PENGGUNAAN BAHASA PERTAMA DALAM TUGAS PERCAKAPAN BAHASA INGGRIS DI DALAM KELAS SPEAKING Mauly Halwat Hikmat
[email protected] Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak Makalah ini bertujuan untuk memaparkan hasil penelitian tentang fungsi bahasa pertama yang digunakan selama penyelesaian tiga tugas speaking, yaitu: picture-story-telling (menceritakan gambar), information gap (celah informasi), dan problem solving (pemecahan masalah). Tujuan penelitian adalah meneliti fungsi penggunaan bahasa pertama dalam penyelesaian tugas berbicara bahasa Inggris. Subjek penelitian adalah 16 mahasiswa dari satu universitas. Data berupa percakapan mahasiswa yang dikumpulkan dengan teknik rekam dan dianalisis dengan teknik induktif. Temuan penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa menggunakan bahasa pertama yang dalam hal ini adalah bahasa Indonesia dan Jawa untuk mengatasi masalah kosa kata, untuk mendorong berbicara, untuk meminta pengulangan ujaran, untuk mengulang gagasan, untuk mengkonfirmasi gagasan, mengatur pelaksanaan tugas, mengurutkan tugas, mengklarifikasi ujaran, membahas masalah, berpikir lantang, meminta bantuan teman, memperbaiki ujaran, dan meminta giliran berbicara. Hasil temuan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan bahasa pertama mendukung penyelesaian tugas dan dalam beberapa hal dapat mendorong pembelajaran bahasa. Dengan demikian, para guru hendaknya menyadari fungsi penggunaan bahasa pertama dalam penyelesaian tugas beserta respons pembelajar dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa pertama tersebut sehingga kemungkinan penggunaan bahasa pertama tersebut tidak menghambat peningkatan kemampuan berbicara bahasa Inggris. Kata kunci: Bahasa pertama, tugas berbicara, picture-story telling, information gap, problem solving
PENDAHULUAN Penggunaan bahasa pertama dalam pembelajaran bahasa Inggris telah sering diperdebatkan dalam kepustakaan. Beberapa pakar menganggap bahwa penggunaan bahasa pertama akan mempermudah pembelajaran bahasa sasaran, akan tetapi beberapa pakar berpendapat bahwa penggunaan bahasa pertama tersebut kontraproduktif (Brown, 2000). Di sisi lain, para ahli yang mendukung pendekatan dwi bahasa (menggunakan bahasa pertama dan bahasa sasaran) percaya bahwa bahasa pertama siswa dapat memfasilitasi proses pembelajaran (Miles, 2004). Beberapa peneliti lainnya telah menunjukkan bahwa bahasa pertama mempunyai beberapa fungsi yang dapat memfasilitasi pembelajaran bahasa Inggris sebagaimana dikemukakan oleh Holliday (1994) and Carless (2008). Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebagian besar bukan dalam kelas keterampilan berbicara. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan menjawab perumusan masalah: ―Apakah fungsi bahasa pertama yang digunakan dalam penyelesaian tugas percakapan bahasa Inggris?‖ dan apakah bahasa pertama yang digunakan dalam penyelesaian tugas percakapan bahasa Inggris tersebut bermanfaat bagi pembelajatran keterampilan berbicara Bahasa Inggris?‖ LANDASAN TEORI DAN METODOLOGI Bahasa pertama adalah bahasa yang paling dikuasai oleh si penutur atau dikatakan bahasa asli penutur. Anton dan DiCamilla (1998) menunjukkan bahwa ada fungsi penting dari bahasa pertama, yaitu: untuk memberikan bantuan ―scaffolding‖, untuk memelihara hubungan interpersonal, dan mengeksternalkan pikiran siswa ketika menghadapi kesulitan kognitif. Sementara itu, Villamil and
145
