PENGETAHUAN SISWA TERHADAP MITIGASI NON STRUKTUTAL BENCANA GEMPA BUMI DI SMP NEGERI 1 KARANGDOWO KABUPATEN KLATEN
ARTIKEL PUBLIKASI
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Geografi
Disusun Oleh: IKA RINDA SARI A 610 100 109
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. A. Yani, Tromol Pos 1, Pabelan, Kartasura, Telp (0271)717417 Fax: 715448 Surakarta 57102
Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah
Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir: Nama
: Drs. Dahroni, M. Si.
NIK
: 146
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah yang merupakan ringkasan skripsi (tugas akhir) dari mahasiswa: Nama
: Ika Rinda Sari
NIM
: A 610 100109
Program Studi : Pendidikan Geografi Judul Skripsi: PENGETAHUAN SISWA TERHADAP MITIGASI NON STRUKTUTAL BENCANA GEMPA BUMI DI SMP NEGERI 1 KARANGDOWO KABUPATEN KLATEN. Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dapat dipublikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Surakarta, 20 Oktober 2014 Pembimbing,
Drs. Dahroni, M. Si NIK: 265
ABSTRAK PENGETAHUAN SISWA TERHADAP MITIGASI NON STRUKTURAL BENCANA GEMPA BUMI DI SMP NEGERI 1 KARANGDOWO KABUPATEN KLATEN Ika Rinda Sari, A610100109, Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan siswa terkait bencana gempa bumi dan mitigasi non struktural dalam menghadapi bencana gempa bumi yang dilakukan oleh siswa dan kondisi tata ruang yang berada di SMP Negeri 1 Karangdowo. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan jenis deskriptif kualitatif, merupakan metode penelitian yang datanya berupa angka-angka, kata-kata, kalimat dan gambar melalui sumber data primer dan data sekunder dengan teknik pengambilan data melalui wawancara, angket dan observasi. Teknik analisis data diakukan secara deskriptif kuantitatif dengan mrenggunakan perhitungan presentase. Berdasarkan analisa data yang diperoleh pengetahuan siswa diklasifikasikan cukup, karena rata-rata pengatahuan siswa sebasar 66,36%. Kegiatan pelatihan simulasi di sekolah pengetahuan mitigasi non struktural SMP Negeri 1 Karangdowo diklasifikasikan cukup karena siswa sudah memahami tindakan yang harus dilakukan ketika terjadi gempa (mitigasi non struktural) dan menempatkan sarana dan prasarana atau infrastruktur yang tepat seperti penempatan dokumen-dokumen, lemari di beri pengait agar tidak membahayakan dan menimbulkan korban jiwa ketika terjadi gempa. Kata kunci: mitigasi non struktural, bencana gempa bumi
sarana
A. PENDAHULUAN Secara
geografis
Indonesia
pendidikan,
fasilitas
sosial,
perkampungan dan infra struktur lain. Di Jawa Tengah kerusakan dan korban jiwa
merupakan negara kepulauan yang
terparah terjadi di Kabupaten Klaten. terletakm pada 3 pertemuan lempeng
Dampak gempa yang terjadi di barat daya
tektonik dunia, yaitu lempeng Euro-
Kabupaten Klaten pada tanggal 27 mei 2006 menyebabkan kerusakan bangunan,
Asia dibagian utara, lempeng Indo-
karena tak mampu menahan guncangan Australia
dibagian
selatan,
dan
termasuk SMPN 1 Karangdowo. Dampak
lempeng Samudra pasifik, dibagian
di
Kecamatan
Karangdowo
yang
diakibatkan oleh gempa bumi yang terjadi
timur daerah ini memiliki potensi
di becana yang sangat tinggi seperti
Jogjakarta
antara
lain
19
orang
meninggal dunia, 2.79 orang luka-luka,
letusan gunung api, gempa bumi,
207 rumah rusak berat, 1.827 rumah roboh,
tsunami, banjir, dan tanah longsor,
1.227
ruang
rusak
ringan.
