10
File
√
11
bye
√
12
Fb
13
Twitter
√
14
Thank’s
√
15
Yes! I get it
16
Good night
√
√
√ √
Istilah
41
17
Hello
√
18
Morning
√
19
teddy bear
20
dinner
√
21
Ummy
√
22
afwan
√
23
Ukhty
√
24
Stress
√
25
Shodaqollahul’adzim
26
syukron
√
27
ahad
√
28
Love you dad
29
dear
30
Budhe. I miss you
31
to
32
Thanks... I miss you all
33
Dear: my family
34
happy
√
√
√ √ √ √ √ √ √
Jumlah
20
5
5
1
2
1
Tabel 4.14 Klasifikasi Jenis Campur Kode Karangan NarasiSiswa Kelas X MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang
No
Data
Jenis Campur Kode Keluar Bahasa Inggris
Bahasa Arab
42
1
Always together
√
2
My Interesting Holiday
√
3
bye-bye Fabian we will come here
√
latter dont forget us 4
Special
√
5
the sweet moment for my mother
√
6
Always
√
7
Mall
√
8
Bete
√
9
the best
√
10
File
√
11
bye
√
12
Fb
√
13
Twitter
√
14
Thank’s
√
15
Yes! I get it
√
16
Good night
√
17
Hello
√
18
Morning
√
19
teddy bear
√
20
dinner
√
21
Ummy
√
22
afwan
√
23
Ukhty
√
24
Stress
25
Shodaqollahul’adzim
√ √
43
26
syukron
√
27
ahad
√
28
Love you dad
√
29
dear
√
30
Budhe. I miss you
√
31
to
√
32
Thanks... I miss you all
√
33
Dear: my family
√
34
happy
√ Jumlah
28
6
Berdasarkan tabel klasifikasi wujud dan jenis campur kode masing-masing karangan, terdapat tiga puluh empat campur kode dari sebelas karangan siswa kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang, dua puluh delapan adalah campur kode dalam bahasa Inggris dan enam dalam bahasa Arab. Dari tiga puluh empat data campur kode yang ada, sebanyak dua puluh delapan campur kode dalam bahasa Inggris berupa lima belas campur kode dalam wujud kata, lima campur kode berupa frasa, satu campur kode berupa klausa, empat campur kode berwujud kalimat, dua campur kode berwujud singkatan, dan satu campur kode berwujud istilah. Lalu dari enam campur kode dalam bahasa Arab ditemukan lima campur kode berwujud kata dan satu campur kode berwujud kalimat.
44
C. Analisis Data Analisis Wujud dan Jenis Campur Kode pada Karangan Narasi Siswa Kelas X MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang a.
Kata
1) Special Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata special dalam karangan narasi Siti Nurinayah yang berjudul „Kerinduan yang Mendalam‟, sebagai berikut: Hari demi hari berlari, menyiratkan kenangan demi kenangan, tepatnya hari ini adalah hari special menurut Indah.1 Peristiwa campur kode pada kata special merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) sebab kata special berasal dari bahasa Inggris yang merupakan kata sifat untuk mengungkapkan sesuatu, seperti keadaan seseorang. Kata specialmemiliki arti „istimewa‟2. Maksud kata special dari kalimat tersebut adalah hari istimewa untuk Indah dari hari-hari yang sebelumnya yang memiliki kenangan untuk Indah. Alasan Siti menggunakan kata special dalam bahasa Inggris memang disengaja karena kata special sudah banyak orang yang mengetahuinya dan juga dikarenakan Siti selain menguasai bahasa ibunya, dan bahasa Indonesia, Siti juga menguasai bahasa lain secara bersamaan. Siti yang bertempat tinggal di asrama pondok pesantren yang diwajibkan berbahasa Inggris dan bahasa Arab. Artinya, Siti merupakan penutur bilingual (dwibahasawan) atau bahakan penutur multilingual (multibahasawan). Jadi, Siti dalam karangan narasi tersebut tidak mutlak hanya menggunakan satu bahasa saja dalam komunikasinya. Jika dalam berkomunikasi terbiasa menggunakan bahasa asing ini akan menyebabkan terjadinya campur kode dalam kegiatan menulis karena faktor
1
Siti Nurinayah, Kerinduan yang Mendalam, (lampiran 2) John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2000), Cet. XXIV, h. 544 2
45
kebiasaan. Ada juga karena Siti ingin menunjukkan bahwa Siti mampu berbahasa asing. 2) Always Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata always dengan kutipan karangan narasi Rara K. Azzahru yang berjudul „Darah Keinsyafan Ku‟ sebagai berikut: Dia wanita yang berhijab dan menggunakan baju gamis, always. Dia sangat lembut dalam tutur katanya, gerak-geriknya, segala sesuatu yang ia lakukan selaluberbau islami sedangkan aku semenjak lulus dari MTs di pondok, aku masuk ke sekolah umumhingga saat ini hal yang aku lakukan hampir tak ada yang terarah ke hal itu.3 Peristiwa campur kode pada kata always merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) sebab kata always berasal dari bahasa Inggris yang merupakan kata keterangan yang memberikan keterangan pada kata yang bukan kata benda, yang memiliki arti „selalu‟.4 Maksud kata always dalam kalimat di atas adalah bahwa terdapat seorang gadis yang selalu mengenakan pakaian gamis. Kata always memberikan penekanan bahwa gadis tersebut mengenakan pakaian gamis secara terus-menerus. Rara yang berlatar belakang mondok di pesantren yang mewajibkan menggunakan bahasa asing dalam asramanya tentunya mempengaruhi dalam penggunaan bahasa dalam menulis sebuah cerita. Terbukti dalam penyisipan kata always dalam cerita yang dapat memberikan kesan bahwa Rara dapat berbahasa asing, yaitu bahasa Inggris. 3) Mall Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata mall
3
Rara K. Azzahru, Darah Keinsyafan Ku, (lampiran 3) John M. Echols dan Hassan Shadily,op. Cit., h. 26
4
46
dengan kutipan karangan narasi Amalia Indah Sari yang berjudul „Karena Allah Masih Mencintaiku‟ sebagai berikut: “Novi mau mandi, setelah mandi Novi mau pergi ke mall bersama temanteman,” sambil membanting pintu kamar mandi.5 Peristiwa campur kode kata mall merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) sebab kata mall berasal dari bahasa Inggris yang merupakan kata benda yang menyatakn tempat, yang memiliki arti „toko, kedai, atau warung‟.6 Maksud kata mall di dalam kalimat tersebut adalah sebuah tempat hiburan remaja, tempat bermain anak remaja masa kini, atau gedung pusat perbelanjaan. Penggunaan kata mall sering didengar bahkan digunakan dalam penulisan sebuah cerita karena kata mall sudah tidak asing untuk didengar maupun dibaca. Namun, penggunaan kata mall yang dalam bahasa Inggris lebih banyak digunakan ketimbang dalam bahasa Indonesia, ini bisa dikarenakan faktor kebiasaan maupun faktor kegengsian. Amalia menggunakan kata mall karena Amalia bersekolah di wilayah kota tangerang yang terdapat mall atau pusat pembelanjaan dan juga penulisan kata mall dalam bahasa Inggris karena Amalia dapat atau terbiasa menggunakan bahasa asing di dalam asrama. Dan ini mempengaruhi Amalia dalam menulis sebuah cerita. 4) the best Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata the best dengan kutipan karangan narasi Aulia Salam yang berjudul „Cintaku Tak Dapat Ditebak‟ sebagai berikut: Hem,, cowok itu namanya Faldi Febrian, dia itu perhatian, baik, bisa ngertiin cewek pokoknya the best deh.7 Peristiwa campur kode kata the best merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) sebab kata the best berasal dari bahasa Inggris yang 5
Amalia Indah Sari, Karena Allah Masih Mencintaiku, (lampiran 4) John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit., h. 522 7 Aulia Salam, Cintaku Tak Dapat Ditebak, (lampiran 5) 6
47
merupakan kata sifat untuk menjelaskan kata benda, yang memiliki arti „yang terbaik‟.8 Maksud kata the best di dalam kalimat tersebut adalah memberikan penguatan bahwa Faldi laki-laki yang paling baik atau yang terbaik. Dalam kalimat di atas bahwa Faldi laki-laki yang baik, perhatian, bisa mengerti cewek dari semua kriteria itu menyatakan bahwa Faldi terbaik. Kata the best sudah banyak dikenal dikalangan siswa apalagi Aulia mempunyai kemampuan bahasa asing seperti bahasa Inggris salah satunya, kemampuan berbahasa asing yang dimiliki Aulia mempengaruhi dalam penulisan sebuah cerita. ini dikarenakan faktor kebiasaan yang dilakukan penulis dalam asrama yang diwajibkan berbahasa Inggris sehingga menyebabkan terjadinya campur kode dalam mengarang. 5) File Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata file dengan kutipan karangan narasi Aulia Salam yang berjudul „Cintaku Tak Dapat Ditebak‟ sebagai berikut: Tiba-tiba saja Aurel melupakan sesuatu. “oh, ya buku file aku ketinggalan di kantin.”9 Peristiwa campur kode kata file merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) sebab kata file berasal dari bahasa Inggris yang merupakan kata benda yang menyatakan sesuatu yang dibendakan, yang memiliki arti „catatan, berkas, atau arsip‟.10 Maksud kata file di dalam kalimat tersebut adalah memberikan penguatan bahwa buku Aurel ketinggalan, buku yang tertinggal adalah buku catatan Aurel. Kata file sudah banyak dikenal dikalangan siswa apalagi Aulia mempunyai kemampuan bahasa asing seperti bahasa Inggris salah satunya, kemampuan berbahasa asing yang dimiliki Aulia mempengaruhi dalam penulisan sebuah cerita. Ini dikarenakan faktor kebiasaan yang dilakukan Aulia