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN Guerrero (1996) menemukan bahwa ―Bahasa pertama merupakan alat yang penting untuk membuat suatu teks menjadi bermakna, mengambil bahasa dari ingatan, mengelaborasi dan memperluas materi, membimbing tindakannya dan mempertahankan dialog.‖ Temuan lainnya yang disampaikan oleh Swain and Lapkin (2000) menunjukkan bahwa penggunaan bahasa pertama oleh siswa berfungsi untuk: melanjutkan pengerjaan tugas, memusatkan perhatian, dan interaksi anta personal. Banyak penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan bahasa pertama memfasilitasi pembelajaran bahasa. Di Indonesia, penelitian tentang penggunaan bahasa pertama telah dilakukan antara lain oleh Pasaribu (2009) dan Hidayati (2012). Pasaribu (2009) menyelidiki persepsi guru dan siswwa tentang penggunaan bahasa pertama di dalam kursus bahasa Inggris. Hidayati (2012) meneliti penggunaan bahasa pertama yang dilakukan oleh guru dalam mengajar keterampilan berbahasa receptive, yaitu tata bahasa, membaca dan menyimak. Hidayati (2012) meneliti persepsi guru dan siswa tentang manfaat penggunaan bahasa pertama. Menurut para guru dan siswa yang diteliti, bahasa pertama bermanfaat untuk mempermudah proses pembelajaran. Penelitian ini melibatkan 16 mahasiswa Indonesia yang belajar bahasa inggris. Objek penelitian adalah penggunaan bahasa pertama dalam percapan di dalam kelompok dalam tugas speaking yang terdir dari information gap, picture-story telling dan problem solving.Pengumpulan data menggunakan observasi dengan teknik rekam percakapan, Data kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik induktif. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga belas fungsi bahasa yang ditemukan dalam percakapan mahasiswa dalam kelompok. Berikut ini adalah fungsi penggunaan bahasa yang ditemukan dalam percakapan: 1. Meminta giliran berbicara Penggunaan bahasa pertama dilakukan ketika siswa meminta lawan bicaranya untuk berbicara ketika lawan bicaranya tersebut hanya mengkonfirmasi apa yang ia katakan. Contoh 1
Lia: Kowe ngomong genten no! (Giliranmu bicara!) Dian: Yes…and someone write the book and well (?) the coffee Penggunaan bahasa pertama tersebut berfungsi untuk menjaga agar percakapan tetap mengalir. Hal ini menunjang pembelajaran keterampilan berbicara.karena menyebabkan lawan bicara (Dian) menggunakan gilirannya untuk berbicara. 2. Mendorong kelanjutan berbicara Siswa menggunakan bahasa Indonesia untuk melanjutkan perkataannya. Contoh 2
Dian: One day, the man to ride bike the top speed and after then he is not to look in from ride and story to be continued Mira: terus dilanjutne…(lanjutkan ceritanya) Desy: Next, the man…the man don‟t careful cross the road
Mira meminta temannya untuk melanjutkan cerita. Selanjutnya Desy melanjutkan ceritanya. Fungsi ini termasuk pengelolaan tugas percakapan yang bermanfaat untuk menjaga alur percakapan. 3. Meminta untuk mengulang ucapan Dalam petikan pembicaraan berikut, Lia meminta lawan bicaranya untuk mengulang perkataannya untukmemastikan apakah gambarnya sama dengan gambar yang ia pegang.
146
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN Contoh 3
Dian: There is a news agent Lia: Opo? (apa?) Dian: No florist. News Agent Lia: No Florist? Mengacu pada modifikasi input, pengulangan ini dapat memodifikasi ujaran Dian untuk membuat Lia memahami apa yang ia katakan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Long (1987), pengulangan tidaklah mengeksplorasi produksi ujaran seperti clarification request atau permintaan penjelasan. Hal ini terlihat ketika Dian hanya mengulangi ujarannya tanpa eksplorasi lebih lanjut. 4. Mengulang ujaran Contoh 4
Tri: Seto: Tri: Seto: Tri: Seto: (Seto:
What is between travel agent and greengrocer? umm…between travel agent and green… Greengrocer Greengrocer…is florist Between travel agent and greengrocer? Between travel agent karo greengrocer kan florist Between travel agent with greengrocer is the florist isn‘t it?)