Beruntung pada saat terjadi guncangan khusunya
pada
wilayah
yang
lempeng
beberapa berada
tektonik
bagian
pada
atau
tidak
jalur
Australia)
dan
belajar
mengajar
penanggulangan bencana daerah klaten
patahan
terus
dan
kegiatan
(KBM) didalam kelas. Tim (BPBD) badan
lempeng (tectonic) Eurasian (Asia, Pacifik
ada
melakukan
pendataan
terhadap
dampak gempa. Terutama di wilayah
garis
selatan dan timur karena wilayah tersebut
circumstance, “Pacific-rims; ring of
pernah terdampak bencana gempa pada mei tahun 2006 silam. (Akhmad Muktaf
fire” yaitu potensi bencana gunung
Haifani, 2008).
berapi (volcanic) yang membentang
Upaya mitigasi bencana di sekolah harus dilakukan, belajar dari "pengalaman”
luas di sepanjang Asia, Pasifik dan
atas kejadian bencana di Yogyakarta ( Amerika Indonesia.
yang (Bayu
melewati
wilayah
Novianto,
daerah rawan bencana). Korban jiwa
ITB.
terbesar kejadian bencana gempa bumi diakibatkan
2008).
terjadinya
keruntuhan
bangunan, terbatasnya akses dan ruang Gempa Yogyakarta Tahun 2006
evakuasi di sekolah, dan kebakaran pasca
mengakibatkan kerusakan pada beberapa
gempa. Upaya mitigasi dampak gempa 1
bumi melalui perancangan sekolah dan
yang cukup besar yang dapat merubah
bangunan harus didukung oleh perangkat
bentuk
peraturan dan kebijakan pemerintah dan
menimbulkan bahaya dan bencana bagi
pusat yang berkaitan dengan perlindungan
kehidupan manusia.
masyarakat (siswa) dari terjadinya bahaya
ini
menjadi
bumi
Sosialisasi
gempa. (Respati wikantiyoso, 2005). Kondisi
muka
dan
dapat
mitigasi
bencana
diperlukan agar siswa dapat merespon
perhatian
dengan
cepat
dan
proaktif
terhadap
akademisi (sekolah-sekolah atau intansi)
peristiwa bencana. Sosioalisasi mitigasi
maupun
bencana
praktisi,
untuk
memberikan
dapat
dilakukan
dengan
sumbangan pemikiran guna memperkecil
memberikan pengetahuan yang bersifat
jumlah korban jiwa. Pemikiran-pemikiran
kognitif
kepada
tentang
bencana.
Dalam
sistem
peringatan
dini,
masyarakat hal
peran
rawan
ini,
sekolah
perencanaan dan perancangan ruang yang
mempunyai
penting
aman dan nyaman, penggunaan material,
memberikan kesadaran akan pentingnya
disain dan rekayasa bangunan tahan
memahami
gempa, merupakan isue yang menarik
mempunyai peran yang cukup berarti bagi
untuk didiskusikan. Dengan demikian
sosialisasi mitigasi bencana kepada siswa.
pemahaman atas potensi-potensi kearifan
(Siti irene, 2008)
mitigasi
dalam
bencana,
guru
lokal dalam perencanaan dan perancangan
Kekayaan akan potensi kearifan
kota menjadi penting dalam upaya mitigasi
lokal (baik dalam bentuk pengetahuan
bencana
lokal, teknologi lokal, pranata sosial,
di
sekolah.
Penataan
ruang
melalui penataan konfigurasi ruang kota
maupun
tradisi
lokal)
dengan unsur bangunan (skycraper, high
memberikan "pelajaran” berharga dalam
rise building), kepadatan bangunan, serta
pemanfaatan
ruang terbuka, harus direncanakan dan
Penataan
dirancang dengan baik untuk mengurangi
konfigurasi ruang dengan unsur bangunan
jumlah korban akibat gempa. (Respati
(skycraper, high rise building), kepadatan
wikantiyoso, 2005).
bangunan, serta ruang terbuka, harus
ruang ruang
telah
dan melalui
banyak
lingkungan. penataan
Djauhari Noor, (2011) Gempa
direncanakan dan dirancang dengan baik
merupakan suatu akibat pergerakan dan
untuk mengurangi jumlah korban akibat
pergeseran lempeng planet bumi yang
gempa. (Respati Wikantiyoso, 2010).