8
John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit., h. 62 Aulia Salam, Op. Cit. 10 John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit., h. 240 9
48
dalam asrama yang diwajibkan berbahasa Inggris sehingga menyebabkan terjadinya campur kode dalam mengarang. 6) Twitter Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata twitter dengan kutipan karangan narasi Aulia Salam yang berjudul „Cintaku Tak Dapat Ditebak‟ sebagai berikut: Bel pulang berbunyi, Fadli buru-buru keluar, ia ingin mencari tahu siapa teman dekat Aurel. Tiba-tiba saja ia mellihat Angle dan Aurel di taman kampus. Salah satu teman kelas kampusnya Angle dan Aurel lewat, “eh .. eh sini deh!” panggil Faldi. Wanita itu menghampiri Faldi “kamu tau ga yang duduk di samping Aurel itu siapa?” “oh.. itu Angle” “dia temen deketnya Aurel yah?” “iya” “kamu punya no tlpon‟a Angle?” wanita itu mengeluarkan handphone dari saku bajunya “081256xxxxx” “nama fb‟a?‟ “aurel angle”. “twitter‟a?”, “@aurel_angle,”11 Dari kutipan dalam karangan narasi tersebut bahwa jelas penggunakan twitter digunakan untuk mendekati seorang gadis yang disukainya, digunakan sebagai ajang mendekatkan diri untuk lebih kenal lagi. Selain Fb (facebook) ada juga situs jejaring sosial yang digunakan untuk mengenal lebih dekat atau berkomunikasi, yaitu twitter. Campur kode kata twitter merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) yang berwujud kata.Twitter berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Inggris karena itu merupakan jenis campur kode keluar (outer codemixing). Twitter adalah salah satu situs jejaring sosial yang sudah banyak dikenal dan digunakan diseluruh dunia baik anak-anak, remaja, orang dewasa, bahkan orangtua sekalipun. Twitter adalah jejaring sosial untuk mendekatkan diri dengan teman lama maaupun teman baru, mengobrol, ajang silaturahmi bahkan adapula ajang untuk pencarian jodoh atau pendekatan diri. Twitter juga digunakan untuk mendapatkan informasi dari beberapa lembaga atau apapun itu jika kita berteman dengan lembaga atau orang yang kita inginkan untuk mendapatkan informasi.
11
Aulia Salam, Op. Cit.
49
Twitter memiliki arti „cicit-cicit atau kicau.‟12 Twitter berwujud kata yang dikategorikan kata benda yang menyatakan sesuatu yang dibendakan. Jika dikaitkan dalam kalimat kutipan di atas twitter digunakan untuk berbincangbincang berkicau dengan teman dan memiliki keterbatasan kata yang digunakan. Twitter memang sudah banyak dikenal sebagai tempat untuk mencari jodoh atau pasangan atau untuk mengenal, berbincang dengan teman. Aulia yang berlatar belakang siswa MA pastinya sudah mengenal twitter karena itu penulis memasukkan kata twitter dalam karangannya sebagai tempat media sosial untuk mencari informasi dan tempat mendekatkan diri. 7) Thank’s Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata thank’s dengan kutipan karangan narasi Aulia Salam yang berjudul „Cintaku Tak Dapat Ditebak‟ sebagai berikut: Bel pulang berbunyi, Fadli buru-buru keluar, ia ingin mencari tahu siapa teman dekat Aurel. Tiba-tiba saja ia mellihat Angle dan Aurel di taman kampus. Salah satu teman kelas kampusnya Angle dan Aurel lewat, “eh .. eh sini deh!” panggil Faldi. Wanita itu menghampiri Faldi “kamu tau ga yang duduk di samping Aurel itu siapa?” “oh.. itu Angle” “dia temen deketnya Aurel yah?” “iya” “kamu punya no tlpon‟a Angle?” wanita itu mengeluarkan handphone dari saku bajunya “081256xxxxx” “nama fb‟a?‟ “aurel angle”. “twitter‟a?”, “@aurel_angle,” “thanks yah,13 Peristiwa campur kode kata thank’s merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) sebab kata thank’s berasal dari bahasa Inggris yang merupakan kata kerja yang menyatakan suatu tindakan pengucapan terima kasih (thanks), yang memiliki arti „terima kasih‟.14 Maksud kata thank’s dalam kutipan di atas adalah ucapan terima kasih karena sudah diberikan info mengenai Angle. Kata thank’s biasa digunakan bahkan artinya pun sudah banyak yang tahu apalagi
12
John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit., h. 609 Aulia Salam, Op. Cit. 14 John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit., h. 584 13
50
teman-teman Aulia yang biasa berbahasa Inggris dalam asramanya. Penggunaan kata thank’s lebih terkesan intelek dan menandakan kemampuan bahwa orang yang berbicara dapat berbahasa asing meski tidak fasih namun mampu. Kebiasaan Aulia berbahasa asing menyebabkan terjadinya campur kode dalam menulis dikarenakan faktor kebiasaan. 8) Hello Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata hello dengan kutipan karangan narasi Fathya Rizqiah yang berjudul „Budhe I Miss You‟ sebagai berikut: “mbah, mama sudah berangkat?” tanya Dera, “belum tuh lagi sarapan sama papamu,” jawab Syarkiem menuju ruang makan. Dera langsung menghampiri kedua orangtuanya yang berada di ruang makan. Melihat anak satu-satunya datang Rahma (mama Dera) langsung menyapa anaknya, “hello sayang” sapa Rahma lalu menyiumnya.15 Peristiwa campur kode kata hello merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) sebab kata hello berasal dari bahasa Inggris yang merupakan kata benda yang tak berwujud, benda tersebut tidak dapat dilihat hanya dapat dirasakan, yang memiliki arti „salam‟.16 Maksuk kata hello pada kutipan di atas adalah menyapa anak satu-satunya, yaitu Dera. Hello dalam bahasa Indonesia pun ada hanya jika dilihat dari segi cerita yang berlatar belakang keluarga yang berkecukupan serta berpendidikan menyebabkan hello lebih digunakan ketimbang halo, hal ini dapat dilihat dalam kehidupan nyata jika suatu keluarga berlatar belakang pendidikan tinggi tentunya berkemampuan berbahasa lebih dari satu bahasa yang ini menjadi kebiasaan menggunakan lebih dari satu bahasa meski hanya serpihan atau bahkan kalimat. Latar belakang Fathya yang diwajibkan menggunkan bahasa asing dalam asrama juga menyebabkan terjadinya campur kode dalam karangannya. Faktor penyebabnya bisa dikarenakan kebiasaan
15
Fathya Rizqiah, Budhe I Miss You, (lampiran 6) John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit., h. 296
16
51
berbahasa asing dan juga bisa karena faktor kegengsian atau untuk menunjukkan keintelektualan. 9) Morning Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata morning dengan kutipan karangan narasi Fathya Rizqiah yang berjudul „Budhe I Miss You‟ sebagai berikut: “mbah, mama sudah berangkat?” tanya Dera, “belum tuh lagi sarapan sama papamu,” jawab Syarkiem menuju ruang makan. Dera langsung menghampiri kedua orangtuanya yang berada di ruang makan. Melihat anak satu-satunya datang Rahma (mama Dera) langsung menyapa anaknya, “hello sayang” sapa Rahma lalu menyiumnya. “Morning Dera” sapa Lion (papa Dera).17 Peristiwa campur kode kata morning merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) sebab kata morning berasal dari bahasa Inggris yang merupakan kata benda yang mengacu pada waktu, yang memiliki arti „pagi‟.18 Maksuk kata morning pada kutipan di atas adalah menyapa anak satu-satunya, yaitu Dera. Kata morning digunakan karena peristiwa yang terjadi, yaitu sedang sarapan terlihat dalam kutipan cerita, jelas terlihat bahwa sarapan dilakukan pada waktu pagi hari.Penggunaan kata morning lebih dipilih oleh Fathya karena kalau dilihat dari segi cerita yang berlatar belakang keluarga yang berkecukupan serta berpendidikan menyebabkan morning lebih digunakan ketimbang pagi.Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan nyata jika suatu keluarga berlatar belakang pendidikan tinggi tentunya berkemampuan berbahasa lebih dari satu bahasa yang ini menjadi kebiasaan menggunakan lebih dari satu bahasa meski hanya serpihan atau bahkan kalimat. Latar belakang Fathya yang diwajibkan menggunkan bahasa asing dalam asrama juga menyebabkan terjadinya campur kode dalam karangannya.