Tri asserts his explanation in L1 to make sure that his friend really gets what Seto mengulang apa yang ia katakan setelah temannya meminta konfirmasi. Dalam pembicaraan di atas, penggunaan ―kan‖ sebetulnya dapat dikatakan dalam bahasa Inggris dengan menggunakan ―question tag‖ ‗isn‘t it?‘ Penggunaan ―kan‖ tersebut dapat mengkonfirmasi ide yang didengar sehingga menjadi lebih jelas. Walaupun demikian, seharusnya siswa tau bagaimana mengatakannya dalam bahasa Inggris ketika mereka perlu untuk mengkonfirmasi ujaran yang didengarnya. 5. Mengatasi masalah kosa kata Selama interaksi, siswa kadang-kadang beralih bahasa ke bahasa pertama ketika mereka tidak mengetahui losa kata tertentu. Selain itu mereka juga membahas tugas dalam bahasa pertama untuk mendapatkan kata yang tepat dalam bahasa Inggris sebagaimana terlihat di dalam contoh berikut ini: Contoh 5
Maulani: Just one? Oh…because in the behind of him there is a lelembut (hantu) Yayuk: umm..There is an amal box in beside of the..(charity box)
6. Meminta konfirmasi Contoh 6
Tri: Seto: Tri:
Between travel agent karo greengrocer kan florist Oh iyo…loh iki florist? (ini florist?) In my picture, between travel agent and greengrocer there is a newsagent I think we have different (pictures). How many people in the road?
Seto mengkonfirmasi apakah yang ia dengar benar atau tidak karena apa yang ia dengar tidak sesuai dengan gambar yang ia lihat. Alih-alih mengatakan ‗is it florist?‘ Seto mengucapkannya dalam bahasa pertama. Tampaknya ia beranggapan bahwa menkonfirmasi apa yang di dengar bukanlah bagian dari tugas percakapan utama. Setelah itu Seto kemudian beralih menggunakan bahasa Inggris.
147
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN 7.
Mengatur urutan tugas percakapan Dalam pengerjaan tugas yang berurutan, siswa kadang-kadang merasa perlu mengurutkan tugas tanpa menggunakan bahasa inggris. Contoh 7
Dian: Number telu…telu Dian: Number three Desy: Nomor loro opo telu?(nomor dua atau tiga?Dua kan? I think we have to share our time for celebrate with the boyfriend birthday…opo…bener ya? (is it right?) Desy: Number two or three? Two isn‘t it? Penggunaan bahasa pertama di atas bukan dalam percakapan utama (mengemukakan pendapat untuk mencari solusi), tetapi untuk mengurutkan tugas. Mereka merasa tidak perlu untuk berbicara bahasa Inggris di luar percakapan utama dalam penyelesaian tugas. 8. Memberi penjelasan Masalah ketidaklancaran percakapan kadang-kadang terjadi dan memicu lawan bicara untuk meminta klarifikasi. Siswa kadang-kadang menjawab permintaan klarifikasi dalam bahasa pertama. Contoh 8
Dian: Desy: Dian: Mira:
May be one of them will be cut out What is that? Marah (angry) Maybe it is very sulit (difficult) to choose what is the more important.
Dalam contoh di atas, Desy meminta klarifikasi dalam bahasa Inggris, tetapi Dian, alih-alih memberi penjelasan dalam bahasa Inggris, ia langsung menjelaskan dalam bahasa Indonesia. Sesuai dengan fungsinya, Permintaan klarifikasi sebenarnya memungkinkan siswa mengelaborasi ujarannya. Akan tetapi, siswa menganggap lebih cepat menjelaskan dengan menggunakan bahasa pertama. 9. Membahas isi masalah Dalam menyelesaikan tugas, siswa perlu memahami dan mengerti isi materi dari tugas. Beberapa siswa membahasnya menggunakan bahasa pertama. Contoh9
Mira: Lia: Desy:
iki gak jatuh (ini gak jatuh) iki cuman kepeleset? . Tapi kan namanya jatuh? (but it can be said fell down?) Dia gak ditabrak lah tapi menabrak Iya kan? Collide the truck and fall down to the road (isn‘t it?)