terjadi
secara
terus
menerus,
yang
Upaya mitigasi bencana disekolah
dikendalikan oleh proses tenaga endogenik
harus
dan eksogenik. Gempa memiliki kekuatan
terhadap 2
ditingkatkan bencana
demi pada
keamanan siswa
dan
dilakukan
karena
“pengalaman”
belajar
yang
dari
pernah
mendapatkan
terjadi.
penyuluhan,
pendidikan, dan
pelatihan,
keterampilan
dalam
Kejadian ini dapat memakan korban jiwa
penyelenggaraan penaggulangan bencana,
yang
“keruntuhan”
baik dalam situasi tidak terjadi bencana
bangunan, terbatasnya akses dan ruangan
maupun situasi terdapat potensi bencana.
evakuasi
Melalui pendidikan diharapkan agar upaya
diakibatkan
oleh
korban.
pergerakan
Pergeseran
lempeng
kerusakan
bangunan
dan
menyebabkan
risiko
bencana
dapat
sekolah.
mencapai sasaran yang lebih luas dan
Sekolah juga harus merencanakan dan
dapat dikenalkan secara lebih dini kepada
perancangan tata ruang sekolah, penting
seluruh
untuk
mengintegrasikan pendidikan pengurangan
diperhatikan
seperti
pengurangan
dalam
memahami
pesertadidik,
perilaku gempa seperti jalur seismik, titik
risiko
pusat
sekolah.
gempa
serta
kecenderungan
pergeseran kulit bumi yang sering terjadi.
terhadap
Metode
resiko
kuantitatif
Rendahnya perhatian pengurangan resiko
resiliensi.
Dalam
hal
semua ini
maupun
observasi, wawancara, kuesioner, dan
pendidikan
dokumentasi. Tujuan dari penelitian ini adalah
budaya
keselamatan sekolah harus disosialiasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pendidikan
mitigasi
tentang
sosialisasi
non
struktural
membuat
gambaran
secara
faktual
mengenai
fakta-fakta, dengan
deskripsi, dan
akurat
sifat-sifat
serta
fenomena
yang
diselidiki. (Nazir, 1999)..
pendidikan bencana gempa? Bagaimana siswa
untuk
berhubungan
Bagaimanakah kesadaran siswa tentang
pengetahuan
menggunakan
yang tersedia dari berbagai sumber yaitu
tingkat/
melalui integrasi PRB di sekolah baik kurikulumnya
dengan
deskriptif
data dimulai dengan menelaah seluruh data
untuk membangun budaya keselamatan pada
pendekatan
ini
perhitungan persentase. Proses analisis
bencana. pengetahuan, inovasi, pendidikan
ketahanan
kurikulum
Penelitian
menggunakan
bencana belum dilakukan secara optimal.
dan
kedalam
B. METODE PENELITIAN
Joko Christanto, (2011). Penanganan
bencana
dengan
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan
data
berupa
teknik
wawancara, populasi, sampel, dan teknik
bencana? Undang-Undang Nomor 24 Tahun
sampling. Wawancara adalah Wawancara
2007 tentang Penanggulangan Bencana
yang digunakan dalam penelitian ini
menyatakan bahwa setiap orang berhak
adalah teknik pengumpulan data dengan 3
wawancara semistruktur (semistructured
tinggal memilih salah satu dari jawaban
interview) tujuan dari wawancara jenis ini
yang telah disediakan.
untuk menemukan permasalahan secara
Tabel 3.4:
lebih terbuka, dimana pihak yang diajajk
Tabel pernyataan kuisioner bencana gempa bumi dan
wawancara dimintai pendapat, dan ide-
mitigasi non struktural:
idenya. Dalam melakukan wawancara
Aspek
Pertanyaan
Pengetahuan gempa bumi
1. Gempa bumi merupakan bencana alam, yang di tandai dengan bergetarnrnya bumi. 2. Gempa bumi terjadi karena pelepasan energi dari pergerakan lempeng. 3. Gempa bumi dapat menimbulkan korban jiwa dan kerugian materi. 4. Kecamatan kelaten merupakan wilayah yang di lalui jalur tektonik gempa. 5. Alat satuan yang digunakan untuk mengukur getaran gempa disebut skala richter. 6. Gempa bumi dengan skala richter <300km termasuk kedalan gempa yang dangkal. 7. Apakah anda merasakan goncangan gempa pada saat trjadi gempa yogyakarta tahun 2006 lalu. 8. Gempa bumi dangkal dapat memicu terjadinya tsunami 9. Apakah gempa bumi dengan skala richter yang kecil dapat menimbulkan gempa bumi. 10. Apakah gempa bumi dapat menimbulkan bahaya susulan.