17
Fathya Rizqiah, Op. Cit. John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit., h. 386
18
52
10) Dinner Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata dinner dengan kutipan karangan narasi Fathya Rizqiah yang berjudul „Budhe I Miss You‟ sebagai berikut: Keesokan harinya, keluarga besar Pak Lion sedang makan malam bersama atau bisa disebut dengan istilah dinner.19 Peristiwa campur kode kata dinner merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) sebab kata dinner berasal dari bahasa Inggris yang merupakan kata benda yang menunjukkan waktu, yang memiliki arti „makan malam‟.20 Maksud kata dinner sesuai dengan artinya, yaitu makan malam. Sebenarnya sudah dijelaskan dalm kutipan bahwa keluarga Pak Lion sedang makan malam namun, diperjelas dengan istilah dinner untuk memberikan kesan lebih keren ataupun lebih intelek. Penggunaan kata dinner digunakan Fathya lantaran Fathya mampu berbahasa asing dan terbiasa menggunakan bahasa asing di dalam asrama, sehingga menyebabkan terjadinya campur kode dalam karangan narasi Fathya. Faktor kebiasaan juga menyebabkan terjadinya campur kode . 11) Ummy Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dijumpai pada kata ummy dengan kutipan karangan narasi dari Pudiawati yang berjudul “Ketika Cinta Bersemi Indah” sebagai berikut: Ummy, Syira berangkat dulu yah.21 Peristiwa campur kode kata ummy merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) karena kata ummy berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Arab. Kata ummy termasuk kata benda yang menyatakan orang dalam bahasa 19
Fathya Rizqiah, Op. Cit. John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit., h. 183 21 Pudiawati, Ketika Cinta Bersemi Indah, (lampiran 7) 20
53
Arab. Kata ummy memiliki arti „ibuku‟.22 Maksud dari penggunaan kata ummyjika dilihat dari segi cerita adalah cerita ini lebih ke arah relegius meski bertemakan percintaan dapat dilihat dari kata ummy untuk seorang ibu. Seharusnya Pudiawati menggunkaan kata ummu yang berarti ibu karena jika ummy yang digunakan itu berarti ibuku, sedangkan dalam kalimat kutipan lebih pas jika ummy digantikan menjadi ummu karena sudah ada keterangan Syifa yang menyatakan ibunya Syifa. Pudiawati menggunkan kata ummy karena Pudiawati adalah salah satu santri di pondok pesantren sehingga Pudiawati menggunakan kata ummy. Ini pun disebabkan adanya faktor kebiasaan dalam pesantren yang mengharuskan berbahasa Arab. 12) Afwan Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dijumpai pada kata afwan dengan kutipan karangan narasi dari Pudiawati yang berjudul “Ketika Cinta Bersemi Indah” sebagai berikut: Astagfirullah, afwan belum aku kenal.23
kak, afwan. Aku menabrak seorang pemuda yang
Peristiwa campur kode kata afwan merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) karena kata afwan berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Arab. Kata afwan memiliki arti „maaf atau memaafkan‟.24 Kata afwan termasuk kata benda yang tidak berwujud yang tidak dapat dilihat hanya dapat dirasakan. Maksud dari penggunaan kata afwan jika dilihat dari segi cerita adalah cerita ini lebih ke arah relegius meski bertemakan percintaan dapat dilihat dari kata afwan yang digunakan, selain latar belakang Pudiawati yang seorang santri pondok pesantren. Kata afwan maksudnya, yaitu tokoh aku memohon maaf yang dilakukannya tidak sengaja menabrak seorang lelaki. Penyesalannya yang tidak 22
S. Askar, Kamus Arab-Indonesia: Terlengkap, Mudah, dan Praktis, (Jakarta: Senayan Publishing, 2010), h. 9 23 Pudiawati, Op. Cit. 24 Amalia Hasanah, Kamus Besar Bahasa Arab: untuk Pelajar, Mahasiswa, dan Umum, (Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2013), h. 338
54
sengaja terlihat dari mengulangan kata afwan sebanyak dua kali. Kata afwan selain dapat bermakna maaf atau memaafkan juga dapat berarti sama-sama. Namun, jika dilihat kembali dalam kalimat kutipan makna yang tepat, yaitu maaf. Pudiawati menggunkan kata afwan karena Pudiawati adalah salah satu santri di pondok pesantren sehingga penulis menggunakan kata afwan ini pun disebabkan karena faktor kebiasaan dalam pesantren yang mengharuskan berbahasa Arab. 13) Stress Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata stress dengan kutipan karangan narasi Ramadhanti Surya Maesa Putri yang berjudul „Dimana Budaya Ku yang Dulu‟ sebagai berikut: “aku gak habis pikir lho, Tan. Kenapa ya orang-orang suka putar lagu dangdut keras-keras sambil joget-joget gak jelas gitu?” ujar Bunga Heran. Tammy tersenyum tipis. “mungkin itu bagian dari kebiasaan mereka untuk menghilangkan stress?” balas Tammy kalem.25 Peristiwa campur kode kata stress merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) sebab kata stress berasal dari bahasa Inggris yang merupakan kata benda yang tidak berwujud yang tidak dapat dilihat hanya dapat dirasakan, yang memiliki arti „ketegangan‟.26 Maksud kata stress pada kutipan di atas adalah untuk menghilangkan ketegangan dalam hidup. Stress dalam bahasa Indonesia pun ada hanya karena jika dilihat latar belakang Ramadhanti yang merupakan siswi yang tinggal di asrama yang diwajibkan berbahasa asing tentunya menyebabkan Ramadhanti menggunkan bahasa Inggris. Ini disebabkan faktor kebiasaan yang terjadi sehari-hari di dalam asrama. Kata stress pun sebenarnya sudah banyak yang tahu karena dalam bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dalam penulisan tidak jauh berbeda. Dalam bahasa Inggris stress sedangkan dalam bahasa Indonesia stres hanya berlebih huruf s dalam bahasa Inggris.