Dalam petikan nomor 14 di atas, siswa membahas dalam bahasa Indonesia tentang bagaimana kecelakaan terjadi yang diilustrasikan dalam gambar sebelum mereka menceritakannya dalam bahasa Inggris. 10. Meminta pengulangan Bahasa pertama kadang-kadang digunakan untuk meminta pengulangan ketika siswa tidak mendengar ucapan dengan jelas. Contoh 10
Rina: We have to be polite... Tika: We have to opo?(apa?) Rina: Polite. Sopan… 148
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN Tika meminta Rina untuk mengulang apa yang dikatakannya dengan berkata ‗opo?‘ (apa) bukan dengan ‗what?‘. Rina menjawabnya tidak hanya dalam bahasa Inggris tetapi juga dalam bahasa Indonesia ‗sopan‘ untuk polite. 11. Recast (membetulkan kesalahan) Contoh 11
Intan: I will remember my friend about… Dewi: Bukan remember… Intan: remind my friend about his promise and ask him to pay…pay to me.
Dewi membetulkan ucapan temannya dengan cara mengingatkan dalam bahasa Indonesia bahwa apa yang dikatakan temannya bukanlah apa yang ia maksud. Intan merespon koreksi tersebut dengan baik, karena ia langsung mengulanginya dengan kata yang lebih tepat yaitu ―remind‖. 12. Memberikan konfirmasi Siswa menggunakan bahasa Indonesia untuk meminta konfirmas. Contoh 12
Desy: Mira:
Violist? Violist…violist biola…
Desy meminta konfirmasi dan Mira mengulang ucapannya dalam bahasa Indonesia. 13. Berpikir lantang Dalam beberapa kesempatan. Siswa berkata kepada dirinya sendiri dalam bahasa Indonesia dan pikirannya diucapkan untuk membantunya menceritakan apa yang ia lihat dalam gambar. Contoh 13
And…opo meneh ki? (apa lagi ini?) And in front of florist shop there…there are many many flowers…and the flowers is beautiful. Trus opo meneh no? Kusno: Yes, it is a garden Lia:
Lia menuntun dirinya sendiri untuk berpikir dan melanjutkan ceritanya. Dengan berkata sendiri seperti itu, Lia melakukan ―think aloud‖ atau berpikir lantang di mana apa yang ia pikir tentang gambar tersebut ia utcapkan dengan keras. Perkataan Lia tersebut dapat juga bermakna bertanya kepada diri sendiri maupun kepada lawan bicaranya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wells (1999, p. 251) bahwa private speech memiliki "an outer and inner orientation", yaitu orientasi pada diri sendiri maupun kepada pendengar. Hal itu terlihat dalam contoh, di mana ucapan Lia ―apa lagi ini‖ mengundang Kusno untuk menjawab selain juga membuat Lia melanjutkan ceritanya. Ketiga belas fungsi penggunaan bahasa Indonesia yang ditemukan dalam percakapan di atas dapat diklasifikasikan ke dalam tiga strategi yaitu mengelola tugas, menuntun bicara, berkata pada diri sendiri, memusatkan perhatian pada tugas, dan mengatasi masalah linguistik. Meminta lawan bicara untuk berbicara, mengurutkan bicaranya, meminta lawan bicara menjawab pertanyaan diklasifikasikan sebagai pengelolaan tugas karena hal tersebut berhubungan dengan usaha menjaga alur percakapan dalam menyelesaikan tugas. Mendorong lawan bicara, membetulkan ucapan lawan bicara, dapat dikategorikan sebagai membantu teman untuk berbicara. Meminta lawan bicara untuk mengulang ucapan, mengulangi ucapan, meminta konfirmasi dapat diklasifikasikan sebagai teknik percakapan yang digunakan ketika siswa mempunyai kesulitan dalam bahasa Inggris atau ketika mereka berusaha untuk membuat perkataannya dimengerti. Membahas masalah dan membetulkan ucapan dapat diklasifikan sebagai memusatkan perhatian pada tugas, sedangkan mengklarifikasi ide dan mencari kosa kata dapat digolongkan sebagai mengatasi masalah linguistic. Fungsi terakhir, 149