Pengetahuan mitigasi non struktural
1. Mitigasi non struktural merupakan serangkaian tindakan yang bersifat non fisik untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan terjadinya gempa bumi. 2. Tujuan mitigasi non struktural yaitu agar barang atau benda disekitar kita agar tidak
peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. (Hadi Sabari Yunus, 2010). Angket juga merupakan alat pengumpul data yang berupa pertanyaan, namun diisi sendiri oleh responden, cara pengisian daftar pertanyaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: a. Dilakukan
sendiri
oleh
responden
tanpa kehadiran peneliti. b. Dilakukan
sendiri
oleh
responden
namun dengan kehadiran peneliti atau petugas
yang
memberikan
ditunjuk
untuk
penjelasan-penjelasan
tertentu. (Hadi Yunus, 2010:372). Penyebaran
angket
dalam
penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Karangdowo yang digunakan utuk mengukur pengetahuan siswa dalam mitigasi non struktural bencana gempa bumi sehingga dapat meminimalisir banyaknya korban. Penelitian ini menggunakan angket tertutup
dimana
pertanyaan-pertanyaan
yang di ditulis peneliti telah disediakan jawaban
pilihan,
sehingga
responden
4
bergeser dan jatuh menimpa kita pada saat terjadi goncangan. 3. Meletakkan benda yang besar dan berat diatas almari. 4. Jika terdengar suara serine atau pluit tanda bahaya gempa, siswa tetap duduk disalam kelas. 5. Simpanlah barang yang mudah pecah di tempat yang terbuka. 6. Jika terjadi gempa salah satu yang dilakukan adalah berlindung dibawah meja. 7. Pasang papan tulis menggunakan pengikat dan kaitkan kediding. 8. Contoh tindakan mitigasi non struktural yaitu lemari dipaku agar menempel ditembok. 9. Untuk membangun respon yang cepat dan tepat diperlukan latihan. 10. Adanya jalur evakuasi dan lapangan terbuka untuk evakuasi.
yang diperoleh dari sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lengkap. (Sugiyono, 2010) C. PEMBAHASAN 1. Pengetahuan Menurut
undang-undang
2007 pasal 3, ilmu pengetahuan dan
teknologi”
penanggulangan
merupakan
bencana
harus
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi
sehingga
secara
optimal
mempermudah
mempercepat
dan proses
penanggulangan
bencana,
baik
pada tahap pencegahan, pada saat terjadi
bencana,
maupun
pada
tahap pasca bencana.
Sumber; peneliti 2014
Pengetahuan
merupakan
Mengingat jumlah populasi yang
hasil pengindaraan manusia, atau
sangat banyak maka teknik pengambilan
hasil tahu seseorang terhadap objek
sampel menggunakan snowball sampling
melalui indra yang dimilikinya
adalah teknik pengambilan sampel sumber
(mata,
data, yang awalnya jumlahnya sedikit
sebagainya).
lama-lama
pada waktu pengindraan sehingga
menjadi
besar.
Hal
ini
hidung,
telinga,
Dengan
dan
sendirinya
dilakukan karena dari jumlah sumber data
hasilnya
yang sedikit itu belum memberikan data
pengetahuan
tersebut
lengkap dan pasti. Maka mencari orang
dipengaruhi
oleh
lain lagi yang digunakan sebagai sumber
perhatian dan persepsi terhadap
data. Sesuai dengan kebutuhan peneliti,
objek. Sebagian besar pengetahuan
dimana peneliti memilih orang tertentu
seseorang diperoleh melalui indra
yang
pendengaran
dipertimbangkan
akan
memberi
menghasilkan
(telinga),
sangat intensitas
indra
informasi data yang diperlukan peneliti,
penglihatan (mata). Pengetahuan
kemudian berdasarkan data atau informasi
seseorang 5
terhadap
objek
mempunyai intensitas atau tingkat
benar
tentang
objek
yang berbeda-beda. Secara garis
diketahui tersebut.