25
Ramadhanti Surya Maesa Putri, Dimana Budaya Ku yang Dulu, (lampiran 8) John M. Echols dan Hassan Shadily, op. Cit., h. 561
26
55
14) Bye Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata bye dengan kutipan karangan narasi Aulia Salam yang berjudul „Cintaku Tak Dapat Ditebak‟ sebagai berikut: “hey tunggu!” cegah Faldi. Aurel menoleh “nama kamu siapa?” tanya Faldi. “namaku Aurel, aku duluan ya, bye” Aurel melesat pergi. Faldi memperhatikannya sampai Aurel sudah tak terlihat.27 Peristiwa campur kode kata bye merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) sebab kata bye berasal dari bahasa Inggris yang merupakan kata benda tak berwujud karena tidak dapat dilihat hanya dapat dirasakan, yang memiliki arti „selamat tinggal‟.28 Maksud kata bye pada kutipan di atas adalah untuk salam perpisahan. Penggunaan kata bye lebih dipilih Aulia lantaran kata bye sudah biasa digunakan dan sudah banyak orang yang tahu maknanya. Aulia menggunakan kata bye karena dalam cerita sendiri menceritakan mengenai remaja perkuliahan yang notabennya mampu berbahasa asing seperti bahasa Inggris. Penggunaan campur kode pada kata bye yang dilakukan Aulia karena Aulia terbiasa menggunkaan bahasa asing yang ini juga mempengaruhi dalam kegiatan menulis. Selain faktor kebiasaan, faktor kegengsian juga dapat mempengaruhi adanya penulisan bahasa asing karena terkesan lebih intelek dengan menggunakan bahasa asing. 15) Ukhty Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dijumpai pada kata ukhty dengan kutipan karangan narasi dari Pudiawati yang berjudul “Ketika Cinta Bersemi Indah” sebagai berikut:
27
Aulia Salam, Op. Cit. John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit., h. 92
28
56
Assalamu‟alaikum ukhty, salam sejuta aroma embun fajar ku untukmu.29 Peristiwa campur kode kata ukhty merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) karena kata ukhty berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Arab.Kata ukhty termasuk kata benda dalam bahasa Arab yang menyatakan seseorang. Kata ukhty memiliki arti „saudara perempuanku‟.30 Maksud dari penggunaan kata ukhty jika dilihat dari segi cerita adalah menyapa seseorang yang disukai oleh tokoh aku, penggunaan kata ukhty karena lebih sopan digunakan dikalangan santri. Pudiawati menggunkan kata ukhty karena Pudiawati adalah salah satu santri di pondok pesantren, ini pun disebabkan karena faktor kebiasaan dalam pesantren biasa menggunkan kata ukhty untuk saudara perempuan sedangkan akhi untuk saudara laki-laki. 16) Dear Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata dear dalam karangan narasi Iva Nur Afifah yang berjudul „Semua untuk Ayah‟. Kata dear yang terdapat pada salam pembuka surat yang ditujukan untuh papa Zanet (tokoh dalam cerita) merupakan peristiwa campur kode keluar (outer codemixing) sebab kata dear berasal dari bahasa Inggris yang merupakan kata benda tak berwujud karena tidak dapat dilihat hanya dapat dirasakan, yang memiliki arti „kekasih, sayang.‟31 Maksud kata dear dari kalimat pembuka surat tersebut adalah sebagai sapaan untuk orang terkasinya seperti orangtua (ayah). Alasan Iva menggunakan kata dear dalam bahasa Inggris memang disengaja karena kata dear sudah banyak orang yang mengetahuinya dan juga selain menguasai bahasa ibunya, dan bahasa Indonesia, Iva juga menguasai bahasa lain secara bersamaan. Iva bertempat tinggal di asrama pondok pesantren diwajibkan berbahasa Inggris dan bahasa Arab yang menjadi faktor penyebabnya. Artinya, Iva merupakan penutur 29
bilingual
(dwibahasawan)
atau
bahakan
Pudiawati, Op. Cit. Amalia Hasanah, op. Cit., h. 38 31 John M. Echols dan Hassan Shadily, op. Cit., h. 167 30
penutur
multilingual
57
(multibahasawan). Jadi, Iva dalam karangan narasi tersebut tidak mutlak hanya menggunakan satu bahasa saja dalam komunikasinya jika dalam berkomunikasi terbiasa menggunkan bahasa asing ini akan menyebabkan terjadinya campur kode dalam kegiatan menulis disebabkan faktor kebiasaan. 17) Ahad Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dijumpai pada kata ahad dengan kutipan karangan narasi dari Dinda Islami yang berjudul “Syira” sebagai berikut: “ia bentar ia jadi hari ahad kakaknya AzuanYusuf akan pulang dari Yaman karena dia sudah menyelesaikan S2 di sana. Ummy mau kamu bantu ummy untuk menyambutnya, kamu nda keberatan kan?” enggeh, ummy Syira malah senang bisa bantu ummy”32 Peristiwa campur kode kata ahad merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) karena kata ahad berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Arab. Kata ahad termasuk kata benda dalam bahasa Arab yang menyatakan waktu. Kata ahad memiliki arti „hari minggu‟.33 Maksud dari penggunaan kata ahad jika dilihat dari segi cerita adalah menyatakan waktu kedatangan Yusuf di hari minggu. Dinda menggunkan kata ahad karena Dinda adalah salah satu santri di pondok pesantren sehingga Dinda menggunakan kata ahad, ini pun disebabkan karena faktor kebiasaan dalam pesantren biasa menggunkan kata ahad untuk menyatakan hari minggu. 18) Syukron Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata syukron dengan kutipan karangan narasi Dinda Islami yang berjudul „Syira sebagai berikut:
32
Dinda Islami, Syira, (lampiran 9) S. Askar, op. Cit., h. 5
33
58
“Syira, Syira kamu dipanggil sama ummy!” mendengar itu ia langsung menghentikan langkah dan setengah berteriak “syukron Aisyah”34 Peristiwa campur kode kata syukron merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) sebab kata syukron berasal dari bahasa Arab yang merupakan kata kerja yang menyatakan suatu tindakan pengucapan terima kasih (syukron), yang memiliki arti „terima kasih‟.35 Maksud kata syukron dalam kutipan di atas adalah ucapan terima kasih karena sudah menyampaikan amanah dari ummy. Kata syukron biasa digunakan bahkan artinya pun sudah banyak yang tahu apalagi dikalangan Dinda yang biasa berbahasa Arab dalam asramanya. Penggunaan kata syukron menandakan kemampuan bahwa orang yang berbicara dapat berbahasa asing meski tidak fasih namun mampu. Kebiasaan Dinda berbahasa asing menyebabkan terjadinya campur kode dalam menulis dikarenakan faktor kebiasaan. 19) To Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata to dalam karangan narasi Iva Nur Afifah yang berjudul „Semua untuk Ayah‟. Kata to yang terdapat pada pembuka surat yang ditujukan untuh papa Zanet (tokoh dalam cerita) merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) sebab kata to berasal dari bahasa Inggris yang merupakan kata depan yang memiliki arti „ke.‟36 Maksud kata to tersebut adalah sebagai penanda surat tersebut tertuju untuk seseorang yang ditulis dalam surat. Alasan Iva menggunakan kata to dalam bahasa Inggris memang disengaja karena kata to sudah banyak orang yang mengetahuinya dan juga Iva selain menguasai bahasa ibunya,
dan bahasa
Indonesia, Iva juga menguasai bahasa lain secara bersamaan. Iva yang bertempat tinggal di asrama pondok pesantren yang diwajibkan berbahasa Inggris dan bahasa Arab. Artinya, Iva merupakan penutur bilingual (dwibahasawan) atau bahakan penutur multilingual (multibahasawan). Jadi, Iva dalam karangan narasi 34
Dinda Islami, Op. Cit. Amalia Hasanah, op. Cit., h. 243 36 John M. Echols dan Hassan Shadily, op. Cit., h. 595 35
59
tersebut tidak mutlak hanya menggunakan satu bahasa saja dalam komunikasinya jika dalam berkomunikasi terbiasa menggunkan bahasa asing ini akan menyebabkan terjadinya campur kode dalam kegiatan menulis dikarenakan faktor kebiasaan. 20) Happy Kata adalah satuan terkecil dalam sintaksis yang berperan sebagai pengisi fungsi sintaksis. Peristiwa campur kode dalam wujud kata terdapat pada kata happy dengan kutipan karangan narasi Iva Nur Afifah yang berjudul „Semua untuk Ayah‟ sebagai berikut: “yang penting lo, gue happy kan?”37 Peristiwa campur kode kata happy merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) sebab kata happy berasal dari bahasa Inggris yang merupakan kata sifat yang menyatakan kesenangan, yang memiliki arti „senang, gembira‟.38 Maksud kata happy dalam kutipan di atas kesenangan yang menjadi hal utama. Kata happy biasa digunakan bahkan artinya pun sudah banyak yang tahu apalagi dikalangan penulis yang biasa berbahasa Inggris dalam asramanya. Penggunaan kata happy lebih terkesan intelek dan menandakan kemampuan bahwa orang yang berbicara dapat berbahasa asing meski tidak fasih namun mampu. Kebiasaan Iva berbahasa asing menyebabkan terjadinya campur kode dalam menulis dikarenakan faktor kebiasaan. b. Frasa 1) Always together Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif dan tidak bersubjek. Peristiwa campur kode dijumpai pada frasa always together dengan kutipan karangan narasi dari Himmatul Ulya yang berjudul “kisah 7 sekawan” sebagai berikut: 37