Seminar Nasional Unnes-TEFLIN private speech, adalah berpikir lantang atau thinking aloud. Temuan ini sama dengan temuan penggunaan bahasa pertama pada penelitian yang dilakukan oleh Anton dan DiCamilla (1998), Villamil dan Guerrero (1996) serta Swain and Lapkin (2000) yang menemukan bahwa penggunaan bahasa pertama dilakukan untuk 3 tujuan utama: mengerjakan urutan tugas, memusatkan perhatian, dan interaksi antar personal. KESIMPULAN Meski siswa sering menggunakan bahasa pertama untuk beberapa tujuan, mereka tetap berusaha menyelesaikan tugas percakan dalam bahasa Inggris. Mereka menggunakan bahasa pertama ketika ada masalah linguistik. Bahasa pertama yang mereka gunakan bertujuan untuk membuat percakapan tetap mengalir dan menciptakan kesempatan pelatihan maupun perbaikan ujaran dalam bahasa Inggris. Dengan demikian penggunaan bahasa pertama dalam beberapa hal mendukung penyelesaian tugas yang berupa percakapan bahasa Inggris karena bahasa pertama digunakan untuk percakapan kolaboratif yang menghasilkan formulasi percakapan dalam bahasa Inggris. DAFTAR PUSTAKA Brown, H. D. (2000). Principles of language learning and teaching. Fourth edition. White plains, NY: Pearson Education. Carless,D (2008). Student use of the mother tongue in the task-based classroom. ELT Journal, 62(4) 331-338 Antón, M., & DiCamilla, F. J. (1998). Socio-cognitive functions of L1 collaborative interaction in the L2 classroom. The Canadian Modern Language Review/La Revue Canadienne des Langues vivants, 54(3), 314-342. Hidayati, N.H. (2012). Evaluating the role of L1 in teaching receptive skills and grammar in EFL classes. Indonesian Journal of Applied Linguistics 1(2) Retrieved from http://ejournal.upi.edu/index.php/IJAL/article/view/82 Holliday, A. (1994). Appropriate methodology and social context. Cambridge: Cambridge University Press. Miles, R. (2004.) Evaluating the use of L1 in the English language classroom. Unpublished master‘s dissertation, University of Birmingham, UK. Retrieved from http://www.cels.bham.ac.uk/resources/essays/Milesdiss.pdf Pasaribu, B. (2009). The Use of bahasa Indonesia in the ELT classroom. TEFLIN Journal: A Publication on the teaching and learning of English, 12(1). Retrieved from http://journal.teflin.org/index.php/teflin/article/view/43 Swain, M., & Lapkin, S. (2000). Task-based second language learning: the uses of the first language. Language Teaching Research, 4(3), 251-274. Villamil, O.S. & Guerrero, M.C.M. de. (1996). Peer revision in the L2 classroom: Social - cognitive revisions in the L2 classroom: Social - cognitive activities, 241 mediating strategies, and aspects of social behavior. Journal of Second Language Writing, 5, 51- 75. Wells, G. (1999). Using L1 to master L2: A Response to Anton and DiCamilla‘s "Socio-cognitive functions of L1 collaborative interaction in the L2 classroom". The Modern Language Journal, 83(2), 248-254.
150