yang
besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni: a. Tahu (know)
c. Aplikasi (application)
Tahu diartikan hanya sebagai
Aplikasi
recall
memori
orang yang telah memahami
sebelumya
objek yang dimaksud dapat
yang
(memanggil) telah
setelah
ada
mengamati
sesuatu.
diartikan
apabila
menggunakan
atau
Misalnya, tahu bahwa bencana
mengaplikasikan prinsip yang
gempa bumi yang kejadiannya
diketahui tersebut pada situasi
membahayakan nyawa orang
yang lain.
banyak/
korban
jiwa.
d. Analisis (analysis)
Pengurangan resiko bencana
Analisis
untuk
mengurangi
kemampuan seseorang untuk
yang
kemungkinan
dampak
merupakan
terjadi
menjabarkan
ketika bencana gempa bumi.
memisahkan,
Untuk
mencari
mengukur
atau kemudian
hubungan
antra
mengetahui bahwa orang tahu
komponen-komponen
yang
sesuatu
terdapat dalam suatu masalah
dapat
atau
dan
menggunakan
pernyataan-pernyataan
atau
misalnya:
tanda-tanda
Indikasi bahwa pengetahuan
terjadinya gempa bumi, upaya
seseorang itu sudah sampai
apa untuk mengurangi dampak
pada tingkat analisis adalah
gempa bumi, bagaimana cara
apabila orang tersebut telah
melakukan mitigasi bencana,
dapat
dan sebagainya.
memisahkan,
apa
b. Memahami (comprehennsion)
objek
yang diketahui.
membedakan,
mengelompokkan,
atau
membuat
Memahami suatu objek bukan
diagram atau bagan terhadap
sekedar tahu terhadap objek
pengetahuan
tersebut, tidak sekedar dapat
tersebut.
menyebutkan,
tetapi
tersebut mengintrepretasikan
orang
atas
objek
e. Sintesis (synthesis)
dapat
Sistensi
secara
menunjukkan
suatu
kemampuan seseorang untuk 6
merangkum atau meletakkan
sekolah dapat dijadikan sebagai
dalam suatu hubungan yang
pedoman bagi pengambil kebijakan
logis dari sebuah komponen-
di tingkat daerah baik provinsi
komponen pengetahuan yang
maupun
kabupaten.
Dalam
dimiliki. Kata lain dari sintesis
program
Pengurangan
Resiko
adalah suatu kemampuan untuk
Bencana. (Joko Cristanto, 2011).
menyusun formulasi baru dari
Pengetahuan siswa terhadap
formulasi-formulasi yang telah
pengurangan
ada.
merupakan kegiatan manusia untuk
f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi
berkaitan
dengan
resiko
mengetahui
suatu
metode
ilmiah.
bencana
proses
atau
Artinya
kemampuan seseorang untuk
pengetahuan
melakukan
pengurangan resiko bencana (PRB)
justifikasi
atau
siswa
terhadap
penilaian terhadap suatu objek
perlu
tertentu. Penilaian ini dengan
kesadarannya
sendirinya
(wuryanti & theresia, 2007).
didasarkan
pada
suatu kriteria yang ditentukan
ditingkatkan
lagi
terhadap
Pengetahuan
sendiri atau norma-norma yang
diarahkan
berlaku
memberdayakan
dimasyarakat.
(Notoadmojo;27-28, 2010).
pada
siswa.
mitigasi siswa
semua
untuk potensi
siswa agar menguasai potensi yang
Pengetahuan yang dibangun
diharapkan.
Upaya
melakukan
siswa tergantung pada pengetahuan
tindakan mitigasi
dan
mereka
dan kita dapat mengurangi dampak
sebelumnya dengan penegtahuan
yang ditimbulkan gempa bumi.
sosial dan kontruksi pengetahuan
Harman Ajiwibowo,dkk;12.2008.
yang
pengalaman
dimiliki
siswa.