Nur Afifah, Semua untuk Ayah, (lampiran 10)
38
Ibid., h. 289
60
Inilah kisah kami, tujuh sekawan yang akan selalu ada selamanya. Masalahku adalah masalah kita semua, kebahagian, tangisan maupun canda, ceria itu milik kita bersama dan kita akan terus always together.39 Peristiwa campur kode frasa always together merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) karena frasa always together berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Inggris. Frasa always together termasuk frasa adverbia dalam bahasa Inggris yang memiliki distribusi yang sama dengan kata keterangan, menduduki fungsi keterangan. Frasa always together berasal dari dua kata, yaitu always yang berarti „selalu‟40 dan together yang berarti „bersama-sama‟41. Jika dilihat dari konteks kalimatnya maka always together bermakna selalu bersama atau selalu bersama-sama. Maksud frasa always together dalam kutipan tersebut adalah memberikan penekanan ulang bahwa mereka tujuh sekawan adalah sahabat yang akan selalu bersama-sama baik dalam suka maupun duka. Mengapa dikatakan hanya penekanan ulang, ini dapat dilihat pada kalimat sebelumnya „Inilah kisah kami, tujuh sekawan yang akan selalu ada selamanya‟ frasa „selalu ada selamanya‟ menyatakan bahwa mereka tujuh sekawan akan terus ada dan selalu bersama sama dengan always together „selalu bersama-sama‟ hanya berbeda dari segi bahasa yang digunakannya saja. Penggunaan frasa always together pada kalimat tersebut menyatakan bahwa Himmatul mampu berbahasa Inggris karena dalam asrama tempat tinggal Himmatul diwajibkan berbahasa Inggris dan bahasa Arab. Dengan kewajiban harus menggunakan bahasa asing dalam asrama, tentunya dapat mempengaruhi dalam menulis karangan siswa. Campur kode sendiri bisa terjadi karena faktor kebiasaan menggunkan bahasa asing. 2) My Interesting Holiday Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif dan tidak bersubjek. Peristiwa campur kode dijumpai pada frasa my
39
Himmatul Ulya, kisah 7 sekawan, (lampiran 11) Ibid., h. 26 41 Ibid., h. 595 40
61
interesting holiday42 yang merupakan judul dari karangan narasi dari Nur Fani Fadilah. Campur kode pada frasa my interesting holiday merupakan jenis campur kode keluar (outer code-mixing) sebab frasa my interesting holiday berasal dari bahasa Inggris. Frasa my interesting holiday termasuk frasa nomina (frasa benda) dalam bahasa Inggris karena my interesting menyifati kata holiday yang berupa kata benda. Frasa my interesting holiday berasal dari tiga kata, yaitu my yang berarti „saya atau kepunyaan saya‟43 sedangkan interesting berarti „yang menarik hati‟44 dan holiday berarti ‟hari besar/raya‟45. Oleh sebab itu, jika dilihat dari segi cerita yang berada di dalam naskah karangan narasi maka my interesting holiday bermakna liburan menarik ku. Maksud frasa my interesting holiday dalam judul tersebut hanyalah untuk memberikan kesan yang terlihat lebih intelek dalam penulisan judul dengan menggunkan bahasa Inggis. Penulisan judul dalam bahasa Inggris terkesan lebih apik dan lebih menjual di samping Nur merupakan siswa MA Jabal Nur yang keseharian dalam asrama diwajibkan menggunakan bahasa asing dalam berbicara. Dengan demikian pasti mempengaruhi dalam penulisan siswa. 3) Good night Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif dan tidak bersubjek. Peristiwa campur kode dijumpai pada frasa good night dengan kutipan karangan narasi dari Fathya Rizqiah yang berjudul “Budhe I Miss You” sebagai berikut: “good night sayang” seru Marni sambil menutup pintu kamar Dera46 Peristiwa campur kode frasa good night merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) karena frasa good night berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Inggris. Frasa good night termasuk frasa nominal dalam bahasa Inggris karena unsur pusat dari frasa benda (nomina) adalah kata benda, yaitu kata 42
Nur Fani Fadilah, My Interesting Holiday, (lampiran 12) Ibid., h. 389 44 Ibid., h. 327 45 Ibid., h. 301 46 Fathya Rizqiah, Op. Cit. 43
62
night. Frasa good night berasal dari dua kata, yaitu good yang berarti „baik atau kebaikan‟47 dan night yang berarti „malam‟48. Jika dilihat dari konteks kalimatnya maka good night bermakna selamat malam. Frasa good night digunakan Fathya dalam cerita menandakan bahwa cerita karangan narasi tersebut menceritakan sebuah keluarga yang memiliki kemampuan menggunakan bahasa asing. Frasa good night sudah menjadi hal biasa untuk digunakan dalam ucapan selamat malam karena sudah banyak orang yang mengetahui maknanya dan mudah diingat, bahkan anak kecil sekalipun sudah banyak yang mengetahuinya. Penggunaan frasa good night dalam karangan yang dilakukan Fathya juga lantaran karena Fathya seorang santri yang tinggal di asrama yang diwajibkan dalam berkomunikasi untuk menggunakan bahasa asing. Ini mempengaruhi dalam penulisan yang dilakukan Fathya, selain juga frasa yang digunakan juga sebuah frasa yang sering digunakan dan tidak asing di dengar lagi. 4) Love you dad Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif dan tidak bersubjek. Peristiwa campur kode dijumpai pada frasa love you dad dengan kutipan karangan narasi dari Iva Nur Afifah yang berjudul “Semua untuk Ayah” sebagai berikut: Aku sayang papah dan yang lainnya doakan aku sukses yah pah, love you dad.49 Peristiwa campur kode frasa love you dad merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) karena frasa love you dad berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Inggris. Frasa love you dad termasuk frasa nomina dalam bahasa Inggris karena unsur pusat dari frasa benda (nomina) adalah kata benda, yaitu kata love. Frasa love you dad berasal dari tiga kata, yaitu love yang berarti „cinta, asmara‟50 dan you yang berarti „kamu‟51 serta dad yang maksudnya adalah daddy 47
Ibid., h. 275 Ibid., h. 394 49 Iva Nur Afifah, Op. Cit. 50 Ibid., h. 366 51 Ibid., h. 659 48
63
artinya „ayah‟.52 Jika dilihat dari konteks kalimatnya maka love you dad bermakna sayang ayah. Frasa love you dad sudah menjadi hal biasa untuk digunakan dalam ucapan sayang ayah karena sudah banyak orang yang mengetahui maknanya dan biasa didengar atau bahkan banyak yang sudah menggunakannya, anak kecil sekalipun sudah banyak yang mengetahuinya makna dari kata love you sendiri. Penggunaan frasa love you dad dalam karangan yang dilakukan Iva juga lantaran karena Iva seorang santri yang tinggal di asrama yang diwajibkan dalam berkomunikasi untuk menggunakan bahasa asing. Ini mempengaruhi dalam penulisan yang dilakukan Iva, selain juga frasa yang digunakan juga sebuah frasa yang sering digunakan dan tidak asing di dengar lagi. 5) Dear: my family Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif dan tidak bersubjek. Peristiwa campur kode dijumpai pada frasa dear: my family dengan kutipan karangan narasi dari Iva Nur Afifah yang berjudul “Semua untuk Ayah.” Frasa dear: my family yang terdapat pada salam pembuka surat yang ditujukan untuh keluarga Zanet (tokoh dalam cerita) merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) sebab frasa dear: my family berasal dari bahasa Inggris yang merupakan frasa nomina (frasa benda) karena unsur pusat dari frasa benda (nomina) adalah kata benda, yaitu kata dear. Penulisan pembuka surat dalam bahasa Inggris terkesan lebih apik dan lebih menjual di samping Iva merupakan siswa MA Jabal Nur yang keseharian dalam asrama diwajibkan menggunakan bahasa asing dalam berbicara. Dengan demikian pasti mempengaruhi dalam penulisan siswa. c.