Upaya
non-struktural
2. Peserta didik
pengurangan resiko bencana di
a. Defenisi Peserta Didik
sekolah perlu mendapat dukungan
Menurut Tirtaraharrdja
tidak hanya dari para guru, tetapi
dan Lan Sula (2000:52) peserta
pengambil kebijakan pendidikan
didik (tanpa pandang usia)
mulai dari tingkat pusat
adalah subjek atau pribadi yang
sampai
dengan daerah. Oleh karena itu,
otonom,
diharapkan
strategi
keberadaanya. Selaku pribadi
Pengurangan Resiko Bencana di
yang memiliki ciri khas dan
dokumen
7
yang ingin
diakui
otonomi,
iaa
ingin
mengembangkan
empiris
diri
lingkungan
(mendidik diri) secara terus menerus
guna
berdasarkan sosial
budaya
masing-masing.
memecahkan
masalah-masalah hidup yang
3. Bencana Gempa Bumi
dijumpai sepanjang hidupnya
Pengertian bencana
bencana alam.
Bencana menurut Undang-
Siswa
memaknai
undang Nomor 24 Tahun 2007
bencana cukup positif, yaitu
Pasal 1 angka 1 :
sebagai
untuk
“Peristiwa atau rangkaian peristiwa
banyak belajar dan sadar akan
yang mengancam dan mengganggu
lingkungan.
kehidupan
tantangan
budaya
Menguatkan
pengurangan
dan
penghidupan
resiko
masyarakat yang disebabkan, oleh
bencana (PRB) tidak cukup
faktor alam dan non-alam maupun
dengan pasrah tetapi juga perlu
faktor manusianya sendiri sehingga
dengan
mengakibatkan timbulnya korban
pendidikan
dan
pelatihan guna meningkatkan
jiwa
upaya kongkrit dalam mitigasi
lingkungan, kerugian harta benda,
bencana
dan dampak psikologis”.
secara
rasional.
Satunggalno, dkk. 2006.
Jumali
kerusakan
Sedangkan
b. Hakekat Peserta Didik Menurut
manusia,
menurut
International Strategi For Disaster dkk
Reduction
(ISDR)
bencana
(2008:10)Hakekat peserta didik
merupakan suatu gangguan serius
merupakan
menyebabkan
organisme
yang
kerugian
yang
harus ditolong sebab peserta
meluas pada kehidupan manusia
didik akan menjadi matang
terhadap
kegunaan
apabila diberikan pertolongan
masyarakat
dari
dalam
bentuk
ekonomi
latihan
maupun
pendidikan,
atau
segi
suatu materi,
lingkungan
dan
bimbingan
melampaui
dengan menggunakan bahan-
masyarakat
bahan antropologis. Sebab ilmu
untuk
antropologi
menggunakan sumber daya mereka
mampu
untuk
kemampuan yang mengatasi
bersangkutan dengan
menyediakan dan menghimpin
sendiri. Hamzah Latief,2; 2008)
bahan-bahan
a. Jenis-jenis Gempa Bumi
pengetahuan 8
Menurut
Manajemen
(Prawirodikromo,83; berdasarkan
2012)
tipenya
bencana
merupakan ilmu pengetahuan yang
gempa
mempelajari
bencana
bumi dapat dibedakan menjadi
segala
2 tipe, yaitu :
dengan bencana, terutama resiko
a. Gempa bumi tektonik
bencana
Gempa
bumi
tektonik
aspek
yang
beserta
dan
menghindari
berkaitan
bagaimana
resiko
bencana.
disebabkan pergeseran kulit
(Sugiharto, Kuswanda, Siswanto,
bumi
Nurjanah, Adikoesoemo. 2011:42)
(lithosphere)
yang
umumnya terjadi didaerah
Dalam suatu manajemen
patahan kulit bumi. Tenaga
bencana
ini dihasilkan oleh tekanan
pengertian dan peristilahan yang
antara batuan yang dikenal
terkait dengan kebencanaan yaitu :
sebagai rekahan tektonik.
1. Bahaya / Ancaman (hazard).
Analogi dari kejadian ini
2. Bencana.
seperti gelang karet yang
3. Risiko (Risk).
ditarik
4. Kerentanan (Vulnerability).
lalu
dilepaskan
dengan secara tiba-tiba.
hendaknya
(Indeks
b. Gempa bumi vulkanik
Rawan
ditekankan
Bencana
Indonesia BNPB, 2011).
Gempa bumi gunung berapi
Menurut
Widodo
disebabkan oleh pergerakan
Prawirodikromo (2012:58) siklus
magma ke atas, di dalam
manajemen pengelolaan bencana
gunung
diantaranya:
berapi,
adanya
geseran pada batu-batuan akan menghasilkan gempa bumi.
TIDAK ADA BENCANA Aktivitas yang dilakukan utamanya adalah untuk tujuan prevention dan mitigation
PRA BENCANA Aktivitas yang dilakukan utamanya adalah preparedness dan early warning
SETELAH BENCANA Aktivitas yang dilakukan utamanya adalah recovery, rehabilitation, dan reconstruktion
SELAM BENCANA Aktivitas yang dilakukan utamanya adalah search and rescue dan damage assessment
c. Gempa bumi runtuhan Disebabkan oleh keruntuhan yang terjadi baik diatas maupun dibawah permukaan tanah. 4. Manajemen Bencana
Gambar 2.1. Aktivitas siklus manajemen kebencanaan 9
Sumber: pawirodikromo, 2012
a. Membuat materi kampanye pendidikan mengenai bencana untuk siswa.
5. Mitigasi Mitigasi
merupakan
uapaya
b. Meningkatkan
untuk
untuk
pembangunan fisik maupun penyadaran
lokal kurikulum sekolah dasar dan
ancaman bencana. Resiko bencana adalah
menengah.
potensi yang timbulkan akibat bencana
c. Selain itu kondisi bangunan serta
yang terjadi didaerah rawan bencana
mebel
dalam kurun waktu tertentu yang dapat
terancam,
luka,
hilangnya
sakit, rasa
dan
mengganggu
yang
sudah
rapuh
dan
dimungkinkan roboh sewaktu-waktu
jiwa
memerlukan
aman,
tanda
supaya
anak
menghindari daerah tersebut agar tidak
mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta,
memasukkan konsep resiko
bencana dan latihan dalam muatan
dan peningkatan kemampuan menghadapi
kematian,
dinas
pendidikan dan instansi terkait lainnya
mengurangi resiko bencana, baik melalui
berupa
kepedulian
cidera.
kegiatan.
Beberapa
penyesuaian
tataruang dapat dilihat dalam tabel
Soebadigyo Soekarnen,dkk;10.2008.
berikut : Pengurangan
resiko
bencana
perlu
d. Tabel 2.1: Penataan tata ruang yang
dilaksanakan di sekolah untuk memperluas pengetahuan
dan
pendidikan
aman untuk anak
bencana
kepada siswa. Mitigasi merupakan suatu upaya
inovasi,
pengetahuan,
pendidikannya guna membangun budaya keselamatan dan ketahanan. Pendidikan
Hal yang perlu diperhatikan
Penyesuaian
1. Posisi lemari yang dekat dengan tempat duduk siswa
a) Memasang siku yang dipaku dengan dinding
melalui intergrasi mitigasi bencana di 2. Posisi lemari di dekat pintu masuk.
sekolah baik dalam kurikulum maupun budaya keselamatan di sekolah. Joko Cristanto, 2011). Mengembangkan program kampanye pendidikan mengenai resiko bencana pada siswa.
Program
ini
b) Jauhkan lemari dari tempat duduk siswa dan pintu masuk karena dapat menghalangi proses evakuasi bila dekat pintu masuk dan dimungkinkan merubuhi siswa.
3. Posisi tempat duduk siswa dekat jendela
c) Pecahan jendela dapat melukai siswa sehingga jauhkan tempat duduk siswa dan pasang stiker pengaman pada kaca
4. Letak tempat duduk dengan jarak yang terlalu berhimpit
d) Posisi tempat duduk yang terlalu berhimpit mempersulit siswa saat berlindung di bawah meja saat terjadi gempa
menimbulkan
kesadaran dan kesiapan siswa menghadapi bencana melalui aktivitas berikut;
10
akibat dari gempa bumi tersebut
sehingga jaraknya perlu diperlebar.
juga dapat menimbulkan korban 5. Hiasan dinding di kelas yang dekat dengan tempat duduk siswa
e) Hiasan dimungkinkan menjatuhi siswa sehingga perlu dijauhkan atau pemasangannya dibatasi sesuai keperluan.
jiwa dan kerugian materi. 2. Pengetahuan
mitigasi
non
struktural siswa di SMP Negeri 1 6. Penempatan benda di atas lemari, misal: TV
7. Parkir sepeda dan motor di depan kelas
f) Penempatan benda di atas lemari dapat menjatuhi siswa dibawahnya. Pemasangan siku yang dipaku dengan dinding dianjurkan. g) Penempatan barang yang berat diletakkan di paling bawah, dan semakin ke atas semakin ringan.