Klausa
1) The Sweet Moment for My Mother Klausa adalah satuan sintaksis berupa kata atau frasa yang bersifat predikatif dan berkemungkinan menjadi kalimat. Peristiwa campur kode dijumpai pada
52
Ibid., h. 163
64
klausa the sweet moment for my mother dengan kutipan karangan narasi dari Siti Nurinayah yang berjudul “Kerinduan yang Mendalam” sebagai berikut: ... menurut Indah hari ini adalah hari the sweet moment for my mother tentunya ia tidak akan menyia-nyiakan hari-harinya bersama ibu, ibu, dan ibu.53 Peristiwa campur kode pada klausa the sweet moment for my mother merupakan jenis campur kode keluar (outer code-mixing) dalam bahasa Inggris. Dikatakan klausa karena satuan sintaksis tersebut jika dipecah memiliki dua frasa, yang pertama frasa the sweet moment yang berarti „momen terindah‟ dan yang kedua frasa my mother yang berarti „ibu saya‟, karena tidak memiliki intonasi final namun, memiliki dua frasa nomina maka dari itu disebut klausa yang berkemungkinan menjadi kalimat. Oleh sebab itu, jika dilihat dalam naskah karangan narasi the sweet moment for my mother bermakna saat terindah untuk ibuku. Latar belakang Siti yang bertempat tinggal dalam asrama yang diwajibkan untuk berbicara dalam bahasa asing (Inggris dan Arab) jelas mempengaruhi Siti dalam menulis suatu karangan. Seperti pepatah ala bisa karena biasa. Penulisan the sweet moment for my mother hanyalah sebagai kode bahwa Siti menguasai bahasa Inggris. d. Kalimat 1) bye-bye Fabian we will come here latter dont forget us Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan makna dan diakhiri intonasi final. Peristiwa campur kode dijumpai pada kalimat bye-bye Fabian we will come here latter dont forget us dengan kutipan karangan narasi dari Pudiawati yang berjudul “Ketika Cinta Bersemi Indah” sebagai berikut: Kami sepakat untuk berpamitan kepada Fabian dan keluarganya karena waktu semakin sore kami pun harus pulang, dengan berat hati kami langkahkan
53
Siti Nurinayah, Op. Cit.
65
kedua kaki kami untuk meninggalkan rumah Fabian. “bye-bye Fabian we will come here latter dont forget us” ujar kami saat berada di dalam angkot.54 Peristiwa campur kode kalimat bye-bye Fabian we will come here latter dont forget us merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) karena kalimat bye-bye Fabian we will come here latter dont forget us berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Inggris. Dikatakan campur kode berwujud kalimat karena kalimat tersebut memiliki kriteria kalimat, seperti memiliki subjek, predikat dan objek serta terdapat intonasi final. Secara gramatikal kalimat di atas memiliki kekurangan seperti pada kalimat bye-bye Fabian seharusnya setelahnya diakhiri dengan intonasi final titik (.) yang itu diartikan semacam opening dalam kalimat. We will come here latter (kami akan datang lagi kemari nanti) merupakan 1 kalimat dan dont forget adalah predikat sedangkan us adalah objek. We will come here latter kategorinya sebagai subjek karena kalimat tersebut adalah anak kalimat dan seharusnya setelah kalimat we will come here latter ada kata so sebagai kata penghubung sehingga secara otomatis kalimat we will come here latter menjadi anak kalimat. Secara gramatikal kalimat di atas kurang kata so namun secara rasa sudah tepat. Kaliamat tersebut menyebabkan terjadinya campur kode dikarenakan Pudiawati yang terbiasa menggunakan bahasa asing dalam asrama secara lisan tentunya dalam penulisan dapat mempengaruhi. Terjadinya kesalahan secara gramatikal dalam kalimat karena Pudiawati yang terbiasa menggunkan bahasa asing yang dalam bahasa lisan berbicara tidak harus benar secara gramatikal namun rasa atau pesan yang disampaikan sudah ada sudah dikatakan benar. 2) Yes! I get it Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan makna dan diakhiri intonasi final. Peristiwa campur kode dijumpai pada kalimat Yes! I get it dengan kutipan karangan narasi dari Pudiawati yang berjudul “Ketika Cinta Bersemi Indah” sebagai berikut:
54
Nur Fani Fadilah, Op. Cit.
66
Bel pulang berbunyi, Fadli buru-buru keluar, ia ingin mencari tahu siapa teman dekat Aurel. Tiba-tiba saja ia mellihat Angle dan Aurel di taman kampus. Salah satu teman kelas kampusnya Angle dan Aurel lewat, “eh .. eh sini deh!” panggil Faldi. Wanita itu menghampiri Faldi “kamu tau ga yang duduk di samping Aurel itu siapa?” “oh.. itu Angle” “dia temen deketnya Aurel yah?” “iya” “kamu punya no tlpon‟a Angle?” wanita itu mengeluarkan handphone dari saku bajunya “081256xxxxx” “nama fb‟a?‟ “aurel angle”. “twitter‟a?”, “@aurel_angle,” “thanksyah, sorry kalau ganggu,” “samasama.” Mahasiswa itu berjalan ke arah lapangan “yes! I get it” (batin Faldi).55 Peristiwa campur kode kalimat Yes! I get it merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) karena kalimat Yes! I get it berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Inggris. Dikatakan campur kode berwujud kalimat karena kalimat tersebut memiliki kriteria kalimat, seperti memiliki subjek, predikat dan objek serta terdapat intonasi final. Subjek dari kalimat di atas adalah I (saya), predikat get (memperoleh), dan objeknya adalah it (nya). Kata yes yang diakhiri dengan tanda seru (!) dinyatakan kalimat meski hanya satu kata dikarenakan memiliki intonasi final berupa tanda seru (!). Selanjutnya kalimat I get it juga sebuah kalimat yang diakhiri dengan intonasi final titik (.), dan disertai memiliki subjek, predikat, dan objek. Penggunaan kalimat Yes! I get it oleh Pudiawati dikarenakan ceritanya sendiri adalah menceritakan kisah percintaan mahasiswa, dimana mahasiswa sendiri tentunya mampu berbahasa lebih dari satu bahasa (bahasa asing). Jika dilihat dari latar belakang Pudiawati yang mempunyai kemampuan bahasa asing, Pudiawati terbiasa berbahasa Inggris di dalam asrama, tentunya mempengaruhi penulisan penulis yang secara tidak sengaja menggunkan bahasa asing dalam karangannya. Ini dapat terjadi karena faktor ketidaksengajaan, kebiasaan dan kegengsisan untuk menunjukkan tingkat keintelektualan. 3) Shodaqollahul’adzim Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan makna dan diakhiri intonasi final. Peristiwa campur kode dijumpai pada kalimat
55
Ibid.