Karangdowo Kabupaten Klaten di Klasifikasikan kurang, karena ada 640 (53.78%) jawaban responden yang menjawab ya dan mengetahui tujuan mitigasi non struktural yaitu
h) Penempatan tempat parkir khusus yang tidak menghambat jalur evakuasi.
meletakkan benda yang besar dan
Sumber Dinas Dikpora (2009)
berat diatas lemari agar tidak
D. Kesimpulan
begeser dan jatuh menimpa kita
Berdasarkan penelitian yang
pada
saat
terjadi
goncangan
dilakukan dapat diambil kesimpulan terdapat jalur evakuasi yang ada di
sebagai berikut:
SMP Negeri 1 karangdowo dan 1. Pengetahuan
siswa
terhadap sudah menentukan tempat evakuasi
bencana gempa bumi di SMP dan jalur evakuasi. Negeri 1 Karangdowo Kabupaten E. DAFTAR PUSTAKA Klaten dikatakan cukup dengan Anonim. 2007. UU RI No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa. Presiden Republik Indonesia.2007.Jakarta
790 reponden menjawab ya dan 66.39% mengetahui
responden
dapat
bahaya
akibat
Anonim. 2008. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Penilaian Kapasitas Daerah dalam Penanggulangan Bencana. Jakarta: BNPB.
terjadinya bencana gempa bumi tersebut, adanya pelepasan energi dari
pergerakan
lempeng,
dan 11
ASB, Dinas Dikpora, Jurusan PLB (2009) Aha, Sekaran Aku Bisa: Panduan Pembelajaran Materi Pengurangan Risiko Bencana untuk Anak berkebutuhan Khusus.
Bandung: Pusat Mitigasi Bencana ITB 11 Agustus 2008 Reivich, K., & Shatte, A. (1999). The Resiliency Factor: 7 Essential Skills for Overcoming Life’s Inevitable Krishna S. Pribadi Obstacles.
Christanto, Joko. 2011. Gempa Bumi Kerusakan Lingkungan Kebijakan dan Strategi Pengelolaan. Liberty Yogyakarta.
Sabari
Noor, Djuhari 2011. Geologi Untuk Perencanaan. Bogor : Graha ilmu.
Yunus, H. 2010 (Metode Penelitian). Metode Penelitian Wilayah Konteporer Yogyakarta 1 Maret 2010.
Siti Irene. (2008-2010). Peran Sekolah Dalam Pembelajaran Mitigasi Bencana dan Pemulihan Psikologi Sosial Pasca Gempa di Kabupaten Bantul.. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana Volume 1 Nomor 1 Cakrawala Pendidikan. 2010.
Notoadmojo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurjanah, R Sugiharto, Dede Kuswanda, Siswanto BP, Adikoesoemo. 2012. Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010-2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan bisnis R&D : Bandung. Alfabeta.
Pribadi, Krishna S. 2008. Penyusunan Masterplan (Rencana Induk) Penanggulangan Bencana Di Propinsi Jawa Barat. Makalah. Engkon K Kertapati, Diah Kusumaastuti, Hamzah Latief, Hendra Grandis, Imam A. Sadinun, Soebagiyo Soekarnen, Herman Aji Wibowo, Retno Dewi, Ayu Krishna Juliawati, Novya Ekawati, Bayu Novianto. 2008. Buku Pegangan Guru Pendidikan Siaga Bencana.
Respati Wikantiyoso (2005), Paradigma Perencanaan dan Perancangan Kota, Malang: GKAK, jurusan Arsitektur Unmer Malang ISBN. Respati Wikantiyoso (2009), Kearifan local dalam Perencanaan dan Perancangan Kota, Untuk mewujudkan Arsitektur kota yang Berkelanjutan. Malang: GKAK, jurusan arsitektur.
12