67
shodaqollahul’adzim dengan kutipan karangan narasi dari Pudiawati yang berjudul “Ketika Cinta Bersemi Indah” sebagai berikut: “Shodaqollahul’adzim.” Bunga menutup tadarusnya kali ini, lalu menaruh Al-qur‟an kembali ke dalam lemari.56 Peristiwa campur kode kalimat shodaqollahul’adzim merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) karena kalimat shodaqollahul’adzim berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Arab. Dikatakan campur kode berwujud kalimat karena kalimat tersebut memiliki intonasi final berupa tanda titik (.). Penggunaan kalimat shodaqollahul’adzim yang dilakukan Pudiawati dikarenakan latar belakang Pudiawati yang bertempat tinggal di pondok pesantren sehingga menyebabkan cerita yang dibuat pun lebih terkesan religius. Kalimat shodaqollahul’adzim maksudnya jika dilihat pada kutipan adalah sebagai kalimat penutup, atau penanda berakhirnya aktivitas mengaji yang dilakukan tokoh dalam cerita. Jika dipecah shoddaqo sendiri berarti benar (lawan dusta).57 Kalimat shodaqollahul’adzim mempunyai makna Maha Benar Allah Yang Maha Agung, sebagai tanda penghormatan kepada Allah SWT. 4) Budhe. I miss you Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan makna dan diakhiri intonasi final. Peristiwa campur kode dijumpai pada kalimat Budhe. I miss you dengan kutipan karangan narasi dari Fathya Rizqiah yang berjudul “Budhe I miss you” sebagai berikut: ...namun Dera belum bisa menjalankan kakinya. Lalu berteriak “Budhe... I miss you” burung-burung yang sedang beristirahat di pohon-pohon yang rindang seketika berhamburan pergi.58 Peristiwa campur kode kalimat Budhe. I miss you merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) karena kalimat Budhe. I miss you berasal
56
Ibid. Amalia Hasanah, op. Cit., h. 260 58 Fathya Rizqiah, Op. Cit. 57
68
dari bahasa asing, yaitu bahasa Inggris. Dikatakan campur kode berwujud kalimat karena kalimat tersebut memiliki kriteria kalimat, seperti memiliki subjek, predikat dan objek serta terdapat intonasi final. Subjek dari kalimat di atas adalah I (saya),59 predikat miss (kangen),60 dan objeknya adalah you (kamu).61 Kata Budhe yang diakhiri dengan tanda titik (.) dinyatakan kalimat meski hanya satu kata dikarenakan memiliki intonasi final berupa tanda titik (.). Selanjutnya kalimat Budhe. I miss you juga sebuah kalimat yang diakhiri dengan intonasi final titik (.), dan disertai memiliki subjek, predikat, dan objek, serta pelengkap. Penggunaan kalimat Budhe. I miss you oleh Fathya dikarenakan latar belakang Fathya yang mempunyai kemampuan bahasa asing dan terbiasa berbahasa Inggris di dalam asrama, tentunya ini mempengaruhi penulisan Fathya yang secara tidak sengaja menggunkan bahasa asing dalam karangannya. Ini terjadi karena faktor ketidaksengajaan, kebiasaan dan kegengsisan untuk menunjukkan tingkat keintelektualan. 5) Thanks... I miss you all Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan makna dan diakhiri intonasi final. Peristiwa campur kode dijumpai pada kalimat Thanks... I miss you all dengan kutipan karangan narasi dari Iva Nur Afifah yang berjudul “Semua untuk Ayah” sebagai berikut: Jangan lupakan aku, aku janji akan membuat kalian bangga memiliki ku. Thanks. I miss you all.62 Peristiwa campur kode kalimat Thanks. I miss you all merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) karena kalimat Thanks. I miss you allberasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Inggris. Dikatakan campur kode berwujud kalimat karena kalimat tersebut memiliki kriteria kalimat, seperti memiliki subjek, predikat dan objek serta terdapat intonasi final. Subjek dari 59
John M. Echols dan Hassan Shadily, op. Cit., h. 309 Victoria Bull, Oxford: Learner’s Pocket Dictionary, (New York: Oxford University Press, 2008), h. 228 61 John M. Echols dan Hassan Shadily, op. Cit., h. 659 62 Iva Nur Afifah, Op. Cit. 60
69
kalimat di atas adalah I (saya),63 predikat miss (kangen),64 dan objeknya adalah you (kamu),65 serta pelengkap adalah all (semua).66 Kata Thanks yang diakhiri dengan tanda titik (.) dinyatakan kalimat meski hanya satu kata dikarenakan memiliki intonasi final berupa tanda titik (.). Selanjutnya kalimat I miss you all juga sebuah kalimat yang diakhiri dengan intonasi final titik (.), dan disertai memiliki subjek, predikat, dan objek, serta pelengkap. Penggunaan kalimat Thanks. I miss you all oleh Iva dikarenakan latar belakang Iva yang mempunyai kemampuan bahasa asing dan terbiasa berbahasa Inggris di dalam asrama, ini tentunya mempengaruhi penulisan Iva yang secara tidak sengaja menggunkan bahasa asing dalam karangannya. Ini terjadi karena faktor ketidaksengajaan, kebiasaan dan kegengsisan untuk menunjukkan tingkat keintelektualan. e.
Singkatan
1) Bete (BT) Singkatan adalah bentuk kata yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau lebih. Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan bete (BT) dengan kutipan karangan narasi dari Amalia Indah Sari yang berjudul “Karena Allah Masih Mencintaiku” sebagai berikut: Ibu minta duit dong! Buat jalan-jalan sama teman ke mall, bete di rumah terus.67 Peristiwa campurkode singkatan bete (BT) merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) yang berwujud singkatan. Singkatan Bete (BT) berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Inggris karena itu merupakan jenis campur kode keluar (outer code-mixing). Jika dilihat dalam kalimat kutipan pada karangan narasi siswa tersebut singkatan bete (BT) mempunyai kepanjangan dari boring time. Kalimat kutipan pada karangan menyatakan bahwa anak bosan di rumah terus dan menyatakan ingin jalan keluar rumah bersama teman-teman. Boring 63
Ibid., h. 309 Victoria Bull,op. Cit., h. 228 65 John M. Echols dan Hassan Shadily, op. Cit., h. 659 66 Ibid., h. 22 67 Amalia Indah Sari, Op. Cit. 64
70
sendiri mempunyai arti „membosankan‟68 dan time mempunyai arti „waktu‟69. Jika dilihat kembali ke dalam kalimat kutipan singkatan bete (BT) bermakna bosan. Amalia menggunakan singkatan bete (BT) dikarenakan singkatan bete (BT) sudah banyak dikenal dalam kalangan anak muda baik anak sekolah maupun orang dewasa bahkan anak-anak sekalipun. Singkatan bete (BT) juga memberikan kesan gaul jika kembali dikaitkan dalam cerita karangan narasi Amalia. Dalam cerita bahwa si anak adalah anak gaul yang suka berhura-hura dengan teman-temannya, seperti kalanya anak remaja di ibu kota. 2) Fb Singkatan adalah bentuk kata yang dipendekkan yang terdiri dari satu huruf atau lebih. Peristiwa campur kode dijumpai pada singkatan fb dengan kutipan karangan narasi dari Aulia Salam yang berjudul “Cintaku Tak Dapat Ditebak” sebagai berikut: Nama fb‟a?? Aurel Anggel70 Peristiwa campur kode singkatan fb merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) yang berwujud singkatan. Singkatan Fb berasal dari bahasa asing, yaitu bahasa Inggris karena itu merupakan jenis campur kode keluar (outer code-mixing). Fb merupakan kepanjangan dari facebook. Facebook adalah salah satu situs jejaring sosial yang sudah banyak dikenal dan digunakan diseluruh dunia baik anak-anak, remaja, orang dewasa, bahakan orangtua sekalipun. Facebook adalah jejaring sosial untuk mendapatkan teman baru, mengobrol, ajang silaturahmi bahkan adapula ajang untuk pencarian jodoh. Jika dilihat dalam kutipan lengkap pada karangan narasi siswa: Bel pulang berbunyi, Fadli buru-buru keluar, ia ingin mencari tahu siapa teman dekat Aurel. Tiba-tiba saja ia mellihat Angle dan Aurel di taman kampus. Salah satu teman kelas kampusnya Angle dan Aurel lewat, “eh .. eh sini deh!” panggil Faldi. Wanita itu menghampiri Faldi “kamu tau ga yang 68
John M. Echols dan Hassan Shadily, op. Cit., h. 76 Ibid., h. 592 70 Aulia Salam, Ibid. 69
71
duduk di samping Aurel itu siapa?” “oh.. itu Angle” “dia temen deketnya Aurel yah?” “iya” “kamu punya no tlpon‟a Angle?” wanita itu mengeluarkan handphone dari saku bajunya “081256xxxxx” “nama fb‟a?‟ “aurel angle”.71 Dari kutipan dalam karangan narasi tersebut bahwa jelas penggunakan singkatan fb digunakan untuk mendekati seorang gadis yang disukainya, digunakan sebagai ajang mendekatkan diri untuk lebih kenal lagi. Fb (facebook) memang sudah banyak dikenal sebagai tempat untuk mencari jodoh atau pasangan. Aulia yang berlatar belakang siswa MA pastinya mempunyai fb karena itu Aulia memasukkan singkatan fb dalam karangannya sebagai tempat media sosial untuk mencari informasi dan tempat mendekatkan diri. f.
Istilah
1) teddy bear Istilah adalah kata atau gabungan kata yang mengungkapkan suatu makna atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Peristiwa campur kode dijumpai pada Istilah teddy bear dengan kutipan karangan narasi dari Fathya Rizqiah yang berjudul “Budhe I Miss You” sebagai berikut: Paling-paling temanku hanyalah boneka teddy bear72 Peristiwa campur kode istilah teddy bear merupakan peristiwa campur kode keluar (outer code-mixing) yang berasal dari bahasa Inggris berwujud istilah. Jika dilihat dalam kalimat kutipan pada karangan narasi siswa tersebut istilah teddy bear adalah istilah nama untuk salah satu boneka yang terkenal. Kata bear sendiri berarti „beruang‟.73 Fathya menggunakan istilah teddy bear dikarenakan dalam cerita terdapat tokoh yang bernama Dera yang berlatar belakang dari keluarga yang dibilang cukup mampu (kaya) dan berpendidikan. Teddy bear atau Beruang Teddy adalah salah satu nama boneka yang biasanya dimiliki oleh orang-orang yang berkecukupan. Jika cerita dalam karangan tersebut berlatar belakang keluarga yang mampu (kaya) wajar jika Fathya menyisipkan istilah teddy bear 71
Ibid. Fathya Rizqiah, Op. Cit. 73 John M. Echols dan Hassan Shadily, Op. Cit., h. 57 72
72
yang digunakan dalam cerita. Selain dilihat dalam segi cerita Fathya juga merupakan siswi yang berkemampuan lebih dari dua bahasa dikarena diwajibkan berbahasa asing dalam asramanya. Kemampuan tersebut membuat Fathya menggunakan istilah dalam bahasa asing karena faktor kebiasaan selain itu juga Fathya yang sudah tahu istilah teddy bear. Istilah itu sudah cukup banyak orang yang mengetahuinya.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Dari hasil analisis campur kode karangan narasi berupa cerpen siswa kelas X MA Jabal Nur Cipondoh, Tangerang, peneliti menarik beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat wujud campur kode dalam bentuk kata, frasa, klausa, kalimat, singkatan, dan istilah yang dilakukan siswa kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang. Dari tiga puluh empat data, sebanyak dua puluh campur kode dalam wujud kata, lima campur kode dalam wujud frasa, satu campur kode berwujud klausa, lima campur kode berwujud kalimat, dua campur kode berwujud singkatan, dan satu campur kode berwujud istilah. 2. Terdapat jenis campur kode yaitu, campur kode keluar (outer codemixing) yang ditemukan dalam karangan narasi siswa kelas X MA (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang. Campur kode keluar (outer code-mixing), yaitu bahasa Inggris dan bahasa Arab.
B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memiliki beberapa saran baik secara umum maupun secara khusus. Berikut merupakan saransaran umum dan khusus dari peneliti: 1. Apabila dalam menulis sebuah karangan bahasa Indonesia hendaknya lebih baik kita menggunakan bahasa Indonesia untuk menghindari dari hal ketidaktahuan makna.
73
74
2. Pada
saat
menulis
sebuah
karangan
narasi
hendaknya
kita
memperhatikan bahasa yang kita gunakan agar pembaca mengetahui maksud dan pesan yang disampaikan. 3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti penggunaan campur kode pada karangan yang berbeda misalnya argumentasi atau persuasi agar dapat memberikan kontribusi lain pada pembelajaran bahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 2003 Askar, S. Kamus Arab-Indonesia: Terlengkap, Mudah, dan Praktis. Jakarta: Senayan Publishing. 2010 Aslinda dan Leni Syafyahya. Pengantar Sosiolingustik.Bandung: PT Reflika Aditama. 2007 Azizah, Izah. Campur Kode pada Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Acara Bukan Empat Mata dan Implikasinya pada Pembelajaran Berbicara Siswa Kelas IX SMPN. Skripsi S1 Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Jakarta. 2011 Bull, Victoria. Oxford: Learner’s Pocket Dictionary. New York: Oxford University Press. 2008 Chaer, Abdul dan Leonie Agustina.Sosiolingustik Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta. 1995 Chaer, Abdul. Lingustik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2007 . Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2009 Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Teori dan Metode Sosiolingustik I. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. 1995 Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008 Echols, John M. dan Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia: cet XXIV. Jakarta: PT Gramedia. 2000 Endratmo, Joni. Definisi dan Jenis-Jenis Frasa. Pada http://joniemudahtersinggung.blogspot.com/2012/01/definisi-dan-jenisjenis-frasa.html. Diakses 10 Juli 2014. Pukul 19:58
75
76
Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia: Untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia. 2001 Gintings, Nuzlya Ramadhany. Bentuk dan Makna Campur Kode Bahasa Inggris Politikus Di dalam Majalah Tempo. Skripsi S1 Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Jakarta. 2008 Guntur, Henry Tarigan. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 2008 Hasanah, Amalia. Kamus Besar Bahasa Arab: untuk Pelajar, Mahasiswa, dan Umum. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. 2013 Hudson, R. A. Sociolinguistics. New York: Cambridge University Press. 1980 Jendra, Made Iwan Indrawan. Sociolinguistics: The Study of Societies’ Languages. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010 Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2003 Kridalaksana, Harimurti. Kamus Lingustik Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2008 Kuntarto, Niknik M. Cermat dalam Berbahasa Teliti dalam Berfikir: Panduan Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi. Jakarta: Mitra Wacana Media. 2011 Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2007 Marjohan, Arsil. An Introdution to Sociolingustics. Jakarta: Depdikbud. 1988 Milroy,
Lesley and Matthew Gordon. Sociolinguistics: Interpretation. England: Oxford England. 2003
Method
and
Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010 Muslich, Masnur. Tata Bentuk Bahasa Indonesia Kajian ke Arah Tatabahasa Deskritif. Jakarta: Bumi Aksara. 2008 Nababan, P.W.J. Sociolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia. 1993
77
Nuraida dan Halid Alkaf. Metodologi Penelitian Pendidikan. Ciputat: Islamic Research. 2009 Pateda, Mansoer. Sosiolingustik. Bandung: Angkasa. 1987 Pride, J. B. The Social Meaning of Language. London: Oxford University Press. 1971 Putrayasa, Ida Bagus. Analisis Kalimat: Fungsi, Kategori, dan Peran. Bandung: Refika Aditama. 2007 Rahardi, Kunjana. Kajian Sosiolingustik. Bogor: Ghalia Indonesia. 2010 Rahayu, Minto. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Jakarta: PT Grasindo. 2007 Ramlan dan Mahmudah. Disiplin Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK PRESS. 2010 Setyorini, Retno. Alih Kode dan Campur Kode pada Cerita Bersambung Di Tabloid Nova. Skripsi S1 Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Jakarta. 2008 Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2013 Sukini.Sintaksis: Sebuah Panduan Praktis. Surakarta: Yuma Pustaka. 2010 Suwandi, Sarwiji. Serbalingustik Mengupas Pelbagai Praktik Bahasa. Surakarta: UNS Press. 2008 Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. 2008 Widagdho, Djoko. Bahasa Indonesia: Pengantar Kemahiran Berbahasa di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1994 Wojowasito. Perkembangan Ilmu Bahasa (Lingustik) Abad-20. Bandung: Shinta Dharma. 1976
BIODATA PENULIS
Jayanti Puspita Dewi dilahirkan pada 11 Agustus 1992 di Kota Gajah, Lampung. Merupakan anak kedua dari pasangan Sutiman dan Linda. Putri
kedua
dari
tiga
bersaudara
ini
memulai
pendidikannya di Taman Kanak-Kanak Al-Muslimun. Selanjutnya, pernah duduk di bangku Sekolah Dasar Negeri III Labuhan Ratu II, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Way Jepara, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Way Jepara, dan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada tahun 2010. Penulis gemar sekali menonton film dan menulis puisi. Saat kecil penulis bercita-cita menjadi astronot namun, sekarang penulis ingin sekali mengabdikan dirinya dalam dunia pendidikan. Pada saat duduk di bangku kuliah, penulis aktif mengajar privat. Kakak dari Kiki ini menulis skripsi dengan judul “Campur Kode pada Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Karangan Narasi Siswa Kelas X Ma (Madrasah Aliyah) Jabal Nur Cipondoh, Tangerang Tahun Pelajaran 2013/2014.” Motto hidup penulis yaitu, segala yang indah belum tentu baik, namun segala yang baik sudah tentu indah.